staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (sex...

11

Upload: lenhu

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina
Page 2: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina
Page 3: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina
Page 4: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

11

Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisishistologis dan DNA dalam identifikasi odontologi

forensik(Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology)

Kharlina Syafitri1, Elza Auerkari2 dan Winoto Suhartono2

1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi Dasar-Forensik Kedokteran Gigi2 Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Gigi DasarFakultas Kedokteran Gigi, Universitas IndonesiaJakarta - Indonesia

Korespondensi (correspondence): Kharlina Syafitri, Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi Dasar-Forensik Kedokteran Gigi, FakultasKedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta Pusat, Indonesia. E-mail: [email protected]

ABSTRACTBackground: Identification in forensic science is an effort to help investigators to determine the person’s identity. Humanidentification is an individual character recognition based on the unique physical characteristics. Sex determination is one of abiological identity in forensic science conducted as an initial step of identification because it can determine the following otheridentification method. Sex determination can be done in various ways. Common methods of sex identification in odontologyforensic such as morphological and measurement characteristics of teeth, histological examination, and DNA analysis from teeth.Purpose: This article discusses about sex determination methods through histological examination and DNA analysis. Review:Histological examination for sex determination can be done through presence of Barr body and Y-body. DNA analysis for sexdetermination using Amelogenin, SRY and Y-STRs. Conclusion: Each of these methods have its own accuracy and weakness.Selection of the method depends on the conditions found at the scenes or type of disaster that occurs. Combination of existingmethods will increase the accuracy in establishing the identification of individuals.

Key words: Sex determination, forensic odontology, Barr body, DNA analysis

Vol. 62, No. 1, Januari-April l 2013, Hal. 11-16 | ISSN 0024-9548

PENDAHULUANIdentifikasi atau pengenalan identitas seseorang

pada awalnya berkembang untuk kebutuhan dalamproses penyidikan suatu tindak pidana khususnyapenyelesaian permasalahan kriminal. Adanyaperkembangan ilmu pengetahuan dan masalahsosial, identifikasi dimanfaatkan juga untukkeperluan yang berhubungan dengan pelbagai kasussipil, seperti kecelakaan baik di darat, laut, maupunudara, kasus terorisme, bencana alam, dan lainsebagainya. Pada kasus-kasus seperti ini, tidak jarangterjadi kesulitan dalam melakukan identifikasikorban karena kerusakan yang membuat sulit untuk

dikenali jenazah. Proses identifikasi menjadi pentingbukan hanya untuk menganalisis penyebab suatukematian, namun juga upaya untuk memberikanketenangan psikologis pada keluarga dengan adanyakepastian identitas korban.1

Identifikasi individu dapat dilakukan melaluibeberapa parameter, yaitu identifikasi usia, ras danjenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin merupakanlangkah pertama yang penting dilakukan dalamproses identifikasi forensik karena dapatmenentukan 50% probabilitas kecocokan dalamidentifikasi individu serta dapat mempengaruhi

11

Page 5: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

12 Syafitri dkk. : Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisis histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensikJurnal PDGI 62 (1) Hal. 11-16 © 2013

beberapa metode pemeriksaan lainnya, sepertiestimasi usia dan tinggi tubuh individu.2

Identifikasi jenis kelamin dalam ruang lingkupantropologi dan kedokteran gigi forensik dapatdilakukan dengan berbagai metode. Metode yangdapat dilakukan antara lain melalui metodekarakteristik morfologi, metode morfometrik(pengukuran), pemeriksaan histologis, sertapemeriksaan analisis DNA baik dari tulang maupungigi.3,4 Pada kasus-kasus tertentu, tulang tidak dapatmemberikan hasil identifikasi yang optimal, lainhalnya dengan gigi. Gigi digunakan sebagai mediaidentifikasi karena gigi merupakan bagian tubuh yangpaling keras dan secara kimiawi merupakan jaringanpaling stabil dan paling tahan terhadap degradasi dandekomposisi, sehingga membuat gigi dapat bertahanuntuk periode yang lama dibandingkan denganjaringan tubuh lainnya. Gigi juga memiliki ketahananterhadap temperatur yang tinggi sehingga sangatbermanfaat dalam identifikasi pada korban terbakar.Hal ini disebabkan sedikitnya jaringan organik yangdikandungnya, terutama lapisan enamel, yangmerupakan jaringan paling keras pada tubuhmanusia.5-9

