snw lengkap

172
EDISI KEDUA WWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW Buku ini mungkin tidak dapat memenuhi harapan  Anda terhad ap kurikul um tarbiyah ya ng praktis serta instan. Para pemula pun belum tentu dapat mencerna maknanya bagi kemajuan tarbiyah ruhiyah maupun tsaqafiyah yang mereka harapkan Namun, buku ini menawarkan rujukan yang bermanfaat bagi Anda yang sering berjibaku dengan pertanyaanpertanyaan kritis dan acapkali sangat membingungka n  M  Manha  j  j S S I ST E  M  M  A  AT I K A  A N U Z Z U LN Y A  AW  A  AH Y U K on n se e  p  pd a n n La n nd a s s an I lm m i i ah Ditujukan terutama untuk kaderkad er Hidayatullah, yang ingin memahami secara layak sumbersumber asasi pemikiran Manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu Disini insyaAllah Anda akan temukan secara ilmiah bahwa sesungguhnya Manhaj ini bukan suatu bid'ah yang mengadaada, akan tetapi merupakan ijtihad serius untuk menggali serta menampilkan kembali khazanah pemikiran Islam yang lama tak banyak dilirik orang: "Tartibu Nuzulil Wahyi" XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX   M. Alimin Mukhtar .

Upload: denoera

Post on 14-Oct-2015

539 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    1/172

    EDISI KEDUAWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWW

    Buku ini mungkin tidak dapat memenuhi harapanAnda terhadap kurikulum tarbiyah yang praktisserta instan. Para pemula pun belum tentu dapatmencerna maknanya bagi kemajuan tarbiyahruhiyah maupun tsaqafiyah yang mereka harapkan

    Namun, buku ini menawarkan rujukan yangbermanfaat bagi Anda yang sering berjibakudengan pertanyaanpertanyaan kritis dan acapkalisangat membingungkan

    MMaannhhaajj

    SSIISSTTEEMMAATTIIKKAA NNUUZZUULLNNYYAA WWAAHHYYUU

    KKoonnsseepp ddaann LLaannddaassaann IIllmmiiaahh

    Ditujukan terutama untuk kaderkaderHidayatullah, yang ingin memahami secara

    layak sumbersumber asasi pemikiran ManhajSistematika Nuzulnya Wahyu

    Disini insyaAllah Anda akan temukan secarailmiah bahwa sesungguhnya Manhaj ini bukan

    suatu bid'ah yang mengadaada, akan tetapimerupakan ijtihad serius untuk menggali sertamenampilkan kembali khazanah pemikiranIslam yang lama tak banyak dilirik orang:

    "Tartibu Nuzulil Wahyi"

    XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

    M. Alimin Mukhtar.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    2/172

    Judul

    Manhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu

    Konsep dan Landasan Ilmiah

    Penyusun

    M. Alimin Mukhtar

    Edisi Kedua

    Ramadhan 1427 H Oktober 2006 M

    Korespondensi, Kritik & Saran

    Jl. Raya Apel 61 Sumbersekar Dau Malang 65151 Jawa Timur

    Telp. (0341) 461231 HP: 081 555 874 028

    BENIH

    ini adalah benihambil dan tanamlah

    seperti sebutir gabahyang darinya terbit seribu butir

    ambil dan tanamlahsemoga anda memanen kelak

    ini bukan hidangan siap sajiseperti sepiring nasi

    yang darinya bangkit energinamun

    tak lama kan punahdan anda harus makan lagi

    atau merana danfuturhabis perbekalan

    ya!ini adalah benih

    ambil dan tanamlahrawat dan panenlah

    biidznillah

    sumbersekarramadhan 1427 hijriyah

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    3/172

    1

    PPENGANTAR EDISI KEDUA

    Naskah ini adalah hasil serangkaian studi lanjutan dari edisi sebelumnya

    yang telah dipublikasikan secara terbatas, menjelang dan setelah MunasII Hidayatullah, Juni 2005 silam. Sebagai edisi kedua, tentu saja kamimenambahkan berbagai hal di dalamnya, walau publikasi kali inibukanlah sebuah upaya revisi besarbesaran. Bahkan, boleh dikata, tidakada perubahan dalam pokokpokok pikirannya. Yang baru dalam edisi iniadalah perluasan muatannya. Setelah edisi pertama terpublikasikan,banyak informasi, data dan pemikiran baru yang kami dapatkan,sehingga perlu untuk disertakan disini sebagai upaya pematangan danpemantapan. Selaras dengan semangat itu pulalah sehingga judul edisiini kami ubah, menjadiManhaj Sistematika Nuzulnya Wahyu Konsep danLandasan Ilmiah, setelah pada edisi sebelumnya kami beri judulMembangun Kembali "Tsiqah" kepada Manhaj Sistematika NuzulnyaWahyu.

    Sistematika penyajian edisi ini kami ubah sedemikian rupa,menyesuaikan dengan tuntutan perluasan studi pada sebagian segmen,terutama pada babbab yang dalam edisi pertama disebut "Bagian IV".Perubahan pertama ada pada Muqaddimah, yang merupakan pemandubagaimana memahami buku ini. Meski demikian, tidak seluruh materiedisi perdana kami singkirkan. Sebagian besar masih disuguhkan sepertiaslinya, atau paling jauh "disesuaikan kembali", agar spiritnya masihdapat dikenali dan dipertahankan.

    Kami menyederhanakan buku ini menjadi empat bagian saja semulaenam dengan cara menggabungkan bagianbagian yang sejenis. Denganmemberi judul baru, kami mengubah apa yang dulu disebut "bagian"menjadi "bab". Kami pun memisahkan pembahasan untuk setiap surah,sekaligus menambahkan datadata baru yang berhasil dihimpun. Kamijuga menyertakan pembahasan tentang surah al'Alaq, dimana hal initidak dibicarakan pada edisi sebelumnya. Selain mengganti juduljudulbab, kami juga menambahkan subsub bab baru serta sebuah Ringkasandi akhir bagian, yang sekaligus diperlengkapi dengan apendiks "SaranBahan Bacaan Lanjut" (additional resources). Dalam edisi ini, Bagian III

    sepenuhnya merupakan naskah tambahan yang belum ada pada edisipertama. Lampiran terakhir buku ini, yang membahas makna MarhalahWahyu dan ternyata cukup panjang, juga merupakan tambahan spesifik,meski sesungguhnya merupakan teks yang dikembangkan dari salah satusubbab pada edisi sebelumnya.

    Dalam hal alur penyajian, edisi ini juga diubah dari sebuah kritikmenjadi semacam buku pegangan dan kutipan referensi. Sebab, itulahyang lebih bermanfaat bagi para kader. Namun, perlu diingat, buku initidak menyajikan sesuatu yang benarbenar matang dan siap pakai.Bagaimanapun, ini adalah benih, bukan hidangan matang dan siap

    dikonsumsi. Secara khusus, kami terinspirasi oleh sejarah hidupAllahuyarham Ustadz Abdullah Said sendiri, yang sebelum mencetuskan ide

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    4/172

    2

    Manhaj SNW diketahui membaca sangat banyak literatur. Buku ini secaraimajiner daninabsentiaberusaha menelusuri jejakjejak literatur yangkemungkinan juga beliau telaah, atau setidaknya menjadi referensi dariliteratur yang beliau baca itu. Demikianlah keadilan ilmiah harusditegakkan, yakni dengan mengenali sumber dan asalusul sebenarnya.

    Sebab, menurut kami, banyak bagian dari spirit Manhaj SNW yangmengalami reduksi dan gagal dikenali landasan syarinya, hanya karenakita gagal mengenali sumber asasi dari nilainilai yang terkandung dalamManhaj SNW itu sendiri. Studi ini berusaha membawa pembaca kesamudera luas yang darinya Ustadz Abdullah Said pernah mencidukenergi dan mengahadirkannya dalam sejarah kita.

    Karena itu pula, dua bagian terakhir edisi awal risalah ini, yang duluberisi esaiesai atau tanggapan pribadi kami, kini dipangkas hampirseluruhnya. Sebab, edisi ini tidak lagi terfokus sebagai kritik, namunreferensi, sehingga diharapkan dengan penghapusan itu tidak ada lagi

    campuraduk antara halhal yang bersifat tekstual dengan opini pribadi.Kami juga berharap, penghapusan ini akan mengurangi dampakpsikologis dari sebuah kritik, dan dengan demikian dapat difahami sertaditerima secara lebih arif. Bagaimana pun, esaiesai bebas tersebuttidaklah selalu terikat langsung dengan bagianbagian lain di depannya.Artinya, dengan bermodalkan datadata yang kami sajikan, setiappembaca berhak mengembangkan perspektifnya sendiri dan kemudianbertanggung jawab penuh atas hal itu.

    Kami juga melakukan perbaikan seperlunya pada ejaan maupunsetting:penataan halaman, standar kertas, jenis dan ukuran huruf, perwajahansampul, hiasan, dsb. Dalam hal bahasa, kami tetap berupaya untukmenggunakan bahasa yang sederhana, tanpa penyertaan istilahistilahilmiah yang sukar maupun struktur pemikiran yang rumit serta filosofis.Perkecualian ada pada tinjauantinjauan berbasis disiplin Ulumul Hadits,yang terpaksa menghadirkan berbagai istilah ilmiah apa adanya, demiorisinalitas dan menghindari kesalahpahaman. Meski demikian, tidaklupa kami sertakan sebuahglossarydi bagian awal buku ini yang akanmembantu pembaca memahami maknamakna istilah dimaksud denganbaik dan benar. Demikianlah, buku ini memang ditujukan bagi orangorang biasa seperti penulis sendiri; yakni kaum muslimin kebanyakanyang ingin mengkaji isi kandungan alQur'an secara lebih baik melalui

    jalan yang telah dirintis para ulama' terpercaya.

    Perubahan lain adalah mengenai catatan kaki (footnotes). Catatan kakicatatan kaki panjang yang mendeskripsikan identitas buku ataureferensi, kami potong dan naikkan menjadi bagian dari teks utama. Halini demi mempermudah pembaca dalam menyerap informasinya, dimanatidak perlu memindahkan perhatian ke bagian bawah halaman sekedarmengecek catatan kaki yang terkadang tidak selalu penting untukdiketahui. Jika ada sebuah kutipan, kami langsung menyebutkansumbernya, termasuk judul rujukan tersebut lengkap dengan juz danhalamannya. Perkecualian dalam catatan kaki memang ada, yakni jika

    ada konsep atau bagian teks yang harus dijelaskan secara tersendiri diluar naskah utama. Atau, karena rentetan kutipan pendekpendek yang

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    5/172

    3

    berasal dari banyak referensi yang akan mengganggu bila ditulis namasumbernya dalam teks utama. Hal terakhir ini biasanya berkenaandengan penelusuran biografi seorang perawi hadits.

    Kami berusaha menjaga amanah ilmiah seakurat mungkin denganmenyajikan kutipan yang jelas dan valid.InsyaAllah, seluruh pernyataan

    ilmiah dalam buku ini dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya.Apabila pembaca ingin menelaah secara lebih dalam atau melakukanpengecekan atas sebuah kutipan, silakan periksa referensi dimaksuddalam Daftar Pustaka di akhir buku ini, atau paling tidak dalamadditional resourcesyang disarankan untuk setiap Bagian. Perlu dicatat,sebagian rujukan merupakan edisi cetak biasa (kertas), dan sebagianlainnya adalah edisi yang telah disalin ke dalam software komputer.Kami menandai jenis kedua ini dengan keterangan "edisi CD". Akantetapi, seluruh salinan digital itu pun mempunyai rujukan cetak biasayang dikeluarkan oleh penerbitpenerbit tertentu, yang sebagian besar

    didahului dengan prosestahqiq(editing) oleh para sarjana muslim yangkredibel. Kami juga mencantumkan namanama mereka.

    Dan, sebegitu jauh upaya kami, disadari sepenuhnya masih ada banyakkekurangan dalam risalah ini. Bagaimanapun, ini adalah karya ciptamanusia biasa. Hanya saja, semua itu tidak menghalangi kami untukbergembira dan bersyukur atasma'unahAllah yang luar biasa di dalamseluruh proses pengerjaannya yang memakan waktu cukup panjang. Dimasa mendatang, kami berharap dapat melakukan perbaikan danpembenahan berkelanjutan, seiring kemajuan studi yang mungkindicapai.

    Terkait dengan rasa syukur itu, dan atas semua hasil kerja yang berhasildiraih, setelah mengucapkan alhamdulillah, kami ingin menghaturkanribuan terima kasih kepada segenapAsatidzsenior Lembaga danikhwanlain yang berkenan membaca edisi pertama risalah ini serta memberikanapresiasinya. Sepengetahuan kami, jumlah pembaca risalah ini masihsangat sedikit. Dan, memang sudah seperti itulah sejak semula niatpenulisannya. Bagaimanapun, ada halhal tertentu dalam naskah ini yangterlihat hendak membongkar bangunan sebuahmanhajyang telah sekiandasawarsa "disepakati", sehingga naskah ini tidak layak untukdisebarluaskan secara serampangan sebelum memperoleh konfirmasi,rekomendasi dan penelaahan lebih serius dari pihakpihak yang"berwenang". Dalam konteks Lembaga, pihak yang berwenang tersebutadalah Majelis Syuro.

