skripsi mahad darul qur'an nw

73
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Agama Islam sebagai agama Rahmatan Lil‘alamin mewajibkan kepada semua pemeluknya untuk menunaikan kewajibannya dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum, karena mengingatkan kepada tuntunan dari tauladan ummat Islam yang haqiqi yaitu Rasulullah SAW yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan, terbukti dengan didirikannya madrasah pertama dalam sejarah perjuangan Rasulullah SAW adalah madrasah Darul Arkam dengan metode halaqah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk paedagogies, karena manusia dilahirkan dengan membawa potensi yang dapat dididik, sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi dengan amanah memelihara dan mengisi bumi dengan bekal ilmu pengetahuan. Islam adalah agama cahaya dan agama ilmu 1 serta sumber pengetahuan, Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada semua pemeluknya untuk menuntut ilmu, karena dengan menuntut ilmu akan tercapai kebahagian di dunia dan akhirat, Rasulullah SAW adalah manusia paripurna dalam segala aspek kehidupan ummat, beliau memberikan contoh pertama dalam pendidikan Islam dengan metode halaqah. Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususya pendidikan atau pengajaran Islam (Tarbiyah Islamiyah) istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim atau Muslimah yang secara rutin mengkaji ajaran 1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.56 1

Upload: ahmad-rifai-arsyad-zain

Post on 14-Jul-2016

142 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

skripsi mahad darul Qur'an NW lombok.

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Agama Islam sebagai agama Rahmatan Lil‘alamin mewajibkan kepada

semua pemeluknya untuk menunaikan kewajibannya dalam menuntut ilmu,

baik ilmu agama maupun ilmu umum, karena mengingatkan kepada tuntunan

dari tauladan ummat Islam yang haqiqi yaitu Rasulullah SAW yang sangat

memperhatikan pentingnya pendidikan, terbukti dengan didirikannya

madrasah pertama dalam sejarah perjuangan Rasulullah SAW adalah

madrasah Darul Arkam dengan metode halaqah.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk

paedagogies, karena manusia dilahirkan dengan membawa potensi yang dapat

dididik, sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi dengan amanah

memelihara dan mengisi bumi dengan bekal ilmu pengetahuan.

Islam adalah agama cahaya dan agama ilmu1 serta sumber pengetahuan,

Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada semua pemeluknya

untuk menuntut ilmu, karena dengan menuntut ilmu akan tercapai kebahagian

di dunia dan akhirat, Rasulullah SAW adalah manusia paripurna dalam segala

aspek kehidupan ummat, beliau memberikan contoh pertama dalam

pendidikan Islam dengan metode halaqah.

Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia

pendidikan, khususya pendidikan atau pengajaran Islam (Tarbiyah Islamiyah)

istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan

sekelompok kecil Muslim atau Muslimah yang secara rutin mengkaji ajaran

1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.56

1

Islam2. Jumlah peserta dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12

orang, mereka mengkaji Islam dengan Minhaj (Kurikulum) tertentu,

dibeberapa kalangan halaqah disebut juga dengan mentoring, ta’lim, pengajian

kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.

Halaqah adalah sekumpulan orang yang ingin mempelajari dan

mengamalkakan Islam secara serius, biasanya mereka terbentuk karena

kesadaran mereka sendiri untuk mempelajari dan mengamalkan Islam secara

bersama-sama (Amal Jama’I). Kesadaran itu muncul setelah mereka

bersentuhan dan menerima dakwah dari orang-orang yang telah mengikuti

halaqah terlebih dahulu, baik melalui forum-forum umum, seperti tablig,

seminar, pelatihan dan dauroh, maupun karena dakwah interpersonal (Dakwah

Fardiyah).

Halaqah dipimpin oleh seorang Murabbi (Pembina), Murabbi disebut

juga dengan Mentor, Ustadz, Guru, Mas’ul (Penanggung jawab)3. Murabbi

berkerja sama dengan peserta halaqah untuk mencapai tujuan halaqah, yaitu

terbentuknya muslim yang Islami dan berkrakter da’i (Takwinul Syahsiyah

Islamiyah Wa Da’iyah). Dalam mencapai tujuan tersebut murabbi berusaha

agar peserta didik tidak jemu dan bosan.

Halaqah merupakan sebuah metode dalam proses belajar mengajar yang

digunakan oleh para tuan guru/ kiyai di Pesantren-pesantren, Masjid-masjid

atau rumah-rumah guru dan ini berjalan selama berabad-abad4, para santri

yang belajar denga sistem ini pun beragam, mulai dari tingkat anak-anak

sampai orang tua atau dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.

2 Satria Hadi Lubis, Rahasia Kesuksesan Halaqah, (Jakarta: FBA Press, 2006), h. 13 Satria Hadi Lubis, h. 24 Rasmianto, dkk., Maulana Lentera Kehidupan Ummat (Malang: Citra Mentari, 2004), h. 29

1

2

Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah Nahdlatul

Wathan yang disingkat dengan MDQH NW yang berada di lingkungan

pondok pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani dengan mengkhususkan

untuk mengkaji kitab kuning atau kitab ulama Salafusshalih yang metode

belajarnya dengan metode halaqah5. MDQH NW sejak didirikan oleh Al-

Magfurlahu Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid pada tanggal

15 Jumadil Akhir 1386 H. atau pada tahun 1965 M. bertujuan untuk

membentuk kader-kader ulama, tuan guru dan para Ustad/Ustadzah yang

mengisi Masjid dan Madrasah, di MDQH NW desainan kurikulumnya seratus

persen (100%) bidang ilmu agama Islam dengan penguasaan kitab kuning6

atau disebut juga dengan istilah kitab gundul.

Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah NW

Anjani sejak berdirinya sampai sekarang masa belajarnya empat tahun bagi

santri laki-laki dan tiga tahun bagi santri perempuan dengan menggunakan

busana putih-putih bawah dan atas serta belajarnya dengan metode duduk

bersila atau yang lebih dikenal dengan Metode halaqah dibimbing oleh para

Masyaikh (Dosen) sebagian besar Alumni Madrasah Ash-Shaulatiyah

Mekkah, ini sesuai dengan tradisi yang ditinggalkan oleh pendiri Ma’had

Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah NW yakni Al-

Magfurlahu Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid, dari santri

tingkat satu sampai empat sekitar 70% yang mampu membaca kitab kuning

atau kutubutturas sesuai dengan kaidah ilmu Nahwu dan Sharaf7.

Berdasarkan pemaparan di atas dan melihat kondisi belajar halaqah yang

diterapkan terutama di MDQH Al-Majidiyyah Assyafi’iyah NW Anjani,

5 Observasi, Rabu 19 Juni 20136 Kitab kuning juga disebut dengan istilah Kitab Atturas.7 Observasi pada Kamis tanggal 20 Juni 2013

3

maka penulis mencoba untuk mengkaji fenomena atau masalah tersebut

dengan judul skripsi ini”. Metode Halaqah Dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Kitab Kuning Santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani Tahun

dirosah 1434/1435 H.”

B. Fokus Penelitian

Penting dalam sebuah penelitian untuk menegaskan fokus masalah yang

hendak dikaji, sebab dengan itu penelitian menjadi lebih terarah. Fokus

masalah juga memberikan makna yang jelas tentang masalah penelitian

sehingga dapat mempermudah proses pengumpulan bahan.

Berdasarkan konteks masalah penelitian di atas, maka yang menjadi

fokus masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan metode Halaqah di Ma’had Syaikh Zainuddin

NW Anjani tahun dirosah 1434/1435 Hijriyah terhadap kemampuan

membaca kitab kuning bagi Santri?

2. Faktor - faktor apa yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca kitab

kuning bagi Santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani tahun dirosah

1434/1435 H. ?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi Santri dalam membaca kitab kuning

serta solusi yang ditempuh Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani tahun

dirosah 1434/1435 H.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang tentu ada tujuan yang

ingin dicapai. Demikian pula dengan penelitian ini, sebelum melakukan

4

penelitian terlebih dahulu dirumuskan tujuannya, karena tujuan yang jelas

akan memberikan pedoman yang jelas pula.

Dalam dunia penelitian, tujuan mempunyai peranan yang sangat

penting, sebab tujuan mempunyai fungsi untuk menentukan arah, sedangkan

arah berfungsi untuk menunjukkan jalan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan fokus masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahuai:

a. Metode halaqah yang diterapkan di Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani Tahun dirosah 1434/1435 H. terhadap kemampuan membaca

kitab kuning bagi Santri.

b. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca

kitab kuning di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani Tahun

dirosah 1434/1435 H.

c. Kendala-kendala yang dihadapi santri Ma’had dalam membaca

Kitab kuning dan solusi yang ditempuh oleh Ma’had Syaikh

Zainuddin NW Anjani Tahun dirosah 1434/1435 H.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan tentunya tidak lepas dari adanya

manfaat, yang diharapkan di sini maksudnya adalah pemanfaatan teoritis dan

pemanfaatan praktis.

a. Pemanfaatan Teoritis

Pemamfaatan teoritis ini adalah dengan penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan bahan informasi deskriptif bagi para pelaksana

5

pendidikan pondok pesantren yang menggunakan metode klasik

atau halaqah.

b. Pemanfaatan Praktis

Pemanfaatan secara praktis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Ustadz atau dewan Masyaikh

Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi bahan

informasi dan evaluasi kepada dewan Masyaikh untuk lebih

menekankan kepada Tullab dan Tolibat atau Santri Ma’had

dalam membaca kitab kuning lebih maksimal dan terkontrol

dengan baik.

2. Santri MDQH NW Anjani

Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi Santri

Ma’had DQH Al-Majidiyah Assyafi’iyah NW Anjani guna

untuk lebih rajin dalam mempelajari ilmu agama terlebih kitab

kuning dengan metode halaqah.

3. MDQH NW Anjani

Bagi lembaga Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits NW, penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dalam

meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan khususnya di

Ma’had yang menggunakan metode halaqah terutama dalam

meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning dengan

metode-metode tertentu.

4. Masyarakat dan Warga NW

Penelitian ini diharapkan menjadi media informasi kepada

jamaah NW pada khusus dan masyarakat luas pada umumnya,

bahwa MDQH NW Anjani sebagai salah satu lembaga

6

pendidikan yang sangat efektip dalam mengkaji ilmu agama

Islam, terlebih dengan Metode halaqah, yang pengkajiannya

kitab-kitab terdahulu yaitu kitab para Ulama Salafusshalih.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang lingkup Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian diuraikan tentang batasan dan cakupan

fokus penelitian. Pembatasan dapat dilakukan pada besaran masalahnya

maupun pada perspektif teritiknya.8

Agar tidak terjadi pembahasan yang kabur dalam penelitian ini, maka

penting untuk dilakukan pembatasan-pembatasan yang sesuai dengan fokus

permasalahan, sehingga pembahasan dapat terarah. Penelitian ini memberi

ruang lingkup dari”Metode halaqah terhadap kemampuan membaca kitab

kuning santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani”maka kajian ini diawali

dengan fokus penelitian diantaranya tentang pengertian Metode, pengertian

halaqah, macam-macam halaqah, faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan membaca kitab kuning santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani, kelebihan dan kekurangan pendidikan halaqah.

2. Setting penelitian

Setting penelitian yang dimaksud adalah deskripsi tentang setting

alamiah lokasi penelitian ini, disertai alasan-alasan memilih lokasi tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-

Majidiyyah Assyafi’iyah NW Anjani tepatnya di Desa Anjani Kecamatan

Suralaga Lombok Timur, sebagai salah satu sentral pengajaran kitab kuning

8 IAIN Mataram, Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: IAIN, 2009), h. 13.

7

yang isinya membahas dan mengkaji pengetahuan-pengetahuan tentang agama

Islam karya para ulama salafusshalih dengan Metode halaqah. Adapun alasan

kenapa peneliti memilih lokasi penelitian di sini adalah sebagai berikut.

Pertama, Masalah yang diteliti belum pernah diangkat dalam suatu kajian di

lokasi yang sama Kedua, pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di

Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani yang masih menggunakan metode

tradisional dengan duduk berhalaqah di atas sajadah tanpa menggunakan meja

dan kursi seperti pendidikan yang formal, tapi mampu menghasilkan banyak

para santri atau alumni yang biasanya disebut Mutaharijin Mutakharijat

sebagian besarnya bisa membaca kitab kuning atau kitab gundul yang

pembelajarannya dengan Metode halaqah (lingkaran).

E. Telaah Pustaka

Kajian pustaka atau yang biasa disebut dengan Telaah pustaka ini

dilakukan untuk mengetahui posisi penelitian yang dilakukan peneliti (state of

affairs) di antara hasil-hasil penelitian / atau buku-buku terdahulu yang

bertopik senada (prior research on the topic). Tujuannya adalah untuk

mengetahui kebaruan, orisinalitas dan urgensi penelitian bagi pengembangan

keilmuan terkait.9 Dalam telaah pustaka ini, peneliti akan menulis hasil-hasil

penelitian terdahulu yang bertopik senada seperti:

Pada tahun 2003 sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mustaqim dari

Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Nahdlatul Wathan Mataram (UNW

Mataram) dengan peneletiannya tentang sistem pendidikan halaqah di Ponpes

Nurul Iman. Begitu juga dengan penelitian pada tahun 2002, yang pernah

9 Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi (Mataram: IAIN Mataram, 2009), h. 13

8

dilakukan oleh Minhajul Yusri dengan judul yang hampir sama dengan

penelitian sebelumnya, yaitu Konsep Pendidikan Islam klasik khususnya

halaqah di Pesantren Lendang kekah. Kedua Penelitian berusaha mengkaji

bagaimana sistem yang diterapkan dalam pembelajaran halaqah di Pesantren

dan kelebihannya dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning.

