skripsi - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih...

50
HEALTH BELIEF PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Pramudani Dwi Wibowo 1511410051 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: dinhhanh

Post on 19-May-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

HEALTH BELIEF PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF

DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Pramudani Dwi Wibowo

1511410051

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

ii

Page 3: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

iii

Page 4: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

iv

MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

Seberuntung-beruntungnya manusia adalah yang setiap berbuat baik tidak ia

sengaja, sehingga terbebaslah ia dari rasa berjasa. (Sujiwo Tejo)

Hidup sehat atau kesehatan hidup itu merupakan gabungan antara kesehatan jiwa,

kesehatan badan dan kesehatan hubungan manusia dengan Tuhan.

(Muhammad Ainun Najib)

Peruntukan:

Buah pemikiran ini penulis

persembahkan untuk orang

khususnya bapak, ibu dan

kakak serta teman-teman

saya.

Page 5: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Segenap usaha dan kerja keras

yang dilakukan penulis tidak mungkin membuahkan hasil tanpa kehendak-Nya.

Segala halangan dan rintangan tidak akan mampu dilalui tanpa jalan terang yang

ditunjukkan dan digariskan-Nya. Berkat izin dan rahmat-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Health Belief pada Mahasiswa Perokok

Aktif di Universitas Negeri Semarang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Selama penyusunan skripsi ini bantuan, motivasi, dukungan, dan doa dari

berbagai pihak sangat membantu. Untuk itu, pada karya sederhana ini penulis

sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang selaku Ketua Panitia Sidang Skripsi,

2. Drs. Sugeng Hariyadi, S. Psi. M.S., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang

3. Anna Undarwati, S.Psi, M.A. sebagai dosen penguji I yang telah

memberikan masukan dan kritik kepada penulis.

4. Andromeda, S.Psi., M.Psi sebagai penguji II serta dosen pembimbing I

sekaligus sebagai dosen wali dalam penulisan penelitian ini yang selalu

memberikan masukan dan penilaian.

Page 6: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

vi

5. Sugiariyanti, S.Psi., M.A. sebagai penguji III dan dosen pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan dalam menulis

skripsi.

6. Seluruh dosen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang senantiasa mendidik dan membimbing penulis.

7. Bapak dan Ibu yang telah memberikan do‟a dan semangat.

8. Untuk Darajatun, David Mafazi, Deni (Rewok), Apung dan lain-lainnya

yang selalu hadir disaat saya membutuhkan bantuan.

Akhir kata, penulis bersyukur dan penulis ucapkan terima kasih setulus-

tulusnya kepada pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan pengetahuan serta menjadi kajian dalam bidang ilmu yang

terkait.

Semarang, 15 Agustus 2017

Penulis

Page 7: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

vii

ABSTRAK

Wibowo, Pramudani Dwi, 2017. Health Belief pada Mahasiswa Perokok Aktif di

Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing Andromeda, S.Psi.,

M.Psi., Sugiariyanti, S.Psi., M.A.

Kata Kunci: Health Belief, Mahasiswa, Perokok Aktif

Semua mahasiswa memiliki pengetahuan tentang bahaya merokok, tetapi

mereka tetap merokok karena sudah menjadi kebiasaan dan tidak mengalami

gangguan secara fisik yang signifikan, perokok berpikir bahwa selama tidak ada

efek yang langsung terasa, maka rokok dianggap tidak berbahaya, meskipun

informasi tentang bahaya merokok sudah ada di mana saja, namun kebiasaan

merokok tidak terpengaruh oleh hal tersebut. Secara umum diyakini bahwa

seseorang akan mengambil tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan

mengontrol kondisi gangguan kesehatan tergantung dari health belief yang

dimilikinya.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan

untuk mengetahui health belief pada mahasiswa perokok aktif di Universitas

Negeri Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random

sampling atau memilih subjek secara acak. Data penelitian diambil dengan

menggunakan skala skala Likert berdasarkan komponen-komponen health belief

yang terdiri atas 30 aitem dengan koefisien validitas antara 0,398 sampai 0,584

dan koefisien reliabilitas sebesar 0,851..

Hasil penelitian menunjukkan Health belief mahsiswa secara umum di

Universitas Negeri Semarang berada pada kategori sedang yakni sebesar 60,6%.

Berdasarkan dari komponen health belief pada mahasiswa perokok aktif

seluruhnya pada kategori sedang yaitu perceived suspecbility secara umum berada

pada kategori sedang sebesar 66%, perceived severity secara umum berada pada

kategori sedang sebesar 93%, perceived benefit secara umum berada pada kategori

sedang sebesar 71%. perceived barrier secara umum berada pada kategori sedang

sebesar 92%, cues to action secara umum berada pada kategori sedang sebesar

77%.

.

Page 8: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN .............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

BAB

1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................. 8

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9

2.1. Health Belief ..................................................................................... 9

2.1.2 Komponen Health Belief ................................................................... 12

Page 9: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

ix

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Health Belief ........................................ 17

2.2. Perilaku Merokok ............................................................................... 19

2.1.2 Pengertian Perilaku Merokok ............................................................ 19

2.1.3 Dampak Merokok .............................................................................. 21

2.1.4 Tahapan dalam Perilaku Merokok ..................................................... 28

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ................................. 29

3. METODE PENELITIAN ................................................................ 32

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 32

3.2. Variable Penelitian ............................................................................. 32

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 33

3.4. Populasi dan Sampel .......................................................................... 33

3.4.1. Populasi .............................................................................................. 33

3.4.2. Sampel................................................................................................ 34

3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 34

3.6. Skala Health Belief ............................................................................ 36

3.7. Validitas dan Realibilitas ................................................................... 37

3.7.1 Validitas ............................................................................................. 37

3.7.2 Realibilitas ......................................................................................... 38

3.8. Metode Analisis Data ......................................................................... 39

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40

4.4 Persiapan Penelitian ........................................................................... 40

4.4.1. Orientasi Kancah Penelitian ............................................................... 40

4.4.2. Proses Perijinan .................................................................................. 41

Page 10: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

x

4.4.3. Penentuan Sampel .............................................................................. 41

4.5 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 42

4.5.1. Pengumpulan Data ............................................................................. 42

4.5.2. Pelaksanaan Skoring ......................................................................... 42

4.6 Hasil Penelitian .................................................................................. 43

4.3.1 Gambaran Mahasiswa Universitas Negeri Semarang ........................ 43

4.3.2 Health Belief pada Mahasiswa Perokok Aktif Universitas Negeri

Semarang............................................................................................ 44

4.3.3 Tingkat Merokok dan Umur Mahasiswa Universitas Negeri

Semarang............................................................................................ 46

4.3.4 Health belief pada Mahasiswa Perokok Aktif Universitas Negeri

Semarang Berdasarkan Komponen .................................................... 48

4.3.5 Health Belief pada Mahasiswa Perokok Aktif Universitas Negeri

Semarang Berdasarkan Fakultas ........................................................ 60

4.7 Pembahasan........................................................................................ 63

5. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 75

5.1 Simpulan ............................................................................................ 75

5.2 Saran .................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

LAMPIRAN .................................................................................................... 80

Page 11: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Peringkat Jumlah Perokok Dunia ............................................... 2