    Akhirnya, silakan meniti halaman demi halaman risalah ini. Bagi Andayang belum pernah membaca edisi perdananya,insyaAllahAnda tidakketinggalan informasi apa pun. Anda hanya tidak membaca secara penuhesaiesai sarat 'keluhkesah' pada edisi terdahulu, dan itu lebih baik.Sebab, Anda tidak akan tertulari kecemasan dan kegamangan yang adadi dalamnya. Kami akui, esai itu subyektif, dan sebaiknya dieliminirdemi kemaslahatan bersama. Ada juga fragmenfragmen tertentu yangkami hapus karena ditemukan bukti baru yang meralatnya. Dan secaraumum, naskah yang kini Anda pegang memiliki kelebihan dalam banyakhal yang tidak ada pada edisi sebelumnya.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    6/172

    4

    Kritik, saran, dan masukan lain sangat berharga bagi kami. Sebab,risalah ini tidak didedikasikan bagi proyek pribadi, namun sebagaisumbangsih bagi ikatan kebersamaan kita di bawah naungan Islam.Bukan pula demi 'ashabiyah haraki, dimana saudara kami di harakahyang lain dilarang membaca atau mengkritisinya. Silakan memberikan

    tanggapan secara tertulis, dilengkapi dengan daftar bibliografi (maraaji')yang dapat diperiksa ulang validitasnya.

    Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam menegakkan dienNya,memberi kita hidayah dalam memahami dan mengamalkan KitabNyaserta Sunnah NabiNya. Kami berharap amal ini dijadikan sebagaipersembahan yang tulus dalam mengabdi di jalanNya, bermanfaat danmemberi berkah. Shalawat dan salam bagi Muhammad Rasulillah,ahlulbait,ummahatul mu'mininserta para Sahabat.[]

    Sumbersekar, Ramadhan 1427 H

    Penulis

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    7/172

    5

    PMUQADDIMAH

    Di suatu shubuh yang khidmat, 09 Juni 2005, di tengahtengah

    berlangsungnya Musyawarah Nasional (Munas) II Hidayatullah, di masjidAsrama Haji Pondok Gede Jakarta Pimpinan Umum Ustadz 'AbdurrahmanMuhammad sempat menyampaikan taushiyahnya. Di awal kesempatankuliah shubuh tersebut, beberapa kali beliau mengulang agar kita parakader Hidayatullah selanjutnya disebut Lembaga melakukan dua halterkait dengan manhaj kita, Sistematika Nuzulnya Wahyu. Pertama,meningkatkan upaya untuk memperdalam pemahaman terhadap konsepmanhaj itu sendiri. Dan kedua, merumuskan jalan (thariqah) untukmenerapkannya dalam kehidupan.

    Edisi pertama risalah ini sesungguhnya telah selesai ditulis saat itu, dan

    disebarkan secara terbatas. Namun, taushiyah beliau secara khusustelah menambah spirit kami dalam penulisan edisi kedua ini. Sebagaiupaya penajaman edisi sebelumnya, tentu saja disini kami melakukanpenataan seperlunya. Disamping apa yang telah kami jelaskan dalamPengantar, secara utuh kami membagi studi ini dalam empat bagian.Dua bagian pertama mengupas topiktopik spesifik yang dicirikan olehidentitas (istilah, musthalahat) SNW sendiri, yaknisistematika nuzuldanwahyu. Bagian III merupakan draft awal untuk sebuah pendekatanunik dalam kajian sirah nabawiyah. Sedang, satu bagian selanjutnyamemuat bentuk praktis dari uraian 3 bagian sebelumnya. Lebih rinci,keempat bagian tersebut adalah, sbb:

    Bagian Pertama, kami membahas landasan ilmiah untuk memahamikonsepkonsep kunci dalam Manhaj ini, yang mencakup konsep tartibnuzuli, marhalah wahyu, dan tarikh ayatayat alQur'an. Bagian inimendeskripsikan pemahaman dasar atas apa yang disebut sebagaiSistematika Nuzulnya Wahyu secara ilmiah. Versiversi tartib nuzuliyang kami sajikan, walau terlihat saling tidak cocok, merupakan bagianpenting untuk memahami bagaimana sebenarnya pemikiran dalamManhaj ini dibangun dan dikembangkan. Disini, tidak ada diskusi yangdetail tentang versiversi tersebut, sebab bukan itu tujuan bagian ini.Secara sederhana, bagian ini bertujuan memberi pijakan dasar yang

    jelas dan ilmiah. Sebab, versi mana pun yang kelak dipilih, adalahpenting bagi kita untuk memiliki pijakan yang jelas dan ilmiah, agar baikdalamtrainingmaupun diskusi, kita tidak sekedar menukil tataurutanturunnya surah tanpa referensi.

    Bagian Kedua, kami mengupas lebih luas dan mendalam pilarpilarutama Manhaj ini, yakni kedudukan masingmasing surah pertama dalamtartib nuzuli. Menentukan secara ilmiah dan valid atas posisi sebuahsurah, menurut hemat kami, sama pentingnya dengan tahapimplementasi praktis atas Manhaj ini. Sebab, kedudukan sebuah surahterkait secara langsung dengan catatan sirah nabawiyahyang sezaman

    dengannya. Penelusuran atas faktafaktasirahsangat bermanfaat untukmemahami bagaimana wahyu diimplementasikan sebagai bagian dari

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    8/172

    6

    komponen pembentukan kader dakwah (rijaal adda'wah). Di sisi lain,memahami posisi sebuah surah dalam suatu urutan tertentu dapatmembimbing para murabbi untuk memberi dosis tarbiyah yang tepatbagi murabbanya. Bagaimanapun, sirah merekam dengan lugasbagaimana para kader awal umat ini (assabiqun alawwalun) menerima

    gemblengan dan kemudian tampil memikul beban dakwah sebagaiperintis pertama. Kisah hidup mereka, baik di era nubuwwahmaupunjauh setelah itu, tetap menampakkan jejak yang jelas daritarbiyahalQur'an dalam periode pertama.

    Bagian Ketiga, kami menyajikan sebuah ulasan umum atas sirahnabawiyah, dari perspektif yang dikembangkan buku ini, yaitu tartibnuzulil wahyi (tata urutan penurunan wahyu). Meskipun masih sangatdini, minimal Anda akan melihat sketsa awal yang cukup jelas mengenai"gambaran" seperti apa yang kelak dibangun oleh studi ini.

    Bagian Keempat, merupakan "penutup" berisi rincian lebih matang yang

    bisa diterapkan dalam kajian untuk tujuan pengkaderan yangsesungguhnya. Kami memulai dengan asumsiasumsi dasar darimanhajtarbawi (kurikulum pengkaderan) yang ditawarkan, bentuk pelevelanyang bisa dikembangkan lebih lanjut, dan contohcontoh pemaknaanatau alur tematik yang sementara ini mengingat berbagai keterbatasanyang ada dapat kami berikan untuk pendalaman.

    Sebagai tambahan, di penghujung setiap Bagian selalu kami berikanapendiks Saran Bahan Bacaan Lanjut berisi literatur yang kamisarankan untuk ditelaah (additional resources). Kebanyakan masihberbahasa Arab, dan sebagian juga sudah diterjemahkan. Referens

    dalam juz maupun halaman yang kami berikan mungkin berbeda denganyang Anda miliki, tergantung penerbit dan edisinya. Namun, pada pokokintinya adalah sama. Disitu, terdapatreviewsingkat mengenai tema apasaja yang terdapat dalam literaturliteratur tersebut, sehingga pembacadapat menentukan sendiri apakah perlu untuk mengkajinya sendiri atautidak.

    Kami juga melengkapi buku ini dengan Lampiran pendukung, yangterdiri dari 6 bagian, dimana masingmasing berisi:

    (1) Daftar lengkap versiversi tartib nuzuli, tepatnya 5 versi.

    (2) Tabel perbandingan diantara kelima versi diatas.

    (3) Tabel jumlah ayat dalam 114 surah menuruttartib mushhafi.

    (4) Tabel jumlah ayat dalam 86 surah Makkiyah menurut salah satu versitartib nuzuli (sebagai bahan pembanding untuk memahami versilainnya).

    (5) Tabel jumlah ayat dalam 28 surah Madaniyah menurut salah satuversi tartib nuzuli (sebagai bahan pembanding untuk memahamiversi lainnya).

    (6) Kutipan lengkap "makna marhalah wahyu", sebuah naskah cukuppanjang yang kami alihbahasakan dari buku Mabahits fi 'UlumilQur'an, sebagai contoh dan model untuk memahami bagaimana

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    9/172

    7

    wahyu mendampingi perjalanan dakwah Rasulullah dan mentarbiyahbeliau bersama para Sahabat. Naskah ini memuat uraian ringkas atas19 surah Makkiyah yang terbagi dalam 3 marhalah (fase), dan 3 surahMadaniyah yang mewakili 3 marhalah berbeda dalam perjalanandakwah beliau. Disajikan sebagai saduran/terjemahan utuh, tanpa

    interpretasi atau tanggapan dari kami. Jika pun terpaksa ada catatandari kami, kami menandainya dengan kodePen.atauPenerjemah.

    Sumbersumber yang kami pakai mengacu kepada disiplin ilmuattafsirwa ulumuhu, alhadits wa ulumuhu, serta sirah nabawiyyah. Dalambanyak kasus, kami menggunakan rujukan asli berbahasa Arab, denganbantuansoftwarekomputer yang memang ditujukan untuk itu. Sebagianlain referensi berupa buku, majalah, jurnal, buletin, makalah, dokumen(intern), catatancatatan pribadi, brosur/booklet, kaset, CD, dan lainlain yang ada dalam perpustakaan pribadi kami atauikhwanikhwan diMalang dan Surabaya.

    Mengenai sumber acuan dari Allahuyarham Ustadz Abdullah Said ataubuku yang ditulis kader Lembaga, kami memang jarang menyinggungnya,bahkan nyaris tidak mengutipnya samasekali. Selain faktor kelangkaansumber ilmiah yang tertulis dalam masalah ini, secara faktual kamisendiri belum pernah bertemu muka dengan beliau. Di sisi lain, denganmengurangi pengutipan dari sumbersumber internal, kami berusahamenghindari pengulangan yang tidak perlu, dan mencoba mengisi celahcelah pembahasan yang belum terisi. Bagaimanapun, sebagai kadermuda yang belum terlalu lama bergelut dalam Lembaga, bagi kamipribadi, merupakan sesuatu yang tidak etis untuk menggurui para seniordengan mengungkap apaapa yang sudah sangat akrab dikenal.Seharusnya, untuk masalah semacam itu, kamilah yang mesti bergurudan menimba ilmu dari mereka.

    Buku ini secara khusus disusun sebagai jembatan komunikasi denganpara Ustadz dan ikhwan lain di Hidayatullah, membangun budayamenulis, serta meneguhkan kembali tsiqah kita kepada manhaj SNW.Karenanya, sebelum siapapun di luar Lembaga ini membacanya, adalahpenting bagi 'orangorang dalam' untuk lebih dulu mengkritisinya.

    Kami berharap upaya ini tidak disalahfahami, dan tegursapa sertadiskusi yang konstruktif sangat kami tunggu. Sebab, latar belakang studi

    ini amatlah bersahaja. Sebagai kader muda yang baru bergabung padabulan Agustus 1996, sebenarnya lewat SNW kami menemukan kegairahanbaru untuk mengkaji alQuran dan melihat relevansinya dengankehidupan nyata. Sayangnya, referensi yang mengulas masalah ini secaraspesifik hampir tidak bisa ditemukan. Sehingga, setiap usahapendalaman maupun peneguhan pribadi juga hampir tidak mungkin.Komunikasi tentang manhaj ini berjalan searah dan sangat lambat.Dengan minimnya referensi makamanhajini nyaris tidak bisa diwariskankepada generasi berikutnya di Lembaga. Adalah suatu fenomena yangmenyedihkan, bahwa di level para kader muda,manhajini nyaris tidakdapat lagi dimengerti dengan utuh.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    10/172

    8

    Ironis memang, bahwa dalam 33 tahun perjalanan Lembaga, ternyatabelum lahir studi yang semarak dan berskala luas terhadapmanhajnyasendiri, atau sisisisi lain yang terkait. Padahal, potensi ilmiah maupunoperasional dalam konsep dasar ini sangat besar. Materi yang terkaitsesungguhnya juga banyak, walau belum spesifik dan tersistematisir

    dalam referensi mandiri. Saat ini, mungkin tidak lebih dari 3 judul bukuyang secara khusus sudah ditulis untuknya, oleh kader Lembaga. Itupunmasih dalam kerangka filosofis yang umum, belum menyentuh aspekaspek lain yang lebih mendalam, baik dari segi teoritik maupun aplikatif.Pewarisan (tawrits) nilai yang biasanya berlangsung secara lisan dankontak langsung antarpribadi, belakangan juga mengalami penurunandrastis. Padahal, secara nyata kita tidak memiliki tradisi lisan yang kuatseperti di zaman Sahabat dalam menyikapisunnahRasulullah SAW.

