spondilosis
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu gangguan kronik, tidak
meradang dan progresf lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan.
Rawan sendi megalami kemunduran atau degenerasi, disertai pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi (body spur).
Proses degenerasi ini disebabkan karena proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanika tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
mengakibatkan dipecahkannya polisakarida protein yang membentuk matriks
disekeliling kondrosit, sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Spondilosis merupakan bagian dari penyakit osteoarthritis (OA). Penyakit ini
dapat diderita pasien yang memiliki kebiasaan hidup tidak ergonomis seperti
pada kebanyakan orang di zaman modern ini. Selain itu, karena penyakit ini
degeneratif, maka pasien dengan usia 45 tahun ke atas beresiko terkena
penyakit ini.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan maupun klien mulai dari definisi Spondilosis hingga penanganannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi fisiologi sistem saraf?
b. Apakah definisi spondilosis?
c. Apa klasifikasi spondilosis?
d. Bagaimana etiologi spondilosis?
e. Bagaimana patofisiologi dan web of caution dari spondilosis?
f. Bagaimana manifestasi klinis spondilosis?
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada spondilosis?
h. Bagaimana pencegahan spondilosis?
i. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan pada spondilosis?
j. Apa komplikasi spondilosis?
k. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan spondilosis?
1PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan spondilosis
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi spondilosis
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem saraf
c. Untuk mengetahui klasifikasi spondiosis
d. Untuk mengetahui etiologi spondilosis
e. Untuk mengetahui patofisiologi dan web of caution dari spondilosis
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis spondilosis
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada spondilosis
h. Untuk mengetahui pencegahan spondilosis
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada
spondilosis
j. Untuk mengetahui komplikasi spondilosis
k. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan spondilosis
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan rekan-rekan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan spondilosis yang kelompok kami bahas dalam
makalah ini.
2PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisologi
A. Otak
Otak merupakan alat untuk
memproses data tentang lingkungan
internal dan eksternal tubuh yang
diterima reseptor pada alat indera
(seperti mata, telinga, kulit, dan lain-
lain)
Secara garis visual, pembagian otak
sebagai berikut:
a) Meningen
Meningen /lapisan pembungkus otak merupakan bagian terluar dari otak.
Meningen memiliki beberapa lapisan yaitu Durameter, Aracnoid dan Piameter,
yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Durameter (Bagian terluar)
Durameter merupakan lapisan periostem tulang tenggorok, merupakan
lapisan yang kuat, lapisan fibrosa yang mengandung pembuluh darah, yang
memberikan nutrisi pd tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan
tengkorak shg tidak ada lapisanepidural antar tulang dg membrane seperti pd
spinal. Antara durameter bagian dalam dan aracnoid terdapat rongga subdural
dan tidak mengandung Cerebro Spinal Spuid (cairan serebro spinal). Pada
beberapa tempat kedua lapisan dalam dan luar membentuk saluran yang
mengandung Pembuluh darah yang disebut dengan Dural sinus dan terdapat
darah vena dari pembuluh darah di otak.
b. Arachnoid (Lapisan tengah dari meningen)
Lapisan ini merupakan jaringan ikat, Antara aracnoid dan piameter terdapat
seperti jarring-jarang trabekula dan rongga subaracnoid yg mengandung CSF.
Lapisan aracnoid idak mengandung pembuluh darah, tapi pembuluh darah
terdapat pada ronga subaracnoid.
c. Piameter
Piameter merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak.
Sebagian besar suplai darah pada otak disuplai oleh pembuluh-pembuluh darah
kecil yang banyak pada piameter.
3PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
b) Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitelkuboid
yg disebut epedima. Terdapat kapiler-kapiler
yang disebut dengan pleksus koroides.
Terdapat 4 ventrikel yag diberi nomor dari atas
kebawah dari otak yaitu: ventrikel kiri dan
kanan pada hemister sebri, ventrikel ketiga
pada diecephalon dan ventrikel keempat pada
pons dan medulla. Ventrikel lateral dihubungkan dengan ventrikel ketiga oleh
interventrikular foramen sedangkan ventrikel ketiga nyambung dg ventrikel
keempat melewati oleh celah sempit yang disebut serebral aqua duktus di
midbral atau otak tengah.
c) Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal / CSF berperan dalam melindungi otak, menjaga
keseimbangan bahan-bahan kimia susunan syaraf pusat. CSF dientuk dalam
pleksus koroides pada ventrikel lateral. Tiga dan empat dengan kombinasi
proses diffusi dan transport aktif. Pleksus koroid menseleksi komponen darah
yang dapat melewati membrannya keventrikel (tidak untuk sel darah merah,
protein dg molekul besar). Yang dapat lewat: protein berukuran kecil, O2, CO2,
Na, K, Ca, Mg, Cl, gukosa dan seluruh jumlah kecil sel darah putih.
Perjalanan CSF dibentuk di ventrikel lateral, lalu melalui interventrikuler
foramen masuk ke ventrikel III dan melalui Agua Duktus CSF mengalir ke
ventrikel IV. Diventrikel IV terdapat 3 buah subaracnoid spaces (sisterna magna)
disebelah medulla, aliran berlanjut kespinal lalu kelumbal sisterna. Sebagian
besar naik lagi ke otak melalui subaraknoid spaces masuk kevili arachnoid dari
sinus sagital superior.Cerebro Spinal Fluid (CSF)Vili arachnoid memiliki katup
yang sensitive dengan tekanan dengan sisitem satu arah. CSF selalui
dipengaruhi sekitar dalam sehari.
d) Bagian-Bagian Otak
1. Medulla Oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian yang vital dalam pengaturan jantung,
vasomotor atau kontriksi dan dilatasi pembuluh darah dan pusat pernafasan.
Medulla oblongata memonitor kadar CO2 yang berperan dalam pengaturan
pernafasan, mengatur muntah, bersin, batuk dan menelan. Dibagian ventral
terdapat pyramid menyilang (pyramid decussation) sehingga dibawah medulla
4PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
keadaan motorik tubuh dikontrol oleh bagian yang berlawanan dalam hemisfer
serebri.
2. Pons
Terletak diatas medulla, pada bagian dorsal terdapat Formtorio Retikularis
dan nuclei syaraf cranial jalur aseden dan desende.Dalam Formatio retikularis
terdapat pusat apneu dan pneumotorix yang membantu dalam pengaturan
pernafasan.
3. Midbrain/mesensepalon
Midbrain/mesensepalon terdapat diatas pons.Terdapat pusat refleks yang
membantu koordinasi pergerakan bila matadan kepala, membantu pengaturan
mekanisme focus pada mata, mengatur respon pupil terhadap stimulus
cahaya.Terdapat substansi nigra yang berperan dalam pengaturan aktivitas
motoric somatic.
4. Serebelum
Serebelum berperan dalam fungsi keseimbangan. Secara terus menerus
menerima input dari otot, tendon, sendi, dan organ vestibular (keseimbangan)
dalam bentuk proprioceptive input (kepekaan terhadap posisi tubuh yang satu
dari yang lain). Mengitegrasikan kontraksi otot satu dengan yang lain, mengatur
tonus otot.