3.1 Kriteria Skor Jawaban Skala Health Belief ................................ 36

3.2 Blue Print Health Belief .............................................................. 37

4.1 Descriptive Statistic .................................................................... 44

4.2 Penghitungan Kategori Interval Skor Health Belief ................... 45

4.3 Distribusi Frekuensi Health Belief .............................................. 45

4.4 Responden Menurut Tingkat Umur ............................................ 46

4.5 Responden Menurut Tingkat Merokok ....................................... 47

4.6 Descriptive Statistics ................................................................... 49

4.7 Penghitungan Kategori Interval Skor Health Belief .................. 49

4.8 Standar Baku Penghitungan Kategori Interval Skor ................... 50

4.9 Distribusi Frekuensi Perceived Suspecbility ............................... 50

4.10 Descriptive Statistics ................................................................... 51

4.11 Penghitungan Kategori Interval Skor Perceived Severity ........... 51

4.12 Standar Baku Penghitungan Kategori Interval Skor ................... 52

4.13 Distribusi Frekuensi Perceived Severity ..................................... 52

4.14 Descriptive Statistics ................................................................... 54

4.15 Penghitungan Kategori Interval Skor Health Belief ................... 54

4.16 Standar Baku Penghitungan Kategori Interval Skor ................... 54

4.17 Distribusi Frekuensi Perceived Benefit ....................................... 55

4.18 Descriptive Statistics ................................................................... 56

Page 12: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

xii

4.19 Penghitungan Kategori Interval Skor Perceived Barrier ........... 56

4.20 Standar Baku Penghitungan Kategori Interval Skor ................... 57

4.21 Distribusi Frekuensi Perceived Barrier ...................................... 57

4.22 Descriptive Statistics ................................................................... 58

4.23 Penghitungan Kategori Interval Skor Cues to Action ................. 59

4.24 Standar Baku Penghitungan Kategori Interval Skor ................... 59

4.25 Distribusi Frekuensi Cues to Action ........................................... 59

4.26 Descriptive Statistics ................................................................... 61

4.27 Penghitungan Kategori Interval Skor Cues to Action ................. 61

4.28 Distribusi Frekuensi Kematangan Karier Dilihat Dari Fakultas . 62

Page 13: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Responden Menurut Fakultas ............................................................ 44

4.2 Distribusi Frekuensi Health Belief ..................................................... 46

4.3 Diagram Batang Tingkat Umur pada mahasiswa Universitas Negeri

Semarang............................................................................................ 47

4.4 Diagram Batang Tingkat Merokok pada mahasiswa Universitas

Negeri Semarang ................................................................................ 48

4.5 Diagram Batang Perceived Suspecbility pada mahasiswa

Universitas Negeri Semarang ............................................................ 50

4.6 Diagram Batang Perceived Severity pada mahasiswa Universitas

Negeri Semarang ................................................................................ 53

4.7 Diagram Batang Perceived Suspecbility pada mahasiswa

Universitas Negeri Semarang ............................................................ 55

4.8 Diagram Batang Perceived Barrier pada mahasiswa Universitas

Negeri Semarang ................................................................................ 58

4.9 Diagram Batang Cues to Action pada mahasiswa Universitas

Negeri Semarang ................................................................................ 60

4.10 Diagram Batang Health Belief pada Mahasiswa Perokok Aktif

Dilihat dari Fakultas ........................................................................... 63

Page 14: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skala Psikologi ........................................................................................... 81

2. Tabulasi Data ............................................................................................. 86

3. Tabulasi Data Perkomponen ...................................................................... 100

4. Hasil Uji Validitas ...................................................................................... 107

5. Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................. 110

Page 15: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku merokok memang tidak dapat diremehkan akibatnya. Sudah

banyak individu menyadari akan akibat bahaya merokok. Bahaya yang

ditimbulkan rokok antara lain dapat mengancam kesehatan individu,

memunculkan berbagai macam penyakit (misalnya: jantung koroner, kanker paru-

paru, impotensi), dan dapat mengancam janin bagi ibu hamil. Armstrong (dalam

Putra, 2013: 29) mengemukakan merokok adalah menghisap tembakau yang

dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan kembali keluar. Merokok

merupakan perilaku yang telah umum dijumpai dalam masyarakat. Individu yang

merokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok usia yang

berbeda-beda.

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan.

Graham (dalam Etika dan Wijaya, 2015: 13) menyatakan bahwa dengan merokok

dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi

keadaan- keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok

terutama bagi perokok yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi

dan menyenangkan.

Merokok dapat menyebabkan kecanduan, efek ini disebabkan oleh adanya

nikotin di dalam rokok. Rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia,

termasuk 43 bahan penyebab kanker yang telah diketahui, sehingga lingkungan

yang terpapar dengan asap tembakau juga dapat menyebabkan bahaya kesehatan

Page 16: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

2

yang serius. Nikotin yang ada di dalam rokok, dapat mengakibatkan individu

merasakan kecanduan, dan sulit meninggalkan perilaku merokok.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sekitar 95 juta orang di

Indonesia terpapar asap rokok. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia usia 0-14

tahun telah menjadi perokok pasif. Padahal paparan asap rokok yang banyak

ditemukan di tempat umum tersebut memiliki dampak negatif yang sama

bahayanya jika dibanding dengan seorang perokok aktif. Bahkan menurut buku

The Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh American Cancer Society dan World

Lung Foundation paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko terkena kanker

paru-paru sebesar 30% dan sebesar 25 % penyakit jantung koroner (Depkes,

2016.).

Berdasarkan data terbaru dari The Tobacco Atlas tahun 2015

(http://lifestyle.kompas.com). Adapun 9 negara dengan persentase pria perokok

pada usia 15 tahun ke atas terbesar di dunia dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Peringkat Jumlah Perokok Dunia

No Nama Negara Persentase Pria

perokok

1. Indonesia 66%

2. Rusia 60%

3. China 53%

4. Filipina 48%

5. Vietnam 47%

6. Thailand 46%

7. Malaysia 44%

8. India 24%

9. Brasil 22%

Page 17: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

3

Indonesia juga diketahui sebagai negara dengan jumlah perokok yang

besar. Data yang dihimpun oleh Global Adult Tobaco Survey (GATS) tahun 2016

(Pratiwi, 2014:2) menyatakan bahwa Indonesia memiliki prestasi buruk di dunia

yaitu sebagai negara ketiga terbesar dalam hal mengonsumsi rokok. Data ini

berdasarkan WHO (World Health Organization) yang mengatakan bahwa 4,8%

dari 13 milyar konsumen rokok berasal dari Indonesia, dan diperkirakan jumlah

ini akan terus meningkat.

Menurut Priyoto (2014: 139) berdasarkan variabel demografi

sosiopsikologi dengan perilaku merokok dinyatakan perilaku merokok lebih

banyak dijumpai pada remaja pria yang memiliki tingkat pendidikan rendah dari

pada yang memiliki pendidikan tinggi. Namun berdasarkan hasil wawancara

langsung peneliti kepada 3 (tiga) orang mahasiswa perokok aktif di sebuah

indekos sekitar Unnes pada 23 Maret 2017, bahwa semua mahasiswa memiliki

pengetahuan tentang bahaya merokok, tetapi mereka tetap merokok karena sudah

menjadi kebiasaan dan tidak mengalami gangguan secara fisik yang signifikan.

Intensitas merokok mereka akan semakin tinggi ketika mereka mengalami stres

seperti yang dialami oleh mahasiswa berinisial D dan S. Mahasiswa D mengaku

pernah berhenti merokok selama satu tahun setelah meninggalnya kakeknya

akibat sakit paru-paru akibat merokok, tetapi ia kembali merokok setelah

mengalami masalah asmara, peneliti menyimpulkan adanya pandangan yang

menyatakan bahwa merokok dianggap sebagai bagian dari budaya sehari-hari

masyarakat terutama di kalangan mahasiswa, anggapan tersebut juga peneliti

dapatkan pada 7 (tujuh) mahasiswa dalam wawancara berikutnya di kantin

Page 18: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

4

Universitas Negeri Semarang. Mahasiswa perokok aktif yang peneliti temui

menganggap merokok adalah hal yang wajar, perilaku yang dianggap membuat

mudah dalam berpikir atau menghasilkan ide-ide. Setelah peneliti melakukan

pengamatan dilapangan, seluruh mahasiswa perokok aktif berjenis kelamin laki-

laki, bagi mereka merokok merupakan identitas seorang laki-laki dan peneliti

menemukan bahwa perokok berpikir bahwa selama tidak ada efek yang langsung

terasa, maka rokok dianggap tidak berbahaya.

Informasi tentang bahaya merokok sudah beredar dimana-mana, informasi

tersebut disampaikan baik secara tertulis maupun bergambar, bahkan dibuat

larangan merokok di berbagai tempat seperti di institusi pendidikan. Peringatan

dampak merokok terhadap kesehatan diberikan untuk meningkatkan kesadaran

akan bahaya yang ditimbulkan karena merokok. Dengan penyampaian informasi

yang bersifat peringatan mengenai pengaruh buruk merokok, diharapkan

menjadikan individu perokok menjadi sadar akan bahaya merokok.

