skripsi oleh : asmarani
TRANSCRIPT
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI
DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh :
ASMARANI
1702042002
PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI
DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memeroleh Gelar Sarjana Kesehatan (S.Kes)
pada Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
ASMARANI
1702042002
PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji pada tanggal : 22 Juli 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Sri Agustina Meliala, SKM., MKM
Anggota : 1. Andini Mentari Tarigan, S.Tr.Keb., MKM
2. dr. Chairulsyah Putra, MKM
ABSTRAK
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI
DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2019
ASMARANI
NIM: 1702042002
Penjelasan tentang Informed consent/persetujuan tindakan medis merupakan
salah satu hal yang sangat penting sebelum dilakukan tindakan operasi. Dalam
pelaksanaannya setiap rumah sakit harus memliki prosedur tetap sebagai acuan.
Dari survei awal pada bulan Februari 2019 terhadap pasien dan keluarga pasien
yang sudah dilakukan tindakan operasi, pemberian informed consent masih belum
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dari 30 orang terdapat 12 orang (40%)
belum paham dengan isi dari informasi medis yang disampaikan dokter berupa
risiko, komplikasi dan tindakan bedah.
Desain penelitian ini menggunakan survey analitic cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pemahaman pasien
terhadap penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar.
Populasinya adalah pasien dan keluarga yang mewakili pasien yang telah
dilakukan tindakan operasi besar. Pengambilan sampel dengan metode total
sampling yaitu 223 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa
data menggunakan univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat
dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pemahaman pasien terhadap
penjelasan informed consent operasi dalam kategori paham (97,3%). Dari hasil uji
regresi logistik tahap I didapatkan faktor yang memengaruhi tingkat pemahaman
pasien terhadap penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar adalah Pendidikan, Waktu Penyampaian Informasi dan
Psikologi. Dari hasil uji regresi logistik tahap II didapatkan variabel yang paling
dominan berpengaruh adalah waktu penyampaian informasi dengan nilai
sig=0,010.
Kesimpulannya adalah tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan
informed consent operasi dalam kategori paham dan faktor yang secara signifikan
memengaruhi pemahaman pasien adalah faktor akses informasi berupa waktu
penyampaian informasi. Saran yang diberikan adalah sebaiknya dalam
memberikan penjelasan informed consent perlu diperhatikan waktu penyampaian
informasinya dan haruslah mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan.
Kata Kunci : Pasien Operasi, Pemahaman, Persetujuan Tindakan Medis
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI DI RS
VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019”. Skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.Kes pada Program Studi S1
Administrasi Rumah Sakit Institut Kesehatan Helvetia.
Selama Penulisan Skripsi, penulis telah mendapatkan bimbingan dan
petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia
3. Dr. H. Ismail Effendy., M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan
4. Dr. Asriwati, S.Kep.,Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
5. Sri Agustina Meliala, SKM., MKM., selaku Ketua Program Studi
Administrasi Rumah Sakit dan Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini
ii
6. Andini Mentari Tarigan, S.Tr.Keb., MKM., selaku Dosen Pembimbing II
yang telah membimbing dan memberikan masukan untuk kesempurnaan
Skripsi ini
7. dr.Chairulsyah Putra, MKM., selaku dosen Penguji yang telah menguji dan
memberikan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini
8. Seluruh Dosen Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit yang telah
memberikan ilmu selama masa pendidikan
9. Pimpinan tempat penulisan yang dilakukan
10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit
11. Teristimewa kepada Ayahanda Selamat dan Ibunda Asmaniar Lubis, serta
seluruh keluarga dan rekan kerja yang telah memberikan segala bentuk
dukungan dalam masa studi
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi
kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan
rahmatNya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2019
Penulis,
ASMARANI
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Asmarani
Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 04 April 1989
Agama : Islam
Anak ke : Tiga
Alamat : Jl. Mesjid Lingk I Silumangi, Kel.Mekar Nauli
Kec. Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar
Status : Belum Menikah
II. Data Orang Tua
Nama Ayah : Selamat
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Asmaniar Lubis
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Mesjid Lingk I Silumangi, Kel.Mekar Nauli
Kec. Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar
III. Riwayat Pendidikan
Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 122347 Pematangsiantar
Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 8 Pematangsiantar
Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 4 Pematangsiantar
Tahun 2007 – 2010 : Diploma III Manajemen Informatika,
AMIK PARBINA NUSANTARA Pematangsiantar
Tahun 2017 – 2019 : Strata 1 Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia Medan
iv
DAFTAR ISI
Judul Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
PERNYATAAN
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3. TujuanPenelitian ......................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
1.4.1. Bagi Rumah Sakit ........................................................... 8
1.4.2. Bagi Dokter, Pasien dan Keluarga Pasien ....................... 8
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10
2.1. Keaslian Penelitian ..................................................................... 10
2.2. Telaah Teori ................................................................................ 12
2.2.1. Rumah Sakit .................................................................... 12
a. Pengertian Rumah Sakit ............................................. 12
b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .................................. 13
c. Tujuan Rumah Sakit ................................................... 13
d. Persyaratan Rumah Sakit ........................................... 14
e. Pelayanan Rumah Sakit .............................................. 14
f. Peraturan Internal Rumah Sakit ................................. 18
2.2.2. Rekam Medis .................................................................. 20
a. Pengertian Rekam Medis ........................................... 20
b. Kegunaan Rekam Medis ............................................ 20
c. Manfaat Rekam Medis ............................................... 24
d. Isi Rekam Medis ......................................................... 24
2.2.3. Operasi ............................................................................ 25
a. Pengertian Operasi ..................................................... 25
b. Indikasi Operasi .......................................................... 26
v
c. Klasifikasi Operasi ..................................................... 26
d. Reaksi pasien terhadap Operasi .................................. 28
2.2.4. Akses Informasi .............................................................. 29
a. Pengertian Informasi .................................................. 29
b. Informasi yang harus disampaikan ............................. 30
c. Cara memberikan Informasi ....................................... 34
2.2.5. Informed Consent ............................................................ 35
a. Pengertian Informed Consent ..................................... 35
b. Fungsi dan Tujuan Informed Consent ........................ 36
c. Bentuk Informed Consent ........................................... 37
d. Tata Laksana Informed Consent ................................. 38
e. Pihak yang Memberi Persetujuan ............................... 39
2.2.6. Pemahaman ..................................................................... 44
a. Pengertian Pemahaman .............................................. 44
b. Konsep Pemahaman ................................................... 44
c. Faktor yang Memengaruhi Pemahaman ..................... 45
2.3. Kerangka Teori ........................................................................... 48
2.4. Hipotesis ..................................................................................... 49
2.5. Kerangka Konsep ........................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 50
3.1. Desain Penelitian ........................................................................ 50
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 50
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 50
3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 51
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 51
3.3.1. Populasi ........................................................................... 51
3.3.2. Sampel ............................................................................. 51
3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ............................. 52
3.4.1. Definisi Operasional ....................................................... 52
a. Variabel Dependent (Y) ............................................. 52
b. Variabel Independent (X) ........................................... 53
3.4.2. Aspek Pengukuran .......................................................... 54
3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 55
3.5.1. Jenis Data ........................................................................ 55
3.5.2. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 55
a. Data Primer ................................................................ 55
b. Data Sekunder ............................................................ 55
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 56
3.6.1. Uji Validitas .................................................................... 56
3.6.2. Uji Reliabilitas ................................................................ 57
3.7. Metode Pengolahan Data ........................................................... 58
a. Editing .................................................................................. 58
b. Coding .................................................................................. 58
c. Data Entry atau Processing ................................................. 58
d. Pembersihan Data (Cleaning) .............................................. 58
vi
3.8. Analisis Data ............................................................................... 58
3.8.1. Analisis Univariat ........................................................... 59
3.8.2. Analisis Bivariat .............................................................. 59
3.8.3 Analisis Multivariat......................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 60
4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................ 60
4.1.2. Analisa Data Penelitian ................................................... 66
a. Analisis Univariat ....................................................... 66
1) Deskripsi Karakteristik Pasien ............................... 66
2) Deskripsi Akses Informasi..................................... 68
3) Deskripsi Psikologi Pasien .................................... 70
4) Deskripsi Pemahaman terhadap Informed Consent 71
b. Analisis Bivariat ......................................................... 72
1) Variabel Karakteristik Pasien ................................ 73
2) Variabel Akses Informasi ...................................... 75
3) Variabel Psikologi ................................................. 77
c. Hasil Analisa Statistik ................................................ 78
4.2. Pembahasan ................................................................................ 80
4.2.1. Pengaruh Karakterisitk Pasien Terhadap Pemahaman
Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 81
4.2.2. Pengaruh Akses Informasi Terhadap Pemahaman
Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 85
4.2.3. Pengaruh Psikologi Pasien Terhadap Pemahaman
Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 92
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 92
5.2. Saran ........................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96
LAMPIRAN .................................................................................................. 100
vii
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 2.1. Format Dokumentasi Pemberian Informasi .............................. 32
Gambar 2.2. Format Dokumentasi Pemberian Informasi di RS Vita Insani . 33
Gambar 2.3. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran/Informed Consent 42
Gambar 2.4. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran di RS Vita Insani .. 43
Gambar 2.5. Kerangka Teori ......................................................................... 48
Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 49
Gambar 4.1. Struktur Organisasi RS Vita Insani Pematangsiantar ............... 63
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani .... 65
viii
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ...... 10
Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen dan Dependen .......... 54
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas ................................................................... 56
Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 57
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan Umur.. 66
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan
Pendidikan ................................................................................ 66
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan
Pekerjaan .................................................................................. 67
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan
Bagian Informasi yang diterima. .............................................. 67
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan
Kategori Baik dan Kurang Baik.. ............................................. 69
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Waktu Penyampaian Berdasarkan
Kategori Baik dan Kurang Baik. .............................................. 69
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Bahasa Penyampaian Berdasarkan
Kategori Baik dan Kurang Baik. .............................................. 69
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Psikologi Pasien Berdasarkan
Kategori Baik dan Kurang Baik ............................................... 70
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemahaman berdasarkan
ix
Informasi yang diterima ........................................................... 70
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pemahaman tentang Informed
Consent berdasarkan Kategori Paham dan Kurang Paham ...... 71
Tabel 4.11. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Umur dengan
Pemahaman Tentang Informed Consent dan Kurang Paham ... 72
Tabel 4.12. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pendidikan dengan
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ....................... 73
Tabel 4.13. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pekerjaan dengan
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ....................... 74
Tabel 4.14. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Kelengkapan Informasi
dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 75
Tabel 4.15. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Waktu Penyampaian
dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 75
Tabel 4.16. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Bahasa Penyampaian
dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 76
Tabel 4.17. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Psikologi Pasien
dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 77
Tabel 4.18. Hasil uji variabel dengan chi-square ........................................ 78
Tabel 4.19. Hasil uji regresi logistik tahap I................................................ 79
Tabel 2.10. Hasil uji regresi logistik tahap II .............................................. 79
x
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden .............................................. 100
Lampiran 2 Kuesioner .................................................................................. 101
Lampiran 3 Surat Permohonan Survei Awal di RS Vita Insani ................... 105
Lampiran 4 Surat Ijin Survei Awal di RS Vita Insani ................................. 106
Lampiran 5 Surat Permohonan Uji Validitas ............................................... 107
Lampiran 6 Surat Ijin Uji Validitas di RS Tiara Kasih Sejati ...................... 108
Lampiran 7 Surat Permohonan Penelitian di RS Vita Insani ....................... 109
Lampiran 8 Surat diberikan Ijin Penelitian di RS Vita Insani ..................... 110
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian di RS Vita Insani ................................ 111
Lampiran 10 Data Responden Penelitian ....................................................... 112
Lampiran 11 Foto-Foto Kegiatan Penelitian .................................................. 116
Lampiran 12 Printout Hasil SPSS ................................................................. 122
Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi....................................................... 145
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik (1).
Salah satu hal yang sangat penting sebelum melakukan pelayanan
kesehatan/pelayanan kedokteran bagi pasien yaitu informed consent/persetujuan
tindakan medis/persetujuan tindakan kedokteran. Persetujuan tindakan kedokteran
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang akan dilakukan terhadap pasien (2).
Informed consent memberikan perlindungan kepada pasien terhadap
tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medis tidak ada
dasar kebenaran yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya serta memberi
perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,
dan pada setiap tindakan medis melekat suatu risiko. Suatu persetujuan dianggap
sah apabila pasien telah diberi penjelasan/ informasi, pasien atau yang sah
mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/
persetujuan, dan persetujuan harus diberikan secara sukarela (3).
2
Informed consent berisikan dua hak pasien yang esensiil dalam relasinya
dengan dokter. Hak tersebut adalah hak atas informasi dan hak atas persetujuan
atau consent. Informed consent sangat penting terkait dengan aspek hukum,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Informed consent melindungi pasien dari
pembedahan yang lalai dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
lembaga hukum. Sebelum pasien menandatangani lembar informed consent,
dokter ahli bedah harus memberikan penjelasan tentang pembedahan yang akan
dijalani pasien, dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk memastikan
pasien telah mendapat penjelasan dan bahwa informed consent telah didapat
secara sukarela dari pasien oleh dokter (4).
Tiga komponen dari Informed Consent, yaitu : (a). Informasi, yang
sebenarnya mencakup keterangan mengenai tindakan yang akan dilakukan,
berbagai risiko yang mungkin terjadi, manfaat yang diharapkan, tindakan
alternatif untuk kepentingan pasien. (b). Pemahaman, merupakan fungsi dari
kemampuan. Dokter harus memastikan bahwa informasi yang diberikan telah
dipahami sepenuhnya, (c). Kerelaan, menuntut adanya kebebasan fisik maupun
psikis. Semakin rentannya pasien, semakin ia berhak untuk memperoleh
perlindungan lebih banyak terhadap tekanan atau bujukan yang mungkin tidak
tepat untuk dilakukannya tindakan medik tertentu (5).
Dalam dunia kedokteran saat ini informasi merupakan hak yang harus
diperoleh setiap orang sebagai hak asasinya seorang pasien atau keluarga pasien.
Berdasarkan informasi itulah kemudian pasien atau keluarga pasien dapat
3
mengambil keputusan suatu tindakan medik yang akan dilakukan pada diri atau
keluarganya (6).
Bila kita perhatikan akhir-akhir ini di media massa secara cermat, sebagian
besar perselisihan (dalam bentuk tuntutan hukum) yang timbul antara dokter
dengan pasien dan dokter dengan keluarga pasien yang dikenal dengan sebutan
malpraktik, karena kurangnya pemahaman terhadap informasi yang diberikan oleh
dokter, misalnya pemberitaan dugaan malpraktik dokter di Rumah Sakit Swasta di
Jakarta Barat, yaitu pada kasus Selvy, seperti yang diberitakan di media massa.
“Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea mendatangi Rumah Sakit Grha
Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (10/7). Hotman ingin meminta penjelasan dari
pihak rumah sakit atas dugaan malpratik oleh oknum dokter terhadap wanita
bernama Selphie Bong, yang terjadi pada 2015. Hotman menjelaskan, Selphie saat
itu menjalani operasi kista di RS Graha Kedoya. Dalam operasi itu, dokter turut
mengangkat dua indung telur Selphie tanpa izin. "Begitu saya tahu bahwa keluhan
dia, dia mengaku dua indung telurnya diambil tanpa izin, masa depannya hancur,
saya pikir ini masalah serius," terangnya. Hotman dan Selphie kemudian
mengadakan pertemuan dengan pihak rumah sakit. Usai pertemuan, Hotman
tampaknya kecewa dengan penjelasan pihak rumah sakit. Tapi, pihak rumah sakit
sudah memberi sanksi skors kepada dokter yang melakukan operasi kepada
Selphie. "Jadi kami sudah bertemu manajemen rumah sakit, pada dasarnya tidak
mau menjawab substansi karena itu masalah medis, tapi mereka sudah mengakui,
sudah skors (dokternya)," terangnya (7).
4
Kasus dugaan malpraktik juga terjadi di RS Vita Insani Pematangsiantar
pada tahun 2015, seperti yang diberitakan oleh media massa lokal sumatera utara
yang isinya : “Samsudin mengatakan, Monita Sinaga warga Kelurahan Parapat,
Kecamatan Girsang Sipanganbolon menjalani operasi melahirkan (caesar) pada
tanggal 16 Juli 2015 lalu. Namun bayi yang dilahirkan meninggal beberapa jam
setelah lahir tanpa ada penjelasan penyebabnya dari pihak rumah sakit, dan
Monita mengalami infeksi dan cedera kantung kemih, sehingga melanjutkan
pengobatannya ke Penang. Sementara itu Ketua Umum LSM Pendoa, Ungkap
Marpaung mengatakan, akibat kelalaian itu Monita mengalami kerugian baik
moril maupun materil, serta guncangan psikologis, dan pihak RS Vita Insani
mengacuhkan masalah yang terjadi. Sementara itu, Humas RS Vita Insani, Cokky
Pardede kepada sejumlah wartawan mengatakan, pihak rumah sakit sudah
melakukan penanganan sesuai prosedur medis dan kedokteran terhadap Monita
Sinaga. Jika keberatan dan tidak merasa puas dengan pelayanan rumah sakit,
Cokky mempersilakan pihak keluarga menempuh upaya hukum. Dia
menambahkan, pihak RS Vita Insani juga siap memberikan rekam medis pasien
jika dibutuhkan, termasuk oleh pihak penegak hukum dan majelis etik kedokteran
(8).
Ungkapan malpraktik banyak digunakan oleh para pengacara, LSM, dan
media pada setiap kasus klinik dengan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Opini masyarakat diarahkan bahwa penyebab-penyebab kasus tertentu adalah
kesalahan dokter, dimana dokter beserta rumah sakit harus dituntut. Ini sudah
mengarah kepada upaya peradilan oleh masyarakat atau media. Padahal
5
kenyataannya belum tentu seperti yang dituduhkan. Profesi medis atau dokter
adalah penuh risiko, baik yang diketahui sebelumnya atau tidak, yang dapat
dicegah atau adakalanya tidak dapat diatasi. Asuhan medis merupakan proses
yang rumit dimana hasilnya tergantung kepada banyak variabel bukan hanya
dokter saja. Semua itu tidak akan terjadi bila pasien dan keluarganya dalam
pemahaman Informed Consent benar-benar dilaksanakan, salah satu cara dengan
melaksanakan konsep Komunikasi Efektif Dokter-Pasien (9).