Walaupun dalam pembahasan dan analisis kedua penelitian ini berbeda,

namun kesimpulannya nyaris sama, yakni berhasil merumuskan sebuah

metode yang relevan dengan kondisi pondok pesantren khususnya dalam

pengkajian kitab kuning dengan metode guru menguji santri satu persatu dan

memperbaiki bacaan santri yang salah. Peneliti dalam hal ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Artinya bahwa, konsep pendidikan halaqah yang

kesimpulannya secara teoritis tersebut, akan dikaji dan diteliti penerapannya di

masyarakat atau di Pondok pesantren. Jadi, kenyataan bahwa penelitian ini

menggunakan pendekatan yang berbeda membuat penelitian ini orisinil dan

berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun yang menjadi titik

kajiannya adalah Metode halaqah dalam meningkatkan kemampuan membaca

kitab kuning bagi Santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani Tahun dirosah

1434/1435 H..

Menurut penulis, pengertian halaqah adalah suatu cara yang dilakukan

oleh sekelompok orang yang terdiri dari ustadz atau guru dan murid, yang

membahas suatu permasalahan di dalam agama dengan cara duduk bersila

untuk mengkaji kitab-kitab klasik. Dan yang menjadi focus penulisan ini

adalah Metode halaqah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab

9

kuning bagi Santri di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani tahun dirosah

1434/1435 H.

F. Kerangka Teoritik

Kerangka teoritik merupakan perspektif teoritik yang secara

paradigmatik dipakai untuk menegaskan dan menguraikan relevansi teoritik

dari teori-teori terpilih untuk fokus yang sedang diteliti.10

Untuk memudahkan pengertian dan batasan yang dibicarakan dalam

penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa kerangka teori antara

lain:

1. Pengertian Metode

Secara etimologis (arti kata) metode berarti suatu cara atau model,

dan biasanya berlaku dalam dunia pendidikan formal, non formal dan

informal.

Metode adalah suatu cara sistematis dan terfikir secara baik dan

teratur untuk mencapai tujuan11“jadi metode diartikan sebagai suatu cara

atau teknis untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik oleh individu atau

sekelompok orang.

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunanya bervariasi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir12. Seorang guru tidak akan

dapat melaksanakan tugasnya bila tidak menguasai satu apapun metode

mengatur.

10 IAIN Mataram, Pedoman Penulisan Skripsi, h. 14.11 Rizki Maulana, Kamus Modern Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Lima Bintang, 2008 ), h. 27312 Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 ), h. 53

10

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa dalam

mengembangkan kepribadian peserta didik maka metode atau metode yang

digunakan dalam lembaga pendidikan baik formal, non formal dan

informal metode sangat mendukung tercapainya proses belajar mengajar

yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat melalui outputnya.

Istilah pendidikan tidak asing lagi dalam proses belajar mengajar

baik ditingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, baik di lembaga

umum maupun pondok pesantren. Pendidikan merupakan usaha yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi

seseorang atau kelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai

tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental, dengan

demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya

kearah kedewasaan13.

Secara konseptual pendidikan merupakan pengertian yang sangat

abstrak, yang hanya dapat dipahami melalui pembahasan teoritis.

Pendidikan merupakan kegiatan manusia yang disengaja untuk mencapai

tujuan tertentu14

Dalam dokumen resmi Garis - Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

RI 1973 dinyatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha

untuk mengembangkan. Pendidikan diartikan sebagai usaha dasar, teratur

dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahkan tanggung

jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) h. 214 Amir Hamzah, Dasar-dasar Kependidikan, (Mataram: Unram, 1988) h. 1

11

dengan cita-cita yang diharapkan, karena itu Carter V.God mengatakan,

pendidikan ialah:

1) Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap-

sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam

masyarakat dimana dia hidup.

2) Proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh

linkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia dapat

memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan

sosial dan kemampuan individual yang optimum.

Sedangkan pendapat lain mengatakan”Pendidikan meliputi semua

perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya

kepada generasi muda15. Dengan makna bahwa pendidikan merupakan

suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia

yang berjalan seumur hidup16. Selanjutnya beberapa pendapat lain yang

dikemukakan oleh para ahli pendidikan diantaranya:

a. Abd.Al-Mu’az Khan mengatakan ”Education means understanding

of what makes or mars soul and learning something without putting

it to actual practice is meaning less”

b. Ibnu Jama’ah mendefinisikan bahwa pendidikan adalah media untuk

mendekatkan seseorang kepada Allah dan untuk mensyiarkan

syariatnya.

15 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, h. 9216 Ibid, h. 93

12

c. KH. Hajar Dewantara Pendidikan adalah sebagai usaha suatu bangsa

untuk memelihara dan mengembangkan benih turunan bangsa itu

sendiri

d. Dimyati mengatakan bahwa pendidikan adalah proses interaksi yang

bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental sehingga

menjadi pribadi yang mandiri dan utuh17.

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan secara bahasa adalah

suatu proses perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, karena kehidupan

adalah proses pendidikan, dan selama manusia hidup, maka ia akan tetap

mengalami proses pendidikan, baik berupa tadris, tarbiyah, ta’lim dan al-

irsyad.

2. Definisi Halaqah

Halaqah merupakan metode yang pertama kali diterapkan oleh

Rasululah SAW dalam membina dan mendidik para sahabat dengan

mengedepankan pendidikan akhlaq. Halaqah adalah konsep dasar

pendidikan pada multicultural baik pada zaman Nabi SAW, sahabat

sehingga sampai pada para ulama salafusshalih18.

Halaqah atau lebih dikenal dengan duduk bersila lingkaran dimana

seorang guru duduk dikelilingi murid, sambil para murid berhadapan

sambil mendengarkan penjelasan gurunya19.

Adapun pendapat beberapa tokoh pendidikan Islam mengenai

definisi halaqah, diantaranya:

17 Dinn Wahyudin.dkk, Pengantar Pendidikan, (Jakarata: Universitas Terbuka, Cet-6, 2006) h.1618 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h.3019 Suwito,Sejarah Pendidikan Islam. h.27

13

a. Suwendi mendefinisikan halaqah sebagai metode yang

dipakai dalam lembaga pendidikan tingkat tinggi dengan cara

duduk diatas tikar yang dikelilingi oleh para tullabnya atau

mahasiswanya.

b. Jajat Burhanudin menyebut halaqah dengan istilah mengaji

tudang dimana seorang guru mengadakan pengajian agama

dirumahnya dan diikuti oleh sejumlah orang.

c. Mansur menyebutkan bahwa halaqah adalah sistem

pendidikan dimana guru biasanya duduk diatas lantai sambil

menerangkan, membacakan karangannya, atau komentar

orang lain terhadap suatu karya pemikiran.

d. Syaikh Alawi Al-Makkiy menggambarkan halaqah sebagai

metode pendidikan Islam paling tepat untuk mendidik santri

untuk menemukan ketawaddu’an santri kepada gurunya.

e. Satria Hadi Lubis menyebutkan bahwa halaqah adalah

sekumpulan orang-orang yang ingin mempelajari dan

mengamalkan Islam secara serius dan sungguh-sungguh

untuk tercapainya muslim Islami dan berkarakter.

2.1. Ciri-ciri Halaqah

Setiap kegiatan tentunya memiliki ciri-ciri tersendiri, adapun ciri-ciri

pendidikan halaqah diantaranya:

2.1.1 Adanya tanya jawab antara guru dengan muridnya

Proses belajar mengajar secara halaqah membuat suasana

belajar lebih nyaman dan tenang sehingga santri lebih bersemangat

dalam menerima pelajaran atau ilmu yang disampaikan oleh guru

dan tidak membuat santri takut bertanya kepada gurunya. Dengan

14

tidak takutnya santri bertanya membuat suasana belajar lebih hidup

dan terkesan tidak menoton.

2.1.2 Guru membacakan dan menjelaskan isi kitab dengan

kajiannya

Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar menjalankan

fungsinya sebagai pendidik dengan membimbing anak didik

dengan memulai kemampuan membaca kitab atau buku, Metode

halaqah membuat santri malu untuk tidak bisa membaca, karena

guru membacakan kitab dengan penuh ketelitian sesuai dengan

kaidah tata bahasa arab.

2.1.3 Murid mendengarkan dan menyimak penjelasan guru

Metode halaqah mengajarkan kepada santri untuk

menghargai ilmu dan ahli ilmu dengan bertahassus di depan kitab

dan guru, begitulah para sahabat ketika belajar kajian Islam dari

Rasulullah SAW.

2.1.4 Masa belajar tidak ditentukan dengan usia atau waktu

Masa belajar dengan Metode halaqah dibatasi oleh usia dan

waktu tertentu seperti halnya pendidikan formal, karenanya

prinsipnya adalah menuntut ilmu itu wajib dari buaian samapi masuk

kedalam liang lahat atau sampai meninggal dunia. Di MDQH NW

Anjani tidak ada larangan untuk masuk belajar walau usia tua serta

begitulah tuntunan dan ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah

SAW selaku reformis sejati

2.1.5 Kurikulum tidak terbatas

Salah satu elemen terpenting dalam dunia pendidikan adalah

kurikulum, akan tetapi dalam pendidikan halaqah tidak beraturan

15

atau tidak terbatas, karena kurikulumnya diatur langsung oleh

lembaga bersangkutan dalam hal ini pengelola pondok pesantren.

Kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren sesuai dengan

kebutuhan Santri dan tidak dikeluarkan langsung secara formal oleh

pemerintah, berbeda halnya dengan perguruan tinggi agama Islam

negeri atau Ma’had Aliy yang mendapat legalitas resmi dari

pemerintah.

3.2 Macam - Macam Pendidikan Halaqah

Metode halaqah di Indonesia diadopsi dari metode halaqah ummat

Islam di Timur Tengah, terutama mekkah dan mesir, dua kota dalam dunia

Islam yang terkenal dengan pusat kajian Islam di dunia, di Lombok secara

khusus dan NTB secara umum Metode halaqah pertama kali di pelopori

oleh pendiri Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al-Majidiyah Asy-

Syafi’iyah NW yakni TGKH.M.Zainuddin Abdul Majid dengan

mendirikan pesantren Al-Mujahidin, adapun macam-macam pendidikan

halaqah, yaitu:

3.2.1 Bandongan

Bandongan adalah sutu Metode halaqah dimana santri

mendengarkan guru atau kiyai membaca, menterjemah, mengulas dan

menerangkan isi kitab yang berbahasa arab dengan jumlah santri 5

sampai 100 orang.

3.2.2 Wetonan

16

Istilah wetonan di kenal juga dengan weton, dimana setiap santri

memperhatikan murabbi atau gurunya sedang mengulas kitab, dan

santri menulis catatan-catatan penting dari penjelasan guru, baik

kaitannya dengan makna harfiah dan segi substansialnya.

3.2.3 Sorogan

Sorogan dikenal sebagai istilah awal dalam Metode halaqah,

karena sorogan dikhususkan bagi santri baru yang belum faham dan

butuh bimbingan dari murabbi atau gurunya, dan istilah pondok

pesantren guru biasanya dipanggil Ustadz.

3. Kitab Kuning

3.3.1 Pengertian kitab kuning

Kitab kuning adalah istilah yang disematkan pada kitab-kitab

berbahasa Arab, yang biasa digunakan dibanyak pesantren sebagai bahan

pelajaran. Dinamakan kitab kuning karena kertasnya berwarna kuning.

Sebenarnya warna kuning itu hanya kebetulan saja, lantaran dahulu

barangkali belum ada jenis kertas seperti zaman sekarang yang putih

warnanya. Mungkin di masa lalu yang tersedia memang itu saja. Juga

dicetak dengan alat cetak sederhana, dengan tata letak lay-out yang

monoton, kaku dan cenderung kurang nyaman dibaca. Bahkan kitab-kitab

itu seringkali tidak dijilid, melainkan hanya dilipat saja dan diberi cover

dengan kertas yang lebih tebal.

Kitab kuning atau juga disebut kitab safinah, dalam agama Islam,

merujuk kepada sebuah kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran

agama Islam (diraasah al-Islamiyyah), mulai dari Fiqh, Aqidah,

17

Akhlaq/Tasawwuf, tata bahasa arab (`Ilmu Nahwu dan `Ilmu Sharf), Hadits,

Tafsir, `Ulumul Qur'an, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan

(Mu`amalah). Disebut juga dengan kitab gundul karena memang tidak

memiliki harakat (Fathah, Kasrah, Dhammah, Sukun), tidak seperti kitab

Al-Qur’an pada umumnya. Kitab Kuning adalah kitab-kitab keagamaan

berbahasa Arab atau berhuruf Arab karya ulama salaf, ulama zaman dulu,

yang dicetak dengan kertas kuning20. Sebenarnya yang paling tepat disebut

dengan Kutub Al-turats yang isinya berupa hazanah kreatifitas

pengembangan peradaban Islam pada zaman dahulu.

3.3.2 Sejarah singkat kitab kuning

Pada dasarnya kitab kuning muncul pada masa pemerintahan Islam

setelah Khulafaur Rasyidin yakni pemerintahan dinasti Umayyah dan

Abbasiyah, terlebih ketika pemerintahan khalifah Harun Arrasyid yang

mampu menjadikan pusat pemerintahan sebagai pusat studi Islam dengan

banyaknya para ahli atau ulama dalam bidang keagamaan Islam21. Baik

para ulama yang ahli dalam bidang ilmu tasawwuf, hadits, dan tata bahasa

arab yakni ilmu Nahwu dan sharaf.

