skripsi hubungan pola pemberian asi dengan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA
1-6 BULAN DI PUSKESMAS SEI SEMAYANG TAHUN 2018
OLEH :
FANY PRICILLAWATI SEMBIRING
P07524414015
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2018
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA
1-6 BULAN DI PUSKESMAS SEI SEMAYANG TAHUN 2018
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
OLEH :
FANY PRICILLAWATI SEMBIRING
P07524414015
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
SKRIPSI, 17 Juli 2018
Fany Pricillawati Sembiring
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang Tahun 2018
ix + 40 halaman, 12 tabel, 2 gambar, 11 lampiran
ABSTRAK
Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun
penelitian IDAI menemukan hanya 49,8% yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI karena ibu tidak percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh kebutuhan gizi bayi. Hal ini antara lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan, kurangnya dukungan keluarga serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat inisiasi menyusu dini. Selain itu kurangnya dukungan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan produsen makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 144 bayi dan sampel sebanyak 106 bayi dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil analisis univariat menunjukkan, dari 61 bayi yang memiliki pola pemberian ASI yang baik, terdapat 45 bayi (73,8%) yang memiliki berat badan normal dan 16 bayi (26,2%) yang memiliki berat badan tidak normal. Dari 45 bayi yang memiliki pola pemberian ASI yang kurang, terdapat 21 bayi (46,7%) yang memiliki berat badan normal, dan 24 bayi (53,5%) yang memiliki berat badan tidak normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan, ada hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan nilai
Kesimpulan, diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat meningkatkan perannya dalam pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan tentang ASI eksklusif bagi ibu hamil, nifas dan menyusui di wilayah binaannya.
Kata Kunci : Pola Pemberian ASI, Berat Badan Daftar Bacaan : 22 (2009-2016)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, 17th July 2018
Fany Pricillawati Sembiring
The Relationship between Breastfeeding Patterns With Body Weight
Enhancement of 1-6 Months Aged Infants at Sei Semayang Public Health
Center in 2018
ix , 40 pages, 12 tables, 2 pictures,11 attachments
ABSTRACT
In Indonesia almost 9 out of 10 mothers have given breastfeeding, but IDAI's
research found that only 49.8% exclusively breastfed for 6 months. Some
obstacles in terms of breastfeeding because the mother is not confident that she
is able to breastfeed properly as to meet all the nutritional needs of the baby.
This is partly due to lack of knowledge, lack of family support and low public
awareness about the benefits of early breastfeeding initiation. In addition, there is
a lack of support from health workers, health care facilities, and baby food
producers for the success of mothers in breastfeed their babies. This study aims
to determine the relationship between breastfeeding patterns and weight gain of
infants aged 1-6 months at Sei Semayang Public Health Center in 2018.
This type of research is cross sectional. The study population was 144
infants and a sample of 106 infants, with purposive sampling method. Data was
collected using a questionnaire. Data analysis using Spearman rank correlation
test.
The results of univariate analysis showed that out of 61 infants who had a
good pattern of breastfeeding, there were 45 babies (73.8%) who had normal
weight and 16 babies (26.2%) who had abnormal weight. Of the 45 babies who
had a pattern of breastfeeding that was lacking, there were 21 babies (46.7%)
who had normal weight, and 24 babies (53.5%) who had abnormal weight. The
results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between
breastfeeding patterns and an increase in body weight for infants aged 1-6
months
The conclusion, it is expected that health workers, especially midwives, can
improve their role in exclusive breastfeeding through counseling about exclusive
breastfeeding for pregnant, postpartum and breastfeeding mothers in their target
areas.
Keywords : Pattern of breastfeeding, Body Weight
References : 22 (2009-2016)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Proposal yang berjudul
“HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI PUSKESMAS SEI SEMAYANG TAHUN
2018” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Studi
Diploma IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyelasaikan skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan Poltekkes Kemenkes
RI Medan yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Suswati, SST, M.Kes, selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Efendi Sianturi, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku ketua penguji yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Terima kasih buat seluruh dosen dan staf jurusan DIV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan atas bimbingannya.
8. Kepala Puskesmas Sei Semayang Kecamatan Sunggal yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, sehingga skripsi ini
terselesaikan.
9. Seluruh responden yang telah bersedia menjadi responden pada
penelitian ini.
10. Teristimewa kepada orang tua tercinta penulis, Bapak (Pasti Sembiring)
dan Ibu (Setia Budi Br. Sinulingga) atas doa dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Terimakasih buat saudara penulis, Deni Wardana Sembiring, Yoga
Pratama Sembiring, Rara Anggreni Sembiring, serta anggota keluarga
dan kerabat yang senantiasa memberikan dukungan doa dan dukungan
semangat kepada penulis.
12. Terimakasih buat calon masa depan penulis, Sertu Andi Saud Nauli
Sitepu yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungannya dalam
menyelesikan skripsi ini.
13. Terimakasih buat teman satu bimbingan skripsi penulis, Atiya Pratiwi dan
Rika Wita Sandi atas kebersamaan dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan, terima
kasih atas kebersamaan dan kerja samanya sampai kita sama-sama
tuntas dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua
pihak yang memanfaatkan.
Medan, Agustus 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRCT ..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
C.1. Tujuan Umum ........................................................................ 4 C.2. Tujuan Khusus ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 D.1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 4 D.2. Manfaat Praktis ..................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7 A. Peningkatan Berat Badan Bayi ..................................................... 7
A.1. Definisi Bayi ........................................................................... 7 A.2. Pertumbuhan Berat Badan Bayi ............................................ 7 A.3. Teknik Pengukuran Berat Badan Bayi ................................... 9 A.4. Lingkar Lengan Atas Bayi ...................................................... 9 A.5. Kartu Menuju Sehat ............................................................... 10
B. Pola Pemberian ASI ...................................................................... 10 B.1. Pengertian Pola Pemberian ASI ............................................ 10 B.2. Definisi ASI ............................................................................ 11 B.3. Pembagian ASI Berdasarkan Stadium Laktasi ...................... 11 B.4. Komposisi Gizi Dalam ASI ..................................................... 12 B.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif .......................................... 14 B.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI .................. 15 B.7. Tanda-Tanda Bayi Yang Mendapat Cukup ASI ..................... 17
C. Kerangka Teori ............................................................................. 19 D. Kerangka Konsep .......................................................................... 19 E. Defenisi Operasional ..................................................................... 20 F. Hipotesis ....................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 22
A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 22 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 22 B.1. Lokasi Penelitian ................................................................... 22
B.2. Waktu Penelitian .................................................................... 22 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 23 C.1. Populasi ................................................................................ 23
C.2. Sampel .................................................................................. 23 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................... 24
D.1. Jenis Data ............................................................................. 24 D.2. Cara Pengumpulan Data ....................................................... 24
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian .................................... 24 F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................ 25
F.1. Uji Validitas ............................................................................ 25 F.2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 26
G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 28 H. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 28
H.1. Pengolahan Data ................................................................... 28 H.2. Analisa Data .......................................................................... 29
I. Etika Penelitian ............................................................................. 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 31
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 31 A.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 31 A.2. Analisis Univariat ................................................................... 31 A.3. Analisis Bivariat ..................................................................... 33
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 34 B.1. Distribusi Pola Pemberian ASI Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018 .............................. 34
B.2. Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018 .............................. 35
B.3. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018 ............................................................................ 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 39 A. Kesimpulan ................................................................................... 39 B. Saran ............................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar BB Menurut Umur Anak Laki-Laki ................................... 8
Tabel 2.2 Standar BB Menurut Umur Anak Perempuan ............................... 8
Tabel 2.3 Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks .......................................... 8
Tabel 2.4 Definisi Operasional ..................................................................... 20
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .......................................................................... 22
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Responden ....................................................... 26
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Responden.................................................... 27
Tabel 3.4 Hasil Uji Rata-Rata Reliabilitas Responden Total Responden ....... 27
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di Puskesmas Sei Semayang tahun
2018 .............................................................................................. 32
Tabel 4.2 Distribusi Pola Pemberian ASI Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di
Puskesmas Sei Semayang tahun 2018 ......................................... 32
Tabel 4.3 Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di
Puskesmas Sei Semayang tahun 2018 ......................................... 33
Tabel 4.4 Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat
Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang
tahun 2018 .................................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 19
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 : Informed Consent (Lembar Penjelasan) Menjadi Responden
Lampiran. 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran. 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran. 4 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran. 5 : Kartu Menuju Sehat (KMS)
Lampiran. 6 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran. 7 : Kuesioner
Lampiran. 8 : Data SPSS
Lampiran. 9 : Dummy Tabel
Lampiran. 10 : Lembar Konsultasi
Lampiran. 11 : Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah
pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan
sejahtera. Di beberapa negara maju dan berkembang termasuk Indonesia,
banyak ibu karir yang tidak menyusui secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari
10 ibu pernah memberikan ASI (Air Susu Ibu), namun penelitian IDAI (Yohmi
dkk, 2015) menemukan hanya 49,8% yang memberikan ASI (Air Susu Ibu)
secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi dari WHO. Rendahnya
cakupan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif ini dapat berdampak pada
kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian
nasional.Salah satu target pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals)
di Indonesia tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat
dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dilakukan sampai bayi berumur
enam bulan. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, pasal 128 ayat 1 menyatakan “Setiap bayi berhak
mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
kecuali atas indikasi medis”. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) juga didukung oleh
Permenkes RI (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia) Nomor 15
tahun 2014 pasal 2C yang menyatakan bahwa “setiap tenaga kesehatan wajib
memberikan informasi dan edukasi ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif kepada ibu
dan/atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan
kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
selesai”.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, Pasal 9 menyebutkan : “Tenaga Kesehatan dan
penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu
dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu)
jam”. Beberapa kendala dalam hal pemberian ASI (Air Susu Ibu) karena ibu tidak
percaya diri bahwa dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi
seluruh kebutuhan gizi bayi. Hal ini antara lain disebabkan karena kurangnya
pengetahuan, kurangnya dukungan keluarga serta rendahnya kesadaran
masyarakat tentang manfaat inisiasi menyusu dini. Selain itu kurangnya
dukungan tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan produsen
makanan bayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (PPRI No. 33
Tahun 2012).
