somad dan pohon aren ajaib (ok)

12
Somad dan Pohon Aren Ajaib Tak jauh dari ibu kota kabupaten, ada sebuah kampung yang menghampar sawah hijau. Rakyatnya sebagian besar hidup dalam kecukupan karena padi yang melimpah. Selama mereka punya sepetak saja sawah, hidupnya akan cukup dan tidak melarat. Kecuali seorang yang tinggal agak di pinggir kampung. Dengan rumah yang nyaris rubuh, dinding anyaman bambu dan atap rumbia, Somad hidup bersama istri dan kedua orang anaknya. Ia bukan berasal dari kampung itu. Beruntung ada seorang baik yang mau meminjamkan tanahnya untuk menjadi tempat tinggal sementara bagi Somad dan keluarga. Sebagai imbalan, ia harus bekerja dan merawat kebun singkong yang terletak sekitar lima puluh meter di belakang rumah itu. Kadang juga timbul rasa bersalah di hati Somad, karena sebagai kepala keluarga, ia merasa tak mampu membahagiakan istri dan kedua anaknya. Si sulung sebentar lagi akan masuk SD dan si bungsu baru saja berumur dua tahun. Kadang, istri juga mengeluh mengenai nasib mereka. Tanah tak punya, uang membeli susu juga tak mencukupi. Sejak pagi, Somad sudah berangkat ke ladang di belakang rumah itu. Membersihkan dari hama dengan semprotan. Atau juga mencangkul jika tanah itu akan kembali ditanami tanaman baru. Rumput-rumput harus dicabut dari akar. Sepulang dari ladang sekitar tengah hari, Somad akan mengecek pohon aren yang juga

Upload: awaluddin-andhy-m

Post on 13-Jul-2016

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Short story

TRANSCRIPT

Page 1: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

Somad dan Pohon Aren Ajaib

Tak jauh dari ibu kota kabupaten, ada sebuah kampung yang menghampar sawah

hijau. Rakyatnya sebagian besar hidup dalam kecukupan karena padi yang melimpah.

Selama mereka punya sepetak saja sawah, hidupnya akan cukup dan tidak melarat.

Kecuali seorang yang tinggal agak di pinggir kampung. Dengan rumah yang nyaris

rubuh, dinding anyaman bambu dan atap rumbia, Somad hidup bersama istri dan kedua

orang anaknya. Ia bukan berasal dari kampung itu. Beruntung ada seorang baik yang mau

meminjamkan tanahnya untuk menjadi tempat tinggal sementara bagi Somad dan keluarga.

Sebagai imbalan, ia harus bekerja dan merawat kebun singkong yang terletak sekitar lima

puluh meter di belakang rumah itu.

Kadang juga timbul rasa bersalah di hati Somad, karena sebagai kepala keluarga, ia

merasa tak mampu membahagiakan istri dan kedua anaknya. Si sulung sebentar lagi akan

masuk SD dan si bungsu baru saja berumur dua tahun. Kadang, istri juga mengeluh

mengenai nasib mereka. Tanah tak punya, uang membeli susu juga tak mencukupi.

Sejak pagi, Somad sudah berangkat ke ladang di belakang rumah itu. Membersihkan

dari hama dengan semprotan. Atau juga mencangkul jika tanah itu akan kembali ditanami

tanaman baru. Rumput-rumput harus dicabut dari akar. Sepulang dari ladang sekitar tengah

hari, Somad akan mengecek pohon aren yang juga terletak di belakang rumah. Pohon aren

ini terletak sangat dekat dengan rumah, hanya sekitar sepuluh meter. Bapak yang

mempunyai tanah mengatakan untuk mengambil sari aren itu dan semuanya boleh untuk

Somad jual.

Biasanya, jika dipasang pada pagi hari, maka akan didapati sari aren sebanyak tiga

liter pada siang harinya. Maka, Somad pun mengambil sari aren untuk hari ini. Setelah itu,

membawanya pulang ke rumah untuk dimasak menjadi gula. Hasil penjualan gula itu,

lumayan cukup untuk menambah pemasukan Somad. Selain mengurusi ladang dan pohon

aren, jika sedang untung dan kelapa berbuah banyak, Somad akan dipanggil untuk menjadi

Page 2: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

kuli panjat pohon kelapa. Atau jika sedang musim panen padi, Somad bisa pulang

membawa tiga hingga empat liter beras sebagai upah membantu panen padi.