Sedangkan di Indonesia kitab kuning muncul sekitar abad ke-16 M,

baik yang menggunakan bahasa Arab melayu maupun Jawi, Sejauh bukti-

bukti historis yang tersedia, sangatlah mungkin untuk mengatakan bahwa

Kitab Kuning menjadi text books, references, dan kurikulum dalam sistem

pendidikan pesantren, seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada

abad ke-18 M, Bahkan cukup realistik juga memperkirakan bahwa

pengajaran kitab kuning secara massal dan permanen itu mulai terjadi pada

20 http://www.nurulhidayah.com/sejarah . Kantor PW NW NTB 12 Desember 2013 pukul 03.00 wita.21 Burhanuddin, Mencetak Muslim Modern, 2005

18

pertengahan abad ke-l9 M ketika sejumlah ulama Nusantara khususnya

Jawa kembali dari program belajarnya di Mekkah. Terlebih di Nusa

Tenggara Barat pengajaran kitab kuning pertama kali diterapkan di

Lombok Timur sejak kembalinya Al-Magfurlahu Maulana Syaikh TGKH.

M. Zainuddin Abdul Majid dari Madrasah Ash Shaulatiyah Mekkah

dengan dimulainya Metode halaqah di Pesantren Al-Mujahidin tepatnya di

Kampung Bermi Pancor Lombok Timur. Pesantren Al-Mujahidin ini

merupakan cikal bakal didirikannya Madrasah Muallimin dan Muallimat

yang dikenal dengan istilah Nahdlatul Wathan Diniah Islamiyah (NWDI)

dan Nahdlatul Banat DiniahIslamiyah (NBDI).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Untuk memperoleh data-data, informasi dan temuan-temuan

sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan suatu pendekatan

penelitian yang disebut pendekatan kualitatif.

Alasan utama peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam

mengkaji persoalan penelitian ini adalah karena metode ini lebih fleksibel

dan bisa menyesuaikan diri jika akan bertemu dengan ragam kenyataan di

masyarakat. Dalam hal ini, Moleong menyatakan bahwa:

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila penelitian

berhubungan dengan kenyataan ganda

b. Metode ini secara langsung menyajikan hakikat hubungan antara

peneliti dan informan

19

c. Metode ini lebih peka dalam menyesuaikan diri dengan penajaman

bersama metode-metode nilai yang dihadapi22

Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bog dan Taylor dalam

Meleong bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.23

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang

saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi

atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk

memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat

kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji

hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya

mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel

yang diteliti.

Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih

menekankan makna dari generalisasi.

22 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. RemajaRosdakarya,

2008). h. 523 Ibid. h. 4.

20

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada

paradigma naturalistik fenomenologi, karena penelitiannya senantiasa

dilakukan dalam setting alamiah terhadap suatu fenomena.

Penelitian kualitatif merupakan suatu rangkaian kegiatan, proses

menjaring data dan informasi yang sewajarnya mengenai suatu masalah

dalam kondisi aspek tertentu pada obyeknya. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini peneliti mengkaji setiap peristiwa, aktifitas kerja maupun

hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah penelitian ini, yakni

Metode halaqah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning

santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani Kecamatan Suralaga Lombok

Timur.

Pendekatan penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan ini data-data yang

terkait dengan masalah yang akan dibahas dan dijabarkan secara deskriptif.

Untuk lebih jelasnya beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu:

a. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai

sumber data langsung. Lingkungan alamiah yang dimaksud bisa saja

dalam lingkungan keluarga, sekolah dan atau masyarakat tanpa

dilakukan perubahan dan intervensi oleh peneliti.

b. Penelitian kualitatif sifatnya diskriptif analitik, data yang diperoleh

dari hasil penelitian kualitatif seperti hasil pengamatan, hasil

wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan

21

lapangan, disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan

dalam bentuk dan bilangan statistik.

c. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan hasil. Sebab

dalam penelitian ini data dan informasi yang diperlukan berkenaan

dengan pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.

d. Penelitian kualitatif sifatnya induktif, yaitu penelitiannya peneliti

terjun langsung ke lapangan, mempelajari suatu proses atau

penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis,

menafsirkan dan melaporkan kemudian menarik kesimpulan-

kesimpulan dari proses tersebut.

e. Penelitian kualitatif mengutamakan makna, makna yang diungkap

berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang mengenai

hidupnya.24

Adapun jenis pendekatan kualitatif yang akan peneliti gunakan

adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Data-data yang akan diperoleh

akan di uraikan dengan kata-kata.

Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif

karena peneliti akan menjabarkan dan menjelaskan proses pengajaran serta

fenomena-fenomena yang terjadi Oleh karena itu untuk bisa

mendiskripsikan fenomena-fenomena tersebut, peneliti harus berintraksi

langsung dengan subyek penelitian sehingga data-data yang dibutuhkan

benar-benar kita dapatkan serta memiliki tingkat validitas yang tinggi.

24 Nana Sudjana, Ibrahim. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. (Bandung:Sinar Baru Algesindo,2001), h.197.

22

Berdasarkan hal tersebut penggunaan pendekatan kualitatif dalam

penelitian ini relevan dengan tujuan kegiatan penelitian yaitu untuk

memahami lebih mendalam tentang.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri utama penelitian kualitatif adalah manusia merupakan alat

utama dalam pengumpulan data, karena hanya manusia yang dapat

mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.25

Jadi, Kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan, karena

peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam keseluruhan penelitian di

lapangan. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk mempengaruhi subjek

penelitian, tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa sebelum memulai penelitian

terlebih dahulu peneliti harus meminta ijin untuk mengadakan penelitian

kepada lembaga yang berwenang, sehingga penelitian dapat dilakukan

dengan leluasa dan sesuai prosedur.

Dalam pelakasanaannya, peneliti hadir di lapangan mulai sejak

diizinkan untuk mengadakan penelitian, dengan cara mendatangi lokasi

penelitian dan melibatkan diri dalam kehidupan subyek yang diteliti dan

harus berusaha menciptakan hubungan yang akrab, agar data-data yang

diperoleh benar-benar valid. Kehadiran peneliti di tempat penelitian harus

terbuka dan menjelaskan maksud penelitian yang dilakukan kepada subyek

yang diteliti.

25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.38

23

Kegiatan penelitian ini akan direncanakan selama satu bulan sejak

peneliti diberikan izin untuk meneliti secara formal dan legalitas dari

lembaga yang bersangkutan, guna untuk mendapatkan data dan informasi

yang benar-benar Valid dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan

kreteria karya penulisan ilmiah.

Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci. Oleh

karena itu, peneliti harus melibatkan diri dalam aktifitas subyek penelitian

untuk menjamin keabsahan data, sehingg data-data yang diperoleh itu

valid dan obyektif terhadap masalah-masalah yang diteliti.

Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai perencana,

pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data akhirnya berhak untuk

menarik kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukannya.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat

partisipan. Dalam hal ini kehadiran peneliti di lokasi penelitian langsung

sebagai pewawancara untuk mendapatkan data dan informasi yang valid.

Selain sebagai pewawancara, peneliti akan mengamati langsung proses

pembelajaran yang terjadi sehingga data yang diperoleh dari hasil

wawancara semakin valid.

Jadi, dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti

sendiri. Sedangkan instrumen-instrumen yang lain merupakan instrumen

pendukung atau instrumen pelengkap. Oleh karena itu kehadiran peneliti di

lapangan mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

24

Penelitian ini dilaksanakan di Anjani Kecamatan Suralaga Lombok

Timur tepatnya di Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah

Assyafi’iyah NW Anjani Ponpes Syaikh Zainuddin NW Lombok Timur.

Adapun alasan kenapa peneliti memilih lokasi penelitian di sini adalah

bahwa Pertama, Masalah yang diteliti belum pernah diangkat dalam suatu

kajian di lokasi yang sama Kedua, Lokasi penelitian ini akan memudahkan

bagi peneliti baik dari segi tenaga, fikiran, dan waktu, serta finansial,

sebab peneliti sendiri masih berstatus santri di lingkungan pondok

pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani dan ada sebagian yang peneliti

kenal baik Masyaikh, Santri dan Masyarakat sehingga dalam mencari dan

mengumpulkan data yang diperlukan dapat mengefisiensikan waktu dlam

penelitian Ketiga, Bahwa desa Anjani merupakan desa yang memiliki

perhatian terhadap pendidikan pondok pesantren khususnya pengkajian

kitab kuning, terlebih Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani sebagai salah

satu sentral kegiatan pengajaran kitab kuning yang dimulai sejak tahun

2000.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data tersebut

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila

peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa

benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan

25

dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber

datanya.26

Menurut Lofland sumber data utama penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan27. Sumber data yang berupa kata-kata dapat

diperoleh dengan wawancara. Sedangkan data yang berupa tindakan dapat

diperoleh dengan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang

selanjutnya dideskripsikan sendiri oleh peneliti.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah

Muraqibul Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits NW Anjani, Para Dewan

Masyaikh Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah

NW, SEMA MDQH NW Anjani, tokoh masyarakat (toma), tokoh agama

yang di desa Anjani, orang tua Santri, Tullab dan Tholibat MDQH NW

Anjani. Dari sumber data ini, peneliti berupaya mendapatkan informasi

atau dokumen yang relevan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

terkait dengan fokus penelitian dan permasalahan yang peneliti angkat.

Alasan peneliti memilih sember data terseburt di atas adalah, karena

peneliti melihat bahwa Muraqibul atau dikenal pengawas Ma’had Darul

Qur’an Wal Hadits Al-Madiyyah Assyafi’iyah NW Anjani dalam hal ini

Raden Tuan Guru Bajang KH. Lalu Gede M. Zainuddin Atsani, Lc,.M.Pd I

merupakan tokoh yang paling sentral dan mengetahui kondisi Ma’had

DQH NW dan perkembangannya, di samping itu juga secara legalitas

formal Muraqibul Ma’had adalah pemimpin tertinggi di lingkungan

26. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Paktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129.27. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif. h. 112.

26

MDQH NW Anjani yang tugasnya memimpin para Masyaikh (guru) dan

Santri atau lebih dikenal dengan Tullab Tholibat, sehingga maju dan

mundurnya lembaga pendidikan Ma’had akan banyak ditentukan oleh

bagaimana beliau memfungsikan perannya. Selanjutnya para dewan

Masyaikh atau guru yang mengajar di Ma’had adalah para tokoh yang

setiap hari berintraksi dengan santri Ma’had, sehingga para Masyaikh

Ma’had lebih memahami santri yang mampu membaca kitab dan santri

yang tidak mampu membaca kitab.

Senat Mahasiswa atau lebih di kenal dengan SEMA MDQH NW

Anjani merupakan pengurus santri sekaligus asisten dari Masyaikh di

lingkungan MDQH NW Anjani, tentunya mereka juga mengetahui kondisi

santri yang aktif dan tidak aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

di Ma’had. Tokoh agama dan masyarakat tentunya juga diharapkan akan

memberikan informasi dalam penelitian ini, karena bagaimanapun juga

mereka ditokohkan tentunya memiliki wawasan yang lebih jika

dibandingkan dengan masyarakat biasa, dan tentunya juga mereka

mengetahui letak geografis lingkungan santri yang menetap. Para orang

tua dalam hal ini merupakan kunci informasi juga yang di butuhkan,

karena orang tua atau wali tullab dan tolibat memiliki peran penting dalam

memberikan dukungan baik material dan motivasi terhadap anak-anak

mereka selama belajar di Ma’had DQH NW Anjani. Demikian pula para

tullab dan tolibat sebagai fokus dan objek penelitian ini, karena mereka

yang mengalami proses belajar di MDQH NW Anjani khususnya dan

27

berintraksi dengan para Masyaikh setiap harinya dari pagi sampai malam

harinya di Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah

NW Anjani.

4. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan hal yang vital atau penting.

Sebab inti suatu penelitian adalah terkumpulnya data atau informasi,

kemudian data tersebut diolah atau dianalisis dan akhirnya hasil analisis itu

diterjemahkan atau diinterpretasikan sebagai kesimpulan penelitian. Maka

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut ini:

1) Metode Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki.28 Atau observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap

masalah yang diamati.

Selamet menyebutkan bahwa observasi adalah kegiatan yang

dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan obyek penelitian

dengan mengamati permasalahan yang berkembang. Metode observasi

merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis

mengenai gejala-gejala psikis secara langsung maupun tidak langsung

28 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2004), h. 70

28

dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi yang diadakan secara

khusus terhadap fenomena yang diteliti.29

Berdasarkan jenis teknik dan keikut sertaan observer didalamnya

observasi dibagi menjadi dua yakni:

1) Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan dimana

observer berada bersama objek yang diteliti

2) Observasi tidak langsung ialah observasi yang dilakukan tidak

pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti.30

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis, dan dua diantara yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan31.

Adapun jenis observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah

observasi langsung, yakni hadir di lokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan

pandangan Riyanto bahwa”observasi langsung adalah mengadakan

pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek

yang diteliti, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya

maupun dilakukan di dalam situasi buatan yang khusus diadakan.”

