skripsi pengembangan objek wisata alam lejja …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ALAM LEJJA DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN RETRIBUSI WISATA DI DINAS
PARIWISATA, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN SOPPENG
Oleh:
MUHAMMAD HIDAYAT UMAR
Nomor Induk Mahasiswa : 105610544615
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
SKRIPSI
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ALAM LEJJA DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN RETRIBUSI WISATA DI DINAS
PARIWISATA, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN SOPPENG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.AP)
Disusun dan Diajukan Oleh:
MUHAMMAD HIDAYAT UMAR
Nomor Stambuk: 1056 10544 615
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Muhammad Hidayat Umar
Nomor Induk Mahasiswa : 1056 10544 615
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil
plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan
aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 08 Februari 2020
Yang Menyatakan,
Muhammad Hidayat Umar
v
ABSTRAK
MUHAMMAD HIDAYAT UMAR. Pengembangan Objek Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng (dibimbing oleh Sudarmi, Riskasari).
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran serta penjelasan tentang Pengembangan Objek Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata Di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Pariwisata dalam rangka menciptakan Pengembangan Objek Wisata sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata. Dari segi akademik, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu administrasi. Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan Pengembangan Objek Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng. Jenis penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen pengumpulan data adalah wawancara terhadap informan atau narasumber dan observasi pada lokasi penelitian serta berdasarkan dokumen berupa literatur, dokumen, tabel, karya tulis ilmiah yang tersedia pada lembaga yang terkait dengan penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan objek wisata alam lejja belum optimal. (1) kriteria menarik wisatawan (Attraction) berupa view dan keindahan alam yang alami serta kondisi keamanan yang baik (2) kriteria pengembangan wisata meliputi objek wisata yang belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, promosi wisata yang masih jarang dilakukan oleh pemerintah dan dinas terkait (3) kriteria kesejahteraan masyarakat yang cukup baik bagi pedagang eceran secara langsung dalam pengelolaannya belum melibatkan masyarakat sekitar lokasi objek wisata secara maksimal. Dengan demikian objek wisata didukung oleh view dan keindahan alam serta keamanan. yang menjadi faktor pendukung berupa view dan keamanan sedangkan faktor penghambat berupa penerimaan dan pengelolaan retribusi yang belum menggunakan sistem satu pintu. Kata Kunci : Pengembangan, Objek Wisata Alam Lejja, Peningkatan Retribusi
vi
KATA PENGANTAR
حيم نٱلر حم بسمٱللهٱلرAssalamu „Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan objek Wisata Alam Lejja
Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibunda Dr. Sudarmi, M.Si selaku Pembimbing I dan Kakanda Riskasari,
S.Sos. M.AP selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Kakanda Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara dan Kakanda Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi
ilmunya kepada penulis selama ini.
5. Segenap Dosen yang berada di ruangan Tata Usaha, Simak, LP3M Unismuh
Makassar yang telah membantu pengurusan berkas selama ini.
Selanjutnya peneliti tidak lupa pula mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada :
vii
1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Umar Hadi Coddi dan Ibunda
tercinta Hj.Nurcahaya Atas dukungan, semangat serta doa-nya yang tidak
pernah berhentinya diberikan kepada penulis agar selalu diberikan
kemudahan dan kelancaran untuk setiap segala urusannya. Terima Kasih atas
segala perjuangan dan pengorbanannya, Semoga ayahanda dan ibunda
senantiasa di rahmati oleh Allah SWT. Banyaknya rintangan dan tantangan
yang harus penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini dan menyadari
bahwa hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak yang selalu mengarahkan penulis untuk mencapai dan
memperoleh kebenaran untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Para pihak kantor, mulai dari Kantor Bupati Soppeng, Kantor Dinas
Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Kantor Dinas
Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga dan Destinasi Wisata Permandian Air
Panas Lejja Kabupaten Soppeng yang telah memberi izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian
3. Segenap keluarga kecil kuliah Kerja Profesi angkatan XVIII Kelurahan
Takalar, Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Terima Kasih atas
persaudaraan, pengalaman berharga dan kebersamaan dalam memaknai
hidup.
4. Seluruh teman-teman kelas ADN F 015 BEFORE dan ADN F 015 AFTER
yang selama ini selalu bersama-sama mengikuti jadwal kuliah yang selalu
punya cerita dan pengalamannya tersendiri didalam kelas.
viii
5. Kepada seluruh keluarga besar SOSPOL Universitas Muhammadiyah
Makassar terutama kepada satu angkatan penulis EXECUTIVE 2015 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 08 Februari 2020
Penulis,
Muhammad Hidayat Umar
ix
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ........................................................................... i
Halaman Persetujuan ...................................................................................... ii
Halaman Penerimaan Tim ............................................................................. iii
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................................ iv
Abstrak ........................................................................................................... v
Kata Pengantar .............................................................................................. vi
Daftar Isi........................................................................................................ ix
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsep dan Teori .................................................. 10
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 21
C. Fokus Penelitian ...................................................................... 21
D. Deskripsi Fokus Penelitian ..................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................. 23
B. Jenis Dan Tipe Penelitian ....................................................... 23
C. Sumber Data ........................................................................... 23
D. Informan Penelitian ................................................................ 24
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 25
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 26
G. Pengabsahan Data ................................................................... 26
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................... 28
B. Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga ........................ 29
C. Objek Wisata Alam Lejja ....................................................... 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Pengunjung dan Retribusi Kawasan Wisata Alam
Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng ......................................... 2
Tabel 3.1 Informan Penelitian ...................................................................... 24
Tabel 4.1 Batas-Batas Wilayah .................................................................... 28
Tabel 4.2 Struktur dan Besarnya Tarif ......................................................... 38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.......................................................................... 21
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ................................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan pendapatan asli retribusi wisata serta
mewujutkan kesejahteraan rakyat dalam hal perekonomian maka pemerintah
sebagai penyelenggara pemerintahan dan pembangunan dalam hal ini Dinas
Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga harus berperan penting dalam menggali dan
mengembangkan potensi-potensi daerahnya disektor pariwisata, karena tidak
dapat dipungkiri bahwa Kabupaten Soppeng adalah salah satu kabupaten yang
berada di Sulawesi Selatan sebagai daerah dengan sumberdaya alam dan budaya
yang khas. Keindahan kota dengan ribuan kelelawar yang bergelantungan di
pohon jantung pusat Kota Watansoppeng merupakan daya tarik tersendiri
sehingga wisatawan lokal maupun mancanegara memberikan julukan
Watansoppeng sebagai Kota Kelelawar.
Mengenai kawasan wisata alam lejja dalam pengembangan objek wisata dinas
terkait Kabupaten Soppeng haruslah menjadi bahan penting yang di bahas secara
bersama dengan instansi-instansi terkait untuk meningkatkan kontribusi
Pendapatan Retribusi Wisata Kabupaten Soppeng, dalam artian agar semakin
maju sektor pariwisata, maka akan semakin besar kontribusi yang akan diberikan
pariwisata kepada pemerintah terkait dan tentu akan berdampak pada Pendapatan
Asli Daerah (PAD) daerah itu sendiri. Untuk mendukung hal tersebut maka
pemerintah telah mengatur semuanya dalam PERDA Kabupaten Soppeng No.3
Tahun 2012 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor
10
10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng
Nomor 1 Tahun 2016 Tentang rencana pembangunan jangka menengah Daerah
Kabupaten Soppeng.
Landasan yuridis yang telah dikemukakan diatas Pemerintah terkait dalam hal
ini Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga telah melaporkan atau
merancang kinerja tahunan yang salah satunya adalah laporan kinerja pendapatan
retribusi kawasan wisata alam lejja yang bersumber dari data Petugas Pengelola
Tiket Masuk Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng sebagi berikut :
Tabel 1.1 Daftar Pengunjung dan Retribusi Kawasan Wisata Alam Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng
Tahun Pengunjung Target PAD Penerimaan Persentase (%) WSA dan WSL
2016 139.073 Orang 1.100.000.000 1.10.115.000 91,82%
2017 115.487 Orang 1.100.000.000 1.041.621.000 94,69%
2018 111.784 Orang 1.100.000.000 948.027.000 86,18%
Sumber: Petugas Pengelola Tiket Masuk Permandian Air Panas Lejja
Informasi yang didapat oleh peneliti mengenai data tersebut yang telah
disajikan diatas yang bersumber dari Petugas Pengelola Tiket Masuk Permandian
Air Panas Lejja bahwa objek wisata alam lejja tersebut menjadi favorit di
Kabupaten Soppeng dan merupakan kawasan wisata yang cukup bagus dan
cukup diminati serta terletak tidak jauh dari pusat kota, yaitu berada di sebelah
utara Kota Wattansoppeng, sehingga tidak heran objek wisata tersebut cukup
banyak diminati oleh wisatawan asing maupun domestik. Meskipun Terdapat
kenyataan bahwa pencapaian penerimaan retribusi wisata ditahun 2018
11
mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tentu hal ini membuat
pertanyaan besar bagi publik terkait pencapaian target yang jauh dari apa yang
telah ditetapkan di tahun 2018, karena seharusnya melihat persentase ditahun-
tahun sebelumnya itu bisa dikatakan mencapai target atau tidak melambung jauh
dari target yang telah ditetapkan, lalu mengapa di tahun 2018 mengalami
penurunan yang terbilang drastis. Pernyataan tersebut relevan dengan fakta yang
terdapat dalam sebuah (Berita online Tribun Timur.com,soppeng,wartawan
Tribun Timur, SUDIRMAN 31/03/2019), dengan menyatakan bahwa objek wisata
yang berada di Kabupaten Soppeng yang ramai dikunjungi dan banyak diminati
oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing adalah Permandian air panas lejja
namun ada beberapa lagi seperti Waduk Ompo dan Villa Yuliana namun yang
paling banyak peminatnya adalah wisata permandian air panas lejja.
Wisata Permandian Air Panas Lejja yang cukup banyak diminati
wisatawan asing maupun domestik ini seharusnya berbanding lurus dengan
pendapatan retribusi namun pada kenyataannya masih jauh dan belum secara
maksimal bisa mendongkrak kontribusi PAD Kabupaten Soppeng dari segi
sektor pariwisata karena masih terdapatnya masalah-masalah yang
menghambat meningkatnya pendapatan retribusi wisata seperti belum
tertatanya objek wisata secara maksimal serta sarana prasarana yang masih
kurang sehingga minat wisatawan untuk berkunjung masih rendah, serta
terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pengembangan objek wisata yang
menjadikan retribusi wisata alam lejja belum mendongkrak target PAD yang
telah ditetapkan. Pernyataan tesebut relevan dengan hasil penelitian Yoeti
12
(2001:303) yang mengemukakan ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan
pengembangan kepariwisataan yaitu tersedianya objek dan daya tarik wisata,
tertatanya fasilitas sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan
mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, yaitu sarana kepariwisataan
yang dapat memberikan kenyamanan pelayanan kepada masyarakat, dan di sisi
lain sistem promosi/informasi mengenai kepariwisataan Kabupaten Soppeng
sekarang ini hanya terbatas atau masih kurang karena jaringan telekomunikasi
susah dan itu pun hanya daerah tertentu yang ada, tower ada tapi belum
mempunyai surat izin dari kehutanan sampai saat ini.
Masalah-masalah inilah yang harus menjadi perhatian Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga agar bagaimana kedepannya dapat diperbaiki sehingga
akan berdampak pada jumlah pengunjung tiap tahunnya dan akan berdampak pada
peningkatan pendapatan Retrubusi wisata dan PAD dan taraf hidup masyarakat
Kabupaten Soppeng.
