skripsi - repository.metrouniv.ac.idrepository.metrouniv.ac.id/id/eprint/795/1/skripsi... ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
LEGALITAS AKTA IKRAR WAKAF (Studi Kasus di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh:
RETNO FITRI ASTIA
NPM. 13101853
Jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah (AS)
Fakultas Syariah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
ii
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
LEGALITAS AKTA IKRAR WAKAF (Studi Kasus di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
RETNO FITRI ASTIA
NPM. 13101853
Pembimbing I : Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag
Pembimbing II : Elfa Murdiana, M.Hum
Jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah (AS)
Fakultas Syariah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H / 2019 M
iii
iv
v
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
LEGALITAS AKTA IKRAR WAKAF
(Studi Kasus di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah)
Oleh:
RETNO FITRI ASTIA
NPM. 13101853
Wakaf merupakan salah satu kegiatan prasarana yang diberikan oleh pihak
yang mewakafkan (wakif) untuk menambah kegiatan aktivitas masyarakat di suatu
daerah tertentu guna meningkatkan taraf perekonomian di daerah tersebut.
Masalah yang sering timbul dalam sistem perwakafan di Indonesia adalah masih
banyaknya harta wakaf yang belum dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat. Hal ini banyak disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat
akan Legalitas Akta Ikrar Wakaf. Maka dari itu setiap wakif wajib mendaftarkan
harta wakafnya sesuai dengan aturan tertentu sebagai pengamanan harta wakaf
tersebut dari masalah sengketa dan agar wakaf tersebut dapat di kelola untuk
mensejahterakan masyarakat setempat, terutama umat Muslim.
Tujuan dilakukannya penelitian ini guna untuk meningkatkan stabilitas
perwakafan yang seharusnya bisa menjadi pendongkrak perekonomian negara.
jEnis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sedangkan sifat penelitiannya
bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder,
kemudian data yang telah dikumpulkan di analisis secara kualitatif dan ditarik
kesimpulan secara induktif.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mengenai
persepsi masyarakat terhadap legalitas akta ikrar wakaf dapat diketahui sebagian
besar di antara ke 12 narasumber tidak mengetahui apa itu legalitas akta ikrar
wakaf. Alasan dari faktor ketidaktahuan mereka terhadap legalitas akta ikrar
wakaf tersebut dikarenakan oleh 2 faktor inti yaitu, faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi psikologis (motivasi, persepsi, sikap, dan keyakinan)
yang timbul dari dalam diri masyarakat untuk mengungkapkan persepsi mereka
terhadap legalitas akta ikrar wakaf, dan pribadi yaitu untuk melengkapi asumsi
mereka dalam mengungkapkan pemahaman mereka terhadap legalitas akta ikrar
wakaf tersebut. Hal ini yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang legalitas
akta ikrar wakaf. Sedangkan faktor eksternal yang meliputi layanan yang
diberikan oleh pemerintah tidak maksimal serta berkelit dalam pemberlakuan
aturan untuk mendaftarkan tanah wakaf, pengetahuan dikarenakan minimnya
fasilitas pendidikan yang ada di Desa Rama Nirwana dan juga minimnya
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah menjadikan pemahaman
masyarakat terhadap legalitas akta ikrar wakaf menjadi kurang dan juga
lingkungan yang dimana masih banyak di antara masyarakat Desa Rama Nirwana
yang terpaku pada adat/kebiasaan mereka dalam mempraktikan wakaf tidak
berdasarkan Undang-undang yang berlaku.
vi
vii
MOTTO
Artinya: kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan
apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S.
Ali-Imran: 92)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,
2005), h. 49
viii
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati dan rasa syukur kepada Allah SWT, peneliti
persembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayahanda Agus Sucahyo dan Ibunda Puji Astuti yang senantiasa berdo’a,
memberikan kesejukan hati, dan memberikan dorongan demi keberhasilan
peneliti. .
2. Adik tercinta Riki Primastiyo dan Maya Puspita Sari yang senantiasa
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Almamater IAIN Metro.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah
dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah (AS) Fakultas Syariah
IAIN Metro guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, Rektor IAIN Metro,
2. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph.D, Dekan Fakultas Syariah
3. Ibu Nurhidayati, S.Ag.,MH, Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakshiyyah (AS) IAIN
Metro
4. Ibu Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag, Pembimbing I pada penelitian ini, yang
telah memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.
5. Ibu Elfa Murdiana, M.Hum, Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.
6. Kepala Desa dan segenap warga Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten Lampung Tengah yang telah memberikan sarana dan
prasarana kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
x
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga skripsi ini kiranya dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum.
Metro, Januari 2019
Penulis,
Retno Fitri Astia
NPM. 13101853
xi
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6
D. Penelitian Relevan .................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 8
A. Teori Persepsi Masyarakat ....................................................... 8
1. Pengertian Persepsi dan Proses Pembentukan Persepsi ..... 8
2. Pengertian Masyarakat ....................................................... 10
3. Persepsi Masyarakat ........................................................... 12
B. Dasar Legalitas Pembuatan Akta Ikrar Wakaf ......................... 13
1. Ayat Al-Qur’an .................................................................. 13
2. Hadis ............................................................................... 14
3. Dasar Hukum Legalitas Menurut Hukum Positif ............. 16
C. Ikrar Wakaf .............................................................................. 17
1. Pengertian Ikrar Wakaf ...................................................... 17
2. Syarat Ikrar Wakaf ............................................................. 17
3. Asas-asas Dasar Ikrar Wakaf ............................................ 18
xii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 23
A. Jenis dan Sifat Penelitian .......................................................... 23
B. Sumber Data ............................................................................. 24
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
D. Teknik Analisa Data ................................................................. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 29
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 29
1. Sejarah Desa Rama Nirwana .............................................. 29
2. Kondisi Wilayah Keadaan Umum Desa Rama Nirwana. ... 32
3. Perangkat Pemerintahan Desa Rama Nirwana ................... 33
B. Persepsi Masyarakat Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah Tentang
Legalitas Akta Ikrar Wakaf. ..................................................... 35
C. Akta Ikrar Wakaf yang Dilaksanakan Masyarakat Desa
Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabapaten
Lampung Tengah Dalam Perspektif UU Perwakafan .............. 47
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 55
A. Kesimpulan ............................................................................... 55
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Data Kepala Desa Rama Nirwana .......................................................... 32
4.2 Jumlah Sarana Peribadatan Desa Rama Nirwana ................................... 33
4.3 Jumlah Sarana Pendidikan Desa Rama Nirwana .................................... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan
2. Outline
3. Alat Pengumpul Data
4. Surat Research
5. Surat Tugas
6. Surat Balasan Izin Research
7. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi
8. Foto-foto Penelitian
9. Surat Keterangan Bebas Pustaka
10. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut syariat Islam wakaf adalah menahan suatu barang yang bisa
di manfaatkan dimana barang asalnya tetap bertahan, manfaat berupa jenis-
jenis ibadah tertentu yang dimaksud untuk mencari ridho Allah SWT.1 Selain
dari itu, Islam mendorong pendayagunaan wakaf dalam rangka peningkatan
kesejahteraan umat. Dalam bentuk penahanan harta atas milik orang yang
berwakaf manfaatnya untuk tujuan kebaikan pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. Rumusan tersebut adalah menyangkut filosofis
pensyariatan wakaf yang bertujuan untuk memberikan alternatif kehidupan
sosial yang lebih baik kepada mauquf ‘alaih (penerima wakaf).
Perwakafan tanah yang dibahas dalam uraian hal ini adalah perbuatan
hukum suci, mulia dan terpuji, yang dilakukan oleh seseorang dengan
memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah hak milik
dan melembagakannya untuk selama-lamanya menjadi tanah wakaf sosial,
yaitu wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan peribadatan atau keperluan
umum lainnya, sesuai dengan ajaran islam.2 Selain dari itu wakaf juga
merupakan bagian dari salah satu kegiatan prasarana yang diberikan oleh
pihak yang mewakafkan (wakif) untuk menambah kegiatan aktivitas
1 Samingan, Persepsi Tokoh Maysrakat DesaTirtamulya Kecamatan Air Sugihan
Kabuoaten Ogan Komering Ilir Tentang Status Tanah Wakaf Yang Tidak Tercatat Oleh PPAIW,
Skripsi tahun 2017 (Dipublikasikan), Palembang: UIN Raden Fatah Palembang, h.12. 2 Ibid., h.12.
2
masyarakat di suatu daerah tertentu guna meningkatkan taraf perekonomian di
daerah tersebut, bila ditinjau dari persepektif ekonomi. Hal tersebut serupa
dengan pernyataan dari UUD 41 tahun 2004 tentang wakaf, yang
mendefinisikan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah.3 Hal tersebut tidak jauh berbeda dari persepektif wakaf yang ditinjau
dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, bahwa pengertian Wakaf ialah seseorang yang
menafkahkan harta benda yang dicintainya untuk beribadah semata-mata dan
mencari Ridho Allah SWT berupa pahala dan syurga-Nya dengan cara
memberikannya kepada pihak tertentu, baik untuk selamanya atau dengan
batas waktu tertentu untuk dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas
pada umumnya.4
Data Badan Wakaf Indonesia sendiri memperlihatkan bahwa Indonesia
sangat berpotensi dalam perihal perwakafan, baik itu yang berupa wakaf tanah
ataupun wakaf uang. Hal tersebut terbukti dari data statistika yang dilakukan
oleh Badan Wakaf Indonesia, bahwa setiap tahun-pertahun wakaf di
Indonesia selalu meningkat.5 Lampung khususnya yang memiliki data
statistika perwakafan cukup tinggi dibandingkan dengan data statistika
perkwakafan daerah-daerah atau kota besar lainya di Indonesia. Yang
mempunyai jumlah wakaf 14.591 dengan rincian 8.372 dalam status sudah
3 Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Pasal 1 ayat (1).
4 QS. Ali Imron 92
5 http//bwi.or.id
3
bersertifikat wakaf, dan 6.219 belum bersertifikat wakaf, dengan total luas
mencapai 22.990.814.00m2.6 Hal tersebut sudah menjelaskan bahwasanya
Lampung juga ikut turut andil dalam mengambil bagian dari wilayah yang
cukup besar perihal perwakafan di Indonesia.
Adapun masalah yang sering timbul dalam sistem perwakafan di
Indonesia adalah masih banyaknya harta wakaf yang belum dicatatkan di
Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Hal ini banyak disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan Legalitas Akta Ikrar Wakaf. Maka dari
itu setiap wakif wajib mendaftarkan harta wakafnya sesuai dengan aturan
tertentu sebagai pengamanan harta wakaf tersebut dari masalah sengketa. Dan
agar wakaf tersebut dapat di kelola untuk mensejahterakan masyarakat
setempat, terutama umat Muslim.