Praktek Pemberian ASI (Air Susu Ibu) di masyarakat berbeda-beda, di
desa para ibu menyusui bayinya hampir tanpa aturan, setiap menangis selalu
diartikan bayi dalam keadaan lapar sehingga ibu selalu memberinya ASI (Air
Susu Ibu), padahal bayi menangis belum tentu dalam keadaan lapar (Marimbi,
2016). Beberapa ibu merasa bahwa bayinya tidak mendapat cukup ASI (Air Susu
Ibu), padahal sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASI (Air
Susu Ibu)-nya. Mereka khawatir akan gejala-gejala yang tidak ada hubungannya
dengan ASI (Air Susu Ibu), atau mereka tidak biasa dengan variasi normal yang
terdapat pada bayi yang mendapat ASI (Khasanah, 2013).
Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini kasus gizi kurang
dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita dapat
dipantau secara intensif sehingga bila berat badan anak tidak naik atau jika
ditemukan penyakitakan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan
pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat
ditemukan, penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik.
Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tatalaksana kasus anak gizi buruk
akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk
dapat ditekan (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Divisi Nutrisi, Aktifitas Fisik dan Obesitas, National Center for Chronic
Disease Prevention and Health Promotion (CDC) di Amerika melakukan
penelitian dan mendapatkan 44 hasil bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif
sebelum usia 6 bulan mempunyai risiko rendah untuk mengalami kelebihan berat
badan, sedangkan sebaliknya bayi yang mengonsumsi susu formula berisiko
tinggi kelebihan berat badan (IDAI, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) tentang Hubungan
Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012 didapatkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek pemberian ASI eksklusif
dengan peningkatan berat badan bayi. Responden yang diberikan ASI eksklusif
cenderung memiliki peningkatan berat badan normal sebanyak 19 bayi (51,4%).
Penelitian yang dilakukan oleh Munir (2012) dengan judul Pengaruh Pemberian
Asi Eksklusif Terhadap Berat Badan Bayi Umur 4 – 6 Bulan (Di Wilayah Kerja
Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban) didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan.
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Suminar, Mahmudah, dan Suyono
(2012) tentang Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat Badan
Bayi di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan Semarang menyatakan ada
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-
4 bulan.
Hasil survey awal yang dilakukan oleh penulis di Puskesmas Sei
Semayang pada bulan Mei, dari 144 orang yang hadir pada saat posyandu,
terdapat 63 bayi tidak mendapatkan ASI, 22 bayi mendapatkan ASI eksklusif,
dan 59 orang bayi yang mendapatkan ASI parsial (ASI dan susu formula). Dari
144 orang bayi tersebut terdapat 43 orang yang memiliki berat badan melebihi
batas normal dan 28 orang memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan umur
(dibawah garis normal), selebihnya memiliki berat badan yang normal.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan
Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan
Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang?”
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan
berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pola pemberian ASI pada bayi usia 1-6 bulan di
Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
2. Untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan di
Puskesmas Sei Semayang tahun 2018.
3. Untuk menganalisis hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan
berat badan bayi usia 1-bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1. Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada asuhan Bayi
Baru Lahir (BBL), serta pengembangan ilmu mengenai ASI Eksklusif dan berat
badan bayi.
D.2 Manfaat Praktik
1. Bagi Ibu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan bagi ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
2. Bagi tenaga kesehatan (bidan)
Meningkatkan peran bidan dalam melaksanakan prakteknya khususnya
untuk memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif bagi ibu hamil, nifas
dan menyusui di wilayah binaannya maupun yang berkunjung.
3. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman baru setelah melakukan
penelitian tentang ASI eksklusif.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) dengan judul Hubungan
Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012. Jenis
penelitian ini adalah adalah survei analitik dengan pendekatan retrospektif.
Jumlah populasi yang digunakan adalah 74 bayi, dengan jumlah sampel 37 bayi
dengan teknik penentuan sampel purposive sampling dan analisis data
menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek pemberian ASI
eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi. Responden yang diberikan ASI
eksklusif cenderung memiliki peningkatan berat badan normal sebanyak 19 bayi
(51,4%). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penulis
lakukan adalah pendekatan waktu, populasi dan sampel, cara pemilihan sampel,
analisi tempat, waktu, dan variabel penelitian.
Munir (2012) yang berjudul Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap
Berat Badan Bayi Umur 4 – 6 Bulan (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang
Kabupaten Tuban). Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik
dengan desain penelitian One-shot Case Study, dimana pengambilan sampel
dilakukan secara probability sampling dengan tipe Simple Random Sampling.
Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dan lembar observasi untuk
mengidentifikasi bayi yang diberi ASI Ekslusif, berat badan bayi umur 4-6 bulan,
serta pengaruh antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh hasil bahwa dari 32 sampel, terdapat 16 bayi (50%) diberikan ASI
Eksklusif dan 16 bayi (50%) diberi MP-ASI. Bayi yang diberi ASI Eksklusif secara
keseluruhan memiliki berat badan normal, sedangkan bayi yang diberi MP-ASI
sebanyak 14 bayi (87,50%) memiliki berat badan normal dan sebanyak 2 bayi
(12,50%) mengalami kegemukan. Dari hasil uji t berpasangan disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi
umur 4-6 bulan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan
penulis lakukan adalah metodologi penelitiannya, populasi dan sampel penelitian,
analisis data, waktu dan tempat penelitian serta variabel penelitiannya.
Suminar (2012) dengan judul Hubungan Pola Pemberian ASI dengan
Peningkatan Berat Badan Bayi di Kelurahan Ngaliyan Kecamatan Ngaliyan
Semarang tahun 2012. Pendekatan ini menggunakan studi cohort retrospektif.
Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
peningkatan berat badan bayi usia 1-4 bulan (ɑ<0,05). Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah metodologi
penelitiannya, populasi dan sampel penelitian, analisis data, waktu dan tempat
penelitiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peningkatan Berat Badan Bayi
A.1. Defenisi Bayi
Neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
(Maryanti, 2011).
A.2. Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Pengukuran berat badan merupakan pengukuran yang terpenting dalam
memeriksa bayi/balita. Pengukuran berat badan dapat berfungsi untuk :
1. Menilai keadaan gizi, tumbuh kembang, dan kesehatan anak
2. Memantau kesehatan, misalnya penyakit dan pengobatan
3. Dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan
(Maryunani, 2010)
Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya
sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Antara usia 0-
6 bulan berat badan bayi bertambah 682 gram/bulan. Berat badan lahir bayi
meningkat dua kali ketika usia 5 bulan. Berat badan rata-rata usia 6 bulan adalah
7,3 kg. Rumus perkiraan penambahan berat badan anak usia ≤ 12 bulan yaitu :
Triwulan I : 700-750 gram/bulan
Triwulan II : 500-600 gram/bulan
Triwulan III : 400 gram/bulan
Triwulan IV : 300 gram/bulan (Cahyaningsih, 2016).
Pada bayi yang cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada
hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5
bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4 kali
berat badan lahir pada umur 2 tahun (Marimbi, 2016).
Adapun untuk memperkirakan kenaikan berat badan menurut Behrman
(1992) dalam Marimbi (2016) yaitu :
1. Lahir : 3,25 kg
2. 3-12 bulan : umur (bulan) + 9/2
3. 1-6 tahun : umur (bulan) x 2 + 8
4. 6-12 tahun : umur (bulan) x 7 – 5/2
Berikut ini adalah standar penambahan berat badan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 :
Tabel 2.1 standar berat badan menurut umur anak laki-laki
Tabel 2.2 standar berat badan menurut umur anak perempuan
Keterangan :
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
Tabel 2.3 status gizi anak berdasarkan indeks
A.3. Teknik Pengukuran Berat Badan Bayi
Untuk mengukur berat badan bayi dapat menggunakan timbangan bayi
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang
2. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
4. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki dan sarung tangan
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
6. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-
tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri (Maryunani, 2010)
A.4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada
pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm. LILA
dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada bayi. Laju
tumbuhnya sangat lambat, yakni dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada
umur satu tahun (Mulyono, 2013).
Keuntungan penggunaan LILA ini adalah bahwa alatnya murah, bisa
dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaannya, dan dapat digunakan oleh
tenaga yang tidak terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LILA hanya
digunakan untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang
berat. Pertengahan LILA sukar ditentukan tanpa menekan jaringan, dan LILA
hanya digunakan untuk umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan alat ini
dapat digunakan untuk anak mulai dari 6 bulan (Soetjiningsih, 2012).
