skripsi kelompok masyarakat pengelola sampah di …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAANKELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH
DI KOTA MAKASSAR
Disusun oleh dan diusulkan oleh:
ZulfahmiNomor Stambuk : 105640156011
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR
2018
i
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAANKELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH
DI KOTA MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
ZulfahmiNomor Stambuk : 105640156011
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Zulfahmi
Nomor Stambuk : 105640156011
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain
atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan
gelar akademik.
Makassar, 09 Oktober 2018Yang Menyatakan
Zulfahmi
v
ABSTRAK
Zulfahmi. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan KelompokMasyarakat Pengelola Sampah di Kota Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalampemberdayaan kelompok masyarakat pengelola sampah di kota makassar. Jenispenelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasilwawancara 6 orang dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggap informan tentangperan pemerintah dalam pemberdayaan kelompok masyarakat pengelolaansampah..
Peran pemerintah dalam pengelolaan sampah tentang peran pemerintahdaerah dalam mengelola sampah sudah cukup baik tinggal ditingkatkan lagi caramengelolanya. Peran pemerintah sebagai fasilitator dalam pemilahan,pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah tentangperan pemerintah dalam mengelola sampah pada intinya sudah baik, terkadangmasih ada program yang belum berjalan dengan baik. Peran pemerintah sebagaidinamisator dalam pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan danpemrosesan akhir sampah tentang kelompok masyarakat pengelola sampah sudahberjalan dengan baik. Peran pemerintah sebagai regulator dalam pemilahan,pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah tentangfaktor pendukung yaitu pemerintah dalam hal ini masih belum efektif dalamprogram yang dilakukan namun pada umumnya sudah berjalan dengan baik
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggapinforman tentang peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok masyarakatpengelolaan sampah. Hal ini sama dengan teori dimana salah satu masyarakatyang harus diberdayakan adalah masyarakat pemulung, karena sumber dayamanusia pemulung dalam upaya peningkatan kualitas baik manusia sebagai insanmaupun sebagai sumber daya pembangunan terasa semakin penting
Kata Kunci : Peran Pemerintah, Pengelolaan Sampah di Kota Makassar.
vi
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang terindah dan teragung selain mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga skripsi
ini yang berjudul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Kelompok
Masyarakat Pengelolaan Sampah di Kota Makassar” dapat di selesaikan oleh
penulis walaupaun jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kepada pembaca yang budiman, agar dapat memberikan masukan
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak DR. H. Lukman Hakim, M.Si sebagai pembimbing I dan bapak Handam,
S.IP.,M.Si sebagai pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing
penulis sejak pengusulan judul sampai kepada penyelesaian skripsi ini. Tak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Si
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
3. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Dr. Nuryanti Mustari, S.Ip., M.Si yang telah
membina Jurusan Ilmu Pemerintahan
vii
4. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis
selama menempuh pendidikan di kampus ini.
5. Terkhusus kepada kedua orang tua dan keluarga penulis yang membantu
penulis berupa materi maupun non materi.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi saran, dukungan, dan
motivasi kepada penulis.
7. Teman-teman kelas ilmu yang banyak memberi ide atau pikiran kritikan yang
bersipat membangun.
Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat
ganda di sisi Allah SWT, Amin.
Makassar, 09 Oktober 2018
Zulfahmi
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ............................................................................... i
Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii
Penerimaan TIM ................................................................................................. iii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................ iv
Abstrak ............................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah Daerah..................................................... 14
1. Kelompok Sosial ........................................................................ 15
2. Pengelolaan Sampah .................................................................. 16
3. Pengertian Pemerintah Daerah .................................................... 17
B. Konsep Tentang Pemberdayaan Masyarakat ................................... 20
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ....................................... 20
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ............................................ 23
3. Peran Pemberdayaan Masyarakat .............................................. 25
ix
C. Konsep Pengelolaan Sampah ........................................................... 26
1. Pengertian ................................................................................... 26
2. Jenis dan Sumber ....................................................................... 28
3. Sistem Pengelolaan Sampah ...................................................... 30
4. Aspek Pengelolaan Sampah ....................................................... 32
5. Kota Berwawasan Lingkungan ................................................... 37
6. Pemberdayaan Kelompok Pengelola Sampah ............................ 38
D. Kerangka Pikir ................................................................................. 39
E. Fokus Penelitian ................................................................................ 40
F. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 42
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 42
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 43
E. Informan ............................................................................................ 44
F. Teknik Analisa Data .......................................................................... 45
G. Keabsahan Data ................................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 47
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 57
C. Pembahasan ...................................................................................... 65
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
LAMPIRAN ....................................................................................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara mendasar salah satu tugas dan kewajiban pemerintah adalah
untuk mensejahterakan rakyat sesuai dengan Undang–Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945, dalam mensejahterakan rakyat pemerintah harus
menjalankan perannya baik sebagai fasilitator, dinamisator, regulator,
motivator, dan kasalitator.
Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta
masyarakat secara terarah diperlukan program yang dilaksanakan secara
intensif dan berorientasi kepada penyebar luasan pengetahuan, penanaman
kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan perilaku serta Pengembangan
peran serta masyarakat dibidang kebersihan diterapkan dengan pendekatan
secara edukatif dengan strategi 2 tahap, yaitu pengembangan petugas dan
pengambangan masyarakat. Kunci pengembangan petugas ialah keterbukaan,
dan pengembangan komunikasi timbal balik (unsur petugas sendiri, antara
petugas dan atau masyarakat dan atau anggota masyarakat), horizontal maupun
vertikal. Kunci pengembangan masyarakat ialah pengembangan kesamaan
persepsi, antara masyarakat dan petugas. Suatu komunikasi dikatakan berhasil,
bila menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan
Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan
melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas
2
kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan. Perubahan
bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud perlu ada usaha membangkitkan
masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadap
kebersihan/sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya,
tetapi Iebih didasarkan kepada nilai kebutuhan. Untuk mengubah kebiasaan
tersebut, maka diperlukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat yang
dilakukan secara menyeluruh (kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
dan masyarakat biasa) dan terpadu (pengelola dan seluruh masyarakat).
Pembinaan terhadap peran serta masyarakat harus dilakukan secara terus
menerus, terarah, terencana dan berkesinambungan, serta dengan melibatkan
berbagai unsur terkait
Kegagalan dan keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat ditentukan oleh kemampuan semua pihak yang terlibat dalam
proses pengembangan masyarakat untuk memahami realitas masyarakat.
Pentingnya pembangunan dan pemberdayaan ini merupakan mekanisme
pembangunan nasional yang menjadikan masyarakat pada akhirnya berperan
sebagai pelaku utama kegiatan pembangunan, mulai dari perancanaan,
pelaksanaan, sampai evaluasi dan tindak lanjut.
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu program yang
berkesinambungan. Pemberdayaan masyarakat mengandung arti
mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat
memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.
3
Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua kelompok yang saling terkait yaitu
masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan,
dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Sejalan dengan reformasi maka perhatian pemerintah pada masyarakat
miskin khususnya pada pemulung, mendapat prioritas utama. Di samping itu,
mahalnya biaya hidup tersebut di pasaran diyakini akibat lemahnya
perlindungan pemerintah terhadap masyarakat pemulung. Untuk itu diharapkan
peranan dari pemerintah daerah baik pemerintah Provinsi maupun pemerintah
Kabupaten. Harapan tersebut terutama dalam memberdayakan kelompok
masyarakat pengelolaan sampah di kota Makassar. Pentingnya pemberdayaan
ini tidak lepas pula dari kondisi kehidupan masyarakat yang mendambakan
hidup sejahtera yakni kehidupan yang akan datang lebih baik dari kehidupan
sekarang.
Menyimak uraian tersebut di atas, maka perlu penelitian tentang
bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memberdayakan kelompok
masyarakat pengelolaan sampah di kota Makassar. Partisipasi, sebagai suatu
konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan secara umum dan luas.
Partisipasi adalah konsep sentral dan prinsip dasar dari pengembangan
masyarakat karena di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan
HAM.
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di
buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam
yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi
4
yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Dalam Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
dari proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan Sampah adalah kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang
dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki
nilai ekonomis. Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula.
Regulai dalam pengelolaan sampah kota yaitu menetapkan kebijakan
dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi,
menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah,
melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain, menetapkan lokasi tempat penampungan
sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan
akhir sampah melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir
sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan menyusun
dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai
dengan kewenangannya. Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu
dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
5
huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai
pedoman penyusunan system tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.
Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012
tentang pengelolaan sampah bahwa pengelolaan sampah selama ini belum
menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, bahwa pengelolaan
sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir
agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman
bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat, bahwa
berdasarkan ketentuan Pasal 6 huruf a Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, Pemerintah bertugas menumbuhkembangkan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah, bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank
Sampah.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola
secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas air
dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya konflik
6
sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan,
sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis
sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses pengelolaan sampah.
Sampah merupakan barang sisa atau buangan yang memang sudah tak
bisa dipakai lagi. Tentunya, sampah sangat merugikan apabila tidak dikelola
secara saniter (baik dan sehat) karena akan mengakibatkan pengotoran
lingkungan, pencemaran terhadap sumber air, tanah, tempat
berkembangbiaknya bibit penyakit, dan bisa sebagai penyumbat air yang bisa
menimbulkan banjir. Tak hanya itu, sampah pun bisa merusak keindahan kota
dan dapat menimbukan bau yang tidak sedap. (polusi sampah). Manusia bisa
menghasilkan sampah antara 2,5 hingga 3 kubik/ rumah tangga/hari sehingga
dapat dibayangkan berapa kubik sampah yang dihasilkan per harinya.
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat
maupun lingkungan di daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang
positif dan ada juga yang negatif.
Pengaruh positif disini, artinya sampah dengan sistem pengelolaan
sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
masyarakat maupun lingkungannya, diantaranya; Sampah dapat dimanfaatkan
untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah, sampah dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk, dapat diberikan untuk makanan ternak setelah
menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk
mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak. Pengelolaan
sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif yaitu Pertama,
7
pengaruh terhadap kesehatan, diantaranya pengelolaan sampah yang kurang
baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor
penyakit (seperti lalat, tikus. serangga, jamur); penyakit saluran pencernaan
(diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang
biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah, insidensi penyakit
kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di
tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik, penyakit
sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang
mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan dan lain
sebagainya.
Kedua, pengaruh terhadap lingkungan, diantaranya pengelolaan sampah
yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap
dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga
mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat, pembuangan sampah ke
dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu
dan saluran air akan menjadi dangkal, dan proses pembusukan sampah oleh
mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk, adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir
maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat.
Kemudian, pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran lebih luas; jika musim hujan datang, sampah yang
menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada
sumber air permukaan atau sumur dangkal.
8
Ketiga, pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya
masyarakat setempat., keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan
menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke
daerah tersebut, dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk
setempat dan pihak pengelola, angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari
kerja sehingga produktifitas masyarakat menurun.
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah
sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu
dan dapat dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber
daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk
energi, kompos ataupun untuk pupuk.