Secara umum diyakini bahwa seseorang akan mengambil tindakan untuk

mencegah, mengurangi, dan mengontrol kondisi gangguan kesehatan tergantung

dari health belief yang dimilikinya (Rosenstock,1974: 34). Health belief model

yang dikembangkan oleh Becker digunakan untuk mempelajari perilaku seseorang

terhadap perilaku pencegahan penyakit dan kepatuhan (Notoatmojo, 1990: 56).

Health belief mengemukakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh

persepsi seseorang yang meliputi persepsi tentang kerentanan, keseriusan,

hambatan, dan manfaat. Teori health belief tepat digunakan dalam penelitian ini

karena perilaku merokok bersifat pribadi dan teori health belief menyatakan

Page 19: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

5

bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsi atau kepercayaan individu itu

sendiri tanpa memandang apakah persepsi tersebut sesuai atau tidak dengan

realita.

Hasil penelitian Salawati, Amalia (2010: 172) hasil penelitian

menunjukkan pengetahuan, sikap, keyakinan, motivasi dan praktik merokok di

kalangan informan dari fakultas kesehatan maupun non kesehatan tidak terlalu

jauh berbeda, walaupun pada pertanyaan tertentu informan dari fakultas kesehatan

bisa memberi penjelasan sedikit lebih banyak. Temuan menarik dari penelitian ini

antara lain bahwa walaupun beberapa informan dari fakultas kesehatan

menyatakan bahwa merokok adalah hak azasi dan mereka merasa kesulitan untuk

berhenti merokok, namun berdasarkan hasil FGD dan wawancara diketahui bahwa

mereka sebenarnya mempunyai beban, karena sebagai calon petugas kesehatan

mereka seharusnya bisa menjadi contoh, sehingga sebagian besar dari mereka

tetap berniat untuk berhenti bila sudah bekerja. Hal tersebut tidak ditemui pada

informan dari fakultas non kesehatan. Walaupun sebagian besar yakin bahwa

merokok itu berbahaya, namun mereka tidak yakin mampu berhenti dan hanya

berniat mengurangi saja. Mereka tidak memiliki beban yang sama dengan

informan dari Fakultas Kesehatan, karena mereka bukan calon petugas kesehatan.

Berdasarkan penelitian Kumboyono (2011: 37) menyatakan terdapat

hubungan bermakna antara persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok

dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi manfaat (perceived benefit) berhenti

merokok berhubungan dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi terhadap

manfaat merupakan prediktor kuat dalam health belief yang melatarbelakangi

Page 20: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

6

berbagai pilihan tindakan untuk berhenti merokok. Persepsi penghambat

(perceived barrier) berhenti merokok berhubungan dengan motivasi berhenti

merokok.

Penelitian juga dilakukan Suryaningsari (2013: 3) menyatakan Rendahnya

persepsi ancaman karena persepsi pemilihan pendamping rokok yaitu kopi dan

juga pengganti rokok disaat tidak merokok yaitu permen membuat rendahnya

persepsi kerentanan, walaupun informan telah merokok lama dan tetap merokok

jika telah terkena penyakit akibat rokok. Informan mengetahui bahaya akibat

rokok dan keinginan yang besar untuk merokok, mereka mempunyai persepsi

bahwa rendahnya keparahan yang disarankan, hal ini karena informan memilih

rokok filter dan hanya menghisap dengan cara biasa. Meskipun informan

merasakan kerugihan banyak baik secara psikologis maupun non-psikologis

akibat merokok. Namun, mereka juga merasakan keuntungan dari merokok secara

psikologis. Selain faktor di atas, faktor eksternal yang berasal dari teman juga

mempengaruhi keinginan untuk merokok. Kesimpulan dapat dilihat dari teori

health belief yakni likelihood of behavior untuk tetap merokok dipengaruhii oleh

rendahnya perceived threat dan perceived barrier serta tingginya perceived

benefits. Rendahnya perceived susceptibility dan perceived severinty serta

tingginya cues to action.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Winurini (2011: 13), yang

menyimpulkan bahwa, berhenti merokok bukanlah hal yang mudah dilakukan

oleh perokok. Kebanyakan dari mereka menyadari bahwa rokok berbahaya bagi

kesehatannya dan karenanya mereka berniat berhenti merokok. Namun, tidak

Page 21: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

7

semua perokok berhasil melewati masa rehabilitasinya dan seringkali mengalami

relapse. Penelitian ini mendalami permasalahan rehabilitasi yang dirasakan

perokok berat, yang memiliki pengalaman relapse lebih kompleks dibanding

tingkat perokok yang lain, dengan pendekatan kognisi, yaitu health belief. Untuk

memahami permasalahan secara mendalam, metode kualitatif digunakan. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan, bahwa kendati sudah menjalani masa

rehabilitasi, perokok belum menyadari sepenuhnya bahaya merokok bagi dirinya.

Faktor internal paling berperan adalah motivasi kesehatan dan kontrol diri, yang

mempengaruhi persepsi mereka terhadap ancaman kesehatan serta evaluasi

mereka terhadap perilaku sehat. Pemerintah memiliki peran dalam menyukseskan

perubahan perilaku baru yang sehat, melalui peraturan-peraturan yang dibuat.

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya peneliti bermaksud

untuk melakukan penelitian dengan judul “health belief pada mahasiswa perokok

aktif di Universitas Negeri Semarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas dapat disimpulkan rumusan

masalah dalam penelitian ini, adalah “bagaimana gambaran health belief pada

mahasiswa perokok aktif di Universitas Negeri Semarang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran health belief

pada mahasiswa perokok aktif di Universitas Negeri Semarang.

Page 22: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah kajian ilmu dalam bidang Psikologi

khususnya Psikologi Klinis dan Psikologi Pendidikan mengenai health belief pada

mahasiswa perokok aktif di Universitas Negeri Semarang.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa

Melalui penelitian ini mahasiswa dapat belajar untuk lebih mengenal diri

sendiri sehingga dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan dalam

permasalahan hidup. Dapat mengambil langkah-langkah yang tepat sehingga

kedepan supaya dapat berperilaku dengan mengedepankan kesehatan.

2. Bagi lembaga pendidikan

Melalui hasil yang diperoleh dapat dilakukan sebagai dasar upaya

penanganan dari berbagai pihak terkait, utamanya universitas / perguruan tinggi,

baik dalam upaya memperbaiki kesehatan generasi muda.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai penelitian survei, penelitian ini dapat dijadikan dasar dari

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan health belief pada mahasiswa

perokok aktif.

Page 23: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Health Belief

Menurut kajian teori health belief model, health belief adalah perilaku

individu yang dipengaruhi oleh persepsi dan kepercayaan individu itu sendiri

tanpa memandang apakah persepsi dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak

sesuai dengan realitas. Dalam hal ini penting sekali untuk bisa membedakan

penilaian kesehatan secara obyektif dan subjektif. Penilaian secara obyektif

artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang tenaga kesehatan, sedangkan penilain

subjektif artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang individu berdasarkan

keyakinan dan kepercayaannya, dalam kenyataan di lapangan penilaian secara

subjektif inilah yang sering dijumpai dimasyarakat (Priyoto, 2014: 136)

Health belief model dikemukakan pertama kali oleh Rosenstock (1966),

kemudian ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada tahun 1974, 1984 dan

1988.Sejak tahun 1974, teori health belief model telah menjadi perhatian para

peneliti. Model teori ini merupakan formulasi konseptual untuk mengetahui

persepsi individu apakah mereka menerima atau tidak tentang kesehatan mereka.

Variabel yang dinilai meliputi keinginan individu untuk menghindari kesakitan,

kepercayaan mereka bahwa terdapat usaha agar menghindari penyakit tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat

atau health adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan

sosial, dan tidak hanya sekedar terbebas dari suatu penyakit dan ketidakmampuan

Page 24: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

10

atau kecacatan, sedangkan menurut UU No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomi.

