skn1

33
LI. MM Saliva Pengertian Saliva Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi. Produksi Saliva Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, peroksidase, thiocyanate, lisozym, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium. Komposisi Saliva Komposisi Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi lainnya. meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgM, IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%.

Upload: anggun-dwitwinsters

Post on 11-Dec-2014

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: skn1

LI. MM Saliva

Pengertian Saliva

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi.

Produksi Saliva

Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, peroksidase, thiocyanate, lisozym, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

Komposisi Saliva

Komposisi Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi lainnya. meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgM, IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%.

Viskositas Saliva Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan, kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas sangat dipengaruhi oleh suhu, viskositas akan turun dengan naiknya suhu, konsentrasi dari suatu larutan juga mempengaruhi viskositas, semakin tinggi konsentrasi larutan maka viskositas semakin tinggi. Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur suatu kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat, maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan cairan itu mengalir lambat, maka cairan itu memiliki viskositas tinggi (misalnya madu). Aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan rongga mulut, yang memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses menelan dan makan, dan juga penting untuk memperjelas bicara. Peran saliva sebagai pelumas yang melapisi mukosa dan membantu melindungi jaringan mulut terhadap gesekan mekanis, panas dan iritasi kimia. Effikasi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas dan bagaimana perubahan-perubahan dengan laju geser.1 Nilai viskositas normal saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise. Ada sekelompok besar bahan (seperti polimer, emulsi, dan suspensi) dan biomaterial, seperti saliva yang tidak dapat dijelaskan dengan sederhana viskositasnya. Viskositas saliva tergantung pada laju geser dan waktu alir, sehingga saliva dapat digolongkan sebagai fluida non-Newtonian. Cairan non-Newton adalah salah satu di mana viskositas adalah fungsi beberapa variabel mekanis seperti tegangan geser atau waktu alir. Cairan non-Newton merupakan cairan yang berubah seiring waktu.

Page 2: skn1

Sifat-sifat saliva manusia disebabkan oleh glikoprotein saliva, terutama mucin dengan berat molekul yang tinggi (MG1) yang disekresikan oleh kelenjar sublingual, submandibular, dan palatal. Perbedaan viskositas antara kelenjar sublingual dan submandibular tidak disebabkan oleh perbedaan konsentrasi mucin yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar melainkan jenis mucin yang dihasilkan. Mucin memiliki peran multifungsi didalam mulut yaitu sebagai pelumas permukaan, perlindungan jaringan keras dan lunak serta lingkungan eksternal, membantu dalam pengunyahan, bicara dan menelan. Pentingnya viskositas saliva pada umumnya telah menjadi subyek dari banyak penelitian dalam odontologi. Penurunan viskositas saliva berhubungan dengan penurunan karies gigi, walaupun sulit untuk memeriksa laju aliran dan viskositas secara independen satu dari yang lain.1 Hal ini sering diasumsikan bahwa viskositas saliva terkait langsung dengan faktor-faktor seperti berat padatan kering, protein atau kandungan mucin, glikoprotein, dan komposisi protein yang kaya prolin. Viskositas memberikan kontribusi yang penting bagi sifat rheogical saliva. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Saliva mengandung berbagai jumlah makromolekul yang mempengaruhi sifat rheological. Pengukuran rheological telah dilakukan pada saliva, untuk menentukan viskositas dengan penggunaan viskometer kapiler sederhana. Saliva memiliki sifat rheological spesifik sebagai hasil dari karakteristik kimia, fisik dan biologis, karakteristik ini penting untuk menjaga kondisi seimbang di dalam rongga mulut. Viskositas saliva juga berperan bagi retensi gigi tiruan Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak dari orang tua telah mengalami berkurangnya sekresi saliva (xerostomia), baik karena pengaruh obat-obatan atau sebagai akibat usia yang berkaitan dengan perubahan fisiologis. Perubahan seperti itu juga bisa mengubah sifat viskositas saliva pada orang tua, karena berkurangnya kemampuan saliva sebagai pelumas merupakan karakteristik xerostomia. yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar melainkan jenis mucin yang dihasilkan. Mucin memiliki peran multifungsi didalam mulut yaitu sebagai pelumas permukaan, perlindungan jaringan keras dan lunak serta lingkungan eksternal, membantu dalam pengunyahan, bicara dan menelan. Pentingnya viskositas saliva pada umumnya telah menjadi subyek dari banyak penelitian dalam odontologi. Penurunan viskositas saliva berhubungan dengan penurunan karies gigi, walaupun sulit untuk memeriksa laju aliran dan viskositas secara independen satu dari yang lain.1 Hal ini sering diasumsikan bahwa viskositas saliva terkait langsung dengan faktor-faktor seperti berat padatan kering, protein atau kandungan mucin, glikoprotein, dan komposisi protein yang kaya prolin.