Setelah maghrib tiba, Somad akan dengan rajin pulang ke rumah dan membersihkan

diri, lalu berangkat ke masjid dan baru akan pulang saat shalat isya selesai. Selama di

masjid itu, Somad akan menghabiskan waktunya untuk membaca al-quran, atau jika sedang

ada agenda taklim, Somad akan mendengarkan taklim yang bisa membuatnya semangat

menjalani hidup sebagai takdir Allah.

Anak dan istri akan menunggunya pulang dari masjid, sebelum mereka akhirnya

menyantap makan malam. Kadang dengan ikan goreng, pemberian tetangga yang tinggal

agak berjauhan dari rumahnya, tapi lebih sering dengan lauk tempe dan sayur daun

singkong yang mudah didapatkan di kebun belakang. Barulah setelah makan, mereka

bercengkrama sedikit, sebelum akhirnya tidur. Tak ada televisi ataupun radio di rumah itu.

***

Pagi yang seperti hari kemarin, selepas shalat subuh, Somad memanjat pohon aren

dan mulai mengirisnya untuk mengeluarkan air pohon tersebut. Ia meletakkan semacam

botol bekas yang akan menjadi wadah untuk sari aren yang menetes perlahan. Lalu, Somad

turun dan berangkat menuju ladang sampai siang hari.

Hari ini ia tak harus menyemprot hama. Cukup mencabuti rumput kecil yang banyak

tumbuh di sekitar pohon singkong. Juga menggemburkan sebagian tanah yang akan

ditanami pohon singkong baru. Sebab, pohon singkong sebelumnya sudah dicabut.

Somad lalu beristirahat dan pulang ke rumah. Berangkat ke masjid untuk shalat

dhuhur. Ia mengusahakan agar setiap shalatnya bisa dilakukan di masjid. Jika tak di masjid,

berarti sesuatu yang dikerjakannya benar-benar tidak bisa ditunda. Sepulang dari shalat

dhuhur, ia berencana untuk menengok pohon aren. Namun, belum juga ia sampai di rumah,

pak Imam meminta tolong untuk membantunya memanjat beberapa pohon kelapa. Upah

yang diberikan lumayan.

Page 3: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

Maka, Somad pun langsung menuju pohon kelapa tanpa ke rumah dulu. Pekerjaan

memanjat pohon kelapa itu dapat dikerjakannya dengan mudah. Somad masih muda dan

kuat. Tangannya dengan cekatan menjatuhkan satu-satu buah kelapa. Kakinya akan dengan

cepat memanjat batang kelapa yang kadang licin. Setelah memanjat sekitar sepuluh pohon

kelapa, Somad mendapatkan upah yang cukup. Ia lalu pulang dengan perasaan gembira.

Waktu sudah menunjukkan hampir ashar, ia bergegas melangkah pulang. Mengingat

pohon aren yang belum juga ia tengok, ia semakin mempercepat langkahnya. Tak butuh

lima belas menit, ia sudah berada di bawah pohon aren. Segera ia melihat botol tersebut.

Syukurlah, air aren tidak tumpah. Tapi, ia penasaran juga, mengapa sudah sesore ini dan

botol bekas yang berwarna coklat itu tidak menunjukkan tanda bahwa sudah terisi penuh.

Somad melepas sarungnya dan mulai memanjat pohon aren. Betapa terkejutnya,

ketika yang ia dapati bukanlah sari aren. Melainkan tiga butir mutiara. Somad mengucap

Allah, jangan sampai ini hanya mimpi. Memang, Somad kerap berdoa kepada Allah agar

hidupnya diberi kemudahan. Namun, jika seperti ini, ia tak yakin ini adalah kenyataan.

Bagaimana mungkin pohon aren menghasilkan mutiara. Setelah beberapa saat

menenangkan diri dan kembali melihat isi botol bekas tersebut, barulah ia yakin bahwa ini

bukan mimpi. Tiga butir mutiara putih berkilau, berada dalam botol tersebut. Terima kasih

ya Allah. Ucapnya dengan penuh syukur. Ia semakin yakin bahwa Allah Mahakuasa atas

segala sesuatu. Matahari saja diaturnya, apalagi hanya sekadar mengeluarkan mutiara dari

dalam pohon aren.

***

Penemuan mutiara itu tak ia ceritakan kepada siapapun, kecuali kepada istrinya.

Istrinya kaget dan merasa bahwa Somad sudah tidak waras karena terlalu lama hidup

miskin. Maka, Somad pun memperlihatkan mutiara itu, barulah istrinya percaya bahwa itu

adalah benar. Wajah istrinya berseri-seri. Namun, mereka tidak ribut-ribut untuk penemuan

mutiara itu.

