skripsi - repository uin jambi
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MELALUI DARING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 9 KECAMATAN MARO SEBO ULU
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
M. AZRI ZIAD
NIM: 201172305
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
2
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma. Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
Daring di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro
Sebo Ulu Kabupaten Batanghari
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam ( PAI )
NO HARI/TANGGAL MATERI KONSULTASI TANDATANGAN
PEMBIMBING
1. Sabtu, 01-08-2020 Penulisan Proposal
2. Selasa, 01-09-2020 Perbaikan Isi BAB Proposal
3. Rabu, 09-09-2020 ACC Untuk Seminar
4. Senin, 21-09-2020 Perbaikan Setelah Seminar
5. Jum’at, 25-09-2020 ACC Untuk Riset
6. Senin, 02-11-2020 Format Penulisan Skripsi
7. Selasa, 01-12-2020 Perbaikan Isi Skripsi
8. Senin, 23-12-2020 ACC Skripsi
Jambi, 23 Desember 2020
Mengetahui,
Pembimbing I
Dra. Hasnidar Karim M.Pd.I
NIP. 19570625 198303 2 001
KARTU KONSULTASI SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tangga
l
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-05-
03
25-06-
2021
R-0 - 1 dari 1
3
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma. Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
Daring di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro
Sebo Ulu Kabupaten Batanghari
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam ( PAI )
NO HARI/TANGGAL MATERI KONSULTASI TANDATANGAN
PEMBIMBING
1. Sabtu, 01-08-2020 Penulisan Proposal
2. Selasa, 01-09-2020 Perbaikan Isi BAB Proposal
3. Jum’at, 04-09-2020 ACC Untuk Seminar
4. Senin, 21-09-2020 Perbaikan Setelah Seminar
5. Jum’at, 25-09-2020 ACC Untuk Riset
6. Senin, 02-11-2020 Format Penulisan Skripsi
7. Selasa, 01-12-2020 Perbaikan Isi Skripsi
8. Sabtu, 21-12-2020 ACC Skripsi
Jambi, 21 Desember 2020
Mengetahui,
Pembimbing II
Habib Muhammad, M.Ag
NIP.19691114 1994011001
KARTU KONSULTASI SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tangga
l
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-05-
03
25-06-
2021
R-0 - 1 dari 1
4
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma. Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di -
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk, dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara:
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro Sebo Ulu
Kabupaten Batanghari
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.
Dengan ini kami harapkan agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jambi, 23 Desember 2020
Mengetahui,
Pembimbing I
Dra. Hasnidar Karim M.Pd.I
NIP. 19570625 198303 2 001
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tangga
l
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-05-
03
25-06-
2021
R-0 - 1 dari 1
ii
5
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Jambi-Ma. Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab. Muaro Jambi 36363
Hal : Nota Dinas
Lampiran : -
Kepada
Yth. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di -
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk, dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara :
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro Sebo Ulu
Kabupaten Batanghari
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan
Agama Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu.
Dengan ini kami harapkan agar skripsi/tugas akhir Saudari tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jambi, 21 Desember 2020
Mengetahui,
Pembimbing II
Habib Muhammad, M.Ag
NIP.19691114 1994011001
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode
Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tangga
l
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-
01
In.08-FM-PP-05-
03
25-06-
2021
R-0 - 1 dari 1
iii
6
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren, Muaro Jambi 36363
Nomor :
Skripsi/Tugas Akhir dengan Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui Daring di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan
Maro Sebo Ulu Kabupaten Batanghari
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Telah dimunaqasyahkan pada : Kamis 04 - Februari - 2021
Nilai Munaqasyah : 86,28 ( A )
Dan telah dinyatakan diterima oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
STS Jambi.
TIM MUNAQASYAH Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I Saparuddin, M.Pd
NIP.196710031997031001 NIP.197912272000031002
Penguji I Penguji II
Drs. H. Constantin, M.Ag Ahmad Fadhlan, M.Pd
NIP.197101091997032002 NIDN.2014068503
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hasnidar Karim M.Pd.I Habib Muhammad, M.Ag
NIP. 19570625 198303 2 001 NIP.19691114 1994011001
Jambi, 04 - Februari - 2021
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Sekertaris Prodi Pendidikan Agama Islam
Habib Muhammad, M.Ag
NIP.19691114 1994011001
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen
Kode Formulir
Berlaku
Tanggal
No
Revisi
Tanggal
Revisi
Halaman
In. 08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 25-06-2021 R-0 - 1 dari 1
iv
8
PERSEMBAHAN
Rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan setitik ilmu
pengetahuan kepada penulis, sebagai ungkapan terima kasih, penulis
persembahkan skripsi ini kepada ibunda Tercinta Jamilah AB dan ayahanda M.
Ziad tercinta, dan adik2 yang selalu memberikan dukungan, berkat do’a dan kasih
sayang mereka sehingga penulis dapat meraih keberhasilan ini. Adik-adik penulis
tersayang yang senantiasa memberikan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vi
9
MOTTO
الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا لم د لع ايرفع الله بير خ تعملون بما رجات والله
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah 58:11).
vii
10
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
berkat Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Penelitian Kualitatif ini dengan baik. Pelaksanaan penulisan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S1) dalam bidang Pendidikan Agama Islam, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang
berjudul Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro Sebo Ulu Kabupaten
Batanghari.
Penulisan laporan penelitian skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan
jasa dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’adi, MA., Ph.D, Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, sekali dekan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Dr. Risnita, M.Pd, Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I dan Dr. Yusria, M.Ag, masing-
masing sebagai Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dra. Hasnidar Karim, M.Pd.I dan Bapak Habib Muhammad, M.Ag selaku
dosen Pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak membantu dan
memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah rela
mengorbankan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk setia mendidik dan
membimbing kami dari semester 1 hingga menjadi sarjana dan para karyawan
dan staf yang berada di ruang lingkup Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan.
6. Bapak Mukhlis, S.Ag., M.Pd.I., selaku ketuda Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin jambi .
vii
11
7. Bapak Habib Muhammad, M.Ag. selaku sekretaris Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin jambi .
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang telah mempermudah segala urusan
penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa yang senasib dan seperjuangan Angkatan 2017
khususnya teman-teman lokal PAI A Jurusan Pendidikan Agama Yang telah
menjadi patner diskusi dalam penyusunan skripsiini.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan
amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jambi, 12 Oktober 2020
Penulis
M. Azri Ziad
NIM: 201172305
viii
12
ABSTRAK
Nama : M. Azri Ziad
NIM : 201172305
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
Daring di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan
Maro Sebo Ulu Kabupaten Batanghari
Skripsi ini membahas tentang efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam melalui Daring di SMP Negeri 9 Batanghari. Penelitian ini berbentuk
deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan, sedangkan
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari diakukan dengan menyiapkan
perangkat mengajar daring sesuai keadaan siswa dan guru dan kurikulum 2013,
melaksanakan pembelajaran daring melalui peragkat classroom dan whatsapp
group dan sms, dengan memberika tugas-tugas harian dan mingguan. Pada tahap
evaluasi dari setiap hari dalam bentuk tugas-tugas yang dikirimkan secara berkala
melalui whatsapp group untuk memantu kemajuan belajar siswa, lalu siswa
mengumpulkan tugas secara daring pula.. Kendala pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari dimana guru dan tidak
bisa menggunakan metode melalui classroom dan whatsapp group setiap saat
signal dan kemampuan finansial orang tua dalam menyediakan perangkat
daringnya. Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari belum tercapai kemampuan guru dan siswa tentang
melalui classroom dan whatsapp group tidak sama dan sejumlah aspek lain yang
tidak mendukung seperti sinyal dan jelek dan kedisiplinan siswa yang tidak sama
setiap waktu saat mengikuti pembelajaran daring.
Kata Kunci: Efektivitas, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Daring
x
13
ABSTRACT
Name: M. Azri Ziad
NIM: 201172305
Islamic education study program
Title: The Effectiveness of Learning Islamic Religious Education through Online
Methods in Junior High School 9 Maro Sebo Ulu District, Batanghari Regency
This thesis discusses the effectiveness of Islamic religious education learning
through the online method at SMP Negeri 9 Batanghari. This research is
descriptive qualitative seen from an educational point of view, while the data is
carried out by interview, observation and documentation.
This study found that learning Islamic Religious Education through challenges at
SMP Negeri 9 Batanghari was carried out by preparing online teaching tools,
carrying out learning through classes and conducting evaluations every day in the
form of regular assignments through WhatsApp groups to help student learning
progress. Obstacles to learning Islamic Religious Education through being brave
at SMP Negeri 9 Batanghari where teachers and cannot use methods through
classes and WhatsApp groups at any time signal and financial ability of parents in
providing online devices. The effectiveness of learning Islamic Religious
Education through bold methods at SMP Negeri 9 Batanghari has not reached the
ability of teachers and students to go through classes and groups whatsapp is not
the same and a number of other unsupportive aspects such as signals and bad and
different student discipline every time when participating in learning the brave.
Keywords: Effectiveness, Islamic Religious Education Learning, Online
xi
14
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
NOTA DINAS .............................................................................................. ii
NOTA DINAS .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Batasan Masalah.................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori ..................................................................... 7
B. Studi Relevan ........................................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................... 30
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 30
C. Setting dan Subjek Penelitian ............................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 32
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 33
F. Triangulasi Data .................................................................... 34
G. Jadwal Penelitian ................................................................... 35
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum...................................................................... 36
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ......................................... 50
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring
di SMP Negeri 9 Batanghari ........................................... 50
2. Kendala Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui Daring di SMP Negeri 9 Batanghari .................. 58
3. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui Daring di SMP Negeri 9 Batanghari .................. 61
15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 64
B. Rekomentasi .......................................................................... 64
C. Kata Penutup ......................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
16
DAFTAR TABEL
1. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 35
2. Keadaan Guru SMP Negeri 9 Batanghari .................................................. 42
3. Rekapitulasi Kehadiran Tenaga Administrasi SMP Negeri 9 Batanghari . 44
4. Jumlah Siswa SMP Negeri 9 Batanghari ................................................... 47
5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 9 Batanghari ........................ 49
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana
tertuang dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Oleh karenanya, pendidikan harus
bersifat inklusif, tidak ada yang dikecualikan. Di dalam penyelenggaraan
pendidikan, mahasiswa dengan kebutuhan khusus terkadang kurang mendapat
tempat dan layanan yang memadai. Terlebih pada masa pandemi Covid-19 ini,
perguruan tinggi harus memindahkan pembelajaran kelas ke dalam
pembelajaran daring. Untuk memastikan hak-hak mahasiswa berkebutuhan
khusus terpenuhi dan terfasilitasi, diperlukan panduan untuk melaksanakan
pembelajaran daring bagi mereka. Kehadiran panduan ini sangat dinantikan
dan diharapkan dapat menjadi dasar dalam memastikan bahwa pembelajaran
daring tidak melupakan hak dan kesempatan belajar bagi setiap orang
(Kemendikbud, 2020: i).
Mengingat pentingnya arti pendidikan bagi kehidupan manusia, maka
pendidikan merupakan bagian yang penting bagi individual bahkan di
samping itu untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa, juga dapat
dilihat dari mutu pendidikan. Pendidikan merupakan kata kunci dalam proses
menciptakan meningkatkan sumberdaya manusia antara pendidikan dan
manusia sudah menjadi suatu mata rantai yang saling terkait dan berhubungan
satu sama lain. Manakala peningkatan kualitas pendidikan dilakukan, maka
hal itu juga dimaksudkan sebagai usaha peningkatan kualitas sumberdaya
manusia. Upaya ini secara sadar sudah digalakkan oleh pemerintah di negara
manapun yang menginginkan sumber daya manusia yang berkualitas, tidak
terkecuali Indonesia, dimana termaktub pada landasan negara cita-cita untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia dengan berbagai cara
telah melangkah kearah tersebut dengan berupaya dan mengalakkan dengan
meningkatkan pendidikan yang berkualitas (Habibullah, 2017: 4).
2
Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan suatu hal yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga pemerintah sebagai penyelenggara
pendidikan formal selalu memajukan pendidikan bagi masyarakat karena
dengan pendidikan diharapkan akan melahirkan manusia-manusia generasi
penerus yang bertanggung jawab dan kreatif. Hal ini seiring dengan tujuan
pendidikan nasional yang mempunyai tujuan yang penting bagi kelangsungan
kehidupan bangsa yang sedang membangun. Peningkatan sumber daya
manusia sudah merupakan suatu keharusan bangsa Indonesia apalagi pada era
globalisasi yang menuntut kesiapan setiap bangsa untuk saling bersaing secara
bebas. Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat strategis karena
merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu, sudah semestinya kalau pembangunan sektor
pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh pemerintah,
salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan (Habibullah, 2017: 4-5).
Sejak merebaknya Covid-19 di sejumlah negara, maka Indonesia,
mengambil sejumlah langkah strategis dalam menyelenggakan pendidikan dan
pembelajaran formal. Pilihan jatuh pada sistem pembelajaran daring atau e-
learning. Pembelajaran ini dilakukan dari rumah masing-masing, baik siswa
maupun guru, hanya saja keduanya terhubung melalui media teknologi saat
ini, seperti wattshapp dan aplikasi zoom.
Perkembangan teknologi di bidang informasi memberikan peluang
pada dunia pendidikan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin inovasi-
inovasi teknologi informasi sehingga bisa dikatakan bahwa timbulnya
masyarakat ilmiah (scientific society) antara lain disebabkan oleh adanya
revolusi di bidang teknologi informasi (Kompri, 2019: 174).
Perkembangan teknologi di bidang informasi yang digunakan sejumlah
sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran selama masa pandemi Covid-
19. Pada hakikatnya pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu
sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling
berintegrasi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah
sumber belajar. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang
3
dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Dalam hal ini
nampak adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki
kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan bebeda dengan sumber
belajar lainnya. Manfaat dari setiap sumber belajar bergantung pada kemauan
dan kemampuan guru dan peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan pesan-pesan yang terkandung dalam sumber belajar yang
didayagunakan (Mulyasa, 2017: 177).
