skripsi diajukan kepada fakultas ilmu tarbiyah dan...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DALAM PEMENUHAN STANDAR SARANA PRASARANA
SEKOLAH DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Muhammad LeonardoNIM 109018200036
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRACT
MUHAMMAD LEONARDO. NIM: 109018200036. Implementation ofSchool-Based Management In Standards Compliance Infrastructure atCiputat Islamiyah MTs . Education Management Studies Program, Facultyof Science and Teaching of MT, State Islamic University (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
School-based management is a system that is applied in order to overcomethe existing problems in education , one of which is the distribution of educationis closely linked to infrastructure as supporting the educational process . In otherwords , the system of school -based management is closely linked with theinfrastructure to support the effectiveness of education as the sustainability of theimplementation of school-based management system.
This study aims to determine the extent of implementation or application ofschool-based management in compliance with the standards existing infrastructurein MTs Islamiyah Ciputat . In the process, this study uses a model Penetianqualitative descriptive methods are observation , documentation studies andinterviews with relevant parties in this case the principal , vice-principal areas offacilities , administration and teachers practice the application of the system.
Based on the results of the data obtained shows that the implementation ofschool-based management in compliance with the standards of facilities in MTsIslamiyah has been well implemented , and visible from the complianceinfrastructure that in practice be utilized as supporting the educational processwhich refers to the application of the system of school-based management
Keywords: School Based Management , Infrastructure.
ii
ABSTRAK
MUHAMMAD LEONARDO. NIM: 109018200036. ImplementasiManajemen Berbasis Sekolah Dalam Pemenuhan Standar Sarana PrasaranaDi Mts Islamiyah Ciputat. Program Studi Manajemen Pendidikan, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu sistem yang diterapkan gunamengatasi masalah yang ada dalam pendidikan, salah satunya adalah pemerataanpendidikan yang berkaitan erat dengan infrastruktur sebagai penunjang prosespendidikan. Dengan kata lain maka dalam sistem Manajemen berbasis sekolah inimemiliki kaitan erat dengan sarana prasarana pendidikan sebagai penunjangefektifitas keberlangsungan penerapan sistem Manajemen Berbasis Sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi ataupenerapan dari manajemen berbasis sekolah dalam pemenuhan standar saranaprasarana yang ada di MTs Islamiyah Ciputat. Dalam prosesnya penelitian inimenggunakan model penetian deskriptif kualitatif dengan metode yang digunakanadalah observasi, studi dokumentasi dan wawancara dengan pihak terkait dalamhal ini kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarana, tata usaha dan gurusebagai pelaksana penerapan sistem.
Berdasarakan hasil penelitian dari data yang didapat menunjukan bahwaimplementasi manajemen berbasis sekolah dalam pemenuhan standar saranaprasarana di MTs Islamiyah ini telah diterapkan dengan baik, dan terlihat daripemenuhan standar sarana prasarana yang pada pelaksanaannya dimanfaatkansebagai penunjang proses pendidikan yang mengacu pada penerapan sistemmanajemen berbasis sekolah.
Kata Kunci: Manajemen Berbasis Sekolah, Sarana Prasarana.
iii
KATA PENGANTAR
Assalaamuíalaikum Wr.Wb.
Alhamdulillaahirabbilíaalamin. Puji serta syukur bagi Allah SWT.
Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami
memohom pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli
‘ala Muhammad, shalawat serta salam semoga tetap dicurahkan kepada junjungan
dan suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing kita pada
jalan yang diridhai Allah SWT.
Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen
Pendidikan, penulis banyak mendapatkan dukungan baik moral maupun
material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Fathi Ismail, MM selaku dosen pembimbing yang selalu
membimbing penulis dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan
arahan-arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Zahrudin, Lc dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan akademik dan motivasi kepada penulis selama proses
perkuliahan.
5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan segenap ilmu dan keahlian kepada penulis
dan turut melancarkan usaha pembuatan skripsi ini.
iv
6. Segenap Karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan-perpustakaan fakultas.
7. Orang tua tercinta Bapak H. Hersun Usman dan Ibu Hj. Livia Pramawati
yang telah memberikan dukungan moral, material, dan doa yang
menyemangati penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan
selama proses pembuatan skripsi.
8. Kakak adik Muhammad Aris Munandar Prawira, ST, Robie Perdana, SE,
Juliana Primasuci dan Sonia Safira yang selalu mengingatkan penulis
untuk tetap semangat dan optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Ummi Kartini, SE, atas motivasinya dan kesediaan dalam
mendampingi penulis dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
10. Semua dewan guru dan siswa/siswi MTs Islamiyah Ciputat, yang telah
membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.
11. Teman-teman kelas A KI-MP angkatan 2009, khususnya Herda
Harisman, S.Pd, Januar Aristian, S.Pd, Muhammad Radhi, Fajar Asrikardo
yang menjadi sahabat perjuangan selama proses perkuliahan.
12. Untuk Harianto, Subki, Andhy, Bangkit, Rizki, Galih, Fahmie, Yanwar,
Labieb, Salman, Rudi, Alie, Rhegy, Althof, Arya, Bary,Zakky, Gunawan,
Muhazir, Dayat, Dendi ,Mulky terima kasih atas kualitas pertemanan
kalian. Kalian penyemangat yang hebat, Jayalah MP.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu
disambut dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalaamuíalaikum Wr.Wb.
Jakarta, 15 Desember 2014
Muhammad Leonardo
v
DAFTAR ISI
COVER SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR UJI REFERENSI
Abstrak ..............................................................................................................i
Kata Pengantar ................................................................................................iii
Daftar Isi ...........................................................................................................v
Daftar Lampiran ..............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................4
C. Pembatasan Masalah ...........................................................5
D. Perumusan Masalah .............................................................5
E. Tujuan Penelitian .................................................................5
F. Manfaat Penelitian ...............................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah ....................7
2. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah ...............9
3. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah ....................10
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah ................11
5. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah ..........................13
6. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah ........................16
7. Urgensi Manajemen Berbasis Sekolah .........................17
B. Sarana dan Prasarana
1. Manajemen Sarana dan Prasarana ................................18
vi
2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana ..........................22
C. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam
Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana ..........................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .................................................................29
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................29
C. Metode Penelitian ................................................................29
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................31
E. Teknik Analisis Data ...........................................................32
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah ..................................................33
1. Sejarah Sekolah ............................................................33
2. Profil Sekolah ...............................................................34
3. Visi dan Misi ................................................................34
B. Deskripsi Hasil Data Penelitian ...........................................36
1. Perencanaan ..................................................................37
2. Evaluasi ........................................................................39
3. Pengadaan dan Pengembangan ....................................40
4. Pemeliharaan ................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................47
B. Saran ....................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................49
LAMPIRAN ......................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : STRUKTUR ORGANISASI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
Lampiran 2 : TENAGA KEPENDIDIKAN DAN PENDIDIK
Lampiran 3 : KONDISI PESERTA DIDIK DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
Lampiran 4 : SARANA PRASARANA DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
Lampiran 5 : DESKRIPSI RUANG OSIS
Lampiran 6 : DESKRIPSI RUANG KONSELING
Lampiran 7 : DESKRIPSI RUANG LAB. IPA
Lampiran 8 : DESKRIPSI RUANG PERPUSTAKAAN
Lampiran 9 : DESKRIPSI RUANG IBADAH
Lampiran 10 : DESKRIPSI RUANG UKS
Lampiran 11 : DESKRIPSI RUANG GUDANG
Lampiran 12 : DESKRIPSI RUANG BERMAIN
Lampiran 13 : DESKRIPSI RUANG JAMBAN
Lampiran 14 : KISI-KISI INSTRUMEN
Lampiran 15 : INSTRUMEN WAWANCARA
Lampiran 16 : HASIL WAWANCARA
Lampiran 17 : SURAT KETERANGAN PENELITIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mencetak anak
bangsa yang cerdas,berkualitas baik dari segi ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Maka hal ini, baik dalam kondisi apapun, komitmen pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya tidak berubah ubah. Pemerintah
harus konsisten untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas pendidikan. Hal
ini penting adanya, karena dalam rangka memajukan suatu negara pendidikan lah
yang seharusnya menjadi tombak utama.
Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan harapan bagi
kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan di Indonesia. Akan tetapi,
karena pengelolaannya yang terlalu kaku dan sentralistik membuat program itu
pun tidak terlalu memberikan dampak positif yang menyeluruh, karena angka
parsitipatif dan kualitas pendidikan tetap menurun. Manajemen merupakan
masalah pokok yang harus dipikirkan dan tentunya harus dibenahi. Dalam kaitan
ini muncul lah gagasan pemikiran kepada arah pendidikan yang memberikan
keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan
secara luas. Siiring perjalanannya pemikiran ini dikenal dengan manajemen
berbasis sekolah atau school based management, yang sedikit demi sedikit
berhasil membangun dan mengangkat kondisi pendidikan serta memecahkan
masalah pendidikan dibeberapa negara maju, seperti Australia dan Amerika.
Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerihan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk penyeleggaraan otonomi
daerah.1
1 Supriady Deddy Bratakusuma, dan Dadang Solihin, Otonomi PenyelengaraanPemerintah Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001 hal 1.
2
Manajemen berbasis sekolah merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dengan mencapai keunggulan masyarakat
bangsa dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjukan dengan
pernyataan politik dalam GBHN. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan
landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan
berkelanjutan baik secara makro, meso dataupun mikro. Kerangka makro
kaitannya dengan kebijakan politik pemerintah yang pada saat ini sedang ramai
dibicarakan yaitu masalah desentralisasi, aspek mesonya berkaitan dengan
kebijakan pemerintah tingkat provinsi sampai kabupaten, sedangkan mikronya
melibatkan seluruh aspek pendidikan yang paling dasar, tetapi paling depan dalam
pelaksanaan, yaitu sekolah.2
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), memungkinkan pihak
sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa, dengan cara memberdayakan seluruh
potensi yang ada di sekolah, terutama tenaga pendidik dan kependidikan serta
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Dengan diberdayakannya seluruh
potensi siswa serta ditunjang dengan sarana prasarana maka sudah pasti dapat
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam meningkatkan kualitas siswa
disekolah.
Peningkatan jumlah sarana dan mutu sarana prasarana pendidikan oleh
pemerintah,dengan pendirian gedung gedung sekolah baru merupakan program
rehebilitasi sekolah lama, penambahan dan pergantian peralatan secara berkala
terus dilakukan demi tercapainya upaya perbaikan mutu sekolah.3
Pemberian otonomi yang luas dalam sekolah tentunya merupakan perhatian
pemerintah terhadap gejala gejala permasalahan yang sering timbul di masyarakat,
serta upaya peningkatan mutu pendidikan secara umum. Kewenangan ini
diberikan agar seluruh stakeholers yang ada disekolah dapat secara langsung
melakukan manajemen sekolah yang diinginkan, guna memperbaiki kualitas
sekolah yang diharapkan, sehingga mendukung kemajuan sistem yang ada di
sekolah.
2 Mulyasa E, Manajemen berbasis sekolah, Rosda, 2002 hal 11.3 Sujanto, bedjo, Manajemen Berbasis Sekolah “model pengelolaan Di Era otonomi
daerah”, Sagung seto hal 4.
3
Kecenderungan pada pendekatan manajemen yang setralistik menurut
pendapat beberapa ahli berakar pada faktor sejarah dan budaya kita yang
menghambat pengembangan kewirausahaan serta sumber pengembangan
kelembagaan serta pengembangan.4
Dengan kata lain bahwa manjamenen berbasis sekolah menuntut sekolah
untuk secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,
mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber
baik kepada masyarakat atau pemerintah.
Tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. Adapun peningkatan efisiensi tersebut bisa di capai dari keleluasaan
meningkatkan sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu bisa di capai dari adanya partisipasi orang tua,
kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah
dan hukuman sebagai kontrol serta hal lain yang dapat menumbuh kembangkan
keadaan yang kondusif. Sedangkan pemerataan pendidikan tampak dari adanya
partisipasi masyarakat yang mampu dan perduli, sementara yang kurang mampu
menjadi tanggung jawab pemerintah.5
Terkait dengan keterangan di atas maka sekolah-sekolah yang mulai
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah berusaha untuk meningkatkan kualitas
mutu pendidikan. Salah satunya adalah melakukan pengelolaan terhadap sarana
dan prasarana pendidikan di sekolah.
Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah bertujuan agar siswa juga bisa
menikmati apa yang dibutuhkan mereka saat berada di jenjang pendidikan,
dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah tersebut diharapkan sekolah
mampu mengupayakan mutu pendidikan serta hasil dari implementasi ini bisa
terwujud dengan baik.
