skripsi jiwa

92
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk (Kaplan dan Sadock, 1997). Gejalanya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primer yang meliputi perubahan proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan autisme. Sedangkan gejala sekunder meliputi waham, halusinasi, gejala katatonik. Gejala sekunder merupakan manifestasi untuk menyesuaikan diri terhadap gangguan primer. Skizofrenia dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu simplex, hebefrenik, katatonik, paranoid, tak terinci, residual (Maslim, 2000). Dari beberapa jenis Skizofrenia diatas, terdapat Skizofrenia paranoid. Jenis ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi, dan tidak ada perilaku seperti pada tipe terdisorganisasi 1

Upload: rico-aditya

Post on 25-Jul-2015

1.444 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang

mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk

(Kaplan dan Sadock, 1997).

Gejalanya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primer yang meliputi perubahan

proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan autisme. Sedangkan gejala sekunder

meliputi waham, halusinasi, gejala katatonik. Gejala sekunder merupakan

manifestasi untuk menyesuaikan diri terhadap gangguan primer. Skizofrenia dibagi

menjadi beberapa jenis, yaitu simplex, hebefrenik, katatonik, paranoid, tak terinci,

residual (Maslim, 2000).

Dari beberapa jenis Skizofrenia diatas, terdapat Skizofrenia paranoid. Jenis

ini ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi,

dan tidak ada perilaku seperti pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik

Skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham kebesaran atau

waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998).

Pikiran meloncat (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada

Skizofrenia lebih sering inkoherensi. Kriteria waktunya berdasarkan kondisi klien

jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah. Waham merupakan suatu

keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok

dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut

dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah (Maramis, 1998)

1

Page 2: skripsi jiwa

Membagi waham dalam dua kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham

primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham

sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk

menerangkan gejala-gejala Skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah

satunya adalah waham kebesaran (Kaplan dan Sadock, 1997).

Waham kebesaran adalah waham peningkatan kemampuan, kekuatan,

pengetahuan, identitas, atau hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal

(Kaplan dan Sadock, 1997).

Waham kebesaran dapat terentang pembesar- besaran yang ringan sampai

karakteristik sesungguhnya dari waham kebesaran psikotik. Isi waham umpamanya

pasien telah melakukan penemuan yang penting atau memiliki bakat yang tidak

diketahui atau kesehatan yang sangat baik (Kusuma 1997)

Medikamentosa yang direkomendasikan oleh the National Institute for

Clinical Excellene (NICE) menjadi pilihan pertama untuk kasus baru adalah

antipsikotik atipikal (olanzapine, risperidone). Obat ini juga baik digunakan untuk

pasien yang tidak menunjukkan penurunan gejala dengan terapi antipsikotik tipikal.

Sedangkan pengobatan konvensional dengan antipsikotik tipikal seperti

Chlorpromazine, haloperideol efektif untuk mengobati gejala-gejala positif (seperti

ideas of reference,delusi, halusinasi) namun angka keberhasilannya cukup rendah

(atau bahkan malah memperparah) untuk menghilangkan gejala negatif (afek datar,

alogia, avolition). Selain itu juga terdapat efek samping lain seperti efek

ekstrapiramidal (gejala mirip Parkinson, distonia akut, akathisia), tardive dyskinesia

(pada 24% pasien), neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia

(Cameron, 2004).

2

Page 3: skripsi jiwa

Pengobatan dalam Islam telah diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

ajaran Islam. Salah satu prinsip dalam pengobatan dalam Islam selain harus bebas

dari unsur yang diharamkan, pengobatan juga merupakan tindakan untuk mencegah

timbulnya sesuatu yang lebih buruk lagi. Pengobatan penderita Skizofrenia dengan

pemberian Haloperidol atau Chlorpromazine merupakan tindakan untuk mengobati

penyakit tersebut. Allah menciptakan penyakit serta obatnya, bagi setiap umat Islam

berkewajiban untuk berobat pada ahlinya serta memilih cara pengobatan yang lebih

besar faedahnya, seperti pada pasien Skizofrenia yang pengobatannya menggunakan

Haloperidol dan Chlorpromazine.

Sehubungan dengan hal itu di atas, perlu dikaji lebih lanjut tentang

perbandingan efek samping dari Haloperidol dan Chlorpromazine pada pasien

Skizofrenia ditinjau dari kedokteran dan Islam.

1.2. Permasalahan

1. Bagaimana farmakologi obat-obat antipsikotik ?

2. Bagaimana perbandingan efek samping Haloperidol dan Chlorpromazine?

3. Bagaimana pandangan Islam terhadap perbandingan efek samping

Haloperidol dan Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia ?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tentang tentang perbandingan efek samping dari Haloperidol dan

Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia ditinjau dari segi kedokteran dan

sudut pandang Islam

3

Page 4: skripsi jiwa

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memahami farmakologi obat-obat anti psikotik

2. Memahami perbandingan efek samping Haloperidol dan Chlorpromazine

3. Memahami pandangan Islam tentang perbandingan efek samping

Haloperidol dan Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia.

1.4. Manfaat

1. Bagi penulis, untuk menambah pengalaman dalam cara membuat karya

ilmiah yang baik dan benar dalam bidang ilmu Kedokteran dan agama

Islam mengenai perbandingan efek samping dari Haloperidol dengan

Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia.

2. Bagi Universitas Yarsi, dengan penyusunan skripsi ini diharapkan dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di perpustakaan Universitas

Yarsi serta menjadi bahan masukan bagi civitas akademika mengenai

perbandingan efek samping dari Haloperidol dengan Chlorpromazine

pada pasien Skizofrenia ditinjau dari kedokteran dan Islam.

3. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan

memahami tentang perbandingan efek samping dari Haloperidol dengan

Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia ditinjau dari kedokteran dan

Islam.

4

Page 5: skripsi jiwa

BAB II

EFEK SAMPING HALOPERIDOL DAN CHLORPROMAZINE PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DITINJAU DARI KEDOKTERAN

2.1. Sejarah Psikofarmaka

Sejarah perkembangan terapi organik dalam psikiatri dimulai sejak

pertengahan tahun 1800-an sampai sekarang, walaupun pada tahun 1960 kumpulan

obat psikiatrik pada dasarnya sudah diketahui, tetapi terapi organik seperti terapi

elektrokonvulsif (ECT) yang dipelopori oleh Ugo Cerletti dan Licio Bini, terapi

koma insulin dikembangkan oleh Manfreud Sakel, dan bedah psiko (psiko surgery)

diperkenalkan oleh Antonio Egas Moniz, semuanya dimulai pada paruh pertama

abad ke X dan disebut sebagai revolusi biologis dalam psikiatri (Eight, 2008).

Awal tahun 1950-an setelah diperkenalkannya Chlorpromazine (Torazine),

obat psikoterapetik yang menjadi terapi psikiatrik khususnya untuk pasien dengan

penyakit mental yang serius (Eight, 2008).

Di tahun 1949 dokter psikiatrik Australia John Cade menggambarkan terapi

untuk luapan manik dengan lithium (eskalith). Sambil melakukan percobaan

terhadap binatang, Cade menemukan bahwa lithium karbonat menyebabkan binatang

menjadi lethargi, dan mengarahkannya memberikan obat kepada beberapa pasien

psikiatrik yang teragitasi yang mendapatkan manfaat terapetik dari obat

(Eight, 2008).

Charpenter mensintesis Chlorpromazine (suatu anti psikotik fenotiazine

alifatik) pada tahun 1950 dalam usaha untuk mengembangkan suatu obat histaminik

yang akan berperan sebagai pelengkap anestetik. Perusahaan obat-obatan melaporkan

5

Page 6: skripsi jiwa

kemampuan obat untuk menginduksi tidur buatan. Laporan oleh Paraire dan Siguald ,

John Delay, Piere Deniker, Heinz Lehmann dan Narran menggambarkan efektifitas

Chlorpromazine dalam mengobati agitasi parah dan psikosis. Chlorpromazine

dengan cepat diperkenalkan kepada dokter psikiatrik Amerika, dan obat lain dengan

efektifitas yang serupa juga disintesis termasuk Haloperidol (haldol) yaitu suatu anti

psikotik butyrofenon di tahun 1958 oleh Paul Janssen (Eight, 2008).

2.2. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah salah satu jenis psikosis dengan gangguan dasar pada

kepribadian, distorsi khas proses pikir, kadang-kadang ada perasaan bahwa dirinya

sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang

aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang tak terpadu dengan situasi sebenarnya

dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual

biasanya tidak terganggu (Kaplan, 1997).

2.2.1 Etiologi

Sampai saat ini etiologi Skizofrenia belum diketahui secara pasti etiologi

Skizofrenia bersifat multifaktorial, yaitu organobiologis, psikoedukatif dan sosial

budaya (sosiokultural) yang saling berhubungan satu sama lain (Maramis, 1994).

2.2.2 Faktor Organobiologis

Faktor keturunan juga menentukan timbulnya Skizofrenia. Hal ini telah

dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga penderita Skizofrenia dan terutama

studi anak kembar. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%, bagi saudara

kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia

6

Page 7: skripsi jiwa

7-16%, bila kedua orang tua menderita Skizofrenia 40-68%, bayi kembar dua telur 2-

15%, bayi kembar satu telur 61-86% (Maramis, 1994).

Skizofrenia merupakan gangguan yang bentuk transmisinya bukan berpola

Mendelian tetapi diduga berbentuk multifaktorial-poligenik yaitu selain terdapat

kontribusi berbagai faktor lingkungan seperti faktor pranatal, perinatal dan

pascanatal, terdapat pula penumpukan lebih dari dua gen. Gen yang diduga

menimbulkan Skizofrenia dapat mengkode reseptor neurotransmitter, enzim,

neuromodulator dan gen yang bertanggung jawab untuk perkembangan neuron. Saat

ini ada usaha menggunakan metode penelitian yang lebih canggih, misalnya dengan

metode genetik molekuler. Salah satu strategi penelitian yang digunakan yaitu

linkage analysis. Karena Skizofrenia merupakan penyakit yang kompleks, deteksi

gen atau penentuan lokasi kromosom secara tepat sulit dipastikan. Oleh karena itu,

penelitian replikasi perlu dilakukan. Diharapkan suatu hari, tehnik molekuler genetik

dapat menentukan gen Skizofrenia sehingga dapat memperbaiki dan menghasilkan

pengetahuan yang tepat mengenai patogenesis Skizofrenia (Amir, 1998).

Faktor organobiologis yang dapat menyebabkan terjadinya Skizofrenia adalah

sebagai berikut;

1. Endokrin

Skizofrenia diduga disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini

dikemukakan karena Skizofrenia sering timbul pada waktu pubertas, waktu

kehamilan atau puerpuerium dan waktu klimaterium. Tetapi hal ini perlu

penelitian lebih lanjut (Maramis, 1994).

2. Metabolisme

Ada orang yang menyangka bahwa Skizofrenia disebabkan oleh suatu

gangguan metabolisme karena penderita dengan Skizofrenia tampak pucat dan

7

Page 8: skripsi jiwa

tidak sehat, ujung ekstremitas agak sianotis, nafsu makan berkurang dan berat

badan menurun. Mungkin Skizofrenia disebabkan oleh suatu “inborn error of

metabolism”, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan (Maramis, 1994).

