skripsi - eprints.uns.ac.id · tanaman tebu dan kacang tanah dengan kualitas dan karakteristik...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH
DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
LILIK SETIANINGRUM
K 5407030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH
DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2010
Oleh :
LILIK SETIANINGRUM
K 5407030
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad, M.Si. Setya Nugraha, S.Si,M.Si.
NIP.19640507 199003 1 011 NIP. 19670825 199802 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi sebagai persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 28 Februari 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. 1. ............................
Sekretaris : Rahning Utomowati, S.Si. 2. ............................
Anggota I : Drs. Ahmad, M.Si. 3. ............................
Anggota II : Setya Nugraha, S.Si, M.Si. 4. ............................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK Lilik Setianingrum. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DAN KACANG TANAH DI KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman tebu, (2) mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kacang tanah, dan (3) Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu lahan yang terdapat di Kecamatan Jenar, pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling terdiri dari 11 sampel yang tersebar di Kecamatan Jenar. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah dengan kualitas dan karakteristik lahan. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya di setiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat rendah dan sedang, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah adalah pada setiap subkelas kesesuaian lahan pada masing-masing tanaman. Di daerah penelitian tidak ditemukan petani yang membudidayakan tanaman kacang tanah sehingga yang dapat diketahui produktivitasnya hanya tanaman tebu. Analisis selanjutnya adalah dilakukan rata-rata produktivitas tanaman tebu pada satuan lahan berdasarkan pada tingkat subkelas kesesuaian lahan kemudian diklasifikasikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yaitu subkelas kesesuaian lahan N1 r (15,47%), subkelas kesesuaian lahan S3 r,n (7,72%), subkelas kesesuaian lahan S3 r (4,90%), subkelas kesesuaian lahan S3 n (0,60%), subkelas kesesuaian lahan S2 r, f, n, s/m (64,89%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m,e (4,18%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n (2,24%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; dan kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r. (2) terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah yaitu subkelas kesesuaian lahan S3r,n (6,85%), subkelas kesesuaian lahan S3r (0,60 %), subkelas kesesuaian lahan S3s/m (4,82%), subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m (5,15%), dan subkelas kesesuaian lahan S2r,n,s/m (82,58%); kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan rendah dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r dan S3s/m; dan kesesuaian lahan potensial
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,n,s/m dan S3s/m. (3) Produktivitas tanaman tebu tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m yaitu 86,92 ton/Ha dan produktivitas tanaman tebu terendah terdapat subkelas kesesuaian lahan S3 r yaitu 60,00 ton/Ha.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Lilik Setianingrum. LAND SUITABILITY EVALUATION FOR SUGARCANE AND PEANUT PLANT AT JENAR DISTRICT IN SRAGEN REGENCY 2010, Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, Februari 2011.
The aim of this research are: (1) to know sub-class level of actual and potential land suitability for sugarcane plant, (2) know sub-class of actual and potential land suitability for peanut plant, and (3) know sugarcane and peanut productivity each land suitability sub-class at Jenar District.
This research uses spatial descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jenar District, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 11 land units spread over at Jenar District. Technique of data collected through field observation, interview, laboratory analysis, and document analysi. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of sugarcane and peanut plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at low and medium level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of sugarcane and peanuts are at each subclass of land suitability for each plant. In the study area can not find farmers who cultivate plant of peanuts, so that it can be seen only sugarcane productivity. Further analysis was performed an average productivity of sugarcane crop on land units based on land suitability subclass level then classified.
Based on the result of the research it can concluded as follows: (1) there are 7 subclass actual land suitability for sugarcane plant, those are land suitability subclass N1 r (15.47%), land suitability subclass r S3 (4.90%),%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m (64.89%), land suitability subclass S2 r,f,n,s/m,e (4.18%), and land suitability subclass S2 r,f,n (2.24%); potential land suitability for sugarcane plant with a low management level produced six land suitability subclass include: S2 r,f, S2r,f,e, S2r,f,s/m S2r,f,s/m,e, S3r, dan N1r; and potential land suitability for sugarcane plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2r, S2s/m, S2r,s/m, S2r,f,s/m,e, S3r, and N1r. (2) There are 5 subclass actual land suitability for peanut plant, those are land suitability subclass S3r,n (6.85%), land suitability subclass S3r (0.60%), land suitability subclass S3s/m (4.82%), land suitability subclass S2r,f,n,s/m (5.15%), and land suitability subclass S2r,n,s/m (82.58%); potential land suitability for peanut plant with low management level produced 4 subclass suitability include: S2r,s/m, S2r,f,s/m, S3r and S3s/ m; and potential land suitability for peanuts plant with a medium management level prodused six land suitability subclass include: S2s/m, S2r,s/m, S2r, f,n,s/m and S3s/m. (3) Highest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S2 r,f,n,s/m which is 86.92 tons/ha and have the lowest productivity of sugarcane get on land suitability subclass S3r is 60.00 tons/ha.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
It’s not just the sugar that makes the tea sweet, but the stirring. (Sam Levenson)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kita jatuh (Confusius)
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
Ibu dan Bapak tercinta atas doa dan kasihnya
Saudaraku Joko Burhantoro
Pakde Siwanto Sekeluarga & Keluarga Besarku
Saudara/i ku Geografi 2006
Almamater
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman
dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin dalam
penyusunanan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Geografi yang telah memberikan bimbingan arahan, serta ijin dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ahmad, M.Si selaku Pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Setya Nugraha S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, semangat serta pengalaman yang sangat
bermanfaat.
6. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi atas ilmu dan
pengalaman yang telah diberikan.
8. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
9. Pemerintah Kecamatan Jenar yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian dan seluruh warga yang telah membantu dalam pengumpulan
data.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Bekti dan Novika atas bantuannya dalam penyusunan peta.
11. Abidin, Ardhian, Tedi, Dyas, Maryanti, dan Rohmat atas bantuannya
dalam penelitian.
12. Keluarga kost “Rattimas” dan “Al Banat” yang telah memberikan
dukungan, bantuan dan semangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Adik-adik Geografi ‘07 terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Meskipun disadari, skripsi ini jauh dari sempurna, namun diharapkan
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan ilmu geografi pada khususnya.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xviii
DAFTAR PETA ................................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xx
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah...... ................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah.. ... ................................................................. 10
D. Perumusan Masalah....... ................................................................. 10
E. Tujuan............................... .............................................................. 10
F. Manfaat.......................... ................................................................. 11
1. Manfaat Teoritis .............................. ......................................... 11
2. Manfaat Praktis .......................................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lahan........................................................................................ 12
2. Evaluasi Lahan ........................................................................ 12
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Kesesuaian Lahan ..................................................................... 14
4. Kualitas dan Karakteristik Lahan................................................. 18
5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual).......................................... 28
6. Kesesuaian Lahan Potensial......................................................... 28
7. Tebu (Saccharum officinarum)..................................................... 28
8. Industri Gula.............................................................. ................. 32
9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)......................................... 33
10. Metode Evaluasi Lahan................................................................ 36
11. Satuan Lahan................................................................................ 37
12. Produktivitas Tanaman................................................................. 37
13. Konservasi Tanah................................................ ....................... 38
14. Sistem Informasi Geografis (SIG)................................................ 39
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 41
C. Kerangka Pemikiran.......... .............................................................. 48
BAB III. METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 50
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 50
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 50
B. Metode Penelitian.............................................................................. 51
C. Populasi dan Sampel.......................................................................... 52
D. Sumber Data...................................................................................... 54
1. Data Primer ......................................................... ....................... 54
2. Data Sekunder ............................................................................. 54
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 55
1. Observasi Langsung ........................................... ........................ 55
2. Wawancara ......................................................... ........................ 55
3. Analisis Laboratorium ......................................... ...................... 56
4. Analisi Dokumen ................................................ ....................... 56
F. Teknik Analisis Data......................................................................... 56
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Tanaman Tebu ...................................................... ............ 57
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Tanaman Kacang Tanah .................................................. 58
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ...................... . 61
G. Prosedur Penelitian............................................................................ 62
1. Tahap Persiapan ................................................. ........................ 62
2. Tahap Penyusunan Proposal ....................................................... 62
3. Tahap Penyiapan dan Penyusunan Instrumen ............................ 62
4. Tahap Pengumpulan Data ........................................................ ... 63
5. Tahap Analisis Data .......................................................... ......... 63
6. Penulisan Laporan Penelitian ...................................................... 63
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ..................................................... 65
1. Letak, Batas dan Luas ....................... ........................................ 65
2. Iklim ....................... .................................................................. 68
3. Geologi & Geomorfologi ....................... ................................... 74
4. Tanah ....................... ................................................................ 78
5. Hidrografi .................................................................................... 81
6. Keadaan Penduduk ....................... ............................................ 81
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..................................................... 82
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Tanaman Tebu ............................................................... 82
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
untuk Tanaman Kacang Tanah .................................................. 126
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah ....................... 146
BAB III. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 158
B. Implikasi .............................................................................. ............ 161
C. Saran .......................................................................... ...................... 161
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 164
LAMPIRAN
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999-2005 .................................. 3
Tabel 2. Jumlah PG dan Kapasitas Terpasang Industri Gula Indonesia ........ 4
Tabel 3. Produksi dan Produktivitas Tebu dan Gula ..................................... 5
Tabel 4. Luas Areal Tanaman Tebu di Kabupaten Sragen Tahun 2008 ....... 6
Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah ..................................... 19
Tabel 6. Klasifikasi Drainase Tanah ............................................................ 20
Tabel 7. Klasifikasi KTK................................................................................. 21
Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah......................................................................... 22
Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total................................................................. 22
Tabel 10. Klasifikasi Phospat (P2O5)................................................................. 22
Tabel 11. Klasifikasi K2O Tersedia................................................................... 23
Tabel 12. Klasifikasi Batuan Permukaan.......................................................... 23
Tabel 13. Klasifikasi Kemiringan Lereng......................................................... 24
Tabel 14. Klasifikasi Singkapan Batuan........................................................... 25
Tabel 15. Klasifikasi Banjir/Genangan............................................................. 26
Tabel 16. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam
Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail................................................ 27
Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu......... . 31
Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk
Tanaman Kacang Tanah.................................................................... 35
Tabel 19. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan
Pengerjaan Secara Manual................................................................ 41
Tabel 20. Penelitian yang Relevan................................................................... 46
Tabel 21. Waktu Penelitian ....................................................................... ...... 50
Tabel 22. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan
Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya..................................... 59
Tabel 23. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual untuk
Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya........................ 60
Tabel 24. Nama dan Luas Desa Di Kecamatan Jenar ........................ ............. 66
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 25. Curah Hujan Kecamatan Jenar Dari Tahun 2000-2009
(dalam mm) ........................ ........................................................... 70
Tabel 26. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut
Schmidt dan Ferguson ........................ ........................................... 73
Tabel 27. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Jenar Tahun 2009 ........................ ................................ 82
Tabel 28. Kemiringan Lereng di Kecamatan Jenar ......................................... 83
Tabel 29. Macam Tanah Kecamatan Jenar ........................ ............................. 85
Tabel 30. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar ........................ ..................... 87
Tabel 31. Satuan Lahan Kecamatan Jenar ........................ .............................. 89
Tabel 32. Drainase Tanah Kecamatan Jenar ........................ .......................... 91
Tabel 33. Tekstur Tanah Kecamatan Jenar ........................ ............................ 93
Tabel 34. Kedalaman Efektif Tanah Kecamatan Jenar ........................ ........... 94
Tabel 35. Retensi Hara Kecamatan Jenar ........................ ............................... 95
Tabel 36. Ketersediaan Hara Kecamatan Jenar ........................ ...................... 96
Tabel 37. Kualitas dan Karakteristik Lahan Kecamatan Jenar
Tahun 2010 .................................................................................... 98
Tabel 38. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 100
Tabel 39. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual
Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar ........................ ............. 101
Tabel 40. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 102
Tabel 41. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ......................... 111
Tabel 42. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 115
Tabel 43. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 120
Tabel 44. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ........................ ... 121
Tabel 45. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 123
Tabel 46. Subkelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 127
Tabel 47. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual
Untuk Tanaman Kacang Tanah di Kecamatan Jenar ....................... 128
Tabel 48. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 135
Tabel 49. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar ............. . 136
Tabel 50. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 138
Tabel 51. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ....................................................................... 141
Tabel 52. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar ............... 142
Tabel 53. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar ........................ ................................................ 144
Tabel 54. Produktivitas Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar Tahun 2010 ....... 147
Tabel 55. Produktivitas Tanaman Tebu Tiap Desa di Kecamatan Jenar
Tahun 2010 .................................................................................. 150
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk
Evaluasi Lahan ............................................................................ 14
Gambar 2. Tanaman Tebu ............................................................................. 30
Gambar 3. Tanaman Kacang Tanah .............................................................. 34
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 49
Gambar 5. Skema Alur Penelitian ................................................................. 64
Gambar 6. Diagram Persentase Luas Kecamatan Jenar ................................. 66
Gambar 7. Diagram Tipe Iklim Kecamatan Jenar Menurut Koppen Periode
2000-2009 ................................................................................... 72
Gambar 8. Tipe Curah Hujan Kecamatan Jenar Tahun 2000-20009 Menurut
Schmidt dan Ferguson ................................................................. 74
Gambar 9. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Rendzina .................. 79
Gambar 10. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Regosol .................... 80
Gambar 11. Segitiga Tekstur Tanah ................................................................ 92
Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Jenar ............................ 102
Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ............ 103
Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ....................... 104
Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Banyurip ...................... 105
Gambar 16. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Kandang Sapi... . 106
Gambar 17. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m,e di Desa Jenar............... 107
Gambar 18. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n di Desa Banyurip.................. 108
Gambar 19. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r,n di Desa Kandang Sapi ............ 129
Gambar 20. Subkelas Kesesuaian Lahan S3r di Desa Banyurip ....................... 129
Gambar 21. Subkelas Kesesuaian Lahan S3s/m di Desa Jenar ......................... 130
Gambar 22. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,f,n,s/m di Desa Banyurip ........... 131
Gambar 23. Subkelas Kesesuaian Lahan S2r,n,s/m di Desa Kandang Sapi ...... 132
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR PETA
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jenar ......................................................... 67
Peta 2. Geologi Kecamatan Jenar ................................................................ 77
Peta 3. Lereng Kecamtan Jenar .................................................................... 84
Peta 4. Macam Tanah Kecamatan Jenar ....................................................... 86
Peta 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar ................................................ 88
Peta 6. Satuan Lahan Kecamatan Jenar ....................................................... 90
Peta 7. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ... 109
Peta 8. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar ................................ 114
Peta 9. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ................................. 122
Peta 10. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah
Kecamatan Jenar .............................................................................. 133
Peta 11. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar .................... 137
Peta 12. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar ..................... 143
Peta 13. Produktivitas Tanaman Tebu Kecamatan Jenar ............................... 153
Peta 14. Rekomendasi Tumpangsari Tanaman Tebu & Kacang Tanah
Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 ............................ 163
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jumlah Responden Wawancara
Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 3. Daftar Checklist Lapangan
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan dan Tabel Isian Wawancara
Lampiran 5. Perijinan
xx
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi
sumberdaya alam yang merupakan unsur dari lingkungan yang
mendukung kehidupan di muka bumi. Dalam pengelolaan sumberdaya alam harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dengan
tetap memperhatikan keseimbangan dan keselarasannya sehingga akan bermanfaat
bagi generasi-generasi mendatang.
Sebagai modal dasar pembangunan nasional, sumberdaya alam harus
dimanfaatkan secara sepenuh-penuhnya, tetapi dengan cara yang tidak merusak.
Bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan haruslah yang dapat memelihara
dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk
pembangunan lebih lanjut di masa yang akan datang. Inventarisasi dan evaluasi
sumberdaya alam sangatlah penting dengan tujuan untuk lebih mengetahui dan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik di darat, laut maupun di udara yang
sangat diperlukan bagi pembangunan.
Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbnagkan. (Sitorus, 1998:1).
Sejarah pertanahan di Indonesia dimulai sejak jaman kerajaan dimana
pada saat itu semua tanah dikuasai oleh raja. Kebijakan tersebut terus berlanjut
pada saat Inggris menjajah Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Gubernur
Jenderal Raffles mengenalkan sistem sewa tanah di pulau Jawa. Raffles
memandang semua tanah sebagai milik raja-raja Jawa. Karena raja telah
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengakui kedaulatan Inggris, maka tanah menjadi kepunyaan negara. Teori ini
menjadi dasar untuk penerapan sistem sewa tanah di Jawa.
Raffles meninggalkan Jawa pada tahun 1816, setelah pulau tersebut dikembalikan Inggris kepada Belanda. Belanda meninjau kembali kebijaksanaan mereka atas Jawa. Gubernur Jenderal Van Der Cappellen menerapkan suatu kebijaksanaan, diantaranya ialah, bahwa penduduk Jawa bebas menggunakan tanah mereka untuk menanam yang mereka kehendaki, tapi sebagai imbalan atas hak ini, orang-orang tersebut harus membayar sewa atas tanah. (Rajagukguk, 2007: 1)
Van Den Bosch, yang menggantikan Van Der Cappellen, muncul dengan
suatu gagasan Culturstelsel. Tujuannya adalah untuk membuat Jawa sebagai suatu
aset yang bernilai dengan menghasilkan sebanyak mungkin kopi, gula dan nila
dengan biaya produksi yang serendah mungkin. Menurut sistem yang baru ini,
rakyat harus menanam 1/5 tanah desa dengan tebu, kopi atau nila. Persyaratan
tersebut kemudian diganti menjadi 1/3. Keberhasilan produksi gula (dan juga
perkebunan besar lain) di Indonesia dimasa kolonial pada dasarnya disebabkan
oleh dua faktor utama, yaitu kemudahan memperoleh tanah yang murah dan
tenaga kerja yang murah.
Sistem tanam paksa menciptakan kekuasaan otoriter pada tingkat atas
dan kesengsaraan pada kalangan rakyat. Sistem itu juga menhapuskan peranan
usaha-usaha swasta. Situasi ini menjadi pusat kritik Partai Liberal, yang kemudian
berkembang semakin kuat dan akhirnya pada tahun 1854, memenangkan suatu
mayoritas di Parlemen Belanda.
Kekeuatan Partai Liberal yang terus meningkat di Negeri Belanda mendorong perubahan-perubahan politik di wilayah jajahan yang sebagian didasarkan pada alasan kemanusian, sebagian lainnya bersumber pada filsafat ekonomi liberal. Kaum liberal percaya mengenai keuntungan-keuntungan ekonomi pasar bebas, tidak hanya untuk rakyat Jawa tetapi juga untuk perusahaan-perusahaan Belanda secara umum. Sistem tanam paksa secara berangsur-angsur dihapuskan, begitu juga monopoli pemerintah. Pada akhirnya kemudian perusahaan swasta boleh meluaskan usahanya. (Rajagukguk, 2007: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pada masa itu, terutama sejak diberlakukannya Undang-undang Agraria
1870 (Agrarische Wet 1870), yang memberikan hak ”erfpacht” (hak sewa turun
temurun) dan hak ”opstal” (hak untuk membangun atau mengusahakan tanah
milik orang lain) selama 75 tahun kepada perusahaan-perusahaan swasta,
perusahaan Belanda dan negeri lain datang ke Indonesia membuka perkebunan-
perkebunan tembakau, gula, karet, teh dan kelapa sawit. Komoditi tersebut di jual
di pasar Eropa dan Amerika Utara.
Pada tahun 1975, melalui Instruksi Presiden (Inpres) No 9/1975,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan perijbahan struktural dalam
organisasi industri gula. Perubahan yang mendasar adalah bahwa penanaman tebu
yang semula merupakan tanggung jawab pabrik gula (PG) yang dengan cara
menyewa tanah petani lalu mengelola sendiri pertanaman/perkebunan tebu diubah
menjadi tanggung jawab petani. Artinya, penanaman tebu menjadi tanaman milik
rakyat, sedangkan PG hanya berfungsi sebagai “buruh” pengolah tebu menjadi
gula, dan sebagai penasehat teknis dalam hal budidaya tebu. Sistem ini dikenal
sebagai “Tebu Rakyat Intensifikasi” atau TRI. Salah satu tujuan utama TRI adalah
agar petani diberi kesempatan untuk dapat menjadi “tuan di tanahnya sendiri”.
Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan
Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai. Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum tercapai (Arifin, 2008:1).
Tabel 1. Konsumsi Gula Nasional Tahun 1999 – 2005
Tahun Konsumsi Nasional (ton)
% Kenaikan Konsumsi
% Produksi Terhadap Konsumsi
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
2.889.171 2.989.171 3.150.866 3.300.808 3.300.811 3.388.808 3.439.640
3,35 5,13 4,54 0,00 2,60 1,48
51,52 56,56 54,76 53,18 49,44 60,54 65,17
(Sumber: Sekretariat Dewan Gula Indonesia 2006 dalam Maria, 2009: 3, diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
di Kecamatan Jenar untuk tanaman tebu baik kesesuaian lahan sekarang maupun
kesesuaian lahan potensial.
Selain melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar adalah
dengan sistem tumpang sari, mengingat masa panen tanaman tebu yang relatif
lama, yaitu sekitar satu tahun. Tanaman palawija dapat dibudidayakan
berdampingan dengan tanaman tebu, seperti: kacang tanah, kedelai, kacang hijau,
jagung dan lain-lain. Selain itu, penduduk di kecamatan Jenar telah
membudidayakan tanaman tebu dalam kurun waktu yang relatif lama namun tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan pada taraf kesejahteraannya.
Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, agroindustri produk palawija,
serta industri peternakan dan perikanan. Perubahan penggunaan lahan pertanian
produktif menjadi areal pemukiman, prasarana umum, kawasan industri dan
wisata mengurangi areal tanam.
Sentra produksi kacang tanah di Indonesia antara lain adalah Kabupaten Tuban dan Blitar (Jawa Timur), serta Pati, Kudus, Blora, Sragen, dan Wonogirmei (Jawa Tengah). Deskripsi dan karakterisasi tanah merupakan langkah awal dalam mengenal dan membaca karakter tanah. Dengan memahami karakter tanah, kita dapat memanfaatkan tanah sesuai dengan watak dan kemampuannya, atau memanipulasi karakter tanah sesuai dengan prasyarat peruntukannya. (Sudaryono, 2009: 266).