5. Serebrum
Serebrum merupakan struktur terbesar dan paling rumit dalam system
syaraf. Terdapat dua hemisfer yang terdiri dari korteks yang merupakan subtansi
abu-abu (gray matter), subtansi putih dan ganglia basalis. Korteks terbagi
kedalam 6 lobus:
1) Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan area control motorik terhadap pergerakan
yang disadari termasuk yang berkaitan dengan bicara. Aktivitas motorik: Area
Broadman 4 (primary motor cortex), area 6 (supplementary and premotor motor
cortex), area 8 (pergerakan mata) area 44 (area Brocca untuk bicara). Selain
control motorik lobus frontalis juga berperan dalam control ekspresi emosi dan
prilaku, moral.
2) Lobus Parientalis
Lobus parientalis berperan dalam sensasi umum, selera, are 1,2,3
(integrasi sensasi secara umum) 5,6,7,40 (apresiasi terhadap tekstur, berat,
5PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
mengenali bentuk benda yang dipegang). Area 40 memiliki peran penting dalam
body image/gambaran diri. Area 43 (selera dalam hal pengecapan
3) Lobus temporalis
Lobus temporalis merupakan pusat pendengaran, keseimbangan,
emosi, dan memori. Terdapat area 41,42 yang berperan dalam pegturan
keseimbangan, area 39 yang berperan dalam pemahaman terhadap bicara atau
kata-kata. Bagian anterior lobus ini berperan dalam emosi, halusinasi, memori
jangka pendek dari beberapa menit sampai beberapa minggu atau bulan.
4) Lobus oksipital
Lobus oksipital merupakan pusat penglihatan, pengaturan ekspresi.
Terhadap area 17 (area penglihatan utama), area 18,19 mamaknai hasil
penglihatan, area 39 memahami bahasa tulisan, area 22 memahami bahasa
lisan dan area wernicks (39,22,40).
5) Insula
Insula berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal, dan organ
visceral lainnya.
6) Limbik
Berperan dalam pengaturan emosi, perilaku, memori jangka pendek
dan penciuman.Korteks serebri merupakan lapisan terluar dari serebrum, terdiri
dari subtansi abu-abu.Banyak berperan dalam pengaturan aktivitan kehidupan
yang disadari.
7) Talamus
Talamus merupakan pust prosesing dan relay semua input sensori
kecuali penciuman. Talamus merupakan memiliki 4 area utama yaitu system
sensori, system motorik, aktivitas neurofisiologius dan ekspresi emosi, perilaku
manusia unik. Talamus berkaitan dengan proses berfikir, kreativitas, interpretasi
dan pemahaman bahasa lisan dan tilisan dan mengenali objek dengan cara
menyentuh.
8) Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah thalamus, berdekatan dengan dengan
hipofisis. Hipotalamus mengatur banyak fungsi untuk keseimbangan. Merupakan
pusat pengaturan dan koordinasi dari system syaraf otonom, pengaturan suhu,
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.Pengaturan pola tidur dan
terjaga, berperan dalam pengaturan lapar dan keinginan untuk makan yang
dibantu dengan kadar glukosa, lemak dan protein dalam tubuh, respon prilaku
6PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
berkaitan dengan emosi, Kontrol endokrin juga berperan dalam respon seksual
seperti organisme dan respon terhadap stimulus organ seksual.
9) Epithalamus
Epithalamus terdiri dari 3 bagian : Trigonum
habenulae, badan pineal, dan komisura posterior.
Trigonum habenulae mengandung serabut syaraf
yang berhubungan dengan midbrain, berperan
sebagai pusat relay. Badan pineal (epiphysis)
berperan seperti kelenjar endokrin (neuroendokrin).
Komisura posterior berhubungan dengan midbrain.
10) Ventral thalamus/subthalamus
Terletak dibagian ventral diencephalons, mengandung nuclei subtalamik.
B. Medulla Spinalis
Dari batang otak berjalan suatu
silinder jaringan saraf panjang dan
ramping, yaitu medulla spinalis, dengan
ukuran panjang 45 cm (18 inci) dan garis
tengah 2 cm (seukuran kelingking).
Medulla spinalis, yang keluar dari sebuah
lubang besar di dasar tengkorak,
dilindungi oleh kolumna vertebralis
sewaktu turun melalui kanalis vertebralis.
Dari medulla spinalis spinalis keluar saraf-
saraf spinalis berpasangan melalui ruang-
ruang yang dibentuk oleh lengkung-lengkung tulang mirip sayap vertebra yang
7PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
berdekatan. Setiap ruas vertebrae
mempunyai bentuk yang hampir
sama dengan beberapa variasi.
Pada umumnya, ciri-ciri vertebrae
terdiri dari corpus, processus
spinosus, 2 processus
transversalis, 2 pediculus, 2 arcus,
dan 2 lamina.
Saraf spinal berjumlah 31 pasang
dapat diperinci sebagai berikut : 8 pasang saraf servikal (C), 12 pasang saraf
thorakal (T), 5 pasang saraf lumbal (L), 5 pasang saraf sakr al (S), dan 1 pasang
saraf koksigeal (Co). Vertebrae sacralis membentuk sacrum, vertebrae
coccygeus membentuk coccygeus.
Selama perkembangan, kolumna vertebra tumbuh
sekitar 25 cm lebih panjang daripada medulla spinalis.
Karena perbedaan pertumbuhan tersebut, segmen-
segmen medulla spinalis yang merupakan pangkal dari
saraf-saraf spinal tidak bersatu dengan ruang-ruang antar
vertebra yang sesuai. Sebagian besar akar saraf spinalis
harus turun bersama medulla spinalis sebelum keluar dari
kolumna vertebralis di lubang yang sesuai. Medulla
spinalis itu sendiri hanya berjalan sampai setinggi vertebra
lumbal pertama atau kedua (setinggi sekitar pinggang),
sehingga akar-akar saraf sisanya sangat memanjang
untuk dapat keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang
sesuai. Berkas tebal akar-akar saraf yang memanjang di
dalam kanalis vertebralis yang lebih bawah itu dikenal
sebagai kauda ekuina (”ekor kuda”) karena
penampakannya.
Bentuk vertebrae yang sangat berbeda
yaitu C1 dan C2. Vertebrae cervicalis 1 (C1)
disebut juga atlas atau corpus occiput cranium
dan berperan untuk fleksi dan ekstensi leher.
Vertebrae cervicalis 2 (C2) disebut axis. Pada
bagian superior carpus vertebrae 2 terdapat
8PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
tonjolan tulang yang disebut dens atau processus odontoideus. Dens masuk ke
dalam lingkaran atlas. Atlas dan axis secara bersama-sama membentuk
articulatio atlanto-axialis yang berperan dalam rotasi leher. Corpus vertebrae
antara C2 sampai S1 masing-masing dipisahkan oleh jaringan fibrokartilago
discus invertebralis yang berfungsi sebagai peredam kejut.