Belakangan ini teori metabolisme mendapat perhatian lagi berhubung dengan

penelitian memakai obat halusinogenik, seperti Meskalin dan Asam Lisergik

Diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang

mirip dengan Skizofrenia tetapi reversibel. Mungkin Skizofrenia disebabkan oleh

suatu inborn error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan

(Maramis, 1994).

3. Susunan Saraf Pusat

Walaupun telah banyak penelitian yang membuktikan adanya kelainan

anatomi, fungsi dan neurokimia otak pada penderita Skizofrenia, diagnosis

Skizofrenia sampai saat ini masih tetap berdasarkan manifestasi klinik. Hal ini

disebabkan oleh karena tidak satupun dari kelainan otak tersebut yang

patognomonik untuk Skizofrenia Walaupun demikian, adanya kelainan otak pada

penderita Skizofrenia tidak dapat dibantah lagi (Maramis, 1994).

Telah banyak para peneliti yang melaporkan adanya lesi di berbagai regio

otak Skizofrenia seperti di korteks serebri yaitu korteks frontal, ganglia basalis

dan sistem limbik. Kelainan pada korteks frontal berupa pengurangan jumlah sel-

sel piramid dan sel interneuron, pada ganglia basalis ditemukan penurunan

volume globus palidus dan substansia nigra sedangkan pada sistem Limbik

didapatkan adanya penurunan volume jaringan hipokampus dan parahipokampus

serta kelainan susunan sitoarsitektur pada daerah parahipokampus penderita

Skizofrenia (Maramis, 1994).

8

Page 9: skripsi jiwa

Pada penderita Skizofrenia juga terdapat pelebaran sulkus dan fisura korteks

serebri. Kelainan ini menunjukkan pengurangan volume gyrus korteks. Diduga

bahwa pelebaran sulkus merupakan kelainan genetik, karena tidak didapatkan

hubungan antara pelebaran sulkus dan fisura dengan umur dan lama sakit

(Maramis, 1994).

4. Kelainan Neurofisiologis

Dengan PET (Positron Emission Tomography), terlihat adanya

hipofrontalitas yaitu terdapat penurunan aliran darah otak ke regio frontal.

Hipofrontalitas berhubungan dengan penurunan aktivitas dopamin dan fungsi

kognitif. Dengan pemberian agonis dopamin, hipofrontalitas dan fungsi kognitif

dapat diperbaiki (Maramis, 1994).

5. Kelainan Neuro kimia

Suatu kelompok neurotransmiter terdiri dari dopamin, norepinefrin, epinefrin,

serotonin, asetilkholin dan histamin. Dopamin, norepinefrin dan epinefrin

disintesis dari asam amino yang sama,tirosin,dan diklasifikasikan dalam satu

kelompok sebagai katekolamin.Serotonin disintesis dari asam amino triptofan

dan merupakan satu-satunya indolamin dalam kelompok itu.Serotonin juga

dikenal sebagai 5-hidroksitriptamin(5-HT) (Liza, 2009).

Sampai tahun 1959, dopamine belum dianggap sebagi neurotransmitter di

dalam sistem saraf pusat melainkan sebagai precursor norepinephrin. Lima

sistem atau alur penting dopaminergik telah diketahui pada otak. Sistem pertama

yang paling terkait dengan perilaku adalah mesolimbi-mesokortikal, yang

berawal dari badan-badan sel dekat substantia nigra menuju sistem limbic dan

neokorteks. Sistem yang kedua yaitu alur nigrostriatal terdiri dari neuron-neuron

yang berawal dari substantia nigra ke nucleus kaudatus dan putamen; yang

9

Page 10: skripsi jiwa

berperan dalam koordinasi pergerakan dibawah kesadaran. Sistem ketiga,yaitu

sistem tuberoinfundibuler menghubungkan nukelus arkuatus dan neuron

preventrikuler ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis oleh

neuron-neuron ini secara fisiologis menghambat sekresi prolactin. Sistem

dopaminergik keempat yaitu alur medulari-periventrikuler terdiri dari neuron-

neuron di nucleus dari vagus yang proyeksi tidak diterangkan dengan jelas.

Sistem ini mungkin berperan dalam perilaku makan. Sistem kelima yaitu alur

insertohipotalamus membentuk hubungan didalam hipotalamus dan dengan

nucleus septum lateralis. Fungsinya belum diketahui. Penurunan aktifitas

dopamin pada sistem-sistem ini dikaitkan dengan gangguan pada pasien

Schizophren (Mubarak, 2008).

2.2.3 Faktor Psikoedukatif

Teori Adolf Meyer: Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit

badaniah, sebab dari dahulu hingga sekarang para sarjana tidak dapat menemukan

kelainan patologi-anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf. Sebaliknya

Meyer mengakui suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat

mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu

reaksi yang salah, suatu maladaptasi. Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi

kepribadian dan lama-kelamaan orang itu menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).

Hipotesa Meyer ini kemudian memperoleh banyak penganut di Amenika Serikat dan

memakai istilah ”Reaksi Skizofrenia”(Meyer,1906)

Teori Sigmund Freud: juga termasuk teori psikogenik. Bila kita memakai

formula Freud, maka pada Skizofrenia terdapat: kelemahan ego, yang dapat timbul

karena penyebab psikogenik ataupun somatik. Superego dikesampingkan tidak

10

Page 11: skripsi jiwa

bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme.

Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (tranference) sehingga terapi psikoanalitik

tidak mungkin (Meyer,1906)

2.2.4 Faktor Sosiokultural

Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi

dapat menjadi penyebab Skizofrenia. Walaupun beberapa data mendukung teori

tersebut, stres sekarang dianggap menimbulkan efek utamanya dalam menentukan

waktu onset dan keparahan penyakit (Kaplan, 1997).

2.3 Gambaran Klinis Skizofrenia

Definisi dan batasan tentang Skizofrenia tidaklah sama pada berbagai

literatur. Tergantung pada gejala klinis yang menonjol, Skizofrenia dibedakan atas

tipe paranoid, katatonik, disorganized, undifferentiated dan residual. Klasifikasi yang

lain menambahkan tipe simpleks, tipe tak tergolongkan, depresi pasca Skizofrenia

dan tipe lainnya (Depkes, 1993).

Gambaran klinis Skizofrenia seringkali didahului oleh gejala dan tanda

pramorbid (sebelum sakit), kemudian diikuti oleh fase penyakit berupa gejala

prodromal, fase aktif dan fase residual. Gejala pramorbid dapat berupa kepribadian

skizoid, skizotipal, paranoid atau ambang, dengan ciri-ciri pencuriga, tertutup,

banyak diam, pasif, eksentrik, mempunyai sedikit sekali atau tidak ada teman akrab,

atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, 1994).

Gejala prodromal dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun

sebelum gejala-gejala tersebut cukup untuk didiagnosis sebagai psikotik Skizofrenia.

11

Page 12: skripsi jiwa

Gejalanya dapat berupa kehilangan minat terhadap sekolah atau pekerjaannya,

menarik diri dari kehidupan sosial, hendaya dalam hygiene diri dan dalam

berpakaian, tingkah laku yang aneh, gangguan dalam berkomunikasi, afek yang

tumpul atau tak serasi, ide yang aneh, penghayatan dan persepsi yang tak lazim

(Maisarah, 1997)

Gejala fase aktif, menonjolnya gejala-gejala psikotik seperti waham,

halusinasi, perilaku dan pola pikir yang kacau dan aneh, alam perasaan yang tumpul,

mendatar atau tidak wajar (Depkes, 1983).

Fase residual, merupakan sisa dari gejala-gejala fase aktif, jadi tidak ada lagi

gejala-gejala fase aktif yang menonjol dan lebih sering didapatkan gejala-gejala

negatif (Depkes, 1993).

Pada perjalanan penyakit terutama pada fase aktif kemungkinan didapatkan

gangguan perilaku seksual berupa penurunan libido seksual pada penderita

Skizofrenia yang didominasi oleh gejala negatif. Hal ini dari segi neuroendokrinologi

dapat diterangkan bahwa penderita Skizofrenia yang didominasi oleh gejala negatif

tersebut didapatkan kadar dopamin yang rendah sedangkan sebaliknya pada

penderita yang didominasi oleh gejala positif, didapatkan kadar dopamin yang tinggi.

Kadar dopamin yang rendah tersebut menyebabkan sekresi prolaktin meningkat,

kadar prolaktin yang meningkat dalam darah akan menginhibisi sekresi hormon

hormon seksual dan libido (Van Kammen and Marder, 1995).

Gejala-gejala di atas menyebabkan penderita mempunyai hendaya dalam

menilai diri dan realitas sekitarnya. Hendaya ini menyebabkan gangguan dan

ketidakmampuan dalam melakukan fungsi penting dalam kehidupannya seperti

fungsi pekerjaan, merawat diri dan membina relasi sosial (Maisarah, 1997).

12

Page 13: skripsi jiwa

2.4 Kriteria Diagnostik

Berdasarkan kriteria dari DSM IV adalah sebagai berikut:

A. Paling sedikit terdapat satu dari beberapa kriteria dibawah ini selama suatu

fase penyakit: Waham yang aneh (isi nya jelas tak masuk akal, dan tidak

berdasarkan kenyataan), seperti waham dikendalikan oleh suatu kekuatan luar

(delucion of being controlled), penyiaran pikiran (thought broadcasting),

penyisipan pikiran (thought insertion), penyedotan pikiran (thought

withdrawal). Waham somatik, kebesaran, agama, nihilistik, atau waham

lainnya yang bukan waham kejar atau cemburu. Waham kejar atau cemburu

yang disertai halusinasi dalam bentuk apapun. Halusinasi dengar yang dapat

berupa suara yang selalu memberi komentar tentang tingkah laku atau

pikirannya atau dua atau lebih suara yang saling bercakap cakap. Inkoherensi,

kelonggaran asosiasi pikiran yang jelas, jalan pikiran yang tidak masuk akal,

atau kemiskinan pembicaraan yang disertai oleh paling sedikit satu dan yang

disebut dibawah ini:

• Afek yang tumpul, mendatar, atau tidak serasi (inappropriate),

• Berbagai waham atau halusinasi,

• Katatonia atau tingkah laku lainnya yang sangat kacau (disorganized)

B. Deteriorasi dari taraf fungsi penyesuaian sebelumnya dalam bidang

pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan dirinya

C. Jangka waktu: Gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama

paling sedikit satu bulan dalam suatu periode didalam kehidupan seseorang,

disertai dengan terdapatnya beberapa gejala penyakitnya pada saat diperiksa

sekarang. Masa satu bulan itu harus mencakup fase aktif dimana terdapat

13

Page 14: skripsi jiwa

gejala pada kriteria A, dengan atau tanpa fase prodormal atau terdapatnya

gejala-gejala seperti

• Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial

• Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai pencari

nafkah, siswal/mahasiswa, atau pengatur rumah tangga

• Tingkah laku aneh yang nyata (seperti mengumpulkan sampah, berbicara

sendiri di tempat umum, menimbun makanan)

• Hendaya yang nyata dalam higiene diri dan berpakaian

• Afek yang tumpul, mendatar atau tak serasi (inappropriate)

• Pembicaraan yang melantur (digressive), kabur, berbelit, sirkumstansial,

atau metaforik (perumpamaan)

• ide (gagasan) yang aneh atau tak lazim, atau pikiran magik, seperti

takhayu1, ”clairvoyance”, telepati, ‘indra keenam”, orang lain dapat

merasakan perasaannya, ide-ide yang berlebihan, gagasan mirip waham

yang menyangkut diri sendiri

• Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang,

merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada.