Metode observasi ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data

tentang kondisi dan situasi di lingkungan Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits

Al-Majidiyyah Assyafi’iyah NW Anjani yakti tepatnya di Yayasan

29 P. Joko Subagyo.Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta,1992). h. 2330 Nurul Zuriah, Metedologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007) h.173.31 Sugiyono, h.145.

29

Pendidikan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani Kecamatan

Suralaga Lombok Timur.

Metode observasi merupakan metode yang mengharuskan peneliti

terjun langsung ke lapangan untuk mengamati apa yang kira-kira dapat

dijadikan sebagai sumber data.

Adapun data-data yang peneliti dapatkan dari metode observasi ini

adalah:

1) Letak geografis

2) Situasi dan kondisi.

3) Proses pengajaran.

2) Metode Wawancara

Setelah menggunakan metode observasi peneliti selanjutnya

menggunakan metode wawancara, Metode interview atau wawancara

merupakan suatu bentuk atau cara mendapatkan informasi dan data dengan

cara melakukan tanya jawab terhadap obyek penelitian dan orang yang

dianggap mengetahui maslah yang diteliti.32 Wawancara adalah proses

tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua

orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-

informasi atau keterangan-keterangan.33

Metode interview adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

32 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Prkatik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 135 33 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, h. 83

30

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan.34

Wawancara atau interview sebagai proses tanya jawab lisan dimana

dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, antara keduanya saling

mendengarkan suara. Interview merupakan metode mengumpulkan data

secara langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam

maupun manifest.35

Selamet mengatakan bahwa wawancara atau interview adalah salah

satu bagian terpenting dari setiap survei, tanpa adanya wawancara

seseorang peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh

melalui dengan jalan bertanya kepada koresponden atau orang yang

dianggap mengerti tentang obyek penelitian, sebab data ini bersumber dari

sumber yang mempengaruhinya. Wawancara merupakan suatu proses

interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi

hubungan antara dua orang atau lebih, dimana keduanya berperilaku sesuai

dengan status dan peranan mereka masing-masing.36 Secara umum teknik

wawancara ada dua yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.37

Dari pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa metode

wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab atau

dialog secara langsung yang dilakukan antara pewawancara dengan

3454. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 8.35 Sutrisno Hadi.Metodologi Research. Jilid 2, set 27 (Yogyakarta: PT. Andi, 2002),h. 19236 Zuriah, Metodologi Penelitian, h. 179.37 Sugiyono, h. 138

31

responden untuk memperoleh informasi yang diinginkan, Wawancara ini

digunakan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan pendapat,

aspirasi, harapan, persepsi, keinginan dan keyakinan dan lain-lain dari

responden.

Adapun metode wawancara ini peneliti gunakan untuk

mengumpulkan data tentang pelaksanaan pendidikan halaqah terhadap

kemampuan membaca kitab kuning santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani Kecamatan Suralaga Lombok Timur.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode interview

dalam bentuk semi structural, yaitu dengan cara mula-mula peneliti

menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu

per satu diperdalam untuk mencari keterangan lebih lanjut.

Adapun data-data yang peneliti peroleh dari metode interview ini

adalah:

1) Sejarah berdirinya

2) Persiapan mengajar Masyaikh

3) Respon santri terhadap pembelajaran

3) Metode Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.38

38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 158

32

Metode dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen.

Pendapat lain mengatakan metode dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar,

majalah, prasatise, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

Poerwadarmiato mendefinisikan bahwa metode dokumentasi adalah

metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan catatan tertulis yang

ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti. Dari pengertian di atas

dapat dinyatakan bahwa metode dokumentasi adalah suatu metode yang

dilakukan dengan jalan mencatat data-data atau catatan resmi pada

berbagai sumber-sumber yang terkait dengan penelitian ini.

Dengan demikian penggunaan metode dokumentasi ini untuk

memperoleh data-data tertulis, seperti data profil Masyaikh di lingkungan

Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah Assyafi’iyah NW Anjani

kecamatan Suralaga Lombok Timur.

Adapun data-data yang peneliti peroleh dari metode dokumentasi ini

adalah:

1) Hasil

2) Jumlah Masyaikh

3) Jumlah santri

4) Jumlah ruang belajar

5. Analisis Data

55. Husaini, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 73. 56. Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),h 231.

33

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pengolahan

dan pengaturan secara sistematis berbagai data yang telah didapatkan,

berupa transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,

sehingga mempermudah untuk mengambil kesimpulan (interpretasi) dan

temuannya bisa dipahami oleh orang lain.39

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam metode, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data.40

Jadi analisis data adalah suatu proses untuk mengatur data kemudian

mengorganisasikannya ke dalam suatu metode atau suatu proses yang

merinci usaha formal untuk menemukan tema dan ide sesuai dengan data

yang dihasilkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua metode analisis data, yaitu:

a. Metode Induksi, yaitu cara menganalisis data dengan mengambil

kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang bersifat khusus ke

yang bersifat umum.

Metode induktif adalah metode berpikir yang berangkat dari fakta-

fakta khusus atau peristiwa konkrit, kemudian data-data tersebut

ditarik generalisasi yang bersifat umum.

Jadi metode induktif adalah proses analisa data dari yang bersifat

khusus ke umum. Setelah data terkumpul selama melakukan

39 Zuriah, Metodologi Penelitian, h. 217.40 Maleong.Metodologi Penelitian,h. 103

34

penelitian perlu di interpretasikan dengan teliti dan cermat sehingga

akan diperoleh kesimpulan yang obyektif dari penelitian tersebut.

b. Metode Deduksi yaitu suatu cara menganalisis data dengan

mengambil atau menarik kesimpulan dari permasalahan-permasalahn

yang bersifat umum kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat

khusus.

Proses analisis data merupakan hal yang paling rumit dalam sebuah

penelitian, sehingga tidak jarang para peneliti banyak yang menghentikan

penelitiannya ketika sulit menganalisa data yang diperoleh. Analisis data

dapat dilakukaan dengan cara statistika dan non statistik.

Analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia di

berbagai sumber, yaitu dari pengamatan, wawancara yang sudah ditulis

dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya.41

Adapun analisis data yang akan peneliti gunakan adalah analisis non

statistik (statististik diskriptif), karena data yanng diperoleh dalam

penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga bisa disusun dan langsung

ditafsirkan untuk menyusun kesimpulan penelitian berdasarkan masalah-

masalah yang dirumuskan sebelumnya.

Mengingat penelitian data-data kualitatif, maka penerapan analisis

data yang akan digunakan adalah analisa data secara induktif, dimana

analisa datanya berangkat dari kasus atau peristiwa yang bersifat khusus

kemudian melakukan generalisasi dengan mengambil kesimpulan yang

bersifat umum.

6. Validitas Data

41 Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, h. 190.

35

Validitas data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep keshahihan. Untuk terpenuhinya kredibilitas data memerlukan

waktu yang cukup lama dan melakukan pengamatan secara terus menerus

dengan tujuan untuk membuktikan bahwa permasalahan yang diteliti

sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah

kejelasan yang diberikan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Untuk menetapkan keabsahan data dan untuk memperoleh data yang

valid, peneliti menggunakan beberapa teknik antara lain:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengcekan atau sebagai

pembanding terhadap data-data itu. Dalam metode triangulasi yang

penulis gunakan yaitu untuk membandingkan hasil wawancara dan hasil

observasi. Hal ini untuk membandingkan apa yang dilihat dan apa yang di

dengar oleh penulis, sehingga hasil penelitian tidak bertolak dengan fakta

dan realitas yang ada.

Teknik triangulasi yang akan peneliti gunkan adalah trianggulasi

sumber data dan metode data. Trianggulasi sumber data dilakukan untuk

mendapatkan informasi sejenis dari informan lain. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1) Membandingkan sumber data dari hasil observasi dengan data

hasil wawancara.

2) Membandingkan hasil waancara dengan hasil dokumentasi.

36

Sedangkan yang dimaksud dengan trianggulasi metode adalah

menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh data

yang serupa. Asumsi penggunaan trianggulasi tersebut adalah informasi

yang diperoleh peneliti melalui pengamatan akan lebih akurat apabila

digunakan juga interview atau menggunakan bahan dokumentasi untuk

mengoreksi keabsahan data yang diperoleh dengan kedua metode tersebut.

b. Kecukupan Refrensi

Kecukupan referensi ini digunakan sebagai alat untuk menampung

dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dalam

penelitian ini hasil wawancara, observasi dan pengumpulan data melalui

dokumentasi ataupun data yang diperoleh dari sumber lainnya akan

dibandingkan dengan tingkat kesesuaiannya dengan referensi yang telah

ada.

Referensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu penelitian

merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di lokasi

penelitian. Kemampuan peneliti didalam membandingkan temuan-temuan

di lapangan dengan refrensi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan

keabsahan data. Makin banyak referensi yang dimiliki maka makin cepat

memperoleh bahan pembanding dalam mengkonsultasikan data temuan di

lapangan.

Validitas merupakan derajat ketepatan antara fakta yang terjadi pada

obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan

demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang

37

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

obyek penelitian.42

Untuk mengetahui apakah data yang sudah ditemukan valid atau

tidak, maka peneliti akan melakukan:

a. Observasi mendalam

Observai mendalam digunakan untuk menghindari informasi yang

tidak tepat atau kurang valid.

b. Analisa dokumen

Yaitu dokumen yang akan diperoleh, peneliti kumpulkan untuk

dicek apakah ada kekeliruan dan ketidaksingkronan antara dokumen

dan wawancara yang telah dilakukan dengan narasumber sehingga

benar-benar diketahui keabsahannya.

H. SISTEMATIKA

Untuk memudahkan pemahaman, perlu diberikan gambaran singkat

yang dirumuskan dalam sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan

dalam skripsi ini disesuaikan dengan pedoman penulisan skripsi IAIN

Mataram tahun 2009. Adapun sistematika pembahasan yang dimaksud

tersusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan ini Memberikan dasar berpijak, arah manfaat

serta kejelasan tentang pembahasan penelitian. Berdasarkan buku

pedoman penulisan skripsi IAIN Mataram tahun 2009, pada bab ini

dicantumkan juga kajian teoritis terhadap variable penelitian serta

metodologi penelitian.

42 Sugiono. Memahami penelitian kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 117.

38

Bab II Paparan Data dan Temuan

Pada bab ini dikemukakan laporan tentang hasil penelitian selama

mengadakan penelitian, yaitu meliputi tentang latar belakang obyek

penelitian, penyajian data, menganalisa data, serta diskusi dan interpretasi

hasil penelitian.

Bab III Pembahasan

Pada bab ini diuraikan tentang pembahasan dari rumusan masalah

yang telah dibuat sehingga dalam bab ini masalah-masalah yang ada di

lapangan dapat dibahas secara rinci berdasarkan tata cara yang telah

ditetapkan dalam proses penelitian.

Bab IV Kesimpulan dan Saran

Bab IV berisi kesimpulan dan saran-saran, sebagai hasil dari

penelitian secara menyeluruh, kemudian saran-saran konstruktif yang

nantinya dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi para santri,

santriwati dan masyaikh-masyaikh yang mengajar di MDQH Syaikh

Zainuddin NW tepatnya di Desa Anjani Kecamatan Suralaga Kabupaten

Lombok Timur.

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

39

A. Gambaran Umum

1. Sekilas tentang MDQH Syaikh Zainuddin NW Anjani

Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al-Majidiyah Assyafi’iyah NW yang

disingkat dengan MDQH NW Anjani adalah sebuah perguruan tinggi yang

khusus tempat mempelajari dan mendalami Ilmu Agama dari sejak berdirinya

sampai sekarang MDQH NW Anjani masa kuliahnya atau belajarnya empat

tahun bagi banin (Laki-laki) dan tiga tahun bagi banat (Perempuan)43.

Ma’had DQH NW didirikan oleh Almagfurullahu Maulana Syaikh

TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid (Pendiri NWDI, NBDI dan NW) pada

tanggal 15 Jumadil Akhir 1385 H. / 1967 M. dengan cara belajarnya

menggunakan sistem atau metode halaqah (duduk bersila), sebagaimana yang

dilakukan oleh para Ulama Salafusshalih dengan berbusana putih bawah dan

atas. Alumni atau Mutakharrijin telah banyak tersebar di Nusantara mengisi

Masjid-masjid, Mushalla-mushalla, Madrasah-madrasah dan lain sebagainya.44

Ma’had DQH NW adalah pada awal berdirinya sampai tahun 1998

berada di Pancor Lombok Timur, akan tetapi setelah digelarnya Mu’tamar NW

yang ke X di Praya Lombok Tengah dan terpilihnya Ummuna Hajjah Siti

Raihanun Zainuddin Abdul Majid menjadi ketua umum PBNW, kemudian ada

yang tidak setuju dengan terpilihnya beliau, maka mereka yang tidak setuju

inilah yang mengusir orang-orang yang loyal, membela dan mendukung

terpilihnya beliau untuk keluar meninggalkan Pancor, maka Ummuna Hajjah

Siti Raihanun Zainuddin Abdul Majid memindahkan Ma’had DQH NW ke

Kalijaga Lombok Timur untuk sementara kemudian menuju Anjani Lombok

Timur. Itulah sebabnya MDQH NW ditetapkan di Anjani45.