    Semasa hidupAllahuyarhamUstadz Abdullah Said, kondisi semacam itudapat dimengerti karena bagaimanapun otoritas tentang SNW berada

    di tangan beliau sebagai penemu. Namun, setelah beliau wafat, makaadalah tugas generasi berikutnya untuk melestarikan manhaj ini,mengembangkan dan mewariskannya kepada generasi penerus. Jikakultur lisan tidak dapat dipertahankan, maka harus dicari upaya lainuntuk menjamin kelangsungan pewarisan nilai. Meski kita mengakuibahwa usaha ini sulit dan menghadapi banyak kendala, kita tidak bolehlarut untuk menerima dan menyaksikan keruntuhan yang lebih parah.

    Walau kita tidak bisa menilai keberlangsungan tarbiyah sematamatadari jumlah buku, namun menafikannya dalam konteks kekinian bagiLembaga ini adalah kekeliruan besar. Tarbiyah memerlukan sarana,dan buku atau penulisan adalah salah satunya. Dalam berbagai tafsir,surah alQalam sendiri senantiasa dimulai dengan bahasan tentangkekuatan pena dalam mengubah sejarah. Dalam manhaj SNW sendiri,sejak awal surah alAlaq sudah membicaakanalqalamsebagai simbolilmu dan pengajaran. Untuk surah alQalam, namanya saja sudah sangatjelas mengindikasikan pentingnya alqalam. Artinya, sangatdisayangkan bila belum ada kultur pena (alqalam) yang sengajadibangun dan dikembangkan sebagai simbol ilmu dan pengajaran (ramzalilmi wa attalim), atau senjata menghadapi wa ma yasthurun,yakni apaapa yang mereka tulis dan goreskan dalam sejarah dunia.Tampaknya, kesadaran kolektif kita tentang makna alqalam

    terlewatkan begitu saja. Kita lebih banyak berbicara serta mencaripenerapan riil dari halhal lain. Padahal, berbagai tafsir mutabar(kredibel) yang kita miliki hampir bisa dipastikan akan menyebutkansecara rinci riwayatriwayat tentang alqalam (pena) dalampenafsirannya atas kedua surah ini. Sirah juga memperlihatkanbagaimana Rasulullah memperhatikan masalah ini, dimana para tawananPerang Badar yang tidak mampu menebus dirinya dengan harta bisabebas setelah mengajari bacatulis 10 orang anak kecil kaum muslimin diMadinah.

    Tulisan diperlukan untuk memelihara serta menjamin keotentikan

    maupun keutuhan manhaj, dan kemudian sebagai pijakan valid untukpengembangan (tathwir). Tanpa sebuah landasan yang jelas, seluruh

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    11/172

    9

    generasi akan kehilangan arah, dan Jamaah akan kehabisan vitalitasnyadalam waktu singkat. Bagaimanapun, pewarisan lisan tidak sepi darikemungkinan reduksi dan penyimpangan, baik karena faktorpenyampaian, penerimaan, atau motifmotif tersembunyi yang buruk.Karena alasan pewarisan nilai pula para Sahabat merasa perlu

    membukukan alQuran dalam satumushhaftersendiri, dan para ulamapun bersusah payah mengumpulkan serta menyeleksi haditshadits Nabidari berbagai penjuru Dunia Islam. Dalam konteks ini pulalah, Barat takpernah meninggalkan filsafat Yunani Kuno, karena di sanalah ruhperadaban mereka.

    Di sisi lain, tulisan dari pena (alqalam) kita sendiri sangat diperlukanuntuk melawan penyesatan dan tuduhan bohong dari musuh maupunpihakpihak lain yang tidak simpatik. Kita menyaksikan bahwa kaum AhliKitab secara literal berartipemilik bukubukuataupeople of bookstelah mengembangkan tradisi penulisan dengan sangat kuat. Dewasa ini,

    hampir tidak ada celah yang tidak mereka bahas dengan berbagaitulisan. Bahkan, masalahmasalah yang mereka kaji sudah melampauitradisi agama mereka sendiri, yakni merambah doktrin dan tradisi agamalain. Terlihat betapa bernafsunya para penulis yang notabenekafir itu dalam mengkaji tematema besar Islam, yang sebetulnya tidakbernilai apaapa menurut mereka.

    Sudah saatnya kita semua memanggil diri sendiri untuk merawatmanhaj ini dan meneguhkannya kembali, lewat upaya apapun yangmemungkinkan bagi diri kita masingmasing. Jika tidak, mungkin kita

    juga harus bersepakat untuk merumuskan penggantinya.Sebab, Jamaahini tidak mungkin berjalan tanpa panduan. Dalam risalah ini, kamimencoba mengerjakan apa yang kami bisa. Serangkaian studi telah kamilakukan sejak 1999 bersama penulisan skripsi untuk S1 di STAILSurabaya. Banyak hal yang kami temukan, seperti pembuktianpembuktian ilmiah dari para ahli yang bisa jadi akan meneguhkan,meruntuhkan atau mengisi celahcelah dalam kajian SNW. Risalah inimerekam datadata yang kami maksudkan, agar dapat dimanfaatkanatau dikritisi oleh para Ustadz dan kader yang lain.

    Sebagai sebuah penelitian, sejujurnya buku ini memuat beberapa materiyang belum sepenuhnya final. Di masa depan, adakalanya diperlukanrevisi dan bahkan mungkin pencabutan sebagian kesimpulannya. Disisi lain, buku ini tidak secara sangat terperinci memuat halhal yangaplikatif dan matang, sehingga dapat diambil buah serta manfaatnyasecara langsung. Para pembaca akan disuguhi beragam data,kontroversi, pemilahan, atau kebingungan. Diperlukan konsentrasi dankeseriusan tersendiri untuk mencernanya. Kami mengajak segenappembaca untuk aktif mengkaji dan menerapkan, mendalami danmemperluas, bersamasama.

    Buku ini, pertamatama, ditujukan bagi sebagian orang mungkin ditingkat pemikir dan murabbi dalam Lembaga yang membutuhkanpijakan dasar bagi sebuah rumusan operasional yang lebihmenentramkan hati. Kedua, bagi seluruh kader yang memiliki kepedulian

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    12/172

    10

    maupun minat besar untuk mewarisi manhaj ini dan meneguhkankembali kebersamaan kita dengan ikatan yang lebih jelas serta kukuh.

    Seperti dalam edisi pertama, kali ini kami pun belum beranimenyarankan penyebarluasan buku ini secara bebas kepada masyarakatumum, kecuali ada izin resmi dari Pimpinan Umum dan Majelis Syuro.

    Pilihan ini bukan karena menyembunyikan ilmu, namun demimenghindari fitnah dan kerusakan yang diakibatkan bergabungnyasembarang orang dalam mendiskusikan masalah yang diperlukanprasyarat tertentu di dalamnya. Dalam bukuKiat Istimewa Agar NasihatDiterima, hal. 152153, Muhammad bin Ibrahim alHamd menukil:

    Ali bin Thalib berkata,Berbicaralah kepada orang lain dengan apa yangmereka ketahui. Apakah kamu ingin jika Allah dan RasulNyadidustakan?(HR alBukhari).

    Abdullah bin Masud juga berkata, Tidaklah kamu berbicara kepadasuatu kaum dengan pembicaraan yang tidak dapat dipahami oleh akal

    mereka melainkan akan terjadi fitnah pada sebagian dari mereka.(HRMuslim dalam muqaddimah kitab Shahihnya).

    Ibnul Jauzi berkata, Diantara kekhawatiran terbesar adalah berbicarakepada orang awam dengan sesuatu yang tidak dapat dipahami olehakal mereka atau dengan sesuatu yang meresap ke dalam jiwa yangberlawanan dengannya.

    Tentu saja, kami juga belum merekomendasikan buku ini sebagai bahantarbiyah bagi para kader pemula, tanpa didampingi atau diberipenjelasan oleh narasumber yang hidup dan hadir. Dalam konteks ini,mereka adalah kaum awam. Sangat berbahaya menyajikan esai semacamini kepada para kader muda yang sedang dilunakkan hatinya (muallafahqulubihim) agar bergabung dalam barisan kafilah perjuangan, danbersamasama berLembaga.

    Namun, menurut hemat kami, buku ini sematamata tidaklahmenyimpan bahaya, sepanjang dikaji dengan motivasi yang lurus danjujur. Pendampingan dari seseorang yang lebih memahami spiritLembaga diperlukan sebatas menjelaskan halhal tertentu yang bersifatintrinsik dan hanya dapat difahami setelah bergelut dengan Lembaga inisekian waktu lamanya. Dengan demikian, rekomendasimanhaj tarbawiyang ditulis dalam bagian terakhir buku ini masih dapat diterapkankepada siapapun, asal dipandu oleh kader Lembaga sendiri.

    Akhirnya, untuk semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalampenulisan risalah ini, kami sampaikan terima kasih. Jazaakumullahkhairan katsiraa. Walau tanpa harus menyebutkan nama mereka satupersatu sebagaimana dalam edisi pertama kiranya tidak mengurangita'zhimserta penghargaan kami yang tulus atas segenap peran sertanyayang luar biasa. Sebab, sungguh dalam setiap bagian dari risalah ini,kecil atau besar, terdapat amal dari sekian banyak pribadi, yang hanyaAllah saja yang Maha Meliputi perincian detailnya. Semoga Dia yangMaha Tahu lagi Maha Pemurah kelak membalasnya dengan yang lebihbaik. Amin.[]

    Wallahu alam.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    13/172

    11

    DAFTAR ISTILAH ILMU HADITS

    [ GLOSSARY ]

    Sanad adalah rangkaian namanama orang yang menjadi perantara

    sampainya suatu hadits, mulai dari Sahabat sampai kepada orangterakhir yang kemudian mencatatnya dalam suatu kitab himpunan haditstertentu. Sanad adalah matarantai periwayatan (the chain oftransmission) dari suatu hadits.Sanadartinya sandaran.

    Rawiatau perawi adalah seseorang yang menceritakan suatu hadits.

    Matnataumatanadalah teks hadits yang menjadi inti berita dari suaturangkaiansanadtertentu.

    Adalahatau adil adalah suatu kriteria kepribadian yang akan terpenuhijika seseorang itu muslim, baligh, berakal, bukan pelaku dosa besar atau

    suka melakukan halhal kecil yang dapat merusak sifat muruah(kehormatan diri).

    Dhabith adalah suatu kriteria hafalan yang akan terpenuhi jikaseseorang mempunyai ingatan yang kuat dan sempurna, tidak mudahlupa atau tercampur aduk.Dhabithberarti tepat, kuat, mantap, cermat,detail.

    Jarh secara bahasa berarti luka. Istilah ini dalam Ilmu Hadits beratisuatu penilaian buruk atas diri seorang perawi. Biasanya berisipernyataanpernyataan para pakar biografi perawi hadits (rijaal alhadits) tentang seseorang yang tidak bisa diterima periwayatannya.Kadang penilaian tersebut dijelaskan alasannya, kadang juga tidakdisebutkan. Kebalikannya adalah tadil, dan biasanya digabung menjadisatu aljarh wattadil, yang merupakan cabang khusus dalam UlumulHadits, populer disebut Ilmu Kritik Hadits. Banyak buku telah ditulisberisi rincian namanama perawi dan biografi mereka, baik yang bisaditerima maupun ditolak periwayatannya. Biografi tersebut biasanyamenyertakan deretan namanama guru dan murid setiap perawi, yangberguna untuk memastikan bersambung atau tidaknya suatu sanad.Komponen lain yang sering disertakan dalam biografi adalah nasab,qabilah, kota/negeri asal, tempat tinggal, tempat wafat, tahun

    kelahiran dan tahun wafat. Kadang juga disertakan contoh hadits yangdiriwayatkannya.

    Hadits Shahihadalah hadits yangsanadnya bersambung dimana seluruhperawinya mulai dari awal sampai akhir memenuhi sifat adalah dandhabith, dengan tanpa kejanggalan (syadz) maupun cacat (illat) yangmerusak.Shahihberarti benar, sehat, tidak cacat, valid.

    Hadits Hasanadalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yangmemenuhi sifatadalahakan tetapi sifatdhabithnya kurang sempurna,dengan tanpa ada cacat maupun kejanggalan di dalamnya.Hasanberartibagus atau baik.

    Hadits Dhaifadalah hadits yang tidak dapat memenuhi satu atau lebihdiantara beberapa persyaratan dapat diterimanya suatu hadits. Ada

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    14/172

    12

    banyak cabang dan jenis hadits dhaif, dan tingkatannya pun berlainlainan tergantung ringan atau beratnya kelemahan yang ada, baik darisegisanadmaupunmatannya. Ada haditsdhaifyang bisa diterima dandiamalkan, ada yang harus diberi catatan sebelum dipakai, ada pulayang harus disingkirkan jauhjauh. Semua hadits yang tidak bisa diterima

    berarti mengandung cacat atau kelemahan tertentu di dalamnya, atautermasuk jenis haditsdhaif.Katadhaifsendiri berarti lemah.