D. Apabila terdapat gejala lengkap dari sindrom manik atau depresif, gejala itu

berkembang setelah ada gejala psikotik apapun dari kritenia A, atau

berjangka waktu relatif lebih pendek dari jangka waktu gejala psikotik pada

kriteria A

E. Onset fase prodromal atau fase aktif dari penyakitnya timbul sebelum usia 45

tahun

F. Tidak disebabkan oleh Gangguan Mental Organik atau Retardasi Mental

(Kaplan, 1997).

14

Page 15: skripsi jiwa

2.5 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Perjalanan penyakit Skizofrenia yang paling sering adalah bersifat fluktuasi

antara eksaserbasi dan remisi, namun jarang mencapai kembali ke fungsi semula.

Prognosis penyakit ini berbeda antara berbagai kepustakaan karena bedanya definisi

atau batasan yang dipakai (Depkes, 1993).

Angka penyembuhan dari Skizofrenia dilaporkan 10-60% dan semua

penderita Skizofrenia mampu menjalani kehidupan normal. Kira-kira 20-30% akan

selalu mengalami hendaya dalam semua aspek kehidupannya (Maisarah, 1997).

2.6 Terapi pada Skizofrenia

Mengingat etiologi Skizofrenia yang kompleks maka pendekatan dalam

penatalaksanaan Skizofrenia bersifät eklektik holistik yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas hidupnya dengan menjunjung tinggi bahwa manusia harus

dipandang sebagai suatu kesatuan yang paripurna (Maramis, 1994).

2.6.1 Terapi Organobiologis

Ada 2 macam cara:

1. Fisik, yaitu dengan Terapi Elektrokonfulsi (Terapi kejang listrik)

Mekanisme kerja elektrokonfulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat

dikatakan bahwa terapi elektrokonfusi dapat memperpendek serangan

Skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita Akan tetapi terapi

ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang (Maramis, 1994).

2. Kimia, yaitu dengan obat-obat Neuroleptik (Antipsikosis)

Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada

reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan

ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists). Obat Antipsikosis yang

15

Page 16: skripsi jiwa

baru (misalnya Risperidone) disamping berafinitas terhadap Dopamine D2

receptors juga terhadap Serotonin 5 H12 Receptors (Maslim, 1997). Gejala

sasaran obat Antipsikosis adalah pada hendaya berat dalam kemampuan

menilai realitas, hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, hendaya berat

dalam fungsi sosial kehidupan sehari-hari. Pada umumnya pemberian obat

antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai I tahun setelah

semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk pasien dengan serangan

sindrom psikosis yang multiepisode, terapi pemeliharaan (maintenance)

diberikan paling sedikit lima tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat

menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5 kali (Maslim, 1997).

2.6.2 Terapi Psikoedukatif

Jenis psikoterapi yang dapat membantu dan menambah efek farmakologis

adalah psikoterapi yang bersifat individual. Psikoterapi individual diantaranya adalah

: psikoterapi suportif, behavior (perilaku), kognitif, termasuk reedukasi, rekonstruksi

kepribadian serta berbagai pelatihan dan conditioning (pembiasaan) perilaku

(Kaplan, 1997).

2.6.3 Terapi Sosiokultural

Pada terapi yang berorientasi pada aspek sosial budaya, keluarga merupakan

lingkungan terdekat dengan pasien dalam arti pekembangan psikoedukasi maupun

panutan kultur dari pasien sebagian besar dibentuk dalam dan oleh lingkungan

keluarga. Oleh karena itu dalam penatalaksanaan terhadap pasien Skizofrenia.

keluarga harus diikutsertakan. Keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh,

baik sebagai etiologi, atau dalam kekambuhan, perjalanan penyakit maupun

16

Page 17: skripsi jiwa

prognosis pasien Skizofrenia (Sejahtera, 1994). Sikap keluarga terhadap penderita

Skizofrenia dapat diketahui dengan mengukur Ekspresi Emosi (EE) dari keluarga

tersebut. Brown dam kawan-kawan menyatakan bahwa pasien yang berasal dari

lingkungan keluarga yang mempunyai ekspresi emosi yang tinggi mempunyai risiko

kekambuhan lebih besar dibandingkan dengan pasien yang berasal dari lingkungan

keluarga yang ekspresi emosinya rendah yaitu 58% : 16% (Sejahtera, 1994).

Dari hasil penelitian aspek keluarga dan kekambuhan pada Skizofrenia, maka

dianggap perlu untuk memasukan intervensi psikoedukatif pada keluarga dalam

pengobatan Skizofrenia. Hal ini dapat menurunkan atau mencegah kekambuhan dan

meningkatkan kemampuan adaptasi sosial penderita Skizofrenia (Martono, 1990).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam intervensi tersebut adalah

• Penderita dalam pengobatan neuroleptika.

• Infervensi yang dilakukan bersifat singkat (antara 6-25 session).

• Fokus utama adalah mengurangi kritik dan keterlibatan yang berlebihan dari

keluarga.

• Terapi tidak hanya ditujukan pada masalah penderita tetapi membantu

meringankan seluruh beban keluarga (Martono, 1990).

Selain itu, perlunya upaya rehabilitasi sebagai usaha untuk mengembalikan

pasien ke masyarakat untuk menjadikannya sebagai warga yang swasembada dan

berguna seperti dengan memberikan terapi kerja yang merupakan pertimbangan

penting dalam pengobatan, dengan memberikan aktivitas yang terapeutik maka akan

menolong pasien memulihkan, meningkatkan kembali daya konsentrasi, kemampuan

komunikasi, daya ingat, kemauan dan fungsi kepribadian lainnya (Martono, 1990).

17

Page 18: skripsi jiwa

2.7 Mekanisme kerja Antipsikotik dan Manfaat Klinis

Antipsikotik adalah antagonis dopamin dan menyekat reseptor dopamin di

berbagai jaras di otak. Antipsikotik atipikal juga meningkatkan keefektifan serotonin

(Widjaja, 2001).

Semua obat anti psikosis pada dasarnya mempunyai efek primer (efek klinis)

yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping:

sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan

gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan

dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti

dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan

dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya

sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali

untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif

pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal. Sebaiknya bila gejala positif lebih

menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-

pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat

antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu

anti psikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG II)

(Widjaja, 2001).

APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal,

nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif

tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan

ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan

menyebabkan disfungsi seksual/peningkatan berat badan dan memperberat gejala

18

Page 19: skripsi jiwa

negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik

seperti mulut kering pandangan kabur gangguan miksi, gangguan defekasi dan

hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan

kurang atau sama dengan 10mg diantaranya adalah trifluoperazine, Haloperidol dan

pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala

dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila

dosisnya lebih dari 50mg diantaranya adalah Chlorpomazine dan thioridazine

digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit

tidur. APG II sering disebut bekerja pada serotonin dan dopamin pada ke empat jalur

dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan

sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah

Clozapine, Olanzapine, Quetiapine dan Risperidon (Widjaja, 2001).

Penggunaan utama antipsikotik untuk Skizofrenia, sindrom otak organik

dengan psikosis. Obat ini juga berguna untuk pasien yang mengalami ansietas berat

namun bagi pasien yang menyalahgunakan obat karena Benzodiazepin dikontra

indikasikan bagi mereka (Widjaja, 2001).

2.8 Chlorpromazine dan Derivat

2.8.1 Kimia

19

Page 20: skripsi jiwa

Chlorpromazine (CPZ) adalah 2-klor-N- (dimetil-aminopropil)- fenotiazin.

Derivat fenotiazin lain didapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti

fenotiazin (Sulistia G, 1995).

2.8.2 Farmakodinamik.

CPZ (Largactil) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil diambil dari

kata large action (Sulistia G, 1995).

a). Susunan Saraf Pusat.

CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh

terhadap rangsang dan lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul

toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari

status emosional penderita sebelum minum obat.

Chlorpromazine berefek antipsikosis terlepas dari efek sedasinya.

Refleks terkondisi yang diajarkan pada tikus hilang oleh CPZ. Pada

manusia kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan kecekatan dan

daya pemikiran berkurang. Aktivitas motorik diganggu antara lain

terlihat sebagai efek kataleptik pada tikus. CPZ menimbulkan efek

menenangkan pada hewan buas. Efek in juga dimiliki oleh obat lain,

misalnya Barbiturat, Narkotik, Meprobamat, atau Klordiazepoksid.

Berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencegah timbulnya

konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang oleh obat. Semua

derivat fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, Sehingga menimbulkan

gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal).

20

Page 21: skripsi jiwa

Chlorpromazine dapat mengurangi atau mencegah muntah yang

disebabkan oleh rangsangan pada chemoreceptor trigger zone. Muntah

yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang

dipengaruhi, tetapi fenotiazin potensi tinggi, dapat berguna untuk

keadaan tersebut.

Fenotiazin terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang

bangkitan sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus sangat

berhati-hati. Derivat piperazin dapat digunakan secara aman pada

penderita epilepsi bila dosis diberikan bertahap dan bersama anti

konvulsan (Sulistia G, 1995).

b). Neurologik

Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala

ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme (Sulistia G, 1995).

Dikenal 6 gejala sindrom neurologik yang karakteristik dari obat ini. Empat

di antaranya biasa terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut, akatisia,

parkinsonisme dan sindrom neuroleptik malignant yang terakhir jarang terjadi. Dua

sindrom yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,

berupa tremor perioral (jarang) dan diskinesia tardif (Sulistia G, 1995).

c). Otot Rangka

Chlorpromazine dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada dalam

keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersitaf sentral, sebab sambungan

saraf-otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ (Sulistia G, 1995).

21

Page 22: skripsi jiwa

d) Endokrin

CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi

ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap

hipotalamus (Sulistia G, 1995).

Semua fenotiazin, kecuali Klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat

penghambatan efek sentral dopamin.

e). Kardiovaskular

CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu: (1)

refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah dihambat oleh

CPZ; (2) CPZ berefek bloker; dan (3) CPZ menimbulkan efek inotropik negatif pada

jantung. Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensif CPZ. Efek samping

hipotermia dapat digunakan pada terapi hibernasi. Efek antikolinergik berupa

takikardia, mulut dan tenggorok kering, sering terjadi pada pemberian fenotiazin.

Perlu digunakan berhati-hati pada penderita glaukoma dan hipertrofi prostat (Sulistia

G, 1995)

2.8.3 Farmakokinetik

Pada umumnya semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan per

oral maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di

paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin mengalami

hidroksilasi dan konyugasi, sebagian lain diubah menjadi sulfoksid yang kemudian

diekskresi bersama feses dan urin. Setelah pemberian CPZ dosis besar, maka masih

ditemukan ekskresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan (Sulistia G, 1995).

22

Page 23: skripsi jiwa

2.8.4. Indikasi.

Indikasi utama fenotiazin ialah Skizofrenia yang adalah gangguan psikosis

yang tersering ditemukan. Gejala psikotik yang dipengaruhi secara baik oleh

fenotiazin dan antipsikosis lain ialah ketegangan, hiperaktivitas, combativeness,

hostality, halusinasi, delusi akut, susah tidur, anoreksia, perhatian diri yang buruk,

negativisme dan kadang-kadang mengatasi sifat menarik diri. Pengaruhnya terhadap

insight, judgement, daya ingat dan orientasi kurang. Pemberian antipsikotik sangat

memudahkan perawatan pasien. Walaupun antipsikosis sangat bermanfaat untuk

mengatasi gejala psikosis akut, namun penggunaan antipsikosis saja tidak mencukupi

untuk merawat pasien psikotik. Perawatan, perlindungan, dan dukungan mental-

spiritual terhadap pasien sangatlah penting (Sulistia G, 1995).