43 Profil MDQH NW, Dokumentasi, dikutip 15 Mei 2013 44 Drs. H. Abdul Hayyi, Mengenal Nahdlatul Wathan,Cet.II (Mataram: Dewi Anjani,

2009) h. 1545 Wawancara, 15 Mei 2013

43

40

Ma’had DQH NW Anjani Masyaikh-masyaikhnya atau guru-gurumya

sebagian besar adalah orang-orang pilihan Maulana Syaikh dan Alumni

Madrasah Ash-shaulatiyyah Mekkah, sehingga keberadaan Ma’had DQH NW

Anjani tetap eksis dan tidak diragukan. Pembelajaran yang diterapkan di

Ma’had DQH NW Anjani dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul

14.00 siang setiap harinya kecuali hari jum’at ditetapkan sebagai hari libur di

lingkungan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur.

2. Letak dan Kondisi Geografis

Ma’had DQH Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur yang

berdiri di atas tanah seluas ± 8 hektar merupakan lembaga non formal atau

perguruan tinggi swasta yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren

Syaikh Zainuddin NW Anjani, Lembaga tinggi ini dikelola secara khusus oleh

para Masyaikh pilihan Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid.

Ma’had DQH NW Anjani terletak di desa Anjani Kecamatan Suralaga

Lombok Timur tepatnya di komplek Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren

Syaikh Zainuddin NW Anjani Lombok Timur dengan batas wilayahnya

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Babussalam

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Kepah Anjani

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Dasan Montong Gapuk

4. Sebelah Barat berbatsan dengan Rempung Pringgasela

Secara geografis Ma’had DQH Syaikh Zainuddin NW Anjani

terletak pada posisi yang sangat strategis karena berada pada jalur jalan

Raya Provinsi NTB yang menghubungkan Labuhan Lombok dengan kota

Mataram sebagai ibu kota Provinsi NTB, yakni ujung Pantai Ampenan

sampai pelabuhan Labuan Lombok.

41

Ma’had DQH Syaikh Zainuddin NW Anjani dikelilingi oleh

hamparan persawahan yang hijau dan subur sehingga membawa angin

sejuk dan segar terasa menusuk kalbu para santri yang belajar ilmu agama

dengan membahas karya-karya spektakuler Ulama Salafusshalih. Dengan

nuansa alam atau lingkungan sekitar yang penuh asri memiliki daya

tersendiri bagi para santri ketika menerima ilmu dan penjelasan dari para

Masyaikh yang ikhlas dalam mengajar46. Sebagai salah satu perguruan

tinggi yang sifatnya non formal di lingkungan Pondok Pesanstren Syaikh

Zainuddin NW Anjani, tetapi memiliki keistimewaan tersendiri dalam

banyak hal, terutama pembelajaran yang masih menggunakan metode

pembelajaran yang klasik dan tempat belajarnya sangat nyaman dan asri

dengan dikelilingi oleh hamparan sawah pertanian warga, karena langsung

di Masjid Jami’ Darul Qur’an Wal Hadits NW Anjani.

3. Profil dan Visi Misi MDQH Syaikh Zainuddin NW

a). Profil MDQH Syaikh Zainuddin NW

1. Nama Lembaga : Ma’had DQH NW Anjani - Lotim

2. Alamat : Jln. Raya Mataram Lb Lombok

3. Desa : Anjani

4. Kecamatan : Suralaga

5. Kabupaten : Lombok Timur

6. Yayasan Penyelenggara : Pontren Syaikh Zainuddin NW

7. Tanggal, Bulan, Tahun:15 Jumadil Akhir 1385 H/1965 M

8. Status Gedung : Milik Sendiri

9. Keadaan Gedung : Permanen

Masjid : 1 Buah

46 Pengamatan terhadap kondisi Ma’had, Observasi, 3 Mei 2013

42

Auditorium : 1 Ruang

Kelas/ruang belajar : 11 Ruang

Ruang Masyaikh : 2 Ruang

Ruang TU : 1 Ruang

Ruang Senat : 1 Ruang

Asrama Darurat : 4 Ruang

Tempat Wudlu : 3 Buah

Kamar mandi/WC : 12 Ruang

10.Jumlah Masyaikh/guru : 29 Orang

11.Jumlah Katib / TU : 3 orang

12.Jumlah Santri :1877 Orang

b). Visi dan Misi

Visi Ma’had DQH NW Anjani:

“Mencetak Kader-kader Islam yang mampu mengusai Al- Qur’an

Hadits dan Kitab Ulama Salafusshalih serta mampu

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari”47

Adapun misi Ma’had DQH NW Anjani diantaranya:

1) Menanamkan nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an

dan Hadits serta Ijma’ Qiyas para Ulama Salafusshalih.

2) Memperkokoh ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah ala Mazhabil

Imam Syafi’I RA.

3) Mempertajam semangat perjuangan Li’illa’ Kalimatiddin Khifzul Islam

Wal Muslimin.

47 Wawancara dengan TGH. Lalu Annas Hasriy, 13 Juni 2013

43

4) Melestarikan dan menjaga Wasiat Maulana Syaikh TGKH. M.

Zainuddin Abdul Majid.

5) Mendidik santri menjadi Muballig dan Ustadz yang berbudi mulia dan

tauladan di Masyarakat48.

4. Keadaan Masyaikh dan Santri

a) Keadaan Masyaikh/Guru

Untuk tercapainya Visi dan Misi Ma’had DQH NW Anjani, tentunya

tidak lepas dari peran aktif para Masyaikh atau guru-guru yang mengajar

di Ma’had DQH NW Anjani dan bantuan dari para Muazzif atau pegawai

tata usaha yang ada di lingkungan Ma’had DQH NW, terlebih peran aktif

dari semua pihak yang terkait.

Tabel 2.1. Nama-Nama Dewan Masyaikh MDQH NW Anjani49

NO NAMA ALAMAT PENDIDIKAN JABATAN1 Raden TGB.KH.L.Gede

Muhammad ZainuddinAtsani, LC

Mataram Shaulatiyyah MuraqibulMa’had

2 TGH. M. Ruslan ZainAnnahdli

Kmb. Kerang Shaulatiyyah Amid MDQH

3 TGH. Lalu Anas Hasyri Gn. Rajak Shaulatiyyah Wakil Amid I4 TGH. Zaini Abdul Hanan,

LCAnjani Shaulatiyyah Wakil Amid II

5 TGH.L.Gede M. AliWirasakti Amir Murni, LC.,MA

Mataram Yordania Wakil AmidIII

6 TGH. Mahmud Yasin, QH Loteng MDQH NW Wakil AmidIV

7 TGH.Drs.Abd. Qadir, QH Pancor IAIN Yogya Masyaikh8 TGH.Marzoan, QH Bermi PancorShaulatiyah Masyaikh9 TGH.M.Hilmi Najamuddin Paok Motong Shaulatiyyah Masyaikh10 TGH. M. Nasir Abdul Manan Korleko Shaulatiyyah Masyaikh

48 Wawancara dengan TGH. Zaini Abdul Hanan, Lc ( Wakil Amid II ), 1 Maret 201449 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 29 Desember 2013

44

11 TGH.MuhammadSholehuddin, LC

Anjani Shaulatiyyah Masyaikh

12 TGH. Zainal Arifin Munir,LC.,MA

Loteng Shaulatiyyah Masyaikh

13 TGH. Qomaruddin, QH Loteng MDQH Masyaikh14 TGH. Muhsin Muhyiddin Terara Shaulatiyyah Masyaikh15 TGH. Burhanuddin, QH.,

S.AgLoteng IAIH NW Masyaikh

16 TGH.DR.Syihabuddin,MA Kmb. Kerang Al-Azhar Mesir Masyaikh17 TGH. M. Ihsan Syafar,

QH.,SSSukamulia MDQH NW Masyaikh

18 TGH. Khaeruddin Rifai Sakra Brt Shaulatiyyah Masyaikh19 TGH. Lukmanul Hakim,

SS.,MAKembang.Kerang

IAIA Jakarta Masyaikh

20 TGH. Muhammad ShobriAzhari

Loteng Shaulatiyyah Masyaikh

21 TGH. M. Yusron AzzahidiJamil

Kelayu Shaulatiyyah Masyaikh

22 TGH. Syahri Ramadhan Lobar Shaulatiyyah Masyaikh23 TGH. Mustamin Khafifi, Lc Loteng Shaulatiyyah Masyaikh24 TGH. M. Muzayyin Shobri Sakra Timur Shaulatiyyah Masyaikh25 TGH. Jalaluddin Shodin Sakra Brt Shaulatiyyah Masyaikh26 TGH. Adnan Haris, Lc Lotim Shaulatiyyah Masyaikh27 TGH. Edi Usman, QH Loteng Shaulatiyyah Masyaikh28 TGH. Abdus Syakur Loteng Shaulatiyyah Masyaikh 29 TGH. Pasek Sanggeng Bermi PancorShaulatiyah Masyaikh

Tabel 2.2. Nama-Nama Muazzif MDQH NW Anjani50

NO NAMA Alamat Jabatan1 H.Muhammad Nasir, BA Pancor Bermi Katib/ Sekretaris2 H. Jamiluddin, QH Pancor Bermi Amin I3 Zaenuddin Pancor Bermi Amin II

b) Keadaan Santri

Animo masyarakat khususnya warga NW untuk menyerahkan anak

didiknya di Ma’had DQH NW Anjani setiap tahunnya tidak kurang dari

600 orang, ini terbukti semakin meningkatnya jumlah santri yang belajar

50 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 29 Desember 2013

45

di MDQH NW Anjani. Di samping itu juga Ma’had Syaikh Zainuddin NW

ditunjang dengan adanya organisasi santri yang dikenal dengan Senat

Mahasiswa (SEMA MDQH NW). Organisasi ini memiliki peran yang

strategis terhadap semua kegiatan Santri, karena Senat diberikan

wewenang penuh terhadap kegiatan di lingkungan Ma’had Syaikh

Zainuddin NW khususnya dan Ponpes pada umumnya.

Adapun jumlah santri tahun dirosah 1434 H

Tabel 2.3. Data Santri MDQH NW Anjani51

NO Tingkat Banin / Laki-

Laki

Banat / PerempuanJumlah Jumlah

Keseluruhan1 I 300 270 570

1877 Orang

2 II 270 305 5753 III 237 280 5174 IV 215 215

Tabel 2.4. Pengurus Senat Mahasiswa MDQH NW Anjani52

NO NAMA Jabatan Ket1 Nur Handika Parta Ketua Umum IV2 Juma’in Wakil Ketua IV3 Jamaluddin Sekretaris Umum IV4 Haeri Andika Wakil Sekretaris IV5 Samsudin Bendahara Umum IV6 Ro’yal Aini Wakil Bendahara III7 Ahmad Syarif Departemen Pendikdak IV8 M. Hanafi - IV9 M. Atiq - IV10 M. Abdur Razak - IV11 M. Nazri Husni - IV12 M. Sirrul Wathan - IV13 Amin Soleh - III14 Halwani - III15 Ainul Wafa - III16 Hanafi Idham Departemen Pembaksen IV

51 Wawancara dengan Zainuddin ( Pegawai TU ), pada tanggal 1 Desember 201352 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 1 Desember 2013

46

17 Salman Al-Farisi - IV18 Abdul Hakim - IV19 Deni Irwandi - III20 Abdul Kadir - II21 Marwin - III22 Zuhratul Uyun - III23 Khairul Anam - III24 Abdul Fatah - I25 M. Afri - I26 Mawardi Departemen Sosbud IV27 Gafar Ismail - IV28 Kamah Yudiarto - III29 M. Solihin - IV30 Istan Ahmadi - IV31 Abdul Manan - IV32 Saefuddin Zuhri - IV33 Amruz Riad - IV34 Rian Dani - III35 Zulkarnaen - III36 M. Sahli Departemen Setmen IV37 Humaidi - IV38 Saiful Muttaqin - III39 M. Jawahir - IV40 Khairul Fatihin - IV41 L. Fakhrurrozi - III42 Dedi Sofyan - IV43 Siti Johana - II44 Siti Hijratul Jihadah - II45 Dewi Sifa Alawiyah - II46 Abdul Manan Departemen Kesma IV47 Hasanul Massyath - IV48 Marzuki - IV49 M. Fikri - III50 Zainul Watoni - II51 Syamsul Huda - III52 Humaini Ayatullah - II53 Ro’yatul Jannah - II54 Milyani - I55 Khaeriyah Departemen Ketholibatan III56 Nurjannah - III57 Dahyatul Qolbi - III58 Uswatun Hasanah - III

47

59 Mulyati - III60 Siti Wardatul Jannah - III61 Imro’atussolihah - III62 Karomi Zamila - II63 Syarifah Muawwiyah - II64 Muyassaroh Zaini - I