Dalam konteks ini, memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan
sampah rumah tangga cukup penting. Sebab, hakikatnya sampah dihasilkan
oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu yang dapat dilakukan masyarakat untuk
berperan serta mengelola sampah dan melestarikan lingkungan adalah
meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah domestik (rumah tangga)
seperti membuang sampah di sungai dan pembakaran sampah, dengan
menerapkan prinsip 4R yakni, reduce (mengurangi), reuse (menggunakan
kembali), recycle (daur ulang) dan replace (mengganti) serta melakukan
pemisahan sampah organik dan sampah an-organik.
Prinsip reduce mempunyai arti bahwa masyarakat bisa berusaha lebih
sedikit dalam memproduksi sampah, setiap berbelanja membawa plastik
9
sendiri dari rumah, sehingga mengurangi penggunaan plastik. Sedangkan reuse
(menggunakan kembali suatu produk untuk tujuan yang sama), yaitu
memanfaatkan wadah-wadah bekas yang dapat dipakai seperti gallon, botol-
botol bekas atau kaleng-kaleng bekas, dan recycle untuk menerapkan prinsip
mendaur ulang, diantaranya bisa dengan membuat kompos dari sampah
organik, pot-pot dari barang bekas plastik-plastik, ataupun kreatifitas yang lain
sehingga sampah-sampah bisa didaur ulang dan bisa dimanfaatkan kembali.
Sementara mempunyai arti mengganti bahan-bahan yang tidak ramah
lingkungan dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 menyatakan bahwa pengelolaan
sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya, disamping itu
untuk terciptanya kondisi lingkungan yang bersih maka pemerintah maupun
masyarakat agar senantiasa menjaga kondisi lingkungan sekitar sehingga tata
kelola masyarakat akan baik dan bisa menjadi acuan kepada daerah lain
sebagai daerah percontohan dalam tata kelola persampahan khususnya di kota
Makassar.
Umumnya kesadaran masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan
sampah organik maupun non-organik masih kurang. Terbukti dengan
banyaknya sampah yang dibuang sembarangan atau dibakar yang cukup
beresiko terhadap kesehatan dan lingkungan sekitar. Disamping itu program
pemerintah Makassar tidak rantasa’ yang mempunyai dua permasalahan yang
tidak efektif diantaranya : gendang dua dan pengangkutan sampah di
10
masyarakat. Program gendang dua yang dilaksanakan pemerintah dinilai gagal
karena hampir sebagian tempat sampah gendang dua yang disebar diwilayah
kota Makassar sudah rusak dan kebanyakan masyarakat setempat lebih
memilih mengangkut sampahnya ke tempat penampungan sampah dan
mengenai pengangkutan sampah, mobil angkutan dinilai masih kurang karena
tidak dapat mengangkut sampah sehingga banyak sampah yang masih
berserakan disekitar lingkungan masyarakat itu sendiri. Kebijakan Makassar
Tidak Rantasa merupakan kebijakan yang mengatur tentang tata kebersihan
Kota dimulai dari kesadaran semua warga Kota Makassar untuk
mengedepankan aspek kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.
Menindaklanjuti kebijakan tersebut, walikota Makassar mengingatkan kepada
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) nya agar tidak saling mengharap
dalam program ini. SKPD hingga camat dan lurah se-Kota Makassar wajib
membersihkan ketika mendapati sampah.“ Ditekankan pula kepada Dinas
Kebersihan, untuk lebih memaksimalkan fungsi truk angkutan yang dimiliki,
dan juga kesejahteraan para pelaku persampahan.
Kebijakan penanggulangan kebersihan yang dilaksanakan selama ini
seperti melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan dan
manfaatnya terhadap kesehatan sebagai langkah antisipatif agar timbulnya
penyakit dapat dihindari serta dapat memberikan manfaat terhadap keindahan
Kota. Namun hal tersebut sepertinya belum maksimal dikarenakan masih
banyaknya sampah yang sering dijumpai disekitar kita. Hal tersebut terjadi
disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk
11
meningkatkan pola hidup sehat Salah satu upaya dalam pengelolaan sampah
dengan konsep pemberdayaan masyarakat yaitu dengan membentuk “Bank
Sampah” di lingkungan masyarakat.
Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung
bukan uang melainkan sampah. Masyarakat yang menabung yang juga disebut
nasabah memiliki buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya
dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang
ditabung ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang nantinya akan dijual di
pabrik yang sudah bekerja sama. Sedangkan plastik kemasan dibeli ibu-ibu
PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.
Pengelolaan sampah dengan konsep “Bank Sampah” merupakan strategi
dalam membangun kepedulian masyarakat agar dapat berteman dengan
sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank
sampah juga dapat dijadikan solusi untuk mencapai pemukiman yang bersih
dan nyaman bagi warganya. Salah satu bank sampah unit yang akan kami teliti
adalah bank sampah unit dahlia II dan pelita bangsa. Dengan pola ini maka
masyarakat selain menjadi disiplin dalam mengelola sampah juga mendapatkan
tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang mereka kumpulkan.
Masalah dalam pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut
dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan
sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendaur
ulangan, sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan,
12
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. Pada dasarnya masalah
sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh Pemerintah saja. Sudah saatnya
sebagai penghasil sampah ikut membantu, bahkan ikut bertanggung jawab
dengan mengurus sampahnya sendiri
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan diperoleh bahwa sampah
yang ada di Kota Makassar sudah dikelompokkan masing-masing kecamatan
yang dikelola oleh bank sampah masing – masing kelurahan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Kelompok
Masyarakat Pengelolaan Sampah di Kota Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang terdapat pada latar belakang maka
berikut dirumuskan tentang permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu
“Bagaimana peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok masyarakat
pengelola sampah di Kota Makassar”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan. Adapun
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran pemerintah dalam
pemberdayaan kelompok masyarakat pengelola sampah di Kota Makassar.
13
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Kegunaan dari segi keilmuan/akademis:
a. Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuan tentang
pemberdayaan masyarakat pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah khususnya yang dapat dijadikan acuan dalam
pengembangan sumber daya manusia.
b. Menjadikan pendorong bagi studi lebih lanjut untuk mengembangkan
model pemberdayaan masyarakat dalam cakupan yang lebih luas.
2. Kegunaan dari segi praktis:
a. Untuk mengetahui apa sebenarnya faktor penghambat dan pendukung
dalam pemberdayaan kelompok masyarakat pengelolaan sampah di kota
Makassar.
b. Menuangkan minat penulis yang ingin mengungkap mengenai peran
pemerintah daerah mengenai pengelolaan sampah di Kota Makassar
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Peran Pemerintah Daerah
Dalam melakukan peranan, masyarakat biasanya memberi fasilitas-
fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan peranan.lembaga-lemabga
kemasyarakatan merupakan bagian masyarakat yang banyak manyediakan
peluang-peluang untuk melaksanakan peranan. Selanjutnya dikatakan bahwa
didalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan
dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajiabannya.
Peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehinga
struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling
berhubungan (Soekanto, 2013:213).
Menurut After dalam Inu Kencana (2015:23) pemerintah itu merupakan
satuan anggota yang paling umum yaitu memiliki tanggung jawab tertentu
untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya, dan monopoli praktis
mengenai kekuasaan paksaan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam
studi ilmu politik gejalah pemerintahan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari usaran kekuasaan.Bahkan menurut Kuper dalam Muhadam (2013:31)
15
istilah government (pemerintah) dan segala bentuk merupakan jantung dari
ilmu studi politik.
Sedangkan pemerintah menurut Finer dalam Muhadam (2013:14)
setidaknya menunjukkan empat pengertian pokok yaitu pertama pemerintah
merujuk suatu proses pemerintahan dimana kekuasaan dioperasionalisasikan
oleh mereka yang memegan kekuasaan secara sah. Semua proses yang
berlangsung dalam bingkai pengelolaan kekuasaan dipandang merupakan
aktivitas yang menunjukkan pada performa pemerintah. Realitas ini dapat
dilihat ketika seseorang menyadari bahwa semua aktivitas keteraturan dan
ketertiban hingga urusan yang berbelit-belit dalam birokrasi merupakan
mekanisme yang didesain secara sengaja oleh pemerintah. Kedua istilah
pemerintah menunjuk pada keberadaan dimana proses pemerintahan tersebut
berlangsung. Ketiga pemerintah menunjuk secara langsung person Keempat
pemerintah juga dapat mengacu pada aspek bentuk, metode atau sistem
pemerintah dalam suatu masyarakat, yakni strukturdan pengelolaan badan
pemerintah serta hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah
1. Kelompok Sosial
Kelompok social adalah kumpulan manusia yang memiliki
kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.Kelompok
diciptakan anggota masyarakat Kelompok juga dapat memengaruhi
perilaku para anggotanya.
Menurut Robert Bierstedt kelompok memiliki banyak jenis dan
dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara
16
kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok
menjadi empat macam:
a. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi tidak
memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh:
Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan .
b. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan
tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara
anggotanya.
c. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran
jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat
dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
d. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan
hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan
organisasi formal.
2. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan
daur ulang atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam (resources recovery). Pengelolaan sampah
17
bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan
keterampilan khusus untuk masing-masing jenis zat. Praktik pengelolaan
sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda
juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari
area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal,
di antaranya tipe zat sampah, lahan yang digunakan untuk mengolah, dan
ketersediaan lahan.dan adapun Tujuan Pengelolaan sampah merupakan
proses yang diperlukan. Proses pemilahan sampah yang masih memiliki
nilai secara materiil untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang
(reuse). Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan
sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil energi dari bahan yang bisa
dibakar.
3. Pengertian Pemerintah Daerah
Untuk menjalankan tugas negara sehari-hari, maka dibentuklah
pemerintah.Pemerintah sebagai personafikasi negara berupaya sedapat
mungkin untuk mewujudkan tugas dan tujuan negara menjadi kenyataan dan
sebagai personafikasi atau alat pemerintah adalah birokrasi pemerintah
sebgai pelaksana jabatan karier.
18
Birokrasi pemerintah ditingkat pusat disebut kementrian negara
beserta jajarannya yang membantu fungsi kekuasaan eksekutif yaitu
presiden sebagai kepala negara dan kepalah pemerintahan.Yang
mewujudkan fungsi eksekutif sehari-hari adalah birokrasi pemerintah,
sehingga peranan birokrasi menjadi penting. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Thoha dalam sembiring (2012:1), bahwa: peran
birokrasi menjadi mengemuka karena didalam masyarakat sudah
berkembang penguasa-penguasa politik yang telah mendelegasikan urusan-
urusan perencanaan dan pelaksananan kebijakan pada birokrasi dan bahkan
mengantunkannya pada infrastruktur birokrasi. Oleh karena posisisnya yang
strategis dan mempunyai keahlian profesonal dalam fungsinya, serta
mekanisme perencanaan dan pelaksanaan kebijakan erat sekali, maka
peranan birokrasi dalam “public policy” sangat penting.
Sedangkan menurut W.S. Sayre dalam Inu Kencana (2014:6),
mengatakan bahwa: Goverment is best as the organized agency of the state,
expressing and exercing its authority.