Semua antipsikosis kecuali mesoridazin, molindon, tioridazin dan klozapin

mempunyai efek antiemetik (Sulistia G, 1995).

Chlorpromazine merupakan obat terpilih untuk menghilangkan hiccup. Obat

ini hanya diberikan pada hiccup yang berlangsung berhari-hari sangat mengganggu.

Penyebab hiccup seringkali tidak dapat ditemukan, tetapi nervositas dan kelainan di

esofagus atau lambung mungkin merupakan kausanya. Dalam hal yang terakhir,

terapi kausal harus dilakukan (Sulistia G, 1995).

2.8.4 Efek Samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek

samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala

23

Page 24: skripsi jiwa

idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini

disertai eosinofilia dalam darah perifer (Sulistia G, 1995).

Efek Samping lainnya yaitu gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang

terlihat pada parkinsonisme, mengantuk, apatis, pucat, bermimpi buruk, insomnia,

depresi, agitasi, perubahan emosi, kejang , mulut kering, hidung tersumbat,

konstipasi, kesulitan buang air kecil, pandangan kabur, hipotermia, namun kadang

kadang panas, hipotensi, takikardia, aritmia, terjadi perubahan EKG, gangguan

menstruasi dan menghambat ovulasi, galaktore, ginekomastia, impotensi, perubahan

berat badan, Agranulositosis, Leukopenia, Leukositosis, Anemia Hemolitik,

perubahan fungsi hati, sindrom yang menyerupai Lupus Eritematosis ( Liza, 2009).

Efek samping dari Chlorpromazin lainnya seperti nyeri tenggorok atau

demam, pandangan kabur, midriasis, disorientasi terhadap waktu,orang dan tempat,

halusinasi, kejang, demam tinggi, dilatasi pupil,Stupor dan koma, menurunnya

libido, erupsi kulit, urtikaria, makulopapular, petekie,dermatitis alergik dan

fotosensitivitas (Kaplan, 1997).

2..8.6 Sediaan

Clorpromazine tersedia dalam bentuk tablet 25 mg,100 mg serta larutan

suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu oleh

pengaruh cahaya (Sulistia G, 1995).

Perfenazin tersedia sebagai tablet 2 dan 4 mg. Tioridazin tersedia dalam

bentuk tablet 25 mg dan 100mg. Flufenazin tersedia dalam bentuk tablet 1 mg. Masa

kerja flufenazin cukup lama, sampai 24 jam (Sulistia G, 1995).

24

Page 25: skripsi jiwa

2.9 Haloperidol

2.9.1 Kimia

Haloperidol adalah 4-[4-(-chlorophenyl)-4-hydroxy 1-piperidyl]-1-(4-

fluorophenyl)-butan-1-one.

2.9.2 Farmadinamik

Struktur Haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon

memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang normal, efek

Haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik

yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan Skizofrenia.

Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif karena

butirofenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya

(Sulistia G, 1995).

a. Susunan Saraf Pusat.

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang

mengalami eksitasi. Efek sedatif Haloperidol kurang kuat dibanding dengan CPZ,

sedangkan efek Haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat

dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat

menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin

25

Page 26: skripsi jiwa

di hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomortin (Sulistia

G, 1995).

b. Sistem Saraf Otonom

Efek Haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek

antipskotik lain; walaupun demikian Haloperidol dapat menyebabkan pandangan

kabur (blurring of vision). Obat ini menghambat aktivasi reseptor yang disebabkan

oleh amin simpatomimetik. tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ

(Sulistia G, 1995).

Sistem kardiovaskular dan respirasi. Haloperidol menyebabkan hipotensi,

tetapi tidak sesering dan sehebat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardia

meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan. Chlorpromazine atau Haloperidol

dapat menimbulkan potensiasi dengan obat penghambat respirasi (Sulistia G, 1995).

2.9.3 Farmakokinetik

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma

tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih

dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam

hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi

Haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari

sesudah pemberian dosis tunggal (Sulistia G, 1995).

2.9.4 Indikasi

Indikasi utama Haloperidol ialah untuk psikosis. Butirofenon dapat juga

digunakan sebagai obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette, suatu

26

Page 27: skripsi jiwa

kelainan neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai

(grimacing) dan explosive utterances of foul expletives (coprolalia, mengeluarkan

kata-kata jorok)disebut juga hiperkinetik child (Sulistia G, 1995).

2.9.5 Efek Samping

Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insidens yang

tinggi, terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan Haloperidol harus

dimulai dengan hati-hati. Dapat tenjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau

sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas

dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis sering dilaporkan.

Frekuensi kejadian ikterus akibat Haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak

diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak

menimbulkan efek teratogenik (Sulistia G, 1995).

Efek samping Haloperidol berbeda pada berbagai tingkatan usia. Efek

samping yang sering terjadi pada anak-anak adalah efek piramidal. Sementara itu,

pada pasien usia lanjut efek samping yang sering muncul adalah efek ekstrapiramidal

dan hipotensi ortostatik (Prima, 2008).

Gerakan involunter seperti Distonia, akathisia, tardive dyskinesia juga bias

timbul akibat pengobatan dari Haloperidol tersebut (Kaplan,1997).

2.9.6. Sediaan

Haloperidol tersedia dalam haldol dan govotil sediaan tablet 2 mg dan 5 mg

serta larutan suntik lodomer 5 mg/ml, injeksi sebagai dekanoat 50 mg/ml. Paparan

sinar matahari dapat menghilangkan warna dan menyebabkan endapan berwarna

merah ataupun abu- abu setelah beberapa minggu (Sulistia G, 1995).

27

Page 28: skripsi jiwa

2.10 Mekanisme kerja Haloperidol dan Chlorpromazine

Walaupun semua obat antipsikosis efektif menyekat reseptor D2, kekuatan

penyekatan yang berkaitan dengan daya kerja lain reseptor tersebut berbeda pada

masing-masing obat. Sejumlah eksperimen terhadap ikatan reseptor- ligan telah

dilakukan untuk menemukan satu kerja reseptor yang dapat memprediksi efikasi

obat-obat antipsikosis. Misalnya, studi invitro tentang ikatan menunjukkan bahwa

Chlorpromazine ternyata lebih efektif dalam menyekat α-1-adrenoseptor dari pada

reseptor D2 . kedua unsur tersebut juga relatif kuat menyakat reseptor 5-HT2 .

bagaimanapun juga, afinitas reseptor D1, sebagaimana diukur dengan penggantian

ligan D1, selektif, SCH23390 relatif lemah. Haloperidol bekerja lebih banyak pada

reseptor D2; dan memberikan efek terhadap 5-HT2 dan reseptor α-1, tetapi tak begitu

berpengaruh terhadap reseptor D1. phymozide bekerja secara ekslusif pada reseptor

D2. clozaphine antipsikosis atipikal, yang menujukkan perbedaan klinis yang jelas

dari yang lainnya, lebih mengikat D4 , 5-HT2, α-1, dan reseptor histamine

H1,daripada reseptor D2 dan D1. Risperidone hampir sama kuatnya dalam menyakat

D2 dan reseptor 5-HT2. Obat yang baru-baru ini diperkenalkan, olanzapine, ternyata

lebih poten sebagai antagonis reseptor 5-HT2, dengan potensi yang lebih sedikit dan

hampir sama pada reseptor D1,D2,dan α-1. sedangkan serpindole lebih poten sebagai

antagonis 5-HT2 dan relatif poten sebagai antagonis D2 dan α-1. Kesimpulan yang

sederhana dari eksperimen tersebut :

Chlorpromazine α1 = 5-HT2 > D2 > D1

Haloperidol : D2 > D1 = D4 > α1 > 5-HT2

Dari penjelasan diatas, tampak bahwa pengikatan reseptor D1, tersebut paling

sedikit kemungkinannya untuk diprediksi manfaat klinisnya, tetapi afinitas reseptor

28

Page 29: skripsi jiwa

lain yang paling sulit untuk diinterpretasi. Penelitian baru-baru ini dilakukan untuk

mengetahui senyawa antipsikosis atipikal yang lebih selektif terhadap sistem

mesolimbik (untuk mengurangi efek-efeknya pada sistem ekstrapiramidal) atau

memberi efek pada reseptor neurotransmitter pusat seperti pada asetilkolin dan asam

amino eksitatorik yang masih belum diajukan sebagai target kerja obat-obat

antipsikosis (Mubarak, 2000).

2.11 Penatalaksanaan pencegahan terhadap efek samping

Dalam memilih pertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat, Chlorpromazine yang efek samping sedatifnya kuat terutama

digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif,

sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku, dan sebagainya (Mubarak,

2000).

Efek Sedasi, terutama merupakan akibat dari penghambatan reseptor

dopamine tipe 1. Pada awal pengobatan dengan Chlorpromazine pasien sebaiknya

diperingatkan untuk tidak mengemudikan kendaraan dan mengoperasikan

mesin.Memberikan dosis antipsikotik harian sebelum tidur menghilangkan masalah

dari sedasi (Kaplan,1997).

Hipotensi ortostatik, jika akan menggunakan Chlorpromazine Intramuskular

(IM), klinis harus mengukur tekanan darah pasien (berbaring dan berdiri) sebelum

dan setelah dosis pertama dan selama beberapa hari terapi. Jika diperlukan,pasien

harus diperingatkan tentang kemungkinan jatuh pingsan dan harus diberikan instruksi

untuk bangun dari tidur perlahan-lahan,duduk pertama kali dengan kaki berjuntai,

menunggu beberapa menit,dan duduk atau berbaring jika merasa akan pingsan.

Gejala dapat ditangani dengan membaringkan pasien dengan kaki lebih tinggi

29

Page 30: skripsi jiwa

dibandingkan kepala, kadang-kadang ekspansi volume atau vasopressor seperti

norepinefrin (Levophed) dan agen presor adrenergic α 1 murni seperti metaraminol

(Aramine) adalah obat terpilih untuk gangguan (Kaplan,1997).

Efek Hematologis, gangguan hematologis yang membahayakan adalah

agranulositosis. Agranulositosis paling sering terjadi selama tiga bulan pertama

terapi, jika pasien melaporkan suatu nyeri tenggorok atau demam,hitung darah

lengkap harus dilakukan segera untuk memeriksa kemungkinannya.Jika indeks darah

adalah rendah,Chlorpromazine harus dihentikan (Kaplan,1997).

Efek Antikolinergik perifer, sering ditemukan dan terdiri dari mulut dan

hidung kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, dan midriasis. Beberapa

pasien juga mengalami mual muntah. Untuk mulut kering pasien dapat dianjurkan

untuk sering membilas mulutnya dengan air dan tidak mengunyah permen karet atau

permen yang mengandung gula, karena hal tersebut dapat menyebabkan infeksi

jamur pada mulut atau peningkatan insidensi karies gigi. Konstipasi harus diobati

dengan preparat laksatif, dan apabila berkembang menjadi ileus paralitik dianjurkan

untuk pemberian Pilocarpine. Bethanechol (Urecholine) 20 sampai 40 mg sehari

mungkin berguna pada beberapa pasien dengan retensi urine (Kaplan,1997).