Medulla Spinalis dan batang otak membentuk struktur
kontinu yang keluar dari hemisfer serebral dan bertugas
sebagai penghubung otak dan saraf perifer. Medulla spinalis
terletak di dalam foramina vertebralis dan membentang dari
vertebrae cervicalis 1 (C1) dan berakhir sebagai conus
medullaris setinggi antara L1 dan L2. Filum terminale
membentang dari conus medullaris sampai melekat pada
coccygeus. Medulla spinalis terbagi atas segmen-segmen,
dan satu dari 31 pasang saraf spinal keluar dari medulla
spinalis dari tiap-tiap segmen. Saraf-saraf tersebut yaitu 8
pasang cervical, 12 pasang thoracal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sakrasal, dan 1
pasang coccygeus. Saraf spinal dari cervical, thoracal, dan lumbal keluar melalui
foramina intervertebralis; sedangkan saraf spinal yang berasal dari sacralis
membentuk cauda equina dan keluar melalui foramina sacralis.
Struktur Medulla Spinalis
Medulla spinalis dikelilingi oleh meningen, duramater, arachnoid, dan
piamater. Di antara duramater dan kanalis vertebralis terdapat ruang epidural.
Saraf spinal pada medulla spinalis manusia dewasa memiliki panjang sekitar 45
cm dam lebar 14 mm. Pada bagian luar permukaan dorsal dari saraf spinal,
terdapat alur dangkal secara longitudinal di bagian posterior berupa sulkus dan
bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.
Substansia grisea di medulla spinalis membentuk daerah seperti kupu-
kupu di bagian dalam dan
dikelilingi oleh substansia alba di
sebelah luar. Seperti di otak,
substansia grisea medulla spinalis
terutama terdiri dari badan-badan
sel saraf serta dendritnya antar
neuron pendek, dan sel-sel glia.
Substansia alba tersusun menjadi
9PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
traktus (jaras), yaitu berkas serat-serat saraf (akson-akson dari antarneuron yang
panjang) dengan fungsi serupa. Berkas-berkas itu dikelompokkan menjadi
kolumna yang berjalan di sepanjang medulla spinalis. Setiap traktus ini berawal
atau berakhir di dalam daerah tertentu di otak, dan masing-masing memiliki
kekhususan dalam mengenai informasi yang disampaikannya.
Traktus desenden yang melewati medulla spinalis terdiri dari:
a) Traktus kortikospinalis, merupakan lintasan yang berkaitan dengan gerakan-
gerakan terlatih, berbatas jelas, volunter, terutama pada bagian distal
anggota gerak.
b) Traktus retikulospinalis, dapat mempermudah atau menghambat aktivitas
neuron motorik alpha dan gamma pada columna grisea anterior dan karena
itu, kemungkinan mempermudah atau menghambat gerakan volunter atau
aktivitas refleks.
c) Traktus spinotektalis, berkaitan dengan gerakan-gerakan refleks postural
sebagai respon terhadap stimulus verbal.
d) Traktus rubrospinalis bertidak baik pada neuron-neuron motorik alpha dan
gamma pada columna grisea anterior dan mempermudah aktivitas otot-otot
ekstensor atau otot-otot antigravitasi.
e) Traktus vestibulospinalis, akan mempermudah otot-otot ekstensor,
menghambat aktivitas otot-otot fleksor, dan berkaitan dengan aktivitas
postural yang berhubungan dengan keseimbangan.
f) Traktus olivospinalis, berperan dalam aktivitas muskuler.
Traktus asenden yang melewati medulla spinalis terdiri dari:
a) Kolumna dorsalis, berfungsi dalam membawa sensasi raba, proprioseptif,
dan berperan dalam diskriminasi lokasi.
b) Traktus spinotalamikus anterior berfungsi membawa sensasi raba dan
tekanan ringan.
c) Traktus spinotalamikus lateral berfungsi membawa sensasi nyeri dan suhu.
d) Traktus spinoserebellaris ventralis berperan dalam menentukan posisi dan
perpindahan, traktus spinoserebellaris dorsalis berperan dalam menentukan
posisi dan perpindahan.
e) Traktus spinoretikularis berfungsi membawa sensasi nyeri yang dalam dan
lama.
Mekanisme Fisiologis
10PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
11PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
2.2 Definisi
Menurut Dorland (2011:1008), spondylosis yaitu ankilosis sendi vertebral;
perubahan degeneratif pada vertebra akibat osteoporosis.
Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang
belakang (spine osteoarthritis) yang
disebabkan oleh proses degenerasi
sehingga mengganggu fungsi dan
struktur tulang belakang. Spondylosis
dapat terjadi pada level leher (cervical),
punggung tengah (thoracal), maupun
punggung bawah (lumbal). Proses
degenerasi dapat menyerang sendi antar
ruas tulang belakang, tulang dan juga
penyokongnya (ligament). Spondylosis
adalah terminologi yang digunakan
12PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
mengacu pada osteoarthritis degeneratif yang terjadi pada persendian diantara
pusat dari vertebra spinal dan/atau foramina neural. Pada kondisi ini, facet joint
tidak ikut terlibat.
2.3 Klasifikasi Spodilosis
A. Spondilosis Cervical
Cervical spondylosis merupakan perubahan degenerasi dari bantalan (disk)
tulang belakang leher, hipertrofi hyperplasia tulang belakang leher dan cedera
leher yang menyebabkan hyperplasia tulang belakang leher atau slipped disk
tulang belakang, penebalan
ligament, iritasi atau kompresi saraf
tulang belakang leher, saraf leher,
pembuluh darah sehingga
menimbulkan berbagai gejala
sindrom klinis. Manifestasi klinis dari
cervical spondylosis adalah nyeri
leher dan bahu, pusing, sakit kepala, mati rasa ekstremitas atas, atrofi otot, pada
kasus yang parah terjadi apasme kedua tungkai bawah dan kesulitan berjalan,
bahkan muncul quadriplegia, gangguan sfingter dan kelumpuhan anggota badan.
Cervical spondylosis sering terjadi pada orang tua, tetapi dengan adanya
perubahan gaya hidup dan perawatan kesehatan yang tidak memadai, penyakit
cervical spondylosis juga dapat terjadi pada remaja dan tingkat insiden pada pria
lebih tinggi dibanding wanita.
B. Spondilosis Lumbalis
Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang
dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti
perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan
berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral,
dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis
(corpus). Secara singkat, spondylosis
lumbalis adalah kondisi dimana telah
terjadi degenerasi pada sendi
intervertebral yaitu antara diskus dan
corpus vertebra lumbal.
13PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
Spondylosis sering kali mem-pengaruhi vertebrae lumbalis pada orang
diatas usia 40 tahun. Nyeri dan kekakuan badan diperjalanan merupakan
keluhan utama. Biasanya mengenai lebih dari 1 vertebrae. Vertebrae
lumbalis menopang sebagian besar berat badan. Duduk dalam waktu yang
lama menyebabkan tertekannya vertebrae lumbalis. Pergerakan berulang
seperti mengangkat dan membungkuk dapat meningkatkan nyeri pada kasus
spondilosis lumbalis.
C. Spondilosis Ankilosis
Spondilosis Ankilosis adalah merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik
kronik yang terutama menyerang sendi aksial ( vertebra ). Yang merupakan
tanda khas adalah terserangnya sendi sakro iliaka, juga sering menyerang sendi
panggul, bahu dan ekstremitas pada stadium lanjut. ( Kapita Selekta Kedokteran,
1999 ).