Kurangnya informasi yang disebarluaskan oleh media massa tentang
Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Persetujuan Tindakan Medik atau Informed
Consent, dan informasi- informasi lainnya yang menggambarkan antara dokter
dan pasien yang menyebabkan miskinnya informasi dan ketidak pahaman
masyarakat tentang Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent.
Informasi bermakna yang menggambarkan suatu objek, diharapkan dapat
menentukan persepsi yang baik pada diri seseorang. Persepsi merupakan proses
kedua pada manusia berkenaan dengan stimuli sesudah sensasi dan proses
pertama dalam memberi tanggapan pada stimuli yang diterima oleh indera (10).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pasien,
mengingat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan informasi medis terus
meningkat. Faktor-faktor tersebut antara lain umur, budaya, kebiasaan dan tingkat
pendidikan serta kelengkapan informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Tri Purnama Sari dan Doni Jepisah di Rumah Sakit Umum kelas C Se-Kota
Pekanbaru pada tahun 2018 menunjukan hasil persentase responden yang
mendapatkan informasi yang tidak lengkap sebanyak 119 responden (63,1%)
6
sedangkan yang mendapatkan informasi dengan lengkap sebanyak 75 (36,9%).
Responden yang mendapatkan informasi yang tidak lengkap cenderung memiliki
pemahaman rendah tentang persetujuan tindakan medis sebesar 2,857 kali
dibandingkan dengan responden yang mendapatkan informasi yang lengkap, hal
ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kelengkapan informasi dengan
pemahaman tentang persetujuan tindakan medis (11).
Penelitian yang dilakukan oleh Edison Perangin-angin di RSU Pirngadi
Kota Medan pada tahun 2009 tentang “Hubungan karakteristik pasien pelayanan
bedah dengan pemahaman pasien pada pelaksanaan persetujuan tindakan
kedokteran” dengan hasil penelitian menyatakan bahwa Variabel dari karakteristik
pasien yang mempunyai hubungan dengan pemahaman persetujuan tindakan
kedokteran adalah pekerjaan dan penyampaian informasi sedangkan yang tidak
mempunyai hubungan adalah umur, pendidikan, status perkawinan dan jenis
tindakan bedah (12).
Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di pusat kota Jalan Merdeka No. 329
Pematangsiantar merupakan rumah sakit swasta tipe B Non Pendidikan di
Pematangsiantar yang menyediakan pelayanan pembedahan. Pelayanan Bedah
yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani diantaranya
Tindakan operasi oleh spesialis Obgyn & Ginekologi, Bedah Umum, serta 3 sub
spesialis bedah yaitu Orthopedi, Urologi dan Bedah Plastik. Instalasi Bedah
Sentral RS Vita Insani memiliki 4 ruang operasi, 19 orang perawat bedah, 2 orang
spesialis anestesi, 5 orang spesialis Obgyn & Ginekologi, 3 orang spesialis bedah
umum, 2 orang spesialis Orthopedi, 1 orang spesialis Urologi dan 1 orang
7
spesialis Bedah Plastik. Data yang diperoleh dari Instalasi Bedah Sentral RS Vita
Insani Pematangsiantar pada tahun 2018 setiap bulannya melakukan tindakan
operasi rata-rata 300 orang (13).
Dari survei awal yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2019 di ruang
rawat inap terhadap pasien dan keluarga pasien yang sudah dilakukan tindakan
operasi mayor/operasi besar, dimana Informed Consent masih belum dilaksanakan
sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku, seperti pemberian informed consent
untuk tindakan operasi elektif masih ada dilakukan di bagian penerimaan pasien
diruang operasi dan materi yang berkaitan dengan informed consent tidak semua
dijelaskan kepada pasien atau keluarga pasien. Dari 30 orang pasien dan keluarga
pasien operasi yang sudah dilakukan tindakan operasi, 12 (40%) orang belum
paham dengan isi dari informasi medis yang disampaikan dokter berupa risiko,
komplikasi dan tindakan bedah yang sudah dilakukan dokter kepadanya atau
keluarganya. Begitu juga dari 30 Surat Ijin Operasi yang dilampirkan pada berkas
rekam medik pasien yang telah dilakukan operasi, ternyata 18 (60%) berkas
rekam medis masih belum memenuhi standar prosedur yang berlaku, seperti :
tidak diisinya kolom indikasi tindakan, tata cara, dan kolom biaya.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Faktor Yang Memengaruhi Pemahaman Pasien Terhadap
Penjelasan Informed Consent Operasi di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar Tahun 2019.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan di atas dapat
dirumuskan permasalahan penelitian :
1) Bagaimana tingkat pemahaman pasien operasi terhadap penjelasan
informed consent di RS Vita Insani Pematangsiantar tahun 2019
2) Faktor apa saja yang dapat memengaruhi tingkat pemahaman pasien
operasi terhadap penjelasan informed consent di RS Vita Insani
Pematangsiantar tahun 2019.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui tingkat pemahaman
pasien dan faktor yang dapat memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap
penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar tahun
2019.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit
Mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi pemahaman pasien
operasi terhadap penjelasan informed consent sehingga pelayanan kepada pasien
dapat diperbaiki atau ditingkatkan.
1.4.2. Bagi dokter, pasien dan keluarga pasien
a. Dokter dapat lebih meningkatkan pelayanannya dalam memberikan
9
penjelasan informed consent pada pasien operasi secara jelas, lengkap
dan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pasien.
b. Bagi pasien dan keluarga mengerti hak dan kewajibannya serta tidak
mudah dan cepat menganggap hasil dari tindakan operasi yang tidak
sesuai dengan harapan sebagai tindakan kelalaian atau malpraktik.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang factor yang dapat
memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan informed
consent operasi.
b. Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau penelitian
selanjutnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keaslian Penelitian
Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya N
o
Nama
Peneliti
Tujuan
Penelitian
Rancangan
Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1 Tri
Purnama
Sari, Doni
Jepisah
(2018)
Untuk
mengetahui
hubungan
kelengkapan
informasi
dengan
pemahaman
tentang
persetujuan
tindakan
medis di
Rumah Sakit
Kelas C Se-
Kota
Pekanbaru
Cross
sectional
Ada
hubungan
antara
kelengapan
informasi
dengan
pemahaman
tentang
persetujuan
tindakan
medis
Rancangan
Penelitian 1. Lokasi
Penelit
ian
2. Variab
el lain
3. Durasi
penga
mbilan
data
4. Analisi
s Data
2 Herman
Warouw
(2017)
Untuk
mengetahui
adanya
hubungan
pengetahuan
dengan
pelaksanaan
persetujuan
setelah
penjelasan
atau
informed
consent (IC)
pada pasien
di IRDB
BLU RSUP
Prof Dr R.D
Kandou
Analitik
kuantitatif
dengan
pendekatan
cross
sectional
Bahwa
pengetahuan
yang dimiliki
seseorang
sangat
mempengaru
hi dirinya
dalam
mengambil
sebuah
keputusan
Rancangan
Penelitian
1. Lokasi
Penelit
ian
2. Variab
el
lainny
a
3. Durasi
penga
mbilan
data
3
Dewangga
Primanand
a Susanto
Mengetahui
pengaruh
pemberian
Quasi
experiment
al
Bahwa
pemahaman
kelompok
Analisis
Data
1. Lokasi
Penelit
ian
11
(2017) media
photonovela
jenis
traditional
comic strip
terhadap
tingkat
pemahaman
informed
consent
pasien Sectio
Caesarea
(SC)
yang
mendapat
media lebih
tinggi secara
bermakna
dalam hal
penjelasan
indikasi , tata
cara, tujuan,
alternatif
lain, resiko,
komplikasi
dan biaya SC
dibandingkan
kelompok
pasien tanpa
media
photonovela.
2. Variab
el
lainny
a
3. Durasi
penga
mbilan
data
4 Nurfarhati
(2015)
Mengetahui
tingkat
pemahaman
informasi
medis pada
pasien di
Puskesmas
Woha Bima
cross-
sectional
analytic
Faktor yang
mempengaru
hi tingkat
pemahaman
informasi
medis
(p<0,05)
pasien rawat
jalan di
Puskesmas
Woha Bima
yaitu faktor
variabel
pasien.
1. Rancan
gan
Peneliti
an
2. Analisis
Data
3. Lokasi
Penelit
ian
4. Variab
el
lainny
a
5. Durasi
penga
mbilan
data
5 Edison
Perangin-
angin
(2009)
Untuk
menganalisis
hubungan
karakteristik
pasien
pelayanan
bedah
dengan
pemahaman
pasien pada
pelaksanaan
persetujuan
tindakan
kedokteran.
Survey
dengan tipe
explanatory
Variabel dari
karakteristik
pasien yang
mempunyai
hubungan
dengan
pemahaman
persetujuan
tindakan
kedokteran
adalah
pekerjaan
dan
penyampaian
informasi
Analisis
Data
1. Lokasi
Penelit
ian
2. Variab
el
lainny
a
3. Durasi
penga
mbilan
data
(Sumber : Jurnal Artikel)
12
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (14). Rumah sakit merupakan sarana
pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau
dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (15). Rumah sakit adalah suatu
organisasi yang memiliki tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien (16).
Rumah sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk
mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karenanya
rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional
dengan Dinas Kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan lain. Rumah sakit wajib
berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit, pelaporan
penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan
daerah, serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah (17).
13
b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit mempunyai
fungsi :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis;
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan (14).
c. Tujuan Rumah Sakit
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :
1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan;
2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit;
14
4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (14).
d. Persyaratan Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (14).
Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang
kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Persyaratan lokasi;
2) Persyaratan bangunan;
3) Persyaratan prasarana;
4) Persyaratan sumber daya manusia;
5) Persyaratan kefarmasian;
6) Persyaratan peralatan (14).
e. Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat (17).
15
Rumah Sakit di kelompokkan menjadi berbagai jenis pelayanan sebagai
berikut :
1) Pelayanan Medik Umum;
(1) Pelayanan Medik Dasar;
(2) Pelayanan Medik Gigi Dasar;
(3) Pelayanan KIA/KB;
2) Pelayanan Gawat Darurat;
3) Pelayanan Spesialis Dasar;
(1) Pelayanan Penyakit Dalam;
(2) Pelayanan Kesehatan Anak;
(3) Pelayanan Bedah;
(4) Pelayanan Obstetri dan Ginekologi;
4) Pelayanan Spesialistik Penunjang;
(1) Pelayanan Anestesiologi;
(2) Pelayanan Radiologi;
(3) Pelayanan Rehabilitasi Medik;
(4) Pelayanan Patologi Klinik;
(5) Pelayanan Patologi Anatomi;
5) Pelayanan Medik Spesialistik Lain;
(1) Pelayanan Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan;
(2) Pelayanan Spesialis Orthopaedi;
(3) Pelayanan Spesialis Kesehatan Jiwa;
(4) Pelayanan Spesialis Penyakit Saraf;
16
(5) Pelayanan Spesialis Penyakit Mata;
(6) Pelayanan Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin;
(7) Pelayanan Spesialis Jantung;
(8) Pelayanan Spesialis Paru;
(9) Pelayanan Spesialis Urologi;
(10) Pelayanan Spesialis Bedah Syaraf;
(11) Pelayanan Spesialis lainnya;
6) Pelayanan Spesialistik Gigi Mulut;
(1) Pelayanan Orthodons;
(2) Pelayanan Prosthodonsi;
(3) Pelayanan Konservasi /endodonsi;
7) Sub Spesialis;
(1) Sub Spesialis Pelayanan Bedah;
(2) Sub Spesialis Pelayanan Penyakit Dalam;
(3) Sub Spesialis Pelayanan Kesehatan Anak;
(4) Sub Spesialis Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan;
(5) Sub Spesialis Pelayanan Mata;
(6) Sub Spesialis Pelayanan THT;
(7) Sub Spesialis Pelayanan Kulit dan Kelamin;
(8) Sub Spesialis Pelayanan Syaraf;
(9) Sub Spesialis Pelayanan Jiwa;
(10) Sub Spesialis Pelayanan Orthopedi;
(11) Sub Spesialis Pelayanan Jantung;
17
(12) Sub Spesialis Pelayanan Paru;
(13) Sub Spesialis Pelayanan Spesialis Gigi dan Mulut;
(14) Sub Spesialis lainnya;
8) Pelayanan Keperawatan;
1) Keperawatan Umum;
2) Keperawatan Spesialis : penyakit dalam, bedah, anak, ibu, jiwa,
gadar;
9) Pelayanan Penunjang Klinik;
(1) Perawatan Intensif;
(2) Pelayanan Darah;
(3) Pelayanan Gizi;
(4) Pelayanan Farmasi;
(5) Pelayanan Sterilisasi Instrumen;
(6) Rekam Medik;
(7) Pelayanan Keterapian Fisik;
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik;
(1) Laundry/Linen;
(2) Pelayanan Jasa Boga/Dapur;
(3) Pelayanan Tehnik dan Pemeliharaan Fasilitas;
(4) Pengelolaan Limbah;
(5) Gudang;
(6) Transportasi (Ambulance);
(7) Komunikasi;
18
(8) Pemulasaraan Jenazah;
(9) Pemadam Kebakaran;
(10) Penampungan Air Bersih;
11) Pelayanan Administrasi;
(1) Informasi dan penerimaan pasien;
(2) Keuangan;
(3) Personalia;
(4) Keamanan;
(5) Sistem Informasi Rumah Sakit (17).
f. Peraturan Internal Rumah Sakit
Peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) adalah suatu produk
hukum yang rnerupakan konstitusi sebuah rumah sakit yang ditetapkan oleh
pemilik rumah sakit atau yang mewakili. Peraturan internal rumah sakit terdiri
dari corporate by laws yang mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili
dengan pengelola rumah sakit dan medical staff by laws yang mengatur staf klinis
(17).
Peraturan internal rumah sakit mengatur, yaitu:
1) Organisasi pemilik atau yang mewakili;
2) Peran, tugas dan kewenangan pemilik atau yang mewakili;
3) Peran, tugas dan kewenangan Direktur rumah sakit;
4) Organisasi staf medik;
5) Peran, tugas dan kewenangan staf medik (17).
19
Rumah sakit mempunyai kebijakan tertulis, sistem, prosedur dan hospital by
laws dan medical staff by laws dilaksanakan oleh rumah sakit. Hospital by laws
mengatur hubungan antara governing body, manajemen, dan tenaga fungsional,
serta antara tenaga fungsional dengan pasien. Prosedur yang harus dimiliki
minimal mencakup:
1) Pendaftaran dan pemulangan pasien;
2) Prosedur untuk tidak menolak merawat pasien atas dasar ras, usia,
agama, warga negara, jenis kelamin, kecacatan, penyakit (HIV/AIDS
dan penyakit lain), kemampuan membayar atau cumber pembayaran;
3) Pertolongan pertama kepada pasien tidak sadar, ibu melahirkan dan
pasien gawat darurat tanpa meminta biaya pelayanan terlebih dahulu;
4) Rujukan pasien inter dan antar sarana pelayanan kesehatan lain;
5) Informed consent/Persetujuan tindakan Medis;
6) Prosedur yang terkait dengan masalah bioetika, misalnya penghentian
life support, penolakan pengobatan, penolakan perawatan, transplantasi/
donasi organ, dan lain sebagainya;
7) Akuntansi sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku;
8) Pembayaran di unit gawat darurat terutama bagi keluarga miskin dan
kebijakan perkecualian bagi keluarga miskin;
9) Identifikasi pasien yang digunakan mulai dari pendaftaran hingga
pemulangan pasien;
10) Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung dan yang
bekerja di rumah sakit, mencakup identifikasi keluhan, waktu yang
20
dibutuhkan untuk merespon, mekanisme review dan pencarian solusi
keluhan, dan tindak lanjut;
11) Seleksi dan rekruitmen tenaga struktural dan fungsional rumah sakit;
12) Penyusunan dan penyampaian uraian tugas kepada tenaga di rumah
sakit;
13) Penyampaian informasi mengenai hak-hak pasien (17).
2.2.2.Rekam Medis
a. Pengetian Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen pengobatan
tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat
inap, maupun gawat darurat baik di kelola pemerintah maupun swasta, adapun
tujuan dibuatnya rekam medis untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (18).
b. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :
1) Aspek Administrasi
Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,
karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam bidang teknologi informasi yang sudah memasuki
21
bidang kesehatan, maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini
sangat diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan tindakan
yang diberikan atas diri seorang pasien dapat diakses secara langsung
oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan tersebut.
Kemudian pengolahan data-data medis secara komputerisasi juga
akan memudahkan semua pihak yang berwenang dalam hal ini petugas
administrasi di suatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera
mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama
pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit.
2) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan
tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam
rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui
kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis serta
keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
3) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan
bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan, Rekam Medis
adalah milik Dokter dan Rumah Sakit sedangkan isinya yang terdiri dari
Identitas Pasien, Pemeriksaan, Pengobatan, Tindakan dan Pelayanan
22
lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang
dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat
sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja
yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di
rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer
didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali
untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.
5) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
6) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran
dibidang profesi pendidikan kesehatan.
23
7) Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informas dapat
diaplikasikan penerapannya didalam penyelenggaraan dan pengelolaan
rekam medis yang cukup efektif dan efisien. Pendokumentasian data
medis seorang pasien dapat dilaksanakan dengan mudah dan efektif
sesuai aturan serta prosedur yang telah ditetapkan (18).
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis
mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara
pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis secara
umum adalah :
1) Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya yang
ikut ambil bagian didalam proses pemberian pelayanan, pengobatan,
dan perawatan kepada pasien;
2) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien;
3) Sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala tindakan pelayanan,
pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit;
4) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien;
24
5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya;
6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan
penelitian dan pendidikan;
7) Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
yang diterima oleh pasien;
8) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggung jawaban dan laporan (18).
c. Manfaat Rekam Medis
Pemanfaatan Rekam medis dapat dipakai sebagai :
1) Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
2) Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi;
3) Keperluan penelitian dan pendidikan;
4) Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;
5) Dasar statistik kesehatan (14).
d. Isi Rekam Medis
Isi Rekam Medis secara umum yaitu :
1) Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan
pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kompetensinya;
25
2) Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain
foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan
kompetensi keilmuannya (19).
Berkas Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik
harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut (20).