Page 4: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

Keesokan paginya, Somad berangkat ke pasar dan menanyakan harga mutiara kepada

pedagang perhiasan di pasar. Harganya cukup mahal. Somad lalu mengeluarkan satu biji

mutiara dari dalam kantongnya. Pedagang perhiasan itu awalnya menaruh curiga, jangan-

jangan ini adalah barang palsu. Lalu, ia memeriksanya dan menemukan bahwa itu adalah

barang asli. Maka, Somad kemudian pulang dengan membawa banyak uang.

Istrinya menatap Somad dengan senang. Mereka lalu merencanakan untuk membeli

barang ini dan itu. Istrinya memulai dengan mengganti kasur tidur mereka. Somad

kemudian membawa istrinya ke pasar dan membeli kasur tidur yang lebih baik dari

sebelumnya. Agar tidak terlalu mencolok, kasur itu dibawa pada malam hari ke rumah

Somad.

Kini, Somad sudah mempunyai kasur baru. Setiap hari, ia memasang botol bekas itu

dan mendapati satu hingga tiga mutiara. Istrinya lalu mengusulkan untuk membeli tanah

yang mereka tempati beserta pohon arennya. Awalnya, yang mempunyai tanah tidak

percaya bahwa Somad bisa membeli. Namun, setelah melihat uang yang Somad punya,

akhirnya penjual merelakan tanah tersebut. Ia tak tahu dari mana uang Somad itu. Yang

jelas, menurutnya, uang itu asli dan tanah itu dibeli dengan harga yang cukup tinggi.

Tanah itu sudah resmi menjadi milik Somad. Hampir setiap hari, ia pergi ke pasar

untuk menjual mutiara. Bergantian dari satu toko ke toko lainnya, agar mereka tidak curiga

tentang darimana Somad mendapatkan mutiara itu. Setiap hari juga, Somad pulang dengan

membawa banyak uang. Keluarganya mulai membeli ikan, telur, dan lauk yang enak.

Rumah itu terlihat hampir rubuh. Somad lalu berencana untuk memperbaiki rumah

tersebut. dalam waktu sebulan, rumah yang dulu berdinding anyaman bambu dan

beratapkan daun rumbia, kini telah berdinding tembok dan beratapkan genteng. Tetangga

menjadi heran melihat perubahan Somad yang drastis. Namun, karena Somad pandai

menjaga rahasia, mereka tidak tahu mengenai asal usul kekayaan Somad yang semakin

banyak itu.

Page 5: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

Perabotan baru setiap hari mendatangi rumah itu. Televisi, kulkas, sepeda, dan lain

sebagainya. Somad telah berubah. Dalam waktu sebulan, mutiara yang diambilnya setiap

hari, telah merubah hidup Somad menjadi lebih baik. Jauh lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan, sekarang sudah mengalahkan banyak orang yang dulu lebih kaya dari Somad.

***

Somad sudah tak pernah lagi ke kebun singkong. Sekarang ia punya tanah dan

merawat satu-satunya tanaman miliknya. Pohon aren. Setiap pagi, ia dengan rajin memanjat

pohon aren dan meletakkan botol bekas disana. Lalu, ia berangkat ke pasar untuk menjual

mutiara dan pulang membawa belanjaan yang banyak.

Rupanya, Somad betul-betul mengalami perubahan setelah mendapatkan mutiara itu.

Tidak saja berubah dalam materi, seperti membangun rumah dan membeli perabotan baru,

Somad juga mulai jarang bercengkrama dengan tetangga sekitar. Ia lebih banyak

menghabiskan waktu menonton televisi atau bermain game dengan keluarganya di dalam

rumahnya yang besar. Makan makanan yang enak dan tidur di kasur empuk. Somad benar-

benar menikmati dirinya menjadi seorang yang kaya. Ia mengenang masa sulitnya dulu dan

berjanji untuk tidak mengulangi masa sulit itu.

Saat adzan tiba, Somad tidak lagi berangkat ke masjid. Ia akan memilih untuk shalat

di rumah bersama istri. Dan belakangan ini, Somad bahkan tidak lagi shalat, meski itu di

rumah. Ia sibuk dengan mutiara dan bagaimana cara mengembangkan kekayaannya.

