slhd 4 bt.pdf

Upload: qoyyum-rachmalia

Post on 05-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    1/31

     

    Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang

    kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

    dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi

    mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

    Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

    memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

    industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan

    kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran

    udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung

    meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah

    menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan

    manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia

    perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan

    Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan

    salah satu dari sepuluh program unggulan.

    Pertumbuhan pembangunan seperti industri dan transportasi disamping memberikan

    dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya

    berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor ) maupun

    di luar ruangan (outdoor ) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya

    penularan penyakit. Menurut data dari Dinas Kesehatan penduduk Surabaya yang terkena

    infeksi akut saluran pernafasan bagian atas sebanyak 235.725 penderita (menempati

    peringkat pertama kejadian penyakit).

    4.1. STATUS

    Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari 78% nitrogen, 20% oksigen, 0,93

    % argon, 0,03% karbon dioksida, dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen.

    Udara dikatakan tercemar apabila berbedanya komposisi udara aktual dengan kondisi udara

    normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Jenis Pencemaran dibedakan menurut

    bentuknya dan sumbernya.

    Jenis pencemar dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi:

      golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)

      golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)

      golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)

      golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

    Bab IV - 1 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    2/31

     Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan tiga, yaitu:

      mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.

      bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene.

      makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

    Jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua:  Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi

    pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari

    kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.

      Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.

    Sedangkan zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan

    termasuk Kota Surabaya adalah SO2, NO dan NO2, CO, O3, PM10 (=Suspended Particulate

    Matter ) dan Pb(=Lead). SO2  berperan dalam terjadinya hujan asam. Zat pencemar ini akan

    terus meningkat keberadaannya di udara karena pertambahan kebutuhan enegi seperti

    peningkatan pembakaran bahan bakar fosil untuk pemanasan rumah tangga, pembangkit

    tenaga listrik, kendaraan bermotor, proses industri dan pembuangan limbah padat dengan

    pembakaran.

    4.1.1 Kualitas Udara ambien

    4.1.1.1 Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis ( Air Quality Monitoring System/AQMS)

    Pemasangan Jaringan pemantauan kualitas udara ambien tersebut sebagai

    perwujudan kesepakatan diantara Menteri-menteri Lingkungan Hidup se-ASEAN dan

    merupakan salah satu cara pemantauan kualitas udara ambien di daerah perkotaan/urban.

    Perencanan jaringan pemantauan kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan

    tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventarisasi emisi. Penetapan

     jumlah jaringan ditentukan oleh jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya

    serta kebijakan-kebijakan yang berlaku. Berdasarkan survey lokasi bersama Tim BAPEDAL

    Pusat, Tim Pemerintah Austria, Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi Jawa

    Timur pada tanggal 10-13 Maret 1999, ditetapkan lokasi penempatan Stasiun pemantauan

    kualitas udara ambien.

    Tabel 4. 1. Penempatan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien 

    STASIUN LOKASI PEMANTAUAN WILAYAH PERUNTUKAN LAHAN

    SUF 1 Halaman Taman Prestasi, Jl. Ketabang Kali Surabaya Pusat Pusat Kota, Pemukiman, Perkantoran

    SUF 2 Halaman Kantor Kelurahan Perak Timur, Jl. Selangor Surabaya Utara Perkantoran, dekat daerah Industri, pergudangan

    SUF 3 Halaman Kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat ,Jl.Sukomanunggal Surabaya Barat Pemukiman, daerah pinggir kota

    SUF 4 Halaman Kecamatan Gayungan, Jl. Gayungan Surabaya Selatan Pemukiman - dekat Tol Surabaya-Gempol

    SUF 5 Halaman Convention Hall, Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya Timur Pemukiman, Kampus, Perkantoran

    Lokasi penempatan Public Data Display adalah :

    1. Depan Monumen Kapal Selam, Jl. Gubeng Pojok (Surabaya Pusat).

    2. Depan BAPPEDA Propinsi Jatim, Jl. Pahlawan (Surabaya Utara).

    3. Ring Road Jl. Mayjend Sungkono (Surabaya Barat).

    4. Perempatan Jl. Dharmawangsa-Jl. Kertajaya (Surabaya Timur).

    5. Depan BNI Graha Pangeran, Jl. A. Yani (Surabaya Selatan) 

    Bab IV - 2 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    3/31

     

    2

    4

    3

    5

    1

    2

    4

    R. AQMS

    1

     

    a.b.c.d.e.

    1.2.3.4.5.

    Legenda :Legenda :

    SUF1 : Taman Prestasi, Jl. Ketabang KaliSUF2 : Perak timur, Jl. SelanggorSUF3 : Sukomanunggal, Jl. SukomanunggalSUF4 : Gayungan, Jl. Raya PagesanganSUF5 : Gebang Putih, Jl. A.Rachman Hakiem

    DD1 : Gubeng Pojok,DD2 : PahlawanDD3 : Jl. Mayjen SungkonoDD4 : Achmad YaniDD5 : Dharmawangsa

    XX

    Gambar 4.1 Peta Lokasi Stasiun Monitoring dan Data DisplayGambar 4.1 Peta Lokasi Stasiun Monitoring dan Data Display

    Bab IV - 3 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    4/31

    PARAMETER YANG DIUKUR

    Parameter yang diukur dalam stasiun pemantau kualitas udara ambien di Kota

    Surabaya ada 16 (enam belas) parameter, yang terdiri dari :

    1. 5 (lima) parameter kunci : PM10, SO2, O3, NO2, CO,

    2. 11 (sebelas) parameter pendukung dan meteorologi : NO, NOx, kecepatan angin (FF),

    kecepatan hembusan angin (FF Boe), arah angin (DD), arah hembusan angin (DD Boe),

    kelembaban udara ambien, kelembaban udara container, suhu udara ambien, suhu

    container dan global radiasi.

    Sesuai dengan amanat Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997

    bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas lingkungan

    termasuk kualitas udara di kota Surabaya ini, maka pelaporan hasil pemantauan ini dikemas

    dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Informasinya disampaikan

    dalam bentuk ISPU, yang dipublikasikan lewat papan display, internet (Surabaya.go.id).

    Informasi yang disebarkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). ISPU

    (Indeks Standar Pencemar Udara)  adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang

    menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu, yang didasarkan

    pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

    Penggunaan ISPU sangat memudahkan masyarakat untuk mengetahui kondisi kualitas udara

    pada waktu tertentu karena sistem ini sangat informatif dan mudah dipahami oleh masyarakat

    luas. Nilai ISPU ditampilkan setiap pukul 15.00 WIB.

    Tabel 4.2 Pembagian kategori sesuai dengan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 dan pengaruhnya 

    Kategori Indeks Penjelasan CO NO2 O3 SO2 PM10

    Baik 0-50 Tingkat kualitas

    udara yang tidak

    memberikan efek

    bagi kesehatan

    manusia atau hewan

    dan tidak

    berpengaruh pada

    tumbuhan,bangunan ataupun

    nilai estetika

    Tidak ada efek Sedikit berbaLuka pada

    beberapa

    spesies

    tumbuhan

    akibat

    kombinasi SO2 

    (selama 4 jam)

    Luka pada

    beberapa

    spisies

    tumbuhan

    akibat

    kombinasi

    O3 (selama

    4 jam)

    Tidak ada

    efek

    Sedang 51-100 Tingkat kualitas

    udara yang tidak

    berpengaruh pada

    kesehatan manusia

    atau hewan dan

    tidak berpengaruh

    pada tumbuhan

    yang sensitif, dan

    nilai estetika

    Perubahan kimia

    darah tetapi

    tidak terdeteksi

    Berbau Luka pada

    beberapa

    spesies

    tumbuhan

    Luka pada

    beberapa

    spesies

    tumbuhan

    Terjadi

    penurunan

    pada jarak

    pandang

    Bab IV - 4 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    5/31

    Kategori Indeks Penjelasan CO NO2 O3 SO2 PM10

    Tidak

    Sehat

    101-199 Tingkat kualitas

    udara yang bersifat

    merugikan pada

    manusia ataupun

    kelompok hewanyang sensitif atau

    bisa menimbulkan

    kerusakan pada

    tumbuhan ataupun

    nilai estetika

    Peningkatan

    pada

    kardiovaskular

    pada perokok

    yang sakit jantung

    Berbau dan

    kehilangan

    warna,

    peningkatan

    reaktivitaspembuluh

    tenggorokan

    pada

    penderita

    asma

    Penurunan

    kemampuan

    pada atlit yang

    berlatih keras

    Berbau

    Meningkatny

    kerusakan

    tanaman

    Jarak

    pandang

    turun dan

    terjadi

    pengotoranoleh debu

    Sangat

    Tidak

    Sehat

    200-299 Tingkat kualitas

    udara yang dapat

    merugikan

    kesehatan pada

    segmen sejumlah

    populasi yang

    terpapar

    Meningkat

    kardiovaskular

    pada perokok

    yang sakit

     jantung, dan

    tampak

    beberapa

    kelemahan yang

    terlihat nyata

    Meningkat

    sensitivitas

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Olahraga

    ringan

    mengakibatkan

    pengaruh

    pernapasan

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    paru-paru

    kronis

    Meningkat

    sensitivitas

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Meningkat

    sensitivitas

    pada

    pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Sangat

    Tidak

    Sehat

    200-299 Tingkat kualitas

    udara yang dapat

    merugikan

    kesehatan pada

    segmen sejumlah

    populasi yang

    terpapar

    Meningkat

    kardiovaskular

    pada perokok

    yang sakit

     jantung, dan

    tampak

    beberapa

    kelemahan yang

    terlihat nyata

    Meningkat

    sensitivitas

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Olahraga

    ringan

    mengakibatkan

    pengaruh

    pernapasan

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    paru-paru

    kronis

    Meningkat

    sensitivitas

    pada pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Meningkat

    sensitivitas

    pada

    pasien

    yang

    berpenyakit

    asma dan

    bronchitis

    Berbahaya 300 lebih Tingkat kualitas

    udara berbahaya

    yang secara umum

    dapat merugikan

    kesehatan yang

    serius pada populasi

    yang terpapar

    Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

    Tabel 4.3 Pendekatan Tingkat ISPU bagi Para Pengambil Keputusan 

    Tingkat Tindakan

    100-200 Tindakan Pencegahan

    Secara terseleksi dilakuakn tindakan pencegahan oleh aparat untuk membatasi aktivitas tertentu, danpembatasan pada kegiatan industri tertentu

    200-300 Tindakan Siaga

    Segera membatasi kegiatan pembakaran di ruang terbuka, mengurangi potensi emisi yang besar, baikdari industri maupun transportasi dan lainnya

    300-400 Tindakan PeringatanPemerintah sudah memutuskan larangan penggunaan pembakaran, pembatasan, penggunaan reaktor

    Bab IV - 5 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    6/31

    Tingkat Tindakan

    pabrik, pengurangan operasi pada fasilitas pabrik tertentu, dan meminta masyarakat membatasipenggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum, dan kegiatan lain yang memicu konsentrasipencemar meningkat.