Salah satu aspek yang seyogyanya mendapatkan perhatianutama oleh setiap
pengelolaan pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan. Sarana pendidikan
4 Tilaar, H.A.R, Manajemen Pendidikan Kelas, Remaja Rosdakarya. Bandung 2008 hal32.
5Mulyasa E, Manajemen berbasis sekolah, Rosda, 2002 hal 13.
4
pada umumnya mencakup semua fasilitas yang secara langsung menunjang proses
pendidikan.6
Peningkatan sarana dan prasarana mutlak diperlukan seiring dengan
dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosial
budaya berpeluang mendorong kebutuhan masyarakat baik lokal maupun
nasional, lebih-lebih masyarakat global. Tantangan bagi generasi bangsa masa
depan untuk menyiapkan generasi tangguh dan siap mewarnai kancah globalisasi
melalui pendidikan merupakan salah satu faktornya, sehingga dengan demikian
diharapkan siswa siap menatap kemajuan yang terus berkembang pesat.
Latar belakang di atas menarik peneliti untuk diangkat dalam penulisan
skripsi ini dengan judul “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Dalam Pemenuhan Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Di MTS
Islamiyah Ciputat”, dengan harapan dapat memberi jawaban sekaligus
kontribusi positif bagi sekolah yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah,
terutama dalam meningkatkan Sarana dan Prasarana untuk menyongsong sekolah
yang berkualitas, dan membekali peserta didik memiliki wawasan yang lebih
seiring dengan perkembangan zaman serta mampu mewarnai kompetisi global,
baik sekala nasional maupun internasional.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka masalah yang ditemukan, antara
lain:
1. Fasilitas pendukung pendidikan yang belum lengkap.
2. Sarana dan prasarana yang memenuhi standar nasional pendidikan.
3. Implementasi manajemen berbasis sekolah yang tidak efektif terhadap
pemenuhan standar sarana prasarana pendidikan di sekolah.
6 Suryadi, M.Pd, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah “Konsep dan Aplikasi”. PT. SaranaPanca Karya Nusa, 2009. Hal. 124.
5
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan dan keterbatasan waktu
penelitian, serta agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan,
maka penulis membatasi masalah pada beberapa poin yaitu:
1. Perlunya penerapan MBS dalam kegiatan mengelola kegiatan
manajerial di sekolah.
2. Sarana dan prasaran pendidikan yang belum memenuhi standar nasional
pendidikan.
D. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan pembatasan masalah maka, peneliti merumuskan masalah
penelitian, yaitu:
“Bagaimana pelaksanaan MBS dalam memenuhi standar nasional
pendidikan sarana dan prasarana di sekolah?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan
beberapa tujuan yang hendak dicapai sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam pemenuhan standar
sarana dan prasarana dalam implementasi manajemen berbasis sekolah
di MTS Islamiyah Ciputat.
2. Mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat pada lingkungan MTS
Islamiyah Ciputat.
3. Sebagai bagian dari stakeholders pendidikan dalam pemenuhan standar
sarana dan prasarana.
4. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat
pengimplementasian manajemen berbasis sekolah dalam pemenuhan
standar sarana dan prasarana di MTS Islamiyah Ciputat.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi konstruktif terhadap
lembaga pendidikan, sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah
ataupun instansi terkait dalam pendidikan. Adapun berikut manfaat dari penelitian
yang dilakukan, yaitu:
1. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif serta dapat menjadi
bahan acuan ataupun bahan pertimbangan dalam segala bentuk pengelolaan
yang akan dilakukan di suatu instansi pendidikan tersebut. Sehingga
penelitian ini menjadi salah satu media sebagai acuan dalam
pelaksanaan/penerapan manajemen berbasis sekolah terutama dalam
meningkatkan sarana dan prasarana.
2. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur sekolah yang akan
atau telah menerapkan MBS dan terutama dalam pemenuhan standar sarana
prasarana pendidikan yang ada disekolah.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti terutama dalam mengetahui
sejauh mana kemampuan peneliti dalam meneliti suatu sistem yang ada
disuatu lembaga pendidikan, sehingga dapat menambah wawasan peneliti,
baik dalam ilmu manajemen, ilmu pengetahuan maupun teknologi, serta
menjadi kontribusi nyata dalam dunia pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen memiliki peranan penting dalam mendinamisasi potensi
yang ada di sekolah. Manajemen yang dinamis akan membuat suasana baru
dan lebih kekeluargaan. Setiap elemen yang ada merasa dihargai dengan
diberikan tanggung jawab yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Manajemen berbasis sekolah diharapkan dapat membuat sekolah lebih
mandiri, dengan memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah
(otonomi), dan mendorong sekolah untuk memulai mengambil keputusan
secara partisipatif yang melibatkan semua warga sekolah dan pihak
masyarakat yang dilayaninya (stakeholders).7
Sejak tahun 1999 bergulir tema dalam kerangka reformasi dan
demokratisaas pendidikan di Indonesia. Sebagai bagian dari tema tersebut,
maka diperkenalkanlah konsep manajemen berbasis sekolah (school based
management) yang disingkat dengan MBS. Secara konseptual, MBS
dipahami sebagai salah satu alternatif pilihan formal untuk mengelola
struktur penyelenggaraan pendidikan yang desentralisasi, dengan
menempatkan sekolah sebagai tombak utama kebijakan pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan bentuk alternative sekolah
sebagaihasil dari desentralisasi pendidikan. MBS pada prinsipnya bertumpu
pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari birorasi yang sentralistik.8
Konsep ini menempatkan retribusi kewenangan para pembuat kebijakan
sebagai elemen penting paling mendasar, untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Pada sisi ini, MBS merupakan cara untuk memotivasi kepala
7 Sujanto, bedjo, Manajemen Berbasis Sekolah”model pengelolaan Di Era otonomidaerah”, Sagung seto hal 31.
8 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah.GRASINDO, Jakarta. Hal 6
8
sekolah untuk lebih bertanggung jawab dalam memperbaiki kualitas
peserta didiknya.
Pendelegasian otoritas merupakan hal yang fundamental di dalam MBS.
Nemun demikian, hanya semata mata pendelegasian kepada kelompok lain
tidak menjamin terjadinya peningkatan kualitas keputusan.9
Untuk itu, sudah seharusnya kepala sekolah menerapkan hal ini secara
komperhensif, untuk melayani segala kebutuhan peserta didik di sekolah.
Seluruh stakeholders sekolah selazimnya menyambut hal ini dengan
merumuskan program yang lebih oprasional, karena merekalah pihak yang
paling mengetahui kebutuhan dari peserta didik. Inilah filosofi MBS yang
paling mendasar.
Pada prinsipnya, dengan menggunakan MBS ini sekolah lebih mandiri
dan mampu mengembangkan kondisi, lingkungan dan sistem yang ada di
sekolahnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa, desentralisasi sekolah
memindahkan otoritas decision making of school management oleh
pemerintah daerah kepada sekolah yang diatur melalui peraturan yang
memungkinkan.
Dengan demikian sekolah sekolah lebih mandiri,profesional,dan
menentukan strategi penyelenggaraan program sekolah, serta mampu
menentukan arah pembangunan pendidikan di sekolah yang sesuai dengan
tuntutan masyarakatnya akan kualitas layanan belajar di sekolah. MBS
merupakan inovasi pengelolaan sekolah yang pada dewasa ini sedang
menjadi pusat perhatian para pakar pendidikan, birokrat pendidikan baik
dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta pengelola sekolah.10
Manajemen berbasis sekolah atau dikenal dengan istilah ”School-Based
Management” adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi atau
kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai
9 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah.GRASINDO, Jakarta. Hal 1810 Syaiful sagala, manajemen strategik dalam peningkatan mutu pendidikan, ( Bandung,
Alfabeta 2009) hal 153-154
9
dengan standar pelayanan yang ditetapkan Pemerintah Pusat, Propinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah yang menggunakan konsep otonomi dapat
diartikan sebagai kemandirian, yaitu kemandirian dalam mengatur dan
mengurus sekolah tanpa ketergantungan terhadap pemerintah pusat.11
Bukti empirik lemahnya pola lama manajemen pendidikan nasional
dan digulirkannya otonomi daerah, maka sebagai konsekuensi logis bagi
manajemen pendidikan di Indonesia adalah perlu dilakukannya penyesuaian
diri dari pola lama manajemen pendidikan menuju pola baru manajemen
pendidikan masa depan yang bernuansa otonomi dan lebih demokratis.
MBS memungkinkan terjadinya efisiensi administrasi, karena
pengalokasian sumber daya dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Sekolah
merupakan posisi terbaik untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien
dalam memenuhi kebutuhan siswa.12
Pendekatan manajemen berbasis sekolah lebih diutamakan dari pada
pendekatan birokrasi, pengelolaan sekolah lebih desentralistik, perubahan
sekolah lebih didorong oleh motivasi diri sekolah dari pada di atur dari luar
sekolah, regulasi pendidikan lebih sederhana, peranan pusat bergeser dari
mengontrol menjadi mempengaruhi dan dari mengarahkan ke memfasilitasi.
Konsep MBS dalam prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi
sekolah yang merujuk pada perlunya memperhatikan kondisi dan potensi
kelembagaan setempat dalam mengelola sekolah. Makna ”berbasis sekolah”
dalam konsep MBS sama sekali tidak meninggalkan kebijakan-kebijakan
strategis yang diterapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah otonom.
MBS pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung
11 Rohiat, manajemen berbasis sekolah”teori dasar danpraktik”, reflika aditama, 2010hal 55
12 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah.GRASINDO, Jakarta. Hal 22
10
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
3. Komponen Manajemen Berbasis Sekolah
Perlu disadari bahwa reformasi manajemen pendidikan persekolahan
dengan menggunakan model MBS merupakan tuntutan yang mendesak.
Selama ini sekolah ditempatkan pada posisi yang kurang berdaya, karena
hampir seluruh kegiatan oprasional pendididkan tergantun pada birokrasi
diatasnya.13
Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang
melibatkan secara langsung semua komponen sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Dengan otonomi
yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar
dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri.
Pada hakekatnya tujuan utama manajemen berbasis sekolah adalah
efisiensi, peningkatan mutu, dan pemerataan pendidikan. Semua itu bisa
diperoleh dari adanya keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,
partisipasi masyarakat, partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan
sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman
sebagai kontrol dan penyederhanaan birokrasi.
Ada 3 komponen dalam pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran
yaitu:
a. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
b. Peran Serta Masyarakat
13 Fatah, Nanang,. Sistem Penjamin Mutu Pendidikan. Remaja Rosda karya.Bandung2012 hal 40
11
c. Dan peningkatan mutu belajar mengajar melalui peningkatan mutu
pembelajaran yang disebut dengan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan ( PAKEM).
4. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Sekolah yang melaksanakan Manajemen berbasis sekolah adalah secara
efektif dapat melaksanakan semua programnya, sehingga sekolah memiliki
kualitas yang handal. Jadi sekolah bermutu seharusnya adalah sekolah yang
efektif. Sekolah juga sebagai sebuah sistem, maka pendekatan sistem (input-
proses-output) akan digunakan untuk mentapkan sekolah efektif tersebut.14
Apabila dilihat dari sekolah yang adalah merupakan sebuah sistem
maka didalamnya harus ada yang namanya input, proses dan output sebagai
landasan dasar dari sebuah sistem, dalam hal ini sekolah.
a. Input Pendidikan
Berbicara mengenai input pendidikan dapat diartikan sebagai awal
dari sebuah sistem secara umum yang diterapkan dan dibuat sebagai
acuan ditiap lembaga pendidikan. Input ini bisa meliputi
perencanaan,sumber daya yang ada, staff tenaga kependidikan yang
memiliki kompetensi yang sesuai,dan target pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.
Maka dengan mengacu pada input yang dibuat oleh masing masing
lembaga pendidikan inilah diharapkan peningkatan dalam segi kualitas
pendidikan dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan.
b. Proses Pendidikan
Dalam hal penerapan kegiatan manajerial dalam hal ini pendidikan,
proses merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Karena dengan
berproses lah kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan dari
penerapan perencanaan yang kita buat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
14 Sujanto, bedjo, Manajemen Berbasis Sekolah”model pengelolaan Di Era otonomidaerah”, Sagung seto hal 34
12
Apabila dikaitkan dengan proses pendidikan dalam Manajemen
berbasis sekolah tentunya berhubungan dengan fungsi manajemen itu
sendiri, yaitu perencanaan, penerapan, pengorganisasian dan
pengendalian. Dalam manajemen pada dasarnya suatu proses dapat
dikatakan baik apabila fungsi manajemen tersebut telah diterapkan
dengan baik.