Metode karakteristik morfologi maupunmorfometrik merupakan metode penentuan jeniskelamin yang paling sederhana, namun umumnyalebih bersifat subjektif dan membutuhkan databerbasis populasi untuk dapat diterapkan dalamidentifikasi individual.10 Oleh sebab itu, perludilakukan pemeriksaan dengan metode analisis lainyang dapat memberikan hasil yang lebih objektif danakurat dalam penentuan jenis kelamin seseorang.Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahasmetode pemeriksaan jenis kelamin lain melalui gigiyaitu secara histologis dan analisis DNA.

Metode identifikasi jenis kelamin melalui gigiada beberapa metode dan identifikasi jenis kelaminmelalui gigi (Tabel 1).

Metode identifikasi jenis kelamin histologisSecara mikroskopis atau histologis jenis kelamin

dapat dideteksi dengan melihat keberadaan kromatinseks yaitu; kromatin-X dan kromatin-Y. Pada tahun1949, Barr dan Bertam menemukan perbedaandiantara keduanya. Mereka menemukan adanyakondensasi kromatin yang berukuran kecil pada intisel dari sel saraf kucing betina tetapi tidak dimilikioleh sel-sel kucing jantan.11 Penemuan tersebutdinamakan sesuai dengan nama penemunya yaituBarr body. Pada manusia, kondensasi kromatin ini jugadapat ditemukan di tulang, sel retina, sel mukosarongga mulut, biopsi sel kulit, darah, tulang rawan,akar batang rambut dan pulpa gigi.3, 12

Barr body dapat ditemukan pada sekitar 40% selwanita sedangkan pada sel pria tidak memiliki Barrbody sehingga disebut kromatin negatif. Kromatin Ydapat diteliti di dalam sel selama masa interfasedengan memberikan pewarnaan Quinacrine mustard,dimana dengan pewarnaan tersebut keberadaankromatin Y akan berfluoresensi lebih terang dandengan kehadirannya dapat secara konklusifmengindikasikan kromosom Y dan jenis kelaminpositif sebagai pria.3, 13

Tabel 1. Metode Identifikasi Jenis Kelamin Melalui Gigi

Karakteristik Morfologi Outline bentuk gigiLapisan enamel dan dentinBentuk lengkung rahangServikoinsisal dan mesiodistal

Karakteristik Morfometrik Ukuran mesiodistalUkuran bukolingualIndeks kaninus

Pemeriksaan Histologis Barr-body → kromatin XY-body → kromatin Y

Analisin DNA Gen AmelogeninGen SRYY-STRs

G i g iG i g iG i g iG i g iG i g i IndikatorIndikatorIndikatorIndikatorIndikator

Gambar 1. Kromatin X (Barr body) pada pulpa.13

Metode identifikasi jenis kelamin analisis DNASecara umum teknologi DNA dimanfaatkan

untuk identifikasi personal, pelacakan hubungangenetik dan pelacakan sumber biologis. AnalisisDNA juga digunakan untuk kepentinganantropologi serta pemetaan genetik.14 MolekulDNA merupakan polimer stabil yang tersusun oleh