65 Azwa Herawati - III66 Meri Febriandini - III67 Ikrimawati - III68 Sopianti - I69 Muawanah - II

Tabel 2.5. Program kerja SEMA MDQH NW Anjani 2013-201453

NO Renstra SEMA MDQH NW Departemen

1 Mengatur dan mengontrol kelancaran KBM PENDIKDAK

2 Membentuk nuqoba’ -

3 Mengatur dan mengontrol setiap pengajian -

4 Mengadakan diklat Da’i -

5 Mengadakan seminar-seminar -

6 Kerja sama dengan instansi pemerintah dan lainnya -

7 Mengadakan Bahtsul Masa’il -

8 Safari Ramadhan keluar daerah -

9 Melaksanakan seluruh kegiatan PHBI -

10 Hiziban Bulanan -

11 Pembuatan khutbah -

12 Diskusi di RDA -

13 Mengkoordinir layatan SOSBUD

14 Mengkoordinir Shalat Qadha’ -

53 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 1 Desember 2013

48

15 Membentuk PANZIK dan Pantasy -

16 Membuat baju persatuan senat -

17 Menjalin kerja sama dengan instansi-instansi -

18 Ziarah Masyaikh -

19 Pelatihan jurnalistik -

20 Menjaga dan melengkapi sarana dan prasarana KESMA

21 Mengkoordinir kebersihan dan kerapian WC -

22 Jum’at bersih lingkungan Masjid -

23 Menyiapkan dan mengecek sound system -

24 Mengatur dan menjaga kerapian sap -

25 Memperbaiki gerbang -

26 Menjaga seluruh asset MDQH dan Masjid -

27 Mengatur BEL atau waktu -

28 Administrasi surat menyurat dan profosal SETMEN

29 Documenter seluruh kegiatan -

30 Percetakan dan pendestribusian buku -

31 Membuat kartu Tullab dan tolibat -

32 Kemaslahatan kesekretariatan -

33 Mengkoordinir jadwal piket -

34 Pengadaan peralatan kerja -

35 Seni Baca Al-Qur’an PEMBAKSEN

36 Audisi team Wasiat Renungan Masa -

37 Tahsinul Qur’an -

38 Membentuk team Burdah Ma’had -

49

39 Seni bela diri -

40 Membuat Spanduk dan baliho -

41 Mengatur pembacaan do’a pagi -

42 Mengadakan karya tulis Ilmiah -

43 Kursus kaligrafi da teater -

44 Mengatur ketertiban dan kerapian tholibat KETHOLIBATAN

45 Daurah Fiqhunnisa’ -

46 Curhat spcial bersama Masyaikh -

47 Membuat pin untuk tholibat -

48 Mengkoordinir snack harian Masyaikh -

49 Mengadakan pembersihan kampus -

50 Merapikan ruang masyaikh dan idarah -

51 Rihlah ke-NW-an -

B. Metode Halaqah yang diterapkan di Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani merupakan salah satu

lembaga pendidikan di lingkungan Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin

NW yang sangat eksis dalam menjalankan khittah perjuangan Nahdlatul

Wathan yakni pendidikan, sosial dan dakwah. Santri Ma’had sebagai

harapan dan estapet perjuangan digodok dan diterpa dengan Metode yang

sangat disiplin oleh para Masyaikh atau guru-guru yang mengajar di

MDQH NW.

Sebelum melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan jadwal

masing-masing tingkatan, Santri dan Santriwati Ma’had Syaikh Zainuddin

NW Anjani terlebih dahulu do’a bersama yang dimulai dari pukul 06.30

50

sampai menunggu kehadiran dari Masyaikh atau guru yang mengisi jadwal

pengajian pagi sampai dengan pukul 09.00 Wita. Kitab-kitab yang

dipelajari pada pengajian pagi ini 100% kitab klasik atau kutubutturas

diantaranya: Tafsir Jalalain, I’anatuttholibin, Shahih Muslim, Minhajul

Abdidin, Al-Adzkarunnawawi dan kitab-kitab lainnya54.

Dalam suasana pengajian pagi para Santri atau yang dikenal dengan

istilah Tullab dan Santriwati, mereka khidmat mendengarkan siraman

rohani dari para Masyaikh dengan jadwal masing-masing, didukung

dengan suasana lingkungan yang asri membuat kenyamanan dan

kesejukan dalam mendengarkan tausiyah Masyaikh. Pengajian pagi ini

juga diisi dengan seson tanya jawab atau diskusi seputar masalah-masalah

agama yang biasanya disebut dengan istilah Bahtsul Masail alal fiqhiyah

dan tanya jawab Nahwu Sharep.

Muh. Nurul Majdi Tampih salah seorang Tullab tingkat tiga

mengatakan bahwa suasana belajar di Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani berbeda dengan belajar dibangku kuliah biasanya, karena proses

belajar yang halaqah berhadapan langsung dengan Masyaikh membuat

suasana menyejukkan, dengan metode halaqah suasana belajar seperti

dibimbing langsung oleh pengarang kitab itu sendiri. Duduk halaqah

mampu mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani, sehat jasmani

artinya duduk melatih kesehatan jasmni bagaikan senam lantai yang

dilakukan oleh seorang olahragawan, karena duduk itu juga

menggambarkan sifat murid atau seorang penuntut ilmu55.

Seperti ungkapan diatas metode halaqah adalah metode yang

berbeda dengan yang lainnya, terutama pembelajarannya yang masih

54 Observasi, pada tanggal 29 Januari 201455 Wawancara dengan M.Nurul Majdi pada tanggal 23 Februari 2014

51

dianggap klasik tetapi memiliki arti tersendiri bagi setiap Tullab atau

Santri dan Santriwati, seperti yang diungkapkan oleh Aang Malika tingkat

tiga dari Pujut Lombok Tengah bahwa duduk halaqah dalam belajar terasa

pegal tapi terasa nikmat dan sehat. Karena setiap harinya dibimbing

langsung oleh para guru pilihan pendiri Ma’had, dan rasa takzim atau

hormat kepada guru dan ahli ilmu semakin tinggi dari pada belajar dalam

ruangan yang posisi kursi guru sama dengan murid yang menyebabkan

posisi kaki sering bergerak-gerak dan dapat membuat su’ul adab ( akhlaq

yang tercela ).

Ma’had DQH Syaikh Zainuddin NW Anjani merupakan salah satu

lembaga pendidikan di lingkungan Pondok pesantren Syaikh Zainuddin

NW yang sangat eksis dalam menjalankan khittah perjuangan Nahdlatul

Wathan yakni pendidikan, sosial dan dakwah. Santri Ma’had sebagai

harapan dan estapet perjuangan digodok dan diterpa dengan Metode yang

sangat disiplin oleh para Masyaikh atau guru-guru yang mengajar di

MDQH NW.

Adapun jadwal kegiatan harian yang dilaksanakan oleh lembaga

MDQH NW Anjani dari sejak pagi sebelum subuh. Adapun jadwal-jadwal

pembelajaran di Mahad DHQ NW Anjani sebagai berikut:

Tabel 2.6. Jadwal Pengajian sebelum Shalat Shubuh56

NO HARI MASYAIKH NAMA KITAB1 Senin TGH. Yusran Azzahidi, MHI Alfiah Ibnu Mukti2 Selasa TGH. Hadi Usman, Lc Durussami3 Rabu TGH. Mustamin Hafifi, Lc Bidayatul Hidayah4 Kamis TGH. Muzayyin, M.PdI Muktarul Hadits5 Jumat - -6 Sabtu TGH. Marzoan Al Hafiz Sullamuttaufiq7 Ahad TGH. Zaini Abd Hanan, M.PdI Minhajutthalibin

56 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 1 Januari 2014

52

Pengajian sebelum shubuh ini pada dasarnya adalah uswatun

hasanah dari Pendiri Ma’had DQH NW, karena beliau sangat senang

ketika memberikan pengajian dan berdiskusi dengan para santri Ma’had,

Almagfurlahu Maulana Syaikh sering dalam pengajiannya menyampaikan

bahwa Ma’had adalah permata dan buah hati beliau, seperti yang

dikatakan oleh TGH. M. Yusron Azzahidi, Lc bahwa majlis ilmu

kesayangan Maulana Syaikh yang paling utama adalah Ma’had dan pada

Ma’had tertuju banyak kesyukuran beliau.57

Metode halaqah dengan metode klasikal dan sorogan, tidak hanya

dilaksanakan pada waktu sebelum shubuh saja, akan tetapi dilaksanakan

juga setelah selesai melaksanakan shalat shubuh. Adapun jadwal pengajian

setelah shubuh :

Tabel 2.7. Jadwal Pengajian setelah Shalat Shubuh58

NO HARI MASYAIKH NAMA KITAB1 Senin TGH. Yusran Azzahidi, MHI Maraqil Ubudiyah2 Selasa TGH. Hadi Usman, Lc Fathul Qorib3 Rabu TGH. Mustamin Hafifi, Lc Qotrunnada’4 Kamis TGH. Muzayyin, Lc., M.PdI Asmawi5 Jumat - -6 Sabtu TGH. Marzoan Al Hafiz Awamil7 Ahad TGH. Zaini Abd Hanan, M.PdI Minhajutthalibin

Pembelajaran yang diterapkan di Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani sangat beda dari lembaga pendidikan yang ada di Lingkungan

Ponpes Syaikh Zainuddin NW Anjani, karena metode yang diterapkan

halaqah seperti halnya metode pembelajaran di Madrasah Ash-Shaulatiah

57 Tgh. Yusron Azzahidi merupakan bendahara dari Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani, dan beliau adalah salah satu alumnus dari madrasah Ash-Shaulatiah Mekkah yang mendapat juara umum satu di madrasah tempat Maulana Syaikh menimba ilmu dengan beberapa Ulama terkenal di Indonesia. Seperti KH. Hasyim Asy’ariy pendiri Organisani terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama ( NU ), dan KH. Ahmad Dahlan Pendiri Ormas Islam yaitu Muhammadiyah. Kedua tokoh besar tersebut merupakan alumni Madrasah Ash-Shaulatiyah Mekkah.58 Wawancara dengan Jamaluddin selaku Sekretaris umum Senat Mahasiswa Ma’had DQH NW Anjani, pada tanggal 1 Januari 2014

53

Mekkah, dan kitab-kitab atau ilmu-ilmu yang dipelajari di Ma’had Syaikh

Zainuddin sebagian besar dipelajari di Madrasah Ash-Shaulatiah Mekkah

dan MDQH NW diberikan perhatian khusus oleh Pendiri Ma’had dengan

selalu memberikan pembelajaran sampai menjelang wafatnya beliau.

Tabel 2.8. Jadwal pengajian Pagi dari jam 07.30 – 09.0059

NO HARI MASYAIKH NAMA KITAB1 Senin TGH. Hilmi Najamuddin Tafsir Jalalain2 Selasa TGH.Lalu Anas Hasyri Minhajul Abidin3 Rabu TGH. Ihsan Shafar, QH, SS I’anatut Tholibin / Ke NW

An4 Kamis TGH. Zaini Abdul Hanan, LC Tafsir Ibnu Katsir5 Jumat - -6 Sabtu TGH. M. Nasir Abdul Manan dan

TGH. Zaini Abdul Hanan

Samail Muhammad

7 Ahad TGH. M. Sholehuddin, LC Shohih Muslim

Pengajian pagi merupakan rutinitas yang dilaksanakan di Ma’had

DQH NW, metode yang diterapkan adalah bendongan, karena Santri hanya

fokus mendengarkan penjelasan guru sambil menyimak kitab yang sesuai

dengan mata pelajaran pada pagi harinya.

C. Faktor-faktor dan kegiatan MDQH NW untuk menunjang

kemampuan membaca Kitab kuning bagi Santri

Ma’had Syaikh Zainuddin dalam melaksanakan segala program yang

direncanakan tidak terlepas dari uswah atau tradisi yang biasa

dilaksanakan oleh Pendiri MDQH NW, karena santri Ma’had merupakan

permata yang diharapkan oleh pendirinya untuk mengedepankan

keta’ziman atau dalam istilah pondok pesantren disebut dengan Ta’lim

kepada semua guru dengan didikan dari metode halaqah itu sendiri.

Adapun faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan membaca

kitab kitab kuning, yang biasa disebut dengan istilah kitab gundul atau

59 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 11 November 2013

54

kutubutturash, berdasarkan pengamatan peneliti ketika mengikuti proses

belajar adalah tergantung dari cara belajar Santri dan tingkat kepahaman

dalam mengkaji kitab-kitab yang dipelajari, baik secara mutola’ah pribadi

maupun kelompok muzakarah60.

Muh. Hasbullah tingkat empat banin (Santri laki) mengungkapkan

hal yang sama, bahwa kemauan yang kuat dari seorang santri dan cara

belajar untuk bisa membaca kitab itu sangat mempengaruhi kemampuan

seseorang, karena adanya sugesti61 untuk cepat bias dengan dibarengi oleh

niat yang tulus serta diiringi dengan taqarrub62 kepada Allah SWT melalui

shalat malam, terutama shalat sunnat witir dan shalat sunnat tahajjud.

Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani terus melakukan perubahan-

perubahan untuk meningkatkan kualitas Santri yang mengaji, dengan

mengintensifkan program-program unggulan terutama dalam membaca

kitab kuning, seperti yang dikemukakan langsung oleh pengawas atau

Muraqibul Ma’had Raden Tuan Guru Bajang KH. L. Gede M. Zainuddin

Atsani, Lc.,M.Pd.I bahwa Ma’had harus dikembalikan seperti cara-cara

pendirinya dengan menjadwalkan metode belajar mulai sebelum Shalat

Shubuh dari jam 03.00 dini hari sampai malamnya. Karena itulah tradisi

yang ditinggalkan oleh Maulana Syaikh untuk mendidik Santri Ma’had.

Selain kegiatan rutinitas yang dimulai dari jam 03.00 - 09.00 pagi,

Ma’had DQH NW juga memberikan jadwal tersendiri kepada beberapa

orang Masyaikh dalam memberikan tambahan jam belajar yang

60 Observasi, pada tanggal 1 Maret 201461 Sugesti bisa diartikan dengan dorongan dari hati seseorang untuk bisa melakukan sesuatu yang diniatkan dan memberikan manfaat.62 Dalam kitab ta’limul muta’allim bahwa taqarrub adalah pendekatan seseorang hamba kepada tuhannya dengan kesungguhan hati dan ketenangan jiwa untuk mencapai fitrah yang sesungguhnya.