Penanaman kacang tanah di Indonesia kebanyakan dilakukan di tanah
kering (tegalan) atau di sawah. Pada umumnya kacang tanah ditanam pada saat
menjelang musim kemarau. Namun, penanaman kacang tanah di tegalan
dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan. Kacang tanah termasuk
tanaman palawija, yakni tanaman yang berumur pendek. Jadi, tanaman ini
tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Cara pemeliharaannya pun mudah
dilakukan. Adapun manfaat kacang tanah antara lain sebagai makanan manusia,
makanan ternak, bahan minyak goreng, dan bahan perdagangan. (Aak, 1989: 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Kabupaten Sragen sebagai salah satu daerah sentra produksi kacang
tanah belum semua daerahnya telah membudidayakan tanaman tersebut, termasuk
Kecamatan Jenar. Untuk itu, diperlukan data mengenai kualitas dan karakteristik
lahan di Kecamatan Jenar dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Selain
evaluasi lahan, diperlukan juga data mengenai produktivitas tanaman baik
tanaman tebu maupun tananaman kacang tanah.
Usaha tani tanaman pangan, khususnya kacang tanah saat ini telah
diupayakan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia, serta faktor pendukung lainnya untuk memulihkan perekonomian
nasional. Di Indonesia, pengembangan kacang tanah antara lain dilandasi oleh: (1)
tujuan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi masyarakat, (2) meningkatnya
permintaan kacang tanah (4.4 % per tahun) yang ditandai terus meningkatnya
impor kacang tanah akibat berkembangnya industri pengolahan, (3) adanya upaya
untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan petani, dan (4) masih
tersedianya sumberdaya lahan, manusia dan teknologi budidaya yang belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Meninjau perkembangan produksi kacang tanah nasional yang masih
tergolong rendah dengan peningkatan sebesar 1.43 % per tahun (periode 1991 –
2000), maka pemerintah dalam hal ini Dirjen Produksi Tanaman pangan
Departemen Pertanian menerapkan 9 strategi pengembangan produksi kacang
tanah. Dua diantaranya adalah mengembangkan kawasan/budidaya produksi
kacang tanah secara intensif pada lahan-lahan yang sesuai dan sangat sesuai
dengan mengidentifikasi lokasi pada lahan-lahan dengan produktivitas 15 kw/ha,
serta memperluas areal tanam.
Kesesuaian lahan mengindikasikan kelayakan teknis dari aspek lahan
untuk tanaman kacang tanah. Kesesuaian lahan memberikan data karakteristik
lahan berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman. Pengolahan tanah merupakan
tindakan dasar dalam menyiapkan media tumbuh bagi tanaman agar akar tumbuh
dan berkembang sempurna. Apabila tanaman tumbuh di tempat yang sesuai maka
pertumbuhannya akan baik dan memberikan hasil secara maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian yang berkaitan dengan kajian evaluasi lahan untuk jenis
tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar dengan judul: “Evaluasi
Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu Dan Kacang Tanah Di Kecamatan
Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010”
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang timbul dari latar belakang tersebut di atas antara
lain:
1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di
Kecamatan Jenar yaitu 37,45% dari luas seluruh Kecamatan Jenar,
tanaman tebu tersebut ada yang tumbuh baik dan ada yang tidak sehingga
perlu diketahui tingkat kesesuaian lahannnya untuk tanaman tersebut.
2. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Jenar belum optimal, salah satu cara
mengoptimalkan penggunaan lahan di daerah tersebut adalah dengan
sistem tumpangsari tanaman tebu dengan tanaman palawija. Hal ini
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar,
tanaman kacang tanah dipilih untuk dikaji dalam rangka mendukung
Kabupaten Sragen sebagai salah satu sentra produksi kacang tanah,
sehingga evaluasi kesesuaian lahan juga perlu dilakukan terhadap tanaman
kacang tanah.
3. Permintaan produksi palawija pada masa mendatang akan makin tinggi
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
4. Penanaman tebu dan kacang tanah yang tidak memperhatikan kelas
kesesuaian lahan berakibat merusak lahan serta akan merugikan manusia
itu sendiri sehingga diperlukan kegiatan evaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu dan kacang tanah.
5. Lahan di Kecamatan Jenar merupakan lahan yang kurang produktif
sehingga penduduk memanfaatkannya sebagai lahan kering dengan
ditanami tebu. Produktivitas tanaman tebu di daerah ini belum diketahui
sehingga diperlukan perhitungan produktivitas tanaman tebu. Tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kacang tanah sebagai tanaman pendamping (tumpangsari) juga perlu
diketahui produktivitasnya.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang muncul di daerah penelitian dengan
mengingat keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya kemampuan penulis dan untuk
mempertajam serta memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka
diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Tanaman tebu merupakan tanaman yang paling banyak dibudidayakan di
Kecamatan Jenar (37,45%) belum diketahuinya tingkat kesesuaian
lahannya, baik kesesuaian aktual maupun kesesuaian lahan potensial.
2. Tanaman kacang tanah sebagai tanaman palawija yang diharapkan mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat Jenar juga perlu diketahui
kesesuaian lahannya, baik kesesuaian lahan aktual maupun kesesuaian
lahan potensial.
3. Perlunya perhitungan produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah di
Kecamatan Jenar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
tebu di Kecamatan Jenar?
2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
kacang tanah di Kecamatan Jenar?
3. Bagaimana produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar?
E. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
tebu di Kecamatan Jenar.
2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman
kacang tanah di Kecamatan Jenar.
3. Mengetahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.
F. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian lahan daerah penelitian.
b. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya
dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjtnya.
2. Manfaat Praktis
a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan tanaman tebu dan kacang tanah di
Kecamatan Jenar, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan guna proses perencanaan dan pengembangan penggunaan lahan
dengan memperhatikan usaha konservasi lahan.
b. Setelah diketahui produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan yang merupakan aspek sosial-ekonomi dapat
diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik lahan di
Kecamatan Jenar, untuk perencanaan pembangunan di bidang pertanian
khususnya tebu dan kacang tanah dalam upaya peningkatan hasil produksi
pertanian.
c. Bagi pembelajaran dapat digunakan untuk media pembelajaran geografi di
SMA Kelas X pada Kompetensi Dasar ”Menganalisis Dinamika dan
Kecenderungan Perubahan Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lahan
Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campurtangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik materiil maupun spirituil. (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan
dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.
2. Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macam-
macam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1993: 57).
Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan survai atau penelitian bentuk bentang
alam, sifat serta distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi beserta aspek-
aspek lahan lainnya. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dan membuat perbandingan dari macam-mcam pengunaan lahan yang
memberikan harapan positif. Macam-macam penggunaan lahan ini dalam evaluasi
lahan dikenal dengan LUT (Land Utilization Type) (Abdullah, 1993: 57).
Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi
secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaan-
percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu
lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu.
Evaluasi lahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap awal menentukan
satuan pemetaan. Satuan pemetaan diartikan sebagai satuan terkecil yang
digunakan untuk melakukan evaluasi lahan sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan. Satuan
lahan merupakan satuan wilayah dengan satu atau lebih karakteristik lahan
tertentu yang dapat digambarkan dalam satuan peta.
Evaluasi lahan sebagai penghubung antara berbagai aspek dan kualitas
fisik, biologi dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan social ekonomi,
kaitannya dengan tujuan tersebut perlu penetapan faktor-faktor penciri. Hubungan
antara sifat lahan dan analisis social ekonomi serta penggunaan tergntung pada
pendekatannya, yaitu pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar (FAO dalam
Sitorus, 1998: 45).
a. Pendekatan Dua Tahapan (Two stage approach)
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan
secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan
tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk
tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi. (FAO
dalam Djaenudin, dkk, 2003: 15).
b. Pendekatan Sejajar (Paralel approach)
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan
ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi
dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan
pengujian faktor-faktor fisik (Djaenudin, dkk, 2003: 15).
Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk
evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang
mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi
atau penggunaannya (Sitorus, 1998: 42).
Land suitability analysis is the process of determining the fitness of a
given tract of land for a defined use (Steiner, McSherry et al. 2000). In other
words, it is the process to determine whether the land resource is suitable for
some specific uses and to determine the suitability level. In order to determine the
most desirable direction for future development, the suitability for various land
uses should be carefully studied with the aim of directing growth to the most
appropriate sites. Establishing appropriate suitability factors is the construction
of suitability analysis. Initially, suitability analysis was developed as a method for
planners to connect spatially independent factors within the environment and,
consequently to provide a more unitary view of their interactions. Suitability
analysis techniques integrate three factors of an area: location, development
activities, and environmental processes. These techniques can make planners,
landscape architects and local decision-makers analyze factors interactions in
various ways. Moreover, such suitability analysis enables elected officials and
land managers to make decisions and establish policies in terms of the specific
landuses. (Al-Shalabi, 2006: 2)
Kerangka atau struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka
FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi
yang bersifat meningkat sebagai berikut:
a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian
atau keadaan kesesuaian secara global (umum).
b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau
macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang
diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas.
Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ordo Kesesuaian Lahan (Land Suitability Order)
Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau
tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang
tergolong tidak sesuai (N).
1) Ordo Sesuai / Suitable Order (S)
Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan
untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan
terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil
pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang diberikan.
2) Ordo Tidak Sesuai / Not Suitable Order(N)
Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas
sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara
lestari.
b. Kelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Class)
Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada
tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam tiga kelas,
yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas,
yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).
1) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class) (S1)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan
tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan
tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak
menambah masukan (input) dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan
lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class) (S2)
Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap
produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas
tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani.
3) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class) (S3)
Lahan yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila
dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan
berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang
lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi
pemerintah atau pihak swasta.
4) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1)
Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan
tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.
5) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2)
Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin
untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.
c. Subkelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Sub-Class)
Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian lahan
yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam
suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan
dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan manjasi subkelas
berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas
terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang
diletakkan di belakang simbol kelas.
d. Satuan Kesesuaian Lahan (Land Suitability Unit)
Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam
subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang
berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas
yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang
lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan
dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya (Djaenudin dkk,
2003: 14).
Kerangka ini disusun terutama untuk negara-negara berkembang,
walaupun dapat juga digunakan untuk negara-negara yang lebih maju (Sitorus,
1998: 49). Bagi keperluan evaluasi lahan di negara-negara sedang berkembang,
maka sangat bermanfaat adanya pemisahan antara kesesuaian sekarang (current
suitability) dan kesesuaian potensial (FAO dalam Sitorus 1998: 49).
Klasifikasi kesesuaian sekarang menunjukan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan
yang berarti. Oleh karena itu klasifikasi kesesuaian ini dapat merupakan
penggunaan lahan sekarang, baik dengan tindakan pengelolaan sekarang ini atau
tindakan yang diperbaiki atau pada penggunaan lain (Sitorus, 1998: 49).
Klasifikasi kesesuaian potensial menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan
datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan. Dalam hal ini
perlu diperinci faktor-faktor ekonomis yang disertakan dalam menduga biaya
yang diperlukan untuk perbaikan-perbaikan tersebut (Sitorus, 1998: 50).
4. Kualitas dan Karakteristik Lahan
a. Kualitas Lahan
Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah,
penggunaan tanahnya, dan keadaan lingkungannya (Darmawijaya, 1992: 272).
FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat
lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang
ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Suhu / Temperatur Udara (t)
Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut.
Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak
yaitu:
Keterangan: 26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis. h = ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter). (Arsyad, 1989: 223)
2) Ketersediaan Air (w)
Ketersediaan air terdiri dari:
a) Jumlah Bulan Kering
Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan
yang kurang dari 60 mm selama satu tahun.
Tabel 5. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah.
No. Kelas Curah Hujan (mm/bln)
1. Bulan Kering < 60
2. Bulan Basah ≥ 100
(Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28)
b) Hujan Tahunan Rata-Rata
Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang
dinyatakan dalam mm.
3) Keadaan Perakaran
a) Drainase Tanah
Keadaan mudah tidaknya air hilang dari permukaan tanah yang
mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau melalui peresapan
kedalam tanah.
T = 26,3 ºC – 0,61 h
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dalam sistem USDA, dikenal 4 kelas kedalaman efektif yang juga
dipakai di Indonesia (Utomo, 1989: 57) yaitu:
k0 : dalam, jika kedalaman >90 cm
k1 : sedang, jika kedalaman 50-90 cm
k2 : dangkal, jika kedalaman 25-50 cm
k3 : sangat dangkal, jika kedalaman <25cm
4) Retensi Hara
Retensi hara terdiri dari:
a) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation (Hakim dkk,
1986: 166). Kapasitas Tukar Kation menggambarkan jumlah atau besarnya kation
yang dapat dipertukarkan, sehingga semakin besar nilai KTK maka semakin
banyak kation yang dapat dipertukarkan sehingga ketersediaan hara tanaman akan
semakin meningkat (Wahyuningrum, 2003: 17). KTK ditentukan dengan
menganalisis contoh tanah di laboratorium.
Tabel 7. Klasifikasi KTK.
No. Kelas KTK (mg / 100g)
1. Sangat rendah <5
2. Rendah 5 – 16
3. Sedang 17 – 24
4. Tinggi 25-40
5. Sangat tinggi >40
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).
b) pH tanah.
Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan
banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang
sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan
menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang ada di setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga
Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Klasifikasi pH Tanah.
No. Kelas pH
1. Sangat Masam < 4,5
2. Masam 4,5 – 5,5
3. Agak Masam 5,6 – 6,5
4. Netral 6,6 - 7,5
5. Agak Alkalis 7,6 – 8,5
6. Alkalis > 8,5
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29).
5) Ketersediaan Hara
Penggunaan tanah untuk tanaman tebu dan kacang tanah menyebabkan
perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas
mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa
organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial
redoks tanah (yoshida, 1978 dalam Sarwono, 2005 : 137). Berikut ini disajikan
kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk mengetahui
subkelas kesesuaian lahan.
Ketersediaan hara terdiri dari:
a) Nitrogen Total (N Total)
Kandungan Nitrogen dalam tanah pengukurannya dilakukan di
laboratorium dan dinyatakan dalam persen.
Tabel 9. Klasifikasi Nitrogen Total.
No Kelas Nitrogen Total (%) 1. Sangat rendah < 0,01
2. Rendah 0,10 - 0,20
3. Sedang 0,21 – 0,50
4. Tinggi 0,51 – 0,75
5. Sangat tinggi > 0,75
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Wahyuningrum, 2003: 29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5. Kesesuaian Lahan Sekarang (Aktual)
Kesesuaian lahan sekarang (aktual) menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan
yang berarti (Sitorus, 1995: 49).
6. Kesesuain Lahan Potensial
Kesesuaian lahan potensial menunjukkan kesesuaian terhadap
penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan
datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan (Sitorus, 1995:
50).
FAO (1976) dalam Sitorus (1995: 50) mengemukakan dalam proses
evaluasi lahan, daerah studi sebaiknya dibagi ke dalam satuan-satuan lahan
evaluasi atau satuan-satuan pemetaan lahan yang diharapkan akan memberikan
respons yang sama dalam hubungannya dengan tipe penggunaan lahan tertentu.
7. Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang hanya dapat tumbuh
di daerah beriklim subtropis dan tropis. Pada awalnya orang menduga bahwa
tanaman tebu berasal dari India yaitu di wilayah sungai Gangga dan Indra. Hal ini
diperoleh berdasarkan tulisan-tulisan dalam buku-buku kuno bangsa Hindu yang
menyebutkan adanya tanaman tebu di daerah-daerah tersebut. Namun ada pula
dugaan bahwa tanaman tebu berasal dari kepulauan Polynesia termasuk pulau-
pulau di Indonesia bagian timur, karena di daerah ini lebih banyak ditemukan
jenis tanaman tebu. Belum ada kepastian dari dua dugaan tersebut, yang dapat
dipastikan adalah bahwa tanaman tebu sudah berabad-abad dikenal orang
Indonesia. Seorang bangsa Tiong Hoa yang singgah di Jawa pada tahun 400
menuliskan di buku perjalanannya tentang penduduk Jawa yang sudah menanam
tebu (Adisewojo 1971 dalam Yukamgo, 2007: 104).
Tanaman tebu termasuk golongan tanaman yang tumbuh di daerah
beriklim sedang sampai panas, yaitu terletak di antara 40º LU dan 38º LS. Selama
masih dalam fase pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan banyak air akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tetapi setelah tua (6-8 bulan) dan pada saat proses pemasakan/panen (12-14 bulan)
tanaman tebu membutuhkan bulan kering dan ini sebaiknya tiba pada saat
berakhirnya pertumbuhan vegetatif. Bila musim kering tiba sebelum pertumbuhan
vegetatif berakhir, maka tanaman tebu yang tidak diairi akan mati sebelum
mencapai tingkat masak, sebaliknya bila hujan turun terus-menerus maka
pertumbuhan vegetatif tebu tetap giat, sehingga tidak mencapai kadar gula
tertinggi. Di tempat-tempat yang dekat dengan garis khatulistiwa yang pada
umumnya perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau tidak jelas tanaman
tebu sulit dibudidayakan (Soepardiman 1996 dalam Yukamgo, 2007: 104).
Tebu merupakan tanaman Graminae atau rumput-rumputan yang ditanam
untuk bahan baku pembuatan gula. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok
bagi sebagian besar penduduk dunia. Dari waktu ke waktu, industri gula selalu
menghadapi berbagai masalah, sehingga produksinya belum mampu
mengimbangi besarnya permintaan masyarakat (rumah tangga) dan industri.
Meningkatnya konsumsi gula dari tahun ke tahun disebabkan oleh pertambahan
penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan bertambahnya penduduk yang
memerlukan bahan baku berupa gula (Anonim 2004 dalam Yukamgo, 2007: 103).
Di Indonesia tanaman tebu ditanam di berbagai jenis tanah, misalnya
tanah pasir, tanah lempung, tanah masam, dan tanah garaman (pasir pantai)
(Adisewojo, 1971). Sifat dan keadaan tanah tentu saja mempunyai pengaruh atas
tumbuhnya tanaman dan kadar gulanya dalam batang tebu. Hal yang harus
diperhatikan adalah tanah harus subur, gembur, kemampuan menahan air,
infiltrasi, dan permeabilitasnya baik. Di dataran yang terlalu tinggi (lebih dari
1300 meter di atas permukaan laut) pertumbuhan tanaman tebu sangat lambat dan
produksi gulanya rendah (Richard 2005 dalam Yukamgo, 2007: 105).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 17. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu.
NO Kualitas / karakteristik Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
1. Temperatur ( t ) - Rata-rata tahunan (0C)
24-30
> 30-32 22 - < 24
> 32-34 21 - < 22
Td
> 34 < 21
2. Ketersediaan Air (w) - Bulan Kering (<75 mm)
- Curah Hujan/ tahun (mm)
- LGP (hari)
3 – 4 1500 – 2500 230 – 250
2 – 3 1300 – < 1500 210 – 230 250 – 300
>4-5 >2500 – 3000 1000 - < 1300 100 – 210 300 - 320
<180 340
> 5 <2 >3000 <1000 <180 360
3. Media Perakaran ( r ) - Drainase Tanah
- Tekstur - Kedalaman efektif (cm)
Baik SL, L, SCL, SiL, Si, CL, SiCL >75
Sedang LS, SC, SiC, C 55 – 75
Agak terhambat, agak cepat Str C 40 - < 55
Terhambat, cepat 30 - < 40
Sangat Cepat, sangat terhambat Kerikil, pasir <30
4. Retensi Hara ( f ) - KTK - pH tanah (permukaan)
≥ Tinggi 6,5-7,0
Sedang >7,0-7,5 5,5 - < 6,5
Rendah >8,0-8,5 4,0-<4,0
-
>8,5 <4,0
5. Hara Tersedia ( n ) - N Total - P2O5 - K2O
≥ Sedang ≥ Tinggi Tinggi
Rendah Sedang Sedang
Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah
-
-
6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m ) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%)
< 8 < 3 < 2
8 - 15 3 - 15 2 – 10
> 15 - 20 > 15 - 40 > 10 – 25
> 20 Td > 25 – 40
> 20 > 40 > 40
7. Tingkat Bahaya Erosi ( e ) SR R S B SB 8. Bhaya Banjir ( b ) Fo F2 F3 F4 F4
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 37) Keterangan:
Td : Tidak Berlaku S : Pasir Str C : Liat Berstruktur Si : Debu Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol) L : Lempung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
8. Industri Gula
Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara
nyata memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri. Indonesia
semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan
diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini justru berubah menjadi negara pengimpor
gula dalam jumlah cukup besar.
Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa
impor gula yang terjadi lebih besar dari angka resmi. Hal ini terjadi karena
produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1,69 juta ton.
Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat dari proses
yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Untuk
itu perlu suatu penanganan yang komprehensif dalam mengatasi masalah produksi
gula. Berbagai aspek dan berbagai kepentingan terlibat dalam proses penurunan
produksi gula dalam negeri.
Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari
harga produksi dalam negeri, menyebabkan produksi gula nasional kurang mampu
bersaing. Harga gula internasional terus bergerak hingga diatas batas psikologis
US$ 300. Harga gula internasional tersebut berdampak nyata pada harga eceran di
pasar dalam negeri hingga mencapai Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 6.000,-/kg
(Kompas, 2005).
Rendahnya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi menyebabkan harga
gula produksi dalam negeri menjadi mahal. Pulau Jawa yang semula sebagai
sentral produksi gula nasional saat ini posisinya semakin bergeser dengan semakin
sulitnya diperoleh lahan yang memadai untuk areal produksi tebu. Lahan yang
memiliki sifat sesuai untuk tebu lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang
lebih menguntungkan dibanding tebu. Kurangnya modal petani dan sering
terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu penerapan
teknologi tebu.
Industri gula merupakan industri yang sangat penting (strategis) karena
komoditi gula termasuk dalam Sembilan bahan pokok masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
permintaannya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
permintaan gula untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dapat terlihat dari total
konsumsi gula nasional.
9. Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)
Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari benua Amerika.
Pemasukan ke Indonesia pertama-tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-
pedagang Spanyol, sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku
setelah tabun 1597. Pada tahun 1863 HOLLE memasukkan Kacang Tanah dari
Inggris dan pada tahun 1864 SCHEFFER memasukkan pula Kacang Tanah dari
Mesir.
Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe
yaitu:
a. Tipe tegak
Jenis Kacang ini tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat
pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek ( genjah ) dan kemasakan
buahnya serempak.
b. Tipe menjalar
Jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah
terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur
panjang.
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang
kaya protein dan lemak. Biji dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau
disangrai. Adapun kegunaan dari kacang tanah dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Biji
Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang berguna berisikan senyawa-
senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk kelangsungan
hidupnya. Biji kacang tanah memiliki kandungan protein sekitar 25-30 %,
karbohidrat 12% dan minyak 40-50 % (AAK, 1995: 10 dalam Purwani, 2008:
30).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 18. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah.