Efek Antikolinergik sentral, gejala aktivitasnya adalah agitasi parah;

disorientasi terhadap waktu, orang dan tempat; halusinasi, kejang, demam tinggi,

dilatasi pupil, Stupor dan koma dapat timbul. Terapi toksisitas antikolinergik adalah

dengan menghentikan obat penyebab, pengamatan medis yang ketat dan

physostigmine (Antilirium,Eserine), 2 mg melalui infuse IV lambat, diulangi dalam

satu jam seperlunya. Terlalu banyak physostigmine adalah hypersalivasi dan

berkeringat. Atropine sulfate (0,5 mg) dapat membalikkan efek toksisitas

physostigmine (Kaplan,1997).

30

Page 31: skripsi jiwa

Efek Endokrin, beberapa laporan telah menyatakan bahwa terapi kondisi

dengan bromocriptine (Parlodel), atau yohimbin (Yocon) adalah berhasil pada

beberapa pasien yang mengalami impotensi,namun tetap dipertimbangkan resiko

eksaserbasi (Kaplan,1997).

Efek dermatologis, seperti erupsi kulit, urtikaria, makulopapular,

petekie,dermatitis alergik dan fotosensitivitas yang muncul pada awal terapi dan

dapat menghilang dengan spontan. Reaksi fotosensitivitas yang menyerupai terbakar

mata hari (sunburn) yang parah dapat dicegah dengan memberitahu pasien agar tidak

berada di bawah sinar matahari lebih dari 30 sampai 60 menit, dan harus

menggunakan tabir surya (sun screen) (Kaplan,1997).

Overdosis, terapinya harus termasuk pemakaian arang aktif (activated

charcoal), jika mungkin dan lavase lambung. Pemakaian emetic tidak didindikasikan.

Kejang, dapat diobati dengan diazepam (Valium) IV atau Phenytoin (Dilantin)

(Kaplan,1997).

Haloperidol memiliki efek sedative lemah digunakan untuk sindrom psikosis

dengan gejala dominan apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan

inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dan sebagainya. Pemberian Haloperidol

dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjurannya yaitu 1 atau 2mg.

Dinaikkan dosisnya 2 sampai 3 hari sampai mencapai dosis efektif (Mulai timbul

perbedaan gejala), Dosis per hari yang efektif antara 5-20 mg. Evaluasi dilakukan

tiap 2 minggu dan bila perlu dosis dinaikkan, sampai mencapai dosis optimal. Dosis

ini dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) kemudian diturunkan setiap 2

minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan. Dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi masa bebas obat 1-2 hari /minggu ). Kemudian tappering off, dosis ditu-

runkan tiap 2-4 minggu dan dihentikan (Mubarak,2000).

31

Page 32: skripsi jiwa

Distonia, paling sering timbul pada laki-laki muda (kurang dari 40 tahun),

diperkirakan merupakan hiperaktivitas dopaminergik di ganglia basalis yang terjadi

jika kadar obat dalam system saraf pusat mulai menurun, profilaksis dengan

antikolinergik seperti Benztropine 0,5-2 mg 3x sehari;IM atau IV 1-2 mg biasanya

mencegah berkembangnya distonia (Kaplan,1997).

Akathisia, perasaan subjektif adanya rasa tidak nyaman pada otot yang

menyebabkan pasien gaduh gelisah,berganti-ganti duduk dan berdiri secara cepat,

gerakan-gerakan tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pasien dan obat yang efektif

adalah Propanolol (Inderal) (30-120 mg sehari), Benzodiazepin dan Clonidin

(Catapres) (Kaplan,1997).

Tardive dyskinesia, merupakan gangguan pergerakan di luar kendali pasien

yang muncul setelah pengobatan Haloperidol yang lama ,dieksaserbasi oleh stres dan

menghilang selama tidur. Gangguan pergerakan tersebut bisa dicegah dengan

penggunaan Haloperidol hanya denga dosis yang diindikasikan dan dengan dosis

efektif yang terendah, namun apabila sudah terdiagnosis tardive dyskinesia maka

menurunkan dosis dan mengganti Haloperidol dengan antipsikotik baru termasuk

Clozapin adalah strategi terapi yang utama, namun penggunaan Carbamazepine atau

Benzodiazepine efektif dalam menurunkan gejala tersebut (Kaplan,1997).

Untuk efek samping non neurologis pencegahan dan penatalaksanaan sama

dengan pada Chlorpromazine (Kaplan,1997).

Pada anak-anak atau usia lanjut dosis Haloperidol diturunkan dan dapat dim-

ulai dengan 0,5 – 1,5 mg/ hari dengan pemberian 2 atau 3 kali perhari (Mubarak,

2000).

Obat antipsikosis long acting (Haloperidol 50mg/mL IM, untuk 2-4 minggu)

sangat berguna pada pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun

32

Page 33: skripsi jiwa

yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 mL setiap 2

minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan 1mL setiap bulan (Mubarak,

2000).

Haloperidol sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal, meliputi kaku otot,

hipersalivasi, distonia, diskinesia maka diberikan tablet trihexylphenidine (artane) 3-

4 x 2mg/hari atau sulfas athropin 0,5-0,75 mg IM (Mubarak, 2000).

33

Page 34: skripsi jiwa

BAB III

EFEK SAMPING HALOPERIDOL DAN CHLORPROMAZINE PADA

PASIEN SKIZOFRENIA DITINJAU DARI ISLAM

3.1 Efek Samping Haloperidol Dan Chlorpromazine

Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda

namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya

(Kaplan,1998).

Penyakit ini sangat menyusahkan bagi penderita maupun keluarganya karena

onset terjadinya pada saat dewasa muda produktif yaitu dibawah 45 tahun, dan dalam

perjalanan penyakitnya akan mengalami kemunduran (deteriorasi) dan taraf fungsi

sebelumnya. baik fungsi sosial, pekerjaan maupun kemampuan merawat diri sendiri.

Dalam perjalanan penyakitnya, Skizofrenia mempunyai 3 fase, yaitu fase prodromal,

fase aktif dan fase residual dan dapat berkembang menjadi (Kaplan,1998):

1. Subkronik, yaitu bila individu menunjukkan penyakit terus-menerus, paling

sedikit 6 bulan dan kurang dari 2 tahun.

2. Kronik, sama dengan di atas tetapi lebih dari 2 tahun.

3. Subkronik dengan eksaserbasi akut, yaitu timbul ulangnya gejala psikotik yang

jelas pada seseorang dalam keadaan subkronik.

4. Kronik dengan eksasebasi akut, sama seperti di atas tetapi dalam keadaan kronik.

5. Dalam keadaan remisi, yaitu keadaan yang sama sekali tidak menunjukkan gejala

- gejala penyakit, terlepas apakah ia memakai obat atau tidak.

34

Page 35: skripsi jiwa

Sesuai dengan anjuran agama untuk berobat jika sakit, sebaiknya penderita

Skizofrenia dianjurkan untuk berobat agar kondisinya dapat pulih ke tingkat

kesehatan yang seoptimal mungkin, sesuai hadits Nabi:

Artinya : “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya dan menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu, dan Jangan berobat dengan yang haram” (HR. Abu Dawud).

Dan karena penderita tidak merasa dirinya sakit dan karenanya tidak ada

motivasi untuk berobat maka peran serta keluarga sangat dibutuhkan yaitu dalam hal

mewaspadai timbulnya gejala dan membawa penderita ke dokter. Hal ini sesuai

dengan firman Allah:

Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat – menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” (Q.S. al’Ashr (103:1-3).

Pengobatan yang diberikan pada penderita Skizofrenia ini bersifat eklektik

holistik. Dengan pendekatan ini diharapkan penderita dapat kembali berfungsi secara

wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah / kampus, di tempat

kerja dan di lingkungan keluarganya. Jika ditinjau dari tujuan dan jenis terapi yang

diberikan maka menurut pandangan Islam diperbolehkan. Karena hal tersebut telah

diteliti oleh ahlinya seperti oleh para dokter jiwa.

Penatalaksanaan Holistik tersebut terdiri dari:

35

Page 36: skripsi jiwa

1. Psikoedukatif, berguna untuk membantu dan menambah efek farmakologis,

antara lain psikoterapi suportif, perilaku, kognitif, termasuk re-edukasi,

rekonstruksi kepribadian serta berbagai pelatihan dan “conditioning”

(pembiasan) perilaku (Kaplan dkk, 1997).

2. Psikososial. dimaksudkan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan

lingkungan sosial dan mampu merawat diri mampu mandiri sehingga tidak

menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Hawari, 2001).

3. Psikoreligius, sangat berguna untuk meluruskan gejala patologis dengan pola

sentral keagamaan berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sholat, berdoa, zikir,

ceramah keagamaan dll, dengan demikian diharapkan keyakinan atau keimanan

penderita dapat pulih kembali ke jalan yang benar. Dan terutama agar pasien

memperoleh ketenangan dan penyembuhan penyakit. Seperti keyakinan Nabi

Ibrahim yang diceritakan dalam al Quran:

Artinya : “Dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan” (Q.S. Asy-Syu’araa’ (26): 80)

4. Psikofarmaka, sangat efektif untuk menghilangkan gejala klinis Skizofrenia atau

dengan kata lain penderita Skizofrenia dapat diobati karena obat psikofarmaka

mempengaruhi neurotransmitter otak penderita Skizofrenia yang terganggu.

Berkat kemajuan di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa, saat ini telah ditemukan obat

antipsikotik baru yang disebut Haloperidol dan Chlorpromazine.

Obat - obat psikofarmaka konvensional pertama kali disintesis atau berasal

dari senyawa kimia Phenothiazine yang selanjutnya berbagai antipsikotik yang

secara struktural berbeda tapi tidak berbeda secara farmakodinamik dan

phenothiazine diperkenalkan dalam praktek klinis. Kemudian laboratorium dari salah

36

Page 37: skripsi jiwa

satu riset Belgia, khususnya Paul Janssen, memperkenalkan Haloperidol, suatu

butyrophenone; Pimozide, suatu diphenylbutylpiperidine; dan terakhir

Chlorpromazine (Kaplan dkk, 1997).

Chlorpromazine (CPZ) adalah 2-klor-N- (dimetil-aminopropil)- fenotiazin.

Derivat fenotiazin lain didapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti

fenotiazin. Chlorpromazine menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak

acuh terhadap rangsang dan lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi

terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emosional

penderita sebelum minum obat (Sulistia G, 1995).

Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania penderita psikosis

yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul

pada 80% penderita yang diobati Haloperidol. Oksipertin merupakan derivat

butirofenon yang banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertin berefek blokade

adrenergik dan antiemetik serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada manusia

(Sulistia G, 1995).

Meneliti dan mendapatkan jenis obat baru ini merupakan usaha manusia

untuk mengembangkan obat antipsikotik yang efektif dengan efek samping yang

lebih kecil. Efek samping Haloperidol dan Chlorpromazine yaitu efek subyektif

seperti rasa kantuk dan lelah serta menurunnya performa pada pasien. Obat psikotik

lebih banyak bekerja pada daerah subkortikal, hipersinkronisasi yang ditimbulkan

oleh obat antipsikotik dapat berakibat kelumpuhan diwaktu-waktu tertentu pada

pasien yang tidak pernah mengalami kelumpuhan sebelumnya serta gangguan

disfungsi seksual, hanya perbedaannya Chlorpromazine lebih efektif dalam menyekat

α-1-adrenoreseptor dari pada reseptor D2 dibandingkan Haloperidol

(Mubarak, 2008).