2.4 Etiologi
Penyebab dari spondilosis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya spondilosis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya spondilosis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya spondilosis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Spondilosis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa spondylitis deformans atau
spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72% antara usia 39 – 70 tahun.
Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan
sekitar 98% pada usia 70 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena spondilosis daripada laki-laki. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi spondilosis kurang lebih sama pada
laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi spondilosis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis spondilosis.
14PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
3. Genetic
Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi
diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas
yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua
penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif yang
menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor
genetik dan lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan beban fisik
dan resistance training.
4. Stress mekanikal
Akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan
yang melibatkan gerakan mengangkat, twisting
dan membawa / memindahkan barang.
5. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada
spondilosis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari
pada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari
pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
6. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya spondilosis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan spondilosis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan OA sendi lain.
7. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan spondilosis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
8. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
15PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
9. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
10. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
11. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
12. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
2.5 Patofisiologi dan Web of Caution Spondilosis
2.5.1 Patofisiologi Spondilosis
Sebabnya belum diketahui, dan diduga karena gangguan metabolism tulang
rawan. Perubahan awal dari tulang rawan adalah penyerpihan, penipisan, dan
terjadinya fisur. Perubahan selanjutnya adalah osteofit, pseudo-kista, sclerosis
tulang subkondral. Pada akhirnya yang terjadi adalah destruksi dan hilangnya
tulang rawan sendi yang pada gilirannya adalah destruksi permukaan sendi yang
berakhir dengan gangguan fungsi sendi. Factor-faktor predisposisi adalah tiap
keadaan yang dapat menyebabkan destruksi permukaan sendi seperti factor
biomekanika, umur, penyakit tertentu seperti penyakit inflamasi, jenis kelamin,
factor keturunan.
Gaya hidup yang tidak ergomonis menyebabkan sendi kurang dilatih. Hal
ini dapat menyebabkan kalsifikasi sendi dan mudah terjadi trauma ringan pada
sendi. Trauma tersebut juga mengakibatkan spondilosis. Di samping itu, bila usia
bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang belakang, yang
terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke semua
arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami kalsifikasi dan perubahan hipertrofik
16PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau
taji. Dengan penyempitan rongga invertebra, sendi invertebra dapat mengalami
subluksasi dan menyempitkan foramina invertebra, yang dapat juga ditimbulkan
oleh osteofit.
Spondilosis berdampak pada penekanan kauda ekuina. Sehingga terjadi
iskemia pada kauda ekuina. Iskemia memicu terjadinya defisit sensorik dan
motorik. Defisit ini bisa berdampak pada hilangnya kontrol sfingter uretra.
Defisit sensorik dan motorik tungkai juga dapat dialami dengan pasien
penderita spondilosis. Hal ini menyebabkan kelumpuhan dan kurangnya
mobilisasi sehingga bagian kulit ada yang tertekan karena tirah baring yang
lama, sehingga muncul dekubitus. Nyeri yang terjadi pada spondilosis biasanya
nyeri pada area punggung bawah. Traktus spinotalmikus asendens membawa
rangsang nyeri yang disebabkan oleh kompresi saraf medula spinalis ke
thalamus.
Gambaran patologis spondilitis ankilosa di deskripsikan oleh Ball (1971) dan
di sempurnakan oleh Bywaters (1984). Lokasi patologis primer adalah entesis
yaitu insersi dari ligament, kapsul dan tendon ke tulang. Perubahan entesopati
yang terjadi adalah fibrosis dan osifikasi jaringan. Pada vertebra, entesopati pada
situs insersi annulus fibrosus menyebabkan squaring dari korpus vertebra,
destruksi vertebral end plate, dan formasi sindesmofit. Osifikasi pada regio
diskus, epifisial dan sendi sakroiliaka serta ekstraspinal diinisiasi oleh lesi pada
insersi ligament.
Perjalanan penyakit tipikal di mulai dari sendi sakroiliaka. Sakroiliaka di
tandai dengan sinovitis dan formasi panus dan jaringan granulasi. Semua proses
tersebut akan mengerosi, mendestruksi dan mengganti tulang rawan sendi dan
tulang subkondral. Tulang paratikular juga akan menipis akibat peningkatan
aktivitas osteoblastik. Inflamasi pada sendi sakroiliaka mempunyai predileksi
pada sisi iliaka, hal ini mungkin karena jaringan fibrokartilago yang lebih banyak
dan shear stress yang lebih besar pada sisi tersebut.
Pada vertebra terjadi inflamasi kronik di annulus fibrosus, khususnya pada
insersi ke tepi vertebra, menyebabkan resorpsi tulang yang diikuti perubahan
reparasi pada korpus vertebra akan berperan dalam terjadinya squaring.
Jaringan granulasi akan mengalami metaplasia kartilago yang diikuti dengna
klasifikasi pada tepi vertebra dan sisi luar annulus: dan menyebabkan gambaran
17PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
sindesmofit pada foto polos. Keterlibatan menyeluruh seluruh vertebra
memberikan gambaran bamboo spine.
Lesi ekstraspinal terjadi di daerah artikular dan nonartikular. Lesi artikular
meliputi sendi sinkodrotik seperti simfisis pubis dan sendi manubriosternal, sendi
synovial seperti sendi panggul dan lutut dan entesis. Inflamasi pada situs
nonartikular meliputi uvea, katup, jantung fibrosis apeks paru.(Sudoyo,W Aru.
dkk .2010)
18PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
2.5.2 Web of Caution Spondilosis
19PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
Gaya hidup tidak ergonomis
Sendi tdk bnyk dilatih
↓klasifikasi
Kebiasaan slh dlm mlkkan grakan
Sendi mudah trauma
Pertambahan usia↓
Perub. Degenerative tlh belkang↓
Annulus fibrosus kehilangan air↓
Kolaps nucleus↓
Klasifikasi↓
Terbentuknya osteofit↓
Penyempitan rongga invertebra↓
Osteofit mnekan medulla spinalis
SPONDILOSIS
Kompresi diskus & akar saraf MS
Kauda ekuina terkompresi↓
Iskemia kauda ekuina
Iskemia radiks spinalis↓
Respon dr luar tdk diterima, respond dr dlm tidak mnjawab
Defisit sensorik & motoric↓
Deficit sensoris tungkai
lumpuhDeficit sensorik kauda ekuina
↓G3 kontrol sfingter
uretra↓
Inkontinensia urine
Mobilisasi fisik ber<↓
Tirah baring lama↓
Timbul lesi di bag. Kulit↓
dekubitus
Resiko intoleransi
aktivitas
Resiko ker. Integritas kulit
G3 Eliminasi urine
Prognosis penyakit
↓
ansietas
Spasme ruang diskus
invertebrate↓
Pengeluaran mediator kimia
(histamine, prostaglandin)
↓Traktus
spinotalamus lateral
membawa sensasi nyeri
ke otak↓
Sensitivitas reseptor nyeri
Nyeri
Kelemahan otot
intercostae↓
Pengembangan rusuk tdak
sempurna↓
Takipnea
ketidakefektifan pola napas
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
2.6 Manifestasi Klinis
Kompresi radiks sukar dibedakan dengan
yang disebabkan oleh protusi diskus, walaupun
nyeri biasanya kurang menonjol pada
spondilosis. Distesia tanpa nyeri dapat timbul
pada daerah distribusi radiks yang terkena, dapat
disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks.