NO Kualitas / karakteristik Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N1 N2 1. Temperatur ( t )
- Rata-rata tahunan (0C) 25-27
> 27-30 20- < 25
> 30-34 18 - < 20
Td
> 34 < 18
2. Ketersediaan Air (w) - Bulan Kering (<75 mm)
- Curah Hujan/ tahun (mm)
<8 900-2000
8-9 >2000-3000
9-9,5 >3000
Td Td
> 9,5 <250
3. Media Perakaran ( r ) - Drainase Tanah
- Tekstur - Kedalaman efektif (cm)
Baik, agak cepat L, SCL, SiL, CL >50
Sedang, agak cepat LS, SiL, Si 30-50
Terhambat CL, SiCL, SC, SiC, Str C, C 15-<30
Sangat terhambat, terhambat Td Td
Sangat Cepat Kerikil, pasir <15
4. Retensi Hara ( f ) - KTK - pH tanah (permukaan)
≥ Sedang 6,0-7,0
Rendah >7,0-7,5 5,5 - < 6,0
Sangat Rendah >7,5-8,0 5,0-<5,5
Td >8,0-8,5 4,0-<5,0
Td >8,5 <4,0
5. Hara Tersedia ( n ) - N Total - P2O5 - K2O
≥ Sedang Tinggi Rendah-sangat Rendah
Rendah Sedang Rendah
Sangat Rendah Sangat Rendah
-
- -
- -
6. Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m ) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%)
< 3 < 3 < 2
3 - 8 3 - 15 2 – 10
> 8 - 15 > 15 - 40 > 10 – 25
> 15 - 25 Td > 25 – 40
> 25 > 40 > 40
7. Tingkat Bahaya Erosi ( e ) SR R S B SB 8. Bhaya Banjir ( b ) F0 F2 F3 F4 F4
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 21) Keterangan:
Td : Tidak Berlaku S : Pasir Str C : Liat Berstruktur Si : Debu Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol) L : Lempung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
10. Metode Evaluasi Lahan
Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari
suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga
metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu:
a. Metode Pemerian (description)
Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas
kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan
pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi
sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan
karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang
sedang dievaluasi.
b. Metode Pengharkatan (Scoring)
Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan
dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh
kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter
lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: (1) Teknik
penjumlahan/Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau
mengurangi harkat setiap parameter lahan. (2) Teknik perkalian/pembagian
(sistem indeks) dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap
parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks
tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan.
c. Metode Pembandingan (Matching)
Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk
mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokan serta membandingkan
antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga
diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu. Metode matching
umumnya dilakukan melalui teknik tabularis. Kualitas dan karakteristik yang
diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam bentuk tabel. Tabel kualitas dan
karakteristik lahan ini kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kesesuaian lahan untuk keperluan tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh
potensi suatu satuan lahan tertentu pada kelas kesesuaian lahan tertentu.
Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan
lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas pada subkelas kesesuaian
lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui maka dapat ditentukan
tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan demikian, dapat
ditentukan unit kesesuaian lahannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pencocokan (matching), antara kualitas dan karakteristik lahan dengan
syarat tumbuh tanaman tebu.
11. Satuan Lahan
Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan,
mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem; dan seluruh satuan lahan yang
sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 :
93).
Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan
yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang
diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan tu
juan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai
dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah.
12. Produktivitas Tanaman
Produktivitas lahan merupakan kemampuan suatu tanah untuk
menghasilkan produk tertentu suatu tanaman dibawah suatu sistem pengelolaan
lahan tertentu. Suatu lahan dapat menghasilkan suatu produk tanaman yang baik
dan menguntungkan maka lahan dikatakan produktif. Produktivitas lahan
merupakan perwujudan dari faktor lahan dan non lahan yang mempengaruhi hasil
tanaman.
Produktivitas merupakan tujuan utama usaha tani. Suatu rumah tangga
petani mempunyai berbagai kebutuhan untuk konsumsi, kesehatan, perumahan,
pendidikan, keamanan, hubungan sosial, dan lain-lain. Jika verietas modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menghasilkan panenan yang lebih tinggi daripada varietas tradisional, maka petani
akan memilih varietas modern untuk dijual tetapi varietas tradisional untuk
dikonsumsi sendiri karena varietas tradisional terasa lebih enak dan mengalami
penyusutan yang lebih sedikit dalam penyimpanan dan pengolahan.
Analisis data produksi dilakukan untuk menentukan tingkat produktivitas
tanaman tebu dan kacang tanah. Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan
kacang tanah adalah satuan lahan. Klasifikasi tingkat produksi tanaman jagung
dalam penelitian ini tidak mendasarkan pada standarisasi tertentu (tidak ada
standar baku), melainkan dengan kaidah umum klasifikasi data mendasarkan
range data tertinggi dan terendah. Produktivitas tanaman tebu dan jagung dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Produktivitas = Jumlah Produksi (ton)
Luas Lahan Panen (Ha)
Dalam menentukan pengambilan sampel untuk mengetahui jumlah
produksi tiap satuan lahan, diambil melalui teknik wawancara terstruktur kepada
penduduk petani tebu dan kacang tanah yang ada di tiap-tiap satuan lahan. Oleh
karena satuan analisisnya berupa satuan lahan, maka untuk menentukan
pengambilan populasi sampel produksi tanaman tebu dan kacang tanah dihitung
pada tiap-tiap satuan lahan yang pengguanaan lahannya berupa sawah, tegalan,
kebun dan semak. Sedangkan untuk penggunaan lahan yang berupa permukiman
diabaikan dan untuk satuan lahan yang belum pernah ditanami tanaman tebu atau
kacang tanah digeneralisasi dengan satuan lahan terdekatnya.
13. Konservasi Tanah
Konservasi tanah diartikan sebagai sebagai setiap penempatan bidang
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang adiperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989: 29).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Metode konservasi tanah dikelompokkan menjadi tiga golongan utama,
yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-
sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan
daya rusak aliran permukaan dan erosi. Jenis tanaman atau vegetasi dan
penggunaan tanah mempunyai efisiensi yang berlainan dalam konservasi tanah.
Efisiensi tertinggi diberikan oleh vegetasi permanen kemudian berkurang
berturut-turut pada padang rumput campuran antara rumput dengan leguminosa,
legiminosa berbiji halus dan seterusnya (Arsyad, 1989:113).
b. Metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah (Arsyad, 1989: 118).
c. Metode kimia
Metode kimia dalam konservasi tanah adalah penggunaan preparat kimia
sintetis atau alami. Menjelang tahun 1950-an telah dikembangkan preparat-
preparat kimia yang dipergunakan untuk pembentukan struktur tanah yang stabil.
Preparat kimia tersebut secara umum dinamai soil conditioner (pemantap struktur
tanah) (Arsyad, 1989: 157).
14. Sistem Informasi Geografis (SIG)
The potential of land for agricultural use is determined by an evaluation
of the climate, soil and topographical environmental components and the
understanding of local biophysical restraints. This evaluation is an essential step
for the development of agriculture. It is necessary to assess the land suitability for
rapeseed cultivation in the area by integrating various kinds of information with
spatial analysis technique. The results of land suitability assessment presented in
the form of map and report are meaningful to a local user. Geographic
Information System (GIS) has the ability to perform numerous tasks utilizing both
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
spatial and attribute data. One of the most useful features of GIS is the ability to
overlay different layers or maps. (Pirbalouti, 2009: 837)
Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem analisis yang
digunakan untuk operasi analisa data spasial. Data spasial merupakan data yang
saling berkaitan dengan suatu tempat (Locational) dan terdiri dari dua bentuk
yaitu grafis dan data atribut yang menerangkan data grafis tersebut.
(Wahyuningrum, 2003: 39).
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-
informasi geografis (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002: 55).
Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan
untuk memasukkan data (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan
dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Prahasta, 2002: 54).
Dengan fasilitas SIG, data yang dimasukkan ke dalam sistem dapat
dipanggil kembali dan dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Melakukan
perubahan keadaan yang terjadi, terutama pada faktor-faktor yang dinamis, dapat
langsung dengan mudah dilakukan. Data spasial dan atribut tersebut disimpan
dalam sub sistem DBMS (Data Base Management System), sehingga dapat
dihindarkan tampilan data dihindarkan tampilan data yang tidak menunjang proses
perencanaan.
SIG dibutuhkan untuk menangani data spasial yang sangat sulit, terutama
dikarenakan peta dan data statistik cepat mengalami kadaluarsa sehingga tidak ada
pelayanan penyedia data. Hal ini berakibat informasi yang diberikan menjadi tidak
akurat. Berikut keistimewaan analisa melalui Sistem Informasi Geografis:
a. Analisa Proximity
Analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis jarak antar
layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering
(membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk
menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada).
b. Analisa Overlay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut
dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan
ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual. Layer yang
dibutuhkan dapat hanya terdiri dari dua peta atau lebih, hal ini tergantung pada
tujuan penggunaan peta.
Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan pengerjaan
secara manual dapat dilihat pada Tabel 19 sebagai berikut.
Tabel 19. Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan
pengerjaan secara manual
Peta SIG Pekerjaan Manual
Penyimpanan Database Digital Baku dan terpadu
Skala dan standar berbeda
Pemanggilan kembali
Sistematik Mahal dan memakan waktu
Analisa Overlay Sangat cepat Memakan waktu dan tenaga Analisa Spasial Mudah Rumit
Penayangan Murah dan cepat Mahal
(Sumber: Charter dkk, 2004: 8)
Software yang digunakan Sistem Informasi Geografis adalah Raster 2
Vector (R2V), Arc Info dan Arc View Seri 3.3. Ketiga aplikasi Software tersebut
bekerja secara urut dan sistematis dalam pengolahan data spasial.
Sistem Informasi Geografis berperan sebagai alat untuk menganalisis
data yang telah dikumpulkan yang akan dihasilkan (Output) yang berupa peta–
peta tematik sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah
fungsi klasifikasi penumpangsusunan (overlay). Pada tahap awal analisis overlay
untuk memproduksi peta tematik berupa peta satuan lahan yang dijadikan sebagai
peta tentatif.
B. Penelitian yang Relevan
Indria Septiani (2004) dalam penelitiannya “Evaluasi Kesesuaian Lahan
Untuk Tanaman Jati dan Mahoni di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi Tahun
2004”. Tujuan penelitian (1) Untuk mengetahui kualitas dan karakteristik lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kecamatan Padas, (2) Menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman jati
dan mahoni di Kecamatan Padas.
Teknik pengumpulan sampel dilakukan dengan menggunakan area
sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, analisis
dokumen dan analisis laboratorium. Sedangkan teknik analisisnya menggunakan
metode matching.
Hasil penelitian menunjukkan:
1. Kualitas dan karakteristik lahan daerah penelitian
Kualitas dan karakteristik pada setiap satuan lahan di Kecamatan Padas
sebagai berikut: temperature rata-rata 25,63 oC, rata-rata bulan kering tahunan
ada 5 bulan, curah hujan rata-rata sebesar 1946 mm/thn, keadaan drainase
sedang – baik, tekstur halus – kasar, kedalaman efektif dangkal hingga dalam,
salinitas bebas hingga terpengaruh sedang dan kenampakkan erosi yang ada
sangat rendah.
2. Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman
a. Jati
Terdapat 6 sub kelas kesesuaian untuk tanaman jati, antara lain: N2rc
(9,60%), N2r (14,06%), N2c (46,58%), S3rse (48,70%) dan S2rfs (2,65%)
b. Mahoni
Terdapat 4 sub kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni, antara lain:
N2wrc (9,69%), N2wr (14,06%), N2wc (2,85%) dan N2w (46,96).
Diana Endah Purwani (2008) dalam penelitiannya “Evaluasi
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon dan Kacang Tanah Daerah Aliran
Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah”.
Tujuan penelitian (1) Untuk mengetahui kualitas dan karakteristik lahan DAS
Samin, (2) Menentukan tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanman sengon dan
kacang tanah di DAS Samin, dan (3) Menentuka tingkat kesesuaian lahan
potensial untuk tanaman sengon dan kacang tanah di DAS Samin.
Teknik pengumpulan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dokumen dan analisis laboratorium. Sedangkan teknik analisisnya menggunakan
metode matching.
Hasil penelitian menunjukkan:
1. Kualitas dan karakteristik lahan di daerah penelitian sebagai berikut:
temperatur berkisar 25,69 oC – 7,08 oC; selama 1 tahun terdapat rata-rata 5
bulan kering; rata-rata curah hujan 2006,275 mm; keadaan drainase terhambat
hingga cepat; tekstur tanah relatif homogeny yaitu bertekstur halus; kedalaman
efektif antara 10 – 200 cm; KTK sebesar 16 – 34,2 me%, pH antara 5,5 – 7,0;
N total antara 0,1 – 0,59%; P2O5 10,15 – 26,53 ppm; K2O antara 0,12 – 0,90
me/100 gram; tingkat bahaya erosi mulai dari sangat ringan hingga sangat
berat dan bahaya banjir yang terjadi sedang hingga tanpa banjir.
2. Tingkat kesesuaian lahan aktual, untuk tanaman:
a. Sengon
DAS Samin mempunyai 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
sengon, yakni kelas (1) Sesuai marjinal seluasn 1.042,54 Ha (3,22%)
terbagi dalam 3 subkelas kesesuaian; (2) Tidak sesuai saat ini seluas
3.333,42 Ha (10,30%), terbagi dalam 3 subkelas kesesuaian dan (3) Tidak
sesuai permanen seluas 20.377,88 Ha (62,97%) yang terbagi dalam 17
subkelas kesesuaian.
b. Kacang tanah
DAS Samin mempunyai 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
kacang tanah, yakni kelas (1) Sesuai marjinal seluas 16.080,72 Ha
(49,69%) terbagi dalam 8 subkelas kesesuian; (2) Tidak sesuai saat ini
seluas 1.466,77 Ha (4,50%) terbagi dalam 1 subkelas kesesuaian dan (3)
Tidak sesuai permanen seluas 7.217,95 Ha (22,30%) terbagi dalam 9
subkelas kesesuaian.
3. Tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman:
a. Sengon
DAS Samin mempunyai 3 kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman
sengon, yakni kelas (1) Sesuai marjinal seluas 1.042,54 Ha (3,22%)
terbagi dalam 3 subkelas kesesuaian; (2) Tidak sesuai saat ini seluas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
11.137,10 Ha (34,42%), terbagi dalam 5 subkelas kesesuaian dan (3)
Tidak sesuai permanen seluas 12.572,20 Ha (38,85%) yang terbagi dalam
8 subkelas kesesuaian.
b. Kacang tanah
DAS Samin mempunyai 3 kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman
kacang tanah, yakni kelas (1) Sesuai marjinal seluas 16.956,04 Ha
(52,39%) terbagi dalam 4 subkelas kesesuaian; (2) Tidak sesuai saat ini
seluas 1.466,77 Ha (4,50%) terbagi dalam 1 subkelas kesesuaian dan (3)
Tidak sesuai permanen seluas 6342,62 Ha (19,60%) terbagi dalam 7
subkelas kesesuaian.
Kardian Roshadi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Daerah Aliran Sungai Samin
Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007“.
Tujuan dari penelitian ini (1) Mengetahui tingkat subkelas kesesuaian lahan untuk
tanaman padi sawah di Daerah Aliran Sungai Samin, (2) Mengetahui
produktivitas padi sawah pada setiap satuan lahan yang mempunyai penggunaan
lahan berupa sawah di Daerah Aliran Sungai Samin.
Metode yang digunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, analisis dokumen dan analisis laboratorium. Sedangkan
teknik analisisnya menggunakan metode matching.
Hasil penelitian menunjukkan:
1. Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan yaitu (1) N2 (tidak sesuai permanen)
dengan luas 6.223,17 Ha (19,23%), terbagi dalam 9 subkelas kesesuaian lahan
yaitu N2t,r,s/m,e; N2t,r,s/m; N2t,s/m,e; N2r,s/m; N2s/m,e; N2t,s/m; N2s/m;
N2t; N2r. (2) N1 (tidak sesuai saat ini) dengan luas 5.691,83 Ha (17,59%),
terbagi dalam 4 subkelas kesesuaian lahan yaitu N1r,s/m,e; N1r,s/m; N1s/m;
N1r. (3) S3 (sesuai marginal) dengan luas 12.838,84 Ha (39,67%), terbagi
dalam 9 subkelas kesesuaian lahan yaitu S3r,n,s/m; S3t,s/m,e; S3t,n,s/m;
S3r,s/m; S3n,s/m; S3r,n; S3t,n; S3t,r dan S3n.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Produktivitas padi sawah terbesar terdapat pada satuan lahan Al-Qa-I-Sw yang
termasuk pada subkelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor
pembatas berupa hara tersedia pada unsur P2O5. Hasil produksi padi sawah
pada satuan lahan ini sebesar 8,3 ton/Ha/Th dengan luas area 469,409 Ha yang
tersebar di Desa Laban, Desa Wirun, Desa Bekonang Kecamatan Mojolaban
dan Desa Wonorejo, Desa Kemasan Kecamatan Polokarto. Sedangkan
produktivitas terendah pada satuan lahan Me-Qvl-I-Sw yang termasuk pada
subkelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas berupa
temperatur rata-rata per tahun, hara tersedia pada faktor P2O5, dan terrain atau
potensi mekanisasi pada faktor singkapan batuan. Hasil produksi padi sawah
pada satuan lahan ini sebesar 4 ton/Ha/Th dengan luas area 38,172 Ha yang
terdapat di Desa Plumbon Kecamatan Tawangmangu.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada latar
belakang masalah dan tempat penelitian. Disini peneliti (Lilik) mengambil lokasi
penelitian di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen dengan latar belakang
perekonomian penduduk yang masih kurang serta memanfaatkan lahan secara
optimal dengan tumpangsari tanaman tebu dengan kacang tanah. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode analisis data
yang digunakan, yakni dengan menggunakan metode matching dan kesamaan
pada pokok tujuan penelitian yang merupakan penggabungan antara tujuan
penelitian kedua (Diana Endah Purwani) dan ketiga (Kardian Roshadi). Untuk
lebih memperjelas perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Kerangka Pemikiran
Penggunaan lahan berupa tegalan yang ditanami tebu merupakan
penggunaan lahan yang paling banyak ditemukan di Kecamatan Jenar. tebu
merupakan bahan baku utama dalam pembuatan gula. Konsumsi gula nasional
kita termasuk dalam kategori tinggi sehingga permintaan akan bahan baku gula
yaitu tebu juga tinggi. Namun tidak sejalan dengan luas areal tanam tebu yang
semakin berkurang jumlahnya. Dengan keadaan yang demikian seharusnya
perekonomian masyarakat Jenar dapat terangkat dari kemiskinan, namun tidak
demikian, masih sepertiga penduduk Jenar yang hidupnya kurang sejahtera
(miskin). Jika dilihat dari sudut pandang geografi lingkungan perlu dilakukan
evaluasi lahan untuk tanaman guna peningkatan produktivitas tanaman tebu di
Kecamatan Jenar yang kemudian diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup
penduduk.
Selain tanaman tebu, tanaman kacang tanah juga perlu dievaluasi tingkat
kesesuaian lahannya di Kecamatan Jenar. Hal ini dilakukan karena tanaman
kacang tanah merupakan tanaman palawija yang dapat dibudidayakan bersama-
sama (tumpang sari) dengan tanaman tebu mengingat masa panen kacang tanah
hanya sekitar 100 hari.
Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan dua tahapan yaitu:
tahap pertama dengan melakukan analisis kondisi lahan secara kualitatif.
Klasifikasi secara kualitatif lahan diperoleh dari tingkat kesesuaian lahan dengan
cara mencocokan (matching) persyaratan tumbuh tanaman tebu dan kacang tanah
dengan kualitas dan karakteristik lahan pada setiap satuan lahan di Kecamatan
Jenar. Tahap kedua adalah analisis kondisi lahan secara kuantitatif. Klasifikasi
kuantitatif lahan diperoleh dari tingkat produktivitas tanaman tebu dan kacang
tanah dengan indikator hasil komoditas tanaman tebu dan kacang tanah dalam
satuan ton per hektar per tahun.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah kesesuaian lahan aktual dan
potensial untuk tanaman tebu, kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk
tanaman kacang tanah, dan produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah di
Kecamatan Jenar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kerangka penelitian akan disajikan dalam bentuk skema, dapat dilihat
dalam Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
37,45% Lahan Ditanami Tebu
Konsumsi Gula Nasional Tinggi
32,26% KK Penduduk Jenar Masih Terdaftar
sebagai KK Miskin
Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Tebu dan Kacang Tanah
Kacang Tanah dipilih untuk ditumpangsarikan dengan Tebu
Pemanfaatan Lahan Belum Optimal
Tumpangsari untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi Lahan Secara Kualitatif
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Tebu
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan
Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
Klasifikasi Lahan Secara Kuantitatif
Produktivitas Tanaman Tebu
Produktivitas Tanaman Kacang Tanah
37,45% Lahan Ditanami Tebu
Konsumsi Gula Nasional Tinggi
32,26% KK Penduduk Jenar Masih Terdaftar
sebagai KK Miskin
Evaluasi Lahan Untuk Tanaman Tebu dan Kacang Tanah
Kacang Tanah dipilih untuk ditumpangsarikan dengan Tebu
Pemanfaatan Lahan Belum Optimal
Tumpangsari untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan
Klasifikasi Lahan Secara Kualitatif
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Tebu
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan
Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen, Propinsi
Jawa Tengah. Kecamatan Jenar merupakan salah satu kecamatan yang berada
diujung tenggara Kabupaten Sragen, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi
Jawa Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tangen, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Sambungmacan dan di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak pengajuan judul, pengajuan proposal,
sampai selesainya penyusunan skripsi yakni selama satu tahun dimulai dari bulan
Februari 2010 sampai dengan bulan Februari 2011. Waktu penelitian dirangkum
dalam Tabel 21 berikut.
Tabel 21. Waktu Penelitian
No
Tahap Waktu
Feb ‘10
Mar-Apr ‘10
Mei ‘10
Jun-Sep ‘10
Okt-Nov ‘10
Des ’10 –Feb ‘11
1 Persiapan V
2 Penyusunan Proposal Penelitian
V
3 Penyusunan Instumen Penelitian
V
4 Pengumpulan Data V
5 Analisis Data V
6 Penyusunan Laporan Penelitian
V
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Metode Penelitian
Penelitian ini mengikuti paradigma penelitian kualitatif yaitu metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan gejala-gejala yang diamati,
sedangkan hasilnya diutamakan dapat memberikan diinterpretasi atau dianalisis.
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan
dalam penelitian. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
spasial.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada
pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan
mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan
interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 6).
Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan.
Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis
tertentu. Hadi (2009) mengemukakan bahwa tekanan utama geografi bukanlah
pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial. Dalam menganalisis gejala
dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan
(approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk
membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya
sama. Metode pendekatan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan
keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam
perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial
pattern), dan proses (spatial processess).
Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaan penelitian ini termasuk
dalam metode survai. Survai adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam
waktu yang bersamaan (Tika, 1997: 6).