    Pemerintah sudah mempersiapkan pengungsian terbatas, pada orang-orang sakit, anak-anak dan

    manula, dan penggunaan masker. Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah.Lebih 400 Tindakan Darurat

    Pemerintah memutuskan penghentian dari sebagian besar atau seluruh kegiatan industri dan aktivitaskomersial, pelarangan penggunaan semua kendaraan pribadi dan kegiatan lain yang memicukonsentrasi pencemar meningkat.

    Pemerintah sudah melakukan pengungsian menyeluruh secara bertahap dan penggunaan masker.Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah, dan bantuan satuan teknis peralatandari luar secara terpadu

    Tabel 4.4. Hasil pemantauan kualitas udara tahun 2001 sampai dengan 2007 

    NILAI ISPU Mar - Des2001 Jan – Des2002 Jan – Des2003 Jan–Des2004 Jan–Des2005 Jan–Des2006 Jan–Des2007 Jan – Sep2008 

    1 – 50 BAIK  27 42 51 63 62 26 60 68

    51 – 100 SEDANG 272 312 312 299 259 334 300 199

    101 – 199 TIDAK SEHAT 7 11 2 4 9 5 5 7

    200 - 299 SANGAT

    TIDAK SEHAT

    0 0 0 0 0 0 0 0

    300 – LEBIH BERBAHAYA 0 0 0 0 0 0 0 0

    Target rencana kerja tahun 2007 adalah 365 hari sedangkan capaian Kinerja Tahun 2006

    sebagai berikut :

    % Kualitas Udarayang layak hirup

    = Σ hari dgn kualitas baik & sedang dlm setahunΣ hari dalam setahun

    X 100 %

    = 267274

    X 100 %

    = 97,45 %

    Grafik 4.1 Nilai ISPU di Kota Surabaya Tahun 2001 – 2007

    Grafik diatas menunjukkan kategori kualitas udara di Kota Surabaya dari 5 stasiun

    pemantau selama kurun waktu 2001 – 2007. Kondisi mayoritas udara ambien adalahSEDANG. Jumlah hari baik meningkat dari tahun 2001 ke 2005, namun sedikit menurun dari

    2001 2002 20032004

    2005 20062007

    Tidak Sehat

    Baik

    Sedang0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    Tahun

    Tidak Sehat

    Baik

    Sedang

     

    Bab IV - 6 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    7/31

    tahun 2005 ke tahun 2006 bersamaan dengan meningkatnya jumlah hari Sedang. Tetapi pada

    tahun 2007 mengalami peningkatan hari baik bersamaan dengan penurunan hari sedang.

    Secara umum, kecenderungan kondisi kualitas udara ambien di Kota Surabaya selama 7

    tahun terakhir stabil.

    Grafik 4.2 Kategori Kualitas Udara Di Kota Surabaya, 2001 - 2007 

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

    Baik Sedang Tidak Sehat

     

    Pencemar udara yang paling dominan dengan konsentrasi maksimum pada jam-jam

    tertentu melebihi baku mutu udara ambien di Kota Surabaya sepanjang kurun waktu 2001 –

    2005 adalah PM10, diikuti O3, SO2 dan CO. Namun pada Tahun 2006 – 2007 parameter yang

    dominan adalah SO2. PM10 adalah partikel-partikel yang berdiameter kurang dari 10

    mikrometer. Partikel tersebut diemisikan oleh kegiatan transportasi, domestik, industri dan

    insinerasi sampah. Emisi PM10  oleh kegiatan transportasi mengandung campuran garam

    timbal dan senyawa organik-sulfat (kendaraan bermotor berbahan bakar jenis bensin),

    partikel-partikel diesel (kendaraan bermotor berbahan bakar jenis solar) serta partikel-partikel

    lepas ban/cat kendaraan bermotor (JICA dan BAPEDAL, 1997).

    Grafik 4.3 berikut ini memperlihatkan pencemar udara yang dominan dengan konsentrasi

    maksimum pada jam-jam tertentu di kota Surabaya selama tahun 2001 – 2006 .

    Grafik 4.3 Pencemar Udara Yang Dominan Dengan Konsentrasi Maksimum Tahun 2001 – 2007

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

    Tahun

       J  u  m   l  a   h   H  a  r   i   K  e   j  a   d   i  a  n   K  o  n  s  e  n   t  r  a  s   i   M  a   k  s   i  m

    PM10

    O3

    SO2

    CO

     

    Bab IV - 7 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    8/31

    Jumlah hari kejadian konsentrasi maksimum PM10 mencapai 148 hari pada tahun 2001, 238

    hari pada tahun 2002, 167 hari pada tahun 2003, 57 hari pada tahun 2004, 95 hari pada tahun

    2005, 135 hari pada tahun 2006 dan 205 hari pada tahun 2007.

    Tabel 4.5 Jumlah hari kejadian konsentrasi maksimum untuk masing-masing pencemar di kotaSurabaya selama tahun 2001-2007. 

    Parameter 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

    PM10 148 238 167 57 95 135 126

    O3 87 86 85 8 16 26 49

    SO2 10 1 22 9 66 139 134

    CO 12 5 8 1 9 3 2

    Dari kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk menurunkan pencemaran udara telah dicapai

    peningkatan kualitas udara ambien sesuai dengan data kualitas udara tahun sejak Maret

    2001 sampai dengan Desember 2007 sebagai berikut :

    Grafik 4.4 Trend ISPU Kota Surabaya Tahun 2001 – 2007. 

    Grafik Trend ISPU Tahun 2001 - 2007

    y = -0,5371x + 86,966

    R2 = 0,0678

    y = 0,6707x + 10,736

    R

    2

     = 0,1077

    y = -0,1379x + 2,3243

    R2 = 0,1064

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

    Tahun

       J  u  m   l  a   h   %   H  a  r   i   T   i  a  p   K  a   t  e  g  o  r   i   I   S

    Tidak Sehat

    Baik

    Sedang

    Linear (Sedang)

    Linear (Baik)

    Linear (Tidak Sehat)

     

    Grafik tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah hari sedang  sebesar 0,537 %

    setiap tahunnya dan peningkatan jumlah hari baik sebesar 0,6707 % setiap tahunnya dan

    sedangkan jumlah hari tidak sehat mengalami penurunan sebesar 0,1379 % setiap tahunnya.

    4.1.1.2 Pemantauan Kualitas Udara Ambien non AQMS

    Pengukuran kualitas udara ambien sesaat di beberapa titik yaitu Perempatan Jl.Demak - Dupak, Depan Jembatan merah Plasa, Perempatan Jl. Tunjungan-Gentengkali,

    Perempatan Jl. Moestopo-Jl. Dharmawangsa, Perempatan SIER Rungkut, dan Depan RSI

    dengan tujuan untuk mengetahui dampak dari lalu lintas pada jam sibuk. Hasil dari pemantau

    sebagai berikut.

    1. Konsentrasi SO2 

    Jika bereaksi dengan gas lain dan kelembaban udara akan menyebabkan iritasi, korosi,

    kerusakan paru-paru dan hujan asam.

    Dari pengukuran SO2 diperoleh hasil konsentrasi tertinggi dan melebihi baku mutu Udara

     Ambien Kep. Gubernur Jatim No. 129/1996 (0,1 ppm) di Ruas Jalan Perempatan SIER

    Rungkut.

    Bab IV - 8 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    9/31

    KONSENTRASI SO2 DI BEBERAPA RUAS J ALAN

    0.0000

    0.0200

    0.0400

    0.0600

    0.0800

    0.1000

    0.1200

      M  a  r  e  t   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0  6

      J  u   l   i   2

      0  0  6

      S  e  p   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0   7

      J  u   l   i   2

      0  0   7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    JembatanMerah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    DharmawangsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

    Grafik 4.5. Konsentrasi SO2 di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk

    gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan

    keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang

    tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen

    yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan

    menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak

    dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2  selalu terbentuk dalam

     jumlah besar. Jumlah SO3  yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.

    Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :

    S + O2 < --------- > SO2

    2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3

    SO3  di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat

    rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup,

    SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan

    reaksi sebagai berikut :

    SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4

    Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3  melainkan H2SO4  Tetapi jumlah

    H2SO4  di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3  hal ini

    menunjukkan bahwa produksi H2SO4  juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah

    berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh

    proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi

    oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi

    spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia.

    Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan, SO2  di udara diaborpsi oleh

    droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalamdroplet.Data kualitas air hujan tidak tersedia.