Dengan demikian maka dalam setiap kegiatan terutama pendidikan
hal utama yang harus diperhatikan adalah dengan melaksanakan proses
yang baiksehingga hasil yang didapat dari sebuah proses pendidikan
tersebut dapat lebih maksimal dan mencapai target dari sebuah
pendidikan.
c. Output Pendidikan
Setiap rangkaian pelaksanaan pendidikan sudah tentu pasti ada
hasil yang diharapkan, misalnya dalam suatu lembaga pendidikan
dikatakan telah melaksanakan proses pendidikan dengan baik apabila
telah mendapatkan hasil atau prestasi yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Output pendidikan dapat diibaratkan sebagai suatu hasil dari
sebuah produksi dalam hal ini bisa berupa sumber daya manusia yang
baik ataupun prestasi yang membanggakan. Hal ini didapat dari
pengelolaan dari input yang menjadi acuan dasar kemudian diolah oleh
sebuah proses yang telah diterapkan dengan baik baru kemudian output
pendidikan yang didapatkan dapat lebih maksimal hasilnya.
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu,
input proses dan output digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari
oleh pengertian yang mendasari bahwa sekolah merupakan sebuah
sistem sehingga penguraian karakteristik MBS ( yang juga Karakteristik
sekolah eektif didasari oleh input, proses dan output).15
15 Rohiat. Manajemen sekolah “teori dasardan praktik” Refika Aditama, Bandung 2010.Hal 57
13
5. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa
dalampenguasaan ilmu dan teknologi yang dinyatakan dalam GBHN, hal
tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan
pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara
micro , meso , dan makro.16
Hal ini membuat MBS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu,
dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh
melalui keleluasaan mengenai pengelolaan sumberdaya pertisipasi
masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.17 Sementara peningkatan mutu
dapat diperoleh antara lain, melalui pertisipasi orang tua terhadap sekolah,
fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalitasan
guru dan kepala sekolah, berlakunya distem insentif dan diinsentif.
Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan
partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi
pada kelompom tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada sebagian
masyarakat tumbuh rasa kepedulian dan kepemilikan yang tinggi terhadap
sekolah.
Sementara itu baik berdasarkan kajian pelaksanaan dinegara-negara
lain, maupunyang tersurat dan tersirat dalam kebijakan pemerintah dan
UU sisdiknas NO. 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Berbasis
Masyarakat pasal 55 ayat 1: Masyarakat berhak menyelenggarakan
pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal
sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk
kepentingan masyarakat.
16 H.E. Mulyasa,Manajemen berbasis sekolah,Rosda,2002 hal1017 H.E. Mulyasa,Manajemen berbasis sekolah,Rosda,2002 hal 13
14
Berkaitan dengan pasal tersebut setidaknya ada empat aspek yaitu:
a. Kualitas (Mutu) dan Relevansi
MBS bertujuan mencapai mutu quality dan relevansi
pendidikan yang setinggi-tingginya, dengan tolok ukur penilaian
pada hasil output dan outcome bukan pada metodologi atau
prosesnya. Mutu dan relevansi ada yang memandangnya sebagai
satu kesatuan substansi, artinya hasil pendidikan yang bermutu
sekaligus yang relevan dengan berbagai kebutuhan dan konteksnya.
Bagi yang memisahkan keduanya, maka lebih merujuk pada
dicapainya tujuan spesifik oleh siswa (lulusan), seperti nilai ujian
atau prestasi lainnya, sedangkan relevansi lebih merujuk pada
manfaat dari apa yang diperoleh siswa melalui pendidikan dalam
berbagai lingkup/tuntutan kehidupan (dampak), termasuk juga
ranah pendidikan yang tidak diujikan.
b. Keadilan
MBS bertujuan menjamin keadilan bagi setiap anak untuk
memperoleh layanan pendidikan yang bermutu disekolah yang
bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk
belajar, maka MBS memberi keleluasaan kepada setiap sekolah
untuk menangani setiap anak dengan latar belakang social ekonomi
dan psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan
layanan yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak
berkembang secara optimal.
Sungguhpun antara sekolah harus saling memacu prestasi, tetapi
setiap sekolah harus melayani setiap anak (bukan hanya yang
pandai), dan secara keseluruhan sekolah harus mencapai standar
kompetensi minimal bagi setiap anak yang diluluskan. Keadilan ini
begitu penting, sehingga para ahli sekolah efektif menyingkat
tujuan sekolah efektif hanya mutu dan keadilan atau ìquality and
equity.
15
c. Efektifitas dan Efisiensi
MBS bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi.
Efektifitas berhubungan dengan proses, prosedur, dan ketepat-
gunaan semua input yang dipakai dalam proses pendidikan di
sekolah, sehingga menghasilkan hasil belajar siswa seperti yang
diharapkan (sesuai tujuan). Efektif-tidaknya suatu sekolah diketahui
lebih pasti setelah ada hasil, atau dinilai hasilnya. Sebaliknya
untuk mencapai hasil yang baik, diupayakan menerapkan indikator-
indikator atau cirri-ciri sekolah efektif.
Dengan menerapkan MBS diharapkan setiap sekolah, sesuai
kondisi masing-masing, dapat menerapkan metode yang tepat (yang
dikuasai), dan input lain yang tepat pula (sesuai lingkungan dan
konteks social budaya), sehingga semua input tepat guna dan tepat
sasaran. Atau dengan kata lain, efektif untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Sementara itu, efisiensi berhubungan dengan nilai
uang yang dikeluarkan atau harga (cost) untuk memenuhi semua
input (proses dan semua input yang digunakan dalam proses)
dibandingkan atau dihubungkan dengan hasilnya (hasil belajar siswa).
d. Akuntabilitas.
MBS bertujuan meningkatkan akuntabilitas sekolah dan
komitmen semua stake holders. Akuntabilitas adalah pertanggung
jawaban atas semua yang dikerjakan sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diperolehnya. Selama ini pertanggung
jawaban sekolah lebih pada masalah administratif keuangan dan
bersifat vertical sesuai jalur birokrasi. Pertanggung jawaban yang
bersifat teknis edukatif terbatas pada pelaksanaan program sesuai
petunjuk dan pedoman dari pusat (pusat dalam arti nasional, maupun
pusatpusat birokrasi di bawahnya), tanpa pertanggung jawaban hasil
pelaksanaan program.18
18 Umaedi, Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, (Jakarta: CEQM 2004) h.35
16
6. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
MBS memberikan keleluasaan pada sekolah untuk mengelola sumber
daya yang dimiliki dengan sebaik-baikya guna mendorong profesionalisme
kepala sekolah, baik pada posisinya sebagai seorang manajer maupun
sebagai kepala sekolah.
Menghasilkan SDM yang berdaya saing tinggi juga menjadi tantangan
dalam pembangunan pendidikan masa yang akan datang.19 Kepala sekolah
dikatakan sebagai seorang manajer karena dialah yang mengatur apapun
yang terkait dengan program sekolah demi mencapai tujuan sekolah.
Dengan posisi tersebut, dia memiliki kewenangan penuh terhadap arah
kebijakan yang ditempuh menuju visi dan misi sekolah.
Sedangkan kewenangan seorang kepala sekolah tersebut bisa diterapkan
secara maksimal jika dalam kepemimpinannya kepala sekolah
memposisikan secara proporsional. Akan tetapi jika ada pembiasaan makna
manager, khususnya makna pemimpin menjadi penguasa, maka kecil
kemungkinan tujuan sekolah akan tercapai secara maksimal. Karna dengan
peralihan makna pemimpin menjadi penguasa akan merubah langkah-
langkahnya. Karena kepala sekolah sebagai manager merupakan
pencerminan dari kepemimpinan kepala sekolah, sedangkan kepala sekolah
sebagai penguasa akan cenderung pada pencerminan egoisme diri.20
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan
sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi
setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga
dapat lebih berkonsentrasi pada tugas keleluasaan dalam mengelola sumber
daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong
profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer
maupun pemimpin sekolah, dengan diberikannya kesempatan kepada
sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi,
dengan melakukan eksperimen-eksperimen di lingkungan sekolah.
19 Ali ,Mohammad , pendidikan untuk pembangunan nasional. Grasindo. Hal 820 Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), hal. 21-
22.
17
7. Urgensi Manajemen Berbasis Sekolah
Sentralisasi , yang demikian merupakan salah satu strategi kunci dari
strategi pembangunan rezim Soeharto yang dijalankan lebih dari 30 Tahun,
sejak dimulainya pelita 1 pada tahun 1969. Selama lebih dari 3 dekade
Soeharto melakukan rekayasa untuk Negara yang berpenduduk lebih dari
200 juta jiwa yang tersebar diseluruh kepulauan di Indonesia. Inilah sebuah
rekayasa sosial yang besar dalam sejarah umat manusia. Telah dijelaskan
bahwa rekayasa ini didasari oleh teori pembangunan dan modernisasi.
Dalam konteks inilah perspktif SDM yang menekankan perlunya investasi
dalam “human capital” memperoleh lahan untuk dikembangkan.21
Dengan melakukan evaluasi dalam sektor pembangunan manusia ,
maka dalam hal yang paling urgent adalah dalam hal pendidikan, perlunya
penyerahan langsung kewenangan pada tiap tiap daerah untuk menentukan
kebutuhannya masing masing, maka dicanangkanlah sistem Manajemen
Berbasis Sekolah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial
terutama dalam hal pendidikan.
Desentralisasi pada sector pendidikan yang merupakan konsekuensi
pemberlakuan undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah memberi dampak terhadap penyelenggaraan pendidikan.22
Sejalan dengan gagasan desentralisasi pemerintahan, maka dapat
dipahami apabila penyelenggaraan pendidikan perlu memperhatikan
karakteristik, aspirasi, dan kebutuhan masyarakat dimana layanan
pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan hendaknya mampu memberikan
respon kontekstual sesuai dengan orientasi pembangunan daerah dan
aspirasi masyarakat yang dilayaninya. Ini berarti bahwa perumusan
kebijakan dan pembuatan keputusan-keputusan pendidikan hendaknya
memperhatikan aspirasi yang berkembang di daerah itu.
Dengan kata lain upaya untuk mendekatkan stakeholder pendidikan
agar akses terhadap perumusan kebijakan dan pembuatan keputusan yang
21 Prijono tjiptoheriyanto, Nagib Laila, Pengembangan SDM di antara peluang dantantangan. LIPI Press, 2008 hal31
22 Ali ,Mohammad , pendidikan untuk pembangunan nasional. Grasindo. Hal 234
18
menyangkut penyelenggaraan pendidikan sangatlah beralasan. Ini berarti
bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sekolah itu, seperti orang tua dan masyarakat
setempat, sepatutnya memiliki akses terhadap perumusan kebijakan dan
pembuatan keputusan untuk kepentingan memajukan sekolah.
MBS dipandang akan menciptakan kondisi dimana sekolah mampu
menyediakan program-program yang lebih baik karena pemikiran dan
sumber daya sekolah dapat diolah secara langsung sesuai dengan kebutuhan
murid yang dilayani. Demikian juga, kondisi keterlibatan pihak-pihak yang
berkepentingan memungkinkan lahirnya keputusan-keputusan yang lebih
baik dalam pengelolaan sekolah. MBS pun diharapkan dapat meningkatkan
mutu komunikasi diantara berbagai pihak yang berkepentingan.
B. Sarana dan Prasarana
1. Manajemen Sarana dan Prasarana
Sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan
dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, serangkaian masalah dapat
muncul. Masalah masalah itu dapat dikelompokan sesuai dengan tugas
administrative yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah,
sehingga merupakan substrasni tugas administrative kepala sekolah selaku
administrator.23
Dalam kaitan tersebut maka segala bentuk kegiatan administrasi
diseuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk terciptanya efektifitas
dan efisiensi suatu barang yang digunakan dalam kegiatan administrasi.
Berbicara mengenai manajemen sarana dan prasarana. Hal ini
diserahkan kepada tenaga profesional, akan tetapi jika tidak ada biasanya
tugas-tugas tentunya kita memikirkan bagaimana cara mengelola sarana dan
prasarana tersebut supaya bisa membantu memperlancar proses yawan
(pegawai sekolah) yang ditunjuk.