Viskositas memberikan kontribusi yang penting bagi sifat rheogical saliva. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Saliva mengandung berbagai jumlah makromolekul yang mempengaruhi sifat rheological. Pengukuran rheological telah dilakukan pada saliva, untuk menentukan viskositas dengan penggunaan viskometer kapiler sederhana. Saliva memiliki sifat rheological spesifik sebagai hasil dari karakteristik kimia, fisik dan biologis, karakteristik ini penting untuk menjaga kondisi seimbang di dalam rongga mulut. Viskositas saliva juga berperan bagi retensi gigi tiruan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak dari orang tua telah mengalami berkurangnya sekresi saliva (xerostomia), baik karena pengaruh obat-obatan atau sebagai akibat usia yang berkaitan dengan perubahan fisiologis. Perubahan seperti itu juga bisa mengubah sifat viskositas saliva pada orang tua, karena berkurangnya kemampuan saliva sebagai pelumas merupakan karakteristik xerostomia.

Flow rate Saliva Flow rate saliva dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk tingkat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, stimulus sebelumnya, memikirkan atau melihat makanan, irama sirkandian, ukuran kelenjar, merokok, obat-obatan, kontribusi berbagai kelenjar saliva, olah raga, alkohol, penyakit sistemik, nutrisi, puasa, muntah, usia dan jenis kelamin.9,18 Nilai normal rata-rata flow rate saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat berkisar 0,3 ml/menit. Dibawah 0,1 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,1-0,25 ml/menit adalah rendah. Sedangkan nilai normal untuk flow rate saliva yang distimulasi berkisar 1,0-3,0 ml/menit. Dibawah 0,7 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,7-1,0 ml/menit adalah rendah.1,18 Faktor yang sangat mempengaruhi penurunan flow rate saliva adalah obat-obatan terapeutik, terutama obat-obatan yang digunakan pada Sjögren Syndrom dan pengobatan radiasi untuk kanker kepala dan leher.18 Banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan efek dari berbagai rangsangan terhadap flow rate saliva dan telah banyak dilaporkan flow rate lebih rendah dari 2 ml/menit. Namun, Watanabe dan Dawes menemukan bahwa ketika

Page 3: skn1
Page 4: skn1

subjek memakan beberapa makanan rata-rata aliran selama mengunyah bervariasi antara 3,15 hingga 4,94 ml/menit. Dan ketika diteteskan asam sitrat 5% kedalam mulut memicu laju aliran 7,07 ml/menit. Rangsangan rasa adalah stimulus yang paling efektif dalam menstimulasi saliva.18 Flow rate saliva erat hubungannya dengan viskositas saliva. Viskositas saliva yang lebih rendah akan meningkatkan flow rate saliva, sehingga didapatkan efek self cleansing yang baik. Sebaliknya viskositas saliva yang tinggi (kental/mukus) menyebabkan flow rate saliva akan lebih rendah yang menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan yang akhirnya dapat menyebabkan karies.5,7 Flow rate saliva ditentukan dengan rumus : 2 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑣𝑎=𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑣𝑎−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑣𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛

Fungsi Saliva

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :

1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan

2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan

3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase

ludah6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan

darah dan epidermal growth factor pada saliva7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.8. membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)