Dalam penelitian ini metode survai yang dilakukan adalah observasi
langsung, wawancara, dokumentasi, sedangkan untuk analisis laboratorium
digunakan untuk menguji sampel tanah yang diambil dari tempat penelitian untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
mengetahui KTK, Ntotal, P2O5, K2O, Tekstur tanah, pH, dan Kandungan bahan
organik.
Pada penelitian ini, data yang bersifat spasial adalah sebaran kelas
kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman tebu dan kacang tanah yang
diperoleh dengan analisis satuan lahan. Hasil akhir pengolahan data spasial pada
penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang dihasilkan merupakan peta tematik
yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi,
analisis, dan sintesis objek mengenai evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman
tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Peta hasil dalam
penelitian ini yaitu:
1. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu Kecamatan Jenar
Kabupaten Sragen Tahun 2010 (Peta 7)
2. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat
Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 (Peta 8)
3. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat
Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 (Peta 9)
4. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah Kecamatan
Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010 (Peta 10)
5. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan
Tingkat Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
(Peta 11)
6. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
(Peta 12)
7. Peta Produktivitas Tanaman Tebu Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun
2010 (Peta 13)
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Populasi geografi adalah himpunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
individu/objek yang masing-masing mempunyai sifat atau ciri geografi yang sama
(Tika, 1997: 32). Populasi dalam penelitian ini adalah semua satuan lahan dan
petani tebu di Kecamatan Jenar.
2. Sampel
Dari sejumlah satuan lahan yang ada, sampel diambil sebanyak 11 satuan
lahan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling.
Tika (1997: 53-54) menyatakan bahwa purposive sampling adalah sampel yang
dipilih secara cermat dengan mengambil obyek penelitian secara selektif dan
memiliki ciri- ciri yang spesifik. Sampel yang diambil memiliki ciri khusus dari
populasi sehingga dianggap cukup representatif.
a. Sampel Satuan Lahan
Pengambilan sampel tanah dalam penelitian ini berdasarkan satuan
lahan yang terdapat di Kecamatan Jenar. Terdapat 16 satuan lahan di
Kecamatan Jenar, dengan 5 satuan lahan yang tidak digunakan sebagai sampel
untuk dianalisis lebih lanjut, yaitu 4 satuan lahan dengan penggunaan lahan
permukiman dan 1 satuan lahan dengan penggunaan lahan tanah kosong. Jadi
keseluruhan sampel dalam penelitian ada 11 satuan lahan.
b. Sampel petani tebu dan kacang tanah (responden wawancara)
Jumlah petani (responden) yang akan diwawancarai perlu dibatasi
mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Untuk itu perlu diketahui jumlah
sampel yang dapat mewakili dalam penelitian ini untuk mengetahui produksi
tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar. Sebelumnya perlu
diketahui populasi petani pada setiap subkelas kesesuaian lahan yaitu rumus
berikut.
Jumlah responden tiap desa =
Penentuan jumlah sampel responden diambil 1% dari populasi tersebut yaitu
sebanyak 62 responden (dapat dilihat pada lampiran 1).
Luas Seluruh Subkelas Kesesuaian Lahan dalam 1 Desa
Luas Seluruh Subkelas Kesesuaian Lahan yang Dihitung
Jumlah Petani Tebu X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
objek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997: 67).
Atau data yang diperoleh dari pengamatan, pengukuran dan pengujian di lapangan
serta analisis di laboratorium. Adapun data primer dalam penelitian ini meliputi:
a. Hasil analisis laboratorium
1) Drainase Tanah
2) Tekstur Tanah
3) KTK Tanah
4) pH Tanah
5) C Organik
6) N Total
7) P2O5
8) K2O
b. Hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
1) Kedalaman Efektif
2) Batuan Permukaan
3) Singkapan Batuan
4) Genangan Banjir
5) Jenis Erosi
c. Hasil wawancara dengan penduduk
1) Luas Lahan Tebu
2) Produksi Tebu
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri pribadi peneliti, walaupun data
yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 1997: 67). Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
a. Data mengenai penggunaan lahan, kemiringan lereng, temperatur
(dapat diketahui dari ketinggian tempat) didapat dari Peta Rupa Bumi
Indonesia Skala 1:25.000 Tahun 2003 lembar 1508-431 Panunggalan,
lembar 1508-413 Gesi dan lembar 1508-414 Mantingan.
b. Data jenis batuan diperoleh dari Peta Geologi Jawa Skala 1:250.000.
c. Data jenis tanah dan persebarannya diperoleh dari Peta Tanah
BAPPEDA Kabupaten Sragen.
d. Data curah hujan diperoleh dari Sub Dinas Pengairan DPU Kabupaten
Sragen.
e. Data monografi penduduk diperoleh dari Kabupaten Sragen dalam
Angka Tahun 2009 dan Kecamatan Jenar dalam Angka Tahun 2009.
f. Data tingkat bahaya erosi diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapangan (erosi secara kualitatif).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di
tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer (orang
yang melakukan observasi) berada bersama objek yang diteliti (Tika, 1997: 68).
Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data drainase tanah, kedalaman
efektif, batuan permukaan, singkapan batuan, erosi, pengukuran kemiringan
lereng, genangan banjir, pengelolaan tanaman dan pengunaan lahan serta
pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat fisik tanah.
2. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan metode pengumpulan data dengan
cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan
penelitian (Tika, 1997: 75). Dalam pelaksanaan penelitian ini jenis wawancara
yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Wawancara berstruktur adalah
wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan
yang kadang-kadang disertai jawaban-jawaban alternative dari responden dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
maksud agar pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan penelitian dan
pembuktian hipotesis (Tika, 1997: 76). Wawancara dilakukan untuk mengetahui
informasi tentang produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah (dalam satuan
Ton/Ha/Tahun), serta data banjir. Adapaun daftar pertanyaan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada lampiran. Wawancara dilakukan terhadap petani tebu dan
kacang tanah pada tiap subkelas kesesuaian lahan di Kecamatan Jenar.
3. Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium diperlukan untuk mengetahui sifat kimia dari
sampel tanah yang telah diambil dari lapangan. Sifat kimia yang perlu diukur dan
diketahui dalam evaluasi kesesuaian lahan antara lain KTK, pH, C Organik, N
Total, P2O5, dan K2O. Pengukuran tekstur tanah juga dilakukan di laboratorium
agar hasilnya lebih akurat.
4. Analisis Dokumen
Analisis dokumen adalah teknik pengumpulan data dari sumber-sumber
resmi yang ada seperti dari peta serta catatan-catatan resmi. Analisis dokumen
dilakukan untuk memperoleh data mengenai jenis tanah, jenis batuan, penggunaan
lahan, monografi penduduk, curah hujan, serta data mengenai jumlah bulan kering
dan bulan basah daerah penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah
dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh
diorganisasikan dan dikategorikan untuk mengetahui tingkat subkelas kesesuaian
lahan aktual dan potensial untuk tanaman tebu, mengetahui tingkat subkelas
kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kacang tanah dan
mengetahui produktivitas tanaman tebudan kacang tanah di Kecamatan Jenar.
Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Tebu
a. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Tebu
Untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu
digunakan cara manual yakni dengan mencocokkan (matching). Teknik analisis
matching dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencocokkan antara kualitas
dan karakteristik lahan dari masing-masing satuan lahan dengan persyaratan
tumbuh tanaman tebu. Data kualitas dan karakteristik lahan Kecamatan Jenar
didapatkan berbagai hasil pengumpulan data pada setiap satuan lahan. Adapun
satuan lahan dipeoleh dari hasil tumpangsusun (overlay) peta kemiringan lereng,
peta tanah dan peta penggunaan lahan. Teknik analisis overlay dilakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Dari proses pencocokan tersebut
dapat diketahui kelas kesesuaian lahan daerah penelitian.
Berdasarkan pada hasil pencocokan, dapat diketahui faktor pembatas
terberat sebagai penentu, maka dihasilkan subkelas kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu pada setiap satuan lahan di daerah penelitian. Berikut contoh
penyusunan dan cara pembacaan struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut
kerangka FAO (1976).
N 2 r
Dengan melihat faktor pembatas terberat sebagai penentu, maka akan
diperoleh subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu pada setiap satuan
lahan di daerah penelitian dan dihasilkan Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk
Tanaman Tebu.
b. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Tebu
Pemberian perlakuan pada faktor pembatas di setiap satuan lahan pada
tingkat kesesuaian lahan aktual yang disesuaikan dengan tingkat pengelolaannya
Subkelas Tidak sesuai permanen faktor pembatas media perakaran (N2r)
Kelas Tidak sesuai permanen (N2)
Ordo Tidak sesuai (N)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
akan diperoleh subkelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tebu. Adapun
tingkatan pengelolaan dalam usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi
potensial antara lain tingkat pengelolaan rendah, sedang dan tinggi. Dalam
penelitian ini kesesuaian lahan potensial hanya dikaji pada tingkat pengelolaan
rendah dan sedang. Subkesesuaian lahan potensial daerah penelitian disajikan
dalam Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat
Pengelolaan Rendah dan Peta Kesesuauian Lahan Potensial untuk Tanaman Tebu
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang .
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah
a. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Kacang Tanah
Untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
kacang tanah digunakan cara manual yakni dengan mencocokkan (matching).
Teknik analisis matching dilakukan secara manual yaitu dengan cara
mencocokkan antara kualitas dan karakteristik lahan dari masing-masing satuan
lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman kacang tanah. Hasilnya disajikan
dalam Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah.
b. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah
Pemberian perlakuan pada faktor pembatas di setiap satuan lahan pada
tingkat kesesuaian lahan aktual yang disesuaikan dengan tingkat pengelolaannya
akan diperoleh subkelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman tanaman
kacang tanah. Adapun tingkatan pengelolaan dalam usaha perbaikan kualitas
lahan aktual menjadi potensial antara lain tingkat pengelolaan rendah, sedang dan
tinggi. Dalam penelitian ini kesesuaian lahan potensial hanya dikaji pada tingkat
pengelolaan rendah dan sedang. Subkesesuaian lahan potensial daerah penelitian
disajikan dalam Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Rendah dan Peta Kesesuauian Lahan Potensial untuk
Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang .
Asumsi tingkat perbaikan lahan aktual menjadi lahan potensial menurut
tingkat pengelolaannya dapat dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23 untuk jenis
usaha perbaikan yang dapat dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah
Penghitungan produktivitas tanaman tebu merupakan tahap kedua dari
evaluasi lahan pada dalam penelitian ini, yaitu evaluasi lahan secara kuantitatif
(ekonomi). Unit analisis tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah adalah
pada setiap subkelas kesesuaian lahan pada masing-masing tanaman. Klasifikasi
tingkat produksi tanaman tebu dan kacang tanah dalam penelitian ini tidak
mendasarkan pada standarisasi tertentu (tidak ada standar baku), melainkan
dengan kaidah umum klasifikasi data mendasarkan range data tertinggi dan
terendah. Produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Produktivitas =
Dalam menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai
menggunakan rumus di bawah ini.
Jumlah responden tiap desa =
Setelah diketahui produktivitas tebu dan kacang tanah pada setiap
subkelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu maupun untuk tanaman kacang
tanah, analisis selanjutnya adalah dilakukan rata-rata produktivitas pada satuan
lahan berdasarkan pada tingkat subkesesuaian lahan. Hasil penghitungan rata-rata
produktivitas pada tiap subkelas kesesuaian lahan dibuat menjadi beberapa kelas.
Untuk mengetahui kelas interval (ci) dilakukan dengan mengurangi nilai rata-rata
produktivitas tertinggi dengan nilai rata-rata produktivitas terendah kemudian
dibagi kelas yang diinginkan. Hasil dari klasifikasi tersebut kemudian disajikan
dalam Peta Produktivitas Tanaman Tebu dan Peta Produktivitas Tanaman Kacang
Tanah di Kecamatan Jenar.
Jumlah Petani Tebu Luas Seluruh Subkelas Kesesuaian Lahan yang Dihitung Luas Seluruh Subkelas
Kesesuaian Lahan dalam 1 Desa
X
Jumlah Produksi (ton)
Luas Lahan Panen (Ha)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
G. Prosedur Penelitian
Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan bagi mahasiswa sebagai
bagian persyaratan pendidikan akademik, bertujuan melatih mahasiswa
menerapkan pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan
pendidikan bidang studi terutama pendidikan geografi. Dengan berdasar
pernyataan di atas, maka penelitian harus melalui prosedur yang sesuai, benar dan
sitematik.
Prosedur penelitian harus melewati beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, dilakukan pencarian referensi untuk menguatkan
penelitian. Kajian teoritik menggunakan kepustakaan/literatur yang relevan
dengan masalah dan observasi awal daerah penelitian, agar seluruh prosedur
penelitian yang nantinya akan dijalankan dapat berjalan sesuai dengan rencana
dan tepat waktu. Pengajuan judul penelitian yang disertai dengan alasan – alasan
dimaksudkan agar penelitian dapat ilmiah dan sesuai kaidah bidang ilmu geografi
.
2. Tahap Penyusunan Proposal
Penyusunan proposal dilakukan setelah ada penetapan pembimbingan.
Proposal ini dibuat menurut kaidah penulisan karya ilmiah.
3. Tahap Penyiapan dan Penyusunan Instrumen
Tahap ini adalah kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen yang
digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya
peta satuan lahan dan alat pendukung seperti kompas, Global Positioning System
(GPS), ring sampel tanah, kantong plastik, karet gelang, palu geologi, meteran,
skop, bor tanah, dan alat tulis serta instrumen lainnya seperti data monografi, dan
peta rupa bumi daerah penelitian. Sedangkan dokumentasi seperti gambar–gambar
daerah penelitian digunakan untuk menampilkan perbedaan–perbedaan
kenampakan dari setiap pengunaan lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
4. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data adalah tahap pengambilan sampel dilapangan
yang selanjutnya untuk dilakukan uji di laboratorium, selain informasi yang dapat
diamati secara langsung. Data hasil produktivitas tebu diperoleh dari hasil
wawancara dengan penduduk.
5. Tahap Analisis Data
Analisis data diperlukan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk
yang mudah dibaca. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis mencocokkan (matching). Setiap satuan lahan dicocokkan dengan
persyaratan tumbuh tanaman tebu. Satuan lahan yang mempunyai penggunaan
lahan berupa permukiman dan sungai tidak dilakukan analisis. Tahap ini data
yang diperoleh dihitung, dianalisis dan diklasifikasikan untuk dapat
menyimpulkan hasil dari penelitian.
Untuk mempermudah penelitian, maka diperlukan pengambilan sampel
yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Sampel terbagi atas
beberapa satuan lahan. Peta satuan lahan didapat berdasarkan hasil tumpangsusun
(overlay) dari peta penggunan lahan, kemiringan lereng, peta tanah, dan peta jenis
batuan.
Memasukkan data tentang produktivitas tebu dengan membandingkan
dengan tingkat subkelas kesesuaian lahan pada satuan lahan yang mempunyai
penggunaan lahan yang berupa tegalan (untuk tanaman tebu). Sehingga dapat
diketahui tingkat subkelas kesesuaian lahan dengan informasi tambahan berupa
produksi tebu dengan satuan Ton/Ha/Tahun.
6. Penulisan Laporan Penelitian
Tahap akhir dari seluruh langkah–langkah di atas adalah penyusunan/
penulisan laporan penelitian. Dalam tahap ini hasil penelitian yang diperoleh
dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta. Tahap-
tahap tersebut disajikan dalam bentuk skema, dalam Gambar 5 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian
1. Letak Batas, dan Luas
Letak Kecamatan Jenar secara astronomis berdasarkan pada Peta Rupa
Bumi Indonesia Skala 1 : 25.000 Tahun 2003, yang diterbitkan oleh Badan
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) berada diantara
07°14′50″ LS – 07°21′32″ LS dan 111°03′34″ BT – 111°09′19″ BT. Batas
administrasi Kecamatan Jenar adalah sebagai berikut:
- Sebelah timur : Provinsi Jawa Timur
- Sebelah selatan : Kecamatan Sambungmacan
- Sebelah barat : Kecamatan Tangen
- Sebelah utara : Kabupaten Grobogan.
Kecamatan Jenar terdiri atas 7 desa antara lain: Desa Japoh, Desa Ngepringan,
Desa Mlale, Desa Dawung, Desa Kandangsapi, Desa Jenar, dan Desa Banyurip.
Mata air Bengawan Solo yang berasal dari Gua Gilap dan bermuara di
Ujung Pangkah telah membelah daerah Kabupaten Sragen menjadi dua yaitu
Utara Bengawan dan Selatan Bengawan. Kondisi masing-masing Utara Bengawan
dan Selatan Bengawan berbeda. Kecamatan Jenar merupakan bagian dari wilayah
Utara Bengawan. Kecamatan Jenar memiliki luas 6.397,24 Ha, jumlah dan luas
masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 24 berikut.
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Peta 1. Administrasi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Iklim
Iklim adalah rata - rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas serta
berlangsung dalam waktu yang lama (sedikitnya sepuluh tahun). Cuaca adalah
keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah- ubah di setiap waktu.
Pengamatan cuaca dilakukan di stasiun-stasiun pengamatan/ observatorium
meteorologi.
Tipe iklim di daerah penelitian didasarkan pada tipe iklim menurut
Koppen dan tipe iklim menurut Schmitd dan Ferguson, terdapat tiga unsur yang
menjadi faktor penentu iklim yaitu temperatur, angin, dan curah hujan. Dalam
penelitian ini untuk menentukan tipe curah hujan hanya menggunakan dua faktor
yaitu temperatur dan curah hujan. Mengingat di Kecamatan Jenar tidak terdapat
stasiun pencatat curah hujan maka data diambilkan dari stasiun pencatat curah
hujan terdekat yaitu stasiun Ketro yang terletak di Kecamatan Tanon.
a. Temperatur
Temperatur rata-rata Kecamatan Jenar belum diketahui, untuk mengetahui
suhu rata-rata di daerah penelitian dilakukan dengan cara penghitungan
menggunakan rumus Braak (Braak dalam Arsyad, 1989: 223), dalam hal ini
ketinggian daerah penelitian sebagai penentu suhu rata-rata daerah penelitian.
Berdasarkan pada Peta Rupa Bumi digital Indonesia, Kecamatan Jenar berada
pada ketinggian 62-163 m dari permukaan air laut.
Rumus Braak:
t = 26,3 0C – 0,61 h
Keterangan :
t : Suhu udara rata – rata
26,3 0C : Temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis
h : Ketinggian tempat yang dinyatakan dalam ratusan meter.
Diketahui : hmin = 0,62
hmax = 1,6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dihitung : tmax = 26,3 – 0,61 (0,62) = 26,3 – 0,38 = 25,92 0C
tmin = 26,3 – 0,61 (1,63) = 26,3 – 0,99 = 25,31 0C
Maka temperatur tertinggi adalah 25,92 0C dan temperatur terendah adalah 25,31 0C.
b. Curah Hujan
Data curah hujan Kecamatan Jenar diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
Sub Dinas Pengairan Kabupaten Sragen. Mengingat di Kecamatan Jenar tidak
terdapat stasiun pengamat curah hujan terdekat yaitu stasiun Ketro di Kecamatan
Tanon, dan dianggap dapat mewakili. Data yang diperoleh adalah data curah
hujan harian yang berlangsung selama 10 tahun (2000-2009). Dari hasil
perhitungan curah hujan rata-rata bulan terendah selama 10 tahun (2000-2009) di
daerah penelitian sebesar 14,3 mm/hari yang terjadi pada bulan Agustus. Curah
hujan tertinggi rata-rata sebesar 311,9 mm/hari yang terjadi pada bulan Januari.
Adapun besar curah hujan rata-rata tahunan untuk sepuluh tahun terakhir (2000-
2009) sebesar 1982,2 mm/tahun. Data curah hujan tersebut dirangkum dalam
Tabel 25 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
c. Tipe Iklim Koppen
1) Tipe Iklim Koppen
Metode Koppen adalah metode klasifikasi iklim yang berdasarkan rata-
rata curah hujan dan temperaturnya, baik temperatur bulanan maupun temperatur
tahunan. Metode ini membagi permukaan bumi ini menjadi 5 tipe iklim yaitu :
iklim hujan tropika (A), iklim kering (B), iklim sedang (C), iklim dingin (D) dan
iklim kutub (E). Berdasarkan pembagian ini, maka lokasi penelitian termasuk
iklim hujan tropik (A). Wilayah iklim ini adalah daerah yang memiliki temperatur
bulan terdingin lebih besar dari 18°C. Koppen membagi iklim A lebih lanjut
menjadi :
a) Tropika Basah (Af)
Wilayah iklim ini memiliki ciri-ciri yaitu pada saat bulan terkering
masih memiliki hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm.
b) Tropika Lembab (Am)
Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki
bulan basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat
diimbangi oleh bulan-bulan basah sehingga pada wilayah ini masih
terdapat hutan yang cukup lebat.
c) Tropika Kering (Aw)
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada bulan-bulan kering sehingga vegetasi yang ada
adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang.
(Wisnubroto, 1983 : 70)
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulan
terkering adalah 15 mm yaitu pada Bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan
tahunan 1.965,1 mm. Data rata-rata curah hujan tahunan dan curah hujan bulanan
terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am atau Aw. Data ini
dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas Tipe Iklim Af,
Am dan Aw. Berdasarkan analisis tersebut Kecamatan Jenar termasuk dalam tipe
Am. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1000 2500
20
2000 1500
40
80
60
Gambar 7. Diagram Tipe Iklim Kecamatan Jenar Menurut Koppen
Periode 2000-2009
2) Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson
Penentuan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson dinyatakan
dengan nilai “quotient” (Q) yang merupakan perbandingan rerata bulan kering dan
rerata bulan basah. Informasi tentang rata-rata bulan kering dan basah dapat
dilihat pada Tabel 24 diatas.
Rumus perhitungan nilai “Q” adalah sebagai berikut:
Rata – Rata Bulan Kering (BK)
Q = x 100 %
Rata – Rata Bulan Basah (BB)
Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson
yang didasarkan pada nilai “Q”. Penghitungan besarnya nilai “Q”, dari tabel 24
diketahui bahwa rata-rata bulan kering 3,4 dan rata-rata bulan basah 8,6 sehingga:
Af
Am
Aw
0
Rata-rata Curah Hujan Tahunan (mm)
Rat
a-ra
ta C
urah
Huj
an T
erke
ring
(mm
)
(1982,2 ; 14,3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Secara topogarfi Kecamatan Jenar terletak pada ketinggian 62 – 163 m di
atas permukaan laut. Keadaaan reliefnya terbagi atas datar sampai bergelombang.
Datar sampai landai tersebar di sebagian besar daerah Kecamatan Jenar,
sedangkan bergelombang persebarannya cukup sempit hanya sekitar 4,21% dari
luas seluruh Kecamatan Jenar.