    Hadits Marfuadalah sesuatu yang dinyatakan berasal dari Nabishallahllahu alaihi wa sallam, berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat,secarade factomaupunde jure; baik bersambung maupun tidaksanadnya; baik yang menyatakan hal itu dari kalangan Sahabat, Tabiin ataulainnya.Marfuberarti terangkat, yakni terangkat sampai kepada Nabi.

    Hadits Mauquf adalah sesuatu yang dinyatakan berasal dari generasiSahabat, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan; baikbersambung maupun tidak sanadnya; dengan syarat tidak mengandung

    bukti serta indikasi (qarinah) adanya ketersambungan dengan Rasulullah.Mauqufberarti terhenti, yakni terhenti hanya sampai kepada Sahabat.

    Hadits Maqthu adalah sesuatu yang dinyatakan berasal dari generasiTabiin atau sesudahnya, berupa perkataan, perbuatan maupunketetapan; baik sanadnya bersambung maupun tidak; dengan syarattidak mengandung bukti serta indikasi (qarinah) adanya ketersambungandengan generasi Sahabat atau Rasulullah sendiri. Maqthu berartiterputus, yakni putus hanya sampai kepada Tabiin.

    Hadits Muttashil adalah hadits yang bersambung sanadnya sampaikepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau salah seorangSahabatnya, dimana masingmasing perawi di dalamnya mendengarlangsung hadits tersebut dari perawi sebelumnya. Disebut juga riwayatyangmaushul,kebalikan darimunqathi.Istilahmuttashildanmaushulsecara harfiah samasama berarti tersambung.

    Hadits Munqathiadalah hadits yang dalam jajaran perawinya ada satunama yang gugur [tidak disebutkan namanya], selain Sahabat. Bisa jadijumlah perawi yang gugur lebih dari satu, akan tetapi tidak boleh secaraberurutan. Dengan kata lain, hadits ini adalah hadits yang tidakbersambung sanadnya, sama saja pada bagian mana pun keterputusanitu terjadi.Munqathiartinya putus.

    Hadits Muallaq adalah hadits yang dalam sanadnya ada dua orangperawi yang gugur [tidak disebutkan namanya] secara berurutan, di awalsanadnya; baik setelah itu ada lagi perawi yang gugur maupun tidak.Muallaqartinya tergantung.

    Hadits Mursal adalah hadits yang dinyatakan oleh generasi Tabiinsebagai berasal dari Nabi, meski hanya secarade jure. Biasanya berupaperkataan dari Tabiin bahwa Rasulullah bersabda begini begitu, dengantanpa menyebutkan Sahabat mana yang menjadi sumbernya. Mursalartinya terlepas.

    Hadits Mudhaladalah hadits yang yang dalamsanadnya ada dua orangperawi yang gugur [tidak disebutkan namanya] secara berurutan, baik di

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    15/172

    13

    awal, tengah maupun penghujung sanadnya. Jenis ini lebih lemahstatusnya dibanding hadits muallaq. Kata mudhal bisa juga dibacamuadhdhalyang berarti terhalang.

    Hadits Mudallas terbagi dua: mudallas isnad dan mudallas syuyukh.Yang pertama berarti hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari

    seseorang yang sempat ditemuinya [dari segi usia dan generasi] akantetapi ia sebenarnya belum pernah mendengar (simaa) hadits darinya,seakanakan ia pernah mendengar riwayatnya secara langsung; atau iameriwayatkan sesuatu dari seseorang yang sempat ia dengar riwayatnya,akan tetapi dalam hal ini ia tidak mendengar apa yang sedang iariwayatkan itu dari orang tersebut, seolaholah ia pernahmendengarnya. Adapun yang kedua berarti seorang perawi yangmenyebut secara terus terang nama gurunya, akan tetapi ia melekatkankepadanya suatu nama, gelar, julukan, atau nasab qabilah, negeri,maupun profesi, dengan tujuan supaya tidak diketahui jatidiri aslinya.

    Mudallasartinya disembunyikan cacatnya.Hadits Mudhtharib adalah hadits yang saling bertentangan dalam halsanad, matan atau keduanya sekaligus, bisa berupa penambahanmaupun pengurangan dimana perbedaannya tak mungkin dikompromikan(aljamu) maupun dipilih yang terkuat (attarjih). Mudhtharibberartitidak mantap atau berguncangguncang.

    Hadits Maqlubadalah hadits yang tertukar satu sama lain, yakni suatuhadits yang dikenal sebagai berasal dari seorang perawi tertentukemudian ditukar kepada perawi lain, atau sanad dari suatu matanhadits dipasang kepada matan hadits lainnya. Maqlub artinya terbalik

    atau tertukar.

    Hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawisaja, tidak ada duanya, baik dalam segisanad, matanmaupun keduanyasekaligus; baik pada sebagian saja atau keseluruhannya.Gharibberartiasing atau sendirian.

    Hadits Syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawitsiqah(terpercaya), tetapi berlainan dengan perawi lain yang lebih kuatdarinya, baik karena lebih baik sifat dhabithnya, lebih banyakjumlahnya, atau halhal lain yang lebih unggul. Syadz berarti janggalataunylnh(bahasa Jawa, maksudnya: berbeda sekali dengan yang lainpada umumnya).

    Hadits Syahidadalah hadits yang bersesuaian maknanya dengan haditslain, akan tetapi lafalnya berlainan. Secara harfiahsyahidartinya saksi,dan ia bisa menguatkan hadits lain yang semakna dengannya.

    Hadits Munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi dhaif(lemah), tetapi berlainan dengan perawi lain yang lebihdhaifdarinya.Menurut definisi lain, hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkanoleh perawi yang banyak bermaksiat (fasiq), sering melakukankekeliruan (katsir alghalath), pelupa atau sangat buruk kualitas

    hafalannya. Dalam buku ini, jika disebut munkarmaka yang dimaksudadalah definisi yang kedua. Ini termasuk jenis hadits yang sangat lemah(dhaif syadid) dan tidak bisa dijadikan sandaran hukum (la yuhtajja

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    16/172

    14

    bihi), bersamahadits matrukdanmaudhu.Munkarartinya tidak diakuikebenarannya.

    Hadits Matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yangdituduh berdusta (muttaham bilkadzib) atau ada indikasi ke arah itu,karena perilaku sehariharinya dusta. Populer disebut sebagai hadits

    semi palsu.Matrukberarti ditinggalkan.

    Hadits Maudhu adalah hadits yang secara dusta dan sengaja dibuatbuat dengan disandarkan kepada Rasulullah, berupa ucapan, perbuatan,ketetapan atau halhal lain yang serupa. Kepalsuan suatu hadits bisadilacak dari pengakuan perawi ybs; atau buktibukti lain yang diambildari dirinya, misalnya demi menyenangkan sebagian penguasa; atau dariteks yang diriwayatkannya, seperti lafal serta maknanya yang rapuh dantidak bermutu; atau isinya bertentangan dengan kandungan alQuran,haditsmutawatir, ijma yangqathie, atau akal sehat yang jelas. Bisajadi pemalsuan berasal dari perawi ybs atau orang lain yang dia ambil

    riwayatnya. Motif pemalsuan bisa karena ingin menyesatkan, mencaripahala, fanatisme, menyenangkan penguasa, dll. Hadits ini haramdiriwayatkan bagi orang yang mengetahuinya, kecuali jika disertaipenjelasan tentang kepalsuannya. Maudhu berarti dibuatbuat, yaknidipalsukan secara sengaja.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    17/172

    15

    DAFTAR ISI

    Pengantar Edisi Kedua 1Muqaddimah 5Daftar Istilah Ilmu Hadits (Glossary) 11

    BAGIAN IKONSEPKONSEP KUNCI

    MANHAJ SISTEMATIKA NUZULNYA WAHYU

    Bab IPemaknaan Tartib Nuzuli dalam Manhaj SNW 20

    Pola Dasar Pendidikan Hidayatullah (Tinjauan Umum) 20

    Menggugah Kesadaran dengan al'Alaq 21 Meniti Jalan dengan alQalam 21

    Membentuk Watak dan Kepribadian dengan alMuzzamil 22

    Menyatukan Langkah dengan alMuddatsir 22 Berislam Kaffah dengan alFatihah 23

    Kedudukan Studi Ini terhadap SNW 24

    Bab IILandasan Ilmiah Manhaj SNW 25

    Bab IIIMemahamai Konsep "Tartib Nuzuli" 28

    Tartib Nuzuli dalam Ulumul Quran 29

    Tartib Nuzuli dalam Sirah Nabawiyah 33Tartib Nuzuli dalam SNW 34Versiversi Tartib Nuzuli 35Versiversi Lain [tidak lengkap] 38

    Bab IVMemaknai Marhalah Wahyu 41

    Sumber Marhalah Nuzulnya Wahyu 41Enam Marhalah Nuzulnya Wahyu 42Marhalah Wahyu Makkiyah dan Madaniyah 44Manfaat dan Fungsi Marhalah Wahyu 46

    Sebuah Model Pemaknaan 46

    Bab VTarikh Nuzul Ayatayat AlQur'an 48

    Ayatayat Wahyu Pertama 48Ayatayat dalam SNW 52Riwayat Ayatayat Pertama al'Alaq 54Riwayat Ayatayat Pertama alQalam 54Riwayat Ayatayat Pertama alMuzzamil 56Riwayat Ayatayat Pertama alMuddatsir 57Tujuh Ayat alFatihah 58

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    18/172

    16

    Ringkasan 60

    Saran Bahan Bacaan Lanjut 61

    BAGIAN IIPILARPILAR POKOK

    MANHAJ SISTEMATIKA NUZULNYA WAHYU

    Bab IIjma' atas al'Alaq 69

    Riwayat 'Aisyah tentang Wahyu Pertama 70Riwayat Jabir tentang Wahyu Pertama 72

    Bab IIMemahami Kontroversi alQalam 75

    Kontroversi Wahyu Kedua 75

    Riwayat Masa "Fatrah" dan Kaitannya dengan alQalam 78Kedudukan alQalam dalam Tartib Nuzuli 83Riwayat "alQalam Sebagai Wahyu Kedua" 86Riwayat Lain Asbabun Nuzul alQalam 90Tinjauan Langsung terhadap Kandungan Surah alQalam 92AlQalam Bukan Wahyu Kedua 95Kemungkinan Kompromi Seputar Kedudukan alQalam 97

    Bab IIIMenjernihkan Kekaburan Riwayat alMuzzammil 100

    Riwayat Asbabun Nuzul alMuzzamil 101AlMuzzamil Turun Setelah alMuddatsir 104

    Bab IVAlMuddatstsir Sebagai Wahyu Kedua 109

    Riwayat Lemah Asbabun Nuzul alMuddatsir 109AlMuddatsir: Wahyu Penegas Kerasulan 111

    Bab VKedudukan alFatihah dalam Tartib Nuzuli 113

    AlFatihah: Diperselisihkan Tarikh Nuzulnya 114Riwayat Asbabun Nuzul alFatihah 116AlFatihah Turun di Makkah 120

    Bab VIAlLahab Sebagai Surah Penanda Da'wah Jahriyah 121

    Riwayat Asbabun Nuzul alLahab 122Status Riwayat Asbabun Nuzul alLahab 124

    Ringkasan 130

    Saran Bahan Bacaan Lanjut 133

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    19/172

    17

    BAGIAN IIIMEMBACA SIRAH NABAWIYAH

    DALAM TINJAUAN TARTIB NUZULNYA WAHYU

    Bab I

    AlQur'an dan Sirah Nabawiyah 135

    Bab IISumber Rujukan 137

    Literatur Pilihan 139

    Bab IIIMengidentifikasi Kronologi Sirah Nabawiyah Lewat Tartib Nuzuli 141

    Dua Langkah Pendahuluan 141Menggabungkan Versi Tartib Nuzuli 142

    Kronologi Sirah dan Tartib Nuzuli 146

    Ringkasan 148

    Saran Bahan Bacaan Lanjut 149

    BAGIAN IVMANHAJ SISTEMATIKA NUZULNYA WAHYU

    DALAM PRAKTEK

    Bab IMemperbaharui Tartib Nuzuli dalam SNW 154

    Bab IIQira'ah, Tartil dan Tilwah 156

    Tiga Sarana Pokok 156Makna Qira'ah 156Makna Tartil 158Makna Tilawah 159Membaca alQur'an 160

    Bab III

    Manhaj Tarbawi 162Ramburambu Kajian 162Pengkajian Berkelompok 163Marhalah Materi 164

    Marhalah Makkiyah Ula 165

    Marhalah Makkiyah Wasath 165 Marhalah Makkiyah Intiha' 165 Marhalah Madaniyah Ula 165 Marhalah Madaniyah Wasath 165 Marhalah Madaniyah Intiha' 165

    Tema Surah dalam Marhalah 165Bagaimana Memulai Kajian? 167

    Model Kajian Surah 167

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    20/172

    18

    Model Kajian Tematis 167

    Penutup 169

    Lampiran 1.Daftar Lengkap 5 Versi Tartib Nuzuli 173

    Lampiran 2.Tabel Perbandingan 5 Versi Tartib Nuzuli 180

    Lampiran 3.Tabel Jumlah Ayat dari 114 Surah alQuran dalam

    Tartib Mushafi 185

    Lampiran 4.Tabel Jumlah Ayat dari 86 Surah Makkiyah Versi

    alBiqai dan Abul Qasim 188

    Lampiran 5.Tabel Jumlah Ayat dari 86 Surah Madaniyah Versi

    alBiqai dan Abul Qasim 190

    Lampiran 6.Kutipan Lengkap Makna Marhalah Wahyu 191

    Marhalah Makkiyah Pertama 191

    Marhalah Makkiyah Kedua 200 Marhalah Makkiyah Ketiga 217 Marhalah Madaniyah 240

    Daftar Pustaka 244

    Riwayat Hidup Penulis 252

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    21/172

    19

    xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

    BAGIAN I

    KONSEPKONSEP KUNCI

    MANHAJ

    SISTEMATIKA NUZULNYA WAHYU

    Bagian ini mengetengahkan rujukan atas dasardasar pemikiran Manhaj Sistematika NuzulnyaWahyu secara umum, dengan lebihmengedepankan metodologi penelusuransumbersumber asal sebuah riwayat tentangberbagai hal yang selama ini dianggap sebagaibagian integral dari Manhaj SNW. Diupayakan,sumbersumber tersebut berasal dari ulama'

    salaf, atau paling tidak dapat dirujukkankepada mereka walaupun melalui pengutipanoleh ulama' khalaf.

