st mufa & hindun iconlee (12-13 november 2016), “the...

19
St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter” 1 MAKALAH ICONLEE (12-13 November 2016) Tema : Building Mutually Beneficial Cooperation Facing of ASEAN Economic Community (AEC) Subtema : Teaching and Education THE APPROACH OF CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TO ENHANCE THE SKILLS OF WRITING A PERSONAL LETTER (Classroom Action Research in the MI I'anatusshibyan Land Sareal, Bogor) Siti Mufatiroh Teacher MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor [email protected] dan Dr. Hindun Lecture UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [email protected] / [email protected] Abstract The purpose of the implementation of the PTK is to know the applicability of the approach of the CTL (Contextual Teaching and Learning) at grade IV MI I'anatusshibyan Land Sareal Bogor City and see its effect on the improvement of the skills of a personal letter writing students. Research methods design PTK (Classroom Action Research) performed in three cycles. The subject of this research is the grade IV A MI I'anatusshibyan, the teacher of class IV A, with two principal i.e. the observer and his colleague as a collaborator. Data collection was done through observation, documentation, and test/assignment of writing a personal letter. For an analysis of the data using a descriptive qualitative analysis techniques as a means of analyzing the results of the use of observation approaches CTL when learning to write a personal letter and use quantitative descriptive for knowing the value of the test results to make each student a personal letter so knowable number of its increase. The results showed that a personal letter writing skills to peers become more interesting so that students can experience learning more meaningful. Students can express opinions and experiences/his aspirations in writing with a more communicative language style. Students more active asked, suggested, responding to the results of the group work with the insiatif himself, and more enthusiastic and concentration when learning takes place. The results of the study and the liveliness of the students has increased in each cycle. The number of students who are on a category completely meet the KKM 70 for cycle I as much as 21 students, with 68% percentage while on cycle II becomes 29 students with percentage of 94% and cycle III experience increased back to 31 students with a percentage of 100%. Researchers concluded that PTK is managed properly. Keyword: writing skills, Personal Letters, and CTL

Upload: buidang

Post on 06-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

1

MAKALAH ICONLEE (12-13 November 2016)

Tema : Building Mutually Beneficial Cooperation Facing of ASEAN Economic

Community (AEC)

Subtema : Teaching and Education

THE APPROACH OF CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

TO ENHANCE THE SKILLS OF WRITING A PERSONAL LETTER

(Classroom Action Research in the MI I'anatusshibyan Land Sareal, Bogor)

Siti Mufatiroh

Teacher MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor

[email protected]

dan

Dr. Hindun

Lecture UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected] / [email protected]

Abstract

The purpose of the implementation of the PTK is to know the applicability of the approach

of the CTL (Contextual Teaching and Learning) at grade IV MI I'anatusshibyan Land Sareal

Bogor City and see its effect on the improvement of the skills of a personal letter writing

students.

Research methods design PTK (Classroom Action Research) performed in three cycles.

The subject of this research is the grade IV A MI I'anatusshibyan, the teacher of class IV A,

with two principal i.e. the observer and his colleague as a collaborator. Data collection was

done through observation, documentation, and test/assignment of writing a personal letter. For

an analysis of the data using a descriptive qualitative analysis techniques as a means of

analyzing the results of the use of observation approaches CTL when learning to write a

personal letter and use quantitative descriptive for knowing the value of the test results to make

each student a personal letter so knowable number of its increase.

The results showed that a personal letter writing skills to peers become more interesting

so that students can experience learning more meaningful. Students can express opinions and

experiences/his aspirations in writing with a more communicative language style. Students

more active asked, suggested, responding to the results of the group work with the insiatif

himself, and more enthusiastic and concentration when learning takes place. The results of the

study and the liveliness of the students has increased in each cycle. The number of students

who are on a category completely meet the KKM 70 for cycle I as much as 21 students, with

68% percentage while on cycle II becomes 29 students with percentage of 94% and cycle III

experience increased back to 31 students with a percentage of 100%. Researchers concluded

that PTK is managed properly.

Keyword: writing skills, Personal Letters, and CTL

Page 2: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

2

PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI

(Penelitian Tindakan Kelas di MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor)

Siti Mufatiroh

Guru MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor

[email protected]

dan

Dr. Hindun

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[email protected] / [email protected]

ABSTRAK

Tujuan Pelaksanaan PTK ini ialah untuk mengetahui penerapan pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas IV MI I’anatusshibyan Tanah Sareal

Kota Bogor dan melihat pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan menulis surat pribadi

siswa.