Page 6: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

13Syafitri dkk. : Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisis histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensikJurnal PDGI 62 (1) Hal. 11-16 © 2013

subunit yang disebut nukleotida, dan pada manusiamembentuk 22 pasang kromosom autosomal dansatu pasang kromosom seks, yaitu kromosom X dankromosom Y.15 Penentuan jenis kelamin denganmetode ini memiliki tingkat akurasi yang lebih baik,namun memerlukan biaya yang lebih mahal danprosedur yang lebih rumit. Molekul DNAmerupakan pilihan untuk analisis forensik sebabbersifat stabil dan sensitif. Salah satu teknik biologimolekuler yang digunakan adalah penentuan jeniskelamin dengan polymerase chain rections (PCR). PCRdapat membantu menggandakan penandaidentifikasi bahkan dengan sampel yang sangatsedikit.16 Beberapa penanda tipe jenis kelamin yangdigunakan pada identifikasi berbasis DNAdiantaranya yaitu amelogenin, SRY dan Y-STRs.17-19

AmelogeninAmelogenin merupakan protein utama pada

pembentukan enamel pada gigi manusia yangdikode oleh gen yang berlokasi pada kromosomseks AMELX (Xp22.1-Xp22.3) dan AMELY (Yp11.2).Gen amelogenin memiliki perbedaan baik dalamukuran maupun sekuennya, namun gen ini jugamemiliki bagian homolog yang memungkinkanuntuk dilakukan amplifikasi secara simultanmenggunakan sepasang primer tunggal. Variasiperbedaan panjang intron pertama pada genamelogenin X-Y homolog (AMELX dan AMELY)dimanfaatkan untuk analisis penentuan jeniskelamin dalam bidang forensik, analisis arkeologidan analisis prenatal. Gen AMEL pada wanitaberlokasi pada kedua kromosom X dan homozigot(46, XX). Pada pria gen AMEL hadir pada keduakromosom X dan Y namun heterozigot (46, XY).17, 20

Beberapa variasi tes amelogenin telahdipublikasikan. Metode yang paling sering

digunakan adalah metode yang dikembangkan olehSullivan dkk. Teknik ini membagi fragmen X dan Ypada 106 bp dan 112 bp. Produk amplifikasi denganmetode ini dapat diidentifikasi setelah proseselektroforesis kapiler, pyrosequencing, serta gelpoliakrilamid agarose.21-23 Protokol lain yang dapatdigunakan untuk mendeteksi keberadaan AMELXdan AMELY yaitu protokol yang di desain olehNakahori dkk. protokol ini membagi produk 977bp (AMELX) dan 790 bp (AMELY) yang dapatdengan mudah dipisahkan menggunakanelektroforesis gel agarose. Pengujian terhadap genAMEL dapat dilakukan dengan cepat, lebih akurat,dan memerlukan kuantitas sampel yang kecil.24

Amelogenesis dapat berkaitan dengan ukurangigi, kromosom Y mempengaruhi pembentukanenamel dan dentin sedangkan kromosom Xmempengaruhi pembentukan mahkota terbataspada enamel.6 Hal ini menjelaskan bahwa mahkotagigi pada pria lebih besar daripada wanita akibatperiode waktu amelogenesis pada pria lebih lamadibandingkan pada wanita.25

Sex-determining region (SRY)Sex-determining region (SRY) merupakan gen

yang berperan dalam perkembangan karakteristikpria. Gen SRY berlokasi pada lengan pendek (p)kromosom Y pada posisi 11.3. Terdiri dari satu eksonyang mengkode 204 asam amino. SRY padakromosom Y menyebabkan embrio berkembangsebagai pria. Deteksi rangkaian SRY akanmembedakan sampel DNA pria dari sampel DNAwanita.17 Penelitian terbaru dalam aplikasi analisisSRY yaitu pemeriksaan menggunakan sel epitelyang diekstraksi dari akrilik gigi tiruan sebagaisampel DNA untuk determinasi jenis kelamin.Peneliti tersebut melaporkan bahwa sampel yangditeliti berhasil dalam deteksi dan kuantifikasiDNA.24