Terjadi pembentukan osteofit pada bagian
yang lebih sentral dari korpus vertebra yang
menekan medulla spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah
lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal. Gejalanya berupa sindrom kauda
ekuina dengan paraparesis, defisit sensorik pada kedua tungkai serta hilangnya
kontrol sfingter. Sindrom pseudoklaudikasi (klaudikasi neurologik) dapat terjadi di
mana pasien mengeluh nyeri pinggang dan tungkai saat berdiri dan akan
menghilang bila berbaring.
Gejala umum, yaitu:
(1) Nyeri yang menyebar ke bahu, atau sakit punggung. Lokasi nyeri atau
rasa sakit berhubungan dengan seberapa banyak tulang belakang yang
terlibat.
(2) Sensasi abnormal atau kehilangan sensasi yang mengacu pada segmen
tulang belakang yang terlibat.
(3) Otot terasa lemah (khususnya pada lengan dan tungkai).
(4) Kehilangan keseimbangan.
(5) Kehilangan kendali kandung kemih dan/atau usus bagian bawah (kondisi
darurat medis).
A. Spondilosis Cervical
1) Nyeri pada leher dan bahu akan menyebar ke kepala dan lengan/tangan.
2) Satu sisi dari bahu belakang terasa berat, lengan/tangan tidak
bertenaga/lemas, jari tangan kesemutan.
3) Perasaan dari kulit lengan/tangan menurun, tangan memegang benda
terasa tidak bertenaga/lemas.
4) Paha/kaki tidak bertenaga/lemas, berjalan tidak mantap, kedua kaki
merasa kesemutan.
5) Muncul gejala buang air besar dan kecil yang tak terkendali, disfungsi
seksual bahkan tangan dan kaki lumpuh.
20PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
6) Ada sebagian pasien cervical spondylosis muncul gejala yang disertai
dengan pusing, yang parah dapat muncul gejala disertai dengan mual
dan muntah, sebagian kecil pasien akan muncul gejala vertigo dan
pingsan mendadak.
7) Di saat cervical spondylosis telah melibatkan saraf simpatik akan muncul
gejala sakit kepala, penglihatan kabur, kedua bola mata terasa bengkak
atau terasa kering, tinnitus dan jantung berdebar, ada yang bahkan
muncul gejala perut kembung.
B. Spondilosis Lumbalis
1) Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak
menjadi suatu masalah sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya
ditimbulkan dari aktivitas tidak sesuai.
2) Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang sacrum dan sacroiliac joint. Dan
mungkin menjalar ke bawah (gluteus) dan aspek lateral dari satu atau
kedua hip. Pusat nyeri berasal dari tingkat L4, L5, S1.
3) Referred pain:
a. Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai karena adanya iritasi
pada akar persarafan. Ini cenderung pada area dermatomnya
b. Paha (L1)
c. Sisi anterior tungkai (L2)
d. Sisi anterior dari tungkai knee (L3)
e. Sisi medial kaki dan big toe (L4)
f. Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
g. Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian posterior kaki
(S1)
h. Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)
4) Parasthesia, biasanya mengikuti daerah dermatom dan terasa terjepit
dan tertusuk, suatu sensasi ”kesemutan” atau rasa kebas (mati rasa).
5) Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus erector spinae dan m.
quadratus lumborum. Seringkali terdapat tonus yang berbeda antara
abduktor hip dan juga adductor hip. Kadang-kadang salah satu otot
hamstring lebih ketat dibanding yang lainnya.
6) Keterbatasan gerakan, semua gerakan lumbar spine cenderung terbatas.
Gerakan hip biasanya terbatas secara asimetrical. Factor limitasi pada
21PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
umumnya disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm atau
nyeri.
7) Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal.
Kelemahan mungkin terjadi karena adanya penekanan pada akar saraf
myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar
biasanya lebih lemah dibandingkan dengan tungkai satunya.
Gambaran radiografi, terdapat penyempitan pada jarak discus dan beberapa
lipping pada corpus vertebra.
C. Spondilosis Ankilosis
Awitan spondilitis ankilosis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai dengan
rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan panggul. Bisa
juga timbul kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang dengan sedikit berolah
raga.
Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banya
penderita penyakit ini tidak terdiagnosa. Selain itu gejala-gejala spondilitis
ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang belakang.
Gejala-gejala ekstrapinal meliputi :
1) Pleuritik seperti “ Chest pain “
2) Tendonitis akhiles
3) Artropathy perifer ( khusunya panggul )
4) Gejala non spesifik, antara lain :
BB turun
Malaise
Lemah
Mood berubah.
2.7 Pemeriksaan Penunjang Spondilosis
1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel
22PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
7. MRI Leher dilakukan apabila terdapat nyeri leher atau lengan terasa berat
yang tidak membaik dengan pengobatan, kelemahan atau mati rasa di
lengan atau tangan.
8. EMG dan tes kecepatan konduksi saraf dapat dilakukan untuk memeriksa
fungsi akar saraf.
9. X-ray / CT Scan Leher dilakukan untuk mencari arthritis atau perubahan lain
di tulang belakang.
2.8 Pencegahan Spondilosis
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu seberapa
cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada beberapa hal
yang dapat dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko terjadinya
spondylosis. Antara lain :
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya berlari.
Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan peregangan
dan kelenturan.
2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan
kekuatan otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.
3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu
lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV, bekerja
di depan komputer, ataupun mengemudi.
4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu
pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat
barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.
5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini
membantu mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.
23PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya
spondylosis.
2.9 Penatalaksanaan Spondilosis
1. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi Fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan
melatih pasien untuk melindungi sendi.
2) Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan factor yang akan
memperberat penyakit OA. Oleh karenanya BB harus dijaga agar tidak
berlebihan.
2. Fisioterapi
1) Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal
didaerah lumbal untuk mengembalikan lardosis, bantal kepala sebaiknya
yang tipis.
2) Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung.
Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan
atau kursi direndahkan jangan terlalu lama duduk.
3) Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan
memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik
terbaik adalah berenang.
3. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
24PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan
mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi
nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis
pada lutut.
4. Penatalaksanaan Secara Medis
Prosedur diagnostik dan terapi konservatif seperti pada penyakit diskus.
Indikasi operasi juga sama yaitu adanya kompresi medula spinalis. Kelemahan
otot atau nyeri yang sukar dihilangkan. Pembedahan dilakukan untuk
meringankan tekanan pada saraf atau sumsum tulang belakang seperti :
1) Anterior Corpectomy Discectomy Fusi (ACDF) : Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop dengan sayatan 3-5 cm pada daerah leher
bagian depan.
2) Foraminotomy : Suatu operasi untuk melebarkan ruang tempat keluarnya
akar saraf dari kanal spinal servikal. Operasi medis ini digunakan untuk mengurangi
tekanan pada saraf yang sedang dikompresi oleh foramen intervertebralis, ruang di
mana tulang belakang keluar saraf root kanal tulang belakang. Para
foraminotomy istilah berasal dari kata Latin foramen (lubang, membuka, aperture)
dan-otomy (tindakan pemotongan, sayatan).