Metode penelitian dengan rancangan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan

dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A MI I’anatusshibyan, guru kelas

IV A, dengan dua observer yaitu kepala sekolah dan teman sejawat sebagai kolaborator.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan menulis surat

pribadi. Untuk analisis datanya menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sebagai

sarana menganalisis hasil observasi penggunaan pendekatan CTL ketika pembelajaran menulis

surat pribadi dan menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui nilai hasil tes membuat

surat pribadi setiap siswa sehingga dapat diketahui jumlah peningkatannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis surat pribadi untuk teman

sebaya menjadi lebih menarik sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih

bermakna. Siswa dapat mengungkapkan pendapat dan pengalaman/cita-citanya secara tertulis

dengan gaya bahasa yang lebih komunikatif. Siswa pun semakin aktif bertanya,

mengemukakan pendapat, menanggapi hasil kerja kelompok dengan insiatif sendiri, dan lebih

antusias serta konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dan keaktifan siswa

mengalami peningkatan pada tiap siklus. Jumlah siswa yang berada pada kategori tuntas

memenuhi KKM 70 untuk siklus I sebanyak 21 siswa, dengan persentase 68% sedangkan pada

siklus II menjadi 29 siswa dengan persentase 94% dan pada siklus III mengalami peningkatan

kembali menjadi 31 siswa dengan persentase sebesar 100%. Peneliti menyimpulkan bahwa

PTK ini berhasil dengan baik.

Kata Kunci : Keterampilan Menulis, Surat Pribadi, dan CTL.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan suatu keterampilan yang hanya akan berkembang jika dilatih

secara terus-menerus. Memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berlatih

Page 3: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

3

menulis dalam berbagai tujuan misalnya menulis surat pribadi untuk teman sebaya merupakan

sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat.

Sebagaimana tersurat dalam al-Quran Surah al-‘Alaq ayat 1–5 yang artinya, “Bacalah

dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah, bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia)

dengan perantaraan kalam, Ia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.1 Dari

ayat-ayat tersebut bisa diketahui bahwa baca tulis merupakan kunci ilmu. Untuk mendapatkan

ilmu harus dilakukan proses belajar sepanjang hayat. Sebagaimana diungkapkan oleh Siti Nur

Puji Hastuti, “Belajar ilmu pengetahuan yang canggih supaya bangsa kita tidak ketinggalan

bangsa lain”.2

Keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dengan keterampilan

lainnya dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian itu dapat bersifat internal

dan eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dalam

pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara

eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Rendahnya

keterampilan tersebut biasanya terjadi akibat beberapa kemungkinan antara lain: (1.) Motivasi

belajar siswa masih rendah. (2.) Siswa belum menerapkan ejaan dan tanda baca yang benar

ketika menulis. (3.) Proses pembelajaran kurang mengoptimalkan metode yang bervariasi. (4.)

Guru kurang kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang tersedia (5.) Media

pembelajaran membutuhkan biaya tambahan.

Apabila kondisi siswa tersebut dibiarkan berlarut tentunya dapat membawa dampak

negatif dan kurang efektifnya keterampilan menulis siswa sesuai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Maka dari itu peneliti mengadakan kegiatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

dengan penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini, dibatasi sebagai berikut: keterampilan menulis surat pribadi Siswa kelas

IV A, MI I’anatusshibyan, pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016, dan penerapan

pendekatan CTL.

C. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah pendekatan CTL (contextual teaching and learning) dapat meningkatkan

keterampilan menulis surat pribadi siswa Kelas IV di MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor?”

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART,

Anggota IKAPI, 2005), h. 598. 2 Siti Nur Puji Hastuti, Pengaruh Globalisasi di Lingkungan, (Demak: CV. Aneka Ilmu), tt. h. 41.

Page 4: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

4

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan

keterampilan menulis surat pribadi dengan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching

and Learning terhadap hasil belajar dan sikap siswa kelas IV A, MI I’anatusshibyan Tanah

Sareal Kota Bogor.