Kromosom-Y marker (Y-STRs)Y-STRs adalah short tandem repeat yang

ditemukan pada kromosom-Y spesifik merupakangen koding yang ditemukan pada lengan pendekkromosom Y, yang penting terhadap determinasijenis kelamin pria, spermatogenesis, dan fungsi lainterkait dengan pria. Y-STRs bersifat polimorfikdiantara pria yang tidak berkaitan dan diturunkanmelalui garis paternal. Pada dasarnya, ayahmewariskan profil Y-STRs DNA mereka padaketurunan laki-laki, dari generasi ke generasi, tanpa

Gambar 2. Kromatin Y (Y body) pada pulpa.8

Page 7: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

14

perubahan profil (pembatasan mutasi). Kromosom-Y DNA hadir dalam satu salinan per sel dan hanyapada laki-laki.17, 26

PEMBAHASANBerbagai metode yang dapat dilakukan untuk

membantu proses identifikasi telah banyakdikembangkan khususnya dalam usaha penentuanjenis kelamin baik untuk orang hidup maupun padakorban jiwa. Gigi dan tulang adalah bagian tubuhyang menggambarkan karakteristik jenis kelaminseseorang dan merupakan bagian tubuh yang kerasdan tahan lama, khususnya pada gigi yang juga tahanterhadap suhu yang tinggi, sehingga dapat dijadikansebagai alat untuk menegakkan identifikasi individu.Hal terpenting yang harus dilakukan sebelummelakukan identifikasi pada gigi maupun padatulang adalah menentukan terlebih dahulu apakahgigi dan tulang tersebut berasal dari manusia atauhewan, karena beberapa bentuk dan ukuran gigi dantulang hewan mirip dengan bentuk dan ukuran gigidan tulang manusia.

Penentuan jenis kelamin melalui gigi dapatdilakukan melalui metode visualisasi gigi,pengukuran gigi, histologis dan pemeriksaanDNA.27, 28 Pemilihan metode analisis bergantungpada kondisi korban atau jenazah, jenis bencana yangterjadi, serta ketersediaan sampel dan alat yangdigunakan untuk pengujian.

Barr body merupakan suatu gambaran badan kecilyang dapat menimbulkan bintik berwarna denganpewarnaan inti sel. Barr body hadir dalam jumlah yangbanyak pada inti sel yang berasal dari wanita namuntidak ada pada inti sel pria. Ukurannya berdiametersekitar 1µ dengan perkiraan rerata 0.7x1.2 µ, baikpada inti sel mukosa bukal dan pada beberapajaringan manusia. Barr body umumnya terletak dibagian tepi inti sel. Namun, dapat juga ditemukandi bagian lain dalam inti sel walaupun jarang terjadi.11

Penelitian terhadap kromatin inti sel mamaliamenunjukkan heterokromatin yang seringkaliditemukan pada sel wanita namun tidak pada selpria. Gumpalan kromatin ini adalah kromatin seksdan merupakan satu dari pasangan kromosom Xyang terlihat pada sel wanita selama interfase.Kromosom X tetap bergelung rapat dan tampakselama interfase, sementara kromosom X lainnyaterurai dan tidak tampak. Pada pria memiliki satukromosom X dan satu kromosom Y sebagai penentukelamin, kromosom X tidak bergelung oleh karenaitu tidak tampak adanya kromosom seks.29 Hal ini

pertama sekali dikemukakan oleh seorang ahligenetika dari Inggris, Mary F. Lyon. Lyon mengajukanhipotesis bahwa kromatin kelamin merupakankromosom X yang mengalami kondensasi atauhiperkromatinisasi sehingga secara genetik menjaditidak aktif.11

