spontaneous bowel perforation complicating ventriculoperitoneal shunt

3
TUGAS DIVISI GASTROENTEROLOGI TAHAP JUNIOR HUBUNGAN ANTARA HIDROSEFALUS DAN DIARE Hidrocephalus bukan merupakan penyakit yang spesifik, namun menggambarkan kondisi yang terjadi karena gangguan sirkulasi dan penyerapan dari cairan cerebrospinal, atau pada keadaan yang lebih jarang, yaitu berasal dari peningkatan produksi dari papilloma plexus choroideus. Penyebab hidrosefalus terjadi akibat 2 penyebab yaitu pertama akibat Obstruksi dari sistem ventrikel yang disebut Hidrosefalus obstruktif atau non komunikans, sementara Hidrosefalus yang terjadi akibat obliterasi dari sisterna subarachnoid atau malfungsi dari vili arachnoid disebut hidrosefalus nonobstructif atau komunikans Ventrikuloperitoneal dan cystoperitoneal shunt adalah tatalaksana terbaik untuk Hidrosefalus baik Communicans dan Non Communicans. Prinsip dari tindakan ini adalah mengalirkan aliran Cairan Serebrospinal dari Ventrikel ke rongga peritoneum, sehingga sumbatan cairan serebrospinal dapat berkurang. Prosedur ini memiliki komplikasi berupa ventrikulitis, meningitis dan komplikasi intra abdomen. Komplikasi intraabdomen , termasuk volvulus , pembentukan pseudo kista, dan pergeseran ke dalam organ-organ gastrointestinal merupakan 25 % dari keseluruhan komplikasi yang berkaitan dengan shunt intraperitoneal . Terjadinya

Upload: raedy-ruwanda-susanto

Post on 14-Jul-2016

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

Page 1: Spontaneous Bowel Perforation Complicating Ventriculoperitoneal Shunt

TUGAS DIVISI GASTROENTEROLOGI

TAHAP JUNIOR

HUBUNGAN ANTARA HIDROSEFALUS DAN DIARE

Hidrocephalus bukan merupakan penyakit yang spesifik, namun menggambarkan

kondisi yang terjadi karena gangguan sirkulasi dan penyerapan dari cairan

cerebrospinal, atau pada keadaan yang lebih jarang, yaitu berasal dari peningkatan

produksi dari papilloma plexus choroideus. Penyebab hidrosefalus terjadi akibat 2

penyebab yaitu pertama akibat Obstruksi dari sistem ventrikel yang disebut

Hidrosefalus obstruktif atau non komunikans, sementara Hidrosefalus yang terjadi

akibat obliterasi dari sisterna subarachnoid atau malfungsi dari vili arachnoid disebut

hidrosefalus nonobstructif atau komunikans

Ventrikuloperitoneal dan cystoperitoneal shunt adalah tatalaksana terbaik untuk

Hidrosefalus baik Communicans dan Non Communicans. Prinsip dari tindakan ini

adalah mengalirkan aliran Cairan Serebrospinal dari Ventrikel ke rongga peritoneum,

sehingga sumbatan cairan serebrospinal dapat berkurang. Prosedur ini memiliki

komplikasi berupa ventrikulitis, meningitis dan komplikasi intra abdomen. Komplikasi

intraabdomen , termasuk volvulus , pembentukan pseudo kista, dan pergeseran ke

dalam organ-organ gastrointestinal merupakan 25 % dari keseluruhan komplikasi

yang berkaitan dengan shunt intraperitoneal . Terjadinya komplikasi perforasi usus

juga dapat terjadi walaupun sangat jarang, yaitu sekitar 0,01 – 0,07 % dari seluruh

komplikasi intraabdomen yang berkaitan dengan shunting.Namun begitu, keadaan

ini perlu mendapat penanganan dan perhatian secara khusus berkaitan dengan

Angka kematiannya cukup tinggi, mencapai 15 %, yang terjadi karena infeksi

intrakranial atau intraabdomen. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai

beberapa tahun setelah operasi shunting. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan

komplikasi yang jarang ini, termasuk iritasi kronik dari gastrointestinal, riwayat

operasi sebelumnya atau alergi silikon. Bakteri penyebab infeksi tersering adalah

Eschericia Coli

Page 2: Spontaneous Bowel Perforation Complicating Ventriculoperitoneal Shunt

Diagnosa perforasi usus akibat shunting agak sulit untuk ditegakkan, kecuali selang

shunting menembus keluar dari anus. Diare yang tidak sembuh dan tidak diketahui penyebabnya, dan disertai gejala abdominal lain seperti nyeri perut, muntah, dan sering disertai dengan demam. Merupakan tanda bahaya

terjadinya perforasi usus. Pemeriksaan CT Scan Abdomen dapat menjadi

pemeriksaan diagnostik yang penting untuk Perforasi Usus. Perforasi dapat terjadi

pada banyak bagian dari usus namun lebih sering terjadi pada colon. Pada banyak

kasus pasien dapat asimptomatik atau terjadi protrusi dari kateter shunt melalui anus

atau mulut.

Terapi untuk keadaan ini bergantung dari keadaan klinis pasien, tatalaksananya antara lain pengambilan shunt catheter secara perkutaneus atau bahkan secara laparotomi. Beberapa penelitian menyebutkan selang kateter dapat secara langsung diambil secara perkutaneus sebanyak 69 %, sedangkan 17 % pasien membutuhkan laparotomi dan repair dari usus

Perforation can occur in any segment of the GI tract but the colon is the most

commonly reported site. In most of the cases the patient was either asymptomatic or

presented with a catheter protruding through the anus or the mouth [2,4]. Symptoms

related to bowel perforation included abdominal pain, vomiting, and diarrhea.

The overall mortality rate after perforation is relatively high, approaching 15-18%,

and it is further increased when infection is present. Mortality is about 22% with

central nervous system (CNS) infection and 33% with intra-abdominal infection,

which can result in meningitis, encephalitis, or brain abscesses [4]. CSF cultures are

positive in nearly 50% of cases, with Escherichia coli being the most common

organism.