Maksudnya pemerintah dalam defenisi terbaiknya adalah sebagai
organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan
kekuasaanya.Dalam hal ini terhadap rakyatnya secara keseluruhan.
Menurut Wilson dalam Inu Kencana (2012:12) pemerintahan pada
akhir uraiannya, adalah suatu pengorganisasian kekuatan, tidak selalu
berhubungan dengn organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua atau
sekelompok orang dari sekian banyak kelompok. Orang yang dipersiapkan
19
oleh suatu organisasi untuk mewujudkan maksud-maksud bersama mereka,
dengan hal-hal yang memberikan keterangan bagi urusan-urusan umum
kemasyarakatan.
Pemerintah daerah merupakan suatu bagian, suatu wilayah hukum
dari pada negara yang tidak mempunyai kekuasaan power/authority yang
lain dari pada yang sudah diberikan oleh pemerintah pusat (negara), dan
apabila daerah otonom itu keluar dari batas kewenangan yang telah
diberikan melalui peraturan perundang-undangan maka daerah otonom itu
dapat dikejar terus oleh pemeritah pusat (negara) sebagai kekuasaan lebih
tinggi.
Pemerintah daerah adalah kepala daerah yang selanjutnya disebut
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Bachtiar (2012) adalah merupakan aspek dinamis kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya maka ia dikatakan menjalankan suatu peranan. Sedangkan,
menurut Undang-Undang No. 32/2004 pasal 217, dalam menjalankan peran
dari pemerintah maka pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah
dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi :
a. Koordinasi pemerintah antar susunan pemerintahan.
b. Pemberian pedoman dan standar pelaksaan urusan pemerintahan.
20
c. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan
pemerintahan.
d. Pendidikan dan pelatihan.
e. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan urusan pemerintahan.
B. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat yang di maksud adalah sebagai suatu
proses kapasitas atau pengembangan kapasitas sumberdaya manusia. dengan
kapasitasi seseorang akan memiliki kekuatan (daya) atau kelebihan (skill)
dalam menjalani kehidupan.
Menurut Sulistiyani dalam (2014:77) secara etimologis
pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan dan
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat
dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses pembwrian daya
(kekuatan/kemampuan) kepada pihak yang belum berdaya.
Sedangkan menurut Soetomo (2013: 25) masyarakat adalah
sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara kontinyu, sehingga
terdapat relasi sosial yang terpola dan terorganisasi.
Dari kedua defenisi diatas bila digabungkan dapat dipahami makna
pemberdayaan masyarakat.Makna pemberdayaan masyarakat menurut
Moh. Ali Aziz (2015 :136 ) Pemberdayaan masyarakat merupkan suaatu
proses dimana masyaralat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses
21
kesumber daya,didorong untuk meningkatkan kemandiriannya didalam
pengembangan peri kehidupan mereka.
Mengacu pada pengertian dan teori para ahli diatas, ddalam
penelitian ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya membangkitkan
kesadaran akan potensi yaang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkan sehingga masyarakat dapat mencapai kemandirian.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
upaya untuk menigkatkan daya atau kekuatan pada masyarakat dengan cara
menberi dorongan, peluang, kesempatan, dan perlindungan dengan tidak
mengatur dan mengendalikan kegiatan masyarakat yang diberdayakan untuk
mengembangkan potensinya sehingga masyarakat tesebut dapat
meningkatkan kemampuan dan mengaktualisasikan diri atau berpartisipasi
melalui berbagai aktivitas.
Menurut rumusan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang merupakan usaha
masyarakat sendiri yang diintegrasi dengan otoritas pemerintah guna
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas,
mengitegrasikan komunitas kedalam kehidupan nasional dan mendorong
konstribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.
Rumusan tersebut berbeda dengan defenisi yang dirumuskan
Christenson dan Robinson dalam Hakim yang menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat (community development) sebagai suatu proses
dimana masyarakat yang tinggal disuatu lokasi tertentu mengembangkan
22
prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa
intervensi) untuk merubah situasi ekonomi, sosial, kultural, dan atau
lingkungan mereka. Defenisi tersebut diartikan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses yang menggambarkan tindakan bersama
warga komunitas atas prakarsa dan partisipasi mereka mengembangkan
potensi dan sumberdaya yang dimiliki dalam rangka meningkatkan
kehidupannya.
Perbedaan rumusan atau defenisi tersebut mencerminkan
penanganan dalam pembangunan masyarakat yang tidak terlepas dari dua
strategi pembangunan yakni strategi pembangunan dari atas kebawah (top
down) dan strategi pembangunan dari bawah keatas (bottom up).
Pada pendekatan pertama, model strategi pembangunan yang
didominasi oleh intervensi dari atas kebawah muncul dari dominasi peranan
pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kegiatan
pembangunan terkait program program pembangunan kemasyarakatan. Hal
dini didasari oleh suatu asumsi bahwa dengan melakukan strategi dari atas
kebawah dapat dilakukan control yang tetap. Seperti dinyatakan oleh Bryant
dan White dalam Hakim (1982) kelihatan efisien baik dilihat dari energy
yang dikeluarkan, dan dalam sejarah pembangunan desa di Indonesia
pemerintah juga memegang peranan terpenting dan menggunankan strategi
dari atas kebawah.
Pada pendekatan kedua, model strategi pembangunan dari bawah
keatas adalah proses perluasan kesempatan bagi individu, kelompok
23
kelompok sosial dan masyarakat masyarakat yang terorganisasi pada ukuran
kecil dan menengah. Pembangunan dari bawah berdasarkan input dan
pernyataan kebutuhan lokal dan regional yang ditentukan secara territorial.
Strategi pembangunan ini berguna untuk pengembangan masyarakat daerah
daerah pinggiran sub nasional terutama sekali daerah pedesaan. Tujuan
utamanya adalah pengembangan sepenuhnya sumberdaya alam suatu daerah
dan keterampilan sumberdaya manusianya.
Berdasarkan rumusan tersebut nampaknya strategi pembangunan
dari bawah keatas (bottom up) lebih mencerminkan kaum miskin
memperjuangkan nasibnya. Tanpa pemberian kekuasaan kepada masyarakat
untuk mengontrol masa depannya, pembangunan dan pengembangan
masyrakat tidak akan berhasil.
Sejalan dengan rumusan itu pula, Shardlow melihat bahwa
pemberdayaan pada intinya membahas individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan individu,
keluarga, kelompok masyarakat ataupun komunitas dari keadaan atau tidak
kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang
lebih baik.Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan
kodisi atau taraf hidup masyarakat terutama pada lingkungan komunitas
24
yang bersangkutan. Oleh sebab itu pemberdayaan individu maupun
kelompok masyarakat merupakan hal yang harus dilakukan yang bertujuan :
a. Untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan
b. Untuk meningkatkan kemampuan berprakarsa secara mandiri agar
kehidupan seseorang atau kelompok dimasa datang lebih baik dan lebih
sejahtera dari pada kehidupan sekarang
c. Mengembangkan usaha dan kemampuan dalam pengambilan keputusan
Menurut Sulistiyani (2014:80) tujuan dari pemberdayaan masyarakat
adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai
kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar
maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau
dayadari waktu ke waktu.
Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang memiliki kekuasaan
atau kemampuan kognisi, psikomotorik, dan efektif terhadap urusan sosial
(akses terhadap dasar dasar produksi tertentu), politik (kemandirian dalam
pengambilan keputusan) dan psikologis untuk membangun kepercayaan
diri. Pemberdayaan menenkankan bahwa orang seharusnya memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya
(Parsons dalam Hakim, 2013).
25
Tujuan lainnya dari suatu proses pemberdayaan adalah memperkuat
kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidak
berdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri),
maupun karena kondisi eksternal (misalnya karena ditindas oleh struktur
sosial yang tidak adil)
3. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan
Peran pemerintah dalam pemberdayaan Rasyid dalam Muhadam
Labolo (2013:32,36) adalah mengarahkan masyarakat kemandirian dan
pembangunan demi terciptanya kemakmuran, tidak serta merta dibebankan
oleh masyarakat. Peran pemerintah yang secara optimal dan mendalam
untuk membangun masyarakat, maka peran pemerintah yang dimaksud
antara lain :
a. Pemerintah sebagai regulator
Peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan
peraturan – peraturan. Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan
dasar kepada masyarakat sebagai instrument untuk mengatur segala
kegiatan pelaksanaan pemberdayaan
b. Pemerintah sebagai dinamisator
Pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakkan partisipasi
masyarakat jika terjadi kendala – kendala dalam proses pembangunan
untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah.
Pemerintah berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan
26
secara intensif dan efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian
bimbingan diwujudkan melalui tim penyuluh maupun badan tertentu
untuk memberikan pelatihan. Pembinaan pemulung di tengah masyarakat
disamping memberikan dampak positif juga membawa dampak negatif
yang perlu pembinaan secara dini. Kehadiran pemulung di tengah –
tengah masyarakat kota Makassar memang boleh dikatakan tidak
mengganggu ketertiban dan ketentraman umum.
c. Pemerintah sebagai fasilitator
Pemerintah sebagai fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif
bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai
kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah.
Sebagai fasilitator pemerintah bergerak di bidang pendampingan melalui
pelatihan, pendidikan, dan peningkatan keterampilan serta dibidang
pendanaan atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada
masyarakat yang diberdayakan.
C. Konsep Pengelolaan Sampah
1. Pengertian
a. Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di
buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses
alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai
nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk
membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
27
b. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi
berkelebihan atau ditolak atau buangan. Dalam Undang-Undang No.18
tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk
padat.
c. Pengelolaan Sampah adalah kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Sementara itu Radyastuti menyatakan bahwa Sampah adalah
sumberdaya yang tidak siap pakai
d. Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya
atau pemakai semula. Pemerintah bertanggung jawab dalam
pengumpulan ulang dan penbuangan sampah dari pemukiman secara
memadai. Namun karena terdapat hal lain yang harus diprioritaskan
dalam pembangunan di daerah serta kurangnya dana penunjang untuk
operasionalisasi pengelolaan persampahan, menjadikan pada beberapa
daerah kegiatan pengelolaan sampah ini tidak seperti yang diharapkan.
Hal ini makin diperkuat dengan belum diterapkannya prinsip bahwa
yang memproduksi barang harus mengelola sampah dari barang tesebut.
Beberapa kondisi umum yang terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan
28
sampah perkotaan selama ini, di mana sampah rumah tangga oleh
masyarakat dikumpulkan dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan atau
kontainer yang disediakan oleh pemerintah. Dari sini sampah diangkut oleh
truk ke landfill yang umumnya kurang terkontrol, dimana para pemulung
mencari barang-barang yang dapat didaur ulang.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola
secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas
air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya
konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap pembuangan
akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik,
kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh
proses
2. Jenis dan Sumber Pengelolaan Sampah
Dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, jenis sampah yang diatur adalah:
a. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
29
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,
hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
c. Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing
bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah
yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti)
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah meliputi, Pengurangan sampah, yaitu kegiatan
untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah
tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya
dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di sumbernya dan
atau di tempat pengolahan. Pengurangan sampah akan diatur dalam
Peraturan Menteri tersendiri, kegiatan yang termasuk dalam pengurangan
sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
30
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna
ulang
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah
yang mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah
menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari
sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu),
pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atua
tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah
bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih
lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif
kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar
dapat dikembalikan ke media lingkungan.