Dalam mengukur lingkar lengan atas (LILA) ada beberapa hal-hal yang
perlu diperhatikan saat mengukur LILA yaitu :
1. Lengan dalam posisi bebas tanpa lengan baju, tanpa pelapis, dan tidak ada
sesuatu yang menghalangi pengukuran
2. Pastikan lengan responden dalam keadaan relaks dan tidak tegang
3. Pastikan pita yang digunakan untuk mengukur LILA tidak dalam keadaan
terlipat atau bekas terlipat (Mulyono, 2013).
A.5. Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat adalah alat yang sederhana dan murah yang dapat
digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya
KMS harus disimpan oleh ibu bayi/balita di rumah dan harus selalu dibawa setiap
kali mengunjungi Posyandu atau fasilitas kesehatan, termasuk bidan dan dokter
(Maryunani, 2010).
KMS menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makanan pada anak. Jika penimbangan yang
terus-menerus dan teratur, berarti dapat bermanfaaat untuk :
1. Memonitor perkembangan/pertumbuhan balita secara cermat
2. Mendeteksi kelainan pada anak jika ternyata pertumbuhan atau
perkembangannya terhambat/terganggu dan sekaligus menentukan jalan
keluarnya atau pengobatan/penatalaksanaannya (Maryunani, 2010).
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan
anak, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI, pemberian
makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-
pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anaknya (Nirwana, 2014).
B. Pola Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
B.1. Pengertian Pola Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Pola pemberian ASI merupakan model kebiasaan ibu menyusui dalam
pemberian ASI meliputi teknik atau cara menyusui, pemberian ASI lama dan
frekuensi menyusui. Terdapat bebrapa klasifikasi pada pola pemberian ASI
(Mihrshahi, et al, 2008) :
1. ASI eksklusif, yaitu bayi yang hanya mengkonsumsi makanan padat atau cair
lainnya. Makanan yang boleh didapatkan bayi adalah obat-obatan vitamin
dan mineral
2. ASI predominan, yaitu ASI yang utama sebagai sumber makanan bagi bayi.
Makanan yang boleh didapatkan bayi adalah air yang berbasis cairan seperti
air gula dan jus, tetapi bukan susu formula dan susu sapi. Selain itu,
pemberian obat-obatan, vitamin, dan mineral.
3. ASI parsial, yaitu bayi yang mengkonsumsi ASI dan juga makanan
komplemen
4. Tidak menyusui, yaitu bayi yang tidak mengkonsumsi ASI sama sekali.
B.2. Defenisi ASI (Air Susu Ibu)
ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui
proses menyusui (Khasanah, 2013). Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian
ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak
diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain, seperti susu formula, air jeruk,
air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif, bayi juga tidak diberikan
makanan tambahan seperti pisang, biscuit, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI
eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara
benar akan dapat mencukupi kebutuhan sampai usia enam bulan, bayi
memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai
ia berumur 2 tahun (Maryunani, 2012).
B.3. Pembagian ASI Berdasarkan Stadium Laktasi
1. Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara.
Disekresi pada hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum
mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang membantu
melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA
ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.
2. Air Susu Masa Peralihan
Ciri dari air susu masa peralihan yaitu :
a) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur
b) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ke-3 sampai minggu ke-5
c) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi
d) Volumenya juga akan makin meningkat
3. Air Susu Matur
Adapun ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut :
a) Merupakan ASI yang diseksresi pada hari ke-10 dan seterusnya,
komposisi relative konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi
ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5)
b) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini
merupkan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi
sampai usia 6 bulan
c) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten
yang terdapat di dalamnya
d) Tidak menggumpal jika dipanaskan
e) Terdapat antimicrobial faktor (Saleha, 2009).
B.4. Komposisi Gizi Dalam ASI
1. Protein
Dibanding susu sapi, protein yang terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit,
namun lebih mudah dicerna usus bayi. Protein di dalam ASI dapat membantu
menghancurkan bakteri dan melindungi bayi dari infeksi. Protein yang terdapat
paling banyak adalah laktabulmin (whey protein) dan karsinogen ada dalam
jumlah yang lebih sedikit. Ini memberikan aliran terus-menerus dari zat gizi
kepada bayi. Dua jenis asam amino, cystine dan taurin, terdapat di air susu
manusia tetapi tidak ada di dalam air susu sapi. Asam ini penting untuk
pertumbuhan dan yang kedua untuk perkembangan otak. Kolostrum
mengandung semua dari sepuluh asam amino.
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi terutama karbohidrat
berupa laktosa yang merupakan jenis karbohidrat paling sesuai untuk bayi,
karena pada alat pencernaan bayi terdapat enzim laktosa tersebut dan
jumlahnya relatif jauh lebih tinggi daripada laktosa tersebut maupun di dalam
pencernaan anak.
3. Lemak
Kadar lemak yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi umumnya
hampir sama, yang berbeda adalah komposisi lemaknya. Komposisi lemak
dalam ASI dapat membantu meningkatkan nafsu makan bayi dan lebih mudah
diserap serta dimanfaatkan oleh tubuh bayi.
4. Mineral
Zat mineral yang terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit dibanding susu
sapi. Akan tetapi mineral seperti seng dan tembaga di dalam ASI terdapat dalam
jumlah yang besar yang lama kelamaan akan berkurang. Mineral lain seperti
kalsium dan phosphor terdapat dalam jumlah yang tetap. Zat besi yang
terkandung dalam ASI maupun dalam susu sapi hampir sama, hanya daya
serapnya berbeda. Bayi dapat menyerap lebih banyak zat besi dari ASI.
5. Vitamin
Air susu manusia yang sudah masak mengandung 280 Internasional Unit
(IU) vitamin A dan kolostrum terkandung sebanyak dua kali. Susu sapi
mengandung hanya 18 IU. Vitamin D larut dalam air larut lemak ada di dalam
susu manusia. Kolostrum manusia kaya akan vitamin E. Fungsi utamanya adalah
untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-
paru dan retina dari cedera akibat oxide.
Kekurangan zat sine ini bias berakibat gagalnya penyembuhan dan
penutupan luka-luka kulit tertentu. Meskipun lebih banyak zat sine dalam susu
sapi dibanding dalam air susu manusia, namun ketersediaan bio-nya lebih
banyak di dalam air susu manusia.ASI memiliki kalsium, phosphor, sodium dan
potassium dalam tingkat yang lebih rendah dibanding dalam susu sapi. Bayi yang
diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu garam yang berlebihan dan
oleh karena itu tidak mungkin akan memerlukan air tambahan di bawah kondisi-
kondisi umum.
6. Zat-zat kekebalan yang terdapat dalam ASI
Immunoglobulin (IgC [sic!], IgM, IgA, IgD, IgE) berfungsi melindungi tubuh
dari infeksi, dari semua yang paling penting adalah IgA. Zat ini melindungi
permukaan mukosa terhadap serangan masuknya bakteri pathogenesis serta
entovirus. Mukosa usus bayi mudah ditembus oleh protein sebelum bayi berumur
6-9 bulan sedang protein di dalam susu sapi bisa bekerja sebagai allergen. Di
samping itu, ASI mendorong pertumbuhan baksil gram positif di dalam flora usus
khususnya lactobacillus bifidus yang mencegah perkembangbiakan kuman-
kuman penyakit. Bayi yang diberi makan dengan formula susu sapi akan
mempunyai baksil gram negative yang menyebabkan potensi di dalam flora usus
(Rukiyah, Yulianti, & Liana, 2011).
B.5. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif
1. Bagi Bayi
a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan
b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
c) ASI mengandung zat pelindung
d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e) Menunjang perkembangan kognitif
f) Menunjang perkembangan penglihatan
g) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
2. Bagi Ibu
a) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula
b) Mencegah anemia defisiensi zat besi
c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d) Menunda kesuburan
e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan
f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Bagi Keluarga
a) Mudah dalam proses pemberiannya
b) Mengurangi biaya rumah tangga
c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit sehingga dapat menghemat biaya
untuk berobat
4. Bagi Negara
a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaina obat-obatan
b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
c) Mengurangi polusi
d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Saleha,
2010).
B.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Air Susu Ibu)
1. Makanan ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Di dalam tubuh, terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus-menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan, tentu pada akhirnya kelenja-
kelenjar pembuat ASI tidak akan dapat bekerja dengan sempurna sehingga
berpengaruh tehadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam
2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan
jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu
menghasilkan 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di
samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring nasi dan 1
butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat makanan
tambahan, maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI. Terlebih, jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Oleh karena itu,
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui mutlak diperlukan.
Di samping bahan makanan sumber protein, seperti ikan, telur dan kacang-
kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin
kadar berbagai vitamin dalam ASI (Air Susu Ibu).
2. Frekuensi Menyusui
Frekuensi menyusu dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering
menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu, berikan
ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. Berdasarkan hasil penelitian,
produksi ASI akan optimal ketika ibu menyusui bayinya 5 kali atau lebih per hari
selama 1 bulan awal menyusui.
3. Menyusui Sesuai Keinginan Bayi
Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan bayi (on
demand), ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada dua minggu pertama.
Hal ini menunjukkan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh kebutuhan bayi
dibandingkan kapasitas ibu untuk memproduksi AS. Artinya, ASI akan diproduksi
sesuai kebutuhan sang bayi.
