skrt 2004

62
LAPORAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 2004 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560 Telp. 021-4261088 Fax. 021-4243933 Website: www.litbang.depkes.go.id Email: [email protected] ISBN 979-8270-37-1

Upload: ichibal-craps

Post on 08-Feb-2016

100 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: skrt 2004

LAPORAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

2004

Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat 10560

Telp. 021-4261088 Fax. 021-4243933Website: www.litbang.depkes.go.id

Email: [email protected]

ISBN 979-8270-37-1

Page 2: skrt 2004

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya maka laporan ini dapat disusun. Terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua pegawai Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) yang telah bersama-sama melaksanakan kegiatan tahun 2004 dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Laporan ini merupakan kegiatan Badan Litbangkes tahun 2004 yang mendiskripsikan hasil kegiatan litbangkes, peningkatan kapasitas institusi dan penyebarluasan hasil litbangkes serta rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Laporan ini adalah wujud pertanggungjawaban Badan Litbangkes terhadap anggaran yang telah digunakan selama tahun 2004 untuk menunjang program pembangunan kesehatan sesuai Rencana Strategis (renstra) Badan Litbangkes 2003 – 2007. Menyadari keterbatasan yang ada, maka saran-saran untuk peningkatan kinerja dan penyempurnaan penyusunan laporan tahun mendatang sangat kami harapkan.

Jakarta, 12 Juli 2005

Kepala Badan Litbangkes

Dr. Dini Latief, MSc.

NIP 140 060 917

Page 3: skrt 2004

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii RINGKASAN EKSEKUTIF iii BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG B. VISI, MISI DAN TUJUAN C. PROGRAM DAN KEGIATAN D. SISTEMATIKA

1 1 2 3 4

BAB II PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

A. PEMBINAAN 1. Pembinaan litbangkes 2. Pembinaan etika penelitian kesehatan

B. PENCAPAIAN 1. Ringkasan hasil litbangkes bidang Pelayanan dan Teknologi

Kesehatan 2. Ringkasan hasil litbangkes bidang Pemberantasan Penyakit 3. Ringkasan hasil litbangkes bidang Ekologi Kesehatan 4. Ringkasan hasil litbangkes bidang Farmasi dan OT 5. Ringkasan hasil litbangkes bidang Gizi dan Makanan 6. Ringkasan hasil Surkesnas

5 5 5 6 9 14 17 19 22 25

BAB III PENINGKATAN KAPASITAN INSTITUSI

A. PENGEMBANGAN MANAJEMEN 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Evaluasi dan pelaporan

B. PENGEMBANGAN SDM 1. Tata usaha/perencanaan pegawai 2. Pengembangan pegawai 3. Mutasi pegawai

C. PENGEMBANGAN SARANA D. PENGEMBANGAN JARINGAN INFORMASI

1. Penyiapan infrastruktur jaringan komputer dan sistem informasi Iptek kesehatan

2. Peningkatan Pelayanan Perpustakaan 3. Profil Badan Litbangkes

27 27 27 28 28 28 32 34 34 35 35 37 38

BAB IV PENYEBARLUASAN HASIL LITBANGKES

1. Publikasi 2. Website 3. Perpustakaan 4. Simposium/seminar 5. Pameran

39 39 39 39 41

BAB V PEMBIAYAAN 42 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 46 BAB VII PENUTUP 48 LAMPIRAN

I. Judul litbangkes bersumber dana APBN tahun 2004 II. Judul penelitian/kegiatan bersumber dana dari bantuan tahun 2004

Page 4: skrt 2004

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (litbangkes) diarahkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Upaya peningkatan, pemantapan dan pemanfaatan hasil litbangkes dilandasi oleh UU no. 23/1992 tentang kesehatan pasal 69 ayat 1-4 yang mengatur kegiatan litbangkes; yang dijabarkan lebih lanjut dalam PP no. 39/1995 tentang litbangkes, dimana Pemerintah melalui Presiden memberikan wewenang kepada Menteri Kesehatan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan litbangkes yang dilakukan oleh penyelenggara litbang. Sesuai Peraturan Presiden no. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, program litbangkes merupakan salah satu program pembangunan kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan program litbangkes, Badan Litbangkes mengacu pada Kepmenkes no. 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI Badan Litbangkes mempunyai tugas melaksanakan litbang di bidang kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Litbangkes mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional serta gizi dan makanan;

b. Perumusan program litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional serta gizi dan makanan;

c. Pelaksanaan litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional, serta gizi dan makanan;

d. Pelaksanaan penyebaran hasil litbang; e. Evaluasi pelaksanaan litbang; f. Pelaksanaan administrasi Badan

Pelaksanaan program dan kegiatan Badan Litbangkes tahun 2004, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terlaksananya 125 litbangkes yang bersumber APBN, meliputi penelitian kompetitif,

non kompetitif, Risbinkes, dan Survei Kesehatan Nasional. Di samping dilaksanakan oleh Puslitbang, Balai dan Loka di lingkungan Badan Litbangkes, juga terdapat sebanyak 5 litbangkes yang dilaksanakan oleh 4 Dinas Kesehatan (Purworejo, Magelang, Banjarnegara dan Banjarmasin) dan 1 Perguruan Tinggi (FK Undip) melalui Risbinkes. Di samping kegiatan litbangkes yang dibiayai melalui APBN, Badan Litbangkes juga melaksanakan kegiatan litbangkes yang bersumber dana dari bantuan, antara lain WHO, ADB, World Bank, Uni Eropa. Orientasi pemanfaatan hasil penelitian tahun 2004, sebagian besar penelitian untuk masukan kebijakan dan program (57,6 %), Iptekkes (34,4%) dan HaKI (8%). Pencapaian laporan akhir dan abstrak sebagian besar telah mencapai 100% dan diperoleh 1 HaKI atas nama

Page 5: skrt 2004

iv

Drs. Suryana Purawisastra peneliti Puslitbang Gizi dan Makanan tentang Galaktomanan (Dietary fiber) yang diisolasi dari ampas kelapa. Galaktomanan bermanfaat untuk penyakit diabetes dan kolesterol.

2. Tersusunnya buku Rencana Program dan Kegiatan Litbangkes Tahun 2005; naskah

akademik: sistem litbangkes, perubahan status kelembagaan BPVRP menjadi Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BBVRP), penyesuaian BPGAKI dan BPTO; pemetaan laboratorium litbangkes; masterplan BPTO; dan Program Wisata Ilmiah litbangkes Ciamis.

3. Jumlah pegawai Badan Litbangkes sebanyak 1002 orang, sebagian besar golongan

III (58,7%) dan terkecil golongan I (1,3%). Menurut tingkat pendidikan komposisi pegawai Badan Litbangkes adalah 43% berpendidikan SLTA ke bawah; 22,9% % berpendidikan S1; 18,8 % berpendidikan S2 serta 3,7 % berpendidikan S3. Komposisi pegawai menurut jabatan adalah 29,5% fungsional peneliti, 10,3% fungsional teknisi litkayasadan 4,7% fungsional lainnya; 7,6% struktural; 48% staf. Perubahan status CPNS menjadi PNS selama tahun 2004 dilakukan terhadap 41 pegawai dan 184 pegawai mendapat kenaikan pangkat/golongan.

4. Jumlah pegawai yang berhenti sebanyak 26 pegawai, terdiri dari 21 orang usianya

yang sudah mencapai batas usia pensiun (BUP), 2 orang meninggal dunia dan 3 orang berhenti karena alasan lain. Ahli Peneliti Utama yang berumur > 55 tahun terdapat 16 orang dan pada tahun 2010 akan pensiun 13 orang.

5. Tugas belajar diberikan kepada 12 orang, terdiri dari 2 orang S1; 9 orang S2; dan 1

orang S3. Pegawai yang telah menyelesaikan tugas belajar pada tahun 2004 sebanyak 25 orang, terdiri dari 10 orang S1, dan 15 otang S2. Kegiatan peningkatan ketrampilan dan kemampuan juga dilakukan dengan menugaskan 55 orang pegawai mengikuti berbagai kursus/pelatihan.

6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana berupa perbaikan dan

pembangunan gedung perkantoran dan laboratorium, pengadaan perlengkapan perkantoran dan peralatan laboratorium. Di samping itu juga telah dilakukan pengembangan Museum Kesehatan di Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan.

7. Jaringan Badan Litbangkes: telah terpasang 204 nodes pengembangan Local Area

Network dengan peningkatan sambungan internet menjadi 64 KB/second. Badan Litbangkes akan menjadi host dari situs ASEAN Net, khusus untuk surveillance penyakit. Di samping memberikan layanan e-mail sebanyak 426 account, mailing list sebanyak 23, dan web hosting sebanyak 6 domain.

8. Jenis Pelayanan perpustakaan Badan Litbangkes meliputi pemindahan data base

hasil penelitian (elektronik katalogisasi), jumlah koleksi 2.615 judul, perekaman hasil penelitian dalam perpustakaan digital (digital library) sebanyak 2.257 entri, penelusuran hasil penelitian sebanyak 132 EDDS dan 1.228 CD ROM, pengadaan 41 buku, 15 jurnal ilmiah dan penambahan koleksi ilmiah lainnya berupa laporan penelitian sebanyak 167 judul.

Page 6: skrt 2004

v

9. Penyebarluasan hasil litbangkes dilaksanakan melalui publikasi cetak terbitan Badan Litbangkes atau jurnal-jurnal ilmiah lainnya baik dalam negeri maupun luar negeri, melalui website, dan pertemuan ilmiah serta pameran.

10. Peningkatan kapasitas institusi memperoleh proporsi anggaran terbesar (66,26%)

dari total anggaran Badan Litbang Kesehatan. Proporsi anggaran terkecil pada program penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes yakni 2,18%. Proporsi alokasi anggaran Badan Litbangkes terhadap Alokasi anggaran Depkes pada tahun 2004 sebesar 0,86%. Anggaran Badan Litbangkes menunjukkan kenaikan dibanding tahun sebelumnya dan tahun 2004 mengalami kenaikan anggaran sebesar 45,04% dibanding tahun 2003.

Upaya peningkatan capaian pada pelaksanaan program dan kegiatan Badan Litbangkes tahun mendatang direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Proporsi orientasi pemanfaatan hasil litbangkes agar lebih diarahkan kepada

implikasi kebijakan program pembangunan kesehatan dan HaKI, karena Badan Litbangkes sebagai lembaga Litbang Departemen harus bersifat client oriented dan berorientasi penemuan baru.

2. Perlu disusun agenda litbangkes yang lebih terarah dan strategis untuk membantu

memecahkan masalah kesehatan (client oriented research activities) dan mendukung percepatan tercapainya kesepakatan global (MDGs).

3. Mengikutsertakan stakeholders mulai dari perencanaan, penyusunan proposal

sampai dengan pemanfaatan hasil litbangkes. 4. Jangka waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan kebutuhan client, artinya

lama penelitian tidak harus 1 tahun anggaran. Contoh: survey cepat selama 3-4 bulan (quick yielding) dan penelitian berkelanjutan namun proposalnya telah disusun lengkap sejak tahun pertama (multi years).

5. Dengan diberlakukannya desentralisasi, Badan Litbangkes perlu lebih berperan

dalam penyusunan standar dan pedoman, sebagai fasilitator dan pendamping-an/asistensi.

6. Perencanaan pengembangan pegawai agar lebih terstruktur dan terarah sesuai

dengan demand side (client: program, masyarakat dan industri) and supply side (provider: Badan Litbangkes, Biro Kepegawaian Depkes).

7. Perlu disusun konsep kepakaran litbangkes, untuk memenuhi perkembangan

iptekkes. 8. Perlu disusun manajemen kegiatan litbangkes bersumber dana bantuan, termasuk

mekanisme sistem monitoring dan evaluasi.

Page 7: skrt 2004

vi

9. Perlu peningkatan alokasi anggaran pada program penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes karena hal ini ini merupakan core business yang harus dilaksanakan lebih intensif.

10. Perlu perencanaan pengembangan laboratorium terpadu, termasuk manajemen,

peralatan dan kapasitas SDM untuk diarahkan pada perolehan suatu hasil penelitian yang sahih dan mempunyai nilai akurasi yang tinggi serta pengakuan secara nasional dan internasional melalui akreditasi laboratorium.

Page 8: skrt 2004

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (litbangkes) diarahkan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Upaya peningkatan, pemantapan dan pemanfaatan hasil litbangkes dilandasi oleh UU no. 23/1992 tentang kesehatan pasal 69 ayat 1-4 yang mengatur kegiatan litbangkes; yang dijabarkan lebih lanjut dalam PP no. 39/1995 tentang litbangkes, dimana Pemerintah melalui Presiden memberikan wewenang kepada Menteri Kesehatan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan litbangkes yang dilakukan oleh penyelenggara litbang. Kepmenkes no. 1179a/1999 tentang Kebijakan Nasional Litbangkes (Jaknas litbangkes) dinyatakan bahwa Badan Litbangkes sebagai fasilitator pemberdayaan seluruh potensi litbangkes yang dilaksanakan melalui pengintegrasian kegiatan dan kerjasama litbangkes sehingga terjadi sinergi dan potensiasi untuk menghasilkan iptek kesehatan yang tepat guna dan dapat dimanfaatkan sebagai dasar penetapan kebijakan (evidence based policy). Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, peran Badan Litbangkes menjadi semakin kompleks, yaitu bertanggungjawab dalam pengembangan dan pemberdayaan kapasitas litbangkes daerah. Hal ini seperti dimaksudkan dalam UU no. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 217 yang menyatakan bahwa pembinaan merupakan tugas pemerintah pusat; dan Kepmenkes no. 004/2000 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan pada langkah kunci 29 mengenai fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan Litbangkes di Provinsi/Kabupaten/Kota. Sesuai Peraturan Presiden no. 7/2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009, program litbangkes merupakan salah satu program pembangunan kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Mengacu pada Kepmenkes no. 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan RI Badan Litbangkes mempunyai tugas melaksanakan litbang di bidang kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Litbangkes mempunyai fungsi sebagai berikut.

a. Perumusan kebijakan litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional serta gizi dan makanan;

b. Perumusan program litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional serta gizi dan makanan;

c. Pelaksanaan litbang di bidang pelayanan dan teknologi kesehatan, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional, serta gizi dan makanan;

Page 9: skrt 2004

2

d. Pelaksanaan penyebaran hasil litbang; e. Evaluasi pelaksanaan litbang; f. Pelaksanaan administrasi Badan

Pengorganisasian Badan Litbangkes mengacu pada Kepmenkes no. 1277/SK/Menkes /XI/2001 tanggal 27 Nopember 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depkes, kepmenkes no. 556/Menkes/SK/VI/2002 tanggal 7 Juni 2002 tentang UPT Balai di lingkungan Badan Litbangkes dan Kepmenkes no. 1406/Menkes/SK/IX/2003 tentang Pelembagaan Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (Loka Litbang P2B2). Dari ketiga dasar tersebut dirumuskan susunan organisasi Badan Litbangkes terdiri dari :

a. Sekretariat Badan; b. Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Pelayanan dan Teknologi

Kesehatan; c. Puslitbang Pemberantasan Penyakit; d. Puslitbang Ekologi Kesehatan; e. Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional; f. Piuslitbang Gizi dan Makanan; g. Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit; h. Balai Penelitian Tanaman Obat; i. Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium; j. Loka Litbang P2B2 Baturaja; k. Loka Litbang P2B2Ciamis; l. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara; m. Loka Litbang P2B2Tanah Bumbu; n. Loka Litbang P2B2 Donggala; o. Loka Litbang P2B2 Waikabubak

Berdasarkan hal-hal di atas, Badan Litbangkes telah menyusun Rencana Strategi (Renstra) Badan Litbangkes tahun 2003-2007 yang didalamnya memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Program dan Kegiatan. Renstra ini dimaksudkan kegiatan untuk mengarahkan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sehingga manajemen secara keseluruhan berjalan efektif, efisien dan akuntabel.

B. VISI, MISI, DAN TUJUAN Visi Menjadi Institusi Unggulan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Misi: 1. Peningkatan pelaksanaan litbangkes strategis 2. Peningkatan peran dan fungsi litbangkes 3. Peningkatan profesionalisme litbangkes Tujuan: Tujuan umum: dihasilkannya informasi Iptekkes untuk menunjang informasi kesehatan

Page 10: skrt 2004

3

Tujuan khusus: 1. Dihasilkannya litbangkes terapan yang menunjang pembangunan kesehatan dii

bidang a) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakatak, b) lingkungan sehat, c) upaya kesehatan masyarakat, d) upaya kesehatan perorangan, e) pencegahan dan pemberantasan penyakit, f) gizi masyarakat, g) sumber daya kesehatan, h) obat dan perbekalan kesehatan, dan i) kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.

2. Dihasilkannya naskah kebijakan (policy paper) dari hasil-hasil litbangkes sebagai masukan kebijakan pembangunan kesehatan

3. Dihasilkannya dan dilaksanakannya Sistem Litbangkes Nasional di Daerah. C. PROGRAM DAN KEGIATAN 1. Program

a. Peningkatan peran litbangkes dalam perumusan kebijakan pembangunan kesehatan

b. Pengembangan manajemen litbangkes c. Peningkatan jumlah dan mutu SDM serta fasilitas litbangkes d. Pengembangan dan pembinaan jaringan kemitraan litbangkes yang

memfasilitasi penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes 2. Kegiatan

a. Melakukan litbangkes yang berskala regional, nasional, global di bidang yantekkes, pemberantasan penyakit, ekologi kesehatan, farmasi dan obat tradisional serta gizi dan makanan yang bertujuan untuk pengembangan iptek, menunjang perumusan kebijakan dan berorientasi HaKI

b. Melakukan pembinaan riset c. Melakukan studi kebijakan d. Melaksanakan Surkesnas e. Melaksanakan survei cepat f. Merencanakan, monitoring dan mengevaluasi program g. Melaksanakan pelayanan kerumahtanggaan h. Melaksanakan pelayanan ketatausahaan i. Menyusun prosedur j. Penguatan sentra HaKI k. Pengembangan SDM l. Pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana m. Pengembangan dan pemeliharaan jaringan informasi iptek n. Promosi hasil litbangkes o. Pengembangan dan pemeliharaan perpustakaan p. Potensiasi dan sinergisme forum kerjasama/kemitraan ilmiah

Page 11: skrt 2004

4

D. SISTEMATIKA Sistematika penulisan Laporan Badan Litbangkes Tahun 2004 sebagai berikut: Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Daftar Isi BAB I: Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, visi, misi, tujuan, program, kegiatan dan sistematika. BAB II Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, membahas tentang pembinaan dan pencapaian pelaksanaan penelitian dan pengembangan BAB III Peningkatan Kapasitas Institusi, membahas pelaksanaan pengembangan SDM, fasilitas, jaringan, dan evaluasi. BAB IV Penyebarluasan Hasil Litbangkes, membahas kegiatan penyebarluasan hasil litbangkes. BAB V Pembiayaan, membahas pembiayaan yang berkaitan dengan pelaksanaan litbangkes, peningkatan kapasitas institusi, dan penyebarluasan hasil litbangkes. BAB VI Kesimpulan dan Rekomendasi, menyimpulkan rangkaian kegiatan Badan Litbangkes tahun 2004 dan rekomendasi sebagai acuan penyusunan kegiatan tahun berikutnya. BAB VII Penutup

Page 12: skrt 2004

5

BAB II PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

Kegiatan litbangkes menghasilkan data dan informasi ilmiah diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata berupa teknologi dan metode yang memudahkan para pengambil keputusan untuk merencanakan berbagai program dan menyusun kebijakan terkait dengan penyelesaian masalah-masalah kesehatan prioritas, sekaligus mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi dalam rangka meningkatkan cakupan program. Disamping itu litbangkes juga diharapkan dapat menghasilkan data dan informasi untuk pengembangan iptekkes maupun untuk diarahan pada perolehan HaKI.