Hipotesis tersebut berkaitan dengan jumlahkromatin seks yang muncul pada inti sel.Umumnya, jumlah maksimum Barr body per inti selpada setiap organisme atau setiap jaringan normaladalah 0 atau 1, berkaitan pada kariotipe yangterdiri dari satu atau dua kromosom X. Namun, selyang memiliki Barr body lebih dari satu dapatditemui dan ini berarti ada dua atau lebihkromosom seks yang hadir pada kariotipe. Hal inibiasa ditemukan pada kelainan genetik sepertisindrom Turner’s (45, XO), sindrom Trisomi atauXXX (47,XXX), sindrom Tetrasomi atau sindromXXXX (48, XXXX) pada wanita dan sindromklinefelter (47, XXY), sindrom XYY (47, XYY) padapria.11, 29

Banyaknya Barr body yang yang muncul samadengan jumlah kromosom X dikurangi satu. Padawanita normal akan memiliki sebuah Barr body padainti sel karena memiliki dua kromosom X, sedangkanpada pria tidak memiliki Barr body karena kromatinX-nya hanya satu. Demikian halnya pada pria danwanita yang memiliki kelainan genetik, jumlah Barrbody yang muncul bergantung pada jumlahkromosom X yang dimilikinya. Pria dengan kelainankromosom seks, misalnya penderita sindromKlineferter (47, XXY) akan memiliki sebuah Barrbodyyang seharusnya tidak dimiliki oleh pria normalkarena penderita sindrom tersebut memiliki duakromosom X.11, 29

Identifikasi jenis kelamin ini sangat bermanfaatpada kasus pemalsuan identitas yang sering terjadidi bidang olahraga. Beberapa kasus pernah terjadipada atlet-atlet olahraga dibidang atletik, dimanaatlet yang secara genetik adalah pria tapi bertandingsebagai wanita karena memiliki ciri fisik sepertiwanita. Untuk mengantisipasi tindak kecuranganseperti itu, pada beberapa turnamen olahragadilakukan verifikasi jenis kelamin melaluipemeriksaan histologis dari apusan jaringan pipibagian dalam. Pemeriksaan ini cepat, murah dandapat dilakukan dalam jumlah yang banyak.24, 30

Metode terbaru dalam usaha identifikasiindividu adalah dengan menggunakan analisisDNA. Beberapa penanda tipe jenis kelamin padaanalisis DNA adalah gen amelogenin, SRY, dan Y-STRs. Beberapa peneliti menyatakan bahwa SRY dan

Syafitri dkk. : Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisis histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensikJurnal PDGI 62 (1) Hal. 11-16 © 2013

Page 8: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

15Syafitri dkk. : Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisis histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensikJurnal PDGI 62 (1) Hal. 11-16 © 2013

Y-STRs merupakan rujukan standar baku emas (goldstandard) dalam penentuan jenis kelamin individu.Kelebihan metode ini dibandingkan metode lainnyaadalah lebih akurat, sensitif, dan lebih stabil jikadibandingkan dengan metode lainnya, namunmemerlukan teknik yang lebih rumit, biaya danperalatan yang mahal, serta kontaminasi pada sampeldapat mempengaruhi akurasi hasil pemeriksaan.

Metode analisis Y-STRs sangat berguna dalampemeriksaan bukti pada korban kekerasan seksual,dapat diambil dari apusan vagina, yang mengandungbaik DNA pria maupun wanita. Penanda genetikSTRs pada kromosom Y dapat digunakan untukmendapatkan profil genetik donor laki-laki (tunggaldan ataupun lebih dari satu) dalam campuran cairantubuh dari laki-laki dan wanita. Dalam kasuscampuran, ketika konsentrasi dari donor perempuansangat tinggi dibandingkan dengan kontributor laki-laki, standar analisis autosomal STR mungkin gagaluntuk mendeteksi profil DNA donor laki-laki. Jikahal ini terjadi, analisis Y-STR dapat digunakan untukmenargetkan kromosom Y, dan DNA dari kontributorperempuan diabaikan. Analisis Y-STRs juga sangatberguna dalam khususnya ketika lebih dari satupelaku pria. Pola campuran pria pada barang buktidapat mengidentifikasi pria-pria pelaku yangbertanggung-jawab terhadap kasus pelecehantersebut.17