Mengingat kepentingan sosial di bidang wakaf pemerintah Indonesia
menetapkan legalitas wakaf melalui undang-undang dan peraturan
perundangan di negara Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (LN. 1960-104 TLN, 2043).
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977 Tentang
Perwakafan Tanah Milik (LNRI No. 38, 1977 TLNRI No. 3107).
6 Ibid.
4
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang
Perwakafan Tanah Milik.7
Seperti yang telah dipaparkan di atas yaitu, Undang-undang nomor 41
Tahun 2004 tentang wakaf, wakaf diharapkan dapat berkembang dan juga
wakaf dapat memperoleh dasar hukum yang kuat. Di samping itu, peraturan
ini dapat memberikan rasa aman dan melindungi para Nadzir dan peruntukan
wakaf (muakuf ‘alaih) sesuai dengan manajemen wakaf yang telah ditetapkan.
Lebih jauh dalam undang-undang ini, digantung harapan agar terjaminnya
kesinambungan dan optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan benda wakaf
sesuai dengan ekonomi syariah yang sedang dikembang saat ini. Namun
dewasa ini, kenyataan dari apa yang diterapkan oleh masyarakat akan perihal
wakaf sangat jauh berbeda dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah
pusat. Hal tersebut terbukti, berdasarkan hasil dari prasurvei yang dilakukan
oleh peneliti dari beberapa orang warga Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah yaitu, Bapak Agus selaku dari
keluarga wakif bernggapan bahwa pembuatan Akta ikrar wakaf membutuhkan
biaya yang cukup banyak, selain itu juga wakaf adalah suatu bentuk ibadah
yang langsung berhubungan dengan Allah sehingga tidak perlu dicatat, dan
juga asumsi dari warga lainnya yaitu Bapak Suliono yang menganggap bahwa
7 Departemen Agama, 2006, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta: Departemen
Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, hlm. 76.
5
mendaftarkan tanah wakaf membutuhkan waktu yang lama, sangat rumit dan
tidak ada penegasan atau pengarahan dari pihak yang berwenang.8
Selain dari itu peneliti juga meyakini bahwa masih ada banyak alasan
lainya yang dimiliki oleh masyarakat desa Rama Nirwana lainya yang
menyebabkan ketidaktahuan mereka akan peraturan Undang-undang yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain iti, untuk mengetahui pemikiran apa
saja yang diketahui oleh masyarakat Desa Rama Nirwana Seputih Raman
Lampung Tengah tentang persepsi mereka terhadap Legalitas Akta Ikrar
Wakaf, maka perlu dilakukan wawancara internal dengan wakif dan
masyarakat di Desa Rama Nirwana Seputih Raman, karena untuk mengetahui
persepsi seseorang tersebut tidak hanya dapat diukur secara langsung, maka
unsur-unsur atau faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persepsi tersebut
diangkat untuk mengetahui persepsi seseorang dalam mengetahui sesuatu.
Dari latar belakang dan di atas, peneliti tertarik untuk menunjukkan
pentingnya dilakukan penelitian ini. Maka dalam Skripsi ini peneliti
mengambil judul penelitian, “Persepsi Masyarakat Tentang Legalitas Akta
Ikrar Wakaf dalam studi kasus Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten lampung Tengah.
B. Pertanyaan Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas,
maka pertanyaan penelitiannya adalah: Bagaimana persepsi masyarakat Desa
8 Wawancara Kepada Bapak Agus dan Bapak Suliono, Warga Wakif dan warga Desa
Rama Nirwana Kabupaten Lampung Tengah, Sabtu, 9 Juni 2018.
6
Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah tentang legalitas
Akta Ikrar Wakaf?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini bertujuan:
Untuk mengetahui lebih dalam perihal persepsi masyarakat Desa Rama
Nirwana Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah tentang legalitas
Akta Ikrar Wakaf.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini untuk mengemukakan pernyataan bahwa
penelitian yang dilakukan memiliki nilai guna, baik kegunaan teoritis
maupun kegunaan praktis.
a. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan agar dapat
memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran baru dalam bidang
perwakafan, terutama dalam perihal Legalitas Akta Ikrar Wakaf itu
sendiri. Disamping itu juga dapat memberikan sumbangan pemikiran
dikalangan akademisi dan para pembaca umumnya.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah pusat untuk dapat
memperhatikan lebih dalam masyarakat daerah akan perihal
pemahaman dalam bentuk sosialisasi serta memberikan tambahan
7
pengetahuan bagi masyarakat desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah khususnya, dan
masyarakat lain pada umumnya dalam menyelesaikan permasalahan
di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai masalah
perwakafan, sehingga menjadikan mereka lebih memahami
pentingnya Legalitas Akta Ikrar Wakaf itu sendiri.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan penjelasan singkat mengenai penelitian
terdahulu (priorresearch) yang berisi tentang uraian persoalan yang akan
dikaji. Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan permasalahan
yang diangkat dalam pembahasan atau penelitian ini. Oleh karena itu, dalam
kajian ini, peneliti memaparkan skripsi terkait dengan pembahasan peneliti.
Peneliti melakukan penelusuran diperpustakaan digital dengan menemukan
beberapa skripsi yang secara umum berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
1. Akhmad Fahrudin “Wakaf Menurut UU No. 41 Tahun 2004 dalam
Perspektif Hukum Islam” Mahasiswa Jurusan Syari’ah Prodi Ahwal Al-
Syakhsiyyah, STAIN Jurai Siwo Metro Lulus Tahun 2007. Penelitian ini
memfokuskan pada perbandingan wakaf dalam wacana UU No. 41 Tahun
2004 dengan Hukum Islam. Kesimpulannya yaitu subjek hukum wakaf,
objek wakaf dan prosedur hukum wakaf tidaklah bertentangan dengan
kondisi wakaf pada saat ini .Dimana wakaf saat ini lebih menekankan pada
peranan keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat untuk mengelola
8
secara efektif dan efisien. Tujuan akhirnya untuk kepentingan ibadah dan
memajukan kesejahteraan umum yang tidak bertentangan dengan syariah.9
2. Zelania “ Problematika Tanah Wakaf yang Tidaak Memiliki Akta Ikrar
Wakaf (Studi Di Desa Kotaway Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan)” Mahasiswa Fakultas Syari’ah Jurusan
Ahwal Al-Syakhsiyyah, IAIN Metro Lulus Tahun 2017. Penelitian ini
memfokuskan pada problematika tanah wakaf yang tidak memiliki Akta
Ikrar Wakaf yang terjadi di Desa Kotaway Kecamatan Buay Pemaca
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan adalah penjualan pada sebagaian
tanah wakaf dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan pribadi.Dua
problematika diatas terjadi karena tidak adanya akta ikrar wakaf sehingga
tidak adanya kekuatan hukum terhadap tanah wakaf tersebut.10
3. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Saputra (13112159), mahasiswa
Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (HESy) Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Metro, 2017 dengan judul “Penarikan Kembali Tanah
Wakaf (Studi Kasus di Kampung Menanga Siamang Kecamatan Banjit
Kabupaten Way Kanan)”. Adapun berdasarkan hasil penelitian, penarikan
tanah wakaf tidak dapat dilakukan meskipun tidak ada bukti tertulis dalam
penyerahan wakaf. Hal itu dikarenakan wakaf adalah menyedekahkan
manfaat suatu benda untuk kebajikan. Maka apabila wakif wafat, harta
yang sudah diwakafkan tersebut tidak dapat diwariskan kepada ahli
9 Akhmad Fahrudin, Wakaf Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 dalam
Perspektif Hukum Islam, (Metro: STAIN Metro, 2007) Skripsi tidak dipublikasikan 10
Zelania, Problematika Tanah Wakaf yang Tidaak Memiliki Akta Ikrar Wakaf (Studi Di
Desa Kotaway Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan),(Metro: STAIN
Metro, 2017), Skripsi tidak dipublikasikan.
9
warisnya. Dan sebaiknya disalurkan kepada mauquf ‘alaih dan apabila
wakif melarang, maka qadhi berhak untuk memaksanya. Sementara
ditinjau dari perundang-undangan di Indonesia, penarikan tanah wakaf
tidak dapat pula untuk dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada pasal 40 yang
isinya “harta benda yang sudah diwakafkan dilarang untuk dijadikan
jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar dan dialihkan
dalam bentuk pengalihan hak lainnya.11
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu terdapat persamaan dan
perbedaan dengan peneliti yaitu sama-sama mengkaji tentang pengelolaan
tanah wakaf, sedangkan perbedaannya yaitu lebih mengkaji ke persepsi
masyarakat tentang legalitas akta ikrar wakaf di desa Rama Nirwana
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
11
Heri Saputra, Penarikan Kembali Tanah Wakaf (Studi Kasus di Kampung Menanga
Siamang Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan), (Metro: STAIN Metro, 2017), Skripsi tidak
dipublikasikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Persepsi Masyarakat
1. Pengertian Persepsi dan Proses Pembentukan Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu,
yang kemudian diinterpretasikan. Persepsi berlangsung saat seseorang
menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ
bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalamnya terjadi proses
berfikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman.
Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi.1
Selanjutnya William J. Stanton dalam bukunya Sarlito W. Sarwono
mendefinisikan persepsi “sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan
pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima
melalui lima indera”. Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual
atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu.
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda, oleh karena
itu persepsi memiliki sifat subjektif, yang dimana persepsi dibentuk oleh
seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan dan sekitarnya.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah
sebuah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Dimana proses
1 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 86.
2 Ibid.
11
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.3 Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.4William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar
data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita,
serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) kita
(diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki).5
2. Macam-macam Persepsi
Ada macam-macam persepsi, yaitu:
a. Eksternal Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsangan yang datang dari luar individu.
b. Self-perception atau yang biasa disebut Internal Perception, yaitu
persepsi yang terjadi karena adanya ransangan yang berasal dari dalam
diri individu, dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.6
3. Proses terjadinya Persepsi
Persepsi melewati tiga proses, yaitu:
a. Proses Fisik: objek-stimulus-reseptor (alat indera),
b. Proses Fisiologis: stimulus-sarap sensoris-otak,
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat
Bahasa, Cetakan Keempat Edisi 2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 759. 4 Jalaludin Rahmat, Psiokolog Komunikasi,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), h.
51. 5 Agus Sujanto, Psikologi Umum, Cetakan 17 Edisi 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.
31-40. 6 Irwanto. Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2016), h. 71-97.
12
c. Proses Psikologis: proses dalam otak sehingga individu menyadari
stimulus yang diterima.
Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik,
fisiologis, dan psikologis.7
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diasumsikan bahwa
timbulnya persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari
lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian lainnya diperoleh
dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan
pengalaman yang kita miliki). Kaitannya dengan penelitian persepsi
masyarakat tentang legalitas akta ikrar wakaf studi kasus di Desa Rama
Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah ialah
dalam persepsi masyarakat terhadap sesuatu tersebut tidak dapat diketahui
atau diukur secara langsung (spekulasi), harus menggunakan penelitian/
pengkajian secara langsung guna untuk mengungkap persepsi masyarakat
terhadap sesuatu.