4. Umur kehamilan
Bayi yang lahir prematur terkadang belum menyusu secara eksklusif. Hal
ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah
dan belum sempurnanya fungsi organ tubuh bayi. Akibatnya, ketika rangsangan
menyusu berkurang, produksi ASI otomatis juga berkurang.
5. Berat badan lahir
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki
kemampuan menghisap ASI, frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal (>25000 gram) yang pada akhirnya akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi
ASI.
6. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Saat menyusui,
seorang ibu memerlukan ketenangan pikiran, dan sebaiknya jauh dari perasaan
tertekan (stress) karena akan berpengaruh terhadap produksi ASI dan
kenyamanan bayi saat menyusu. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang
percaya diri, rasa tertekan mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Terkadang ibu merasa tidak percaya diri karena ASI-nya kurang. Ditambah
lagi pendapat dan saran yang salah dari orang lain menyebabkan ibu cepat
berubah pikiran dan menjadi stress. Akibatnya, bisa menekan refkleks sehingga
ASI tidak berproduksi dengan baik.
7. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli yang mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhhaap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah
sakit atau klinik bersalin. Sebab, melahirkan di rumah sakit lebih menitikbertkan
pada upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, dan ibu maupun
anaknya berada dalam keadaan selamat dan sehat, sementara masalah
pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Makanan pertama yang diberikan,
justru susu buatan atau susu sapi, dan ia selalu beranggapan bahwa susu sapi
lebih baik dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila di sekeliling kamar
bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu
formula.
8. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandung Estrogen danProgesteron
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI, bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
9. Perilaku ibu
Perilaku ibu seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
mempengaruhi produksi ASI dan komposisi ASI. Merokok dapat mengurangi
produksi ASI karena bisa mengurangi hormon prolaktin ( hormon yang berperan
dalam produksi ASI) sehingga berpotensi mengurangi produksi ASI.
Pengaruh komsumsi alkohol terhadap produksi ASI, memang tidak sekuat
pengaruh merokok. Akan tetapi, etanol yang terdapat dalam alkohol ternyata
dapat menghambat pelepasan hormon oksitosin (hormon yang berperan dalam
pengeluaran ASI) sehingga ASI yang keluar sedikit.
10. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada saluran
dalam payudara dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar
dengan lancar (Khasanah, 2013).
B.7. Tanda-Tanda Bayi Yang Mendapat Cukup ASI (Air Susu Ibu)
Keberhasilan menyusui ditandai dengan bayi mendapatkan cukup ASI
sesuai kebutuhannya. Adapun bayi yang mendapat cukup ASI mempunyai
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi yang cukup ASI akan kencing 6-8 kali dalam sehari
2. Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram per bulan
3. Bila menyusui sering, yaitu setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari
4. Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, serta ia cukup aktif
(Khasanah, 2013)
Beberapa ibu merasa bahwa bayinya tidak mendapat cukup ASI, padahal
sesungguhnya tidak ada masalah sama sekali dengan ASI-nya. Mereka khawatir
akan gejala-gejala yang tidaka ada hubungannya dengan ASI, atau mereka tidak
biasa dengan variasi normal yang terdapat pada bayi yang mendapat ASI.
Apabila bayi tumbuh baik dan kencingnya cukup, maka mereka tidak perlu
khawatir dengan kondisi berikut :
1. Bayi sering menyusu sekitar 8-12 kali per hari
2. Bayi tampak lapar karena ASI lebih cepat dicerna daripada susu formula dan
lebih sesuai untuk usus bayi yang masih belum matur, sehungga ia harus
sering menyusu
3. Kebiasaan menyusui, kenaikan berat badan, dan pola tidur bayi jangan
dibandingkan dengan bayi lain karena setiap bayi adalah individu yang unik
dan terdapat variasi yang luas, asalkan masih dalam batas-batas yang
normal
4. Bayi meningkat frekuensi dan lamanya menyusui secara tiba-tiba. Bayi yang
tidur saja pada minggu-minggu pertama memang sering secara tiba-tiba dan
seolah-olah terbangun dari tidurnya sehingga menyusui lebih sering.
Demikian pula pada bayi yang dalam masa pertumbuhan. Sebab, pada masa
ini ia menyusu lebih sering dari biasanya untuk mendapatkan lebih banyak
ASI guna memenuhi kebutuhannya
5. Lama bayi dalam menyusu tiba-tiba menurun, yakni kurang dari 5-10 menit
pada tiap payudara. Kemungkinan hal ini terjadi karena ia lebih
berpengalaman menyusu sehingga mendapat ASI yang diperlukan lebih
cepat
6. Bayi tiba-tiba tidak mau menyusu yang kemungkinan karena hidung
tersumbat akibat pilek atau tumbuh gigi
7. Bayi tampak gelisah karena lapar atau keadaan lingkungan yang tidak
nyaman, misalnya bayi kepanasan karena selimut tebal
8. Dari payudara ibu hanya sedikit/sama sekali tidak ada ASI yang menetes jika
lama disusukan.
9. Payudara tiba-tiba tampak lembek. Hal ini mungkin karena bayi menyusu
lebih kuat dan lebih sering sehingga payudara tidak penuh (Khasanah, 2013)
Beberapa langkah yang dapat meningkatkan produksi ASI :
1. Susuilah bayi lebih sering tanpa jadwal, minimal 8 kali dalam 24 jam
2. Menyusui bayi pada payudara secara bergantian, tiap payudara 10-15 menit
3. Bayi hanya menyusui pada ibu sehingga tidak dianjurkan menggunakan botol
dot atau empeng (Khasanah, 2013).
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang
utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah penelitian
yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel
secara teoritis yang berhubungan dengan hasil yang terdahulu yang
kebenarannya dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2013).
Faktor Pemberian ASI :
1. Frekuensi Menyusu
2. Berat badan waktu lahir
3. Perawatan Payudara
Produksi ASI cukup
Frekuensi Menyusui
Meningkat :
1. Menyusui lebih sering dan
lama
2. Bayi menyusui 8-12 kali
dalam sehari
3. Popok basah sebanyak 6 kali
sehari
4. BAB 2x sehari
5. Bayi kenyang selama
menyusu
Peningkatan Berat Badan Bayi
Faktor Pendukung
Peningkatan Berat Badan
Bayi:
1. Pertumbuhan berat
badan dan
perkembangan bayi
setelah lahir
2. Kesehatan bayi baik
3. Bayi menyusu adekuat
4. Kebutuhan nutrisi baik
Adapun kerangka konsep pada penelitian ini, variabel independen (variabel
bebas) yaitu pola pemberian ASI dan variabel dependennya (variabel terikat)
adalah peningkatan berat badan bayi.
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.2 kerangka konsep
E. Definisi Operasional
Tabel 2.4 definisi operasional
No Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Alat ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Variabel dependen : Peningkatan berat badan bayi
Merupakan berat tubuh bayi meningkat dalam satuan kilo gram
Timbangan bayi, buku KMS, dan LILA bayi
a. Normal, jika berat badan bayi naik dari berat badan waktu lahir (acuan dengan KMS), diberi skor 1
b. Tidak normal, jika berat badan bayi lebih rendah dari berat badan kelahiran (acuan dengan KMS), diberi skor 0
Ordinal
2 Variabel Independen : Pola Pemberian ASI
Merupakan metode pemberian ASI yang meliputi frekuensi pemberian ASI, durasi pemberian ASI, cara pemberian ASI, model pemberian ASI
Kuesioner a. Baik, jika jawaban pola pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
b. Kurang, jika jawaban pola pemberian ASI tidak sesuai dengan kebutuhan bayi
Ordinal
Pola Pemberian ASI Peningkatan Berat Badan
Bayi
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian yaitu ada hubungan antara pola pemberian
ASI dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei
Semayang tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan
pendekatan crossectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian (Suyanto & Salamah, 2010),
yaitu untuk mengetahui hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Peningkatan
Berat Badan Bayi Usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sei Semayang Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang tahun 2018
B.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari pengajuan judul penelitian hingga seminar
hasil akhir, yaitu bulan November 2017-Juli 2018.
Jadwal Kegiatan Bulan Pelaksanaan 2017-2018
2017 2018
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Pengajuan judul penelitian
ACC judul penelitian
Menyusun BAB I
Menyusun BAB II
Menyusun BAB III
Ujian seminar proposal
Perbaikan proposal
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisa data
Usian hasil
Tabel 3.1 waktu penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh bayi
usia 1-6 bulan di Puskesmas Sei Semayang, berjumlah 144 bayi.
C.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan atas
suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo), 2012). Teknik pengambilan sampel
ini menggunakan rumus Slovin :
Rumus Slovin
Keterangan
N = Jumlah populasi
N = Jumlah sampel penelitian
d = tingkat kemaknaan (5%)
n
= 105,8
Jadi sampel penelitian berjumlah 106 orang.
Sampel ini memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
yang terjangkau untuk diteliti (Nursalam, 2013). Adapun kriteria inklusi sampel
yang akan diteliti yaitu, ibu bayi yang bersedia menjadi responden, bayi dengan
kriteria berumur 1-6 bulan saat penelitian, serta bayi yang mendapatkan ASI.