37

Page 38: skripsi jiwa

3.2. Skizofrenia menurut Pandangan Islam

Allah SWT secara harfiah telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang

paling sempurna dengan dilengkapi oleh akal, perasaan, kemauan dan kehendak.

Sebagaimana Allah SWT berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin (95): 4).

Akal merupakan satu-satunya perbedaan yang sangat mendasar pada diri

manusia terhadap mahluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Tetapi dengan kehendak-

Nya pula akal seseorang dapat menjadi rusak atau hilang. Orang yang menggunakan

akalnya pada dasarnya adalah orang yang cerdas (Asysya’rawi, 1999).

Secara etimologi akal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan),

al-hajr (menahan), al-nahyu (melarang), dan Man‘u (mencegah). Berdasarkan makna

bahasa ini maka yang disebut orang yang berakal (al-aqil) adalah orang yang mampu

menahan dan mengikat hawa nafsu. Jika hawa nafsu terikat maka jiwa

rasionalitasnya mampu bereksistensi. Nama lain dari akal adalah hulm, nuha, hijir

dan hujjah. Akal merupakan salah satu bagian dari daya nafsani manusia yang

memiliki dua makna, yaitu:

1. Akal jasmani, yaitu salah satu organ tubuh yang terletak di kepala. Akal ini lazim

disebut dengan otak (al-dimagh) yang bertempat di dalam kepala.

2. Akal ruhani, yaitu cahaya (al-nur) ruhani dan daya nafsani yang dipersiapkan

untuk memperoleh pengetahuan (al-marifah) dan kognisi (al-mudrikat).

Akal diartikan sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan dan

mengeluarkan pengetahuan. Akal merupakan daya kekuatan untuk memperoleh

38

Page 39: skripsi jiwa

segala ilmu. Ilmu akal meliputi ilmu yang duniawi dan ukhrowi. Beberapa nash yang

mendukung eksistensi akal sebagai bagian dari diri manusia, disebutkan dalam hadist

Nabi SAW:

�ق� ل و�ج�ل� الله م�اخ� �ق� �ع�ز� ل م� خ� �ر� �ك �ه� ا �ي �ع�ق�ل� م�ن� ع�ل ال

Artinya: “Tidak dijadikan Allah suatu makhluk yang terlebih mulia pada-Nya daripada akal” (HR. al-Bukhari-Muslim).

Penyakit Skizofrenia merupakan gangguan jiwa dimana pasien tidak mampu

menilai mana yang nyata dan mana yang bukan nyata, atau biasa disebut kehilangan

akal sehat (gila). Adapun gejala dari Skizofrenia adalah:

1. Secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat mengambang

serta terputus-putus. Bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat, dan tema

abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

2. Perilaku yang tidak bertanggung jawab, tanpa tujuan dan tanpa maksud. Suasana

perasaan (mood), pasien yang dangkal dan tidak wajar (inapproriate). Sering

disertai oleh cekikikan atau perasaan puas diri (self-satisfied).

3. Senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling), atau oleh sikap yang angkuh

atau tinggi hati, tertawa menyeringai, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan

yang hipokondrik, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases).

4. Proses berfikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta

inkoheren. Ada kecenderungan untuk tetap menyendiri (solitary).

Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekwensi

modernisasi dan industrilisasi ataupun kemajuan ilmu mempunyai dampak dalam

kehidupan masyarakat. Stres psikososial dapat merupakan salah satu faktor pencetus,

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu

39

Page 40: skripsi jiwa

terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul (Abdullah,

2002, Hawari, 2001).

Sehingga hal-hal seperti ini dapat menyebabkan kesehatan fisik dan jiwa dari

seseorang dapat menurun dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, Allah

SWT berfirman:

Artinya: “Allah menganugrahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam rentang Al Quran dan As Sunah) kepada siapa yang dikehendak-Nya. Dan Barangsiapa yang dianugrahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Al-Baqarah (2): 269).

Suatu penyakit yang menutupi atau mengganggu akal, akan menyebabkan

akal tidak mampu menangkap suatu objek dengan benar dan disertai kebingungan

dan kekacauan pikiran. Orang yang akalnya tertutup atau terganggu, tidak dapat

membedakan antara yang benar dan yang salah, atau antara yang baik atau yang

buruk (Ichtiar Barn Van Hoeve, 2000).

Akal menurut agama Islam merupakan daya pikir yang terdapat pada jiwa

manusia, daya yang dalam Al-Quran digambarkan memperoleh pengetahuan. Akal

harus mampu menjelaskan untuk apa orang tersebut hidup, bagaimana harus mengisi

dan menjalani hidup. Akal mampu menghantarkan manusia pada esensi kemanusiaan

(haqiqah insaniyah).

Secara psikologi akal memiliki fungsi kognisi (daya cipta). Kognisi adalah

suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan dalam berimajinasi,

memprediksi, berfikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai. Dalam Al-Quran

komponen nafsani yang mampu berakal adalah kalbu, Allah SWT berfirman:

40

Page 41: skripsi jiwa

Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada” (QS. A1-Hajj (22): 46).

Akal dan kalbu bisa dipengaruhi oleh lingkungan, pengaruh lingkungan ini

terkadang bisa baik dan bisa juga buruk. Apabila kalbu ini berfungsi secara normal,

maka kehidupan manusia menjadi baik. Sebab kalbu memiliki nature ilahiyyah atau

rabbaniyyah, karena baik buruk kalbu tergantung pada pilihan manusianya itu

sendiri. Hal itu sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW:

�ن� �الو�إ د� ف�ى أ �ج�س!!� غ�ه$ ال �ذ�ا م'ض!!� 'ح�ت� و�إ ل ص!!�� د' أ �ج�س!!� ال

ه' 'ل!!, �ذ�ا ك د� و�إ د� ت� ف�س!!� د' ف�س!!� �ج�س!!� ه' ال 'ل!!, � ك �ال و�ه�ي� ا�ق�ل�ب' ال

Artinya: “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan jikalau ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ingatlah bahwa ia adalah kalbu” (HR. Al-Bukhari dari Nu’man ibn Basyir).

Kehilangan akal dapat terjadi dalam situasi dan kondisi yang berbeda, seperti

hilang akal sesaat, hilang akal sementara, atau hilang akal permanen. Hilang akal

sesaat lebih dikenal dengan sebutan lupa atau tidak ingat. Dengan bantuan stimulan

tertentu maka seseorang akan mudah mengingatnya kembali tanpa kesulitan. Untuk

hilang akal sementara seperti tidur atau pingsan, apabila penyebab hilang akal telah

selesai, maka seseorang akan pulih kembali dan hilang akal sementaranya.

Sedangkan orang yang hilang akal secara permanen, maka hal inilah yang

biasa disebut sebagai gila (Skizofrenia). Sedangkan orang yang rusak akal adalah

orang yang tidak mampu mempergunakan akalnya sehingga hawa nafsu dapat

menguasai dirinya (buruk akhlak), ia tidak mampu mengendalikan diri dan akan sulit

41

Page 42: skripsi jiwa

memahami kebenaran, karena seseorang yang dikuasai hawa nafsu akan

mengakibatkan terhalang untuk memahami kebenaran (Hawari, 1999).

3.3. Anjuran Berobat Bagi Penderita Skizofrenia Dalam Islam

Selama manusia hidup tidak pernah luput dari berbagai masalah, sesuai

dengan syariat Islam maka masalah yang ada harus dipecahkan, misalnya bila

menderita sakit maka solusinya adalah berobat. Islam mengajarkan dalam

memecahkan masalah serta menetapkan apa tujuan tindakan, sebagaimana sabda

Nabi Muhammad SAW : (Bahreisy, 2000)

�ع�م�ال' �أل �م�اا �ن �ات� إ 5ي �الن 'ل5 ب �ك �م�ال �ن �و�ى ام�ر�ئ9 و�إ م�ان

Artinya : ”Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung dari niat dan tujuannya, dan manusia akan memperoleh apa yang diniatkannya.” (H.R Al Bukhari)

Zulkifli (1994) mengatakan bahwa seseorang dikatakan sakit adalah bila

terdapat ketidaknormalan pada fisik, mental (iman, jiwa dan qalbu) dan sosialnya.

Penyakit bukan hanya terdapat pada ketidaknormalan fisik saja tetapi iman, jiwa dan

qalbu seseorang juga bisa sakit, begitu juga pada keadaan sosialnya. Dapat dibedakan

antara sakit fisik, iman, dan sosial sebagai berikut:

1. Sakit Fisik

Sakit fisik adalah bila kondisi tubuh dalam keadaan tidak normal, baik secara

fisik atau secara fisiologis. Penyakit fisik diantaranya kelainan bawaan, penyakit

infeksi, tumor, penyakit karena terpapar benda tajam atau tumpul dan lain-lain,

sebagaimana firman Allah SWT berikut:

42

Page 43: skripsi jiwa

Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu Makan bersama-sama mereka atau sendirian.”(Q.S. An-Nuur (24): 61).

2. Sakit Mental

Sakit mental adalah yang berhubungan dengan iman, jiwa dan qalbu

seseorang.

a. Sakit Iman

Seseorang dikatakan sakit imannya bila orang tersebut mengaku dirinya

muslim tapi ia tidak melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT,

sebagaimana firman Allah berikut:

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon bidara” (QS. Saba (34): 16)

Obat bagi mereka yang sakit iman adalah mengabdikan hidupnya semata-

mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT, seperti firman Allah berikut:

Artinya: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS.Al-An ‘am (6): 162).

43

Page 44: skripsi jiwa

b. Sakit Jiwa

Sakit jiwa adalah perilaku atau psikologis seseorang yang secara khusus

berkaitan dengan gejala penderitaan strees di dalam satu atau lebih fungsi manusia

yaitu perilaku, psikologis atau biologis. Malas dan putus asa adalah beberapa contoh

gangguan kejiwaan. Setiap muslim dilarang Allah SWT untuk berputus asa,

sebagaimana firman-Nya berikut:

...

Artinya: “… Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf (12):87)

c. Sakit Qalbu

Sakit qalbu adalah hati yang sedang mengalami sakit yang disebabkan oleh

karena kurang atau tidak disirami dengan dzikir kepada Allah SWT dapat

menurunkan Iman seseorang. Qalbu orang yang sehat adalah ibarat cermin yang bila

cermin itu kotor maka selalu dibersihkan sehingga selalu bersih, sedangkan qalbu

yang sakit adalah ibarat cermin yang kotor yang tidak pernah dibersihkan, sehingga

menjadi sakit dan sulit disembuhkan.

Obat untuk orang sakit qalbu adalah dengan selalu mengingat Allah SWT,

sebagaimana firman-Nya berikut:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (QS.Ar-ra‘d(13): 28).

3. Sakit Sosial

Sakit sosial adalah bila kebutuhan sandang, pangan dan papan tidak tercukupi

untuk menopang kehidupan. Bagi seorang muslim kekurangan yang dialami, harus

44

Page 45: skripsi jiwa

disadari bahwa hal ini merupakan suatu ujian dari Allah SWT, seperti dikatakan

dalam firman Allah:

Artinya:”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah(2): 155).

Skizofrenia merupakan sakit mental (kejiwaan). Bagi orang yang divonis

menderita sakit tersebut, kata-kata itu akan menimbulkan perasaan takut dan

khawatir bagi lingkungn keluarga maupun lingkungan sekitar.

Berusaha untuk sembuh dan mengobati penyakitnya merupakan tindakan

yang dianjurkan dalam Islam. Dalam hal ini penderita disuruh untuk berobat.