Kurang lebih 80% bau mulut timbul dari dalam rongga mulut. Air ludah atau saliva memegang peranan dalam masalah bau mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena air ludah melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa dinetralkan kembali keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga keseimbangannya. Di dalam air ludah juga terdapat antigen dan antibodi yang berfungsi melawan kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga kita sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit. Seandainya dalam keadaan normal tersebut seseorang memakai obat kumur ataupun antiseptik yang berlebihan, maka justru keseimbangan bakteri akan terganggu, bakteri-bakteri yang penting bisa menjadi mati, justru bakteri-bakteri yang merusak malah menjadi berlipat ganda sehingga timbul lah masalah dalam rongga mulut. Adanya bakteri akan dapat membuat sisa makanan di gigi/selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya ragi), sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh (mengalami demineralisasi/mineral gigi rontok )mula-mula secara mikro dan dengan berjalannya waktu gigi akan berlubang secara kasat mata. Masalah lain, bakteri terutama bakteri anaerob (hidup tanpa udara) akan mengeluarkan gas yang mudah menguap antara lain seperti gas H2S (Hidrogen Sulfid), Metil Merkaptan dll. Gas ini menimbulkan bau mulut.

Pada orang-orang yang mengalami diabetes/kencing manis, perokok, makan obat-obatan tertentu, orang lanjut usia, maupun orang yang menjalani terapi radiasi (pada penderita kanker) punya kecenderungan air ludahnya berkurang (disebut dengan istilah xerostomia=kekeringan rongga mulut). Hal ini bisa diatasi dengan terapi obat-obatan yang merangsang keluarnya air ludah (dengan obat-obatan yang diresepkan dari dokter gigi). Kecuali bagi perokok, barangkali lebih bijaksana apabila frekuensi rokoknya yang dikurangi, juga orang yang sedang meminum obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan kekeringan rongga mulut, dapat kembali seperti semula apabila obat-obatan telah dihentikan pemakaiannya. (Khususnya pada penderita diabetes/kencing manis, ada bau mulut khas yakni bau aseton). Kemudian dalam hal kualitas, hindari makan-makanan yang terlalu banyak mengandung zat-zat kimia, seperti makanan yang banyak mengandung zat pengawet, zat pewarna tambahan, zat penambah rasa, atau makanan yang terlalu manis/lengket/asam , maupun minuman-minuman berkarbonasi secara terus menerus. Sebab dengan keasaman yang terus menerus, air ludah tidak dapat menyangga kadar keasamannya (fungsi buffer tadi) supaya pH-nya naik kembal. Jadi keasaman yang terus menerus itu yang membuat gigi berlubang

Page 5: skn1

(mengalami demineralisasi email). Bila ingin minum air bersoda, atau permen lebih baik dimakan dalam satu waktu tertentu berdekatan dengan makan pagi/makan siang/makan malam dan diakhiri dengan minum air putih/sikat gigi, daripada memakan atau meminumnya sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama. Menyikat gigi umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan pagi dan malam sebelum tidur. Dengan jumlah yang 2 kali dan juga kesalahan manusiawi misalnya tidak bisa setiap saat bisa membersihkan gigi dengan tepat dan teliti ke seluruh bagian, maka kita harus melepaskan waktu perawatan sisanya kepada air ludah yang cukup jumlahnya dan baik kualitasnya. Dengan cara makan makanan yang alamiah tidak banyak mengandung zat kimia, yakni zat perasa, pewarna dan pengawet, makan makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan supaya saat menggigit air ludah dapat terrangsang untuk keluar (pada makanan yang semuanya lunak/tidak berserat, gigi tidak perlu menggigit kuat, akibatnya air ludah juga tidak banyak keluar), menghindari minuman berkarbonasi (secara berlebihan) dan juga pola makannya diatur dengan memakan camilan/minuman manis berdekatan dengan waktu makan makanan utama, setelah itu gigi dibersihkan, apabila tidak dapat menggosok gigi, kumur-kumurlah atau minumlah air putih yang banyak. Itu adalah cara yang sederhana dan paling mudah dilakukan.

LI. MM Kelenjar Saliva

LO.1.Jenis kelenjar saliva dan muaranya

Macam-macam kelenjar ludah :

1. Kelenjar ludah utama / mayor / besar-besar

Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari :

Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibula Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibular Kelenjar Sublingualis , terletak dibawah lidah

Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan.

1. Kelenjar Parotis

Page 6: skn1

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk., 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus dan ramus mandibula.

Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas.

Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan

kolinesterase. Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-

cabang (compound tubulo alveolar gland) Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang

memperlihatkan percabangan-percabangan Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis

semu. Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel

berlapis silindris Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-cabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan

duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal

Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan Duktus Pfluger agak pendek Sel-selnya pipih dan memanjang Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan

“kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah

Anatomi kelenjar parotid

Histologi kelenjar parotis

Page 7: skn1

2. Kelenjar submandibularis (submaksilaris)

Kelenjar Submandibularis merupakan kelenjar terbesar kedua. Kelenjar ini memproduksi saliva yang bersifat serus dan mukus, dengan perbandingan sel asinar serus dan mukus sebesar 7 : 3. Kelenjar ini mempunyai simpai, sekat-sekat dan sistem saluran keluar yang tampak jelas, mirip dengan yang terdapat pada kelenjar parotis, tetapi duktus interkalatanya lebih pendek dan kurang mencolok. Pada duktus yang lebih besar, epitel bertingkatnya mengubah komposisi saliva dengan cara mencampurnya dengan sekret mukus dari sel goblet dan getah serus dari sel-sel silindrisnya. Pada dasarnya, saliva dari kelenjar ini mempunyai aktivitas amilase yang lemah dengan lisozim yang disekresikan oleh sel serus bulan sabit (demiluna) yang dapat merusak dinding bakteri. Muara dari kelenjar ini disebut duktus Wharton.

Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah.

Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari jaringan ikat padat yang

juga masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang

(compound tubulo alveolar gland) Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya Bentuk sinus kebanyakan memanjang Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula

parotis. Selnya pipih dan memanjang Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak

percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah dicaris

Anatomi kelenjar submandibular

Page 8: skn1

Histologi kelenjar submandibularis

3. Kelenjar sublingualisKelenjar sublingualis pada dasarnya bukan merupakan kelenjar tunggal, tetapi kumpulan kelenjar yang terletak berdekatan dengan saluran keluar kelenjar submandibularis di bawah mukosa dasar mulut. Tiap kelenjar bermuara secara tersendiri di bawah lidah. Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar campuran, tubuloalveolar kompleks. Sebagian besar asinusnya bersifat mukus, dan beberapa diantaranya mengandung sel bulan sabit (demiluna) serus. Asinus serus yang murni jarang ditemukan pada kelenjar ini. Sel mioepitel terlihat berhubungan dengan asinus. Duktus interkalata maupun duktus striata merupakan saluran yang pendek sehingga tampak tidak mencolok. Simpai kelenjar sublingualis kurang begitu tebal serta jumlah sekatnya lebih sedikit.

Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus

ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang

jelas/tebal Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-cabang (compound

tubuloalveolar gland) Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis Duktus Pfluger sangat pendek

Page 9: skn1

Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan

Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai glandula parotis

Anatomi kelenjar sublingualis

Histologi kelenjar sublingualis

2. Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil

Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.

1. Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus

2. Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus

Page 10: skn1

3. Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus

4. Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus

5. Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mukus .6. Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior7. Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .

Struktur-struktur kelenjar saliva

Tiap-tiap kelenjar sebagai suatu organ terdiri dari:

1. Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus bercabang. Asinus merupakan bagian-bagian sekretoris yang mengeluarkan sekret. Sekret ini akan dialirkan melalui suatu duktus untuk menyalurkan sekret kemana mestinya.

2. Stroma / jaringan ikat interstisial yang merupakan jaringan antara asinus dan duktus tersebut. Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsel) dan masuk kedalam organ dan membagi organ tersebut menjadi lobus dan lobulus. Pada jaringan ikat tersebut ditemukan duktus kelenjar, pembuluh darah,s erat saraf dan lemak.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa jenis sel:

1. Unit sekretori

Terdiri dari : sel-sel asinar , duktus interkalaris , duktus striata , dan main excretory ducts.

Sebagai tambahan kepada sel-sel ini yang bertanggung jawab besar untuk sekresi dan modifikasi dari saliva, sel-sel plasma juga berkontribusi pada sekresi saliva, setidaknya pada kelenjar minor.