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan.Menurut

peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku

tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan

berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa

didukung teori lain yang dapat dijelaskan secara logika.

Menurut Priyoto (2014: 135) teori health belief model merupakan teori

perubahan perilaku kesehatan dan model psikologis yang digunakan untuk

memprediksi perilaku kesehatan dengan berfokus pada persepsi dan kepercayaan

individu terhadap suatu penyakit. Health belief model merupakan suatu konsep

yang mengungkapkan alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan

perilaku sehat (Janzdan Becker, 1984:34). Health belief model juga dapat

diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai kepercayaan individu dalam

berperilaku sehat (Conner dan Norman, 2005:91). Health belief adalah suatu

model yang digunakan untuk menggambarkan kepercayaan individu terhadap

perilaku hidup sehat, sehingga individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku

sehat tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun penggunaan fasilitas

kesehatan.

Health belief model (Rosenstock, 1977:28) merupakan salah satu model

kognitif yang dapat digunakan mengetahui perilaku kesehatan. Health belief

Page 25: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

11

model memberi kerangka kerja dalam memahami langkah-langkah khusus untuk

berhenti merokok sebagai tindakan pencegahan (Sumijatun, 2006:44). Health

belief memiliki 4 komponen yang menggambarkan persepsi terhadap pencegahan

dan manfaatnya, yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived

benefits, perceived barriers. Sedangkan cues to action dipengaruhi faktor

eksternal dalam menentukan perilaku kesehatan. Perceived susceptibility (persepsi

terkena penyakit) dan perceived severity (persepsi keparahan) dapat

mempengaruhi persepsi terhadap ancaman penyakit. Demikian halnya dengan

cues to action dan faktor modifikasi (demografis, struktural, dan sosiopsikologis)

juga dapat berpengaruh pada persepsi terhadap ancaman penyakit yang

berhubungan langsung dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan

perilaku kesehatan. Sedangkan perceived benefit (persepsi terhadap manfaat) dan

perceived barrier (persepsi terhadap penghambat) merupakan prediktor utama

dalam health belief yang memiliki dampak sangat besar pada kecenderungan

perilaku kesehatan seseorang (Pender, dkk., 2002:48).

Konsep utama dari health belief adalah perilaku sehat ditentukan oleh

kepercaaan individu atau persepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk

menghindari terjadinya suatu penyakit. Munculnya health belief model didasarkan

pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-

kegagalan orang atau masyarakat menerima usaha-usaha pencegahan dan

penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Kegagalan ini

akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit

yang oleh Becker (1974) menjadi health belief model, Notoatmodjo (2007: 213)

Page 26: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

12

Teori health belief model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan

mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan berdasarkan persepsi

dan kepercayaannya (Priyoto, 2014: 136).

Health belief model pada awalnya dikembangkan pada tahun 1950an Oleh

sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat,

dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat

dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model diperluas

untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana

perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan

dengan pemenuhan penanganan medis. Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade,

model ini telah menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas

menggunakan pendekatan psikososial untuk menjelaskan hubungan antara

perilaku dengan kesehatan.

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief yang sudah dijelaskan

diatas dapat disimpulkan bahwa health belief adalah teori perubahan perilaku

yang digunakan untuk memprediksi perilaku individu dalam berperilaku sehat.

2.1.1 Komponen Health Belief

Teori health belief (Rosenstock, 1974: 330) didasarkan pada pemahaman

bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan

berdasarkan persepsi dan kepercayaannya. Teori ini dituangkan dalam 5

pemikiran dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu

Page 27: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

13

1. Perceived Suspectibility (Kerentanan yang dirasakan)

Risiko pribadi atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih

kuat dalam mendorong orang untuk mengadopsi perilaku sehat. Semakin

besar resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam

perilaku untuk mengurangi resiko.

2. Perceived Severity (Keseriusan penyakit yang dirasakan)

Perceived Severity berkaitan dengan keyakinan/kepercayaan individu

tentang keseriusan atau keparahan penyakit. Persepsi keseriusan sering

didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan. Juga dapat berasal dari

keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat penyakit dan

akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum.

3. Perceived Benefit (Manfaat yang dirasakan)

Perceived Benefit berkaitan dengan manfaat yang akan dirasakan jika

mengadopsi perilaku yang dianjurkan. Dengan kata lain, perceived benefit

merupakan persepsi seseorang tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku

baru dalam mengurangi resiko terkena penyakit.

4. Perceived Barrier (Hambatan yang dirasakan untuk berubah)

Karena perubahan perilaku adalah bukan sesuatu yang dapat terjadi

dengan mudah bagi kebanyakan orang, unsur lain dari teori health belief

model adalah masalah hambatan yang dirasakan untuk melakukan perubahan.

Hal ini berhubungan dengan proses evaluasi individu sendiri atas hambatan

yang dihadapi untuk mengadopsi perilaku baru. Persepsi tentang hambatan

yang akan dirasakan merupakan unsur yang signifikan dalam menentukan

apakah terjadi perubahan perilaku atau tidak. Berkaitan perilaku baru yang

akan diadopsi, seseorang harus percaya bahwa manfaat dari perilaku baru

Page 28: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

14

lebih besar daripada konsekuensi melanjutkan perilaku lama. Hal ini

memungkinkan hambatan yang harus diatasi dan perilaku baru yang akan

diadopsi.

5. Cues to Action (Isyarat untuk bertindak)

Health belief model menunjukkan perilaku yang juga dipengaruhi oleh

isyarat untuk bertindak. Isyarat untuk bertindak adalah peristiwa-peristiwa,

orang, atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku

mereka. Isyarat untuk bertindak ini dapat berasal dari informasi dari media

masa, nasihat dari orang-orang sekitar, pengalaman pribadi atau keluarga,

artikel, dan lain sebagainya.

Menurut Priyoto (2014: 136) komponen-komponen health belief antara

lain:

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu

penyakit atau memperkecil resiko kesehatan

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah

perilaku

3. Perilaku itu sendiri.

Sedangkan Anderson (1974) menggambarkan model sistem kesehatan

(health system model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model

Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam peranan kesehatan (Notoatmodjo,

2007: 215), yakni :

1. Karakteristik Predisposisi (Prediposing characteristic)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap

individu mempunyai kecenderungan untuk disebabkan karena adanya ciri-ciri

Page 29: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

15

individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok antara lain yaitu ciri-ciri

demografi, seperti jenis kelamin dan umur, yang kedua struktur sosial, seperti

tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras dan sebagainya, yang ketiga

manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan

dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson juga

berpendapat bahwa setiap individu atau orang mempunyai perbedaan

karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan

mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan, setiap individu

mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan pola

penggunaan pelayanan kesehatan, dan individu percaya adanya kemanjuran

dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007: 215 – 216).

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai

predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak

untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya.

Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan

konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik Kebutuhan (Need characteristic)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari

pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai

kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus

langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat

predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi 2

Page 30: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

16

kategori, dirasa atau preceived (subjectassesment) dan evaluated (clinical

diagnosis) (Notoatmodjo, 2007: 216).

Teori health belief model sendiri dalam perkembangannya terdapat enam

konstruk yaitu Perceived susceptibility adalah konstruk tentang resiko atau

kerentanan (susceptibility) personal, dimana pada konstruk ini individu dianggap

mempunyai sebuah persepsi terhadap dirinya sendiri terkait apakah memiliki

resiko yang tinggi atau tidak terhadap sebuah penyakit. Perceived Severity

membicarakan keyakinan individu tentang keseriusan atau keparahan suatu

penyakit, hal ini biasanya terkait dengan informasi yang individu ketahui tentang

penyakit yang dia alami. Selanjutnya konstruk perceived benefits yaitu terkait

dengan pandangan seseorang terhadap nilai atau kegunaan dari perilaku sehat baru

yang akan mereka lakukan, individu akan dihadapkan pada situasi apakah dia

harus mengadopsi perilaku tersebut atau tidak. Yang keempat perceived barriers

atau hambatan yang dirasakan untuk berubah. Sebagai tambahan untuk empat

keyakinan (belief ) atau persepsi, health belief juga mengajukan suatu konstruk

lain yaitu cues to action dimana dalam konstruk tersebut dijelaskan bahwa suatu

perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang menjadi isyarat bagi seseorang untuk

melakukan suatu tindakan atau perilaku. Terakhir adalah motivasi, dimana

konstruk ini terkait dengan motivasi individu untuk selalu hidup sehat. Terdiri atas

kontrol terhadap kondisi kesehatannya serta health value (Conner dan Norman,

2005).