Mengenai pengobatan ini ada dua hadits yang terkenal, yaitu menganjurkan berobat

bila sakit dan melarang berobat dengan yang haram (Uddin, 2002).

ام�ة� ع�ن� �س� �ن� ا �ك� ب ر�ي �ت' ش� 'ن :ك �ب5ى ق�ال� د�الن ن!!� ل�ى ع� ص!!��ه� الله' �ي �م� ع�ل ل � و�ج�اء�ت� و�س� �ال اب' ا و�ل� ع�ر� س' �ار� 'و�اب ف�ق�ال

�د�او�ى �ت �ن �ع�م� ف�ق�ال� ؟ الله�.ا ا ن �اد�الل!!ه� ي!!� ب �ن� ع� د�او�و�اف�ا ت!!��م� الل!!!ه� ع� ل �ض!!!� ع� ي �و�ض!!!� �ال ه' د�اء$ا ف�اء$ ل!!!� د�اء9 ش!!!� ر� غ�ي!!!�

'و�ام�اه'و�؟ م' و�اح�د9.ق�ال �ه�ر� �ل :ا ق�ل�

Artinya : ”Usamah bin Syarik berkata: Di waktu saya beserta Nabi Muhammad SAW, datanglah beberapa orang badui, lalu mereka bertanya, “Ya Rasullulah, apakah kita mesti berobat?”.” Ya, wahai hamba Allah, berobatlah engkau, karena Allah tidak mengadakan penyakit, melainkan ia adakan obatnya, kecuali satu penyakit”. Tanya mereka:” Penyakit apakah itu?”Jawab beliau:”Tua”(HR. Ahmad).

Jadi jelaslah bahwa Allah SWT menurunkan penyakit beserta dengan

obatnya. Oleh karena itu manusia hendaklah berikhtiar dan bersabar dalam

45

Page 46: skripsi jiwa

menyembuhkan penyakitnya. Sabar dan tidak gelisah dalam menghadapi cobaan atau

penyakit adalah selaras dengan firman Allah SWT :

Artinya: ”Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”(Q.S. Luqman (31): 17).

Rasullulah SAW bersabda :

و�ل' س' ه� الل!!ه ص�ل�ى الله� ع�اد�ر� �ي!!� �م� 'ع�ل ل � و�س!!� ج'ال م�ن� ر�� �ال �ب� ا ق�اك �ص�ار� �ه� ث �ي �ة' ع�ل ال ال� ق�س� �ب�ى ف�ق!!� ان ا الل!!ه ي!!� م!!�

'ع� ع�م'ض�ت� ب �د�س� � م'ت د' و�ال �ح� �ى ا ن �ح�ض�ر� ال� ي و�ل' ف�ق!!� س!!' ر��ه� الله� ص�ل5ى الله� �ي �م� ع�ل ل �ئ و�س� �خ�ي� : ا �ر� ا �ص�ي ج� ا ثخ�ر'�ك� م�ن� �و�ب �م�اد�خ�ل�ت' د'ن �ه�ا ك ف�ي

Artinya: ”Ketika Rasullulah SAW mengunjungi seorang laki-laki Anshar beliau menunjukkan diri kepadanya serta menanyai, maka dia menjawab: Ya Nabiyallah, aku sudah tujuh malam sudah tidak memejamkan mata dan tidak seorang pun datang menengok aku”. Lalu Rasullulah SAW bersabda:” Hai saudarku, sabarlah, niscaya engkau akan keluar dari dosa-dosamu seperti pada saat engkau memasukinya”(HR. Ibnu Abidduniya).

Sebagai umat Islam apabila terkena suatu penyakit harus tetap berusaha dan

tidak boleh berputus asa untuk mendapatkan penyembuhan, seperti firman Allah

SWT:

Artinya: ”Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Qs. Yusuf (12):87)

46

Page 47: skripsi jiwa

Manusia boleh memanfaatkan apa saja yang ada di bumi, bahkan apa saja

yang ada di alam semesta ini untuk dimakan, diminum, dipakai sebagai pakaian,

obat-obatan, kendaraan, perhiasan dan sebagainya kecuali yang jelas diharamkan

oleh Allah SWT.

Rasullulah SAW bersabda :

�ن� �م� الله ا �ج�ع�ل� �ل 'م� ي ف�اء�ك م� ش� �م�اح'ر5 'م� ف�ي �ك �ي ع�ل

Artinya : “Allah tidak menjadikan penyembuhan dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (H.R Al-Baihaqi)

Ulama menyatakan yang dimaksud dengan al-muharram sebagaimana

dinyatakan dalam hadist nabi di atas, bukan hanya khamr tetapi juga menyangkut

segala sesuatu yang membahayakan kepala, otak dan menghilangkan ingatan baik

dari bahan-bahan tumbuhan atau obat-obatan yang membahayakan, zat-zat adiktif

lain yang meliputi penggunaan obat bius (al-mukhadirrat seperti ganja, kokain ,

heroin, dan sebagainya. Diharamkan karena unsur zat itu memabukkan, akan

merusak fungsi otak, melalaikan dzikir kepada Allah dan membahayakan tubuh,

ulama sepakat mengharamkannya (Zuhroni dkk, 2003).

Dalam mengobati penyakit tersebut, Islam menyuruh untuk menanyakan

kepada orang yang ahli di bidang itu. Hal ini terlihat jelas dalam Al Quran :

Artinya : ”Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui” (Q.S. An Nahl (16): 43).

47

Page 48: skripsi jiwa

Sebagaimana juga Rasullulah SAW bersabda:

م' �ح�ز� �ل �ن� ا أى ا د�ار� او�ر� 'ش� 'م� ن �ع'ه' ث 'ط�ي ن

Artinya: "Perbuatan yang baik adalah bertanya kepada orang yang ahli dan sesudah itu mengerjakan nasihatnya. " (HR. Abu Dawud)

Juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhari :

�ي� ع�ن� �ب ض�ي� ا ة�ر� �ر� ي ه' الله ه'ر� ل� 'ع�ن!!� :ق!!� ال� و�ل' ق!!� س!!' ر�ل�ي الل!!ه� ه� الل!!ه' ص!!� �ي!!� �م� ع�ل ل �ل�ى و�س!!� ا �م�ر' د�اال �د�او'س!!� ا

�ه� �ه�ل ا �ر� اع�ة� غ�ي �ظ�ر�الس� �ت ف�ان

Artinya: ” Abu Hurairah berkata : Sabda Rasullulah SAW :” Apabila suatu urusan di serahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Al Bukhari)

Dalam hadits lainnya Rasullulah SAW bersabda :

�ن� ع�ن� وب �ار�ع�ن� ع�م�ر� �ن � د�ي �ن� ل9 ه�ال اف� ب �س� :د�خ�ل� ي ق�ال�و�ل' س' ه� الله� ص�ل�ى الله� ر� �ي!!� �م� ع�ل ل �ض� ع�ل�ى و�س!!� ر�ي م!!��ع'و�د'ه' �ل�ى ي 'و�اا ل س� ر�

� :أ �ب9 ف�ق�ال� �ي �ت� ف�ق�ال� ط�ب �ن : و�ا tل� ق�ائو�ل' �ق!!' ك� ت و�ل� ذ�ل!!� س!!' �ار� �ع�م� الل!!ه�؟ ي :ن ال� �ن� ق!!� الل!!ه� ا

و�ج�ل� �م� ع�ز� �ز�ل� ل 'ن � د�اء$ ي �ال ل� ا �ز� �ن �ه' ا ف�اء$ ل ش�

Artinya: ” Amar bin Dinar meriwayatkan, dari Hilal bin Jasaf bahwa Rasullulah SAW mengunjungi orang sakit, lalu bersabda,” bawakan ke dokter” maka berkatalah dari orang yang hadir,” Ya, karena Allah Azza Wa Jalla tidak menurunkan suatu penyakit melainkan menurunkan pula penyembuhnya”(HR. Al Bukhari dan Muslim).

48

Page 49: skripsi jiwa

Dari ayat dan hadits di atas jelaslah bahwa Islam menyuruh berusaha untuk

menyembuhkan penyakit yang dideritanya dengan berobat ke dokter, sebagai orang

yang lebih mengetahui atau ahli dalam bidang penyakit tersebut.

Hal yang perlu diingat adalah separah apapun penyakit yang diderita, ingatlah

Allah tidak mungkin memberikan suatu penyakit yang tidak sanggup dipikul seorang

muslim, dan kuasaNya tidak akan bisa dicegah meskipun dokter-dokter diturunkan

untuk menolong, namun tanpa kekuasaan Allah sakit yang dialami tidak akan

sembuh, karena dokter dan obat adalah sarana kesembuhan. Sebagaimana dalam Al-

Qur’an mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan :

Artinya : “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,“(Qs. Asy-

Syu’araa’(26):80)

Rasullulah SAW bersabda:

'ل5 �ك �ب� ل �داأص�ي �و�اءtف�ا ئ� د�اءي �ر� �ذ�ن� د�و�اءالد�اءب �ا الله� بو�ج�ل� ع�ز�

Artinya: ” Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat untuk penyakitnya, maka kesembuhan itu atas izin Allah”(HR. Muslim).

3.4. Pandangan Islam Terhadap Perbandingan Efek Samping Haloperidol

Dan Chlorpromazine Pada Pasien Skizofrenia

Penggunaan Haloperidol dan Chlorpromazine ditujukan untuk tujuan

kesehatan dan kesembuhan penderita Skizofrenia. Semua ini dilakukan dalam rangka

mengamalkan petunjuk Islam yang lurus dan mendorong umatnya agar berobat bila

mana tubuhnya sakit.

49

Page 50: skripsi jiwa

Pada prinsipnya syariat Islam menganjurkan belajar ilmu kedokteran dan

mempraktekkannya karena tujuannya untuk kemaslahatan manusia, bermanfaat bagi

mereka dan kesehatan tubuh mereka. Salah satu cara yang mesti dilakukan oleh

kalangan medis adalah dengan penggunaan Haloperidol dan Chlorpromazine.

Menurut para ulama, hukum pemberian obat pada penderita Skizofrenia

hukumnya wajib karena untuk memulihkan kembali kondisi jiwa yang terganggu

(gila) kembali menjadi sehat dibenarkan dalam Islam, karena niat dan motivasi

utamanya adalah penyempurnaan fungsi sebagai pengobatan. Di antara ayat yang

dapat dijadikan sebagai dalil pengobatan dengan menggunakan Haloperidol dan

Chlorpromazine, dianggap sebagai upaya menjaga kehidupan dari gangguan

kejiwaan dan menghindari dari yang dapat membinasakannya. Allah SWT

berfirman:

Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa :

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan kerena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi ini, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi” (QS Al-Maidah (5) : 32).

Berdasarkan ayat ini, Allah menghargai setiap upaya mempertahankan

kehidupan manusia dari gangguan kejiwaan, menjauhkan diri dari hal yang dapat

membinasakannya.

50

Page 51: skripsi jiwa

Bagaimanakah Islam memandang orang yang gila? Kedudukan orang gila

dalam Islam, berdasarkan hadits dan Aisyah RA.:

ف�ع� �م' ر' �لق�ل �ث9 ع�ن� ا �ال � ع�ن�:ث �م ائ �ق�ظ� ح�ت�ى الن!!� �ي ت �س!!� و�ع�ن�, ي�م� ح�ت�ى الص��بي5 �ل ت 'و�ن� و�ع�ن� �يح� ن �لم�ج� �ع�ق�ل� ح�ت�ى ا ي

Artinya: “Diangkatkan kalam (taklif/tugas) dari tiga golongan, yaitu orang tidur sampai ia bangun, dan anak-anak sampai ia bermimpi (baligh), dan dari orang gila sampai ia sadarkan diri” (HR. Ahmad. Abu Daud dan Tirmidzi).