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari manusia,
fasilitas, lingkungan dan tujuan yang saling mempengaruhi. Asumsi yang
dikembangkan adalah bahwa anak yang berkualitas akan lahir dari sistem dan
proses pendidikan yang berkualitas dan untuk dapat mewujudkan anak yang
berkualitas diperlukan guru yang berkualitas pula. Jadi guru merupakan unsur
aktif, sedangkan unsur-unsur lain merupakan unsur pasif yang bisa dirubah
kreativitas guru. Oleh karenanya maka dengan pengelolaan guru yang
berkualitas, diharapkan akan dapat mengkondisikan unsur-unsur yang lain
agar bisa mendukung terbentuknya pembelajaran yang berkualitas.
Tujuan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia serta kualitas sumber daya manusia Indonesia. Sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: “Tujuan Pendidikan Nasional
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis
serta bertanggung jawab” (Anonim, 2019: 7).
Untuk menyukseskan tujuan pendidikan, maka guru menjadi penentu
keberhasilan. Guru adalah seorang yang mendapatkan tugas mengajar atau
guru adalah orang yang melakukan menginternalisasikan nilai-nilai akhlak
mulia ke dalam diri peserta didik, sehingga tertanam nilai-nilai yang kuat
dalam pola pikir, ucapan dan perbuatan serta interaksinya dengan Allah SWT.,
manusia dan lingkungan.
4
Usaha peningkatan pendidikan dan pembelajaran yang dapat dilakukan
guru sebagai agen perubahan melalui kegiatan pembenahan kinerja guru
dengan wadah pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana dan
prasarana serta perubahan sistem lainnya. Kenyataan menunjukkan bahwa
tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat kinerja
guru di sekolah. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja guru dalam
proses pembelajaran. Oleh sebab itu. guru harus mengembangkan
keterampilan dalam melaksanakan pembaharuan (Sohar, 2017: 94-95).
Guru haruslah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang
mandiri. Untuk melakukan pengabdian di dunia pendidikan, maka guru juga
mendapat layanan pengembangan karier dari kepala sekolah dan dinas
pendidikan, untuk memastikan entitasnya berkembang (Sohar, 2017: 90-91).
Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk
mendidik dan mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang dimilikinya,
baik dalam wadah formal maupun wadah non formal. Dengan upaya ini maka
anak didik bisa menjadi orang yang anak didik menjadi orang yang cerdas dan
beretika tinggi. Cita-cita ini akah tercapai jika guru selalu memberikan
pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi
tingkat kedewasaannya (Sohar, 2017: 84).
Pengamatan sementara hasil observasi di SMP Negeri 9 Batanghari
menemukan bahwa ada indikasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari belum efektif. Hal ini
dikarenakan: pertama, pemilihan pembelajaran daring masih terkendala
kemampuan anak memiliki handpone berbasis android. Kedua, penerapan
metode daring masih terkendala jaringan di setiap wilayah tempat tinggal
siswa yang tidak sama kualitasnya. Ketiga, disiplin siswa dalam belajar masih
5
rendah dan melaporkan tugas sering tidak sesuai waktu yang ditentukan guru,
dan keempat, tidak semua materi pelajaran bisa dilaksanakan dari karena
kendala waktu dan kesiapan siswa dengan perangkat multimedianya yang
terbatas. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk penulisan skripsi yang
berjudul: Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
Daring di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Kecamatan Maro
Sebo Ulu Kabupaten Batanghari
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari?
2. Apa kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari?
3. Bagaimana efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
daring di SMP Negeri 9 Batanghari?
C. Fokus Penelitian
Penulis membatasi penelitian ini hanya terfokus pada efektivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring pada kelas VIII A di
SMP Negeri 9 Batanghari tahun ajaran 2020/2021.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
daring di SMP Negeri 9 Batanghari.
b. Ingin mengetahui kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari.
c. Ingin mengetahui efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari.
6
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Teoritis
1) Menambah perbendaharaan teori mengenai efektivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari.
2) Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding
bagi mahasiswa yang akan mendatang.
3) Memberi konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan umum
dan pendidikan Islam khususnya.
b. Kegunaan Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan studi
penelitian selanjutnya yang relevan mengenai efektivitas
pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari.
2) Hasil penulisan ini sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
program Sarjana Strata Satu (S1) jurusan Pendidikan Agama Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Efektivitas
Menurut Steers dalam Komariah dan Triatan (2005: 7), keefektifan
atau efektiivitas menekankan perhatian pada kesesuaian hasil yang dicapai
organisasi dengan tujuan yang akan dicapai.
2. Pembelajaran
Pembelajaran memiliki arti aktivitas (proses) yang sistematis yang
terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran
tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi berjalan
secara teratur, saling bergantung, komplementer dan berkesinambungan.
Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan
pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
mengajar. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pembelajaran,
dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis-realistik dan
fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pembelajaran,
pengelolaan kelas, pendayagunakan sumber belajar (pengajaran) maupun
evaluasi pembelajaran. Karena itu diperlukan pengetahuan dan
keterampilan mengajar yang memadai bagi seorang guru (calon guru).
(Rohani, 2004: 1)
Pembelajaran mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau
ditimbulkan oleh sesuatu yang bisa berupa bahan cetakan (buku teks, surat
kabar, majalah, dsb), gambar, program televisi, atau kombinasi dari obyek-
obyek fisik, dsb. Peristiwa ini mencakup semua ranah atau domain hasil
belajar (learning outcomes). Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi
si belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam belajar,
atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/ difasilitasi.
Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi
8
pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian
informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan
siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan
(Anonim, 2011: 1).
Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanfaatkan sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam
diri siswa (Yamin, 2006: 7). Efektivitas pembelajaran adalah kesesuaian
antara hasil yang dicapai dalam pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
itu sendiri. Untuk mencapai hasil tersebut, maka guru harus memanfaatkan
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
3. Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring adalah model pembelajaran berbasis ICT
dengan dukungan program seperti web LMS, program monitoring,
modular, dan suplemen dalam bentuk multimedia (Dewi, 2017: 207).
Daring saat ini dipakai sebagai teknologi pendidikan yaitu “segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi” (Sadiman, 2009: 6).
Daring atau e-learning sebagai kegiatan belajar yang disampaikan
melalui perangkat elektronik komputer, handphone dan sejenisnya yang
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya (Kamarga.
2000: 19). Pembelajaran dari adalah model pembelajaran berbasis ICT
dengan dukungan program seperti web LMS, program monitoring,
modular, dan suplemen dalam bentuk multimedia (Dewi, 2017: 207).
Daring merupakan bagian dari teknologi pembelajaran berupa
software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi
materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok),
yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar
sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi
lebih efektif (Kompri, 2017: 83).
9
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa daring
merupakan pembelajaran berbasis teknologielektronik internet dan aplikasi
handphone yang digunakan untuk memudahkan dalam menerima
pengetahuan serta meningkatkan keterampilan siswa. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi seperti daring dalam proses belajar.
Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan atau digunakan
sebagai sumber belajar maupun teknologi pembelajaran.
Sejak pandemi Covid, maka ada ada ketentuan bagi penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia. Satuan pendidikan yang berada di daerah Zona
Kuning, Oranye, dan Merah, dilarang melakukan proses pembelajaran
tatap muka di satuan pendidikan dan tetap melanjutkan Belajar dari Rumah
(BDR) sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease 2019 Kepala satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan
dasar dan pendidikan menengah pada Semua Zona wajib mengisi daftar
periksa pada laman Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Education Management Information
System (EMIS) Kementerian Agama untuk menentukan kesiapan satuan
pendidikan sebagaimana tercantum dalam ketentuan ini. (COVID-19) dan
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari
Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791
Tahun 2020 tentang Panduan Kurikulum Darurat pada Madrasah, Surat
Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 657 Tahun 2020
tentang Upaya Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Lingkungan
Perguruan Tinggi Keagaamaan Islam (Kemendikbud, 2020: 7).
Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) selama darurat COVID-19
bertujuan untuk:
10
a. Memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan
pendidikan selama darurat COVID-19;
b. Melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk COVID-19;
c. Mencegah penyebaran dan penularan COVID-19 di satuan pendidikan;
dan
d. Memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta
didik dan orang tua/wali (Kemendikbud, 2020: 2).
Pembelajaran di rumah secara daring dapat menggunakan gawai
(gadget) maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran
daring. Pembelajaran di rumah secara luring dalam masa BDR dapat
dilaksanakan melalui:
a. Televisi, contohnya Program Belajar dari Rumah melalui TVRI;
b. Radio;
c. Modul belajar mandiri dan lembar kerja;
d. Bahan ajar cetak; dan
e. Alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar
(Kemendikbud, 2020: 3-4).
Guru memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara
daring, luring, mupun ombinasi keduanya sesuai kondisi dan ketersediaan
sarana pembelajaran.
a. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Referensi
perencanaan PJJ baik secara daring maupun luring dapat dilihat pada
portal Guru Berbagi https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/. Dalam
menyiapkan pembelajaran, guru perlu memastikan beberapa hal
berikut:
1) Memastikan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai. dilarang
memaksakan penuntasan kurikulum dan fokus pada pendidikan
kecakapan hidup.
2) Menyiapkan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan BDR,
materi dapat difokuskan pada:
a) Literasi dan numerasi;
b) Pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19;
11
c) PERILAKU Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas);
d) Kegiatan rekreasional dan aktivitas fisik;
e) Spiritual keagamaan; dan/atau
f) Penguatan karakter dan budaya.
3) Menentukan metode dan interaksi yang dipakai dalam
penyampaian pembelajaran melalui daring, luring, atau kombinasi
keduanya.
4) menentukan jenis media pembelajaran, seperti format teks,
audio/video simulasi, multimedia, alat peraga, dan sebagainya yang
sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan; dan
5) guru perlu meningkatkan kapasitas dengan mengikuti pelatihan
daring yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga
nonpemerintah guna mendukung keterampilan menyelenggarakan
PJJ pada situasi darurat COVID-19.
b. Fasilitasi pembelajaran jarak jauh daring.Waktu pembelajaran daring
sepanjang hari menyesuaikan ketersediaan waktu, kondisi, dan
kesepakatan peserta didik dan orangtua/walinya (Kemendikbud, 2020:
9-10).
Metode yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajaran daring
terdiri atas:
a. Metode dengan tatap muka Virtual melalui video conference,
teleconference, dan/atau diskusi dalam group di media sosial atau
aplikasi pesan. Dalam tatap muka virtual memastikan adanya interaksi
secara langsung antara guru dengan peserta didik.
b. Metode dengan learning management system (LMS). LMS merupakan
sistem pengelolaan pembelajaran terintegrasi secara daring melalui
aplikasi. Aktivitas pembelajaran dalam LMS antara lain pendaftaran
dan pengelolaan akun, penguasaan materi, penyelesaian tugas,
pemantauan capaian hasil belajar, terlibat dalam forum diskusi,
konsultasi dan ujian/penilaian. Contoh LMS antara lain kelas maya
12
rumah belajar, google classroom, ruang guru, zenius, edmodo, moodle,
siajar LMS seamolec, dan lain sebagainya (Kemendikbud, 2020: 9-10).
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaan (e-
learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifikan kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem
jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik. Oleh karena itu,
seyogianya guru dan calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi yang
berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
teknologi pembelajaran (Mulyasa, 2012: 107).
Sedangkan menurut Fryer, dikutip Warsita (Warsita, 2008: 151-152),
ada dua metode dalam e-learning yaitu:
a. Metode dengan pendekatan topik (theme-centered approach). Pada
pendekatan ini topic atau satuan pembeajaran djadikan sebagai acuan.
Adapun langkah yang dilakukan dalam pemanfaatannya adalah: a)
menentukan topik; b) menentuan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan c) menentukan aktivitas pembelajaran dengan
memenfaatkan teknologi informasi (seperti model, LKS, program
audio, VCD/DVD, CD ROM, bahan belajar on-line di internet, atau
alat komunikasi sinkronisasi dan tidak sinkronisasi lainnya) yang
relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Metode dengan pendekatan software (software-centered approach).
Pada pendekatan ini, langkah pertama dimulai dengan mengidentifkasi
teknologi nformasi (seperti buku, modul, LKS, program audio,
VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, ata alat
komunikasi sinkronisasi dan tidak sinkronisasi lainnya) yang ada atau
mungkin bisa digunakan. Kemudian dengan kondisi teknologi
informasi yang ada itu, guru dapat merencanakan strategi pembelajaran
yang relevan untuk suatu topickpembelajaran tertentu. Sebagai contoh,
karena di lembaga pendidikan Islam memiliki VCD tentang penciptaan
alam semesta, para peserta didik telah memiliki akun e-mail dan
13
menguasai komputer dan internet dasar, maka guru membuat renana
pembelajaran
Dengan adanya pembelajaran daring, peserta didik lebih nyaman
dalam belajar. Dalam setiap metode pembelajaran, memang tak terlepas
dari kelebihan serta kekurangan. Pada dasarnya multimedia pembelajaran
sangat diperlukan dalam upaya mengaktifkan kegiatan belajar peserta
didik. Namun bukan berarti multimedia pembelajaran itu selalu harus
bersifat canggih dan pengadaannya memerlukan dana yang cukup besar.
Untuk itu, diperlukan kreativitas pendidik dalam memanfaatkan sumber
daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya, meskipun tidak tersedia di
sekolah tersebut. Di samping itu, jika suatu multimedia pembelajaran
perlu ada, pendidik pun dapat bekerja sama dengan peserta didik untuk
pengadaannya, dengan memanfaatkan bahanbahan yang sederhana yang
tersedia atau dapat dengan mudah didapatkan (Munir, 2012: 188).