2.2.3.Operasi
a. Pengertian Operasi
Operasi atau yang disebut juga dengan pembedahan adalah semua tindakan
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh (21). Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada
bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka (22). Pembedahan dilakukan untuk
mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan
sederhana (23).
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut, tindakan
26
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi pasien sendiri, pembedahan adalah
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut di
atas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah langkah pre
operatif (24).
b. Indikasi Operasi
Tidakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi
diantaranya adalah :
1) Diagnostik : biopsi atau laparotomy explorasi;
2) Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi;
3) Reparatif : memperbaiki luka multiple;
4) Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah platik;
5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh : pemasangan selang gastrotomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan (21).
c. Klasifikasi Operasi
1) Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain :
(1) Kedaruratan/Emergency : pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa ditunda, misal : pendarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak
atau tusuk, luka bakar sangat luas;
27
(2) Urgen : pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam, misal : infeksi kandung kemih akut,
batu ginjal atau batu pada uretra;
(3) Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan
dapat diriencanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal :
Hyperplasia prostate tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan
tyroid, katarak;
(4) Elektif : pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan, misal : perbaikan sesar, hernia sederhana,
perbaikan vaginal;
(5) Pilihan : keputusan tentang dilakukannya pembedahan diserahkan
sepenuhnya kepada pasien. Indikasi pembedahan merupakan
pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal : bedah
kosmetik.
2) Sedangkan menurut faktor risikonya, tindakan pembedahan di bagi
menjadi :
(1) Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi;
(2) Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
28
serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon (25).
Operasi mayor dideskripsikan sebagai tindakan operasi
dengan melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada
bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan
(23).
d. Reaksi pasien terhadap Operasi
Prosedur pembedahan dapat memberikan suatu reaksi emosional seperti
ketakutan, marah, gelisah dan kecemasan bagi pasien sebelum menghadapinya.
Kelainan yang berbeda juga akan timbul setelah tindakan pembedahan itu
dilakukan yang dapat terjadi karena tindakan pembedahannya (luka bedah), akibat
anastesinya, atau akibat faktor lain. Faktor lain ini termasuk status imunologi,
seperti komorbiditas atau masalah psikologis praoperasi (26) .
Respon paling umum pada pasien pra-operasi salah satunya adalah respon
psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi
pembedahan harus dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap
penyuntikan, nyeri luka, anesthesia, bahkan terdapat kemungkinan cacat atau mati
(22).
Definisi Psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang
gejala-gejala kejiwaaan manusia yang berbentuk tingkah laku. Psikologi juga
berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu
yang berhubungan dengan alam sekitarnya (27).
29
2.2.4.Akses Informasi
a. Pengertian Informasi
Informasi identik dengan penerangan; pemberitahuan; kabar atau berita
tentang sesuatu; keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam
bagian-bagian amanat itu (28).
Informasi adalah data yang dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan
berguna bagi manusia. Secara umum informasi dapat dikatakan sebagai data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi yang menerimanya (29).
Karakteristik informasi yang baik adalah :
1) Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan
tidak bias atau menyesatkan, akurat yang berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya;
2) Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan
harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak
lengkap akan memengaruhi pemahaman dalam pengambilan
keputusan;
3) Correctness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus
memiliki kebenaran;
4) Security, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus
memiliki keamanan;
5) Timelines (tepat waktu), berarti informasi yang datang pada penerima
tidak boleh terlambat. Informasi yang usang tidak akan memiliki arti;
6) Relevance, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
30
pemakai;
7) Ekonomis, informasi yang disajikan mempunyai manfaat yang lebih
besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya (29).
b. Informasi yang harus disampaikan
1) Informasi yang diberikan spesifik, dapat mebantu klien dalam
mengambil keputusan;
2) Informasi disesuaikan dengan situasi pasien dan mudah dimengerti;
3) Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut ;
(1) Singkat dan tepat;
(2) Menggunakan bahasa sederhana;
(3) Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan;
(4) Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-
hal penting (29).
Batasan minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :
1) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
2) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
3) Alternatif tindakan lain dan risikonya;
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (30).
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia terdapat 12 kunci informasi yang
sebaiknya diberikan kepada pasien :
1) Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak
diobati;
31
2) Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan;
3) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati;
4) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari
prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan
subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang
serius;
5) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,
dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut;
6) Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental;
7) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali;
8) Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim
lainnya;
9) Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau
32
pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam
rangkaian tindakan yang akan dilakukan;
10) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut;
11) Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain;
12) Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya (3).
Gambar 2.1. Format Dokumentasi Pemberian Informasi
(Sumber: Buku Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran)
33
CONTOH FORMAT DOKUMENTASI PEMBERIAN INFORMASI
Gambar 2.2. Format Dokumentasi Pemberian Informasi di RS Vita Insani
(Sumber: Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan RS Vita Insani)
34
c. Cara memberikan Informasi
Cara memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan
informasi apa yang akan di berikan kepada pasien. Pasien tidak dapat memberikan
persetujuan yang sah kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk
membantu pasien membuat keputusan, diharapkan mempertimbangkan hal-hal di
bawah ini:
1) Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin
merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional
ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan
persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter
bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi;
2) Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang
bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan
informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan
tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas
kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk
berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada
diskusi;
3) Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa
keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan
tape recorder;
35
4) Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress)
agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka
untuk konseling bila diperlukan;
5) Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada
pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan;
6) Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas;
7) Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi
yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan (3).
Penyampaian informasi pada pasien harus diberikan dengan bahasa yang
dapat diterima, dipahami, dimengerti dan sejelas-jelasnya oleh pasien (20).
2.2.5. Informed Consent
a. Pengertian Informed Consent
Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) terdiri dari kata
“informed” yang artinya “setelah menerima dan memahami informasi”, dan kata
“consent” yang berarti “persetujuan”. Oleh sebab itu, Informed Consent sebagai
istilah medis dapat didefinisikan sebagai izin dari pasien yang diberikan dengan
bebas, rasional dan sukarela, untuk tindakan medis yang akan dilakukan setelah
pasien memperoleh informasi yang cukup untuk mempertimbangkan apakah
mereka ingin melanjutkan prosedur pengobatan yang diberikan (6).
36
Informed Consent atau Persetujuan tindakan adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan
terhadap pasien (2).
Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi atau Informed
Consent adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter
gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan.
Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak
dari pasien dan bukan perjanjian antara pasien dengan dokter atau dokter gigi,
sehingga dapat ditarik kembali setiap saat. Persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang
efektif antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar
penandatanganan formulir persetujuan (3).
b. Fungsi dan Tujuan Informed Consent
Fungsi dari Informed Consent adalah :
1) Promosi dari hak otonomi perorangan;
2) Proteksi dari pasien dan subyek;
3) Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
4) Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan
introspeksi terhadap diri sendiri;
5) Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
6) Keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai
37
suatu nilai social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan
biomedik (31).
Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan/ tujuannya dibagi tiga,
yaitu :
1) Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek
penelitian);
2) Yang bertujuan untuk mencari diagnosis;
3) Yang bertujuan untuk terapi (31).
Tujuan dari Informed Consent adalah :
1) Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasien;
2) Memberikan perlindungan hukum terhadap akibat yang tidak terduga
dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak
mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan
semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti
(31).
c. Bentuk Informed Consent
Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan
(2).
Ada dua bentuk Informed Consent, yaitu :
1) Implied Consent (tersirat/dianggap diberikan). Umumnya implied
consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat
38
menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency
sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam
keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada
ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik
menurut dokter;
2) Expressed Consent (dinyatakan). Dapat dinyatakan secara lisan maupun
tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung
risiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau
yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi
(31).
d. Tata Laksana Informed Consent
1) Pertama mengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation)
kepada pasien atau keluarga dalam bahasa yang dapat dimengerti
tentang penegakan diagnosanya, sifat dan prosedur atau tindakan medik
yang diusulkan, kemungkinan timbulnya risiko, manfaatnya, alternatif
jika ada;
2) Kedua memastikan pasien atau keluarga mengerti apa yang telah
dijelaskan kepadanya (harus diperhitungkan tingkat kapasitas
intelektualnya), bahwa pasien atau keluarga telah menerima risiko-
risiko tersebut, bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/ tindakan
medik tersebut;
3) Ketiga proses tersebut kemudian harus didokumentasikan sebagai tanda
39
bukti telah terjadi persetujuan setelah penjelasan (3).
e. Pihak yang memberi persetujuan
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi usia,
maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau lebih atau
telah pernah menikah. Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih
tetapi belum berusia 18 tahun dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran
tertentu yang tidak berisiko tinggi apabila mereka dapat menunjukkan
kompetensinya dalam membuat keputusan. Alasan hukum yang mendasarinya
adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang
yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai
orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan;
2) Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka
setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang
yang sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat
diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang kompeten, dan oleh
karenanya dapat memberikan persetujuan;
3) Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang
masih tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak
individu untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU No 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat
diperlakukan seperti orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan
tindakan kedokteran tertentu, khususnya yang tidak berrisiko tinggi.
40
Untuk itu mereka harus dapat menunjukkan kompetensinya dalam
menerima informasi dan membuat keputusan dengan bebas. Selain itu,
persetujuan atau penolakan mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau
wali atau penetapan pengadilan (3).
Sebagaimana uraian di atas, setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih
dianggap kompeten. Seseorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18
tahun atau lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak
kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang normalnya kompeten,
dapat menjadi tidak kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok,
pengaruh obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya. Anak-anak berusia 16
tahun atau lebih tetapi di bawah 18 tahun harus menunjukkan kompetensinya
dalam memahami sifat dan tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi,
kompetensi anak bervariasi – bergantung kepada usia dan kompleksitas tindakan
(3).
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan, apabila :
1) Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan
cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah
yang terlalu teknis;
2) Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan;
3) Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu
yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya
untuk membuat keputusan secara bebas (3).
41
Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap dapat memberikan
persetujuan tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten.
Yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami atau isterinya, orangtua
yang sah atau anaknya yang kompeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan
hubungan kekeluargaan yang lain seperti paman, bibi, kakek, mertua, ipar,
menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat,
meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses
pemberian informasi dan pembuatan keputusan (3).
Pada pasien yang tidak mau menerima informasi perlu dimintakan siapa
yang dia tunjuk sebagai wakil dalam menerima informasi dan membuat keputusan
apabila ia menghendakinya demikian, misalnya wali atau keluarga terdekatnya.
Demikian pula pada pasien yang tidak mau menandatangani formulir persetujuan,
padahal ia menghendaki tindakan tersebut dilakukan (3).
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat
medis, sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak
ditemukan, maka dokter dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan
terbaik pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian (3).
42
Gambar 2.3. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran/Informed Consent
(Sumber: Buku Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran)
43
CONTOH FORMAT PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
Gambar 2.4. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran di RS Vita Insani
(Sumber: Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan RS Vita Insani)
44
2.2.6.Pemahaman
a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami (32).
Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti : pengertian; pendapat,
pikiran; aliran, haluan, pandangan; mengerti benar (akan), tahu benar (akan);
pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Sedangkan Pemahaman adalah
proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan (28).
b. Konsep Pemahaman
Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya (33).
Pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan. Dengan pemahaman, seseorang diminta untuk membuktikan
bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep
(34).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari. Pemahaman dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai menerjemahkan
dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-
prinsip;
45
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan
bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau
menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan
yang pokok dengan yang tidak pokok;
3) Tingkat ekstrapolasi yang berarti seseorang bisa melihat dibalik yang
tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian
dan kondisi serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan
dengan implikasi dan konsekuensi (33).
Model penerapan konsep pemahaman dalam bentuk aksi adalah melakukan
perubahan atau melanjutkan tindakan yang sudah seseorang pahami.
c. Faktor yang Memengaruhi Pemahaman
Proses dalam penyampaian informasi sampai dapat dipahami oleh seseorang
tergantung pada kemahiran intelektualnya. Untuk menangkap rangsangan atau
stimulus dari orang lain sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari orang yang
bersangkutan. Faktor karakteristik seseorang digunakan untuk menggambarkan
fakta bahwa tiap individu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Hal
ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang berbeda-beda (35).
Ciri-ciri individu yang dimaksud misalnya, dilihat dari ciri-ciri demografi
seperti umur. Untuk orang dewasa daya berfikir untuk dapat memahami lebih
tinggi dari pada umur orang yang masih anak-anak. Semakin dewasa usia,
semakin tumpul daya ingat seseorang, tetapi sebaliknya daya pikir dan
pemahamannya semakin baik. Sedangkan pada usia anak - anak proses
mengingatnya jauh lebih baik dan lebih pandai menjawab pertanyaan - pertanyaan
46
yang bersifat ingatan ketimbang pertanyaan yang bersifat pemikiran dan
pemahaman (34).
Selain itu struktur sosial seperti, lingkungan, suku, tingkat pendidikan,
pekerjaan, tingkat ekonomi atau pendapatan juga sangat mempengaruhi perilaku
manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu informasi
ataupun konsep. Lingkungan merupakan tempat terjadinya interaksi antara
manusia. Apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya
maka dapat diterima juga oleh individu yang bersangkutan, sedangkan tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pada tingkat sekolah
dasar metode pembelajaran lebih pada proses mengingat dan menghafal. Pada
tingkat sekolah lanjutan metode pembelajaran sudah pada tingkat berpikir
ketimbang hanya menghafal. Begitu selanjutnya, semakin tinggi tingkat sekolah
maka proses untuk berpikir, memahami dan menganalisa semakin ditekankan
(34).
Untuk dapat mengerti ataupun paham tentang informasi yang disampaikan
seseorang kepada yang lain haruslah melalui beberapa proses antara lain :
1) Sensasi
Sensasi berasal dari kata sense yang artinya adalah alat penginderaan
yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.Sensasi adalah
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian
verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indra. Pada fase ini yang paling berperan untuk
dapat mencerna informasi adalah alat- alat indera. Semua alat indera
47
akan diaktifkan untuk dapat menginterpretasi rangsangan atau stimulus
yang diterima dari lingkungan luar;
2) Persepsi
Adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Defenisi lain dari persepsi adalah memberikan makna pada stimuli
inderawi (sensory stimuly). Banyak hal yang mempengaruhi persepsi
seseorang tentang hal yang dilihatnya seperti pengaruh kebutuhan,
kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya. Namun
yang menentukan persepsi bukanlah jenis ataupun bentuk rangsangan
yang diterima tetapi karakteristik orang yang memberikan respon
terhadap rangsangan tersebut;
3) Memori
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunaan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Secara singkat,
memori melewati tiga proses: perekaman (encoding), penyimpanan
(storage), dan pemanggilan (retrieval);
4) Berfikir
Adalah proses untuk menarik kesimpulan untuk membuat keputusan.
Dengan berfikir seseorang akan dapat menyimpulkan arti dari
rangsangan yang diterimanya melalui indera yang menangkap
rangsangan tersebut. Pada tahap ini orang tersebut sudah mendapat
48
gambaran yang nyata.
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya idealistis yang
mempergunakan abstraksi-abstraksi (ideas). Dalam berpikir. Orang
meletakkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang ada pada
dirinya yang berupa pengertian-pengertian (35).
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2.5. Kerangka Teori
(Sumber : Teori Arikunto, Manual Konsil Kedokteran, Sjamsuhidayat)
Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
Pemahaman Terhadap
Penjelasan Informed Consent
Faktor Karakteristik Pasien
Suku
Lingkungan
Umur
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Tingkat Ekonomi
Faktor Akses Informasi
Bahasa Penyampaian
Waktu Penyampaian
Kelengkapan Informasi
Sumber Informasi
Faktor Psikologi
Pasien
49
10
2.4. Hipotesis
1) Ada pengaruh Faktor Karakteristik pasien terhadap pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar
tahun 2019.
2) Ada pengaruh Faktor Akses Informasi terhadap pemahaman pasien
tentang penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani
Pematangsiantar tahun 2019.
3) Ada pengaruh Faktor psikologi pasien terhadap pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar
tahun 2019.
2.5. Kerangka Konsep
Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Karakteristik Pasien ( X1)
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
Faktor Psikologi Pasien ( X3)
Faktor Akses Informasi ( X2 )
1. Kelengkapan Informasi
2. Waktu Penyampaian
3. Bahasa Penyampaian
Pemahaman Pasien tentang
Informed Consent (Y)
1. Diagnosis
2. Dasar Diagnosis
3. Tindakan
4. Indikasi Tindakan
5. Tata Cara
6. Tujuan
7. Risiko
8. Komplikasi
9. Prognosis
10. Alternatif & Risiko
11. Biaya
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian survei analitik
dengan rancangan penelitian cross-sectional pada pasien dan keluarga yang
mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi di RS Vita Insani
Pematangsiantar. Metode penelitian cross-sectional dipilih karena sampel diambil
dalam satu waktu yang kemudian dilakukan analisis. Setiap pasien dan keluarga
yang mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi akan dilakukan
wawancara dan ditanya mengenai beberapa hal sesuai dengan pertanyaan yang
telah disediakan pada kuesioner.
Survey analitic cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan
(36).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RS Vita Insani Pematangsiantar yang berada
di Jalan Merdeka No.329 Kota Pematangsiantar.
51
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak survei awal 12 Februari sampai dengan 20
Juni 2019.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (37).
Populasi dalam penelitian ini adalah pemberi persetujuan, yaitu pasien dan
keluarga yang mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi
mayor/Besar di Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar dengan
jumlah 223 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (37). Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 223
orang.
52
3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.4.1. Definisi Operasional
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tententu. Varibael juga dapat
diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (36). Dalam
penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :
a. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen (36). Variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu pemahaman (Y). Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk dapat menjelaskan kembali informasi yang diterimanya
meliputi : diagnosis, dasar diagnosis, tindakan, indikasi tindakan, tata cara,
tujuan, risiko, komplikasi, prognosis, alternative & risiko, dan biaya.