4. Pengertian Masyarakat
Masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarak, yang
memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sesitem semi
tertutup atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling
berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain atau disebut zoom
politicon. Masyarakat yang berarti pergaulan hidup manusia sehimpun
orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan ikatan aturan
7 Ibid.
13
tertentu, juga berarti orang, kalayak ramai. Masyarakat itu sendiri adalah
kelompok manusia yang anggotanya satu sama lain berhubungan erat dan
memiliki hubungan timbal balik.8
Selanjutnya, menurut pengertian dari Hasan Sadily dalam
merumuskan pengertian masyarakat sebagai ”kesatuan yang selalu
berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan terjadi
proses perubahan itu.”9Sedangkan menurut Plato “masyarakat merupakan
refleksi dari manusia perorangan.” Suatu masyarakat akan mengalami
keguncangan sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu
keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat,
dan intelegensia.10
Masyarakat merupakan lapangan pergaulan antara sesama
manusia. Pada kenyataanya masyarakat juga di nilai ikut memberi
pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan perilaku manusia yang
menjadi anggota masyarakat tersebut. Atas dasar pertimbangan ini, maka
pemikiran tentang masyarakat mengacu pada penilaian bahwa:
a. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan
dari berbagai aspek seperti latar belakang budaya, agama, tradisi,
kawasan lingkungan dan lain-lain.
8 Rusli, Persepsi Masyarakat Muslim Pasir Pengaraian Tentang Kewajiban Menunaikan
Zakat Melalui Badan Amil Zakat di Kabupaten Rohan Hulu, Tesis Tahun 2013(Dipublikasikan),
(Riau: UIN Sultan syrif Kasim), h. 30 9 Ibid.
10 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), h. 29.
14
b. Masyarakat terbentuk dalam keragaman adalah sebagai ketentuan dari
Allah, agar dalam kehidupan terjadi dinamika kehidupan social, dalam
interaksi antar sesame manusia yang menjadi warganya.
c. Setiap masyarakat memiliki identitas sendiri yang secara prinsip
berbeda satu sama lain.
d. Masyarakat merupakan lingkungan yang dapat memberi pengaruh
pada pengembangan potensi individu.11
5. Persepsi Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.12
Selanjutnya, persepsi
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk membeda-bedakan,
mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu, yang kemudian
diinterpretasikan.13
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan.14
Sedangkan masyarakat itu sendiri merupakan
kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti
latar belakang budaya, agama, tradisi, kawasan lingkungan dan lain-lain.15
Dengan demikian dapat disimpulkan dari paparan teoritis di atas
bahwa persepsi masyarakat merupakan sebuah pola fikir manusia yang
11
H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2002), h. 86-87. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),. h. 759 13
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,. h. 86. 14
Jalaludin Rahmat, Psiokolog Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996),
h. 51. 15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),. h. 635
15
dihasilkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu lingkungan, tradisi,
agama dan lain-lain yang kemudian menghasilkan sebuah ide/gagasan
dalam sebuah pemikiran seseorang. Adapun kaitannya dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti tentang “persepsi masyarakat tentang
legalitas akta ikrar wakaf studi kasus di Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah ialah dalam persepsi
masyarakat terhadap sesuatu tersebut tidak dapat diketahui atau diukur
secara langsung (spekulasi), harus menggunakan penelitian/ pengkajian
secara langsung guna untuk mengungkap persepsi masyarakat terhadap
sesuatu.
B. Dasar Legalitas Pembuatan Akta Ikrar Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber
dari:
1. Ayat Al-Qur’an,
Secara umum tidak terdapat ayat Al-Qur’an yang menerangkan
konsep wakaf secara jelas. Oleh karenanya, wakaf termasuk infaq fi
sabilillah, maka dasar yang digunakan oleh para Ulama dalam
menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada keumuman ayat-ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Diantara ayat-ayat
tersebut antara lain:
16
Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya (Q.S. Ali-Imran: 92).16
2. Hadis
أصاب عمر رضي الله عنه أرضا بيب ر فأتى النب صلى الله : وعن ابن عمر قال أرضا بيب ر ل أصب يا رسول الله إني أصبت : عليه وسلم يستأمره فيها، ف قال
إن شئت حبست أصلها وتصدقت با : مال قط هو أن فس عندي منه قال ف تصدق با عمر، أنه ل ي باع أصلها، ول يورث، ول يوهب، ف تصدق با : قال
راء، وف القرب، وف الريقاب، وف سبيل الله، وابن السبيل، والضيف ل ف الفق ها بالمعروف، ويطعم صديقا ر متمويل . جناح على من ولي ها أن يأكل من غي
.سلم مت فق عليه، واللفظ لم . مال فق ثره : تصدق بأصلها: وف رواية للبخاريي .ل ي باع ول يوهب، ولكن ي ن
Artinya: “Dari Ibnu Umar RA. berkata, bahwa sahabat Umar RA
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada
Rasulullah untuk mohon petunjuk. Umar berkata: “Ya Rasulullah! Saya
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan
kepadaku? Rasulullah bersabda: “bila kau suka, kau tahan tanah itu dan
engkau shodaqohkan”. Kemudian Umar melakukan shodaqah, tidak
dijual, tidak diwarisi dan tidak juga dihibahkan. Berkata Ibnu Umar:
“Umar menyedekahkan kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak
belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang
menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan
cara yang baik dengan tidak bermaksud menumpuk harta” (Muttafaqu
‘Alaih) susunan matan tersebut menurut riwayat Muslim.
16
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012), h. 77
17
Imam al-Bukhary[w. 256 H.], Shahih al-Bukhary, (Beirut: Dar al-Qalam, 1987), bab
alsyuruth, hadis nomor 2532.
17
Dalam riwayat al-Bukhari: Beliau sedekahkan pokoknya, tidak dijual dan
tidak dihibahkan, tetapi diinfakkan hasilnya”.
Hadis tersebut menjelaskan harta wakaf tidak boleh dijual,
diwariskan, dan dihibahkan.Berarti harta wakaf tidak merupakan milik
perorangan yang bisa dipindah kepemilikannya, tetapi sudah merupakan
milik masyarakat (umum). Karena bukan hak pribadi, maka tidak ada yang
dapat melakukan pemindahan kepemilikan terhadap harta wakaf tersebut,
baik dengan cara menjual, mewariskan atau memberikan kepada orang
lain.18
Dengan arti harta wakaf tersebut tidak dapat dialihkan
kepemilikannya oleh pengelola. Meskipun pendapat Abu Hanifah boleh
menjual harta wakaf, Namun, Abu Yusuf menyatakan bahwa Abu Hanifah
berpendapat seperti itu, kaarena ia tidak menemukan hadis ini. Seandainya
hadis ini sampai kepada Abu Hanifah, pasti pendapatnya tidak seperti
itu.19
Dapat dipahami bahwa hasil harta wakaf harus dimanfaatkan untuk
keperluan sosial, bukan untuk kepentingan pengelolaan sendiri. Pengelola
hanya boleh mengambil hasil tanah wakaf untuk sekedar makan secara
ma’ruf.20
Berdasarkan pernyataan di atas berikut dasar hukum dari wakaf itu
sendiri, dapat diasumsikan bahwa wakaf adalah pemberian benda yang
tahan lama kepada penerima wakaf untuk kepentingan sosial, yang hanya
dapat diambil manfaatnya. Dan wakaf juga tidak boleh dijual, diwariskan,
maupun dihibahkan.
18
Enizar, Hadis Ahkam, Cet. 1, (Metro: STAIN Press, 2006), h. 171. 19
Ibid, h. 172. 20
Ibid
18
3. Dasar Hukum Legalitas Menurut Hukum Positif
Sejak dahulu, praktik wakaf telah ada sejak zaman kerajaan Islam
dan telah menjadi kekuatan sosial politiknya pada saat itu. Saat ini, salah
satu faktor penting yang ikut mewarnai corak dan perkembangan wakaf di
Indonesia adalah ketika negara ikut mengatur kebijakan wakaf melalui
seperangkat peraturan yang menjadi landasan hukum positif di Indonesia,
dalam hukum positif Indonesia dasar legalitas Akta Ikrar Wakaf dapat di
lihat dari beberapa peraturan di bawah ini:
a. Dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
b. Kompilasi Hukum Islam
c. PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Undang-undang No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf.
Secara Undang-undang, peraturan pemerintah maupun kompilasi
hukum islam dijelaskan bahwa Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya
disingkat AIW adalah bukti pernyataan kehendak Wakif untuk
mewakafkan harta benda miliknya guna dikelola Nazhir sesuai dengan
peruntukan harta benda wakaf yang dituangkan dalam bentuk akta.21
Ikrar
wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi,22
dan juga dinyatakan secara lisan
21
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 22
Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 17 ayat 1
19
dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. 23
,
yang mana Isi dan bentuk Ikrar Wakaf ditetapkan oleh Menteri Agama.24
C. Ikrar Wakaf
1. Pengertian Ikrar Wakaf
Shigat adalah serah terima yang dilakukan oleh wakif kepada
nadzir untuk menyatakan kehendaknya, pernyataan tersebut dapat
dilakukan dengan lisan, tulisan atau isyarat. Lisan dan tulisan dapat
dipergunakan oleh siapapun sedangkan isyarat hanya dapat dilakukan oleh
seseorang dalam kondisi tertentu saja25
Pernyataan atau ikrar wakaf ini harus dinyatakan secara tegas baik
lisan maupun tertulis, dengan redaksi "aku mewakafkan" atau "aku
menahan" atau kalimat yang semakna lainnya. Ikrar ini penting, karena
pernyataan ikrar membawa implikasi gugurnya hak kepemilikan wakif,
dan harta wakaf menjadi milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan
untuk kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf itu sendiri. Karena
itu, konsekuensinya, harta wakaf tidak bisa dihibahkan, diperjual belikan,
atau pun diwariskan.
2. Syarat Ikrar Wakaf
Perwakafan tanpa ikrar tentunya akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya unsur perwakafan. Kalau unsur perwakafan tidak terpenuhi,
maka secara hukum otomatis perwakafan tersebut dapat dikatakan tidak
23
Ibid, Pasal 17 ayat 2 24
Kompilasi Hukum Islam Pasal 223 ayat 2 25
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan, h. 62
20
pernah ada. Untuk membuktikan adanya ikrar, adalah dengan cara
menuangkan ikrar tersebut ke dalam AIW yang dibuat oleh PPAIW.