23 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah...,cet ke1 hal 1
19
Semua penggunaan barang inventaris sekolah harus
dipertanggungjawabkan dengan cara membuat laporan penggunaan barang
dan ditujukan kepada instansi atasan (Kanwil) Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.24
Pada intinya kegiatan pengelolaan perlengkapan adalah melakukan
pengecekan dan pencatatan perlengkapan yang dimiliki sekolah tersebut
yang sifatnya berkelanjutan atau bisa disebut dengan inventarisasi.
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara
secara sistematis, tertib, teratur berdasarkan ketentuan dan pedoman yang
berlaku.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor. Kep.
225/MK/V/4/1971 barang milik negara adalah semua barang yang berasal
atau dibeli dengan dana yang bersumber, baik secara keseluruhan atau
sebagian dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ataupun
barang lainnya yang barang-barangnya di bawah penguasaan pemerintah,
baik pusat, provinsi, maupun daerah otonom, baik yang berada di dalam
maupun luar negeri.
a. Pengertian Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak
maupun tidak bergerak yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar pada lembaga pendidikan
madrasah baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus
dapat dibedakan antara sarana pendidikan dan prasarana pendidikan.
Fasilitas pendidikan pada dasarnya dapat dkelompokan menjadi
empat kelompok yaitu, tanah , bangunan, perlengkapanm dan perabotan
sekolah, (site, building, equipment, furniture).25Sarana madrasah adalah
meliputi semua peralatan serta perlengkapan yang langsung digunakan
dalam proses pendidikan di sekolah. Prasarana sekolah adalah semua
24 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2004),hal. 115-116
25 Suryadi,. Manajemen Berbasis Sekolah” konsep dan aplikasi”. Sarana panca karyanusa.hal 124
20
komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
belajar mengajar atau semua fasilitas yang ada sebelum adanya sarana
di madrasah dan lain-lain sebagainya.
Menurut E. Mulyasa, prasarana pendidikan adalah faslitas ta=yang
secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran seperti halaman sekolah kebun, taman, jalan sekolah yang
dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan disekolah.26
Pengelolaan sarana dan prasarana bisa diartikan sebagai proses
pengurusan mulai dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan
pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang
pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bisa tercapai
secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana madrasah
perlu dilakukan secara profesional agar semua sarana dan prasarana
yang tersedia pada lembaga pendidikan madrasah bisa digunakan untuk
mendukung efektivitas pencapaian target pembelajaran, serta
pengembangan sekolah secara kelembagaan.
b. Prinsip-prinsip pengelolaan sarana dan prasarana
Untuk mencapai tujuan pengelolaan sarana dan prasarana madrasah
agar sesuai dengan harapan, maka dalam pengelolaannya perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut, antara lain:
1) Prinsip keterkaitan eksternal.
2) Prinsip keterkaitan internal.
3) Prinsip keterkaitan langsung dan tidak langsung.
4) Prinsip sinergisme dalam keterpaduan pendayagunaan.
c. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana
Ditinjau dari jenisnya, sarana prasarana pendidikan dapat
dibedakan menjadi fasilitas fisik dan non fisik. Fasilitas fisik atau
26 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung : PT. Remaja rosda karya, 2003),hal 49
21
material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau
dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau
melancarkan suatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer,
parabot, alat peraga, media dan sebagainya. Adapunfasilitas non fisik
yakni sesuatu yang bukan benda mati yang mempunyai peranan untuk
memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia jasa dan
uang.
Menurut Suhasmi Arikunto fasilitas atau sarana secara garis besar
dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:
1) Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau
yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan untuk
memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha.
2) Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat
mempermudah kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.27
d. Fungsi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar, prasarana
pendidikan berfungsi tidak langsung. Sedangkan sarana pendidikan
berfungsi langsung terhadap proses belajar mengajar.
Apabila dilihat dari perannya terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar, maka sarana pendidikan dibedakan menjadi 3 macam yaitu
alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran.28
Selain memberikan makna penting bagi terciptanya dan
terpeliharanya kondisi sekolah yang optimal administrasi sarana dan
prasarana sekolah berfungsi sebagai memberi dan melengkapi fasilitas
untuk segala kebutuhan yang diperlukan dalam proses belajar mengajar
serta memelihara agar tugas tugas murid yang diberikan oleh guru dapat
terlaksana dengan lancar dan optimal.
27 Suhasmi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,(Jakarta : Rajawali Pers, 1990) hal. 82.
28 Suhasmi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,(Jakarta : Rajawali Pers, 1990) hal. 82.
22
2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana
Secara kronologis-operasional kegiatan administrasi sarana dan
prasarana pendidikan meliputi sembilan hal, dalam keseluruhan rangkaian
kegiatan tersebut harus merupakan satu kesatuan yang harmonis dan dalam
sistematika kerjanya harus dihindarkan dari timbulnya kesimpangsiuran dan
tumpang tindih dalam wewenang, tanggung jawab, dan pengawasan guna
menghindari timbulnya pemborosan biaya, tenaga, dan waktu.
Adapun kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan sebagai
berikut:
a. Perencanaan Pengadaan Barang
Suatu kegiatan administrasi yang baik dan tidak gegabah harus
diawali dengan suatu perencanaan yang matang dan baik dilaksanakan
demi menghindari kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan.
Perencanaan yang baik berdasarkan kebutuhan dan disesuaikan
dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya. Perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya
pembelian, penyewaan , peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi,
distribusi atau pembuatan peralatan sesuai dengan kebutuhan sekolah.29
Untuk meningkatnya mutu pendidikan diperlukan adanya perencanaan
yang tepat dan mengarah serta didasari oleh acuan yang menjadi
standarisasi pemenuhan sarana prasarana, sehingga tepat guna dan
bermanfaat bagi penunjang proses pendidikan.
Penyusunan dafar kebutuhan sarana dan prasarana di sekolah
didasarkan atas pertimbangan bahwa:
1) Pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana karena
berkembangnya kebutuhan sekolah.
2) Pengadaan sarana dan prasarana untuk penggantian barang
barang yang rusak, dihapuskan atau hilang.
3) Pengadaan sarana prasarana untuk persediaan barang.
29 Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana sekolah..., h.51
23
b. Pengadaan barang
Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua
keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan seebagai berikut:
1) Pengadaan tanah, dilaksanakan dengan cara membeli,
menerima hibah, menerima hak pakai atau menukar.
2) Pengadaan bangunan, dilaksanakan dengn mendirikan
bangunan baru, membeli, menyewa, menerima hibah atau
menukar.
3) Pengadaan perabot, dilakukan dengan membeli, membuat
sendiri atau menerima bantuan dari donator seperti BP3.
4) Pengadaan Kendaraan,pengadaan kendaraan untuk sekolah
telah dilakukan oleh pemerintah pusat. Contoh: kendaraan
bermotor seperti mobil, sepeda motor dan untuk kendaraan tak
bermotor seperti sepeda, gerobak, becak.
5) Pengadaan sarana Pendidikan (alat pelajaran, alat peraga,
media pembelajaran), Alat Kantor (mesin ketik, mesin hitung
dan sebagainya) dan Alat Tulis Kantor ( kertas, tinta, map dan
sebagainya) diadakan sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu
dengan jumlah besar tertentu melalui lelang/tender melalui
rekanan. Jika kekurangan alat tulis kantor dalam jumlah kecil
dapat dibeli melalui dana taktis. Pengadaan buku-buku atau
benda-benda grafis lainnya dapat diadakan dengan membuat
sendiri, menerima bantuan, hadiah, hibah.30
Prosedur perencanaan pengadaan perlengkapan pemdidikan di
sekolah terdiri dari:
1) Pembentukan panitia pengadaan barang atau perlengkapan.
2) Penetapan kebutuhan perlengkapan.
30 B. Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. (Jakarta:Bina Aksra, 1988), hal. 76.
24
3) Penetapan spesifikasi.
4) Penetapan harga satuan perlengkapan.
5) Pengujian segala kemungkinan.
6) Rekomendasi.
7) Penilaian kembali.31
c. Penyimpanan
Penyimpanan yaitu menampung/mewadahi hasil pengadaan
barang-barang demi keamanannya, baik yang belum maupun yang
didistribusikan. Kegiatan penyimpanan meliputi menerima barang,
menyimpan barang dan mendistribusikan barang.
Untuk keperluan penyimpanan barang biasanya digunakan gudang.
Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan lokasi, konstruksi,
macam/bentuk/sifat dan ketentuan tata letak barang di dalanya sesuai
jenis dan sifat barangnya. Penyimpanan dilakukan agar barang yang
sudah digunakan dapat terwat dan tidak rusak, sehingga dapat dipakai
kembali apabila dibutuhkan dikemudian hari apabila diperlukan.
Penyimpanan harus dilakukan sedemikian rupa agar nilai guna atau
fungsi barang tersebut sama seperti awal semula.
d. Inventarisasi
Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (Latin: inventarium)
yang berarti daftar barang-barang, bahan, dan sebagainya.Jadi
inventarisasi merupakan kegiatan untuk mencatat dan menyusun daftar
barang-barang/bahan yang ada secara teratur menurut ketentuan yang
berlaku.32
Inventarisasi dilakukan untuk penyempurnaan pengurusan dan
pengawasan yang efektif terhadap barang-barang milik Negara (atau
swasta), dan juga memberikan masukan bagi efektivitas pengelolaan
31 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah...,cet ke1 hal 28.32 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, hal. 141.
25
sarana dan prasarana. Inventarisasi juga merupakan kegiatan permulaan
yang dilakukan pada saat serah terima barang yang diselenggarakan
oleh pihak penerima. Hal ini dilakukan dalam rangka usaha
penyempurnaan pengawasan dan pengurusan yang efektif terhadap
barang yang akan di inventarisir. Inventarisasi juga meberi masukan
yang sangat berguna bagi efektivitas pengelolaan sarana prasarana.33
Daftar barang inventaris merupakan suatu dokumen berisi jenis
jumlah baranhg baik bergerak maupun tidak bergerak yang menjadi
milik dan dikuasai negara, serta berada dibawah tanggung jawab
sekolah. Daftar barang inventaris terdiri dari kartu inventaris ruangan,
kartu inventaris barang, dan buku inventaris.
e. Penyaluran
Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan
barang dan tanggung jawab dari instansi/pemegang yang satu kepada
instansi/pemegang yang lain34. Kegiatan penyaluran barang yang baik
meliputi penyusunan alokasi, pengiriman barang (untuk pusat-pusat
penyalur) dan penyerahan barang.
1) Penyusunan alokasi, dilakukan untuk menghindari pemborosan
dalam pendistribusian barang sehingga merata dan seimbang
dengan kebutuhan.
2) Pengiriman barang yang dilakukan dari pusat-pusat penyalur
barang.
3) Penyerahan Barang, dalam penyerahan barang jangan lupa
untuk mengisi daftar penyerahan barang, surat pengantar,
faktur, tanda terima penyerahan barang, biaya pengiriman jika
ada dan sebagainya.
33 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, hal. 141.34 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro hal. 144.
26
f. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam kondisi
baik dan siap pakai. Kegiatan pemeliharaan ini sangatlah penting agar
barang-barang yang dipakai dapat terawat dengan baik. Barang-barang
yang ada perlu dirawat secara baik dan kontinu untuk menghindarkan
dari perusakan. Dengan demikian kegiatan rutin untuk mengusahakan
agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi baik pula (running
well), disebut pemeliharaan atau perawatan (servis).
Proses pemeliharaan dimulai dari pemakai barang itu sendiri, yaitu
dengan berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang
bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas professional yang
mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang. Pelaksanaa
pemeliharaan meliputi:
1) Perawatan.
2) Pencegahan kerusakan.
3) Penggantian ringan.35
g. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan kegiatan untuk memperbaiki barang dari
kerusakan dengan tambal sulam atau penggantian suku cadangnya agar
barang tersebut dapat dipergunakan lagi sehingga mempunyai daya
pakai yang lebih lama.36
Barang-barang yang ada meskipun sudah dilakukan pemeliharaan
dengan baik secara berkala, namun tidak luput dari kerusakan.
Kerusakan tersebut terjadi sebagai akibat keausan atau kerusakan suku
cadangnya karena gesekan, benturan, lapuk karena karatan dan
sebagainya, untuk itulah perlu adanya rehabilitasi.
35 Soejipto dan raflis kosasi, Administrasi Sekolah, h 17236 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro hal. 147.
27
h. Penghapusan
Penghapusan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan
untuk mengeluarkan /menghilangkan barang-barang milik Negara dari
daftar inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Apabila biaya rehabilitasi barang terlalu besar sedangkan
daya pakainya terlalu singkat maka barang tersebut lebih baik tidak
dipakai lagi dan dikeluarkan dari daftar inventaris.