3. Sistem Pengelolaan Sampah
Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kebijakan politik
khususnya mengenai pengelolaan sampah dan hendaknya didukung penuh
oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam teknis
perencanaan, penyelenggaraan dan pengembangannya. Dalam Pengelolaan
Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan Sampah Perkotaan
adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat dengan tujuan
mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang modern, dapat
diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah lingkungan. Dalam
31
sistem tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk, meningkatkan
standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi masyarakat dan
pihak swasta untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan yang digunakan dalam
konsep rencana pengelolaan sampah ini adalah meningkatkan sistem
pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan dalam pengelolaan
sampah yang berbasis peran serta masyarakat.
Dalam pengelolaan sampah perkotaan yang ideal, sistem manajemen
persampahan yang dikembangkan harus merupakan sistem manajemen yang
berbasis pada masyarakat yang di mulai dari pengelolaan sampah di tingkat
rumah tangga. Dalam rencana pengelolaan sampah perlu adanya metode
pengolahan sampah yang lebih baik, peningkatan peran serta dari lembaga-
lembaga yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sampah, meningkatkan pemberdayaan masyarakat, peningkaan
aspek ekonomi yang mencakup upaya meningkatkan retribusi sampah dan
mengurangi beban pendanaan serta peningkatan aspek legal dalam
pengelolaan sampah
a. Pemilahan
b. pengumpulan
c. pengangkutan
d. pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah
32
4. Aspek Kelompok Pengelolaan Sampah
Menurut Terry (2013) manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”,
sedangkan pelaksananya disebut dengan ”manager” atau pengelola.
Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah
suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam
kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman,
pengamatan, dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Menurut Terry (2013), dalam melakukan pekerjaannya, manajer
harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan fungsi-
fungsi manajemen. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang
akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan. Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari:
a. Planning
Planning merupakan proses untuk menentukan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai sselama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus
diperbuat agar dapaat mencapai tujuan-tujuan tersebut.
33
b. Organinzing
Organizing merupakan kegiatan mengelompokkan dan menentukan
berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
c. Staffing
Staffing merupakan kegiatan untuk menentukan keperluan-keperluan
sumberdaya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan
pengembangan tenaga kerja.
d. Motivating
Motivating merupakan kegiatan mengerahkan atau menyalurkan perilaku
manusia kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
e. Controlling
Controlling merupakan kegiatan mengukur pelaksanaan dengan tujuan-
tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan
mengambil tindakan-tindakan korektif apabila perlu.
Di dalam pelaksanaannya, fungsi manajemen dibedakan menjadi:
a. Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana
sampai dengan yang sangat rumit. Contoh proses perencanaan yang
sederhana adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu
hasil yang diinginkan. Menurut Stoner, Planning adalah proses
menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu mencapai sasaran tadi.
34
b. Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama
dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau
sejumlah sasaran.
c. Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu:
1) Mengambil keputusan
2) Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer
dan bawahan
3) Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya
mereka bertindak
4) Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta
memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka
terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan
d. Directing/Commanding
Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi
kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas
dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang
telah ditetapkan semula.
e. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi
manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada
35
bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa
yang diinginkan oleh atasan.
f. Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
g. Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah
salah satu fungsi manajemen berupa penilaian, bila perlu mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan
yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
h. Reporting
Reporting adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai
segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat
yang lebih tinggi.
i. Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
36
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi
daya guna maksimal kepada organisasi.
j. Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyeksikan, atau mengadakan
taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu
rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
Perencanaan yang berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-
kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya
didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas
dasar dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti bahwa para manajer
mengkoordinasikan sumber-sumber daya manusia dan material organisasi.
Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun
berbagai sumberdayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan
semakin terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif pencapaian tujuan-
tujuan organisasi.
Pengkordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer.
Selanjutnya, pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan,
memimpin dan mempengaruhi para bawahan. Manajer tidak melakukan
pekerjaan tersebut dengan sendiri tetapimelakukan menyelesaikan pekerjaan
dengan melalui orang lain. Mereka tidak hanya memberi perintah tetapi juga
menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan
pekerjaan dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk
menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya.
37
Bila ada beberapa bagian organisasi pada jalur yang salah, maka
manajer harus membetulkannya. Menurut Handoko, sebagai pekerja pada
orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi: perencanaan,
keorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan
kepemimpinan dan pengawasan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah selain pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan, termasuk didalamnya adalah penyediaan peralatan yang
digunakan, tehnik pelaksanaan pengelolaan dan administarasi. Hal ini
bertujuan untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah (Raharja,
2013).
5. Kota Berwawasan Lingkungan
Kota berwawasan lingkungan adalah satu pendekatan pembangunan
kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip berwawasan lingkungan/ekologis
yang akan menghasilkan satu kota yang mempunyai kualitas lingkungan dan
kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Kota berwawasan
lingkungan/ekologis berarti juga kota yang berkelanjutan, dalam pengertian
bahwa masa depan kota diharapkan akan menjadi lebih baik dan lestari.
Kota ekologis dengan sendirinya juga merupakan kota yang ramah
lingkungan, karena prinsip-prinsip kota ekologis sejalan dengan prinsip
konservasi lingkungan. Kota Ekologis diperlukan untuk menjawab
tantangan persoalan lingkungan kota yang semakin memburuk dan hal ini
disebabkan karena pendekatan pembangunan kota yang berlaku berorientasi
38
pada aspek ekonomi jangka pendek semata. Kota ekologis sangat krusial
bagi Indonesia, karena tingkat urbanisasi dan perkembangan kota yang
sangat pesat di Indonesia. Kota berwawasan lingkungan merupakan salah
satu jawaban membangun kota yang lebih baik karena secara efisien
menggunakan sumber daya kota. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan
penggunaan sumberdaya, meminimalkan jumlah limbah, mengurangi
panggunaan air, udara, tumbuhan, fauna, pantai ataupun danau dengan
bangunan, jembatan, dan jaringan sarana prasarana kota.
6. Pembedayaan Kelompok Pengelola Sampah
a. Pemberdayaan personal, bahwa dalam proses pengelolaan sampah di
Kota Makassar ini yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada
setiap personal anggota masyarakat dengan tujuan memberikan
pemahaman dan pengetahuan baru.
b. Pemberdayaan kelompok kecil, bahwa pemberdayaan ditujukan kepada
ibu-ibu PKK serta Karang Taruna oleh komunitas ataupun juga dari
pemerintah setempat.
c. Pengorganisasian masyarakat, bahwa masyarakat berperan utama dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah ini. Hal ini pula terkait dengan program
pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah setempat.
d. Kemitraan, bahwa kemitraan ini dilakukan dengan mencari jaringan
seperti CSR perusahaan-perusahaan juga dengan kementrian yang terkait
dengan bidang pengelolaan sampah.
39
e. Aksi sosial dan politik, bahwa dengan menjalankan proses pengelolaan
sampah dimulai dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi secara
bersama dengan mengandalkan sumber daya manusiasetempat
D. Kerangka Pikir
Pada bagian kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai pemerintah Kota
Makassar dalam mengelola sampah harus dilandasi tiga aspek yaitu : 1) Peran
pemerintah sebagai fasilitator yaitu menciptakan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai kepentingan
masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah. Sebagai fasilitator
pemerintah bergerak di bidang pendampingan melalui pelatihan, pendidikan,
dan peningkatan keterampilan serta dibidang pendanaan atau permodalan
melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat yang diberdayakan. 2)
Peran pemerintah sebagai dinamisator yaitu menggerakkan partisipasi
masyarakat jika terjadi kendala – kendala dalam proses pembangunan untuk
mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah. Pemerintah
berperan melalui pemberian bimbingan dan pengarahan secara intensif dan
efektif kepada masyarakat. Biasanya pemberian bimbingan diwujudkan melalui
tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan. 3) Peran
pemerintah sebagai regulator yaitu menyiapkan arah untuk menyeimbangkan
penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan peraturan. Sebagai
regulator, pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai
instrument untuk mengatur segala kegiatan pelaksanaan pemberdayaan. dan
sejalan dengan hal itu, dibutuhkan kelompok masyarakat pengelola sampah
40
dengan cara melakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan
dan pemrosesan akhir sampah. Hal tersebut yang akan menjadi kajian utama
ketiga hal dalam penelitian ini agar masyarakat dapat membantu mengelola
sampah mulai dari pemilihan sampai ke pemrosesan akhir. Skema kerangka
pikir dapat terlihat dalam kerangka pikir berikut :
Bagan Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam proposal ini adalah
peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok masyarakat pengelolaan
sampah di kota makassar.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan skema kerangka pikir diatas maka dapat kita kemukakan
defenisi fokus sebagai berikut:
1. Peran pemerintah yaitu perilaku yang diharapkan dari pemerintah dalam
suatu kegiatan guna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Kelompok MasyarakatPengelolaan Sampah di Kota Makassar
Peran Pemerintah DalamMengelola Sampah
1. Fasilitator2. Dinamisator3. Regulator
Kesejahteraanmasyarakat pemulung
Kesejahteraanmasyarakat pemulung
Factor pendukungFaktorpenghambat
Faktor-faktor yangmendorong masyarakat jadi
pemulung
Kemandirian MasyarakatDalam Mengelola Sampah
41
2. Peran pemerintah sebagai fasilitator yaitu menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan pembangunan untuk menjembatani berbagai
kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan pembangunan daerah
3. Peran pemerintah sebagai dinamisator yaitu menggerakkan partisipasi
masyarakat jika terjadi kendala – kendala dalam proses pembangunan
untuk mendorong dan memelihara dinamika pembangunan daerah
4. Peran pemerintah sebagai regulator yaitu menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan melalui penerbitan
peraturan
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Kebersihan, Bank Sampah Pusat,
Bank Sampah Unit (Tempat Pengelolaan Sampah). Waktu penelitian ini
dilakukan selama dua bulan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis peneilitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Metode kualitatif memiliki beberapa perspektif teori yang
didukung penganalisaan yang lebih mendalam terhadap gejala yang terjadi,
dikarenakan kajiannya adalah fenomena masyarakatyang selalu mengalami
perubahan (dinamis), yang sulit diukur dengan menggunakan angka angka
maka penelitian ini membutuhkan anaalisi yang lebih mendalam dari sekedar
penelitian kuantitaf yang sangat bergantungan pada kuantifikasi data.
Penelitian ini mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh masyarakat
terhadap suatu fenomena.
C. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data primer, diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung
daripihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah yang akan diteliti dalam
hal ini adalah staf bidang kebersihan. Untuk memperoleh sumber data
primer digunakan observasi, dan wawancara.