3) Cervical Collar: Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses
immobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum
terdapat satu jenis collar yang benar-benar dapat mencegah mobilisasi
cervical.
4) Laminektomi : Operasi untuk mengeluarkan lamina. Ini adalah bagian dari
tulang yang membentuk tulang belakang di tulang belakang. Laminektomi
juga dapat dilakukan untuk menghapus taji tulang pada tulang belakang.
Prosedur ini dapat mengurangi tekanan dari saraf tulang belakang atau spinal
cord.
5) Laminoplasty : Salah satu prosedur pembedahan pada kasus spinal
stenosis dengan cara membebaskan tekanan pada saraf tulang belakang.
Prosedur ini memotong (memotong seluruhnya pada sisi yang satu dan
25PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
memotong yang lain) lamina pada kedua sisi dari tulang belakang yang
terganggu dan membuat seperti flap/pintu berayun dari tulang sehingga dapat
menghilangkan tekanan pada saraf tulang belakang.
6) Spinal Fusion : Penggabungan dua atau lebih ruas tulang belakang
sehingga tulang belakang tidak bergerak. Fusi tulang belakang biasanya
dilakukan dengan prosedur bedah lainnya, misalnya laminektomi atau
foraminotomy.
2.10 Komplikasi Spondilosis
Spondilosis merupakan penyebab paling umum dari disfungsi saraf tulang
belakang pada orang dewasa yang lebih tua. Beberapa komplikasi spondilosis,
antara lain : ketidakmampuan untuk menahan buang air besar (BAB) atau urin,
hilangnya fungsi otot atau mati rasa, kecacatan dan gangguan keseimbangan.
a. Komplikasi Spondilosis Cervical
Pada sejumlah kecil kasus, spondilosis servikal dapat memampatkan satu
atau lebih saraf tulang belakang - sebuah kondisi yang disebut radikulopati
servikal. Taji tulang dan penyimpangan lain yang disebabkan oleh spondilosis
juga dapat mengurangi diameter kanal yang saraf tulang belakang. Ketika
saluran spinalis menyempit ke titik yang menyebabkan cedera tulang belakang,
kondisi yang dihasilkan disebut sebagai myelopathy serviks. Kedua radikulopati
servikalis dan myelopathy serviks dapat mengakibatkan cacat permanen.
b. Komplikasi Spondilosis Lumbal
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada penderita nyeri punggung
bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah
yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap
tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan
otot pada sisi vertebra yang sakit.
c. Komplikasi Spondilosis Ankilosis
Komplikasi yang mungkin timbul dapat berupa:
1. kerusakan neurologi
2. Tromboflebitis
3. Fraktur vertebra
4. Poliartritis
26PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
5. Disfungsi pernafasan sesuai tahap progressif
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
3.1 Fokus Pengkajian Spondilosis
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada bagian vertebrae
atau tulang belakang baik itu nyeri pada vertebrae cervical, torakal atau
lumbal.
P : nyeri bertambah berat saat beraktivitas, istirahat membantu
meringankan nyeri
Q : nyeri yang dirasakan berdenyut dan menusuk
R : lokasi nyeri pada daerah tulang belakang bagian cervical,
torakal, lumbal atau sakrasal dan menjalar ke seluruh tulang
belakang.
S : nyeri dirasakan pasien pada skala 0-5 yaitu skala 4. Nyeri
membuat pasien cemas dan gelisah
T : nyeri muncul dalam waktu lama, terkadang nyeri berkurang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering mengeluh mudah lelah dan sering mengalami sakit
punggung setelah beraktivitas. Nyeri hebat yang secara tiba-tiba dirasakan
pasien setelah beraktivitas ringan. Nyeri tersebut tak kunjung reda hingga
pasien dirujuk ke rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien biasanya memiliki riwayat sakit atau nyeri punggung.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit atau nyeri punggung juga di alami keluarga pasien. Namun,
tidak separah yang pasien rasakan.
e. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Pekerjaan yang menuntut pasien untuk mengangkat benda atau barang-
barng yang cukup berat diikuti dengan gerakan yang salah dalam
mengangkat barang berat dapat memicu terjadinya nyeri punggung yang
menyebabkan spondilosis.
27PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
f. Psikologis
Nyeri hebat pada tulang belakang pasien dapat meningkatkan
pengeluaran hormon stres. Sehingga biasanya di dapat pasien gelisah dan
cemas
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : takipneu
B2 (Blood) : hipotensi, tekanan darah di bawah 120/80 mmHg
B3 (Brain) : kehilangan keseimbangan, pusing
B4 (Bladder) : inkontinensia urine
B5 (Bowel) : inkontinensia alvi, malaise, mual, muntah
B6 (Bone) : kelemahan otot, parasthesia
3. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DO : klien tampak
berjalan dengan
timpang, wajah meringis
kesakitan, perilaku
berhati-hati, condong ke
depan pada sisi yang
sakit saat berdiri, skala
nyeri 4
DS : klien menyatakan
nyeri pada punggung
bagian bawah, leher
kaku
Spasme ruang diskus invertebrate
↓Pengeluaran
mediator kimia(histamine,
prostaglandin)↓
Traktus spinotalamus lateral membawa
sensasi nyeri ke otak↓
Sensitivitas reseptor nyeri
↓NYERI
Nyeri
2. DO :
RR: >24 x/menit, napas
cuping hidung
DS : klien mengatakan
dyspnea dan napasnya
pendek.
Kelemahan otot intercostae
↓Pengembangan
rusuk tdak sempurna↓
Takipnea↓
Ketidakefektifan pola napas
Ketidakefektifan
pola napas
28PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
3.DO: klien sering
berkemih
DS: klien oliguria
Defisit sensorik & motoric
↓Deficit sensoris
tungkai↓
Deficit sensorik kauda ekuina
↓G3 kontrol sfingter
uretra↓’
Oliguria↓
G3 eliminasi urine
Gangguan
eliminasi urine
4. DO : Klien tampak
kesulitan dalam gerakan
yang diinginkan,
DS : klien mengatakan
nyeri pada setiap
gerakannya
Defisit sensorik & motoric
↓Deficit sensoris
tungkai↓
Lumpuh↓
Ker. Mobilitas fisik
Resiko
intoleransi
aktivitas
5. DO : timbul lesi di
bagian kulit.
DS : klien menyatakan
sakit di bagian kulitnya.
Defisit sensorik & motoric
↓Deficit sensoris
tungkai↓
Mobilisasi fisik ber<↓
Tirah baring lama↓
Timbul lesi di bag. Kulit
↓Decubitus
↓Resiko k\erusakan
integritas kulit
Resiko
kerusakan
integritas kulit
6. DO : klien tampak
ketakutan, gelisah.
DS : klien mengatakan
Prognosis penyakit↓
Ansietas
Ansietas
29PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
ketidakmampuan untuk
mengatasi
3.2 Diagnosa Keperawatan Spondilosis
No. Diagnosa
KeperawatanDefinisi
Kriteria
MayorKriteria Minor
1. Nyeri
berhubungan
dengan agens
cedera
Pengalaman sensori
dan emosional yang
tidak menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang actual atau
potensial atau
digambarkan dalam
hal kerusakan
sedemikian rupa
(International
Association for the
Study of Pain );
awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari
intensitas ringan
hingga berat dengan
akhir yang dapat
diantsipasi atau
diprediksi dan
berlangsung <6
bulan.