Meskipun Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga telah mendapat
bantuan anggaran APBD dalam kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi tahun
anggaran 2018 sejumlah Rp.7.328.672.667 dengan rincian total belanja tidak
langsung sejumlah Rp.2.355.715.417 dan belanja langsung sejumlah
Rp.4.972.957.250, namun belum maksimal dikelola oleh Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga karena di tahun 2018 pendapatan retribusi objek
wisata alam lejja masih kurang dan tidak mencapai target atau jauh dibawah
target, hal ini menjadi tanda tanya bagi publik mengapa demikian.
13
Seperti yang telah dibahas sebelumya dan peneliti membuktikan dengan
hasil observasi awal dilapangan bahwa dalam kenyataannya masih terdapat
masalah terkait pengembangan objek wisata dimana anggaran terealisasikan
namun sumber daya aparatur khususnya bidang teknis kepariwisataan,
perencanaan dan pelaksana, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, masih
belum baik serta belum tertatanya objek wisata secara maksimal serta sarana
prasarana yang masih kurang sehingga minat wisatawan untuk berkunjung masih
rendah, tentu hal ini berdampak pada minat pengunjung dan PAD Kabupaten
Soppeng. Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti mempunyai alasan untuk
memilih dan mengangkat penelitian ini dikarenakan terdapatnya masalah yang
terjadi dari ruang lingkup internal organisasi dalam hal ini internal Dinas
Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga seperti bidang keuangan pengelola
retribusi dan bidang pengembangan objek wisata, yang dimana pengelolaan
retribusi yang dilakukan oleh instansi Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga masih belum efektif dan efisien, yang menandakan timbulnya berbagai
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya diatas dan kedepannya akan
menjadi masukan kepada Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga untuk
mengelola retribusi semaksimal mungkin dan tepat sasaran sehingga efisien dan
dapat meningkatkan jumlah pengunjung.
Seharusnya manajemen pengembangan objek wisata alam lejja dalam
meningktakan retribusi wisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga, harusnya berdampak pada peningkatan jumlah
pengunjung dan pendapatan retribusi yang nantinya akan berkontribusi besar bagi
14
PAD Kabupaten Soppeng, dengan tertata dan memperbanyak sarana penunjang
yang akan menjadi minat pengunjung. Namun pada kenyataannya permandian air
panas lejja belum mengalami perubahan secara signifikan dalam hal
pengembangan objek wisata yang bisa menjadi penunjang meningkatnya
pendapatan retribusi, dengan masih kurangnya sarana prasarana dan view yang
kurang tertata dan bersih serta akses jalan yang masih belum representatif seperti
yang sudah dibahas sebelumnya diatas.
Berdasarkan Hasil observasi dilapangan bahwa Pengelolaan retribusi
wisata dan anggaran APBD yang di alokasikan khusus terkait permandian air
panas lejja dan Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga belum maksimal
atau tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu pemerintah terkait harus lebih
memperhatikan dan mengawasi serta mengkordinir jalannya anggaran dan
outcome serta realisasinya semua kegiatan agar semua kegiatan berjalan efektif
dan efisien dan berdaya guna dalam peningkatan profesionalisme sumber daya
aparatur khususnya bidang teknis kepariwisataan, perencanaan dan pelaksana, dan
juga tertatanya objek wisata secara maksimal serta sarana prasarana yang baik dan
memadai sehingga kemajuan pariwisata dapat dimaksimalkan oleh karena itu
pengembangan objek wisata alam lejja harus betul-betul diperhatikan dan
dimaksimalkan serta dikembangkan sehingga berdampak pada pengembangan
ekonomi, dan kehidupan sosial budaya masyarakat.
Pernyataan atau fakta lain dilapangan yang di dapat melalui observasi
awal peneliti pengembangan pembangunan infrastruktur objek wisata yang
masuk retribusi wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
15
Kabupaten Soppeng masih belum maksimal dan masih perlu perhatian penuh
dan pengelolaan yang baik dari pemerintah terkait, seperti akses jalan masuk,
fasilitas pelayanan yang menunjang serta informasi mengenai daya tarik yang
ditawarkan, sarana dan prasarana juga menjadi penunjang daya tarik objek
wisata masih kurang dan harus dikembangkan.
Adapun wisata Permandian air panas lejja yang seharusnya dapat
menarik untuk lebih di kembangkan menjadi daya tarik tersendiri ketika
wisatawan berkunjung di kawasan wisata permandian tersebut, namun
keindahan yang dimiliki itu, hingga kini belum berbanding lurus dengan
penggarapan atau pengembangan potensi wisata yang mampu menjadi salah
satu destinasi wisata terbaik di sulsel karena masih terdapatnya masalah yang
mengakibatkan menurunnya pendapatan retribusi wisata. Terdapat pula fakta
yang diperkuat dalam sebuah jurnal penelitian Nasrullah (2015) dengan
keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana objek wisata masih
mengandalkan dana APBD, keterbatasan APBD membuat pembangunan dan
pengembangan objek wisata permandian air panas lejja tersendak hal ini
mengakibatkan pengunjung harus mengantri ketika ingin mengganti pakaian
maka dari itu perlu penanganan lebih oleh dinas terkait.
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Spillane (2004) yang
mengemukakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunya permintaan
jasa objek wisata adalah fasilitas. Fasilitas merupakan unsur industri pariwisata
yang sangat penting. Beberapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika
fasilitasnya tidak memandai maka keinginan wisatawan untuk mengunjungi
16
tempat wisata tersebut akan diurungkan. Seluruh fasilitas itu di bangun dengan
tujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman kepada wisatawan untuk tinggal
lebih lama di objek wisata tersebut dan berniat kembali lagi kesana dalam lain
kesempatan.
Kondisi seperti ini memang ironis mengingat potensi yang dimiliki
objek wisata sangat berdampak pada kontribusi Pendapatan Retribusi wisata
alam lejja, oleh sebab itu Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Soppeng harus mengelola dengan baik apapun potensi wisata dari
hasil pendapatan asli retribusi wisata. Jadi dalam konteks ini pengembangan
retribusi kawasan wisata di Kabupaten Soppeng mempunyai andil yang besar
dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Soppeng
dengan kata lain bahwa kedudukan kawasan pariwisata ini sangat penting
karena memberikan kontribusi signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Soppeng melalui retribusi wisata dari kunjungan wisatawan.
Adapun pembangunan itu mewujudkan dana dimana dana itu berasal dari
banyak sektor, salah satunya dari pajak retribusi dan anggaran APBD, retribusi
yang akan diteliti adalah retribusi kawasan wisata permandian air panas alam
lejja yang ada di Kabupaten Soppeng, dalam hal ini kontribusi retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Soppeng.
Berdasarkan uraian masalah yang telah dibahas sebelumnya diatas,
maka penulis tertarik untuk mengangkat Judul: Pengembangan objek Wisata
Alam Lejja Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata Di Dinas
Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
17
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan objek wisata alam lejja dalam
meningkatkan retribusi wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga Kabupaten Soppeng
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan
objek wisata Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk:
1. Untuk mengetahui pengembangan objek wisata alam lejja dalam
meningkatkan retribusi wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga Kabupaten Soppeng
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pengembangan objek wisata Permandian Air Panas Lejja Kabupaten
Soppeng.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberi sumbangan berupa masukan bagi Pemerintah dan
Dinas Pariwisata, kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
dalam hal pengembangan objek wisata.
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti
dengan hal yang sama.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Manajemen
Manajemen pada umumnya sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
dalam organisasi berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja“to manage” yang
berarti menangani, memimpin, membimbing, atau mengatur.
Sejumlah ahli memberikan batasan bahwa manajemen merupakan suatu
proses, yang diartikan sebagai usaha yang sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan. Proses ini merupakan serangkaian tindakan yang berjenjang,
berlanjut dan berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sondang P. Siagian (Ahmad 2015:24) mengemukakan bahwa :
“Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain”
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
Adalah suatu proses/kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih melakukan
Kerjasama dalam organisasi dengan tindakan mengatur segala aktivitas dengan
memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai.
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi manajemen yang dikemukakan
George R. Terry 2013 dalam Buku Prinsip-prinsip Manajemen meliputi
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan
(Actuating) dan Pengawasan (Controlling) akan dibahas lebih terperinci.
23
a. Perencanaan (Planning)
Planning berasal dari kata plan, yang artinya rencana, rancangan,
maksud, dan niat. Planning berarti perencanaan. Perencanaan adalah proses
kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil perencanaan. Perencanaan
adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang
didalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan
tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur dan metode yang
akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.
1) Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen,
karena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus
terlebih dahulu dilakukan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan
ini ditunjukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian,
karena adanya perubahan kondisi dan situasi.
2) Perencanaan dapat pula diartikan pemilihan serangkaian kegiatan dan
keputusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan
oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi waktu yang akan datang.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen dan merupakan suatu proses
yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.
Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan
24
kepada setiap karyawan, penetapan-penetapan departemen (subsistem) serta
penentuan hubungan-hubungan.
Hasil dari pengorganisasian adalah organisasi. Pengorganisasian diproses
oleh organisator (manajer), hasilnya organisasi yang bersifat statis. Jika
pengorganisasian baik maka organisasi pun akan baik dan tujuan pun relative
mudah dicapai.
c. Pengarahan (Actuating)
G.R Terry mendefinisikan pengarahan:
Pengarahan adalah membuat anggota kelompok, agar mau bekerjasama
dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
d. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan
proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Pengendalian ini berkaitan sangat erat sekali dengan fungsi perencanaan
dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena :
1) Pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan
2) Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana.
3) Pelaksanaan rencana akan baik, jika Pengawasan dilakukan dengan baik.
4) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
Pengawasan atau penilaian dilakukan
25
Dengan demikian peranan pengawasan ini sangat menentukan baik atau
buruknya pelaksanaan suatu rencana.
Untuk lebih jelasnya mengenai pendekatan pariwisata di indonesia
menurut teori James J. Spillane, S.J. ada beberapa pendekatan pariwisata yaitu
sebagai berikut :
1. Kriteria daya tarik minat wisatawan (Attraction) adalah daya tarik
pariwisata atau hal-hal yang menarik perhatian wisatawan yang dimiliki
oleh suatu daerah tujuan wisata seperti objek dan daya tarik wisata ciptaan
tuhan yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna atau berwujud
musium, peninggalan purbakala, peninggalan bersejarah, wisata
petualangan maupun taman rekreasi dan komplek hiburan/keindahan alam,
iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, sifat kesukuan, kemampuan atau
kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.
2. Kriteria pengembangan kawasan wisata adalah sebuah sistem perencanaan
pembangunan yang harus didasarkan pada kondisi dan daya pendukung
dengan tujuan menciptakan atraksi jangka panjang yang saling
menguntungkan dan menciptakan peningkatan kesejahtraan masyarakat
setempat sehingga menjadikan icon destinasi wisata dapat dilihat dan
diminati dunia luar maupun mancanegara seperti pembangunan destinasi
wisata yaitu objek wisata, sarana dan prasarana, pasar dan promosi wisata
3. Kriteria kesejahtraan masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan
pada sejumlah sektor ekonomis termasuk transportasi, penjual eceran,
26
usaha grosir, dll, salah satu isu yang penting adalah pengaruh dari
pariwisata terhadap kesenian dan kerajinan.
Faktor pendukung :
1. Panorama Alam yang Indah, Sejuk dan Masih Asli/Alami
2. Sumber Air Panas yang melimpah
3. Kondisi Keamanan yang Baik
Faktor penghambat :
1. Keterbatasan Anggaran untuk Biaya Sarana dan Prasarana
2. Lokasi Jauh dari Pusat Kota
3. Sarana dan Prasarana yang masih kurang memadai
B. Pengertian Retribusi
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan retribusi daerah yang selanjutnya
disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Menurut Samudra (1995:51) retribusi merupakan pungutan langsung
yang dikenakan untuk pelayanan tertentu dari pemerintah daerah. Pungutan ini
dibedakan dari pajak daerah, yang dipungut tanpa menunjuk langsung
pelayanan yang diberikan. Menurut Siahaan, (2010:5) retribusi adalah
pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu
yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.