BAB II. LANDASAN TEORETIS

A. Hakikat Menulis

Pada dasarnya keterampilan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat

syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis,

mengetik, olah raga, dan sebagainya. Hindun menyatakan, “Menulis merupakan proses kreatif

menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu,

meyakinkan, dan menghibur”.3 Biasanya kegiatan menulis adalah untuk menghasilkan kata-

kata yang membentuk kalimat yang saling berkaitan sehingga menjadi sebuah wacana.

Wacana yang dihasilkan dari kegiatan menulis berisi ide, pengetahuan dan pengalaman dari

seseorang yang ingin disampaikan kepada orang lain yang ditulis dalam bentuk paragraf-

paragraf. Dalam proses mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan

sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf.

Jadi, keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan

gagasan, perasaan, dan pikiran-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan

media tulisan. Seseorang dapat dikatakan terampil apabila mampu melakukan gerakan motorik

dengan koordinasi dan kesadaran yang tinggi. Selain itu seseorang tersebut mampu

menerapkan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar dalam setiap tulisannya sehingga pesan

yang ingin disampaikan dapat sampai kepada pembaca sebagaimana gagasan penulis dengan

baik dan benar.

Selanjutnya, Dawud mengungkapkan, “yang dimaksud karangan adalah tuturan anak

yang disusun secara sistematis”.4 Tuturan itu dapat berupa tuturan lisan dan tulis. Sama halnya

ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak telah menjadi pencerita lisan yang baik

sebelum mereka mampu menulis. Sebagai contoh, anak usia prasekolah atau usia taman kanak-

kanak telah mampu, misalnya, menceritakan dirinya, lingkungannya, dan hasil bacaannya.

Dengan demikian, meskipun anak belum dapat menulis, mereka telah mampu menyusun

karangan. Bahan karangan itu dapat berasal dari hasil mendengarkan atau membaca.

3 Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaityah/Sekolah Dasar.

(Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), h. 203.

4Ibid, h. 1..

Page 5: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

5

Di samping itu, anak juga telah mampu mewujudkan karangannya dalam berbagai

bentuk, misalnya surat pribadi,. Pada saat mengungkapkan mainan yang telah dilihat di rumah

teman, misalnya anak telah mampu mendeskripsikan mainan itu kepada ayahnya. Seusai

bepergian, anak mampu menarasikan kepergiannya sejak berangkat, di perjalanan, di tempat

tujuan, sampai pulang kembali ke rumah. Pada saat anak menginginkan mainan yang menarik

hatinya, anak telah mampu merayu orang tuanya dengan berbagai alasan yang dimilikinya.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi anak, menulis merupakan proses

menuangkan kemampuan mengarang dalam bentuk tulis.

B. CTL (Contekstual Teaching and Learning)

Dalam proses pembelajaran sebaiknya seorang guru memerhatikan bagaimana cara

supaya pembelajaran yang berlangsung bisa bermakna bagi siswa. Dalam hal pembelajaran

bermakna menurut Trianto, “Pembelajaran bermakna adalah pemahaman, relevansi, dan

penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari”5.

Sebagaimana dikemukakan Maifalinda Fatra dan Abdul Razak, “Pembelajaran kontekstual

menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal

siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan

individual siswa dan penanaman guru”.6 Adapun Wina Sanjaya mengemukakan, “CTL

(Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari

dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk

dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”7.

Dalam hal ini Hindun menyatakan, “CTL merupakan konsep belajar yang membantu

dosen/guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya pada kehidupan mereka”8. Senada dengan pendapat tersebut, Nurhadi

mengungkapkan bahwa CTL adalah “Konsep belajar yang mendorong guru untuk

5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan

VI, 2013), h.106. 6 Maifalinda Fatra dan Abd.Rozak, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan I, 2010), h. 154. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana

Prenada Media, Cetakan VIII, 2011), h. 255. 8 Hindun, op. cit., h. 31.

Page 6: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

6

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa”.9 Selain itu

juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

penerapannya dalam kehidupan mereka masing-masing.

Selanjutnya Johnson mengutarakan bahwa, “CTL adalah sebuah proses pendidikan

yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka

pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan

pribadi, sosial, dan budaya mereka”.10 Dari konsep-konsep tersebut, ada tiga hal yang harus

dipahami:

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya

proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar

dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan

tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari

dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap

hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat

penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan pada kehidupan

nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi

materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan

mudah dilupakan.

3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL

bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan

tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan

sehari-hari.