Page 31: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

17

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Health Belief

Health belief dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang

kerentanan penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan

terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa merubah perilaku dapat

memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan,

interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku,

dan pengalaman mencoba perilaku itu sendiri, Priyoto (2014: 136)

Health belief dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner dan Norman, 2005:95), karakteristik

psikologis (Conner dan Norman, 2005:19), dan juga dipengaruhi oleh structural

variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Sarafino, 1994:113). Faktor

demografis yang mempengaruhi health belief individu adalah kelas sosial

ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah kebawah

memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi penyebab suatu

penyakit (Hossack dan Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994:118). Faktor demografis

(Rosenstock, 1974 dalam Conner dan Norman, 2005:51), karakteristik psikologis

(Conner dan Norman, 2005:41), dan structural variable (Sarafino, 1994:86), pada

akhirnya mempengaruhi health belief pada individu yang mengalami fraktur.

Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga mempengaruhi health belief

individu (Bayat dkk, 2013:124). Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan

individu merasa tidak rentan terhadap gangguan, yang dalam suatu penelitian

yang dilakukan oleh Edmonds dan kawan – kawan adalah osteoporosis (Edmonds

dkk, 2012:47). Karakteristik psikololgis merupakan faktor yang mempengaruhi

health belief individu (Conner dan Norman, 2005:11). Dalam penelitian ini,

Page 32: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

18

karakteristik psikologis yang mempengaruhi health belief kedua responden

adalah ketakutan kedua responden menjalani pengobatan secara medis.

Beberapa faktor health belief berbasis kognitif (seperti keyakinan dan

sikap) dan berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan

keputusan individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian

psikologi kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku

sehat dikaji dalam teori health belief model. Health belief model adalah model

kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau tidak

melakukan perilaku kesehatan (Conner dan Norman 2005:29).

Health belief model juga dapat menjelaskan tentang perilaku pencegahan

pada individu. Hal ini menjelaskan mengapa terdapat individu yang mau

mengambil tindakan pencegahan, mengikuti skrining, dan mengontrol penyakit

yang ada. Perilaku responden juga dapat ditinjau dari pendekatan modelling dan

operant conditioning, sehingga perilaku berubah karena konsekuensinya

(Sarafino, 1994:91). Modelling dilakukan dengan cara memperhatikan perilaku

orang lain (Bandura, 1969:38), melakukan observasi dan melakukan modelling

terhadap urutan perilaku dapat merubah perilaku hidup sehat secara efektif

(Sarson dkk, 1991:214).

Rosenstock berpendapat bahwa perilaku kesehatan memiliki aspek-aspek

pokok yaitu yang pertama adalah ancaman, ancaman dijelaskan oleh Rosenstock

meliputi persepsi tentang kerentanan diri terhadap bahaya penyakit (atau kesedian

menerima diagnosa sakit), persepsi tentang keparahan sakit atau kondisi arapan

kesehatan, persepsi tentang keuntungan suatu tindakan, persepsi tentang

hambatan-hambatan untuk melakukan suatu, dan tindakan. Yang kedua pencetus

Page 33: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

19

tindakan: media, pengaruh orang lain dan hal-hal yang mengingatkan (reminder),

ketiga faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin atau

gender, suku bangsa), keempat penilaian diri (persepsi tentang kesanggupan diri

untuk melakukan tindakan itu) (Anonim, 2012:12).

2.2. Perilaku Merokok

2.2.1 Pengertian Perilaku Merokok

Perilaku merupakan sifat-sifat yang terdapat dalam perbuatan. Hal ini tentu

berhubungan langsung dengan akidah yang dimiliki oleh si anak. Poerwadarminta

dalam kamusnya menyebutkan bahwa perilaku adalah perbuatan, tingkah laku,

perangai (Poerwadarminta, 2003: 554). Hurlock (1999: 386), mengemukakan:

“Behavior which may be called “true morality” not only conforms to

social standards but also is carried out voluntarily. It comes with the

transition from external to internal authority and consists of conduct

regulated from within”.“Tingkah laku/yang dikenal dengan moral

yang baik, bukan hanya merupakan aturan kemasyarakatan saja, tetapi

yang lebih penting harus dilaksanakan secara suka rela.Tingkah laku

tersebut dapat dilihat dari luar yang digerakkan oleh sebuah kekuatan

yang diatur dari dalam”.

Menurut Sujanto (1980: 81) perilaku adalah perubahan yang ditunjukkan

melalui perubahan pada dirinya. Maka, perilaku adalah respon seseorang yang

menimbulkan perubahan pada dirinya muncul karena adanya rangsangan yang

berasal dari diri sendiri atau lingkungan sekitar. Berdasarkan penjelasan di atas

dapat penulis menyimpulkan bahwa perilaku merupakan suatu reaksi individu

bertindak, berbuat, berperilaku sesuai dengan lingkungannya.

Poerwadarminta (dalam Putra, 2013: 29) mendefinisikan merokok sebagai

menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang

berbalut daun nipah atau kertas. Subanada, 2004 (dalam Putra, 2013: 29)

Page 34: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

20

menyatakan merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan

kenikmatan bagi perokok sendiri, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak

buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Merokok

adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan

rokok maupun menggunakan pipa (Sittopou, 2000: 76).Sedangkan Istiqomah,

2003 (dalam Ni‟mah, 2011: 7) mengemukakan merokok adalah membakar

tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok secara langsung atau tanpa

alat bantu yang lain maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang

tengah dibakar dapat mencapai ± 9000

Celcius untuk ujung rokok yang dibakar,

dan 300

Celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok.

Sari, dkk (2003: 84) menyatakan perilaku merokok adalah aktifitas

menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.

Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas individu yang

berhubungan dengan perilaku merokok, yang diukur dari intensi merokok, dan

fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari dan Helmi, 2000: 3).

Pendapat lain dari Levy, 1984 (dalam Putra, 2013: 29) bahwa perilaku merokok

adalah sesuatu yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta

dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya.

Sulifan, dkk, (2014: 86-95), Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas

membakar rokok kemudian menghisapnya dan menghembuskanya keluar, asap

yang ditimbulkan dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

Berdasarkan pendapat para tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa

perilaku merokok adalah aktivitas menghisap tembakau dengan cara

membakarnya menggunakan pipa atau membakarnya secara langsung tanpa alat

Page 35: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

21

bantu dengan rokok berbentuk gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau

kertas kemudian menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap yang

dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri ataupun orang-orang

yang ada di sekitarnya.

2.2.2 Dampak Merokok

Bahan utama pembuatan rokok ialah tembakau. Tembakau menimbulkan

sejumlah besar radikal bebas dalam tubuh. Saat radikal bebas meningkat, maka

akan dinetralisasi oleh enzim antioksidan super-oksida dismutase (SOD). Pada

saat melewati usia 40 tahun, jumlah SOD dalam tubuh menurun menyebabkan

radikal bebas meningkat dalam tubuh sehingga pembuluh-pembuluh darah kapiler

menyempit dan mengakibatkan oksigenasi dan nutrisi ke organ hepar terganggu

dan terjadi cidera sel hepar (Shinya,2015: 126).

Menurut Gondodiputro yang dikutip oleh Latumahina dkk, asap rokok

dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi karena

pada saat merokok diperkirakan terdapat 1.014 molekul radikal bebas yang masuk

ke dalam tubuh. Bahan baku rokok seperti tar, nikotin, dan karbon monoksida

merupakan toksik utama yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas

(Latumahina, dkk, 2011: 106). Asap rokok yang mengandung zat kimia akan

dibawa ke paru-paru kemudian aliran darah akan mendistribusikan ke seluruh

tubuh. Salah satu enzim di hati mengikat zat kimia dalam rokok dan bisa

menyebabkan kanker (Sudoyo, dkk, 2009: 88).