Berikut di bawah ini akan diuraikan mengenai proses pembinaan, dan pencapaian kegiatan litbangkes yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes pada tahun 2004. A. PEMBINAAN 1. Pembinaan Litbangkes

Dalam rangka menjaga mutu penelitian sesuai dengan kaidah ilmiah, maka dilakukan pembinaan oleh Kelompok Program Penelitian (KPP), Panitia Pembina Ilmiah (PPI) pada tingkat Puslitbang dan Komisi Ilmiah (KI) Badan Litbangkes. Keputusan persetujuan proposal untuk diusulkan pembiayaannya menjadi wewenang PPI Puslitbang. Pertimbangan keputusan tersebut berdasarkan pada revelansi, metodologi dan kelayakan. Penelitian yang disetujui tidak secara otomatis dibiayai tergantung ketersediaan anggaran, namun bila masih relevan penelitian tersebut dapat dibiayai pada tahun berikutnya. Jumlah litbangkes yang telah disetujui PPI dan dapat dibiayai tahun 2004 sebanyak 50 litbangkes.

Badan litbangkes juga melaksanakan Riset Pembinaan Kesehatan (Risbinkes). Risbinkes pada awalnya untuk peningkatan kapasitas litbangkes di Badan Litbangkes dan institusi kesehatan daerah. Pada saat ini Risbinkes lebih difokuskan pada kegiatan untuk mendukung peningkatan kapasitas dan kemampuan daerah dalam litbangkes guna mendukung pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan daerah. Pada tahun 2004 Badan Litbangkes melaksanakan 24 Risbinkes.

2. Pembinaan Etika Penelitian

Komisi Etik Penelitian Kesehatan dibentuk untuk menekankan pentingnya harkat manusia dalam penelitian. Persetujuan etik dimaksudkan untuk memberikan kepastian perlindungan bagi subyek penelitian, dan bagi peneliti akan mencegah pelanggaran HAM dan UU Kesehatan. Kegiatan Komisi Etik Penelitian Kesehatan yang sudah dilakukan antara lain berupa:

a. Pemberian persetujuan etik penelitian. Selama tahun 2004 Komisi Etik Penelitian Kesehatan menerima 97 permohonan persetujuan etik penelitian dan yang disetujui sebanyak 56 penelitian.

Page 13: skrt 2004

6

b. Sinkronisasi dengan Komisi Ilmiah dan PPI Puslitbang, dalam menfasilitasi Ethical Clearence (EC), pencairan pembiayaan (tidak akan dibiayai penelitian apabila belum ada EC).

B. PENCAPAIAN Selama tahun 2004, Badan Litbangkes telah melaksanakan 125 litbangkes yang bersumber APBN, meliputi penelitian kompetitif, non kompetitif, Risbinkes, dan Survei Kesehatan Nasional. Di samping dilaksanakan oleh Puslitbang, Balai dan Loka di lingkungan Badan Litbangkes, juga terdapat sebanyak 5 litbangkes yang dilaksanakan oleh 4 Dinas Kesehatan (Purworejo, Magelang, Banjarnegara dan Banjarmasin) dan 1 Perguruan Tinggi (FK Undip) melalui Risbinkes. Judul penelitian seperti terlihat pada lampiran I. Jumah litbangkes yang bersumber APBN menurut unit kerja pada tahun 2004, sebagai berikut:

Tabel 1 Jumlah litbangkes yang bersumber APBN menurut Unit Kerja

Tahun 2004

Jumlah penelitian

Unit Kerja

Kom

pett

if

Non

K

omp

etit

if

Ris

bin

kes

Surv

ei

Kes

ehat

an

Nas

ion

al

1. Badan Litbangkes - - - 1 1 2. Puslitbang Yantekkes 13 6 2 - 21 3. Puslitbang Pemb. Penyakit 12 10 2 - 24 4. Puslitbang Ekokes 8 9 2 - 19 5. Puslitbang FOT 8 4 2 - 14 6. Puslitbang GM 9 7 2 - 18 7. BPVRP - 3 1 - 4 8. BPTO - 4 1 - 5 9. BP GAKI - 2 1 - 3 10. Loka Litbang P2B2 Baturaja - 1 1 - 2 11. Loka Litbang P2B2 Ciamis - 1 1 - 2 12. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara - 1 1 - 2 13. Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu - 1 1 - 2 14. Loka Litbang P2B2 Donggala - 1 1 - 2 15. Loka Litbang P2B2 Waikabubak - - 1 - 1 16. Dinas Kesehatan - - 4 - 4 17. Perguruan Tinggi - - 1 - 1

Jumlah 50 50 24 1 125

Litbangkes kompetitif merupakan litbangkes berorientasi kebijakan yang proses penilaian maupun skoring oleh PPI Puslitbang dan pembiayaannya melalui DIP (pembangunan), sedangkan non kompetitif merupakan litbangkes pembinaan dan prioritas unit pelaksana yang pembiayaannya melalui DIK (rutin). Risbinkes

Page 14: skrt 2004

7

ditekankan pada pembinaan litbang iptekkes bagi peneliti yunior di lingkungan Badan Litbangkes, unit pelaksana teknis (upt) Depkes RI atau Pemerintah Daerah melalui pendekatan kemitraan dan sinergisme yang pembiayaannya melalui DIP. Surkesnas merupakan survei berkala yang terintegrasi dengan survei lain (Susenas, SDKI) untuk mengumpulkan data kesehatan dengan lingkup nasional yang diintegrasikan satu sama lain dalam berbagai aspek, untuk mendapatkan informasi kesehatan secara optimal yang pembiayaannya melalui DIP. Di samping kegiatan litbangkes yang dibiayai melalui APBN, Badan Litbangkes juga melaksanakan kegiatan litbangkes yang bersumber dana dari bantuan, antara lain WHO, ADB, World Bank, Uni Eropa. Ruang lingkup substansi kegiatan litbangkes dengan dana bantuan seperti terlihat pada lampiran II. Berdasarkan judul litbangkes yang dilaksanakan pada tahun 2004, apabila dikelompokkan berdasarkan orientasi tujuan pemanfaatan hasil litbangkes, sebagai berikut:

Tabel 2 Jumlah Penelitian menurut Unit Pelaksana dan Orientasi Pemanfaatan Hasil

Litbangkes, Tahun 2004 Jumlah Litbangkes Menurut Orientasi

No Unit Kerja Kebijak

an Iptekkes HaKI

1. Badan Litbangkes 1 - - 1 2. Puslitbang Yantekkes 16 5 - 21 3. Puslitbang Pemb. Penyakit 14 8 2 24 4. Puslitbang Ekokes 17 2 19 5. Puslitbang FOT 4 4 6 14 6. Puslitbang GM 7 11 - 18 7. BPVRP 2 2 - 4 8. BPTO - 3 2 5 9. BP GAKI 1 2 - 3 10. Loka Litbang P2B2 Baturaja 1 1 - 2 11. Loka Litbang P2B2 Ciamis 1 1 - 2 12. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara 1 1 - 2 13. Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu 1 1 - 2 14. Loka Litbang P2B2 Donggala 1 1 - 2 15. Loka Litbang P2B2 Waikabubak 1 - - 1 16. Dinas Kesehatan 4 - - 4 17. Perguruan Tinggi - 1 - 1

Jumlah 72 43 10 125

Pada tabel 2 terlihat bahwa orientasi pemanfaatan hasil penelitian tahun 2004 menunjukkan sebagian besar penelitian berorientasi untuk masukan kebijakan dan program (57,6 %), berorientasi Iptekkes (34,4%) dan HaKI (8%).

Page 15: skrt 2004

8

57.6, 58%34.4, 34%

8, 8%

Gambar 1. Proporsi orientasi pemanfaatan hasil litbangkes

Berdasarkan Renstra Badan Litbangkes 2003 – 2007, salah satu sasaran untuk mengukur keberhasilan litbangkes adalah orientasi pemanfaatan hasil litbangkes dengan proporsi 70% berimplikasi kebijakan, 20% Iptekkes, dan 10% HaKI. Data tersebut menggambarkan bahwa orientasi pemanfaatan masih belum sesuai sasaran. Realisasi pencapaian litbangkes tahun 2004 berdasarkan outputs, sebagai berikut:

Tabel 3 Realisasi Pencapaian Output Litbangkes

Tahun 2004 Realisasi No Unit Kerja Jumlah

litbangkes Laporan Abstrak Keterangan

1 Badan Litbangkes 1 1 (100%) 1 (100%) 2 Puslitbang Yantekkes 21 21 (100%) 21

(100%)

3 Puslitbang Pemb. Penyakit 24 20 (83,3%) 20 (83,3%)

4 lit. masih dlm analisis data

4 Puslitbang Ekokes 19 18 (94,7% 18 (94,7%

1 lit. lanjutan

5 Puslitbang FOT 14 12 (85,7%) 12 (85,7%)

2 lit. masih dlm analisis data

6 Puslitbang GM 18 18 (100%) 18 (100%)

7 BPVRP 4 4 (100%) 4 (100%) 8 BPTO 5 5 (100%) 5 (100%) 9 BP GAKI 3 3 (100%) 3 (100%) 10 Loka Litbang P2B2 Baturaja 2 2 (100%) 2 (100%) 11 Loka Litbang P2B2 Ciamis 2 2 (100%) 2 (100%) 12 Loka Litbang P2B2 Banjarnegara 2 2 (100%) 2 (100%) 13 Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu 2 2 (100%) 2 (100%) 14 Loka Litbang P2B2 Donggala 2 2 (100%) 2 (100%) 15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak 1 1 (100%) 1 (100%) 16 Dinas Kesehatan 4 4 (100%) 4 (100%)

17 Perguruan Tinggi 1 1 (100%) 1 (100%)

Jumlah 125 120 (95,2%)

120 (95,2%)

Berdasarkan tabel 3 diperoleh gambaran bahwa pencapaian laporan akhir sebagian besar telah mencapai 100%.

Kebijakan

HaKI

Iptekkes

Page 16: skrt 2004

9

Ringkasan hasil litbangkes tahun 2004, sebagai berikut : 1. Bidang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan a. Evaluasi

Setelah dilakukan pelatihan kemampuan manajerial Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan di Kab/Kota dalam era desentralisasi tahap 4 dari Kirkpatrick di daerah dengan peserta dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Ternyata dapat menambahkan keahlian baru bagi peserta dari pelatihan tetapi tidak menghasilkan perilaku baru. Ini berarti belum terjadi peningkatan kemampuan SDM dalam enterpreunership sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Evaluasi terhadap paket/upaya peningkatan kapabilitas pembiayaan dan penganggaran Bidang Kesehatan dalam rangka Otonomi Daerah (Tahap III: Tahap Implementasi dan Evaluasi), memperlihatkan bahwa ternyata pengertian evaluasi implementasi adalah penyusunan anggaran berbasis kinerja applicable, willingness, ommitted, available, dan puas. Sedangkan penghitungan District Health Account (DHA) dianggap kurang apllicable, committed, kurang tersedia data keuangan dan karyawan kurang puas. Ketepatan penyelenggaraan akuntansi sangat kurang (14%) dan efektivitas manajemen anggaran hanya 49%. Efektifitas pemanfaatan dokter dan paramedis perawatan dalam melaksanakan program-program Puskesmas masih rendah yaitu antara 44% - 63% saja, sedangkan sisanya dapat dikatakan tidak efektif. Waktu tidak efektif dokter sebesar 41%, perawat sebesar 33% dan bidan sebesar 43% dari waktu kerjanya. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan tenaga pada program Puskesmas adalah budaya kejujuran, kompensasi langsung, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik, budaya kejujuran, budaya kretifitas dan reward yang berupa penghargaan.

b. Analisis kebijakan Efektifitas Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK—GAKIN) dalam Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (KPS-BBM) Bidang Kesehatan, menunjukkan bahwa pelaksanaan trias manajemen (kepesertaan, pemeliharaan kesehatan, keuangan) secara prosedural sudah memenuhi perawatan dan non perawatan. Sustainability program JPK GAKIN sustainable dan kontribusi dana untuk GAKIN dari Pemkab cukup besar, efektiftas (effectiveness) penyelenggaraan relatif efektif tetapi dari aspek efisiensi bahwa pelayanan kesehatan di Rembang dan Lombok Barat adalah efisien, sedangkan di Pati sangat tidak efisien. Biaya (cost) penunjang medik dan tindakan medik peserta JPK GAKIN sepenuhnya menjadi beban pengelola (Bapel/Satpel), sedangkan biaya obat-obatan ada yang menjadi tanggungan GAKIN sendiri, yang sangat memberatkan peserta. Utilisasi pelayanan kesehatan di PPK oleh GAKIN tidak bisa memenuhi target yang telah ditetapkan. Akuntabilitas (accountability) pelaksanaan JPK GAKIN dapat dikatakan accountable, pengetahuan personil tentang JPK Gakin masih kurang dan tingkat kepuasan (satisfaction) peserta dan personil relatif sudah cukup baik, walaupun harus ada upaya perbaikan dalam penyelenggaraannya.

Page 17: skrt 2004

10

Dari analisis Beban Penyakit (Burden of Disease) dan Umur Harapan Hidup (Healthy Life Expectancy), Perkiraan Nasional dan Perkiraan Tujuh Kawasan di Indonesia dengan metode Global Burden Of Disease (GDB) yang dikembangkan oleh WHO Geneva. Menunjukkan bahwa Umur Harapan Hidup (UHH) pada usia 0 tahun untuk laki-laki adalah 61 tahun, untuk wanita 65 tahun dan untuk laki-laki dan wanita 63 tahun. Perhitungan Healthy Life Expectancy (HALE) untuk Indonesia yang dianggap sebagai Summary Measures of Population Health menunjukkan pada usia 0 tahun: untuk laki-laki 34 tahun; untuk wanita 29 tahun dan untuk gabungan laki-laki dan wanita 35 tahun. Estimasi beban penyakit nasional dengan metode DALY: Disability Adjusted Life Years (DALYs) yang hilang secara nasional pada tahun 2001 sebesar 50 juta, terdiri dari 27 juta pada laki-laki dan pada wanita 24 juta. Bila diperkirakan penghasilan keluarga per tahun adalah US$ 210 maka total kerugian mencapai US$ 10 milyar. Pada kelompok penyakit menular, kelainan maternal dan perinatal: 22 juta DALYs hilang; kelompok penyakit yang tidak menular: 20 juta DALYs yang hilang dan pada kelompok trauma/injury: 6 juta DALYs hilang. Urutan beban penyakit terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan bawah, kecelakaan lalu lintas, asphyxia dan trauma ketika lahir, tuberkulosis paru, kecelakaan tenggelam, penyakit kelamin kecuali HIV, Kurang Kalori Protein (KKP), stroke, berat bayi lahir rendah, diare. Secara kawasan, perhitungan DALYs hilang menunjukkan hasil sebagai berikut DKI Jakarta 2 juta, Banten dan Jawa Barat 8 juta, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta 8 juta, Jawa Timur dan Bali 8 juta, Sumatra 9 juta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan 3 juta dan Indonesia Timur lainnya 6 juta. Pada kebutuhan kesehatan dasar masyarakat pasca gawat darurat kompleks dalam memampukan sistem kesehatan Indonesia pada wilayah spesifik, ternyata tidak tersedia sistem pelayanan kesehatan yang spesifik dari sektor publik khususnya untuk para pengungsi yang telah sekian lama di wilayah penelitian. Pengungsi merupakan urusan di tingkat pusat dan belum menjadi urusan daerah walaupun yang mengalaminya adalah daerah. Desentralisasi yang baru mulai berjalan dan belum ada pola atau bentuk yang kira-kira sesuai dengan keberadaan masing-masing daerah berdasarkan lokal spesifik wilayah tersebut. Kebijakan dari pusat belum terintegrasi dan belum tersosialisasi sampai ke daerah-daerah menerima kedatangan pengungsi.

c. Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat melalui penumbuhkembangan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat miskin di pedesaan dalam rangka Making Pregnancy Safer (MPS). Ternyata menunjukkan bahwa pemberdayaan Dukun, Posyandu dan Polindes, pemberdayaan Pos Obat Desa/Warung Obat Desa oleh bidan desa menurut tokoh masyarakat dan pamong yang belum terlalu dirasakan oleh masyarakat. Pertolongan persalinan biasanya dilakukan oleh bidan desa di rumah ibu hamil. Biaya persalinan rata-rata adalah Rp.152.000 tetapi ada 47% yang gratis. Pemeriksaan ibu nifas sebagian besar dilakukan di Polindes (42%) dan Posyandu (33%) dengan pemeriksaan rata-rata Rp.7.000 dan ada yang gratis atas beban JPSBK atau PKPS BBM Bidang Kesehatan. Pengaruh pemberdayaan peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam meningkatkan lingkungan sehat di beberapa desa, mempunyai permasalahan

Page 18: skrt 2004

11

pokok, di daerah Pacitan adalah sulitnya mendapatkan air bersih, di Jombang masih banyak masyarakat membuang air besar di sungai. Sedangkan permasalahan pokok di Bondowoso adalah sampah kotoran hewan. BPD di ketiga daerah tersebut belum berperan seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat karena belum adanya job description yang menyangkut tugas dan fungsi, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan, dan pembentukkan BPD yang masih relatif baru.

d. Model Telah dibuat model pembinaan pengecer obat tradisional terkait dengan penyalahgunaan bahan kimia berkhasiat obat (Studi Kasus di 2 Kota Provinsi Jawa Tengah dan 2 Kota/Kab. Provinsi Jawa Timur). Ternyata sektor kesehatan dan non kesehatan belum memberikan pembinaan kepada pengecer. Dinas Kesehatan dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) sudah melakukan penyuluhan, namun belum terkoordinasi. Model pembinaan untuk pengecer dan konsumen secara terpadu melibatkan berbagai sektor yang potensial dan berkepentingan dalam hal perlindungan kepada masyarakat yaitu sektor kesehatan (Dinas Kesehatan, BBPOM) maupun sektor non kesehatan (Dinas Perindustrian, Gabungan Pengusaha Jamu serta Industri Jamu). Selain itu telah dibuat model pengukuran kinerja tenaga kesehatan di RSUD Dr. Soetomo dengan point value berdasarkan tugas, fungsi, dan jabatannya. Ternyata uraian tugas bidang dan instalasi di RS. Dr. Soedono Madiun telah dituangkan dalam SK Direktur tetapi pencapaiannya masih kurang/rendah. Model Pengukuran Kinerja yang diusulkan : f(PK+PD+KP+PN+AP) dimana PK= prestasi kerja; PD= produktifitas; KP= kepedulian; PN= pelanggaran; AP= apel. PD = ∑ ( BI i x PR I)/N dimana PD= Produktifitas; BI= Bobot Item Uraian Tugas, PR = Peringkat Item Uraian Tugas (Skor Peringkat), N= Jumlah Item Uraian Tugas. Penilaian kinerja dengan point value merupakan penilaian kinerja individu dan tepat digunakan bila ingin menghindari subyektifitas dan mengoptimalkan objektifitas. Setelah dilakukan pengembangan kapasitas advokasi sektor kesehatan dalam rangka otonomi daerah, didapatkan bahwa para peserta peserta mampu mengerti akan langkah-langkah penyusunan indikator keberhasilan pembangunan kesehatan daerahnya. Diharapkan pemahaman ini dapat digunakan pada saat penyusunan rencana strategis dengan memanfatkan indikator-indikator dari sistem pencatatan dan pelaporan rutin ataupun survey berbasiskan masyarakat (Surkesda). Juga telah dikembangkan model kemitraan dalam Komite Kesehatan Kabupaten/Kota (District Health Committee) sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat di Bidang Kesehatan. Kesimpulannya, organisasi-organisasi swadaya masyarakat, LSM, profesi kesehatan, perguruan tinggi dan stake holder menyadari perlunya kemitraan dalam wadah organisasi semacam DHC dengan Dinkes Kab/Kota, tetapi pembentukan DHC sedang berproses. Kecuali di Bojonegoro belum ada niat untuk membentuk DHC. Di Lombok Barat sudah pernah terjadi kerja sama dalam penyuluhan kesehatan antara Koalisi sehat