1) Diagnosis adalah penentuan diagnosa penyakit;
2) Dasar Diagnosis adalah cara yang digunakan dalam penentuan
penyakit;
3) Tindakan adalah tindakan medik yang langsung dapat memengaruhi
keutuhan jaringan;
4) Indikasi Tindakan adalah alasan dilakukannya tindakan operasi;
5) Tata Cara adalah cara melakukan tindakan operasi;
53
6) Tujuan adalah tujuan dilakukan tindakan operasi;
7) Risiko adalah kejadian yang tidak diinginkan;
8) Komplikasi adalah hal yang dapat terjadi diluar risiko operasi;
9) Prognosis adalah gambaran yang terjadi akibat tindakan yang
dilakukan;
10) Alternatif & Risiko adalah tawaran terhadap beberapa pilihan &
kejadian yang tidak diinginkan dari pilihan tersebut;
11) Biaya adalah perkiraan besaran jasa operasi yang dibayar oleh pasien.
b. Variabel Independen (X)
Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (36). Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu:
1) Karakteristik Pasien adalah identitas atau ciri khas yang dimiliki
seseorang yang dapat berasal dari dalam dirinya sendiri atau dari luar
dirinya sendiri yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain yang
meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan dengan defenisi sebagai berikut :
(1) Umur adalah lamanya masa hidup yang dihitung mulai sejak lahir
sampai ulang tahun terakhir pada saat wawancara;
(2) Pendidikan adalah tingkat keberhasilan seseorang yang diperoleh
dalam pendidikan formal yang ditempuhnya;
(3) Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
2) Akses informasi adalah sifat-sifat informasi yang mudah diperoleh oleh
54
seseorang meliputi: kelengkapan informasi, bahasa penyampaian dan
waktu penyampaian dengan defenisi sebagai berikut :
(1) Kelengkapan informasi adalah keseluruhan informasi yang
disampaikan;
(2) Waktu penyampaian adalah keadaan atau situasi dalam
menyampaikan informasi;
(3) Bahasa penyampaian adalah penggunaan bahasa dalam
menyampaikan informasi.
3) Psikologi pasien adalah keadaan pasien pada saat menerima informasi.
3.4.2. Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen (X) dan Dependen (Y)
No Nama
Variabel
Jlh
Pern
yata
an
Cara dan
Alat Ukur
Skala
Pengukuran Value
Jenis
Skala
Ukur
Variabel X1
1 Umur 1 Kuesioner < 21 tahun
21 – 40 tahun
> 40 tahun
1
2
3
Nominal
2 Pendidikan 1 Kuesioner SD
SMP/ SMA
Perguruan Tinggi
1
2
3
Nominal
3 Pekerjaan 1 Kuesioner Tidak Bekerja
Buruh/Tani
Wiraswasta
PNS/Swasta
1
2
3
4
Nominal
Variabel X2
4 Kelengkapan
Informasi
11 Kuesioner,
menghitung
skor
kelengkapan
(skor
Skor < 4
Skor 4-7
Skor >7
Tidak Baik (1)
Kurang Baik (2)
Baik (3)
Ordinal
55
max=11)
5 Waktu
Penyampaian
5 Kuesioner Skor < 50%
Skor < 50 – 70%
Skor > 70%
Tidak Baik (1)
Kurang Baik (2)
Baik (3)
Ordinal
6 Bahasa
Penyampaian
3 Kuesioner Skor < 50%
Skor < 50 – 70%
Skor > 70%
Tidak Baik (1)
Kurang Baik (2)
Baik (3)
Ordinal
Variabel X3
7 Psikologi
Pasien 5 Kuesioner
Skor < 50%
Skor < 50 – 70%
Skor > 70%
Tidak Baik (1)
Kurang Baik (2)
Baik (3)
Ordinal
Variabel Y
8 Pemahaman
Pasien tentang
IC
11 Kuesioner Skor 11-17
Skor 18 -25
Skor 26-33
Tidak Paham (1)
Kurang Paham (2)
Paham (3)
Interval
(Sumber : Kerangka Konsep Penelitian)
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah Data primer dan
Data sekunder
3.5.2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung
kepada pasien dan keluarga yang mewakili pasien yang telah dilakukan
tindakan operasi dengan berpedoman pada kuesioner penelitian.
b. Data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dengan mengutip data dari daftar pasien
yang sudah dilakukan tindakan operasi besar di Instalasi Bedah Sentral
rumah sakit Vita Insani Pematangsiantar.
56
3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.6.1.Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahian
suatu alat ukur dengan kata lain sejauh mana dari kacamata suatu alat ukur dalam
mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam
kuesioner) dengan cara melakukan korelasi antara skor r masing-masing
pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang
digunakan adalah Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS (38).
Kriteria validitas instrument yaitu jika r hitung > r tabel maka butir
instrument dinyatakan valid, jika r hitung < r tabel maka butir instrument
dinyatakan tidak valid (38).
Uji Validitas dilakukan di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar
pada tanggal 20-21 Mei 2019 dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas
Variabel Item
Pernyataan
Corrected Item-
Total Correlation R tabel Keterangan
Waktu
Penyampaian Waktu_P1 0,905 0,632 Valid
Waktu_P2 0,757 0,632 Valid
Waktu_P3 0,905 0,632 Valid
Waktu_P4 0,873 0,632 Valid
Waktu_P5 0,429 0,632 Tidak Valid
Bahasa
Penyampaian Bahasa_P1 0,873 0,632 Valid
Bahasa_P2 0,667 0,632 Valid
Bahasa_P3 0,816 0,632 Valid
Psikologi Psikologi1 0,713 0,632 Valid
Psikologi2 0,894 0,632 Valid
Psikologi3 0,852 0,632 Valid
57
Psikologi4 0,877 0,632 Valid
Psikologi5 0,671 0,632 Valid
(Sumber : Output SPSS uji validitas, 2019)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.2 menunjukan bahwa hampir
semua item pernyataan valid, hanya ada 1 item pernyataan kuesioner pada
variabel waktu penyampaian yaitu pernyataan ke 5 yang tidak valid karena nilai r
hitung < r tabel.
3.6.2.Uji Reliabilitas
Setelah semua pernyataan dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji
reliabilitas. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Untuk mengetahui reliabilitas suatu
pertanyaan dapat dilakukan melalui uji reliabilitas dengan menggunakan metode
alpha (Cronbach’s) dengan bantuan SPSS. Nilai Cronbach’s Alpha (Reliabilitas)
yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel
dengan ketentuan jika r hitung > r tabel maka tes tersebut reliabel (38).
Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah
Item
Cronbach’s
Alpha Keterangan
Waktu Penyampaian 4 0,908 Valid
Bahasa Penyampaian 3 0,690 Valid
Psikologi 5 0,840 Valid
(Sumber: Output SPSS uji reliabilitas, 2019)
Berdasarkan tabel 3.3 yaitu hasil pengolahan data mengenai reliabilitas yang
menunjukkan variabel waktu penyampaian, bahasa penyampaian dan psikologi
58
memiliki nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6 sehingga dapat dikatakan variabel-
variabel ini reliabel.
3.7. Metode Pengolahan Data
a. Editing
Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (36).
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan (36).
c. Data Entry atau Processing
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software
komputer (36). Dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (36).
3.8. Analisis Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan komputer. Analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
59
3.8.1.Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentase dari tiap variabel (36). Analisis univariat yang dihasilkan
dalam penelitian ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(37).
3.8.2.Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (36). Analisis bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Chi Square. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui hubungan variabel karakteristik pasien, akses informasi dan psikologi
terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi
(37).
3.8.3.Analisis Multivariat
Uji statistik multivariat digunakan untuk menguji hubungan simultan lebih
dari dua variabel (37). Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah logistic regresion (regresi berganda binary). Analisis ini digunakan untuk
mengetahui besarnya faktor risiko karakteristik pasien, akses informasi dan
psikologi terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed
consentoperasi(37).
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Gambaran Umum Rumah Sakit Vita Insani
Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di pusat kota jalan Merdeka No. 329
Pematangsiantar, didirikan pada tanggal 14 Agustus 1982 oleh: Tuan Dokter
Sarmedi Purba, SpOG, Tuan Insinyur Marasi Sibarani, Tuan Insinyur Frank
Jingga, dan Tuan dokter Poltak Naiborhu, SpR, yang berbentuk badan hukum
yayasan yaitu Yayasan Vita Insani, yang kemudian seiring dengan perkembangan
zaman, badan hukum yayasan tersebut diubah menjadi badan hukum Perseroan
Terbatas dengan nama PT. Vita Insani Sentra Medika (39).
Rumah Sakit Vita Insani merupakan Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan
yang telah terakreditasi dengan peringkat paripurna oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya (KARS) Depkes RI Pada Desember
2016. Rumah Sakit Vita Insani dibangun secara bertahap, dengan luas lahan saat
ini 6.495 M2, memiliki 250 tempat tidur (39).
Adapun jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) & PONEK 24 Jam
b. Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :
1) Poli Umum
61
2) Poli Penyakit Dalam
3) Poli THT
4) Poli Kulit dan Kelamin
5) Poli Kebidanan/Obgyn
6) Poli Anak
7) Poli Paru
8) Poli Bedah Umum
9) Poli Bedah Plastik
10) Poli Urologi
11) Poli Kardiologi/Treadmill
12) Poli Orthopedi
13) Poli Neurologi/Syaraf
c. Instalasi Rawat Inap dengan kelas rawatan mulai dari kelas 3, 2, 1,
kelas utama, VIP dan Sweet Room
d. Instalasi Bedah Sentral dengan keunggulan bedah laparoskopi
e. Instalasi Kamar Bersalin
f. Instalasi Rehabilitasi Medik
g. Instalasi Laboratorium
h. Instalasi Rontgen, dengan keunggulan Histerosalpingografi (HSG)
i. Instalasi Farmasi
j. Instalasi Gizi
k. Pelayanan Rohani
l. Pemulsaran Jenazah dan Fasilitas lainnya (39).
62
b. Visi dan Misi RS Vita Insani Pematangsiantar
Visi RS Vita Insani Pematangsiantar adalah Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Terbaik Kelas B Non pendidikan di Pematangsiantar tahun 2020.
Misi RS Vita Insani Pematangsiantar adalah :
1) Memberikan pelayanan dengan ramah kepada pelanggan
2) Melengkapi sarana prasarana, peralatan diagnostik dan terapi sesuai
dengan kelas B Non Pendidikan
3) Menyediakan pelayanan dan manajemen rumah sakit sesuai dengan
akreditasi KARS 2012
4) Menciptakan rumah sakit yang ramah lingkungan (39)
63
Gam
bar
4.1
. S
tru
ktu
r O
rga
nis
asi
Ru
mah
Sak
it V
ita
In
san
i P
ema
tan
gsi
an
tar
(Su
mb
er :
Ped
om
an
Pen
gorg
an
isasi
an
RS
Vit
a I
nsa
ni
P.S
ian
tar)
c. S
tru
ktu
r O
rga
nis
asi
Ru
ma
h S
ak
it V
ita I
nsa
ni
Pem
ata
ngsi
an
tar
64
d. Gambaran Umum Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani
Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar terletak di lantai 6
gedung 3, Memiliki 4 Ruang Operasi, 1 Ruang Recovery Room, 1 Ruang
Persiapan Operasi, 19 orang perawat bedah, 1 orang administrasi, 2 spesialis
anestesi, 5 spesialis Obgyn & Ginekologi, 3 spesialis bedah umum, 2 spesialis
Orthopedi, 1 spesialis Urologi dan 1 spesialis Bedah Plastik (40).
Sebagai Instalasi yang melakukan pelayanan pembedahan, Instalasi bedah
Sentral melaksanakan pelayanan pembedahan secara elektif (terencana),
pelayanan pembedahan emergency, dan pembedahan one day care (ODC) (40).
Jenis tindakan Bedah yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RS
Vita Insani diantaranya :
1) Bedah Obstetri & Ginekologi
2) Bedah Umum
3) Bedah Orthopedi
4) Bedah Urologi
5) Bedah Plastik (40).
e. Falsafah dan Tujuan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani
Falsafah Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar adalah
Memberikan pelayanan kamar operasi kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat secara profesional dan holistik, dengan mengedepankan nilai-nilai
kemanusiaan dan solusi tanpa membeda bedakan bangsa, suku, agama dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat kamar operasi secara cepat, dan ramah (13).
65
Tujuan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani adalah
Memberikan Pelayanan kamar operasi yang bermutu, professional, kompeten,
serta cepat dan tepat dalam melayani pasien (13).
Gambar 4.3. Struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani
(Sumber : Pedoman Pengorganisasian IBS RS Vita Insani)
66
4.1.2. Analisa Data Penelitian
a. Analisis Univariat
1) Deskripsi Karakteristik Pasien
(1) Umur
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Persentase (%)
<21 Tahun 1 0,4
21-40 Tahun 149 66,8
>40 Tahun 73 32,7
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa hasil distribusi
responden hampir seluruhnya sudah dikategorikan dewasa yaitu di atas 21 tahun
(66,8%). Dari kategori dewasa, sebagian besar (32,7%) pemberi persetujuan
tindakan bedah adalah golongan umur lebih dari 40 tahun, dan hanya 1 responden
saja (0,4%) pemberi persetujuan di bawah umur 21 tahun.
(2) Pendidikan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan
Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 6 2,7
SMP/SMA 150 67,3
Perguruan Tinggi 67 30,0
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
67
Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa sebagian besar (67,3%) responden
dengan tingkat pendidikan SMP/SMA, sebagian kecil (2,7%) berpendidikan SD
dan sebagian lain (30,0%) telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
(3) Pekerjaan
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Tidak Bekerja 54 24,2
Buruh/Tani 11 4,9
Wiraswasta 53 23,8
PNS/Swasta 105 47,1
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar
(47,1%) responden bekerja sebagai PNS/Swasta, sebagian kecil (4,9%) bekerja
sebagai buruh/tani, ada yang tidak bekerja (24,2%) dan sebagian lainnya (23,8%)
bekerja sebagai wiraswasta.
68
2) Deskripsi Akses Informasi
(1) Kelengkapan Informasi
a) Distribusi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian Informasi
Yang Diterima
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian
Informasi Yang Diterima
Kelengkapan Ada Tidak Ada Jumlah
Diagnosis 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Dasar Diagnosis 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Tindakan 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Indikasi Tindakan 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Tata Cara 222 1 223
Persentase (%) 99,6 0,4 100,0
Tujuan 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Risiko 187 36 223
Persentase (%) 83,9 16,1 100,0
Komplikasi 185 38 223
Persentase (%) 83 17 100,0
Prognosis 222 1 223
Persentase (%) 99,6 0,4 100,0
Alternatif & Risiko 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
Biaya 223 0 223
Persentase (%) 100,0 0 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada tabel 4.4. dapat dilihat Distribusi Frekuensi
Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian Informasi Yang Diterima, seluruhnya
69
(100%) menerima penjelasan informasi lengkap tentang diagnosis, dasar
diagnosis, tindakan, indikasi tindakan, tujuan, alternatif & risiko, biaya. Namun
masih ada yang tidak lengkap menerima penjelasan yaitu penjelasan tentang tata
cara (99,6%), risiko (83,9%), komplikasi (83%), prognosis (99,6%).
b) Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Kategori
Baik dan Kurang Baik
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan
Kategori Baik dan Kurang Baik Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang Baik 1 0,4
Baik 222 99,6
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya
(99,6%) kelengkapan informasi yang disampaikan dalam kategori baik dan hanya
(0,4%) dengan kategori kurang baik.
(2) Waktu Penyampaian
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Waktu Penyampaian Berdasarkan Kategori
Baik dan Kurang Baik
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang Baik 20 9,0
Baik 203 91,0
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
70
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.6.dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya
(91%) waktu penyampaian informasi dalam kategori baik dan hanya (9%) dengan
kategori kurang baik.
(3) Bahasa Penyampaian
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Bahasa Penyampaian Berdasarkan Kategori
Baik dan Kurang Baik
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang Baik 30 13,5
Baik 193 86,5
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya
(86,5%) waktu penyampaian informasi dalam kategori baik dan hanya (13,5%)
dengan kategori kurang baik.
3) Deskripsi Psikologi Pasien
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Psikologi Pasien Berdasarkan Kategori Baik
dan Kurang Baik
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang Baik 15 6,7
Baik 208 93,3
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya
(93,3%) psikologi pasien saat menerima informasi dalam kategori baik dan hanya
(6,7%) dengan kategori kurang baik.
71
4) Deskripsi Pemahaman Terhadap Informed Consent
a) Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Informasi
yang diterima
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Informasi
yang diterima
Penjelasan Paham Kurang
Paham
Tidak
Paham Jumlah
Diagnosis 217 6 0 223
Persentase (%) 97,3 2,7 0 100,0
Dasar Diagnosis 217 6 0 223
Persentase (%) 97,3 2,7 0 100,0
Tindakan 204 19 0 223
Persentase (%) 91,5 8,5 0 100,0
Indikasi Tindakan 215 8 0 223
Persentase (%) 96,4 3,6 0 100,0
Tata Cara 193 27 3 223
Persentase (%) 86,5 12,1 1,3 100,0
Tujuan 215 7 1 223
Persentase (%) 96,4 3,1 0,4 100,0
Risiko 133 56 34 223
Persentase (%) 59,6 25,1 15,2 100,0
Komplikasi 126 59 38 223
Persentase (%) 56,5 26,5 17,0 100,0
Prognosis 204 18 1 223
Persentase (%) 91,5 8,1 0,4 100,0
Alternatif & Risiko 221 1 1 223
Persentase (%) 99,1 0,4 0,4 100,0
Biaya 223 0 0 223
Persentase (%) 100,0 0 0 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.9. dapat dilihat hanya pada penjelasan
tentang biaya yang semua responden paham (100%), sedangkan tingkat
pemahaman terendah ada pada penjelasan tentang komplikasi (56,5%).
72
b) Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Kategori
Paham dan Kurang Paham
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Tentang Informed
Consent Berdasarkan Kategori Paham dan Kurang Paham
Kategori Jumlah Persentase (%)
Kurang Paham 6 2,7
Paham 217 97,3
Total 223 100,0
(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.10. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya
(97,3%) pemahaman pasien tentang informed consent dalam kategori paham dan
hanya (2,7%) dengan kategori kurang paham.
b. Analisis Bivariat
Masing-masing varibel bebas yaitu karakteristik pasien (umur, pendidikan,
pekerjaan), akses informasi (kelengkapan informasi, waktu penyampaian, bahasa
penyampaian) dan psikologi diatas kemudian dilakukan analisis dengan
menggunakan metode uji chi-square untuk menilai signifikansi masing-masing
variabel.