    Bab IV - 9 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    10/31

    KONSENTRASI CO DI BEBERAPA RUAS JALAN

    0.00

    5.00

    10.00

    15.00

    20.00

    25.00

      M  a  r  e  t   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0  6

      J  u   l   i   2

      0  0  6

      S  e  p   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0   7

      J  u   l   i   2

      0  0   7

    WAKTU SAMPLING

       K

       O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    DharmawangsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

    2. Konsentrasi NO2 

    Diudara CO beroksidasi dan memproduksi lebih banyak CO2 dan hydroxilradicals, dan

    memperlambat penguraian CH4 yang nota bene merupakan green house gas yang kuat.

    Semua pengukuran masih dibawah baku mutu Udara Ambien Kep. Gubernur Jatim No.

    129/1996 (20 ppm).

    Grafik 4.6. Konsentrasi CO di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    KONSENTRASI NO2 DI BEBERAPA RUAS JALAN

    0.0000

    0.0100

    0.0200

    0.0300

    0.0400

    0.0500

    0.0600

    0.0700

    0.0800

      M  a  r  e  t   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0  6

      J  u   l   i   2

      0  0  6

      S  e  p   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0   7

      J  u   l   i   2

      0  0   7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R

       A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.Gentengkali

    Perempatan Jl.Moestopo - Jl.

    Dharmaw angsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

    3. Konsentrasi NO2 

    NOx (NitrogenOxides) bersama HC(Hydrocarbons) melakukan reaksi photochemichal

    memproduksi Ozone (O3) yang pada lapisan troposfera akan menyebabkan pemanasan

    global.Pengukuran NO2 paling tinggi di Perempatan Jl. Demak-Dupak bahkan pada Bulan

     April 2007 sebesar 0.0667 ppm. Kondisi ini melebihi baku mutu Udara Ambien Kep.

    Gubernur Jatim No. Gub 129/ 1996 (0.05 ppm) 

    Grafik 4.7 Konsentrasi No2 Di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    4. Konsentrasi Debu

    Kumpulan dari sejumlah partikel yang menyebabkan sejumlah reaksi photochemical,physicalintrusion, dan dampak bagi kesehatan.

    Bab IV - 10 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    11/31

    KONSENTRASI DEBU

     DI BEBERAPA RUAS JALAN

    0.000

    0.200

    0.400

    0.600

    0.800

    1.000

    1.200

    1.400

      M  a  r  e  t   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0  6

      J  u   l   i   2

      0  0  6

      S  e  p   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l 

      2  0  0   7

      J  u   l   i   2

      0  0   7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  m  g   /  m   3   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    DharmawangsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

     

    59,52% hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu Udara Ambien Kep. Gubernur Jatim

    No.129/ 1996 yang seharusnya dibawah 0.26 mg/m3 . Pada Perempatan Jl. Demak-Dupak

    terukur 100% melebihi baku mutu.

    Grafik 4.8 Konsentrasi Debu Di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    KONSENTRASI Pb DI BEBERAPA RUAS JAL AN

    0.0000

    0.0100

    0.0200

    0.0300

    0.0400

    0.0500

    0.0600

    0.0700

      M a  r e  t   2

      0  0  6

     A  p  r  i  l 

      2  0  0  6

     J  u  l  i   2

      0  0  6

      S e  p   2

      0  0  6

     A  p  r  i  l 

      2  0  0  7

     J  u  l  i   2

      0  0  7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    Dharmaw angsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

    5. Konsentrasi Pb

    Menurut Hasil Monitoring Kementrian Lingkungan Hidup, kondisi kualitas udara dengan

    kandungan Pb rendah ini (jauh di bawah baku mutu 0,06 ppm) ini didukung oleh bahan

    bakar bensin di kota Surabaya (selain 9 kota besar lainnya) telah bebas dari kandungan

    Timbel (Unleaded Gasoline). Dari lima SPBU yang dipantau, seluruhnya menunjukkan

    kandungan Timbelnya sudah tidak terdeteksi. Dibandingkan dengan nilai rata-rata tahun

    2005 sebesar 0.012 dan 2006 sebesar 0.03, pada tahun ini terjadi peningkatan kualitas

    bensin yang sangat baik. Angka rata-rata RON dari SPBU yang dipantau adalah 90.76.

     Angka ini telah memenuhi standar yang ditetapkan, yaitu 88. Tetapi nilai RON tahun 2007

    ini lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tahun 2006 yaitu 88.98. Rata-rata nilai RON

    tahun 2005 adalah 90.6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.9

    Grafik 4.9 Konsentrasi Pb Di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    Bab IV - 11 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    12/31

    KONSENTRASI H2S DI BEBERAPA RUAS JALAN

    0.0000

    0.0050

    0.0100

    0.0150

    0.0200

    0.0250

    0.0300

    0.0350

      M a  r e  t   2

      0  0  6

      A  p  r  i  l 

      2  0  0  6

     J  u  l  i   2

      0  0  6

      S e  p   2

      0  0  6

      A  p  r  i  l 

      2  0  0  7

     J  u  l  i   2

      0  0  7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    Dharmaw angsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

    6. Konsentrasi H2S

    (HASIL PENGUKURAN SESAAT)

    Grafik 4.10 Konsentrasi H2S  Di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    Konsentrasi H2S masih jauh di bawah baku mutu Udara Ambien Kep. Gubernur Jatim

    No.129/ 1996 sebesar 0.03 ppm.

    7. Konsentrasi NH3 

    (HASIL PENGUKURAN SESAAT)

    KONSENTRASI NH3 DI BEB ERAPA RUAS JALAN

    0.0000

    0.5000

    1.0000

    1.5000

    2.0000

    2.5000

      M  a  r  e  t   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l   2

      0  0  6

      J  u   l   i   2

      0  0  6

      S  e  p   2

      0  0  6

      A  p  r   i   l   2

      0  0   7

      J  u   l   i   2

      0  0   7

    WAKTU SAMPLING

       K   O   N   S   E   N   T   R   A   S   I   (  p  p  m   )

    Perempatan Jl.

    Demak-Dupak

    Depan

    Jembatan

    Merah Plasa Perempatan Jl.

    Tunjungan-

    Jl.GentengkaliPerempatan Jl.

    Moestopo - Jl.

    Dharmaw angsaPertigaan Jl.

    Raya Gubeng -

    Jl. PemudaPerempatan

    SIER Rungkut

    Depan RSI

    Wonokromo

    Baku mutu

     

    Grafik 4.11 Konsentrasi NH3 Di Beberapa Ruas Jalan (Hasil Pengukuran Sesaat)

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    Konsentrasi NH3  masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh Kep. Gubernur

    Jatim No. 129/ 1996 Jatim sebesar 2 ppm.

    Bab IV - 12 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    13/31

    Sedang untuk beberapa ruas jalan yang lain disajikan pada grafik sebagai berikut:

    Sumber : Hasil Pengukuran BTKL

    Pada saat penilaian Wahana Tata Nugraha, Kementrian Lingkungan Hidup juga melakukan

    pengukuran kualitas udara ambien di beberapa ruas jalan dengan hasil rata-rata sebagaiberikut:

    Tabel 4.6 Rata – rata Kualitas Udara Ambien Di Beberapa Ruas Jalan

    GRAFIK 4.12  PERSENTASE PEMENUHAN BAKU MUTUPADA KUALITAS UDARA BEBERAPARUAS JALAN (HASIL PENGUKURANSESAAT TAHUN 2006) 

    Persentas e Pemenuhan Baku Mutu Pada KualitasUdara Beberapa Ruas Jalan (Tahun 2006)

    57%

    43%

    memenuhi baku mutu tidak memenuhi baku mutu

     

    KETERANGAN :

    Kualitas udara yang tidak memenuhi baku mutu:

    Udara di Terminal Bratang (2 X pengambilan)

    Udara di Depan RSI Wonokromo

    Udara di Perempatan Jl Demak - Jl. Dupak

    Udara di Perempatan Jl. Moestopo - Jl. Dharmawangsa

    Udara di Perempatan Jl. Tunjungan- Jl.Gentengkali

    Udara di Pertigaan Jl. Raya Gubeng - Jl. Pemuda

    Udara di Terminal Purabaya

    Kualitas udara yang memenuhi baku mutu:

    Udara di Depan Jembatan Merah Plaza

    Udara di Terminal Bratang (2 x pengambilan)

    Udara di Bawah Jalan Layang Mayangkara

    Udara di Depan Jembatan Merah Plaza (3x pengambilan)Udara di Perempatan Jl Demak - Jl. Dupak (2x pengambilan)

    Udara di Perempatan Jl. Moestopo - Jl. Dharmawangsa (2x pengambilan)

    Udara di Perempatan Jl. Tunjungan- Jl.Gentengkali (3x pengambilan)

    Udara di Perempatan SIER Rungkut (3x pengambilan)

    Udara di Pertigaan Jl. Raya Gubeng - Jl. Pemuda (3x pengambilan)

    Udara di Terminal Joyoboyo (2x pengambilan)

    Udara di Terminal Purabaya (2x pengambilan)

    GRAFIK 4.13  PERSENTASE PEMENUHAN BAKUMUTU PADA KUALITAS UDARABEBERAPA RUAS JALAN (HASILPENGUKURAN SESAAT TAHUN 2007)

    Persentase Pemenuhan Baku Mutu Pada Kualitas

    Udara Beberapa Ruas Jalan (Tahun 2007)

    60%

    40%

    memenuhi baku mutu tidak memenuhi baku mutu

     

    Kualitas udara yang tidak memenuhi baku mutu: 

    Udara di Depan Jembatan Merah Plaza (2x pengambilan)

    Udara di Perempatan Jl Demak - Jl. Dupak (2x pengambilan)

    Udara di Perempatan SIER Rungkut

    Udara di Pertigaan Jl. Raya Gubeng - Jl. Pemuda

    Udara di Terminal Purabaya

    Kualitas udara yang memenuhi baku mutu: 

    Udara di Depan Jembatan Merah Plaza

    Udara di Perempatan Jl Demak - Jl. Dupak (2x pengambilan)