Sebagai salah satu fungsi dari pengelolaan perlengkapan,
penghapusan mempunyai arti sebagai berikut:
1) Mencegah atau sekkurang-kurangnya membatasi kerugian
yang jauh lebih besar yang disebabkan oleh:
a) Pengeluaran yang semakin besar untuk biaya perawatan
dan perbaikan/pemeliharaan terhadap barang yang
semakin buruk kondisinya.
b) Pemborosan biaya untuk pengamanan barang-barang
kelebihan atau barang lain yang karena beberapa sebab,
tidak dapat dipergunakan lagi.
2) Meringankan beban kerja inventarisasi karena banyaknya
barang-barang yang tinggal menyusut.
3) Membebaskan barang-barang dari tanggung jawab satuan
organisasi atau lembaga yang mengurusnya.37
i. Pengendalian.38
Seluruh kegiatan administrasi Sarana dan Prasarana pendidikan
masing-masing tidak dapat lepas dari monitoring setiap saat oleh
pemimpin organisasi serta senantiasa dan diperhatikan kerjasamanya
satu dengan yang lainnya. Seluruh kegiatan pengelolaan harus selalu
berjalan kompak, serempak dan terpadu.
37 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, hal. 281.38 Suryadi,. Manajemen Berbasis Sekolah” konsep dan aplikasi”. Sarana panca karya
nusa.hal 124
28
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian dapat disusun
serangkaian kerja sebagai berikut:
1) Mengikuti proses pengelolaan dari pengadaan sampai
penghapusan.
2) Menyusun tata cara laporan baik lisan maupun tertulis.
3) Mengadakan konsultasi dengan pihak pimpinan bila terjadi
atau akan terjadi penyimpangan dalam pelksanaan, sekiranya
penyimpangan ini menyangkut kebijakan.
4) Mengadakan konsultasi dengan pihak pelaksana fungsi
masing-masing bila (kelihatan) terjadi atau akan terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan yang bersifat teknis.
5) Mengadakan koordinasi antara fungsi perencanaan dan fungsi-
fungsi lain.
6) Menyusun laporan menyeluruh secara periodik tentang
pelaksanaan dari proses pengelolaan yang terjadi dalam
masing-masing fungsi.39
C. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam
Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana
MBS memberikan keleluasaan kepada sekolah dalam pencapaian
meningkatkan mutu pendidikannya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki oleh
sekolah tersebut, karena sekolah perlu mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun. Akan tetapi hal itu juga perlu di dukung dengan adanya kemampuan
manajerial para kepala sekolah serta adanya hubungan baik antara guru agar
terjalin iklim dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan.
Dalam rangka mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, guru
harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan
panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap
dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi
39 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, hal. 153-154.
29
pengajaran serta bagaimana mengorganisasikan kelasnya dengan baik. Jadwal
pelajaran, pembagian tugas peserta didik, kebersihan, keindanhan, dan ketertiban
kelas, pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat dan lain-lain
harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kondisi suasana kelas yang menyenangkan dan penuh disiplin sangat
diperlukan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. Kreativitas dan daya
cipta guru untuk mengimplementasikan MBS perlu secara terus menerus di
dorong dan dikembangkan.
Kewenangan kepala sekolah selaku pemimpin dalam mencapai tujuan
sekolah adalah mengatur dan mengelola tiga hal pokok, yaitu: personil, sarana,
dan dana. Dengan kewenangan ini kepala sekolah bisa maksimal dalam
memberdayakan masing-masing aspek.
Dalam hal ini kepala sekolah dibantu oleh empat orang wakil yang masing-
masing bertugas dalam bidang kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, serta
hubungan masyarakat dan kepala sekolah sebagai managernya. Sehinggga
program yang direncanakan bisa berjalan dengan baik, termasuk pemenuhan
sarana dan prasarana sekolah sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di
sekolah tersebut. Jadi kepala sekolah sebagai seorang manager yang bertanggung
jawab dalam hal kelancaran proses belajar mengajar dan kegiatan administrasi
sekolah juga bertanggung jawab mengawasi, membina, dan memotivasi kinerja
para guru dan pegawai lainnya sebagai wujud peranannya di posisi manager.
MBS yang pada dasarnya adalah peningkatan mutu tidak lepas dari
bagaimana meningkatkan sarana dan prasarana, baik yang sudah ada maupun
yang harus dipenuhi. Karena kelengkapan sarana dan prasarana sangat menunjang
pada keberhasilan belajar siswa.
Dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana, sekolah akan
menciptakan out put yang unggul serta membuat sekolah semakin profesional dan
bisa mempertanggung jawabkan lembaganya ke masyarakat, orang tua siswa,
maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan adanya pencapaian tujuan
pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih luas tentang bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
pemenuhan standar Sarana dan Prasarana diterapkan di MTS Islamiyah Ciputat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan penulis objek penelitian adalah di MTS Islamiyah
Ciputat, yang berlokasi di Jl Ki Hajar Dewantara, Ciputat. Adapun waktu yang
penulis gunakan untuk melakukan penelitian yaitu pada bulan September 2014
sampai Oktober 2014.
C. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskritif yaitu
, suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan.
Metode kualitatif, seperti sama halnya seperti kuantitatif adalah metode
yang sahih dalam penelitian. Kedua metode ini dapat membantu peneliti untuk
memperoleh jawaban atas masalah suatu gejala, fakta dan realita yang dihadapi
seklaigus memberikan oemahaman dan pengertian baru atas masalah tersebut
sesudah menganalisis data yang ada.40
40 Raco , J.R , , Metode Penelitian Kualitatif “ jenis karakter dan keunggulannya‘’GRASINDO Jakarta hal 33.
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.41 Tujuan pengamatan ini untuk memperoleh data mengenai
keadaan sekolah yang diteliti, guru, sarana dan prasarana dan data-data
yang mendukung lainnya. Guna mendapatkan data penelitian ini penulis
mendalami data dan fakta terhadap sumber-sumber kunci yaitu: kepala
sekolah, wakil kepala sekolah sebagai puncak pimpinan dalam lembaga
sekolah serta, guru.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
secara individual dalam memperoleh informasi dan data.42 Interview
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontriksikan makna dalam
suatu topik tetentu.
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer)
untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan cara tanya jawab
dengan pihak terkait,dalam hal ini kepala sekolah wakil, wakil kepala
sekolah bidang sarana dan guru, guna mendapatkan keterangan
mengenai manajemen berbasis sekolah dalam pemenuhan standar
sarana prasarana sekolah.
41 Sutrisno Hadi, Metodelogi Reseach II, (Jakarta: Andi Ofset, 1991), hal. 136
42 Sutrisno Hadi, Metodelogi Reseach II, (Jakarta: Andi Ofset, 1991), hal. 216
32
3. Studi Dokumentasi
Metode dukumentasi adalah metode penelitian untuk memperoleh
keterangan dengan cara memeriksa dan mencatat laporan dokumen
yang ada. Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen mengenai
sarana prasarana, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.43
Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis yang digunakan untuk mencari data yang telah
tersedia,yaitu mengenailatar belakang sekolah, struktur organisasi,
keadaan guru, siswa serta karyawan, serta saran prasarana yang ada di
sekolah.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan:
a. Sarana dan Prasarana
b. Pemberdayaan Masyarakat atau Orang Tua
c. faktor pendukung dan penghambat.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan,tahap berikutnya adalah
analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sehingga dapat
menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-
persoalan yang diajukan peneliti. Data analisis merupakan proses perencanaan yang
sistematik serta menyusun teks wawancara, lapangan, dan materi-materi yang lain
kemudian kita mengakumulasikan data tersebut untuk meningkatkan pemahaman kita
serta dapat membuktikan apa yang telah kita temukan.
Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
43 Sutrisno Hadi, Metodelogi Reseach II, (Jakarta: Andi Ofset, 1991), hal. 221-222
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Sekolah
MTs Islamiyah bernaung dibawah sebuah Yayasan Islamiyah Ciputat
(YIC). Berdirinya YIC ini bermula adanya keinginan dan semangat
beberapa pemuda yang berada disekitar wilayah Ciputat antara lain: Drs. H.
Zarkasih Nur, Drs. Saiful Millah, M.BA., H. M. Anwar Nur, S.Ag, Hj.
Muniroh Nur dll. Mereka merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab
terhadap pelestarian dan pengamalan syariah islam, dan akhirnya tercetuslah
kesepakatan bersama untuk menegakkan dan mengembangkannya melalui
bidang pendidikan. Hal ini didasarkan bahwa pendidikan tingkat menengah
saat itu didaerah Ciputat tergolong masih langka, sehingga mereka yang
mempunyai keinginan untuk melanjutkan studi ketingkat tersebut harus
pergi ke Jakarta. Kondisi ini hanya terbatas bagi mereka yang mampu saja,
sementara bagi mereka yang kurang mampu terpaksa menjadi pengangguran
dan lebih jauh lagi dikhawatirkan mereka itu akan terpengaruh oleh
lingkungan kurang baik yang bisa menjerumus kearah kejahatan.
Dari keinginan dan semangat bersama di atas, maka pada tanggal 12
Mei 1965 didirikan suatu lembaga pendidikan yang bernama pendidikan
guru agama islamiyah yang mendapatkan sambutan hangat dari tokoh-tokoh
“ahlussunnah wal jamaah” wilayah Ciputat dan sekitarnya. Seiring
berjalannya waktu dan sesuai ketentuan dari Departemen Agama bahwa
seluruh sekolah PGA di Indonesia diganti dengan Madrasah Tsanawiyah .
Dengan demikian sejak tahun 1978 PGA islamiyah pun berubah nama
menjadi MTs Islamiyah Ciputat.
Setelah mengalami pasang surut alhamdulillah sampai saat ini MTs
Islamiyah Ciputata masih mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan
34
masih banyak diminati masyarakat, karena kami terus berusaha untuk
melaksanakan pembinaan para siswa sesuai harapan masyarakat.
MTs Islamiyah Ciputat telah memiliki banyak prestasi, baik akademik
(melanjutkan kesekolah lanjutan) maupun prestasi non akademik (kegiatan
ekskul). Pada saat ini jumlah rombongan belajar sebayak 9 rombel terdiri
dari : kelas VII 3 Rombel, Kelas VIII 3 Rombel dan Kelas IX 3 Rombel,
sampai saat ini MTS Islamiyah Ciputat pernah dipimpin 7 orang kepala
madrasah hingga sekarang.
2. Profil Sekolah
Nama Sekolah : Tsanawiyah Islamiyah Ciputat
NPSN : 212280406045
Alamat : Jl. Kihajar Dewantara No. 23 Kel. Ciputat Kec.
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
No. Telp : (021) 74716497
Kode Pos : 15412
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Yayasan Islamiyah Ciputat
3. Visi dan Misi
Guna mencapai target-target pendidikan yang telah direncanakan, M.Ts
Islamiyah Ciputat membuat visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi
“Terbentuknya Manusia Unggul Dalam Iman, Ilmu, Dan Amal
Yang Berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah”
Indikator Visi yakni Unggul dalam Ilmu Pengetahuan
1) Prestasi akademik
a) Terampil dalam pelaksanaan ibadah.
b) Terampil menggunakan alat praktikum IPA.
c) Terampil Penguasaan Bahasa Indonesia, Arab & Inggris.
d) Terampil memanfaatkan Teknologi.
35
e) Penguasaan multi media dengan benar.
2) Prestasi non akademik
a) Berprestasi dalam bidang olah raga.
b) Berprestasi dalam bidang kesenian.
c) Berprestasi dalam bidang ekstra kurikuler.
3) Berlandaskan Iman dan Taqwa
a) Beriman dan bertaqwa.
b) Kedisiplinan.
c) Kreasi seni budaya Islam.
b. Misi
1) Membentuk siswa yang berakhlakul karimah.
2) Meningkatkan prestasi siswa baik dalam kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
3) Melatih dan membimbing siswa untuk selalu ikhlas dalam
tindakan maupun perbuatan.
4) Menjunjung tinggi dan melaksanakan kaidah-kadiah
ASWAJA.
c. Program Sekolah
Untuk mencapai visi dan misi sekolah maka diperlukan program
sekolah yang efektif dan efisien dengan keadaan di MTs Islamiyah.
Dengan begitu tujuan sekolah dapat tercapai. Adapun program
sekolah yang ada sebagai berikut:
1) Melahirkan generasi penerus bangsa yang unggul dalam
bidang IPTEK dan IMTAQ yang berpedoman pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
2) Program Pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia.