2. Kriteria Inklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek memenuhi kriteria
namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam, 2013). Adapun
kriteria eksklusinya yaitu, bayi dengan kriteria cacat fisik bawaan, Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), dan bayi yang mengalami sakit berat.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara langsung melalui kuesioner yang
dibagikan kepada responden, pengukuran berat badan dan pengukuran lingkar
lengan atas bayi yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti di Puskesmas Sei
Semayang
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara melihat riwayat berat badan bayi
melalui buku KMS.
D.2. Cara Pengumpulan Data
Pada proses pengumpulan data dari responden, peneliti mendatangi
responden yang membawa balitanya ke tempat penelitian. Peneliti menjelaskan
tujuan penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk
menjadi subjek penelitian. Setelah respoden setuju, peneliti menjelaskan cara
pengisian kuesioner pada responden. Peneliti mengingatkan kepada responden
untuk mengisi kuesioner sesuai pengetahuannya dan dengan jujur serta
mengingatkan kepada responden agar mengisi semua daftar pertanyaan pada
kuesioner tersebut. Peneliti mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh
responden dan memeriksa kelengkapan jawaban responden. Kemudian peneliti
menganalisis hasil penelitian yang terkumpul di semua tempat penelitian.
E. Alat ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan untuk mengukur pola
pemberian ASI adalah kuesioner. Kuesioner ini dilakukan dengan tertutup, yang
terdiri dari :
1. Kuesioner yang berisi data demografi ibu yang meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak dan tanggal kelahiran anak.
2. Kuesioner tentang pola pemberian ASI yang meliputi definisi pemberian ASI,
pertanyaan tentang frekuensi pemberian ASI dan manfaat ASI. Cara ukur
instrumen penelitian dengan skor, apabila jawaban benar diberi nilai 1 dan jika
salah diberi nilai 0. Hasil ukur tingkat pengetahuan ibu dikategorikan baik jika
menjawab benar 55-100% dan kurang jika menjawab benar <55%.
Sedangkan untuk mengukur peningkatan berat badan bayi adalah dengan
menggunakan timbangan bayi, buku KMS, dan LILA bayi:
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
F.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik
korelasi product moment. Besarnya r hitung dikonversikan pada r tabel dengan
batas signifikan 5%. Butir angket signifikan apabila koefisien korelasi yang
dihitung lebih besar dari koefisien korelasi dari tabel (rhitung> rTabel). Sehingga
instrumen yang akan dijuji menggunakan rumus korelasi : Pearson Product
Momen
rxy =
Keterangan :
rxy = Kofisien Korelasi
N = Jumlah Sampel
∑x =Jumlah Skor X
∑y = Jumlah Skor Y
∑x2 = Jumlah Kuadran Skor X
∑y2 =Jumlah Kuadran Skor Y
∑x y2 = Jumlah Perkalian Produk X dan Y
Perhitungan tersebut juga dapat dilakukan dengan menggunakan program
SPSS. Dari 25 soal yang dilakukan pengujian validitas terhadap 20 orang
responden, terdapat 5 soal yang tidak valid. Untuk itu maka peneliti
menggunakan 20 soal yang akan digunakan untuk penelitian.
Berikut ini adalah hasil uji validitas menggunakan tabel product momen.
No. soal r hitung r tabel Asssig-2 tail Validitas
1 0,285 0,444 0,224 Tidak valid
2 0,626 0,444 0,003 Valid
3 0,766 0,444 0,000 Valid
4 0,521 0,444 0,018 Valid
5 0,038 0,444 0,872 Tidak Valid
6 0,837 0,444 0,000 Valid
7 0,719 0,444 0,000 Valid
8 0,780 0,444 0,001 Valid
9 0,808 0,444 0,000 Valid
10 0,635 0,444 0,003 Valid
11 0,837 0,444 0,000 Valid
12 0,425 0,444 0,062 Tidak Valid
13 0,489 0,444 0,029 Valid
14 0,684 0,444 0,001 Valid
15 0,535 0,444 0,015 Valid
16 0,004 0,444 0,988 Tidak Valid
17 0,822 0,444 0,000 Valid
18 0,554 0,444 0,011 Valid
19 0,553 0,444 0,011 Valid
20 0,671 0,444 0,001 Valid
21 0,641 0,444 0,002 Valid
22 0,750 0,444 0,000 Valid
23 0,466 0,444 0,038 Valid
24 0,631 0,444 0,003 Valid
25 0,182 0,444 0,441 Tidak Valid
Tabel 3.2. hasil uji validitas responden
F.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus cronbach’s alpha. Uji
reliabilitas dilakukan kepada 20 responden. Nilai koefisien yang didapatkan
adalah 0,746.
Tingkat reliabilitas dapat dilakukan menggunakan SPSS melalui Uji
Cronbach Alpha yang dibandingkan dengan Tabel r.
Rumus reliabilitas dengan metode alpha adalah sebagai berikut :
2
2
111
11
1
k
kr
Keterangan :
r11 = Reabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑σ2
b = Jumlah varian butir
∑12 = Varian total
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas responden :
No. soal Nilai reliabel r tabel Reliabilitas
1 0,745 0,444 Reliabel
2 0,737 0,444 Reliabel
3 0,733 0,444 Reliabel
4 0,738 0,444 Reliabel
5 0,749 0,444 Reliabel
6 0,730 0,444 Reliabel
7 0,734 0,444 Reliabel
8 0,733 0,444 Reliabel
9 0,737 0,444 Reliabel
10 0,730 0,444 Reliabel
11 0,742 0,444 Reliabel
12 0,735 0,444 Reliabel
13 0,733 0,444 Reliabel
14 0,739 0,444 Reliabel
15 0,731 0,444 Reliabel
16 0,748 0,444 Reliabel
17 0,731 0,444 Reliabel
18 0,735 0,444 Reliabel
19 0,737 0,444 Reliabel
20 0,735 0,444 Reliabel
21 0,736 0,444 Reliabel
22 0,732 0,444 Reliabel
23 0,740 0,444 Reliabel
24 0,736 0,444 Reliabel
25 0,748 0,444 Reliabel
Tabel 3.3. hasil uji reliabilitas responden
Hasil uji reliabilitas keseluruhan dengan cronbach’s alpha
Jumlah
0,746 25
Tabel 3.4. hasil uji rata-rata reliabilitas total responden
G. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan izin kepada program studi diploma IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan.
2. Setelah mendapatkan surat izin dari institusi pendidikan peneliti, mengajukan
izin ke Lahan Penelitian di Puskesmas Sei Semayang.
3. Setelah mendapatkan izin dari lahan Penelitian di Puskesmas Sei Semayang,
melakukan pendekatan kepada klien untuk mendapat persetujuan sebagai
responden penelitian yang akan dilaksanakan.
4. Peneliti memberi kejelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan
penelitian ini.
5. Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk ditanda
tangani.
6. Responden diberi lembar observasi untuk diisi sesuai dengan petunjuk yang
telah diberikan dalam format pertanyataan kuesioner.
7. Responden diarahkan supaya mengisi semua pernyataan yang ada.
8. Peneliti memeriksa kelengkapan data di lembaran kuesioner setelah
pengambilan data.
9. Peneliti melakukan pengolahan data setelah semua data terkumpul dan
selanjutnya melakukan analisis data.
H. Pengolahan dan Analisa Data
H.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan teknik statistik, yaitu
pengolahan data yang menggunakan analisis statistik dengan bantuan alat
komputer (Notoatmojo, 2016). Pengolahan data dilakukan melalui kegiatan
sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kembali apakah ada jawaban responden atau hasil
observasi yang ganda atau belum dijawab.
2. Coding, yaitu melakukan pemberian kode untuk setiap pertanyaan
untukmempermudah pengolahan data.
3. Prosessing, yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang
berbentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
software komputer.
4. Cleaning, peneliti telah mengecek kembali untuk melihat adanya kesalahan
atau ketidaklengkapan data setelah semua data dari responden selesai
dimasukkan.
H.2. Analisis Data
Dalam melakukan analisa data dan pengolahan data, digunakan program
komputer. Analisa data disesuaikan dengan tujuan dan skala data variabel yang
akan diuji. Data yang diperoleh dianalisa dengan teknik :
1. Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk menghasilkan
distribusi data demografi, data pemberian ASI, dan data berat badan bayi yang
akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase dari setiap
variabel. Variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah variabel pola
pemberian ASI dan variabel peningkatan berat badan bayi
2. Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi
spearman rank. Korelasi spearman rankdigunakan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar variabel yang berskala ordinal (Sugiyono,2012).
Adapun rumus korelasi spearman rank adalah sebagai berikut.
Dimana :
: koefisien korelasi spearman rank
: selisih peringkat setiap data
n : jumlah data
Hasil uji :
Jika z hitung > z tabel, maka Ha diterima
I. Etika Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah penulis mendapat persetujuan dari
institusi pendidikan yaitu program D-IV Kebidanan Poltekkes Medan, kemudian
penulis mengajukan permohonan izin penelitian kepada pimpinan Puskesmas
Sei Semayang. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan
dengan permasalahan etik, yaitu penulis memberikan penjelasan kepada calon
responden tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon
responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk menandatangani
informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon
responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan
catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama
responden pada instrumen penelitian. Data-data yang diperoleh dari responden
juga hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian mengenai Hubungan Pola
Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 bulan di
Puskesmas Sei Semayang.