43
2. Data sekunder, adalah data yang dikumpulkan peneliti yang sumbernya dari
data-data yang sudah diolah sebelumnya menjadi seperangkat informasi
dalam bentuk dokumen, laporan-laporan, dan informasi tertulis lainnya yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan
fokus dan tujuan penelitian. Sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah maka
teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara yaitu pengambilan data dengan cara menayatakan
sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-
cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada penelitian ini, penulis
akan melakukan wawancara kepada masyarakat pemulung yang secara
langsung akan merasakan bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat yang
di programkan oleh pemerintah serta beberapa pejabat/staf petugas
kebersihan kota Makassar.
2. Observasi
Di samping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk
dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat
44
dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah
observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi
subjek dengan penelitian dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara, dalam melakukan
observasi, penulis menggunakan pedoman observasi sebagai instrument
pengamata. Jenis field research yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi dimana penulis terjun langsung mendatangi informan.
3. Dokumentasi
Dokementasi adalah pengambilan data yang diproleh melalui
dokumen-dokumen. Data yang dikumpulkan menggunakan pengumpulan
data dokumentasi cenderung bersifat data sekunder. Misalnya, foto, video
dan arsip. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dengan cara meneliti
dokumen yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti.
E. Informan
Mengetahui penelitian bersifat kualitatif maka yang menjadi informan
penulis adalah 6 orang masyarakat yang mengelola sampah khususnya yang
berada di kota Makassar.
NO NAMA JUMLAH1. Kepala UPTD Pengelola Sampah 1 Orang2. Direktur Bank Sampah Toddopuli 1 Orang3. Pengangkut Sampah 2 Orang3. Masyarakat 2 Orang
Jumlah 6 Orang
45
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan makin lama
peneliti dilapangan, maka jumlah data akan makin banyak dan kompleks.
Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal –
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
data kesimpulan data yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
46
G. Keabsahan Data
Triangulasi bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran
data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang
berbeda.
1. Triangulasi Sumber
Trigulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain
keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan
menggunakan metode atau teknik tertentu diuji kekuatan atau ketidak
akuratannya
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengumpulan data.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Profil UPTD Bank Sampah Toddopuli Makassar merupakan salah satu
Unit Pelayanan Bank Sampah yang ada di Wilayah Kota Makassar.
1. Standar Pelayanan
Standar pelayanan UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah sebagai
berikut :
a. Tahap persiapan pengurus Bank Sampah Unit
1) Mempersiapkan produk yang sudah dikepak dan dipilah sesuai
dengan jenisnya.
2) Memberi tanda/kode pada karung pilah masing-masing BSU
3) Memastikan setiap produk sudah dalam keadaan siap ditimbang oleh
petugas UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah dengan terlebih
dahulu telah melakukan penimbangan awal oleh BSU dan
mengkalkulasi jumlah transaksinya.
4) Bersama-sama dengan Petugas dari UPTD. Pengelolaan Daur Ulang
Sampah melakukan penimbangan dan pencatatan bersama.
5) Mendokumentasikan proses penimbangan dan transaksi sebagai
bahan laporan
6) Pengurus BSU wajib menyimpan bukti transaksi penimbangan
sebagai bukti klaim pada UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah.
48
7) Pengurus BSU wajib mencatat dan membukukan semua bukti
transaski dan penimbangan dengan baik.
b. Tahap pemberian pelayanan oleh petugas UPTD. Pengelolaan Daur
Ulang Sampah
1) Menyiapkan timbangan dan pencatatan transaksi dan penimbangan
2) Memanfaatkan ruang seefisien mungkin dalam menyusun dan
mengangkut produk.
3) Memastikan semua produk yang diangkut telah terpilah dengan rapid
an telah ditimbang dengan benar.
4) Bersama-sama dengan petugas dari BSU menyaksikan proses
penimbangan, penghitungan dan pencatatan pada slip transaksi.
5) Memastikan barang/produk sudah tersusun rapi dan kuat diatas alat
angkut dan memastikan tidak ada potensi yang dapat mengganggu
kelancaran pengangkutan dalam perjalanan Sebelum meninggalkan
lokasi penimbangan.
6) Setibanya di UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah, selanjutnya
produk diletakkan dalam keranjang pengamatan untuk selanjutnya
ditimbang ulang oleh petugas Penimbangan dan Pencatatan dari
UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah.
2. Teknis Transaksi
a. Penjemputan produk dari BSU mengikuti jadwal yang telah disusun oleh
UPTD. Pengelolaan Daur Ulang Sampah.
49
b. Untuk memperoleh konfirmasi kepastian penjemputan, maka 1 sampai 2
jam sebelumnya menghubungi Petugas UPTD. Pengelolaan Daur Ulang
Sampah dalam bentuk SMS/CALL untuk kepastian penjemputan.
c. Setiap transaksi wajib menggunakan
Tabel 4.1Kelompok Pengelola Sampah Kelurahan dan Kecamatan
NO Kecamatan Nama Bank Sampah Unit
Nama Kelurahan1 RAPPOCINI PELITA HARAPAN BALLAPARANG2 RAPPOCINI DURIAN KASSI-KASSI3 RAPPOCINI PELITA BANGSA BALLAPARANG4 RAPPOCINI BERSATU MAPPALA5 RAPPOCINI DAHLIA 2 BALLAPARANG6 RAPPOCINI BERSATU BONTOMAKKIO7 RAPPOCINI MAPPALA 1 MAPPALA8 RAPPOCINI MINASA UPA GUNUNG SARI9 RAPPOCINI JIPANG 04 KARUNGRUNG10 RAPPOCINI GOTONG ROYONG BALLAPARANG11 RAPPOCINI KANAL MANDIRI RAPPOCINI12 RAPPOCINI BIMLI BUAKANA13 RAPPOCINI BUNGA TONJONG MAPPALA14 RAPPOCINI GLATIK BALLAPARANG15 RAPPOCINI AGANG TA' RAPPOCINI16 RAPPOCINI KARYA 2 KARUNRUNG17 RAPPOCINI SEJAHTERA BALLAPARANG18 RAPPOCINI SAPPO'E RAPPOCCINI19 RAPPOCINI SOMBERE BANTA BANTAENG20 RAPPOCINI GOTONG JAYA BUAKANA21 RAPPOCINI REZKY BERSATU MAPPALA22 RAPPOCINI SALEMBA GUNUNG SARI23 RAPPOCINI KATANGKA GUNUNG SARI24 RAPPOCINI TALASALAPANG GUNUNG SARI25 RAPPOCINI LONGGAR KASSI-KASSI26 RAPPOCINI RESKI BERSATU MAPPALA27 RAPPOCINI RAPPUNG RONG BANTA-BANTAENG28 RAPPOCINI BONTO DG. NGIRATE BONTO MAKKIO
50
29 RAPPOCINI BERKAH BONTO MAKKIO30 RAPPOCINI KARYA KARANG TARUNA BONTO MAKKIO31 RAPPOCINI SIPAKAINGA KASSI-KASSI32 RAPPOCINI GOTONG JAYA BUAKANA33 RAPPOCINI TANGKASA RAPPOCINI34 RAPPOCINI YAYASAN AISYIYAH RAPPOCINI35 RAPPOCINI KENCANA MAPPALA36 RAPPOCINI PASSAMATURUKANG BANTA-BANTAENG37 TALLO RESTU BUMI KALUKUANG38 TALLO SEHATI UJUNG PANDANG39 TALLO LALATANG LALATANG40 TALLO TUNAS HARAPAN PANNAMPU41 TALLO CAHAYA SUWANGGA SUWANGGA42 TALLO MUTIARA RAPPOKALLING43 TALLO STAR LALATANG44 TALLO SUWANGGA 4 SUWANGGA45 TALLO RAKYAT TALLO TALLO46 TALLO BERLIAN RAPPOKALLING47 TALLO PERMATA BUNDA RAPPOKALLING48 TALLO PERMATA KALUKU BODOA49 TALLO MARBO BAHARI TALLO50 TALLO LESTARI TALLO51 TALLO SIPURENNU LEMBO52 TALLO BERSINAR RAPPOKALLING53 TALLO RAJATA TALLO54 TALLO REMPONG TALLO55 TALLO SIPAKAINGA RAPPOJAWA56 TALLO ASRI RAPPOJAWA57 TALLO SIPAKALEBBIRI LEMBO58 TALLO SIKATUTUI LEMBO59 TALLO KEBUN RAYA PANNAMPU60 TALLO MATANGKASA LAKKANG61 TALLO BEROANGING PANNAMPU62 TALLO GAMBUS KALUKU BODOA63 TALLO HARAPAN RAPPOJAWA64 TALLO AR DG. NGUNJUNG RAPPOKALLING65 TALLO SIPAKATAU TAMMUA66 TALLO SIPAKALEBBI TAMMUA67 TALLO ASRI RAPPOJAWA68 TALLO GAMBUS KALUKU BODOA69 TALLO HARAPAN RAPPOJAWA
51