3) Kompetensi peserta didik dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan,
36
dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
4) Kegiatan pembelajaran pasrtisipatif, aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
5) Program 6K (Keamanan, Ketertiban, Kekeluargaan,
Kebersihan, Keindahan, Kesehatan ) sehingga madrasa
hmenjadi kondusif. Terlaksananya program 5S (Senyum, Sapa,
Salam, Salim, Santun).
6) Peserta didik menjadi kreatif dan terampil dalam bekerja untuk
dapat mengembangkan diri secara terus menerus.
7) Tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai Ujian Nasional
dari 5,50 menjadi 6,00.
B. Deskripsi Hasil Data Penelitian
Dalam hal memperolah data hasil penelitian berikut dengan menggunakan
metode wawancara, dokumentasi dan observasi.
Wawancara dilakukan dengan pihak sekolah yaitu dilakukan dengan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, serta kepala tata usaha
mengenai Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Pemenuhan Standar
Sarana Prasarana di MTs Islamiyah Ciputat. Butir pertanyaan yang diberikan
kepada masing masing narasumber disesuikan dengan cakupan kewenangan
beban kerja yang berkaitan dengan sarana prasarana di sekolah.
Dari tiap butir pertanyaan kemudian dikumpulkan lalu diolah menjadi data
yang kemudian disimpulkan menjadi inti dari tujuan penelitian. Dalam analisis ini
penulis mengelompokan data hasil wawancara sesuai dengan dimensi, aspek, serta
indikator yang telah dibuat sebelumnya untuk memudahkan proses
pendeskripsisan data melalui hasil wawancara untuk mengetahui ketercapaian
tujuan penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara yang mengacu
pada metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebagai berikut:
37
1. Perencanaan
Berkaitan dengan perencanaan sekolah dibidang pemenuhan
standar sarana prasarana tentunya ada yang menjadi skala prioritas dari
sekolah, dan dalam hal ini menurut kepala sekolah MTs Islamiyah
menyatakan bahwa, skala prioritas yang menjadi tujuan utama dalam
hal sarana prasarana adalah membuat laboratorium/ruangan khusus
untuk kepentingan kegiatan keagamaan dan bahasa,44 karena pada
dasarnya visi dari sekolah ini adalah membentuk siswa yang unggul
dalam Iman, Ilmu, dan Amal yang berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah.
Selain itu, pihak sekolah dalam menerapkan perencanaan mengenai
sarana prasarana tentunya disesuaikan dengan kebutuhan yang dapat
menunjang perkembangan akademik siswa. Dengan memperhatikan
pada hal tersebut maka, pencapaian dalam hal akademik maupun non
akademik dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pemanfaatan
sarana prasarana yang ada di sekolah.45
Dengan diterapkannya Perencanaan yang menjadi prioritas utama
dari sekolah ini maka, dapat berpengaruh pada peningkatan prestasi
dalam hal keterampilan bagi siswa siswi yang memiliki kemampuan
dibidang agama dan bahasa sehingga dapat berdampak positif bagi
sekolah khususnya dan bagi pendidikan di sekolah pada umumnya.
Kebutuhan sarana penunjang dalam rangka menunjang proses
pendidikan bukan hanya terletak pada sarana belajar ruang kelas, tetapi
juga pada infrastruktur umum sebagai penunjang, dalam hal ini bapak
Aris Herdiana selaku kepala asekolah mengatakan bahwa, kebutuhan
siswa bukan semata mata dalam hal kepuasan dalam menyampaian teori
yang dilakukan oleh guru kelas menggunakan sarana belajar yang baik,
namun juga siswa membutuhkan aspek yang namanya kenyaman dalam
proses menimba ilmu di sekolah, bahkan dari hal yang kita anggap kecil
saja itu bisa mengubah kenyamanan siswa disekolah, contohnya dalam
44Wawancara dengan Kepala sekolah MTs Islamiyah, Bapak Aris Herdiana45 Wawancara dengan Kepala sekolah MTs Islamiyah, Bapak Aris Herdiana
38
infrastruktur kamar mandi. Mungkin terdengar cukup remeh, namun
tanpa disadari bahwa segala aspek yang ada di sekolah sebagai sarana
prasarana penunjang sangat berkaitan satu sama lain.46 Hal ini
menyadarkan sekolah mengenai pentingnya penerapan standar sarana
prasarana di sekolah dengan baik, agar segala sesuatu yang ada
disekolah mengenai sarana prasarana dapat berjalan lebih efektif dan
efisien.
Perencanaan sarana prasarana pendidikan adalah merupakan
program yang cukup sentral dalam proses pendidikan, perencanaan
didasarkan pada analisis kebutuhan melaui pengamatan yang teliti dan
terencana dengan baik. Perncanaan sarana prasarana pendidikan harus
realistis sesuai dengan kenyataan anggaran dan kebutuhan dalam
menunjang prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh kepala sekolah, menurut beliau, “Langkah yang
diambil oleh pihak sekolah tentunya adalah melakukan pengawasan
terlebih dahulu terhadap keadaan sarana prasarana sekolah, apabila
dinilai kurang maka pihak sekolah menindaklanjuti hal tersebut untuk
menerapkan rencana pemenuhan untuk sarana yang kurang tersebut”.47
Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu lembaga atau sekolah
dan menetapkan program atas pendidikan untuk masa yang akan datang
sebagai dasar untuk melakukan evaluasi atas fasilitas dan membuat
model perencanaan sarana prasarana yang akan datang merupakan suatu
langkah perencanaan yang harus menjadi acuan untuk tiap kepala
sekolah sebagai pemilik otoritas tertinggi dalam setiap lembaga
pendidikan atau sekolah.
Apabila melakukan analisis terhadap kebutuhan sekolah maka
perencanaan yang dibuat sekolah mengenai penetapan pemenuhan
standar sarana dengan mempertimbangkan aspek manajemen berbasis
sekolah akan berjalan lebih terarah dan terstruktur dengan baik, dengan
46 Wawancara dengan Kepala sekolah MTs Islamiyah, Bapak Aris Herdiana47 Wawancara dengan Kepala sekolah MTs Islamiyah, Bapak Aris Herdiana
39
demikian maka efektifitas perencanaan sarana prasarana dapat berjalan
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Dengan demikian melihat dari segi implementasi manajemen
berbasis sekolah terhadap menerapan atau dalam proses perencanaan
dalam penetapan standar sarana prasara sekolah maka dapat dikatakan
MTs Islamiyah ciputat telah menerapkan sistem manajemen berbasis
sekolah yang sesuai dengan acuan standar yang berlaku mengenai
manajemen berbasis sekolah. Dikatakan demikian karena dalam proses
perencanaan pemenuhan standar sarananya seluruh stake holder terlibat
terutama dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana atau pun guru sebagai pelaksana kebijakan.
2. Evaluasi
Lalu dalam hal pengawasan serta evaluasi terhadap penerapan
perencanaan standar sarana prasarana di sekolah ini dilakukan oleh
pihak kepala sekolah dalam hal ini yang memiliki kewanangan adalah
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana.48
Pengawasan dan evaluasi terhadap sarana prasarana penting
dilakukan agar pihak sekolah dapat mengetahui kekurangan, kelebihan
dan kebutuhan apa saja yang hendak dan sudah tercapai sesuai dengan
kebutuhan perencanaan awal mengenai pemenuhan standar sarana
prasarana yang diharapkan di sekolah. Sehingga dengan diterapkannya
perencanaan dan evaluasi terhadap perencanaan sarana prasarana di
sekolah ini maka dapat menunjang perkembangan siswa baik dari segi
akademik maupun non- akademik dengan baik dan terarah.
Pelaksanaan evaluasi sarana prasarana yang dilakukan langsung
oleh pihak sekolah dikenal dengan istilah evaluasi diri. Dengan pihak
sekolah melakukan motivasi diri maka, sekolah dapat dengan mudah
melihat segala permasalahan yang ada di sekolah khususnya dalam
bidang sarana prasarana, mengenai kekurangan dan kelebihannya.
48 Wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana,
40
Dengan demikian maka sekolah dapat langsung mengambil
keputusan atas tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut, berkenaan
dengan penambahan, pemanfaatan ataupun pemeliharaan sarana
prasarana yang ada di sekolah.
Menurut wakil Kepala Sekolah bidang sarana prasarana,
pelaksanaan evaluasi terhadap sarana prasarana pun pernah dilakukan
oleh badan pemerintahan dalam ha ini badan akreditasi nasional atau
BAN. Evaluasi ini bertujuan untuk kebutuhan akreditasi sekolah dan
melihat posisi sekolah dalam progresnya terhadap perbaikan mutu
pendidikan di sekolah.49
Evaluasi terhadap perencanaan sarana prasarana ataupun evaluasi
dari penerapan serta pemenuhan standar sarana prasarana tentunya
mengacu pada kebutuhan yang sudah dikelola dan menggunakan
manajemen berbasis sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah yang bertujuan untuk menunjang proses b elajar mengajar di
sekolah, khususnya di MTs Islamiyah ini.
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses evaluasi baik
terhadap rencana maupun penerapan mengenai pemenuhan standar
sarana prasarana pendidikan maka, dalam hal evaluasi sekolah ini telah
menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah dalam hal
pengevaluasian. Namun dalam hal ini tidak semua stakeholders
dilibatkan, hanya pihak kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang
memiliki kewenangan untuk melakukan evaluasi terhadap rencana
ataupun implementasi penerapan sarana prasarana, baru kemudian hasil
dari evaluasi disosialisasikan oleh seluruh stakeholders yang ada di
sekolah.
3. Pengadaan dan Pengembangan
Pengadaan barang merupakan langkah lanjutan dari perencanaan
dan evaluasi pemenuhan standar sarana prasarana di sekolah. Dalam
49 Wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarna
41
melakukan penerapan langkah langkah pelaksaanaan pengadaan barang
dilakukan sesuai dengan standar sarana prasarana dan apa yang
dibutuhkan sekolah.
Dalam proses pengadaan sarana prasarana yang mengacu pada
standar sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan manajemen
sekolah, kepala sekolah MTs Islamiyah mengatakan bahwa ada
beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan pengadaan sarana
prasarana sekolah, yaitu dengan cara pembelian, pembuatan secara
manual oleh sekolah, penerimaan bantuan, hibah, pendaurulangan
ataupun perbaikan/ rekondisi.50
Pengadaan sara prasarana sekolah merupakan segala kegiatan yang
dilakukan dengan cara menyediakan semua kebutuhan belajar mengajar
ataupun infrastruktur penunjang yang sesuai dengan manajemen yang
dibuat disekolah agar kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan efektif dan efisien.
Menurut wakil Kepala Sekolah MTs Islamiyah menyatakan bahwa,
langkah pelaksanaan barang yang berkaitan dengan sarana prasarana di
sekolah ini memperhatikan pada aspek kebutuhan khususnya dalam hal
yang menunjang kegiatan belajar mengajar, seperti halnya sebuah
proses, sekolah ini membutuhkan apa yang disebut dengan sistem
komputerisasi dalam hal meningkatan keterampilan siswa. Maka pihak
sekolah secara berkala melakukan pengadaan barang khususnya barang
seperti, komputer, infocus, laptop, ataupun jaringan komputer.51
Dalam hal pengadaan barang pihak sekolah dalam hal ini
memperhatikan pada aspek yang dinilai masih belum memiliki
kelengkapan baik itu dalam hal sarana penunjang belajar atau pun
infrastruktur yang ada. Dalam hal sarana penunjang pihak sekolah
membutuhkan sarana komputerisasi dan laboratorium bahasa dan
50 Wawancara dengan kepala sekolah51 Wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana
42
keagamaan untuk menyesuaikan dengan standar sarana prasarana yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Lalu dalam hal infrastruktur, pihak sekolah lebih memperhatiakan
pengadaan dan pengembangan dalam aspek kenyamanan untuk siswa
maupun guru guru yang ada di sekolah, seperti tempat beribadah atau
Masjid, lapangan olahraga, perpustakaan dan kamar mandi.
Kenyamanan merupakan aspek atau hal yang sangat diperhatikan oleh
pihak sekolah, kerena dengan diberikannya rasa nyaman kepada warga
sekolah maka dapat berpengaruh pada peningkatan mutu pengajaran
dan pembelajaran disekolah.
Kebutuhan akan sarana prasarana disekolah sudah seharusnya
masuk kedalam perencanaan kepala sekolah, dengan melihat pada
aspek manajemen berbasis sekolah yang mengharuskan pihak sekolah
secara menyeluruh memperhatikan segala aspek yang ada salah satunya
adalah pemenuhan standar sarana prasarana. Kebutuhan ini salah
satunya adalah dalam hal pengadaan sarana prasarana, baik itu untuk
jangka panjang , jangka menengah ataupun jangka pendek.