27
Ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di
Indonesia adalah sebagai berikut Siahaan, (2010:5) :
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-
undang dan peraturan daerah yang berkenaan.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis,
yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
C. Pajak Daerah dan Retribusi Wisata
Menurut rohmat (Mardiasmo:2002),„‟pajak adalah uraian rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum‟‟. Pada sisi lain Feldman
(2008:64) memandang bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak
oleh terutang kepada pengusaha menurut norma-norma yang ditetapkanya
secara umum, tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk
menutup pengeluaran umum.
28
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban
pembayaran iuran kepada negara yang telah ditetapkan oleh undang-undang
bersifat memaksa tanpa ada jasa timbal balik langsung, yang digunakan oleh
negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sementara retribusi
menurut Bastian (2001:107) merupakan pungutan-pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah atas pelayanan dan pengunaan fasiitas-fasilitas umum
yang disediakan oleh pemerintah daerah bagi kepentingan masyarakat, sesuai
dengan peraturan daerah yang berlaku.
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan
daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah, merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat
dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh
daerah pada umumnya dalam kaitan penggalian sember-sumber pajak daerah
dan retribusi daerah dan retribusi daerah yang merupakan dalah satu komponen
dari PAD yang kurang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
penerimaan daerah secara keseluruhan.
Pemberian kewenangan dalam pananganan pajak dan retribusi daerah,
diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah daerah terus berupaya untuk
mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah PAD khusunya yang berasal dari
pajak daerah dan retribusi daerah berbagai macam respon timbul dari daerah-
daerah untuk meningkatkan PAD melalui pajak daerah, namun kreativitas
pemerintah yang berlebihan dan tak terkontrol dalam memungut pajak daerah
29
dan retribusi daerah akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi
masyarakat.
Sementara itu apabila diperhatikan sistem perpajakan yang dianut oleh
banyak negara di dunia maka prinsip-prinsip umum perpajakan daerah pada
umumnya tetap sama yaitu harus memenuhi kriteria umum tentang perpajakan
daerah sebagai berikut:
a. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis artinya
dapat mudah naik turun mengikuti naik turunya tingkat
pendapatan masyarakat
b. Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkat
kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak
c. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana , mudah dihitung,
pelayanan memuaskan bagi yang wajib pajak
d. Secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul
motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak (ketaatan
membayar pajaknya yang tinggi)
e. Non distorsi terhadap perekonomian dimana implikasinya pajak
atau pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi
konsumen maupun produsen
D. Wisata Alam Permandian Air Panas Lejja
Permandian air panas alam lejja berada di kawasan hutang lindung
berbukit dengan panorama yang indah di Desa BuluE Kecamatan Marioriawa
ditempat ini memiliki sumber air panas dengan suhu mencapai 60°C dan kadar
30
belerangnya 1,5% yang dipercaya bisa menyembuhkan gatal-gatal dan rematik,
peryataan tersebut diperkuat oleh Amiruddin kepada Tribun Soppeng,Rabu
(13/4/2016) permandian ini merupakan objek wisata andalan yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara mata air
permandian air panas lejja mengalir secara alami dari dalam akar batang pohon
dengan diameter sekitar 50 cm dan mengeluarkan uap.
Keunikan lainya dari Destinasi Wisata Alam Permandian Air Panas
Lejja adalah banyaknya botol dan plastik yang digantung diatas pohon yang
menjadi sumber mata air belerang, Menurut beberapa pengunjung mereka
percaya jika menggantung botol/plastik maka permohonan akan segera
terkabul.
E. Konsep PAD
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan
menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:
a. Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh
orang pribadi atau badan yang dibayarkan kepada pemerintah daerah
tanpa imbalan langsung, yang bersifat dipaksakan menurut aturan
Undang-Undang yang berlaku. Dari hasil pemunguta tersebut
digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengelola dan membangun
daerah tersebut.
b. Sesuai UU 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri atas: Pajak Hotel,
31
Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Pariwisata dan Pajak Parkir. Diantara klasifikasi PAD
Pajak merupakan penyumbang terbesar dalam komposisi PAD,
sehingga muncul anggapan bahwa PAD identik dengan Pajak Daerah.
c. Retribusi Daerah. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau
d. pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi
daerah dapat digolongkan menjadi tiga:
1) Retribusi jasa umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersil karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3) Retribusi perizinan tertentu, adalah retribusi atas kegiatan
pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
32
e. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan
merupakan pendapatan daerah dari keuntungan atau laba bersih
perusahaan daerah untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas
daerah baik perusahaan daerah yang modalnya sebagian maupun
seutuhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Perusahaan
daerah seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan
Listrik Negara (PLN), Bank Pembangunan Daerah (BPD), hotel,
percetakan, perusahaan transportasi kota, pariwisata dan pasar adalah
jenis-jenis BUMD yang memiliki potensi sebagai sumber-sumber
Pendapatan Asli Daeah (PAD).
F. Kerangka Pikir
Penelitian ini berjudul “ Pengembangan objek wisata alam lejja dalam
meningkatkan pendapatan retribusi wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaaan
dan Olahraga Kabupaten Soppeng”. Penelitian ini akan dianalisis
menggunakan model pengembangan objek wisata di indonesia dikemukakan
menurut James J spillane S.J (1994) yaitu dalam pengembangan objek wisata
harus ada Kriteria menarik minat wisatawan (Attractions), Kriteria
pengembangan kawasan wisata, Kriteria kesejahteraan masyarakat disamping
itu, penelitian ini juga akan menganalisis tentang faktor pendukung dan
penghambat dalam pengelolaan wisata alam lejja adapun Bagan sebagai
berikut :
33
Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pikir
G. Fokus Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini akan di fokuskan pada Pengembangan
Objek Wisata Alam Lejja dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di
Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
H. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Kriteria (Attraction) menarik minat wisatwan, yaitu berkaitan dengan
suatu pokok penunjang yang menjadi minat para wisatawan yang menjadi
ciri khas suatu daerah yang sudah menjadi budaya atau ciri khas dari
zaman dahulu atau yang mempunyai sejarah wisata yang menarik atau bisa
Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di
Kabupaten Soppeng
Pengembangan objek Wisata Alam Lejja Dalam
Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di
Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Soppeng
Indikator Pengembangan objek
wisata :
1. Kriteria menarik minat wisatawan (Attractions)
2. Kriteria pengembangan kawasan wisata
3. Kriteria kesejahteraan masyarakat
Teori James J. Spillane, S.J.
Faktor Pendukung 1. View dan
keindahan alam 2. Sumber Air
Panas yang melimpah
3. Kondisi keamanan yang baik
Faktor Penghambat
1. Keterbatasan Anggaran untuk Biaya Sarana dan Prasarana
2. Lokasi Jauh dari Pusat Kota
3. Sarana dan Prasarana yang masih kurang memadai
34
dikatakan view dari wisata alam lejja tersebut seperti observasi awal
peneliti di destinasi wisata alam lejja bahwa terdapatnya panorama alam
yang indah, sejuk masih asli/alami dan pepohonan yang rindang dan
sumber air panas yang melimpah di kawasan destinasi wisata alam lejja
Kabupaten Soppeng yang memberikan kenyamanan bagi para wisatawan
baik domestik maupun mancanegara.
2. Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata, yaitu berkaitan dengan
kebutuhan atau fasilitas penunjang bagi wisatawan yang berkunjung
selama mereka tinggal atau datang di Kabupaten Soppeng. Seperti
observasi awal peneliti saat terjun langsung kelapangan dan mencocokkan
dengan teori yang peneliti pakai bahwa diperlukan sarana dan prasaran
yang baik dan memadai atau infrastruktur,transportasi,pasar atau promosi
agar wisatawan menjadi tahu, nyaman dan dapat dengan mudah
mengakses atau mengunjungi tempat-tempat yang menjadi tujuan
wisatawan, hal ini tentu sebagai suatu pelayanan yang berkualitas pula
bagi pariwisata.
3. Kriteria Kesejahteraan Masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan
pada sejumlah sektor ekonomis termasuk transportasi, penjual eceran,
usaha grosir, dll, salah satu isu yang penting adalah pengaruh dari
pariwisata terhadap kesenian dan kerajinan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih 2 bulan setelah ujian
proposal. Objek penelitian dilaksanakan di Kota Soppeng .
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1. Jenis Peneliitian
Jenis penelitian yakni penelitian kualitatif ini digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai pengembangan objek wisata alam lejja
Kabupaten Soppeng
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yakni digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
Fenomenologi yang dimaksudkan ialah untuk memberi gambaran secara
jelas mengenai fenomena yang terjadi berdasarkan pengalaman yang
dialami oleh informan.
C. Sumber Data
1. Data primer, yang diperoleh secara langsung dari informan dari Kepala
Dinas dan beberapa pegawai yang ada di Dinas Pariwisata, penerima dana
pariwisata, masyarakat di sekitar permandian air panas lejja dan beberapa
pengunjung.
2. Data Sekunder yaitu diperoleh melalui beberapa majalah ilmiah, sumber
arsip dokumen pribadi, data online, dokumen resmi buku dan jurnal yang
berkaitan dengan. : Pengembangan objek Wisata Alam Lejja Dalam
36
Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
D. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini memerlukan informan yang mempunyai pengetahuan
tentang masalah penelitian yang akan diteliti guna memperoleh data dan
informasi yang lebih akurat (James J Spillane S.J). Oleh sebab itu, informan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Informan Inisial Jabatan
1 Andi Unru Mappejanci AUM Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten
Soppeng
2 Hj. A. Isa Tenri Sumpala ITS Kabid Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata
3 Isikki IS Petugas Pengelola Villa di
Objek Wisata Alam Lejja
4 Rusmin RN Petugas Pengelola Objek
Wisata Alam Lejja
5 Ceka CK Pedagang
6 Ahmadi AD Pengunjung
7 Anggriawasa AG Petugas Parkir
28
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi
Observasi yaitu suatu metode atau cara untuk menganalisis dan melakukan
pencatatan yang dilakukan secara sistematis, tidak hanya terbatas dari orang tetapi
juga objek yang lain. Observasi dilakukan pada lokasi penelitian dengan
mengidentifikasi „Pengembangan objek Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan
Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Soppeng.‟‟
b. Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan.
wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang “Pengembangan objek
Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas
Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu peneliti mengumpulkan segala macam gambar atau
hasil pemotretan dokumentasi peristiwa yang sudah berlalu, dan sebagai
pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi.
29
F. Teknik Analisis Data
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi
merupakan data mentah dari lapangan. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan data
yang relevan untuk disajikan dan dapat menjawab pertanyaan.
b. Penyajian Data
Data yang telah disusun dari hasil reduksi data kemudian disajikan dalam
bentuk narasi deskripsi, data yang disajikan merupakan data yang dapat digunakan
untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Setelah data disajikan secara rinci
langka selanjutnya adalah membahas data yang telah disajikan tersebut.
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah data tersebut dibahas maka, selanjutnya data tersebut diambil
kesimpulannya. Kesimpulan digunakan sebagai jawaban dari permasalahan yang
diteliti.