Page 19: skrt 2004

12

Lombok Barat dengan Dinkes Kabupaten, dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat (di Lombok Barat) dan meningkatkan kesehatan lingkungan di dalam masyarakat (di Magetan). Melalui model peningkatan kinerja Puskesmas di daerah terpencil, didapatkan bahwa pada umumnya petugas Puskesmas merasa puas terhadap kinerja Puskesmas mereka, kecuali untuk kinerja program TB, PHBS dan TTU/TTM dan program ANC mereka belum puas oleh karena belum tercapainya target yang ditetapkan oleh kabupaten. Penetapan target oleh Kabupaten dirasakan terlalu tinggi. Penderita TB dan ibu balita (imunisasi bayi) telah merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Belum ada Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelayanan TB paru dan kurangnya keterampilan petugas dalam berkomunikasi. Kerjasama lintas program antar petugas Puskesmas masih kurang optimal. Lokakarya lintas program jarang dilaksanakan secara teratur. Belum adanya upaya secara terencana dan sistematis untuk mengatasi masalah rendahnya kinerja program TB, PHBS, TTU/TTM. Dengan dikembangkan model peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal dan persalinan oleh keluarga miskin di pedesaan, maka tingkat pengetahuan keluarga miskin tentang perawatan kehamilan dan persalinan aman masih rendah dan sikap responden cenderung kurang tepat tentang perawatan kehamilan dan persalinan. Belum adanya standar prosedur pelayanan antenatal termasuk pemenuhan hak ibu hamil sehingga kualitas pelayanan antenatal masih belum optimal. Supervisi dan bimbingan teknis yang dilakukan oleh Dinkes Kab/Kota masih terfokus pada aspek administrasi dan keuangan, belum banyak dilakukan supervisi dan bimbingan teknis pada aspek teknis pelayanan antenatal. Jumlah ibu hamil Gakin yang memanfaatkan pelayanan antenatal (K4) dan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah. Sebagian ibu masih cenderung bersalin pada dukun. Pencatatan dan pelaporan pelayanan antenatal masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri di bidang kesehatan tekah diteliti Pos Obat Desa di beberapa desa. Ternyata perlu meningkatkan pengetahuan masyarakat/kader tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan, dan meningkatkan ketrampilan masyarakat/kader dalam mengenal keluhan dan mengobati penyakit ringan secara sederhana. Telah dilakukan analisis pengembangan sentra penelitian dan pengembangan kesehatan reproduksi di Puslitbang Yantekkes. Ternyata Sentra Litbang Kesehatan Reproduksi Puslitbang Yantekkes layak untuk dikembangkan lebih lanjut dengan harapan mempercepat berfungsinya Sentra Kesehatan Reproduksi seperti yang diharapkan oleh para stakeholder terkait. Uji coba pengembangan sistem pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, menunjukkan bahwa permasalahan utama adalah regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan disahkan oleh Legislatif. Tarif retribusi pengunjung berkisar Rp.3.000, tapi proporsi yang harus dikembalikan ke kas daerah berbeda. Program Gakin berjalan dan bahkan sangat membantu Puskesmas untuk biaya operasional,

Page 20: skrt 2004

13

adanya rencana penerapan JPKM menimbulkan kekuatiran Puskesmas kesulitan pencairan dana dari Badan Pelaksana. Sebagian besar dana berasal dari Pusat kecuali Balikpapan ada 2,5% dari APBD dialokasikan untuk penanganan Gakin. Telah dilakukan eksplorasi pola pencarian pertolongan persalinan kemitraan Bidan dan Dukun dalam upaya peningkatan pelayanan kehamilan dan pertolongan persalinan dan bentuk kemitraannya. Ternyata masyarakat masih kuat menjalankan adat istiadat setempat terutama yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Dukun sebagai tokoh kunci dalam peran tersebut ternyata masih dibutuhkan terutama untuk kegiatan ritual dan sebagai pengganti bila bidan tidak ada di tempat. Biaya untuk penyelenggaraan ritual atau selamatan cukup besar sekitar 2—3 kali dari biaya yang dikeluarkan ibu selama masa kehamilan dan persalinan. Kerja sama yang ada antara bidan dan dukun dalam pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dapat dimanfaatkan sebagai suatu model pelayanan. Telah dikembangkan model upaya promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui kemitraan antara Puskesmas dan Sekolah Dasar (SD). Puskesmas dan SD bersedia melakukan kemitraan dalam promosi PHBS. Kemitraan dilakukan dalam bentuk materi penyuluhan dimana penyuluh adalah guru dan materi penyuluhan disiapkan oleh Puskesmas. Tidak ada perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku karena materi yang diberikan sebagian besar sudah diajarkan di sekolah.

2. Bidang Pemberantasan Penyakit a. Kumpulan abstrak

Telah dibuat buku kumpulan abstrak penelitian pemberantasan penyakit yang meliputi penyakit tular vektor dan tular langsung dengan total abstrak 326 judul meliputi berbagai jenis penyakit. Data dikumpulkan dari intern Badan Litbang Kesehatan juga dari institusi lain seperti Perguruan Tinggi, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dan Perpustakaan di berbagai daerah. Kumpulan abstrak disusun secara alfabetis berdasarkan subyek dan berpedoman pada buku Medical Subyect Headings National of Library Medicine Bethesda Maryland yang lazim digunakan untuk penelusuran.

b. Penyakit menular

Keberhasilan pelaksanaan program pemberantasan ISPA/ pneumonia dipengaruhi oleh tingkat kegiatan provider di Puskesmas dan kader kesehatan di masyarakat. Di Kabupaten Bengkulu Utara angka kesakitan ISPA 3,69/1000 anak, tingkat kegiatan provider 22,4% dan kegiatan kader 57% sangat efektif, sedangkan di Kabupaten Pontianak angka kesakitan ISPA 12,09/1000 anak dengan tingkat kegiatan provider 12,8% dan angka kegiatan kader hanya 38,4%.

Dalam rangka identifikasi genotip virus campak perlu dilakukan isolasi, kualitas sampel urin tidak dipengaruhi oleh frekuensi pengambilan, tetapi dipengaruhi oleh ketepatan waktu saat pengambilan sampel Waktu pengambilan yang terbaik adalah di atas 3 hari dan di antara 4-6 hari setelah timbulnya rash.

Page 21: skrt 2004

14

Telah diketahui empat jenis genotip virus campak liar yang beredar di Indonesia (G2, G3, G4 dan D9), sedang vaksin yang dipakai adalah CAM-70.. Hasil penelitian membuktikan bahwa vaksin CAM-70 cukup protektif terhadap genotip virus campak G2, G3 dan D4, kecuali untuk genotip D9 vaksin CAM-70 tidak dapat menetralisir virus D9. Kejadian Luar Biasa Difteri disebabkan karena banyak masyarakat yang belum mempunyai kekebalan terhadap difteri sehingga perlu dipertimbangkan pemberian booster imunisasi difteri dengan vaksin Td pada anak remaja terutama pada daerah yang sering terjadi KLB difteri, mengingat status imunisasi DPT primer lengkap saat bayi masih kecil. Ujicoba vaksin polio injeksi (IPV) pada anak di Yogyakarta memperlihatkan bahwa pemberian IPV pada anak dengan satu kali pemberian sudah memberikan serokonversi yang baik (>90%) dan tidak menunjukkan efek samping yang membahayakan. Guna mengenali parasit malaria dengan menampilkan variasi bentuk dan warna perlu menggunakan aplikasi komputer metode citra digital. Pada tahun 2004 dihasilkan citra digital semua jenis plasmodium malaria juga stadium aseksual dan seksual yang ada pada darah hapus tetapi belum dapat memenuhi baku standart gambar citra karena adanya beberapa kendala yang ditemukan seperti: sediaan darah hapus dengan hasil yang tidak standart, kekuatan cahaya lampu mikroskop yang tidak seragam, sehingga gambar citra digital memiliki rentang baku yang besar dan menyulitkan membuat warna dasar baku. Dengue Shock Syndrome (DSS) pada pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dipengaruhi faktor gizi, jumlah trombosit dan keterlambatan berobat. Sehingga perlu dilakukan penerangan dan penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat agar segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat jika anak mengalami gejala panas tinggi diikuti dengan faktor-faktor tersebut diatas.

c. Kejadian luar biasa (KLB)

Hasil investigasi KLB Avian Flue pada masyarakat yang kontak dengan ayam/ternak yang terserang virus Avian Flue tahun 2004 di 8 provinsi menunjukkan bahwa virus H5N1 belum menginfeksi manusia karena semua sampel setelah diperiksa secara serologi maupun PCR memberikan hasil negatif. Dalam rangka pengendalian KLB malaria dengan intensifikasi penemuan dan pengobatan penderita melalui peran serta kader ternyata masih ditemukan beberapa kendala, namun demikian peran serta kader dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif masyarakat sehingga dapat menurunkan kesakitan malaria serta mencegah terjadinya KLB malaria. Penanggulangan penyakit emerging memerlukan Pengembangan Kerjasama Laboratorium. Dari pengumpulan data melelui mail questionairre diperoleh informasi bahwa kerjasama akan dapat berjalan dengan baik jika terjadi koordinasi lintas laboratorium dari unit-unit terkait, karena masing-masing

Page 22: skrt 2004

15

laboratorium sebetulnya mempunyai sumber daya manusia dan peralatan yang memadai namun alokasi anggarannnya berbeda-beda sehinggga harus disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing laboratorium.

d. Penyakit Tidak Menular

Kejadian Recurrent Aphthae Stomatitis (RAS) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umumnya penderita RAS mempunyai kadar hormon progresteron lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang menderita RAS. Pada dasarnya pengetahuan dan sikap penderita hipertensi di Kelurahan Abadijaya, Depok sudah baik, tetapi belum ditunjang dengan perilaku pasien yang tercermin seperti takut periksa tensi, tidak taat minum obat. Dokter umum dapat melakukan pemeriksaan gigi dan mulut sama dengan dokter gigi dan perawat gigi, namun kurang memahami tentang missing (M) filling (F) dan kelainan dentofasiv. Pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi dan mulut sudah cukup baik, namun dalam praktek pemeliharaan gigi dan mulut masih kurang. Pencegahan terjadinya kasus carpal tunnel syndrome pada tenaga kerja perlu diatasi dengan suatu model. Model penyuluhan pada tenaga kerja di perusahaan garmen dalam paling baik adalah model tatap muka baik dengan buku maupun tanpa buku, karena dapat meningkatkan pengetahuan terhadap gerakan biomekanik dan praktek terhadap carpal tunnel syndrome Kondisi obesitas pada seseorang yang didasarkan pada hasil pengukuran nilai Indek Masa Tumbuh (IMT) > 30 tidak berisiko terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 maupun tetap Toleransi Glukosa Terganggu (TGT). Obesitas abdominal berdasarkan nilai rasio pinggang terhadap pinggul memberikan risiko DM Tipe 2 maupun tetap TGT. Intervensi terhadap obesitas abdominal memberikan kontribusi paling besar untuk mencegah terjadinya DM Tipe 2. Data tentang berbagai kebijakan yang ada dalam upaya surveilans, pencegahan, penanggulangan dan penatalaksanaan pengobatan lima penyakit tidak menular utama belum banyak diketahui. Pada analisis kebijakan sebagian besar provinsi belum memiliki kebijakan tertulis. Kebijakan pencegahan PTM yang ada sebagian besar hanya berupa kesepakatan-kesepakatan dari unit yang berbeda, keterbatasan sumber dana dan sumber daya, serta belum ada anggaran khusus untuk pencegahan PTM, kecelakaan dan penyakit jiwa belum menjadi prioritas bagi pelaksanaan program di beberapa daerah. Hewan percobaan (tikus dan mencit) di laboratorium percobaan Puslitbang Pemberantasan Penyakit mempunyai berat badan dan hematologis sudah memenuhi standar, namun pada histopatologis sebagian masih ditemukan kerusakan organ dan masih ditemukan ekto dan endoparasit pada beberapa hewan coba.

Page 23: skrt 2004

16

3. Bidang Ekologi Kesehatan a. Model

Pengembangan model pengendalian penyakit berbasis lingkungan melalui pendekatan kota sehat terlihat adanya respon positif di bidang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama dalam hal kepemilikan jamban melalui intervensi pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan PHAST.

b. Kajian

Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko penyakit Lupus eritematosus sistemik di Jakarta, Bekasi, Depok dan Tangerang mempunyai karakteristik kebanyakkan penderita lupus adalah wanita, didominasi suku Jawa dan tidak bekerja namun berpendidikan tinggi.

c. Biologi lingkungan

Dinamika Transmisi Virus Dengue di daerah endemik DBD di Kab. Tangerang menghasilkan Angka jentik House Indeks sebagai faktor risiko transmisi virus Dengue yang cukup tinggi, sementara persepsi, pengetahuan serta perilaku tentang DBD pada masyarakat setempat masih rendah.

d. Entomologi

Perubahan waktu perkembangan sekecil apapun, dapat merubah laju pertambahan populasi dari spesies nyamuk An. Farauti dan An. Acoitus di laboratorium entomologi.

e. Perilaku

Persepsi bidan desa terhadap peran, tugas dan fungsinya menunjukkan sudah terjadi pergeseran tugas dan fungsi bidan di daerah Kabupaten Tangerang, dimana selain bertugas sebagai penolong persalinan, periksa hamil dan immunisasi ternyata banyak diantara bidan bi desa membuka praktek swasta di sore hari dengan melaksanakan pengobatan. Sehingga masih perlu dilakukan pendekatan serta peningkatan pembinaan oleh instansi terkait, khususnya kasus bidan di desa, dan umumnya kepada masyarakat umum dalam bidang pengetahuan dan perilaku hidup sehat (PHBS), cara pengelolaan dan pengolahan makanan jajanan, dan sanitasi restoran, serta menggalakkan sumberdaya di masyarakat dalam kaitannya dengan ikut berperanserta serta menjalin kemitraan dalam melaksanakan program kesehatan dalam pemberantasan malaria.

f. Vektor malaria

Nyamuk An. maculatus dan An. balabacensis di desa Kalirejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai karakteristik tempat perindukan berbeda, meskipun keduanya dapat ditemukan pada tempat yang sama. Jumlah tempat peridukan cenderung meningkat pada saat pertengahan dan akhir musim kemarau, yaitu kubakan-kubakan yang terdapat pada sungai-sungai yang banyak air menggenang dan mempunyai aliran air kecil. Keberhasilan penangkapan (trapsuccess) terhadap tikus huma Rattus exulans di kebun Akar wangi (Vetiveria zizanosoides) mengalami penurunan. Juga

Page 24: skrt 2004

17

terjadi penurunan indeks umum pinjal daerah perlakuan sebesar 44% selama 3 bulan, setelah partisipasi masyarakat dengan koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan dalam pengendalian vektor pes dengan pipa pralon berinsektisida. Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) didapatkan : fauna nyamuk di Desa Kalitengkek: An. aconitus, An. maculatus dan An. balabacensis. Koleksi jentik diperoleh jentik An. balabacensis, An. maculatus dan Culex spp serta diketahui bahwa daerah endemis malaria berada di sekitar sungai musiman.

g. Bionomik malaria

Suspected vektor di Desa Langkapjaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi adalah Anopheles aconitus, sedangkan tempat perindukan vektor potensial (TPP) berupa aliran sungai serta sawah. Di Desa Tegal Rejo di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan yang merupakan daerah endemik malaria, ditemukan tempat perindukan di sawah, kolam ikan dan comberan. Proporsi nyamuk anopheles yang tertangkap setelah aplikasi insektisida mengalami penurunan 38%. Man Bitting Rate (MBR) atau rata-rata menggigit dari nyamuk anopheles menurun 2,6 sebelum aplikasi insektisida menjadi 1,6 setelah aplikasi insektisida. Anopheles vagus merupakan spesies anopheles yang dominan mengalami penurunan 38% setelah insektisida. MBR rata-rata An. vagus menurun dari 2,3 sebelum aplikasi insektisida menjadi 1,4 setelah aplikasi insektisida. Di Desa Waingapu Kec. Sumba Barat, faktor risiko dalam penularan malaria adalah nyamuk tersangka vektor, kondisi lingkungan, sikap, dan praktek masyarakat.