73
1) Variabel Karakteristik Pasien
(1) Umur
Tabel 4.11. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Umur dengan Pemahaman
Pasien Tentang Informed Consent
Umur
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
<21 Tahun 0 0 1 0,5 1 0.5
0,654 21-40 Tahun 3 1,3 146 65,5 149 66,8
>40 Tahun 3 1,3 70 31,4 73 32,7
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.11 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara umur dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh bahwa
sebanyak 3 dari 149 (1,3%) dan 3 dari 73 (1,3%) yang kurang paham tentang
penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p (sig) =
0,654 lebih besar dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara umur dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.
(2) Pendidikan
Tabel 4.12. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pendidikan dengan
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Pendidikan
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
SD 2 0,9 4 1,8 6 2,7
0,000
SMP/SMA 2 0,9 148 66,4 150 67,3
Perguruan
Tinggi 2 0,9 65 29,1 67 30,0
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
74
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.12 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara pendidikan dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh
bahwa sebanyak 0,9% dari pendidikan tingkat SD, SMP/SMA dan perguruan
tinggi yang kurang paham tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,000 lebih kecil dari 0,05; maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pemahaman
pasien tentang informed consent.
(3) Pekerjaan
Tabel 4.13. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pekerjaan dengan
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Pekerjaan
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
Tidak
Bekerja 0 0 54 24,2 54 24,2
0,008
Buruh/Tani 2 0,9 9 4,0 11 4,9
Wiraswasta 1 0,5 52 23,3 53 23,8
PNS/Swasta 3 1,3 102 45,8 105 47,1
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.13 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara pekerjaan dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh
bahwa sebanyak 2 dari 223 (0,9%) dari pekerjaan Buruh/Tani, sebanyak 1 dari
223 (0,5%) pekerjaan wiraswasta dan sebanyak 3 dari 223 (1,3%) responden
yang bekerja sebagai PNS/Swasta yang kurang paham tentang penjelasan
informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,008 lebih
75
kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan
dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.
2) Variabel Akses Informasi
(1) Kelengkapan Informasi
Tabel 4.14. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Kelengkapan Informasi
dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kelengkapan
Informasi
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
Kurang Baik 1 0,5 0 0 1 0,5
0,003 Baik 5 2,2 217 97,3 222 99,5
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.14.dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara kelengkapan informasi dengan pemahaman pasien tentang informed
consent diperoleh bahwa sebanyak 1 dari 223 (0,5%) kelengkapan informasi
dengan kategori kurang baik dan sebanyak 5 dari 223 (2,2%) kelengkapan
informasi dengan kategori baik yang kurang paham tentang penjelasan informed
consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,003 lebih kecil dari
0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan informasi
dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.
76
(2) Waktu Penyampaian Informasi
Tabel 4.15. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Waktu Penyampaian
Informasi dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Waktu
Penyampaian
Informasi
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
Kurang Baik 3 1,35 17 7,6 20 8,95
0,004 Baik 3 1,35 200 89,7 203 91,05
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.15 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara waktu penyampaian informasi dengan pemahaman pasien tentang informed
consent diperoleh bahwa sebanyak 3 dari 223 (1,35%) waktu penyampaian
informasi dengan kategori kurang baik dan kategori baik yang kurang paham
tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p(sig) = 0,004 lebih kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara waktu penyampaian informasi dengan tingkat pemahaman pasien tentang
informed consent.
(3) Bahasa Penyampaian Informasi
Tabel 4.16. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Bahasa Penyampaian
Informasi dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Bahasa
Penyampaian
Informasi
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
Kurang Baik 0 0 30 13,4 30 13,4
0,709 Baik 6 2,7 187 83,9 193 86,6
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
77
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.16 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara bahasa penyampaian informasi dengan pemahaman pasien tentang
informed consent diperoleh bahwa sebanyak 6 dari 223 (2,7%) bahasa
penyampaian informasi dengan kategori baik yang kurang paham tentang
penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) =
0,709 lebih besar dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara bahasa penyampaian informasi dengan tingkat pemahaman pasien tentang
informed consent.
3) Variabel Psikologi
Tabel 4.17. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Psikologi Pasien dengan
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Psikologi
Pasien
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent Jumlah
p (Sig) Kurang
Paham Paham
f % f % F %
Kurang Baik 1 0,5 14 6,3 15 6,8
0,873 Baik 5 2,2 203 91,0 208 93,2
Total 6 2,7 217 97,3 223 100
(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)
Dari Tabel diatas pada Tabel 4.17 dapat dilihat hasil analisis hubungan
antara psikologi pasien dengan pemahaman pasien tentang informed consent
diperoleh bahwa sebanyak 1 dari 223 (0,5%) psikologi pasien dengan kategori
kurang baik dan sebanyak 5 dari 223 (2,2%) psikologi pasien dengan kategori
baik yang kurang paham tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,873 lebih besar dari 0,05; maka dapat
78
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara psikologi pasien dengan tingkat
pemahaman pasien tentang informed consent.
c. Hasil Analisa Statistik
1) Uji Chi-Square
Dari hasil Analisis dengan menggunakan metode chi-square diatas
didapatkan 4 variabel (pendidikan, pekerjaan, kelengkapan informasi, waktu
penyampaian informasi) yang memiliki signifikansi atau nilai p<0,05. Seperti
yang tercantum pada tabel berikut ini :
Tabel 4.18. Hasil uji variabel dengan chi-square
Faktor Risiko Signifikansi (p)
Karakteristik Pasien Variabel umur 0,654
Variabel Pendidikan 0,000
Variabel Pekerjaan 0,008
Akses Informasi Variabel Kelengkapan Informasi 0,003
Variabel Waktu Penyampaian 0,004
Variabel Bahasa Penyampaian 0,709
Psikologi Variabel Psikologi 0,873
(Sumber : Output SPSS Uji chi-square, 2019)
2) Uji Regresi Logistik
Hasil uji regresi logistik tahap 1 (Metode Enter) didapatkan variabel yang
berpengaruh terhadap pemahaman penjelasan informed consent dengan nilai sig <
0,25 adalah variabel pendidikan, waktu penyampaian dan psikologi pasien.
Seperti yang tercantum pada tabel 4.19 berikut ini :
79
Tabel 4.19. Hasil Output Uji Regresi Logistik Tahap 1
(Sumber : Output SPSS Uji Regresi Logistik 1, 2019)
Untuk mengetahui variabel berpengaruh (dominan) maka dilakukan uji
regresi tahap 2 (Metode Forward: Conditional) terhadap variabel yang
mempunyai nilai sig < 0,25 yaitu variabel pendidikan, waktu penyampaian dan
psikologi pasien. Variabel dikatakan berpengaruh jika nilai sig < 0.05.
Dari hasil uji regresi logistik tahap 2 didapatkan variabel waktu
penyampaian yang dominan memengaruhi pemahaman pasien terhadap penjelesan
informed consent operasi dengan nilai sig < 0,05 yaitu 0,010. Seperti yang
tercantum pada tabel 4.20 berikut ini :
Tabel 4.20. Hasil Output Uji Regresi Logistik Tahap 2
(Sumber : Output SPSS Uji Regresi Logistik 2, 2019)
80
4.2. Pembahasan
Setelah dilakukan penelitian terhadap pasien post operasi di Ruang Rawat
Inap, Ruang Tunggu Kamar Operasi dan di Recovery Room Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar dengan 223 orang responden di dapatkan sebanyak 6
orang (2,7%) memiliki tingkat pemahaman dengan kategori kurang paham dan
sebanyak 217 orang (97,3%) dengan kategori paham.
Dari variabel karakteristik pasien berdasarkan uji chi-square didapatkan dua
subvariabel yang memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman pasien tentang
penjelasan informed consent operasi yaitu subvariabel pendidikan dengan nilai
p=0,000, subvariabel pekerjaan dengan nilai p=0,008, dan dari hasil uji regresi
logistik tahap I diperoleh subvariabel pendidikan yang memiliki pengaruh
terhadap pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi.
Dari variabel akses informasi berdasarkan uji chi-square didapatkan dua
subvariabel yang memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman pasien tentang
penjelasan informed consent operasi yaitu subvariabel kelengkapan informasi
dengan nilai p=0,003, subvariabel waktu penyampaian informasi dengan nilai
p=0,004, dan dari hasil uji regresi logistik tahap I dan II diperoleh subvariabel
waktu penyampaian informasi yang memiliki pengaruh terhadap pemahaman
pasien tentang penjelasan informed consent operasi.
Variabel psikologi pasien berdasarkan uji chi-square tidak memiliki
hubungan dengan tingkat pemahaman tentang penjelasan informed consent
operasi, namun dari hasil uji regresi logistik tahap I diperoleh pengaruh psikologi
terhadap pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi
81
4.2.1. Pengaruh Karakteristik Pasien Terhadap Pemahaman tentang
Penjelasan Informed Consent Operasi
a. Pengaruh Umur Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan Informed
Consent Operasi
Tingkat pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya
berbeda-beda karena setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, salah
satunya seperti umur. Umur merupakan salah satu karakteristik pemberi
persetujuan, karena umur dapat memengaruhi tingkat pemahaman seseorang
tentang Informed Consent Operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.
Dari hasil uji regresi logistik tahap I menunjukkan pengaruh umur dengan
tingkat pemahaman tentang Informed Consent Operasi tidak berpengaruh dengan
nilai sig > 0,25 yaitu 1,000, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemberi
persetujuan sebagian besar tergolong usia dewasa sehingga menyebabkan umur
tidak berpengaruh terhadap pemahaman tentang Penjelasan Informed Consent
Operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa Orang dewasa
daya berfikir untuk dapat memahami lebih tinggi dari pada umur orang yang
masih anak-anak. Semakin dewasa usia, semakin tumpul daya ingat seseorang,
tetapi sebaliknya daya pikir dan pemahamannya semakin baik, sedangkan pada
usia anak-anak proses mengingatnya jauh lebih baik dan lebih pandai menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ingatan ketimbang pertanyaan yang bersifat
pemikiran dan pemahaman (34).
Demikian juga dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah
Sakit Umum Pirngadi Medan, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
82
faktor karakteristik pasien seperti umur terhadap pemahaman pasien tentang
persetujuan tindakan kedokteran (12).
Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
umur responden pemberi persetujuan 99,5 % tergolong dewasa (dewasa menurut
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu telah berusia 21 tahun) dan hanya
0,5 % berumur dibawah 21 tahun. Walaupun kecilnya persentase pemberi
persetujuan, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hal ini tidak
dibenarkan, kecuali telah menikah. Dari jumlah pemberi persetujuan dibawah
umur 21 tahun merupakan 1 pasien yang dilakukan tindakan operasi sistoskopi
berstatus pelajar dan belum menikah, dalam hal ini pasien memberikan
persetujuannya karena keluarga yang mendampingi kurang kompeten serta risiko
dari tindakan operasi tersebut tidak tinggi.
b. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan
Informed Consent Operasi
Pemahaman terhadap suatu informasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya faktor pendidikan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi umumnya memiliki pengetahuan yang luas dan cara berpikir yang lebih
baik sehingga dapat memengaruhinya dalam proses pemahaman suatu informasi.
Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditempuh
dibangku sekolah. Sama seperti umur, pendidikan juga termasuk karakteristik
pemberi persetujuan. Sebagian besar pemberi persetujuan telah menyelesaikan
pendidikan ditingkat SMP/SMA dan sebagian yang lain telah menyelesaikan
83
pendidikannya ditingkat perguruan tinggi. Akan tetapi masih ada pemberi
persetujuan yang hanya menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD.
Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu
sebesar 0,000, dengan kata lain tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap
pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar. Hasil uji regresi logistik tahap I menunjukan adanya
pengaruh faktor pendidikan terhadap tingkat pemahaman tentang penjelasan
informed consent operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan pemberi persetujuan, semakin tinggi pula tingkat
pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar. Dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi tentu
banyak memengaruhi perilaku seseorang dalam pengetahuan dan pemahamannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa struktur sosial
seperti pendidikan sangat memengaruhi perilaku manusia dalam hal pengetahuan
dan pemahaman terhadap suatu informasi ataupun konsep. Tingkat pendidikan
dapat memengaruhi cara berpikir seseorang. Pada tingkat sekolah dasar metode
pembelajaran lebih pada proses mengingat dan menghafal, pada tingkat sekolah
lanjutan metode pembelajaran sudah pada tingkat berpikir ketimbang hanya
menghafal, dan selanjutnya, semakin tinggi tingkat sekolah maka proses untuk
berpikir, memahami dan menganalisa semakin ditekankan (34).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan di
Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, tidak ada hubungan yang bermakna antara
faktor karakteristik pasien seperti pendidikan terhadap pemahaman pasien tentang
84
persetujuan tindakan kedokteran (12).
Menurut asumsi peneliti, jenjang pendidikan memiliki hubungan dan
pengaruh terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed
consent operasi di RS Vita Insani, jenjang pendidikan yang lebih tinggi banyak
memengaruhi perilaku seseorang dalam pengetahuan dan pemahamannya,
sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat
pemahamannya.
c. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan
Informed Consent Operasi
Pemahaman tentang informed consent operasi sangat penting sebelum
dilakukan tindakan operasi. Lingkungan sekitar pasien seperti lingkungan
pekerjaan dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan atau wawasan
seseorang. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk
memperoleh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Pengelompokan pekerjaan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang biasa dilakukan atau dikerjakan oleh kebanyakan penduduk
diindonesia seperti Buruh/Tani, Wiraswasta, Pegawai Negeri (PNS) dan Pegawai
Swasta. Jika kita perhatikan pekerjaan responden pada Tabel 4.3, sebagian besar
bekerja sebagai PNS/Swasta dan sebagian kecil yang bekerja sebagai Buruh/Tani.
Setelah dilakukan uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05)
yaitu sebesar 0,008, dengan kata lain pekerjaan memiliki hubungan dengan
tingkat pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar. Namun hasil uji regresi logistik tahap I
85
menunjukkan tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap tingkat pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi. Hasil penelitian ini hanya menunjukkan
bahwa ada hubungan pekerjaan dengan tingkat pemahaman tentang penjelasan
informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada, bahwa selain itu
struktur sosial seperti pekerjaan, tingkat ekonomi atau pendapatan memengaruhi
perilaku manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu
informasi (34).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan di
Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, bahwa ada hubungan yang bermakna antara
faktor karakteristik pasien seperti pekerjaan terhadap pemahaman pasien tentang
persetujuan tindakan kedokteran (12).
Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan memiliki hubungan dengan
tingkat pemahaman seseorang tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat
pemahaman seseorang karena sesuatu yang memiliki hubungan belum tentu
memiliki pengaruh.
4.2.2. Pengaruh Akses Informasi Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan
Informed Consent Operasi
a. Pengaruh Kelengkapan Informasi Terhadap Pemahaman tentang
Penjelasan Informed Consent Operasi
Pemahaman seseorang tentang informed consent bergantung terhadap
informasi yang disampaikan tentang informed consent tersebut. Tidak mungkin
seseorang paham akan suatu informasi jika informasi itu tidak pernah ia terima
86
sebelumnya serta tidak lengkap. Kelengkapan informasi merupakan bagian
terpenting dari akses informasi. Jika kelengkapan informasi atau hal apa yang
akan disampaikan kepada seseorang tidak ada atau tidak lengkap tentu informasi
itu sia-sia saja diberikan karena akan menimbulkan ketidak pahaman bagi
penerimanya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan hanya 0,5% dengan
kategori kurang baik dalam kelengkapan informasi yang disampaikan dokter
kepada pasien/pemberi persetujuan operasi, selebihnya 99,5% dalam kategori
baik.
Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu
sebesar 0,003. Dengan demikian ada hubungan antara kelengkapan informasi
dengan pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit
Vita Insani Pematangsiantar. Dari hasil uji regresi logistik tahap I menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh kelengkapan informasi terhadap pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan kelengkapan informasi dengan pemahaman tentang penjelasan informed
consent operasi tetapi tidak menunjukan adanya pengaruh kelengkapan informasi
terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di RS Vita
Insani Pematangsiantar
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa karakteristik
informasi yang baik adalah Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau
dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak
lengkap akan memengaruhi pemahaman dalam pengambilan keputusan (29).
Demikian juga dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di seluruh
87
Rumah Sakit tipe C sekota Pekanbaru, bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kelengkapan informasi terhadap pemahaman pasien tentang persetujuan
tindakan kedokteran (11).
Menurut asumsi peneliti bahwa kelengkapan informasi sangat berhubungan
dengan pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya, karena
bagaimana mungkin seseorang dapat memahami suatu informasi jika informasi
yang diterimanya tidaklah lengkap.
b. Pengaruh Waktu Penyampaian Informasi Terhadap Pemahaman
tentang Penjelasan Informed Consent Operasi
Waktu penyampaian informasi adalah keadaan atau situasi dalam
menyampaikan informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan. Waktu
dan suasana penyampaian informasi dapat memengaruhi pemahaman seseorang
terhadap sebuah informasi seperti apakah penyampaian informasi itu sifatnya
santai atau kurang santai, disampaikan pada saat mau operasi atau bahkan jauh
hari sebelum operasi, diruang mana disampaikannya informasi, apakah dokter
memberikan kesempatan bertanya atau berdiskusi saat menjelaskan informasi,
serta apakah dokter didampingi petugas kesehatan lain saat menyampaikan
informasi. Dari hasil penelitian sebagian besar (91,05%) waktu penyampaian
informasi dengan kategori baik dan sebagian kecil (8,95%) dengan kategori
kurang baik.
Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu
sebesar 0,004. Dengan demikian ada hubungan antara waktu penyampaian
informasi dengan pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di
88
Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar. Hasil uji regresi logistik tahap II
menunjukkan bahwa nilai sig < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa waktu
penyampaian informasi sangat berpengaruh terhadap pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar..
Hal ini mungkin disebabkan sebagian besar pelaksanaan tindakan operasi adalah
elektif dan sebagian kecil tindakan operasi emergency.
Sesuai dengan yang tertulis di Buku Manual Persetujuan Tindakan
Kedokteran bahwa Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami
informasi yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat
klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan (3).