Penggunaan multimedia pembelajaran (termasuk di dalamnya
sumber belajar, dan alat-alat pelajaran) untuk membantu kegiatan belajar
seharusnya disesuaikan dengan isi atau materi pembelajaran dan tujuan
yang hendak dicapai. Di samping kesesuaian tersebut, faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan adalah: Waktu yang tersedia dan yang dibutuhkan
untuk belajar menggunakan multimedia pembelajaran tersebut. Betapapun
baiknya multimedia pembelajaran yang tersedia dan dapat digunakan, jika
penggunaannya memerlukan waktu yang tidak sesuai dengan waktu yang
tersedia dapat mengganggu keberhasilan belajar. Oleh karena itu, perlu
dipilih multimedia pembelajaran yang dapat membantu proses
pembelajaran, namun waktu yang dibutuhkan untuk menggunakannya
sesuai dengan waktu yang tersedia. Kecakapan pendidik maupun peserta
didik menggunakan dan multimedia pembelajaran. Setiap bentuk
multimedia pembelajaran menuntut kecakapan tertentu dalam
menggunakannya. Sumber belajar dan multimedia pembelajaran tersebut
dapat bermanfaat untuk membantu kegiatan pembelajaran, jika yang
menggunakannya mempunyai kecakapan atau kemampuan.
14
Menggunakan multimedia pembelajaran dalam proses
pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran yang tercantum dalam
garis-garis program pembelajaran yang telah ditentukan dalam
kurikulum yang berlaku di sekolah.
b. Memberikan pengertian dan penjelasan tentang suatu konsep.
c. Mendorong kreativitas peserta didik, dan memberikan kesempatan
peserta didik untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan
sendiri).
d. Memenuhi unsur kebenaran dalam ukuran, ketelitian, dan kejelasan
untuk menghindari kesalahan pengertian tentang sesuatu yang
digambarkan atau dijelaskan melalui multimedia pembelajaran
tersebut. Misalnya menjelaskan bentuk suatu binatang, maka ukuran,
bagian-bagian, proporsi tubuhnya, dan sebagainya hendaknya sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu seorang pendidik
sebaiknya pintar menggambar. Namun jika tidak terampil menggambar
bisa memanfaatkan gambar dari berbagai sumber lainnya yang
dimodifikasi sendiri oleh pendidik sehingga menjadi suatu materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
e. Multimedia pembelajaran harus aman dan tidak membahayakan
peserta didik atau pendidik. Misalnya, tidak mengandung zat kimia
yang berbahaya bagi kesehatan, atau bahan multimedia pembelajaran
tersebut tajam dan membahayakan. Begitu pula dalam pembuatan
multimedia pembelajara itu harus rapi agar tidak ada bagian yang
membahayakan.
f. Multimedia pembelajaran menarik, menyenangkan, dan tidak
membosankan bagi peserta didik untuk menggunakannya. Oleh karena
itu dalam penggunaan multimedia pembelajaran hendaknya bervariasi
atau beraneka ragam (multi multimedia pembelajaran), karena setiap
multimedia pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya.
Kekurangan satu multimedia pembelajaran ditutupi oleh kelebihan
15
multimedia pembelajaran lainnya, dan sebaliknya, kelebihan satu
multimedia pembelajaran menutupi kekurangan multimedia
pembelajaran lainnya. Dengan demikian, tidak ada istilah multimedia
pembelajaran yang jelek atau yang baik. Kalau pun ada istilahnya
adalah ketepatan penggunaan multimedia pembelajaran dengan suatu
materi pembelajaran yang akan disajikan.
g. Memenuhi unsur keindahan dalam bentuk, warna dan kombinasinya,
serta rapi pembuatannya.
h. Mudah digunakan, baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik.
i. Penggunaan multimedia pembelajaran dalam suatu proses
pembelajaran tidak sekaligus dipertunjukkan kepada peserta didik
melainkan bergantian sesuai dengan materi pembelajaran yang
dijelaskan. Jika ditunjukan sekaligus, maka perhatian peserta didik
bukan pada materi pembelajaran melainkan pada multimedia
pembelajarannya, sehingga pembelajaran tidak akan berhasil.
j. Multimedia pembelajaran yang digunakan merupakan bagian dari
materi pembelajaran yang sedang dijelaskan bukan sebagai selingan
atau alat hiburan.
k. Peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam menggunakan
multimedia pembelajaran, sehingga mereka akan merawat dan
menyimpannya kembali dengan keadaan utuh pada tempat yang telah
ditentukan.
l. Multimedia pembelajaran lebih banyak berisikan materi pembelajaran
yang mengandung pesan positif dibandingkan dengan yang negatif.
Misalnya multimedia pembelajaran komik sebaiknyan banyak gambar
yang menunjukkan pesan positif, karena dengan pesan positif itu akan
ditiru oleh peserta didik. Jika suatu multimedia pembelajaran banyak
pesan negatifnya, maka itupun akan ditiru oleh peserta didik, malahan
hal negatif ini biasanya lebih cepat diterima peserta didik (Munir,
2012: 187-188).
16
Menurut Lynne Schrum (2013: 12), peran daring adalah untuk
mendukung pedagogik kemitraan dan mengaktifkan setiap siswa untuk
mempersonalisasikan proses belajarnya. Menurut pendapat yang lain
dikatakan bahwa prinsip-prinsip penggunaan teknologi pembelajaran
daring adalah:
a. Penggunaan teknologi hendaknya dipandang sebagai bagian integral
dari suatu sistem pengajaran.
b. Teknologi pengejaran hendaknya di pandang sebagai sumber belajar
yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi
dalam proses belajar mengajar.
c. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
teknologi pengajaran yang digunakan.
d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
teknologi pengajaran.
e. Penggunaan teknologi pengajaran harus diorganisir secara sistematis.
f. Memanfaatkan multi teknologi jika hal itu diperlukan (Kompri, 2017:
86).
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran daring ini janganlah
sekedar dianggap sebagai upaya membantu guru yang bersifat pasif,
artinya penggunaannya semata-mata ditentukan oleh guru. Melainkan
membantu anak didik untuk belajar, kalau perlu dengan cara individual
artinya anak dapat berinteraksi secara individual dengan teknologi dan
secara kelompok sesama teman di kelas.
Pendidikan agama Islam sangat diperlukan bagi pengembangan
wawasan siswa dalam bidang agama yang dapat diberikan guru dalam
proses pembelajaran. Guru perlu memiliki suatu metode yang tepat dalam
proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Salah
satu pencapaian tujuan pendidikan agama Islam dengan memilih metode
pembelajaran, salah satu metode cerita.
Perencanaan pembelajaran. Perencanaan adalah aspek penting
untuk menjadi seorang guru yang kompeten. Perencanaan pembelajaran
17
melibatkan pengembangan strategi yang sistematis dan terorganisasi untuk
pelajaran (Santrock, 2011: 141). Beberapa saran yang harus diperhatikan
oleh para guru ketika mengembangkan perencanaan secara umum, di
antaranya:
a. Sebelum memulai perkembangan program pembelajaran hendaklah
guru sudah menyakinkan diri bahwa dia sudah memahami
perkembangan dan karakteristik anak secara mamadai,
b. Sebelum memulai pengembangan program belajar hendaklah guru
sudah menyakinkan diri bahwa dia sudah memahami ruang lingkung
program, baik dari dimensi isi bahan kajian maupun dari dimensi
pengembangan kemampuan anak,
c. Jika rambu-rambu 1 atau 2, tidak terpenuhi hendaklah dalam
pengembangan program pembelajaran melakukannya secara kelompok
(teamwork). Bahkan jika diperlukan dan memungkinkan tim anda
mengundang ahli khusus atau konsultan, sehingga anda dan tidak dapat
bekerja lebih optimal,
d. Bentuk dan wujud program yang dapat dihasilkan dapat berupa
program satu tahun, semester, catur wulan, bulan, minggu atau hari
atau juga insidental. Jadi, dapat disesuaikan dengan kebutuhan
lembaga dan kepentingan program lain secara keseluruhan,
e. Sebaliknya diinventarisir seluruh yang dapat memberikan kontribusi
(sumbangan) terhadap pengembangan pembelajaran), sehingga
program mendapatkan dukungan semua pihak (total environment) dan
f. Kemaslah isi program yang memperhatikan prinsip-prinsip
keseimbangan, keluwesan, kesinambungan, kebemaknaan dan
fungsionalitas. Sehingga program yang dihasilkan lebih adaptif
terhadap berbagai perubahan kondisi lingkungan belajar, apalagi
beberapa karakteristik anak menunjukkan sifat yang amat situasional
(Rachmawati dan Kurniati, 2012: 48-49).
Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas dapat menggunakan
berbagai media. Salah satunya adalah media berkisah, di samping media
18
lainnya. Penerapan suatu media kisah harus disesuaikan dengan macam
materi yang akan diajarkan dan tujuan yang akan dicapai dalam pelajaran.
Jadi media kisah yang ada tidak dapat dikatakan bisa digunakan untuk
setiap materi pelajaran. Guru bukan hanya dituntut untuk menguasai
materi pelajarannya saja, akan tetapi lebih dituntut guru mahir
menguraikan materi tersebut sesuai dengan kondisi siswa.
Efektivitas pembelajaran yang baik harus dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip mengajar, guru harus mempertimbangkan segi
dan strategi pembelajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual
tetapi praktis-realistik dan fleksibel. Kriteria atau indikator efektivitas
pembelajaran sendiri adalah kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi
siswa dan prestasi belajar (Starawaji, 2009: 1).
Dengan demikian, perhatian guru agar dalam mengajar yang efektif
ini dapat dikemukakan suatu pandangan lain yang dapat menjadi
pertimbangan juga. Pandangan ini mengatakan bahwa mengajar materi
yang efektif perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut:
a. Penguasaan bahan pelajaran. Guru harus menguasai bahan pelajaran
sebaik mungkin, sehingga dapat membuat perencanaan belajar dengan
baik, memikirkan variasi metode, cara memecahkan persoalan dan
membatasi bahan, bimbingan siswa ke arah tujuan yang diharapkan,
tanpa kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.
b. Cinta kepada yang diajarkan. Guru yang mencintai pelajaran yang
diberikan, akan berusaha mengajar dengan efektif, agar pelajaran itu
dapat menjadi milik siswa sehingga berguna bagi kehidupan kelak.
c. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Pengetahuan yang dibawa siswa dari lingkungan keluarganya, dapat
memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar. Latar
belakang kebuadayaan, sikap dan kebiasaan, minat perhatian dan
kesenangan berperanan pula terhadap pelajaran yang akan diberikan.
Guru perlu meneliti hal-hal tersebut, termasuk juga kemampuan dan
19
prestasi siswa, dengan cara apa saja yang dapat mengungkap masalah
itu.
d. Variasi metode. Waktu guru mengajar bila hanya menggunakan salah
satu metode maka akan membosankan, siswa akan tertarik
perhatiannya pada pelajaran. Dengan variasi metode dapat
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
e. Seorang guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin
menguasai dan mendalami semua semua bahan pelajaran. Maka
seorang guru harus selalu menambah ilmunya, dan mengadakan
diskusi ilmiah dengan teman seprofesi, agar dapat meningkatkan
kemampuan mengajar.
f. Bila guru mengajar harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual
dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang aktual akan
menarik minat siswa, karena mereka saat itu sedang mengalami
peristiwa itu juga, sehingga pelajaran guru akan menimbulkan
rangsangan yang efektif bagi belajar siswa.
g. Guru harus berani memberi pujian. Pujian yang diberikan dengan
tepat, dapat mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif,
daripada guru selalu mengkritik dan mencela. Pujian dapat menjadi
motivasi belajar siswa dengan posistif.
h. Seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara
induvidual. Masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam
pengalaman, kemampuan dan sifat-sifat pribadi lain, sehingga dapat
memberikan kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk
mengembangankan kemampuan berpikirnya dan penuh inisiatif dan
kreatif dalam pekerjaannya. (Slameto, 2003: 95)
Berbagai prinsip yang telah dikemukan di atas dapat digunakan
guru Pendidikan Agama Islam sewaktu mengajar. Melalui efektivitas
mengajar diharapkan siswa mencapai prestasi belajar di sekolah. Prinsip-
prinsip ini menjadi pedoman bagi guru, saat bekerja sebagai tenaga
profesional di sekolah tempat ia mengabdi.
20
Dengan manfaat yang dimiliki oleh metode pembelajaran tersebut
akan memudahkan guru dalam mengatur dan memberi petunjuk kepada
siswa apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakan sehingga
tugas guru tidak semakin menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah).
Alasan kedua mengapa penggunaan metode pembelajaran dapat
mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan
taraf berpikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan
dimulai dari berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Melalui
metode pembelajaran visual hal-hal yang semula abstrak dapat menjadi
nyata.
Beberapa jenis metode mengajar yang bisa digunakan pembelajaran
untuk mengembangkan kognitif atau intelektual siswa yaitu:
b. Ceramah. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah
murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu
pula. Dilaksanakan dengan bahasan lisan untuk memberikan
pengertian terhadap sesuatu masalah.
c. Metode diskusi. Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode
lainnya, misalnya metode ceramah, karyawisata dan lain-lain karena
metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan
sesuatu masalah (problem solving).
d. Metode eksperimen. Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu
pelajaran tertentu seperti menggunakan metode yang sifatnya objektif,
baik dilakukan di dalam/di luar kelas maupun dalam suatu
laboratorium.
e. Metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar
yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak
didik.
f. Metode pemberian tugas. Yang dimaksud metode ini ialah suatu cara
dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu
dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut
21
dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara demikian
diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggungjawab
dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan
kemudian berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
g. Metode sosiodrama. Drama atau sandiwara dilakukan oleh
sekelompok orang, untuk memainkan suatu cerita yang telah disusun
naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan. Adapun para
pelakunya harus memahami lebih dahulu tentang peranan masing-
masing yang akan dibawakannya.
h. Metode drill (latihan). Penggunaan istilah “Latihan” sering disamakan
artinya dengan istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda.
Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat
menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan
ulangan hanyalah untuk sekadar mengukur sejauh mana dia telah
menyerap pengajaran tersebut.
i. Metode kerja kelompok. Apabila guru dalam menghadapi anak didik
di kelas merasa perlu membagi-bagi anak didik dalam kelompok-
kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan
suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka cara
mengajar tersebut dapat dinamakan Metode Kerja Kelompok.
j. Metode tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu teknik
mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat
memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
k. Metode proyek. Metode ini disebut juga dengan teknik pengajaran
unit. Anak didik disuguhkan bermacam-macam masalah dan anak
didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Cara
demikian adalah teknik yang modern, karena murid tidak dapat begitu
22
saja menghadapi persoalan tanpa pemikiran-pemikiran ilmiah
(Daradjat, dkk, 2011: 289-310).
Dapat juga dipertimbangkan penggunaan jenis metode berikut
dalam pembelajaran utnuk mengembangkan perilaku dan sikap siswa,
yaitu:
a. Metode hiwar, yaitu metode percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih mengenai suatu topik, dengan sengaja diarahkan
kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh guru).
b. Metode kisah Qur’ani dan nabawi atau cerita Islami, memuat kisah
dari Al-Qur’an dan Hadis untuk memberikan pendidikan kepada umat
islam mengenai tokoh yang ada dalam kisah yang diberikan
c. Metode Amtsal, perumpamaan yang diberikan motivasi pendengarnya
agar berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan
d. Metode keteladanan, metode yang memberikan siswa pedoman untuk
meniru yang baik dari gurunya sesuai berdasarkan nilai-nilai Islam
e. Metode pembiasaan, metode untuk mengamalkan sesuatu yang baik.
f. Metode ibrah dan mau’izah, suatu upaya mengambil hikmah dari
suatu peristiwa melalui nasehat yang menyentuh kalbu.
g. Metode targhib dan tarhib, metode yang menekankan kenikmatan
akhirat yang disertai bujukan serta ancaman yang dilakukan (Tafsir,
2012: 135-146).
Guru harus menggunakan metode yang tepat dalam mengajar agar
materi pelajaran bisa diterima ataupun dimengerti oleh siswa dengan baik.
Ketepatan metode yang digunakan akan berdampak pada penyajian bahan
pelajaran, lebih menarik perhatian dan minat siswa, serta dengan mudah
diterima siswa dan kelas menjadi lebih kondusif.
Melalui pelaksanaan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu
membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami
kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya
memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar
sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan
23
yang mereka miliki (Aunurrahman, 2009: 13). Pembelajaran akan lebih
efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan pembelajaran dapat
divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang sebenarnya,
namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai keadaan
yang sebenarnya. Di pihak lain media pembelajaran memiliki derajat
realistik tinggi tidak selalu memberikan makna ini pesan yang tinggi pula,
bahkan bisa saja membingungkan, penerima pesan mengingat rumitnya
visualisasi yang realistik tersebut.
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada
terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada
pembentukan manusia yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang
sempurna akhlaqnya. Yang nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi
Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya
duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah
mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena
dengan pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik
dan terarah.
Menurut Zakiah Daradjat (2008: 86) dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, bahwa:
a. Pendidikan Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya pandangan
hidup (way of life).
b. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran agama Islam.
c. Pendidikan Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
24
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu
sebagai pandangan hidupnya. Demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal
ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa
tokoh pendidikan berikut ini:
a. Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan
Pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Pengertian tersebut
memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada
pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-
aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya
dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
b. Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian
pendidikan islam sebagi berikut; “Islamic education in true sense of the
term, is a system of education which enables a man to lead his life
according to the islamic ideology, so that he may easily mould his life in
according with tenent of Islam”. Pendidikan dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita
islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai
dengan ajaran Islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan
kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip
islami yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia
mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan
perkembangan iptek.
c. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan
islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak
25
manusia untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan
kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna,
baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan (Arifin,
2003: 15).
Ke tiga definisi di atas tidak terlepas dari prinsip pendidikan dalam
Islam yang terdapat dalam Al Qur’an, yaitu:
a. Pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat
keimanan dan berilmu (QS. Al-Mujadilah 58:11).
الهذين آمنوا منكم والهذين أوتوا الع ع الله لم درجات يرف خبير ما تعملون ب والله
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
b. Sebagai model, maka Rasulullah saw sebagai uswatun hasanah (QS.
Al-Ahzab 33:21) yang dijamin Allah memiliki akhlaq mulia (QS. Al-
Qalam 68:4)
أسوة حسنة لمن كان يرج لقد كان لكم في رسول الله كثيراخر اليوم الآ و و الله وذكر الله
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (QS. Al-Ahzab 33: 21).
ك لعلى خلق عظيم وإنه
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. Al-Qalam 68: 4).
Seluruh umat manusia harus mengetahui tentang pendidikan Islam
secara keseluruhan agar memantapkan keimanan dan ketaatan untuk
melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT. Pendidikan Islam dapat
dijumpai di berbagai lembaga-lembaga yang berbasis Islami mulai dari
tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi, seperti: MI, Pondok
Pesantren, MTs, MA, IAIN, dan lain-lain. Namun pendidikan Islam juga
bisa diperoleh di lembaga-lembaga umum misalnya: SD, SMP, SMA, SMK,
dan lain-lain, sebagai salah satu mata pelajaran.
26
Pendidikan Islam dikaitkan dengan konsepsi kejadian manusia yang
sejak awal kejadiannya sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna yang
dibekali potensi akal dan ilmu. Hal ini merupakan sebuah bukti bahwa
manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna harus bisa menjadi
khalifah yang berilmu dan bertanggungjawab atas apa yang telah
dipimpinnya.
Menurut Muhaimin (2001: 103), yang dimaksud pendidikan Islam
adalah:
a. Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk
membina seorang atau sekelompok siswa dalam menanamkan ajaran
dan/atau menumbuh-kembangkan nilai-nilai Islam.
b. Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau
lebih yang berdampak pada tertanamnya ajaran dan/atau tumbuh
kembangnya nilai-nilai Islam pada salah satu atau beberapa pihak.
c. Keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasaran segenap program
dan kegiatan pendidikanya ataus pandangan serta nilai-nilai Islam.
Dilihat dari aspek program dan paktek pendidikan Islam yang
dilaksanakan, tertama di Indonesia, menurut Muhaimin setidak-tidaknya
dapat dibagi ke dalam lima jenis, yaitu:
a. Pendidikan pondok pesantren.
b. Pendidikan madrasah, dan pendidikan lanjutan seperti
UIN/IAIN/STAIN atau perguruan tinggi Islam yang bernaung di bawah
Kementerian Agama.
c. Pendidikan umum yang bernafaskan Islam, yang diselenggarakan oleh
dan/atau berada di bawah naungan yayasan dan organisasi Islam.
d. Pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga
pendidikan umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja;
dan
e. Pendidikan Islam dalam keluarga atau tempat-tempat ibadah, dan/atau
forum-forum kajian keislaman, majelis ta’lim dan sebagainnya.
27
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli di atas, dapat didefinisikan
bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam atau pendidikan Islam adalah suatu proses pendidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah (anak didik) dengan
berpedoman pada ajaran Islam.
B. Studi Relevan
Di bawah ini adalah lima penelitian yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian ini, yaitu:
Pertama, Muhammad Isrofil dari STAI Ma’arif Jambi tahun 2008
menulis skripsi berjudul: Upaya Guru dalam Meningkatkan Proses
pembelajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur Kota
Jambi. Kesimpulan penelitian ini adalah proses pembelajaran Fiqh di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur dimana pembelajaran dimulai
dengan membuka pelajaran dan pre tes, kemudian penyampaian materi
pelajaran yang telah menggunakan metode yang bervariasi, penguasaan materi
yang maksimal dan interaksi pembelajaran yang masih belum interaktif dan
guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pos tes dan tugas kepada
siswa.
Kedua, Patmawati tahun 2009 dengan skripsi berjudul Peningkatan
Proses pembelajaran Fiqh di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Kesimpulan penelitian ini adalah
proses pembelajaran Fiqh di MIN Kecamatan Muara Bulian dimulai dengan
membuka pelajaran dan pre tes, kemudian penyampaian materi pelajaran yang
telah menggunakan metode yang bervariasi, penguasaan materi yang
maksimal dan interaksi pembelajaran yang masih belum interaktif dan guru
mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pos tes dan tugas kepada siswa.
Ketiga, Devi Febristi tahun 2010 dengan skripsi berjudul: Pembelajaran
Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Muara Bulian Kecamatan
Muara Bulian Kabupaten Batang Hari. Kesimpulan penelitian ini adalah
28
kemampuan guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran Fiqh di MTs
Negeri Muara Bulian cukup memadai diawali dari membuat perencanaan, dan
dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran dengan membuka pelajaran
dan pre tes, kemudian penyampaian materi pelajaran yang telah menggunakan
metode yang bervariasi, penguasaan materi yang maksimal dan interaksi
pembelajaran yang masih belum interaktif dan guru mengakhiri pembelajaran
dengan memberikan pos tes dan tugas kepada siswa.
Keempat, Relevansi Sikap Ilmiah Siswa dengan Konsep Hakikat Sains
Dalam Pelaksanaan Percobaan Pada Pembelajaran IPA di SDN Kota Banda
Aceh Oleh Sardinah, Tursinawati, dan Anita Noviyanti pada Jurnal Pendidikan
Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Volume 13 Nomor 2. Hakikat sains
mengandung tiga aspek yaitu sains sebagai produk, sains sebagai proses, dan
sains sebagai sikap ilmiah. Kurangnya penanaman nilai sikap ilmiah dalam
proses kegiatan ilmiah berakibat pada peroleh hakikat sains yang tidak utuh
dan kurangnya terbentuk sikap ilmiah siswa dalam melaksanakan kegiatan
ilmiah. Dengan demikian perlu adanya analisis relevansi sikap ilmiah siswa
dengan hakikat sains dalam pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA di
SDN Kota Banda Aceh. Yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini
adalah: Bagaimanakah kemunculan sikap ilmiah, penguasaan konsep hakikat
sains siswa, dan hubungan antara sikap ilmiah siswa yang dilaksanakan dalam
percobaan pembelajaran IPA SD dengan konsep hakikat sains?. Metodologi
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang
bertujuan untuk melihat relevansi sikap ilmiah siswa dengan hakikat sains
dalam melaksanakan percobaan pada pembelajaran IPA SDN Kota Banda
Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif dan
uji korelasi. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri di
Kota Banda Aceh. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di
Kota Banda Aceh dengan jumlah 71 SDN. Sampel ditetapkan pada 10 SDN.
Instrumen yang digunakan dala penelitian ini adalah lembar observasi,
dokumentasi, tes, pedoman wawancara guru. Teknik analisis Data
menggunakan rumus persentase dan uji korelasi. Hasil penelitian
29
menunjukkan bahwa pada kemampuan dasar siswa terhadap penguasaan
konsep hakikat sains menunjukkan rerata 40%. Hal ini menunjukkan pada
kategori rendah. Pada kemunculan sikap ilmiah siswa pada pelaksanaan
percobaan pada pembelajaran IPA menunjukkan kategori baik. Dan terdapat
hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan konsep hakikat sains pada
pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh dengan ketentuan thitung > ttabel
yaitu (30,8 > 1,28).
Kelima, Sujarwo & Delnitawati ,menulis artikel Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah
berjudul: Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil
Belajar. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data, informasi tentang
pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar. Target
penelitian adalah diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Metode penelitian adalah
eksperimen dengan disain faktorial 2 x 2. Hasil penelitian; hasil belajar siswa
yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih tinggi daripada
metode pembelajaran berbasis masalah.Hasil belajar siswa yang memiliki
gaya belajar visual yang belajar dengan metode pembelajaran kooperatif lebih
tinggi daripadahasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar Auditorial yang
belajar dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah.
Kelima peneliti di atas mengangkat tema yang sama yaitu pembelajaran,
hanya saja subjek kajian tidak sama karena tidak ada satupun dari ketiga
peneliti terdahulu membicarakan mengenai efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari seperti
yang ada dalam kajian ini.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui
sudut pandang pendidikan dengan mengkaji tentang efektivitas pembelajaran
Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari. Disebut
kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif
bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu. Melalui
pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas,
realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran
formal.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah “data yang diambil dari sumber data primer
atau sumber pertama di lapangan” (Bungin, 2013: 128). Data primer
yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah data tentang:
1) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari.
2) Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari.
3) Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring
di SMP Negeri 9 Batanghari.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah “data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder” (Bungin, 2013: 128). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran umum
SMP Negeri 9 Batanghari, seperti:
1) Historis dan geografis.
31
2) Struktur organisasi.
3) Keadaan guru dan siswa.
4) Keadaan sarana dan prasarana.
b. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh. Apabila
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila peneliti
menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda
bergerak atau proses sesuatu (Arikunto, 2013: 172). Sedangkan sumber
data dalam penelitian ini meliputi 1) Kepala sekolah, guru dan siswa, 2)
Arsip dan 3) Peristiwa/kejadian.
C. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 9 Batanghari. Waktu
penelitian pada tahun 2020. Pemilihan lokasi dengan alasan masih
dihadapkan pada permasalahan penggunaan Pembelajaran daring yang
kurang tepat, dan permasalahan ini belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah, guru PAI dan siswa
kelas VIIIA yang diambil dengan menggunakan cara purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu di mana misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial
yang diteliti (Sugiyono, 2014: 300). Maka ditetapkan sebagai informan
kunci (key informan) yaitu kepala sekolah dan guru PAI. Sedangkan
sebagai informan tambahan adalah siswa/siswi kelas VIIIA yang
diharapkan dapat memberikan informasi di SMP Negeri 9 Batanghari.