A. Hasil Penelitian
A.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Sei Semayang adalah salah satu puskesmas di wilayah
Kabupaten Deli Serdang yang terletak di Desa Sei Semayang Kecamatan
Sunggal. Puskesmas Sei Semayang pada kurun waktu 1986 – 1992 merupakan
puskesmas pembantu dari Puskesmas Muliorejo dan menjadi puskesmas induk
sejak Juni Tahun 1992 hingga sekarang.
Puskesmas Sei Semayang yang terletak di Jalan Binjai Km.15 Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 20,98 km dan batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Madya Binjai
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puji Mulia
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sei Mencirim
Puskesmas Sei Semayang memiliki luas wilayah 20,98 km2 yang terbagi
atas 3 wilayah kerja, yaitu : Desa Sei Semayang, Desa Sumber Melati Diski, dan
Desa Serbajadi.
A.2. Analisis Univariat
Setelah melakukan pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data
dan analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat dari
tabel berikut ini :
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1.
Karakteristik Responden Pola Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat
Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden
berusia 6 bulan sebanyak 38 bayi (35,8%). Dilihat dari jenis kelamin, mayoritas
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 62 bayi (58,5%). Pada penelitian ini mayoritas
adalah anak pertama sebanyak 41 bayi (38,7%).
2. Pola Pemberian ASI
Tabel 4.2.
Distribusi Pola Pemberian ASI Pada Bayi Usia 1-6 Bulan
di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
Pola Pemberian ASI Frekuensi %
Baik
Kurang
61
45
57,5
42,5
Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden
yang memiliki riwayat pola pemberian ASI yang baik sebanyak 61 bayi (57,5%).
Karakteristik responden Frekuensi %
1. Umur a. 1 bulan b. 2 bulan c. 3 bulan d. 4 bulan e. 5 bulan f. 6 bulan
2. Jenis kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Anak ke-
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4
15 13 13 12 15 38
62 44
41 38 20 7
14,2 12,3 12,3 11,3 14,2 35,8
58,5 41,5
38,7 35,8 18,9 6,6
3. Peningkatan Berat Badan Bayi
Tabel 4.3.
Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan
di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
Peningkatan berat badan Frekuensi %
Normal
Tidak normal
66
40
62,3
37,7
Berdasarkan tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden
yang memiliki peningkatan berat badan yang normal sebanyak 66 bayi (62,3%).
A.3. Analisis Bivariat
Tabel 4.4. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia
1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
Pola Pemberian
ASI
Peningkatan Berat
Badan Total Nilai
Normal Tidak
Normal
F % F % F %
0,276** Baik 45 73,8 16 26,2 61 100
Kurang 21 46,7 24 53,3 45 100
Total 66 62,3 40 37,7 106 100
Hasil penelitian pada tabel 4.4. menunjukkan bahwa dari 61 bayi yang
memiliki pola pemberian ASI yang baik, terdapat 45 bayi (73,8%) yang memiliki
berat badan normal dan 16 bayi (26,2%) yang memiliki berat badan tidak normal.
Dari 45 bayi yang memiliki pola pemberian ASI yang kurang, terdapat 21 bayi
(46,7%) yang memiliki berat badan normal, dan 24 bayi (53,5%) yang memiliki
berat badan tidak normal.
Hasil analisa uji spearman rank diperoleh Z hitung nilai
Maka, Z hitung = x √n-1 = 0,276 x √106-1 = 2,83
Z tabel = 0,4977
Z hitung > z tabel, maka Ha diterima
Hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai , maka Ha diterima.
Artinya ada hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi
usia 1-6 bulan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
B.1. Distribusi Pola Pemberian ASI Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei
Semayang tahun 2018
ASI memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-zat gizi dalam ASI berada pada tingkat terbaik. Pada saat
yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan
tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan tekhnologi canggih sekalipun tidak
mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini. Karena itu amat dianjurkan
setiap ibu hanya memberikan ASI (eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan
(Roesli, 2009).
Dari hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki riwayat pola pemberian ASI yang baik sebanyak 61 bayi
(57,5%). Dengan adanya pemahaman yang baik dan dorongan dari suami,
keluarga dan tenaga kesehatan khususnya bidan di Puskesmas Sei Semayang
yang memberikan memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan menyusui
sesering mungkin setiap kunjungan imunisasi, sehingga dapat menumbuhkan
kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sesuai dengan
teori yang ditulis oleh Prasetyono (2009), bahwa pemberian ASI dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan, aspek pemahaman atau pola pikir, tradisi atau
budaya, petugas kesehatan, pekerjaan, dukungan suami dan keluarga. Green
(1980) dalam Notoatmodjo (2012) juga menyebutkan bahwa kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku
(behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehaviour causes) salah
satunya yaitu faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang meliputi faktor
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Sementara itu hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa
minoritas responden memiliki riwayat pola pemberian ASI yang kurang sebanyak
45 bayi (57,5%). Kurangnya polapemberian ASI pada bayi umur 1-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Sei Semayang ini mungkin disebabkan oleh beberapa
faktor. Kemungkinan faktor penyebab tersebut diantaranya ialah pengaruh orang
lain yang lebih dominan, misalnya orang tua, suami, tetangga, teman atau
petugas kesehatan sendiri yang kurang tepat memberikan nasehat mengenai
ASI dan menyusui, pengaruh iklan susu buatan dan makanan pendamping ASI,
motivasi ibu berkurang karena kesibukan atau kerja dan sebagainya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari,dkk (2012) tentang Peningkatan Berat Badan Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012. Dari hasil penelitiannya
diperoleh bahwa dari 37 responden sebagian besar bayi diberi ASI Eksklusif
yaitu sebanyak 20 bayi (54,1%).
B.2. Distribusi Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas
Sei Semayang tahun 2018
Dari hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki peningkatan berat badan yang normal sebanyak 66 bayi
(62,3%). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan berat badan
bayi yaitu pemberian ASI eksklusif, pemberian MP ASI dini (Prasetyono, 2009
dan Pudjiadi, 2012), genetik, riwayat kelahiran, gizi, sosial ekonomi, stimulasi,
umur bayi (IDAI, 2012). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bayi yang
cenderung mengalami peningkatan berat badan normal adalah bayi dengan pola
pemberian ASI yang baik daripada bayi dengan pola pemberian ASI yang
kurang.
Hasil penelitian ini sesuai teori yang disebutkan oleh Sulistyawati (2009)
yaitu pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik,
bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan
bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit (Kristiyansari, 2009).
Selain itu Sulistyawati (2009), menyebutkan komposisi ASI sampai dengan
6 bulan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa
tambahan makanan atau produk minuman pendamping, kebijakan ini
berdasarkan pada beberapa hasil penelitian (eviden based) yang menemukan
bahwa pemberian makanan pendamping ASI justru akan menyebabkan
pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan ASI
sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat menyebabkan laju
peningkatan berat badan bayi dapat menjadi terlambat atau bahkan mengalami
kegagalan.
Sedangkan hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa
minoritas responden memiliki peningkatan berat badan yang tidak normal
sebanyak 40 bayi (37,7%). Perbedaan kondisi tersebut bisa disebabkan karena
bayi memperoleh jenis makanan yang berbeda untuk dikonsmsi satu sama lain.
Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan
mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang yang
pada akhirnya akan menyebabkan kegemukan.
Selain faktor di atas, perbedaan berat badan pada bayi dengan pola
pemberian ASI yang baik dan bayi dengan pola pemberian ASI yang kurang
pada umur 1-6 bulan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lain.
Kemungkinan faktor tersebut adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor
genetik tersebut diantaranya adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Sedangkan faktor lingkungan
bisa disebabkan oleh gizi ibu pada waktu hamil, hormon, fungsi metabolisme,
perawatan payudara dan lain-lain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari,dkk (2012) tentang Peningkatan Berat Badan Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012. Berdasarkan hasil
penelitian dari 37 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden
dengan peningkatan berat badan bayi normal sebanyak 25 bayi (67,6%) dan bayi
dengan peningkatan berat badan tidak normal sebanyak 12 bayi (32,4%).
B.3. Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat Badan Bayi
Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Sei Semayang tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 bayi yang memiliki pola
pemberian ASI yang baik, terdapat 45 bayi (73,8%) yang memiliki berat badan
normal dan 16 bayi (26,2%) yang memiliki berat badan tidak normal. Dari 45 bayi
yang memiliki pola pemberian ASI yang kurang, terdapat 21 bayi (46,7%) yang
memiliki berat badan normal, dan 24 bayi (53,5%) yang memiliki berat badan
tidak normal. Hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai , maka Ha
diterima. Artinya ada hubungan pola pemberian ASI dengan peningkatan berat
badan bayi usia 1-6 bulan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Prasetyono (2009), bahwa
pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI saja pada usia 0-6 bulan tanpa
tambahan makanan atau minuman lain sebagian besar menentukan
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena ASI mengandung semua nutrisi
penting yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya serta
antibodi yang bisa membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa
pertumbuhannya. Proverawati dan Rahmawati (2010) mengatakan bahwa ASI
mengandung growth factor yang berguna diantaranya untuk perkembangan
mukosa usus, sehingga ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga
merangsang pertumbuhan bayi yang normal. Sedangkan Pemberian makanan
pendamping ASI dini akan mempengaruhi kenaikan berat badan menjadi terlalu
cepat sehingga menjurus ke obesitas dan kenaikan berat badan yang lambat
karena bayi terlalu sering sakit, seperti sakit perut, gangguan pencernaan, atau
alergi, dan lain-lain (Pudjiadi, 2002). Selain itu Ariani (2012) juga menyebutkan
bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini dapat menyebabkan asupan
gizi yang dibutuhkan bayi tidak sesuai kebutuhan, selain itu sistem pencernaan
bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit (susah buang air
besar) dan alergi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suminar
dkk (2012) tentang Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat
Badan Bayi Di Kelurahan Ngaliyan Semarang. Hasil penelitian bahwa ada
hubungan pemberian ASI eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi 1-4
bulan (α<0,05).
Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari,dkk (2012) tentang Peningkatan Berat Badan Bayi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012. Berdasarkan hasil uji
statistik menggunakan chi square didapatkan hasil X2 hitung sebesar 14,948 dan
X2 tabel sebesar 3,841, maka X2 hitung lebih besar dari pada X2 tabel dan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima
artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek pemberian ASI
eksklusif dengan peningkatan berat badan bayi, yaitu bayi yang diberi ASI
eksklusif peningkatan berat badannya cenderung normal.
Hasil menunjukkan adanya kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan
teori yang dikemukakan pada tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya bahwa
pola pemberian ASI, khususnya ASI eksklusif dapat mempengaruhi peningkatan
berat badan bayi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki riwayat pola pemberian ASI yang baik sebanyak 61 bayi
(57,5%).
2. Dari hasil penelitian terhadap 106 responden, diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki peningkatan berat badan yang normal sebanyak 66 bayi
(62,3)%.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 bayi yang memiliki pola
pemberian ASI yang baik, terdapat 45 bayi (73,8%) yang memiliki berat
badan normal dan 16 bayi (26,2%) yang memiliki berat badan tidak normal.
Dari 45 bayi yang memiliki pola pemberian ASI yang kurang, terdapat 21
bayi (46,7%) yang memiliki berat badan normal, dan 24 bayi (53,5%) yang
memiliki berat badan tidak normal. Hasil analisa uji spearman rank diperoleh
Z hitung nilai , maka Ha diterima. Artinya ada hubungan pola
pemberian ASI dengan peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan.
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan perannya masing-masing
dalam melaksanakan prakteknya khususnya untuk upaya dalam mengatasi
permasalahan peningkatan berat badan bayi dengan cara posyandu
pemantauan berat badan dan pengobatan bayi dan balita lebih ditingkatkan dan
setiap bulan tetap berjalan. Khususnya bidan diharapka dapat meningkatkan
perannya dalam pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan tentang ASI
eksklusif bagi ibu hamil, nifas dan menyusui di wilayah binaan maupun yang
berkunjung, untuk memotivasi ibu-ibu yang memiliki bayi lebih bersemangat
untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
2. Bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dioperasionalkan sebagai bahan
informasi untuk penelitian selanjutnya dan untuk menambah refrensi
perpustakaan.
3. Bagi peneliti
Diharapkan untuk menambah wawasan dan dapat menerapkam ilmu
pengetahuan yang telah didapat serta pengalaman di bidang penelitian guna
pengembangan penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Disarankan dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang praktek
pemberian ASI eksklusif dan peningkatan berat badan bayi dengan metode dan
teknik pengumpulan data yang lebih mendalam dan lebih akurat. Untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan berat badan bayi lainnya seperti genetik, umur bayi, riwayat
kelahiran, gizi dan stimulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningsih, D.S., 2016. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Trans Info Media
Direktorat Kesehatan Anak Khusus., 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi
Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
IDAI., 2012. Air Susu Ibu dan Perannya Dalam Pencegahan Obesitas. (assessed
21 Januari 2018) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., 2016. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2016. (assessed 21 Januari 2018) Khasanah, N., 2013. ASI atau Susu Formula Ya?. Yogyakarta : FlashBooks Lestari, Y.D., 2012. Hubungan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Dengan
Peningkatan Berat Badan Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Seyegan Kabupaten Sleman Tahun 2012 (assessed 14 Januari 2018)
Marimbi, H., 2016. Tumbuh Kembang, status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Maryanti, D, Sujianti, Budiarti, T., 2011. Buku Ajar Neonatus & Balita. Jakarta :
Trans Info Media Maryunani, A., 2012. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : Trans
Info Media Munir, H.M., 2012. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Berat Badan
Bayi Umur 4 – 6 Bulan (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban). (assessed 14 Januari 2018)
Nirwana. A.B., 2014. ASI & Susu Formula. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Prasetyono, Sunar, Dwi., 2009. ASI Ekslusif. Yogyakarta : Diva Press
Proverawati, Atikah, dan Rahmawati., 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Dengan hormat
Saya Fany Pricillawati Sembiring Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jurusan Kebidanan Medan. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul
Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6
Bulan. Dan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pola
Pemberian ASI Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 1-6 bulan. Saya
akan melakukan wawancara terstruktur kepada ibu mengenai:
Identitas bayi
Pengetahuan ibu tentang ASI
Sikap ibu tentang pemberian ASI
Tindakan ibu dalam pemberian ASI
Bagi ibu yang bersedia untuk dilakukan wawancara, akan kami lakukan
dan bagi ibu yang tidak bersedia kami tidak memaksa.
Partisipasi ibu bersifat sukarela tanpa paksaan, setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan di rahasiakan dan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Untuk penelitian ini tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila ibu
membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi kami.
1. Nama :
Alamt :
No Hp:
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu yang telah ikut berpartisipasi pada
penelitian ini. Keikut sertaaan ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan
sesuatu yang berguna untuk peningkatan berat badan pada bayi.
Sebagai ucapan terimakasih kami pada ibu yang sudah bersedia
meluangkan waktunya disini kami berikan sedikit bingkisan agar ibu dapat
menerimanya. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini
diharapkan ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, 2018
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI PUSKESMAS SEI SEMAYANG
TAHUN 2018”
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya akan
menandatangani surat persetujuan penelitian.
Medan, 2018
( )
Hasil Uji Validitas Kuesioner
No. soal r hitung r tabel Asssig-2 tail Validitas
1 0,285 0,444 0,224 Tidak valid
2 0,626 0,444 0,003 Valid
3 0,766 0,444 0,000 Valid
4 0,521 0,444 0,018 Valid
5 0,038 0,444 0,872 Tidak Valid
6 0,837 0,444 0,000 Valid
7 0,719 0,444 0,000 Valid
8 0,780 0,444 0,001 Valid
9 0,808 0,444 0,000 Valid
10 0,635 0,444 0,003 Valid
11 0,837 0,444 0,000 Valid
12 0,425 0,444 0,062 Tidak Valid
13 0,489 0,444 0,029 Valid
14 0,684 0,444 0,001 Valid
15 0,535 0,444 0,015 Valid
16 0,004 0,444 0,988 Tidak Valid
17 0,822 0,444 0,000 Valid
18 0,554 0,444 0,011 Valid
19 0,553 0,444 0,011 Valid
20 0,671 0,444 0,001 Valid
21 0,641 0,444 0,002 Valid
22 0,750 0,444 0,000 Valid
23 0,466 0,444 0,038 Valid
24 0,631 0,444 0,003 Valid
25 0,182 0,444 0,441 Tidak Valid
Hasil Uji Reliabilitas Responden
No. soal Nilai reliabel r tabel Reliabilitas
1 0,745 0,444 Reliabel
2 0,737 0,444 Reliabel
3 0,733 0,444 Reliabel
4 0,738 0,444 Reliabel
5 0,749 0,444 Reliabel
6 0,730 0,444 Reliabel
7 0,734 0,444 Reliabel
8 0,733 0,444 Reliabel
9 0,737 0,444 Reliabel
10 0,730 0,444 Reliabel
11 0,742 0,444 Reliabel
12 0,735 0,444 Reliabel
13 0,733 0,444 Reliabel
14 0,739 0,444 Reliabel
15 0,731 0,444 Reliabel
16 0,748 0,444 Reliabel
17 0,731 0,444 Reliabel
18 0,735 0,444 Reliabel
19 0,737 0,444 Reliabel
20 0,735 0,444 Reliabel
21 0,736 0,444 Reliabel
22 0,732 0,444 Reliabel
23 0,740 0,444 Reliabel
24 0,736 0,444 Reliabel
25 0,748 0,444 Reliabel
Hasil uji reliabilitas keseluruhan dengan cronbach’s alpha
Jumlah
0,746 25
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
NO IDENTITAS IBU IDENTITAS ANAK
1 No Responden Nama
2 Tanggal pengisian TTL
3 Nama Umur
4 Umur Anak ke
5 Pendidikan Jenis Kelamin
II. POLA PEMBERIAN ASI
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang
sebanarnya !
1. Ketika lahir apakah anak ibu segera diberi ASI?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bayi ibu menyusui 8-12 kali dalam sehari?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah popok bayi ibu basah minimal 6 kali dalam sehari?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah bayi ibu BAB minimal 2x sehari?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ibu merasa bahwa ASI yang ibu berikan cukup untuk bayi?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ibu menyendawakan bayi ibu setelah diberi ASI?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ibu menyusui bayi secara langsung melalui payudara?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah bayi ibu sudah diberikan makanan selain ASI (makanan
pendamping ASI)?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah keluarga ibu turut mendukung ibu memberikan ASI pada bayi?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah bayi ibu selalu dalam keadaan sehat?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah payudara ibu tidak pernah lecet atau luka pada putting susu?
