slideta02_2 - penalaran

33
Yananto Mihadi P., S.E. Bab 2 Penalaran (Reasoning) 01/22/22 Transi 1 Bab 2 Penalaran (Reasoning) Sumber: Suwardjono., 2012. Teori Akuntansi. Penerbut: BPFE-UGM, Yogyakarta

Upload: surya-wijaya

Post on 19-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

teori akuntansi

TRANSCRIPT

No Slide Title*
Menyatakan asersi secara makna dan diagram.
Menyebut dan menjelaskan sifat keyakinan.
Menyebutkan dan menjelaskan jenis argumen.
Membedakan antara argumen dan strategem.
Menjelaskan dan memberi contoh strategem dan salah nalar.
Mengevaluasi validitas argumen.
Tujuan Pembelajaran
Yananto Mihadi P., S.E.
Proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap suatu pernyataan atau asersi.
Menentukan secara logis dan objektif apakah suatu pernyataan valid (benar atau salah) sehingga pantas untuk diyakini atau dianut.
Struktur penalaran terdiri atas masukan, proses, dan keluaran.
Penalaran
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
Asersi
inferensi
Serangkaian asersi beserta inferensi atau penyimpulan yang terlibat di dalamnya.
Simpulan dinyatakan pulan dalam bentuk asersi.
Merupakan bukti rasional akan kebenaran suatu pernyataan.
Argumen membentuk, memelihara, atau mengubah keyakinan.
Arti Penting Argumen
Transi *
Asersi
Penegasan tentang sesuatu hal atau realitas yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau ungkapan.
Pengkuatifikasi asersi
Pengkuantifikasi: sedikit, banyak, tak semua, beberapa, semua.
Yananto Mihadi P., S.E.
Struktur atau bentuk
Tidak satupun A adalah B = Tidak satupun B adalah A
Semua A adalah B
Yananto Mihadi P., S.E.
Semua A adalah B.
B sama dengan A
Asersi menegaskan “Tidak semua B adalah A”
Tanpa diagram tidak diketahui apakah:
“Beberapa B adalah A” tidak selalu sama dengan “Tidak semua B adalah A”
Yananto Mihadi P., S.E.
Menegaskan Tidak semua B adalah A
Umumnya ini yang dimaksud.
meja bundar biru (blue round tables)
meja biru bundar (round blue tables)
Yananto Mihadi P., S.E.
Asumsi (assumption)
Hipotesis (hypothesis)
Jenis:
Kaidah/prinsip:
Kebersediaan untuk menerima bahwa suatu asersi adalah benar tanpa memperhatikan apakah argumen valid atau tidak atau apakah asersi tersebut benar atau tidak.
Keadabenaran
Indikator Argumen
Dalam suatu argumen atau penalaran yang kompleks, tidak selalu mudah untuk mengenali premis dan konklusi.
Indikator premis: oleh karena, karena, mengingat, dengan asumsi
bahwa, jika
(principle of charitable interpretation)
sehingga, sebagai akibatnya
Argumen yang simpulannya diturunkan dari serangkaian asersi umum yang disepakati atau dianggap benar (disebut premis baik major maupun minor).
Pada umumnya berstruktur silogisma sehinga disebut argumen logis (logical argument).
Lihat contoh penalaran deduktif dalam akuntansi pada Gambar 2.8
Premis major:
Premis minor:
Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif adalah kebenaran logis bukan kebenaran empiris (realitas).
Kriteria kebenaran logis:
Semua premis benar
Bila konklusi mengikuti premis secara logis, kebenaran logis konklusi bergantung pada kebenaran semua premis.
Pasti/harus
Generalisasi menjadikan argumen induktif merupakan argumen ada benarnya (plausible argument) bukan argumen pasti benarnya atau logis (logical argument).
Premis:
Premis:
Konklusi:
Beberapa biji berikutnya manis rasanya.
Semua jeruk dari karung A manis rasanya.
Ada benarnya tetapi dapat salah. Tidak pasti benar.
Yananto Mihadi P., S.E.
Untuk meyakinkan perlu dilekatkan tingkat keyakinan (confidence level), misalnya 90% atau 95%.
Pasti benar
(necessarily true)
Argumen deduktif
Argumen induktif
Premis 1: Semua burung berbulu.
Premis 2: Bebek berbulu.
Konklusi: Bebek adalah burung.
Premis 2: Bebek adalah burung.
Konklusi: Bebek dapat terbang.
Yananto Mihadi P., S.E.
Argumen untuk mendukung bahwa perubahan faktor tertentu disebabkan oleh faktor yang lain.
Kriteria Penyebaban:
Faktor sebab terjadi sebelum atau mendahului faktor akibat.
Tidak ada faktor lain selain faktor sebab yang diidenfikasi.
Lihat kaidah penyebaban Mill pada Gambar 2.10
Yananto Mihadi P., S.E.
Salah nalar (reasoning fallacy)
Aspek manusia dalam berargumen
Keyakinan semu atau keliru akibat orang terbujuk oleh suatu argumen yang mengandung catat (faulty) atau tidak valid.
Orang dapat terkecoh akibat taktik membujuk selain dengan argumen yang valid.
Orang dapat mengecoh atau terkecoh lantaran:
Yananto Mihadi P., S.E.
Menarik simpulan pasangan
Yananto Mihadi P., S.E.
Thomas Kuhn (1970) di halaman 93.
Yananto Mihadi P., S.E.
All sciences advance through disagreement.
In astronomy the geocentric model of Ptolemy was opposed by the new heliocentric model of Copernicus; in chemistry Priestley supported the phlogiston theory of combustion while Lavoisier propounded the oxidation theory; and in biology the creationism of earlier naturalists was countered by Darwin’s theory of evolution.
It is not universal agreement but rather the willingness to consider evidence that signals the scientific approach. For Galileo’s opponents to disagree with him about Jupiter’s moons was not unscientific of itself; what was unscientific was their refusal to look through his telescope and see.
Jack Hirshleifer, Price Theory and Applications (1988), hlm. 4.
Yananto Mihadi P., S.E.
Transi *
Priestley never accepted the oxygen theory, nor Lord Kelvin the electromagnetic theory, and so on. The difficulties of conversion have often been noted by scientists themselves. Darwin, in a particulary perceptive passage at the end of his Origin of Species, wrote:
“Although I am fully convinced of the truth of the views given in this volume..., I by no means expect to convince experienced naturalists whose mind are stocked with a multitude of facts all viewed, during a long course of years, from a point of view directly opposite to mine. ... [B]ut I look with confidence to the future, —to young and rising naturalists, who will be able to view both sides of the question with impartiality.”
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.
Yananto Mihadi P., S.E.
And Max Planck, ..., sadly remarked that
“a new scientific truth does not triumph by convincing its opponents and making them see the light, but rather because its opponents eventually die, and a new generation grows up that is familiar with it”
... scientists, being only human, cannot always admit their errors, even when confronted with strick proof. I would argue, rather, that in these matters neither proof nor error is at issue. The transfer of allegience from paradigm to paradigm is a conversion experience that cannot be forced.
Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1970), hlm. 151.
Yananto Mihadi P., S.E.
Transi *