Organ hepar memiliki kapasitas tinggi mengikat bahan kimia dan

menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Pemeriksaan fungsi hepar salah

Page 36: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

22

satunya yaitu Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Enzim ini akan

keluar dari sel hepar apabila sel hepar mengalami kerusakan sehingga dengan

sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum darah. SGPT

adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis berbagai fungsi tubuh. SGPT

dianggap lebih spesifik untuk menilai kerusakan hepar dibandingkan SGOT

(Bastiansyah, 2008: 53).

Merokok menyebabkan peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan

membran sel normal dari hepar. Bila terjadi kerusakan sel hepar, akan terjadi

peningkatan SGPT dan SGOT pada perokok dibandingkan bukan perokok

(Alsalhen dan Abdalsalam, 2014: 291-295). Merokok merupakan penyebab utama

apoptosis sel-sel endotel arteri koroner. Berdasarkan data WHO (2009) yang

dikutip oleh Tanuwihardja RK, rokok menyebabkan kematian lebih dari 5 juta

orang setiap tahun diseluruh dunia dan Indonesia menempati peringkat ke-3 dari

10 negara dengan tingkat perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India.

Merokok menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid yang merusak membran

biologis pada hati dan jantung (Saranya dan Ananthi, 2013: 41). Merokok sangat

membahayakan bagi organ tubuh. Paparan asap rokok secara terus menerus bisa

menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung, gangguan pernapasan,

dan kanker. Merokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia (Suiraoka, 2012: 16-19).

Merokok sangat membahayakan bagi organ tubuh. Paparan asap rokok

secara terus menerus bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit

jantung, gangguan pernapasan, dan kanker. Merokok telah menjadi salah satu

Page 37: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

23

penyebab kematian terbesar di dunia (Suiraoka, 2012:19). Merokok sangat

membahayakan bagi organ tubuh. Paparan asap rokok secara terus menerus bisa

menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung, gangguan pernapasan,

dan kanker. Merokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di

dunia. Toksik utama yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas (Atumahina,

dkk., 2011: 106).

Asap rokok yang mengandung zat kimia akan dibawa ke paru-paru

kemudian aliran darah akan mendistribusikan ke seluruh tubuh. Salah satu enzim

di hati mengikat zat kimia dalam rokok dan bisa menyebabkan kanker (Budiman,

2009: 88).

Organ hepar memiliki kapasitas tinggi mengikat bahan kimia dan

menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Pemeriksaan fungsi hepar salah

satunya yaitu Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). Enzim ini akan

keluar dari sel hepar apabila sel hepar mengalami kerusakan sehingga dengan

sendirinya akan menyebabkan peningkatan kadarnya dalam serum darah. SGPT

adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis berbagai fungsi tubuh. SGPT

dianggap lebih spesifik untuk menilai kerusakan hepar dibandingkan SGOT

(Bastiansyah, 2008: 5).

Merokok menyebabkan peroksidasi lipid yang menyebabkan kerusakan

membran sel normal dari hepar. Bila terjadi kerusakan sel hepar, akan terjadi

peningkatan SGPT dan SGOT pada perokok dibandingkan bukan perokok

(Alsalhen dan Abdalsalam, 2014: 291-295). Menurut penelitian yang dilakukan

Page 38: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

24

oleh Alsalhen dan Abdalsalam tahun 2014, aktivitas SGPT dan SGOT sangat

meningkat pada plasma darah dari perokok.

Menurut Kurtul dkk yang dikutip oleh Elameen dan Abdarabo (2013: 39-

41), tidak terdapat perbedaan yang signifikan kadar SGOT antara perokok dan

bukan perokok. Namun, pada kadar SGPT didapatkan lebih tinggi pada perokok

dibandingkan bukan perokok.

Smet (1994: 23) menyatakan bahwa individu pertama kali merokok pada

usia berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya merokok pada usia sebelum

18 tahun. Brigham (Mubarok, 2009: 17) mengatakan pada awalnya saat pertama

kali merokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa

getir, perut terasa mual, dan kepala pusing. Hal ini disebabkan adanya nikotin

yang bersifat adiktif, sehingga jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan

stres. Kandel (Baker, 2004: 35) juga menyatakan bahwa pengaruh nikotin dalam

rokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada

rokok. Ada berbagai alasan yang membuat seseorang merokok. Rosemary (2011:

23) mengatakan bahwa selain faktor adiktif dalam rokok, kebiasaan merokok di

kalangan mahasiswa dipicu oleh kondisi lingkungan yang mayoritas adalah

perokok. Kebiasaan merokok yang turun-menurun ditambah kurangnya

pemahaman akan bahaya rokok bagi kesehatan menjustifikasi perilaku merokok

mahasiswa. Pendapat lain dikemukakan oleh Smet (1994: 37) mengatakan bahwa

seseorang merokok karena faktor-faktor sosio kultural seperti kebiasaan budaya,

kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.

Page 39: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

25

Orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok akan sulit untuk

menghentikannya. Semakin sering frekuensi merokoknya maka semakin tinggi

kandungan nikotin dalam tubuh. Semakin sering orang menghisap rokok secara

berulang-ulang maka nikotin dalam tubuh akan lebih kuat untuk memberikan per-

asaan yang positif. Meskipun ia tidak merokok setiap hari namun bila ia merokok

pada saat kondisi psikis yang mendukung untuk merokok, maka ia akan merokok

berulang-ulang hingga kondisi psikisnya dirasa membaik dan akhirnya menjadi

ketergantungan terhadap rokok. Selain itu, secara psikis perokok yang sudah

terbiasa sering mengambil batang rokok dan korek api dari dalam sakunya, maka

ketika ia meninggalkan kebiasaan itu maka ia akan merasa ada sesuatu yang

hilang dalam hidup-nya. Dengan demikian perokok akan semakin sulit

meninggalkan kebiasaan merokoknya. Oleh karena itu keberhasilan berhenti

merokok dapat diprediksi melalui faktor frekuensi merokok (Rosita, dkk, 2012: 1-

9).

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok

merupakan penyebab utama yang meruntuhkan kesehatan manusia dan

menyebabkan kematian dini. Data statistik menggambarkan bahwa 90% yang

disebabkan karena penyakit jantung koroner dan 75% yang disebabkan karena

penyakit emphysema, semua itu dipacu karena kebiasaan merokok. Selain itu

bahaya bagi ibu hamil yang merokok adalah mampu membuat anak yang

dilahirkannya mengalami BBLR (Berat Badan Lahir Rendah < 2500 gr), kematian

prenatal, dan SIDS (Sudden Infant Death Syndrome), kelahiran prematur, dan juga

rentan terhadap keguguran (Husaini, 2006: 25).

Page 40: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

26

Dampak buruk rokok tidak hanya sebatas pada perokok saja tetapi

juga pada orang di sekitarnya. Perokok pasif dapat meningkatkan resiko kanker,

penyakit jantung, dan paru. Pada anak dapat menimbulkan kematian mendadak.

Di Amerika Serikat sekitar 4000 orang perokok pasif meninggal setiap tahun

karena kanker paru. Amstrong (Susanna dkk., 2003: 47-49) mengatakan bahwa

asap rokok dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran hidung bagi orang

yang berada di sekitarnya. Pengaruh lingkungan asap tembakau dan kebiasaan ibu

hamil merokok dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anaknya bahkan

sebelum anak 80 dilahirkan. Bayi yang lahir dari wanita yang merokok selama

hamil dan bayi yang hidup di lingkungan asap rokok mempunyai resiko kematian

yang sama. Walaupun bahaya rokok sudah banyak diketahui, namun jumlah

para perokok tidak berkurang. Data yang dikeluarkan WHO pada tahun 2008,

Indonesia berada pada urutan ketiga dari 10 negara perokok terbesar di dunia

dengan klasifikasi perokok anak/remaja Indonesia 13,5% dan 34% perokok

dewasa (Nusantaraku, 2009: 1). Merokok juga diprediksi akan menjadi kebiasaan

yang paling berbahaya bagi kesehatan karena akan membunuh lebih dari 6,4 juta

orang setiap tahunnya mulai tahun 2015 dan dapat meningkatkan penyebaran

penyakit seperti kanker dan serangan jantung yang persentasenya 50% lebih tinggi

daripada serangan HIV/AIDS. Laventhal dan Cleary (Mc Gee, 200: 675)

mengatakan bahwa perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan

semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan

meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan

perokok mengalami ketergantungan nikotin.