    Udara di Perempatan Jl. Moestopo - Jl. Dharmawangsa (2x pengambilan)Udara di Perempatan Jl. Tunjungan- Jl.Gentengkali (3x pengambilan)

    Udara di Perempatan SIER Rungkut (3x pengambilan)

    Udara di Pertigaan Jl. Raya Gubeng - Jl. Pemuda (3x pengambilan)

    Udara di Terminal Joyoboyo (2x pengambilan)

    Udara di Terminal Purabaya (2x pengambilan)

    ParameterHasil Pengukuran

    Th. 2007Baku Mutu

    (PP Nomor 41 Tahun 1999) Keterangan

    HC, ugram/m3 0 160 (pengukuran 3 jam) -

    CO, ugram/m3 13657,64 10.000 (pengukuran 24 jam) Melebihi

    NO2, ugram/m3 2,09 150 (pengukuran 24 jam)

    PM 10, ugram/m3 273,64 150 pengukuran 24 jam) 

    O3, ugram/m3 2,54 235 (pengukuran 1 jam) 

    TSP (ash), ugram/m3 399,55 230 (pengukuran 24 jam) 

    SO2, ugram/m3 29,22 365 (pengukuran 24 jam)

    Sumber : KLH

    Bab IV - 13 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    14/31

    Emisi HC di tepi jalan dapat secara spesifik diidentifikasikan berasal dari gas buang

    kendaraan bermotor. Emisi HC yang tinggi disebabkan oleh pembakaran bahan bakar

    yang tidak efisien sedangkan di Surabaya limit 0. Konsentrasi HC dapat dihubungkan

    dengan kinerja lalu lintas yang kurang memadai (kecepatan rendah, kemacetan,

    ketidakefisienan pemakaian bahan bakar, baik dari segi efisiensi proses pembakaranmaupun konsumsi bahan bakar) dan Surabaya kinerja lalu lintasnya cukup baik.

    Tetapi ada fenomena lain dimana CO melebihi baku mutu yang seharusnya nilainya lebih

    rendah dari HC (secara teoritis).

    Ozon merupakan suatu fotokimia oksidan secara tidak langsung dihasilkan dari sumber-

    sumber pembakaran, dibentuk dibagian bawah atmosfir, dari NO dan komponen-

    komponen organik yang mudah menguap (=VOCs= Volatile Organic Compounds) atau

    Hidrokarbon–hidrokarbon reaktif dengan adanya sinar matahari. VOCs dihasilkan dari

    keaneka ragaman sumber-sumber buatan manusia termasuk lalu lintas jalan raya,

    produksi dan pemakaian zat-zat kimia organik seperti bahan-bahan pelarut, transport dan

    pemakaian crude oil, pemakaian dan distribusi gas alam. Untuk Kota surabaya Kandungan

    ozon di atmosfer masih sangat rendah.

    4.2 TEKANAN

    Tidak terdapat data atau parameter yang ditentukan cara penyampaian datanya. Kota

    Surabaya dengan jumlah penduduk sebesar 2.829.486 jiwa pada tahun 2007 menempati areal

    hanya seluas 326.360 hektar dengan berbagai aktivitas didalamnya termasuk pembangunan

    yang semakin meningkat maka permasalahan lingkungan pun semakin meningkat, terlebih

    lagi bila pembangunan tersebut tidak memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Salah

    satunya termasuk pencemaran udara, karena udara merupakan unsur utama bagi mahkluk

    hidup di muka bumi dan terutama bagi manusia, tanpa udara bersih manusia akan terganggu

    kesehatannya.

    Kualitas udara khususnya di perkotaan merupakan komponen lingkungan yang sangat

    penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat maupun

    kenyamanan kota. Limbah gas di Kota Surabaya yang merupakan penyebab penurunan

    kualitas udara digolongkan ke dalam sumber tidak bergerak (kegiatan industri, rumah tangga

    dan pembakaran sampah) dan sumber bergerak (kegiatan transportasi).Kegiatan industri dengan cerobongnya menghasilkan emisi yang sangat tinggi. Dengan

    semakin banyaknya jenis kegiatan industri maka emisi cerobong yang dihasilkan akan

    semakin besar, terutama untuk kegiatan industri yang menghasilkan bahan berbahaya dan

    beracun. Parameter HC dan NOx di udara akan membentuk parameter pencemar baru dengan

    bantuan sinar matahari (ultraviolet) yaitu para akrilonitrit (PAN) yaitu berupa gas asap (smog)

    dan ozon yang lebih berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap/tidak bergerak,

    mengarah terbentuknya produksi SO2, NO dan NO2  serta Pb, sedangkan masing–masing

    berminyak solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah partikel dan SO2 sebagai tambahan dari

    NO dan NO2. Seperti kota-kota besar lainnya, emisi yang dikeluarkan oleh kegiatan industri,

    Bab IV - 14 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    15/31

    transportasi, dan tempat pembuangan sampah tersebut menjadi sumber dominan penghasil

    gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan

    untuk menyerap radiasi matahari yang menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi

    hangat. Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer akan meningkatkan

    pemanasan bumi.Menurut PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convetion on

    Climte Change), ada 6 (enam) jenis gas rumah kaca yaitu :

    1. karbondioksida (CO2)

    2. fosil di sektor energi, transportasi dan industri dinitrooksida (N2O)

    3. Metana (CH4)

    4. sufurheksaflorida (SF6)

    5. perflorikarbon(PFCs)

    6. hidroflorokarbon (HFCs)

    1. Emisi Sumber Tetap

    Polutan yang mempengaruhi kualitas udara ambien di Surabaya bersumber dari berbagai

    macam kegiatan, yaitu:

    •  Tungku industri

    •  Tungku domestik

    •  Industri pengolahan (makanan, minuman, kayu, kimia dasar, mineral logam, logam dasar,

    hasil olahan logam, dan tekstil)

      Serta sumber spesifik lain dari kegiatan penimbunan akhir sampah.

    Tabel 4.7 Beban Pencemar Udara Dari Sumber Tidak Bergerak (Industri Pengolahan) 

    KONSENTRASI (TON/TAHUN)SUMBER KEGIATAN

    Debu SO2 NOx HC CO Lainnya

    Makanan 4038.19 0 0 0 0 0.013

    Minuman 0.016 0 0 0 0 0

    Kayu 38.61 0 18.02 0 0 0

    Kimia Dasar 26.9 0 0 215.2 0 0

    Mineral Non Logam 1 0 0 0 0 0

    Logam Dasar 28.8 0 0 0 232 0

    Hasil Olahan Logam 0 0 0 0 0 0

    Tekstil 598.6 0 0 0 0 0

    Total 4732.116 0 18.02 215.2 232 0.013

    Sumber : Dinas Perindustrian & Penanaman ModalDiolah oleh BPLH, 2008

    Bab IV - 15 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    16/31

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    4500

    Makanan Kayu Mineral

    Non

    Logam

    Hasil

    Olahan

    Logam

    Debu

    HC

    JENIS INDUSTRI

    KONTRIBUSI PENCEMARAN UDARA

    SUMBER TIDAK BERGERAK (INDUSTRI PENGOLAHAN) KOTA SURABAYA

    Debu

    SO2

    NOx

    HC

    CO

    Lainnya

    Grafik dibawah menunjukkan bahwa industri pengolahan makanan memberikan kontribusiterhadap kualitas udara ambien.

    Grafik 4.14 Kontribusi Pencemaran Udara Untuk Industri Pengolahan

    Tabel 4.8 Rekapitulasi Beban Pencemar Udara Dari Sumber Tidak Bergerak

    Beban Pencemaran Udara

    SUMBER Debu SO2 Nitrogen oksid Hidro- karbon CO CO2 CH4kg /th kg /th kg /th  kg /th  kg /th  kg /th  kg /th 

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    SUMBER TETAP (bahan bakar)1. Pembangkit tenaga - - - - - -2. Tungku industri 2,289. 3,058. 447,280. 1,281,879. 2,595,481. 91,710,655.3. Tungku domestik 694. 3,741. 478. 83. 41. 8,605.INDUSTRI PENGOLAH 4,731,700. - - - - -SUMBER-SUMBER LA IN (TPA) 750,000

     1. Sumber-sumber alami - - - - - -2. Dari negeri/propinsi lain - - - - - -

    TOTAL 2,983.99 6,799.93 447,758.91 1,281,962.32 2,595,522.5 91,719,261.24

    2006

    2007

    0

    5

    10

    15

    20

    25

         j    u    m     l    a     h     l    o     k    a    s     i

        p    e    n    g    a    m     b     i     l    a    n    s    a    m    p    e     l

    Pengambilan  sampel periode  2006‐2007

    memenuhi baku mutu

    tidak  memenuhi baku

    mutu

    Sumber : Dinas Perindustrian & Penanaman Modal. PT. PertaminaDiolah oleh BPLH, 2008

    Disamping itu dari hasil analisa BTKL dari 40 sample yang diujikan pada tahun 2006, 23

    sampel udara (57,5%) memenuhi baku mutu sedangkan sisanya tidak. Sedangkan 20 sampel

    yang diujikan pada tahun 2007, 12 (60%) sampel memenuhi baku mutu sisanya tidak. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.15

    Grafik 4.15 Pengambilan Sampel Periode 2006 - 2007

    Sumber : BTKL, 2008

    Bab IV - 16 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    17/31

    2. Emisi Sumber Bergerak

    Tabel 4.9 Rekapitulasi Beban Pencemar Udara Dari Sumber Bergerak

    Jenis BBMKonsumsi

    BBM(liter/hari)

    CO(ton/tahun)

    NOx(ton/tahun)

    HC(ton/tahun)TSP(ton/tahun)

    SO2(ton/tahun)

    CO2(ton/tahun)

    Bensin 459.400 63.215,737 1.727,114 2.431,375 335,362 90,548 528.195,150

    Solar 185.873 2.951,199 746.280 1.763,935 162,825 1.289,029 213.707,482TOTAL 645.273 66.167 2.473 4.195 498 1.380 741.903

    2.5 : 1 2.4 : 1 2.3 :1

    0

    500,000

    1,000,000

    1,500,000

    2,000,000

    2,500,000

    3,000,000

    2005 2006 2007

    Tahun

    RASIO JUMLAH PENDUDUK DAN JUMLAH KENDARAAN

    DALAM KURUN WAKTU 2005 - 2007

    Juml. Pend.