4. Bidang Farmasi dan Obat Tradisional a. Kajian

Sebagai sumber informasi untuk masyarakat ilmiah dan dunia usaha telah dilakukan inventarisasi hasil penelitian tanaman obat yang berasal dari berbagai institusi penelitian termasuk Perguruan Tinggi di Indonesia. Kesimpulannya, kajian sistematis dan strategis potensi tanaman obat dapat dibuat dengan memuat 9 indikasi terpilih yaitu pegal linu, anemia, diabetes, diare, hepatitis, hipertensi, hiperlipidemia, kecacingan dan urolithiasis. Terdapat 33 tanaman terpilih yang berpotensi untuk dikembangkan berdasarkan indikasi yang sesuai.

b. Model

Kecenderungan untuk melakukan pelayanan prima di apotek cukup besar, terutama jika didukung oleh peraturan-perundangan yang kondusif serta kesempatan peningkatan kualitas SDM di apotek. Hasil survei pada tahun 2004 mengenai MDR TB Paru di Kabupaten dan Kota Pekalongan, yang diharapkan dapat menjadi sentinel untuk uji resistensi dan

Page 25: skrt 2004

18

memprediksi angka MDR TBC paru di kabupaten/kota lainnya dengan karakteristik serupa Pekalongan. Menunjukkan bahwa proporsi angka MDR di kabupaten dan kota Pekalongan relative masih rendah untuk Kabupaten (2,1%) dan 4,3% untuk kota Pekalongan. Secara keseluruhan proporsi angka MDR di kedua wilayah adalah 2,7%. Angka MDR TBC paru diperoleh dari survey ini berdasarkan pedoman WHO (2003) dapat dikatakan sebagai angka MDR paru mewakili kedua wilayah survey tersebut di atas (health facility based) karena berasal dari semua Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di Kabupaten dan Kota Pekalongan.

c. Tanaman Obat Intervensi teknologi pasca panen yang tepat pada cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) dapat menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri dari buah cabe jawa yang diblanching maksimum 0,97%, diperoleh pada perlakuan panen pagi hari, dengan pengeringan oven dan tanpa penyimpanan (0 bulan). Untuk kadar minyak atsiri buah cabe jawa non blanching maksimum (1,02%) diperoleh pada panen pagi hari, dengan pengeringan sinar matahari langsung dan setelah disimpan 4 bulan. Terhadap angka jamur, simplisia yang disimpan sampai dengan 2 bulan masih berada dalam batas yang ditoleransikan, sedang untuk angka kuman (ALT/Angka Lempeng Total) sampai dengan 4 bulan dalam penyimpanan. Herba hasil panen tanaman Artemisia annua L menunjukkan kadar artemisininnya sangat kecil. Jadi kombinasi perlakuan budidaya tidak tepat. Pertumbuhan dan produksi Talinum paniculatum Gaertn tertinggi diperoleh pada pemberian kalium 4 g/tanaman dan tanpa perlakuan naungan, sedangkan rendemen ekstrak total tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian 6 gr/tanaman dan tanpa perlakuan naungan. Ternyata rendemen ekstrak total kalus dari semua perlakuan yang dicobakan lebih rendah dari rendemen ekstrak total daun purwoceng sedangkan kandungan golongan kimia kalus relatif sama dengan yang terdapat pada daun Purwoceng. Setelah dilakukan standarisasi cabe Jawa (Piper retrofractum vahl.) melalui pemilihan kultivar unggul dari beberapa sentra produksi (tahap I). Didapatkan bahwa respon pertumbuhan selama masa pembibitan terbaik ditunjukkan oleh bibit cabe jawa asal Madura, dimana saat bibit berumur 6 bulan di lapangan telah mencapai tinggi rata-rata 33,17 cm, jumlah daun rata-rata 18,33, jumlah cabang rata-rata 2,42 dan diameter batang rata-rata 0,238 mm. Setelah dilakukan standarisasi terhadap benalu alpukat (scurulla artropurpurea (bl.) Dans.). ternyata bahwa flavonoid yang terdapat pada benalu alpukat (Scurulla artropurpurea (Bl.) Dans.) dapat digunakan sebagai senyawa penanda dalam rangka standarisasinya.

c. Keamanan

Penggunaan dosis daun sembung sampai 100 mg/100 g BB yang diberikan pada tikus percobaan secara oral selama 104 hari, tidak menyebabkan

Page 26: skrt 2004

19

keracunan organ penting tikus dan tidak ada perubahan hematology dan biokimia darah tikus. Telah diperoleh nilai rentang standarisasi simplisia dan ekstrak dari ketiga daerah tempat tumbuh. Uji toksisitas sub kronik kembang sungsang (Gloriosa superba L) dosis 21,50 mg dan 14,75 mg/100 g BB apabila dibandingkan dengan akuades tidak menunjukkan perbedaan, baik pada pemeriksaan hematologi serum darah, hispatologi organ-organ paru, jantung, hati, ginjal, lambung, usus, maupun biokimia darah. Pada uji mutagen sampai dengan 2000 µl/lempeng tidak menunjukkan sifat mutagen, dari hasil fitokimia didapatkan kadar alkaloid sebesar 0,2%.

Makin meluasnya penggunaan tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) oleh masyarakat untuk berbagai penyakit dari ringan sampai yang berat, terutama penyakit degeneratif perlu didukung data keamanan penggunaannya. Setelah dilakukan uji toksisitas sub kronis dan uji mutagenitas dari ekstrak buah mahkota dewa, ternyata secara umum pemberian jangka panjang ekstrak mahkota dewa tidak mengindikasikan adanya kelainan ginjal dan hati, juga tidak menunjukkan kelainan patologis pada organ-organ tubuh, kecuali terdapat kelainan patologis pada lambung yang pulih kembali setelah masa Recovery. Hal ini didukung pula dengan hasil pengujian mutagenitas, tidak mengindikasikan terjadinya mutagenitas akibat pemberian ekstrak mahkota dewa.

Telah dilakukan pemeriksaan cemaran pestisida dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari dalam upaya penetapan BMR (Batas Maksimum Residu). Komoditi yang ditetapkan dalam pemeriksaan ini adalah beras import, beras local, cabe keriting dan cabe besar yang berasal dari 3 pasar tradisional di Cianjur, Semarang dan Surabaya. Ternyata, berdasarkan perhitungan BMR sesuai dengan konsumsi beras dan cabe berdasarkan data BPS nilainya sangat rendah bila dibandingkan dengan BMR standar (RSNI).

5. Bidang Gizi dan Makanan a. Gizi buruk

Pencapaian pertumbuhan linear dan status pubertas remaja (10-17 tahun) dengan riwayat gizi buruk dan pernah memperoleh paket pemulihan di Klinik Gizi P3GM saat usia batita. Ternyata hanya sekitar 30% remaja yang dapat mencapai pertumbuhan linear normal. Rata rata usia menarche dan wet-dream remaja kasus sedikit lebih tinggi dibanding dengan pembanding. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar anak gizi buruk yang mengikuti paket pemulihan gizi buruk di Klinik Gizi P3GM menunjukkan persentase anak yang berada dibawah jalur pertumbuhan menurun pada akhir penelitian. Perkembangan motorik kasar anak gizi buruk dan gizi baik tidak jauh berbeda pada akhir penelitian. Faktor risiko kurang gizi pada lanjut usia (> 60 tahun) di daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Serang. Ternyata risiko kurang gizi pada usia lanjut di pedesaan lebih besar dibanding di perkotaan.

Page 27: skrt 2004

20

b. Anemia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada bayi usia 2, 3 dan 4 bulan yang berpengaruh pada kadar hemoglobin bayi adalah: umur bayi, tinggi badan ibu, asupan protein ibu, kadar zat besi ASI, persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran, nafsu makan makan bayi, dan berat lahir. Selain itu ternyata hubungan status anemia ibu menyusui bayi berumur 2-4 bulan dengan kadar zat besi dalam air susu ibu (ASI) menunjukkan hubungan yang nyata antara kadar Hb, feritin dan konsumsi zat besi dengan kadar zat besi ASI.

c. Gaky

Dampak suplementasi pil besi dan selenium terhadap status iodium wanita usia subur (WUS) di daerah endemik GAKY tidak memperlihatkan perbedaan bermakna rata rata kadar Hb, nilai median hormon T4 dan nilai median kadar selenium serum setelah 16 minggu intervensi. Kelompok pil besi + selenium mengalami kenaikan kadar T4 tertinggi. Kelompok besi mengalami kenaikan kadar Hb tertinggi, kelompok plasebo turun. Persentase anemia turun pada kelompok pil besi + selenium dan pil besi, masing-masing sebesar 6,5% dan 9,7%. Hubungan kontrasepsi hormonal dengan nilai TSH dan T4 pada wanita usia subur (WUS) di daerah gondok endemik, tidak memperlihatkan perbedaan kadar TSH antara pengguna kontrasepsi hormonal dgn non hormonal. Terdapat perbedaan kadar T4 yang bermakna antara pengguna kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Tidak ditemukan perbedaan kadar TSH dan T4 antara pengguna kontrasepsi hormonal pil dengan suntik. Ditemukan hubungan yang bermakna antara pengguna konstrasepsi hormonal dengan kadar hormonal tiroksin (T4). Dampak pemberian makanan tambaban pada balita Kurang Energi Protein (KEP) dengan hambatan perkembangan sosial memperlihatkan terdapatnya perbedaan berat badan awal dan akhir yang mengalami kenaikan dan memberikan perubahan status gizi yang meningkat serta kemajuan perkembangan balita melalui pemeriksaan perkembangan sosial. Pemberian stimulasi kognitif kepada anak-anak dengan hambatan belajar di daerah endemik dapat meningkatkan pemrosesan kognitif anak, terutama aspek kemampuan koordinasi visual motorik. Untuk mengetahui dampak terapi laser puncture pada anak dengan hambatan tumbuh kembang telah dilakukan penelitian di daerah gondok endemik. Ternyata terapi laser puncture dapat memperbaiki perkembangan motorik dan perkembangan bicara. Laser puncture dapat digunakan sebagai alternatif terapi untuk anak dengan gangguan motorik dan bicara di daerah gondok endemik.

Page 28: skrt 2004

21

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemantauan indikator GAKY telah dilakukan penelitian pengembangan surveilans sentinel GAKY dengan indikator UIE pada kelompok rawan. Kelompok ibu hamil merupakan sentinel yang layak untuk dipantau. Kadar UIE, di daerah dengan TGR tertinggi jika dikehendaki untuk sebagai indikator yang melengkapi penilaian keberhasilan program.

d. Fisiologi

Guna mengetahui keseimbangan energi dan komposisi tubuh pekerja dengan jenis pekerjaan berbeda telah dilakukan penelitian pada pekerja ringan dan pekerja berat. Perhitungan jumlah asupan energi dan energi yang digunakan menunjukkan baik pekerja ringan maupun pekerja berat mempunyai keseimbangan negatif atau defisit energi dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kompoisisi tubuh kedua kelompok pekerja.

e. Teknologi pangan

Makanan formula olahan hasil laut dalam meningkatkan respon daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi hewan coba kurang gizi, memperlihatkan bahwa formula jagung-cucut, ubi-tongkol dan pisang-ikan kwee menghasilkan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya tahan tubuh dibandingkan formula dengan ikan pari. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa Garam Ca-Omega-3 menghasilkan tikus yang lebih lincah dan cepat mencari makanan, dengan kandungan DHA otak yang lebih tinggi. Keamanan produk ini terlihat tidak menyebabkan kelainan pada hati dan ginjal. Produk garam Ca-Omega-3 dapat digunakan sebagai fortifikan pada makanan anak untuk meningkatkan mutu DHA. Dalam rangka melengkapi Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) telah dilakkan analisis zat gizi bahan makanan untuk melengkapi yang telah beredar selama ini. Ternyata perlu dilakukan penyempurnaan dalam pengelompokkan bahan makanan serta jenis zat gizi yang dianalisis. Juga perlu kesepakatan tentang format, jenis makanan, dan zat gizi yang dianalisis sehingga dapat disusun DKBM nasional. Dalam bidang teknologi makanan juga dilakukan pengujian pengaruh perbedaan proses pengolahan di industri minyak kelapa terhadap potensi limbah ampas kelapa sebagai bahan baku produksi galaktomanan. Ternyata kualitas isolat galaktomanan bungkil warna lebih coklat. Sifat kimia dan fisik lainnya tidak jauh berbeda dengan yang dihasilkan dari ampas kelapa.

f. Model

Sistem Informasi Pemantauan Status Gizi (SI PSG) di Tingkat Kelurahan dapat dikembangkan berdasarkan kajian entitas, liveware, software hardware dan koordinasi sistem. Kelurahan dapat dijadikan entitas proses jika hardware dan software tersedia. Software yang dikembangkan berupa desain prototype sesuai dengan kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi yaitu : perkembangan balita dan keadaan status gizi balita.

Page 29: skrt 2004

22

6. Survei Kesehatan Nasional Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 merupakan bagian dari Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) yang melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara, pengukuran dan pemeriksaan contoh darah. Responden yang diwawancarai meliputi 10.000 responden kelompok umur 15 tahun atau lebih dari 1 anggota rumah tangga dengan menggunakan Tabel Kish, sedangkan untuk pengukuran dan pemeriksaan contoh darah dilakukan pada seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga terpilih. Survei ini terintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dalam keranka sampling dan instrumen yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil SKRT 2004 dituangkan dalam seri: i) rancangan survei; ii) sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan dan sistem pelayanan kesehatan; iii) sudut pandang masyarakat mengenai keterbatasan dalam kegiatan sehari-hari, pekerja kesehatan, penanganan malaria, pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko; dan iv) tingkat dan pola kematian. Data kesehatan dalam bentuk terbatas juga dikumpulkan pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Untuk mengoptimalkan dukungan berbagai survei dengan lingkup nasional (SKRT, Susenas, dan SDKI) sejak tahun 2001 dikembangkan Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) yang merupakan upaya memadukan berbagai survei mengumpulkan data kesehatan dengan lingkup nasional, untuk menukung kebutuhan informasi kesehatan secara optimal. Disain survei bersifat potong lintang, dilakukan dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Sampel SKRT 2004 merupakan sub sampel modul Susenas 2004 yang menggunakan sampling frame BPS dan mencakup seluruh provinsi Indonesia. Untuk SKRT 2004 dipilih sekitar 10.000 rumah tangga sebagai sub sampel mdul Susenas 2004 yang dipilih dengan menggunakan pendekatan optimal allocation. Semua responden modul Susenas 2004 dalam rumah tangga terpilih SKRT 2004 menjadi responden.

a. Sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan dan sistem pelayanan kesehatan Status kesehatan merupakan salah satu tujuan akhir yang ingin dicapai oleh Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Secara umum 67% penduduk menilai kesehatannya dalam keadaan baik, 27% dalam keadaan cukup dan hanya 6% dalam keadaan buruk dan sangat buruk. Cakupan sistem pelayanan kesehatan antara lain penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan dalam waktu lama dan berkesinambungan seperti penyakit persendian, jantung, asma, kencing manis dan depresi. Sebanyak 11% penduduk berumur 15 tahun ke atas pernah menderita penyakit persendian, 4% pernah menderita asma, 2% pernah menderita penyakit jantung dan 1% pernah menderita kencing manis. Secara umum 86% responden dan anak responden mendapatkan pelayanan pada sat terakhir membutuhkan. Fasilitas yang diminati saat membutuhkan rawat jalan adalah Puskesmas 36%, praktek tenaga kesehatan 24%, praktek dokter 23%.

Page 30: skrt 2004

23

b. Sudut pandang masyarakat mengenai keterbatasan dalam kegiatan sehari-hari,

pekerja kesehatan, penanganan malaria, pengukuran dan pemeriksaan faktor risiko. Yang dimaksud dengan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari adalah perawatan diri, melihat, mendengar, komunikasi, dan bergerak. Sebanyak 13% penduduk mengalami gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sekitar 40% penduduk yang mengalami gangguan tersebut memakia alat bantu dimana proporsi diperkotaan lebih tinggi dibanding di pedesaan. Ditinjau menurut pendidikan pekerja kesehatan, lebih 50% tidak mempunyailatar belakang pendidikan kesehatan. Diantara pekerja kesehatan dengan latar belakang kesehatan, 16% adalah perawat, 6% bidan. Pekerja kesehatan yang tidak berlatar belakang kesehatan terutama bekerja sebagai tenaga administrasi, sopir, penyemprot nyamuk, dan ‘cleaning service’. Pertanyaan tentang penyakit malaria hanya ditanyakan untuk rumah tangga yang mempunyai balita. Secara umum 29% balita mengalami demam dalam kurun waktu 2 minggu sebelum survei. Sebanyak 86% balita yang mengalami demam sudah diobati tetapi hanya & yang diobati oleh tenaga kesehatan. Pengukuran fisik meliputi pengukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkar lengan atas, tekanan darah. Pemeriksaan darah meliputi kadar hemoglobin, gula darah puasa dan total kolesterol puasa. Prevalensi balita gizi kurang adalah 19% dan gizi buruk 3%. Prevalensi penduduk umur < 18 tahun dengan IMT < 18.5 kg/m2 adalah 16% sedangkan dengan IMT < 18.5 kg/m2 adalah 19%. Prevalensi WUS dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu dengan lingkar lengan atas < 23.5 cm adalah 20%. Prevalensi hipertensi bertambah dengan bertambahnya umur. Prevalensi hipertensi pada kelompok umur 25-34 tahun adalah 7% meningkat menjadi 16% pada kelompok umur 35-44 tahun. Secara umum, prevalensi anemia adalah 19%. Pada balita 39%, pada umur 5-11 tahun turunmenjadi 24%. Nilai rata-rata kadar gula puasa adalah 86 mg%. Nilai rata-rata semakin naik pada kelompok umur lebih tinggi tetapi menurun pada kelompok umur 65 tahun keatas. Nilai rata-rata kadar kolesterol adalah 174 mg%. Nilai kadar kolesterol semakin meningkat dengan semakin lanjut usia.

Page 31: skrt 2004

24

BAB III

PENINGKATAN KAPASITAS INSTITUSI

Peningkatan kapasitas institusi Badan Litbangkes pada tahun anggaran 2004 yang meliputi:

1. Pengembangan manajemen 2. Pengembangan SDM 3. Pengembangan sarana dan prasarana 4. Pengembangan jaringan Litbangkes

A. PENGEMBANGAN MANAJEMEN Pengembangan manajemen meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Hasil kegiatan pengembangan manajemen sebagai berikut: 1. Perencanaan

Perencanaan dikelompokkan menjadi 2 yaitu; a) perencanaan program dan kegiatan, serta b) perencanaan anggaran. Pada perencanaan program dan kegiatan telah disusun buku Rencana Program dan Kegiatan Litbangkes Tahun 2005 (program litbangkes, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM sarana dan prasarana litbangkes, penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes serta kerjasama lintas program/sektor pusat dan daerah), naskah akademik sistem litbangkes, pemetaan laboratorium litbangkes, masterplan BPTO, dan Program Wisata Ilmiah litbangkes Ciamis. Perencanaan anggaran telah disusun dokumen RKA KL Tahun 2005, Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Anggaran tahun 2004, Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Anggaran (Jukpar) tahun 2004 dan Biaya Satuan Tahun 2005.

2. Pelaksanaan

a. Peningkatkan status kelembagaan Kelembagaan Badan Litbangkes akan bertambah dengan adanya rencana Unit Pelaksana Fungsional Penelitian Kesehatan (UPF Litkes) di Papua. Sebelumnya unit tersebut merupakan lembaga penelitian yang dimiliki oleh Naval American Medical Research Unit-2 (NAMRU-2), yang telah diserahterimakan ke Departemen Kesehatan tanggal 17 September 2004. Di samping itu, untuk mendukung identifikasi penyakit dan program surveillance akibat bencana tsunami telah didirikan Laboratorium Lapangan Litbangkes (L3). Dengan berkembangnya kebutuhan program, direncanakan peningkatan status kelembagaannya menjadi UPF Litkes di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 2004 telah disiapkan naskah akademik untuk perubahan status kelembagaan BPVRP menjadi Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BBVRP), penyesuaian kelembagaan BPGAKI dan BPTO.

b. Penguatan Sentra Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

Sasaran penelitian dan pengembangan kesehatan salah satunya diarahkan untuk memperoleh penelitian yang berorientasi HaKI. Perlindungan terhadap hasil karya peneliti menjadi penting untuk menghindari terjadinya duplikasi

Page 32: skrt 2004

25

paten, atau hasil karyanya justru dipatenkan oleh orang lain. Untuk melaksanakan HaKI di Badan Litbangkes telah terbentuk Sentra HaKI yang perlu terus dikembangkan. Untuk itu telah dilakukan sosialialisasi HaKI dan Pelatihan Drafting untuk semua Balai. Pada tahun 2004 telah diperoleh 1 hak paten atas nama Drs. Suryana Purawisastra peneliti Puslitbang Gizi dan Makanan tentang Galaktomanan (Dietary fiber) yang diisolasi dari ampas kelapa. Galaktomanan bermanfaat untuk penyakit diabetes dan kolesterol.