    Seluruhnya terangkum dalam 5 bab.

    Pemaknaan Tartib Nuzuli dalam ManhajSNW

    Landasan Ilmiah Manhaj SNW

    Memahami Konsep "Tartib Nuzuli"

    Memaknai "Marhalah Wahyu"

    Tarikh Ayatayat alQur'an

    Ringkasan

    Saran Bahan Bacaan Lanjut

    wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    22/172

    20

    BAB I

    PEMAKNAAN TARTIB NUZULI DALAM MANHAJ SNW

    Buku ini, sejak awal sampai penutup, ditujukan sebagai sebuah kajian

    yang merujukkan konsepkonsep dalam manhaj Sistematika NuzulnyaWahyu (SNW) kepada khazanahsalaf. Dengan demikian, materi buku inisecara khusus akan memandu setiap pembaca untuk menelusuri akarakar pemikiran manhaj ini yang melimpah dalam berbagai literaturklasik yang terpercaya (mu'tabardanmu'tamad) selama berbilang abad.

    Dan, sebelum kami memulai seluruh rangkaian studi ini, adalahbijaksana untuk menyajikan secara ringkas konsep asli manhaj ini,menurut perspektif tradisi Lembaga. Apa yang kami muat pada bagianini merupakan kutipan dari profil Sekolah Tinggi Agama Islam LuqmanalHakim (STAIL) Pesantren Hidayatullah Surabayayang diterbitkan pada

    tahun 1999, hal. 26. Naskah ini sebetulnya merupakan reproduksi danhasil editing sebagian dari isi buku profil Sewindu PesantrenHidayatullah Surabaya, terbit tahun 1996, hal. 68. Ada beberapaperbedaan kecil dalam kedua naskah ini, terutama dalam halpenggunaan istilah tertentu yang diperhalus, namun pada intinya sejalandan merujuk kepada fakta yang sama.

    Pola Dasar Pendidikan Hidayatullah (Tinjauan Umum)

    Sebagai lembaga perjuangan, Hidayatullah menjadikan pendidikan

    sebagai prioritas program. Namun demikian, lembaga ini tidak sekedarlembaga pendidikan, dalam pengertian bukan sekedar sekolah yangtugas utamanya mentransfer ilmu kepada para mahasiswanya.Kongkritnya Hidayatullah dihrapkan menjadi embrio dari prosespembangunan masyarakat Islam. Seluruh jamaahnya diantarkan untukmenyatukan iman, ilmu sekaligus amal dalam kehidupan keseharian.Secara singkat dapat dikatakan, Hidayatullah adalah Lembaga Islam,bukan sekedar Lembaga Pendidikan Islam.

    Sebagai Lembaga Islam, visi dan misi Hidayatullah sangat luas. Lahangarapannya bukan hanya sekedar santri yang ada di dalam asrama, tapi

    juga masyarakat umum. Cakupannya tidak sekedar pendidikan agama,tapi juga menyentuh soalsoal ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologidan segala aspek kehidupan umat yang vital.

    Agar pengembangan visi ini tetap istiqamah, diperlukan pola dasar,sebagai acuan terhadap langkah perjuangan menuju pulau harapan. Poladasar ini diilhami oleh tarbiyah Allah kepada RasulNya, kemudiantarbiyah Rasul kepada para Sahabat, berikut umatnya.

    Pola dasar inilah yang lebih dikenal dengan istilah Sistematika NuzulnyaWahyu, disebut demikian karena tahapantahapan pembinaannyadidasarkan atas urutanurutan turunnya wahyu kepada Rasulullah. Mulaidari surat alAlaq, alQalam, alMuzzamil, alMuddatsir dan alFatihah.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    23/172

    21

    Menggugah Kesadaran dengan alAlaq

    BerIqra', membaca, adalah perintah Allah yang pertama, sebelumperintah shalat, puasa, zakat. Allah memerintahkan hambaNya agarmembaca dan membaca.

    Membaca dalam cakupan Iqra' dapatlah diartikan seluasluasnya, bukanhanya tekstual, karena mencakup pilihan jalan hidup. Di samping itu,Islam bukanlah dogma, melainkan konsep yang harus dihayati denganpenuh kesadaran. Islam tidak menghendaki umatnya menjalankanagamanya secara taqlid, membabi buta. Islam adalah agama kesadaran,addiinu 'aqlun la diina liman la 'aqla lahu. Agama adalah kesadaran,tidak sempurna agama seseorang yang tidak memiliki kesadaran.

    Proses Iqra' itu diharapkan sampai kesadaran akan eksistensi pencipta(alKhaliq) da eksistensi manusia. Upaya manusia untuk mengenal Allahsecara baik begitupula mengenal dirinya di hadapan Allah akanmelahirkan suatu sikap penyerahan diri secara total kepada Allah, bahwahidup ini hanya pengabdian diri kepada Allah, lewat suatu pengakuansyahadatla ilaha illallah. Selanjutnya ayat 4 dan 5 menyatakan bahwaMuhammad adalah manusia yang secara langsung dibimbing oleh Allahdengan diturunkannya wahyu kepadanya. Karena itu ayat inimengantarkan kita untuk bersyahadat dengan Muhammad Rasulullah.

    Inilah makna surat pertama, al'Alaq: 15, "Bacalah dengan (menyebut)nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia darisegumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yangmengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkankepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

    Meniti Jalan dengan alQalam

    Setelah bersyahadat, tentunya citacita seseorang tiada lain kecualimenegakkan kalimatullah yang alulya. Keinginannya, adalahmenyaksikan kehidupan yang harmoni dalam tat aturan Allah, karenanyaperlu disiapkan metode untuk mencapai obsesi itu. Maka diturunkanlahkonsep sebagaimana tercakup dalam surat alQalam 17.

    "Nuun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu,

    kamu (Muhammad) sekalikali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagikamu benarbenar pahala yang tiada putusputusnya. Da sesungguhnyakamu benarbenar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akanmelihat dan mereka (orangorang kafir) pun akan melihat. Siapadiantara kalian yang gila. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lah yang palingmengetahui siapa yang sesat dari jalanNya, dan Dia lah yang palingMengetahui orangorang yang mendapat petunjuk."

    Yang ingin dicapai dari tahap ini adalah kuatnya keyakinan akankebenaranlaa ilaha illallah. Ini perlu untuk memberi kekuatan moral ditengah runyamnya kehidupan. Sebagaimana diketahui, pada masa ini

    suatu kebenaran bisa menjadi olokan, sementara tindakan kemungkaranjustru diagungagungkan.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    24/172

    22

    Pernyataan bahwa pembawa kebenaran bukanlah termasuk kelompokorang gila, dengan banyak pengertian akan memberikan semangat juangyang luar biasa. Mereka yang telah menghayatinya akan mendapatkanmotivasi hingga rela mengorbankan apapun demi terwujudnya citacitamenegakkan kalimat Allah.

    Membentuk Watak dan Kepribadian dengan alMuzzammil

    Semua pekerjaan menuntut persyaratan pribadi. Untuk melanggengkancitacita menegakkan laa ilaha illallah perlu keutuhan dalammenampilkan diri sebagai seorang muslim sejati. Identitas ini bahkanharus melekat di manapun berada, bukan hanya bila di muka umum.

    Islam menyiapkan konsep selanjutnya demi menjaga kualitas diri, yaknidengan memotivasi umatnya agar memperhatikan ibadahnya.Persyaratan inilah yang dituntut dalam hadapan selanjutnya

    sebagaimana terangkum dalam wahyu yang ke3, alMuzzammil 110.

    "Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untukmengerjakan shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya).(Yaitu) setengahnya atau kurangilah dari setengah itu sedikit. Ataulebih dari setengah itu, dan bacalah alQur'an itu dengan tartil(perlahanlahan). Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu

    perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalahlebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu malam itu lebihberkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang

    panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada

    Nya dengan penuh ketekunan. (Dia lah) Tuhan masyriq dan maghrib,tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah diasebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkandan jauhilah mereka dengan cara yang baik."

    Yang paling ditekankan dalam alMuzzammil adalah shalat malam,sebagai ibadah tambahan. Hal ini menyiratkan asumsi bahwa ibadahibadah wajib dengan sendirinya sudah dilaksanakan. Shalat malam jugamenjadi persyaratan akhlaq pejuang kebenaran karena di balik itu Allahmenjanjikan banyak kelebihan yang tidak akan dimiliki orang biasa.

    Tuntutan kedua adalah memperbanyak membaca dan mempelajari alQur'an. Kemudian memperbanyak dzikir dalam arti menjalin hubungankontinyu dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Selanjutnya memiliki sifatsabar dan tawakkal, yang menggambarkan sosok pribadi tenang penuhperhitungan, serta memiliki kesiapan menanggung resiko apapun juga.Sikap terakhir sebagai penyempurna adalah hijrah, sebagai buktikeberanian dan kesungguhan untuk meninggalkan yang buruk danmemilih yang baik, sekalipun harus banyak berkorban.

    Menyatukan Langkah dengan alMuddatstsir

    Dengan citacita dan kekuatan pribadi seperti itu, tahapan lanjut yangmesti dilalui adalah menyatukan berbagai potensi. Pertama berupa

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    25/172

    23

    pribadipribadi dengan kualitas yang setara. Penyeragaman kualitasperlu dilakukan agar langkah bisa serentak. Inilah yang disiratkan dalamsurat keempat, alMuddatsir 17.

    "Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. DanTuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan

    dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberidengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah."

    Dalam tahapan ini, selain umat Islam dituntut untuk bisa berorganisasisecara rapi, juga harus bisa mengajak kepada kebaikan, baik ke dalammaupun ke luar. Dengan adanya perintah untuk memberi peringatan,berarti seseorang dipersilakan untuk menyebarkan dakwah tanpa batas.Tetapi ini semua bisa akan dilakukan dengan sukses bila persyaratansejak tahap pertama hingga ketiga tetap terpenuhi.

    Berislam Kaffah dengan alFatihah

    Dengan dimasukinya tahap alFatihah, tersirat keberhasilan perjuanganyang telah mengarah kepada terwujudnya masyarakat yang penuhdengan rahmat. Tetapi hal ini tergantung kepada keputusan Allah, tidakdipaksakan, yang bisa dilakukan hanyalah upaya, sabar, istiqamah menitijalanNya. Dan bila Allah berkenan karena melihat hambaNyamemenuhi persyaratan dan kemampuan, maka kelanjutannya akanmudah saja.

    Namun sebelumnya perlu ada pembuktian kemampuan berupa prestasiprestasi bahkan hingga yang tak masuk akal sekalipun. Ini tidak ringan,sebagaimana perjalanan Nabi yang penuh onak dan duri.

    Bila prestasi itu belum nampak, berarti ada yang kurang dari serangkaianperjalanan dari tahap ke tahap. Mungkin persyaratan pribadi belumterpenuhi. Atau ada anggota jamaah yang masih suka bikin dosa. Atauistri dan anggota keluarga masih belum mau mengenakan jilbabnya dansebagainya. Itu semua perlu koreksi agar keberhasilan yang dicitacitakan bisa terwujudkan, dan umat Islam bisa mengelola dunia dengankasih sayang sebagaimana tersirat dalam satu surah, alFatihah 17.

    "Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Maha Pemurah lagi MahaPenyayang. Yang Menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulahkami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon

    pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orangorang yang telah Engkau anugerahi nikmat kepada mereka, bukan(jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi), dan bukan (pula jalan) merekayang sesat (Nasrani)."***

    Demikianlah, pemaknaan ringkas atas rangkaian penurunan wahyuwahyu pertama yang unik tersebut dalam konsep asli manhaj SNW.

    Kutipan ini sebetulnya sangat global, dan tentunya tak bisa menjelaskansecara memadai, namun setidaknya akan memudahkan pembaca

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    26/172

    24

    memahami bagaimana kedudukan maupun urutan suatu surah dalamtartib nuzulimenjadi sangat penting menurut perspektif SNW.