Daerah penelitian merupakan suatu zona lipatan yang mengalami depresi
dan merupakan kelompok dari igir Pegunungan Kendeng bagian timur, yang
merupakan geosinklin muda yang terlipat sangat kuat sehingga terjadi lipatan
terbalik yang terjadi pada gerak orogenesa pada periode plestosen tengah.
Di Kecamatan Jenar juga terdapat bentuklahan asal fluvial. Secara genetik
bentuklahan hasil bentukan fluvial pada umumnya merupakan hasil proses
pengendapan dari daerah lain. Bentuklahan ini terutama berkaitan dengan
penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Secara
alami, proses yang berlangsung diakibatkan oleh kinerja sungai yang meliputi tiga
aktivitas yang berkaitan erat antara satu dengan lainnya yaitu erosi, transportasi
dan penimbunan/pengendapan.
Peristiwa penimbunan biasanya diawali oleh proses erosi (material yang
terkikis), kemudian terangkut oleh air dan akhirnya diendapkan di tempat lain
yang lebih rendah seperti di dataran rendah dan cekungan. Pengendapan ini bisa
terjadi karena kemiringan lereng/gradien sungai yang relatif kecil sehingga
menyebabkan kecepatan dan energi aliran berkurang. Akibatnya terjadi penurunan
tenaga untuk mengangkut material hasil erosi sehingga kemungkinan besar
material itu mengendap.
Di lokasi penelitian terjadi pengendapan di bagian selatan, yaitu tepatnya
di tepi Bengawan Solo yang melalui Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan
Desa Kandang Sapi . Hal ini disebabkan karena berkurangnya daya transport
akibat perubahan gradien sungai yang sebelumnya bergradien besar dari hulu
yaitu Vulkan Merapi, Merbabu dan Pegunungan Selatan menjadi kecil di bagian
selatan Kecamatan Jenar serta meander Bengawan Solo juga menyebabkan
kecepatan aliran berkurang dan diendapkan pada alur-alur sungai serta di tepi
kanan-kiri alur sungai saat terjadi banjir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
b. Geologi
Berdasarkan hasil interpretasi Peta Geologi Jawa skala 1:250.000,
struktur batuan yang menyusun daerah penelitian meliputi:
a) Alluvium (Qa), batuannya tersusun atas lempung, lanau, pasir dan
kerikil. Umumnya lempung dan lanau berwarna kehitaman, bersifat
lunak, plastisitas sedang – tinggi, sedangkan pasir dan kerikil bersifat
lepas, tebal antara 1,00 – 2,00 m. Luas penyebarannya 43,35 Ha dan
hanya terdapat di Desa Kandang Sapi.
b) Formasi Kabuh (Qk), batuaanya berupa batu pasir, berwarna abu-abu
terang, berbutir sedang sampai kasar, keras, berstruktur silangsiur.
Pelapukan batuan berupa lanau lempungan, berwarna coklat kemerahan,
konsistensi teguh sampai kaku, plastisitas rendah sampai sedang. Luas
penyebarannya hanya 3,10 Ha dan hanya terdapat di Desa Kandang Sapi.
c) Endapan Lahar Lawu (Qlla), terdapat pada bagian lereng bawah Gunung
Lawu. Batuannya tersusun oleh andesit. Luas penyebarannya 510,12 Ha.
Tersebar di Desa Japoh, Mlale, Dawung dan Kandang Sapi.
d) Kelompok litologi Formasi Kerek (Tmk), batuannya berupa perselingan
batu pasir, batu lempung, tuf napal dan batugamping. Luas
penyebarannya 2484,03 Ha. Tersebar di Desa Ngepringan, Jenar dan
Banyurip.
e) Kelompok litologi Formasi Kalibeng (Tmpk), batuannya berupa napal,
setempat sisipan tuf, batu pasir tufaan dan kalkarenit. Luas
penyebarannya 3638,44 Ha. Tersebar di Desa Banyurip, Ngepringan,
Japoh, Mlale, Dawung dan Kandang Sapi.
f) Kelompok litologi Formasi Klitik dan Formasi Kalibeng (Tpkk),
batuannya berupa batugamping putih kekuningan kecoklatan, berlapis
(20–60 cm) dan di beberapa tempat mengandung kepingan koral serta
napal. Luas persebarannya 569,21 Ha. Tersebar di Desa Mlale, Dawung
dan Kandang Sapi.
Persebaran geologi Kecamatan Jenar dapat dilihat pada Peta 2 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Peta 2. Geologi Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Tanah
Berdasarkan Peta Macam Tanah skala 1: 65.000, macam tanah di daerah
penelitian dapat digolongkan dalam tiga satuan tanah yaitu aluvial coklat
kekelabuan, kompleks litosol, mediteran dan rendzina, dan kompleks regosol
kelabu dan grumusol kelabu tua.
Berikut ini adalah penjelasan keadaan masing-masing tanah.
a. Aluvial Coklat Kekelabuan
Tanah ini merupakan tanah muda yang belum mengalami diferensiasi horizon.
Tanah alluvial berasal dari proses sedimentasi atau endapan sebagai akibat
banjir di musim hujan, sehingga sifat dari bahan induknya tergantung pada
kekuatan banjir dan asal serta macam batuan yang diangkut. Di lapangan
tanah tersebut dicirikan dengan bahan yang diendapkan pada waktu dan
tempat yang relatif homogen, semakin jauh dari sumbernya semakin halus
butir yang diangkut. Morfologinya berlapis-lapis atau berlembar-lembar,
warna tanah coklat kekelabuan namun kalau melihat sifat fisiknya tanah
tersebut mudah digarap, mudah menyerap air (permeable) (Dames, dalam
Dharmawijaya, 1997: 287).
b. Kompleks Litosol, Mediteran, dan Rendzina
1) Litosol
Tanah litosol merupakan tanah muda karena tanah ini belum lama
mengalami perkembangan, sehingga sifat dan cirinya masih menyerupai
sifat dan cirri batuan induknya. Di lapangan tanah ini dicirikan oleh
warnanya kuning kemerahan atau kuning kecoklatan, tidak berstruktur,
solumnya dangkal (<45 cm), memiliki pH asam, serta memiliki kandungan
unsur hara yang rendah dan berdrainase baik.
2) Mediteran
Tanah ini dicirikan dengan solum sedang (60 – 90 cm), warna kuning
kemerahan atau kuning kecoklatan, tekstur geluh lempungan, struktur
gumpal, konsistensi dalam keadaan lembab gembur, dengan tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kemasaman agak masam hingga netral, memiliki kandungan unsur hara
rendah sampai sangat rendah, kapasitas pertukaran kation tinggi,
kedalaman efektif dangkal (30-60 cm) dan berdrainase baik.
3) Rendzina
Tanah ini dicirikan dengan solum 0.5-1.0 m, berwarna kelabu hingga
hitam. Tanah ini bertekstur liat, makin ke bawah berpasir hingga
berkerikil. Tingkat kemasaman tanah ini rendah, dengan pH antara 7.0-8.2,
kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation sedang hingga tinggi.dan
kandungan bahan organik sedang. Selain itu, tanah ini memiliki
permeabilitas lambat dan kepekaan terhadap erosi tinggi.
Berikut gambar penampang melintang (profil) macam tanah kompleks
litosol, mediteran dan rendzina.
Gambar 9. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Rendzina
Di Desa Banyurip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua
1) Regosol Kelabu
Secara umum, Regosol dicirikan oleh perkembangan profil yang tidak
nyata, bersolum dangkal hingga dalam, berwarna kelabu, coklat hingga
kuning. Tanah ini bertekstur pasir (liat kurang dari 40%), berstruktur
gembur sampai berbutir tunggal, kadang-kadang berlapis, berkerikil atau
berpadas.
2) Grumusol Kelabu Tua
Merupakan tanah lempung berwarna kelam yang bersifat fisik berat, tanpa
horizon elluvial dan illuvial, struktur lapisan atas granuler dan lapisan
bawah gumpal atau pejal, mengandung kapur, koefisien expansi
(pemuaian) dan kontraksi (pengkerutan) tinggi jika dirubah kadar airnya.
Koefisiennys luar biasa liat, solum rata-rata 75 cm dan bersifat asam.
Berikut gambar penampang melintang (profil) macam tanah kompleks
regosol kelabu dan grumusol kelabu tua.
Gambar 10. Penampang Melintang (Profil) Jenis Tanah Regosol
di Desa Banyurip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
5. Hidrografi
Kenampakan keairan di Kecamatan Jenar bersumber dari air permukaan
dan air tanah. Air permukaan di Kecamatan Jenar berupa air sungai, sungai yang
melalui Kecamatan Jenar tergolong dalam sungai permanen dan sungai periodik
(mengalir hanya pada musim penghujan). Untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian
besar penduduk menggunakan sumur bor karena keadaan tanah yang kandungan
batuannya sedang.
Di sebelah selatan Kecamatan Jenar dibatasi oleh Bengawan Solo yang
melalui Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung dan Desa Kandangsapi. Dari
Bengawan Solo yang melewati empat desa tersebut terdapat tiga anak sungai
Bengawan Solo yang mengalir ke utara, ketiga sungai itu yaitu: Kali Precet, Kali
Jenar dan Kali Dolog. Ketiga sungai ini merupakann sungai permanen. Selain itu,
terdapat Kali Jambe, Kali Soko dan Kali Sigit yang juga merupakan anak sungai
Bengawan Solo yang mengalir di Kecamatan Jenar, namun ketiga anak sungai ini
merupakan sungai periodik.
Kali Precet mengalir melewati Desa Japoh dan Desa Ngepringan.Kali
Jenar mengalir melalui Desa Dawung dan Desa Jenar, Kali Jenar memiliki 3 anak
sungai (sungai periodik) antara lain: Kali Krakal, Kali Denok, dan Kali Plosombo.
Kali Dolog mengalir melalui Desa Dawung, Desa Kandang Sapi, Desa Jenar dan
Desa Banyurip. Kali Dolog memiliki 4 anak sungai antara lain: Kali Kandang
Sapi, Kali Dukuh, Kali Ngablak, dan Kali Gobang.
6. Keadaan Penduduk
Selain faktor keadaan alam atau keadaan fisik, penduduk juga
merupakan faktor penting yang mempengaruhi penggunaan lahan yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap produktivitas tanah. Untuk memberikan
gambaran secara umum keadaan penduduk di Kecamatan Jenar, berupa jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 27 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 27. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jenar
Tahun 2009
No. Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)
Luas (Km2)
Kepadatan Jiwa/ Km2 Laki -
laki Perempuan Jumlah
1. Japoh 1.207 1.173 2.380 4,09 582 2. Ngepringan 1.843 1.960 3.803 11,58 328 3. Mlale 1.669 1.649 3.318 6,51 510
4. Dawung 2.063 2.014 4.077 6,39 638 5. Kandangsapi 2.236 2.360 4.596 9,70 474 6. Jenar 1.788 1.881 3.669 14,54 252 7. Banyurip 2.522 2.519 5.041 11,16 452
Jumlah 13.328 13.556 26.884 63,97 420
(Sumber: Kecamatan Jenar Dalam Angka Tahun 2009)
Berdasarkan Tabel 27, desa dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah
Desa Dawung dengan kepadatan 638 jiwa/km2, hal ini dikarenakan Desa Dawung
merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Jenar. Kepadatan penduduk terendah
terdapat di Desa Jenar dengan kepadatan 252 jiwa/km2.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Tebu
a. Penyusun Satuan Lahan
Dalam penelitian ini digunakan satuan lahan sebagai satuan pemetaan
(mapping unit) yang disusun oleh kemiringan lereng, macam tanah dan
penggunaan lahan di Kecamatan Jenar.
1) Parameter Penyusun Satuan Lahan
a) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dapat mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk
tanaman. Semakin besar kemiringan lereng maka akan semakin berkurang tingkat
kesesuaian lahannya. Di lihat dari parameter kemiringan lereng Kecamatan Jenar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dapat dibagi dalam 2 kelompok daerah kelerengan yaitu daerah datar (0-8%) dan
daerah landai (8-15%). Pengelompokkan tersebut berdasarkan klasifikasi
kemiringan lereng yang menurut pembagian dari Asdak (1995). Berikut tabel
kemiringan lereng di Kecamatan Jenar.
Tabel 28. Kemeringan Lereng di Kecamatan Jenar
No. Besar Lereng Keterangan Simbol Luas Ha %
1 0 – 8 Datar I 6957,74 95,79 2 8 – 15 Landai II 306,01 4,21 Jumlah 7263,75 100,00
(Sumber: Analisis SIG Peta Lereng Kecamatan Jenar)
Berdasarkan pada Tabel 28 di atas, kemiringan lereng yang paling luas di
Kecamatan Jenar adalah lereng kelas I dengan luas 95,79 Ha (95,79%), sedangkan
kemiringan lereng kelas II hanya seluas 4,21 Ha (4,21%). Kondisi lereng
Kecamatan Jenar digambarkan pada Peta Lereng berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Peta 3. Lereng Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b) Macam Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Kecamatan Jenar skala 1:65.000 terdapat tiga
macam tanah. Pertama alluvial coklat kekelabuan yang tersebar di sepanjang
Bengawan Solo, yaitu di bagian selatan Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung,
dan Desa Kandangsapi. Luas penyebarannya 1011,40 Ha atau 13,92% dari luas
Kecamatan Jenar. Kedua, kompleks litosol, mediteran dan renzina tersebar paling
luas di Kecamata Jenar (tersebar luas di ketujuh desa) yaitu terdapat di Desa
Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, Desa Kandangsapi, Desa Ngepringan, Desa
Jenar, dan Desa Banyurip. Luas penyebarannya 5879,77 Ha atau 80,95% dari luas
Kecamatan Jenar. Macam tanah ketiga yaitu kompleks regosol kelabu dan
grumusol kelabu tua, penyebaran macam tanah ini hanya terdapat di Desa
Banyurip dengan luas penyebaran hanya 5,13% dari luas Kecamatan Jenar
(372,57 Ha). Uraian di atas disajikan dalam bentuk Tabel 29 berikut ini.
Tabel 29. Macam Tanah Kecamatan Jenar
No Macam Tanah Luas Ha %
1 Alluvial Coklat Kekelabuan 1011,40 13,92 2 Kompleks Litisol, Mediteran dan Renzina 5879,77 80,95 3 Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua 372,57 5,13 Jumlah 7263,75 100,00
(Sumber: Analisis SIG Peta Tanah Kecamatan Jenar)
Kondisi tanah Kecamatan Jenar digambarkan pada Peta Macam Tanah
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Peta 4. Tanah Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
c) Penggunaan Lahan
Penyusun satuan lahan yang ketiga adalah penggunaan lahan.
Penggunaan lahan merupakan hasil interaksi antara aktivitas manusia dengan
lingkungan alami. Berdasarkan jenis penggunaan lahan, di Kecamatan Jenar
terdapat 5 jenis penggunaan lahan, seperti yang diuraikan pada Tabel 30 di bawah
ini.
Tabel 30. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar
No Penggunaan Lahan Luas Ha %
1 Permukiman 1033,65 14,23 2 Sawah 1473,10 20,28 3 Kebun 1143,22 15,74 4 Tegalan 3609,00 49,69 5 Tanah Kosong 4,78 0,06 Jumlah 7263,75 100,00
(Sumber: Analisis SIG Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar)
Berdasarkan Tabel 30 di atas, terlihat bentuk penggunaan lahan yang
paling luas adalah tegalan (Tg) yaitu 3344,73 Ha atau 46,05% dari luas
Kecamatan Jenar. Bentuk penggunaan lahan yang paling sempit adalah tanah
kosong yaitu 4,78 Ha (0,06%). Kondisi penggunaan lahan Kecamatan Jenar
digambarkan pada Peta Penggunaan Lahan berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Peta 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
2) Satuan Lahan Daerah Peneltian
Satuan lahan daerah penelitian diperoleh dari overlay peta kemiringan
lereng, peta tanah, dan peta penggunaan lahan. Peta kemiringan lereng terdiri dari
2 kategori, peta tanah terdiri dari 3 kategori, sedangkan peta penggunaan lahan
terdiri dari 5 kategori. Hasil overlay ketiga tersebut yaitu diperoleh 16 satuan
lahan, disajikan dalam Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Satuan Lahan Kecamatan Jenar
No Nama Satuan Lahan Luas
Ha %
1 Aluvial Coklat Kekelabuan-0-<8%-Kebun (ACK-I-Kb) 94,63 1,30
2 Aluvial Coklat Kekelabuan-0-<8%-Permukiman (ACK-I-Pmk) 306,88 4,23
3 Aluvial Coklat Kekelabuan-0-<8%-Sawah (ACK-I-Sw) 480,29 6,62
4 Aluvial Coklat Kekelabuan-0-<8%-Tegalan (ACK-I-Tg) 126,90 1,75
5 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-0-<8%-Kebun (KLMR-I-Kb) 870,77 12,00
6 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-0-<8%-Permukiman (KLMR-I-Pmk) 700,37 9,65
7 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-0-<8%-Sawah (KLMR-I-Sw) 925,47 12,75
8 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-0-<8%-Tegalan (KLMR-I-Tg) 3070,94 42,32
9 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-0-<8%-Tanah Kosong (KLMR-I-Tk) 3,22 0,04
10 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-8-<15%-Kebun (KLMR-II-Kb) 37,40 0,52
11 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-8-<15%-Permukiman (KLMR-II-Pmk) 8,74 0,12
12 Kompleks Litosol, Mediteran dan Renzina-8-<15%-Tegalan (KLMR-II-Tg) 259,83 3,58
13 Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua-0->8%-Kebun (KRKGKT-I-Kb) 139,16 1,92
14 Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua-0->8%-Permukiman (KRKGKT-I-Pmk) 16,87 0,23
15 Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua-0->8%-Sawah (KRKGKT-I-Sw) 36,91 0,51
16 Kompleks Regosol Kelabu dan Grumusol Kelabu Tua-0->8%-Tegalan (KRKGKT-I-Tg) 178,15 2,46
Jumlah 7263,75 100,00
(Sumber: Analisis SIG Peta Satuan Lahan Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Dari Tabel 31, diketahui bahwa satuan lahan terluas adalah KLMR-I-Tg
dengan luas persebaran 3070,94 Ha atau 42,32% dari seluruh daerah penelitian
dan satuan lahan tersempit adalah KLMR-I-Tk, dengan luas persebaran 3,22 Ha
(0,04%). Untuk lebih jelasnya mengenai satuan lahan di Kecamatan Jenar dapat
dilihat pada Peta Satuan Lahan Kecamatan Jenar berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Peta 6. Satuan Lahan Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
b. Kualitas dan Karakteristik Lahan Daerah Penelitian
1) Drainase
Drainase merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap ksuburan
dan produktvitas penggunaan lahan. Drainase dalam kualitas lahan, didasarkan
hasil permeabilitas permukaan air tanah dan jumlah air yang meresap ke dalam
tanah. Drainase meliputi proses pengatusan dan pengaian air baik pada tanah
maupun berada pada permukaan. Keadaan drainase daerah penelitian adalah mulai
dari agak lambat sampai dengan agak cepat. Untuk mengetahui luas kelas drainase
daerah penelitian dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 32. Drainase Tanah Kecamatan Jenar
No Kode Satuan Lahan Kriteria
1 ACK-I-Kb Sedang
2 ACK-I-Sw Agak Lambat
3 ACK-I-Tg Agak Cepat
4 KLMR-I-Kb Sedang
5 KLMR-I-Sw Sedang
6 KLMR-I-Tg Sedang
7 KLMR-II-Kb Sedang
8 KLMR-II-Tg Sedang
9 KRKGKT-I-Kb Sedang
10 KRKGKT-I-Sw Agak Lambat
11 KRKGKT-I-Tg Sedang
(Sumber: Analisis Laboratorium Tahun 2010)
2) Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif tiga golongan besar
partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama fraksi pasir (2mm-5 ), fraksi
debu (50mm-2 ), dan fraksi liat (<2 ). Tekstur berpengaruh terhadap
pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam hal mengatur
kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
air di daerah tersebut. Dalam penelitian, tekstur tanah merupakan parameter yang
menentukan baik buruknyalahan untuk kegiatan tertentu dalam hal ini untuk
kegiatan pertanian.
Menurut Hardjowigeno (1987: 39-40) kelas tekstur tanah dibagi dalam
12 kelas, yaitu pasir (sand), pasir berlempung (loamy sand), lempung berpasir
(sandy loam), lempung (loam), lempung berdebu (silty loam), debu (silt), lempung
berliat (clay loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), lempung liat berdebu
(silty clay loam), liat berpasir (sandy clay), liat berdebu (silty clay), dan liat (clay).
Klasifikasi tekstur tanah dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.
Gambar 11. Segitiga Tekstur Tanah
Tekstur tanah pada setiap satuan lahan di Kecamatan Jenar dapat dilihat
pada Tabel 33 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 33. Tekstur Tanah Kecamatan Jenar
No Kode Satuan Lahan Kriteria 1 ACK-I-Kb Lempung Berliat (clay loam) 2 ACK-I-Sw Lempung Berliat (clay loam) 3 ACK-I-Tg Lempung Liat Berpasir (sandy clay loam) 4 KLMR-I-Kb Lempung Berliat (clay loam) 5 KLMR-I-Sw Lempung Berliat (clay loam) 6 KLMR-I-Tg Lempung Berliat (clay loam) 7 KLMR-II-Kb Lempung (loam) 8 KLMR-II-Tg Lempung (loam) 9 KRKGKT-I-Kb Lempung Berliat (clay loam) 10 KRKGKT-I-Sw Lempung Berdebu (silty loam) 11 KRKGKT-I-Tg Lempung Berliat (clay loam)
(Sumber: Analisis Laboratorium Tahun 2010)
3) Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif merupakan kedalaman tanah atau tebal lapisan tanah
tertentu yang masih dapat ditembus akar untuk menyerap zat-zat yang dibutuhkan
oleh tanaman secara efektif. Pengukuran kedalaman efektif di lapangan dilakukan
dengan membuat profil tanah pada setiap titik sampel tanah, kemudian dilakukan
pengukuran sampai kedalaman berapa akar tanaman dapat menembus tanah.
Kedalaman efektif daerah peneltian bervariatif, penyebaran sampel disesuaikan
dengan penggunaan lahan yang ada serta cek lapangan.
Berdasarkan penggolongan kedalaman efektif (menurut Utomo)
Kecamtan Jenar termasuk kelas dangkal hingga sedang. Kriteria kedalaman
efektif pada setiap satuan lahan di Kecamatan Jenar dapat dilihat pada Tabel 34
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 34. Kedalaman Efektif Kecamatan Jenar
No Kode Satuan Lahan Kriteria 1 ACK-I-Kb Sedang 2 ACK-I-Sw Dangkal 3 ACK-I-Tg Sedang 4 KLMR-I-Kb Sedang 5 KLMR-I-Sw Dangkal 6 KLMR-I-Tg Sedang 7 KLMR-II-Kb Sedang 8 KLMR-II-Tg Sedang 9 KRKGKT-I-Kb Sedang 10 KRKGKT-I-Sw Dangkal 11 KRKGKT-I-Tg Sedang
(Sumber: Analisis Laboratorium Tahun 2010)
4) Retensi Hara
Retensi hara mencakup Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan pH tanah.