Berdasarkan pembahasan di atas dapatdisimpulkan bahwa identifikasi jenis kelamin dapatdilakukan melalui pemeriksaan histologis dananalisis DNA. Pemeriksaan histologis dapatdilakukan dengan melihat keberadaan kromatinseks. Kromatin X (Barr body) adalah kromatin seksyang terdapat pada sel wanita, sedangkan kromatinX (Y body) adalah kromatin seks yang hanya dimilikioleh pria. Metode ini sederhana dan tidakmembutuhkan biaya yang besar namun aplikasinyaterbatas terutama pada kasus dengan kerusakanjaringan yang parah. Identifikasi jenis kelaminmelalui analisis DNA umumnya dilakukan denganpemeriksaan gen amelogenin pada kromosom seks.Walaupun tekniknya sulit dan memerlukan biayayang tinggi, teknik analsis DNA merupakan teknikyang stabil, sensitif serta memiliki tingkat akurasiyang tinggi. Variasi lain penanda jenis kelamin yangmenggunakan identifikasi berbasis DNAdiantaranya adalah gen SRY dan metode analisis Y-STRs.

Penerapan metode yang akan dilakukan harussesuai dengan kondisi yang ditemukan pada tempatkejadian ataupun jenis musibah yang terjadi, karena

akan mempengaruhi keakuratan pemeriksaan.Pemilihan metode identifikasi yang tepat tentu dapatmemudahkan proses identifikasi individu. Kombinasimetode pemeriksaan dapat meningkatkan akurasidalam menegakkan identifikasi individu, tidak hanyadalam penentuan jenis kelamin tapi juga untukpenentuan variabel pemeriksaan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Prawestiningtyas E, Algozi AM. Forensic identification

based on both primary and secondary examinationpriority in victim identifiers on two different massdisaster cases. Jurnal Kedokteran Brawijaya 2009;XXV(2): 87-94.

2. Eboh D. A dimorphic study of maxillary first molarcrown dimensions of Urbohos in Abraka, South-Southern Nigeria. J Morphol Sci 2012; 29(2): 96-100.

3. Das N, Gorea RK, Gargi J, Singh JR. Sex determinationfrom pulpal tissue. JIAM 2004; 26(2): 50-53.

4. Gomez FM. Sexual dimorphism in human teeth fromdental morphology and dimensions: a dentalanthropology viewpoint. In: Moriyama H, editor. Sexualdimorphism. InTech, open access book; 2013. p. 97-124.

5. Sonika V, Harshaminder K, Madhushankari GS, A SriKennath JA. Sexual dimorphism in the permanentmaxillary first molar: a study of the haryana population(India). J Forensic Odontostomatol 2011; 29(1): 37-43.

6. Omar A, Azab S. Applicability of determination ofgender from odontometric measurements of canineteeth in a sample of adult egyptian population. CDJ2009; 25(2): 167-80.

7. Staka G, Bimbashi V. Sexual dimorphism inpermanent maxillary canines. Int J Pharm Bio Sci 2013;4(2): 927-32.

8. Veeraraghavan G, Lingappa A, Shankara SP.Determination of sex from tooth pulp tissue. LibyanJ Med 2010; 5: 5084.

9. Lakhanpal M, Gupta N, Rao NC, Vashisth S. Toothdimension variations as a gender determinant inpermanent maxillary teeth. JSM Dent 2013; 1(1): 1014.

10. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Metodepengukuran manusia. Surabaya: AirlanggaUniversity Press; 2008. h. 55-9.

11. Ursula M. Sex chromatin. J Med Genet 1964; I: 50-73.12. Suazo G, Roa HI, Cantin LM. Sex Chromatin in dental

pulp. Performance of diagnosis test and gold standardgeneration. Int J Morphol 2010; 28(4): 1093-96.