    Kedudukan Studi ini Terhadap SNW

    Kiranya penting dimaklumi, bahwa apa yang senantiasa disebut sebagaiSNW (Sistematika Nuzulnya Wahyu) dalam risalah ini adalah tata urutanpenurunan alQur'an yang merujuk kepada konsep orisinalnya dalamtradisi Lembaga. Menurut konsep aslinya, pembahasan ditekankankepada 5 wahyu pertama, sebagaimana sudah dirinci sebelum ini, yaitu(berturutturut):

    Al'Alaq ayat 15

    AlQalam ayat 17

    AlMuzzammil ayat 110

    AlMuddatstsir ayat 17

    AlFatihah ayat 17

    Pemaknaan dan penerapan nilainilai yang terkandung di dalam kelimasurah ini, sekaligus hikmah di balik urutannya yang unik tersebut,dikenal sebagai "Sistematika Nuzulnya Wahyu". Kadangkala, istilah inidisingkat dengan SNW, Sistematika Wahyu, atau Siswa.

    Meskipun kajian dalam buku ini tidak sepakat dengan tata urutantersebut, dan memiliki buktibukti ilmiah yang menunjukkan adanyatartib nuzulilain yang lebihmu'tamad(dapat dipegangi), namun asumsiawal kami tentang SNW adalah konsep asli tersebut.

    Seluruh alur pemikiran studi ini pun dilandaskan kepada SNW menurutkonsep aslinya, dengan berbagai kritik maupun peneguhan di dalamnya.Kami menelusuri satu demi satu konsepkonsep utama yang membentuk

    fikrah dalam manhaj ini dari khazanah salaf. Penting dicatat, bahwakami tidak berhenti sebatas mengetahui sumber tata urutan tersebut,namun sekaligus berusaha memverifikasi keshahihan penempatan suatusurah pada urutan tertentu, sepanjang dapat kami temukan data dansumber rujukannya yang pasti.

    Tentu saja, pada akhirnya kesimpulan dalam studi ini akanmemperlihatkan warnawarni khazanah pemikiran kaum muslimin yang

    sangat kaya, disamping potensial melahirkan kontroversi. Namun,selama kita jujur dalam menelaah dan berpegang kepada amanahilmiah, semua itu tidak mengapa.

    Dan, kepadaNya jua kita berpegang.[]

    Wallahu a'lam.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    27/172

    25

    BAB II

    LANDASAN ILMIAH MANHAJ SNW

    Bagi sementara kalangan yang baru mengenal manhaj Sistematika

    Nuzulnya Wahyu, (SNW) sangat boleh jadi cukup sukar menangkap apahubungan antara berbagai komponen yang dibahas dalam buku ini. Olehkarena itu, kami merasa perlu untuk menulis satu bab khusus yang akanmenjelaskan bagaimana pembaca bisa menghubungkan, mencerna danmemahami isi buku ini secara utuh. Dengan kata lain, bab ini kamitujukan sebagai pengantar konsepsional atas diskusidiskusi mendalamyang akan kami paparkan di belakangnya,insyaAllah. Adapun pengantaryang lebih global telah kami berikan dalamMuqaddimah.

    Sebagian orang juga menilai SNW sebagai bid'ah alias mengadaada,tidak berdasar, atau bertentangan denganmanhaj salaf ashshalih. Cap

    cap negatif semacam ini terhadap SNW kemungkinan besar lahir dariketidakmengertian terhadap khazanah ulama' salaf itu sendiri. Sebab,jika kita memiliki pemahaman yang cukup, sikap ilmiah yang konsisten,dan kearifan yang dilandasi husnuzhzhann serta keinginan bertabayyun, maka kita akan menemukan banyak "mutiara tercecer" dalamkhazanah salaf tersebut, yang kemudian dirangkai menjadi kalungeksklusif bernama SNW. Menurut kami, antara SNW dan khazanahsalafhanya berbeda pada kemasan, bukan isi.

    Selain itu, pandangan miring terhadap SNW juga didasari oleh faktabahwa ilmu ini tergolong jarang disentuh para ulama'. Meskipun ada

    tafsir yang ditulis menurut motode tartib nuzuli, namun karyakaryatersebut tidak populer. Jika dewasa ini SNW dikesankan sebagaimengadaada, sebetulnya itu bukanlah tanggapan pertama. Sudah sejaklama ilmu ini dirasa asing dan tidak akrab di kalangan pelajar maupunpeneliti.

    Disini, secara ringkas kami akan menjelaskan bagaimana kita dapatmerangkai bagian demi bagian dari buku ini, juga fragmenfragmenberharga yang disebut sebagai khazanahsalaf, sehingga tercipta sebuahpemahaman yang utuh tentang apa yang dikehendaki oleh "penemu"manhajSNW.

    1

    Secara umum, alur pemikiranmanhajini dapat dirunut dari 6 fakta sertakonsep yang sudah sangat dikenal dalam khazanah pemikiran Islam,terutama yang berkenaan dengan alQur'an,haditsdansirah, yakni:

    1. Konseptartib nuzulidantartib mushhafi2. Konsepmarhalah wahyu

    1 Sebetulnya, istilah "penemu SNW" tidak sepenuhnya tepat untuk disandangkankepada Ust. Abdullah Said. Kami mendengar berbagai uraian yang intinyamenegaskan, bahwa peran beliau hanyalah memperkenalkan serta menghidupkankembali ilmu tentang tata urutan wahyu, bukan menemukan sesuatu yang

    samasekali baru. Sebagaimana akan kami paparkan dalam babbab selanjutnya,konsepkonsep dasar dalam manhaj ini berakar sepenuhnya kepada khazanahintelektual ulama' salaf.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    28/172

    26

    3. Riwayatasbabun nuzuldan penelusuran kualitassanadnya4. Fakta surahsurahMakkiyyahdanMadaniyyah5. Konsepannasikh wal mansukh6. Periodeperiode dakwah Rasulullah dalamsirah nabawiyah

    Konsep pertama berangkat dari adanya perbedaan antara susunan surah

    dalam mushhaf alQur'an yang kita kenal sebagai Mushhaf 'Utsmanidengan catatan riwayat tentangtarikh nuzulnya surahsurah tersebut.Yang pertama disebut tartib mushhafi, sedang yang terakhir disebuttartib nuzuli. Menurut para ulama', masingmasing mengandung hikmahtersendiri. Hikmah dan uraian ringkas tentangtartib mushhafidapat kitatemukan misalnya pada pembukaan dan penutup terjemah setiapsurah alQur'an, sebagaimana diterbitkan Departemen Agama RepublikIndonesia. Namun, tentang hikmah tartib nuzuli, masih sangat jarangdisentuh serta dibahas secara spesifik. Pada konteks ini, manhajSistematika Nuzulnya Wahyu adalah pemikiran dalam gerakan dakwah

    yang mengambil peran menggali hikmahhikmah di balik tata urutanpenurunan alQur'an yang unik tersebut, serta berusaha menerapkannyadalamtarbiyahpribadi dan umat.

    Konsep kedua, yakni marhalah wahyu, merujuk kepada penahapantertentu dalam tarikh nuzulnya surahsurah alQur'an, dimanaRasulullah dan para Sahabat dipandu tahap demi tahap, langkah demilangkah, sampai mantap dan siap tampil sebagai pribadi unggul yanglayak menyandang amanah Allah sebagai khalifah di muka bumi.Berbagai literatur klasik membahas masalah penahapan dalam alQur'andan menyimpulkan hikmahhikmah besar yang ada di dalamnya, sebagaistrategi dakwah yang jitu menghadapi realitas masyarakat tertentu.

    Dalam beberapa hal, konsepmarhalah wahyuatau penahapan turunnyaalQur'an ini berkaitan erat dengan konsep kelima, yakni masalah annasikh wal mansukh, walau tidak selamanya demikian. Konsep ini jugadapat digabungkan dengan catatan sirah secara lebih rinci, misalnyaantara fase da'wah sirriyyahdan jahriyyah; atau pengelompokan globallewat surahsurah fase Makkiyyah dan Madaniyyah. Bila konsepkonsepini dirangkaikan sedemikian rupa, maka penahapan yang dimaksud olehmanhajini akan semakin mudah dipotret panoramanya.

    Adapun asbabun nuzul, hal ini sangat bermanfaat dalam usaha

    memahami makna suatu ayat atau surah, yang jika keshahihanriwayatnya dapat dijamin, maka akan lebih memudahkan kita untukmeletakkannya dalam bingkai sirah nabawiyah. Apabila tahap ini dapatdiselesaikan secara ilmiah, maka makna surah atau ayat tersebut dapatditemukan fakta penerapannya menurut catatansirah.Manhajini cukupberkepentingan terhadap penempatan makna tersebut, sebagai bahanuntuk meracik reseptarbiyahpribadi maupun umat.

    Dengan demikian, pada prinsipnya,manhajSistematika Nuzulnya Wahyuadalah pemikiran tentang metodologi dakwah dan tarbiyah dalam upayamenegakkan kembali 'izzul Islam wal muslimin, lewat penerapan

    hikmahhikmah yang terkandung dalam tahaptahap penurunan alQur'anselama 23 tahun kepada Rasulullah dan para Sahabat.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    29/172

    27

    Walau pengertian diatas belum sangat definitif, paling tidak konsepkonsep dasar yang termuat di dalamnya telah tercakup secaramenyeluruh. Adapun untuk mendapatkan pengertian yang lebih lengkaptentang konsepkonsep tersebut, silakan mengkaji babbabselanjutnya.[]

    Wallahu a'lam.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    30/172

    28

    BAB III

    MEMAHAMI KONSEP TARTIB NUZULI

    Mushhaf alQur'an yang sekarang kita kenal, dimana ia dimulai dari

    surah alFatihah dan ditutup dengan surah anNaas, pada kenyataannyatidak mencerminkan urutan penurunan surahsurah yang terkandung didalamnya. Antara urutan surah dalammushhafdengantarikh nuzulnyatidak selalu paralel. Bagi kita kaum muslimin, masalah ini tidaklahmusykil atau membingungkan, karena memang alQur'an bukan sebuahdokumen yang terikat kepada sejarah atau perubahan waktu. Namun,bagi sementara kalangan Orientalis, perbedaan ini merupakan celahnyata untuk menggugat keotentikan Mushhaf 'Utsmani. Bagi kita,persoalan otentisitasmushhaf hasil kodifikasi resmi di zaman Khalifah'Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu telah selesai. Tidak ada yangperlu dirisaukan. Dan, risalah ini pun tidaklah berkepentingan untukmendiskusikannya.2

    Apa yang kita saksikan dalam Mushhaf 'Utsmani, dimana alFatihahmenjadi preambulebagi Kitab Suci kita, dan diakhiri dengan surah anNaas, disebut dengantartib mushhafi. Secara harfiah, istilah ini berarti"tata urutan alQur'an sesuai dengan isi mushhaf". Dengan demikian,surah pertama adalah alFatihah, disusul alBaqarah di posisi kedua, lalusurahsurah selanjutnya: Ali 'Imran, anNisaa', alMaidah, demikiranseterusnya sampai anNaas di urutan ke114. Penomoran surahsurah inisudah menjadi standar resmi yang disepakati oleh seluruh kaummuslimin.

    Akan tetapi, dalam sejarahnya alQur'an tidaklah diturunkan dalamurutan seperti itu. Tidak pula diturunkan secara lengkap surah demisurah. Banyak diantaranya yang turun dalam kelompokkelompok kecil,berisi 5 ayat, kurang atau lebih. Memang ada pula yang turun satu surahsekaligus, namun kasus semacam ini tidak banyak. Ada lagi yangditurunkan cuma sepotong dari satu ayat yang panjang, sehinggaterkesan seperti disisipkan ke dalamnya.

    Maka, yang pertama diturunkan adalah surah al'Alaq, itupun hanya 5ayat pertama dari keseluruhannya yang 19 ayat. Ayat ke6 sampai akhir

    diturunkan dalam kesempatan yang lain. Demikianlah surahsurahberikutnya turun sepotong demi sepotong, yang dimaksudkan untukmeneguhkan Rasulullah dan kaum muslimin, meringankan pengamalanserta mempermudahkan dalam penghafalan. Kelak, surah yang terakhirturun menurut suatu pendapat adalah anNashr. Sedangkan ayat yangterakhir turun dalam suatu pendapat adalahalyauma akmaltu lakumdiinakaum yang terkenal itu. Banyak perincian yang cermat untukmasingmasing kategori, baik yang awal mula atau terakhir turun dari

    2 Akan tetapi, jika pembaca ingin memperoleh perspektif lebih lengkap tentangmasalah ini, silakan mengkaji buku Syekh Muhammad Mushthafa alAzhami,The

    History of the Quranic Text from Revelation to Compilation. Edisi bahasaIndonesianya diterbitkan oleh Gema Insani Press, Jakarta.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    31/172

    29

    ayatayat alQur'an. Misalnya, ayat apa yang pertama atau terakhir turundalam masalah halalharam, hukum perang, waris, keluarga, khamr,shalat, dsb. Kita dapat menemukan kajian semacam ini dalam berbagailiteratur klasik.