32
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh
informasi data-data yang diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan
beberapa teknik sebagai berikut:
1. Observasi
“Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan
merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan
menggunakan seluruh indera” (Arikunto, 2013: 156). Observasi dilakukan
dengan menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk
memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data. Panduan
tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada di lokasi
penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi partisipan, yang mana peneliti melibatkan diri secara
langsung dalam lingkungan penelitian mengenai:
a. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri
9 Batanghari.
b. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari.
c. Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari.
2. Wawancara
“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara” (Arikunto,
2013: 155). Wawancara tidak terstuktur penulis gunakan sebagai
instrumen pelengkap observasi untuk mengumpulkan data di lapangan
tentang:
a. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri
9 Batanghari.
b. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari.
33
c. Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari.
3. Dokumentasi
“Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau
variabel-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat khabar,
majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda dan sebagainya”
(Arikunto, 2013: 231). Metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan informasi non manusia, sumber informasi (data) non
manusia ini berupa catatan-catatan, pengumuman, instruksi, aturan-aturan,
laporan, keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-catatan dan arsip-arsip
yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Dokumentasi penulis
gunakan sebagai intrumen utama untuk memperoleh semua data-data yang
berhubungan dengan judul.
E. Teknik Analisis Data
Setelah pengumpulan data, maka data yang di peroleh terlebih dahulu
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui
segi kualitatif, dengan teknik:
1. Analisis Domain
“Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti
atau objek penelitian. Data diperoleh dari grand tour dan minitour
question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti”
(Sugiyono, 2014: 349). Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis
data yang diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu
mengenai gambaran umum SMP Negeri 9 Batanghari.
2. Analisis Taksonomi
“Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan
domain-domain atau kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya
domain yang dipilih oleh peneliti dan selanjutnya ditetapkan sebagai fokus
penelitian” (Sugiyono, 2014: 356). Analisis taksonomi ini digunakan
34
dalam menganalisis data tentang efektivitas pembelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9 Batanghari.
3. Analisis Komponensial
“Pada analisis komponensial, yang dicari untuk diorganisasikan
dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang
memiliki perbedaan atau yang kontras” (Sugiyono, 2014: 359-360).
Analisis komponensial ini digunakan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui
daring di SMP Negeri 9 Batanghari.
F. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Moleong, 2014: 330). Jadi dalam
hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber yakni
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 2014: 330-331).
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan
35
tentang efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di
SMP Negeri 9 Batanghari dari sumber hasil observasi, wawancara maupun
melalui dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data
yang diperoleh di lapangan dalam penelitian tersebut.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan hasil
seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka
penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam
waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang
munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan laporan. Adapun
jadwal kegiatan penelitian skripsi ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No KEGIATAN
Bulan
Agustus
2020
Sept
2020
Okto
2020
Nov
2020
Des
2020
Januari
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
Proposal
x x x
2. Seminar dan
Perbaikan
Hasil Seminar
x x
3. Pengumpulan
Dan
Pengolahan
Data
x x x X x x x x
4. Penulisan
skripsi
x x x
5. Konsultasi
pembimbing
x x x
6. Munaqasah dan
Perbaikan
Munaqasah
x x x
7. Penggandaan
Laporan
x x
36
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Profil Umum
Hadirnya suatu lembaga pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas,
demikian juga halnya dengan SMP Negeri 9 Batanghari yang pada awal
berdirinya tahun 1984 hanya memiliki satu jenjang pendidikan yaitu
sekolah tingkat pertama yang mempunyai tiga ruangan belajar dan satu
ruang kecil untuk kantor, di mana pelaksanaan proses belajar mengajar
diadakan pada sore hari.
Melihat perkembangan siswa tamatan sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah di Batanghari yang kian banyak dan kebutuhan masyarakat akan
pendidikan agama, timbullah ide yang disampaikan oleh beberapa tokoh
masyarakat untuk menbuka pendidikan SMP Negeri 9 Batanghari.
Kemudian ide ini disampaikan di dalam musyawarah pengurus daerah
Baro Sebo Ulu memutuhkan mendirikan SMP Negeri 9 Batanghari.
Dengan terwujudkan pendirian SMP Negeri 9 Batanghari berarti saah satu
upaya penanaman pendidikan bagi masa depannya terutam dalam ilmu
umum dan ilmu agama. Apabila penanaman ilmu pengetahuan tidak
dimulai sejak dini, maka dikhawatirkan setelah dewasa nanti, anak-anak
jauh dari nilai-nilai kebaikan. Selanjutnya, SMP Negeri 9 Batanghari
berada di bawah Dinas Pendidikan Batanghari. Di bawah ini adalah profil
SMP Negeri 9 Batanghari untuk tahun pelajaran 2020/2021:
37
2. Struktur Organisasi
Sebagai satuan organisasi tidak akan terlepas dari suatu struktur
organisasi kepengurusan. Karena kepengurusan itulah yang akan
menjalankan roda-roda organisasi. Maju atau mundurnya suatu organisasi
sangat ketergantungan pada manusia yang duduk di kepengurusan
tersebut. Kemudian tugas seorang pemimpin untuk mengatur dan
memberikan kebijaksanaan dalam mengatur langkah-langkah yang harus
ditempuh karena pemimpinlah yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab secara penuh dan konsekuen.
Lembaga pendidikan formal sebagai penyelenggaraan organisasi
kerja, diselenggarakan secara sistematis, terpimpin dan terarah, karena
38
organisasi dilaksanakan untuk menciptakan proses serangkaian yang
terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai organisasi kegiatan
kerja maka untuk mencapai tujuan organisasi itu harus disusun sebagai tata
laksana yang dapat melaksanakan tugasnya masing-masing baik tujuan
umum maupun tujuan khusus menurut jenis dan tingkatnya masing-
masing. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang terdiri dari
satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat-pejabat atau staf-staf
dengan tugas dan wewenang, serta hubungan satu sama lainnya. Masing-
masing dengan perannya dalam satu lingkungan yang utuh. Hubungan
semacam ini disusun dalam kerangka yang terbentuk dalam organisasi
yang teratur diemban oleh personil-personil dengan disiplin tugas pada
bidang masing-masing.
Susunan struktur organisasi pada suatu madrasah berarti merupakan
suatu kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program kegiatan-
kegiatan dalam madrasah. Di samping itu, juga mempermudah pencapaian
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Adapun susunan atau struktur
organisasi SMP Negeri 9 Batanghari dapat dilihat pada gambar 1 sebagai
berikut:
39
Berdasarkan skema struktur organisasi di atas, maka jelaslah
bahwa dalam suatu organisasi madrasah, peranan kepala madrasah sangat
penting dan menentukan di mana setiap kegiatan yang menyangkut
40
sekolah tidak terlepas dari pengawasan kepala madrasah. Pembagian tugas
struktur SMP Negeri 9 Batanghari adalah:
a. Kepala madrasah:
1) Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.
3) Membuat laporan berkala.
4) Mengkoordinator penerimaan siswa baru.
b. Wakil Kepala Madrasah
1) Menyusun program pengajaran.
2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
3) Menyusun jadwal dan pelaksaan ulangan dan jadwal ujian akhir
4) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan
pelajaran.
5) Menyusun laporan pelaksaan pelajaran.
6) Membina kegiatan MGMP.
7) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengedalian kegiatan
siswa, OSIS dalam rangka menengakkan disiplin dan tata tertib
sekolah serta pemilihan pengurusan OSIS.
8) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
9) Menyusun rencana kerja dengan masyarakat
c. Wali Kelas
1) Membuat daftar kelas.
2) Menyusun piket kelas
3) Menentukan peringkat kelas
4) Mengisi raport pada tiap semester
5) Membuat struktur kelas.
d. Tata Usaha:
1) Menyusun keuangan sekolah.
2) Mengelola keuangan sekolah.
3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.
4) Membina dan pengembangan karir pengawai tata usaha sekolah.
41
5) Menyusun adminitrasi perlengkapan sekolah.
e. Bagian Tenaga Pengajar (Guru). Tenaga pengajar bertugas
melaksanakan pendidikan atau pengajaran di sekolah meliputi:
1) Menyusun satuan pembelajaran yang akan diberikan
2) Membimbing siswa dalam belajar
3) Memberikan pelajaran kepada siswa dengan baik dan ikhlas
4) Mencari bakat yang ada pada diri siswa.
f. Tugas Siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menerima pelajaran
yang diberikan oleh guru, mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan
di sekolah ( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 ).
Kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah itu, harus
ada kerja sama dengan baik, baik antara kepala sekolah dengan guru,
kepala sekolah dengan siswa bahkan kepala sekolah dengan wali siswa di
SMP Negeri 9 Batanghari.
3. Keadaan Guru dan Siswa
Sebagai pelaksana pendidikan maka seorang guru harus memiliki
wawasan yang lebih luas untuk menjadi panutan bagi anak didiknya. Guru
juga harus sanggup menjadikan dirinya sebagai sarana penyampaian cita-
cita anak yang telah diamanatkan para orang tua kepadanya. Kualitas atau
tidaknya seorang siswa tergantung dari kemampuan yang dimiliki oleh
seorang guru, jika seorang guru mempunyai potensi keterampilan yang
baik dalam mendidik, maka siswa yang menjadi anak didiknya akan dapat
dikembangkan bakatnya, kemampuan yang terpendam dalam dirinya
seirama dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan anak didik. Di
samping itu, guru yang mengajar hendaknya menyesuaikan dengan ilmu
yang mereka kuasai atau didapat selama mereka duduk di bangku
pendidikan. Mengenai kondisi guru yang bertugas di SMP Negeri 9
Batanghari berdasarkan jabatan, pendidikan terakhir dan mata pelajaran
yang dipegangnya, dapat dilihat pada tabel 4.1:
42
Tabel 4.1
Keadaan Guru SMP Negeri 9 Batanghari 1 2 4 14 15 16
1 M. Ardhiansyah, S.Pd
PNS FKIP-UNSRI FISIKA IPA
Kembang Seri, 05-03-1979
2 Arliyadi, S.Pd
PNS FKIP – UNJA B.Inggris B. Inggris
Koto Tengah Semurup,08-02-1974 4661/PT 24.4/SI/2001 29/01/2001
3 Drs. Sahabat PNS UMTS
00151/0206/AIV/1991 SI/14/09/1991 Sejarah
4 Drs. Abek Sitanggang
PNS FKIP – UNJA B. Indonesia
Bahasa
Indonesia
Taput, 28-06-1967 25/01/1967
5 Imam Heri Setiawan, S.Pd.
PNS STKIP SUMBAR B. INGGRIS Bahasa Inggris
Purbalingga, 29 -11- 1966 05/02/1994
6 Dra. Evi Dasti Yanti
PNS IKIP. Padang IPS/Geografi Geografi
Padang, 07 Mei 1968 913274/PT 37/07/31/1991 1991
7 Mailis Padus, S.Pd
PNS FKIP – UNJA Matematika MTK
Kerinci, 09 Mei 1967 10181/J.21.1/S1/N/2007 21/11/2007
8 Sulastri, S.Pd
PNS IKIP. Padang FISIKA FISIKA
Padang, 20-09-1969 931456/PT37/03/31/1993 04/09/1993
9 Saipul Anwar
PNS PG-SMTP D-I Penjaskes
Batanghari, 13-07-1966 0006454 20/07/1988
10 Yoslina Murti, S.Pd
PNS UNJA S-I B.Indonesia
Pasar Usang, 01-03-1974 2946/PT 24.4/SI/1998 15/08/1998
11 Neni Sumanti, S.Pd
PNS UNJA S-I B.Indonesia
Batanghari, 22-07-1974 8080/PT 24.4/SI/2005 04/06/2005
12 Hartono, S.Pd
PNS UNJA B.Inggris B.Inggris
Jambi, 16-03-1979 3821/PT 24.4/SI/2000 20/08/2000
13 Tasnim, S. Pd
PNS FKIP UNJA P. Biologi P. Biologi
Rantau Gedang, 24-09-1985 26/04/2008
14 Parida, S.Pd. I
PNS IAIN STS JAMBI PAI PAI
Buluh Kasab, 25-10-1978 IN/12/R /PP/.01.1/1680/05 15/12/2004
15 Nurhana, S.Pd
PNS FKIP UNJA IPS
Pendidikan
Ekonomi
Jambi, 07 Maret 1974 4344.PT.24.4-S1-2001 19/07/2001
16 Aci Yulia, S.Pd.
PNS UNP. Padang IPS
Pendidikan Sejarah
V Suku Bawah, 8/6/1984 20075589-H35-04-31-07 01/09/2007
17 Agustian, S. Pd
PNS FKIP UNJA Porkes Porkes
Simp. Sungai Rengas, 1 Agustus 1983 8961/PT24.4/A3/2005 24/09/2005
18 Murlisani, S. Pd PNS Pendidikan
Matematika
19 M. Sadki, S.S Non
PNS
IAIN STS JAMBI B. INGGRIS B. Sastra
Inggris
Kembang Seri, 12/10/1981 IN/12/R/PP.01.1/0215/07 20/12/2006
20 Salmah Non
PNS
FKIP UNJA D-III Bahasa Inggris
Kumun Hilir, 28/12/1972 2004-PT24.4-D3-1995 06/02/1995
21 Witha Widianti, S.Kom Non
PNS
STIMIK NH Jambi SI Sistem
Informatika
Jakarta, 19/07/1984 123/STIMIK/NH/S1/07 24/02/2007
22 Fidia Gama, S.Pd Non
PNS UNBARI S I Matematika
23 Nurlina, S.Pd Non
PNS
UNJA S-1 Pendidikan
Jambi, 20/12/1987 Fisika
24 Budiman, S.Pdi Non
PNS
TARBIYAH S-1 Pendidikan
Sungai Gondang, 03-07-1992 STAI 2015 Agama Islam
25
Nur Qorinatul Qodriyah, S.Pd Non PNS
Universitas Jambi S-1 Pendidikan
Simpang Sungai Rengas, 09-03-
1994 23833/UN21.1/R/2018 28/07/2018 Matematika
26 Henky Wardana Non
PNS
Universitas Jambi SI Porkes
Muara Tembesi, 04-12-1988 14543/H21.1/SI/N/2011 17/12/2011
27 Muhammad Neldi, S. Pd Non
PNS
Universitas Jambi SI BK
Jambi, 26-03-1996 24376/UN21.3/PK.05/SI/2019 03/02/2019
( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 )
43
Dilihat dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa guru tidak semua
bisa dikatakan profesional, karena masih ada guru yang belum memenuhi
kulifikasi pendidikan sarjana strata satu. Padahal setiap guru profesional
saat ini harus memenuhi syarat pendidikan minimal yaitu Sarjana Strata
Satu (S1). Ke depannya pihak sekolah perlu mendorong 1 guru tersebut
untuk menyelesaikan pendidikannya sama dengan guru lainnya di SMP
Negeri 9 Batanghari yang telah sarjana strata satu. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas guru yang secara umum yang tentu berdampak
pada kualitas sekolah.