    Juml. Kendaraan Pribadi

    Secara umum beban pencemar dari sumber transportasi dengan konsumsi BBM 645.273

    liter/hari telah menyumbangkan beban pencemar CO sebesar 66.167 ton/tahun, NOx sebesar

    2.473 ton/tahun, HC sebesar 4.195 ton/tahun, TSP sebesar 498 ton/tahun, SO2 sebesar 1.380

    ton/tahun dan CO2 sebesar 741.903 ton/tahun.

    JUMLAH KENDARAAN MENINGKAT

    Dewasa ini untuk mendapatkan kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 sangatlah

    mudah sehingga hal tersebut dapat mendorong penjualan motor/sepeda motor ke arah positif.

    Tetapi hal tersebut juga berdampak pada kemacetan di jalan-jalan Kota Surabaya. Menurut

    data dari Dinas Pendapatan Prop. Jatim jumlah kendaraan terus meningkat dalam kurun

    waktu 2005-2007 khususnya sepeda motor. Bila dilhat dari rasio kepemilikan pada tahun 2005

    yang memiliki kendaraan 10 orang dari 25 orang, tahun 2006 meningkat 10 orang memiliki

    kendaraan dari 24 orang dan tahun 2007 dari 23 orang yang memiliki kendaraan 10 orang.

    Grafik 4.16 Rasio Jumlah Penduduk Dan Kepemilikan Kendaraan

    Sumber : Dinas Pendapatan Prop. Jatim dan Dinas Perhubungan

    Tabel 4.10 Jumlah Sarana Angkutan (Umum dan Pribadi) 

    TahunNo. Jenis Kendaraan2005 (unit) 2006 (unit) 2007 (unit)

    1 Sepeda motor 883,838 928,686 972,645

    2 Mobil penumpang 217,428 228,195 232,888

    3 Mobil barang 82,116 84,371 86,671

    4 Mobil bus

    # Umum

    Bus Besar 1,353 1,077 804

    Bus Sedang - - -

    Bus Kecil - - -

    # Bukan Umum 853 810 1,011

    5 Kendaraan Khusus 73 76 90

    6 Mobil Penumpang Umum 13,878 12,010 9,822

    7 Kendaraan Roda Tiga - - -

    Jumlah 1,199,539 1,255,225 1,303,931

    Sumber : Dinas Perhubungan

    Bab IV - 17 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    18/31

       S  e  p  e   d  a  m  o   t  o  r

       M  o   b   i   l  p  e  n  u  m  p  a  n  g

       M  o   b   i   l   b  a  r  a  n  g

       M  o   b   i   l   b  u  s

       K  e  n   d  a  r  a  a  n   K   h  u  s  u  s

       M  o   b   i   l   P  e  n  u  m  p  a  n  g   U  m  u  m

       K  e  n   d  a  r  a  a  n   R  o   d  a   T   i  g  a

    2005

    2005

    20070

    100000

    200000

    300000

    400000

    500000

    600000

    700000

    800000

    900000

    1000000

    Jenis

    (Unit)

    Peningkatan Jumlah Kendaraan Kurun waktu 2005-2007

    Grafik 4.17 Peningkatan Jumlah Kendaraan Kurun Waktu 2005 - 2007

    Sumber : Dinas Pendapatan Prop. Jatim dan Dinas Perhubungan

    KUALITAS BAHAN BAKAR

    Pengendalian pencemaran udara dari sumber transportasi didukung dengan

    dipasarkannya CNG (Compressed Natural Gas) mulai dipasarkan sejak tahun 1987 di

    Surabaya bersama beberapa daerah lain seperti Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan

    Cirebon.

    Selain itu kualitas bahan bakar bensin di kota Surabaya telah bebas dari kandungan Timbel

    (Unleaded Gasoline). Dari lima SPBU yang dipantau, seluruhnya menunjukkan kandungan

    timbelnya sudah tidak terdeteksi. Dibandingkan dengan nilai rata-rata tahun 2005 sebesar

    0.012 dan 2006 sebesar 0.03, pada tahun ini terjadi peningkatan kualitas bensin yang sangat

    baik. Angka rata-rata RON dari SPBU yang dipantau adalah 90.76. Angka ini telah memenuhi

    standar yang ditetapkan, yaitu 88. Tetapi nilai RON tahun 2007 ini lebih baik jika dibandingkan

    dengan nilai tahun 2006 yaitu 88.98. Rata-rata nilai RON tahun 2005 adalah 90.6 (sumber :

    Kementerian Lingkungan Hidup).

     Akan tetapi kualitas solar mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini dapat

    dilihat dari kandungan sulfur mengalami peningkatan yang signifikan. Jika tahun 2005 rata-rata

    kandungan sulfur masih 1140 ppm, tahun 2006 sebesar 800 ppm, tahun ini meningkat menjadi

    2040 ppm. Walaupun angka ini masih di bawah ambang batas yang ditetapkan, yaitu sebesar

    3500 ppm, tetapi kecenderungan peningkatan cukup drastis ini harus menjadi perhatian yang

    serius karena dapat meningkatkan kandungan SOx di udara. Nilai rata-rata indeks setana pada

    tahun 2005 sebesar 54.4, tahun 2006 sebesar 50.84, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi

    53.44. Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas sebesar 45, nilai ini sudah bagus (box-1).

    Selain masyarakat belum beralih mengkonsumsi bio pertamax dan biosolar yang lebih

    ramah lingkungan (Menurut data PT. Pertamina, penjualan terbesar masih dipegang oleh

    premium dan solar).

    Bab IV - 18 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    19/31

    Penjualan B ahan Bakar 

    Solar, 170.657, 20%

    Biosolar, 15.216, 2%

    Bio Pertamax, 1.44, 0%Premium, 446.514, 53%

    Pertamax, 11.446, 1%

    minyak tanah, 207.865,

    24%

    Grafik 4.18 Penjualan Bahan Bakar Dari Pertamina Pada Tahun 2008

    Sumber : PT. Pertamina, 2008

    BOX -1

    Hasil monitoring Kementrian Lingkungan Hidup terhadap kualitas bahan bakar bensin dan solar di 30 kota,

    SPBU Alamat Pb RON Sulfur Distil ation Cetane

    5461203 Jl. Raya Bungur Asih ttd 91.7 1900 52 54.22

    5160265 Jl. Jemur Sari ttd 90 1900 52 53.72

    5460261 Jl. Jemur Sari Barat ttd 91.2 2100 55 52.52

    5460248 Jl. Jangir Wonokromo ttd 89.6 2300 55 53.08

    5460106 Jl. Dharma Husada ttd 91.3 2000 54 53.7

    Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2007

    Keterangan

    Parameter pengujian untuk jenis bensin premium adalah sebagai berikut:1.   Ang ka Okt ana (RON)

     Angka oktana adalah ukuran dari bahan bakar terhadap ketahanan detonasi atau knocking terhadap mesin dengan sistem penyalabunga api. Knocking dapat menyebabkan menurunnya tenaga mesin dan kerusakan pada mesin. Kecenderungan knocking sejal

    dengan meningkatnya perbandingan kompresi mesin (engine compression ratio). Meningkatnya perbandingan kompresi dari 7,5 menj

    9 akan meningkatkan ORI (Octane Requirement Increment) sebesar 10. Bilangan oktana diukur dengan riset (research) dan test mot

    oktana. Hasil dari test di tunjukkan dengan RON (Research Octane Number ) atau MON (Motor OctaneNumber ) dari bahan bakar. Ked

    test meliputi perbandingan anti knock performance dari campuran 2 bahan bakar standar yaitu: Iso Oktana (Oktana Rating sebesar 10

    dan n-heptana (oktana rating sebesar 0).

    2.  Timbel (Pb).

    Timbel atau Tetra-ethyl Lead (TEL) meruapakan persenyawaan dengan rumus kimia (C2H5)4 Pb. Zat ini biasanya digunakan seba

    bahan aditif pada bensin sebagai octane booster atau peninggi angka oktan. Penggunaan timbel pada bahan bakar dapat menek

    penggunaan aromat dan juga dari segi harga yang lebih rendah di banding additif jenis lain. Namun penggunaan timbel pada bah

    bakar dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Pencemaran timbel di udara ambiakan berpengaruh secara signifikan terhadap kadar timbel dalam darah manusia terutama anak-anak. Dimana kadar timbel dalam dar 

    yang tinggi dapat membawa gangguan kesehatan seperti penurunan IQ, autis, tekanan darah tinggi, dan kematian.

    Parameter pengujian untuk jenis solar reguler adalah sebagai berikut:

    1.  Indeks setana.

     Angka setana adalah pengukuran aktivitas kompresi dari pembakaran bahan bakar. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan me

    untuk di nyalakan pada keadaan dingin, emisi dan kebisingan mesin. Indeks setana adalah jumlah setana ”alami” yang terkandu

    dalam bahan bakar. Makin tinggi angka

    setana, makin tinggi unjuk kerja yang diberikan oleh bahan bakar solar. Meningkatnya bilangan setana akan menurunkan crank ti

    (waktu sebelum mesin mencapai starter off ) pada suatu kecepatan mesin tertentu. ACEA EPEFE mengukur performa bahan bakar die

    pada mesin industri berat, hasilnya adalah pengurangan secara signifikan (s/d 40%) crank time untuk setiap kenaikan bilangan seta

    dari 50–58. Bilangan setana juga mempengaruhi emisi kendaraan dan konsumsi bahan bakar. Setana pengaruh yang signifik

     

    Bab IV - 19 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    20/31

    terhadap Nox terutama pada beban rendah. Peningkatan bilangan setana juga akan menurunkan emisi Hidrokarbon (HC) antara 30

    40%.