Tiga pilar yang terdapat dalam CTL, yaitu: (1.) CTL mencerminkan prinsip kesaling-

bergantungan. (2.) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. (3.) CTL mencerminkan

prinsip pengorganisasian diri.

Lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

CTL yaitu :

9 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FIKIP

UNS, 2009), h. 14. 10 Ibid, h. 14.

Page 7: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

7

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activiting-knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan

yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah

pengetahuan yang utuh, yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh

dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara

keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang

diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan

cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan

berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam

kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi.

Beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL:

a) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan

pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka

akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.

b). Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada

dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan

yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir,

pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance

seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif

dalam berpikir.

c). Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan

berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga

mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi

setiap persoalan.

Page 8: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

8

d). Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang

sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi

sesuai dengan irama kemampuan siswa.

e). Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu,

pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan

anak (real world learning).

Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional:

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktifdalam

setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi

pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai

objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, sepertikerja

kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran

konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat,

dan menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan

dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran

konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan

dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya

individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu

merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional,

tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya

individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk

memperoleh angka atau nilai dari guru.

7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai

dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan

dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran

konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut

dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

Page 9: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

9

8. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan

mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan

setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran

konvensional pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.

10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka

dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan

evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan

lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan

pembelajaran biasanya hanya diukur tes.

Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki

karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan

pengelolaannya.

Dalam pendekatan CTL tentunya harus memperhatikan asas-asasnya yaitu:

1. Konstruktivisme

Dalam pembelajaran kontruktivisme, pembelajaran dibangun oleh pengetahuan siswa.

Sanjaya mengemukakan, “Konstuktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”.11 Dalam

pembelajaran tentunya siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri menyesuaikan

dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Inkuiri

Dalam hal ini, “Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis”.12 Secara umum proses inkuiri dapat

dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: (a.) Merumuskan masalah; (b.) Mengajukan

hipotesis; (c.) Mengumpulkan data; (d.) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;

dan (e.) Membuat kesimpulan

Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran

siswa akan masalah yang jelas dan ingin dipecahkan, siswa harus didorong untuk menemukan

masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa

11 Ibid, h. 264. 12 Ibid, h. 265.

Page 10: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

10

dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang

diajukan.

3. Bertanya (Questioning)

Menurut Wina Sanjaya, “Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan”.13 Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu;

sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam

proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi

memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Dalam suatu pembelajaran yang produktif

kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Leo Semenovich Vygotsky, Seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa “pengetahuan

dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu

permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang

lain”.14 Kerja sama, saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu

persoalan. Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar

hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat

dilakukan dalam berbagai bentuk, baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam

lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan

orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu,

yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat

dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi. Dalam kelas CTL, penerapan asas

masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok

belajar. Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang dianggap memiliki

keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Misalnya dokter untuk memberikan atau

membahas masalah kesehatan, para petani, tukang reparasi radio, dan lain-lain. Demikianlah

13Ibid, h. 266. 14Ibid, h. 267.

Page 11: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

11

masyarakat belajar. Setiap orang bisa saling terlibat; bisa saling membelajarkan, bertukar

informasi dan bertukar pengalaman.

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan penting untuk kegiatan pembelajaran. Pendapat yang dikemukakan Wina

Sanjaya, “Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai

contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.”15 Proses modelling tidak terbatas dari guru saja,

akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

Misalkan siswa yang pernah mendapat nilai bagus dalam menulis surat dapat disuruh untuk

menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap

sebagai model.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah “proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya.”16 Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses

pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat

kembali apa yang telah dipelajarinya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi

tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara

terintregasi dengan proses pembelajaran. Dalam penilaian ini Kunandar menyatakan,

“Penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif

setiap siswa terhadap standar yang telah ditetapkan”.17 Penilaian ini dilakukan secara terus-

menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan

kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Langkah-langkah pembelajaran CTL :

15Ibid, h. 268. 16Ibid. h. 268. 17 Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013,

Edisi 1, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), h. 52.

Page 12: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

12

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja

sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya!

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4. Ciptakan ‘masyarakat belajar‘ (belajar dalam kelompok-kelompok).

5. Hadirkan ‘model‘ sebagai contoh pembelajaran!

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!

Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung

dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima

informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa

catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : (1.) CTL

adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun

mental. (2.) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman

dalam kehidupan nyata. (3.) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh

informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. (4.)

Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. Adapun ciri

kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual yakni (1.) Pengalaman nyata, (2.) Kerja sama,

saling menunjang, (3.) Gembira, belajar dengan bergairah, (4.) Pembelajaran terintegrasi, (5)

Menggunakan berbagai sumber, (6.) Siswa aktif dan kritis, (7.) Menyenangkan, tidak membosankan,

(8.) Sharing dengan teman, dan (9.) Guru kreatif.

BAB III. METODOLOGI

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MI I’anatusshibyan kelas IV A yang

berlokasi di Jl. KH. Ahmad Sya’yani No. 70 Tanah Sareal-Kota Bogor Jawa Barat pada

semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa seluruhnya 31 yaitu 18 orang laki-

laki dan 13 orang siswa perempuan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk tes objektif,

observasi, tanya jawab langsung, dokumenter dan catatan lapangan. Maka alat pengumpulan

data yang dipergunakan adalah tes hasil belajar, tes penilaian sikap/afektif siswa, penilaian

keterampilan menulis dari hasil penugasan dan lembar observasi dari proses yang telah

berlangsung. Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah: (1.) Lembar Rekap Penilaian Hasil

Page 13: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

13

Tes Menulis Surat Pribadi Siswa; (2.) Lembar Penilaian Sikap/afektif Siswa dalam Menulis

Surat Setiap Siklus (3.) Lembar hasil observasi dengan pembelajaran CTL.

Tabel 3.1

Instrumen Penilaian Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siswa Setiap Siklus

No Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jumlah

Skor Nilai Ket. Isi

Pesan

EYD/Tanda

Baca

Bagian-

bagian

Surat

1

2

3

4 dst.

CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 100.

Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan siklus lanjutan.

Ket. : Kriteria Penilaian 5 = Sangat Baik 4=baik 3= cukup 2 = kurang 1=sangat kurang

Tabel 3.2

Instrumen Penilaian Afektif Menulis Surat Pribadi Siswa Setiap Siklus

a. N

o

.

No. Butir yang

dianalisis

Skor

Observer I

Skor

Observer II

Jumlah

Skor

Nilai

Rata-rata

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

Jumlah

Persentase

Keterangan Tiap Nomor Butir:

1. Mengemukakan pengalaman atau cita-cita secara lisan.

2. Menggunakan bahasa yang baik, efektif, dan efisien dalam menulis surat pribadi.

3. Menyebutkan bagian-bagian surat pribadi.

4. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat dalam menulis surat pribadi.

5. Mengemukakan pengalaman atau cita-cita secara tertulis dalam surat pribadi.

6. Menyampaikan berita/ informasi secara tertulis.

Page 14: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

14

7. Praktik menuliskan surat pribadi dengan memerhatikan ejaan dan tanda baca yang

benar.

8. Menarik kesimpulan.

9. Mandiri dalam melakukan tugas.

10. Menyelesaikan tugas tepat waktu.

Tabel 3.3

Instrumen Hasil Observasi dengan Penerapan Pendekatan CTL

No. No. Butir yang

dianalisis

Skor

Observer I

Skor

Observer II

Jumlah

Skor

Nilai

Rata-rata

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

21 21

22 22

23 23

24 24

25 25

Jumlah

Persentase

Keterangan tiap nomor butir:

1. Pemberian kesempatan bertanya kepada siswa.

2. Siswa belajar dari benda-benda nyata dan lingkungan sekitar.

3. Siswa menceritakan pengalaman atau pengetahuan dalam menulis dan mengirimkan surat.

4. Siswa membangun sendiri pengetahuannya dalam menulis surat pribadi berdasarkan objek

yang diamati.

Page 15: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

15

5. Guru memberikan kesempatan siswa berpikir setelah siswa diberi pertanyaan tentang materi

menulis surat pribadi.

6. Guru memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka

tentang materi menulis surat pribadi.

7. Siswa merumuskan masalah tentang susunan dan tata tulis dalam menulis surat pribadi.

8. Siswa melakukan simulasi tentang proses pengiriman surat.

9. Siswa menyajikan hasil dalam tulisan atau laporan.

10. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil karya (surat pribadi) pada teman sekelas, guru atau

pembaca.