G. Pengabsahan Data
Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
perlu dilakukan pemeriksaaan keabsahan data. untuk menganalisis dan memeriksa
keabsahan data, teknik yang digunakan adalah teknik:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang sudah di
peroleh dari beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan
menguji data yang telah didapatkan dengan hasil pengamatan, wawancara dan
dokumen-dokumen yang ada. Kemudian peneliti membandingkan hasil
30
pengamatan dari wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan
dokumen yang ada.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data didapatkan dengan
wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi, apabila dengan dua
teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda,
maka peneliti harus melakukan diskusi kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin
semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mememgaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Untuk itu dalam menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, obervasi atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasil uji memperoleh data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian
datanya.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Soppeng
Kabupaten Soppeng ialah salah satu Kabupaten yang ada di provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia . Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.500,00 km2
dan jumlah penduduk kurang lebih 226.116 jiwa. Berada pada 4.600-4,3200◦
Lintang Selatan dan 119,4718-120,0613◦ Bujur Timur. Ibukota kabupaten ini
berada di Watansoppeng yang berbatasan dengan 4 kabupaten lain antara lain :
Tabel 4.1 Batas-Batas Wilayah
Utara Kabupaten Sidenreng Rappang
Timur Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone
Selatan Kabupaten Bone
Barat Kabupaten Barru
Soppeng terletak pada depresiasi sungai walannaE yang terdiri dari
daratan dan perbukitan dengan luas daratan ± 700 serta berada pada
ketinggian rata-rata antara 100-200 m di atas permukaan laut. Ibu kota soppeng
yaitu kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan
laut. Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai, wilayah perairan hanya
sebagian dari Danau Tempe.
62
Kabupaten Soppeng memiliki 8 kecamatan yaitu, Citta, Donri-donri,
Ganra, Lalabata, Lliliriaja, Lilirilau, Marioriawa, dan Marioriwawo dan memiliki
sebanyak 21 kelurahan dan 49 Desa.
2. Sejarah Singkat Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Soppeng
Kantor Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
berlokasi Jl.Salotungo Kabupaten Soppeng.
a. Visi dan Misi
Visi :
Pemerintahan Yang Melayani dan Lebih Baik
Misi :
1. Menetapkan arah kebijakan pertanian yang melayani dan pro petani
2. Mewujudkan pendidikan yang unggul yang murah dan berkeadilan bagi
semua warga.
3. Menjadikan Kabupaten Soppeng yang lebih baik dalam pelayanan public.
4. Menata kepariwisataan dan sistem transportasi yang mulus dan nyaman.
5. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih bebas korupsi.
6. Menjamin ketersediaan system pelayanan kesehatan unggul dan murah.
7. Mendorong peningkatan kehidupan beragama serta partisipasi pemuda dan
perempuan dalam pembangunan.
8. Menjadikan Kabupaten Soppeng sebagai pilar utama pembangunan
Sulawesi-Selatan, dan
9. Menjadikan Kabupaten Soppeng sebagai daerah yang nyaman dan terdepan
dalam investasi.
63
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
b. Struktur Organisasi
KEPALA DINAS
SEKERTARIAT
SUB BAGIAN PERENCANAAN
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG KEPEMUDAAN BIDANG KEOLAHRAGAAN
SEKSI PEMBERDAYAAN PEMUDA
SEKSI PENGEMBANGAN
PEMUDA
SEKSI INFRASTRUKTUR DAN KEMITRAAN
PEMUDA
SEKSI PEMBUDAYAAN OLAHRAGA
SEKSI PENINGKATAN PRESTASI
OLAHRAGA
SEKSI INFRASTRUKTUR DAN KEMITRAAN
OLAHRAGA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG DESTINASI DAN PROMOSI
PARIWISATA
BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PARIWISATA
SEKSI PENGELOLAAN DAYA TARIK DAN
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
SEKSI DESTINASI WISATA UNGGULAN
SEKSI PENGELOLAAN USAHA PARIWISATA
SEKSI SARANA DAN PRASARANA
OBJEK WISATA
SEKSI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF
SEKSI PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
KEPARIWISATAAN
UPTD
64
Struktur Organisasi Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Soppeng dibentuk berdarakan Peraturan Bupati Soppeng NOMOR : 41
Tahun 2019 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta
Tata Kerja Pada Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga, struktur organisasi
ini bertujuan untuk menggambarkan hirarki tanggung jawab dan pembagian tugas
dalam organisasi tersebut adapun susunan Organisasi Dinas Pariwisata,
Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng.
c. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Bupati Soppeng Nomor : 41 Tahun 2019 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas
Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng.
a. Kepala Dinas
b. Sekertariat
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
3. Sub Bagian Keuangan
c. Bidang Destinasi dan Promosi Pariwisata
1. Seksi Pengelolaan Daya Tarik dan Kawasan Strategis Kawasan
Pariwisata
2. Seksi Destinasi Wisata Unggulan
3. Seksi Pengelolaan Usaha Pariwisata
d. Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
1. Seksi Sarana dan Prasarana Objek Wisata
65
2. Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif
3. Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan
e. Bidang Kepemudaan
1. Seksi Pemberdayaan Pemuda
2. Seksi Pengembangan Pemuda
3. Seksi Infrastruktur dan Kemitraan Pemuda
f. Bidang Keolahragaan
1. Seksi Pembudayaan Olahraga
2. Seksi Peningkatan Prestasi Olahraga
3. Seksi Infrastruktur dan Kemitraan Olahraga
g. Unit Pelaksana Teknis Daerah
h. Kelompok Jabatan Fungsional
Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas mempunyai tugas untuk membantu Bupati dalam memimpin dan
menyelenggarakan urusan pemerintah Bidang Pariwisata dan urusan pemerintahan
Bidang Kepemudaan dan Olahraga yang menjadi urusan pemerintah daerah dan
tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah yang menjadi kewenangan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala Dinas mempunyai fungsi :
1. Kepala Dinas
a. Menyusun rencana kegiatan dinas sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas.
b. Mendistribusikan dan memberikan petunjuk pelaksanaan tugas.
66
c. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan Dinas untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas.
d. Menyusun rancangan, mengoreksi, memeraf dan/atau menandatangani
naskah Dinas sesuai prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil kerja yang
benar dan akurat.
e. Mengikuti rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Merencanakan dan merumuskan kebijakan bidang destinasi dan promosi
pariwisata, bidang pengembangan, sumber daya pariwisata, bidang
Kepemudaan dan Olahraga
2. Sekertariat
a. Pengordinasian pelaksanaan tugas dalam lingkungan Dinas
b. Pengordinasian urusan umum dan kepegawaian
c. Pengordinasian perencanaan dan pelaporan
d. Pengordinasian administrasi keuangan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya
3. Sub Bagaib Umum dan Kepegawaian
a. Menyusun Rencana Kegiatan Sub Bagian Umum Kepegawaian sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas
b. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan
lembaga non pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi dinas
c. Menilai kinerja bawahan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
67
d. Melakukan penyusunan laporan dan pendokumentasian kegiatan kepala
Subbagian Umum dan Kepegawaian dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan, dan
e. Melakukan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan oleh pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
4. Sub Bagian Keuangan
a. Mengumpulkan bahan, menyusun, dan mengelola administrasi keuangan
dinas
b. Melakukan verifikasi kelengkapan administrasi penataausahaan keuangan
dinas
c. Mengkoordisakan pelaksanaan akuntansi pengeluaran dan penerimaan
keuangan
d. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan keuangan
e. Menyusun realisasi perhitungan anggaran
f. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bendaharawan
g. Mengumpulkan bahan dan mengkoordinasikan data sebagai bahan
penyusunan laporan hasil pemeriksaan keuangan
5. Bidang Destinasi dan Promosi Pariwisata
a. Perumusan kebijakan teknis Bidang Destinasi dan Promosi Pariwisata
b. Menginventarisir permasalahan yang berhubungan dengan bidang
pengelolaan daya tarik wisata, dan kawasan strategis pariwisata,
pengelolaan destinasi wisata unggulan serta pengelolaan usaha pariwisata
serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.
68
c. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas yang terkait dengan bidang
Destinasi dan Promosi Pariwisata meliputi pengelolaan daya tarik wisata,
sesuai ketentuan perundang-undangan
d. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala Bidang Destinasi dan
Promosi Pariwisata dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan
sebagai bahan perumusan kebijakan.
6. Seksi Pengelolaan Daya Tarik dan Kawasan Strategis Pariwisata
a. Menyiapkan bahan dan melakukan perencanaan kebijakan teknis
pengelolaan daya tarik dan kawasan strategis pariwisata.
b. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait kebijakan yang berkaitan
dengan program dan kegiatan pengelolaan daya tarik dan kawasan strategis
pariwisata.
c. Melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
seksi Pengelolaan Daya Tarik dan Kawasan Strategis Pariwisata.
d. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan non
pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dinas.
7. Seksi Destinasi Wisata Unggulan
a. Menyusun rencana kegiatan seksi Destinasi Wisata Unggulan
b. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani
naskah dinas sesuai prosedur yang berlaku agar diperoleh hasil kerja yang
benar dan akurat.
c. Melakukan kegiatan promosi destinasi wisata unggulan
69
d. Melakukan penyiapan bahan penyusunan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan destinasi wisata unggulan.
e. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan
lembaga non pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi dinas.
f. Menilai kineja bawahan sesuai ketentuan peraturan perundang-undang.
g. Melakukan penyusunan laporan dan pendokumentasian kegiatan kepala
seksi Destinasi Wisata Unggulan dan memberikan saran pertimbangan
kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan dan.
h. Melakukan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan oleh pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
8. Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata
a. Mengiventarisis permasalahan yang berhubungan dengan bidang
pengembangan sumber daya pariwisata yang meliputi sarana dan prasarana
objek wisata, pengembangan ekonomi kreatif serta perkembangan sumber
daya manusia kepariwisataan serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan
masalah.
b. Melaksanakan penyusunan kebijakan dibidang pengembangan sumber daya
pariwisata, meliputi sarana dan prasana objek wisata, pengembangan
ekonomi kreatif serta pengembangan SDM kepariwisataan.
c. Melaksanakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
pengembangan SDM pariwisata yang meliputi sarana dan prasarana objek
70
wisata, pengembangan ekonomi kreatif serta pengembangan sumberdaya
kepariwisataan yang menjadi kewenangan daerah.
d. Melaksanakan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dibidang pengembangan sumber daya pariwisata.
e. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengembangan
sumber daya pariwisata.
f. Melaksanakan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang
pengembangan sumber daya pariwisata yang meliputi sarana dan prasarana
objek wisata, pengembangan ekonomi kreatif serta pengembangan sumber
daya kepariwisataan.
g. Melaksanakan pengembangan dan peningkatan persediaan sarana prasarana
objek wisata (Zona Kreatif/Ruang Kreatif Berekspriensi, Berpromosi dan
Berinteraksi bagi insan kreatif di daerah. Melaksanakan pengembangan dan
peningkatan kapasitas sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif
tingkat dasar.
d) Struktur dan Besarnya Tarif
1. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas, lokasi dan jangka
waktu pemakaian.
2. Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan jumlah pengguna jasa yang dijadikan
dasar alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah untuk
penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.
71
3. Dalam hal alokasi beban biaya berdasarkan tarif yang berlaku, maka tarif
ditetapkan sebagai jumlah pembayaran persatuan unit pelayanan jasa yang
meliputi unsur-unsur sebagai berikut.
a. Unsur biaya persatuan penyediaan biaya langsung.
b. Unsur persatuan biaya tidak langsung.
c. Unsur biaya persatuan penyusutan aktiva tetap dan tidak tetap.
d. Unsur biaya persatuan lain-lain berkenaan dengan penyediaan jasa yang
bersangkutan, dan
e. Unsur persatuan keuntungan yang dikehendaki.