    2.  Sulfur/Belerang.

    Belerang secara alami terdapat dalam minyak mentah, apabila belerang tidak dihilangkan pada proses pengkilangan maka belera

    akan mengkontaminasi bahan bakar kendaraan. Belerang dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap usia mesin. Pengar 

    belerang dalam emisi partikulat adalah signifikan. Dalam program European Auto Oil, diprediksi pengurangan kandungan belerang d

    500 ppm menjadi 30 ppm akan menurunkan emisi PM sampai dengan 7%.

    3.  Karakteristik Distilasi.

    Kurva distilasi dari bahan bakar diesel mengindikasikan jumlah bahan bakar yang akan mendidih pada temperatur yang tertentu. Kur 

    tersebut dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: “light end” yang mempengaruhi kemampuan start kendaraan, daerah sekitar 50% ti

    penguapan dan “heavy end” karakterisasi berdasarkan T90, T95 dan titik didih akhir. Dalam studi studi modern, hanya pengaruh d

    tingkat didih atas yang diteliti karena kaitannya dengan emisi gas buang, sementara tingkat didih bawah memiliki range ya

    beragam.Bagaimanapun, apabila terlalu banyak bahan bakar pada “heavy end” akan menyebabkan “choking” dan kenaikan emisi g

    buang. Efek dari T95 pada emisi kendaraan telah dikaji oleh EPEFE, pengujian tersebut mengindikasikan bahwa emisi gas buang d

    mesin diesel beban berat tidak secara signifikan dipengaruhi oleh T59, namun kecenderungan NOx yang lebih rendah serta HC ya

    lebih tinggi sebagaimana telah dipelajari. 

    Lead, Pb (gr/l) RON Sulfur Distilation CetaneGas Station

    MASIH ADA KENDARAAN YANG TIDAK LOLOS UJI KIR DAN/ATAU UJI EMISI

    Menurut data UPTD Pengujian Kendaraan bermotor, Dinas Perhubungan jumlah kendaraan

    yang tidak lolos uji hanya sebagian kecil saja. Pada tahun 2006 hanya sebesar 1.109

    kendaraan dari 158,568 kendaraan dan pada tahun 2007 sebanyak 539 kendaraan dari

    158,632 kendaraan (grafik IV-16).

    Tabel 4.11 Jumlah kendaraan wajib uji dan realisasi 

    2006 (unit) 2007 (unit)No. Jenis Kendaraan

    Wajib Uji Realisasi Wajib Uji Realisasi

    1 Bus Umum

    Ukuran Besar 922 1,848 801 1,321

    Ukuran Sedang 131 270 87 206

    Ukuran Kecil 4,845 9,139 4,457 8,691

    2 Bus Bukan Umum 545 1,199 589 1,314

    3 Mobil Penumpang Umum 242 721 15 6

    4 Taksi 3,512 7,021 2,879 5,830

    5 Kendaraan Roda Tiga - - - -

    6 Pick up 36,263 67,860 34,818 70,254

    7 Truk Sedang 4,732 46,695 25,346 48,107

    8 Truk Berat 1,600 9,472 4,154 7,318

    9 Kereta Gandengan 3,126 5,881 1,407 3,041

    10 Kereta Tempelan 2,798 2,858 3,230 6,545

    11 Penarik (Tractor head) 85,378 5,604 2,986 5,999

    Jumlah 144,094 158,568 80,769 158,632

    Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya (UPTD PKB)

    Bab IV - 20 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    21/31

    1,109

    157,459

    539

    158,093

    0

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000100,000

    120,000

    140,000

    160,000

    JumlahKendaraan

    2006 2007

    Tahun Pengujian

    lulus

    tidak lulus

     

    Grafik 4.19 Kendaraan Wajib Uji Yang Tidak Lolos Uji

    Sumber : Dinas Perhubungan, 2007

    Kegiatan yang secara rutin dilakukan yaitu uji emisi gratis kepada masyarakat, baik mobil

    pribadi maupun kendaraan umum yang dilaksanakan berkat kerjasama antara Pemda Kota

    dengan kelompok masyarakat seperti Oto-point setiap 4 bulan sekali. Pelaksanaan program

    peningkatan kualitas udara perkotaan (Urban Air Quality Improvement) sebagai kerjasama

    antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Pemerintah Pusat (BAPPENAS). Adanya Forum

    Udara Bersih Kota Surabaya (FURBES) dengan berbagai kegiatan yang dilakukan secara

    bersama Pemda dan masyarakat sangat membantu Pemerintah Kota dalam hal peningkatan

    kualitas udara di Kota Surabaya.

    Tabel 4.12 Hasil Uji Emisi “Spotcheck” Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya  

    No. Deskrips i Satuan Jl. Kusuma Bangsa Jl.Raya Darmo Jl. Undaan Z_Kota

    1 Jumlah kendaraan keseluruhan Unit 735 573 295 1603

    2 Jumlah kendaraan lulus uji Unit 420 306 166 892

    3 Jumlah kendaraan tidak lulus uji Unit 315 267 129 711

    4 Jumlah kendaraan bensin Unit 485 432 174 1091

    4.1 Jumlah kendaraan bensin lulus uji Unit 337 273 138 748

    4.1.1 Jumlah kendaraan bensin (injeksi) lulus uji Unit 234 200 116 550

    4.1.2 Jumlah kendaraan bensin (karburator) lulus uji Unit 103 72 22 197

    4.2 Jumlah kendaraan bensin tidak lulus uji Unit 148 159 36 343

    4.2.1 Jumlah kendaraan bensin (injeksi) tidak lulus uji Unit 59 73 15 147

    4.2.2 Jumlah kendaraan bensin (karburator) tidak lulus uj Unit 89 86 21 196

    5 Jumlah kendaraan diesel Unit 250 141 121 512

    5.1 Jumlah kendaraan diesel lulus uji Unit 83 33 28 144

    5.2 Jumlah kendaraan diesel tidak lulus uji Unit 167 108 93 368

    6 Nilai opacity terendah % 0 0 0 0

    7 Nilai opacity tertinggi % 99.9 99.9 98.6 99.9

    8 Rata-rata opasitas % 75,754 20,37200704 34,4914966 43,53916788

    9 Total opasitas 18938,5 11571,3 10140,5 40650,3

    10 Nilai CO terendah % 0 0 0 0

    11 Nilai CO tertinggi % 86.37 15 9.372 86.37

    12 Rata-rata CO % 2,217269 1,477861888 0,82347457 1,506168512

    13 Total CO 1075,327 845,337 242,925 2163,589

    14 Nilai HC terendah ppm 0 0 0 0

    Bab IV - 21 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    22/31

    No. Deskrips i Satuan Jl. Kusuma Bangsa Jl.Raya Darmo Jl. Undaan Z_Kota

    15 Nilai HC tertinggi ppm 6219 3208 1455 6219

    16 Rata-rata HC ppm 312,6434 212,1105682 123,596067 216,1166828

    17 Total HC ppm 151632,1 121327,245 36460,84 309420,14

    18 Nilai CO2 terendah % 0 0 0 0

    19 Nilai CO2 tertinggi % 20 20,89 40,16 40,16

    20 Rata-rata CO2 % 11,40855 9,30506993 7,40335593 9,372324149

    21 Total CO2 5510,328 5322,5 2183,99 13016,818

    22 Tahun Produksi tertua tahun 1975 1966 1981 1966

    23 Tahun Produksi terbaru tahun 2007 2007 2007 2007

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    Jl. Kusuma Bangsa Jl.Raya Darmo Jl. Undaan

    Lokasi Uji Petik

       J  u  m   l  a   h   K  e  n   d  a  r  a  a  n

    Jumlah kendaraan tidak lulus uji

    Jumlah kendaraan lulus uji

     

    Sumber: Dinas Perhubungan

    Grafik 4.20 Hasil Uji Emisi “Spotcheck” Kendaraan Bermotor Di Kota Surabaya

    Sumber : Dinas Perhubungan

    Secara berkala Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan uji emisi gratis di beberapa ruas

     jalan, hasilnya tampak pada tabel dan grafik diatas.•  Masih ada kendaraan lama dan tua berada di jalan.

    •  Hasil jumlah kendaraan tidak lulus uji dan lulus uji hampir seimbang. Hal tersebutmenandakan tidak terawatnya kendaraan

    TINGKAT PELAYANAN JALAN

    Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia. Permasalahan transportasi di

    kota ini hampir sama dengan di DKI Jakarta, Bandung dan Medan. Keefektifan jaringan jalan

    di Kota Surabaya menjadi isu utama. Isu itu lebih dititikberatkan pada tingginya gangguan

    samping tinggi. Di beberapa titik terdapat permasalahan parkir on-street. Hampir sebagian

    besar jaringan jalan arteri primer di Surabaya sudah melampaui standar kapasitas dalam

    perundang-undangan. Hal ini telah memperparah kemacetan di jalan-jalan arteri Kota

    Surabaya. Salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah

    pengaturan waktu awal kegiatan (WAK). Pengaturan diterapkan antara jadwal masuk kerja

    kantor dengan jadwal masuk sekolah. Jadwal masuk sekolah lebih dahulu dibandingkan

    dengan jadwal masuk kerja kantor. Dengan program ini diharapkan kemacetan di waktu pagi

    bisa diatasi. Pola jaringan jalan utama di Surabaya pada dasarnya adalah berbentuk koridor

    linier yang menghubungkan kawasan utara dan selatan (Tanjung Perak-Waru).