11. Guru membentuk kelompok kecil atau besar.

12. Siswa bekerjasama dalam kelompok.

13. Guru menciptakan proses komunikasi dua arah dalam kerja kelompok.

14. Guru memfasilitasi siswa belajar secara kontekstual.

15. Guru mempraktikkan cara penulisan surat pribadi di hadapan siswa.

16. Guru menggunakan media/ model/contoh dalam KBM.

17. Guru melakukan kegiatan demonstrasi simulasi cara mengirimkan surat.

18. Guru memberi kesempatan padasiswa untuk mengungkapkan pendapat mengenai kegiatan

pembelajaran menulis surat pribadi.

19. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran menulis surat pribadi yang dilakukan.

20. Guru melakukan tanya jawab materi menulis surat pribadi secara keseluruhan.

21. Siswa mengungkapkan kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran menulis surat

pribadi pada hari itu.

22. Adanya aktivitas bertanya antarasiswa dengan siswa.

23. Terjadinya aktivitas bertanya guru kepada siswa.

24. Terjadinya aktivitas bertanya siswa kepada guru.

25. Tugas menulis surat pribadi kepada teman sebaya.

BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, pembelajaran dikembangkan dalam tiga

siklus tindakan. Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan satuan program semester yang

telah disusun oleh guru mata pelajaran, sehingga pelaksanaan penelitian ini tetap berjalan

sesuai alur progam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana mestinya.

Kegiatan menulis surat dalam penelitian ini menjadi kegiatan suplemen yang terintegrasi dalam

pembelajaran pokok.

Page 16: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

16

Selanjutnya, pada kegiatan refleksi peneliti merefleksi tindakan mulai siklus I, II, dan

III. Pada siklus I dinyatakan baik akan tetapi belum memenuhi kriteria keberhasilan yang

diharapkan, karena kurang optimalnya rancangan dan penerapannya dalam pembelajaran, guru

dan siswa kelas IV A belum terbiasa menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia

dengan pendekatan CTL. Pada kegiatan ini siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya

ke depan kelas, akan tetapi belum ada yang berani tampil dengan inisiatif sendiri tanpa harus

disuruh oleh guru. Siswa merasa malu untuk tampil ke depan kelas utuk mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya. Refleksi dan analisis tindakan pada siklus I nampaknya indikator

keberhasilan siswa masih belum terpenuhi. Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih dalam

kategori cukup, belum semua siswa terlibat dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa

juga kurang maksimal dalam melakukan tanya jawab karena waktu yang disediakan terbatas.

Pada siklus II sudah mulai nampak perkembangan siswa. Guru berusaha memperbaiki

setiap langkah pembelajaran pada siklus I yang menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran

sehingga guru dapat meningkatkan pembelajaran sehingga lebih baik meskipun ada sedikit

catatan-catatan kecil saat terjadinya proses pembelajaran di antaranya adalah masalah sebagian

kecil siswa masih kurang aktif bekerjasama dalam kelompok.

Pada siklus ke III pembelajaran nampak semakin meningkat. Para siswa nampak

semakin antusias dalam pembelajaran dan mulai terbiasa dan semakin terampil menulis surat

pribadi sehingga tidak terdapat kesulitan yang berarti ketika proses pembelajaran berlangsung.

Meskipun pada akhir pembelajaran guru terkesan terburu-buru dalam menutup pembelajaran

akibat keterbatasan waktu, tetapi hasil belajar siswa sudah nampak mengalami perkembangan

cukup baik dibandingkan pada siklus-siklus sebelumnya. Siswa semakin kompak dalam

kelompok masing-masing, dan pembelajaran sudah semakin efektif dan efisien.

Tabel 4.1

Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 73.98 Baik

II 81.94 Baik

III 90.75 Amat Baik

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus siswa mengalami

peningkatan hasil belajar secara signifikan dan memenuhi kriteria yang diharapkan.

Page 17: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

17

Tabel 4.2

Peningkatan Nilai Afektif / Sikap Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 79.78 Berkembang

II 86.88 Berkembang

III 90.32 Amat Berkembang

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus mengalami peningkatan

sikap belajar siswa (nilai afektif) secara signifikan dan memenuhi kriteria yang diharapkan.

Tabel 4.3

Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 68.00 Cukup

II 77.20 Baik

III 90.44 Amat Baik

Pada tabel tersebut pun menunjukkan bahwa pada setiap siklus siswa mengalami

peningkatan keterampilan dalam menulis surat pribadi secara signifikan dan memenuhi

kriteria yang diharapkan.