70 TALLO BS. SEKTORAL71 TALLO ARIF ILHAM TAMMUA72 TALLO MAWAR BULOA73 TALLO JULUATIA BULOA74 PANAKUKANG MANDIRI TAMAMAUNG75 PANAKUKANG TERATAI PANAIKANG76 PANAKUKANG ADIPURA KARUWISI UTARA77 PANAKUKANG TELLO CERIA TELLO BARU78 PANAKUKANG CITRA ABADI KARUWISI79 PANAKUKANG BAMPASKER BATUA80 PANAKUKANG MATAHARI TAMAMAUNG81 PANAKUKANG BORONG RAYA BARU BATUA82 PANAKUKANG MATAHARI TAMAMAUNG83 PANAKUKANG BONTO LABUA KARUWISI UTARA84 PANAKUKANG BATUA RAYA 7 BATUA85 PANAKUKANG SWADAYA BUNDA MASALE86 PANAKUKANG TERATAI KARUWISI UTARA87 PANAKUKANG SINRIJALA KARAMPUANG88 PANAKUKANG BERKAH KARAMPUANG89 PANAKUKANG SEJAHTERA KARAMPUANG90 PANAKUKANG RACING SINRIJALA KARAMPUANG91 PANAKUKANG BERKAH KARAMPUANG92 PANAKUKANG SEJAHTERA KARAMPUANG93 PANAKUKANG SIPAKATALLASA KARUWISI94 PANAKUKANG BATARA BATUA95 PANAKUKANG SEJAHTERA ABADI BATUA96 PANAKUKANG SINDIR TAMAMAUNG97 PANAKUKANG CV. DEWI 2 PANDANG98 PANAKUKANG JINGGA TAMAMAUNG99 PANAKUKANG BLOK M PAMPANG100 PANAKUKANG TERATAI PAMPANG101 PANAKUKANG PAMPANG 3 PAMPANG102 PANAKUKANG RW. 4 PAMPANG103 PANAKUKANG ASWIP 2 PAMPANG104 TAMALATE PABAENG-BAENG 5 PABAENGBAENG105 TAMALATE ASOKA 6 BONGAYA106 TAMALATE ASOKA 4 BONGAYA107 TAMALATE KUMALA JONGAYA108 TAMALATE TANJUNG BAYANG TANJUNG109 TAMALATE TITIAN SEJAHTERA BONGAYA110 TAMALATE BERSATU PABAENGBAENG
52
111 TAMALATE BERDIKARI BAROMBONG112 TAMALATE PEDULI NEGERI MANGASA113 TAMALATE DANAU BIRU BAROMBONG114 TAMALATE JE’NEBERANG MACCINI S0MBALA115 TAMALATE PEDULI LINGKUNGAN PARANG TAMBUNG116 TAMALATE SURYA ABADI BONGAYA117 TAMALATE BALANG BARU BALANG BARU118 TAMALATE RAVISKA AR-RAHMAN MANGASA119 TAMALATE MANURUKKI MANGASA120 TAMALATE MALENGKERI MANGASA121 TAMALATE MAMOA MANGASA122 TAMALATE ASOKA II JONGAYA123 TAMALATE MAKMUR MACCINI SOMBALA124 TAMALATE KAMPIS MACCINI SOMBALA125 TAMALATE MABESSA MANGASA126 TAMALATE MACCINNONG PARANG TAMBUNG127 TAMALATE MACCIS MACCINI SOMBALA128 TAMALATE GOTONG PABAENGBAENG129 TAMALATE ASOKA MANGASA130 TAMALATE PARAKATTE RONG MACCINI SOMBALA131 TAMALATE KPRM BONTODURI PARANG TAMBUNG132 MANGGALA MEKAR SWADAYA BANGKALA133 MANGGALA LISANA MANGGALA134 MANGGALA LORSA ANTANG135 MANGGALA PEDULI LINGKUNGAN BANGKALA136 MANGGALA BINA KASIH MANGGALA137 MANGGALA SIKAMASEANG BANGKALA138 MANGGALA BIRO DALAM 10 MANGGALA139 MANGGALA ASINDO ANTANG140 MANGGALA PUTRA KEMBAR MANGGALA141 MANGGALA BATU KEBO MANGGALA142 MANGGALA SEJATI MANGGALA143 MANGGALA SEJAHTERA ABADI BATUA144 MANGGALA BORONG RAYA MANDIRI BATUA145 UJUNG TANAH SEJAHTERA TABARINGAN146 UJUNG TANAH SAMATURU BARRANG LOMPO147 UJUNG TANAH HOKI 1 TAMALABBA148 UJUNG TANAH TAWAKKAL CAMBA BERUA149 UJUNG TANAH PATTINGALLOANG 4 PATTINGALLOANG150 UJUNG TANAH BERSINAR TAMALABBA151 UJUNG TANAH PASANG SURUT CAMBAYA
53
152 UJUNG TANAH MAWAR CAMBA BERUA153 UJUNG TANAH MATA ALLO TOTAKA154 UJUNG TANAH PESISIR CAMBAYYA155 UJUNG TANAH KPRM LORONG TA CAMBAYYA156 MAMAJANG BAJI PAMAI TAMPARANG KEKE157 MAMAJANG SEMANGAT I MAMAJANG158 MAMAJANG SEMANGAT 3 MAMAJANG LUAR159 MAMAJANG SIPAKATAU KARANGANYAR160 MAMAJANG MARIBAR 03 MARICAYA BARU161 MAMAJANG SEMANGAT 2 BONTO LEBANG162 MAMAJANG KENANGA MARICAYA163 MAMAJANG BADAK BONTO BIRAENG164 MAMAJANG MASAGENA MARICAYA165 MAMAJANG SIPAKAINGA MANDALA166 MAMAJANG BAJI PAMAI TAMPARANG KEKE167 MAMAJANG BAJI PANGASSENG TAMPARANG KEKE168 MAMAJANG SAMBUNG JAWA BERSERI SAMBUNG JAWA169 MAMAJANG SAWALA MAPPAKASUNGGU170 MAMAJANG SIRANNUANG MAPPAKASUNGGU171 MAMAJANG SIPAKABAJI LABUANG BAJI172 MAMAJANG KANCIL BONTO BIRAENG173 BIRINGKANAYA PERTAMINA SUDIANG174 BIRINGKANAYA CAHAYA BAHARI UNTIA175 BIRINGKANAYA CUMULLUS SUDIANG176 BIRINGKANAYA SUDIRA SUDIANG RAYA177 BIRINGKANAYA MUTIARA ASRI BULUROKENG178 BIRINGKANAYA RAHMAT SUDIANG RAYA179 BIRINGKANAYA INDAH BERSERI BULUROKENG180 BIRINGKANAYA MUTIARA JELITA BULUROKENG181 BIRINGKANAYA GELORA SUDIANG RAYA182 BIRINGKANAYA CITRA DAYA SUDIANG RAYA183 BIRINGKANAYA BERKAH SUDIANG RAYA184 BIRINGKANAYA INDAH PACCERAKKANG185 BIRINGKANAYA SAKINAH PACCERAKKANG186 BIRINGKANAYA MITRA BERSAMA PACCERAKKANG187 BIRINGKANAYA SIPAKATAU KAPASA188 BIRINGKANAYA TURUNGANG SEKO TAMALANREA189 BIRINGKANAYA MATAHARI TAMALANREA190 BIRINGKANAYA ANAK LORONG TAMALANREA191 BIRINGKANAYA AL-FITRAH PACCERAKKANG192 BIRINGKANAYA SIKAMASEANG PACCERAKKANG
54
193 BIRINGKANAYA P3 E SUMA SUDIANG194 BIRINGKANAYA PERMATA SUDIANG195 BIRINGKANAYA SEKTORAL SUDIANG196 BIRINGKANAYA MUTIARA BERSINAR BULUROKENG197 MAKASSAR MELATI BARANA198 MAKASSAR SUKSES MULIA BARA-BARAYA199 MAKASSAR MARADEKAYA MARADEKAYA200 MAKASSAR ASBAR CERIA BARA-BARAYA201 MAKASSAR BARTIM BARA-BARAYA202 MAKASSAR BERKAH MARADEKAYA203 MAKASSAR SOMBERE MARICAYA204 MAKASSAR MARADEKAYA MARADEKAYA205 MAKASSAR SIPAKATAU MACCINI GUSUNG206 MAKASSAR BATARA BERSIH BARA BARAYA207 MAKASSAR BATARA SEJAHTERA BARA BARAYA208 MAKASSAR PERMATA MACCINI PARANG209 MAKASSAR BATARA SEHAT BARA BARAYA210 MAKASSAR TULIF BARANA211 MAKASSAR SUKSES ABADI BARA BARAYA212 MAKASSAR FLAMBOYAN MACCINI213 MAKASSAR SIPAKALABBIRI MACCINI GUSUNG214 MAKASSAR SIKATUTUI MACCINI GUSUNG215 MAKASSAR TERATAI MACCINI216 MAKASSAR BERKAH MACCINI PARANG217 MAKASSAR BERSINAR MACCINI PARANG218 MAKASSAR KANAL MARADEKAYA219 MAKASSAR SIPAKAINGA MACCINI GUSUNG220 MAKASSAR SUKSES BERSAMA BARA BARAYA221 MAKASSAR SALAHUTU MARADEKAYA222 MAKASSAR MARSELA MARADEKAYA223 MAKASSAR PAOTERE GUSUNG224 MAKASSAR PHINISI GUSUNG225 MAKASSAR SUKSES MANDIRI BARA BARAYA226 MAKASSAR MABELLO LARIANGBANGI227 MAKASSAR MELATI BARANA228 MAKASSAR BATARA SEHAT BARA-BARAYA229 MAKASSAR PALEM MACCINI230 MAKASSAR MARSELA 1 MARDEKAYA231 MAKASSAR BERKAH MACCINI MACCINI232 MAKASSAR JALAHONG BARA-BARAYA233 TAMALANREA BIRA 2 BIRA
55
234 TAMALANREA TUNAS MEKAR TAMALANREA235 TAMALANREA COKRO INDAH TAMALANREA236 TAMALANREA BERLIAN 09 TAMALANREA237 TAMALANREA TANGKASA TAMALANREA238 TAMALANREA MELATI TAMALANREA239 TAMALANREA DAMAI TAMALANREA240 TAMALANREA LINGKUNGAN KAPASA KAPASA241 TAMALANREA KANTISANG TAMALANREA242 TAMALANREA PADA ELO TAMALANREA243 TAMALANREA KAMPUNG PARANG TAMALANREA244 TAMALANREA SEHATI PARANGLOE245 TAMALANREA BERKAH KAPASA246 BONTOALA LIBARA BARAYA247 BONTOALA MELATI III BARAYA248 BONTOALA MALA'BIRI 1 BONTOALA249 BONTOALA MANDIRI SEJAHTERA GADDONG250 BONTOALA CEMPAKA BONTOALA251 BONTOALA MALA'BIRI 2 BONTOALA252 BONTOALA UMEGA LAYANG253 BONTOALA MAWAR MALIMONGAN254 BONTOALA BERKAH MALIMONGAN255 BONTOALA SEJAHTERA MALIMONGAN256 BONTOALA PURNAMA MALIMONGAN257 BONTOALA KARYA BERSAMA GADDONG258 BONTOALA TRI NUR GADDONG259 BONTOALA LAYANG SEHATI LAYANG260 BONTOALA SEJAHTERA BERSAMA GADDONG261 BONTOALA SEKTORAL GADDONG262 BONTOALA BERKAH TIMUNGAN263 BONTOALA SIKAMASEANG BARAYA264 WAJO MAMPU 1 MAMPU265 WAJO REZKI ENDE266 WAJO MELATI 4 MELAYU BARU267 WAJO PARAIKATTE MAMPU268 WAJO MANDIRI MALIMONGAN TUA269 WAJO MELATI 1 MELAYU BARU270 WAJO BS. SEKTORAL MELAYU BARU271 WAJO MELATI 3 MELAYU BARU272 MARISO KERAKU MARGA 04 KUNJUNG MAE273 MARISO SYATAS'S LETTE274 MARISO NURI INDAH MARISO
56
275 MARISO SIPAKABAJI MATTOANGING276 MARISO CENDRA KARYA KUNJUNG MAE277 MARISO TORIOLO TAMARUNANG278 MARISO RAJAWALI PANAMBUNGAN279 MARISO MARISO MARISO280 MARISO SEHATI KAMPUNG BUYANG281 MARISO APPASULAPA KAMPUNG BUYANG282 MARISO KOKOLOJIA KUNJUNG MAE283 MARISO HOLLYWOOD BONTORANNU284 MARISO REZEKY/RAHMATULLAH BONTORANNU285 MARISO MAMPACCING LETTE286 MARISO MAPPANYUKKI MARIO287 MARISO BANGAU MARIO288 MARISO RAHMATULLAH BONTORANNU289 MARISO PEDULI LINGKUNGAN MATTOANGING290 MARISO AISIYAH BAJI DAKKA MARISO291 UJUNG PANDANG MATAHARI BULOGADING292 UJUNG PANDANG APPAKABAJI MALOKU293 UJUNG PANDANG ANGGREK LAJANGIRU294 UJUNG PANDANG INTANG LAE-LAE295 UJUNG PANDANG PISSEL PISANG SELATAN296 UJUNG PANDANG GEMA LIMBARS LAJANGIRU297 UJUNG PANDANG MALOKU MALOKU298 UJUNG PANDANG SALSABILA LAJANGIRU299 UJUNG PANDANG APPAKABAJI II MALOKU300 UJUNG PANDANG COSPAR LAJANGIRU301 UJUNG PANDANG LOSARI LOSARI302 UJUNG PANDANG SEJAHTERA SAWERIGADING303 UJUNG PANDANG SD GOTONG-GOTONG PISANG SELATAN304 UJUNG PANDANG PISSEL REGINA PISANG SELATAN305 UJUNG PANDANG AUDY PISANG SELATAN306 UJUNG PANDANG LORSET MALOKU307 UJUNG PANDANG KEL. BARU BARU308 UJUNG PANDANG LOMBAT PISANG UTARA309 UJUNG PANDANG CENDRANA LAJANGIRU310 UJUNG PANDANG SEHATI LAJANGIRU311 UJUNG PANDANG BERSAMA 01 BARU312 UJUNG PANDANG BERSAMA 02 BARU313 UJUNG PANDANG BERSAMA 03 BARU314 UJUNG PANDANG ANGGREK 2 PISANG UTARA315 UJUNG PANDANG AKBAR PISANG SELATAN
57
B. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Kelompok Masyarakat Pengelolaan Sampah di Kota Makassar. Pengumpulan
data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam.