    Bab IV - 22 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    23/31

     Namun saat ini telah terjadi pergeseran dari arah yang linear, cenderung berbentuk

    sistem radial - persegi panjang seiring dengan meningkatnya perkembangan pembangunan

    di kawasan barat - timur Surabaya serta meningkatnya penggunaan jalan tol Surabaya –

    Malang. Jaringan jalan yang ada sekarang ini pun belum dikembangkan seefektif mungkin

    untuk melayani setiap wilayah di Surabaya. Belum terbangunnya beberapa jaringan arteriprimer dan sekunder terutama yang berada di Surabaya bagian Timur telah mengurangi

    aksesibilitas dan mobilitas wilayah Surabaya Timur terutama ke Surabaya Selatan.

    Dalam rangka upaya penataan kota dengan orientasi memberikan lebih banyak lagi

    ruang untuk publik, Pemda Kota Surabaya sudah mulai membangun beberapa pedistrian,

    yaitu di Jl. Tunjungan, Jl. Basuki Rahmad, Jl. Urip Sumoharjo, Jln. Gubernur Suryo, Jln.

    Panglima Sudirman, dan Jln. Yos Sudarso. Aspek aksesibilitas, kenyamanan dan keleluasaan

    aktivitas menjadi beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pedestrian di

    pusat kota.

    Isu krusial lainnya yang muncul dalam penanganan masalah transportasi perkotaan

    selain kemacetan khususnya di Kota Surabaya adalah kelembagaan transportasi.

    Perencanaan transportasi seringkali dihambat oleh wilayah administrasi. Angkutan umum

    seringkali tidak efisien dalam pengangkutan di wilayah perbatasan. Untuk wilayah perkotaan

    hal ini menambah rumit ketidakefisienan atau tingginya operasi angkutan umum.

    Volume dan ketersediaan jaringan jalan merupakan beberapa faktor teknis penyebab

    kemacetan. Namun selain itu, faktor-faktor non teknis lainnya yang juga mempengaruhi

    timbulnya kemacetan diantaranya :

    •  Penyempitan lebar jalan karena parkir on-street atau pedagang kaki lima,

    •  Adanya arus keluar masuk dari suatu bangunan,

    •  Terjadinya gangguan samping yang tinggi akibat pemanfaatan lahan yang tidak

    semestinya (parkir off-street di beberapa titik pusat perdagangan dan jasa, tidak ada,

    angkot yang sering berhenti mendadak dan ngetem menunggu penumpang termasuk

    masalah yang cukup serius dalam mengurangi kapasitas jalan),

    •  Adanya pencampuran lalu lintas (mix traffic)

    Peranan jalan ini terkait dengan hirarki sistem jaringan yang harus disesuaikan dengan

    hirarki kegiatan kota baik sistem primer maupun sekunder. Kesenjangan antara

    pertumbuhan kendaraan dengan pertumbuhan jaringan jalan turut menurunkan kinerja

    lalu lintas Kota semakin lama semakin macet dan terakumulasi sepanjang tahun.

    Untuk melihat tingkat pelayanan jalan (mengukur kinerja baik buruknya pelayanan segmen

     jalan) di kota Surabaya dapat dilihat dari analisa bangkitan lalu lintas yang kemudian

    ditetapkan nilai derajat kejenuhan/Degree of Saturation  (DS) untuk masing-masing jalan

    tersebut. Derajat kejenuhan itu sendiri adalah perbandingan antara volume kendaraan dan

    kapasitas jalan, atau V/C ratio. Nilai ideal yang dianjurkan untuk DS segmen jalan dalam kota

    adalah tidak melebihi 0.75 (MKJI, 1997). Namun demikian nilai DS sampai dengan 0.80 untuk

    Bab IV - 23 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    24/31

    segmen jalan di kota-kota besar masih dapat ditolerir, karena pertumbuhan lalin di kota-kota

    besar relatif lebih tinggi. Hasil pengukuran sebagai berikut:

    Tabel 4.13 Tingkat Pelayanan Di Beberapa Ruas Jalan Tahun 2005 

    Nama Ruas Jalan Volume Kapasitas DS Tingkat(smp/jam) (smp/jam) Pelayanan

    Pakal 1,225 5,932 0.21

    Kedungdoro 2,338 9,288 0.25 BKenjeran 2,604 9,124 0.29

    Jemursari 3,392 9,250 0.37

    Kusuma Bangsa 3,250 8,744 0.37

    Kramat Gantung 2,050 5,489 0.37

    Rajawali 3,187 7,913 0.40

    Dupak 4,265 10,111 0.42

    Diponegoro 4,206 9,810 0.43

    Pahlawan 5,240 12,055 0.43

    Perak 4,737 10,183 0.47

    Indrapura 2,852 5,954 0.48 CDarmawangsa 2,966 6,105 0.49

    Oso Wilangun 1,610 3,293 0.49

    Ngagel 2,891 5,792 0.50

    Kertajaya 4,855 9,352 0.52

    HR. Muhammad 4,902 9,384 0.52

    Mastrip 1,516 2,770 0.55

    Prof. Dr. Moestopo 5,783 10,137 0.57

    Nginden 5,564 9,504 0.59

    Rungkut Industri 5,461 8,997 0.61

    Gresik 2,343 3,603 0.65

    Raya Rungkut 3,586 5,504 0.65

    Embong Malang 5,112 7,453 0.69

    Menganti 1,674 2,371 0.71

    Darmahusada 3,706 5,078 0.73

    Semarang 2,307 2,986 0.77

    Tunjungan 5,926 7,499 0.79 DBubutan 5,006 6,215 0.81

    Panglima Sudirman 6,965 8,234 0.85

    Gubeng 5,627 6,539 0.86 EMayjen Sungkono 7,690 8,744 0.88

     A. Yani (Polda) 8,757 9,742 0.90

    Gunungsari 5,003 5,483 0.91

    Wiyung 2,435 2,589 0.94

    Tandes 3,025 3,127 0.97

    Rungkut Menanggal 2,383 2,386 1.00

    Urip Sumoharjo 10,421 10,002 1.04

    Raya Wonokromo 9,724 9,181 1.06 F A. Yani (Waru) 11,034 9,742 1.13

    Sumber : Dinas Perhubungan, 2005

    Bab IV - 24 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    25/31

    Keterangan :

    TingkatPelayanan

     

    KaraktristikBatas

    Lingkup, V/Kecepatan,

    km/jam

     A :Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi dapatmemilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan 0.00-0.20 >58

    B : Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisilalin, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilihkecepatan

    0.20-0.44 56 – 46

    C : Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan,pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan 0.45-0.74 46 – 36

    D : Arus mendekati tidak stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraanmasih dikendalikan, V/C masih dapat dikendalikan 0.75-0.84 36 – 26

    E :Volume lalin mendekati/berada pada kapasitas, arus tidk stabil,kecepatan terkadang berhenti, 0.85-1.00 26 – 18

    F : Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah, volumediatas kapasitas, antrian panjang dan terjadi hambatan – hambatanbesar

    > 1.00 < 18

    Jalan-jalan di bawah ini dalam kategori Tingkat Pelayanan F dimana arus yang

    dipaksakan atau macet, kecepatan rendah, volume diatas kapasitas, antrian panjangdan terjadi hambatan – hambatan besar.

    Jl. Urip Sumoharjo Jl. Raya Wonokromo 

    Perbandingan kecepatan

    34.71   34.36   35.1

    21.9919.23 17.77

    47.01

    52.89

    63.54

    39.97   41.75  43.85

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    2005 2006 2007

           K

         e     c     e     p     a      t     a     n

    Kecepatan Rata ‐ R ata K ec epatan Minimum

    Kecepatan Maks imum K ec epatan pada P ersentil 85

     

    Hasil pegukuran derajad kejenuhan diatas dapat disimpulan bahwa Jl. Pangklima

    Sudirman, Gubeng, Mayjend Sungkono, A. Yani (Polda), Gunungsari, Jl. Raya wiyung, Jl.

    Raya Tandes, Jl. Rungkut Menanggal, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Raya Wonokromo, Jl. A,

    Yani (Waru) sudah harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Surabaya karena sudah

    mendekati tidak stabil sampai macet khususnya pada jam-jam sibuk.

    Kondisi lalu lintas yang padat/ macet berpotensi sebagai penyumbang gas pencemar

    Grafik 4.21 Perbandingan Kecepatan Dalam Kurun Waktu 2005 -2007

    Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    Bab IV - 25 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    26/31

     

    Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup 2007

    Kecepatan rata-rata berkendara di Surabaya banyak mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2005, dari 39,97 km/jam menjadi 43,85 km/jam. Peningkatan kecepatan yang signifikan

    ini disebabkan keberhasilan kota Surabaya dalam memperbaiki managemen lalu lintas yang

    ada. Kecepatan lalu lintas ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana prasarana jalan,

    lampu penerang, tempat pemberhentian kendaraan umum, dsb, seperti pada tabel IV-14.

    Tabel 4.14a Panjang dan lebar perkerasan jalan menurut status untuk 3 tahun terakhir  

    Tabel 4.14b Kondisi jalan pada tahun 2008

    2005 2006 2007

    No Status Panjang(Km)

    Lebar(m)

    Panjang(Km)

    Lebar(m)

    Panjang(Km)

    Lebar(m)

    Ket.