Pengadaan jangka penjang merupakan pengadaan sarana prasaran
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak hanya
dibutuhkan pada masa sekarang, namun diputuhkan pula pada masa
yang akan datang contohnya seperti pengadaan lapangan olahraga dan
laboratorium ipa. Kemudian pengadaan jangka menengah merupakan
pengadaan sarana prasarana yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
yang dibutuhkan pada saat waktu waktu khusus, contohnya melakukan
pengadaan ruangan untuk pelatihan atau pengembangan diri guru
ataupun siswa baik dalam hal akademik maupun non akademik.
Sedangkan untuk pengadaan jangka pendek adalah merupakan
pengadaan sarana prasarana yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
sekarang, contohnya adalah ketika sekolah ingin mengikuti perlombaan
maka dibutuhkan pengadaan sarana yang bertujuan untuk melengkapai
kegiatan perlombaan.
43
Sedangkan dalam hal pengembangan sarana prasarana di sekolah
mengacu pada penyesuaian tentang apa saja yang dibutuhkan dalam
rangka menselaraskan dengan keperluan bahan ajar. Seperti contohnya
dalam hal pengembangan laboratorium misalnya, pihak sekolah harus
melakukan pengembangan peralatan alat alat yang digunakan untuk
praktik pengajaran baik itu untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam maupun mata pelajaran yang membutuhkan pengembangan
komputerisasi, seperti pelajaran komputer.
Maka dengan adanya pengembangan terhadap sarana prasarana ini
dapat menambah nilai dan fungsi sarana prasarana tersebut menjadi
salah satu penunjang serta dapat memaksimalkan proses pembelajaran
yang ada di sekolah agar menjadi lebih efektif dan efisien.
Tentunya kegiatan pengadaan dan pengembangan ini tidak terlepas
dari kendala kendala yang muncul, biasanya kendala yang muncul
adalah dalam hal pengoprasian terhadap sarana sumber belajar, menurut
wakil kepala sekolah bidang sarana “mengenai kendala dalam
pemanfaatan sumber belajar atau sarana prasarana ada namun tidak
terlalu signifikan, sehingga yang dibutuhkan adalah dalam hal
sosialisasi terhadap pengadaan sarana yang dilakukan,”52 serupa dengan
wakil kepala sekolah guru MTs islamiyah, yaitu Ibu Tatu Unaiyah
mengatakan bahwa “kendala yang muncul hanya pada mengoprasian
sember belajar seperti komputer atau infocuss, dalam hal ini sosialisasi
atas setiap kegiatan pengadaaan barang mutlak dilakjukan agar hasil
yang didapat dari penggunaan sumber belajar dapat lebih optimal”.53
Dengan demikian maka pengadaan atas sarana prasana pendidikan
di sekolah sangat penting dilakukan untuk menunjang proses belajar
yang lebih efektif, namun pihak sekolah dalam hal ini baik kepala
sekolah maupun wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana wajib
52 Wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana53 Wawancara dengan guru kelas
44
pula melakukan sosisalisasi atas kegiatan pengadaan yang dilakukan
agar pemanfaatan sarana prasarna lebih optimal.
Dari hasil analisis mengenai pengadaan dan pengembangan sarana
prasarana dengan mengacu pada sistem manajemen berbasis sekolah
maka dapat dikatakan sekolah ini belum sepenuhnya menerapkan
sistem manajemen berbasis sekolah dengan baik, kerena terkendala
dalam hal baik sosialisasi maupun penggunaan sarana prasarana sebagai
proses belajar mengajar, dan dalam hal ini kepala sekolah memiliki
tugas untuk lebih aktif dalam melakukan sosialisasi terhadap pengadaan
ataupun pengembangan sarana prasarana tentunya dibantu oelh
wakilkepala sekolah bidang sarana prasarana untuk dapat lebih
mengoptimalkan hal ini, guna terciptanya sistem manajemen berbasis
sekolah yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sekolah dan
dapat memperbaiki kualitas belajar mengajar di sekolah.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam
rangka pemenuhan standar sarana prasarana. Pemeliharaan sarana
prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan
ataupun pengaturan agar semua sarana prasarana selalu dalam keadaan
baik dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya guna mencapai
tujuan pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut baik dan siap
digunakan. Pemeliharaan pun mencakup segala upaya yang terus
menrus dilakukan agar sarana prasarana tidak berubah fungsi dantujuan
pengadaannya. Adapun pemeliharaan yang bersifat khusus, seperti
komputer dan lain lain harus dilakukan oleh petugas yang memiliki
keahlian sesuai dengan barang yang dimaksud.
Ketua Tata Usaha MTs Islamiyah menyatakan bahwa, setiap proses
pemeliharaan yang ada di sekolah disesuaikan dengan standar yang
45
ditetapkan oleh sekolah, seperti pada hal pemeliharaan barang
inventaris komputerisasi diberikan kewenangan oleh guru komputer
dibantu dengan tata usaha sehingga sarana tersebut tidak rusak, dan
selalu bisa digunakan sebagai mana mestinya. Lalu untuk pemeliharaan
infrastruktur fisik lainnya seperti laboratorium, lapangan olahraga,
masjid, perpustakaan, unit kesehatan sekolah dan ruang belajar lainnya
diberikan kewenangan oleh pihak wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana, wakil kepala sekolah bidang tata usaha/ ketua tata usaha
dengan dimonitori oleh Kepala Sekolah selaku supervisor di sekolah.54
Adapun tujuan pemeliharaan sarana prasarana ini adalah untuk
mengoptimalkan peralatan yang sedang atau tida digunakan. Hal ini
sangat penting terutama apabila dilihat dari aspek pembiayaannya,
karena untuk memberi suatu barang atau sarana prasarana akan jauh
lebih mahal jika dibandingan dengan merawat atau memelihara sarana
tersebut.
Lalu pemeliharaan pun berguna untuk menjamin kesiapan
oprasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Dalam pemeliharaan sarana prasarana ini
harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan, yang bertujuan untuk
memelihara nilai dari suatu barang yang masih atau akan digunakan
untuk menunjang proses belajar mengajar.
Pemeliharaan atau maintenance merupakan suatu kegiatan yang
sifatnya kontinuitas ats berkelanjutan untuk mengusahakan agar sarana
dan prasarana yang ada tetap dalam keadaan baik, hal ini serupa dengan
apa yang dikatakan Wakil Kepala sekolah bidang sarana prasarana di
Mts Islamiyah, bahwa “pemanfaatan sarana prasarana harus dilakukan
dengan maksimal dan dirawat dengan baik agar barang yang digunakan
tidak mengalami kerusakan dan nilai gunanya tetap utuh dan masih
dapat digunakan apabial dibutuhkan kembali”.55
54 Wawancara dengan Kepala/Ketua tata usaha bapak fauzi55 Wawancara dengan waka, bid sarana prasarana.
46
Beliau pun mengatakan bahwa, “langkah perawatannya dilakukan
tergantung jenis barang atau sarana tersebut. Misalnya sarana olahraga,
setelah dilakukan pemakaian diletakan kembali ditempatnya, begitu
pula dengan sarana lain. Perawatannya menggunakan prosedur
perawatan sarana pada umumnya. Langkah perbaikan terhadap sarana
prasarna dilakukan setelah pidak sekolah melakukan pengecekan yang
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan untuk mengetahui kualitas
sarana yang ditlah dimanfaatkan, apabila terdapat masalah kerusakan
makan dilakukan perbaikan pada sarana tersebut, dan apa bila sudah
tidak bisa diperbaiki maka menggunakan proses pengadaan kembali
terhadap barang atau sarana yang sama. “ 56
Dengan demikian bahwa setiap kegiatan yang ada di Mts Islamiyah
ini yang berkaitan pemeliharaan standar sarana prasarana dengan
mengacu pada Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam
kaitannya terhadap pemenuhan standar sarana prasranatelah diterapkan
dengan baik dan sesuai standar ketetapan dalam pemenuhan standar
sarana prasarana pendidikan, sehingga optimalisasi dalam pemanfaatan
sarana prasarna sebagai sumber dan penunjang kegatan pembelajaran
dapat lebih efektif dan efisien.
56 Wawancara dengan waka. Bid sarana prasarana
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan proses pengolahan data maka, penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Pemenuhan Standar
Sarana Prasana di MTs Islamiyah sudah terkelola dengan baik dan
sesuai dengan kebutuhan pokok sekolah mengenai pemenuhan standar
sarana prasana. Karena sesuai dengan sistem Manajemen Berbasis
Sekolah yang memberikan kewenangan sepenuhnya kepada sekolah
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh sekolah, dalam hal
ini mencakup lebih ke arah pemenuhan standar sarana prasarana dan
pihak sekolah dapat memaksimalkan potensinya dalam memanfaatkan
sarana prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran.
2. Pemenuhan standar sarana prasarana dengan mengacu pada sistem
manajemen berbasis sekolah dinilai sangat efektif, karena sekolah
memiliki wewenang penuh dalam melakukan proses baik itu dalam segi
perencanaan, evaluasi, pengadaan, pengembangan, dan pemeliharaan
terhadap sarana prasarana agar pemanfaatnya dapat lebih sesuai dengan
kebutuhan yang diharapkan oleh sekolah.
B. Saran
Berdasarkan hasil observasi dan penelitian yang dilakukan oleh penulis
mengenai kondisi sarana prasarana di sekolah, maka penulis mengemukakan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Dengan semakin dibutuhkannya keahlian dibidang teknologi dan
komputerisasi, serta meninjau dari kondisi MTs Islamiyah yang masih
kekurangan dalam hal tersebut maka, kepala sekolah sebagai
48
penanggung jawab di sekolah hendaknya lebih memperhatikan pada hal
tersebut, sehingga MTs Islamiyah dapat lebih memaksimalkan potensi
siswa siswainya dibidang teknologi komputerisasi yang saat ini sangat
sedang dibutuhkan baik itu di sekolah maupun di masyarakat.
2. Bagi Guru
Dengan adanya kekurangan khususnya pada masalah fasilitas
penunjang belajar seperti komputer dan infokus, hendaknya guru
komputer dalam hal ini yang berperanlangsung dalam pembelajaran
komputer, mengajukan fasilitas sarana komputer kepada kepala sekolah
agar supaya proses pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien.
3. Bagi siswa
Kepada para siswa siswi di MTs Islamiyah, hendaknya merawat,
menjaga serta memaksimalkan sarana prasarana yang ada di sekolah
untuk menunjang proses pembelajaran yang baik. Dan juga memberi
masukan kepada baik guru maupun kepala sekolah untuk melengkapi
fasilitas komputer yang masih belum mencukupi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Mohammad, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Grasindo.
Ary. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro.
Arikunto. Suhasmi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Jakarta: Rajawali Pers, 1990.
Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah.,cet ke1
Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Fatah. Nanang, Sistem Penjamin Mutu Pendidikan. Remaja Rosda karya.Bandung
2012.
Mulyasa. E, Manajemen berbasis sekolah,Rosda, Bandung. 2002.
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah. GRASINDO, Jakarta.
Raco, Metode Penelitian Kualitatif “Jenis Karakter Dan Keunggulannya.‘’
GRASINDO, Jakarta.
Rohiat, Manajemen Berbasis Sekolah “Teori Dasar Dan Praktik”, Reflika
Aditama, 2010.
Sagala. Syaiful, Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung, Alfabeta 2009.
Saroni. Muhammad, Manajemen Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2006.
Sujanto. Bedjo, Manajemen Berbasis Sekolah “Model Pengelolaan Di Era
Otonomi Daerah”, Sagung Seto.
Supriady. Deddy. Bratakusuma, dan Solihin. Dadang, MA, Otonomi
Penyelengaraan Pemerintah Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2001.
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah “Konsep Dan Aplikasi”. PT. Sarana
Panca Karya Nusa, 2009.
Sutrisno. Hadi, Metodelogi Reseach II, Jakarta: Andi Ofset, 1991.
Tilaar, Manajemen Pendidikan Kelas, Remaja Rosdakarya. Bandung 2008.
Tjiptoheriyanto. Prijono, dan Nagib Laila, Pengembangan SDM Di Antara
Peluang Dan Tantangan, LIPI Press, 2008.
Umaedi, Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, Jakarta: CEQM 2004.