Adapun informan yang berhasil diwawancarai sebanyak 6 orang.
1. Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah
“…………, Iya, menurut saya masih perlu ditingkatkan karena masihbanyak sampah yang berserakan di lingkungan kita tapi kami sebagai yangmewakili pemerintah kota Makassar akan lebih meningkatkan lagikinerjanya dalam mengelola sampah ……” (Nas, Kepala UPTD PengelolaSampah, Wawancara 28 Juli 2018).
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tanggap
informan tentang peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok
masyarakat pengelolaan sampah. Hal ini sama dengan teori dimana salah
satu masyarakat yang harus diberdayakan adalah masyarakat pemulung,
karena sumber daya manusia pemulung dalam upaya peningkatan kualitas
baik manusia sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan
terasa semakin penting.
“………..., menurut saya, pemberdayaan kelompok sampah masih perludibenahi karena saat ini masih banyak masyarakat yang tidak terlalumemahami bahwa betapa pentingnya kelompok masyarakat dalam halpengelolaan sampah …….” (ERN, Direktur Bank Sampah, Wawancara 28Juli 2018).
Melihat kondisi di lapangan, kiranya perlu terobosan strategi dan
langkah inovatif dalam melindungi dan memberdayakan pemulung, agar
pemulung tidak selalu menjadi korban. Perencanaan matang harus berbasis
daya dukung sumber daya alam dan lingkungan.
58
”..........., menurutku, apa yang selama ini dicita – citakan oleh bapakwalikota belum sepenuhnya baik terutama dalam mengelola sampah”(SUL, Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Sedangkan pemerintah menurut Finer dalam Muhadam (2011:14)
setidaknya menunjukkan empat pengertian pokok yaitu pertama pemerintah
merujuk pada suatu proses pemerintahan, dimana kekuasaan
dioperasionalisasikan oleh mereka yang memegan kekuasaan secara sah.
”..........., menurut saya, penting itu untuk membentuk kelompok mayarakatpengelolaan sampah supaya lingkungan bersih dan sejuk” (SAM,Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Semua proses yang berlangsung dalam bingkai pengelolaan
kekuasaan dipandang merupakan aktivitas yang menunjukkan pada
performa pemerintah. Realitas ini dapat dilihat ketika seseorang menyadari
bahwa semua aktivitas keteraturan dan ketertiban hingga urusan yang
berbelit-belit dalam birokrasi merupakan mekanisme yang didesain secara
sengaja oleh pemerintah.
“………., kalo saya merasa bahwa peran pemerintah saat ini sudah cukupbaik, namun perlu ditingkatkan” (IRN, Masyarakat, Wawancara 29 Juli2018).
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Regulai
dalam pengelolaan sampah kota yaitu menetapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi,
menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah,
melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain.
59
“………,menurutku, peran pemerintah sebenarnya bagusmi, tapi begitumi,kadang – kadang ditingkatkan kadang juga dibiarkan begitu saja, tapimudah – mudahan pemerintah dalam hal ini walikota Makassar agarsenantiasa memberikan peranan penting dalam pengelolaan sampah”(BAS, Masyarakat, Wawancara 29 Juli 2018).
Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat
pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah
melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah
dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan menyusun dan
menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai
dengan kewenangannya.
2. Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator
“……., sejauh ini banyak faktor yang mendukung dalam mengelola sampahdiantaranya disediakannya sarana pembuangan sampah gendang dua,walaupun kurang efektif, tapi setidaknya bisa membantu masyarakat dalammengelola sampah (Nas, Kepala UPTD Pengelola Sampah, Wawancara 28Juli 2018).
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara
baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap
lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas air dan
udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
“……., saya sebagai masyarakat tentunya sangat setuju karena denganadanya kelompok masyarakat dalam mengelola sampah maka lingkungansekitar kita akan menjadi bersih” (ERN, Direktur Bank Sampah,Wawancara 28 Juli 2018).
Semua proses yang berlangsung dalam bingkai pengelolaan
kekuasaan dipandang merupakan aktivitas yang menunjukkan pada
60
performa pemerintah. Realitas ini dapat dilihat ketika seseorang menyadari
bahwa semua aktivitas keteraturan dan ketertiban hingga urusan yang
berbelit-belit dalam birokrasi merupakan mekanisme yang didesain secara
sengaja oleh pemerintah.
“……., menurut saya yang paling mendasar faktor pendukung dalammengelola sampah adalah bank sampah pusat maupun unit, karena selamaini bank sampah sudah bekerja maksimal dalam mengelola sampah denganbaik (SUL, Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu
terjadinya konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap
pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik
secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian
seluruh proses
“……., bank sampah salah satu pendukung masyarakat dalam mengelolasampahnya sendiri” (SAM, Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah
“…….., Iye, peran pemerintah sebenarnya sangat penting tapi kesadaranmasyarakat juga harus ditingkatkan demi Makassar tidak rantasa’ sesuaidengan apa yang selama ini dikatakan oleh bapak walikot” (IRN,Masyarakat, Wawancara 29 Juli 2018).
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan
daur ulang atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
61
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika.
“……., Menurut saya, peran pemerintah sudah bagusmi, sisa diperbaikimami apa yang masih kurang…..” (BAS, Masyarakat, Wawancara 29 Juli2018)
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus untuk
masing-masing jenis zat
3. Peran Pemerintah Sebagai Dinamisator
“………., menurut saya, faktor penghambat yang paling mendasar adalahkerja sama antara petugas kebersihan dan masyarakat yang belumberjalan dengan baik” (Nas, Kepala UPTD Pengelola Sampah, Wawancara28 Juli 2018)
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Dalam
Pengelolaan Sampah Terpadu sebagai salah satu upaya pengelolaan
Sampah Perkotaan adalah konsep rencana pengelolaan sampah perlu dibuat
dengan tujuan mengembangkan suatu sistem pengelolaaan sampah yang
modern, dapat diandalkan dan efisien dengan teknologi yang ramah
lingkungan.
“………,yah .. namanya sampah, pastilah ada yang mendukung ada yangtidak, tinggal bagaimana kita mampu mengelola dengan baik” (ERN,Direktur Bank Sampah, Wawancara 28 Juli 2018)
Dalam sistem tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk,
meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan memberikan peluang bagi
masyarakat dan pihak swasta untuk berpartisipasi aktif. Pendekatan yang
digunakan dalam konsep rencana pengelolaan sampah ini adalah
62
meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang dapat memenuhi tuntutan
dalam pengelolaan sampah yang berbasis peran serta masyarakat
“…….., faktor penghambatnya palin program pemerintah yang tidakberjalan efektif terutama program Makassar tidak rantasa’ belum berjalandengan baik” (SUL, Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018).
Pengkordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer.
Selanjutnya, pengarahan berarti bahwa para manajer mengarahkan,
memimpin dan mempengaruhi para bawahan. Manajer tidak melakukan
pekerjaan tersebut dengan sendiri tetapimelakukan menyelesaikan
pekerjaan dengan melalui orang lain.
“……., Menurut saya, faktor penghambat itu adalah jumlah petugaskebersihan yang belum memadai…..” (SAM, Pengangkut Sampah,Wawancara 29 Juli 2018).
Bila ada beberapa bagian organisasi pada jalur yang salah, maka
manajer harus membetulkannya. Menurut Handoko, sebagai pekerja pada
orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi: perencanaan,
keorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan
kepemimpinan dan pengawasan
“……., iye, menurut saya, masyarakat pengelola sampah sangat pentingkarena dalam mengelola sampah, maka penting dilakukan pemilahansampai pemrosesan akhir (IRN, Masyarakat, Wawancara 29 Juli 2018).
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan
negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan dan antara daerah perumahan dengan daerah industri.
63
“……., menurut saya kelompok masyarakat itu sangat penting karenadapat membantu dalam mengelola sampah (BAS, Masyarakat, Wawancara29 Juli 2018).
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah
4. Peran Pemerintah Sebagai Regulator
“………., menurut saya, masyarakat saat ini masih membutuhkan petugaskesehatan untuk saling bekerja sama dalam mengelola sampah” (Nas,Kepala UPTD Pengelola Sampah, Wawancara 28 Juli 2018)
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemandirian masyarakat adalah wujud dari pengembangan kemampuan
ekonomi daerah untuk menciptakan kesejahteraan dan memperbaiki
material secara adil dan merata yang ujungnya berpangkal pada
pemberdayaan masyarakat.
“………,belum mandiri, karena kurangnya kesadaran masyarakatmengenai pengelolaan sampah” (ERN, Direktur Bank Sampah,Wawancara 28 Juli 2018)
Pemberdayaan masyarakat berdiri sendiri berlaku pada satu
pemikiran bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila
masyarakat diberi hak mengelola sumberdaya masyarakatnya. Fungsi
pemerintah dalam kaitanya dengan pemberdayaan yakni mengarahkan
masyarakatnya pada kemandirian dan pembangunan demi terciptanya
kemakmuran didalam kehidupan masyarakat
“…….., masyarakat saat ini sementara belajar untuk mandiri dalammengelola sampahnya sendiri, karena pihak bank sampah mengklaim
64
bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah cukup baik,ini ditandai meningkatnya minat masyarakat untuk mengelola sampahnyasendiri dengan bekerja sama dengan pihak bank sampah” (SUL,Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Kota berwawasan lingkungan merupakan salah satu jawaban
membangun kota yang lebih baik karena secara efisien menggunakan
sumber daya kota. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan
sumberdaya, meminimalkan jumlah limbah, mengurangi panggunaan air,
udara, tumbuhan, fauna, pantai ataupun danau dengan komponen buatan
jalan, bangunan, jembatan
“……., kalo menurutku apa yang selama ini dilakukan oleh pemerintahsebagai regulator lumayan baikmi sisa bagaimana kita tingkatkan lagikedepannya” (SAM, Pengangkut Sampah, Wawancara 29 Juli 2018)
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah
“…….., Peranna pemerintah saat ini cukupmilah Cuma perlu ditambahlagi armada pengangkut sampahnya karena biasanya itu sampahmenumpuk sampai 3 hari baru diambil” (IRN, Masyarakat, Wawancara 29Juli 2018).