Menurut asumsi peneliti bahwa waktu penyampaian informasi memengaruhi
pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya seperti penyampaian
informasi itu sifatnya santai atau kurang santai, disampaikan pada saat mau
operasi atau bahkan jauh hari sebelum operasi.
c. Pengaruh Bahasa Penyampaian Informasi Terhadap Pemahaman
tentang Penjelasan Informed Consent Operasi
Dalam menyampaikan informasi khususnya tentang informed consent perlu
memperhatikan kemampuan bahasa dari penerima informasi agar apa yang
disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima informasi. Bahasa dalam
penyampaian informasi adalah penggunaan bahasa dalam memberikan informasi
mengenai Informed Consent Operasi. Dengan mempersamakan bahasa yang
digunakan sehari-hari oleh pasien/pemberi persetujuan tentunya akan
memudahkan untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan,
89
sedangkan bahasa yang sulit diterima adalah penggunaan bahasa yang masih asing
ditelinga, misalnya kata-kata atau istilah medis/ kedokteran yang hanya
dimengerti oleh kalangan medis. Dari hasil penelitian sebagian besar (86,6%)
bahasa yang disampaikan oleh dokter saat menyampaikan informasi kepada
pasien/ pemberi persetujuan tindakan bedah dengan kategori baik dan sebagian
kecil (13,4%) dengan kategori kurang baik.
Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p lebih besar dari nilai α, yaitu
sebesar 0,709. Dari nilai p yang lebih besar dari nilai alpha dapat dikatakan bahwa
tidak ada hubungan antara bahasa dalam penyampain informasi dengan
pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar. Begitu juga dengan hasil uji regresi logistik yang
dilakukan dimana tidak ada pengaruh bahasa penyampaian informasi terhadap
pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi. Hal ini disebabkan
pemberi informasi dalam menyampaikan informasi tidak menggunakan bahasa
medis atau bahasa medis yang kemudian dijelaskan. Dengan kata lain bahwa
pemberi informasi menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan
penerima informasi mengerti dengan bahasa si pemberi informasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan ketentuan yang ada, bahwa Penyampaian
informasi pada pasien harus diberikan dengan bahasa yang dapat diterima,
dipahami, dimengerti dan sejelas-jelasnya oleh pasien (20).
Menurut asumsi peneliti bahwa bahasa dalam penyampaian informasi itu
berhubungan dengan tingkat pemahaman seseorang karena tidak akan mungkin
seseorang paham akan informasi yang disampaikan jika dia tidak mengerti dengan
90
bahasa penyampai informasi tersebut.
4.2.3. Pengaruh Psikologi Pasien Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan
Informed Consent Operasi
Untuk dapat mengerti atau paham tentang informasi yang disampaikan
seseorang kepada orang lain haruslah melalui beberapa proses yaitu sensasi,
persepsi, memori dan berfikir. Proses itu semua dipengaruhi oleh psikologi dari
penerima informasi. Psikologi dapat dikatakan hal yang mempelajari tentang
tingkah laku individu yang berhubungan dengan alam sekitarnya. Psikologi pasien
dalam penelitian ini adalah keadaan, perasaan, reaksi, situasi atau kondisi serta
persiapan mental pasien/pemberi persetujuan saat menerima informasi tentang
Informed Consent Operasi, misalnya perasaan penerima informasi saat
mengetahui tentang penyakitnya, reaksinya dalam menerima informasi tersebut,
yang dirasakannya saat menerima informasi tentang kemungkinan terburuk atas
tindakan operasi yang akan dilakukan.
Dengan memperhatikan atau turut berempati dengan keadaan, perasaan,
situasi atau kondisi penerima informasi, maka dapat memudahkan dalam
menyampaikan informasi tentang informed consent serta diharapkan penerima
informasi dapat untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan. Dari
hasil penelitian sebagian besar (93,2%) psikologi pasien/pemberi persetujuan saat
menerima informasi tentang informed consent operasi dengan kategori baik dan
sebagian kecil (6,8%) dengan kategori kurang baik.
Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p lebih besar dari nilai α, yaitu
sebesar 0,873. Dari nilai p yang lebih besar dari nilai alpha dapat dikatakan bahwa
91
tidak ada hubungan antara psikologi pasien/pemberi persetujuan dengan
pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita
Insani Pematangsiantar. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi psikologi
penerima informasi saat menerima informasi tersebut dalam keadaan baik.
Dari hasil uji regresi logistik tahap I dihasilkan bahwa terdapat pengaruh
faktor psikologi terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent
operasi di Rumah Sakit Vita dengan nilai sig < 0,25.
Menurut asumsi peneliti bahwa tidak ada hubungan tetapi ada pengaruh
antara psikologi pasien/pemberi persetujuan terhadap pemahaman tentang
penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.
Hal ini dapat disebabkan karena kondisi psikologi penerima informasi saat
menerima informasi tersebut dalam keadaan baik.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1) Berdasarkan karakteristik responden dari segi umur pemberi persetujuan
operasi 99,5 % dewasa (telah berusia 21 tahun) menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, namun demikian masih dijumpai pemberi
persetujuan dibawah umur 21 tahun (0,5 %), hal ini disebabkan keluarga
yang mendampingi kurang kompeten serta risiko dari tindakan operasi
tersebut tidak tinggi sehingga pasien tersebut yang menerima informasi serta
menandatangani surat ijin operasinya;
2) Berdasarkan karakteristik responden dari segi pendidikan, mayoritas
pemberi persetujuan 150 orang (67,3%) berpendidikan ditingkat SMP/SMA,
minoritas 6 orang (2,7%) berpendidikan tingkat SD;
3) Berdasarkan karakteristik responden dari segi pekerjaan, mayoritas
responden 105 orang (47,1%) bekerja sebagai PNS/Swasta dan minoritas
11 orang (4,9%) bekerja sebagai Buruh/Tani;
4) Berdasarkan Akses Informasi dari segi kelengkapan informasi, maka
kelengkapan informasi dengan kategori baik berjumlah 222 (99,6%) dan
kategori kurang baik berjumlah 1 (0,4%). Namun jika dilihat kelengkapan
berdasarkan isi informasi yang disampaikan maka terdapat 36 responden
93
yang tidak menerima informasi tentang risiko dari tindakan dan 38
responden yang tidak menerima informasi tentang komplikasi dari tindakan
operasi yang dilakukan, padahal risiko dan komplikasi operasi itu
merupakan hal yang sangat penting yang harus disampaikan dan dijelaskan
kepada pasien;
5) Berdasarkan Akses Informasi dari segi waktu penyampaian informasi, maka
waktu penyampaian informasi dengan kategori baik berjumlah 203 (91,0%)
dan kategori kurang baik berjumlah 20 (9,0%);
6) Berdasarkan Akses Informasi dari segi bahasa penyampaian informasi,
maka bahasa penyampaian informasi dengan kategori baik berjumlah 193
(86,5%) dan kategori kurang baik berjumlah 30 (13,5%);
7) Berdasarkan Psikologi pasien, maka psikologi pasien dengan kategori baik
berjumlah 208 (93,3%) dan kategori kurang baik berjumlah 15 (6,7%);
8) Tingkat pemahaman pasien/pemberi persetujuan dengan kategori paham
berjumlah 217 (97,3%) dan kategori kurang paham berjumlah 6 (2,7%);
9) Faktor yang memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan
informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar dari
hasil uji regresi logistik tahap I didapatkan yaitu Faktor Karakteristik
Pasien/Pemberi Persetujuan dari segi Pendidikan, Faktor Akses Informasi
berupa Waktu Penyampaian dan Faktor Psikologi Pasien. Dari ketiga
variabel yang berpengaruh, Faktor Waktu Penyampaian yang sangat
berpengaruh terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent
operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar;
94
10) Masih ada ditemukan Formulir Pemberian informasi operasi yang belum
diisi tetapi pasien sudah menerima informasi dan telah selesai dilakukan
tindakan operasi, sementara menurut preraturan di Rumah Sakit Vita Insani
Pematangsiantar seharusnya sebelum operasi dokter mendokumentasikan isi
informasi yang disampaikannya di Formulir Pemberian informasi di Berkas
Rekam Medis Pasien.
5.2. Saran
1) Penyampaian informasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik pemberi
persetujuan terutama yang berhubungan dengan tingkat pendidikan,
sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah tindakan operasi
diharapkan pasien atau keluarga sudah siap menerimanya;
2) Sebaiknya dalam menyampaikan penjelasan tentang informed consent perlu
diperhatikan waktu penyampaian informasi tersebut karena hal itu
memengaruhi tingkat pemahaman penerima informasi, waktu penyampaian
informasi yang tepat akan menghasilkan informasi yang jelas dan lengkap
serta mudah dipahami oleh penerima informasi;
3) Sebaiknya dalam menyampaikan penjelasan tentang informed consent
diperhatikan kondisi psikologi penerima informasi karena hal tersebut dapat
memengaruhi tingkat pemahaman penerima informasi tentang penjelasan
tentang informed consent;
4) Hendaklah dalam tatacara pelaksanaan pemberian informed consent operasi
mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan seperti penyampaian
95
informed consent untuk operasi elektif dilakukan di poli rawat jalan atau
ruangan rawat inap;
5) Sebaiknya sebelum melakukan tindakan operasi dokter mendokumentasikan
isi informasi yang disampaikannya di Formulir Pemberian informasi di
Berkas Rekam Medis Pasien;
6) Sebaiknya mengevaluasi kembali apakah semua dokter yang melakukan
tindakan bedah sudah melaksanakan penjelasan informed consent operasi
sesuai dengan peraturan yang berlaku di RS Vita Insani Pematangsiantar
96
DAFTAR PUSTAKA
1. Organization WH. Definisi Rumah Sakit.
2. Kesehatan K. Peraturan Menteri Kesehatan No.290 Tahun 2008. Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
3. Indonesia KK. Manual persetujuan tindakan kedokteran. Jakarta Kons
Kedokteran Indonesia. 2006;
4. Suddarth B&. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 1 (edisi8).
Jakarta: EGC; 2009.
5. Wiradharma D. Penuntun Kuliah Etika Profesi Medis. Jakarta: Universitas
Trisakti; 2011.
6. Susilo MC dan AP. Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien dalam
Konteks Budaya Asia Tenggara. Jakarta: EGC; 2017.
7. Klien Jadi Korban Dugaan Malpraktik, Hotman Paris Gugat Rumah Sakit.
Available from: https://kumparan.com/@kumparannews/klien-jadi-korban-
dugaan-malpraktik-hotman-paris-gugat-rumah-sakit-27431110790542635
8. RS Vita Insani Siantar di desak tutup. Available from:
www.medanbisnisdaily.com/news/read/?id=202788
9. Warouw H. Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan Persetujuan
Setelah Penjelasan (Informed Consent) Pada Pasien di IRDB BLU RSUP
Prof Dr RD Kandou. Jurnal Ilmiah Perawat Manado. 2(1).
10. Nurfarhati N. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman
Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas WOHA BIMA.
97
Universitas Mataram; 2015.
11. Sari TP, Jepisah D. Hubungan Kelengkapan Informasi dengan Pemahaman
tentang Persetujuan Tindakan Medis di Rumah Sakit Umum Kelas C Se-
Kota Pekanbaru. Menara Ilmu. 2018;13(1).
12. Perangin-angin E. Hubungan Karakteristik Pasien dengan Pemahaman
Persetujuan Tindakan Kedokteran pada Tindakan Bedah di Rumah Sakit
Umum dr Pirngadi Kota Medan tahun 2009. 2009.
13. Pedoman Pengorganisasian Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani
Pematangsiantar. 2018.
14. Undang Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta;
2009.
15. Kesehatan K. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.
Jakarta; 2004.
16. Prof. DR. Dr.Azrul Azwar M. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa
Aksara. Jakarta; 2010.
17. Kesehatan K. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit.
Jakarta; 2008.
18. Kesehatan K. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta; 2006.
19. Indonesia KK. Manual Rekam Medis. Jakarta Kons Kedokt Indones. 2006;
20. Kesehatan K. Permenkes-nomor-269-Menkes-per-III-2008. Jakarta:
Kemenkes; 2008.
98
21. Lemone, P., & Burke K. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC; 2009.
22. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Jakarta: EGC; 2010.
23. Perry P&. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4. Vol. 1. Jakarta:
EGC; 2009.
24. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Ginjal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, hal. Jakarta: EGC;
2009. p. 1–145.
25. Sari AN. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatife. Jakarta: Academia;
2018.
26. Mulyawati I, Azam M, Ningrum DNA. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Tindakan Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2011;7(1).
27. Drs.Sunaryo MK. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2014.
28. Kamus besar bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2017.
29. Krisdiana Wijayanti, Vina Aditya Astuti AF. Komunikasi Dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media; 2016.
30. Undang Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta;
2004.
31. Busro A. Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent)
Dalam pelayanan Kesehatan. Law, Dev Justice Rev. 2018;1(1).
32. Senja EZF dan RA. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa
99
Publisher; 2008.
33. A.M.Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT.Grafindo Indonesia; 2011.
34. Arikunto S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara; 2009.
35. Soekidjo N. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2013.
36. Soekidjo N. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2017.
37. Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta; 2015.
38. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah. Medan: Cita Pustaka Media
Perintis; 2017.
39. Company Profile RS Vita Insani Pematangsiantar. 2018.
40. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani
Pematangsiantar. 2018.
100
Lampiran 1
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………………
Umur : ……….Tahun
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia secara sukarela untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan judul ”Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Pemahaman Pasien Terhadap Penjelasan Informed Consent Operasi di
Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2019”, yang dilakukan oleh
Asmarani, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Medan, Semester 4 Extensi Angkatan 2017.
Saya telah menerima penjelasan dari peneliti terkait dengan segala sesuatu
mengenai penelitian ini. Saya mengerti bahwa informasi yang saya berikan akan dijaga
kerahasiaannya oleh peneliti. Selain itu, jawaban yang saya berikan ini adalah jawaban
sebenarnya sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada paksaan dari pihak lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Pematangsiantar, 2019
Responden
(………………………….)
101
KUESIONER
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI
DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019”
I. Karakteristik Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama Responden :
3. Umur : < 21 tahun
21 – 40 tahun
> 40 tahun
4. Pendidikan : SD SMP/SMA
Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan : Tidak Bekerja Buruh/Tani
Wiraswasta PNS/Swasta
II. AKSES INFORMASI
a. Kelengkapan Informasi
1. Informasi / penjelasan apa saja yang disampaikan kepada saudara
mengenai tindakan operasi ?
No Jenis Informasi Ada Tidak Ada
1. Diagnosis
2. Dasar Diagnosis
3. Tindakan
4. Indikasi Tindakan
5. Tata Cara
6. Tujuan
7. Risiko
8. Komplikasi
9. Prognosis
10. Alternatif & Risiko
11. Biaya
Lampiran 2
102
b. Waktu Penyampaian
1. Keadaan atau situasi bagaimanakah saudara rasakan dokter
menyampaikan informasi ?
a. Santai
b. Kurang Santai
2. Kapan dokter menyampaikan informasi kepada saudara ?
a. 1 hari sebelum tindakan dilakukan
b. Beberapa Jam sebelum tindakan dilakukan
3. Dimana Dokter menyampaikan informasi kepada saudara ?
a. Di Ruang Rawat Inap/VK/IGD/Poli
b. Di Ruang Operasi
4. Apakah dokter memberikan waktu bertanya atau berdiskusi kepada
saudara setelah dokter menjelaksan semua informasi ?
a. Iya
b. Tidak
5. Apakah dokter didampingi anggota tim pelayanan kesehatan atau
perawat saat menyampaikan informasi ?
a. Iya
b. Tidak
c. Bahasa Penyampaian
1. Dengan menggunakan bahasa apa dokter menyampaikan informasi
kepada saudara ?
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa sehari-hari
c. Bahasa/Istilah Medis
2. Apakah saudara dapat mengerti bahasa yang disampaikan oleh dokter ?
a. Mengerti
b. Kurang Mengerti
c. Tidak Mengerti
103
3. Apakah dokter menggunakan alat bantu saat memberikan informasi
kepada saudara, seperti audio visual atau leaflet ?
a. Iya
b. Tidak
III. FAKTOR PSIKOLOGI PASIEN
1. Bagaimana perasaan saudara saat menerima informasi mengenai
penyakit yang saudara alami.?
a. Biasa saja / Tenang
b. Takut
c. Terkejut
2. Bagaimana reaksi saudara saat menerima informasi mengenai penyakit
yang saudara derita.?
a. Menerima
b. Sulit Menerima
c. Tidak Menerima
3. Apa yang anda rasakan saat dokter menginformasikan kemungkinan
terburuk (risiko & komplikasi) dari tindakan operasi yang akan
dilakukan ?
a. Pasrah
b. Sangat takut
c. Cemas
4. Dengan keadaan saudara saat menerima informasi, apakah saudara
mengerti Informasi yang disampaikan dokter ?
a. Mengerti
b. Kurang Mengerti
c. Tidak Mengerti
5. Persiapan mental apa yang saudara lakukan saat akan menjalani operasi?
a. Banyak berdoa
b. Menenangkan Diri
c. Tidak Ada
104
IV. PEMAHAMAN TENTANG INFORMED CONSENT
No Pertanyaan
Paha
m
(P)
Kurang
Paham
(KP)
Tidak
Paham
(TP)
1.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang penyakit yang diderita sehingga
dilakukan tindakan operasi ?
2.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang dasar dokter menetapkan penyakit
yang diderita ?
3.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang tindakan operasi yang dilakukan
dokter ?
4.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang alasan tindakan operasi yang
dilakukan dokter ?
5.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang tata cara dokter melakukan
tindakan operasi tersebut ?
6. Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang tujuan tindakan operasi tersebut ?
7.
Apakah saudara paham dengan
penjelasan tentang hal-hal yang tak
diinginkan (risiko) yang mungkin bisa
terjadi jika operasi dilakukan ?
8.
Apakah saudara paham dengan
penjelasan tentang hal-hal yang tak
diinginkan (komplikasi) yang mungkin
bisa terjadi dimeja operasi atau setelah
operasi ?
9.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang gambaran yang terjadi akibat
tindakan yang dilakukan ?
10.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang alternatif & risiko dari tindakan
lainnya ?
11.
Apakah saudara paham dengan penjelasan
tentang besar biaya yang diperlukan untuk
tindakan operasi tersebut ?