2. Unit non sekretori

Terdiri dari myoepitel sel dan sel saraf :

a. Sel-sel asinar

Merupakan unit sekretori sel. Sel asinar mengandung olyco protein, protein dan elektrolit. Menurut sekretnya , asinus dapat dibedakan menjadi asinus serus, mukus, dan tercampur

a. Asinus serus Sekretnya encer Terdapat pada kelenjar parotis Pengecatan HE bewarna ungu kemerahan Lumennya sempit Batas sel sukar dilihat dan antara sel terdapat kanalikuli sekretoris interseluler Inti sel bulat kearah basal Penampakan sel tergantung fase sekresi selnya, dimana pada fase istirahat, bagian apikalnya

banyak terdapat butir sekresi (zimogen) sehingga inti sel terdesak ke basal. Dan setelah sekresi sel, maka sel menjadi mengecil.

Terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan membran basal yang dapat berkontraksi untuk membantu mengeluarkan sekret asinus

b. Asinus mukus Sekretnya kental Terdapat pada kelenjar saliva minor / tambahan / kecil-kecil Pengecatan HE berwarna jernih kebiruan Lumennya besar Batas sel lebih jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli interseluler sehingga sekretnya langsung

dituangkan oleh sel sekretoris kedalam lumen asinus Inti sel pipih kearah basal

Page 11: skn1

Pada fase istirahat, sitoplasmanya mengandung butir mucigen yang sering rusak saat preparat fifiksasi/dicat sehingga sel menjadi lebih terang

Terdapat sel myoepitel Organela selnya berbeda dengan sel serus, dimana terdapat lebih sedikit mitokondria, RE, dan

banyak apparatus golgi sehingga terdapat lebih banyak komponen karbohidrat pada sekretnya

c. Asinus campuran Yang dimaksud dengan kelenjar-kelenjar yang mempunyai asinus tercampur, adalah kelenjar-

kelenjar yang mempunyai baik asinus serus maupun asinus-asinus mukus sebagai parenkimnya. Campuran tersebut dapat berupa asinus-asinus murni mukus dengan asinus-asinus murni serus atau dapat pula satu asinus mempunyai bagian mukus dan serus bersama-sama

Kelenjar submandibularis (submaksilaris) memiliki sel serus lebih banyak dari pada sel mukusnya Kelenjar sublingualis memiliki sel mukus lebih banyak daripada sel serusnya Pada asinus tercampur sel-sel mukus sering didapatkan dekat duktus sedangkan sel-sel serus pada

bagian yang jauh dari duktus Kadang-kadang sel mukus berasal dari melendirnya sel-sel asinus karena terganggunay

pengeluaran sekretnya. Gangguan tersebut sering terjadi pada duktus Boll Bila dalam satu asinus sel-sel mukus lebih banyak lagi, maka sel-sel albumin (serus) tadi akan

terdesak kearah apikal (puncak) asinus, sehingga sel-sel serus tadi merupakan suatu lengkungan yang pada penampang sering terlihat sebagai bulan sabit, yangs ering disebut lanula Gianuzzi (Demilines of Haidenhain, Crescent of Gianuzzi, serous demilunes of Gianuzzi). Bagian ini masih mempunyai kanalikuli sekretoris interseluler yang bermuara ke lumen asinus.

Duktus

Saluran kelenjar ludah terdiri dari beberapa bagian yang panjangnya berbeda-beda menurut jenis kelenjar. Jika dipandang dari segi lobulasi, ada yang letaknya intralobularis dan ada yang interlobularis.

1. Duktus intralobularis

a. Duktus interkalaris (Duktus Boll)

- Duktus yang menghubungkan asinus dengan saluran berikutnya (duktus Pfluger)- Bersifat non sekretorius- Terdiri dari epitel selapis pipih atau selapis kubis- Fungsi :

a. mengatur sekresi saliva asinarb. memodifikasi komponen elektrolitc. mengangkut komponen makromolekuler

b. Duktus sekretorius (Pfluger)

- Duktus yang lebih besar dan bersifat sekretorious, sehingga disebut juga duktus salivatorius, terutama menghasilkan Ca dan air

- Epitelnya terdiri dari epitel selapis kubis sampai silindris dimana bagian basalnya menunjukkan garis-garis sehingga juga disebut striated duct (duktus bergaris-garis)