KTK dan pH tanah ditentukan dari sampel tanah pada setiap satuan lahan.
Pengamatan dan pengukuran KTK dan pH tanah dilakukan di laboratorium.Hasil
pengamatan sampel tanah di laboratorium diketahui bahwa kapasitas pertukaran
kation 19,12-25,59 me %. Berdasar penggolongan KTK di Kecamatan Jenar
termasuk kategori sedang hingga tinggi. Kandungan pH tanah pada daerah
penelitian antara 6,42 – 7,26 yang menunjukkan bahwa termasuk pada klasifikasi
agak masam sampai dengan netral. Hasil klasifikasi retensi hara dapat dilihat pada
Tabel 35 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 35. Retensi Hara Kecamatan Jenar
No Kode Satuan Lahan KTK (me %) pH
1 ACK-I-Kb 20,53 (Sedang) 6,68 (Netral)
2 ACK-I-Sw 20,88 (Sedang) 6,65 (Netral)
3 ACK-I-Tg 19,12 (Sedang) 6,42 (Agak Masam)
4 KLMR-I-Kb 20,53 (Sedang) 6,68 (Netral)
5 KLMR-I-Sw 21,47 (Sedang) 6,77 (Netral)
6 KLMR-I-Tg 21,47 (Sedang) 6,77 (Netral)
7 KLMR-II-Kb 22,35 (Sedang) 7,05 (Netral)
8 KLMR-II-Tg 22,35 (Sedang) 7,05 (Netral)
9 KRKGKT-I-Kb 24,41 (Sedang) 7,15 (Netral)
10 KRKGKT-I-Sw 25,59 (Tinggi) 7,26 (Netral)
11 KRKGKT-I-Tg 24,41 (Sedang) 7,15 (Netral)
(Sumber: Analisis Laboratorium Tahun 2010)
5) Ketersediaan Hara
Ketersediaan mencakup N Total, P tersedia, dan K tersedia. Pengamatan
sampel tanah untuk menentukan ketersediaan hara dilakukan di laboratorium. Dari
hasil analisis laboratorium dapat diketahui bahwa ketersediaan hara tanah
Kecamatan Jenar adalah:
a) Nitrogen Total sebesar 0,15 – 0,18 %. Berdasarkan penggolongannya
termasuk kategori rendah.
b) Phospat tersedia sebesar 9,54 – 17,94 ppm. Berdasarkan
penggolongannya termasuk kategori sangat rendah hingga sedang.
c) Kalium tersedia sebesar 0,21 - 0,26 me %. Berdasarkan
pengolongannya termasuk kategori rendah.
Hasil klasifikasi ketersediaan hara Kecamatan Jenar dapat dilihat pada Tabel 36
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Tabel 36. Ketersediaan Hara Kecamatan Jenar
No Kode Satuan Lahan N Total (%) P Tersedia (ppm) K Tersedia (me%)
1 ACK-I-Kb 0,15 10,59 0,25 2 ACK-I-Sw 0,15 9,54 0,26 3 ACK-I-Tg 0,17 11,48 0,25 4 KLMR-I-Kb 0,15 10,59 0,25 5 KLMR-I-Sw 0,15 17,94 0,21 6 KLMR-I-Tg 0,15 17,94 0,21 7 KLMR-II-Kb 0,18 11,17 0,24 8 KLMR-II-Tg 0,18 11,17 0,24 9 KRKGKT-I-Kb 0,15 12,12 0,24 10 KRKGKT-I-Sw 0,18 10,46 0,24 11 KRKGKT-I-Tg 0,15 12,12 0,24 (Sumber: Analisis Laboratorium Tahun 2010)
6) Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng sangat merupakan salah satu aspek penentu dalam
penggunaan lahan. Besar kecilnya kemiringan lereng menentukan kemudahan
penggarapan tanah dan dapat tidaknya alat mekanis digunakan. Kemiringan lereng
merupakan permukaan lereng yang membentuk bidang horizontal yang satuannya
dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o). Semakin besar kemiringan lereng
semakin kecil kesesuaian lahan terhadap usaha pertanian. Kemiringan lereng yang
terdapat di daerah penelitian adalah kelas 0 - <8 % dan 8 - <15 %. Berdasarkan
penggolongan kelas kemiringan lereng termasuk kategori baik.
7) Keadaan Batuan
Keadaan batuan terdiri dari batuan permukaan dan singkapan bantuan
merupakan aspek yang mempengaruhi pengolahan, serta mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Batuan yang terdapat di daerah penelitian 0-10%, keadaan
ini termasuk dalam kategori baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
8) Keadaan Erosi
Erosi merupakan peristiwa hilang atau terkikisnya tanah dari suatu
tempat yang terangkut ke tempat lain baik disebabkan oleh peergerakan air atau
angin. Keadaan erosi dapat diamati secara langsung di lapangan dengan
mengamati bentuk-bentuk erosi yang terjadi di daeerah penelitian. Tingkat bahaya
erosi di daerah penelitian tergolong pada kategori sangat ringan hingga ringan.
9) Bahaya Banjir
Banjir dan genangan mempengaruhi kesuburan dan produktivitas
tanaman. Informasi banjir diperoleh dari hasil wawancara terhadap penduduk dan
mengecek langsung ke lapangan pada setiap satuan lahan menunjukkan bahwa
daerah penelitian termasuk dalam kategori baik.
Tabel Kualitas dan karakteristik lahan Kecamatan Jenar dapat dilihat
pada Tabel 37 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
c. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Tebu
Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu diperoleh dengan
mencocokkan antara kualitas dan karakteristik daerah penelitian seperti yang
disajikan dalam Tabel 37 dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu yang disajikan
dalam Tabel 17. Berdasarkan hasil perbandingan maka diperoleh kelas kesesuaian
lahan aktual untuk tanaman tebu, disajikan dalam Tabel 38 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Peta 7. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu Kecamatan Jenar
Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Dari Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu di atas dapat
diketahui persebaran masing-masing subkelas kesesesuain lahan untuk tanaman
tebu di Kecamatan Jenar. Terdapat 3 kelas kesesuian lahan untuk tanaman tebu di
Kecamatan Jenar yaitu: Kelas Cukup Sesuai (S2) luas penyebarannya 71,31%,
Kelas Sesuai Marginal (S3) luas penyebarannya 13,22%, dan Tidak Sesuai Saat
Ini (N1) luas penyebarannya 15,47%.
Kelas kesesuaian Cukup Sesuai (S2) terdiri dari 3 subkelas kesesuaian
lahan, antara lain: S2 r,f,n,s/m,e ; S2 r,f,n,s/m ; dan S2 r,f,n. Subkelas S2 r,f,n
merupakan subkelas yang paling baik karena faktor pembatasnya yang paling
sedikit, namun persebaran subkelas ini hanya 2,24% di daerah penelitian.
Seharusnya subkelas S2 r,f,n ini mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan
subkelas yang lain.
Kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas kesesuaian lahan yang
persebarannya paling luas (64,89 %) penggunaan lahannya berupa kebun dan
tegalan. Hal ini menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Jenar sebagian besar
merupakan lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman tebu. Satuan lahan yang
termasuk dalam subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m ini antara lain ACK-I-Kb
(1), KLMR-I-Kb (5), dan KLMR-I-Tg (8). Ini berarti bahwa satuan lahan ACK-I-
Kb dan KLMR-I-Kb kualitas dan karakteristik lahannya cukup sesuai untuk
tanaman tebu sehingga areal penanaman tebu dapat diperluas lagi pada satuan
lahan tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan pengelolaan pada
faktor pembatasnya.
Kelas kesesuaian Sesuai Marginal (S3) terdiri dari 3 subkelas kesesuaian
lahan, antara lain: S3 r,n, ; S3 r ; dan S3 n. Subkelas kesesuaian lahan S3 n
merupakan subkelas yang persebarannya paling sedikit (0,60 %) penggunaan
lahannya berupa kebun. Kelas kesesuaian Tidak Sesuai Saat ini (N1) hanya terdiri
dari satu subkelas kesesuaian lahan, yaitu N1 r. Subkelas N1 r merupakan
subkelas yang paling buruk di daerah penelitian, persebarannya merata di seluruh
daerah penelitian. Pada subkelas kesesuaian ini diperlukan usaha perbaikan dan
pengelolaan tingkat tinggi untuk menaikkan kualitas lahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Pada peta di atas dapat dillihat bahwa di bagian selatan daerah penelitian
(sekitar Bengawan Solo) terdapat subkelas kesesuaian lahan S3 r,n yang terltak di
Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan Desa Kandang Sapi yang tidak
ditemukan di bagian lain. Penggunaan lahan pada subkeklas ini berupa sawah.
Penggunaan lahan pada subkelas ini sebaiknya tetap dipertahankan sebagai sawah,
karena lahan ini cukup produktif untuk ditanami padi yang didukung oleh
pengairan yang cukup dari Bengawang Solo.
d. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu
Kesesuaian lahan potensial diperoleh dari pemberian perlakuan pada
faktor pembatas/penghambat yang ada pada setiap subkelas kesesuain lahan
dengan usaha perbaikan yang dilakukan menurut tingkat pengelolaan. Terdapat
tiga tingkatan pengelolaan (Djaenudin, 1994: 9)
1) Tingkat pengelolaan rendah yaitu pengelolaan dapat dilaksanakan oleh
petani dengan biaya yang lebih murah (rendah).
2) Tingkat pengelolaan sedang, pengelolaan hanya dapat dilaksanakan pada
tingkat petani menengah, memerlukan modal menengah dan teknik
pertanian sedang.
3) Tingkat pengelolaan tinggi, pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan
modal yang relatif besar, umumnya dilakukan pemerintah atau perusahaan
besar atau menengah.
(Djaenudin, 1994: 9)
Adapun dalam penelitian ini, peneliti hanya menitik beratkan pada
tingkat pengelolaan rendah dan sedang, mengingat bahwa pada tingkat
pengelolaan tersebut para petani dapat melakukan usaha perbaikan dengan biaya
yang terjangkau oleh petani di Kecamatan Jenar. Dengan demikian diharapkan
petani dapat memaksimalkan produktivitas lahan dan tanaman tanpa harus
mengeluarkan biaya perbaikan yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Peta 8. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat
Pengelolaan Rendah Kecamatan Jenar Kabupaten Srage Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 42. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar
No Subkelas Kesesuaian Lahan
Luas Ha (%)
1 S2 r, f 139,16 2,24 2 S2 r, f, e 259,83 4,18 3 S2 r, f, s/m 4036,34 64,89 4 S2 r, f, s/m, e 37,40 0,60 5 S3 r 785,34 12,63 6 N1 r 962,38 15,47 Jumlah 6220,45 100,00
(Sumber: Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Setelah dilakukan usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi
lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan rendah pada
faktor pembatas ketersediaan hara dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan yaitu
kelas S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N1 (tidak sesuai saat ini)
yang terdiri dari 6 subkelas kesesuaian lahan sebagai berikut.
a) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f
Subkelas kesesuaian lahan adalah S2 r,f subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor penghambat pada media perakaran dan
retensi hara. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan
lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian
terburuk yakni drainase dan pH. Drainase subkelas ini termasuk dalam
kriteria sedang dan pH 7,15 (netral). Faktor pembatas drainase dan pH
dapat dilakukan pada pengelolaan tingkat sedang, yaitu dengan
perbaikan saluran drainase dan pengapuran atau penambahan bahan
orgnik. Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan tingkat
pengelolaan rendah ini S2 r,f tersebar di Desa Banyurip.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
b) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,e
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,e adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor penghambat pada media perakaran, retensi
hara, ketersediaan hara dan bahaya erosi. Subkelas kesesuaian lahan
ini disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat
pada kelas kesesuaian terburuk yakni drainase, kedalaman efektif,
KTK, pH dan tingkat bahaya erosi. Faktor pembatas yang
membedakan subkelas ini dengan subkelas sebelumnya adalah terletak
pada faktor tingkat bahaya erosi. Tingkat bahaya erosi subkelas
kesesuaian ini termasuk dalam kelas ringan (25% lapisan tanah atas
hilang), dapat dilakukan usaha perbaikan pada pengelolaan tingkat
sedang dan tinggi. Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan tingkat
pengelolaan rendah S2 r,f,e ini tersebar di Desa Banyurip, Desa Jenar,
Desa Ngepringan, Desa Kandang Sapi, dan Desa Dawung.
c) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran, retensi
hara dan terrain/potensi mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini
disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat
pada kelas kesesuaian terburuk yakni drainase, kedalaman efektif,
KTK, kemiringan lereng, batuan permukaan dan singkapan batuan.
Faktor media perakaran (r) hanya dapat dilakukan perbaikan pada
pengelolaan tingkat tinggi, karena adanya faktor kedalaman efektif
yang sulit untuk dilakukan pengelolaan diperlukan alat berat. Faktor
retensi hara (f) dapat dilakukan perbaikan pada tingkat sedang, dengan
pengapuran atau penambahan pupuk organik. Faktor pembatas terrain/
potensi mekanisasi (s/m) tidak dapat dilakukan perbaikan. Kemiringan
lereng subkelas ini 4%, batuan permukaannya 2% (ssedikit), da
singkapan batuannya 5% (sedikit). Subkelas kesesuaian lahan
potensial dengan tingkat pengelolaan rendah S2 r,f,s/m ini tersebar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
luas di Desa Banyurip, Desa Jenar, Desa Ngepringan, Desa Kandang
Sapi, Desa Dawung dan sedikit di Desa Japoh dan Desa Mlale.
d) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,s/m,e
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,s/m,e adalah subkelas kesesuaian
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran,
retensi hara, terrain/potensi mekanisasi dan bahaya erosi. Subkelas
kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik
lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni drainase,
kedalaman efektif, KTK, pH, kemiringan lereng dan tingkat bahaya
erosi. Faktor pembatas yang membedakan subkelas ini dengan
subkelas sebelumnya adalah terletak pada faktor tingkat bahaya erosi.
Tingkat bahaya erosi subkelas kesesuaian ini termasuk dalam kelas
ringan (25% lapisan tanah atas hilang), dapat dilakukan usaha
perbaikan pada pengelolaan tingkat sedang dan tinggi. Subkelas
kesesuaian lahan potensial dengan tingkat pengelolaan rendah S2
r,f,s/m,e ini hanya tersebar sempit di Desa Banyurip, Desa Jenar, dan
Desa Kandang Sapi.
e) Subkelas Kesesuaian Lahan S3 r
Subkelas kesesuaian lahan S3r adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor pembatas pada media perakaran.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
drainase dan kedalaman efektif. Drainase subkelas ini termasuk dalam
kriteria agak lambat sampai agak cepat dan kedalaman efektif dangkal
sampai sedang (40-50 cm). Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
faktor pembatas r dengan adanya kedalaman efektif hanya dapat
dilakukan usaha perbaikan pada pengelolaan tingkat tinggi. Subkelas
kesesuaian lahan potensial dengan tingkat pengelolaan rendah S3 r ini
tersebar di Desa Banyurip, Desa Kandang Sapi, Desa Dawung, Desa
Mlale, dan Desa Japoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
f) Subkelas Kesesuaian Lahan N1 r
Subkelas kesesuaian lahan N1r adalah subkelas kesesuaian lahan tidak
sesuai saat ini dengan faktor pembatas pada media perakaran.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
kedalaman efektif. Kedalaman efektif subkelas ini termasuk kriteria
dangkal (hanya 30 cm), perbaikan hanya dapat dilakukan pada
pengelolaan tingkat tinggi. Subkelas kesesuaian lahan potensial
dengan tingkat pengelolaan rendah N1r ini tersebar di Desa Banyurip,
Desa Jenar, Desa Ngepringan, Desa Kandang Sapi, Desa Dawung,
Desa Mlale, dan Desa Japoh.
Pada kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu juga terdapat 3
kelas kesesuaian lahan. Perbedaannya ketika pada lahan tersebut diberi
perlakuan/usahan perbaikan dengan pengelolaan tingkat rendah pada faktor
pembatas ketersediaan hara, Kelas S2 (Cukup Sesuai) pada kesesuaian lahan
aktual terdapat 3 subkelas kesesuaian menjadi 4 subkelas kesesuaian
potensial, Kelas S3 (Sesuai Marginal) dari 3 subkelas kesesuaian lahan aktual
menjadi 1 subkelas kesesuaian lahan potensial, dan N1 r tetap terdiri dari 1
subkelas kesesuaian karena faktor pembatasnya yaitu media perakaran tidak
dapat diatasi/diusahakan perbaikan pada tingkat pengelolaan rendah.
Jika pada kesesuian lahan aktual untuk tanaman tebu subkelas
terbaik adalah subkelas S2 r,f,n, pada kesesuaian potensial dengan
pengelolaan tingkat rendah subkelas kesesuaian terbaik menjadi S2 r,f. hal ini
dikarenakan telah dilakukan pengelolaan pada faktor n (ketersediaan hara)
dengan melakukan pengapuran dan pemupukan.
Kapur (Ca) memberikan pengaruh yang bervariasi pada tanah
pertanian karena fungsinya bermacam-macam bagi tanah dan bagi tanaman.
Manfaatnya tergantung pada kebutuhan akan kapur, sifat tanah, dan tanaman
yang diusahakan, macam, jumlah dan frekuensi penggunaan kapur, dan juga
cara pengolahan lahan (Kuswandi, 1993: 19).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Hasil pengujian pH tanah digunakan untuk menentukan kebutuhan
kapur. Jumlah kebutuhan kapur tergantung pada jenis bahan yang digunakan,
jenis tanaman dan sistem pergiliran tanaman, jenis tanah dan faktor-faktor
lain. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi jumlah kebutuhan kapur adalah
tekstur dan kandungan bahan organik (Kuswandi, 1993: 42).
Unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanaman dapat dibedakan
dalam unsur hara esensial (yang diperlukan tanaman) dan non-esensial (tidak
diperlukan tanaman). Berdasarkan jumlah kebutuhannya unsur hara
dikelompokkan ke dalam unsur hara makro (dibutuhkan dalam jumlah besar)
seperti karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), belerang (S),
fosfor (P), kalium (K), kapur (Ca), magnesium (Mg) dan besi (Fe) dan unsur
hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah sedikit). Unsur-unsur C, H, dan O
didapat langsung oleh tanaman dari udara, sedangkan unsure hara lainnya dari
tanah (Kuswandi, 1993: 15).
2) Tingkat Pengelolaan Sedang
Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media
perakaran, retensi hara, ketersediaan hara dan erosi. Pada faktor
penghambat/pembatas media perakaran, usaha perbaikan hanya dapat
dilakukan pada faktor drainase yaitu dengan perbaikan sistem drainase seperti
pembuatan saluran drainase. Retensi hara dapat dilakukan perbaikan dengan
pengapuran dan penambahan bahan organik. Untuk ketersediaan hara dapat
dilakukan perbaikan dengan pengapuran dan pemberian pupuk yang
disesuaikan. Sedangkan untuk faktor erosi dengan mengusahakan perbaikan
melalui pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur,
penanaman tanaman penutup tanah.
Tingkat pengelolaan sedang dapat dilakukan pada semua satuan
lahan di Kecamatan Jenar bergantung pada faktor pembatas tiap satuan lahan.
Usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial untuk tanaman tebu
dengan tingkat pengelolaan sedang dapat dilihat pada Tabel 43 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 43 . Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
Untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar
No Id Satuan Lahan Lahan Aktual
Asumsi Perbaikan Media Perakaran (r) Retensi Hara (f) Ketersediaan Hara (n) TBE (e)
Drainase
Tekstur Kedalaman Efektif
KTK pH Tanah N Total P2O5 tersedia K2O tersedia Bahaya Erosi
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
+ Potensial
1 1 ACK-I-Kb S2r,f,n,s/m
+ S1 - - - - + S1 + S1 ++ S1 ++ S1 ++ S1 - -
2 3 ACK-I-Sw S3 r,n + S2 - - - - - - - - ++ S1 ++ S1 ++ S1 - - 3 4 ACK-I-Tg S3 r + S2 - - - - - - - - - - - - - - - - 4 5 KLMR-I-Kb S2r,f,n,s
/m + S1 - - - - + S1 + S1 ++ S1 ++ S1 ++ S1 - -
5 7 KLMR-I-Sw N1 r + S3 - - - - - - - - - - - - - - - - 6 8 KLMR-I-Tg S2r,f,n,s
/m + S1 - - - - + S1 + S1 ++ S1 ++ S1 ++ S1 - -
7 10 KLMR-II-Kb S3 n - - - - - - - - - - ++ S1 ++ S1 ++ S1 - - 8 12 KLMR-II-Tg S2r,f,n,
s/m,e + S1 - - - - + S1 + S1 ++ S1 ++ S1 ++ S1 + S1
9 13 KRKGKT-I-Kb S2 n,r,f + S1 - - - - + S1 + S1 ++ S1 ++ S1 ++ S1 - - 10 15 KRKGKT-I-Sw N1 r + S3 - - - - - - - - - - - - - - - - 11 16 KRKGKT-I-Tg S3 r + S2 - - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan: - tidak dapat dilakukan perbaikan
+ perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)
++ kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Tabel 44. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar
Karakteristik/ Kualitas Lahan
Satuan Lahan ACK-I-Kb
ACK-I-Sw
ACK-I-Tg
KLMR-I-Kb
KLMR -I-Sw
KLMR -I-Tg
KLMR -II-Kb
KLMR -II-Tg
KRKGKT-I-Kb
KRKGKT-I-Sw
KRKGKT-I-Tg
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Temperatur (t)
- Rata-rata/ Th (oC)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1 2. Ketersediaan Air (w)
- Bulan Kering
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S1 - CH/Th (mm) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
3. Media Perakaran (r) - Drainase
S1
S2
S2
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S3
S2
- Tekstur S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 - Kedalaman Efektif (cm) S1 S3 S3 S2 N1 S2 S2 S2 S2 N1 S3
4. Retensi Hara (f) - KTK
S1
S2
S2
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
- pH tanah S1 S1 S2 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 5. Ketersediaan Hara (n)
- N Total
S1
S1
S2
S1
S2
S1
S1
S1
S1
S2
S2 - P2O5 S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S2 - K2O S1 S1 S2 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S2 S2
6. Terrain/ potensi mekanisasi (s/m) - Lereng (%)
S1
S1
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S1
S1
S1 - Batuan permukaan S2 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S1 S1 S1 S1 - Singkapan batuan S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
7. Erosi (e) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 8. Banjir (b) S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 Subkelas Kesesuaian Lahan Faktor pembatas
S2 s/m
S3 r
S3 r
S2 r,s/m
N1 r
S2 r,s/m
S2 r,f,s/m,e
S2 r,s/m
S2 r
N1 r
S3 r
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Peta 9. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat
Pengelolaan Sedang Kecamatan Jenar Kabupaten Srage Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Tabel 45. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
untuk Tanaman Tebu dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar
No Subkelas Kesesuaian Lahan
Luas Ha (%)
1 S2 r 139,16 2,24 2 S2 s/m 94,64 1,52 3 S2 r, s/m 4201,54 67,54 4 S2 r, f, s/m, e 37,40 0,60 5 S3 r 785,34 12,63 6 N1 r 962,38 15,47 Jumlah 6220,45 100,00
(Sumber: Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Tebu dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Setelah dilakukan usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi
lahan potensial untuk tanaman tebu dengan tingkat pengelolaan sedang pada
dihasilkan 3 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai
marginal) dan N1 (tidak sesuai saat ini) yang terdiri dari 6 subkelas
kesesuaian lahan sebagai berikut.
a) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r
Subkelas kesesuaian lahan adalah S2r subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran. Subkelas
kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik
lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni kedalaman
efektif. Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan tingkat
pengelolaan sedang S2r ini hanya tersebar di Desa Banyurip.
b) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada terrain/potensi mekanisasi.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
batuan permukaan. Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
tingkat pengelolaan sedang S2s/m ini tersebar tidak terlalu luas di
Desa Japoh, Desa Mlale, Desa Dawung, dan Desa Kandang Sapi.
c) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran dan
terrain/potensi mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan
oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas
kesesuaian terburuk yakni kedalaman efektif, kemiringan lereng,
batuan permukaan dan singkapan batuan. Subkelas kesesuaian lahan
potensial dengan tingkat pengelolaan sedang S2 r,s/m ini tersebar luas
di Desa Banyurip, Desa Jenar, Desa Ngepringan, Desa Mlale, Desa
Dawung, dan Desa Kandang Sapi dan Desa Japoh.
d) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,s/m,e
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,s/m,e adalah subkelas kesesuaian
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran,
retensi hara, terrain/potensi mekanisasi dan bahaya erosi. Subkelas
kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik
lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni drainase,
kedalaman efektif, KTK, pH, kemiringan lereng dan tingkat bahaya
erosi. Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan tingkat pengelolaan
sedang S2 r,f,s/m,e ini tersebar sempit di Desa Banyurip dan Desa
Kandang Sapi.
e) Subkelas Kesesuaian Lahan S3 r
Subkelas kesesuaian lahan S3r adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor pembatas pada media perakaran.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
drainase dan kedalaman efektif. Subkelas kesesuaian lahan potensial
dengan tingkat pengelolaan sedang S3 r ini tersebar di Desa Banyurip,
Desa Kandang Sapi, Desa Dawung, Desa Mlale, dan Desa Japoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
f) Subkelas Kesesuaian Lahan N1 r
Subkelas kesesuaian lahan N1r adalah subkelas kesesuaian lahan tidak
sesuai saat ini dengan faktor pembatas pada media perakaran.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
kedalaman efektif. . Subkelas kesesuaian lahan potensial dengan
tingkat pengelolaan sedang N1r ini tersebar di Desa Banyurip, Desa
Jenar, Desa Ngepringan, Desa Japoh, Desa Dawung, Desa Mlale, dan
Desa Kandang Sapi.
Usaha perbaikan/ pemberian pelakuan pada pengelolaan tingkat
sedang ini dapat dilakukan pada faktor pembatas media perakaran (drainase),
retensi hara, ketersediaan hara dan bahaya erosi. Tingkat pengelolaan sedang
dapat dilakukan pada tingkat petani menengah, memerlukan modal menengah
dan teknik pertanian sedang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
kenaikan persentase luas persebaran Kelas Cukup Sesuai (S2) dan penurunan
persebaran Kelas Sesuai Marginal (S3) sebesar 0.59%. Sedangkan persebaran
Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1) yaitu subkelas N1 r tidak mengalami
perubahan, karena faktor pembatas ketersediaan air dalam hal ini kedalaman
efektif belum dapat dilakukan perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang.
Faktor pembatas kedalaman efektif umumnya tidak dapat dilakukan usaha
perbaikan, kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan
membongkarnya waktu pengolahan tanah dengan tingkat pengelolaan tinggi
((Djaenudin, 1994: 9).
Jika pada kesesuian lahan aktual untuk tanaman tebu subkelas
terbaik adalah subkelas S2 r,f,n, pada kesesuaian potensial dengan
pengelolaan tingkat rendah subkelas kesesuaian terbaik menjadi S2 r,f, pada
kesesuaian potensial dengan pengelolaan tingkat sedang subkelas kesesuaian
lahan yang terbaik yaitu S2 r. Subkelas S2 r ini persebarannya hanya 2,24%
yaitu di Desa Banyurip, subkelas yang persebarannya paling luas adalah
subkelas S2 r, s/m (67,54%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Penjagaan kesuburan tanah lebih memungkinkan dengan menanam
tanaman kacang-kacangan (leguminosa) karena bintil akarnya yang mengikat
nitrogen (N) dari udara secara langsung akan mempercepat pertumbuhan
tanaman lain. Lebih lanjut, tanaman kacang-kacangan yang brakar banyak
dan dalam juga mampu menyerap air hujan lebih banyak dan lama di dalam
tanah (Kuswandi, 1993: 70). Dengan pertimbangan inilah, pada penelitian ini
tanaman tebu dapat ditanam secara tumpang sari dengan tanaman kacang
tanah.
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
a. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah
Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah diperoleh dengan
mencocokkan antara kualitas dan karakteristik daerah penelitian seperti yang
disajikan dalam Tabel 37 dengan persyaratan tumbuh tanaman kacang tanah yang
disajikan dalam Tabel 18. Berdasarkan hasil perbandingan maka diperoleh kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah, disajikan dalam Tabel 46
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Tabel 47. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk
Tanaman Kacang Tanah di Kecamatan Jenar
No Subkelas Kesesuaian Lahan
Nomor Satuan Lahan
Luas Ha (%)
1 S3 r, n 3 422,20 6,85
2 S3 r 15 36,91 0,60
3 S3 s/m 10, 12 297,24 4,82
4 S2 r, f, n, s/m 13, 16 317,30 5,15
5 S2 r, n, s/m 1, 4, 5, 7, 8 5088,71 82,58
Jumlah 6162,36 100,00
(Sumber: Peta Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Kacang Tanah
Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Berikut uraian Tabel 47:
1) Subkelas Kesesuaian Lahan S3 r, n
Subkelas kesesuaian lahan S3r,n adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor penghambat pada media perakaran dan
ketersediaan hara. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan
lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk
yakni drainase dan P2O5 tersedia. Drainase termasuk kategori agak lambat dan
ketersediaan P2O5 termasuk rendah. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
perbaikan sistem drainase pada pengelolaan tingkat sedang dan pemberian
pupuk yang mengandung fosfat seperti TSP, SP-36 lebih banyak
dibandingkan unsur lain (N dan K).
Subkelas kesesuaian lahan S3r,n ini terdapat pada satuan lahan
ACK-I-Sw (3). Luas seluruh satuan lahan tersebut adalah 422,20 Ha atau
6,85% yang tersebar di Desa Dawung, Desa Japoh, Desa Kandang Sapi, dan
Desa Mlale.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Peta 10. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah Kecamatan
Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Dari Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah di
atas dapat diketahui persebaran masing-masing subkelas kesesesuain lahan untuk
tanaman kacang tanah di Kecamatan Jenar. Terdapat 2 kelas kesesuain lahan
untuk tanaman kacang tanah di Kecamatan Jenar yaitu: Kelas Cukup Sesuai (S2)
luas penyebarannya 87,71% dan Kelas Sesuai Marginal (S3) luas penyebarannya
12,27%.
Kelas kesesuaian Cukup Sesuai (S2) terdiri dari 2 subkelas kesesuaian
lahan, antara lain: S2 r,f,n,s/m dan S2 r,n,s/m. Subkelas S2 r,n,s/m merupakan
subkelas yang paling baik karena faktor pembatasnya yang paling sedikit,
persebaran subkelas ini juga yang paling luas di daerah penelitian yaitu 82,58%.
Hal ini menunjukkan bahwa lahan di Kecamatan Jenar sebagian besar merupakan
lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman kacang tanah. Satuan lahan yang
termasuk dalam subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m ini antara lain ACK-I-Kb
(1), ACK-I-Tg (4), KLMR-I-Kb (5), KLMR-I-Sw (7) dan KLMR-I-Tg (8).
Sedangkan Kelas kesesuaian Sesuai Marginal (S3) terdiri dari 3 subkelas
kesesuaian lahan, antara lain: S3 r,n, ; S3 r ; dan S3 s/m. Subkelas kesesuaian
lahan S3 n merupakan subkelas yang persebarannya paling sedikit (0,60 %)
penggunaan lahannya berupa sawah.
Berdasarkan hasil matching (pencocokan) antara kualitas dan
karakteristik lahan daerah penelitian dengan persyaratan tumbuh tanaman tebu
dan kacang tanah, kelas kesesuaian lahan terjelek untuk tanaman tebu adalah kelas
N1 (tidak sesuai saat ini) sedangkan kelas kesesuaian lahan terjelek untuk
tanaman kacang tanah adalah S3 (sesuai marginal). Walaupun demikian,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian lebih
banyak yang membudidayakan tanaman tebu, tanaman kacang tanah tidak
dijumpai di daerah penelitian. Melihat kelas kesesuaian lahan tanam kacang tanah
cukup baik, peneliti menyarankan tanaman kacang tanah untuk ditumpangsarikan
dengan tanaman tebu dengan memperhatikan jarak tanam antar tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
1) Tingkat Pengelolaan Rendah
Tingkat pengelolaan rendah dalam penelitian ini hanya dapat dilakukan
pada faktor penghambat ketersediaan hara (n), dengan pengapuran dan pemberian
pupuk yang disesuaikan. Tingkat pengelolaan rendah terdapat pada satuan lahan
ACK-I-Kb, ACK-I-Sw, KLMR-I-Kb, KLMR-I-Tg, KLMR-II-Kb, KLMR-II-Tg
dan KRKGKT-I-Kb.
Usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi lahan potensial untuk
tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan rendah dapat dilihat pada Tabel
48 di bawah ini.
Tabel 48. Usaha Perbaikan Kualitas Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial
Untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar
No ID Satlah Asumsi perbaikan Ketersediaan Hara (n)
N Total P2O5 tersedia K2O tersedia Aktu
al + Poten
sial Aktu
al + Poten
sial Aktu
al + Poten
sial 1 1 ACK-I-Kb S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 2 3 ACK-I-Sw S3 + S2 S3 + S2 S3 + S2 3 4 ACK-I-Tg S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 4 5 KLMR-I-Kb S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 5 7 KLMR-I-Sw S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 6 8 KLMR-I-Tg S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 7 13 KRKGKT-I-Kb S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1 8 16 KRKGKT-I-Tg S2 + S1 S2 + S1 S2 + S1
Keterangan:
+ : perbaikan dapat dilakukan dan dihasilkan kenaikan kelas satu
tingkat lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Peta 11. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
Dengan Tingkat Pengelolaan Rendah Di Kecamatan Jenar Kabupaten
Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Tabel 50. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Rendah
di Kecamatan Jenar
No Subkelas Kesesuaian Lahan
Luas Ha (%)
1 S2 r, s/m 2017,78 32,24
2 S2 r, f, s/m 3388,24 54,47
3 S3 r 517,20 8,31
4 S3 s/m 297,24 4,78
Jumlah 6220,45 100,00
(Sumber: Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman KacangTanah
dengan Tingkat Pengelolaan Rendah di Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Setelah dilakukan usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi
lahan potensial untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan
rendah pada faktor pembatas ketersediaan hara dihasilkan 2 kelas kesesuaian
lahan yaitu kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal) yang terdiri dari
4 subkelas kesesuaian lahan sebagai berikut.
a) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran dan
terrain/potensi mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan
oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas
kesesuaian terburuk yakni drainase, kedalaman efektif, kemiringan
lereng, batuan permukaan dan singkapan batuan. Drainase subkelas ini
termasuk dalam kriteria agak cepat sampai sedang, kedalaman
efektifnya dangkal hingga sedang (35-65 cm), kemiringan lerengnya
4-5%, batuan permukaan 2-7% (sedang), dan singkapan batuannya 0-
5% (sedikit). Subkelas kesesuaian ini pada faktor pembatas r hanya
dapat dilakukan pengelolaan pada tingkat tinggi sedangkan faktor
pembatas s/m tidak dapat dilakukan perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
b) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran, retensi
hara dan terrain/potensi mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini
disebabkan oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat
pada kelas kesesuaian terburuk yakni drainase, kedalaman efektif, pH
dan kemiringan lereng. Berdasarkan penjelasan subkelas sebelumnya,
pada subkelas ini yang dapat dilakukan perbaikan pada tingkat sedang
adalah faktor pembatas retensi hara (f) yakni dengan pengapuran atau
penambahan bahan organic.
c) Subkelas Kesesuaian Lahan S3r
Subkelas kesesuaian lahan S3r adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor pembatas pada media perakaran.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
drainase. Drainase subkelas ini termasuk dalam kriteria agak lambat,
faktor ini dapat dilakukan upaya pengeolaan pada tingkat sedang
dengan perbaikan saluran atau sistem drainase untuk mengurangi laju
aliran permukaan.
d) Subkelas Kesesuaian Lahan S3s/m
Subkelas kesesuaian lahan S3s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor pembatas pada terrain/potensi
mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan
lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian
terburuk yakni kemiringan lereng. Kemiringan lereng subkelas ini
antara 13-15%, pada faktor pembatas tidak dapat dilakukan upaya
perbaikan baik sedang maupun tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Jika pada kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah
subkelas terbaik adalah subkelas S2 r,n,s/m pada kesesuaian potensial dengan
pengelolaan tingkat rendah subkelas kesesuaian terbaik menjadi S2 r,s/m. Hal
ini dikarenakan telah dilakukan pengelolaan pada faktor n (ketersediaan hara)
dengan melakukan pengapuran dan pemupukan.
2) Tingkat Pengelolaan Sedang
Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media
perakaran, retensi hara dan ketersediaan hara. Pada faktor
penghambat/pembatas media perakaran, usaha perbaikan hanya dapat
dilakukan pada faktor drainase yaitu dengan perbaikan sistem drainase seperti
pembuatan saluran drainase. Retensi hara dapat dilakukan perbaikan dengan
pengapuran dan penambahan bahan organik. Untuk ketersediaan hara dapat
dilakukan perbaikan dengan pengapuran dan pemberian pupuk yang
disesuaikan.
Tingkat pengelolaan sedang dapat dilakukan pada semua satuan
lahan kecuali pada satuan lahan KLMR-II-Kb dan KLMR-II-Tg. Usaha
perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial untuk tanaman kacang
tanah dengan tingkat pengelolaan sedang dapat dilihat pada Tabel 51 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Peta 12. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah Dengan
Tingkat Pengelolaan Sedang Di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Tabel 53. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial
untuk Tanaman Kacang Tanah dengan Tingkat Pengelolaan Sedang
di Kecamatan Jenar
No Subkelas Kesesuaian Lahan
Luas Ha (%)
1 S2 s/m 4175,49 67,13
2 S2 r, s/m 1710,81 27,50
3 S2 r, f, n, s/m 36,91 0,59
4 S3 s/m 297,24 4,78
Jumlah 6220,45 100,00
(Sumber: Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kacang Tanah
dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di Kecamatan Jenar Tahun 2010)
Setelah dilakukan usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi
lahan potensial untuk tanaman kacang tanah dengan tingkat pengelolaan
sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian lahan sebagai berikut.
a) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada terrain/potensi mekanisasi.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
kemiringan lereng dan batuan permukaan.
b) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran dan
terrain/potensi mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan
oleh satuan lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas
kesesuaian terburuk yakni drainase, kedalaman efektif, kemiringan
lereng dan batuan permukaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
c) Subkelas Kesesuaian Lahan S2 r,f,n,s/m
Subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m adalah subkelas kesesuaian
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas pada media perakaran,
retensi hara, ketersediaan hara dan terrain/potensi mekanisasi.
Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan lahan yang
karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian terburuk yakni
drainase, tekstur, kedalaman efektif, pH, N Total, P2O5 tersedia, K2O
tersedia dan kemiringan lereng.
d) Subkelas Kesesuaian Lahan S3 s/m
Subkelas kesesuaian lahan S3s/m adalah subkelas kesesuaian lahan
sesuai marginal dengan faktor pembatas pada terrain/potensi
mekanisasi. Subkelas kesesuaian lahan ini disebabkan oleh satuan
lahan yang karakteristik lahannya terdapat pada kelas kesesuaian
terburuk yakni kemiringan lereng.
Usaha perbaikan/ pemberian pelakuan pada pengelolaan tingkat
sedang ini dapat dilakukan pada faktor pembatas media perakaran (drainase),
retensi hara, ketersediaan hara dan bahaya erosi. Tingkat pengelolaan sedang
dapat dilakukan pada tingkat petani menengah, memerlukan modal menengah
dan teknik pertanian sedang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
kenaikan persentase luas persebaran Kelas Cukup Sesuai (S2) dan penurunan
persebaran Kelas Sesuai Marginal (S3) sebesar 7,49%.
Jika pada kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kacang tanah
subkelas terbaik adalah subkelas S2 r,n,s/m pada kesesuaian potensial dengan
pengelolaan tingkat rendah subkelas kesesuaian terbaik menjadi S2 r,s/m
pada kesesuaian potensial dengan pengelolaan tingkat sedang subkelas
kesesuaian lahan yang terbaik yaitu S2 s/m. Subkelas S2 s/m ini
persebarannya hanya 67,13%. Pada Peta 12 di atas diketahui bahwa subkelas
S2 s/m tersebar di semua desa di Kecamatan Jenar. Melihat kondisi yang
demikian, kacang tanah cukup produktif untuk dibudidayakan di daerah
penelitian. Selain itu, umur tanaman kacang tanah kurang lebih hanya 3 bulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
sehingga apabila ditumpangsarikan dengan tanaman tebu tentu tidak akan
mengganggu produktivitas tanaman tebu sebagai tanaman utama.
Dari penggambaran di atas diketahui bahwa usaha perbaikan sangat
diperlukan guna meningkatkan kualitas lahan. Namun dalam usaha perbaikan
kualitas lahan tersebut haruslah mempertimbangkan biaya dan faktor
pembatas lahan serta kelestariannya, agar produksi tanaman maksimal tetapi
tidak mengganggu produktivitas lahan.
3. Produktivitas Tanaman Tebu dan Kacang Tanah
Data produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan penduduk. Dari hasil wawancara tersebut diketahui
bahwa sangat jarang penduduk di Kecamatan Jenar yang membudidayakan
tanaman kacang tanah, sehingga produktivitas tanaman kacang tanah belum dapat
dihitung, berbeda dengan tanaman tebu yang sebagian besar dibudidayakan oleh
penduduk setempat sehingga produktivitas tanaman tebu dapat dihitung. Dalam
pengumpulan data produktivitas tidak memperhatikan pada varietas tebu tertentu
dan faktor biaya produksi tetapi hanya mempertimbangkan pada hasil panen tebu
pada lahan tegalan. Tanaman tebu dapat dipanen rata-rata setelah berumur 11
bulan atau dapat dikatakan tanaman tebu hanya dipanen sekali dalam setahun.
Satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan berupa tegalan adalah satuan
analisis untuk memperoleh data. Berdasarkan pada hasil analisis data, terdapat 4
satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan berupa tegalan yang terbagi
menjadi 3 subkelas kesesuaian lahan yaitu S2 r,f,n,s/m,e, S2 r,f,n,s/m dan S3 r.
Penentuan jumlah sampel responden yang akan diwawancarai diambil
1% dari populasi tersebut yaitu sebanyak 62 responden yang tersebar tidak merata
sesuai dengan jumlah petani dan luas satu desa.
Dalam perhitungan produktivitas digunakan rumus dibawah ini.
Produktivitas = Jumlah Produksi (ton)
Luas Lahan Panen (Ha)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Perhitungan rata-rata produktivitas pada pada setiap satuan lahan dapat dilihat
pada Tabel 54.
Tabel 54. Produktivitas Tanaman Tebu di Kecamatan Jenar Tahun 2010
Sumber: - Analisis Data Wawancara
- Analisis Data dengan ArcView (GIS)
Keadaan produktivitas tanaman tebu dengan penggunaan lahan tegalan
berdasarkan pada tingkat subkelas kesesuaian lahan adalah sebagai berikut:
a. S2 r,f,n,s/m
Subkelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas media
perakaran, retensi hara, ketersediaan hara dan terrain/potensi mekanisasi. Subkelas
kesesuaian lahan ini terdapat pada satuan lahan KLMR-I-Tg (8) dengan luas lahan
tebu 224,25 Ha dan produktivitas rata-rata sebesar 86,92 ton/Ha. Data luas lahan
tebu dan hasil produksi diperoleh dari hasil wawancara terhadap 52 responden
yang tersebar di semua desa di Kecamtan Jenar.
Subkelas kesesuaian S2 r,f,n,s/m ini merupakan subkelas kesesuaian
lahan dengan produktivitas tertinggi dan dengan lahan tebu terluas di daerah
penelitian. Hal ini bisa dikarenakan telah dilakukan usaha perbaikan oleh petani
yaitu pemberian pupuk yang NPK dengan maksimal sehingga faktor pembatas
ketersediaan hara (n) dapat teratasi. Faktor pembatas lain seperti media perakaran
(r), yang dalam hal ini adalah faktor drainase dan kedalaman efektif belum
dilakukan oleh petani karena faktor ini dapat dilakukan perbaikan pada tingkat
pengelolaan sedang dan tinggi.
No Subkelas Kesesuaian
Lahan
Hasil Produksi
1 Kali Panen (Ton)
Luas Lahan Tebu (Ha)
Total Hasil Produksi
1 Kali Panen (Ton)
Total Luas Lahan Tebu
(Ha)
Rata- Rata Produktivitas 1 Kali Panen
(Ton/Ha ) 1 S2 r, f, n,
s/m 19491
224,25
86,92
224,25
86,92
2 S2 r, f, n, s/m,e
302
3,50 86,23 3,50
86,23
3 S3 r 105 25
1,50 0,50
70,00 50,00
2,00
60,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
b. S2 r,f,n,s/m,e
Subkelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas media
perakaran, retensi hara, ketersediaan hara, terrain/potensi mekanisasi dan erosi.