105
Lampiran 3
Surat Permohonan Survei Awal
106
Lampiran 4
Surat Ijin Survei Awal di RS Vita Insani Pematangsiantar
107
Lampiran 5
Surat Permohonan Uji Validitas
108
Lampiran 6
Surat Ijin Uji Validitas di RS Tiara Kasih Sejati
109
Lampiran 7
Surat Permohonan Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar
110
Lampiran 8
Surat diterima Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar
111
Lampiran 9
Surat telah Selesai Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar
Jenis
Kasus Emergency Elektif
1 21-05-2019 Mrs X 315789 45 Obgyn SOD + SOS V
2 21-05-2019 Mrs X 315703 30 Bedah Umum debridement ganggren V
3 21-05-2019 Mrs X 315738 45 Urologi sistoskopi + litotripsi V
4 21-05-2019 Tn X 315679 67 Urologi sistoskopy + sacshe V
5 21-05-2019 Mrs X 315826 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V
6 21-05-2019 Tn X 255977 54 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V
7 21-05-2019 Mrs X 315869 29 Obgyn sc V
8 22-05-2019 Tn X 315892 30 Orthopedi artrotomy + gips V
9 22-05-2019 Mrs X 288184 29 Obgyn sc V
10 22-05-2019 Mrs X 315878 23 Obgyn sc V
11 22-05-2019 Mrs X 315777 43 Obgyn TAH + BSO V
12 22-05-2019 Mrs X 315829 47 Obgyn STAH+SOD+Salpingectomie sinistra V
13 22-05-2019 Tn X 315884 44 Urologi sistoskopi + litotripsi V
14 22-05-2019 Mrs X 315881 49 Urologi sistoskopi + litotripsi V
15 22-05-2019 Mrs X 315886 59 Urologi sistoskopi + litotripsi V
16 22-05-2019 Mrs X 315879 50 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V
17 22-05-2019 Mrs X 315922 40 Orthopedi debridement + repair tendon V
18 22-05-2019 Mrs X 315880 40 Bedah Umum exp.lap + suture gastric ulcer V
19 22-05-2019 Mrs X 314976 31 Obgyn sc V
20 23-05-2019 Tn X 315837 36 Orthopedi debridement + arthrotomy + synevectomy V
21 23-05-2019 Mrs X 314997 35 Obgyn sc V
22 23-05-2019 Mrs X 315938 25 Obgyn sc V
23 23-05-2019 Mrs X 315981 26 Obgyn sc V
24 24-05-2019 Mrs X 220656 32 Orthopedi debridement + sequestrectomy V
25 24-05-2019 Tn X 316031 37 Orthopedi orif V
26 24-05-2019 Mrs X 315995 32 Obgyn sc + kontap V
27 24-05-2019 Mrs X 134405 40 Obgyn sc + kontap V
28 24-05-2019 Mrs X 316000 56 Obgyn TVH + vagina plastik V
29 24-05-2019 Mrs X 315973 43 Bedah Umum drainase perut ec asites, sirosis hepatis V
30 24-05-2019 Mrs X 315979 28 Orthopedi orif V
31 25-05-2019 Tn X 316009 45 Orthopedi orif wrist joint V
32 25-05-2019 Mrs X 119488 32 Obgyn sc V
33 25-05-2019 Mrs X 316052 37 Obgyn sc + kontap V
34 25-05-2019 Mrs X 316050 26 Obgyn sc V
35 26-05-2019 Tn X 316080 38 Orthopedi debridement digiti V
36 26-05-2019 Mrs X 300603 32 Obgyn lap KET V
37 26-05-2019 Mrs X 316079 37 Obgyn sc+STAH V
38 26-05-2019 Mrs X 316081 38 Obgyn sc + kontap V
39 26-05-2019 Mrs X 316086 35 Obgyn sc+kontap+STAH+SOS V
40 26-05-2019 Tn X 316085 30 Bedah Umum debridement vl V
41 26-05-2019 Mrs X 225998 26 Obgyn sc V
42 26-05-2019 Mrs X 316067 45 Bedah Umum debridement,psg gips + laparotomi V
43 26-05-2019 Mrs X 163407 29 Obgyn sc V
44 27-05-2019 Tn X 316114 41 Orthopedi debridement V
45 27-05-2019 Tn X 302747 33 Orthopedi debridement + repair tendon V
46 27-05-2019 Mrs X 316120 29 Obgyn sc V
47 27-05-2019 Mrs X 316123 33 Obgyn sc V
48 27-05-2019 Mrs X 316107 25 Obgyn sc V
49 27-05-2019 Mrs X 316066 32 Orthopedi debridement + repair tendon V
50 27-05-2019 Mrs X 316144 42 Obgyn sc + kontap V
51 27-05-2019 Mrs X 253897 38 Obgyn sc+STAH V
52 27-05-2019 Tn X 316127 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V
53 27-05-2019 Tn X 316130 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V
54 27-05-2019 Mrs X 306084 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V
55 27-05-2019 Mrs X 316134 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V
"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN
TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI DI RS VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019"
DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN
Cara MasukNo Tgl Operasi Nama Responden No RM Umur Tindakan Operasi
56 27-05-2019 Tn X 316156 56 Bedah Umum exp.lap + suture gastric ulcer V
57 28-05-2019 Mrs X 316242 29 Orthopedi debridement + orif femur V
58 28-05-2019 Mrs X 316201 27 Obgyn sc V
59 28-05-2019 Tn X 316199 57 Orthopedi debridement+orif V
60 28-05-2019 Mrs X 128749 62 Orthopedi debridement + eksisi gout bodies V
61 28-05-2019 Tn X 316208 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V
62 28-05-2019 Mrs X 316206 45 Urologi sistoskopi + litotripsi V
63 28-05-2019 Mrs X 227632 43 Urologi sistoskopi + litotripsi V
64 28-05-2019 Mrs X 138182 35 Obgyn sc + kontap V
65 28-05-2019 Tn X 229050 34 Bedah Umum drainase perut ec asites, sirosis hepatis V
66 29-05-2019 Tn X 288018 67 Orthopedi Bipolar HIP Replacement V
67 29-05-2019 Mrs X 316254 32 Obgyn sc V
68 29-05-2019 Mrs X 307790 36 Obgyn sc V
69 29-05-2019 Mrs X 221512 39 Obgyn sc + kontap V
70 29-05-2019 Tn X 316181 41 Bedah Umum repair luka di bibir V
71 29-05-2019 Mrs X 315834 43 Bedah Umum haemorhoidectomie V
72 29-05-2019 Tn X 179134 39 Urologi sistoskopi + litotripsi V
73 29-05-2019 Mrs X 316067 45 Bedah Umum re laparotomie + aff bandage control V
74 29-05-2019 Tn X 316235 43 Bedah Umum eksisi lipom V
75 30-05-2019 Mrs X 316300 32 Obgyn sc V
76 30-05-2019 Mrs X 316330 36 Obgyn sc V
77 30-05-2019 Tn X 316329 38 Orthopedi debridement + repair capsul V
78 30-05-2019 Tn X 316333 32 Orthopedi debridement + repair tendon V
79 31-05-2019 Mrs X 316356 30 Obgyn sc V
80 31-05-2019 Mrs X 316357 29 Obgyn sc V
81 31-05-2019 Mrs X 316121 32 Obgyn sc + kontap V
82 31-05-2019 Tn X 316307 46 Bedah Umum debridement + repair luka V
83 31-05-2019 Mrs X 316341 32 Bedah Umum laparotomie + appendectomie V
84 31-05-2019 Tn X 220176 32 Bedah Umum laparotomie + appendectomie V
85 31-05-2019 Mrs X 316324 61 Orthopedi Bipolar HIP Replacement V
86 31-05-2019 Tn X 316306 36 Orthopedi orif cruris V
87 31-05-2019 Tn X 316343 33 Orthopedi debridement open fracture V
88 31-05-2019 Mrs X 226620 34 Bedah Umum debridement gangren V
89 01-06-2019 Mrs X 270615 27 Obgyn laparotomie kista, SOD V
90 01-06-2019 Mrs X 316321 31 Obgyn lap kista (D) & (S) V
91 01-06-2019 Mrs X 316418 26 Obgyn sc V
92 01-06-2019 Tn X 316406 63 Orthopedi orif + debridement V
93 01-06-2019 Mrs X 240862 24 Orthopedi orif V
94 01-06-2019 Tn X 316441 27 Orthopedi debridement open fracture V
95 01-06-2019 Tn X 114340 21 Orthopedi debridement + PA V
96 01-06-2019 Mrs X 205265 27 Obgyn sc V
97 01-06-2019 Mrs X 316424 30 Obgyn sc V
98 01-06-2019 Mrs X 270356 28 Obgyn sc V
99 01-06-2019 Mrs X 316409 38 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V
100 01-06-2019 Tn X 316448 63 Bedah Umum laparotomi + suture gastric ulcer V
101 02-06-2019 Mrs X 316490 30 Obgyn sc V
102 02-06-2019 Tn X 306444 21 Orthopedi debridement + psg gips V
103 02-06-2019 Mrs X 316456 24 Orthopedi debridement + ORIF V
104 02-06-2019 Mrs X 316466 30 Obgyn sc + kontap V
105 02-06-2019 Mrs X 316434 44 Obgyn TAH + BSO V
106 02-06-2019 Mrs X 316493 26 Obgyn sc V
107 02-06-2019 Mrs X 211377 21 Obgyn sc V
108 02-06-2019 Mrs X 104006 39 Bedah Umum appendectomie V
109 03-06-2019 Tn X 316566 33 Orthopedi debridement repair luka V
110 03-06-2019 Mrs X 171610 32 Orthopedi Removal Tumor + Release Tendon V
111 03-06-2019 Mrs X 275366 33 Obgyn sc + kontap V
112 03-06-2019 Mrs X 316552 35 Bedah Umum appendectomie V
113 03-06-2019 Mrs X 316496 35 Bedah Umum debridement + repair luka V
114 04-06-2019 Tn X 316615 40 Orthopedi debridement + repair luka V
115 04-06-2019 Tn X 316603 28 Orthopedi orif clavicula V
116 04-06-2019 Mrs X 315830 50 Obgyn TVH + Vagina plastik V
117 04-06-2019 Mrs X 316495 54 Obgyn STAH + BSO V
118 04-06-2019 Tn X 316573 41 Orthopedi orif femur V
119 04-06-2019 Mrs X 316610 30 Obgyn sc V
120 04-06-2019 Mrs X 316613 37 Obgyn sc + kontap V
121 04-06-2019 Mrs X 316628 38 Obgyn sc + kontap V
122 04-06-2019 Mrs X 316501 53 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V
123 04-06-2019 Tn X 316596 40 Bedah Umum appendectomie V
124 04-06-2019 Tn X 316608 35 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V
125 04-06-2019 Mrs X 255775 38 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V
126 05-06-2019 Tn X 316668 39 Orthopedi debridement + repair luka V
127 05-06-2019 Mrs X 316638 33 Obgyn sc, histerectomie (STAH+BSO) V
128 06-06-2019 Mrs X 235766 28 Obgyn sc V
129 06-06-2019 Mrs X 208788 24 Obgyn sc V
130 06-06-2019 Mrs X 316708 26 Obgyn sc V
131 06-06-2019 Tn X 316709 29 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V
132 07-06-2019 Mrs X 316760 32 Orthopedi orif cruris V
133 07-06-2019 Mrs X 316748 31 Orthopedi orif humerus V
134 07-06-2019 Mrs X 316736 25 Obgyn sc V
135 07-06-2019 Mrs X 148672 38 Obgyn sc + kontap V
136 07-06-2019 Tn X 229091 65 Bedah Umum debridement DM V
137 07-06-2019 Mrs X 316744 38 Obgyn sc + kontap V
138 08-06-2019 Mrs X 190026 28 Obgyn sc V
139 08-06-2019 Tn X 316753 35 Orthopedi debridement+fasciotomy+necrotomy V
140 08-06-2019 Tn X 316819 38 Orthopedi orif femur V
141 08-06-2019 Mrs X 141535 34 Obgyn sc + kontap V
142 08-06-2019 Tn X 316772 45 Bedah Umum appendectomie V
143 08-06-2019 Tn X 316738 29 Bedah Umum laparotomi V
144 09-06-2019 Mrs X 248321 27 Obgyn sc V
145 09-06-2019 Mrs X 316856 29 Obgyn sc + kontap V
146 09-06-2019 Mrs X 124698 35 Obgyn sc + kontap V
147 10-06-2019 Mrs X 316242 25 Orthopedi debridement arthrotomy V
148 10-06-2019 Mrs X 316872 31 Obgyn sc V
149 10-06-2019 Mrs X 277820 25 Obgyn sc V
150 10-06-2019 Mrs X 305917 29 Obgyn sc V
151 10-06-2019 Tn X 245390 52 Orthopedi orif V
152 10-06-2019 Mrs X 316927 32 Obgyn sc V
153 11-06-2019 Mrs X 316974 42 Obgyn sc + kontap V
154 11-06-2019 Mrs X 316814 58 Orthopedi orif femur + hecting wajah V
155 11-06-2019 Tn X 303948 50 Orthopedi revision orif + bone graft V
156 11-06-2019 Mrs X 316492 37 Urologi URS + DJ STEN V
157 11-06-2019 Tn X 285326 53 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
158 11-06-2019 Tn X 316982 64 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
159 11-06-2019 Mrs X 316958 37 Obgyn sc + kontap V
160 11-06-2019 Mrs X 316979 26 Obgyn sc V
161 11-06-2019 Mrs X 316973 31 Obgyn sc V
162 11-06-2019 Tn X 251752 31 Bedah Umum hernia repair V
163 12-06-2019 Mrs X 142910 27 Orthopedi debridement, ORIF, external immobilisasi V
164 12-06-2019 Tn X 317075 27 Urologi vesicostomy V
165 12-06-2019 Mrs X 317081 48 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
166 12-06-2019 Tn X 316844 48 Urologi sistoskopy + sacshe V
167 12-06-2019 Mrs X 317071 19 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
168 12-06-2019 Mrs X 205458 34 Obgyn sc + kontap V
169 12-06-2019 Mrs X 112284 23 Obgyn sc V
170 12-06-2019 Mrs X 257435 33 Obgyn sc V
171 12-06-2019 Tn X 317001 42 Bedah Umum explo laparot + reseksi usus V
172 12-06-2019 Mrs X 112528 35 Bedah Plastik debridement combutio V
173 13-06-2019 Mrs X 230756 29 Obgyn sc V
174 13-06-2019 Tn X 130693 29 Orthopedi debridement+sequestrectomy, bone graft V
175 13-06-2019 Tn X 317134 34 Orthopedi debridement + orif V
176 13-06-2019 Tn X 317125 32 Orthopedi debridement + orif V
177 13-06-2019 Tn X 317175 32 Orthopedi orif V
178 13-06-2019 Mrs X 317182 39 Orthopedi orif V
179 13-06-2019 Mrs X 317155 40 Obgyn lap KET + Kontap tuba kiri V
180 13-06-2019 Tn X 275759 30 Bedah Plastik release contracture & syndactyly digiti 2,3 manus D V
181 14-06-2019 Mrs X 317198 30 Obgyn sc V
182 14-06-2019 Mrs X 138840 29 Orthopedi orif elbow V
183 14-06-2019 Tn X 308080 32 Orthopedi revison ORIF V
184 14-06-2019 Mrs X 317265 36 Obgyn sc + kontap V
185 14-06-2019 Mrs X 317200 23 Obgyn sc V
186 14-06-2019 Mrs X 317202 33 Obgyn sc + kontap V
187 14-06-2019 Mrs X 317195 26 Obgyn sc V
188 14-06-2019 Mrs X 317194 28 Obgyn sc V
189 15-06-2019 Mrs X 316155 34 Obgyn sc V
190 15-06-2019 Mrs X 245210 27 Obgyn sc V
191 15-06-2019 Tn X 317184 48 Orthopedi ORIF V
192 15-06-2019 Mrs X 317243 45 Obgyn STAH + Kistektomie kiri V
193 15-06-2019 Mrs X 255789 26 Obgyn sc V
194 16-06-2019 Mrs X 316367 65 Orthopedi bipolar HIP Replacement V
195 16-06-2019 Mrs X 317341 30 Obgyn sc V
196 17-06-2019 Tn X 315494 34 Orthopedi osteotomy+ORIF+debridementdement V
197 17-06-2019 Tn X 316148 40 Orthopedi amputasi + debridementdement V
198 17-06-2019 Mrs X 254511 28 Obgyn sc V
199 17-06-2019 Mrs X 317377 43 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
200 17-06-2019 Tn X 316852 55 Urologi sistoskopy + sacshe V
201 17-06-2019 Mrs X 268811 56 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V
202 17-06-2019 Tn X 317359 64 Bedah Umum laparotomi+appendectomie V
203 18-06-2019 Tn X 317430 58 Orthopedi debridement + ORIF V
204 18-06-2019 Tn X 293789 48 Orthopedi orif + bone graft V
205 18-06-2019 Tn X 314509 29 Orthopedi orif V
206 18-06-2019 Tn X 317453 48 Urologi URS + DJ STEN V
207 18-06-2019 Tn X 317454 57 Urologi URS + DJ STEN V
208 18-06-2019 Tn X 239317 42 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V
209 18-06-2019 Mrs X 315319 40 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V
210 18-06-2019 Mrs X 317445 30 Obgyn sc V
211 18-06-2019 Mrs X 306034 25 Obgyn sc V
212 18-06-2019 Mrs X 317513 33 Obgyn sc + kontap V
213 18-06-2019 Mrs X 317452 29 Obgyn sc V
214 18-06-2019 Tn X 317276 50 Bedah Umum psg wsd, debridement, ORIF V
215 18-06-2019 Tn X 315642 40 Bedah Umum repair hernia + reseksi omentum V
216 19-06-2019 Tn X 317522 38 Orthopedi amputasi transfemoral + debridementdement V
217 19-06-2019 Tn X 317557 48 Orthopedi debridement V
218 19-06-2019 Mrs X 165143 54 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
219 19-06-2019 Tn X 317525 55 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
220 19-06-2019 Tn X 317535 54 Urologi Sistoskopi + litotripsi V
221 19-06-2019 Mrs X 197795 26 Obgyn sc V
222 19-06-2019 Mrs X 317563 29 Obgyn sc + kontap V
223 19-06-2019 Tn X 296215 35 Bedah Plastik debridement + skin graft V
116
Lampiran 11
Foto-foto Kegiatan Penelitian
Tgl 23/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral
Tgl 23/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral
117
Tgl 29/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap
Tgl 30/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap
118
Tgl 12/06/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap
Tgl 13/06/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap
119
Tgl 13/06/2019, Penandatanganan Surat Persetujuan Responden
di Ruang Rawat Inap
Tgl 24/05/2019, Penandatanganan Surat Persetujuan Responden
120
Tgl 24/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral
Tgl 28/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral
121
Tgl 24/05/2019, Wawancara di Ruang Recovery Room, Instalasi Bedah Sentral
Tgl 25/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap
122
Frequencies Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan Kelengkapan Informasi
Waktu Penyampaian
N Valid 223 223 223 223 223
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
Bahasa Penyampaian
Psikologi Pasien Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
N Valid 223 223 223
Missing 0 0 0
Frequency Table Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<21 Tahun 1 ,4 ,4 ,4
21-40 Tahun 149 66,8 66,8 67,3
>40 Tahun 73 32,7 32,7 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SD 6 2,7 2,7 2,7
SMP/SMA 150 67,3 67,3 70,0
Perguruan Tinggi 67 30,0 30,0 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tidak Bekerja 54 24,2 24,2 24,2
Buruh/Tani 11 4,9 4,9 29,1
Wiraswasta 53 23,8 23,8 52,9
PNS/Swasta 105 47,1 47,1 100,0
Total 223 100,0 100,0
Kelengkapan Informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Baik 1 ,4 ,4 ,4
Baik 222 99,6 99,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Waktu Penyampaian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Baik 20 9,0 9,0 9,0
Baik 203 91,0 91,0 100,0
Total 223 100,0 100,0
Lampiran 12
123
Bahasa Penyampaian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Baik 30 13,5 13,5 13,5
Baik 193 86,5 86,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Psikologi Pasien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Baik 15 6,7 6,7 6,7
Baik 208 93,3 93,3 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Kurang Paham 6 2,7 2,7 2,7
Paham 217 97,3 97,3 100,0
Total 223 100,0 100,0
Frequencies Statistics
Diagnosis Dasar_Diagnosis
Tindakan Indikasi_Tindakan
Tata_Cara Tujuan
N Valid 223 223 223 223 223 223
Missing 0 0 0 0 0 0
Statistics
Risiko Komplikasi Prognosis Alternatif&Risiko Biaya
N Valid 223 223 223 223 223
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Diagnosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
Dasar_Diagnosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
Tindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
124
Indikasi_Tindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
Tata_Cara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 1 ,4 ,4 ,4
1 222 99,6 99,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Tujuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
Risiko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 36 16,1 16,1 16,1
1 187 83,9 83,9 100,0
Total 223 100,0 100,0
Komplikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 38 17,0 17,0 17,0
1 185 83,0 83,0 100,0
Total 223 100,0 100,0
Prognosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
0 1 ,4 ,4 ,4
1 222 99,6 99,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Alternatif&Risiko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
Biaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 223 100,0 100,0 100,0
125
Frequencies Statistics
Pemahaman_Diagnosis
Pemahaman_DasarDiagnos
is
Pemahaman_Tindakan
Pemahaman_IndikasiTindak
an
Pemahaman_TataCara
N Valid 223 223 223 223 223
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
Pemahaman_Tujuan
Pemahaman_Risiko
Pemahaman_Komplikasi
Pemahaman_Prognosis
Pemahaman_Alternatif&Risi
ko
N Valid 223 223 223 223 223
Missing 0 0 0 0 0
Statistics
Pemahaman_Biaya
N Valid 223
Missing 0
Frequency Table
Pemahaman_Diagnosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 6 2,7 2,7 2,7
3 217 97,3 97,3 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_DasarDiagnosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 6 2,7 2,7 2,7
3 217 97,3 97,3 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Tindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 19 8,5 8,5 8,5
3 204 91,5 91,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_IndikasiTindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
2 8 3,6 3,6 3,6
3 215 96,4 96,4 100,0
Total 223 100,0 100,0
126
Pemahaman_TataCara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 3 1,3 1,3 1,3
2 27 12,1 12,1 13,5
3 193 86,5 86,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Tujuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 1 ,4 ,4 ,4
2 7 3,1 3,1 3,6
3 215 96,4 96,4 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Risiko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 34 15,2 15,2 15,2
2 56 25,1 25,1 40,4
3 133 59,6 59,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Komplikasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 38 17,0 17,0 17,0
2 59 26,5 26,5 43,5
3 126 56,5 56,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Prognosis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 1 ,4 ,4 ,4
2 18 8,1 8,1 8,5
3 204 91,5 91,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Pemahaman_Alternatif&Risiko
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 1 ,4 ,4 ,4
2 1 ,4 ,4 ,9
3 221 99,1 99,1 100,0
Total 223 100,0 100,0
127
Pemahaman_Biaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3 223 100,0 100,0 100,0
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%
Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Total
Kurang Paham Paham
Umur
<21 Tahun
Count 0 1 1
Expected Count ,0 1,0 1,0
% within Umur 0,0% 100,0% 100,0%
21-40 Tahun
Count 3 146 149
Expected Count 4,0 145,0 149,0
% within Umur 2,0% 98,0% 100,0%
>40 Tahun
Count 3 70 73
Expected Count 2,0 71,0 73,0
% within Umur 4,1% 95,9% 100,0%
Total
Count 6 217 223
Expected Count 6,0 217,0 223,0
% within Umur 2,7% 97,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,850a 2 ,654
Likelihood Ratio ,825 2 ,662 Linear-by-Linear Association ,846 1 ,358
N of Valid Cases 223
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.