Page 41: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

27

Hasil studi tentang rokok menyatakan angka kematian akibat dari

mengkonsumsi rokok meningkat pesat. Sekitar 500 ribu orang diperkirakan

meninggal dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak dan remaja Berdasarkan

data dari Dinkes Kota Sidoarjo (2010:6) menunjukkan bahwa pada tahun 2008

sebagian besar perokok di Sidoarjo (63,7%) ternyata berada pada usia remaja dan

anak-anak. Persentase ini meningkat dari tahun 2000 (54,5%) dan 2006 (58,9%).

Merokok di usia muda cenderung akan memiliki penyakit terkait dengan

tembakau dan mengalami resiko kematian lebih besar. Berhenti merokok pada

usia yang lebih muda akan berdampak besar dalam status kesehatan seseorang.

Usia yang lebih muda untuk merokok lebih mungkin untuk memiliki penyakit

yang berhubungan dengan merokok dibandingkan dengan perokok di kelompok

usia lainnya. Tidak perlu diragukan bahwa perilaku merokok mengandung faktor

resiko untuk kesehatan. Merokok dapat menjurus berbagai macam penyakit paru-

paru kronis. Resiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok

dan umur awal merokok yang lebih dini (Suroso dan Muhid, 2014: 86-95).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Apriana AD, lamanya paparan

CO dapat meningkatkan kadar SGPT yang menunjukkan terjadinya kerusakan

fungsi hepar. Toksisitas suatu zat ditentukan oleh besarnya paparan atau jumlah

rokok yang dikonsumsi. Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi maka

semakin tinggi resiko terkena berbagai macam penyakit.

Perokok berat dapat meningkatkan kadar SGPT karena terjadi hipoksia

jaringan yang merangsang pembentukan hormon eritropoietin dan meningkatkan

penyerapan zat besi oleh usus halus sehingga terjadi penumpukan dan endapan zat

Page 42: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

28

besi yang menyebabkan kerusakan hepar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Razaq dan Ahmed tahun 2013 mengenai efek dari merokok terhadap tes fungsi

hepar, disimpulkan bahwa merokok dapat mempengaruhi peningkatan SGPT

karena merokok menginduksi stres oksidatif dan mengurangi kemampuan

antioksidan sehingga menyebabkan kerusakan sel hepar (Razaq dan Ahmed,

2013: 556-561). Asap rokok mengandung radikal bebas yang tidak dapat

dinetralisir, maka terjadilah reaksi stres oksidatif. Akibat stres oksidatif yang

meningkat, maka asam lemak dalam tubuh akan teroksidasi sehingga terbentuk

peroksidasi lipid yang akan menyebabkan kerusakan sel seperti sel hepar (Kumar,

dkk., 2013: 13-16).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maulina N (2013), salah satu

faktor yang dapat menurunkan kadar SGPT yaitu dengan pemberian ekstrak

etanol kulit manggis. Hal ini membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit

manggis dapat meningkatkan fungsi organ hepar, karena di dalam ekstrak kulit

manggis terdapat senyawa antioksidan.

2.2.3 Tahapan dalam Perilaku Merokok

Menurut Laventhal dan Clearly dalam Komalasari dan Helmi (2000:39),

mengungkapkan ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok,

yaitu:

1. Tahap persiapan (preparatory) adalah ketika seseorang mendapatkan

gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,

melihat, atau hasil baca sehingga dapat menimbulkan minat untuk merokok.

Page 43: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

29

2. Tahap permulaan (initiation) merupakan tahap perintisan yaitu tahap apakah

seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokoknya.

3. Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoke) adalah ketika seseorang

telah menghisap rokok sebanyak empat batang perhari.

4. Tahap mempertahankan perilaku merokok (maintenance of smoking)

merupakan tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara

pengaturan diri (self regulation). Ini merupakan tahap ketika merokok

dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok

kemudian menghisapnya dan menghembuskanya keluar, asap yang ditimbulkan

dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut Mu‟tadin (2002:26) faktor

penyebab remaja merokok adalah pengaruh orang tua, salah satu temuan tentang

remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga

yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya

dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok

dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang

bahagia Baer dan Corado (dalam Atkinson, 1999:94). Pengaruh teman sebaya,

berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka

semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian

sebaliknya. Faktor kepribadian, orang mencoba untuk merokok karena alasan

ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan

diri dari kebosanan. Pengaruh iklan, melihat iklan di media massa dan elektronik

Page 44: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

30

yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau

glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti

yang ada dalam iklan tersebut mengklasifikasikan perokok berdasarkan

banyaknya rokok yang dihisap, yaitu: 1). Perokok berat yang menghisap lebih dari

15 batang rokok lebih dalam sehari. 2). Perokok sedang yang menghisap 5-14

batang rokok sehari, 3). Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.

sampai dengan 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 sampai dengan 18 tahun,

dan masa remaja akhir adalah usia 18 sampai dengan 24 tahun.

Ada berbagai alasan yang membuat seseorang merokok. Rosemary

(2011:13) mengatakan bahwa selain faktor adiktif dalam rokok, kebiasaan

merokok di kalangan mahasiswa dipicu oleh kondisi lingkungan yang mayoritas

adalah perokok. Kebiasaan merokok yang turun-menurun ditambah kurangnya

pemahaman akan bahaya rokok bagi kesehatan menjustifikasi perilaku merokok

mahasiswa. Pendapat lain dikemukakan oleh Smet (1994:27) mengatakan bahwa

seseorang merokok karena faktor-faktor sosio kultural seperti kebiasaan budaya,

kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.

Menurut Oskamp dkk (Smet, 1994:74) individu mulai merokok

dikarenakan pengaruh lingkungan sosial seperti teman-teman, orang tua, dan

media. Pendapat tersebut didukung oleh Lewin (Komalasari dan Helmi,

2000:164) yang menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari

lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-

faktor dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Laventhal (Smet, 1994:45)

juga mengungkapkan data bahwa merokok tahap awal dilakukan dengan teman-

Page 45: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

31

teman (46%), seorang anggota keluarga bukan orang tua (23%), dan orang tua

(14%).

Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa anak-anak menuju

masa dewasa, masa remaja mengalami proses tumbuh dan berkembang untuk

mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Sebagai periode

yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakteristik yang khas jika

dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya, yaitu : masa remaja

adalah periode yang penting, masa peralihan, periode perubahan, usia bermasalah,

pencarian identitas diri, usia yang ditakutkan, tidak realistis, ambang dari masa

dewasa (Suroso dan Muhid, 2014: 86-95).

Page 46: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

75

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan di bab sebelumnya maka dapat

diambil kesimpulan bahwa:

1. Health Belief pada mahasiswa perokok aktif Universitas Negeri Semarang

berada pada kategori sedang, sebesar 60,6 %. Sementara itu mean empiris

sebesar 75.22 yang ditempatkan pada kategorisasi secara teoritik berada pada

kategori sedang.

2. Responden rata-rata berumur diantara 20-25 tahun, dari 160 responden

mahasiswa yang merokok, jumlah terbanyak terdapat pada usia 21 tahun

yakni 31,9% dan paling sedikit terdapat pada usia 25 tahun yakni 3,8%.

3. Tingkat merokok dari 160 responden mahasiswa yang berada pada kategori

rendah (1-4 batang per hari) yaitu sebanyak 29,4% yang berada pada kategori

sedang (5-14 batang per hari) yaitu sebanyak 43,1%, dan mahasiswa yang

berada pada kategori berat (>15 batang per hari) yaitu sebanyak 27,5%.