    Urutan wahyu atau surah yang riwayatnya dicatat serta direkam secara

    detail oleh para Sahabat tersebut dikenal sebagaitartib nuzuli, artinya"tata urutan alQur'an sesuai dengan tarikh penurunannya". Pencapaiangenerasi salaf dalam mendalami masalah ini sungguh sangatmengagumkan. Berbagai dokumen manuskrip maupun khazanahpemikiran klasik yang tercetak dan sampai kepada generasi kitamelaporkan adanya riwayat ayat mana yang diturunkan siang hari(nahaaran), malam hari (laylan), musim dingin (syitaa'an), musim panas(shaifan), ketika bepergian (safaran), saat bermukim (hadharan),bahkan di angkasa antara langit dan bumi dalam peristiwa Isra'Mi'raj.Sesuatu yang lebih dari itu pun dapat kita temukan, misalnya, di rumah

    istri Rasulullah yang mana suatu surah diturunkan!Dalammushhafyang kita pergunakan sekarang, al'Alaq adalah surah ke96, sedangkan surah anNashr ada di nomor ke110. Surah alMaidahsendiri, yang di dalamnya mengandung ayat yang terakhir turun, adalahsurah ke5 dalam mushhaf. Letak surahsurah ini saling berjauhan dantidak mencerminkan keterkaitan urutan sejarah penurunannya.Mengingat bahwa alQur'an adalah kitab petunjuk yang bagianbagiannya, baik secara mandiri maupun keseluruhan, merupakah kaidahpokok dalam agama, maka susunan semacam ini tidaklah merusak isinya.Kita dapat mengutip suatu ayat di suatu tempat, dan melihatnya sebagaikaidah yang utuh. Boleh jadi ia terkait dengan ayatayat lain, didekatnya atau di lain tempat, atau saling berhubungan berdasarasbabunnuzul, atau saling terkait lewat kaidah yang dirumuskan dengan sibaaq(ayat sebelumnya), siyaaq (konteks ayat itu sendiri) dan lihaaq (ayatsetelahnya), sehingga satu sama lain akan menguatkan. Boleh jadi pula,ia mandiri dan tidak menunjukkan hubungan sebabakibat dengan ayatayat lain di sekitarnya.

    Namun, adalah benar bahwa alQur'an saling menafsirkan satu sama lain,sehingga mencari penjelasan dari ayat lain bukan hanya dibenarkan,namun merupakan salah satu cara terbaik untuk memperolehpemahaman yang tepat. Tidak ada pertentangan di dalam alQur'an,meski turun terpisahpisah dan dikodifikasikan dalam model berbedapula dengan tarikh nuzulnya, karena pada dasarnya ia berasal darisumber yang sama. Menurut para ulama', fakta ini juga merupakan salahsatu bukti kemukjizatan alQur'an. Demikian antara lain yang dikatakanoleh alQadhi Abu Bakr alBaqillani dalam kitabI'jazul Qur'an, hal. 4 dst.

    Tartib Nuzuli dalam Ulumul Quran

    Apa yang dewasa ini kita sebut sebagai SNW (Sitematika NuzulnyaWahyu) sesungguhnya tidaklah baru dalam kacamata ulumul Quran.Hikmah tata urutan ini juga bukannya samasekali belum pernah dibahasatau ditemukan. Beberapa literatur otoritatif telah mengupasnya dengan

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    32/172

    30

    lugas, dan tugas buku ini adalah merangkumnya bagi kita semua. Dengansendirinya, ilmu tentang hikmah tata urutan penurunan wahyu inibukanlahbidah.

    Secara umum, diskusi mengenai urutan surah termaktub dalam bahasansurahMakkiyahdanMadaniyah, babMunasabah baina alAyat wasSuwar

    (persesuaian antara ayatayat dan surah alQuran), turunnya alQuransecara berangsurangsur, atau asbabun nuzul dan annasikh walmansukh. Ada juga beberapa literatur tafsir, klasik maupunkontemporer, yang disusun berdasar tartib nuzuli ini, disertai kajianterhadap makna dan hikmahnya. Tafsir karya Imam Fakhruddin arRazi,menurut Imam asSuyuthi, banyak mengulas masalah ini. Belakangan,terbit kitab AtTafsir alHadits asSuwar alMurattabatu Hasba anNuzuuli, oleh Syekh Muhammad Izzah Darwazah. Di Indonesia, Prof. Dr.Quraish Shihab juga punya karya semacam itu,Tafsir alQur'an alKarimTafsir atas Suratsurat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu,

    yang menafsirkan surahsurah wahyu permulaan mulai al'Alaq sampaiathThariq.

    Para ulama biasanya akan mempertimbangkan riwayat apa saja yangberkenaan dengan suatu ayat atau surat, kemudian menentukan posisitataurutan penurunannya. Tataurutan seperti itu disebuttartib nuzuli,untuk membedakannya dengan tataurutan penulisanMushhaf 'Utsmani,yang disebut tartib mushhafi. Penelusuran mencakup 114 surah dalamalQuran. Karena cakupan yang luas ini, maka sering terjadi ikhtilaf.Versiversi tartib nuzuli hanya bersepakat tidak lebih dari alAlaqsebagai wahyu pertama saja. Setelah itu, perbedaan pendapat tidakdapat dihindarkan. Demikian pula untuk rinciantartib nuzulisurahsurahMadaniyah. Kesepakatan biasanya hanya terjadi pada pendapat bahwaalBaqarah adalah surah pertama yang turun di Madinah. Setelahnya,ada beragam versi.

    Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bari IX/8, para perawi hadits telahmenetapkan tartib nuzuli untuk surahsurah alQur'an, namun hanyasedikit sekali yang mereka riwayatkan tentang tartib nuzuli ayatayatnya. Fakta ini mendorong kita untuk meneliti lebih jauh tartibnuzuli surah secara global, kecuali jika memang dapat ditemukanperincian yang jelas dalam haltartib nuzuliayatayatnya. Masalah yangterakhir ini berkaitan erat denganannasikh walmansukh.

    Meski demikian, memang harus diakui bahwa ilmu tentangtartib nuzulitidak mendapat perhatian yang semestinya. Dalam pengantartahqiqnyaatas kitab asSuyuthi,Asraaru Tartibi alQuran,

    3hal. 5860, Abdul Qadir

    Ahmad Atha (muhaqqiq) mengeluh:

    Sejak dulu rahasia tertib alQuran telah diketahui melalui ilmumunasabah. Akan tetapi yang diketahui tersebut tidak lain hanyalah apayang tertera dalam tartib mushafi. Adapun mengenai rahasia tartibnuzuli, kami tidak mengetahui seorangpun menyajikan dalam kitabnya

    3

    Dalam pengutipan ini, kami mempergunakan edisi terjemahnya, berjudulRahasiaSusunan Surah alQuran Menurut Tertib Mushhaf.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    33/172

    31

    dari dulu sampai sekarang selain hanya sedikit ditemukan dalam kitabkitabushul.

    Sekalipun banyak kitab tafsir klasik, namun para penyusun kitab tentangrahasia alQuran atau ilmu munasabahsedikit sekali. Dari kitabkitabtersebut kami ketahui kitab alBiqai Nadzmud Durar, yang

    diantaranya terdapat tulisan tangan yang sempurna yang ada diperpustakaan alAzhar Mesir, dalam 6 jilid; kitab alBurhan fiMunasabah Tartib Suwaril Qurankarya Abi Jafar bin Zubair, guru dariAbu Hayyan pemilik kitabalBahru alMuhith; kitab asSuyuthi yangkami sajikan kepada para pembaca ini (Asraru Tartibil Quran) dankitab lainnya yang bernama Marashidul Mathali fil Maqathi walMathali, juga sebuah kitab yang diakui beliau telah menyajikanpembahasan tartib alQuran yang disebut denganAsrar atTanzil.

    Tidak adanya perhatian terhadap ilmu munasabah telah dicermatiulama dari sejak dulu dan mereka memandang bahwa ilmu tersebutmengandung kehalusan dan keindahan alQuran. Bahkan, alFakhr ar

    Razy mengatakan, Barangsiapa yang memperhatikan kehalusan danketeraturan ayatayat alQuran dan tertibtertibnya, ia akanmengetahui bahwa alQuran memiliki keijazan disebabkan segi diatassebagaimana kefashahahan lafallafalnya itu sendiri. Barangkalipernyataan seperti ini dikehendaki pula oleh orangorang yangberpendapat bahwa kei'jazan alQuran disebabkan oleh uslubnya.Tetapi kami lihat umumnya mufassirin tidak memperhatikan segitersebut dismaping pula tidak tertarik untuk mengetahui rahasiarahasianya.

    Ibnul Arabi merasa putus asa terhadap para mahasiswa dan ulama yang

    tidak memperhatikan ilmu besar tersebut, baik secara total maupunsebagiannya. Sikap beliau tersebut terlihat dalam pendapatnya,Hubungan ayatayat alQuran satu sama lainnya seperti satu kalimatyang tersusun ilmu yang hebat, tidak dapat ditemukan kecuali olehseorang yang alim yang telah menguraikan hubungan diatas dalamsurah alBaqarah. Selanjutnya Allah membukakan untuk kami, namunketika kami tida menemukan kandungannya dan melihat adanyagambaran yang batil, maka berhenti dari hal itu dan dijadikan sebagaimasalah yang berlangsung antara kami dengan Allah, dan kami serahkanmasalah tersebut sepenuhnya kepadaNya.

    Syekh Abu Bakar anNisabury telah bekerja keras dalam menyebarkan

    ilmu munasabah dan kajian tafsirnya pun berdasarkan penjelasanmunasabah. Juga ia telah meyatakan kekeliruan ulama Baghdad karenamereka tidak mengetahuialmunasabah.

    Yang sangat mengherankan adalah tidak adanya perhatian terhadapstudi Qurani yang sangat penting, bahkan berlangsung tidak selangkahpun dicapai kemajuan. Badan penerbit nasional dan swasta juga hanyamenyebarkan kitabkitab tafsir klasik (taqlidi). Satusatunya penerbityang menerbitkan kitab tafsir yang berorientasi segimunasabahsepertitafsir Nadzmud Durar karya alBiqai juga telah menghentikanpenerbitan pertamakali kitab tersebut.

    Tidak perlu alasan lain bahwa kitab Nadzmud Durarmerupakan kitabyang laris di pasaran karena tidak ada kitab lain (yang serupa) yang

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    34/172

    32

    sampai ke tangan pembaca, juga karena kualitasnya yangmengagumkan. Begitu pula, tidak ada alasan bahwa para pembesarulama tidak mengetahui kitab tersebut. Yang kami tahu, kitab tersebutmasih ada dalam bentuk yang utuh direferensi Syaikh alMaraghi.Beberapa kalimat kitab tersebut dipetik oleh sebagian besar ulama dandijadikan sebuah tafsir yang menjadi acuannya.

    Buruk sekali tindakan yang menghentikan penerbitan kitab tersebutdengan maksud agar menjadi sumber keributan. Sebab sudah merupakantujuan penulisnya untuk menaungi kaum muslimin dari hirukpikuknyapengulangan yang membosankan terhadap ilmuilmu tafsir.

    Kesulitan menemukan referensi tartib nuzuli masih harus diperparahdengan komentarkomentar sebagian ulama yang pesimistik. AbdulQadir Ahmad Atha, pada hal. 71, menyitir adanya keinginan sebagianulama salaf untuk mengetahui rahasia tartib nuzuli. Qatadah pernahmengusulkan kepada Ikrimah agar alQuran disusun menurut tartib

    nuzuli, ayat demi ayat, yang pertama dilanjutkan yang datangsetelahnya. Akan tetapi, hal ini tidak mungkin, atau dalam katakataIkrimah:

    Seandainya jin dan manusia berkumpul untuk menyusun alQuran persismenuruttartib nuzuli, niscaya mereka tidak akan mampu. Jika merekamampu tentu hal itu akan menjadi sebuah susunan yang bersifattauqifi(berdasar petunjuk Allah dan RasulNya) yang menyegarkan.

    Imam asSuyuthi, dalam Zubdatul Itqan fi Ulumil Quran hal. 116,menyatakan bahwa ilmu ini sangat sedikit mendapat perhatian dari paramufassirin, dan menilai hanya alFakhr arRazi yang membahasnya

    secara luas dalam tafsirnya. Keengganan paramufassirin ini, menurutasSuyuthi, dikarenakan rumit dan sulitnyailmu munasabah. Beliau jugamengutip pernyataan Syekh Izzuddin bin Abdis Salam:

    AlMunasabah adalah ilmu yang baik, namun untuk menyambung suatuperkataan dipersyaratkan terjadinya hal itu dalam suatu masalah yangsama, dimana bagian awalnya akan bertaut dengan bagian akhirnya.Jika perkataan itu terjadi dalam sebabsebab yang berlainan, makatidak akan terjadi pertautan di dalamnya. Orang yang mencobamengaitkannya berarti memaksakan diri melakukan sesuatu yang beradadi luar batas kemampuannya, kecuali hanya (memperoleh) pertautanlemah dimana perkataan yang baik pun akan menghindarinya, apalagiperkataan yang paling baik. Sesungguhnya alQuran diturunkan dalamtempo duapuluh tahun lebih, memuat hukumhukum yang beranekaragam, dan disyariatkan oleh sebabsebab yang berlainan. Kalimat yangsemacam ini kondisinya tentu tidak mungkin ditautkan antara yang satudengan lainnya.