3. Evaluasi dan Pelaporan

Ruang lingkup evaluasi dan pelaporan mencakup keuangan, litbangkes, dan kinerja. Laporan keuangan berupa laporan realisasi anggaran rutin, proyek dan dana bantuan, baik kegiatan litbangkes maupun kegiatan peningkatan institusi. Laporan litbangkes berupa kumpulan abstrak Litbangkes.Laporan kinerja berupa laporan tahunan Badan Litbangkes dan Laporan Akuntabilitas Kinerja (lakip) Berdasarkan periode waktu, terdapat 3 jenis laporan, yaitu: 1) Laporan Bulanan yang terdiri dari Laporan Belanja Pegawai; Non Belanja

Pegawai (LKKA/LKK Rutin) SPM-DU/TU/GU/LS; Penerimaan Negara Bukan Pajak-Surat Setoran Bukan Pajak (PNBP-SSBP) LKKA-LKK Pembangunan SPM-DU/TU/GULS; Laporan Bulanan Formulir A.

2) Laporan Triwulan terdiri dari: Form A dan Formulir B SKB; Form 108 (Laporan Kemajuan seluruh kegiatan Rutin dan Pembangunan); Formulir 109 (Laporan Kemajuan Rutin dan Pembangunan Khusus Penelitian).

3) Laporan Tahunan terdiri dari: Laporan Akhir Penelitian; Laporan Tahunan Badan Litbang Kesehatan beserta Abstrak Penelitian sebagai komplemen dan laporan akuntabilitas.

Pada tahun 2004, ketiga jenis laporan telah dibuat seluruhnya. Selanjutnya data laporan yang digunakan sebagai evaluasi untuk perbaikan program yang sedang berjalan maupun untuk bahan perencanaan program dan kegiatan tahun berikutnya. Menunjang kegiatan evaluasi dan pelaporan keuangan telah tersedia software Sistem Akuntasi Pemerintah (SAP) yang dikembangkan untuk otomasi laporan keuangan dari tiap unit kerja sesuai dengan format standar laporan keuangan Depkes. Namun dalam operasionalnya masih terdapat berbagai kendala teknis sehingga penggunaan software SAP belum berjalan.

B. PENGEMBANGAN SDM Pengembangan SDM terdiri dari 3 kegiatan, yaitu kegiatan tata usaha/perencanaan pegawai, mutasi pegawai, dan pengembangan pegawai. 1. Tata usaha/perencanaan pegawai

Kegiatan tata usaha dan perencanaan pegawai mencakup penyusunan formasi, rekrutmen, dan kesejahteraan pegawai (cuti, askes, taspen, karpeg, karsu/is, pelanggaran disiplin). Sampai dengan 31 Desember 2004, jumlah pegawai Badan Litbangkes sebanyak 1002 orang.

Page 33: skrt 2004

26

Jumlah pegawai menurut jenis kelamin, sebagai berikut: Tabel 4

Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin Tahun 2004 (per 31 Desember 2004)

Jenis Kelamin No Unit kerja

Perempuan Laki-laki ∑

1 Sekretariat 67 87 154

2 Puslitbang Yantekkes 65 71 136 3 Puslitbang Pemberantasan Penyakit 95 85 180 4 Puslitbang Ekologi Kesehatan 54 54 108

5 Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional 41 26 67

6 Puslitbang Gizi dan Makanan 78 79 157 7 BVPRP 16 35 51 8 BPTO 12 41 53 9 BP GAKI 16 12 28 10 Loka Litbang P2B2 Baturaja 3 10 13

11 Loka Litbang P2B2 Ciamis 5 6 11 12 Loka Litbang P2B2 Banjarnegara 6 5 11

13 Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu 4 6 10

14 Loka Litbang P2B2 Donggala 6 7 13 15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak 5 5 10 Jumlah 473 529 1002

Kondisi kepegawaian Badan Litbangkes tahun 2004 mengalami peningkatan jumlah pegawai dari 987 orang pada tahun 2003 bertambah menjadi 1002 orang pada tahun 2004.

Jumlah pegawai menurut pangkat/golongan, sebagai berikut:

Tabel 5

Jumlah Pegawai Menurut Golongan Kepangkatan Tahun 2004 (per 31 Desember 2004)

Golongan No Unit kerja

I II III IV ∑

1 Sekretariat 2 37 108 7 154 2 Puslitbang Yantekkes - 30 80 26 136 3 Puslitbang Pemberantasan Penyakit - 36 111 33 180 4 Puslitbang Ekologi Kesehatan - 18 64 26 108 5 Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional - 8 40 19 67 6 Puslitbang Gizi dan Makanan 7 33 97 20 157 7 BPVRP 4 27 14 6 51 8 BPTO - 24 26 3 53 9 BP GAKY - 11 16 1 28 10 Loka Libang P2B2 Baturaja - 7 6 - 13 11 Loka Libang P2B2 Ciamis - 7 4 - 11 12 Loka Libang P2B2 Banjarnegara - 5 6 - 11 13 Loka Libang P2B2 Tanah Bumbu - 5 5 - 10 14 Loka Libang P2B2 Donggala - 6 7 - 13 15 Loka Libang P2B2 Waikabubak - 5 5 - 10

Jumlah 13 258 589 141 1002

Page 34: skrt 2004

27

Sebagian besar pegawai adalah golongan III (58,7%) dan terkecil golongan I (1,3%). Puslitbang Pemberantasan Penyakit merupakan unit kerja yang secara proporsi mempunyai pegawai dengan golongan III paling banyak dibanding unit lainnya. Jenjang pendidikan masih merupakan indikator yang cukup sensitif untuk menilai kekuatan SDM suatu institusi. Tabel berikut memperlihatkan kondisi kepegawaian berdasarkan pendidikan terakhir. Jumlah pegawai menurut jenjang pendidikan, sebagai berikut:

Tabel 6 Jumlah Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan

Tahun 2004 (per 31 Desember 2004) Jenjang pendidikan

No Unit kerja SD SLTP SLTA/

D1 Dipl 3 S1 S2 S3 ∑

1 Sekretariat 6 9 81 18 31 9 0 154 2 Puslitbang Yantekkes 6 9 39 3 31 39 9 136 3 Puslitbang Pemberantasan

Penyakit 3 6 56 21 47 41 6 180

4 Puslitbang Ekologi Kesehatan 3 2 23 8 30 36 6 108 5 Puslitbang Farmasi dan Obat

Tradisional 2 - 19 8 20 16 2 67

6 Puslitbang Gizi dan Makanan 18 4 56 11 30 27 11 157 7 BPVRP 8 8 15 4 7 8 1 51 8 BPTO - 3 30 3 15 2 - 53 9 BP GAKY 1 - 2 10 12 2 1 28 10 Loka Litbang P2B2 Baturaja - - - 7 5 1 - 13 11 Loka Litbang P2B2 Ciamis - - - 7 3 1 - 11 12 Loka Litbang P2B2 Banjarnegara - - 1 5 4 1 - 11 13 Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu - - 2 4 3 1 - 10 14 Loka Litbang P2B2 Donggala - - - 6 7 - - 13 15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak - - 1 4 4 1 - 10 Jumlah 47 41 325 119 249 185 35 1002

Menurut tingkat pendidikan komposisi pegawai Badan Litbangkes adalah 43% berpendidikan SLTA ke bawah; 22,9% % berpendidikan S1; 18,8 % berpendidikan S2 serta 3,7 % berpendidikan S3. Bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun sebelumnya, maka potret SDM Badan Litbangkes hampir tidak mengalami perubahan. Pada tahun 2003 komposisi S1:S2:S3 = 24 %:19 %:4%. Sebagai institusi penelitian, komposisi pegawai menurut tingkat pendidikannya diharapkan dapat mencapai kondisi ideal berdasarkan critical mass; yaitu S1:S2:S3 = 30%:20%:10%. Kondisi yang ada saat ini di Badan Litbangkes adalah S1:S2:S3 = 22,9%:18,8%:3,7%. Komposisi tersebut perlu ditingkatkan dalam 2-3 tahun mendatang sehingga kualitas SDM Badan Litbangkes dapat diandalkan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Percepatan pemenuhannya terus berusaha diwujudkan melalui pola perencanaan kepegawaian yang terpadu, sesuai kebutuhan institusi dan melalui pentahapan yang efektif. Jumlah pegawai Badan Litbangkes menurut jabatan, sebagai berikut:

Page 35: skrt 2004

28

Tabel 7 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan

Tahun 2004 (per 31 Desember 2004)

Jabatan

Fungsional

No

Unit Kerja

Stru

ktu

ral

Pen

elit

i

Litk

ayas

a

Ars

ipar

is

Pu

stak

awan

An

alis

is

Kep

egaw

aian

Sta

f

Jum

lah

1. Sekretariat 18 - - 7 10 16 103 154 2. Yantekkes 10 58 4 - 3 1 60 136 3. Pemb. Penyakit 8 75 25 1 - 1 70 180 4. Ekologi Kesehatan 8 55 14 - - 1 30 108 5. Farmasi dan OT 8 30 8 2 - - 19 67 6. Gizi dan Makanan 10 50 32 - 2 3 60 157 7. BPVRP 3 11 5 - - - 32 51 8. BPTO 2 10 15 - - - 26 52 9. BP GAKY 3 6 - - - - 19 28 10. Loka Litbang P2B2

Baturaja 1 - - - - - 12 13

11 Loka Litbang P2B2 Ciamis 1 - - - - - 10 11 12 Loka Litbang P2B2

Banjarnegara 1 - - - - - 10 11

13 Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu

1 - - - - - 9 10

14 Loka Litbang P2B2 Donggala

1 - - - - - 12 13

15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak

1 - - - - - 9 10

Jumlah 76 295 103 10 15 22 481 1002

Dari tabel 7 terlihat bahwa komposisi pegawai menurut jabatan adalah 29,5% fungsional peneliti, 10,3% fungsional teknisi litkayasadan 4,7% fungsional lainnya; 7,6% struktural; 48% staf. Staf yang dimaksud adalah pegawai yang belum menduduki jenjang jabatan struktural dan fungsional.

Jumlah peneliti menurut jenjang jabatan dan kelompok umur, sebagai berikut:

Tabel 8

Jumlah peneliti menurut jenjang jabatan dan kelompok umur Tahun 2004

KELOMPOK UMUR (Th) NO

JENJANG JABATAN 30 – 40 41-50 51 - 55 > 55 JUMLAH

1 Ahli Peneliti Utama - 1 3 16 20 2 Ahli Peneliti Madya - - 1 5 6 3 Ahli Peneliti Muda - 5 7 6 18 4 Peneliti Madya - 7 16 11 34 5 Peneliti Muda 2 26 21 13 62 6 Ajun Peneliti Madya 2 23 6 1 32 7 Ajun Peneliti Muda 15 19 10 3 47 8 Asisten Peneliti Madya 21 13 4 - 38 9 Asisten Peneliti Muda 25 11 2 - 38 Jumlah 65 105 70 55 295

Page 36: skrt 2004

29

Ahli Peneliti Utama yang berumur > 55 tahun terdapat 16 orang dan pada tahun 2010 13 orang akan pensiun. Sementara itu, jenjang jabatan dibawahnya masih dalam jumlah yang sedikit, sehingga perlu upaya percepatan agar tidak terjadi stagnasi dikemudian hari. Pada tahun 2004, sebanyak 3 APU telah melakukan orasi, DR. Sustriayu Nalim membawakan orasinya tentang Peran Masyarakat dalam Pengendalian Vektor Terpadu; DR. Ignatius Djoko Susanto membawakan orasinya tentang Tantangan Penelitian Gizi dalam Era Perubahan Tatatan Sosial Menuju Masyarakat Madani; sedangkan Drs. Bambang Wahyudi membawakan orasinya tentang Penelitian Tanaman Obat menuju Obat Tradisional yang Aman dan Berkhasiat. Kegiatan tahun 2005, orasi ilmiah ditujukan bagi Ahli Peneliti Madya yang akan memperoleh APU. Untuk menggantikan SDM yang sudah pensiun dan memenuhi kebutuhan berdasarkan tingkat pendidikan yang mencerminkan sebuah lembaga litbang bisa dilakukan dengan perekrutan tenaga baru. Perekrutan yang telah dilakukan ditahun 2004 sebanyak 87 CPNS terdiri dari disiplin kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dokter, keperawatan, statistik, rekam medik, apoteker, farmasi, gizi, pustakawan, psikologi, anthropologi sosial dll. Beberapa masalah yang ditemukan dalam perekrutan pegawai adalah sistem seleksi yang berlaku sama untuk semua unit, sehingga tidak bisa menggali minat dan bakat dari peserta seleksi. Untuk tenaga D3 setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil tidak dapat bertahan lama untuk menjadi tenaga teknisi, karena pada umumnya sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dengan biaya sendiri. Sehingga untuk mengisi tenaga teknisi perlu diatur lebih baik agar kebutuhan tenaga teknisi dapat terpenuhi.

2. Pengembangan Pegawai Kegiatan pengembangan pegawai dilakukan melalui pemberian tugas/ijin belajar , kursus/pelatihan, magang dan pertemuan/seminar ilmiah serta melalui pembinaan teknis dan adminitrasi. Secara kumulatif tugas belajar pada tahun 2004 diberikan kepada 12 orang, terdiri dari 2 orang S1; 9 orang S2; dan 1 orang S3. Sedangkan pegawai yang telah menyelesaikan tugas belajar pada tahun 2004 sebanyak 25 orang, terdiri dari 10 orang S1, dan 15 otang S2. Keterbatasan pembiayaan tugas belajar mengharuskan proses seleksi pegawai yang memenuhi syarat tugas belajar harus selektif dan transparan serta pemberian ijin belajar dengan biaya sendiri. Pemberian ijin belajar juga harus mengikuti aturan yang berlaku, dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan organisasi, beban kerja, kualifikasi pegawai, dan rencana pemanfaatan SDM setelah lulus tugas belajar.

Jumlah pegawai Badan Litbangkes memperoleh tugas, sebagai berikut:

Page 37: skrt 2004

30

Tabel 9 Jumlah Pegawai yang sedang Tugas Belajar

Menurut Jenjang Pendidikan per Unit Kerja Tahun 2004 (per 31 Desember 2004) * Tugas Belajar No Unit Kerja

D3 S1 S2 S3 ∑

1 Sekretariat - - - - - 2 Puslitbang Yantekkes - - - 1 1 3 Puslitbang Pemberantasan Penyakit - - 2 - 2 4 Puslitbang Ekologi Kesehatan - - 1 - 1 5 Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional - - 1 - 1 6 Puslitbang Gizi dan Makanan - 1 2 - 3 7 BVPRP - - - - - 8 BPTO - - - - - 9 BP GAKY - - 3 - 3 10 Loka Litbang P2B2 Baturaja - - - - - 11 Loka Litbang P2B2 Ciamis - - - - - 12 Loka Litbang P2B2 Banjarnegara - - - - - 13 Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu - - - - - 14 Loka Litbang P2B2 Donggala - - - - - 15 Loka Litbang P2B2 Waikabubak - 1 - - 1 Jumlah - 2 9 1 12

* hanya dicatat pada tahun 1 masuk sekolah Kegiatan peningkatan ketrampilan dan kemampuan pegawai, telah dikirim sebanyak 55 pegawai untuk mengikuti berbagai kursus/pelatihan. Jumlah pegawai yang mengikuti kursus/pelatihan formal menurut jenis dan unit kerja, sebagai berikut:

Tabel 10

Jumlah pegawai yang Mengikuti Kursus/Pelatihan Formal Menurut Jenis dan Unit Kerja Tahun 2004 (per 31 Desember 2004)

Unit Kerja

No Jenis Kursus

Sekr

etar

iat

Pu

slit

ban

g Y

ante

kkes

Pu

slit

ban

g

Pem

bera

nta

san

Pen

yaki

t

Pu

slit

bang

Eko

logi

K

eseh

atan

P

usl

itba

ng F

arm

asi

& O

bat

Trad

ison

al

Pu

slit

ban

g G

izi &

Mak

anan

BP

VR

P

BP

TO

BP

GA

KY

Loka

Lit

ban

g P

2B

2

1. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

1 2 4 4 4 3 2 2 2 6 30

2 Mikrokopis - - 3 - - - - - - - 3 3. International

Comprehensive - - 2 - - - 1 - - - 3

4. Kesekretariatan 1 - - - - - - - - - 1 5. PAK Litkayasa 1 - - - - - - - - - 1 6. Analisis Kepeg 2 - - - - - - - - - 2 7. PAK Perencana 1 - - - - - - - - - 1 8. Teknik Melatih Kepeg 2 - - - - - - - - - 2 9. Sistem Akutansi Aset

Tetap 1 1 - - - - - - - - 2

10. Sistem Akutansi Pemerintah Pusat (SAPP)

1 1 - - - - - - - 4 6

11. Pengadaan barang 2 - 1 - - - - - - - 3 12. Bendaharawan - - 1 - - - - - - - 1

Jumlah 12 4 11 4 4 3 3 2 2 10 55

Page 38: skrt 2004

31

Ke depan, perencanaan pengembangan pegawai agar lebih terstruktur dan terarah sesuai dengan kebutuhan iptekkes dan kebijakan program. Di samping itu, peneliti juga dituntut memiliki kemampuan teknis pemasaran hasil litbangkes. Guna melengkapi dasar-dasar metode penelitian telah diselenggarakan pelatihan advance, di antaranya adalah Pentaloka Analisis Kebijakan, Metode Penulisan Hasil Penelitian untuk Masukan Kebijakan dan Advokasi Kebijakan melalui Komunikasi Hasil Litbangkes.

3. Mutasi Pegawai Mutasi dapat diartikan bahwa pegawai yang bersangkutan memang berpindah tempat kerja, mengalami kenaikan pangkat/gol, perubahan status. Perubahan status CPNS menjadi PNS selama tahun 2004 dilakukan terhadap 41 pegawai dan sebanyak 184 pegawai mengalami kenaikan pangkat/golongan. Salah satu syarat untuk dapat naik pangkat dari Golongan II ke Golongan III adalah harus lulus ujian dinas. Untuk itu sebanyak 6 pegawai sudah dinyatakan lulus setelah mengikuti ujian dinas dan 2 pegawai telah mengikuti ujian penyesuaian ijazah. Demikian juga untuk pegawai yang berstatus CPNS ke PNS harus melalui prajabatan dan pemeriksaan kesehatan oleh Dokter Penguji Tersendiri (DPT) atau Majelis Penguji Kesehatan Tersendiri (MPKT) , dan kegiatan ini sudah dilakukan oleh 41pegawai. Mekanisme kebaikan gaji berkala (KGB) berlangsung dengan siklus 2 tahunan. Dari 1002 pegawai tiap tahun paling tidak sebanyak 501 pegawai melakukan KGB. Kondisi di tahun 2004 sebanyak 464 pegawai yang menerima KGB. Pemberhentian pegawai bisa dimaknai bahwa pegawai yang bersangkutan pensiun atau memang diberhentikan dengan alasan lain. Jumlah pegawai yang berhenti selama tahun 2004 sebanyak 26 pegawai. Berhenti oleh karena usianya yang sudah mencapai batas usia pensiun (BUP) sebanyak 21 orang, meninggal dunia sebanyak 2 orang dan berhenti karena alasan lain sebanyak 3 orang.