Pekerjaan yang dilakukan harus mengandung kebenaran, karena hal
itu nanti dinilai baik dan buruknya. Peningkatan disiplin sekolah (guru,
siswa dan tenaga administrasi) dalam bekerja tidak bisa dipisahkan dengan
peran kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan. Selaku
pemimpin kepala sekolah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar
terhadap kelancaran aktivitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Lingkungan sekolah adalah lingkungan tempat terjadinya proses
pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis,
terprogram dan terencana mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, sehinga hasilnya nanti maksimal, baik bagi
pendidik maupun bagi orang yang menjadi subjek pendidikan itu sendiri
yaitu anak didik. Sekolah merupakan pusat dari segala kegiatan
pendidikan. Adanya pengaruh-pengaruh lingkungan sekolah baik secara
langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi proses
pembelajaran dan perangkat pengaturnya seperti disiplin sekolah. Di
bawah ini adalah keadaan disiplin guru SMP Negeri 9 Batanghari:
44
Tabel 4.2
Rekapitulasi Kehadiran Guru SMP Negeri 9 Batanghari
( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 ).
45
Kepala sekolah sudah berusaha menerapkan keterampilan-
keterampilan manajerial seperti melakukan pengawasan terhadap disiplin
guru karena keterbatasan waktu kepala sekolah berada di lingkungan
sekolah sejak pagi. Ketiga, kepala sekolah kurang optimal memotivasi
guru untuk bekerja, seperti kepala sekolah kurang nampak berkomunikasi
dengan beberapa guru sebagai tenaga profesional, sehingga etos kerja guru
kurang terlihat baik, seperti taat waktu dalam membuat perangkat
mengajar dan menyelesaikan tugas sekolah. Di bawah ini mengenai
disiplin tenaga administrasi:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Kehadiran Tenaga Administrasi SMP Negeri 9 Batanghari
( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 ).
Pekerjaan yang dilakukan harus mengandung kebenaran, karena
hal itu nanti dinilai baik dan buruknya. Peningkatan disiplin (karyawan
atau pegawai) dalam bekerja tidak bisa dipisahkan dengan peran
kepalasekolah sebagai pemimpin suatu intansi. Selaku pemimpin
kepalamadrasah mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap
kelancaran aktivitas karyawan di kantor yang dipimpinnya. Dengan asumsi
46
bahwa tugas pokok kepala madrasah adalah mempengaruhi lingkungan
melalui kepemimpinannya yang dinamis dan pengembangan kinerja
karyawannya dalam bekerja.
Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan fungsi-fungsi
organisasi sangat tergantung pada strategi atau sistem pelaksanaan
manajemen organisasi secara terus menerus perlu diperhatikan. Tentu saja
pengoptimalan dan pemanfaatan segenap potensi yang bertujuan untuk
mensejahterakan dan memberikan pelayanan-pelayanan masyarakat dan
siswa di SMP Negeri 9 Batanghari khususnya secara keseluruhan dengan
tetap mengembangkan lembaga sebagai landasan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara serta pemanfaatan sumber daya
manusia secara berkesinambungan. Dalam hal ini karyawan perlu
meningkatkan kegiatan etika kerja sebaik mungkin agar dapat menunjang
lembaga.
Pelayanan yang baik tentu juga mengatur tugas-tugas kerja.
Organisasi pendidikan yang efektif membutuhkan ide realistis dan jelas
atas tingkah laku orang dalam organisasi yang mengacu pada pengalaman
dan pedoman tugas-tugas yang telah ditetapkan. Kesinergian antar
personel dalam organisasi dapat menyeimbangkan legitimasi, keefisienan,
keefektifan, dan keunggulan, sehingga satuan pendidikan menciptakan
suasana yang penuh harapan dan meyakini bahwa semua program dapat
dilaksanakan mencapai tingkat prestasi yang tinggi (berkualitas). Di sisi
lain siswa merupakan komponen yang utama dalam penyelenggaraan
pendidikan di madrasah. Tanpa ada siswa, maka kegiatan pembelajaran
tidak akan terlaksana. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi siswa-siswi
di SMP Negeri 9 Batanghari dapat dilihat pada tabel 4.4:
47
Tabel 4.4
Jumlah Siswa SMP Negeri 9 Batanghari
Tahun Pelajaran
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
J L P L P L P L P
2008 - 2009 91 94 89 82 83 71 263 247 510
2009 - 2010 80 95 91 88 74 87 245 270 515
2010 - 2011 64 81 69 87 79 87 212 255 467
2011 - 2012 71 69 62 79 63 87 196 235 404
2012 - 2013 67 60 66 70 63 78 196 208 404
2013 - 2014 85 78 66 62 61 77 212 217 429
2014 - 2015 60 64 80 81 66 64 206 209 415
2015 - 2016 71 51 72 66 78 69 221 186 407
2016 - 2017 66 82 73 53 71 61 210 196 406
2017 - 2018 64 75 68 79 53 53 185 207 393
2018 - 2019 48 45 61 71 66 80 175 196 371
2019 - 2020 63 48 48 48 58 71 169 167 336
2020 - 2021 60 52 65 52 48 50 173 154 327
Jumlah
112 117 98 327 327
( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 ).
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai keadaan siswa SMP Negeri 9
Batanghari di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa sebanyak 135
orang siswa, ini tentu merupakan kepercayaan yang tinggi masyarakat
untuk menyerahkan anak-anak mereka untuk dididik di SMP Negeri 9
Batanghari. Ini tentu merupakan tuntutan bagi SMP Negeri 9 Batanghari
dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) selama ini sehingga
masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menyerahkan anak-
anak mereka untuk dididik di SMP Negeri 9 Batanghari. Ini tentunya
bukan tugas yang ringan bagi pihak SMP Negeri 9 Batanghari dalam
48
memenuhi permintaan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu
pendidikan siswa setiap tahunnya melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran di SMP Negeri 9 Batanghari.
Sudah sewajarnya segala pekerjaan harus dilakukan dengan
keahlian dan keahlian dalam mendidik dan mengajar harus dimiliki guru,
hal ini dikarenakan guru sebagai sebuah profesi yang harus dilakukan
secara ahli. Peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran tidak bisa
dipisahkan dengan peran kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga
pendidikan. Selaku pemimpin kepala sekolah mempunyai tanggung jawab
yang sangat besar terhadap kelancaran aktifitas pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya. Dengan asumsi bahwa peran pokok kepala sekolah terdapat
dalam kesanggupannya untuk mempengaruhi lingkungan melalui
kepemimpinannya yang dinamis. Kepala sekolah merupakan orang kunci
dalam pemeliharaan dan pengembangan pengajaran di sekolah. Ia selaku
pemimpin intruksional harus mampu menggerakkan sekolahnya mencapai
kemajuan dan dapat mengidentifikasi bakat-bakat dan kemampuan-
kemampuan sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Maka kepala sekolah menjadi seorang koordinator
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan personilnya, dan ia akan
berusaha bagi pengembangan dan kemajuan seluruh program intruksional.
b. Keadaan Sarana dan Prasarana
Untuk mencapai pembelajaran yang bermutu dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, baik berupa gedung, perpustakaan, laboratorium
IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa multi media
pembelajaran lainnya mutlak diperlukan. Untuk lebih jelasnya mengenai
keadaan sarana tersedia di SMP Negeri 9 Batanghari dapat dilihat pada
tabel 4:
49
Tabel 4.5
Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 9 Batanghari
No Jenis Jumlah Keterangan
1. Ruang Belajar 13 unit Baik
2. Ruang Kepala Skeolah 1 unit Baik
3. Ruang Majelis Guru 1 unit Baik
4. Lapangan Badminton 1 unit Baik
5. Laboratorium IPA 1 unit Baik
6. Laboratorium Komputer 2 unit Baik
7. Meja guru 26 unit Baik
8. Kursi guru 26 unit Baik
9. Meja guru di kelas 13 unit Baik
10. Kursi guru di kelas 357 unit Baik
11. Meja dan kursi siswa 357 unit Baik
12. Lapangan takraw 13 unit Baik
13. Lapangan basket 1 unit Baik
14. Lapangan voli 1 unit Baik
15 Lapangan tenis meja 1 unit Baik
16 WC 8 unit Baik
17 Musholla 1 unit Baik
18 Koperasi 1 unit Baik
19 Parkiran 1 unit Baik
20 Kantor 1 unit Baik
21 Ruang Tata Usaha 1 unit Baik
( Dokumentasi SMP Negeri 9 Batanghari, 2020 ).
Melihat tabel 4.5 mengenai sarana dan prasarana yang ada di SMP
Negeri 9 Batanghari Tahun 2020/2021 di atas, dapat diketahui bahwa
jumlahnya cukup lengkap, meskipun ada sarana dan prasarana yang belum
tersedia seperti laboratorium bahasa. Padahal ada tiga faktor yang harus
ada dalam proses pembelajaran yaitu guru, siswa dan instrumen belajar.
Ketiadaan salah satu dari faktor tersebut maka tidak mungkin terjadi
proses pembelajaran. Satu bentuk dari instrumen belajar yaitu sarana dan
prasarana. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran, karena itu apabila
sarana dan prasarana kurang mendukung maka penyelenggaraan atau
pelaksanaan proses pembelajaran di madrasah tidak dapat berjalan dengan
baik.
50
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di SMP
Negeri 9 Batanghari
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri
9 Batanghari yaitu:
a. Kegiatan Awal
Kedudukan guru dalam proses pembelajaran sangat strategis
dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena
guru yang membuat siswa mengerti bahan pelajaran yang akan
disajikan kepada mereka. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya di dalam
merencanakan/merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
pembelajaran.
Wawancara dengan M. Ardhiansyah, M.Pd., kepala sekolah
bahwa: Dalam pembelajaran daring ini, sang guru akan berada di
laboratorium sekolah dan anak berada di rumah didampingi oleh orang
tua masing masing. menjelaskan bahwa setiap hari seluruh materi
pembelajaran siswa akan di upload oleh guru ke aplikasi wa dan class
room dan zoom facebook, dan dapat di akses juga oleh siswa di rumah,
pada saat proses belajar mengajar daring berlangsung. Seluruh proses
belajar mengajar jarak jauh ini akan dikontrol oleh sekolah, dalam
bentuk laporan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) per minggu, yang wajib
disetor oleh guru ke kepala sekolah, untuk memastikan pelaksanaannya
jelas dan terstruktur. Sementara itu, kepada siswa baru, pihak sekolah
juga sudah melaksanakan masa perkenalan mereka dengan lingkungan
sekolah dan wali murid dengan tetap menerapkan protokol kesehatan
pencegahan covid 19. Semua di wajibkan untuk mengambil buku paket
sebagai panduan untuk belajar dari rumah, sesuai jadwal yang telah
ditentukan oleh pengelola perpustaka. Siswapun berharap tidak ada
51
kendala dalam belajar daring baik secara teknis maupun non teknis
(Wawancara, 28 September 2020).
Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VIIIA dimana selain
mempersiapkan materi pelajaran PAI, guru tidak membuat persiapan
khusus sebelum mengajar. Sistematika penyampaian materi yang
dilakukan hanya berpedoman pada buku yang saja gunakan. Jadi tidak
banyak kegiatan perencanaan yang dilakukan guru sebelum mengajar
secara daring melalui classroom dan media lainnya, hal ini membuat
pembelajaran daring tidak efektif (Observasi, 29 September 2020).
Guru sebagai perancang pengajaran perlu memiliki keinginan
untuk menyusun desain pengajaran. Desain pengajaran daring
merupakan alat yang dapat membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara efektif selama masa Covid-19.
ketidakinginan guru dalam menyusun desain pengajaran tidak secara
otomatis dapat menjamin guru bisa menyajikan materi pelajaran
dengan baik secara daring. Hal demikian memerlukan perhatian bagi
seorang guru.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas VIIIA dimana fasilitas yang harus siapkan jika ingin
pembelajaran daring: kuota internet, aplikasi penunjang,
laptop/komputerdan materi pelajaran seperti buku, catatan, dan
lainnya. persiapan anggaran menghadapi pembelajaran daring 1. Pulsa
guru Rp. 6000.000, memasang jaringan internet sekolah sebesar Rp.
9.500.000, penggandaan laptop operator Rp. 15.000.000 = 1 unit,
penggandaan laptop tata usaha Rp. 16.000.000 = 2 unit dan semua
sumber dana BOS (Wawancara, 30 September 2020).
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas VIIIA bahwa: “Guru tersebut membaca buku/bahan
yang nantinya akan didiajarkan di dalam kelas. Bahan yang dibaca
meliputi buku pegangan guru dan buku sejenis yang memiliki
52
keterkaitan dengan bahan materi pelajaran PAI yang nantinya akan
diberikan kepada siswa” (Wawancara, 30 September 2020).