Dari hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan
daur ulang atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan
biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika.
65
“……., Menurut saya, peran pemerintah sebagai regulator baekmi tawwaCuma perlu kerja sama yang baik khususnya kepadan kitas ini sebagaimasyarakat…..” (BAS, Masyarakat, Wawancara 29 Juli 2018)
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat,
cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus untuk
masing-masing jenis zat
C. Pembahasan
Hasil dari pengolahan dan penyajian data yang telah dilakukan akan
dibahas sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu sebagai berikut: Dalam
melakukan peranan, masyarakat biasanya memberi fasilitas-fasilitas pada
individu untuk dapat menjalankan peranan.lembaga-lemabga kemasyarakatan
merupakan bagian masyarakat yang banyak manyediakan peluang-peluang
untuk melaksanakan peranan. Selanjutnya dikatakan bahwa didalam peranan
terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat
terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan
kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam
menjalankan perannya atau kewajiban-kewajiabannya. Peranan-peranan dapat
dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehinga struktur masyarakat
dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan (Soekanto,
2013:213).
Menurut After dalam Inu Kencana (2015:23) pemerintah itu
merupakan satuan anggota yang paling umum yaitu memiliki tanggung jawab
66
tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya, dan monopoli
praktis mengenai kekuasaan paksaan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama
dalam studi ilmu politik gejalah pemerintahan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari usaran kekuasaan.Bahkan menurut Kuper dalam Muhadam
(2013:31) istilah government (pemerintah) dan segala bentuk merupakan
jantung dari ilmu studi politik.
Sedangkan pemerintah menurut Finer dalam Muhadam (2013:14)
setidaknya menunjukkan empat pengertian pokok yaitu pertama pemerintah
merujuk suatu proses pemerintahan dimana kekuasaan dioperasionalisasikan
oleh mereka yang memegan kekuasaan secara sah. Semua proses yang
berlangsung dalam bingkai pengelolaan kekuasaan dipandang merupakan
aktivitas yang menunjukkan pada performa pemerintah. Realitas ini dapat
dilihat ketika seseorang menyadari bahwa semua aktivitas keteraturan dan
ketertiban hingga urusan yang berbelit-belit dalam birokrasi merupakan
mekanisme yang didesain secara sengaja oleh pemerintah. Kedua istilah
pemerintah menunjuk pada keberadaan dimana proses pemerintahan tersebut
berlangsung. Ketiga pemerintah menunjuk secara langsung person Keempat
pemerintah juga dapat mengacu pada aspek bentuk, metode atau sistem
pemerintah dalam suatu masyarakat, yakni strukturdan pengelolaan badan
pemerintah serta hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah
Pengelolaan sampah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan daur
ulang atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu
pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
67
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau
estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam (resources recovery).
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dan keterampilan khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan
dan antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan
biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk
sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di
antaranya tipe zat sampah, lahan yang digunakan untuk mengolah, dan
ketersediaan lahan.dan adapun Tujuan Pengelolaan sampah merupakan proses
yang diperlukan. Proses pemilahan sampah yang masih memiliki nilai secara
materiil untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang (reuse). Ada
beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk
diproses lagi atau mengambil energi dari bahan yang bisa dibakar.
1. Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan suatu program yang
berkesinambungan. Pemberdayaan mengandung arti mengembangkan
kondisi dan situasi sedemikian rupa sehingga masyarakat memiliki daya
68
dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya. Pemberdayaan
masyarakat menyangkut dua kelompok yang saling terkait yaitu masyarakat
yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan, dan pihak
yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.
Semua proses yang berlangsung dalam bingkai pengelolaan
kekuasaan dipandang merupakan aktivitas yang menunjukkan pada
performa pemerintah. Realitas ini dapat dilihat ketika seseorang menyadari
bahwa semua aktivitas keteraturan dan ketertiban hingga urusan yang
berbelit-belit dalam birokrasi merupakan mekanisme yang didesain secara
sengaja oleh pemerintah. Kedua istilah pemerintah menunjuk pada
keberadaan dimana proses pemerintahan tersebut berlangsung. Ketiga
pemerintah menunjuk secara langsung person Keempat pemerintah juga
dapat mengacu pada aspek bentuk, metode atau sistem pemerintah dalam
suatu masyarakat, yakni strukturdan pengelolaan badan pemerintah serta
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah
Peneliti menyimpulkan bahwa Salah satu masyarakat yang harus
diberdayakan adalah masyarakat pemulung, karena sumber daya manusia
pemulung dalam upaya peningkatan kualitas baik manusia sebagai insan
maupun sebagai sumber daya pembangunan terasa semakin penting.
Melihat kondisi di lapangan, kiranya perlu terobosan strategi dan langkah
inovatif dalam melindungi dan memberdayakan pemulung, agar pemulung
tidak selalu menjadi korban. Perencanaan matang harus berbasis daya
dukung sumber daya alam dan lingkungan.
69
2. Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator
Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau
di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses
alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai
ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang
atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola
secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas
air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya
konflik sosial antar komponen masyarakat.Pada tahap pembuangan
akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik,
kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh
proses
Peneliti menyimpulkan bahwa keberadaan sampah dalam jumlah
yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar, maka akan
menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan, baik dampak
terhadap komponen fisik kimia (kualitas air dan udara), biologi, sosial
ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan. Dampak operasional TPA
terhadap lingkungan akan memicu terjadinya konflik sosial antar komponen
masyarakat.
70
3. Peran Pemerintah Sebagai Dinamisator
Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-
rawa dan dataran rendah, sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, dapat
diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang
telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah
tersebut terhadap ternak. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
memberikan pengaruh negatif yaitu Pertama, pengaruh terhadap kesehatan,
diantaranya pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan
sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit (seperti lalat,
tikus. serangga, jamur); penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan
typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar
lingkungan tempat penumpukan sampah.
Peneliti menyimpulkan bahwa dalam melakukan peranan,
masyarakat biasanya memberi fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat
menjalankan peranan.lembaga-lemabga kemasyarakatan merupakan bagian
masyarakat yang banyak manyediakan peluang-peluang untuk
melaksanakan peranan. Selanjutnya dikatakan bahwa didalam peranan
terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari
masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajiabannya.
71
4. Peran Pemerintah Sebagai Regulator
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola
secara baik dan benar, maka akan menimbulkan gangguan dan dampak
terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia (kualitas
air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan lingkungan.
Dampak operasional TPA terhadap lingkungan akan memicu terjadinya
konflik sosial antar komponen masyarakat
Peneliti menyimpulkan bahwa harapan dari masyarakat terhadap
pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan
kedua harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat
atau terhadap orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan
perannya atau kewajiban-kewajiabannya. Peranan-peranan dapat dilihat
sebagai bagian dari struktur masyarakat sehinga struktur masyarakat dapat
dilihat peranan yang saling berhubungan.
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengelolaan Sampah di Kota Makassar
dengan jumlah sampel 6 orang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai fasilitator dalam pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah
tentang peran pemerintah yang belum berjalan dengan baik.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai dinamisator dalam
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah tentang kelompok masyarakat pengelola sampah sudah
berjalan dengan baik.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai regulator dalam pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah
pada umumnya sudah berjalan dengan baik.
B. Saran
1. Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memberikan informasi tentang
peran pemerintah dalam pemberdayaan kelompok masyarakat dalam
mengelola sampah
2. Diharapkan kepada pihak bank sampah agar lebih meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat dalam mengelola sampah
73
3. Diharapkan kepada masyarakat setempat agar kiranya bergotong royong
untuk mewujudkan Makassar bersih dan tidak rantasa’ sesuai dengan
program pemerintah Kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos. M. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:Alvabeta
Arif (2012), Peran pemerintah dalam pembinaan masyarakat : Bandung: Alfabeta
Bachtiar, A.M. 2012. Peranan Pemerintah Kecamatan dalam PelaksanaanPembangunan Partisipatif (Pembangunan Irigasi) di KecamatanMasamba Kab. Luwu Utara. Unismuh Makassar.
Buku, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian Dan Skripsi. Fisipol UnismuhMakassar.
Bungin, M. B. 2013. Penelitian kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Putra Grafika.
Friedman. M. M. 20122. Family Nursing. Theory & Practice. Jakarta: EGC
Hakim, Lukman. 2013. Pemberdayaan Masyarakat: Sketsa Teori danPendekatan. Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan UniversitasMuhammadiyah Makassar.
Labolo, Muhadam., 2013. Memahami Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Rajawali Pers.
Lembaga Perpustakaan dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Jimmy, Ibrahim, 2012. Prospek Otonomi Daerah. Semarang: Dahara Prize.
Kencana, Inu., 2012. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.
2013. Pengantar Ilmu Pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.
2014. Manajemen Ilmu Pemerintahan, Bandung: Refika Aditama.
Rozalik Abdullah, 2012. Pelaksanaan otonomi luas dengan pemilihan kepaladaerah secara langsung. Jakarta : PT. Raja Grasindo.
Sembiring, Masana., 2012. Budaya Dan Kinerja Organisasi, Bandung:Fokusmedia.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Soekanto, S . 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
UU NO .18 / 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Verawati, Tuti A., 2012. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan MasyarakatMakassar: Universitas ’45 Makassar
Sumber Internet :
Harahap, W, Syaiful. 2015 Harian sudut pandang. Sulawesi selatan
LAMPIRAN I
LEMBAR OBSERVASI
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAANKELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLAAN SAMPAH
DI KOTA MAKASSAR
No. Responden :
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
B. Pengelolaan Sampah
1. Sampah Kering
2. Sampah Basah
3. Limbah Kering
4. Limbah Basah
5. Keadaan Sampah Berserakan
6. Lingkungan Sekitar Dengan Penduduk Padat
LAMPIRAN II
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAANKELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLAAN SAMPAH
DI KOTA MAKASSAR
No. Responden :
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
B. Pertanyaan Tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan
Kelompok Masyarakat Pengelolaan Sampah
1. Bagaimana peran pemerintah dalam pengelolaan sampah?
2. Bagaimana peran pemerintah sebagai fasilitator dalam
a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah
3. Bagaimana peran pemerintah sebagai dinamisator dalam
a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah
4. Bagaimana peran pemerintah sebagai regulator dalam
a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan akhir sampah
DOKUMENTASI PENELITIAN
RIWAYAT HIDUP
ZULFAHMI, Lahir di Kaemba 01 April 1991, Anak ke
dua dari empat bersaudara, Anak dari pasangan Muh.
Rabbany Khalid dan Syumriati.
Penulis masuk jenjang pendidikan pertama di Sekolah
Dasar Negeri No. 29 Inpres Kaemba. I Marusu Kabupaten Maros dan selesai
pada tahun 2003, Kemudian melanjutkan Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 3 Maros Kabupaten Maros dan selesai pada tahun 2007,
Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Marusu dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan selesai pada tahun 2010,
Pada tahun 2011 memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Strata
Satu (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
Universitas Muhammadiyah Makassar dan menyelesaikan studinya pada tahun
2018.