Subkelas kesesuaian lahan ini terdapat pada satuan lahan KLMR-II-Tg (12)
dengan luas lahan tebu 3,50 Ha dan produktivitas rata-rata sebesar 86,23 ton/Ha.
Data luas lahan tebu dan hasil produksi diperoleh dari hasil wawancara terhadap 6
responden yang tersebar di Desa Banyurip, Desa Dawung, Desa Jenar, Desa
Kandang Sapi dan Desa Ngepringan.
Subkelas kesesuaian ini juga termasuk dalam kelas produktivitas tinggi,
namun produktivitas rata-ratanya lebih rendah 0,69 ton/ha dibandingkan dengan
subkelas S2 r,f,n,s/m. ini menunjukkan bahwa faktor e (erosi) mempengaruhi
produktivitas tanaman tebu. Tingkat bahaya erosi pada subkelas ini termasuk
dalam kelas R (ringan), artinya pada subkelas ini 25% lapisan tanah atas telah
hilang.
Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan konservasi tanah. Metode
konservasi tanah dapat dibagi menjadi 3 golongan utama, antara lain: metode
vegetatif, metode mekanik, dan metode kimia (Arsyad, 1989: 113). Metode yang
dapat digunakan untuk mengurangi laju erosi yaitu metode mekanik.
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan
erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam
konservasi tanah berfungsi (a) memperlambat aliran permukaan, (b) menampung
dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, (c)
memperbaiki atau membesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi
tanah, dan (d) penyediaan air bagi tanaman (Arsyad, 1989: 118).
Terdapat 6 pengolahan dalam metode mekanik menurut Arsyad (1989:
119), antara lain: (1) pengolahan tanah (tillage), (2) pengolahan tanah menurut
kontur (countur cultivation), (3) goludan dan guludan bersaluran menurut kontur,
(4) terras, (5) dam penghambat (check dam), waduk (balong) (farm ponds), rorak,
tanggul, dan (6) perbaikan drainase dan irigasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Para petani dapat memilih salah satu jenis pengolahan tanah di atas,
disesuaikan dengan kemampuan petani baik biaya maupun tenaga. Pengolahan
tanah yang tepat dan baik semestinya dapat meningkatkan produktivitas tanaman
tebu para tebu di daerah penelitian.
c. S3 r
Subkelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas
media perakaran. Subkelas kesesuaian lahan ini terdapat pada satuan lahan ACK-
I-Tg (4) dan KRKGKT-I-Tg (16) dengan luas lahan tebu 2,00 Ha dan
produktivitas rata-rata sebesar 60,00 ton/Ha. Data luas lahan tebu dan hasil
produksi diperoleh dari hasil wawancara terhadap 4 responden yang tersebar di
Desa Banyurip, Desa Jenar, Desa Kandang Sapi dan Desa Mlale.
Subkelas ini merupakan subkelas dengan produktivitas terendah di
daerah penelitian. Hal ini disebabkan selain karena faktor pembatasnya yaitu
media perakaran (r) yakni drainase dan kedalaman efektif berada pada kelas
kesesuaian “sesuai marginal (S3)”. Drainase merupakan kondisi mudah tidaknya
air hilang di permukaan tanah yang mengalir melalui aliran-aliran permukaan (run
off) atau melalui peresapan ke dalam tanah. Drainase subkelas ini agak cepat, dan
termasuk dalam kelas agak buruk artinya pada lapisan tanah atas mempunyai
peredaran udara baik sampai sekitar 40 cm dari permukaan tanah. Sedangkan
kedalaman efektifnya 50 cm, itu artinya sepanjang 10 cm akar melalui kondisi
drainase yang buruk sehingga kebutuhan tanaman akan air terutama di musim
kemarau tidak tersedia dengan baik.
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan usaha perbaikan dengan
melakukan perbaikan saluran drainase untuk meminimalisasi limpasan permukaan
(run off) pada musim penghujan. Untuk mengatasi faktor pembatas kedalaman
efektif diperlukan pengelolaan tingkat tinggi (modal relatif besar) yang umumnya
dilakukan oleh pemerintah atau perusahan besar atau menengah (Djaenuddin dkk,
1994: 9). Sebaiknya petani mengupayakan ketersediaan hara dan menjaga agar
unsure hara dalam tanah tetap terjaga dengan melakukan teknik pengolahan tanah
yang dapat mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Samin 8 KLMR-I-Tg 220 2,25 97,78
Yono 8 KLMR-I-Tg 95 1,00 95,00
S2 r, f, n,s/m,e Supri 14 KLMR-II-Tg 90 1,00 90,00
Produktivitas Rata-rata 92,43
Kandang Sapi 2125 S2 r, f, n, s/m Pandu
8 KLMR-I-Tg
940 10,00 94,00
Satir 8 KLMR-I-Tg 40 0,50 80,00 Lagi
Handoyo 8
KLMR-I-Tg 38 0,50 76,00
Sowo 8 KLMR-I-Tg 620 7,00 88,57 Warno 8 KLMR-I-Tg 80 1,00 80,00
Suprapto 8 KLMR-I-Tg 90 1,00 90,00
Sali 8 KLMR-I-Tg 250 3,00 83,33
Kasio 8 KLMR-I-Tg 87 1,00 87,00
Suratno 8 KLMR-I-Tg 400 5,00 80,00 Rejo 8 KLMR-I-Tg 600 7,00 85,71
S2 r, f, n,s/m,e Siwanto 14 KLMR-II-Tg 42 0,50 84,00
S3 r Sugiyati 4 ACK-I-Tg 40 0,50 80,00
Produktivitas Rata-rata 84,05
Mlale 1246 S2 r, f, n, s/m Parmin 8 KLMR-I-Tg 500 7,00 71,43
Kamar 8 KLMR-I-Tg 870 10,00 87,00
Hari Siswanto
8 KLMR-I-Tg
165 2,00 82,50
Suwarno 8 KLMR-I-Tg 245 4,00 61,25
Giyanto 8 KLMR-I-Tg 1750 20,00 87,50 Wagiman 8 KLMR-I-Tg 100 1,50 66,67 Produktivitas Rata-rata 76,06 Ngepringan 1564 S2 r, f, n, s/m Giyanto 8 KLMR-I-Tg 48 0,50 96,00
Padimin 8 KLMR-I-Tg 22 0,25 88,00
Nyamin 8 KLMR-I-Tg 46 0,50 92,00
Suratmin 8 KLMR-I-Tg 280 3,00 93,33
Ngadiman 8 KLMR-I-Tg 185 2,00 92,50
Samsuwarno 8 KLMR-I-Tg 1440 15,00 96,00
Sujarno 8 KLMR-I-Tg 70 0,80 87,50
Kedi 8 KLMR-I-Tg 60 0,70 85,71 Suparmin 8 KLMR-I-Tg 140 1,50 93,33
Sarno 8 KLMR-I-Tg 45 0,50 90,00 S2 r, f, n,s/m,e Suwarno 14 KLMR-II-Tg 85 1,00 85,00
Produktivitas Rata-rata 90,85
Sumber: - Analisis Data Wawancara
- Analisis Data dengan Arcview (GIS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
Hasil penghitungan rata-rata produktivitas pada tiap subkelas kesesuaian lahan
pada setiap desa di Kecamatan Jenar dibuat dalam 3 kelas, yaitu rendah, sedang
dan tinggi dengan kelas interval (ci) 9,53 (dari hasil penghitungan). Kelas yang
terbentuk adalah:
- produktivitas rendah (67,08 – 76,61)
- produktivitas sedang (76,62 – 86,15)
- produktivitas tinggi (86,16 – 95,69).
Persebaran produktivitas tanaman tebu pada setiap desa di Kecamatan
Jenar dapat dilihat pada Peta 13 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Peta 13. Produktivitas Tanaman Tebu Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen
Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa desa dengan produktivitas
tanaman tebu tinggi adalah Desa Japoh, Desa Jenar, dan Desa Ngepringan dan
desa dengan produktivitas tanaman tebu rendah terdapat di Desa Banyurip dan
Desa Mlale. Desa Dawung dan Desa Kandang Sapi termasuk dalam kelas
produktivitas sedang.
Berikut penjelasan produktivitas tanaman tebu pada tiap desa di
Kecamatan Jenar.
a. Desa Banyurip
Desa Banyurip termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu rendah.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n ; S2 r,f,n,s/m ; S2 r,f,n,s/m,e ; S3n ; S3r ; dan
N1 r. Subkelas kesesuaian S2 r,f,n merupakan subkelas kesesuaian terbaik
untuk tanaman tebu berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Jenar dan
subkelas kesesuaian N1r merupakan subkelas yang terburuk. Perbandingan
luas subkelas N1r dua kali lebih besar daripada subkelas S2r,f,n.
b. Desa Dawung
Desa Dawung termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu sedang.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S2 r,f,n,s/m,e; S3r ; S3r,n dan N1 r.
Subkelas kesesuaian S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas kesesuaian terluas di
desa ini sedangkan subkelas N1r tersebar hampir seperempat dari luas
Desa Dawung.
c. Desa Japoh
Desa Japoh termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu tinggi.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S3r; S3 r,n dan N1 r. Subkelas kesesuaian
S3r merupakan subkelas kesesuaian tersempit di desa ini sedangkan
subkelas N1r tersebar hampir sepertiga dari luas Desa Japoh, namun hal
ini tidak menjadi kendala untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu
di desa tersebut. Dari hasil wawancara diketahui bahwa penduduk di desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
ini memiliki kesadaran yang tinggi dalam pengelolaan tanaman dengan
memperhatikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan memberikan
pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau apabila dibandingkan
dengan Desa Banyurip.
d. Desa Jenar
Desa Jenar termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu tinggi.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S2 r,f,n,s/m,e; S3n dan N1 r. Subkelas
kesesuaian S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas kesesuaian terluas di desa ini
sedangkan subkelas N1r penyebarannya cukup sempit. Melihat persebaran
kelas S2 (cukup sesuai) merupakan yang paling luas di Desa Jenar sudah
sewajarnya produktivitas tanaman tebu di desa ini tinggi.
e. Desa Kandang Sapi
Desa Kandang Sapi termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu
sedang. Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang
terdapat di desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S2 r,f,n,s/m,e; S3r; S3n; S3r,n
dan N1 r. Subkelas kesesuaian S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas
kesesuaian terluas di desa ini sedangkan subkelas N1r persebarannya
cukup sempit hanya di bagian timur Desa Kandang Sapi.
f. Desa Mlale
Desa Mlale termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu rendah.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S3r; S3r,n dan N1 r. Subkelas kesesuaian
S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas kesesuaian terluas di desa ini sedangkan
subkelas N1r merupakan subkelas kesesuaian tersempit. Walaupun kelas
kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai) penyebarannya paling luas di Desa
Mlale tetapi produktivitas tanaman tebu di desa ini masih rendah. Hal ini
bisa dikarenakan pengelolaan lahan ini belum optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
g. Desa Ngepringan
Desa Ngepringan termasuk desa dengan produktivitas tanaman tebu tinggi.
Subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman tebu yang terdapat di
desa ini antara lain: S2 r,f,n,s/m; S2 r,f,n,s/m,e; S3n dan N1 r. Subkelas
kesesuaian S2 r,f,n,s/m merupakan subkelas kesesuaian terluas di desa ini
sedangkan subkelas N1r penyebarannya cukup sempit. Melihat persebaran
kelas S2 (cukup sesuai) merupakan yang paling luas di Desa Jenar sudah
sewajarnya produktivitas tanaman tebu di desa ini tinggi
Batang tebu yang biasanya bertunas ditempatkan di bawah permukaan
tanah untuk selama 3 sampai 4 tahun. Selama pertumbuhannya dalam kurun
waktu ini dapat dilakukan pengambilan hasilnya, yang dalam hal ini setelah
pengambilan hasil yang pertama dilakukan, sisa bagian tanaman yang tidak
terpotong dapat dibiarkan tumbuh terus sehingga menghasilkan hasil ratoon. Jadi
tanaman ini setelah cukup dewasa dapat dipotong dan dari padanya sisa tanaman
yang tinggal diniarkan kembali agar tumbuh sebagaimana layaknya. Setelah
tanaman ini cukup dewasa dapat dipotong dan menghasilkan ratoon kedua.
Setelah itu tanah perlu diolah kembali, memulai penanaman bibit tanaman baru
(Kartasapoetra, 1988: 182)
Pengambilan hasil (pemotongan batang-batang tebu) baru dapat
dilakukan setelah tanaman ini berumur 20 bulan, sedangkan bagi tanaman ratoon
setelah berumur 16 bulan. Pada daerah-daerah yang keadaannya lebih panas
pengambilan hasil telah dapat dilakukan setelah tanaman berumur 14 bulan dan
bagi tanaman ratoon setelah berumur 12 bulan (Kartasapoetra, 1988: 189). Di
daerah penelitian rata-rata pengambilan hasil (panen tebu) dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 12 bulan. Tanaman tebu biasanya mulai dipanen pada bulan
Mei sampai selesai.
Untuk pemeliharaan tanaman ratoon, sampah tanaman yang tertinggal
sehubungan dengan dilakukannya panenan pertama, dapat ditaruh (ditempatkan)
di antara larikan (galur) yang dapat dimanfaatkan sebagai tambahan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
pengganti pupuk. Dengan cara demikian tanaman tebu ratoonpun dapat tumbuh
dengan baik (Kartasapoetra, 1988: 191).
Tahun 2010 ini banyak petani yang mengalami kerugian dikarenakan
kondisi cuaca yaitu curah hujan yang cukup tinggi yang terjadi setiap hari.
Kondisi demikian mengakibatkan jalan-jalan menuju tegal/lahan tebu tidak dapat
dilewati oleh truk pengangkut tebu. Para petani terpaksa mengeluarkan biaya lebih
untuk mengangkut tebu sampai ke jalan yang dapat dijangkau oleh truk dengan
menggunakan jasa manusia (buruh tani). Mau tidak mau petani harus melakukan
hal tersebut, sebab tidak mungkin membiarkan lahan mereka begitu saja, mereka
harus kembali mengolah lahan tersebut agar kerugian tidak terlalu besar. Pada
masa seperti ini yang diuntungkan adalah para buruh tani, karena tenaga mereka
sangat dibutuhkan dua kali lipat dari biasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian maka dapat
dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Tebu
a. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Tebu
Terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain:
1) Subkelas kesesuaian lahan N1r dengan luas 962,38 Ha atau 15,47%
dari daerah penelitian yang tersebar di semua desa di Kecamatan
Jenar.
2) Subkelas kesesuaian lahan S3r,n dengan luas adalah 480,29 Ha atau
7,72% dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Dawung, Desa
Japoh, Desa Kandang Sapi, dan Desa Mlale.
3) Subkelas kesesuaian lahan S3r dengan luas 305,05 Ha atau 4,90% dari
daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip, Desa Dawung,
Desa Japoh, Desa Kandang Sapi, dan Desa Mlale.
4) Subkelas kesesuaian lahan S3 n dengan luas 37,40 Ha atau 0,60% dari
daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip, Desa Dawung,
Desa Jenar, dan Desa Kandang Sapi.
5) Subkelas kesesuaian lahan S2 r, f, n, s/m dengan luas 4036,34 Ha
atau 64,89% dari daerah penelitian yang tersebar di semua desa
Kecamatan Jenar.
6) Subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m,e dengan luas 259,83 Ha atau
4,18% dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip, Desa
Dawung, Desa Jenar, Desa Kandang Sapi, dan Desa Ngepringan.
7) Subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n dengan luas 139,16 Ha atau 2,24%
dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip.
158
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Tebu
1) Tingkat Pengelolaan Rendah
Tingkat pengelolaan rendah hanya dapat dilakukan pada faktor
penghambat ketersediaan hara (n), pada tingkat pengelolaan ini
dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,f ; S2r,f,e ;
S2r,f,s/m ; S2r,f,s/m,e ; S3r ; dan N1r.
2) Tingkat Pengelolaan Sedang
Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media
perakaran, retensi hara, ketersediaan hara dan erosi. Pada tingkat
pengelolaan sedang dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan antara
lain: S2r ; S2s/m ; S2r,s/m ; S2r,f,s/m,e ; S3r ; dan N1r.
2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
a. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kacang Tanah
Terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan antara lain:
1) Subkelas kesesuaian lahan S3r,n dengan luas 422,20 Ha atau 6,85%
dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Dawung, Desa Japoh,
Desa Kandang Sapi, dan Desa Mlale.
2) Subkelas kesesuaian lahan S3r dengan luas 36,91 Ha atau 0,60 % dari
daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip.
3) Subkelas kesesuaian lahan S3s/m dengan luas 297,24 Ha atau 4,82%
dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip, Desa Dawung,
Desa Jenar, Desa Kandang Sapi, dan Desa Ngepringan.
4) Subkelas kesesuaian lahan S2r,f,n,s/m dengan luas 317,30 Ha atau
5,15% dari daerah penelitian yang tersebar di Desa Banyurip.
5) Subkelas kesesuaian lahan S2r,n,s/m dengan luas 5088,71 Ha atau
82,58% dari daerah penelitian yang tersebar di semua desa di
Kecamatan Jenar.
b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kacang Tanah
1) Tingkat Pengelolaan Rendah
Tingkat pengelolaan rendah hanya dapat dilakukan pada faktor
penghambat ketersediaan hara (n), pada tingkat pengelolaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain: S2r,s/m ; S2r,f,s/m ; S3r
dan S3s/m.
2) Tingkat Pengelolaan Sedang
Tingkat pengelolaan sedang terdapat pada faktor penghambat media
perakaran, retensi hara dan ketersediaan hara. Pada tingkat
pengelolaan sedang dihasilkan 4 subkelas kesesuaian antara lain:
S2s/m ; S2r,s/m ; S2r,f,n,s/m dan S3s/m.
3. Produktivitas tanaman tebu dan kacang tanah, sebagai berikut :
a. Tanaman Tebu
Produktivitas tanaman tebu yang berada pada satuan lahan yang
mempunyai penggunaan lahan berupa tegalan di Kecamatan Jenar.
1) Produktivitas tanaman tebu tertinggi terdapat pada satuan lahan
KLMR-I-Tg yang mempunyai subkelas kesesuaian lahan S2 r,f,n,s/m
dengan hasil produksi tebu rata-rata sebesar 86,92 ton/Ha dengan luas
area 224,25 Ha.
2) Produktivitas tanaman tebu terendah terdapat pada satuan lahan ACK-
I-Tg dan KRKGKT-I-Tg yang mempunyai subkelas kesesuaian lahan
S3 r dengan hasil produksi tebu rata-rata sebesar 60,00 ton/Ha dengan
luas area 2,00 Ha.
b. Tanaman Kacang Tanah
Dari hasil wawancara diketahui bahwa sangat jarang penduduk di
Kecamatan Jenar yang membudidayakan tanaman kacang tanah, sehingga
produktivitas tanaman kacang tanah belum dapat dihitung.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian evaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman tebu dan kacang tanah di Kecamatan Jenar, maka implikasi dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
1. Data kualitas dan karakteristik lahan dapat dimanfaatkan oleh petani maupun
pemerintah daerah untuk menentukan jenis tanaman yang cocok untuk
tanaman tahunan maupun tanaman tumpangsari, dengan memperhatikan
faktor pembatas yang ada sehinggab diketahui jenis perlakuan yang tepat pada
lahan tersebut.
2. Hasil penelitian berupa peta satuan lahan dengan masing-masing subkelas
dapat digunakan sebagai acuan untuk penentuan lokasi penanaman yang baik,
dengan faktor penghambat yang menyertainya. Sehingga dapat dimanfaatkan
petani atau pemerintah untuk mengetahui jenis perlakuan yang akan diberikan
pada lahan tersebut.
3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk penentuan lokasi penanaman
baik tanaman tebu maupun kacang tanah yang disesuaikan dengan data
subkelas kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan.
4. Data produktivitas tanaman tebu dapat digunakan untuk mengetahui
produktivitas tebu yang terendah dan tertinggi dari daerah penelitian dengan
karakteristik lahan yang berbeda.
C. SARAN
Berdasarkan pada implikasi tersebut dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Tanaman kacang tanah dapat dijadikan tanaman alternatif untuk
ditumpangsarikan dengan tanaman tebu mengingat kelas terburuk kesesuaian
lahan tanaman tersebut di daerah penelitian termasuk kelas sesuai marginal
(S3) dengan memberi perlakuann pengelolaan yang lebih terhadap faktor
pembatas yang tidak permanen.
2. Usaha perbaikan faktor pembatas ditingkat pengelolaan rendah atau sedang
dapat menjadi alternatif usaha yang memungkinkan petani untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, pemilihan pengelolaan sebaiknya
disesuaiakan dengan kemampuan petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
3. Penelitian ini terbatas pada kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan
potensial pada tingkat pengelolaan rendah dan sedang untuk tanaman tebu dan
kacang tanah, sehingga diperlukan penelitian lanjutan seperti upaya perbaikan
pada tingkat pengelolaan tinggi dan untuk evaluasi kesesuaian lahan tanaman
lainnya yang direkomendasikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
penduduk Kecamatan Jenar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Peta 14. Rekomendasi Tumpangsari Tanaman Tebu dan Kacang Tanah
Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Rajagukguk, Erman. 2007. “Indonesia: Hukum Tanah Di Zaman Penjajahan”. Disampaikan pada Seminar Antarbangsa, “Tanah Keterhakisan Sosial dan Ekologi : Pengalaman Malaysia dan Indonesia”, Dewan Bahasa dan Pustaka Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur, 4-5 Desember 2007.
Roshadi, Kardian. 2008. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah
Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Skripsi. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Rusli, M. dan Soetomo. 1995. Statistik Produksi Gula Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan. Hlm 8-10. Santoso, Rudi Adi. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Ketela
Pohon dan Tanaman Pisang di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Skripsi. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Septiani, Indria. 2004. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jati dan
Mahoni di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi Tahun 2004. Skripsi. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Sitorus, Santun R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito. Sudaryono. 2009. “Kontribusi Ilmu Tanah dalam Mendorong Pegembangan
Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia”. Pengembangan Industri Pertanian 2 (4), 2009: 258-282.
Tika, Moh. Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Utomo, Wani Hadi. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Suatu Rekaman dan Analisa. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahyuningrum, Nining., C Nugroho S Priyono, Wardoyo, Beny Haryadi, Endang, Savitri, Sudimin & Sudirman. 2003. Desember. Info DAS: Pedoman Teknis Klasifikasi Kemampuan dan Kesesuaian Lahan. Bogor: Departemen Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Pegembangan Kehutanan dan Konservasi Alam.
Wisnubroto. 1983. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Jakarta : Ghalia Indonesia Yukamgo, Edo dan Nasih Widya Yuwono. 2007. Peran Silikon sebagai Unsur
Bermanfaat Pada Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 7 No.2 (2007) p: 103-116.