Pembuatan AIW benda tidak bergerak wajib memenuhi
persyaratan dengan menyerahkan sertifikat hak atas tanah atau sertifikat
satuan rumah susun yang bersangkutan atau tanda bukti pemilikan tanah
lainnya.26
Dimana dalam pembuatan Akta ikrar Wakaf harus memenuhi
syarat sebagai berikut:27
a. Tanda bukti pemilikan harta benda;
b. Jika benda yang diwakafkan berupa benda tidak bergerak, maka harus
disertai surat keterangan dari Kepala Desa, yang diperkuat oleh Camat
setempat yang menerangkan pemilikan benda tidak bergerak
dimaksud;
c. Surat atau dokumen tertulis yang merupakan kelengkapan dari benda
tidak bergerak yang bersangkutan
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa syarat-syarat
ikrar wakaf merupakan dokumen-dokumen penting yang nantinya dapat
dipergunakan sebagai bukti bahwa harta benda yang diwakafkan
merupakan harta benda milik seseorang tersebut.
3. Asas-asas Dasar Ikrar Wakaf
Asas hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam
pembentukan peraturan hukum. Oleh karena itu, peneliti akan
26
PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf. 27
Ibid., Pasal 223 ayat 4.
21
menguraikan sedikit pembahasan yang berkaitan dengan masalah ini
dengan harapan dapat mendekatkan pemahaman kita tentang asas-asas
hukum. Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang
abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan
pelaksanaan hukum. Dalam bahasa Inggris, kata " asas " diformatkan
sebagai " principle ", peraturan konkret seperti undang-undang tidak boleh
bertentangan dengan asas hukum, demikian pula dalam putusan hakim,
pelaksanaan hukum, hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat dan sistem hukum yang di pertegas oleh Dragan
Milovanovic.28
Ikrar wakaf merupakan pernyataan kehendak dari wakif untuk
mewakafkan tanah benda miliknya.29
Selanjutnya ditegaskan bahwa ikrar
wakaf tersebut harus dilaksanakan secara tertulis.Apabila waqif tidak
dapat menghadap Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, maka waqif dapat
membuat ikrar secara tertulis dengan persetujuan dari kepala Kantor
Departemen Agama yang mewilayahi tanah wakaf.
Asas-asas dasar Ikrar Wakaf meliputi:
a. UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
b. Kompilasi Hukum Islam
c. PP No. 42 Tahun 2006 Tentang Undang-undang No. 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf.
28
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Legal theory dan Teori Peradilan Judicial
Prudance, (Makasar: Kencana, 2007), h. 14. 29
Pasal 215, Kompilasi Hukum Islam.
22
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa asas-asas dasar
ikrar wakaf sudah ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah maupun
dalam Kompilasi Hukum Islam.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). penelitian lapangan adalah suatu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian, suatu tempat
yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki segala objek yang ada dan
terjadi di lokasi tersebut, yang dilakukan juga untuk menyusun laporan
ilmiah.1
Berdasarkan penjalasan di atas, penelitian lapangan merupakan
penelitian yang dilakukan pada suatu lokasi tertentu dan dalam hal ini
penelitian dilakukan di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah bersama dengan narasumber yaitu Keluarga
Wakif dan Masyarakat sekitar tempat tanah wakaf tersebut.
2. Sifat Penelitian
Berdasarkan gambaran di atas, maka penelitian ini ialah bersifat
deskriptif. Menurut Sumadi Suryabrata, bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksud untuk membuat pecandraan (deskriptif) secara
sistematis, struktural dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
1Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusun Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), hlm. 96.
24
populasi daerah tertentu.2 Dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.3
Jadi penelitian ini menjelaskan/menggambarkan keseluruhan secara
objektif dari objek yang diteliti, dengan cara memberikan pertanyaan
kepada responden (keluargawakifdanmasyarakatsekitar) secara lebih rinci
dan jelas sebagai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga
mendapatkan data-data yang diperlukan oleh peneliti mengenai “Persepsi
Masyarakat tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf di Desa Rama Nirwana
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.”
B. Sumber Data
Dalam buku metode penelitian kualitatif Lexy J. Moleong sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan (data primer),
selebihnya adalah data tambahan dan lain-lain (data sekunder).4 Jadi pada
penelitian ini akan menggunakan sumber data primer dan sumber data
sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sumber data yang peneliti peroleh dilapangan yakni berasal dari
narasumber dan informan. Adapun yang menjadi narasumber dan
informan dalam penelitian ini adalah keluarga wakif, nazir, masyarakat,
2Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Ed.II, (Jakarta: Grafindo Persada, 2013), hlm. 75
3Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 6. 4Ibid., hlm. 157
25
dan pejabat Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah tersebut.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah subyek yang memberikan informasi
atau data penelitian yang dibutuhkan melalui bahan bacaan. Sumber-
sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi,
kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi
dari berbagai instansi pemerintah.5Sumber data sekunder ini merupakan
bahan-bahan atau data yang menjadi pelengkap atau penunjang dari
sumber data primer.6
Sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari buku-
buku yang membahas tentang wakaf dan data-data berupa surat-surat
tentang wakaf.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknikpengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Apabila
tidak mengetahui teknik pengumpulan data maka penelitian yang dilakukan
tidak akan mendapatkan data yang sesuai. Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data berupa wawancaradan dokumentasi
terhadap Keluarga Wakif serta masyarakat Desa Rama Nirwana Kecamatan
5S. Nasution, Metode Research Penelitiian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
143. 6Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 32.
26
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Disini peneliti menggunakan
dua teknik pengumpulan data yakni wawancara dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data melalui proses tanya jawab
lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban yang diberikan oleh yang diwawancarai.
wawancara di.7Jenis wawancara terdiri dari:
a. Wawancara bebas (wawancara tak terpimpin)
b. Wawancara terpimpin
c. Wawancara bebas terpimpin.8
Sedangkan di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan emtode
wawancara bebas terpimpin yaitu dengan melakukan wawancara bebas
namun tetap memiliki pedoman secara khusus dengan hal-hal pokok yang
dapat ditanyakan terkait permasalahan tentang wakaf dan wawancara ini
dilakukan kepada keluarga wakif, nazir, masyarakat, dan pejabat Desa
Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
tersebut.
2. Dokumentasi
Metode selanjutnya adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data denganmempelajari catatan-catatan mengenai
data responden. Observasi di lapangan digunakan untuk melihat berbagai
7Ibid., hlm. 105.
8Cholid Narbuko dan Abu Achamadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hlm. 83.
27
kejadian yang relevan dengan fenomena penelitian.9 Dokumentasi dalam
penelitian ini yaitu bahan-bahan tertulis yang berkenaan dengan
permasalahan yang sedang diteliti tentangwakaf yang ada di Desa Rama
Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
D. Teknik Analisa Data
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi menjelaskankan bahwa analisa
data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan dipahami.10
Teknis analisis data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif lapangan, karena data yang diperoleh merupakan
keterangan-keterangan dalam bentuk uraian.
Analisis data di dalam penelitian kualitatif adalah proses
mensistematiskan apa yang sedang diteliti dan mengatur hasil wawancara
seperti apa yang dilakukan dan dipahami dan agar supaya peneliti bisa
menyajikan apa yang didapatkan pada orang lain.11
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka bentuk penerapan analisis
data di dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah
mengumpulkan data yang lazim, yaitu melalui studi pustaka dan studi
lapangan. Studi pustaka (berbeda dengan tinjauan pustaka) dengan cara
mengkaji sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan
perundang-undang dan diploma/serifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan
9Suraya Murcitaningrum, Metodologi Penilitian Ekonomi Islam, Cet. II, (Bandar
Lampung: Ta’lim Press, 2013), hlm. 42. 10
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES,
1987), hlm.263. 11
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Malika
Press, 2010), hlm. 355.
28
sumber primer maupun sumber sekunder, sehingga data yang diperoleh juga
dapat bersifat primer atau sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan
terkait dengan situasi alamiah. Peneliti mengumpulkan data dengan cara
bersentuhan langsung dengan lapangan, misalnya mengamati atau observasi,
wawancara mendalam, diskusi kelompok atau terlibat langsung dalam
penilaian.
Selanjutnya teknik analisis dan interpretasi dalam penelitian kualitatif
yang tidak berhubungan langsung dengan angka biasanya biasanya berbentuk
verbal (narasi, deskripsi, atau cerita) dan seringkali berbentuk visual (foto atau
gambar).
Kemudian untuk menganalisis data, peneliti ini menggunakan cara
berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang
khusus dan konkret, peristiwa konkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa
yang khusus dan konkret tersebut ditarik secara generalisasi yang mempunyai
sifat umum.12
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka cara untuk menerapkan
pemikiran induktif tersebut adalah peneliti melakukan proses penalaran yang
bermula dari khusus (pengamatan, ukuran, data) menuju ke yang umum
(aturan, hukum, teori-teori) dengan memperhatikan unsur fakta-fakta yang
terjadi dilapangan setelah dilakukan pengamatan. Dalam hal ini bentuk
penalaran yang dilakukan oleh peneliti didapatkan dari pengamatan kejadian
saat itu dan juga data yang sebenar-benarnya terjadi di lapangan.
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
1984), hlm. 42.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah
Desa Rama Nirwana terletak di dalam wilayah Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang merupakan
satu dari 14 Desa yang ada di wilayah kecamatan Seputih Raman.
Terletak di sebelah Timur pusat kecamatan dengan jarak 3.5 Km dan
mempunyai luas wilayah 1025 Hektar.1
Desa Rama Nirwana, pertama kali di buka pada Tahun 1958.
penduduknya di datangkan dari pulau Jawa dan Bali dengan status
Transmigrasi Umum dan Spontan, dengan jumlah penduduk pada waktu
itu adalah:
a. Transmigrasi Umum sebanyak 315 KK.
b. Transmigrasi Spontan sebanyak 63 KK.
c. Total 378 KK dengan jumlah jiwa 973 jiwa.2
Desa ini diberi nama “Rama Nirwana“ tentu bukanlah sekedar
nama belakang dengan tanpa makna, namun ada makna filosofi yang
terkandung dibalik nama tersebut, “RAMA NIRWANA“ Berasal dari dua
kata : Rama dan Nirwana, Rama artinya Romo/ Orang Tua/ yang
1 Profil Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah
2 Ibid.
30
dituakan/ sesepuh/ Panutan/ Yang dijunjung. sedang Nirwana mempunyai
arti Surga. Adapula yang mengartikan Nirwana itu adalah Tempat Yang
Baik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kata “ Rama
Nirwana berarti Orang tua/ seseorang yang menjadi panutan semuan
orang yang berprilaku bijaksana yang mampu membawa perubahan ke
masa depan yang lebih baik menuju kesempurnaan manusia dalam
pembangunan sesuai dengan Pancasila. Masa Pemerintahan Desa Rama
Nirwana di mulai sejak tahun 1958 dengan sistem pemerintahan di pimpin
oleh Jawatan Transmigrasi yang dibantu oleh kepala Rombongan
Transmigrasi. Setelah Desa Rama Nirwana Resmi menjadi Desa
Definitief maka pada tanggal 12 Mei 1960 diadakanlah Pemiliham Kepala
Desa Pertama yang dilaksanakan di Desa Rama Nirwana ini. waktu itu
ada 4 calon yang akan dipilih, Pemilihan di saksikan langsung oleh
Asisten Wedana ISAMOE yang menghasilkan calon terpilih yaitu Wayan
Sumantri. sejak saat itu Desa Rama Nirwana menjadi Desa Definitief
yang Kepala Desanya selalu dipilih langsung oleh masyarakatnya.3
Berikut ini Nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di
Desa Rama Nirwana hingga sekarang:4
3 Ibid.
4 Ibid.
31
Tabel 4.1.