Adapun Struktur dan besarnya tarif ditetapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Struktur dan Besarnya Tarif
No Jenis Tarif Tarif Ket
A. 1.Tarif Masuk Permandian
a. Orang Dewasa 5,000 Per orang
b. Anak-Anak 3,000 Per orang
c. Kendaraan Masuk Melewati Pintu Gerbang Wisata
- Kendaraan Roda 4 10,000 Per mobil
- Kendaraan Roda 2 5,000 Per Motor
2. Tarif Persewaan fasilitas
a. Balai Pertemuan (Baruga) 500,000 Per hari
b. Guest House (Villa)
72
- Long Time 200,000 Per hari
- Short Time 100,000 Per jam
c. Penginapan / Kamar
- Long Time 200,000 Per hari
- Short Time 100,000 Per jam/kamar
d. Gasebo Kolam Berendang 50,000 Perjam
e. Gasebo Tempat Makan 50,000 Perjam
f. Ruang Makan 50,000 Perjam
g. Lapangan Tenis 50,000 Perjam
3. Tarif Persewaan Alat
a. Ban Ukuran Besar 5,000 Perjam
b. Ban Ukuran Kecil 3,000 Perjam
c. Pakaian Renang 10,000 Perjam
d. Tikar Plastik 10,000 Perjam
e. WC / Kamar Ganti 2,000 1 x masuk
4. Tarif Masuk Kolam Utama dan Kolam Mainan Anak-Anak
a. Orang Dewasa 3,000 Per orang
b. Anak-Anak 2,000 Per orang
5. Tarif Masuk Lokasi Taman Satwa,Taman Bunga
a. Orang Dewasa 3,000 Per orang b. Anak-Anak 2,000 Per orang
6. Tarif Sewa Tempat untuk penjual
- Orang Lama 100,000 Per Bulan
- Orang Baru / Temporer 7,000 Per hari
73
Sumber : Sekertariat Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng di olah 22 November 2019
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa ada 6 komponen yang
menjadi penetapan struktur dan besarnya tarif di Dinas Pariwisata, Kepemudaan
dan Olahraga yaitu, tarif masuk permandian, tarif penyewaan fasilitas, tarif
penyewaan alat, tarif masuk kolam utama dan kolam anak-anak, tarif masuk
lokasi taman satwa/taman bunga, dan tarif sewa tempat untuk penjual. Dengan
tarif dan keterangan yang berbeda-beda, yang dapat dilihat sendiri dari tabel yang
terlampir di atas.
e) Sejarah Singkat Permandian Air Panas Lejja
Pemandian Air Panas Lejja terletak di Desa BuluE, Kecamatan
Marioriawa, Kabupaten Soppeng dengan batas kawasan Sebelah Utara Kampong
Lejja, Sebelah Selatan Kampong DataE, Sebelah Barat Gunung Pangesoren,
Sebelah Timur Desa BuluE atau Kampong Galung Kalunge. Dan berjarak sekitar
49 km sebelah utara Kota Watansoppeng atau sekitar 14 km dari Ibu Kota
Kecamatan Marioriawa. Untuk menuju objek wisata ini, dapat dicapai dengan
menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan rute perjalanan Makassar-
Soppeng-Desa BuluE. Jarak sekitar 175 km dengan waktu tempuh 4 jam melalui
jalan aspal.. Tipe ekosistem di kawasan ini adalah hutan hujan tropis daratan
rendah
Tabel 4.3 Daftar Pengunjung dan Retribusi Kawasan Wisata Alam Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng tiga tahun terakhir.
Tahun Pengunjung Target PAD Penerimaan Persentase (%) WSA dan WSL
2016 139.073 Orang 1.100.000.000 1.10.115.000 91,82%
74
2017 115.487 Orang 1.100.000.000 1.041.621.000 94,69%
2018 111.784 Orang 1.100.000.000 948.027.000 86,18%
Sumber: Petugas Pengelola Tiket Masuk Permandian Air Panas Lejja
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa Daftar Pengunjung dan
Retribusi Kawasan Wisata Alam Permandian Air Panas Lejja Kabupaten Soppeng
tiga tahun terakhir yaitu di tahun 2016 pengunjung WSA dan WSL sejumlah
139.073 Orang dengan target PAD 1.100.000.000 dan penerimaan 1.10.115.000
dengan hasil presentase 91,82%. Ditahun 2017 pengunjung WSA dan WSL
sejumlah 115.487 Orang dengan target PAD 1.100.000.000 dengan hasil
penerimaan 1.041.621.000 dengan hasil presentase 94,69% dan Ditahun 2018
pengunjung WSA dan WSL sejumlah 111.784 Orang dengan target PAD
1.100.000.000 dengan hasil penerimaan 948.027.000 dengan hasil presentase
86,18%
B. Pengembangan Objek Wisata Alam Lejja Dalam Meningkatkan
Pendapatan Retribusi Wisata di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan
Olahraga Kabupaten Soppeng
1. Kriteria Attractions
Kriteria Attractions adalah daya tarik pariwisata atau hal-hal yang
menarik perhatian wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata seperti
objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan yang berwujud keadaan alam, flora dan
fauna atau berwujud musium, peninggalan purbakala, peninggalan bersejarah,
wisata petualangan maupun taman rekreasi dan komplek hiburan/keindahan alam,
iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, sifat kesukuan, kemampuan atau
75
kemudahan berjalan atau ketempat tertentu dan didukung dengan kondisi
keamanan dalam objek wisata itu sendiri. Untuk lebih jelasnya peneliti akan
uraikan satu persatu sebagai berikut :
a. View Keindahan Alam
Menurut teori James J. Spillane S.J (1994) bahwa View keindahan alam
adalah yang dimaksudkan berkaitan dengan Panorama alam yang indah, sejuk
masih asli/alami dan pepohonan yang rindang dan sumber air panas yang
melimpah, yang memberikan kenyamanan bagi pengunjung itu sendiri yang
melakukan perjalanan wisata ke tempat atau objek-objek wisata. Untuk lebih
jelasnya peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan beberapa informan di
lapangan yang berkaitan dengan View Keindahan Alam seperti yang ada di bawah
ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AUM, selaku kepala dinas
pariwasata mengatakan bahwa :
“Wisatawan asing suka berkunjung ke objek Wisata Alam Lejja karena memiliki keunikan tersendiri mulai dari suhu air panasnya pemandangan yang masih sejuk dan alami dll WSA (Wisatawan Asing) di waktu tertentu seperti pada bulan Januari. Setiap tahun wisatawan asing kita dapat dari Kementerian Luar Negeri dan itu campur-campur ada dari Pakistan, Malaysia, Singapura, Amerika, Eropa, ada dari Tanzania, India dan biasanya 8 sampai 10 orang. Terakhir datang dari Bulgaria 18 orang dan bermalam sampai 3 malam di objek wisata Pemandian Air Panas Lejja.”
(Hasil wawancara dengan AUM, tanggal 21/11/2019) Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa objek wisata alam lejja
banyak diminati oleh wisatawan mancanegara karena objek wisata alam lejja
mempunyai keunikan tersendiri yaitu bukan hanya permandian air panas yang ada
76
namun juga pemandangan disekitar destinasi objek wisata sangat bagus, indah dan
sejuk.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan oleh ITS selaku Kabid
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata, mengatakan bahwa
“ Mengenai view di permandian air panas lejja itu masih alami dan sejuk,
hal itu di tandai dengan permandian air panas lejja yang dominan pepohonan yang rindang dan masih masuk kategori hutan lindung. Jadi keindahan itu yang membuat wisatawan mungkin tertarik sehingga mau mengunjungi permandian air panas lejja. (wawancara dengan ITS, tanggal 21/11/2019).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dijelaskan bahwa permandian air
panas lejja memiliki keunikan tersendiri dengan pemandangan yang indah dan
masih mayoritas pepohonan serta dedaunan yang indah dan sejuk, menjadikan
permandian air panas lejja banyak di minati oleh wisatawan lokal maupun
wisatawan asing. Hal itu ditandai dengan pernyataan informan di atas bahwa
wisatawan asing kebanyakan memilih untuk menginap di villa sekitaran
permandian air panas lejja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan IS selaku Pengelola Villa di
destinasi permandian air panas lejja, mengatakan bahwa :
“ selama ini sejak saya menjadi pengelola villa di sini sudah banyak orang
atau wisatawan yang pernah menginap di sini, bahkan mereka menginap lebih dari satu hari dan tentu mereka puas dan menikmati keindahan atau pemandangan yang ada di sini di tambah lagi adanya wahana bermain yang menambah minat bagi wisatawan untuk tetap tinggal menikmati dan menghabiskan waktunya di sini. Jadi itulah semua hal yang menjadikan alam lejja ini begitu banyak peminatnya. (wawancara dengan IS,tanggal 22/11/2019). Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwasanya wisatawan sangat
senang datang berkunjung di objek wisata alam lejja dikarenakan keindahan alam
77
yang asli/alami dan adanya wahana bermain yang menjadikan wisatawan tetap
tinggal dan menghabiskan waktunya untuk berwisata.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan oleh pengunjung di destinasi
permandian air panas lejja yang bernama AD, mengatakan bahwa :
“pemandangan di sini sangat indah dan sejuk dengan banyaknya pepohonan dan dedaunan serta wahana bermain dan kolam permandian air panas. Saya dan keluarga sudah 5 kali kesini dan saya rasa sarana prasarana di sini sudah cukup bagus dan menunjang dengan objek wisata yang menarik, jadi saya sendiri tidak bosan-bosan untuk kembali untuk mengunjungi tempat ini. (wawancara dengan AD, tanggal 22/11/2019).
Berdasarkan hasil wawancara di atas di jelaskan bahwa permandian air
panas lejja sudah memenuhi syarat dengan view atau objek wisata yang bagus dan
indah dan sangat di minati oleh wisatawan karena ada keunikan tersendiri dengan
pemandangan yang indah dan banyaknya wahana serta fasilitas yang mendukung
dalam memanjakan wisatawan, sehingga dalam banyaknya jumlah pengunjung
yang datang dengan view yang di kelola dengan baik serta fasilitas yang baik akan
mendatangkan retribusi yang banyak pula sehingga permandian air panas lejja ini
dapat berkontribusi dalam PAD Kabupaten Soppeng.
Berdasarkan wawancara dengan seluruh informan di atas, maka, peneliti
menyimpulkan dan mengaitkan observasi di lapangan dengan kerangka pikir
menurut James J. Spillane, S.J (1994), yaitu dalam mengukur tingkat kesuksesan
pariwisata di indonesia harus meliputi adanya View atau objek pemandangan
yang menarik bagi wisatawan. Dan hal itu terdapat keselarasan atau sejalannya
pendapat James J. Spillane, S.J dengan penelitian di lapangan yang membuktikan
bahwa banyaknya peminat dari wisatawan untuk mengunjungi permandian air
panas lejja karena dengan adanya view yang menarik sehingga wisatawan
78
meminati objek wisata tersebut dan ingin kembali berwisata di permandian air
panas lejja.
b. Kondisi keamanan yang baik
Adalah daya tarik pariwisata atau hal-hal yang menarik perhatian
wisatawan yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata seperti kenyamanan
dalam berwisata tanpa ada gangguan dan fasilitas yang aman ke suatu tempat
dengan ke tempat objek wisata tertentu atau yang lainnya. Untuk lebih jelasnya
peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan beberapa informan yang
berkaitan dengan kondisi ke amanan yang baik dalam objek wisata. Seperti di
bawah ini .