Mata kurang
bercahaya,
tampak
kacau,
gerakan
mata
berpencar,
meringis.
Dilatasi pupil,
perubahan TD,
perubahan HR
dan RR, skala
nyeri 4,
perilaku
distraksi.
2. Ketdakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan keletihan
otot pernapasan
Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak
member ventilasi
adekuat.
Takipnea,
sesak napas.
Pernapasan
bibir, cuping
hidung,
RR: >24
x/menit,
dagkal,
irregular,
3. gangguan Suatu pola fungsi Kehilangan Inkontinensia
30PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
eliminasi urine
berhubungan
dengan gangguan
sensorik dan
motorik
urinarius yang cukup
untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi
dan dapat
ditingkatkan
control
berkemih
urine
4. Resiko intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan masalah
pernapasan
Ketidakcukupan
energy psikologi atau
fisiologi untuk
melanjutkan atau
menyelesaikan
kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang
ingin dilakukan
Sulit
bergerak
Respons TD
terhadap
aktivitas,
perubahan
EKG yang
mencerminkan
aritmia
5. Resiko kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan gangguan
sensasi
Berisiko mengalami
perubahan kulit yang
buruk
Timbulnya
lesi di bagian
kulit klien -
6. Ansietas
berhubungan
dengan stres
Perasaan tidak
nyaman atau
kekhawatiran yang
samar disertai
respons autonom
(sumber sering kali
tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh
individu); persaan
takut yang disebakan
oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal
ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan
individu akan adanya
ancaman bahaya dan
Mual,
muntah,
malaise,
parasthesia,
ketakutan,
gelisah
RR: >24
x/menit,
irregular,
dangkal.
N: >100
x/menit, kuat,
cepat,
irregular,
Pupil melebar,
31PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
memampukan
individu untuk
bertindak
menghadapi
ancaman.
3.3 Intervensi
No
.
Diagnosa
Keperawata
n
Tujuan dan
Kriteria HasilRencana Intervensi Rasional
1. Nyeri
berhubunga
n dengan
agens
cedera
Tujuan :
dalam waktu 1 X
24 jam terdapat
penurunan respon
nyeri pada tulang
belakang
KH:
secara subyektif
pasien
menyatakan
penurunan rasa
nyeri dada, secara
objektif didapatkan
TTV dalam batas
normal, wajah
rileks.
M
A
N
D
I
R
I
a) Istirahatka
n pasien
Istirahat akan
menurunkan aktivitas
pasien. Sehingga nyeri
berkurang
b) Manajeme
n
lingkungan
:
lingkungan
tenang
dan batasi
pengunjun
g
Lingkungan yag
tenang dan membatasi
pengunjung dapat
memudahkan pasien
beristirahat.
c) Lakukan
manajeme
n
sentuhan
Berupa sentuhan
dukungan psikologis
misal : masase ringan
yang dapat membantu
menurunkan nyeri dan
meningkatkan aliran
darah.
K
O
L
d) Kolaborasi
pemberian
antianalge
Antianalgesik yang
sesuai dengan indikasi
akan mengurangi nyeri
32PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
A
B
O
R
A
S
I
sik sesuai
indikasi
pasien.
H
.
E
e) Ajarkan
teknik
distraksi
(pengaliha
n
perhatian)
saat nyeri
Dapat menurunkan
stimulus internal
dengan mekanisme
peningkatan produksi
endorfin dan enkifalen
yang dapat memblok
reseptor nyeri.
f) Anjurkan
pasien
untuk
melaporka
n nyeri
dengan
segera
Nyeri berat dapat
menyebabkan syok
dan memperparah
keadaan pasien
O
B
S
E
R
V
A
S
I
g) Catat
karakteristi
k nyeri,
lokasi,
intensitas
dan
penyebara
nnya.
Variasi penampilan
dan perilaku klien
karena nyeri terjadi
sebagai temuan
pengkajian.
33PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
2. Ketdakefekti
fan pola
napas
berhubunga
n dengan
keletihan
otot
pernapasan
Tujuan :
dalam waktu 1 X
24 jam terdapat
pola napas
kembali efektif
KH:
secara objektif
didapatkan TTV
dalam batas
normal, tidak
terlihat takipneu
M
A
N
D
I
R
I
a) Kepala
tempat
tidur harus
dinaikan
20-30 cm
atau klien
didudukan
dikursi.
Posisi tersebut pada
pasien penurunan
curah jantung
berfungsi Untuk
mengurangi kesulitan
bernapas dan
mengurangi jumlah
darah yang kembali
kejantung, sehingga
dapat mengurangi
kongesti paru.
K
O
L
A
B
O
R
A
S
I
b) Beri
oksigen
sesuai
indikasi
Memudahkan pasien
mendapatkan oksigen
H
.
E
c) Anjurkan
pasien
duduk semi
fowler
Posisi duduk semi
fowler dapat
memaksimalkan
pengembangan paru.
O
B
S
E
R
V
d) Pantau
nilai gas
darah
Menentukan
pemberian oksigen
sesuai indikasi
34PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
A
S
I
3. Gangguan
eliminasi
urine
berhubunga
n dengan
gangguan
sensorik
dan motorik
Tujuan :
dalam waktu 3 X
24 jam terdapat
eliminasi urin
pasien kembali
efektif
KH:
secara objektif
didapatkan TTV
dalam batas
normal,peningkat
an kemajuan
pasien dalam
eliminasi urin.
M
A
N
D
I
R
I
a) Bantu
Pasien jika
ingin
berkemih di
kamar
mandi
Mengurangi resiko
cedera lebih lanjut
K
O
L
A
B
O
R
A
S
I
b) Pasang
kateter
Kateter memudahkan
pasien untuk berkemih
tanpa harus
mengeluarkan banyak
tenaga untuk ke
kamar mandi
H
.
E
c) Anjurkan
pasien
untuk
minum/mas
ukan cairan
(2-4/hari)
termasuk
juice yang
mengandun
g asam
askorbat.
Membantu
mempertahankan
fungsi ginjal,
mencegah infeksi, dan
pembentukan batu
35PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
O
B
S
E
R
V
A
S
I
d) Monitor
asupan
cairan, pola
berkemih,
jumlah
residu urine,
kualitas
urine
Asupan cairan dan
jumlah residu urine
merupakan data awal
untuk penghitungan
intake dan output
e) Ukur intake
dan output
pasien
Intake dan output
yang sama,
menunjukkan
perubahan eliminasi
urin pasien mulai
normal
4. Resiko
intoleransi
aktivitas
berhubunga
n dengan
masalah
pernapasan
Tujuan :
Dalam waktu 3 X
24 jam Resiko
intoleransi
aktivitas
berkurang atau
kegiatan pasien
meningkat,
KH :
secara mandiri
maupun dengan
sedikit bantuan
pasien tidak
mengeluh pusing,
alat dan sarana
M
A
N
D
I
R
I
a) Tingkatkan
istirahat,
batasi
aktivitas,
dan berikan
aktivitas
senggang
yang tidak
berat
Menurunkan kerja otot
dan tulang belakang
b) Bantu
pasien
melakukan
aktivitas
yang tidak
berat
Kelelahan yang
berlebihan
memperparah
penyakit pasien
K
O
L
A
c) Konsultasi
dengan ahli
terapi
fisik/terapi
Membantu dalam
merencanakan dan
melaksanakan latihan
secara individual dan
36PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
untuk memenuhi
aktivitas tersedia
dan mudah
dijangkau klien,
TTV dalam batas
normal.