Data Kepala Desa Rama Nirwana
No Nama Massa Bhakti Alamat Ket
1 I Wayan Sumantri 1960-1967 Ds.I
2 I Made Muder 1967-1988 Ds.I
3 Karis 1988-1989 Ds.IV Pjs
4 I Ketut Mudite 1989-2003 Ds.I
5 I Made Degir 2003-2007 Ds.III Pjs
6 I Nyoman Kandra 2007-2013 Ds.III
7 I Nyoman Kandra 2013-Sekarang Ds.III
Sumber: Data Desa Rama Nirwana Seputih Raman
Tabel di atas menunjukkan bahwa nama-nama yang pernah
menjabat di bagian kepemerintahan yakni sebagai kepala desa Rama
Nirwana yakni dari tahun 1960 sampai sekarang diantaranya, pada tahun
1960 sampai 1967 dipimpin oleh bapak I Wayan Sumantri yang beralamat
di Dusun I, pada tahun 1967 sampai 1988 dipimpin oleh bapak I Made
Muder yang beralamatkan di Dusun I, pada tahun 1988 sampai 1989
dipimpin oleh bapak Karis yang beralamatkan di Dusun IV, pada tahun
1989 sampai 2003 dipimpin oleh bapak I Ketut Mudite yang
beralamatkan di Dusun I, pada tahun 2003 sampai 2007 dipimpin oleh
bapak I Made Degir yang beralamatkan di Dusun III, dan pada Tahun
2007 sampai sekarang dipimpin oleh bapak I Nyoman Kandra yang
beralamatkan di Dusun III.
32
2. Kondisi Wilayah Keadaan Umum Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
Desa Rama Nirwana berpenduduk 2746 jiwa dengan rincian Laki-
laki 1367 perempuan 1379 jiwa. Tersebar dalam 6 dusun dan 29 Rukun
tetangga, dengan rincian sbb:5
Tabel 4.2.
Jumlah Sarana Peribadatan Desa Rama Nirwana
Masjid Pura Musholla Gereja Wihara
4 15 2 1 -
Sumber: Data desa Rama Nirwana
Berdasarkan tabel di atas jumlah sarana peribadatan di Desa Rama
Nirwana Kecamatan Seputih Raman yakni Masjid yang berada di desa
tersebut berjumlah 4 dan Musholla berjumlah 2 buah sedangkan tempat
peribadatan agama lain seperti agama Hindu berjumlah 15 dan Gereja bagi
agama Kristen yakni berjumlah 1 dan Wihara bagi agama Budha tidak ada.
Tabel 4.3.
Jumlah Sarana Pendidikan Desa Rama Nirwana
SDN SLTP SLTA TPA PONPES PERTI
2 - - 1 - -
Sumber: Data desa Rama Nirwana
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat sarana pendidikan di
desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman diantaranya terdapat 2
buah SDN dan 1 TPA, berdasarkan tabel yang telah dipaparkan di atas
dapat dilihat bahwa masih kurangnya sarana pendidikan di desa tersebut
5 Ibid.
33
yang belum tersedia yakni seperti SLTA/ SMA, SLTP/ SMP, PONPES,
dan PERTI.6
Masyarakat Rama Nirwana secara Jenjang Pendidikan terdiri atas
Tamatan SD merupakan Kelompok terbanyak yang di dominasi oleh para
orang tua jumlahnya mencapai 48%. Selebihnya Tamatan SLTP 34%,
SLTA 15% dan Sarjana 3%.7
Desa Rama Nirwana mempunyai ketinggian tanah 45 meter di atas
permukaan laut, dengan kondisi permukaan tanah yang datar dan status
tanah yang berpasir, sehingga sangat memungkinkan sekali untuk
dikembangkannya lahan pertanian. Tanah yang terdapat di desa Rama
Nirwana terbagi atas 25% untuk Perumahan dan 70% persawahan, dan 5%
lainnya. Pemanfaatan tanah digunakan untuk lahan pertanian dengan
sistem irigasi yang digunakan dan teknis sekali setahun menanam padi
serta sayuran. Masyarakat Rama Nirwana terdiri atas dua macam suku
bangsa, yaitu 54% Suku Jawa dan 46% suku Bali. Dengan Islam dan
Hindu merupakan agama yang dipeluk.8
3. Perangkat Pemerintahan Desa Rama Nirwana
Desa Rama Nirwana menganut sistem kelembagaan kampung
dengan pola minimal, selengkapnya sebagai berikut:9
6 Data Pendidikan Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung
Tengah. 7 Ibid.
8 Data Penduduk Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung
Tengah. 9 Struktur Pemerintahan Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah.
34
Kepala Kampung : I NYOMAN KANDRA
Sekretaris Kampung : WICKLYF MAGENDA
Kaur Pemerintahan : ACHMAD KOMARUDIN
Kaur Pembangunan : I KETUT BUDIANA
Kaur Umum : I MADE EDI BOWO
Kaur Kesra : SUKO MARYONO
Kaur Keuangan : SUDARTO
Bendahara : I WAYAN SUDANA
Kadus I : I MADE ATNYANA
Kadus II : I MADE SUASTIKA
Kadus III : I MADE SUKARMA
Kadus IV : MURANI
Kadus V : ROHANI
Kadus VI : I MADE BAYU
B. Persepsi Masyarakat Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah Tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf.
Lembaga wakaf mengatur berbagai permasalahan perwakafan tanah
yang mana berhubungan juga dengan masalah keagamaan. Wakaf yang
disyariatkan Islam mempunyai 2 (dua) dimensi sekaligus. Pertama, dimensi
religius, bahwa wakaf merupakan anjuran agama Allah yang perlu
dipraktekkan oleh masyarakat muslim, sehingga mereka yang memberi wakaf
(wakif) mendapat pahala dari Allah karena menaatinya. Kedua, dimensi
ekonomi sosial, dimana kegiatan wakaf melalui uluran tangan sang dermawan
35
telah membantu sesamanya untuk saling bertenggang rasa sehingga dapat
menimbulkan rasa cinta kasih kepada sesama manusia.
Berwakaf juga bukan hanya memperhatikan nilai religiusnya atau
aspek keagamaannya saja tetapi harus memperhatian aspek hukumnya juga,
karena salah satu syarat dalam mewakafkan suatu benda maka harus adanya
ikrar wakaf, yang dimana ikrar wakaf itu sendiri yaitu pernyataan kehendak
Wakif yang diucapkan secara lisan dan/ atau tulisan kepada Nazhir untuk
mewakafkan harta benda miliknya.10
Secara legalitas ikrar wakaf dipertegas dalam Undang –Undang
Nomor 41 Tahun 2004 sebagai berikut :
1. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW
dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
2. Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara lisan
dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.11
Dalam hal Wakif tidak harus menyatakan ikrar wakaf secara lisan
atau tidak diharuskan hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena dengan
alasan yang dibenarkan oleh hukum, Wakif dapat menunjuk kuasanya dengan
surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.12
Untuk dapat
melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya menyerahkan surat dan/ atau
bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW .13
10
Pasal 1 ayat 3 PP No. 42 Tahun 2006. 11
Pasal 17 ayat 1-2 Undang-undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf 12
Ibid, pasal 18. 13
Ibid, pasal 19.
36
Dalam hal ini sudah dijelaskan secara tegas bahwa ikrar wakaf
dilaksanakan di depan PPAIW dan di saksikan dua orang saksi. Namun dalam
hal ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui/memahami tentang
ketentuan ikrar wakaf yang telah dijelaskan di dalam UUD tersebut, seperti
masyarakat yang ada di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
Kabupaten Lampung Tengah. Masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui ataupun tidak peduli mengenai ketentuan Undang-undang
maupun peraturan mengenai wakaf tersebut, yang dalam hal ini persepsi yang
dianut oleh masyarakat Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
masih menggunakan pemahaman secara keagamaan, adat/ budaya yang
dimana ikrar wakaf tersebut dilakukan secara lisan tanpa bukti tertulis dan
berharap tanah wakaf tersebut bermanfaat serta menjadikan tanah wakaf
tersebut sebagai amal jariyah diakhirat.
Persepsi masyarakat yang di maksud di sini ialah sebagai sebuah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, yang dimana proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indra.14
Selain dari itu persepsi juga
merupakan langkah awal bagi seseorang untuk membuat keputusan yang
kemudian menghasilkan minat seseorang dan berlanjut kepada sebuah
pemikiran (persepsi) dari berbagai macam perihal kebutuhan dalam
kehidupan. Hal tersebut seperti yang telah dikatakan oleh Mappiere Andi
dalam bukunya Psikologi Orang Dewasa bahwa minat adalah suatu perangkat
mental yang terdiri dari campuran-campuran perasaan, harapan, pendidikan,
14
Lukman Ali, et, Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI),Cetakan Pertama, Edisi
2,(Jakarta: balai Pustaka, 1995), h. 759.
37
rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang menggerakan
individu kepada suatu pilihan tertentu.15
Selain dari itu, untuk mengetahui pemikiran apa saja yang diketahui
oleh masyarakat Desa Rama Nirwana Seputih Raman Lampung Tengah
tentang pengetahuan mereka terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf, maka perlu
dilakukan wawancara internal dengan wakif dan masyarakat di Desa Rama
Nirwana Seputih Raman, karena untuk mengetahui persepsi seseorang tersebut
tidak hanya dapat diukur secara langsung, maka unsur-unsur atau faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya persepsi tersebut diangkat untuk mengetahui
persepsi seseorang dalam mengetahui sesuatu. Selain dari wawancara internal
terhadap wakif dan masyarakat sekitar Desa Seputih Raman tersebut perlu di
kaitkan dengan landasan teori yang sudah dipaparkan sebelumnya. Terdapat
dua belas orang Narasumber yang dijadikan sebagai objek penelitian termasuk
pihak dari Wakif diantaranya yaitu Bapak Agus, Eko, Yudi, Komarudin,
Harip, Yanto, Asep, Bambang, Suliono, Aris,, Suroso dan Supri. Seperti yang
telah dipaparkan pada teori sebelumnya, ada berbagai macam faktor penentu
yang mengakibatkan munculnya persepsi seseorang dalam menanggapi suatu
hal yang kemudian menghasilkan sebuah keputusan untuk menentukan
pilihannya.