Berdasarkan hasil wawancara dengan ITS, selaku Kabid Pengembangan
Sumber Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata, mengatakan bahwa :
“ Mengenai keamanan di permandian air panas lejja selama ini tidak adanya kasus atau masalah mengenai pencurian atau tindak kriminal yang di laporkan oleh petugas pengelola objek wisata alam lejja kepada kami di dinas pariwisata dan mengenai kemanan fasilitas atau sarana prasaran yang ada itu semuanya kami jamin semuanya aman dan apabila ada yang rusak pasti kami akan segera memperbaiki, namun dalam pengembangan objek wisata di permandian air panas lejja itu kami adakan atas arahan dari kepala dinas, jadi tidak serta merta kami lakukan pengembangan objek wisata tanpa adanya arahan langsung dari atasan. (wawancara dengan ITS, tanggal 21/11/2019).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa selama ini tidak adanya
tindak kriminal yang terjadi dan semua fasilitas atau sarana prasarana yang ada
semuanya sudah dijamin keamanannya dan apabila ada yang rusak akan segera
diperbaiki oleh dinas pariwisata, kepemudaan dan olahraga.
79
Hal ini sejalan dengan pernyataan hasil wawancara dengan AG, selaku
petugas parkir di permandian air panas lejja mengatakan bahwa :
“Pengunjung sangat banyak, kalau hari biasa atau hari kerja pengamanannya tidak terlalu ketat tidak seperti pada hari raya. Pada hari raya keamanan objek wisata Pemandian Air Panas Lejja bekerjasama dengan Kepolisian Polsek Marioriawa terdekat, Dinas Perhubungan (LLAJ) dan Pengelola objek wisata Pemandian Air Panas Lejja” jadi para
wisatawan disini sudah di jamin keamanan mereka dengan adanya petugas keamanan dan selama ini belum saya dapati masalah atau tindak kriminal di sini. (Hasil wawancara dengan AG 23/11/2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa pengamanan yang dilakukan
oleh aparat di hari-hari biasa tidak terlalu ketat tidak seperti di hari-hari besar
contohnya dihari raya idul fitri, dan adapun petugas dinas perhubungan yang
melakukan pengamanan dibantu oleh aparat kepolisian yang ikut menjaga
keamanan di destinasi permandian tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan MH selaku pengunjung di Destinasi
wisata Permandian Air Panas lejja, mengatakan bahwa :
“ keamanan di sini sudah bagus karena saya lihat juga adanya aparat yang berjaga-jaga di sekitaran wisata ini, dan saya sendiri juga merasakan aman berada disini, mengenai keamanan sarana prasarana di sini saya rasa juga sudah aman dan bagus-bagus jadi saya tidak merasa khawatir dengan fasilitas yang saya gunakan karena saya lihat sudah bagus dan aman. (Wawancara dengan MH, tanggal 23/11/2019). Hal ini sejalan dengan pernyataan hasil wawancara dengan pengunjung
yang bernama AD di permandian air panas lejja mengatakan bahwa :
“ Fasilitas di yang ada menurut saya sudah aman apalagi wahana bermain yang ada di sini juga menurut saya sudah aman dan anak saya sendiri sudah menggunakan wahana bermain itu dan semuanya aman tidak ada yang perlu di takutkan, keamanan dari sisi pengunjung juga menurut saya sudah aman, saaya tidak pernah mendapati adanya pencuri atau orang nakal di dalam objek wisata ini. (wawancara dengan AD, tanggal 22/11/2019).
80
Berdasarkan hasil wawancara ke 2 informan di atas di jelaskan bahwa
tingkat keamanan objek wisata permandian air panas lejja beserta fasilitas yang
ada itu sudah bagus dengan adanya petugas yang berjaga-jaga di sekitaran objek
wisata dan semua fasilitas yang ada itu sudah di perbaharui semua sehingga
pengunjung tidak merasa khawatir dengan menggunakan segala fasilitas yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, kemudian
peneliti menyimpulkan secara keseluruhan dengan mengaitkan hasil observasi dan
teori yang peneliti pakai di kerangka pikir yaitu Kondisi keamanan yang baik,
menurut teori James J. Spillane S.J (1994). Bahwa sudah sejalannya teori tersebut
dengan hasil penelitian di lapangan yang di tandai dengan pernyataan seluruh
informan di atas yang mengatakan bahwa kondisi keamanan di objek wisata
permandian air panas lejja sudah baik dengan tidak terdapatnya tindak kriminal
serta fasilitas yang memadai dan juga aman bagi para pengunjung. Sehingga
dengan tigkat keamanan yang baik ini nantinya akan berpengaruh dan bedampak
dengan jumlah minat dan datangnya pengunjung atau wisatawan dan berdampak
pula terhadap peningkatan retribusi wisata alam lejja serta akan berdampak pada
peningkatan kontribusi PAD Kabupaten Soppeng.
2. Kriteria pengembangan kawasan wisata
Pengembangan kawasan wisata adalah salah satu cara untuk membuat suatu
objek wisata menjadi menarik dan dapat membuat para pengunjung tertarik
mengunjunginya pengembangan dilakukan baik dalam objek wisata maupun
fasilitas-fasilitas yang ada dalam objek wisata tersebut.
a. Objek wisata
81
Objek Wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi wisatawan Demikian dikatakan James J. Spillane S.J
(1994) Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan
beberapa informan yang berkaitan dengan objek wisata. Seperti di bawah ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ITS, selaku Kabid Pengembangan
Sumber Daya Pariwisa, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan
bahwa :
“ Objek wisata permandian air panas lejja itu dulunya masih minim fasilitas dan objek atau spot-spot yang kurang, yaitu dulunya hanya ada kolam air panas saja namun itu tentu akan kami lakukan pengembangan objek wisata agar bukan cuma kolam saja yang ada di sana, tetapi kami selalu mengadakan rapat bersama dalam membahas apa-apa saja yang harus di kembangkan di objek wisata tersebut yang nantinya akan membuat para wisatawan atau pengunjung berminat untuk mendatangi objek wisata lejja, agar kiranya pendapatan retribusi itu meningkat, dan sampai saat ini keinginan itu sudah terwujud dan dapat kita lihat sendiri disana itu sudah kami kembangkan objek wisatanya dengan ditambahnya gazebo-gazebo tempat penginapan, kita juga menambahkan di sana spot-spot atau tempat berfoto yang bagus dan indah dan saya rasa sesuai dengan apa yang di inginkan kebanyakan pengunjung yaitu dengan adanya objek-objek menarik yang lainya, kita juga sudah mengadakan pengembangan objek wisata di sana yaitu adanya wahana bermain yaitu sepeda layang untuk memanjakan para wisatawan ataupun pengunjung, agar wisatawan juga bisa melihat keindahan atau pemandangan dari atas. (wawancara dengan ITS, tanggal 21/11/2019).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dulunya permandian air panas
lejja masih minim fasilitas hanya ada kolam air panas di destinasi wisata alam
lejja, namun untuk sekarang ini sudah objek wisata alam lejja sudah mengalami
perubahan/pengembangan objek wisata yaitu sudah terdapatnya gazebo,
villa/penginapan dan ada juga spot-spot tempat berfoto yang bagus dan indah serta
82
adanya wahana bermain seperti sepeda layang, semua itu bertujuan dalam menarik
minat dan memanjakan wisatawan atau pengunjung.
Hal ini sejalan dengan pernyataan oleh AUM, selaku kepala dinas
pariwasata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan bahwa :
“ Terkait pengembangan objek wisata di permandian air panas lejja itu
sudah kami lakukan pengembangan objek wisata, dapat dilihat di objek wisata tersebut adanya tempat foto-foto yang menarik dan adanya wahana bermain, semua itu di peruntukkan oleh pengunjung yanag datang agar mereka menikmati segala fasilitas yang ada, jadi bukan hanya kolam air panas saja mereka nikmati namun ada juga yang lainnya yang harus mereka nikmati, dan sering saya melihat ketika berkunjung langsung ke objek tersebut banyaknya wisatawan yang berkunjung dan ada juga yang bermalam dengan menggunakan villa yang kami fasilitasi khusus buat pengunjung. ( wawancara dengan AUM, tanggal 21/11/2019). Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa di destinasi wisata permandian
air panas lejja sudah dilakukan pengembangan objek wisata seperti adanya tempat
berfoto yang menarik dan adanya wahana bermain serta villa tempat pengujung
menginap.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Pengelola Objek wisata alam
lejja yang bernama RN, di Destinasi Objek Wisata Alam Lejja, mengatakan
bahwa :
“ seperti kita lihat di sini sudah banyaknya fasilitas-fasilitas dan objek-objek menarik di permandian air panas lejja ini yang bisa pengunjung nikmati mulai dari kolam air panas,wahana bermain,tempat-tempat foto yang indah,villa-villa tempat menginap,gazebo-gazebo tempat beristirahat, taman-taman satwa serta menikmati pemandangan alam yang ada disini, semua itu dari hasil di kembangkannya objek wisata alam lejja ini dengan bertujuan untuk menarik jumlah wisatawan untuk datang berkunjung dan saya rasa tiap tahun itu retribusi yang ada menjadi meningkat karena pengunjung banyak yang datang kesini dengan tertarik untuk menikmati semua fasilitas yang ada beserta objek-objek dan view yang ada. (wawancara dengan RN, tanggal 23/11/2019).
83
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sudah terdapatnya fasilitas-
fasilitas dan objek-objek menarik di permandian air panas lejja yang bisa
pengunjung nikmati, seperti kolam air panas wahana bermain,tempat-tempat foto
yang indah,villa-villa tempat menginap,gazebo-gazebo tempat beristirahat, taman-
taman satwa, semua itu dari hasil pengembangan sudah terealisasikan dan dari
hasil pengembangan tersebut akan menjadikan objek wisata dapat menarik
pengujung dan pendapatan retribusi pun ikut meningkat.
Hal ini sejalan dengan pernyataan hasil wawancara dengan penjual yang
menetap di sekitaran destinasi objek wisata alam lejja dengan ibu CK,
mengatakan bahwa :
“ Tiap harinya di sini banyak pengunjung yang datang karena ada kolam air
panas yang jarang di temui di sekitaran sulawesi, ada juga wahana bermain, ada juga villa-vila,gazebo-gazebo, dan tempat ini bagus untuk berfoto-foto juga bersama keluarga dan kerabat-kerabat, sering saya melihat orang-orang berfoto-foto di tempat ini dan saya beryukur sekali berada disini dengan membuka usaha kecil-kecilan, ternyata banyak juga yang datang membeli makanan dan minuman serta lain sebagainya, pendapatan saya pun di sini menjadi meningkat dan lancar, namun yang paling banyak itu ketika hari libur dan hari-hari besar bahkan sampe-sampe lahan parkir di sini tidak cukup menampung banyaknya kendaraan dari pengunjung. (wawancara dengan CK, tanggal 23/11/2019). Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa banyaknya pengujung yang
datang dengan menikmati kolam air panas yang jarang ditemui di daerah lain, juga
wahana bermain dan villa serta gazebo dan spot-spot foto yang banyak diminati
oleh pengujung. Adapun penjual disekitaran objek wisata sangat merasa puas dan
bersyukur karena banyak pengujung atau wisatawan pada saat libur atau hari-hari
besar datang berwisata dan berbelanja minuman dan makanan, namun lahan parkir
84
disekitaran objek wisata belum memadai atau belum cukup menampung
banyaknya jumlah kendaraan pengunjung yang datang tujuan berwisata.
Berdasarkan wawancara dari beberapa informan di atas kemudian peneliti
menyimpulkan secara keseluruhan dan membandingkan dengan observasi dan
teori di kerangka pikir menurut James J. Spillane S.J (1994). bahwa pernyataan
dari beberapa informan di atas sudah sejalan dengan pendapat dari teori James J.