    Pada periode ulama alQuran kontemporer, ilmu munasabah kembalimendapat perhatian serius. Hal ini terutama karena adanya seranganluar biasa melalui celah ini oleh para Orientalis dan muridmuridnyadari dalam Dunia Islam sendiri. Secara luas, Dr. Muhammad MushthafaalA'zhami telah mengupas persoalan ini dalam salah satu karya

    utamanya. Majalah Islamia, jurnal alInsan dan rubrik tsaqafah dalammajalah Suara Hidayatullah berkalikali mengulas tematema sekitar

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    35/172

    33

    ilmu munasabah ini, atau ulumul Quran secara umum. Celah yangkami maksud adalah adanya perbedaan mencolok antara tataurutansurah dalamMushaf Utsmanidengan tataurutan penurunan surahsurahmenurut riwayat. Menurut mereka, ini merupakan salah satu buktiketidakotentikan alQuran. DalamMabahits fi 'Ulumil Qur'anhal. 177

    178, setelah memaparkan kesalahan para Orientalis dalam memahamimasalah surahMakkiyahdanMadaniyah, Dr. Subhi asShalih4 menulis:

    Adapun kami, samasekali tidak ragu setelah apa yang kami paparkanseputar ketatnya para ulama kita dalam membahas secara detil semuayang berkenaan dengan Makkiyah dan Madaniyah bahwasanya hanyamelalui riwayat yang shahih sajalah satusatunya metode untukmengurutkan alQuran dalam tataurutan kronologis yang paling baikdan cermat. Dan, riwayat dalam masalah ini tidak mungkin bersumberselain dari para Sahabat yang menyaksikan tempat serta waktuditurunkannya wahyu, atau dari Tabiin yang mendengar penuturanserta perinciannya dari para Sahabat. Adapun (dari) Rasulullah SAW

    sendiri, maka tidak satupun riwayat yang berasal dari beliau tentangaspek (tartib nuzuli) ini, karena beliau meminjam perkataan alQadhiAbu Bakr alBaqillani dalam kitabalIntishar tidaklah diperintahkanuntuk ini, dan Allah tidak menjadikan pengetahuan tentang (tartibnuzuli) sebagai kewajiban bagi umat Islam. Tidak diragukan lagi bahwabanyak Sahabat yang memiliki pengetahuan sangat lengkap tentangMakkiyah dan Madaniyyah ini, (sehingga) mereka mampu membahassecara detil bagianbagian yang kecil (dari alQuran) yang (kemudian)dimuat dalam berbagai kitabtafsir bil matsurdan banyak karya lainnyamengenaiulumul Quran.

    Artinya, di tengah beragam kesulitan yang ada,ilmu munasabahbukantidak memiliki dasar pijakan yangshahih. Piranti paling memungkinkan yang ada dalam khazanah intelektual Islam untuk meneliti kualitassuatu riwayat adalah metodologi para ahli hadits (muhadditsin).

    Di masa depan, jika kita ingin mengembangkan potensi besar dalamkonsep dasar SNW, maka penggunaanulumul hadits adalah keharusanmutlak. Sedang untuk pemantapan metodologi, kita harus menyertakanulumul Quran dalam menyajikan materinya. Ini adalah pilihan yangadil, seimbang dan setara dengan bobot materi dalam SNW sendiri, yangjelasjelas mengkaji alQuran dan sejarahnya. Sementara untuk

    mendapatkan perluasan makna, kita harus merujuk kepada tafsir,kamuskamus alQuran atau bahasa Arab, disertai penjelasan faktuallatar belakangnya dalamsirahmaupunasbabun nuzul.

    Tartib Nuzuli dalam Sirah Nabawiyah

    Ulama sirah nabawiyah kontemporer giat meneliti kualitas riwayatsuatu peristiwa dalamsirah. Meski tidak secara spesifik ditujukan mentarjih riwayat asbabun nuzul maupun tartib nuzuli, akan tetapi hasilstudi mereka memperlihatkan hal itu. Sebab, sirah tidak mungkin

    4 Profesor (kajiankajian) keislaman danfiqhullughahdi Fakultas Sastra,Universitas Libanon.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    36/172

    34

    terpisah dari wahyu. Sejarah hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri adalah perjuangan penegakan isi alQuran. Denganmenerapkan metodologi muhadditsin dalam menulis sirah, beberapakerancuan dan pertentangan riwayat tentang suatu ayat atau surah,berhasil diselesaikan. Kasus ini misalnya berkenaan dengan surah al

    Muddatsir dan alQalam.Penelitian di bidang ini, menurut Dr. Akram Dhiya alUmuri,

    5sudah

    menghasilkan bahanbahan terpisah yang sangat berkualitas. DalamMuqaddimah buku yang beliau tulis, Seleksi Sirah Nabawiyah: StudiKritis Muhadditsin terhadap Riwayat Dhaif, hal. xxviixxviii, padacatatan kaki no. 17, beliau menyebutkan judul dari 16 karya spesifikdalam masalah ini, semuanya adalah disertasi atau thesis programdoktoral dan magister, yang mayoritas belum diterbitkan, masihtersimpan rapi di rakrak perpustakaan Universitas Madinah alMunawwarah.

    Di lain pihak, sejak beberapa tahun silam, tepatnya bersamaanpenelitian skripsi, kami sudah mencoba melakukan penyambunganantara data dalamtartib nuzuli, riwayatasbabun nuzulsurah atau ayat,maupun catatan sirah nabawiyah. Percobaan ini masih dalam tingkatyang sangat dini, dan dari segi kualitas riwayat masih belumtersentuh. Kami baru menyambungkannya begitu saja. Meskidemikian, karena catatan sirah nabawiyah yang kita kenal sebagianbesar peristiwa intinya tidak terbantah kejadiannya, maka alurpenyambungan yang kami temukan sangat mungkin dikembangkan.

    Salah satu studi kasus yang kami lakukan adalah catatan sirah tentang

    Hijrah Pertama ke Abbyssinia. Peristiwa hijrah tersebut kami kaitkandengan surah Maryam, karena dalam catatan sirah disebutkan bahwaJafar bin Abi Thalib membacakan pembukaan surah ini kepada Najasyi(Negus). Dengan meneliti peristiwaperistiwa tertentu dalamsirah yangmenyebutkan sebuah surah atau ayat, kemudian membandingkannyadengan salah satu versi tartib nuzuli, disertai kajian yang bertanggungjawab terhadap kesesuaian antara keduanya, insyaAllahsebagian besardari apa yang kita cari akan ditemukan.

    Tartib Nuzuli dalam SNW

    Menurut kami, tartib nuzuli dalam pengertian SNW adalah fenomenaunik, karena mengalami penyempitan jangkauan. Bahan utama kajianSNW sepanjang yang kami ketahui dan alami takkan beranjak jauhdari batasan 5 wahyu pertama. Dimulai dengan surah pertama yangturun, alAlaq ayat 15, kemudian alQalam ayat 17, disusul alMuzzammil ayat 110, lalu alMuddatstsir 17. Rangkaian ini diakhiridengan alFatihah 17. Buku Panduan Berislam yang diterbitkan DewanPimpinan Pusat Hidayatullah pada tahun 2001, terdiri dari 6 jilid, juga

    5 Pakarsirah nabawiyahkontemporer yang telah menekuni bidangnya selama 20tahun di Fakultas Sastra Universitas Baghdad, kemudian melanjutkan penelitiannyadi Universitas Madinah.

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    37/172

    35

    hanya memuat pembahasan dalam batasan ini. Demikian pula, batasanseperti ini tidak berubah, sebagaimana dipergunakan dalam edisilengkap buku Panduan Dakwah Menyongsong Fajar Islam yangditerbitkan bertepatan dengan Musyawarah Nasional II Hidayatullahbulan Juni 2005 silam.

    Baik secara ilmiah maupun praktis, pembahasan SNW kebanyakanberhenti pada alFatihah sebagai wahyu ke5. Jarang terdengar kajian diluar batasan ini. Bahkan, kajian di luar ayatayat yang ditetapkansebagai potongan wahyu pertama dalam suatu surah, juga hampir tidakada, kecuali ayat 67 dari alAlaq, yakni dalam konsepthagha. Menurutkami, cara ini terkesan tidak adil dan pilihpilih. Misalnya, kita tidakpernah membahas watak universalitas dakwah Islam yang sudahdiproklamirkan sejak awal, yakni dalam ayat 52 surah alQalam. Atau,keringanan dalam masalahqiyamul lailyang dibicarakan ayat 20 surahalMuzzammil, yang menurut riwayat turun setahun setelah ayatayat

    pembuka surah ini. Dalam pembinaan kader, masalah terakhir ini tentuakan menyulitkan jika penjelasannya tidak diberikan secara bijak danberhatihati.

    Sebaliknya, bila kita tidak ingin membatasi kajian ayat dalam sebuahsurah, maka kita harus memutlakkan semua bagiannya sebagai materikajian. Pilihan ini dapat dibenarkan juga, karena bagaimanapunsekarang ini alQuran sudah turun seluruhnya. Akan tetapi, jika kitakonsisten dengan pembatasan ini, maka harus berlandaskan kepadariwayat yangshahih, bukan sekedar memotongnya begitu saja.

    Versiversi Tartib Nuzuli

    Ada lebih dari satu versi tartib nuzuli yang dapat ditemukan dalamkitabkitab induk. Masingmasing dengan berbagai kelebihan dankekurangannya. Paling tidak, kami menemukan daftar lengkap 5 versitartib nuzuli. Daftar ini tidak termasuktartib mushhafiyang ada dalammushhafmushhaf yang disusun oleh 'Ali, Ibnu Mas'ud, dan Ubayy binKa'ab radhiyallahu 'anhum, serta satu versi resmi yang sekarang kitakenal sebagaiMushhaf 'Utsmani. Kami hanya memasukkan urutan surahdalam duamushhaf sebagai bagian dari 5 versi tartib nuzuli tersebut,yakniMushhaf Ibnu 'AbbasdanMushhaf Ja'far ashShadiq radhiyallahu'anhuma, karena keduanya mempunyai kemiripan yang besar denganriwayatriwayat lain tentangtartib nuzuli.

    Kita juga sudah maklum, bahwa dalam training, ceramah lepas maupunhalaqah, sebagian kader senior Lembaga beberapa kali menyinggungdengan jelas bahwa versi yang kita pergunakan bukanlah satusatunya.Hanya saja, tampaknya memang sudah ada semacam kesepakatanbahwa seperti itulah tataurutan SNW, yang artinya kita percaya bahwaseperti itu pulalah tataurutan penurunan wahyu di zaman Nabi. Namun,pada saat bersamaan, mayoritas kader juga belum pernah tahu versiversi lain yang dimaksud, baik sebagian maupun seutuhnya. Bahkan,versi lengkap dari tataurutan yang dipakai dalam SNW sendiri pun tidak

  • 5/24/2018 SNW Lengkap

    38/172

    36

    banyak diketahui. Juga, entah darimana asalnya, ada keyakinan bahwatataurutan SNW bersumber dari Ibnu Abbas.

    Benarkah demikian?

    Abu Abdullah AzZanjani,6 penulis bukuWawasan Baru Tarikh AlQuran,

    dalam hal. 101102, ketika membicarakan susunan surah dalamMushafIbnu Abbas, menulis:

    Berikut ini kami kutip susunan mushafnya seperti disebut olehSyahrastani dalam pendahuluan tafsirnya. Dalam hal ini dia(Syahrastani) adalah seorang yang dipercaya: (1) Iqra, (2) Nuun, (3)Waddhuha, (4) alMuzzammil, (5) alMuddatsir, (6) alFatihah, (7)Tabbat Yada, (8) Kuwwirat, (9) alAla, (10) Wallaili, (11) Walfajri,(12) Alam Nasyrah, (13) arRahman, (14) Walashri, (15) alKautsar.

    Riwayat ini dengan jelas mencantumkan adhDhuha sebagai surah ketigadalamtartib nuzuli, setelah Nuun (alQalam). Jika kita konsisten dengan

    keyakinan tentang sumber tataurutan yang kita pergunakan dalamSNW adalah Ibnu Abbas, maka harus ada penyisipan adhDhuha dalamkajian SNW kita.

    7Pilihan ini jelas dilematis. Disamping tidak akrab

    dengan kultur kita, ditinjau dari riwayatnya juga kontroversial. Kamiakan menguraikan sumber kontroversinya pada tempatnya nanti,insya

    Allah. Kami menyebut bentuk tataurutan ini sebagaiVersi Pertama.

    Agaknya, riwayat tentang tataurutan yang benarbenar sesuai denganSNW harus dikutip dari sumber lain. Masih dalam buku yang sama, hal.7076, AzZanjani menyebutkan:

    Dalam masalah ini saya menggunakan rujukan bukuNazhmud Durar fi

    Tanasubil Aayi was Suwar8 yang disusun oleh Ibrahim bin Umar alBiqai,terbitan Mesir; kitabalFihristyang disusun oleh Ibnu Nadim, terbitanMesir; dan kitab yang ditulis oleh Abu alQasim Umar b