Dalam hadits ini menyampaikan pesan bahwa penderita Skizofrenia (orang

gila) tidak memiliki beban apapun dalam hubungannya dengan kawajiban

keberagamaannya. Sekalipun di dalam hukum Islam, orang gila (Skizofrenia)

terbebas dari berbagai kewajiban keberagamaan karena hilang akalnya. Akan tetapi

muatan dari hadits di atas mengisyaratkan bahwa orang gila memiliki kesempatan

untuk “sampai ia sadarkan diri”.

Hal ini berarti merupakan kewajiban dari setiap orang yang berada

disekitarnya, terlebih orang yang mampu (keluarga, medis dan paramedis). Untuk

membantu mengendalikan fungsinya agar dapat kembali sadarkan diri dan beribadah

kepada Allah SWT. Karena apabila penyakit tersebut tidak diobati akan

mengakibatkan kesehatan jiwanya makin terganggu (parah) dan akan mengganggu

lingkungan keluarga maupun sekitarnya. Tetapi apabila diobati penyakit tersebut bisa

kembali sadarkan diri dan dapat melaksanakan ibadah kembali kepada Allah SWT,

seperti shalat, puasa dan lain sebagainya.

Keterkaitan kesehatan jiwa dengan agama dinyatakan oleh Dadang Hawari,

bahwa dari semua cabang ilmu kedokteran, ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa

adalah paling dekat dengan agama, bahkan ada titik temu antara keduanya. Dari

51

Page 52: skripsi jiwa

agama penyakit jiwa dapat dicegah atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam

mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan (Zuhroni dkk, 2003).

Untuk mengobati Skizofrenia digunakan obat antipsikosis Haloperidol dan

Chlorpromazine. Dengan melihat struktur kimia tersebut merupakan senyawa devirat

fenotiazin dan devirat butirofenon, senyawa tersebut tidak memabukkan, tidak

bersifat adiktif dan tidak mengandung bahan-bahan yang di haramkan sehingga halal

dan dapat digunakan. Allah AWT melarang untuk berobat dengan yang haram,

seperti dikatakan dalam hadits Nabi SAW berikut:. Sebagaimana hadits Nabi SAW:

�ن� �م� الل!!ه� إ ل� ل �ج�ع!!� ف�اء� ي 'م� ش!!� اح'رم� ك �م!!� ف�ي'م� �ك �ي البيحقى) (رواه ع�ل

Artinya: “Allah tidak menjadikan penawar bagi kamu sesuatu yang sudah diharamkan atas kamu”. (H.R Baihaqi).

Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

�ه�ى و�ل' ن س' �ه� الله ص�ل�ى الله� ر� �ي �م� 'ع�ل ل و�س!!��ي�ث و�اء� ال!!!د� ع�ن ب �خ� �ع�ن�ي ال م� ي (رواه الس!!!�

والترمذى) ماجه وابى احمدومسلم

Artinya : "Rasulullah SAW melarang menggunakan obat yang al khabits, yakni yang meracuni". (HR Ahmad, Muslim, Ibnu Majah, dan al-Turmudzi).

Menilai keadaan ini, menurut agama Islam harus diperhatikan manakah yang

lebih besar manfaat atau mudharatnya dari Haloperidol Dan Chlorpromazine.

Manfaat Haloperidol Dan Chlorpromazine (Sulistia G, 1995):

52

Page 53: skripsi jiwa

1. Efektif dalam penatalaksanaan jangka panjang maupun pendek yaitu

menurunkan gejala akut dan mencegah eksaserbasi (kekambuhan) lebih

lanjut.

2. Lebih efektif mengatasi gejala positif dibandingkan untuk gejala negatif.

3. Lebih responsif pada pasien tipe Paranoid.

4. Dari segi harga lebih murah jika dibandingkan dengan obat Antipsikotik

Atipik.

5. Meningkatkan kualitas hidup.

Mudharatnya Haloperidol dan Chlorpromazine (Sulistia G, 1995):

1. Terjadi gangguan disfungsi seksual.

2. Gangguan jantung, otonomik, hematologis dan metabolik.

3. Juga dapat menimbulkan gejala negatif.

Fakta lain menunjukkan, selama ini dokter menggunakan antipsikotik

dengan pertimbangan:

1. Terutama untuk memperbaiki gejala positif, karena biasanya pasien datang ke

dokter pada fase akut.

2. Efek samping tersebut akan hilang jika obat dihentikan (Kaplan dkk, 1997).

Dari penjelasan di atas maka menurut agama Islam pengobatan penderita

Skizofrenia dengan penggunaan Antipsikotik diperbolehkan karena manfaatnya jauh

lebih banyak, dengan syarat dokter dapat menekan risiko munculnya efek samping

tersebut sekecil mungkin yaitu dengan meningkatkan ketelitian dokter dalam hal

memberikan obat-obatan Antipsikotik tersebut, seperti kapan pengobatan dimulai,

53

Page 54: skripsi jiwa

kapan harus dihentikandan kapan harus dimulai kembali. Tentunya juga dengan

ketepatan memberi dosis dari jenis obatnya. Hal ini berpedoman pada hadits Nabi

Artinya: ”Sesungguhnya Allah Ta‘ala menyukai bila seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan teliti (Riwayat Baihaki, Abu Ya‘Ia, Ibnu ‘Asakir)

BAB IV

54

Page 55: skripsi jiwa

KAITAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN AGAMA ISLAM

PERBANDINGAN EFEK SAMPING DARI HALOPERIDOL DAN

CHLORPROMAZINE PADA PASIEN SKIZOFRENIA

Berdasarkan uraian pada Bab II dan Bab III terdapat kaitan pandangan antara

ilmu Kedokteran dan Islam, yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan pandangan kedokteran bahwa pengobatan Skizofrenia dengan

antipsikotik yaitu dengan Haloperidol dan Chlorpromazine harus diikuti dengan

pengetahuan tentang efek samping yang mungkin bisa terjadi, Terlihat lebih banyak

efek samping ekstrapiramidal pada kelompok Haloperidol dan efek samping seperti

mulut kering dan sedatif pada kelompok Chlorpromazine. Obat antipsikotik lebih

banyak bekerja pada daerah mesokortikal, mesolimbik,dan nigrostriatal .

Islam adalah agama yang mengatur seluruh dinamika kehidupan umatnya.

Pengobatan Skizofrenia dengan antipsikotik yaitu Haloperidol dan Chlorpromazine

diperbolehkan karena bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kesembuhan bagi

penderita Skizofrenia. Obat ini aman diberikan karena menggunakan derivat

fenotiazin dan derivat butirofenon dan tidak mengandung bahan-bahan yang

diharamkan oleh Islam. Efek samping dapat diantisipasi dan dihilangkan dengan

pemberian dosis obat yang sesuai dengan aturan. Penggunaan Chlorpromazine sering

menimbulan hipotensi orthostatik bila terjadi atasi dengan Noradrenalin (effortil,

IM). Efek samping ini dapat dicegah dengan tiduran selama 5-10 menit setelah

diberikan obat tersebut. Sedangkan Haloperidol sering menimbulkan gejala

ekstrapiramidal, maka diberikan tablet trihexylphenidin (artane) atau sulfas atropin.

Perbandingan efek samping Chlorpromazine lebih efektif dalam menyekat α1-

adrenoreseptor dari pada reseptor D2 dibandingkan Haloperidol.

55

Page 56: skripsi jiwa

BAB V

56

Page 57: skripsi jiwa

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Farmakologi obat-obatan antipsikotik yaitu obat antipsikosis menyekat

reseptor D2 pascasinaps didalam sistem saraf pusat, terutama di sistem

mesolimbik frontal, dapat dilihat dari pemeriksaan PET (Positron Emission

Tomography) peningkatan densitas reseptor dopamin diotak pasien

skizophrenia yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosik.

2. Efek samping Chlorpromazine lebih ke efek sedatif, seperti lemas,

mengantuk sampai tertidur , dilihat dari reseptor α1 yang merupakan

antisympathomimetik properties yang dapat mengakibatkan turunnya tekanan

darah, takikardi, vertigo, hipersalivasi, disfungsi seksual serta adanya

pengaruh yang cukup besar pada reseptor- reseptor lain yang mengakibatkan

efek samping yang muncul menjadi lebih banyak, seperti terdapat gejala

idiosinkrasi berupa ikhterus, dermatitis, dan lainnya. Pada potensi tinggi

Chlorpromazine yang merupakan derivat fenotiazin dapat merangsang

chemoreseptor trigger zone sehingga mengakibatkan efek samping seperti

muntah dan pendarahan saluran cerna atau vestibuler. Efek- efek yang timbul

sama dengan efek yang ditimbulakan oleh Haloperidol, namun pada

Haloperidol yang merupakan derivat dari Butirofenon efek sedatif yang

timbul lemah dibanding Chlorpromazine. Haloperidol menghambat sistem

dopamin dan hipotalamus, sehingga bisa mencegah muntah yang ditimbulkan

oleh apomorfin. Untuk sistem cardiovaskular, Haloperidol dapat

menimbulkan hipotensi tapi tidak sekuat Chlorpromazine. Efek neurologik

obat ini pada dosis berlebihan akan menyebabkan gejala ekstrapiramidal

57

Page 58: skripsi jiwa

serupa dengan yang terlihat pada sindrom parkinson, Haloperidol lebih poten

untuk pasien Skizofrenia karena lebih besar pengaruhnya dalam menghambat

reseptor D2, namun untuk pasien Skizofrenia yang gaduh gelisah sebaiknya

pilih Chlorpromazine karena efek sedatifnya besar.

3. Pandangan Islam terhadap pengobatan Skizofrenia dengan antipsikotik yaitu

Haloperidol dan Chlorpromazine diperbolehkan karena bertujuan untuk

menjaga kesehatan dan kesembuhan bagi penderita Skizofrenia, obat ini aman

diberikan dan tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan oleh Islam.

Efek samping dapat diantisipasi dan dihilangkan dengan pemberian dosis obat

yang sesuai dengan aturan

5.2 Saran

1. Untuk masyarakat agar dapat mengetahui informasi mengenai perbandingan

efek samping Haloperidol dan Chlorpromazine pada pasien Skizofrenia

dilihat dari ilmu kedokteran dan sudut pandang islam serta bagi keluarga

yang salah satu anggotanya menderita Skizofrenia agar tetap menuntun,

membimbing untuk menjalankan kewajiban –kewajiban agama seperti shalat

dan puasa

2. Untuk Dokter agar memahami pengobatan pada pasien schizophrenia

sehingga terapi dapat diberikan secara holistik, dan juga memahami efek

samping obat sehingga lebih berhati-hati dalam pemberian obat.

3. Untuk umat Islam agar lebih meningkatkan kualitas keimanannya agar dapat

berfikir rasional sehingga dapat menyingkirkan mitos yang lebih mengarah

kepada akidah yang salah,seperti menganggap bahwa Skizofrenia disebabkan

58

Page 59: skripsi jiwa

oleh makhluk halus/ kekuatan supranatural,yang dimana sebenar-benarnya

Skizofren adalah kondisi medis yang dapat dipulihkan oleh obat-obatan

59