Hasil dari wawancara yang telah dilakukan terhadap narasumber yang
telah dipaparkan namanya di atas, terdapat sebuah kesimpulan dan berbagai
15
Mappiere Andi, Psikologi Orang Dewasa Bagi Penyesuaian dan Pendidikan,
(Surabaya: Usana Offset Printing 1994) h. 57-74.
38
macam persepsi, adapun hasil yang di dapat dari wawancara tersebut
diantaranya ialah:
Persepsi dari bapak Agus selaku dari keluarga wakif tentang Legalitas
Akta Ikrar Wakaf itu sendiri ialah bahwa Ia mengetahui sedikit tentang apa itu
Akta Ikrar Wakaf dan juga mengetahui sedikit tentang bagaimana prosedur
perwakafan yang dimana harus dibuatkannya akta ikrar wakaf bagi tanah
wakaf yang belum memiliki akta wakaf tersebut, akan tetapi ia juga
mengatakan bahwa sejak datangnya Islam, wakaf telah dilaksanakan
berdasarkan paham yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Islam di
Indonesia, yaitu adat kebiasaan setempat. Sedanglan pola perwakafan yang
diterapkan di Desa Rama Nirwana Seputih Raman Lampung Tengah masih
menggunakan kebiasaan-kebiasaan keagamaan yang dilakukan secara lisan
atas dasar saling percaya kepada seseorang, dan karena perbuatan tersebut
merupakan sebuah perbuatan amal shaleh yang mempunyai nilai ibadah di
hadirat Allah SWT. Dengan demikian masyarakat tidak mendaftarkan tanah
wakafnya kepada petugas yang berwenang. Karena harta wakaf tersebut sudah
resmi menjadi milik Allah SWT yang siapa saja tidak akan berani
mengganggu gugat.16
Kemudian persepsi dari Bapak Eko selaku keluarga wakif lainya ialah
bahwa Ia tidak mengetahui secara keseluruhan tentang apa itu Legalitas Akta
Ikrar Wakaf karena tidak ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah atas
perihal Legalitas Akta Ikrar Wakaf tersebut dan kemudian mengatakan bahwa
16
Bapak Agus, Selaku Keluarga Wakif di Desa Rama Nirwana Wawancara, 07 Oktober
2018.
39
sistem perwakafan yang terjadi di Desa Rama Nirwana masih menggunakan
sistem kekeluargaan dengan dasar kepercayaan dan keikhlasan. Orang yang
akan mewakafkan hanya sekedar datang kepada orang yang sekiranya bisa
dipercaya dan bertanggung jawab untuk mengurusi atau mengelola tanah
wakaf tersebut, misalnya orang mewakafkan tanah untuk dijadikan tempat
pemakaman umum maka orang yang mewakafkan harus berbicara dengan
pegawai pemerintahan seperti kepala desa ataupun tokoh agama sekitar dan
menghadirkan beberapa orang saksi untuk menyaksikan perwakafan itu.
Untuk masalah boleh tidaknya perwakafan yang demikian, karena tidak sesuai
dengan prosedur perwakafan yang telah ditetapkan oleh undang-undang
mereka tidak tahu-menahu, karena selagi itu perbuatan baik, tidak ada
larangan dalam agama Islam bahkan dianjurkan, maka itu diperbolehkan.17
Sedangkan persepsi dari bapak Yudi selaku pengurus/ pengelola TPU
dan juga bagian dari masyarakat desa Rama Nirwana berpendapat bahwa Ia
mengetahui perwakafan yang ada di desa Rama Nirwana yang dimana
perwakafan tersebut dilakukan secara lisan dan tidak dihadapan PPAIW,
sehingga wakaf tersebut belum di buatkannya akta yang seharusnya setelah
perwakafan tersebut dilaksanakan maka harus segera di buatkannya Akta Ikrar
Wakaf, karena terkendalanya biaya dan proses pencatatan yang panjang dan
rumit itu membuat tanah wakaf tersebut hingga sekarang belum dibuatkannya
akta.18
17
Bapak Eko, Selaku Keluarga Wakif di Desa Rama Nirwana Wawancara, 08 Oktober
2018. 18
Bapak Yudi, Selaku Masyarakat dan Pengelola TPU Desa Rama Nirwana Wawancara,
06 Oktober 2018.
40
Sedangkan persepsi dari salah satu Kaur Pemerintahan Desa Rama
Nirwana yaitu Bapak Komarudin ialah beliau sedikit memahami apa itu
Legalitas Akta Ikrar Wakaf dan memahami dengan betul fungsi dari Legalitas
Akta Ikrar Wakaf tersebut, akan tetapi beliau kemudian menyampaikan bahwa
tanah wakaf yang tidak mempunyai akta ikrar wakaf di Desa Rama Nirwana
Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah belum sesuai dengan
tata cara perwakafan berdasarkan Undang-undang melainkan perwakafan
berlangsung tanpa melalui petugas pencatat akta ikrar wakaf(PPAIW), yang
seharusnya perwakafan harus segera di daftarkan ke PPAIW di KUA, karena
keabsahan atau kepastian hukum sangat diperlukan untuk melindungi
perwakafan agar tidak terjadi masalah dikemudian hari, maka dari itu harus
adanya koordinasi antara nadzir dan KUA agar perwakafan berjalan dengan
baik.19
Kemudian asumsi dari Bapak Harip masyarakat Desa Rama Nirwana
perihal Legalitas Akta Ikrar Wakaf adalah mereka tidak terlalu mengetahui
apa itu Legalitas Akta Ikrar Wakaf, yang mereka ketahui hanya jika pada saat
mereka ingin mewakafkan tanah mereka, mereka hanya perlu mendatangi
pejabat setempat (RT/RW) untuk mengurus apa-apa yang dibutuhkan untuk
melakukan wakaf tersebut. Selain dari itu, penyebab mereka tidak terlalu
memahami perihal Legalitas Akta Ikrar Wakaf tersebut dikarenakan menurut
mereka semua hal yang berkaitan dengan Petugas Pencatat Akta Ikrar Wakaf
19
Bapak Komarudin selaku Kaur Pemerintahan Desa Rama Nirwana, Seputih Raman
Wawancara, 03 Oktober 2018.
41
(PPAIW)atau sejenisnya, memerlukan proses yang cukup lama dan juga
berkelit dalam mengurus hal-hal terkait.20
Sedangkan persepsi Bapak Yanto tentang Akta Ikrar Wakaf tersebut
adalah beliau tidak terlalu memahami apa itu Legalitas Akta Ikrar Wakaf akan
tetapi hanya mengetahui apa itu Wakaf berdasarkan sudut pandang yang
didapati melalui Al-Quran dan Al-Hadits, yang kemudian menghasilkan
sebuah anggapan bahwa tanah wakaf yang tidak bersertifikat itu telah kuat
dasar hukumnya jika dipandang dari agama Islam, karena dalam ketentuan
hukum Islam penyerahan maupun Ikrar Wakaf tidak harus di depan petugas
pencatat akta ikrar wakaf dan tidak harus memerlukan tanda tertulis di PPAIW,
sekalipun hal itu dapat saja di buat dan dilakukan.21
Selanjutnya yaitu persepsi menurut Bapak Asep mengenai Akta Ikrar
Wakaf, dikatakan bahwa Ikrar Wakaf merupakan status tanah wakaf yang ada
di desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman yang dilindungi payung
hukum sah-sah saja hukumnya. Karena sudah diketahui oleh pihak desa dan
masyarakat banyak dan juga tidak ada yang bisa menuntut tanah wakaf
tersebut. Selain dari itu di pandang dari hukum Islam juga tidak bertentangan
dan tidak adanya larangan bahkan dianjurkan untuk melakukan perwakafan
sebagai bentuk amal jariah yang tidak akan terputus pahalanya, selama wakaf
tersebut masih kekal dan dimanfaatkan.22
Selanjutnya persepsi Bapak Bambang bahwa beliau tidak mengetahui
Undang-undang yang mewajibkan pendaftaran tanah wakaf ke PPAIW dan
20
Bapak Harip, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 01Oktober 2018. 21
Bapak Yanto, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 01 Oktober 2018. 22
Bapak Asep, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 03 Oktober 2018.
42
tidak tahu menahu mengenai sanksi hukum apabila tidak mendaftarkan tanah
wakaf ke PPAIW, karena kurangnya kepedulian dari pemerintah maupun dari
pihak PPAIW dalam melakukan Sosialisasi di Desa-desa terpencil, sehingga masih
ada dari masyarakat yang tidak mengetahui apakah tanah wakaf tersebut harus
di daftarkan di PPAIW atau tidak, dan prosesnya pun tidak tahu bagaimana
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mendaftarkan tanah wakaf
tersebut kalau memang harus di daftarkan di PPAIW.23
Kemudian yaitu, persepsi menurut Bapak Suliono masyarakat Desa
Rama Nirwana terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf tersebut ialah beliau
mengatakan bahwa tidak terlalu mengetahui apa itu Legalitas Akta Ikrar
Wakaf tersebut dan kemudian menjelaskan bahwa Legalitas Akta Ikrar Wakaf
tersebut tidak terlalu penting keberadaanya serta rumit dalam alur pendaftaran,
pengelolaan, dan juga penerapannya. Kemudian Beliau menjelaskan bahwa
sebagian masyarakat melaksanakan alur perwakafan di Desa Rama Nirwana
dilakukan dalam keadaan suka sama suka atau bersifat kekeluargaan antara si
wakif kepada si nadzir. Serah terima wakaf dilakukan secara lisan dan
langsung kepada pengurus wakaf yang ada di Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah seperti pengurus tanah wakaf.
Pelaksanaan serah terima wakaf di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih
Raman Kabupaten Lampung Tengah tidak menggunakan sistem daftar atau
registrasi kepada badan hukum perwakafan atau petugas pengurus wakaf
23
BapakBambang, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 04 Oktober 2018.
43
seperti di PPAIW. Masyarakat Desa tersebut melakukan perwakafan atas
dasar suka sama suka dengan niatan ikhlas berwakaf karena Allah SWT.24
Adapun persepsi dari Bapak Aris tentang apa itu Legalitas Akta Ikrar
Wakaf ialah bahwa beliau mengetahui dan memahami tentang apa itu
Legalitas Akta Ikrar Wakaf secara keseluruhannya, baik termasuk prosedur,
penerapan dan juga pengeloalaannya. Namun Ia mengatakan bahwa
Panjangnya prosedur pencatatan wakaf serta syarat-syarat yang harus dipenuhi
agar bisa meresmikan tanah wakaf ke PPAIW, dan juga besarnya biaya
administrasi yang harus dikeluarkan dalam membuat Akta Ikrar Wakaf
sehingga banyak masyarakat yang enggan untuk mendaftarkan tanah
wakafnya ke PPAIW, akan tetapi hanya dilakukan secara lisan dengan dasar
kepercayaan dan keikhlasan. Orang yang akan mewakafkan hanya sekedar
datang kepada orang yang sekiranya bisa dipercaya dan bertanggung jawab
untuk mengurusi atau mengelola tanah wakaf tersebut. Mereka optimis tidak
akan ada persengketaan.25
Berdasarkan hasil dari wawancara di atas, yang di dapat dari
masyarakat Desa Rama Nirwana Seputih Raman Lampung Tengah terkait
Persepsi Mereka Terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf dapat disimpulkan dan
di analisis terkait persepsi mereka terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf
tersebut, dari hasil tersebut terdapat berbagai macam asumsi dan alasan
mereka terkait Persepsi Mereka Terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf di Desa
Rama Nirwana Seputih Raman antara lain: (1) mereka tidak terlalu
24
Bapak Suliono, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 04 Oktober 2018. 25
Bapak Aris, Masyarakat Desa Rama Nirwana Wawancara, 08 Oktober 2018.