C. PENGEMBANGAN SARANA Pengembangan dan peningkatan SDM harus dibarengi dengan peningkatan sarana dan parasarana melalui pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan. Kegiatan yang telah dilakukan sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkantoran dengan pengadaan meubelair, alat pendingin, komputer dan kelengkapannya.

b. Pemeliharaan sarana dan prasarana perkantoran dengan pemeliharaan gedung, rehabilitasi Puslitbang Gizi dan Makanan, gedung Puslitbang Yantekkes, gedung Puslitbang Pemberantasan Penyakit, gedung Sekretariat, gedung BPGAKI.

c. Pembuatan talud dan resapan air di BPVRP, pembangunan gedung laboratorium BPGAKI dan kantor Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu.

d. Melanjutkan pembangunan gedung Laboratorium Terpadu tahap III (Finishing lantai I dan II serta struktur lantai III dan IV).

Page 39: skrt 2004

32

e. Pemeliharaan inventaris kantor meliputi inventaris kantor, instalasi air minum, pemadam api, komputer, sound system, lapangan parkir.

f. Pemeliharaan: 2 buah kendaraan roda 6, 48 buah kendaraan roda 4 dan 22 buah kendaraan roda 2.

g. Pengembangan museum kesehatan di Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan

h. Pengembangan laboratorium Telah dilakukan renovasi laboratorium virologi khususnya untuk laboratorium polio dan campak yang sesuai dengan akreditasi WHO, laboratorium bioteknologi, laboratorium TB. Juga telah dikembangkan jumlah dan jenis alat laboratorium untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan di laboratorium, berupa : Spectrophotometer, Densitometer, Mikroskop kamera, Microscope Camera Card Binocculer, Refraktometer, Triple block Dry Bath, Refrigerator centrifuge, dan autoclave

D. PENGEMBANGAN JARINGAN INFORMASI BADAN LITBANGKES Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk sarana pendukung diseminasi hasil litbangkes yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes, termasuk berbagai program kerjasama dengan institusi lain. Diseminasi atau penyebarluasan hasil-hasil penelitian berikut kegiatan penunjangnya harus diarahkan pada pencapaian misi yang telah ditetapkan terutama kaitannya dengan pemanfaatan hasil penelitian kesehatan untuk menunjang program dan kebijakan kesehatan. Selain pemanfaatan, perlu juga dirancang sistem diseminasi yang memudahkan akses bagi pengguna hasil penelitian kesehatan tersebut dengan memanfaatkan infra struktur yang tersedia. Pada tahun 2004, kegiatan yang telah dilakukan meliputi:

a. Penyiapan infrastruktur jaringan komputer dan sistem informasi iptek kesehatan

b. Peningkatan pelayanan perpustakaan c. Penerbitan profil Badan Litbangkes

1. Penyiapan infrastruktur jaringan komputer dan sistem informasi Iptek kesehatan. Pada tahun 2004 telah dilakukan peningkatan jumlah Workstation (WS) tersebar merata di seluruh unit kerja sampai pada subbag, subbid, Kelompok Program Penelitian (KPP). Selain hal tersebut agar komunikasi melalui internet dapat berjalan dengan lancar maka telah dilakukan peningkatan bandwith, peningkatan peralatan jaringan komputer untuk menjamin hubungan komunikasi terus menerus dengan kemudahan akses 100%, dan peningkatan mutu situs web. Telah terpasang 204 nodes pengembangan Local Area Network dengan peningkatan sambungan internet menjadi 64 KB/second Jumlah workstation Badan Litbangkes yang tersambung jaringan komputer, sebagai berikut:

Page 40: skrt 2004

33

Tabel 11 Jumlah Workstation Badan Litbangkes yang tersambung Jaringan Komputer

Tahun 2004

Unit Kerja Lokasi (Gd)

Lokasi(Lt) Workgroup Jumlah

Node

Jumlah Workstation +

Internet D 1 Litbang 6 4 D 2 Litbang 15 13 A 1 UK 23 15 A 1 Perpustakaan 11 6

Sekretariat

A 2 Kepegawaian 4 4 Jumlah 59 42

C 1 P3EK 4 4 C 2 P3EK 7 7 C 3 P3EK 7 7 C 3 NBIN 3 1 C 4 P3EK 8 8 PN 23 1 Surkesnas 5 5

Puslitbang Ekologi

PN 23 2 Surkesnas 14 4 Jumlah 48 36

B 1 P5 13 8 B 2 P5 8 6 A 2 P5 4 4 PN 23 2 P5 11 11 PN 23 1 DOMI 5 5 PN 23 2 DOMI 13 6

Puslitbang P5

Jumlah 54 40 D 3 P3F 7 7 Puslitbang Farmasi D 4 P3F 8 8

Jumlah 14 14 PN 23 1 P4K 28 20 Puslitbang P4TK Jumlah 28 20 Total Jumlah 204 153

Website Badan Litbangkes mulai dikembangkan sejak tahun 1992 dengan alamat www.litbang.depkes.go.id secara berkala telah dilakukan pemutakhiran isi/ informasinya.

Badan Litbangkes secara bertahap mengupayakan peningkatan isi informasi yang ingin ditayangkan melalui situs web. Diantaranya dengan membentuk tim pengelola website Badan Litbangkes, mengelola seluruh database publikasi peneliti Badan Litbangkes. Kegiatan otomasi Sistem Informasi (Sisfo) Iptekkes lainnya berupa secara bertahap memindahkan katalog perpustakaan kedalam media elektronik, melibatkan peneliti untuk akses langsung mempublikasikan artikel ilmiah, memfasilitasi pengembangan links web site Badan Litbangkes dengan unit kerja tertentu, dsb. Sejak pertengahan tahun 2004 telah dirintis upaya kerjasama pengembangan Web site dengan ASEAN dan NAMRU–2. Badan Litbangkes akan menjadi host dari situs ASEAN Net, khusus untuk surveillance penyakit. Disamping memberikan layanan email sebanyak 426 account, mailing list sebanyak 23, dan web hosting sebanyak 6 domain.

Jumlah dan jenis layanan server badan Litbagkes, sebagai berikut:

Page 41: skrt 2004

34

Tabel 12

Jumlah dan Jenis Layanan Server Badan Litbangkes Tahun 2004

Server Spec. Th Opr. Layanan Email Server Intel P IV, 1266

MHz, 1 GB RAM 2004 6 domain, 426 Account Email, 23 Mailing

List, 35 Forwarder Web Server 1 Intel P III, 600

MHz, 128 RAM 2002 Web Litbangkes+Puslitbang, Web Hosting

Web Server 2 Intel P III, 1133 MHz, 256 RAM

2003 GDL / IsisOnline Server

DNS Server Intel P III, 1266 MHz, 512 MB

2003 6 domain (litbangkes,hellis,aphrf,ikajica,pdgmi,tobaccofree)

Gateway Intel P III, 1133 MHz, 256 RAM

2003 Gateway/Proxy/DHCP Server

NetMon Server Intel P III, 600 MHz, 128 RAM

2002 Antivirus Control Centre, Network Monitoring, FTP Server

2. Peningkatan Pelayanan Perpustakaan

Badan Litbangkes memiliki 3 buah perpustakaan yaitu Perpustakaan Pusat di Sekretariat Badan Litbangkes Jakarta, Perpustakaan Puslitbang Gizi dan Makanan di Bogor dan Perpustakaan Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan di Surabaya. Direncanakan tahun 2004 akan dikembangkan perpustakaan di BPVRP. Badan Litbangkes menyelenggarakan kegiatan pelayanan informasi di bidang Iptek Kesehatan bagi para peneliti (dalam dan luar Badan Litbangkes), mahasiswa, karyawan (swasta maupun pemerintah), serta masyarakat peminat kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Perpustakaan Badan Litbangkes telah menjalin kerjasama dengan berbagai perpustakaan baik di dalam dan di luar negeri. Jenis peningkatan pelayanan perpustakaan Badan Litbangkes dilakukan dengan : 1. Peningkatan pemindahan data base hasil penelitian (elektronik katalogisasi),

jumlah koleksi 2.615 judul 2. Perekaman hasil penelitian dalam perpustakaan digital (digital library)

sebanyak 2.257 entri. 3. Penelusuran hasil penelitian sebanyak 132 EDDS dan 1.228 CD ROM. 4. Pengadaan 41 buku, 15 jurnal ilmiah dan penambahan koleksi ilmiah lainnya

berupa laporan penelitian sebanyak 167 judul. Kegiatan perpustakaan lainnya meliputi otomasi perpustakaan, penyusunan Index Medicus Indonesia, penyusunan Bibliografi Health Services Research, penyusunan seri abstrak penelitian, penyusunan direktori lembaga penelitian, pembuatan brosur dan Paket Informasi Aktual (PIA), Progress dan Masalah Kesehatan, Warta Kesehatan, Daftar Tambahan Koleksi (DATAK), Katalog Induk Majalah (KIM), Katalog Induk Laporan Penelitian (KILAP), dan Katalog Induk Prosiding Penelitian Indonesia (KIPPI). Untuk kegiatan Otomasi Perpustakaan (OPAC), ketergantungan pada pihak kedua dalam pengembangan software cukup mengganggu kinerja kegiatan ini.

Page 42: skrt 2004

35

Untuk itu perlu SDM yang terlatih sehingga ketergantungan pada pihak kedua dapat dihilangkan. Perpustakaan Puslitbang Yantekkes Surabaya telah memberikan pelayanan informasi berupa 372 peminjaman koleksi, penelusuran artikel 1368 topik, penelusuran internet 99 subyek terhadap 4504 kunjungan.

3. Profil Badan Litbangkes Profil institusi merupakan wahana informasi bagi kalangan luar institusi yang memuat tentang sejarah, struktur organisasi, kemampuan sumber daya manusia, program dan kegiatan prioritas, serta kemampuan laboratorium. Pada tahun 2004 tersusun Profil Badan Litbangkes yang disebarluaskan ke jajaran Departemen Kesehatan, dan stakeholders serta masyarakat luas yang memerlukan. Satu hal yang perlu diperbaiki dalam penyusunan Profil yakni kurangnya keterlibatan dari setiap unit kerja, sehingga bahan-bahan yang akan ditampilkan kurang memuat keunggulan kemampuan institusi.

Page 43: skrt 2004

36

BAB IV PENYEBARLUASAN HASIL LITBANGKES

Penyebarluasan hasil litbangkes dilaksanakan melalui publikasi (laporan penelitian, media terbitan Badan Litbangkes, jurnal-jurnal ilmiah lainya baik dalam negeri maupun luar negeri, website), pertemuan ilmiah (seminar, simposium, lokakarya, Round Table Discussion), dan pameran. 1. Publikasi

Media terbitan Badan Litbangkes yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana publikasi hasil litbangkes, yaitu: Buletin Penelitian Kesehatan diterbitkan setiap triwulan, berisi hasil dan kajian litbangkes. Buletin didistribusikan juga ke luar negeri sebanyak 50 mailing list. Media Litbangkes merupakan Majalah yang diterbitkan setiap triwulan, berisi kumpulan artikel ilmiah semipopuler dan liputan kegiatan seputar Litbangkes (tokoh, berita institusi, laporan seminar). Masing-masing Puslitbang telah menerbitkan buletin khusus, yaitu Buletin Penelitian Gizi dan Makanan oleh Puslitbang Gizi dan Makanan yang terbit 2 kali setahun; Health Services System Bulletin dan Buletin Meridian (Indonesian Journal of Acupuncture) oleh Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan terbit 2 kali setahun dan terbit 3 kali setahun; Jurnal Ekologi Kesehatan oleh Puslitbang Ekologi Kesehatan yang terbit 3 kali setahun; dan Jurnal Tanaman Obat Indonesia oleh Puslitbang Farmasi dan OT yang terbit 1 kali setahun

2. Website Website Badan Litbangkes http/www.litbang.depkes.go.id menyediakan link ke website masing-masing Unit Kerja yang mempublikasikan hasil litbangkes dalam bentuk abstrak yang dilakukan masing-masing Unit Kerja.

3. Perpustakaan Perpustakan Badan Litbangkes menghimpun laporan akhir penelitian yang dihasilkan oleh setiap Unit Kerja. Seperti yang diuraikan pada pelayanan perpustakaan, pada tahun 2004 Perpustakaan Badan Litbangkes Jakarta telah melakukan perekaman hasil penelitian dalam perpustakaan digital (digital library) sebanyak 2.257 entri dan penambahan koleksi ilmiah lainnya berupa laporan penelitian sebanyak 167 judul. Perpustakaan Puslitbang Yantekkes Surabaya telah menghimpun 2178 judul/artikel litbang iptekdokkes.

4. Simposium/Seminar

Pada tahun 2004 telah dilakukan berbagai kegiatan penyebarluasan hasil-hasil litbangkes melalui Simposium, seminar dan pertemuan ilmiah lainnya. Beberapa kegiatan yang perlu diketahui, sebagai berikut: Simposium Nasional Litbangkes I, dengan tema ”Peran Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dalam Mendukung Pembangunan Berwawasan Kesehatan”. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Aryaduta Jakarta, tanggal 20 - 21

Page 44: skrt 2004

37

Desember 2004. Direncanakan simposium nasional tersebut akan diselenggarakan setiap tahun, disatukan dengan ulang tahun Badan Litbangkes. Seminar Sehari Penilaian Kinerja Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia, Hasil dan Pemanfaatan Sebagai Tolok Ukur Kinerja Sektor Kesehatan, dilaksanakan tanggal 4 Agustus 2004 di Jakarta. Tujuan seminar untuk memantau dan menilai pencapaian tujuan sistem kesehatan, memberikan landasan fakta (evidence) keterkaitan antara rancangan dan pengorganisasian sistem kesehatan dengan kinerja, memberikan umpan balik kebijakan dan pemberdayaan publik, Lokakarya program wisata ilmiah penelitian dan pengembangan kesehatan di kabupaten Ciamis Pangandaran. Lokakarya dilaksanakan selama 3 hari mulai dari tanggal 21-23 Juli 2004 di Pangandaran, kabupaten Ciamis. Lokakarya bertujuan untuk memperoleh kesepakatan konsep wisata ilmiah litbangkes di kabupaten Ciamis dalam rangka meningkatkan litbang pemberantasan penyakit bersumber binatang dalam mendukung pencapaian visi pembangunan kabupaten Ciamis dan visi pembangunan nasional bidang kesehatan. Pada tahun mendatang, program wisata ilmiah litbangkes akan dikembangkan di Tawangmangu, Magelang dan Surabaya.

Seminar sehari mengenai Akses Masyarakat Kepada Obat dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2004 di Jakarta. Tujuan seminar mendiskusikan penerapan kesepakatan TRIPs dan pengaruhnya pada akses masyarakat kepada obat, kebijakan obat nasional dan kebijakan pengendalian harga obat di Indonesia dan pelaksanaan survey harga obat yang akan dilakukan pada tahun 2004.

Forum Komunikasi Kelitbangan yang diikuti oleh semua Badan Litbang di Departemen, Badan Litbang Non Departemen, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Badan Sertifikasi Nasional. Pertemuan berhasil menyusun kesepakatan tentang perlunya a). Peningkatan pemahaman dan kesadaran, melalui: advokasi dengan DPR, tukar informasi dengan Menteri PAN dan Departemen Keuangan; b). Penguatan Kelembagaan, melalui: reposisi unit kelitbangan beserta Balitbangda, pelatihan lintas sektor (manajemen riset, manajemen lembaga riset); c). Peningkatan Hasil Penelitian dan Pengembangan, melalui; pilot project antar departemen, LPND, kementrian, pusat, provinsi dan kabupaten/kota; d). Kerjasama antara lembaga, melalui; data base unit kelitbangan, swasta/LSM, penguatan kapasitas Balitbangda. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia, dilaksanakan tanggal 27-28 April 2004 di Tawangmangu, bertujuan menggali, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan tanaman mengkudu dan daun jinten berdasarkan hasil penelitian.

Round table discussion tentang hasil serosurvei Demam Berdarah Dengue tanggal 28 Mei 2004 di Jakarta, membahas hasil serosurvei Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue diantaranya tentang genotype virus dengue-3 yang berindikasi mengalami mutasi, penyebaran serotipe Dengue serta membahas hubungan antara berat ringan penyakit dengan jenis serotype dengue.

Page 45: skrt 2004

38

Seminar Pengembangan Surveillance Japanese encephalitis (JE) di Indonesia tanggal 25 - 28 November 2004 di Bekasi membahas situasi penyakit JE di Indonesia dan pengembangan sistem surveilans untuk menentukan cara penenggulangannya. Puslitbang Gizi dan Makanan menyelenggarakan seminar tahunan yang bertujuan mensosialisasikan hasil litbang bidang gizi dan makanan serta meningkatkan kerjasama. Pada tahun 2004 topik yang sosialisasikan, yaitu Efek Pemberian Campuran Mineral Terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk; Pertumbuhan anak usia 18-22 bulan di Keluarga Miskin yang mendapat MP-ASI Formula Pabrik pada Usia 5-9 bulan; Bioyodium dalam garam lebih efektif dalam penanggulangan GAKY; Pengaruh Konsumsi Sianida terhadap efektifitas program suplementasi Yodium.

5. Pameran

Badan Litbangkes juga berpartisipasi dalam kegiatan pameran sebagai upaya penyebarluasan hasil-hasil litbangkes, yaitu: • Simposium Nasional Badan Litbangkes, menampilkan hasil penelitian

kesehatan • Indonesian Biopharmaca Exhibition and Congress (IBEC) di Keraton

Yogyakarta, menampilkan hasil penelitian tanaman obat dan obat tradisional • Soropadan Expo di Solo, menampilkan hasil penelitian tanaman obat • Banjarnegara Expo 2004, menampilkan hasil penelitian Pemberantasan

Penyakit Bersumber Binatang

Page 46: skrt 2004

39

BAB V PEMBIAYAAN

Alokasi anggaran pembangunan dan anggaran rutin Badan litbangkes berdasarkan program dengan sumber APBN, sebagai berikut:

Tabel 13

Alokasi Anggran Rutin dan Pembangunan Badan Litbang Kesehatan Menurut Program Tahun 2004

No Program Anggaran (dalam ribuan) %

1. Litbangkes 16.295.461 31,56 2. Peningkatan kapasitas institusi 34.211.841 66,26 3. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes 1.128.567 2,18 Jumlah 51.635.869 100

Peningkatan kapasitas institusi memperoleh proporsi anggaran terbesar (66,26%) dari total anggaran Badan Litbang Kesehatan. Alokasi anggaran untuk peningkatan kapasitas institusi tersebut digunakan untuk belanja pegawai (41,10%), operasional perkantoran (31,02%), dan penguatan sarana dan prasarana berupa: pembangunan 3 laboratorium litbangkes (15,34%); peralatan laboratorium (1,60%); dan pengembangan SDM, jaringan iptekkes, kegiatan unit fungsional, perencanaan, pembinaan, dan evaluasi (11,94%). Proporsi anggaran terkecil pada program penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes yakni 2,18%, padahal ini merupakan core business yang harus dilaksanakan lebih intensif.

Perbandingan alokasi anggaran Badan Litbangkes terhadap alokasi anggaran Depkes, sebagai berikut:

Tabel 14 Perbandingan alokasi anggaran Badan Litbangkes terhadap alokasi anggaran

Depkes (dalam ribuan)

Tahun Rutin Pembangunan Total % terhadap alokasi Depkes

2001 15.411.205 9.119.076 24.530.281 0,59 2002 19.156.735 13.305.520 32.769.099 0,95 2003 21.975.240 13.626.468 35.601.708 0,60 2004 26.674.448 26.960.830 51.635.869 0,86

Proporsi alokasi anggaran Badan Litbangkes terhadap alokasi anggaran Depkes pada tahun 2004 sebesar 0,86%, mengalami kenaikan dibanding tahun 2003 (0,60%), namun masih jauh lebih rendah mengacu ketentuan WHO yang mengalokasikan dana litbangkes sebesar 5%.