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah ibu selalu mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi agar
menghasilkan ASI yang baik untuk bayi?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah ibu menyusui bayi dengan kedua payudara secara bergantian?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah ibu menyusui sampai bayi benar-benar kenyang?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah berat badan bayi ibu selalu bertambah setiap bulannya?
a. Ya
b. Tidak
16. Apakah ibu pernah melakukan perawatan payudara sebagai upaya untuk
memperlancar ASI?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah ASI ibu selalu keluar dengan lancar?
a. Ya
b. Tidak
18. Apakah bayi ibu selalu tenang jika menyusui?
a. Ya
b. Tidak
19. Apakah ibu selalu membersihkan payudara setiap kali sehabis menyusui?
a. Ya
b. Tidak
20. Apakah ibu selalu memperhatikan posisi bayi menyusui untuk memastikan
kenyamanan bayi?
a. Ya
b. Tidak
III. Berat Badan Bayi (Diisi oleh Peneliti)
Berat Badan Lahir
(gram)
Berat Badan Sekarang
(gram)
Keterangan
KMS
FREQUENCIES VARIABLES=Umur Anak_ke JK Pola_pem_ASI Status_BB
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 13-JUL-2018 01:21:14
Comments
Input Data D:\DATA FANNY.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
106
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all
cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Umur Anak_ke
JK Pola_pem_ASI Status_BB
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,02
Statistics
Umur bayi Anak ke Jenis Kelamin
Pola pemberian
ASI
Status Berat
Badan Bayi
N Valid 106 106 106 106 106
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 15 14,2 14,2 14,2
2 13 12,3 12,3 26,4
3 13 12,3 12,3 38,7
4 12 11,3 11,3 50,0
5 15 14,2 14,2 64,2
6 38 35,8 35,8 100,0
Total 106 100,0 100,0
Anak ke
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 41 38,7 38,7 38,7
2 38 35,8 35,8 74,5
3 20 18,9 18,9 93,4
4 7 6,6 6,6 100,0
Total 106 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 62 58,5 58,5 58,5
Perempuan 44 41,5 41,5 100,0
Total 106 100,0 100,0
Pola pemberian ASI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 61 57,5 57,5 57,5
Kurang 45 42,5 42,5 100,0
Total 106 100,0 100,0
Status Berat Badan Bayi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 66 62,3 62,3 62,3
Tidak normal 40 37,7 37,7 100,0
Total 106 100,0 100,0
CROSSTABS
/TABLES=Pola_pem_ASI BY Status_BB
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Notes
Output Created 13-JUL-2018 01:21:43
Comments
Input Data D:\DATA FANNY.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
106
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are
based on all the cases with
valid data in the specified
range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pola_pem_ASI BY
Status_BB
/FORMAT=AVALUE TABLES
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,06
Dimensions Requested 2
Cells Available 349496
Nonparametric Correlations
Notes
Output Created 13-JUL-2018 01:22:01
Comments
Input Data D:\DATA FANNY.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
106
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics for each pair of
variables are based on all the
cases with valid data for that
pair.
Syntax NONPAR CORR
/VARIABLES=Pola_pem_ASI
Status_BB
/PRINT=SPEARMAN
TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,01
Number of Cases Allowed 349525 casesa
a. Based on availability of workspace memory
Correlations
Pola pemberian
ASI
Status Berat
Badan Bayi
Spearman's rho Pola pemberian ASI Correlation Coefficient 1,000 ,276**
Sig. (2-tailed) . ,004
N 106 106
Status Berat Badan Bayi Correlation Coefficient ,276** 1,000
Sig. (2-tailed) ,004 .
N 106 106
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
CROSSTABS
/TABLES=Pola_pem_ASI BY Status_BB
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 16-JUL-2018 01:58:07
Comments
Input Data D:\DATA FANNY.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
106
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are
based on all the cases with
valid data in the specified
range(s) for all variables in
each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=Pola_pem_ASI BY
Status_BB
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CORR
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,05
Elapsed Time 00:00:00,09
Dimensions Requested 2
Cells Available 349496
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pola pemberian ASI * Status
Berat Badan Bayi
106 100,0% 0 0,0% 106 100,0%
Pola pemberian ASI * Status Berat Badan Bayi Crosstabulation
Count
Status Berat Badan Bayi
Total Normal Tidak normal
Pola pemberian ASI Baik 45 16 61
Kurang 21 24 45
Total 66 40 106
DUMMY TABEL
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI PUSKESMAS SEI SEMAYANG
TAHUN 2018
No Umur Anak
ke Jenis Kelamin
Pola pemberian ASI
Status Berat badan
1 6 bulan 4 Laki-laki Kurang Normal
2 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
3 6 bulan 3 Perempuan Baik Normal
4 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Tidak normal
5 1 bulan 3 Perempuan Baik Normal
6 2 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
7 6 bulan 3 Laki-laki Baik Normal
8 6 bulan 3 Laki-laki Kurang Tidak normal
9 6 bulan 4 Laki-laki Baik Normal
10 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
11 6 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
12 5 bulan 1 Perempuan Baik Normal
13 5 bulan 1 Perempuan Baik Normal
14 4 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
15 2 bulan 3 Laki-laki Kurang Normal
16 3 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
17 6 bulan 3 Perempuan Kurang Tidak normal
18 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
19 3 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
20 6 bulan 3 Perempuan Kurang Normal
21 6 bulan 1 Laki-laki Kurang Tidak normal
22 5 bulan 2 Laki-laki Kurang Tidak normal
23 6 bulan 1 Perempuan Kurang Normal
24 2 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
25 5 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
26 1 bulan 1 Laki-laki Kurang Tidak normal
27 6 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
28 5 bulan 2 Perempuan Kurang Normal
29 6 bulan 2 Laki-laki Baik Tidak normal
30 5 bulan 2 Laki-laki Kurang Tidak normal
31 2 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
32 2 bulan 3 Laki-laki Baik Normal
33 1 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
34 6 bulan 2 Perempuan Baik Normal
35 6 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
36 3 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
37 6 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
38 1 bulan 1 Perempuan Kurang Normal
39 6 bulan 3 Perempuan Baik Normal
40 5 bulan 3 Laki-laki Kurang Normal
41 4 bulan 2 Laki-laki Kurang Tidak normal
42 2 bulan 2 Laki-laki Baik Normal
43 6 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
44 6 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
45 1 bulan 3 Perempuan Kurang Tidak normal
46 5 bulan 2 Laki-laki Baik Tidak normal
47 5 bulan 1 Perempuan Kurang Tidak normal
48 6 bulan 4 Laki-laki Baik Normal
49 1 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
50 6 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
51 6 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
52 5 bulan 3 Laki-laki Kurang Tidak normal
53 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
54 5 bulan 2 Perempuan Baik Tidak normal
55 6 bulan 2 Perempuan Baik Tidak normal
56 6 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
57 4 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
58 5 bulan 3 Perempuan Kurang Normal
59 5 bulan 1 Laki-laki Baik Tidak normal
60 6 bulan 2 Perempuan Baik Tidak normal
61 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
62 6 bulan 3 Perempuan Baik Normal
63 2 bulan 2 Perempuan Baik Normal
64 1 bulan 4 Laki-laki Baik Tidak normal
65 1 bulan 4 Laki-laki Baik Normal
66 4 bulan 1 Laki-laki Kurang Normal
67 2 bulan 1 Perempuan Baik Tidak normal
68 3 bulan 2 Perempuan Baik Normal
69 2 bulan 2 Perempuan Baik Normal
70 5 bulan 1 Perempuan Baik Tidak normal
71 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
72 2 bulan 4 Laki-laki Baik Tidak normal
73 6 bulan 2 Laki-laki Kurang Tidak normal
74 4 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
75 4 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
76 1 bulan 1 Laki-laki Kurang Normal
77 6 bulan 3 Laki-laki Kurang Tidak normal
78 6 bulan 2 Perempuan Kurang Tidak normal
79 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
80 6 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
81 1 bulan 4 Laki-laki Baik Normal
82 4 bulan 1 Perempuan Baik Normal
83 3 bulan 3 Laki-laki Baik Normal
84 6 bulan 3 Perempuan Baik Normal
85 4 bulan 1 Perempuan Baik Tidak normal
86 1 bulan 1 Perempuan Baik Normal
87 3 bulan 2 Laki-laki Baik Tidak normal
88 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
89 2 bulan 1 Perempuan Baik Tidak normal
90 6 bulan 1 Laki-laki Kurang Normal
91 3 bulan 1 Laki-laki Baik Tidak normal
92 4 bulan 2 Perempuan Kurang Normal
93 6 bulan 3 Laki-laki Baik Normal
94 1 bulan 1 Laki-laki Kurang Normal
95 4 bulan 2 Perempuan Baik Normal
96 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
97 4 bulan 1 Perempuan Kurang Normal
98 1 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
99 2 bulan 3 Laki-laki Baik Normal
100 4 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
101 6 bulan 1 Perempuan Kurang Normal
102 2 bulan 1 Laki-laki Baik Tidak normal
103 1 bulan 2 Laki-laki Kurang Normal
104 1 bulan 3 Laki-laki Baik Tidak normal
105 5 bulan 2 Perempuan Baik Normal
106 3 bulan 1 Laki-laki Baik Normal
DOKUMENTASI