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

    1 Jalan Nasional 80,87 20-50 80,87 20-50 80,87 20-50

    2 Jalan Propinsi 18,57 12-15 18,57 12-15 18,57 12-15

    3 Jalan Kota 1.997,00 6-25 1.997,00 6-25 1.997,25 6-25

    Jumlah 2.096,44 2.096,44 2.096,44

    Sumber: Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

    Kondisi

    Baik Sedang RusakNo Status

    (Km) (%) (Km) (%) (Km) (%)

    1 Jalan Nasional 42,02 52 23,15 29 15,7 192 Jalan Propinsi 10,43 56 6,92 37 1,22 7

    3 Jalan Kabupaten/Kota 1.602,25 80 360 18 35 2

    Jumlah 1654,7 390,0 51,92

    Sumber: Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

    Tabel 4.14c Panjang jalan yang memiliki trotoar  

    No Status Dibutuhkan (Km) Terbangun (Km) Lebar rata-rata (Km) Keterangan

    1 Jalan Nasional 80,87 45,5 3

    2 Jalan Propinsi 18,57 10,92 3

    3 Jalan Kota 1.997,25 1.449,1 2,5 Kiri-kanan

    Jumlah rata-rata 2.096,69 1.555,52 2,83

    Bab IV - 26 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    27/31

    Sumber: Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

    Tabel 4.14d  Kondisi Trotoar  

    Kondisi

    Baik Sedang RusakNo StatusTinggi rata-rata

    (cm)(Km) (%) (Km) (%) (Km) (%)

    1 Jalan Nasional 25 31,85 70 9,10 20 4,55 10

    2 Jalan Propinsi 25 6,88 63 2,51 23 1,53 14

    3 Jalan Kota 25 1.111,93 74 359,78 24 27,38 2

    Sumber: Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya 

    Tabel 4.14e Realisasi jumlah rambu lalu lintas Kondisi

    No Status Dibutuhkan TerpasangBaik Rusak

    Keterangan

    1 Jalan Nasional 1.017 909 892 17

    2 Jalan Propinsi 270 266 242 24

    3 Jalan Kota 7.750 6.071 5.393 678

    Jumlah 9.037 7.246 6.527 719

    Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    Tabel 4.14f Panjang jalan yang membutuhkan marka 

    Kondisi

    No Status Dibutuhkan (km) Sudah dilengkapi (km)Baik/Jelas (% Sedang (%) Pudar (%)

    1 Jalan Nasional 88,95 55,80 70 20 10

    2 Jalan Propinsi 22,28 11,76 50 30 20

    3 Jalan Kabupaten/Kota 2.596,10 1.392,78 80 10 10

    Jumlah 2.707,33 1.460,34 200 60 40

    Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    Tabel 4.14g Lampu penerangan jalan yang dibutuhkan 

    No Status Dibutuhkan (titik lampu) Terpasang (titikl ampu)Berfungsi (titik

    lampu)

    (1) (2) (3) (4) (5)

    1 Jalan Nasional 2.150 2.150 2.150

    2 Jalan Propinsi 1.055 1.055 1.055

    3 Jalan Kabupaten/Kota 29.795 24.613 24.613

    Jumlah 33.000 27.818 27.818

    Catatan : Kebutuhan s/d tahun 2010Sumber: Dinas Pertamanan & Kebersihan Kota Surabaya dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    Ketersediaan Tempat Perhentian Angkutan Umum.

    Tabel 4.14h Ketersediaan tepat pemberhentian angkutan umum 

    Dengan bangunan :

    shelter/halte bus (buah)Tanpa bangunan :

    No Status

    Dibutuhkan Terpasang Dibutuhkan Terpasang

    1 Jalan Nasional 32 25 15 15

    2 Jalan Propinsi 14 10 9 7

    3 Jalan Kabupaten/Kota 25 18 9 7

    Jumlah 71 53 33 29

    Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    Bab IV - 27 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    28/31

     Tabel 4.14i Fasilitas Penyeberangan 

    No Fasilitas Dibutuhkan (buah) Terpasang (buah) Berfungs i (buah)

    1 Zebra cross 442 230 230

    2 Jembatan penyeberangan 37 19 19Jumlah 479 249 249

    Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya

    0

    20000000

    40000000

    60000000

    80000000

    100000000

    Debu SO2 Nitrogen Hidro-

    carbon

     CO CO2 CH4

    sumber tidak bergerak

    sumber bergerak

     

    3. Rekapitulasi Beban Pencemar

    Bila dilihat dari grafik di bawa ini, penyumbang terbesar pencemar udara masih pada sumber

    tidak bergerak.

    Grafik 4.22  Rekapitulasi Beban Pencemar Udara Di Surabaya

    Sumber : Hasil pengolahan

    4.3 PROGRAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA / RESPON

    4.3.1 Sumber Tidak Bergerak

    1. Pengendalian pencemaran melalui ijin gangguan,

    2. Monitoring kualitas udara baik sesaat maupun kontinyu (AQMS),

    3. Pengawasan terhadap industri-industri yang berpotensi mengeluarkan emisi,

    4. Penegakkan hukum lingkungan melalui Pos Pengaduan.

    4.3.2 Sumber Bergerak

    1. Perbaikan, pemeliharaan dan penambahan sarana prasarana jalan dan fasilitas

     jalan (Pembangunan frontage road dan fly over Wonokromo dan MERR IIC)

    2. Pemerintah Kota dan Polwiltabes Surabaya melakukan kanalisasi, kampanye

    safety riding, pembinaan keselamatan lalu lintas para relajar, penyuluhan dan

    kegiatan himbauan tertib lalu lintas, pembinaan dan pemilihan awak kendaraan

    umum teladan,

    3. Uji emisi kendaraan bermotor di jalan, operasi uji emisi gas buang, lomba,

    4. Managemen rekayasa lalu lintas dengan pengaturan waktu awal kegiatan (jam

    kerja dan sekolah),

    5. Rencana perbaikan angkutan umum/ masal (lihat BOX-2),6. Pembatasan usia kendaraan diatur dalam Perda 7 Tahun 2006,

    Bab IV - 28 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    29/31

    7. Tata guna lahan.

    BOX -2

    MONORAIL

    Kendaraan Angkutan Massal yang berjalan tunggal dengan lebar jalur

    yang lebih sempit daripada lebar badan kendaraan, jalur bisa melayang

    di permukaan tanah ataupun di bawah permukaan.

    Kelebihan 

    Konstruksi : Pelaksanaan mudah, masa konstruksi relatif cepat

    Estetika : Jalur tidak menutup total ruang bawahnya

    Lingkungan : Polusi rendah (Memakai tenaga listrik)

    Keamanan : Tidak ada persilangan dengan arus lalu-lintas

    Biaya : Lebih murah dibanding subway

    RUTE TAHAP 1

    Koridor Bundaran Waru – Perak

    Spesifikasi

    Kecepatan Maks : 80 Km/jam

    Kecepatan Rata – rata : 20 - 40 Km/jam

    Kapasitas Penumpang : 3000 - 3500 pnm/jam/arah

    Super Elevasi Maks : 12%

    Suspensi & Roda : Roda Pneumatic (roda karet berisi nitrogen)

    Sistem Rem : Rem Electropneumatic dengan Rem

    Regeneratif, kondisi darurat dengan Rem

    Pneumatic

    BUS RAPID TRANSIT

    DefinisiBus Rapid Transit adalah teknologi berbasis bis, pada umumnya beroperasi pada jalur khusyang sebidang dengan permukaan jalan yang ada, pada kondisi tertentu (persimpangan atapusat kota) yang diperlukan pemisahan elevasi, bus rapid transit dilewatkan terowongan ata

     jembatan.

    Tujuan 

    •  Meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan menggunakan suatu sistetransportasi yang aman, nyaman, dan handal

    •  Menciptakan sistem transportasi dengan jalur terpisah dari lalulintas umum untukemudahan aksesbilitas

    •  Menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang terjadwal dengan baik

    •  Meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang bus umu

    •  Meningkatkan pelayanan angkutan umum yang terintegrasi•  Menciptakan sistem transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi operator bu

    •  Menerapkan sistem pengumpulan pendapatan tiket yang efektif

    Rencana Koridor  Jalur tengah jaringan jalan kota surabaya yang direncanakan sebagai jalur Bus Rapid Transi

     Aloha - Bundaran Waru - A.Yani - Wonokromo - Raya Darmo - Urip Sumoharjo - BasukiRahmat - Embong Malang -Blauran - Bubutan - Indrapura - Perak Barat- Perak Timur -Rajawali - Veteran - Pahlawan - Gemblongan - Tunjungan - Gubernur Suryo - PanglimaSudirman - Urip Sumoharjo - Aloha

    Bab IV - 29 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    30/31

    Suara Kebisingan : 75 db KEC 80 Km/jam

    Headway Minimum : 12 menit

     Anal isa Perhi tun gan 

    Biaya Investasi 100% berasal dari Investor

    Biaya Investasi 100% berasal pinjaman dengan masa pengembalian 10

    tahun, sistem flat dan bunga 13% per tahun

    Investor hanya mengoperasikan, Infrastruktur & Rolling Stock dari

    Pemerintah

    Konsep PengoperasianBus Rapid Transit direncanakan beroperasi dengan sistem tertutup pada rute utama dan ruttambahan didesain untuk menggantikan seluruh trayek bis kota di jalur tengah

    Panjang koridor :40,7 KM

    Jumlah terminal :1 Unit

    Jumlah halte :47 Unit

    Jarak antar halte :500 M

    Jml JPO baru :17 Unit

    Perbaikan JPO lama :6 Unit

    Demand jam puncak pnp/jam/arah :3868

    Demand jam tdk puncak pnp/jam/arah :1627

    Jam operasional bus :5.30 - 21.30

    Kapasitas bus :85 pnp

    Headway :1,5-5 menit

    Waktu Sirkulasi :97,85 menit

    Kebutuhan bus

    Bab IV - 30 

  • 8/16/2019 slhd 4 bt.pdf

    31/31

      Jam sibuk :75 unit

    Jam tdk sibuk :32 unit

    Jumlah Armada :83 unit

    Sasaran demand yang direncanakan menggunakan bus rapid transit untuk koridor inimeliputi :

    •  Pengguna bis kota di rencana koridor bus rapid transit

    •  Pengguna angkot yang berimpit dengan rencana koridor bus rapid transit

    •  Pengguna kendaraan pribadi

    •  Pengguna motor