128
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R -,062 ,071 -,920 ,359
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,062 ,072 -,919 ,359c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%
Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Total
Kurang Paham
Paham
Pendidikan
SD
Count 2 4 6
Expected Count ,2 5,8 6,0
% within Pendidikan 33,3% 66,7% 100,0%
SMP/SMA
Count 2 148 150
Expected Count 4,0 146,0 150,0
% within Pendidikan 1,3% 98,7% 100,0%
Perguruan Tinggi
Count 2 65 67
Expected Count 1,8 65,2 67,0
% within Pendidikan 3,0% 97,0% 100,0%
Total
Count 6 217 223
Expected Count 6,0 217,0 223,0
% within Pendidikan 2,7% 97,3% 100,0%
129
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 22,596a 2 ,000
Likelihood Ratio 8,355 2 ,015 Linear-by-Linear Association 1,819 1 ,177
N of Valid Cases 223
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,16.
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R ,091 ,108 1,351 ,178
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,064 ,098 ,957 ,340c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%
Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Total
Kurang Paham Paham
Pekerjaan Tidak Bekerja
Count 0 54 54
Expected Count 1,5 52,5 54,0
% within Pekerjaan 0,0% 100,0% 100,0%
Buruh/Tani Count 2 9 11
130
Expected Count ,3 10,7 11,0
% within Pekerjaan 18,2% 81,8% 100,0%
Wiraswasta
Count 1 52 53
Expected Count 1,4 51,6 53,0
% within Pekerjaan 1,9% 98,1% 100,0%
PNS/Swasta
Count 3 102 105
Expected Count 2,8 102,2 105,0
% within Pekerjaan 2,9% 97,1% 100,0%
Total
Count 6 217 223
Expected Count 6,0 217,0 223,0
% within Pekerjaan 2,7% 97,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 11,717a 3 ,008
Likelihood Ratio 7,624 3 ,054 Linear-by-Linear Association ,218 1 ,641
N of Valid Cases 223
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30.
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R -,031 ,050 -,466 ,642
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,024 ,058 -,364 ,716c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
131
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0%
Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Kelengkapan Informasi
Kurang Baik
Count 1
Expected Count ,0
% within Kelengkapan Informasi 100,0%
Baik
Count 5
Expected Count 6,0
% within Kelengkapan Informasi 2,3%
Total
Count 6
Expected Count 6,0
% within Kelengkapan Informasi 2,7%
Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Total
Paham
Kelengkapan Informasi
Kurang Baik
Count 0 1
Expected Count 1,0 1,0
% within Kelengkapan Informasi
0,0% 100,0%
Baik
Count 217 222
Expected Count 216,0 222,0
% within Kelengkapan Informasi
97,7% 100,0%
Total
Count 217 223
Expected Count 217,0 223,0
% within Kelengkapan Informasi
97,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 36,330a 1 ,000
132
Continuity Correctionb 8,587 1 ,003
Likelihood Ratio 7,403 1 ,007
Fisher's Exact Test ,027 ,027
Linear-by-Linear Association
36,167 1 ,000
N of Valid Cases 223
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R ,404 ,185 6,558 ,000
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,404 ,185 6,558 ,000c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham
44,400 18,665 105,619
N of Valid Cases 223
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0%
133
Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham
Paham
Waktu Penyampaian
Kurang Baik
Count 3 17
Expected Count ,5 19,5
% within Waktu Penyampaian
15,0% 85,0%
Baik
Count 3 200
Expected Count 5,5 197,5
% within Waktu Penyampaian
1,5% 98,5%
Total
Count 6 217
Expected Count 6,0 217,0
% within Waktu Penyampaian
2,7% 97,3%
Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Total
Waktu Penyampaian
Kurang Baik
Count 20
Expected Count 20,0
% within Waktu Penyampaian 100,0%
Baik
Count 203
Expected Count 203,0
% within Waktu Penyampaian 100,0%
Total
Count 223
Expected Count 223,0
% within Waktu Penyampaian 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 12,715a 1 ,000
Continuity Correctionb 8,075 1 ,004
Likelihood Ratio 7,071 1 ,008
Fisher's Exact Test ,010 ,010
Linear-by-Linear Association
12,658 1 ,000
N of Valid Cases 223
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,54.
b. Computed only for a 2x2 table
134
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R ,239 ,121 3,656 ,000
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,239 ,121 3,656 ,000c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Waktu Penyampaian (Kurang Baik / Baik)
11,765 2,203 62,819
For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham
10,150 2,191 47,014
For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham
,863 ,717 1,038
N of Valid Cases 223
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0%
Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Bahasa Penyampaian Kurang Baik
Count 0
Expected Count ,8
% within Bahasa Penyampaian 0,0%
135
Baik
Count 6
Expected Count 5,2
% within Bahasa Penyampaian 3,1%
Total
Count 6
Expected Count 6,0
% within Bahasa Penyampaian 2,7%
Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien
Tentang Informed Consent
Total
Paham
Bahasa Penyampaian
Kurang Baik
Count 30 30
Expected Count 29,2 30,0
% within Bahasa Penyampaian
100,0% 100,0%
Baik
Count 187 193
Expected Count 187,8 193,0
% within Bahasa Penyampaian
96,9% 100,0%
Total
Count 217 223
Expected Count 217,0 223,0
% within Bahasa Penyampaian
97,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,958a 1 ,328
Continuity Correctionb ,139 1 ,709
Likelihood Ratio 1,759 1 ,185
Fisher's Exact Test 1,000 ,416
Linear-by-Linear Association
,954 1 ,329
N of Valid Cases 223
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,81.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R -,066 ,015 -,977 ,330
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,066 ,015 -,977 ,330c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
136
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham
1,032 1,006 1,058
N of Valid Cases 223
Crosstabs Case Processing Summary
Cases
Valid Missing
N Percent N Percent
Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0% 0 0,0%
Case Processing Summary
Cases
Total
N Percent
Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
223 100,0%
Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham Paham
Psikologi Pasien
Kurang Baik
Count 1 14
Expected Count ,4 14,6
% within Psikologi Pasien 6,7% 93,3%
Baik
Count 5 203
Expected Count 5,6 202,4
% within Psikologi Pasien 2,4% 97,6%
Total
Count 6 217
Expected Count 6,0 217,0
% within Psikologi Pasien 2,7% 97,3%
Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation
Total
Psikologi Pasien
Kurang Baik
Count 15
Expected Count 15,0
% within Psikologi Pasien 100,0%
Baik
Count 208
Expected Count 208,0
% within Psikologi Pasien 100,0%
Total
Count 223
Expected Count 223,0
% within Psikologi Pasien 100,0%
137
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square ,971a 1 ,324
Continuity Correctionb ,025 1 ,873
Likelihood Ratio ,714 1 ,398
Fisher's Exact Test ,345 ,345
Linear-by-Linear Association
,967 1 ,326
N of Valid Cases 223
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Error
a
Approx. Tb Approx. Sig.
Interval by Interval
Pearson's R ,066 ,099 ,983 ,327
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,066 ,099 ,983 ,327c
N of Valid Cases 223
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Psikologi Pasien (Kurang Baik / Baik) 2,900 ,317 26,549 For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham
2,773 ,346 22,246
For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham
,956 ,834 1,097
N of Valid Cases 223
138
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 223 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 223 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 223 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Kurang Paham 0 Paham 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2) (3)
Pekerjaan
Tidak Bekerja 54 1,000 ,000 ,000
Buruh/Tani 11 ,000 1,000 ,000
Wiraswasta 53 ,000 ,000 1,000
PNS/Swasta 105 ,000 ,000 ,000
Umur
<21 Tahun 1 1,000 ,000
21-40 Tahun 149 ,000 1,000
>40 Tahun 73 ,000 ,000
Pendidikan
SD 6 1,000 ,000
SMP/SMA 150 ,000 1,000
Perguruan Tinggi 67 ,000 ,000
Psikologi Pasien Kurang Baik 15 1,000
Baik 208 ,000
Waktu Penyampaian Kurang Baik 20 1,000
Baik 203 ,000
Bahasa Penyampaian Kurang Baik 30 1,000
Baik 193 ,000
Kelengkapan Informasi Kurang Baik 1 1,000
Baik 222 ,000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Kurang Paham 0
139
Paham 0
Overall Percentage
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Paham
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 6
Paham 217
Overall Percentage
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Percentage Correct
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham ,0
Paham 100,0
Overall Percentage 97,3
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 3,588 ,414 75,170 1 ,000 36,167
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables
umur ,850 2 ,654
umur(1) ,028 1 ,868
umur(2) ,786 1 ,375
pendidikan 22,596 2 ,000
pendidikan(1) 22,113 1 ,000
pendidikan(2) 3,224 1 ,073
pekerjaan 11,717 3 ,008
pekerjaan(1) 1,970 1 ,160
pekerjaan(2) 10,606 1 ,001
pekerjaan(3) ,172 1 ,679
Kategori_KL_Inform(1) 36,330 1 ,000
Kategori_WP(1) 12,715 1 ,000
Kategori_BP(1) ,958 1 ,328
Kategori_FP(1) ,971 1 ,324
Overall Statistics 58,731 11 ,000
140
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 29,296 11 ,002
Block 29,296 11 ,002
Model 29,296 11 ,002
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 25,926a ,123 ,561
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Classification Tablea
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 3
Paham 0
Overall Percentage
Classification Tablea
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Paham
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 3
Paham 217
Overall Percentage
Classification Tablea
Observed Predicted
Percentage Correct
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 50,0
Paham 100,0
Overall Percentage 98,7
a. The cut value is ,500
141
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig.
Step 1a
umur 2,064 2 ,356
umur(1) -4,095 40356,127 ,000 1 1,000
umur(2) 2,423 1,687 2,064 1 ,151
pendidikan 4,475 2 ,107
pendidikan(1) -3,859 3,126 1,524 1 ,217
pendidikan(2) 2,119 1,662 1,626 1 ,202
pekerjaan ,345 3 ,951
pekerjaan(1) 20,589 3625,208 ,000 1 ,995
pekerjaan(2) 1,693 2,916 ,337 1 ,561
pekerjaan(3) ,548 1,643 ,111 1 ,739
Kategori_KL_Inform(1) -21,627 40192,970 ,000 1 1,000
Kategori_WP(1) -4,549 1,681 7,323 1 ,007
Kategori_BP(1) 21,293 5233,675 ,000 1 ,997
Kategori_FP(1) -2,907 1,778 2,673 1 ,102
Constant 2,590 1,011 6,560 1 ,010
Variables in the Equation
Exp(B)
Step 1a
umur
umur(1) ,017
umur(2) 11,280
pendidikan
pendidikan(1) ,021
pendidikan(2) 8,326
pekerjaan
pekerjaan(1) 874114263,890
pekerjaan(2) 5,438
pekerjaan(3) 1,730
Kategori_KL_Inform(1) ,000
Kategori_WP(1) ,011
Kategori_BP(1) 1767300299,321
Kategori_FP(1) ,055
Constant 13,325
a. Variable(s) entered on step 1: umur, pendidikan, pekerjaan, Kategori_KL_Inform, Kategori_WP, Kategori_BP, Kategori_FP.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 223 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 223 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 223 100,0
142
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Kurang Paham 0 Paham 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2)
Pendidikan
SD 6 1,000 ,000
SMP/SMA 150 ,000 1,000
Perguruan Tinggi 67 ,000 ,000
Psikologi Pasien Kurang Baik 15 1,000
Baik 208 ,000
Waktu Penyampaian Kurang Baik 20 1,000
Baik 203 ,000
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 0
Paham 0
Overall Percentage
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Paham
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 6
Paham 217
Overall Percentage
Classification Tablea,b
Observed Predicted
Percentage Correct
Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham ,0
Paham 100,0
Overall Percentage 97,3
143
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 3,588 ,414 75,170 1 ,000 36,167
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables
pendidikan 22,596 2 ,000
pendidikan(1) 22,113 1 ,000
pendidikan(2) 3,224 1 ,073
Kategori_WP(1) 12,715 1 ,000
Kategori_FP(1) ,971 1 ,324
Overall Statistics 32,422 4 ,000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 15,046 4 ,005
Block 15,046 4 ,005
Model 15,046 4 ,005
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 40,176a ,065 ,297
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Kurang Paham
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 1
Paham 1
Overall Percentage
Classification Tablea
Observed Predicted
Pemahaman Pasien Tentang
Informed Consent
Paham
144
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 5
Paham 216
Overall Percentage
Classification Tablea
Observed Predicted
Percentage Correct
Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent
Kurang Paham 16,7
Paham 99,5
Overall Percentage 97,3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
pendidikan 7,375 2 ,025
pendidikan(1) -1,720 1,314 1,713 1 ,191 ,179
pendidikan(2) 1,660 1,196 1,925 1 ,165 5,259
Kategori_WP(1) -2,608 1,012 6,648 1 ,010 ,074
Kategori_FP(1) -1,444 1,343 1,157 1 ,282 ,236
Constant 3,738 ,763 23,972 1 ,000 42,005
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, Kategori_WP, Kategori_FP.
145
Lampiran 13
Lembar Bimbingan Skripsi
146