Somad mulai memikirkan untuk membuka usaha di rumah barunya. Ia memperluas

tanahnya dengan membeli tanah di sebelah rumah. Tanah semakin luas dan ia ingin

membangun toko yang bisa menjual aneka barang. Mulai dari beras, tabung elpiji, dan

barang kebutuhan pokok lainnya.

Semakin hari, Somad disibukkan untuk mengelola tokonya itu. Memanjat pohon aren

pada pagi hari, berangkat ke pasar untuk menjual mutiara, dan pulang dengan membawa

banyak bahan pokok untuk di jual di toko. Kebutuhan Somad juga semakin banyak. Setiap

ada handphone terbitan baru, Somad ingin membelinya. Istrinya juga sekarang sudah sering

Page 6: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

membeli baju model terbaru. Sepatu baru. Anting-anting baru. Cincin baru. Kedua anaknya

selalu meminta untuk dibelikan berbagai permainan.

Toko yang dibuka Somad mulai menjual banyak barang. Namun, apa yang

diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ternyata untuk mengelola barang sebanyak itu,

tidak mudah. Ia harus bagus dalam perhitungan dan bekerja dengan keras melayani

pembeli. Somad tidak memikirkan bahwa ia harus bekerja sekeras itu. Ia pun kemudian

menghitung-hitung mutiara yang dihasilkan setiap hari oleh pohon aren itu. Dua mutiara

setiap harinya. Dengan dua mutiara itu, ia bisa hidup dengan nyaman setiap hari. Tapi,

kebutuhannya terus meningkat. Dan dua mutiara itu tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan istri dan kedua anaknya setiap hari. Maka, ia pun mempunyai rencana besar.

***

Keesokan harinya, ia bangun sangat cepat. Ia melangkah ke belakang rumah dan

mulai memperhatikan pohon aren itu. Pohon ini cukup besar. Pikirnya. Tinggi sekitar dua

puluh meter dan diameter batangnya yang setengah meter, maka pasti banyak yang

tersimpan di dalamnya. Somad kembali masuk ke dalam rumah dan mengambil kapak yang

sudah ia asah semalam. Somad berencana untuk mengeluarkan sekaligus mutiara tersebut.

jika benar bahwa di dalam pohon sebesar ini, isinya mutiara semua, pastilah mutiara itu tak

akan habis ia pakai sampai mati. Pikir Somad.

Tanpa memberitahukan istrinya, Somad mulai menebang sedikit demi sedikit pohon

itu. Tebasan pertama menghasilkan bekas yang tidak terlalu dalam. Pada tebasan kedua, ia

mengayunkan sekuat tenaga dan berhasil mencapai bekas yang lebih dalam. Belum ada

mutiara yang keluar. Maka, Somad mengayunkan kapaknya lebih ke dalam. Ke dalam lagi.

Hingga setengah dari diameter pohon itu sudah ditebas oleh kapak. Tapi, belum juga ada

mutiara.

Somad lalu mengambil tali dan mengikat ke pohon tersebut. Ia menarik tali itu pada

sisi yang lain. Pohon tumbang. Dengan semangat, dan bayangan mutiara yang banyak di

Page 7: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

dalam batang pohon, Somad mulai membelah pohon itu. Senyumnya tak pernah lepas dari

raut wajahnya. Berharap akan banyak mutiara yang ia dapatkan.

Tebasan pertama pada batang, belum juga ada mutiara. Ia lalu menebas lebih dalam.

Membelah batang pohon aren itu dengan rinci. Hingga yang tersisa tinggal serabut, tetapi

tak ada mutiara yang ditemukan walau hanya satu biji. Somad pun terududuk dengan lesu.

Matanya memandang pohon itu dengan sedih. Istrinya keluar dan melihat apa yang

dilakukan oleh suaminya. Istrinya ikut duduk dan memandang dengan sedih. Keinginan

Somad untuk mendapatkan lebih banyak mutiara, akhirnya tidak menghasilkan apa-apa.

Ketamakan akan selalu berbuah keburukan dan sia-sia. Berysukur adalah apa yang

sebaiknya dilakukan dalam menghadapi apa yang diberikan Allah.

Page 8: Somad Dan Pohon Aren Ajaib (Ok)

BIODATA PENULIS

Judul Cerpen : Somad dan Pohon Aren Ajaib

Nama : Awaluddin A. Mulyadi

TTL : Kolaka, 1 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : Asrama Medika FK UH

Status : Mahasiswa S1 FK UH

Email : [email protected]

Facebook : Awaluddin Andhy M

No.HP : 085256654009