Tabel 4.4

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus I)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

18 58% 13 42% 79.78

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang

mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada

pembelajaran siklus pertama dinyatakan belum berhasil mencapai kriteria yang diharapkan

karena nilai hanya mencapai persentase hanya sebesar 58%.

Tabel 4.5

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus II)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

30 97% 1 3% 86.88

Page 18: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

18

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang

mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada

pembelajaran siklus kedua dinyatakan mengalami peningkatan dan berhasil mencapai kriteria

yang diharapkan yaitu dengan persentase sebesar 97%.

Tabel 4.6

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus III)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

31 100% 0 - 90.32

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang

mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada

pembelajaran siklus ketiga dinyatakan mengalami peningkatan kembali dan berhasil mencapai

kriteria yang diharapkan yaitu dengan persentase sebesar 100%.

BAB V. PENUTUP

Pendekatan CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis surat

pribadi siswa kelas IV A, prestasi maupun sikap siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya.

Pembelajaran berhasil berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (aktif, efektif, dan

efisien).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J-ART, Anggota

IKAPI. 2005.

Fatra, Maifalinda dan Abd.Rozak, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Cetakan I, 2010.

Hastuti, Siti Nur Puji. Pengaruh Globalisasi di Lingkungan. Demak: CV. Aneka Ilmu. t.t.

Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaityah/Sekolah Dasar. Depok: Nufa

Citra Mandiri, 2013.

Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Edisi 1,

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media,

Cetakan VIII, 2011.

Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FIKIP UNS, 2009. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan VI, 2013.

Page 19: St Mufa & Hindun ICONLEE (12-13 November 2016), “The ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42667/2/makalah... · ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

19

BIODATA PENULIS

HINDUN, lahir di Jakarta, 15 Desember 1970 dari ibu (almarhumah) yang bernama Hj. Siti Romlah,

dan ayah (almarhum) bernama Dasoem. Menikmati masa pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak sampai

perguruan tinggi. Mulai TK YPM, SDN Guntur 06 Pagi Jakarta, SMP Negeri 33 Jakarta, SPG Negeri 2 Jakarta Selatan, S-1 (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa

Indonesia. S-2 (Universitas Negeri Jakarta) prodi Pendidikan Bahasa. Sejak September 2012/2013

melanjutkan studi S-3 di Universitas Negeri Jakarta prodi Pendidikan Bahasa dan meraih gelar doktor

pada 2 Maret 2016. Ibu yang pernah menerima Piagam Penghargaan sebagai Sarjana Terbaik program S-1 Semester

Ganjil thn. akademik 1993/1994 ini mulai berkiprah secara formal tahun 1993-1998 menjadi tenaga

pengajar (guru Bahasa Indonesia) di MI-RPI (Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam) Jakarta Selatan dan sejak 2006

hingga kini menjadi dosen tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wanita yang memiliki dua anak dan pernah meraih predikat sebagai siswi terbaik di SPG Negeri 2 Jakarta Selatan (Thn.

Pelajaran 1987/1988) dan menjadi Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (periode 2010-2014) ini beralamat di Jl. Pondok Baru Raya no. 32 Rt 008/011 Kel. Cijantung, Jakarta

Timur.

Siti Mufatiroh lahir di KotaTulungaagung, 22 Maret 1981 dikaruniai seorang putra

bernama M. Sukma Saktie Kusnandar umur 3,5 tahun. Setelah menikah hingga saat

ini tinggal bersama keluarga kecilnya di Jl. Kemang Kiara Gg. Amaliyah RT/RW

005/004 Ds. Kemang Kec. Kemang Kab. Bogor Jawa Barat 16310.

Tahun 1997/1998 – 2000/2001 Mufa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya

yaitu di Madrasah Aliyah al-Ma’arif/MAM Tulungagung Jurusan IPA. Selama di

MAM mengisi waktu di luar jam sekolah dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris

untuk menambah wawasan di bidang bahasa di EEC (English Educational Center)

Tulungagung Th 1999. Selama Aliyah pula waktu malam hari dihabiskan dengan

mengajar di Madrasah Diniyah di Ponpes Darul Falah bagi anak-anak yang ingin

mengkaji ilmu agama, baik anak-anak yang mondok maupun yang pulang-pergi.