55

dikhususkan untuk Santri pemula mengkaji dan menghapal kitab-kitab

matan yang berkaitan dengan Nahwu dan Sharef.

Tabel 2.9. Jadwal Pengajian Sore dari jam 16.00 -18.0063

NO HARI PEMBIMBING NAMA KITAB1 Senin TGH. Adnan Haris, Lc Adabul Suluqul Murid2 Selasa TGH. Edi Usman, QH Tanbihul Gofilin3 Rabu TGH. Muzayyin Sabri, M.PdI Mukhrajul Hadits4 Kamis TGH. Syahri Ramadhan, QH Syarah Asmawi5 Sabtu TGH. Abdus Syakur, QH Ibnu Aqil (IV)6 Ahad TGH. Yusran Azzahidi Jamil I’anahTuttolibin (I)

Penambahan jam belajar pada sore hari ini sangat membantu para

santri khususnya yang masih tingkat ula,64 Hardi Saputra salah seorang

Santri tingkat satu dari Pengadangan merasa terbantu dalam mempelajari

kitab kuning, karena jam belajar untuk ilmu alat yakni ilmu Nahwu dan

Sharef lebih diintensifkan oleh pihak lembaga. Dia menambahkan sebagai

tamatan dari sekolah umum (SMA), tidak ketinggalan belajar kitab

sebagaimana alumni-alumni dari Pondok pesantren yang ilmu dasar bahasa

arabnya lebih ditekuni.

Tabel 2.10. Jadwal Malam dari jam 19.00 – 21.30 65

NO HARI MASYAIKH NAMA KITAB1 Senin TGH. Hadi Usman, Lc Risalah Muawanah2 Selasa TGH. Mustamin Hafifi, Lc Bulugul arom3 Rabu TGH. Muzayyin, M.PdI Anwarul Masalik4 Kamis TGH. Pasek Sanggeng Wirid A Nur

63 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 11 Februari 201464 Ma’had DQH NW memberikan waktu belajar yang khusus kepada santri pemula yang disebut dengan istilah Ula, untuk kelompok santri yang baru tingkat satu dan dua,yang kitab-kitab yang dipelajari masih hanya seputar kitab matan atau yang masih dasar sebelum mencapai kepada kitab yang Sharah atau penjelasan dari kitab matan, sedangkan untuk kelompok Wustho dan Ulia dijadwalkan untuk Santri yang sedang tingkat tiga dan empat, pada kelompok atau tingkatan ini semua kitab yang dipelajari adalah kitab Sharah.65 Wawancara dengan Nurhandika Parta Keruaki (Ketua SEMA MDQH NW), pada tanggal 1 Desember 2013

56

5 Jumat TGH. Marzoan Al Hafiz Bahjussaniah6 Sabtu TGH. Zaini Abd Hanan, M.PdI Minhajuttholibin7 Ahad TGH. Yusran Azzahidi, MHI I’anahTuttolibin (IV)

Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani sebagai laboratarium

kaderisasi pejuang-pejuang Agama, Nusa dan Bangsa melalui Nahdlatul

Wathan diterpa dengan ilmu-ilmu agama dan organisasi, tentunya

mempunyai renstra atau rencana kerja kegiatan baik harian sampai

kegiatan tahunan66. Dalam setiap momen besar di lingkungan Pondok

Pesantren Syaikh Zainuddin NW, Ma’had selalu terdepan dalam segala

kegiatan, dan itu semua merupakan tradisi dari pendiri MDQH NW.

Adapun kegiatan tahunan yang dilaksanakan yaitu:

Tabel 2.11. Kegiatan MDQH NW Anjani satu tahun67

NO Waktu Nama Kegiatan Ket

1 Pagi Pengajian rutinitas pagi hari Harian

2 Sore Tahfizul Qur’an Harian

3 Sore Qasidah tim wasiat Harian

4 Malam Mengkaji kitab Tasfsir dan Hadits Harian

5 Malam Bela diri atau karate Mingguan

6 Malam Hiziban Akbar seluruh santri Bulanan

7 Pagi/Malam PHBI Bulanan

8 Pagi Adz Zikrol Hauliah MDQH NW Tahunan

9 Pagi Pengijazahan Kitab Tahunan

D. Kendala – kendala di Ma’had Syaikh Zainuddin NW

66 Wawancara dengan H.Nasir (khatib MDQH NW), tanggal 11 November 201367 Dokumentasi, dikutip pada tanggal 1 Desember 2013

57

Lembaga pendidikan Ma’had DQH NW ini merupakan laboratarium

kader-kader NW yang siap tampil dan sebagai pengayom ditengah-tengah

masyarakat untuk menegakkan Liila’ kalimatiddin khifzul Islam wal

Muslilimin ala Mazhab Ahlussunnah Waljama’ah, sebagaimana tujuan dan

visi didirikannya MDQH NW.

Terkait bagaimana kendala-kendala yang dihadapi Ma’had DQH

NW Anjani dalam melaksanakan Metode halaqah dalam meningkatkan

kemampuan membaca kitab kuning, berikut peneliti kemukakan beberapa

keterangan yang diberikan oleh responden.

Ust. Jamiluddin Asni, QH, salah seorang a’doul katib68 di Ma’had

DQH NW mengungkapkan bahwa perjuangan tidak lepas dari kendala-

kendala untuk mencapai kesuksesan, begitu juga di Ma’had terutama

masalah tata tertib yang tidak dilaksanakan secara maksimal oleh Santri,

seperti larangan terlambat dalam mengikuti pengajian pagi khususnya.

Ma’had DQH NW menjadwalkan pengajian pagi dimulai dari jam 08.00-

09.30 Wita, dan santri harus hadir maksimal lima belas menit sebelum jam

pengajian pagi dimulai. Pada pengajian pagi biasanya Masyaikh

memberikan kesempatan kepada Santri untuk membaca kitab dan ditasmih

atau disimak langsung oleh Masyaikh yang memberikan pengajian.

Senada dengan pernyataan diatas, Azwa Hernawati69 salah seorang

Santriwati tingkat tiga dari Jerowaru Lombok Timur mengatakan, kendala

yang dia hadapi ketika belajar adalah tata tertib yang tidak jelas,

khususnya masalah batasan pelajaran kitab yang teraturnya kurikulum,

sehingga terasa banyak materi yang belum tuntas untuk dikaji. Terlebih

dalam moment hari-hari besar Islam, sering sekali jam pelajaran kosong.

68 Istilah a’doul katib adalah anggota tata usaha di Ma’had DQH NW 69 Wawancara dengan Azwa hernawati pada tanggal 1 Maret 2014

58

Zainuddin dari kampung Bermi Pancor, pegawai tetap Ma’had DQH

NW dari sejak Maulana Syaikh masih hidup, mengatakan bahwa Ma’had

merupakan lembaga pendidikan tinggi yang nonformal berbasiskan

masyarakat Islam dan keberedaannya belum begitu diperhatikan oleh

pemertintah, dalam arti jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan

yang formal. Ma’had DQH NW belum mendapatkan perhatian yang

semestinya, dalam bentuk alokasi anggaran dari pemerintah baik pusat

maupun daerah. Karena bagaimanapun juga dana operasional dalam setiap

lembaga, terlebih pendidikan harus ada untuk melangsungkan program-

program yang sudah dicanangkan.

Muh. Amrullah, dari Sukarara Santri yang masih tingkat dua

mengatakan kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di

Ma’had DQH NW menurutnya adalah kurangnya pengetahuan ilmu

bahasa Arab terutama Bapak dan Ibunya Ilmu bahasa Arab yakni ilmu

Nahwu dan Sharef yang diketahuinya, karena dalam belajar membaca

kitab kuning, hal yang harus dikuasai adalah ilmu tata bahasa Arab.

Adapun dari pengalaman dan pengamatan peneliti kaitannya dengan

kendala-kendala yang dihadapi di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani,

ketika mengikuti pengajian dan proses belajar mengajar didalam kelas

adalah banyaknya Santri yang tidak mempunyai kitab, terutama kitab yang

dipelajari waktu pergantian jam atau didalam kelas tingkat. Hal tersebut

bermula dari belum adanya biaya untuk membeli kitab-kitab yang

dimaksud terutama kitab-kitab yang berjilid70, seperti: Kitab tafsir ibnu

katsir, Kitab Tafsir shawi, Kitab I’anatuttholibin. Cukupnya bekal atau

70 Observasi, pada tanggal 1 Maret 2014

59

biaya dalam menuntut ilmu merupakan hal yang sangat urgen dalam

melakanakan tugas sebagai Santri yang ingin sukses.

Selain kurangnya biaya atau dana, tidak sabarnya71 sebagian tullab

dalam mengikuti pelajaran sampai berakhir merupakan kendala yang

terjadi di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani, karena jadwal pulang

atau istirahat sebenarnya sudah ditentukan oleh pihak lembaga atau para

Masyaikh yakni jam 13.00 wita atau setelah melaksanakan shalat dzuhur

berjamaah. Akan tetapi peneliti melihat bahwa adanya Santri yang tidak

mengindahkan aturan tersebut dengan tidak mengikuti proses belajar

sampai waktu yang sudah ditentukan, secara otomatis ilmu yang

didapatkan tentunya berkurang dibandingkan dengan Santri yang

mengikuti proses belajar mengajar sampai batas waktu yang sesuai dengan

jadwal, khususnya yang berlaku di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani.

71 Sabar merupakan bagian dari kiat-kiat sukses sebagai penuntut ilmu sebagaimana yang disebutkan oleh Sayyidina Ali Bin Abi Thalib.

60

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Metode Halaqah dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab

kuning santri Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani

a) Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani dan metode halaqah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia, yang berfungsi sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama

Islam (Tafaqquh fiddin), dalam upaya mendidik dan mempersiapkan kader-

kader Ulama, Da’i, Muballigh dan Ustadz yang sangat dibutuhkan oleh

Masyarakat. Pondok pesantren adalah menggambarkan tempat tinggal dan

belajar agama bagi para Santri.72

Satu hal yang menjadi ciri khas pondok pesantren adalah

penyelenggaraan program kajian ilmu-ilmu agama Islam yang bersumber

pada kitab-kitab berbahasa arab yang disusun pada zaman pertengahan atau

yang lebih dikenal dengan kitab kuning (kutub At-turas). Seiring dengan

72 Mohammad Noor,dkk., Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid,(Jakarta:Bania Publishing, 2014), h.167

61

perkembangan zaman, penggunaan kitab kuning (kutub at-turas) sebagai

literatur utama mulai berkurang, sehingga banyak alumni pesantren yang

kurang mampu mendalami ilmu-ilmu agama Islam dari sumber-sumber

utamanya. Secara metodik, pendidikan dan pengajaran dalam pesantren

diberikan dalam bentuk: sorogan, bandongan dan halaqah73.

Metode halaqah dapat mempengaruhi kemampuan membaca kitab

kuning atau yang sekarang dikenal dengan istilah Kutub At-turas,

khususnya di lingkungan Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani, ini

disamping merupakan tradisi dari pendiri Ma’had dan lebih efektip kalau

pembelajaran halaqah sebagai metode dalam belajar kitab kuning.

b) Metode-metode halaqah yang diterapkan di MDQH NW

Pembelajaran kitab kuning di lingkungan Pondok Pesantren yang

biasanya menggunakan beberapa metode dan lazim diterapkan, begitu juga

halnya di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani yakni:

a. Bandongan

Bandongan adalah model pembelajaran halaqah seperti kuliah

terbuka yang diikuti oleh sekelompok Santri yang berjumlah 100 bahkan

lebih.74 Bandongan artinya belajar secara kelompok yang diikuti oleh

seluruh Santri.

Metode bandongan dilakukan oleh kyai atau sekelompok santri untuk

mendengarkan dan menyimak apa yang dibacakan oleh kyai dari sebuah

kitab. Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali

mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harokat (gundul). Santri

73 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren,(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), h. 2674 Ahmad Muthohar, h. 27

70

70

62

dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan

pendhabithan harakat kata-kata atau kalimat dan langsung dibawah kata

yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks. Posisi para santri

pada pembelajaran dengan metode ini adalah melingkari dan mengelilingi

kyai atau ustadz sehingga dapat membentuk halaqah (lingkaran). Dalam

penerjemahannya, kyai atau ustadz dapat juga menggunakan berbagai

bahasa yang menjadi bahasa utama para santrinya.

b. Wetonan

Istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti

waktu, sebab pengajian tersebut diiberikan pada waktu-waktu tertentu,

yaitu sebelum dan sesudah melakukan shalat fardhu. Metode weton ini

merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan

duduk disekeliling kyai yang menerangkanpelajaran kuliah, santri

menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya.

Wetonan dikenal juga dengan istilah weton, dimana setiap santri

memperhatikan murabbi atau gurunya sedang mengulas kitab, dan santri

menulis catatan-catatan penting dari penjelasan guru, baik kaitannya

dengan makna harfiah dan segi substansialnya.

c. Sorogan

Sorogan ialah sebagai istilah awal dalam Metode halaqah, karena

sorogan dikhususkan bagi santri baru yang belum faham dan butuh

bimbingan dari murabbi atau gurunya, dan istilah pondok pesantren guru

63

biasanya dipanggil Ustadz. Sorogan disebut juga dengan istitilah metode

individual ( Invidual Learning )

Metode Sorongan. Sorongan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa),

yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya

dihadapan kyai atau pembantunya (badal, asisten kyai). Sistem sorogan ini

termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan

dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara

keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat lebih efektif sebagai taraf

pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim.

B. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca kitab

kuning

a). Faktor Internal

Diantara faktor internal yang dapat mempengaruhi kemampuan santri

dalam membaca kitab, ialah:

1. IQ santri dalam penguasaan ilmu Nahwu Sharef dan ilmu bahasa Arab

lainnya

Istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar,

perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar,

memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya. Anggapan

awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak

dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa

kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar.

Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal

kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar.

64

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak

secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya

secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi

adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara

rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,

melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang

merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau

singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari

sebuah alat tes kecerdasan

Ilmu yang sangat utama untuk dipelajari untuk menguasai kitab

kuning adalah ilmu Nahwu dan ilmu sharef, karena kedua ilmu tersebut

biasanya di lingkungan santri di sebut sebagai Ibu dan Bapaknya ilmu

pengetahuan bahasa Arab.

2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang

dipergunakan untuk menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Dalam

kaitannya dengan pondok pesantren salafiyah, ajaran adalah apa yang

terdapat dalam kitab kuning, kitab rujukan, refrensi yang dipegang oleh

pondok pesantren tersebut.

Metode yang efektip dalam mempelajari ilmu Nahwu dan Sharef

sehingga dapat membaca kitab kuning adalah metode diskusi, baik dengan

Masyaikh maupun sesama santri di MDQH Almajidiyah Assyafi’iyah NW

Anjani.

65

3. Harmonisasi Santri

Keharmonisan santri dalam belajar merupakan factor pendukung

untuk bisa membaca kitab kuning, karena dengan keberagaman akan

menumbuhkan tingkat kepahaman dalam suatu mata pelajaran berbeda.

Maka kehormanisan baik secara kenal mengenal satu sama lain akan

terjalin intraksi yang baik.

b). Faktor Eksternal

Adapun faktor eksternal atau faktor luar dari program Ma’had DQH

NW Anjani yang terjadwal dan dicanangkan dari dalam lembaga Ma’had

DQH NW Anjani yang dapat mempengaruhi kemampuan santri MDQH NW

dalam membaca kitab, ialah:

1. Muzakarah di luar jam belajar

Muzakarah atau diskusi sangat efektip dalam menunjang untuk

kemampuan membaca kitab kuning, yang dikalangan santri disebut dengan

kitab gundul. Muzakarah merupakan tradisi para Ulama salafusshalih

dalam menekuni kitab dan menyelesaikan pertanyaan yang belum

terjawab.

2. Mutolaah di Maskah (Pondok)

Mutolaah diambil dari kata bahasa Arab yang berarti merefleksi atau

mengulang kembali pelajaran yang telah didapatkan dengan penuh

ketelitian dan kesungguhan, Mutolaah salah satu media yang efektip dalam

menunjang kemampuan santri untuk bisa membaca kitab.

3. Rajin mengikuti program MDQH NW

66

MDQH NW Anjani sebagai salah satu lembaga pendidikan yang

eksis di lingkungan Pontren Syaikh Zainuddin NW Anjani dalam berbagai

kegiatan yang menambah wawasan pengatahuan santri baik dalam bakat

dan minat, sehingga sebagai kerugian tersendiri bagi santri yang tidak

mengikuti program-program unggulan yang ada di MDQH NW. karena

tujuan dari program itu untuk meningkatkan kualitas Santri.

C. Kendala dan solusi yang ditempuh oleh Ma’had Syaikh Zainuddin

NW Anjani

Eksistensi lembaga pendidikan tidak terepas dengan adanya kendala

atau kekurangan yang dihadapi oleh pengelola lembaga, Diantara kendala

yang mendasar yang dialami oleh Ma’had terhadap santri yang belum bisa

membaca kitab kuning serta solusi yang ditempuh oleh Ma’had Syaikh

Zainuddin NW Anjani adalah:

a. Tidak adanya Asrama khusus santri Ma’had

Pondok pesantren merupakan tempat penggodokan generasi

Islam atau laboratarium kaderisasi untuk mencetak insan yang

beriman bertaqwa serta memiliki kepribadian yang Islami, sangat

diidentikkan dengan anak asrama. Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani sampai saat ini belum memiliki Asrama permanen yang ada

dilingkungan gedung belajar Santri Ma’had, dan masih

menggunakan Asrama darurat atau dikenal dengan rumah bedek.

Dari sejak tahun 2007 pengelola Ma’had, dalam hal ini Amid atau

Kepala Ma’had merencanakan membuatkan Asrama permanen untuk

tullab yang mengelilingi seputar Masjid Darul Qur’an wal Hadits,

67

dimana pembangunannya sampai tahun 2013 belum clear dan belum

bias ditempati oleh tullab atau santri yang banin (Laki-laki).

b. Perpustakaan yang belum tersedia

Sarana dan prasarana yang menunjang merupakan kelengkapan

belajar dan keharusan dalam sebuah lembaga pendidikan, baik

lembaga pendidikan yang formal maupun non formal, termasuk

diantaranya adalah perpustakaan yang memadai. Perpustakaan

sebagai salah satu tempat belajar yang harus disiapkan oleh setiap

pengelola lembaga pendidikan, terlebih di Ma’had Darul Qur’an Wal

Hadits AlMajidiyah Assyafi’iyah NW Anjani. Dengan melihat animo

masyarakat Lombok, khususnya warga Nahdlatul Wathan

menyerahkan anaknya belajar di Ma’had DQH NW Anjani, maka

perpustakaan merupakan sarana yang efektip sebagai tempat

mutola’ah para tullab dan tholibat atau para Santri.

c. Pengetahuan dasar Bahasa Arab yang kurang

Salah satu syarat mutlaq untuk bisa memahami dan membaca

kitab kuning dengan baik dan benar adalah dengan cara memahami

dan mengusai Bahasa Arab sebagai media dasar untuk membaca

kitab kuning, dalam pembelajaran Bahasa Arab ini biasanya disebut

dengan istilah ilmu alat yakni memahami dan mengusai Ilmu Nahwu

dan Syaraf, dalam dunia pondok pesantren biasanya disebut dengan

Bapak dan Ibunya ilmu. Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani

dalam meningkatkan kemampuan tullab tholibat untuk menguasai

ilmu Nahwu dan Syaraf diadakannya diklat atau muzakarah bagi

semua santri setiap hari dan dibimbing langsung oleh Para Masyaikh

68

atau guru Ma’had. Karena ilmu tata bahasa Arab merupakan syarat

wajib dikuasai oleh santri yang ingin cepat bias dalam membaca

kitab kuning atau kutubutturash

d. Tidak adanya forum Wali Santri

Salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan adalah wali

murid, peran wali murid sangat dibutuhkan dalam mensukseskan semua

program yang ditetapkan oleh lembaga, adapun di Ma’had Syaikh

Zainuddin NW Anjani masih belum adanya Forum Wali Murid yang

khusus, akan tetapi solusi yang ditempuh oleh lembaga adalah dengan cara

memaksimalkan kerja pengurus organisasi

e. Tidak adanya kurikulum yang tetap

Kurikulum merupakan bagian dari ruh dari sebuah lembaga

pendidikan dan sebagai acuan dalam proses transformasi ilmu

pengetahuan, kurikulum yang baik dan dilaksanakan secara

maksimal akan menghasilkan outpout dari anak didik yang

berkualitas. Begitu juga lembaga pendidikan Ma’had DQH NW

belum ditetapkan kurikulum yang resmi, sehingga materi pelajaran

terkadang ada yang tidak tuntas.

BAB IV

69

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan fokus penelitian, data-data dan hasil analisis data yang

diperoleh dari penelitian ini, peneliti sampai kepada beberapa kesimpulan,

yaitu sebagai berikut:

1) Halaqah merupakan sebuah metode dalam proses belajar mengajar yang

digunakan oleh para tuan guru/ kiyai di Pesantren-Pesantren, Masjid-

masjid atau rumah-rumah guru dan ini berjalan selama berabad-abad, para

santri yang belajar dengan sistem ini pun beragam, mulai dari tingkat

anak-anak sampai orang tua atau dewasa, baik laki-laki maupun

perempuan. Metode halaqah yang diterapkan di Ma’had Zainuddin NW

Anjani ternyata dapat meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning

santri, karena metode ini merupakan metode yang efektif dalam mengkaji

dan menelaah kitab-kitab kuning atau kitab Ulama Salafusshalih walau

tidak mencapai 100%, akan tetapi dengan metode halaqah kenikmatan

belajar dan konsentrasi belajar santri dapat dirasakan, disamping metode

halaqah merupakan sistem pendidikan pertama yang diterapkan oleh

Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau, terlebih di Ma’had Syaikh

Zainuddin NW Anjani, halaqah adalah tradisi dari Pendiri MDQH NW

yakni Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid. Metode

halaqah yang diterapkan di Ma’had Syaikh Zainuddin NW Anjani adalah

sistem Bendongan, Wetonan dan Sorogan.

2) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan Santri dalam

membaca kitab kuning meliputi dua faktor, yakni faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internel meliputi, 1. Tingkat IQ Santri dalam menguasai

ilmu Nahwu Sharaf dan ilmu bahasa arab lainnya, 2. Metode diskusi yang 79

70

efektip, dan 3. Harmonisasi sesama Santri. Adapun faktor eksternalnya

adalah, 1. Muzakarah diluar jam belajar, 2. Mutola’ah di Maskah (asrama

atau pondok masing-masing), 3. Rajin mengikuti segala program yang

dilaksankan oleh MDQH NW.

3) Adapun kendala-kendala dan solusi yang dihadapi oleh Ma’had Syaikh

Zainuddin NW Anjani dalam pelaksanaan pendidikan metode halaqah,

yakni diantaranya, 1. Tidak adanya asrama khusus Santri Ma’had,

solusinya dengan memperluas lahan untuk mendirikan gedung asrama

diseputar lingkungan Masjid MDQH NW, 2. Perpustakaan yang belum

tersedia, solusinya Lembaga Ma’had sedang mengusahakan menambahan

lokal belajar, 3. Pengetahuan bahasa arab yang kurang, solusi yang sedang

ditempuh oleh Amid dan para Masyaikh dengan menambah jam belajar

ekstra mulai dari sebelum shubuh, 4. Tidak adanya forum wali santri,

solusinya membuat komite lembaga, 5. Tidak adanya kurikulum yang

tetap, solusi yang ditempuh oleh pihak lembaga Ma’had Syaikh Zainuddin

NW Anjani sekarang ini adalah meningkat evaluasi dan kontrol di Ma’had

dengan menertibkan segala kekurangan dalam proses belajar mengajar

dengan menentukan kurikulum yang tetap.

B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan beberapa saran kepada

semua pihak terkait, yaitu:

1. Muraqib/ Amid

Diharapkan untuk lebih mengefektipkan controlling dan monitoring

terhadap segala aktivitas di lingkungan Ma’had Syaikh Zainuddin NW

Anjani, terlebih Ma’had merupakan tolak ukar kemajuan kader-keder

71

Nahdlatul Wathan yang siap pakai dalam kondisi dan situasi apapun

yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan jama’ah NW.

2. Masyaikh/ dewan guru

Untuk terus konsisten dalam membina dan mendidik Tullab Tholibat

atau santri Ma’had untuk menuntut ilmu pengetahuan agama Islam

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab karangan

Ulama Shalafusshalih. Karena keberhasilan Santri dalam belajar sangat

dipengaruhi juga oleh keberadaan dari para Masyaikh yang mengajar

dan mendidik

3. Santri

Supaya tetap sabar, ikhlas dan istiqomah dalam menjalankan tugas

mulia sebagai tullabul ilmu dengan selalu menanamkan rasa cinta

kepada ilmu, terlebih ilmu Agama yang pada masa ini banyak orang

yang gengsi atau tidak percaya diri dalam menuntut ilmu Agama. Serta

selalu menanamkan rasa takzim atau hormat kepada para ahli ilmu

yang ikhlas.

4. Wali murid

Para wali murid merupakan bagian dari subyek yang mendukung

segala aktivitas dalam sebuah lembaga pendidikan, kalau dalam istilah

pendidikan wali murid sebagai komite yang selalu siap sedia dalam

mendukung segala program lembaga, dan merupakan elemen urgen.

5. Jama’ah NW

Jama’ah atau warga NW adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan

dalam organisasi Nahdlatul Wathan, karena segala even atau kegiatan

kegiatan Ma’had terutama pengajian-pengajian jama’ah adalah obyek

utama, maka diharapkan kepada jama’ah NW untuk selalu kompak

72

utuh bersatu dalam memperjuangkan kalimatillah hifzul Islam wal

Muslimin sebagai khittah perjuangan NW, dan semoga tetap eksis

dalam membantu segala macam program-program Ma’had.

6. Pemerintah

Dalam setiap perjuangan sangat dibutuhkan peran aktip pemerintah

atau biasa disebut dalam istilah agama Islam Ulil Amri, Ma’had adalah

lembaga pendidikan swasta, yang tentunya sangat membutuhkan

bantuan pemerintah baik yang berupa moril, material dan lain

sebagainya, maka diharapkan pemerintah tidak memandang sebelah

mata dengan kondisi dan situasi Ma’had. Tidak bisa dinapikan bahwa

peran Ma’had di tengah-tengah masyarakat menemui banyak hasil,

terbukti dengan banyaknya Madrasah-madrasah yang dibangun atau

didirikan oleh Alumni MDQH NW, baik didalam daerah maupun

diluar daerah, terlebih di Nusa Tenggara Barat.

73