sp hari senin
DESCRIPTION
Strategi PelaksanaanTRANSCRIPT
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1 P)
Inisial Pasien : Tn. M Hari/tanggal/jam : Senin, 24 Agustus 2015 jam 13.30 WITA
No. CM : 01.87.XX Interaksi ke : 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS :
a. Keluarga pasien mengatakan saat di rumah pasien pernah melihat
bayangan dan mendengar suara yang tidak ada sumbernya.
b. Keluarga mengatakan pasien mulai menjadi lebih sering mengurung
diri di dalam rumah sejak 2 bulan yang lalu.
DO :
a. Berdasarkan catatan medis pasien, ada sesuatu yang mengganggu
pasien dengan cara menepuk pundaknya dari belakang, namun pasien
tidak melihat dengan jelas sosok tersebut.
b. Pasien tampak menarik diri dan menghindari diri dari orang lain.
c. Pasien mau keluar kamar hanya jika disuruh oleh perawat.
d. Saat berada di kamar pasien tampak memfokuskan pandangan dan
bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
2. Diagnosis Keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi taktil
3. Tujuan/Strategi Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) untuk pasien.
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi.
b. Mengidentifikasi isi halusinasi.
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi.
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi.
g. Mengajarkan kepada pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai pasien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya.
7) Beri perhatian kepada pasien dan memerhatikan kebutuhan dasar
pasien.
b. Membantu pasien agar mampu menilai kemampuan yang dapat
digunakan. Tindakan yang dilakukan yaitu:
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan berikan penguatan pada
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif.
c. Bantu pasien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi
halusinasi.
d. Latih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindakan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi.
2) Peragakan cara menghardik halusinasi.
3) Minta pasien memperagakan ulang.
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku pasien
yang sesuai.
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan
1. Orientasi
“Assalamualaikum, selamat siang bapak. Boleh saya berkenalan dengan
bapak? Nama saya Selvia Harum Sari, bapak bisa memanggil saya Selvi.
Saya mahasiswa Keperawatan yang sedang praktik di ruangan ini pak
dan saya juga yang akan merawat bapak dari hari Senin, 24 Agustus
sampai hari Sabtu, 29 Agustus 2015. Saya dinas dari jam 08.00 WITA
sampai jam 14.00 WITA pak. Kalau boleh saya tau nama bapak siapa?
Bapak senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
“Apa bapak ada keluhan?”
“Apakah bapak tidak keberatan untuk berbincang-bincang dengan saya?
Menurut bapak sebaiknya kita mengobrol apa ya? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang mengenai suara dan sesuatu yang selama ini bapak
dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya, serta hal yang
mengganggu bapak dengan cara menepuk pundak bapak dari belakang.”
“Berapa lama kira-kira pak? Bagaimana kalau 15 menit? Dimana kita
berbincang-bincangnya pak? Di sini saja atau di ruang depan pak?”
2. Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu”
“Apakah bapak melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?”
“Seperti apa kelihatannya?”
“Apakah bapak merasakan ada sesuatu yang menyentuh bapak?”
“Apakah terus-menerus terlihat, terdengar, atau seperti ada yang
menepuk pundak bapak? Atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan bapak paling sering melihat sesuatu, mendengar suara, atau
merasa ada yang menyentuh pundak bapak?”
“Berapa kali sehari bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa bapak mengalaminya”
“Apa yang bapak rasakan saat itu?”
“Apa yang bapak lakukan saat itu?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara mencegah suara-suara, bayangan,
atau hal yang menyentuh bapak itu tidak muncul?”
“Bapak, ada empat cara untuk mencegah hal tersebut terjadi, pertama
dengan cara menghardik, kedua dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain, ketiga dengan mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal di
ruangan, dan yang keempat dengan cara minum obat teratur.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini pak:
a. Saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, “pergi saya
tidak mau dengar. Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.” Begitu
diulang-ulang sampai bapak tidak mendengar suara itu lagi. Coba
bapak peragakan. Nah begitu. Bagus begitu pak! Coba lagi pak! Ya
bapak sudah bisa.
b. Saat melihat bayangan itu muncul, langsung ibu bilang, “pergi saya
tidak mau lihat. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.” Begitu diulang-
ulang sampai bayangan tersebut tidak terlihat lagi. Coba bapak
peragakan. Nah begitu. Bagus begitu pak! Coba lagi pak! Ya bapak
sudah bisa.
c. Saat ada yang menyentuh atau bapak merasa ada yang menusuk-
nusuk kulit bapak, langsung bapak katakan, pergi kamu tidak nyata.
Begitu diulang-ulang sampai hal tersebut hilang. Coba bapak
peragakan. Nah begitu. Bagus begitu pak! Coba lagi pak! Ya bapak
sudah bisa.
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita mengobrol? Apakah bapak
merasa senang dengan latihan kita tadi?”
“Setelah kita mengobrol tadi sekarang apa bisa bapak sebutkan kembali
cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu tidak muncul lagi?”
“Kalau bayangan, suara-suara, atau yang menyentuh bapak itu muncul
lagi saat bapak di sini atau di rumah, silahkan bapak coba cara
tersebut.”
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
latihannya pak?”
4. Kontrak yang akan datang
“Bapak bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat suara, bayangan, atau hal yang
menyentuh dan menusuk kulit bapak itu muncul?”
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30
WITA? Apakah bapak bisa? Tempatnya bagaimana kalau disini saja
pak? Sampai jumpa besok pak. Wassalamualaikum.”