Spillane S.J yaitu Objek wisata harus memiliki Objek kawasan wisata yang
menarik beserta pengembangan-pengembangan objek wisata yang harus
dilakukan. Sehingga peneliti berpendapat bahwa objek wisata alam lejja sudah
memiliki objek yang menarik dan sudah dilakukan pula pengembangan objek
wisata dalam memikat perhatian wisatawan atau pengunjung untuk datang
berwisata, sehingga dalam rangka banyaknya pengunjung yang datang akan
meningkatkan retribusi pendapatan destinasi kawasan wisata alam lejja, yang akan
berpengaruh pada PAD Kabupaten Soppeng. Meskipun lahan parkir yang ada di
destinasi kawasan wisata alam lejja masih kurang atau minim dalam menampung
jumlah kendaraan dari pengunjung.
b. Sarana & prasarana wisata
Sarana & prasarana wisata adalah seperangkat alat yang digunakan untuk
suatu kegiatan, alat tersebut bisa berupa alat utama atau alat yang yang membantu
proses kegiatan, sehingga tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Untuk lebih
jelasnya peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan beberapa informan
yang berkaitan dengan sarana & Prasarana wisata, Seperti di bawah ini.
85
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan AUM, selaku kepala dinas
pariwasata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan bahwa :
“ sarana prasarana yang ada baik itu di dinas pariwiasta dan di objek
wisata permandian air panas lejja sudah memadai dan adapun sarana seperti gazebo,villa,wc tempat pengunjung untuk berganti pakaian itu sudah bagus dan selalu kami pantau di sana apabila ada kerusakan dan kami akan perbaiki, walaupun seharusnya sarana seperti wc tempat ganti baju dan lahan parkir serta tempat-tempat duduk di destinasi wisata alam lejja harus di tambah karena untuk mengantisipasi agar ketika banyaknya pengunjung yang datang tidak ada lagi yang mengantri, karena yang paling utama saya lihat wc di sana itu masih kurang dan harus di tambah. (Wawancara dengan AUM, tanngal 21/11/2019).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana objek
wisata sudah dikelola dengan baik oleh dinas pariwisata, kepemudaan dan
olahraga dengan terdapatnya gazebo,villa,wc tempat pengunjung untuk berganti
pakaian itu sudah bagus dan apabila ada kerusakan akan diperbaiki, namun sarana
seperti wc tempat ganti baju dan lahan parkir serta tempat-tempat duduk di
destinasi wisata alam lejja harus di tambah karena untuk mengantisipasi agar
ketika banyaknya pengunjung yang datang tidak ada lagi yang mengantri,
Hal Tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan ITS selaku Kabid
Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata Kabupaten
Soppeng, mengatakan bahwa :
“ mengenai sarana prasarana di yang ada di lejja itu adanya
Villa,Gazebo,Tempat duduk, Wc dan adanya tempat foto-foto yang kami buat khusus diperuntukkan untuk pengunjung dan itu hasil dari retribusi permandian air panas lejja selama ini. Namun sarana wc di sana memang belum cukup memadai masih banyaknya pengunjung yang biasa mengantri untuk berganti pakean. (wawancara dengan ITS, tanggal 21/11/2019).
Hasil wawancara diatas di jelaskan bahwa sarana prasarana terkait
pelayanan kepada pengunjung di objek wisata alam lejja sudah bagus dan
86
memadai, meskipun wc tempat ganti baju dan mandi bagi pengunjung masih
kurang, namun dengan retribusi yang semakin meningkat nantinya akan dilakukan
penambahan wc sehingga pengunjung tidak ada yang mengantri ketika ingin
berganti pakaian.
Berdasarkan Hasil wawancara dengan salah satu pengunjung yang
bernama BR, di destinasi objek wisata alam lejja, mengatakan bahwa
“ sudah bagus dan lengkap sarana prasarananya di sini, kami puas dengan adanya wahana bermain,gazebo,villa dan kolam serta tempat duduk yang ada di sini semuanya ada dan masih baru-baru saya lihat. (wawancara dengan BR, tanggal 23/11/2019).
Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu pengunjung yang bernama
AM yang mengatakan bahwa :
“ sarana prasarana disini sudah lengkap saya rasa hanya perlu masukan
dari saya untuk menambah wc dan Gazebonya, karena kita biasa mengantri ketika ingin memakai wc dan gazebo juga seperti itu biasanya sudah penuh padahal kami juga ingin duduk dan beristirahat di gazebo-gazebo yang ada di sini, jadi itu saja harus di tambah, mengenai yang lainnya saya rasa sudah lengkap dan bagus di tambah lagi alamnya yang sejuk dengan dedaunan dan pepohonan yang indah dan sejuk di pandang. (wawancara dengan AM, tanggal 22/11/2019).
Berdasarkan hasil wawancara 2 informan di atas di jelaskan bahwa dalam
hal sarana prasarana di objek wisata alam lejja sudah bagus namun hanya yang
menjadi keluh kesah sebagian pengunjung di atas mengeluhkan terkait sarana
yaitu Wc dan gazebo yang masih kurang dan harus di tambah, karena kurang
sebanding dengan meningkatnya jumlah peminat atau jumlah pengunjung yang
datang.
Berdasarkan hasil wawancara berbagai informan di atas kemudian peneliti
menyimpulkan dengan mengaitkan hasil observasi dilapangan dengan teori
87
menurut James J. Spillane S.J (1994). Bahwa sudah sejalannya teori tersebut yaitu
Kriteria pengembangan kawasan wisata melalui indikator Sarana Prasarana Objek
Wisata dengan kenyataan di lapangan bahwa sarana prasarana yang ada di objek
permandian air panas lejja sudah memenuhi syarat lengkapnya sarana prasarana
yang ada, namun masih ada beberapa sarana prasarana yang masih kurang dan
harus di tambah yaitu Wc dan Gazebo seperti keluhan pengunjung yang sudah
peneliti wawancarai di atas. Harusnya dengan objek wisata alam lejja yang begitu
bagus dan indah harusnya di dukung berbagai bidang baik itu sarana prasarana
yang baik atau infrastruktur yang baik agar pengunjung betah dan ingin lagi
datang untuk menikmati suasana objek wisata yang ada, sehingga retribusi wisata
itu akan meningkat dan berpengaruh pada peningkatan pengembangan objek
wisata alam lejja yang lebih bagus dan juga akan meningkatkan kontribusi PAD di
sektor wisata khususnya wisata alam lejja.
c. Pasar dan promosi wisata
Pemasaran dalam bidang promosi wisata sangat diperlukan karena dengan
adanya pemasaran objek wisata tersebut menjadi dikenal masyarakat luas dan
dapat menarik banyak wisatawan asing untuk datang berkunjung ke objek wisata.
Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan beberapa
informan yang berkaitan dengan Pasar dan promosi wisata, Seperti di bawah ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ITS, selaku Kabid Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan bahwa :
“ Pasar dan promosi wisata permandian alam lejja sudah di lakukan dan itu
sering dapat dilihat di sosial media yang ada, surat kabar,internet dan media televisi seperti trans 7,trans Tv dan tvri dengan brand atau hastag
88
(Ayo ke Soppeng), biasa itu saya lihat di tivi dia siarkan setiap pagi-pagi, jadi anda coba lihat sendiri promosi itu, promosi itu sering kami lakukan agar masyarakat keseluruhan menjadi tahu bahwa adanya wisata alam lejja beserta objek-objek barunya yang akan memanjakan pengunjung yang datang. (wawancara dengan ITS, tanggal 21/11/2019). Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa promosi wisata mengenai
permandian air panas lejja sudah dilakukan yaitu melalui sosial media yang ada
surat kabar dan internet serta media televisi utamanya Trans 7 dengan hastag Ayo
Ke Soppeng.
Hal Tersebut sejalan dengan hasil wawancara bersama AUM, selaku
kepala dinas pariwasata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan
bahwa :
“ Tentu untuk memperkenalkan dan memberi tahukan kepada publik mengenai objek wisata yang ada di soppeng khususnya permandian air panas lejja harus mempromosikan atau mensosialisasikan wisata itu melalui berbagai media dan itu sudah kami lakukan secara berkesinambungan, dengan tujuan menarik banyak pelanggan atau pengunjung untuk datang ke soppeng dan berwisata di wisata permandian alam lejja. (wawancara dengan AUM, tanggal 21/11/2019).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pasar promosi yang
dilakukan keberbagai media, dengan tujuan menarik banyak pelanggan atau
pengunjung untuk datang ke soppeng berwisata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala pengelola Objek wisata alam
lejja yang bernama RN, di Destinasi Objek Wisata Alam Lejja, mengatakan
bahwa :
“ untuk memperkenalkan dan memberitahukan kepada seluruh masyarakat
bahwa adanya wisata permandian air panas lejja dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap dan pemandangan yang indah, dengan mempromosikan melalui berbagai media, coba anda lihat di tv setiap pagi di situ ada pasti siaran mengenai permandian air panas lejja dengan berbagai wisata-wisata
89
yang ada di kabupaten soppeng. (wawancara dengan RN,tanggal 23/11/2019).
Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu pengunjung yang bernama
AD yang mengatakan bahwa :
“ memang betul wisata alam lejja ini sering saya lihat baik itu melalui
internet bahkan melalui media Tv dengan memperkenalkan keindahan alamnya beserta objek-objek wisata yang ada di kabupaten soppeng termasuk wisata alam lejja ini. (wawancara dengan AD, tanggal 22/11/2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas di jelaskan bahwa
pasar promoosi wisata alam lejja yang ada di kabupaten soppeng sering di lakukan
dengan bukti yang dapat di lihat melalui internet dan media tv yang di siarkan saat
pagi-pagi dengan tujuan mensosialisasikan kepada maasyarakat keseluruhan
bahwa adanya wisata alam lejja yang ada di Kabupaten Soppeng yang sangat
bagus dan indah mulai dari pemandangan alamnya sampai kepada fasilitas-
fasilitas yang ada beserta wahana bermainnya dan kolam air panas yang melimpah
yang airnya itu langsung dari mata air alam.
Berdasarkan beberpa pernyataan informan di atas kemudian peneliti
menyimpulkan secara keseluruhan dengan mengaitkan hasil observasi di lapangan
dengan apa yang ada di kerangka pikir menurut James J. Spillane S.J (1994), yaitu
indikatornya Pasar Promosi Wisata, bahwa hal tersebut sudah sejalan dengan apa
yang di sampaikan oleh keseluruhan informan bahwa pasar promosi wisata itu
sudah di lakukan oleh dinas pariwisata melalui berbagai media yang ada dengan
bukti-bukti juga dari informan pengunjung yang mengatakan bahwa benar
promosi wisata alam lejja sudah sering mereka lihat dan akhirnya tertarik untuk
datang mengunjungi wisata alam lejja, karena tujuan pasar promosi tersebut
90
memang untuk menarik perhatian masyarakat keseluruhan agar datang berkunjung
ke kabupaten soppeng dan berwisata di permandian air panas lejja. Sehingga
dalam hal ini pengunjung akan semakin meningkat dan retribusi juga akan
meningkat pula dan akan berkontribusi juga pada peningkatan PAD Kabupaten
Soppeng di sektor wisata, terkhusus wisata alam lejja.