Tingkat merokok yang tertinggi pada kategori sedang yaitu 69 mahasiswa

yang menghabiskan rokok 5-14 batang rokok per hari.

4. Health belief di lihat dari komponen health belief pada mahasiswa perokok

aktif seluruhnya pada kategori sedang yaitu perceived suspecbility secara

umum berada pada kategori sedang sebesar 66%, perceived severity secara

Page 47: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

76

umum berada pada kategori sedang sebesar 93%, perceived benefit secara

umum berada pada kategori sedang sebesar 71%. perceived barrier secara

umum berada pada kategori sedang sebesar 92%. cues to action secara umum

berada pada kategori sedang sebesar 77%

5. Health belief di seluruh fakultas Universitas Negeri Semarang berada pada

kategori sedang yakni FE sebesar 12,50%, FIK sebesar 9,40%, FIS sebesar

8,80%, FT sebesar 8,10%, FIP sebesar 7,50%, FBS sebesar 7,50%, FT

sebesar 6,90%, FH sebesar 6,30%.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Subyek Penelitian

Peneliti memberikan saran kepada subyek penelitian agar lebih memahami

bahaya merokok secara komprehensif, sehingga meningkatkan kepercayaan dalam

dirinya yang akan mengarahkan untuk berperilaku sehat, dalam hal ini subyek

berhenti merokok.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya mempertimbangkan variabel lain untuk diteliti bersama

dengan health belief dengan menggunakan jenis penelitian lain dan teknik-teknik

penelitian yang lain agar dapat memperkaya data-data yang didapat. Selain itu,

hendaknya mempertimbangkan porsi jenis kelamin dan lamanya subyek merokok.

Kekurangan penelitian ini memberikan peluang bagi peneliti selanjutnya yang

berniat mengembangkan penelitian serupa mampu mencapai hasil yang lebih

sempurna.

Page 48: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

77

DAFTAR PUSTAKA

Alsalhen KS, dan Abdalsalam RD. 2014, Effect of cigarette smoking on liver

functions. International current pharmaceutical; 3 (7)

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi

Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Atumahina GJ, dkk., 2011, Peran madu sebagai antioksidan dalam mencegah

kerusakan pankreas mencit (Mus Musculus) terpapar asap rokok kretek.

Jurnal kedokteran dan kesehatan program studi pendidikan dokter

universitas Pattimura.

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

________. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

________. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Bastiansyah E., 2008, Pemeriksaan Darah. Paduan Lengkap Membaca Hasil Tes

kesehatan. Edisi ke-1. Jakarta: Penebar plus

Conner, M., dan Norman, P., 2005, Predicting Health Behavior (2nd ed). London:

Open University Press.

Elameen M, dan Abdrabo AA. 2013, Comparative study of liver enzymes

activities in smokers and diabetic sudanese patients. Asian journal of

biomedical and pharmaceutical sciences; 3(27)

Hadi, S. 1991. Analisa Butir untuk Instrumen, Angket, Tes dan Skala Rating.

Jogjakarta: Andi Offset

Hurlock, Elizabeth B., t.th, Child Development, Sixty Edition Internasional

Students, Edition 146, Graw – Hill, Kogakusa, LTD

Husaini, A., 2006, Tobat Merokok Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok,

Depok: Pustaka Iiman.

Komalasari, D. dan Helmi, A.F., 2000, Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok

Pada Remaja, Jurnal Psikologi, 28

Kumar V, dkk., 2013, Cell Injury, Cell Death, and Adaptations, In: Kumar V,

Abbas A, Aster J. Robbins basic pathology. 9th ed. Canada: Elsevier

Page 49: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

78

Kumboyono, Analisis Faktor Penghambat Motivasi Berhenti Merokok

Berdasarkan Health Belief Model Pada Mahasiswa Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya Malang, Jurnal Keperawatan Soedirman (The

Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

Latumahina GJ, dkk., 2011, Peran madu sebagai antioksidan dalam mencegah

kerusakan pankreas mencit (Mus Musculus) terpapar asap rokok kretek.

Jurnal kedokteran dan kesehatan program studi pendidikan dokter

universitas Pattimura.

Maulina N., 2013, Pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia

mangostana L) terhadap perubahan kadar enzim ALT, AST hati mencit

jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium

Glutamate (MSG) dibandingkan dengan vitamin E [thesis]. Medan(SU):

Universitas Sumatera Utara.

Mc Gee, dkk., 2005, Is Cigarette Smoking Associated with Suicidal Ideation

Among Young People. The American Journal of Psychology.

http://www.proquest.com.

Miris, Indonesia Peringkat Satu Dunia untuk Jumlah Pria Perokok

http://lifestyle.kompas.com/read/2016/05/25/15500323/miris.Indonesia.per

ingkat.satu.dunia.untuk.jumlah.pria.perokok

Mubarok, 2009, Remaja dan Perilaku Merokok. http://id.shvoong.com/medicine-

and-health/1928293-remaja-dan-perilaku-merokok

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta:

Rineka cipta

Pender, Nola J., dkk., 2002, Health Promotion in Nursing Practice, New Jersey:

Pearson education, Inc

Priyoto, 2014, Teori sikap dan Perilaku dalam kesehatan; dilengkapi dengan

contoh kuesioner, Yogyakarta: Nuha Medika

Razaq SN, dan Ahmed BM., 2013, Effect of cigarette smoking on liver function

test and some other related parameters. Zanco J Med Sci ;17(3)

Rosemary, R., 2011, Antara Motivasi dan Tantangan Berhenti Merokok (Studi

Kasus Mahasiswa di Banda aceh). Aceh Development International

Conference. Malaysia. Maret.

Rosenstock, Irwin M., 1974, Health Education Monographs VOL. 2, NO. 4,

Michigan: University of Michigan

Rosita, Riska, dkk, 2012, Penentu Keberhasilan Berhenti Merokok Pada

Mahasiswa, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8 (1)

Page 50: SKRIPSI - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/30184/1/1511410051.pdf · sampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

79

Salawati, Trixie, dan Rizki Amalia, 2010, Perilaku Merokok Di Kalangan

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang (Smoking behaviour

among students in UNIMUS), Jurnal Unimus

Saranya B, dan Ananthi T., 2013, Biochemical Investigation of bidi smokers in

rural areas of Thanjavur district of Tamil Nadu, India. Scholars journal of

applied medical sciences.

Sari, Dwi Prawesti Suryaning, 2011, Aplikasi Teori Health Belief Model (HBM)

Pada Perokok Aktif Di Kalangan Mahasiswa Kampus B Universitas

Airllannga, ADLN Universitas Airlangga

Shinya H., 2015, The Miracle of Enzyme. Edisi ke-17. Bandung: Qanita

Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan, Jakarta: PT Grasindo

Sudoyo AW, dkk, editor. 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5.

Jakarta: Interna publishing;

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suiraoka, I. 2012, Penyakit Degeneratif. Mengenal Mencegah dan Mengurangi

Faktor Resiko Penyakit Degeneratif. Edisi ke-1. Yogyakarta: Nuha

Medika

Sujanto, Agus, dkk, 1980, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara

Sulifan, Suroso, dan Muhid, 2014, Efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) untuk Mengurangi Perilaku Merokok Remaja

Madya, Jurnal Psikologi Tabularasa, Volume 9, No.1, April

Sumijatun, 2006, Konsep Dasar Keperawatan Komunitas, Jakarta: EGC

Suroso dan Abdul Muhid, 2014, Efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) untuk Mengurangi Perilaku Merokok Remaja

Madya, Jurnal Psikologi Tabularasa, Volume 9, No.1, April

Susanna, D., Budi H. & Hendra F., 2003, Penentuan Kadar Nikotin dalam Asap

Rokok. Jurnal Kesehatan. 7

Winurini, Sulis, 2012, Penyebab Relapse (Kembali Merokok) Pada Perokok Berat

Ditinjau Dari Health Belief Model, Aspirasi Vol. 2 No. 1, Juni