B
O
R
A
S
I
kerja dari
tim
rehabilitasi
mengidentifikasi/meng
embangkan alat-alat
bantu untuk
mempertahankan
fungsi, mobilisasi, dan
kemandirian pasien.
H
.
E
d) Bantu/
lakukan
latihan
ROM pada
semua
ekstremitas
dan sendi
Meningkatkan
sirkulasi,mempertahan
kan tonus otot dan
mobilisasi sendi.
O
B
S
E
R
V
A
S
I
e) Catat TTV
sesudah
melakukan
aktivitas
TTV menjadi indikator
kemampuan pasien
dalam melakukan
kegiatan
5) Resiko
kerusakan
integritas
kulit
berhubunga
n dengan
gangguan
sensasi
Tujuan :
Dalam waktu 3 X
24 jam pasien
terhindar dari
resiko kerusakan
integritas kulit
KH :
Secara objektif,
M
A
N
D
I
R
I
a) Lakukan
perubahan
posisi tiap
2 jam bila
sudah ada
petunjuk
dokter
namun
hati-hati
terhadap
timbulnya
hipotensi
Perubahan posisi
dapat mengurangi
atau mencegah
kerusakan integritas
kulit. Perubahan posisi
yang mendadak dapat
menyebabkan
hipotensi ortostatik.
37PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
TTV normal, tidak
terlihat tanda-
tanda adanya
dekubitus, lesi
atau peradangan
pada kulit
akibat
perubahan
posisi
b) Bersihkan
kulit pasien
setiap
beberapa
jam
dengan
sabun
ringan,
dibilas dan
kemudian
dikeringkan
Membuang bakteri
atau mikroorganisme
lain yang dapat
menyebabkan
timbulnya lesi
c) Lakukan
massage
dengan
perlahan
mengguna
kan
gerakan
sirkular
dan
olehkan
krim atau
lotion pada
daerah
tertekan
Massage membuat
pasien lebih rileks dan
nyaman. Lotion
membantu
melembabkan kulit
K
O
L
A
B
O
R
d) Berikan
terapi
kinetic/matr
a, berikan
tekanan
sesuai
kebutuhan
Meningkatkan
sirkulasi sistemik dan
perifer dan
menurunkan tekanan
pada kulit
38PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
A
S
I
H
.
E
e) Anjurkan
klien untuk
melakukan
program
latihan
Menstimulai sirkulasi,
meningkatkan nutrisi
sel atau oksigenasi sel
dan untu
meningkatkan
kesehatan jaringan
O
B
S
E
R
V
A
S
I
f) Inspeksi
seluruh
area kulit,
catat
pengisian
kapiler,
adanya
kemerahan
dan
pembengk
akan.
Kulit biasanya
cenderung rusak
karena perubahan
sirkulasi perifer.
6) Ansietas
berhubunga
n dengan
stres
Tujuan :
Dalam waktu 2 X
24 jam pasien
terhindar dari
kecemasan atau
kecemasan
pasien berkurang
KH :
Secara objektif,
TTV normal, tidak
terlihat tanda-
tanda adanya
M
A
N
D
I
R
I
a) Tunjukkan
sikap sopan
dan lemah
lembut
kepada
pasien
Membuat pasien
nyaman dan tidak
sungkan
b) Perbanyak
tatap muka
dan
komunikasi
dengan
pasien
Menumbuhkan
kepercayaan psien
terhadap perawat
K c) Rujuk pada
kelompok
Memberikan
dukungan untuk
39PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
dekubitus, lesi
atau peradangan
pada kulit
O
L
A
B
O
R
A
S
I
penyokong
yang ada,
pelayanan
social,
konselor,
financial/kon
selor kerja,
psikoterapi,
dan
sebagainya
beradaptasi pada
perubahan dan
memberikan sumber-
sumber untuk
mengatasi masalah.
H
.
E
d) Anjurkan
pasien
menceritaka
n
masalahnya
jika ia sudah
siap
Membantu mengatasi
masalah pasien
e) Berikan
informasi
yang tepat
mengenai
penyakit
pasien dan
hal yang
menjadi
penyebab
kecemasan
pasien
tanpa
mengintimid
asi pasien
Pasien akan nyaman
dan lebih percaya
kepada perawat.
Dehingga dia mau
kebih terbuka tentang
apa yang
membuatnya cemas.
Dengan demikian,
pasien akan merasa
lebih tenang.
O
B
S
E
f) Kaji tingkat
ansietas
pasien.
Tentukan
Membantu dalam
mengidentifikasi
kekuatan dan
keterampilan yang
40PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
R
V
A
S
I
bagaimana
pasien
menangani
masalahnya
dimasa
yang lalu
dan
bagaimana
pasien
melakukan
koping
dengan
masalah
yang
dihadapinya
sekarang.
mungkin membantu
pasien untuk
mengatasi
keadaannya.
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan spondilosis (Doenges, 1999)
adalah :
1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Pola napas efektif
3. Kontinensia urine
4. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
atau kompensasi
5. Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
6. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
BAB 4
41PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif tulang belakang yang
mengakibatkan medulla spinalis tertekan. Spondylosis adalah salah satu jenis
osteoartritis, yakni radang sendi karena radang sendi menipis. Osteoartritis yang
terjadi di sendi-sendi tulang belakang dinamakan spondylosis. Spondylosis
umumnya terjadi saat umur 45 hingga 60 tahun, namun kondisi ini pun dapat
menyerang di usia lebih muda Nyeri punggung, kelelahan tungkai bahkan
kehilangan keseimbangan merupakan bberapa gejala pasien penderita
spondilosis.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit spondilosis
karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga
memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham dengan
spondilosis dan bagaimana pengobatannya..
Daftar Pustaka
42PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
W. Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Anderson Price, Sylvia, dkk. 1991. Patofisiologi Edisi 2 bagian 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
J. C. E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
M. Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
E. Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Herdman, T. Heather. 2012. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 (Bursing Diagnosies: Definition & Classification 2012-2014). Jakarta: Buku Kedokteran EGC
http://triokasetiawan.wordpress.com/2013/10/25/spondylosis-lumbalis/
http://ric-kye.blogspot.com/2013/02/laporan-kasus-spondylosis-lumbosakrum_5990.html
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-klien-dengan-nyeri.html
http://perawat-intan.blogspot.com/2011/05/askep-spondilosis-ankilosis.html
http://murnicania.blogspot.com/2014/02/askep-osteoartritis.html
http://renyatnasari.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-klien-osteoartritis.html
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/06/askep-spondilitis-ankilosa.html
43PSIK 3C STIKes NGUDIA HUSADA MADURA