50
............ Wawancara dengan Kepala sekolah MTs Islamiyah, Bapak Aris Herdiana
............ Wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana prasarna
............ Wawancara dengan Kepala/Ketua tata usaha Bapak Fauzi
............ Wawancara dengan guru kelas
LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI MTS ISLAMIYAH CIPUTAT
KOMITEMADRASAH
KEPALAMADRASAH
STAFF TATAUSAHA
PEMBINAOSIS
DEWANGURU
BP/BKWALIKELAS
SISWA
WAKAMAD.KURIKULUM
WAKAMAD.KESISWAAN
LAMPIRAN
DATA TENAGA KEPENDIDIKAN DAN PENDIDIK
LAMPIRAN
DATA KONDISI PESERTA DIDIK DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
KelasRombongan
BelajarPutra Putri Jumlah
VII 2 43 44 87
VIII 2 41 39 80
IX 2 30 32 62
Jumlah 6 114 115 229
LAMPIRAN
DATA SARANA DAN PRASARANA DI MTs ISLAMIYAH CIPUTAT
No Jenis Ruang Kondisi
Jumlah Luas
1 Ruang Kelas 7 392
2 Perpustakaan 1 56
3 Ruang kepala
sekolah
1 18
4 Ruang guru 1 56
5 Ruang bp/bk 1 36
6 Ruang wakasek 1 18
7 Lab. IPA 1 56
8 Lab. Bahasa 1 56
9 Praktik komputer 1 56
10 Koperasi 1 16
11 Ruang OSIS/UKS 1 42
12 WC. Murid 4 84
13 Gudang 1 36
14 Masjid 1 64
Jumlah 986
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG OSIS
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja Kerja 2 Buah/ Ruang Baik, Memadai
1.2 Kursi Kerja 8 Buah Baik
1.3 Lemari 2 buah Baik
1.4 Papan Struktur 1 buah Baik
2 Peralatan Konseling
2.1 Program Kerja OSIS 1 Set Baik
2.2 Buku Inventaris 1 Buah Baik
2.3 Media Pengembangan 1 Buah Baik
3 Perlengkapan Lain
3.1 Tempat Sampah 1 Buah Baik
3.2 Jam Dinding 1 Buah Baik
3.3 Bendera OSIS 1 Buah Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANGKONSELING
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja Kerja 1 Buah/ Ruang Baik, Memadai
1.2 Kursi Kerja 1 Buah Baik
1.3 Lemari 2 buah Baik
1.4 Papan Kegiatan 1 buah Baik
2 Peralatan Konseling
2.1 Instrumen Konseling 1 Set Baik
2.2 Buku Sumber 1 Buah Baik
2.3 Media Pengembangan 1 Buah Baik
3 Perlengkapan Lain
3.1 Tempat Sampah 1 Buah Baik
3.2 Jam Dinding 1 Buah Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG LAB. IPA
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Kursi 1Buah Baik, Memadai
1.2 Meja Siswa 1 Buah Baik
1.3 Meja Peraga 2 Buah Baik
1.4 Lemari 1 Buah Baik
1.5 Bak Cuci 2 Buah Baik
2 Perlengkapan Pendidikan \
2.1 Mistar 6 Set Baik
2.2 Jangka Sorong 1 Set Baik
2.3 Timbangan 1 Set Baik
2.4 Stopwatch 3 Set Baik
2.5 Rol Meter 1 Set Baik
2.6 Termometer 6 Set Baik
2.7 Gelas Ukur 6 Set Baik
2.8 Masa Logam 3 Set Baik
2.9 Batang Magnet 1 Set Baik
2.10 Globe 1 Set Baik
2.11 Model Tata Surya 1 Set Baik
2.12 Balok 3 Set Baik
2.13 Percobaan Optik 1 Set Baik
2.14 Percobaan Listrik 1 Set Baik
2.15 Gelas Kimia 1 Set Baik
2.16 Model Pencernaan 1 Set Baik
2.17 Model Peredaran darah 1 Set Baik
2.18 Model sistem Pernapasan 1 Set Baik
2.19 Model jantung 1 Set Baik
2.20 Model Mata 1 Set Baik
2.21 Model Telingga 1 Set Baik
2.22 Petunjuk 1 Set Baik
3 Media Pembelajaran
3.1 Papan Tulis 1 Buah Baik
4 Perlengkapan Lain
4.1 Songket Listrik 9 Set Baik
4.2 Alat Pemadam Kebakaran 1 Set Baik
4.3 Peralatan P3K 1 Set Baik
4.4 Tempat Sampah 1 Set Baik
4.5 Jam Dinding 1 Set Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANGPERPUSTAKAAN
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Buku
1.1 Buku Teks Pelajaran 1Buah Baik, Memadai
1.2 Buku Panduan Pendidik 1 Buah Baik
1.3 Buku Pengayaan 1Buah Baik
1.4 Buku Referensi 1 Buah Baik
1.5 Buku Sumber belajar 1Buah Baik
2 Perabot \
2.1 Rak Buku 1 Set Baik
2.2 Rak Majalah 1 Set Baik
2.3 Rak Surat Kabar 1 Set Baik
2.4 Meja Baca 1 Set Baik
2.5 Kursi 1 Set Baik
2.6 Meja Kerja 1 Set Baik
2.7 Lemari 1 Set Baik
2.8 Lemari Katalog 1 Set Baik
3 Media Pembelajaran
3.1 Peralatan 1 Buah Baik
4 Perlengkapan Lain
4.1 Buku Infentaris 1 Set Baik
4.2 Buku Peminjaman 1 Set Baik
4.3 Buku Pengunjung 1 Set Baik
4.4 Buku Penunjang 1 Set Baik
4.5 Tempat Sampah 1 Set Baik
4.6 Soket Listrik 1 Set Baik
4.7 Jam Dinding 1 Set Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG IBADAH
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Speaker 1Buah Baik, Memadai
1.2 Lemari 1 Buah Baik
1.3 Meja 2 Buah Baik
1.4 Karpet 1 Buah Baik
1.5 Rak Al- Qur’an 1 Buah Baik
2 Perlengkapan Lain \
2.1 Kipas Angin 8 Set Baik
2.2 AC 1 Set Baik
2.3 Soket Listrik 10 Set Baik
2.4 Microfon 3 Set Baik
2.5 Jam Dinding 4 Set Baik
2.6 Papan Pengumuman 2 Set Baik
2.7 Papan Jadwal Khotib 1 Set Baik
2.8 Alat Kebersihan 1 Set Baik
2.9 Tempat Sampah 1 Set Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG UKS
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Tempat Tidur 1Buah Baik, Memadai
1.2 Lemari 1 Buah Baik
1.3 Meja 2 Buah Baik
1.4 Kursi 1 Buah Baik
2 Perlengkapan Lain
2.1 catatan kesehatan siswa 1 Set Baik
2.2 Perlengkapan P3K 1 Set Baik
2.3 Tandu 1 Set Baik
2.4 Selimut 1 Set Baik
2.5 Tensimeter 1 Set Baik
2.6 Termometer 1 Set Baik
2.7 Timbangan Badan 1 Set Baik
2.8 Pengukur Tinggi Badan 1 Set Baik
2.9 Tempat Sampah 1 Set Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG GUDANG
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot
1.1 Meja 2 Buah Baik, Memadai
1.2 Kursi 1 Buah Baik
1.3 Lemari 1 buah Baik
2 Peralatan Lain
2.1 Soket Listrik 2 buah Baik
2.2 Tempat Sampah 1 Buah Baik
2.3 Alat Kebersihan 1 Buah Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG BERMAIN
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Peralatan pendidikan
1.1 Tiang Bendera 1Set Baik, Memadai
1.2 Bendera 1Set Baik
1.3 Peralatan Bola Volly 1Set Baik
1.4 Peralatan Sepak Bola 2Set Baik
1.5 Peralatan Basket 1Set Baik
1.6 Peralatan Senam 1Set Baik
1.7 Peralatan Atletik 1Set Baik
1.8 Peralatan Keterampilan 1Set Baik
1.9Peralatan Seni Budaya 1Set Baik
1.10 Peralatan Suara 1Set Baik
1.11 Tempat Sampah 1Set Baik
LAMPIRAN
JENIS, RASIO, JUMLAH DAN DESKRIPSI SARANA RUANG JAMBAN
No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot Lain
1.1 Kloset Jongkok 1Buah Baik, Memadai
1.2 Bak 1 Buah Baik
1.3 Gayung 2 Buah Baik
1.4 Gantungan Baju 1 Buah Baik
1.5 Tempat Sampah 1 Buah Baik
1.6 Pengharum Ruangan 1 Buah Baik
LAMPIRAN
KISI – KISI INSTRUMEN
IMPLEMENTASI MBS DALAM PEMENUHAN SARANA DAN
PRASARANA YANG SESUAI DENGAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN
Dimensi Aspek Indikator No.Item
Sarana danPrasarana
Perencanaan
Menetapkan Skala Prioritaskebutuhan dan
pengembangan sarana danprasarana
1
Penyesuaian denganpertumbuhan akademik
2
Dituangkan dalam rencanapokok
3
Evaluasi
Kelengkapan sarana yang adadi sekolah
4
Melakukan Pendataan saranadan prasana
5
Ketercapaian standar saranadan prasana
6
Pemanfaatan sarana danprasarana
7
Pengadaan
Pelaksanaan pengadaan 8Transparansi pengadaan
9,10
Control pengadaan 11,12
PengembanganFasilitas
Adanya rencanapengembangan fasilitas yang
ada
13
Prosedur pemakaian saranadan prasarana
14
PemeliharaanAdanya standar pemeliharaan 15
Perawatan dan perbaikansarana
16,17
LAMPIRAN
INSTRUMEN WAWANCARA
INSTRUMEN PERTANYAAN
1. Prioritas utama terhadap kebutuhan pengembangan sarana prasarana.
2. Penyesuaian dengan kebutuhan perkembangan akadamik.
3. Langkah awal dalam penerapan rencana.
4. Kelengkapan sarana prasarana.
5. Pendataan terhadap kelengkapan sarana prasarana.
6. Ketercapaian pemanfaatan sarana prasarana.
7. Pemanfaatan terhadap sarana prasarana.
8. Pelaksanaan pengadaan barang.
9. Transparansi data terhadap pengadaan barang.
10. Pengecekan data pengadaan.
11. Pengawasan pengadaan barang.
12. Pengendalian pengadaan barang.
13. Rencana pengembangan fasilitas.
14. Prosedur pemakaian.
15. Standar pemeliharaan.
16. Perawatan barang.
17. Perbaikan barang sarana prasarana.
A. Wawancara Untuk Kepala Sekolah
1. Apa sarana pendukung yang menjadi kebutuhan utama namun belum
dimikili sekolah?
2. Kebutuhan dalam hal sarana prasarana yang dapat menunjang
perkembangan akademik siswa ( lebih ke sarana belajar/ infrastruktur)?
3. Langkah apa yang akan dilakukan untuk menerapkan rencana
pemenuhan standar sarana prasarana?
4. Apakah sarana prasarana yang dimiliki sekolah dinilai sudah lengkap dan
sesuai dengan kebutuhan sekolah?
5. Sejauh mana pencapaian yang telah didapat dari pemanfaatan sarana
prasarana sekolah?
6. Manfaat apa yang didapat dari penerapan standar sarana prasarana di
sekolah?
7. Langkah pengawasan seperti apa yang dilakukan terhadap pengadaan
sarana prasarana yang ada di sekolah?
8. Rencana seperti apa yang diharapkan oleh pihak sekolah dalam rangka
pengembangan fasilitas sekolah?
B. Wawancara Untuk Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana
1. Seperti apa langkah pelaksanaan pengadaan barang (sarana prasarana)
dilakukan sesuai dengan standar sarana prasarana?
2. Langkah pengendalian seperti apa yang dilakukan terhadap pengadaan
sarana prasarana yang ada di sekolah?
3. Bagaimana acuan prosedur pemakaian standar sarana prasarana di
sekolah?
4. Seperti apakah standar pemeliharaan yang diterapkan di sekolah
terhadap sarana prasarana?
5. Apa saja langkah perawatan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka
pemeliharaan fasilitas sekolah?
6. Langkah perbaikan seperti apa yang dilakukan oleh sekolah dalam proses
pemeliharaan fasilitas sekolah?
C. Wawancara Untuk Kepala Tata Usaha
1. Teknik pendataan seperti apa yang dilakukan untuk melihat kelengkapan
sarana prasarana sesuai standar ketetapan yang berlaku?
2. Pendataannya dilakukan secara berkala atau tidak?
3. Apakah dilakukan transparansi terhadap data dala rangka melakukan
pengadaan sarana prasarana?
4. Apa selalu ada pencatatan data setiap mengadakan pengadaan barang?
5. Seperti apa pengecekan/ pemerikasan terhadap data dilakukan sesuai
dengan acuan standar sarana prasarana?