44
mengetahui, (2) tidak terlalu memahami, (3) sedikit memahami, (4)
mengetahui, (5) mengetahui dengan seksama, (6) tidak terlalu mengetahui, (7)
mengetahui akan tetapi hanya sedikit, (8) mengetahui sedikit, (9) tidak
mengetahui secara keseluruhan, (10) mengetahui dan memahami. Berdasarkan
hasil dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang/
masyarakat terhadap sesuatu hal itu dapat didasari oleh berbagai macam
perihal, seperti dalam (intern) pengalaman pribadi tentang objek, dan
keluarga. Hal tersebut serupa dengan pernyataan dari Jalaludin Ahmad, bahwa
menurut Jalaludin Ahmad persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.26
Selain dari itu, pernyataan lainnya dari
Jalaludin Rachmat yaitu ada beberapa faktor yang mempengaruhi Persepsi
Seseorang (Masyarakat) dalam mengasumsikan suatu hal yaitu (1)
Pengalaman pribadi, (2) Kondisi Lingkungan, (3) Tingkat Pendidikan, (4)
Suku/Adat.27
Pernyataan yang tidak jauh berbeda dari Robert A. Baron dan
Donn Byrne bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu, faktor
Internal dan faktor Eksternal,28
yang dapat diuraikan sebagai berikut: Faktor
Eksternal yang meliputi aspek-aspek fisik dan sosial atau kejadian-kejadian
ekternal nilai/norma yang ada disekitar individu (masyarakat). Sedangkan
faktor Internal yang meliputi: psikologis, dan pribadi. Pengaruh faktor internal
dalam persepsi bisanya akan lebih menyulitkan dari pada membantu proses
26
Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996),
h. 51. 27
Ibid., 28
Robert A, Baron dan Donn Byrne, Social Pyschology, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 51.
45
persepsi yang dilakukan oleh individu.29
Dari beberapa penjelasan faktor
tersebut di atas baik dari hasil penelitian maupun dari landasan teori yang
telah dipaparkan adalah serupa.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat lima faktor yang mempengaruhi asumsi Masyarakat Desa Rama
Nirwana dalam mengambil keputusan yang kemudian menghasilkan persepsi
tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf, yaitu faktor adat atau kebiasaan,
pengetahuan, lingkungan, pelayanan. Berikut penjelasannya:
Faktor adat atau kebiasaan seperti yang kita ketahui dalam ruang
lingkup pedesaan apapun itu bentuk permasalahannya masih sangat kental
sekali adat istiadat atau kebiasaan masyarakat desa tersebut yang dimana
masyarakat sekitar masih menggunakan kebiasaan berwakaf secara lisan tanpa
adanya bukti tertulis.
Faktor pengetahuan seperti yang di uraikan pada data pendidikan Desa
Rama Nirwana masyarakat yang hanya lulusan SD mencapai 48%30
dilihat
dari data tersebut bahwa minimnya masyarakat yang berpendidikan tinggi
maka dari itu tidak banyak masyarakat yang mengetahui peraturan perwakafan
maupun cara berwakaf di desa tersebut.
Faktor Lingkungan, lingkungan di desa Rama Nirwana merupakan
salah satu penyebab utama yang menghasilkan persepsi masyarakat mengenai
Akta Ikrar Wakaf yang dimana masyarakat yang beragama Islam hampir
29
Ibid., 30
Ibid
46
imbang dengan yang beragama lain jadi lingkungan dilihat dari data
kependudukan desa Rama Nirwana.
Faktor pelayanan, pelayanan di sini yang dimaksud ialah kurangnya
perhatian dari pemerintah untuk melakukan pensosialisasian yang berkaitan
dengan wakaf tersebut sehingga menjadikan masyarakat tersebut tidak
mengetahui pentingnya Akta Ikta Wakaf.
Dari beberapa faktor tersebut berdasarkan data yang telah dipaparkan
menunjukan bahwa faktor yang paling dominan dalam menentukan persepsi
seseorang tersebut dalam memahami Legalitas Akta Ikrar Wakaf adalah faktor
kebiasaan, pengetahuan dan pelayanan. Hal tersebut ditunjukan berdasarkan
hasil dari wawancara terhadap beberapa narasumber yang menunjukan bahwa
faktor pelayanan, pengetahuan dan kebiasaan menjadi bagian dari faktor
penentu yang menyebabkan persepsi dari beberapa narasumber dalam
menyimpulkan persepsi mereka tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf tersebut.
C. Akta Ikrar Wakaf yang Dilaksanakan Masyarakat Desa Rama Nirwana
Kecamatan Seputih Raman Kabapaten Lampung Tengah Dalam
Perspektif UU Perwakafan
Idealnya pelaksanaan wakaf harus tunduk pada hukum Islam dan
hukum nasional, dimana dalam pelaksanaannya tidak hanya dilakukan dengan
lisan, tetapi juga dilakukan pencatatan oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf, selain itu juga harus memiliki sertifikat tanah wakaf yang dikeluarkan
oleh Badan Pertanahan. Namun kenyataannya di Indonesia sendiri wakaf
mencapai 14.591 dengan rincian 8.372 dalam status sudah bersertifikat wakaf,
dan 6.219 belum bersertifikat wakaf, dengan total luas mencapai
47
22.990.814.00m2,31
hal ini menunjukkna pensertifikatan tanah wakaf belum
sepenuhnyanya berjalan.
Ikrar wakaf adalah pernyataan wakif sebagai tanda penyerahabn
barang atau benda yang di wakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan maupu
dengan tertulis. Ikrar wakaf itu mempunyai syarat ketentuan pula. Yaitu: ikrar
wakaf itu tidak digantungkan, tidak di iringi syarat tertentu, jelas dan terang,
tidak menunjukkan batas waktu tertentu atau terbatas, tidak mengandung
pengertian untuk mencabut kembali terhadap wakaf yang diberikan. Untuk
menentukan sah atau tidaknya suatu wakaf harus dipenuhinya beberapa syarat,
yaitu:
1. Orang yang mewakafkan harus sepenuhnya berhak menguasai benda yang
di wakafkan. Wakif tersebut harus mukallaf (akal baligh) dan atas
kehendaknya sendiri tidak ada paksaan orang lain.
2. Benda yang diwakafkan harus kekal zatnya, berarti ketika timbul
manfaatnya, zat barang tidak rusak, hendaklah wakaf itu disebutkan
dengan terang dan jelas kepada siapapun diwakafkan.
3. Hendaklah penerima wakaf tersebut orang yang memiliki sesuatu, maka
tidak sah kepada hamba sahaya.
4. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas, baik dengan lisan maupun dengan
tulisan.
5. Tunai dan tidak ada khiyar, karena wakaf berarti memindahkan milik
untuk itu.
31
http//bwi.or.id
48
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa melakukan kegiatan
wakaf tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang hanya memiliki
keinginan saja, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang menjadikan wakaf
itu boleh atau sah untuk dilakukan.
Secara legalitas ikrar wakaf dipertegas dalam Undang –Undang Nomor
41 Tahun 2004 sebagai berikut Khusus mengenai ikrar wakaf pasal 17 yakni
ikrar wakaf harus dilakukan di depan pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf dan
disaksikan oleh dua orang saksi. Dimana ikrar ini dapat dilakukan secara
tertulis atau dengan lisan yang kemudian ikrar ini dibuatkan Akta Ikrar Wakaf
yang selanjutnya Akta Ikrar Wakaf ini akan dilampirkan beserta surat
kepemilikan tanah untuk dilakukan pendaftaran ke Kantor Badan Pertanahan
Nasional untuk mendapatkan Sertifikat Tanah Wakaf. Pada pasal 18 Undang-
undang No. 41 Tahun 2004 bahwa Dalam hal Wakif tidak dapat menyatakan
ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf
karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, Wakif dapat menunjuk kuasanya
dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi.32
Syarat saksi dalam ikrar harus memenuhi persyaratan sebagaimana
yang terdapat pada pasal 20 Undang-undang No. 41 Tahun 2004:
1. Dewasa
2. Beragama Islam
3. Berakal sehat
32
Ibid, pasal 18
49
4. Tidak Terhalang Melakukan Perbuatan Hukum.33
Dalam pasal 21 Undang-undang No. 41 Tahun 2004, ayat (1) dan(2)
disebutkan bahwa: (1) ikrar wakaf dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf. (2)
Akta Ikrar Wakaf sebahaimana yang dimaksut pada ayat 1 paling sedikit
memuat:
1. Nama dan identitas Wakif;
2. Nama dan identitas Nazhir;
3. Data dan keterangan harta benda wakaf;
4. Peruntukan harta benda wakaf;
5. jangka waktu wakaf.34
Berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang wakaf di atas
perwakafan yang terjadi di Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman
dilakukan secara lisan dan kekeluargaan tidak melalui badan hukum
pertanahan, Proses perwakafan tersebut dilakukan dengan cara musyawarah
terlebih dahulu dengan anggota keluarga yang mewakafkan sebagian hartanya,
setelah semua keluarga sepakat bahwa akan mewakafkan sebagian hartanya
kemudian orang yang mewakafkan tersebut mengumpulkan beberapa orang
untuk menyaksikan bahwasannya akan melakukan perwakafan sebagai bentuk
amal jariah, dan dalam musyawarah mereka bersepakat secara iklas lahir batin
tidak akan mengusik masalah tanah yang sudah di wakafkan tersebut dengan
dasar peruntukan tanah wakaf tidak menyimpang dari kesepakatan yang sudah
di sepakati dari awal yang sudah di sepakati bersama. Dalam musyawarah
33
Pasal 20 Undang-undang No. 41 Tahun 2004 34
Ibid., pasal 21.