3. Kriteria Kesejahtraan Masyarakat
Kriteria kesejahtraan masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan
pada sejumlah sektor ekonomis termasuk transportasi, penjual eceran, usaha
grosir, dll, salah satu isu yang penting adalah pengaruh dari pariwisata terhadap
kesenian dan kerajinan. Ada perbedaan pendapat yang tajam, selain pekerjaan
pendapatan merupakan manfaat pokok dari pariwisata bagi masyarakat setempat
atau lokal, pengeluaran masyarakat merupakan pendapatan langsung dan melalui
akibat pengganda akan dapat memperbesar pendapatan tak langsung, sehingga
pendapatan yang diciptakan akan sangat besar sebagaimana dengan pekerjaan
akibat yang pasti sulit ditentukan secara teoritis dan akan bergantung pada struktur
perekonomian lokal dan industri pariwisata.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ITS, selaku Kabid Pengembangan Sumber
Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan bahwa :
“ Mengenai kesejahtraan masyarakat sekitaran objek wisata alam lejja
tentu mengalami peningkatan taraf perekonomian dengan telah dikembangkannya wisata alam lejja yang tadinya hanya kolam saja namun untuk sekarang ini sudah ada wahana bermain spot-spot foto penambahan Gazebo, Wc, Villa dll. Jadi semua itu tentu berdampak pada perekonomian para pedagang yang ada disekitaran objek wisata maupun pedagang yang tidak menetap serta masyarakat yang bermukiman disekitaran objek wisata. (wawancara dengan ITS 21/11/2019)
91
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat
disekitaran objek wisata alam lejja mengalami peningkatan taraf perekonomian
seperti meningkatnya jumlah penjualan mereka dan bertambahnya jumlah
pedagang, karena dampak dari dikembangkanya objek wisata alam lejja.
Hal Tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan AUM, selaku kepala
dinas pariwasata, di Dinas Pariwisata Kabupaten Soppeng, mengatakan bahwa :
„‟ keberadaan objek wisata alam lejja sangat berdampak pada
perekonomian masyarakat yang ada disekitaran objek keutungan dari adanya pengembangan objek wisata hal tersebut terbukti dengan banyaknya atau meningkatnya jumlah pedagang yang ada di sekitaran objek wisata dan dibuktikan pula dengan adanya pedagang baru yang membuka tempat atau kios untuk berdagang contohnya menjual baju sofenir khas lejja jadi itu yang membuat masyarakat yang dulunya tidak mempunyai pekerjaan sekarang sudah mendapat pekerjaan dengan berjualan disekitar objek wisata. (wawancara dengan AUM, tanggal 21/11/2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas di jelaskan bahwa
betul sudah meningkatnya perekonomian masyarakat disekitaran objek wisata
alam lejja yang ditandai dengan pernyataan informan diatas bahwa adanya
peningkatan jumlah pedagang yang berjualan disekitaran objek wisata.
Berdasarkan wawancara dengan penjual di sekitaran destinasi objek wisata
alam lejja yang bernama ibu CK, mengatakan bahwa :
„‟Semenjak adanya objek wisata alam lejja ini membuat saya sangat
merasa senang karna bisa membantu perekonomian keluarga dan pendapatan saya disini sudah terbilang cukup bagus kalau dibandingkan dengan yang dulu kalau untuk sekarang ini dengan telah dikembangkannya objek wisata alam lejja serta diperbaharuinya sarana dan prasarana yang ada menjadikan objek wisata alam lejja banyak diminati dan dikunjungi oleh wisatawan dan pendapatan saya disini juga terbilang meningkat seiring dengan meningkatnya pula jumlah pengunjung. Banyak juga disini pedagang-pedang seperti saya membuka kios yang baru mungkin karna
92
melihat semakin hari semakin bertambahnya jumlah pengujung jadi mereka berinisiatif untuk membuka kios juga sehingga dapat merubah perekonomian.nya. namun kami tidak dilibatkan untuk ikut mengelola objek wisata alam lejja ini seperti berkontribusi atau diperkerjakan di objek wisata alam lejja sehingga pendapatan kami bukan hanya dari penjualan eceran saja namun juga dari upah/gaji pekerja mengelola objek wisata. (wawancara dengan CK Pedagang yang ada disekitaran Objek Wisata Alam Lejja tanggal 22/11/2019)
. Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa dengan adanya
pengembangan objek wisata yang dilakukan oleh dinas terkait masyarakat
disekitar objek wisata menjadi inisiatif dengan ikut berpartisipasi sekaligus ingin
meningkatkan ekonomi mereka dengan berjualan atau membuka usaha disekitaran
objek wisata, dan untuk pedagang yang sudah lama berjualan ditempat tersebut
menjelaskan bahwa pendapatan mereka sudah meningkat pula semenjak adanya
pengembangan objek wisata alam lejja ini.
Berdasarkan hasil dari beberapa wawancara diatas, kemudian peneliti
menyimpulkan secara keseluruhan dengan mengaitkan hasil observasi dilapangan
dengan teori yang peneliti guanakan di kerangka pikir menurut James J Spillane
SJ (1994) dalam hal ini peningkatan perekonomian masyarakat sudah sejalan
dengan hasil penelitian dilapangan bahwa terkait pengembangan objek wisata
yang telah dilakukan oleh dinas terkait sudah memberi dampak pada peningkatan
perekonomian masyarakat sekitaran objek wisata, hal itu ditandai dengan
beberapa pernyataan informan diatas menjelaskan bahwa pendapatan mereka
sudah meningkat dibandingkan sebelum adanya pengembangan objek wisata alam
lejja.
93
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Objek Wisata
Permandian Air Panas Lejja
Faktor pendukung :
1. Panorama Alam yang Indah, Sejuk dan Masih Asli/Alami.Keindahan
alam tercermin dari sumber air panas yang melimpah serta pepohonan
yang rindang di sekitar objek wisata merupakan daya tarik tersendiri
bagi wisatawan. Selain itu adanya atraksi fauna langka seperti
monyet/kera diatas pohon yang dapat disaksikan oleh pengunjung
Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja.
2. Sumber Air Panas yang melimpah. Objek Wisata Pemandian Air
Panas Lejja mempunyai sumber mata air panas yang jernih dan
melimpah. Suhu airnya mencapai 600 Celcius, ditambah kandungan
sulfur dengan kadar belerang mencapai 1,5 persen yang berkhasiat
menyembuhkan penyakit kulit, rematik, dan gatal-gatal.
3. Kondisi Keamanan yang Baik. Keamanan Objek Wisata Pemandian
Air Panas Lejja cukup baik karena melibatkan warga sekitar dan
polsek terdekat untuk menjaga objek tersebut. Keamanan diperlukan
untuk menjaga barang-barang pengunjung yang ditinggal bermain
ataupun berjalan-jalan di sekitar objek dari tindakan pencurian yang
dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu
khusus di hari libur seperti Hari Raya keamananannya sangat dijaga.
94
Faktor penghambat
1. Keterbatasan Anggaran untuk Biaya Sarana dan Prasarana Objek
Wisata. Dana pengembangan dan pembangunan Objek Wisata
Pemandian Air Panas Lejja masih mengandalkan dana APBD.
Keterbatasan APBD membuat pembangunan dan pengembangan
Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja tersendat.
2. Lokasi Jauh dari Pusat Kota. Letak Objek Wisata Pemandian Air
Panas Lejja jauh dari pusat kota Kabupaten Soppeng. Untuk
mencapai Objek Wisata Pemandian Air Panas Lejja harus menempuh
jarak 49 km dengan jalanan yang berliku dan terjal.
3. Sarana dan Prasarana yang masih kurang memadai di objek wisata
alam lejja seperti Air bersih, Area Parkir, Jalan Beraspal, Guest House
Villa, Gazebo, Toilet/WC, Kamar Ganti Pakaian.
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Attraction, banyaknya peminat dari wisatawan untuk mengunjungi
permandian air panas lejja karena adanya view yang menarik serta di
dukung oleh kondisi keamanan yang baik, bahwa dipermandian air panas
lejja tidak pernah terdapatnya kasus tindak kriminal sehingga aman bagi
pengunjung
2. Pengembangan kawasan wisata alam lejja belum optimal yang meliputi
pengadaan sarana berupa wahana bermain dan spot-spot foto sebagai daya
tarik bagi pengunjung hal ini disebabkan adanya keterbatasan anggaran
3. Kriteria Kesejahteraan Masyarakat yang cukup baik bagi pedagang eceran
secara langsung dalam pengelolaan.nya belum melibatkan masyarakat
sekitar lokasi objek wisata secara maksimal.
4. Ada beberapa faktor yang dapat mendukung peningkatan objek wisata alam
lejja diantaranya Panorama Alam yang Indah, Sejuk dan masih asli atau
alami, sumber air panas yang melimpah, kondisi keamanan yang baik.
Sementara itu, masih terdapat pula beberapa faktor penghambat berupa
keterbatasan anggaran untuk biaya pengembangan
ii
objek wisata sehingga sarana dan prasarana yang belum memadai
disebabkan oleh pengelolaan retribusi belum dilaksanakan satu pintu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Konsistensi pengelolaan retribusi secara terbuka dan transparan dari dinas
pariwisata bersama dengan dispenda untuk pengembangan objek wisata
alam lejja, berupa penambahan wahana dan fasilitas bermain
2. Perlunya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata berupa
penyerapan tenaga kerja/tenaga honorer yang memproritaskan masyarakat
lokal sehingga secara otomatis berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
3. Optimalisasi pengembangan objek wisata alam lejja melalui retribusi wisata
satu pintu.
iii
DAFTAR PUSATAKA
Bastian.2001. Akuntansi Sektor Publik Yogyakarta: Penerbit BPFE, Universitas Gajah Mada.
Feldman.2008. Tentang Pengertian Pajak. Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada. George R. Terry.2013 Dalam Buku Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara. Mardiasmo.2002. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Nasrullah.2015.„‟Strategi Pengembangan Objek Wisata Permandian Air Panas
Lejja Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kabupaten Soppeng Sulawesi-Selatan‟‟. Volume 2 Diakses pada Hari Minggu,25,Agustus,2019, Pukul 23.28 WITA.
Samudra.1995. Retribusi Perpajakan Pungutan Langsung Dari Pemerintah
Daerah Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Siahaan.2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi Jakarta: Rajawali
Pers. Sondang P. Siagian.2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara. Spillane S.J.1994 James J. Dalam Buku Pariwisata Indonesia.Yogyakarta:
Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI). PERDA Kabupaten Soppeng No 3 Tahun 2012 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Peraturan Bupati Soppeng Nomor 41 tahun 2019 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng.
Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Soppeng. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Yoeti.2001. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
iv
L A M P I R A N
v
Gambar 1.Wawancara dengan ITS, Selaku Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, di Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Soppeng
tanggal 21,23,26/11/2019).
Gambar 2. Wawancara dengan bapak RN, Selaku Kepala pengelola Objek wisata alam lejja tanggal 23,27/11/2019.
vi
Gambar 3. Wawancara dengan bapak AG selaku petugas Parkir di permandian air panas lejja 23,27/11/2019
Gambar 4. Wawancara dengan Ibu CK, selaku penjual di sekitaran objek wisata alam lejja tanggal 23/11/2019
vii
Gambar 5. Wawancara dengan bapak AD selaku pengunjung objek wisata alam lejja, tanggal 23/11/2019.
Gambar 6. Wawancara dengan bapak BR selaku pengunjung objek wisata alam lejja, tanggal 23/11/2019.
viii
RIWAYAT HIDUP
MUHAMMAD HIDAYAT UMAR, Lahir pada
tanggal 14 April 1997 dilingkungan Kelurahan Attang
Salo Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng.
Anak Pertama dari pasangan Suami Istri Umar Hadi
Coddi dan Hj.Nurcahaya.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 56
Madining Kabupaten Soppeng dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Padali dan tamat pada tahun
2012. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan di
SMK Negeri 1 Marioriawa dan tamat pada tahun 2015. Berkat usaha dan kerja
keras yang disertai doa pada tahun 2015 penulis berhasil lulus di jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu (S1). Penulis sangat bersyukur
diberi kesempatan oleh Allah SWT bisa menimba ilmu yang merupakan bekal
dimasa depan. Saat ini penulis berharap dapat mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh dengan baik dan membahagiakan orang tua serta berusaha menjadi
manusia yang berguna bagi Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa dan Negara.