Page 47: skrt 2004

40

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

2001 2002 2003 2004

Rutin Pembangunan Total

Gambar 2. Perkembangan alokasi anggaran Badan Litbangkes tahun 2001–2004

Perkembangan anggaran Badan Litbangkes menunjukkan adanya kenaikan dibanding tahun sebelumnya dan tahun 2004 mengalami kenaikan anggaran sebesar 45,04% dibanding tahun 2003. Kenaikan anggaran tahun 2004 lebih besar dibanding tahun 2003 yaitu hanya sebesar 8,64%. Alokasi dan realisasi anggaran rutin dan pembangunan, sebagai berikut:

Tabel 15 Alokasi dan Realisasi Anggaran Rutin dan Pembangunan

Tahun 2004 (dalam ribuan)

DIK DIP Jumlah Satker/Bagpro

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisai % Alokasi Realisasi %

Badan Litbangkes 7.040.840 8.094.579 114 8.569.255 8.098.157 94 15.610.095 16.192.736 103,7 Yantekkes 2.866.571 3.355.373 126 1.677.660 1.674.156 99 4.544.231 5.029.529 110,7 Pemb. Penyakit 2.799.266 4.607.427 164 1.441.250 1.438.379 99 4.240.516 6.045.806 142,6 Ekokes 1.989.021 3.037.191 152 1.198.822 1.191.140 99 3.187.843 4.228.331 132,6 Farmasi & OT 1.822.536 2.226.969 122 1.095.562 1.069.699 97 2.918.098 3.296.668 113 Gizi dan Makanan 3.270.195 4.560.403 139 1.693.936 1.690.746 99 4.964.131 6.251.149 125,9 BPVRP 1.264.284 1.599.001 126 - - - 1.264.284 1.599.001 123,3 BPTO 1.318.864 1.463.608 110 - - - 1.318.864 1.463.608 110,9 BPGAKY 412.961 551.898 133 748.240 741.761 99 1.161.201 1.293.659 111,4 Loka litbang P2B2 Baturaja

353.017 338.481 95,9 - - - 353.017 338.481 95,9

Loka litbang P2B2 Ciamis

278.995 250.445 89,8 - - - 278.995 250.445 89,8

Loka litbang P2B2 Banjarnegara

272.608 234.139 85,9 - - - 272.608 234.139 85,9

Loka litbang P2B2 Tanah Bumbu

255.217 229.184 89,7 217.040 217.040 100 472.257 446.224 94,5

Loka litbang P2B2 Donggala

463.846 401.917 86,6 - - - 463.846 401.917 86,6

Loka P2B2 Waikabubak

266.227 227.278 85,4 - - - 266.227 227.278 85,4

Risbinkes - - - 1.345.124 1.343.070 99 1.345.124 1.343.070 99,8 Surkesnas - - - 8.974.532 8.974.162 100 8.974.532 8.974.162 100,0

Jumlah 24.674.448 31.177.893 126,4 26.961.421 26.438.314 98,1 51.635.869 57.616.203 111,6

Page 48: skrt 2004

41

Pada tabel 15 terlihat bahwa realisasi anggaran terdapat yang melebihi 100%, karena alokasi belanja pegawai masih menggunakan sistem terbuka (kekurangan belanja pegawai tetap dibayarkan meskipun melebihi alokasi). Alokasi dan realisasi anggaran rutin tahun 2004, sebagai berikut:

Tabel 16 Alokasi dan Realisasi Anggaran Rutin Badan Litbang Kesehatan Tahun 2004

(dalam ribuan)

No Mata anggaran Alokasi Realisasi %

1. Belanja Pegawai 14.060.222 20.724.038 147,34 2. Belanja Barang 6.882.760 6.775.177 98,44 3. Belanja Pemeliharaan 3.512.144 3.460.184 98,52 4. Perjalanan Dinas 219.222 218.494 99,67

Jumlah 24.674.448 31.177.893 126,4

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

Rupiah (ribuan)

1 2 3 4

alokasirealisasi

Gambar 3. Perbandingan alokasi dan realisasi

Keterangan: 1 = Belanja pegawai 2 = Belanja Barang 3 = Belanja pemeliharaan 4 = Belanja perjalanan

Belanja pegawai untuk membayar gaji termasuk tunjangan struktural, fungsional, beras, dan honorarium serta lembur. Belanja barang untuk membayar keperluan sehari-hari perkantoran, pengadaan inventaris, daya dan jasa (telepon, air, listrik), pengadaan bahan dan barang lainnya termasuk kegiatan penelitian. Belanja pemeliharaan untuk membayar biaya pemeliharaan gedung kantor, kendaraan dinas dan pemeliharaan lainnya termasuk pemeliharaan alat laboratorium. Alokasi dan realisasi anggaran pembangunan tahun 2004, sebagai berikut:

Page 49: skrt 2004

42

Tabel 17 Alokasi dan Realisasi Anggaran Pembangunan

Badan Litbang Kesehatan Tahun 2004 (dalam ribuan)

No Mata anggaran Alokasi Realisasi %

1. Belanja Penunjang 243.145 235.751 96,96 2. Belanja Modal 26.718.276 26.202.563 98,07

Jumlah 26.961.421 26.438.314 98,06

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

Blj PenjBlj modal

Gambar 4. Alokasi dan realisasi anggaran pembangunan Badan Litbangkes

tahun 2004

Pada tabel 5.4 dan gambar 5.3, proporsi belanja modal jauh lebih tinggi daripada belanja penunjang. Hal ini dikarenakan komponen pembiayaan kegiatan sebagian besar dimasukkan ke dalam belanja modal, berupa sebagian biaya kegiatan kegiatan penelitian, manajemen Litbangkes, peningkatan SDM serta biaya sarana dan prasarana. Sedangkan biaya penunjang yang berupa gaji/upah, bahan dan perjalanan diperuntukkan untuk sebagian biaya kegiatan manajemen Litbangkes dan peningkatan SDM.

Page 50: skrt 2004

43

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Pelaksanaan program dan kegiatan Badan Litbangkes tahun 2004, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terlaksananya 125 litbangkes yang bersumber APBN, meliputi penelitian

kompetitif, non kompetitif, Risbinkes, dan Survei Kesehatan Nasional. Di samping dilaksanakan oleh Puslitbang, Balai dan Loka di lingkungan Badan Litbangkes, juga terdapat sebanyak 5 litbangkes yang dilaksanakan oleh 4 Dinas Kesehatan (Purworejo, Magelang, Banjarnegara dan Banjarmasin) dan 1 Perguruan Tinggi (FK Undip) melalui Risbinkes. Di samping kegiatan litbangkes yang dibiayai melalui APBN, Badan Litbangkes juga melaksanakan kegiatan litbangkes yang bersumber dana dari bantuan, antara lain WHO, ADB, World Bank, Uni Eropa. Orientasi pemanfaatan hasil penelitian tahun 2004, sebagian besar penelitian berorientasi untuk masukan kebijakan dan program (57,6 %), berorientasi Iptekkes (34,4%) dan HaKI (8%). Pencapaian laporan akhir dan abstrak sebagian besar telah mencapai 100% dan diperoleh 1 HaKI atas nama Drs. Suryana Purawisastra peneliti Puslitbang Gizi dan Makanan tentang Galaktomanan (Dietary fiber) yang diisolasi dari ampas kelapa. Galaktomanan bermanfaat untuk penyakit diabetes dan kolesterol.

2. Tersusunnya buku Rencana Program dan Kegiatan Litbangkes Tahun 2005;

naskah akademik: sistem litbangkes, perubahan status kelembagaan BPVRP menjadi Balai Besar Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BBVRP), penyesuaian BPGAKI dan BPTO; pemetaan laboratorium litbangkes; masterplan BPTO; dan Program Wisata Ilmiah litbangkes Ciamis.

3. Jumlah pegawai Badan Litbangkes sebanyak 1002 orang, sebagian besar

golongan III (58,7%) dan terkecil golongan I (1,3%). Menurut tingkat pendidikan komposisi pegawai Badan Litbangkes adalah 43% berpendidikan SLTA ke bawah; 22,9% % berpendidikan S1; 18,8 % berpendidikan S2 serta 3,7 % berpendidikan S3. Komposisi pegawai menurut jabatan adalah 29,5% fungsional peneliti, 10,3% fungsional teknisi litkayasadan 4,7% fungsional lainnya; 7,6% struktural; 48% staf. Perubahan status CPNS menjadi PNS selama tahun 2004 dilakukan terhadap 41 pegawai dan sebanyak 184 pegawai mengalami kenaikan pangkat/golongan.

4. Jumlah pegawai yang berhenti sebanyak 26 pegawai, yaitu terdiri dari 21 orang

usianya yang sudah mencapai batas usia pensiun (BUP), 2 orang meninggal dunia dan 3 orang berhenti karena alasan lain. Ahli Peneliti Utama yang berumur > 55 tahun terdapat 16 orang dan pada tahun 2010 13 orang akan pensiun.

5. Tugas belajar diberikan kepada 12 orang, terdiri dari 2 orang S1; 9 orang S2;

dan 1 orang S3. Sedangkan pegawai yang telah menyelesaikan tugas belajar pada tahun 2004 sebanyak 25 orang, terdiri dari 10 orang S1, dan 15 otang S2. Kegiatan peningkatan ketrampilan dan kemampuan juga dilakukan dengan pengiriman pegawai mengikuti berbagai kursus/pelatihan, yaitu sevanyak 55 orang.

Page 51: skrt 2004

44

6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dilaksanakan dengan perbaikan dan pembangunan gedung perkantoran dan laboratorium serta pengadaan perlengkapan perkantoran dan peralatan laboratorium. Disamping itu juga telah dilakukan pemeliharaan inventaris kantor dan kendaraan serta pengembangan museum kesehatan di Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan.

7. Jaringan Badan Litbangkes, telah terpasang 204 nodes pengembangan Local

Area Network dengan peningkatan sambungan internet menjadi 64 KB/second. Badan Litbangkes akan menjadi host dari situs ASEAN Net, khusus untuk surveillance penyakit. Disamping memberikan layanan email sebanyak 426 account, mailing list sebanyak 23, dan web hosting sebanyak 6 domain.

8. Jenis Pelayanan perpustakaan Badan Litbangkes meliputi pemindahan data base

hasil penelitian (elektronik katalogisasi), jumlah koleksi 2.615 judul, perekaman hasil penelitian dalam perpustakaan digital (digital library) sebanyak 2.257 entri, penelusuran hasil penelitian sebanyak 132 EDDS dan 1.228 CD ROM, pengadaan 41 buku, 15 jurnal ilmiah dan penambahan koleksi ilmiah lainnya berupa laporan penelitian sebanyak 167 judul.

9. Penyebarluasan hasil litbangkes dilaksanakan melalui publikasi cetak terbitan

Badan Litbangkes atau jurnal-jurnal ilmiah lainya baik dalam negeri maupun luar negeri, melalui website, dan pertemuan ilmiah serta pameran.

10. Peningkatan kapasitas institusi memperoleh proporsi anggaran terbesar

(66,26%) dari total anggaran Badan Litbang Kesehatan. Proporsi anggaran terkecil pada program penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbangkes yakni 2,18%. Proporsi alokasi anggaran Badan Litbangkes terhadap Alokasi anggaran Depkes pada tahun 2004 sebesar 0,86%. Perkembangan anggaran Badan Litbangkes menunjukkan adanya kenaikan dibanding tahun sebelumnya dan tahun 2004 mengalami kenaikan anggaran sebesar 45,04% dibanding tahun 2003.

B. Rekomendasi Memperhatikan evaluasi terhadap capaian pelaksanaan program dan kegiatan Badan Litbangkes tahun 2004, maka sebagai upaya peningkatan capaian pada pelaksanaan tahun mendatang direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Proporsi orientasi pemanfaatan hasil litbangkes agar lebih diarahkan kepada

implikasi kebijakan dan HaKI, karena Badan Litbangkes sebagai lembaga Litbang Departemen harus bersifat client oriented.

2. Perlu disusun agenda litbangkes yang lebih terarah dan strategis untuk

membantu memecahkan masalah kesehatan (client oriented research activities) dan mendukung percepatan tercapainya kesepakatan global (MDGs).

3. Mengikutsertakan stakeholders mulai dari perencanaan, penyusunan proposal

sampai dengan pemanfaatan hasil litbangkes.

Page 52: skrt 2004

45

4. Jangka waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan kebutuhan client, artinya lama penelitian tidak harus 1 tahun anggaran. Contoh: survey cepat selama 3-4 bulan (quick yielding) dan penelitian berkelanjutan namun proposalnya telah disusun lengkap sejak tahun pertama (multi years).

5. Dengan diberlakukannya desentralisasi, Badan Litbangkes perlu lebih berperan

dalam penyusunan standar dan pedoman, sebagai fasilitator dan pendamping-an/asistensi.

6. Perencanaan pengembangan pegawai agar lebih terstruktur dan terarah sesuai

dengan demand side (client: program, masyarakat dan industri) and supply side (provider: Badan Litbangkes, Biro Kepegawaian Depkes).

7. Agar lebih memenuhi perkembangan iptekkes, perlu disusun konsep kepakaran

litbangkes. 8. Perlu disusun mekanisme sistem monitoring dan evaluasi untuk pelaksanaan

litbangkes bersumber dana bantuan. 9. Perlu peningkatan alokasi anggaran pada program penyebarluasan dan

pemanfaatan hasil litbangkes karena hal ini ini merupakan core business yang harus dilaksanakan lebih intensif.

10. Perlu perencanaan pengembangan laboratorium yang terpadu, termasuk

manajemen, peralatan dan kapasitas SDM untuk diarahkan pada perolehan suatu hasil penelitian yang sahih dan mempunyai nilai akurasi yang tinggi serta pengakuan secara baik nasional maupun internasional melalui akreditasi laboratorium.

Page 53: skrt 2004

46

BAB VII PENUTUP

Laporan Tahunan Badan Litbangkes ini disusun sebagai bentuk analisis dan evaluasi pencapaian kinerja program telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2004. Dari evaluasi kinerja pelaksanaan pogram, tampak bahwa sebagian besar hasil penelitian berorientasi kebijakan. Untuk itu pada tahun 2005 diperlukan peningkatan baik anggaran maupun kegiatan penyebarluasan hasil penelitian sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan secara optimal dalam penyusunan kebijakan pembangunan kesehatan. Di samping itu, pengembangan SDM yang seiring dengan perkembangan iptekkes, perlu lebih terstruktur dan terarah sesuai dengan demand side (client: program, masyarakat dan industri) and supply side (provider: Badan Litbangkes, Biro Kepegawaian Depkes). Untuk itu diperlukan suatu pemetaan kepakaran SDM Badan Litbangkes sebagai dasar perencanaan dan pembinaan SDM yang sesuai sasaran. Dalam pengembangan laboratorium sebagai sarana penunjang untuk memperoleh hasil litbangkes yang sahih dan mempunyai nilai akurasi yang tinggi diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh dan terpadu serta diarahkan kepada laboratorium pengujian/kalibrasi yang siap diakreditasi. Pelaksanaan manajemen yang efektif, pelaksanaan litbangjes yang didasarkan pada prioritas dan strategis sesuai agenda nasional, peningkatan kualitas SDM, peningkatan aksesibilitas dan utilisasi sarana penunjang kegiatan litbangkes, serta penyebarluasan hasil penelitian yang tepat guna merupakan tantangan kedepan yang masih harus dihadapi Badan Litbangkes sebagai upaya mewujudkan sebagai institusi unggulan (center of excellent). Dengan diberlakukannya kebijakan desentralisasi dan berdirinya Badan Litbang Daerah serta peran Badan Litbangkes sesuai PP no. 39 tahun 1995 untuk melakukan pembinaan dan koordinasi litbangkes, maka diperlukan sinergisme antara pelaksanaan kewenangan di tingkat nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota, sehingga kegiatan litbangkes dapat dilakukan secara terpadu, efektif dan efisien dengan mengutamakan pada kebutuhan prioritas dan spesifik lokal.

Page 54: skrt 2004

47

LAMPIRAN I

JUDUL LITBANGKES BERSUMBER DANA APBN TAHUN 2004

I. Puslitbang Pelayanan dan Tekologi Kesehatan

No Judul Ketua Pelaksana Rutin

1. Systematic review penelitian-penelitian Puslitbang Yantekkes periode 1998-2002 (lima Tahun Terakhir)

DR. Dr. Hariadi Soeparto, DOR, M.Sc

2. Model pengukuran kinerja tenaga kesehatan di Kabupaten/Kota dengan point value berdasarkan tugas, fungsi dan jabatannya.

Drh. Didik Budijanto, M.Kes

3. Evaluasi pelatihan metodologi penelitian bagi dosen di 13 program studi Poltekkes Surabaya.

Evie Sopacua. SKM, M.Kes

4. Peranan kultur organisasi terhadap kedisiplinan kerja petugas kesehatan dalam menunjang tercapainya visi, misi dan tujuan Puskesmas.

Drg. Ninik L Pratiwi, M.Kes

5. Penelitian operasional pengembangan Pos Obat Desa.

Dra. Martuti Budiharto, Apt, MM

Pembangunan 1. Pengembangan system pelayanan kesehatan

di Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah implementasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan otonomi luas.

Dr. Sulistiyawati Hoedijono, MA

2. Evaluasi upaya peningkatan kapabilitas pembiayaan dan penganggaran bidang kesehatan dalam rangka otonomi daerah.

Dr. Wasis Budiarto, SE, MS

3. Pengembangan model kemitraan dengan Dewan Kesehatan Kabupaten/Kota (DHC) sebagai suatu bentuk pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

DR. Drs. Paiman Soeparmanto

4. Evaluasi kemampuan manajerial SDM kesehatan di Kabupaten/Kota dalam era desentralisasi.

Evie Sopacua, SKM, M.Kes

5. Pengembangan kapasitas advokasi sektor kesehatan dalam rangka otonomi daerah.

Dr. SK. Poerwani, MARS

6. Efektifitas pemanfaatan dokter dan paramedis perawatan di pelayanan kesehatan masyarakat perawatan dan non perawatan.

Dr. Soemartono, DHSA

7. Model pembinaan pengecer obat tradisional dalam penyalahgunaan bahan kimia berkhasiat obat.

Dra. Suharmiati, M.SI, Apt

8. Pengembangan model peningkatan kinerja (performa improvement) Puskesmas di daerah terpencil.

Dr. Tri Juni Angkasawati, MSc

9. Pengembangan model peningkatan pemanfaatan pelayanan antenatal persalinan oleh keluarga miskin di pedesaan.

Dr. Andryansyah Arifin

10. Intervensi pemberdayaan masyarakat melalui penumbuhkembangan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat miskin di pedesaan dalam rangka MPS.

Dra. Ristrini, M.Kes

11. Analisis efektifitas program JPK bagi keluarga miskin (JPK Gakin) dalam rangka pelaksanaan PKPS BBM bidang kesehatan.