Berdasarkan informasi di sekolah, maka setidaknya ada 4
kesiapan sekaligus tantangan agar pembelajaran jarak jauh atau online
learning ini dapat menjadi pembelajaran bermakna dan menyenangkan
untuk siswa:
a. Kemampuan guru memanfaatkan teknologi. Pertama untuk
menunjukkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media
teknologi dengan presentasi Zoom, penugasan via Google
Classroom, pre-test atau post-test dengan Quizizz, dan pemberian
tugas proyek dengan pemanfaatan Google Drive, presentasi
interaktif dengan Peardeck, dan lain-lain. Hal ini mutlak harus
dilakukan untuk mentransfer knowledge kepada peserta didik
secara menarik dan efektif.
b. Pembelajaran terencana dan efektif. Kedua menyajikan
pembelajaran terencana dan efektif dalam keterbatasan waktu. Hal
ini bisa dilakukan dengan mempersiapkan quality lesson plan dan
mengatur langkah-langkah pembelajaran yang detail. Guru dan
siswa dapat menetapkan tujuan pembelajaran sesuai ketersediaan
waktu dan memilih materi yang akan disampaikan dengan langkah-
langkah tepat dan akurat. Di sini guru dituntut pula untuk mengatur
waktu dengan baik.
c. Menyatukan persepsi dan konsentrasi siswa. Ketiga adalah
bagaimana guru mampu menyatukan persepsi dan konsentrasi
anak-anak didik yang serba berjauhan. Ini hanya bisa dilakukan
oleh guru yang memiliki visi jelas dalam pembelajaran dan mampu
menjalin ikatan batin dengan siswa dengan melakukan perannya
sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan komunikator.
d. Penguatan karakter siswa. Keempat menyampaikan pesan untuk
menjadi anak tangguh mengingat dalam kondisi masyarakat sedang
diuji secara fisik dan mental akibat penyebaran Covid-19 yang
53
berdampak kepada pembelajaran siswa menjadi serba terbatas
dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan berkreasi. Siswa didorong
mampu beradaptasi dengan hal-hal baru (Wawancara, 30
September 2020).
Terlihat bahwa sebelum memulai pelajaran guru PAI
merencanakan materi pelajaran PAI dengan membuat membaca materi
yang ingin disampaikan, hal ini dilakukan dengan:
1) Membuat SK TIM satgas PJJ dan prosedur Operasional Standar
Pembelajaran masa pendemi covid-19 SMPN 9 Batanghari.
2) Sosialisasi PJJ kepada majelis guru, peserta didik dan orang tua,
sosialisasi dilakukan secara tatap muka dan bertahap dengan
mengikuti protokol kesehatan pencegahan penyebaran covid-19.
3) Melakukan idetifikasi jumlah peserta didik dan orang tua yang
memiliki gadget (hp) dan kouta internet.
4) Peserta didik yang memiliki hp dan kouta internet pembelajaran
akan dilakukan secara daring. Sedangkan peserta didik yang tidak
memiliki hp pembelajaran akan dilakukan secara luring atau dapat
juga dilakukan secara daring dengan menggunakan fasilitas yang
ada di sekolah.
5) Membagikan buku teks yang ada diperpustakaan sekolah kepada
peserta didik sebagai salah satu sumber belajar selama PJJ.
6) Sekolah menyiapkan sarana pembelajaran yang digunakan yaitu:
jaringan wifi, sebagai tempat guru melakukan pembelajaran
melalui FB.
7) Melaksanakan MGMP sekolah sebagai wadah guru untuk
mempersiapkan pembelajaran mulai dari bedah kalender
pendidikan, bedah kurikulum untuk memilih materi pelajaran yang
akan diajarkan, penyiapan perangkat pembelajaran yang sesuai
untuk PJJ, baik secara daring maupun luring, serta menyiapkan
perangkat penilaian untuk semester ganjil tahun pelajaran
2020/2021.
54
8) Materi pelajaran yang disiapkan guru selama masa pendemi ini
tidak diwajibkan untuk pencapaian targed kurikulum, tetapi
disusun dengan desain pembelajaran aktif dengan menggunakan
pendekatan SAINTIFIC tetapi tetap mengacu pada kurikulum
dengan memilih materi – materi yang sangat esensial dan
kontekstual.
9) Membuat jadwal Pembelajaran, baik menggunakan FB, WAG
maupun media lainnya.
10) Guru Melakukan simulasi sebelum pembelajaran dilaksanakan
(Observasi, 30 September 2020).
Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam
pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu
merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu
mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih
guna menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.
Meskipun guru PAI di SMP Negeri 9 Batanghari tidak menyiapkan
segala sesuatunya sebelum mengajar, selain membaca buku yang
berkenaan dengan materi pelajaran PAI.
b. Kegiatan Inti
Terlihat bahwa sebelum memulai pelajaran guru PAI
merencanakan materi pelajaran PAI dengan membuat membaca materi
yang ingin disampaikan, hal ini dilakukan dengan pembelajaran
melalui FB sekolah dilakukan sesuai jadwal oleh TIM guru mata
pelajaran, satu guru sebagai narasumber dan guru lainnya mengawasi
proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembelajaran melalui
WAG dan aplikasi lain nya dilakukan oleh masing-masing guru sesuai
jadwal. Orang tua terlibat dalam mengawasi dan mengontrol
pembelajaran dari rumah atau tempat masing- masing Pelaksanaan
pembelajaran dicatat oleh guru dan siswa didalam buku agenda
pembelajaran. Kepala sekolah dapat mengawasi secara langsung proses
55
pembelajaran yang sedang dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan
supervisi akademik (Observasi, 30 September 2020).
Pengamatan terhadap aktivitas guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) kelas VIII A dimana saat awal mengajar secara
daring guru melakukan pemberian materi pelajaran kepada siswa
dengan mencatat pelajaran yang tidak dimiliki siswa, kemudian
dilanjutnya dengan menjelaskan materi pelajaran yang sudah disajikan
dan pada kesempatan darig tersebut dan nampak kegiatan tidak efektif
karena siswa tidak menyimak dan lambat merespon (Observasi, 30
September 2020).
Seorang guru PAI setiap kali dalam melakukan pembelajaran
telah memiliki penguasaan materi pelajaran yang maksimal, agar
penampilannya di dalam kelas tidak mengalami permasalahan yang
berarti. Pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar yang
dilakukan Abdul Rahim, S.Pd.I, guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) kelas VIII A dimana penguasaan materi pelajaran,
termasuk bahan materi pelajaran PAI yang dimiliki guru sangat baik.
Tidak terlihat guru berpedoman pada buku selama bermateri pelajaran
PAI. Karena guru telah menguasai bahan pelajaran itu sebelum
mengajar (Observasi, 30 September 2020).
Hal lain yang telah diperhatikan guru dalam melaksanakan
pembelajaran PAI adalah sumber pelajaran. Sumber pelajaran adalah
hal pokok yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik. Seperti
pengamatan penulis dalam pembelajaran PAI yang diajarkan oleh guru
dimana buku sumber yang digunakan guru belum cukup beragam.
Buku yang digunakan sebagai sumber mengajar telah sesuai dengan
Kurikulum 2013 (Observasi, 30 September 2020).
Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 9 Batanghari
didapat bahwa penggunaan buku sumber pelajaran seperti yang
dikatakan adalah belum beragam. Memang semestinya tidak demikian
halnya, dalam pengajaran guru dituntut untuk selalu mengembangkan
56
sumber pelajaran dengan mengikuti perkembangan sumber pelajaran
terbaru.
Memberikan suatu materi pelajaran PAI seharusnya merupakan
peristiwa biasa, bukan peristiwa yang mencemaskan, baik guru
maupun siswa. Pada saat pemantauan peneliti di kelas VIIIA SMP
Negeri 9 Batanghari dimana guru menggunakan metode daring dengan
aplikasi classroom, suara yang digunakan guru cukup jelas dengan
kondisi yang ada. Kata-kata dalam penyampaian materi pelajaran PAI
yang digunakan cukup sederhana dan dimengerti oleh siswa
(Wawancara, 30 September 2020).
Saat penerapan metode materi pelajaran PAI berlangsung,
terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana
classroom. Jumlah anak mempengaruhi penerapan metode. Wawancara
dengan seorang siswa kelas VIIIA yang mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) mengatakan: “Di saat kami mulai tidak
bersemangat untuk belajar, maka guru biasanya mengajar dengan
berdialog. Sejumlah materi pelajaran PAI diberikan kepada kami
secara daring dengan aplikasi classroom” (Wawancara, 30 September
2020).
Akhirnya dapat dipahami bahwa penerapan metode yang tepat
dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seperti yang dilakukan guru PAI
di SMP Negeri 9 Batanghari dimana menggunakan daring dengan
aplikasi classroom di dalam pembelajaran pada waktu yang tepat untuk
melakukan itu.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas VIIIA, berikut petikan wawancaranya: Meskipun
sebagian besar siswa disiplin mengikuti Pembelajaran daring dengan
aplikasi classroom yang saya sampaikan, namun masih ada juga siswa
yang lain yang tidak mengikutinya. Hal ini diketahui saat siswa
tersebut kesulitan signal (Wawancara, 1 Oktober 2020).
57
Pengamatan penulis terhadap kegiatan mengajar yang
dilakukan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas
VIIIA dimana interaksi mengajar yang dilakukan terjalin dua arah
dimana ada respon siswa yang berikan guru saat siswa ditanya
pemahaman mereka tentang materi yang diberikan dengan
menggunakan metode materi pelajaran PAI (Observasi, 1 Oktober
2020).
Setiap mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode,
karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan
kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak
didik. Proses pembelajaran pun tampak kaku, anak didik terlihat
kurang bergairah belajar, kejenuhan dan kemalasan menyelimuti
kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan
kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik
dirugikan. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru sebagi
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Ketika anak
didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik
membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika
minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak
didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah
guru mempertanyakan faktor penyebab dan berusaha mencari jawaban
yang tepat. Karena bila tidak maka apa yang guru sampaikan akan sia-
sia. Boleh jadi dari sekian kedaaan tersebut, salah satu penyebabnya
adalah faktor metode. Karenanya efektivitas penerapan metode patut
dipertanyakan.
Wawancara dengan Abdul Rahim, S.Pd.I, guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas VIIIA, berikut petikan wawancaranya:
“Sesekali metode materi pelajaran PAI yang saya lakukan
dikonbinasikan dengan metode lainnya seperti whatsapp group. Hal ini
58
dimaksudkan untuk mengkondusifkan kegiatan belajar yang ada secara
daring, meskipun tidak efektif juga” (Wawancara, 2 Oktober 2020).
Guru telah memperhatikan efektivitas dalam menggunakan
metode. hal ini dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan
semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan
pelajaran, sebagai persiapan tertulis. Metode adalah strategi yang tidak
bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran. Setiap kali mengajar
guru pasti menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak
sembarangan, melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas VIIIA, berikut petikan wawancaranya: Whatsapp
group saysa gunakan untuk mengirim bahan materi soal dan tugas-
tugas latihan lainnya (Wawancara, 2 Oktober 2020).
Pengamatan di kelas VIII A dimana hampir setiap kegiatan
pembelajaran secara daring, guru menggunakan metode whatsapp
group yang disajikannya secara berkala. Terkadang guru juga
menyelinginnya dengan metode classroom (Observasi, 2 Oktober
2020).
Berdasarkan pembicaraan tersebut di atas dapat dipahami
bahwa guru PAI di SMP Negeri 9 Batanghari memiliki kesadaran yang
baik terhadap kesesuaian penerapan metode, baik itu metode materi
pelajaran PAI mapun metode yang lainnya setiap kali pembelajaran
dilakukan secara daring. Ini terlihat bahwa kesadaran guru untuk
menerapkan metode materi pelajaran PAI dan pendekatan sesuai
dengan materi pelajaran yang dipelajari saat itu dengan baik, namun
pelaksanannya sangat tergantung pada faktor pendukung penerapan
metode tersebut, seperti yang telah disebutkan di atas.
2. Kendala Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di
SMP Negeri 9 Batanghari
Kendala Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9
Batanghari adalah:
59
a. Guru
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah
bagaimana memahami kedudukan metode guru sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan
pembelajaran. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal
yang aneh, tapi nyata, dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru.
Seperti dalam hal ini dimana guru berusaha memahami kedudukan
metode materi pelajaran PAI yang digunakan dalam pembelajaran PAI
di SMP Negeri 9 Batanghari. Wawancara dengan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VIII A yang mengatakan: “Saya
hanya bisa menggunakan whatsapp group dan classroom karena cara
lain saya tidak menguasainya” (Wawancara, 5 Oktober 2020).
Observasi penulis di kelas VIIIA dimana terlihat memang
pelaksanaan Pembelajaran whatsapp group dan classroom dalam
pengajaran PAI selalu menjadi pilihan di SMP Negeri 9 Batanghari,
karena sebagaimana yang disebutkan di atas. Inilah yang membuat
guru harus selalu menyediakan Pembelajaran daring yang baru untuk
siswa akan di materi pelajaran PAI kan dalam belajar secara daring
(Observasi, 5 Oktober 2020).
Kesadaran guru akan pentingnya kedudukan daring yang
beragam tentu membuat guru tersebut menyediakan seluruh tenaganya
untuk memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran dengan metode
materi pelajaran PAI. Ini adalah hal yang biasa dilakukan seorang
guru, karena yang tidak biasa dimana guru hanya menganggap
kegiatan pembelajaran tanpa dipengaruhi metode mengajar. Dengan
demikian mengajar dengan metode apapun tetap bisa menyampaikan
materi pelajaran.
b. Siswa
Masih wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas VIII A, berikut petikan wawancaranya: Saya lihat
siswa sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran PAI jika saya
60
menggunakan Pembelajaran whatsapp group dan classroom. Saya
menganggap ini bisa membuat kondisi belajar kondusif dan materi
pelajaran bisa tersampaikan kepada siswa dengan baik. Meskipun ada
sebagian kecil yang tidak disiplin.
Observasi penulis di kelas VIII A dimana ditemukan bahwa
siswa sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran PAI saat guru
menggunakan Pembelajaran whatsapp group dan classroom. Jika guru
telah mengajar classroom, maka siswa terlihat menyimak keterangan
guru. Banyak siswa beraktivitas lain, karena ada siswa kurang
menikmati kondisi belajar yang ada (Observasi, 5 Oktober 2020).