13. Suazo G, Flores A, Roa HI. Sex determination ofobservation of barr body in teeth subjected to hightemperatures. Int J Morphol 2011; 29(1): 199-203.

14. Atmadja DS, Untoro E. Peranan analisis DNA padapenanganan kasus forensik. In: Idries AM,Tjiptomartono AL, editors. Penerapan ilmu

Page 9: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina

16

kedokteran forensik dalam proses penyelidikan. 2 ed.Jakarta: CV Sagung Seto; 2011. h. 224-33.

15. George R, Donald PM, Nagraj SM, Idiculla JJ, IsmailRH. The impact of chimerism in DNA-based forensicsex determination analysis. Malays J Med Sci 2013;20(1): 75-9.

16. Butler JM. Advanced topics in forensic DNA typing:methodology. Maryland, USA: Elsevier Inc; 2012. p.69-90.

17. Renjith G, Donald PM, Kumbargere S. The impact ofchimerism in DNA-based forensic sex determinationanalysis. Malays J Med Sci 2013; 20(1): 75-9.

18. Reddy AV, Sriram G, Saraswathi TR,Sivapathasundharam B. Isolation of epithelial cellsfrom tooth brush and gender identification byamplification of SRY gene. J Forensic Dent Sci 2011; 3:27-32.

19. Muruganandhan J, Sivakumar G. Practical aspect ofDNA-based forensic studies in dentistry. J ForensicDent Sci 2011; 3: 38-45.

20. Mannucci A, Sullivan KM, Ivanov PL, Gill P. Forensicapplication of rapid and quantitative DNA sex testby amplification of the X-Y homologous geneamelogenin. Int J Leg Med 1994; 106: 190-93.

21. Sullivan KM, Mannucci A, Kimpton CP, Gill P. A rapidand quantitative DNA sex test: fluorescene-based PCRanalysis of X-Y homologous gene amelogenin.Biotechniques 1993; 15(4): 636-41.

22. Tschentscher F, Frey UH, Bajanowski T. Amelogeninsex determination by pyrosequencing of short PCRproducts. Int J Legal Med 2008; 122: 333-35.

23. Tozzo P, Giuliodori A, Corato S, Ponzano E. Deletionof amelogenin Y-locus in forensics: Literature revisionand description of a novel method for sexconfirmation. J Forensic Leg Med 2013; 20:387-91.

24. Muruganandhan J, Sivakumar G. Practical aspects ofDNA-based forensic studies in dentistry. J ForensicDental Sci 2011; 3(1): 38-45.

25. Parekh DH, Patel SV, Zalawadia AZ, Patel SM.Odontometric study of maxillary canine teeth toestablish sexual dimorphism in gujarat population.Int J Med Res 2012; 3(3): 1935-37.

26. Ferreira I. Sequence variation of the Amelogenin geneon the Y-chromosome [South African: North-WestUniversity; 2010. p. 8-17.

27. Joseph AP, Harish RK, Rajeesh Mohammed PK, VinodKumar RB. How reliable is sex differentiation fromteeth measurements. OMPJ 2013; 4(1): 289-92.

28. Hemanth M, Vidya M, Nandaprasad, Karkera BV. Sexdetermination using dental tissue. Medico-legalupdate 2008; 8(2): 7-12.

29. Elrod SL, Stansfield WD. Schaum’s outlines genetika.4 ed. Indonesia: Penerbit Erlangga; 2007. h. 162-5.

30. Tucker R, Collins M. The science and management ofsex verification in sport. SAJM 2009; 21(4): 147-50.

Syafitri dkk. : Metode pemeriksaan jenis kelamin melalui analisis histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensikJurnal PDGI 62 (1) Hal. 11-16 © 2013

Page 10: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina
Page 11: staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/a_winoto/publication/1.5_metode... · forensik (Sex determination using histological and DNA analysis in forensic odontology) Kharlina