Dr. Tetty Rachmawati

12. Perkiraan beban penyakit dan umur harapan hidup produktif di tujuh kawasan dan skala nasional Indonesia.

Dr. Soewarta Kosen, MPH, DR.PH

Page 55: skrt 2004

48

No Judul Ketua Pelaksana 13. Kebutuhan kesehatan dasar pasca gawat

darurat kompleks dalam kemapuan system kesehatan Indoensia pada wilayah spesifik suatu tanggapan dan analisis.

Dr. Roy G Massie, MPH

II. Puslitbang Pemberantasan Penyakit

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Penelitian hubungan asupan lemak jenuh

pada makanan gorengan dengan profil lipid. Rustika, SKM, M.Kes

2. Penelitian kejadian diabetes mellitus tipe 2 pada kasus toleransi glukosa terganggu dan factor non generic yang beresiko.

Ekowati Rahajeng, SKM, MKes

3. Pengembangan model diagnosa tepat etiologi KLB di Indonesia.

Drg. Rudi Hendro Putranto

4. Pengembangan status kesehatan koloni tikus dan mencit percobaan ditinjau dari aspek hematologis, parasitologis, bakteriologis, (patogen) dam histologi

Risnawati Aminah, B.Sc

5. Pengembangan kerjasama laboratorium Emerging Infectious Diseases.

Anorital, SKM, M.Kes

6. Pengembangan metode pengambilan specimen urine untuk pemeriksaan campak.

Dr. Sinurita Sihombing

7. Pengembangan database penelitian pemberantasan penyakit.

Dra. Pudjiharti, M.Kes

Pembangunan 1. Pengembangan pengendalian malaria dengan

intensifikasi penemuan. Drg. Sekartuti, M.Kes

2. Status kekebalan difteri pada siswa SMP kelas III dan SMA kelas II di Kabupaten Badung, Bali dan Jawa Barat.

Dr. CS Whinie Lestari

3. Daya protek anti bodi vak cam-70 terhadap genotif virus campak liar.

Drs. Bambang Heriyanto, M.Kes

4. Penyusunan model penyuluhan dalam upaya pencegahan Carpal Tunnel Syndrome.

Dr. Lusianawaty Tana, MS

5. Evaluasi pemberantasan ISPA di daerah prevalensi tinggi.

Drs. Djoko Yuwono, MS

6. Hubungan antara tanggapan pasien dengan kepatuhan pasien terhadap pencegahan sekunder hipertensi.

Nunik Kusumawardhani, SKM, M.Sc

7. Pengembangan standar hasil pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter, dokter gigi, perawat.

Drg. Indirawati, S.Perio

8. Fisibilitas penerapan metode diagnostik malaria menggunakan metode citra digital.

Dr. Priyanto Sismadi

9. Trial vaksin IPV pada anal Balita di Kebumen Jateng.

Drh. Gendro Wahyuhono, MTH

10. Pengembangan laboratorium TB untuk menentukan MDR TB.

Drs. Syahrial Harun, MS

11. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan recurrent apthae stomatis dengan hormon reproduktif wanita.

Drg. Farida Soetiarto, MS

12. Transformasi hasil-hasil penelitian malaria dan tuberculosis.

Puslitbang Pemberantasan Penyakit

13. Analisis kebijakan penanggulangan penyakit menular akut.

Puslitbang Pemberantasan Penyakit

14. Analisis kebijakan penyakit tidak menular utama.

Puslitbang Pemberantasan Penyakit

Page 56: skrt 2004

49

III. Puslitbang Ekologi Kesehatan No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Pengembangan laboratorium dan koloni

referensi nyamuk vector penyakit. Drs. Amrul Munif, M.Si, APU

2. Pengembangan model peningkatan hygiene sanitasi pondok pesantren di Kabupaten Tangerang.

Dr. Herryanto, M.Kes

3. Factor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko penyakit Lupus Eritmatosus Sistemik.

Dr. Freddy M Komalig, MKM

4. Persepsi bidan desa terhadap peran, tugas dan fungsinya di Kabupaten Tangerang.

Drs. Helper Manalu

Pembangunan 1. Uji kerentanan vector malaria terhadap

insektisida organofosfat, karbamat dan pyrethroid di Indonesia.

Dra. Widiarti, M.Kes

2. Studi bioekologi vector malaria di daerah endemic malaria Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah.

DR. Damar Tribuwono, MS

3. Pengembangan model peran serta masyarakat dan kemitraan dalam pemberantasan malaria di Purworejo Jawa Tengah.

DR. Supratman Sukowati

4. Pengembangan model pengendalian penyakit berbasis lingkungan melalui pendekatan Kota Sehat.

Anwar Musadad, SKM, M.Kes

5. Kajian pengendalian limbah padat RS. Riris N, SKM, M.Kes 6. Pengembangan model/kemitraan dalam

peningkatan sanitasi pengelolaan makanan di daerah objek wisata.

Djarismawati, SKM

7. Penyakit infeksi hanta virus penyebab HFRS di beberapa kota pelabuhan laut di Indonesia.

Dra. Ima Nurisa Ibrahim, M.Si

8. Dinamika transmisi virus dengue di daerah endemic Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Tangerang.

Dra. Sushanti Idris-Irham, M.Kes

IV. Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Pemeriksaan cemaran pestisida dalam

makanan yang dikonsumsi sehari-hari (susu murni, kentang, wortel dan apel malang)

Dra. D. Muktiatikum, M.Si, Apt

2. Analisis factor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan model pelayanan prima di apotek.

Dra. Rini Sasanti Handayi, M.Kes

3. Kajian sistematis dan strategis hasil-hasil penelitian tanaman obat sebagai sumber informasi untuk masyarakat ilmiah dan dunia usaha.

Drs. Ali Chozin, Apt

Pembangunan 1. Pengembangan strategi keamanan system

penggunaan obat . Dra. Anny V. Purba, M.Sc, Ph.D

2. Pengembangan manfaat daun sembung menjadi ekstrak tumbuhan obat untuk mengatasi keluhan menopause.

Drs. Bambang Wahjoedi, APU

3. Uji keamanan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (scheff) boerl) dan khasiat antidiabetesnya.

Dra. Lucie Widowati, M.Si

4. Pengembangan daun kembang sungsang (Gloria superba L) sebagai fitofarmaka GOUT (hiperurisemia)

Pudjiastuti, B.Sc

5. Proporsi MDR TB Paru di Kabupaten dan Kota Pekalongan berdasar survei.

Dra. Nani Sukasediati, MS, Apt

Page 57: skrt 2004

50

No Judul Ketua Pelaksana 6. Peningkatan produksi biomassa dan kadar

fenol total tanaman Echinacea purpurea L. Drs. Djumidi, Apt

7. Peningkatan kadar minyak atsiri dan piperin total buah Cabe Jawa melalui intervensi teknologi pasca panen.

Ir. Sugeng Sugiarso

8. Peningkatan kadar artemisin tanaman Artemisia annua L melalui perlakuan budidaya.

Drs. Sutjipto, Apt

8. Kajian pasca panen terhadap herba/ simplisia yang dipakai untuk P3T

BPTO

V. Puslitbang Gizi dan Makanan

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Pengembangan sistim informasi pemantapan

status gizi (PSG) Balita di tingkat kelurahan. Novita Fuada, SP, dkk

2. Studi pencapaian pertumbuhan linear dan status pubertas remaja dengan riwayat gizi buruk waktu usia dini.

Ir. Arnelia, M.Sc

3. Pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar anak gizi buruk yang mengikuti paket rehabilitasi di Klinik Gizi Puslitbang Gizi dan Makanan.

Ir. Heryudarini Harahap, M.Kes

4. Analisis zat gizi bahan makanan untuk melengkapi daftar komposisi bahan makanan.

Dra. Heru Yuniati, M.Si

5. Toksisitas dan efektivitas DHA pada otak dari garam asam lemak Omega 3.

Dr. Komari, M.Sc

6. Dampak pemberian makanan tambahan pada Balita KEP dengan hambatan perkembangan sosial pengunjung BP GAKI berdasar kelompok umur.

Sri Supadmi, S.Si.T

7. Pengembangan model stimulasi kognitif pada anak dengan kesulitan belajar di daerah endemik GAKI.

Leny latifah, P.Si

Pembangunan 1. Uji coba model intervensi masalah gizi kurang

secara terpadu. Djoko Kartono, M.Sc, PhD

2. Model pelaksanaan pemberian MP ASI tradisional yang diperkaya FOS terhadap kejadian diare & status gizi bayi 6-11 bulan.

DR. Mien Karmini

3. Dampak suplementasi pil besi dan selenium terhadap status Iodium WUS di daerah endemic GAKY.

M. Saidin, SKM, M.Si

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada bayi usia 2,3 dan 4 bulan.

DR. Susilowati Herman

5. Pengembangan surveillance sentinel GAKY dengan indikator UIE pada kelompok rawan.

Untung S. Widodo, MPS

6. Efektifitas makanan formula olahan hasil laut dalam meningkatkan respon daya tahan tubuh pada hewan coba kurang gizi.

DR. Uken SS Soetrisno

7. Hubungan kontrasepsi hormonal dengan nilai TSH, T4 pada WUS di daerah gondok endemic.

Ir. Sukati Saidin, MS

8. Uji pengaruh perbedaan proses pengolahan di industri minyak kelapa terhadap limbah ampas kelapa sebagai bahan baku produksi galaktomanan.

Suryana Purawisastra, MSc

9. Keseimbangan energi dan komposisi tubuh pekerja dengan jenis pekerjaan berbeda.

Ir. Yuniar Rosmalina, MSc

Page 58: skrt 2004

51

VI. Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Efikasi dan efisiensi metodologi penyakit pes

terhadap eksistensi anti bodi pes pada manusia di daerah focus pes, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.

DR. Damar Tri Buwono, MS

2. Bionomi vector malaria (An. Maculatus dan An. Aconitus) di daerah endemic, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Drs. Hasan Basri, MS

3. Efektifitas formulasi liguid bacillus thuringiensis H-14 strain local dan vektobac 12 AS (Bt H-14) terhadap Anopheles spp di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DIY.

Dra. Blondines ChP

4. Pengembangan koleksi referensi serangga vector dan reservoir penyakit di Indonesia.

Drs. Widiarti, M.Kes

5. Pengembangan perpustakaan dalam upaya peningkatan wawasan ilmiah sumber daya manusia BPVRP.

Wiwik Trapsilowati, SKM

VII. Balai Penelitian Tanaman Obat

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Isolasi dan identifikasi flavonoid benalu

alpukat (Scrulla atropurpurea (Bl) Dans) yang tumbuh dipohon alpukat sebagai senyawa penanda.

Drs. Slamet Wahyono, Apt

2. Standarisasi cabe Jawa (Piper retrofractum vahl). Tahap pertama: melalui pemilihan kultivar unggul dari beberapa daerah sentra produksi.

Awal prihatin Kusumadewi, S.Si.

3. Peningkatan produksi dan rendemen ekstrak total Talinum paniculatum gaertn melalui pemberian kalium dan tingkat naungan.

Rr. Yuni Kusumodewi, SP, MP

VIII. Balai Penelitian Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Dampak terapi laser puncture anak dengan

hambatan tumbuh kembang di daerah gondok endemik.

Dr. Suryati Kumorowulan

2. Alat uji kadar Iodium dalam tubuh manusia menggunakan elektroda selektif ion.

Dr. Z. Hidajati

IX. Loka Litbang P2B2 Baturaja

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Survei longitudinal dan bionomik suspect/

vector malaria di desa endemic malaria Puskesmas Gunawang Kecamatan Belitang Kabupaten Oku Timur Tahun 2004.

Akhmad Saikhu, SKM, MScPH

X. Loka Litbang P2B2 Ciamis

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Study bionomik vector setempat untuk

menunjang penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) malaria di Sukabumi.

Lukman Hakim, B.Sc, DAPE

Page 59: skrt 2004

52

XI. Loka Litbang P2B2 Banjarnegara No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Studi bionomik vector malaria di Desa

Kalikarung Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo tahun 2004.

Bambang Yunianto, M.Kes

XII. Loka Litbang P2B2 Donggala

No Judul Ketua Pelaksana Rutin 1. Pemberdayaan guru dan murid sekolah dasar

dalam pemberantasan sarangnaymuk Demam Berdarah Dengue di Kota Palu.

Rosmini, SKM

XIII. Riset Pembinaan Kesehatan

No Judul Ketua Pelaksana

Pembangunan 1. Studi dinamika penularan malaria di Desa

Pamotan Kecataman Kalipucang Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat Tahun 2004.

Lukman Hakim, DAP&E

2. Studi dinamika penularan malaria di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004.

Bina Ikawati, SKM

3. Studi dinamika penularan malaria di Desa Tenang Kecamatan Muaradua Kisam, Kabupaten OKU Tahun 2004.

Amrullah Alwi

4. Studi penentuan factor risiko penularan (dinamika penularan) penyakit malaria di wilayah Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

Tribuwono Ambar Garjito, S.Si

5. Studi dinamika penularan malaria di Desa Walandimu Kabupaten Sumba Barat Tahun 2004.

Muhammad Kazwini, SKM

6. Studi dinamika penularan malaria di Desa Labuan Barat, Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kota Baru Tahun 2004.

Nita Rahayu, SKM

7. Studi factor risiko malaria di derah endemis malaria Kecamatan Kalogondang Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Dr. Bagus Febrianto

8. Upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif berdasarkan pendekatan social budaya studi kualitatif factor-faktor social budaya yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif (Tahap Pertama).

Dra. Yulfira Media

9. Daya tarik beberapa binatang ternak terhadap nyamuk Anopheles dan kemungkinannya menjadi zooprofilaksis malaria di Sukabumi, Jawa Barat.

Muhammad Hasan, SKM

10. Uji toksisitas kronis ekstrak alcohol daun paliasa(Kleinhovia hospital Linn) terhadap organ targedan testis tikus percobaan.

Drh. Raflizar

11. Menentukan factor risiko dominan kejadian sindrom syok dengue (SSD) pada penderita DBD.

Subahagio, SKM

12. Pengaruh medan elektromagnetik saluran udara tegangan ekstra tinggi 500 KV terhadap gangguan kesehatan (studi case-control pada masyarakat di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah) tahun 2004.

Dr. Anies, MKK, PKK

13. Kualitas air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan (AMDK) 19 liter dari aspek mirkobiologi, fisika, kimia dan factor-faktor yang mempengaruhinya di Kota Depok tahun 2004.

Dra. Sukmawati Alegantina.

Page 60: skrt 2004

53

No Judul Ketua Pelaksana

14. Survei resep obat TB Paru anak dan uji stabilitas hasil racikan atas resep dokter di beberapa apotek di Jakarta.

Dra. Dessy Gusmali, Apt, S.Si

15. Menghasilkan ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) melalui kultur jaringan serta pengaruhnya terhadap hasil metabolit sekuder.

Fauzi, Sp

16. Upaya promosi perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD melalui kemitraan antara Puskesmas dan SD.

Umi Muzakirroh, SKM

17. Kemitraan bidan dan dukun dalam upaya peningkatan pelayanan kehamilan dan pertolongan persalinan.

Nirmala A Ma’ruf, SKM

18. Factor risiko kurang gizi pada lansia di daerah perkotaan dan pedesaan di Kabupaten Serang.

Agus Triwnarta, SKM

19. Gambaran kadar besi ASI ibu menyusui bayi berumur tiga bulan.

Dr. Susi Suwarti, SpA

20. Pemberdayaan masyarakat dalam penelitian garam beriodium yang memenuhi syarat daerah endemic GAKI.

Nur Ihsan, SP

21. Algoritma dan kombo SP + kloro untuk mengatasi kendala dibidang mirkoskopis (False +/-/mix) di Kabupaten Purworejo.

Dr. Lusi Estiana, M.Kes

22. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan kelambunisasi di Kecamatan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara.

Dr. Masrifand Djamil, MPH

23. Analisis kualitatif pendampingan bidan terhadap dukun bayi serta karakteristik ibu bersalin menurut jenis penolong persalinan di Kota Banjarmasin Tahun 2004.

Arifah, SKM, M.Kes

24. Monitoring efikasi klorokuin untuk pengobatan malaria falciparum ringan di daerah Magelang, Jawa Tengah.

Sutjipto, SKM, M.Kes, DAP&E

XIV. Surkesnas

No Judul Ketua Pelaksana

Pembangunan 1. Persiapan, pelatihan pengumpul data,

pengumpulan data, pembinaan Surkesda, Susenas.

Soeharsono Soemantri, PhD

Page 61: skrt 2004

54

LAMPIRAN II

JUDUL PENELITIAN/KEGIATAN BERSUMBER DANA BANTUAN

TAHUN 2004

No Unit Kerja/ UPT Judul

1. Pengembangan Riset Operasional di Daerah Dalam Menghadapi desentralisasi

2. Penyusunan Pedoman dan Pelaksanaan Riset Pembinaan 3. Pengembangan National Institute and Centre of Excellence 4. Lokakarya Penyusunan Prioritas dan Agenda Penelitian

Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten 5. Development of health research ethics in Indonesia 6. On strengthening stewardship role of National Institute of

Health Research and Development. 7. Development of health research ethics in Indonesia

1. Badan Litbangkes

8. On strengthening stewardship role of National Institute of Health Research and Development.

1. Study on Support Community Health Services (US) (SCHS) 2. Medicine Prices Survey (WHO-MSH) 3. Developing Private Hospital in Pakanbaru on Aspect Master

Plan and Master Program (YARSI Indonesia) 4. Baseline Data on primary Health Care, Delivering Post a

Village (UE) 5. Study on Feasibility and Logistic Vaccination School Age

Children with Thypoid VI Vaccine in North Jakarta 6. Field Trial on Syringe Immunization from Tyco Health Care

UK Mono Medi (WHO) 7. In Depth Analysis of Socioeconomic and Health Indicators

with Focus on House Hold Expenditure (WHO) 8. The Willingness to Pay Study (IVI Sequl Korea) 9. The Jakarta DOMI International Study on determination the

Cost of Shigellosis, Cholera and Thypoid Fever in North Jakarta (IVI- Sequl Korea)

2. Puslitbang Yantekkes

10. DOMI Demonstration Project (IVI Sequl Korea) 1. Studi of effectiveness of pilot TB assistance program 2. Uji coba pengembangan program distribusi kapsul Vitamin A

kepada ibu nifas.

3. Puslitbang Gizi dan Makanan

3. Studi efikasi suplementasi zat gizi mikro lengkap “vitalia” 1. Integrated community based intervention on major NCDS in

Depok Municipality 2002-2005 baseline survey 2002. 2. Community development and capacity building for

sustainibilty of the integrated controlling program on common risk factor of major NCDS

3. DOMI International Vaccine Institute (5 tahun)

4. Puslitbang Pemberantasan Penyakit

4. Pemetaan malaria di kawasan timur Indonesia 1. Establishment of district database project’s lesson learned 2. Finalizing the presentation of HSPA and conduct a workshop

of socialization of the finding

5. Puslitbang Ekologi Kesehatan

3. NCD prevention strategies of monitoring NCD behavioural risk factors and expanding the Indonesia NCD surveillance system to include health behaviours.

Page 62: skrt 2004

55

TIM PENYUSUN

Drg. Titte K Adimidjaja, MSc,PH Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes

Drs. Riswadi Drs. Ondri Dwi Sampurno, Apt, MSc

Drs. Bambang Heriyanto, M.Kes Junediyono, SKM

Sugeng Basuki, SKM