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam kelas VIII A, berikut petikan wawancaranya: “Perbedaan daya
serap anak didik terhadap materi pelajaran PAI berbeda-beda,
meskipun materi pelajaran PAI sudah saya sampaikan secara ringkas
mungking” (Wawancara, 6 Oktober 2020).
Wawancara dengan seorang siswa kelas VIII A yang mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengatakan: “Saya kadang
tidak memahami pelajaran yang disampaikan guru melalui classroom
jika signal tidak jelas dan terputus-putus” (Wawancara, 6 Oktober
2020).
Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam ada yang cepat,
ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor inteligensi
mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
c. Fasilitas
Penerapan metode dalam kegiatan pembelajaran PAI
ditentukan juga dengan ketersediaan fasilitas. Guru tidak hanya
61
berkonsentrasi untuk menyajikan materi pelajaran dengan metode
materi pelajaran PAI saja, namun guru juga memikirkan dan
menyiapkan penguasaan metode yang lain seperti teknik tanya jawab
dan lain sebagainya yang bisa membantu guru saat mengajar secara
daring, namun juga menyiapkan fasilitas pendukungnya.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas VIII A, berikut petikan wawancaranya: “Fasilitas yang
ada masih terbatas dari perangkat keras dan lunaknya seperti wifi area,
kuata internet, tutorial daring dan laptop (Wawancara, 6 Oktober
2020).”
Berdasarkan pembicaraan tersebut maka guru harus memiliki
fasilitas yang lengkap agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu dengan menguasai teknik-teknik penyajian
atau disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar
adalah strategi pengajar sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
3. Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Daring di
SMP Negeri 9 Batanghari
Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring
di SMP Negeri 9 Batanghari adalah:
a. Penguasaan Materi dan Metode Pembelajaran
Guru yang baik akan meningkatkan kemampuan mengajarnya
agar lebih profesional, menekuni kewajibannya dengan penuh loyal
dan konsisten. Mereka tidak menganggap pekerjaan guru sebagai
sambilan atau sementara, apabila ada pekerjaan yang lebih tinggi
gajinya, maka statusnya sebagai guru akan ditinggalkan, sedangkan
anak didiknya dibiarkan terlantar. Guru harus memahami dengan baik
bidang keguruan yang ditekuninya. Penguasaan bidang layanan dalam
bidang keguruan berarti kemampuan merancang dan melaksanakan
62
kegiatan pembelajaran dan memahami taktik dan prosedur yang baik
dalam evaluasi sekaligus mencapai sasaran dan pencapaian tujuan-
tujuan yang berkaitan dengan bidang studi yang diajarkan.
Penyelenggaraan layanan keguruan merupakan perwujudan
nyata bagi pencapaian tujuan utuh pendidikan. Ini berarti seorang guru
yang profesional memahami apa yang diajarkannya dan tidak kalah
pentingnya menyadari benar mengapa mereka menempatkan pilihan
terhadap sesuatu kegiatan pembelajaran. Dengan perkataan lain, dia
telah memperhitungkan kemungkinan dampak jangka panjang dari
keputusan dan tindakannya, yang mana setiap tindakan tersebut
berlandaskan pendidikan, sebagai perwujudan dari ketanggapan yang
beralaskan kearifan dan kearifan seorang guru akan lebih nampak jika
guru tersebut mengembangkan kinerjanya sebagai petugas pelayanan
ahli.
Hasil wawancara dengan sisi daring kepala sekolah, tentang
pengalaman guru dalam mengajar dijelaskan sebagai berikut: Saya
nilai guru yang mengajar pada mata pelajaran PAI cukup
berpengalaman dalam mengajar, hanya saja untuk metode daring perlu
ditingkatkan dan saat ini tidak efektif secara keseluruhan (Observasi, 7
Oktober 2020).
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas VIII A, berikut petikan wawancaranya: Untuk
meningkatkan pengalaman mengajar, maka pihak SMP Negeri 9
Batanghari telah mengupayakan peningkatan profesionalitas guru
diantaranya mengikutsertakan guru dalam pertemuan ilmiah dan
mengikutsertakan guru dalam pertemuan organisasi profesi pendidikan.
Saya telah mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah ini pada tahun 2020
ini (Wawancara, 7 Oktober 2020).
Di dalam berbagai proses tersebut sudah selayaknya kepala
SMP Negeri 9 Batanghari melakukan upaya secara terus-menerus
untuk meningkatkan kinerja guru di SMP Negeri 9 Batanghari melalui
63
peningkatan profesionalitas guru. Kondisi ini akan mempermudah
upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap mata pelajaran di
SMP Negeri 9 Batanghari, termasuk pada mata pelajaran PAI.
b. Efektivitas Fasilitas
Pihak sekolah jika menghendaki hasil yang baik dari
pendidikan anak-anak didiknya, perlulah ada kerja sama atau hubungan
yang erat antara sekolah dan keluarga atau orang tua. Hal ini
disebabkan perbedaan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan
sekolah, baik mengenai suasananya maupun tanggung jawabnya.
Tetapi, di samping perbedaan-perbedaan itu, jangan dilupakan pula
persamaannya, keluarga dan sekolah sama-sama mendidik anak-anak,
baik jasmani maupun rohaninya, sama-sama melakukan pendidikan
keseluruhan dari anak.
Wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) kelas VIII A, berikut petikan wawancaranya: Kekurangan
fasilitas yang kami alami dalam mengajar daring pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas VIIIA yaitu kekurangan wifi
area, anggaran untuk membeli paket bagi orang tua, tidak semua orang
tua memiliki handphone android dan kecakapan pada sejumlah aplikasi
daring (Wawancara, 7 Oktober 2020).
Masih banyak kendala dalam pembelajaran dan ini
mempengaruhi efektivitas pembelajaran daring melalui classroom dan
whatsapp group.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam pemaparan masalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP Negeri 9
Batanghari diakukan belum efektif, eskipun guru sudah menyiapkan
perangkat mengajar daring sesuai kurikulum 2013 dan pandemi covid-19,
melaksanakan pembelajaran daring melalui peragkat classroom dan
whatsapp group dan sms, dengan memberika tugas-tugas harian dan
mingguan, pada tahap evaluasi dari setiap hari dalam bentuk tugas-tugas
yang dikirimkan secara berkala, namun tingkat partisipasi siswa masih
rendah.
2. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari dimana guru dan tidak bisa menggunakan metode
melalui classroom dan whatsapp group setiap saat signal dan kemampuan
finansial orang tua dalam menyediakan perangkat daringnya.
3. Efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui daring di SMP
Negeri 9 Batanghari belum tercapai kemampuan guru dan siswa tentang
melalui classroom dan whatsapp group tidak sama dan sejumlah aspek
lain yang tidak mendukung seperti sinyal dan jelek dan kedisiplinan siswa
yang tidak sama setiap waktu saat mengikuti pembelajaran daring.
B. Saran-Saran
Dalam penulisan dan penelitian ini, maka ada beberapa saran yang
dapat penulis sampaikan antara lain adalah:
1. Kepada guru PAI selalu meningkatkan penggunaan daring dalam
pembelajaran dengan memperhatikan efektivitas penerapan daring yang
digunakan, agar penerapan pembelajaran PAI menghasilkan kondisi
pembelajaran yang berhasil.
65
2. Kepada pihak sekolah (kepala sekolah) untuk selalu aktif melakukan
koordinasi dengan pihak terkait kualitas pembelajaran daring.
3. Kepada siswa untuk selalu belajar dengan baik melalui daring meskipun
dengan keterbatasan fasilitas dan biaya.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah (skripsi).
Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dan menyelesaikan karya ilmiah
(skripsi) ini. Hanya do’alah yang dapat penulis kirimkan kehadiran semoga
segala pengorbanan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
Dengan harapan bahwa semua pihak dapat memberikan sumbang saran
demi untuk kesempurnaan penulisan dan isi dari skripsi ini, semoga Allah
selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepala kita semua Amin
Yarobbal’alamin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Jambi, 8 Oktober 2020
Penulis
M. AZRI ZIAD
NIM: 201172305
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, Jakarta: Departemen Agama RI, 2013.
_______, Undang-Undang Sisdiknas 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2019.
_______, Surat Edaran Nomor 15 Tahun 202020 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Jakarta: Kemendibud
RI, 2020.
_______, Panduan Pembelajaran Daring bagi Mahasiswa dengan Disabilitas
Fisik. Jakarta: Kemendikbud, 2020.
_______, SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di
Masa Pandemi Covid-19 Jakarta: Kemendikbud, 2020.
_______. (2011) Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education
/2108436-pengertian-efektivitas-pembelajaran/#ixzz1SnUxIg6V.
_______. Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN STS Jambi, 2018.
Aan Komariah dan Cepi Triatna. Visionary Leadersip Menuju Sekolah Efektif,
Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
AS Sadiman, Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitan Sosial dan Ekonomi, Jakarta: Kencana,
2013.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
_______, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017.
67
Harun Sohar, Manajemen Sekolah: Berorientasi Standar Nasional Pendidikan
Bandung: Mujahid Press, 2017.
John W. Santrock, Educational Psychology, Terj. Diana Angelica, Jakarta:
Salemba Humanika, 2011.
Kamarga.Sistem E-Learning, Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Kartika R. Adhe., Model Pembelajaran Daring Mata Kuliah Kajian PAUD di
Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri
Surabaya, Journal of Early Childhood Care & Education Vo. 1 No. 1
Tahun 2018.
Kompri, Belajar: Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Yogyakarta: Teknologi
Akademi, 2017.
_______, Pendidikan Islam Era Kontemporer. Bandung: Alfabeta, 2019.
Laksmi Dewi, Rancangan Program Pembelajaran Daring di Perguruan Tinggi.
Jurnal Edutech Vol/ 16 No. 2 Tahun 2017.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Lynne Schrum (edit), Educational Technology for School Leader, terj. Frida
Dwiyanti Widjaya, Jakarta: Indeks, 2013.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Munir, Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2012.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Nur Habibullah, dkk., Pembinaan Profesi Guru di Indonesia, Bandung: Mujahid
Press, 2017:
Slameto. (2003) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta:
Rineka Cipta.
Starawaji. (2009) http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-
pembelajaran/, diakses, 22 Juli 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2014.
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada
Anak. Jakarta: Kencana, 2012.
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara 2008.
_______, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
69
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Judul Skripsi:
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MELALUI DARING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
NEGERI 9 KECAMATAN MARO SEBO ULU
KABUPATEN BATANGHARI
C. Pedoman Observasi
1. Observasi terhadap persiapan sekolah menghadapi pembelajaran daring.
2. Observasi terhadap pedoman pelaksanaan pembelajaran daring.
3. Observasi terhadap kesiapan guru dalam menghadapi pembelajaran daring.
4. Observasi terhadap kesiapan fasilitas dalam menghadapi pembelajaran
daring.
5. Observasi terhadap persiapan anggaran menghadapi pembelajaran daring.
6. Observasi terhadap persiapan siswa menghadapi pembelajaran daring.
7. Observasi terhadap disiplin siswa dalam pelaksanaan pembelajaran daring.
8. Observasi terhadap keaktifan pelaksanaan pembelajaran daring.
9. Observasi terhadap interaksi pembelajaran daring.
10. Observasi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran daring.
D. Pedoman Wawancara
1. Kepala sekolah
a. Bagaimana persiapan sekolah menghadapi pembelajaran daring?
b. Apakah ada pedoman pelaksanaan pembelajaran daring?
c. Bagaimana kesiapan guru dalam menghadapi pembelajaran daring?
d. Bagaimana kesiapan fasilitas dalam menghadapi pembelajaran daring?
e. Bagaimana persiapan anggaran menghadapi pembelajaran daring?
f. Bagaimana persiapan siswa menghadapi pembelajaran daring?
g. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring?
2. Guru Pendidikan Agama Islam
a. Bagaimana persiapan guru Pendidikan Agama Islam menghadapi
pembelajaran daring?
b. Bagaimana rancangan RPP dalam menghadapi pembelajaran daring?
c. Bagaimana kesiapan siswa menghadapi pembelajaran daring?
d. Bagaimana kedisiplinan siswa menghadapi pembelajaran daring?
e. Bagaimana dukungan orang tua menghadapi pembelajaran daring?
f. Bagaimana persiapan fasilitas menghadapi pembelajaran daring?
g. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam?
h. Apa saja aplikasi yang dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran daring
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
i. Bagaimana dukungan sistem jaringan dalam pelaksanaan pembelajaran
daring pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
j. Bagaimana disiplin siswa dalam pelaksanaan pembelajaran daring
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?
70
k. Bagaimana hasil pembelajaran daring pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam?
3. Siswa
a. Bagaimana persiapan siswa menghadapi pembelajaran daring?
b. Bagaimana perangkat pendukung siswa menghadapi pembelajaran
daring?
c. Bagaimana motivasi siswa dalam pembelajaran daring?
d. Apa saja kendala siswa dalam pembelajaran daring?
e. Bagaimana dukungan orang tua bagi siswa dalam pembelajaran
daring?
E. Pedoman Dokumentasi
1. Historis dan geografis.
2. Struktur organisasi.
3. Keadaan guru dan siswa.
4. Keadaan sarana dan prasarana.
71
DOKUMENTASI
72
73
74
75
76
77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : M. Azri Ziad Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Gedang, 03 Desember 1997 Agama : Islam Alamat : Simpang Rantau Gedang Kecamatan Mersam Kabupaten Batanghari Nama Orang Tua Ayah : M. Ziad Ibu : Jamilah Ab Riwayat Pendidikan Sekolah Dasar : SDN/129 Simpang Rantau Gedang Sekolah Menengah Pertama : MTS NURUL IMAN Mersam Sekolah Menengah Atas : MAS AL – ANWAR Petanang Perguruan Tinggi : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2017 - 2021