50
tersebut dihadiri oleh beberapa orang sebagai saksi dan pengurus tanah wakaf
kuburan untuk menjadi nadzir yang diberi tanggung jawab untuk mengelola
atau mengurus tanah wakaf. Setelah mereka berkumpul maka dilakukan ikrar
wakaf yang disaksikan oleh beberapa orang saksi dan dilakukan secara lisan
tanpa adanya bukti tertulis.35
Tata cara perwakaf yang dilakukan di Desa Rama Nirwana Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah tidak melalui PPAIW ataupun
melalui Kantor Urusan Agama (KUA). Proses perwakafan tersebut dilakukan
dengan cara musyawarah terlebih dahulu dengan anggota keluarga yang
mewakafkan sebagian hartanya, setelah semua keluarga sepakat bahwa akan
mewakafkan sebagian hartanya kemudian orang yang mewakafkan tersebut
mengumpulkan beberapa orang untuk menyaksikan bahwasannya akan
melakukan perwakafan sebagai bentuk amal jariah, dan dalam musyawarah
mereka bersepakat secara iklas lahir batin tidak akan mengusih masalah tanah
yang sudah diwakafkan tersebut dengan dasar peruntukan tanah wakaf tidak
menyimpang dari kesepakatan yang sudah disepakati dari awal yang sudah
disepakati bersama. Dalam musyawarah tersebut dihadiri oleh beberapa orang
sebagai saksi dan pengurus tanah wakaf kuburan untuk menjadi nadzir yang
diberi tanggung jawab untuk mengelola atau mengurus tanah wakaf. Setelah
mereka berkumpul maka dilakukan ikrar wakaf yang disaksikan oleh beberapa
orang saksi dan dilakukan secara lisan tanpa adanya bukti tertulis. 36
35
Bapak Suroso, Selaku Keluarga Wakif di Desa Rama Nirwana Wawancara, 07 Oktober
2018. 36
Bapak Supri, Selaku Keluarga Wakif di Desa Rama Nirwana Wawancara, 08 Oktober
2018.
51
Permasalahan yang ada di desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih
raman timbul karna masyarakat kurang mengetahui tentang pentingnya Akta
Ikrar Wakaf untuk sekarang dan untuk dikemudian hari supaya tidak terjadi
permasalahan lagi seperti sekarang maka dari itu dalam Pasal 39 Peraturan
Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 41
Tahun 2004 tentang Wakaf menjelaskan tentang tata cara perwakafan
1. Terhadap tanah yang sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah
wakaf atas nama Nazhir;
2. Terhadap tanah hak milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas
keseluruhan harus dilakukan pemecahan sertifikat hak milik terlebih
dahulu, kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;
3. Terhadap tanah yang belum berstatus hak milik yang berasal dari tanah
milik adat langsung didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;
4. Terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b yang telah
mendapatkan persetujuan pelepasan hak dari pejabat yang benvenang di
bidang pertanahan didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir;
5. Terhadap tanah negara yang diatasnya berdiri bangunan masjid, musala,
makam, didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama Nazhir.
Pejabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/ kota
setempat mencatat perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan
52
sertifikatnya.37
Apabila masyarakat tidak sanggup atau tidak ada ketegasan dari
nadzir untuk membuat Akta Ikrar Wakaf karena harta wakaf dikuasai oleh ahli
waris maka Penyelesaian sengketa perwakafan ditempuh melalui musyawarah
untuk mencapai mufakat. Apabila penyelesaian sengketa tidak berhasil, maka
sengketa dapat diselesaikan melalui mediasi, arbitrase, atau pengadilan.38
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti menganalisis bahwa
perwakafan yang ada di desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman tidak
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan peraturan pemerintah
karena hanya dilakukan secara lisan dan tidak ada bukti tertulis, banyak
masyarakat sekitar yang tidak mengetahui pentingnya akta ikrar wakaf
tersebut karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang berkaitan dengan
wakaf, bila dikaitkan dengan keberadaan masyarakat berdasarkan gambaran
umum desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman dilihat dari tingkat
pendidikan bahwa sebagian besar masyarakat tersebut di dominasi oleh orang
tua mencapai 48% yang dimana tingakat pendidikan seseorang memiliki
pengaruh besar akan persepsi seseorang terhadap perwakafan, maka dari itu
masyarakat sekitar tidak melakukan pembuatan Akta Ikrar Wakaf karena
merekapun kurang mengetahiu fungsi Akta Ikrar Wakaf dalam perwakafan di
tambah lagi keberagaman beragama juga mempengaruhi persepsi masyarakat
tentang wakaf, walaupun penduduk bermayoritas beragama Islam namun di
desa Rama Nirwana tersebut yang lebih mendominasi ke kegiatan yang
berkaitan dengan agama Hindu yang dimana kita bisa melihat gambaran
37
Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-
undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 38
Ibid, Pasal 62
53
umum desa Rama Nirwana dari sarana peradatan hingga perangkat desa pun
yang lebih mendominasi yakni Agama Hindu maka dari itu pelaksanaan wakaf
belum terealisasi dengan baik di desa tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa persepsi masyarakat akan Legalitas Akta Ikrar Wakaf hakikatnya
merupakan sebab akibat yang di dasarkan dari sebuah pengalaman. Persepsi
seseorang tidak akan muncul secara tiba-tiba, hal tersebut terjadi karena
adanya pengaruh dari berbagai macam faktor penentu akan hal itu. Namun
dalam mencari solusi alternative akan persepsi seorang dalam memahami
suatu hal harus memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan logika,
realita, rasional, dan pragmatis. Oleh karena itu seseorang (masyarakat)
sebelum menentukan jawaban dari persepsi mereka terhadap suatu hal tentang
apa yang menurut mereka lebih baik, cocok dan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya. Pemahaman dalam menafsirkan sebuah persepsi tersebut akan
melewati dua macam proses yaitu proses internal dan proses eksternal.
Persepsi Masyarakat Tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf (Studi Kasus
Desa Rama Nirwana Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung
Tengah) adalah kebanyakan dari mereka tidak mengetahui dan tidak
memperdulikan tentang apa itu Legalitas Akta Ikrar Wakaf secara benar,
sehingga menjadikan kebanyakan dari mereka tidak mengikuti ketentuan dan
peraturan wakaf sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Hal tersebut
dikarenakan menurut asumsi mereka bahwa hal-hal yang diperlukan dalam
55
mendaftarkan tanah wakaf mereka harus menjalani berbagai macam proses
yang sulit dan rumit, selain dari itu menggunakan biaya yang tidak sedikit,
sehingga dari alasan tersebut muncul 2 faktor inti tentang Persepsi Masyarakat
Desa Rama Nirwana Terhadap Legalitas Akta Ikrar Wakaf, yaitu, faktor
eksternal dan faktor internal. Dimana yang dimaksud dari faktor Intenal dan
Eksternal itu sendiri adalah merupakan sebuah rangkaian proses yang di alami
oleh masyarakat Desa Rama Nirwana yang didapati berdasarkan pengalaman
mereka terkait pemahaman mereka tentang Legalitas Akta Ikrar Wakaf
tersebut, adapun penjelasan yang meliputi 2 faktor utama yaitu: Faktor
eksternal yang terdiri dari pelayanan, pengetahuan dan lingkungan dan yang
selanjutnya adalah faktor internal meliputi psikologis, dan pribadi dari
masyarakat desa Rama Nirwana.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka penulis
akan memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Agar pihak Pemerintah Lampung khususnya Pemerintahan Lampung
Tengah lebih meningkatkan profesionalisme pekerjaannya terutama dalam
bentuk pelayanan. Memberikan bentuk pelayanan yang makximal kepada
masyarakat, dengan melakukan pensosialisasian secara rutin serta
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya
Legalitas Akta Ikrar Wakaf kepada masyarakat di desa-desa yang tidak
terlalu terjamah oleh perhatian pemerintah.
56
2. Untuk dapat diadakan revisi terhadap kebijakan dalam memberikan
pelayanan berupa pensosialisasian yang lebih mendalam kepada
masyarakat serta memberikan contoh dan juga pemahaman secara
menyeluruh tentang Wakaf atau bahkan Legalitas Akta Ikrar Wakaf itu
sendiri, sehingga masyarakat lebih paham dan mengetahui akan
pentingnya Legalitas Akta Ikrar.
3. Perlunya ada inovasi dari pihak Pemerintah Daerah yang lebih, dalam
melakukan promosi tentang pentingnya Wakaf beserta Legalitasnya
tersebut kepada masyarakat di desa-desa terpencil, terluar dan terdalam.
Karena Wakaf merupakan salah satu pendongkrak yang sangat potensial
dalam meningkatkan perekonomian suatu Negara.
57
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Fathoni. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusun Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Achmad Ali. Menguak Teori Hukum Legal theory dan Teori Peradilan Judicial
Prudance. Makasar: Kencana, 2007.
Agus Sujanto. Psikologi Umum. Cetakan 17 Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Akhmad Fahrudin. Wakaf Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
dalam Perspektif Hukum Islam. Metro: STAIN Metro, 2007
Cholid Narbuko dan Abu Achamadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Cik Hasan Bisri. Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang
Ilmu Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Pusat
Bahasa. Cetakan Keempat Edisi 2. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Enizar. Hadis Ahkam. Cet. 1. Metro: STAIN Press, 2006.
H. Jalaludin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers, 2014
Heri Saputra. Penarikan Kembali Tanah Wakaf Studi Kasus di Kampung
Menanga Siamang Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Metro:
STAIN Metro, 2017.
Imam al-Bukhary[w. 256 H.]. Shahih al-Bukhary. Beirut: Dar al-Qalam, 1987.
bab alsyuruth. hadis nomor 2532.
Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo, 2016.
Jalaludin Rahmat. Psiokolog Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1996.
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012.
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
58
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES,
1987.
Moh. Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN-Malika
Press, 2010.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang
No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Rusli. Persepsi Masyarakat Muslim Pasir Pengaraian Tentang Kewajiban
Menunaikan Zakat Melalui Badan Amil Zakat di Kabupaten Rohan Hulu.
Tesis Tahun 2013Dipublikasikan. Riau: UIN Sultan syrif Kasim.
S. Nasution. Metode Research Penelitiian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Samingan. Persepsi Tokoh Maysrakat DesaTirtamulya Kecamatan Air Sugihan
Kabuoaten Ogan Komering Ilir Tentang Status Tanah Wakaf Yang Tidak
Tercatat Oleh PPAIW. Skripsi tahun 2017 Dipublikasikan. Palembang:
UIN Raden Fatah Palembang.
Sarlito W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers, 2017.
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002.
Sumadi Suryabrata. Metode Penelitian. Ed.II. Jakarta: Grafindo Persada, 2013.
Suraya Murcitaningrum. Metodologi Penilitian Ekonomi Islam. Cet. II. Bandar
Lampung: Ta’lim Press, 2013.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM, 1984.
Undang-Undang No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Zelania. Problematika Tanah Wakaf yang Tidaak Memiliki Akta Ikrar Wakaf
Studi Di Desa Kotaway Kecamatan Buay Pemaca Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan.Metro: STAIN Metro, 2017.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91