- Fungsi : a. Transport elektrolit dengan menyerap sodium dari sekresi utama diangkut keluar melalui

pembuluh darah kapilerb. memodifikasi kompisisi elektrolit saliva

2. Duktus Interlobularis

Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang lebih besar keluar dari lobulus kelenjar tadi, masuk ke dalam jaringan ikat interlobular. Saluran ini merupakan duktus pengeluaran atau eksretorius yang

Page 12: skn1

mengalirkan saliva ke dalam rongga mulut. Terdiri dari epitel selapis silindris atau berlapis semu dan dekat muara duktus, epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan berlanjut ke epitel rongga mulut.

Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang menemukannya :

- Kelenjar parotis : Stensen- Kelenjar Submandibular (submaksilaris) : Whartoni- Kelenjar Sublingualis : Bartholini

Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K

Sel Myoepitel

- Terdapat dalam asinar- Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari asinar kesistem duktus dengan cara kontraksi

asinar

Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati saluran tersebut :

1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)

2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida

Saraf kelenjar ludah

- Kelenjar ludah disarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis (N VII)

- Saraf parasimpatis = merangsang keluarnya saliva

- Saraf simpatis = merangsang reseptor α dan β

Kelenjar ludah mendapatkan supply saraf parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar submandibula dan sublingualis mendapat supply saraf dari nukleus ludah superior. Supply saraf simpatis untuk kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis berasal dari ganglion simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf yang berjalan ke kelenjar ludah di sepanjang arteri. Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai supply saraf simpatis dan parasimpatis.

Sekresi kelenjar ludah

Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada keaktivan kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor, yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris hanya dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan membayangkan makanan saja.

Page 13: skn1

Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk pelumasan dan perlindungan permukaan).

Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan pembuluh darah. Pembuluh darah besar berjalan bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti cabang-cabang duktusnya kedalam lobuli, dimana pada akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena yang berjalan bersama-sama dengan pembuluh darah arterinya

Pembentukan Saliva

a. Saliva terbantuk di dalam RE

b. Kemudian proses pengemasan oleh membran di badan golgi dan berpindah ke sitoplasma mucous/serous acini.

c. Ujung sel mengakumulasi granula saliva

d. Kelenjar terstimulasi saraf parasimpatis

e. Granula berpindah ke ujung membran sel dan bersatu (memadat)

f. Melepaskan substansi ke pusat acini

g. Masuk ke Intercalated ducts

h. Masuk ke Striated ducts, terjadi pergantian kandungan saliva aktif, air dikeluarkan, dan terdapat konservasi elektrolit serta sekresi dari kalium dan bikarbonat.

i. Mask ke excretory ducts

Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva :- Irama siang malam- Sifat dan besar stimulus- Tipe kelenjar

Page 14: skn1

- Diet. Diet kaya karbohidrat akan menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut dan menurunkan kapasitas buffer, sedangkan diet kaya protein mempunyai efek menaikkan karena protein sebagai sumber makanan bakteri.

- Umur, jenis kelamin dan fisiologi seseorang- Kadar hormon- Elektrolit- Kapasitas buffer- Obat-obatan- Gerak badan

LI. MM Cavity Oral

Gigi

Anatomi

Page 15: skn1

Labium oris 

Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk. Sel-sel permukaannya mempunyai inti dengan sedikit granul keratin di dalamnya. Pada bagian bibir dapat diamati peralihan antara epitel tanpa lapisan tanduk menjadi epitel berlapis tanduk. Lamina propria berpapil serupa pada dermis kulit dan menyatu dengan submukosa yang mengandung kelenjar-kelenjar liur kecil secara difus.  Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole, yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan banyak kelenjar mukosa dalam submukosa. Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya adalah otot dan jaringan ikat areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa. Baik labium oris superior maupun labium oris inferior mempunyai daerah permukaan yang berbeda struktur histologisnya.

Cavity Oris

Di dalamnya dibatasi oleh dentes, processus alveolaris, dan gingiva menjadi vestibulum oris dan cavitas oris proprius. Kedua ruangan itu ada hubungan di antara gigi molar III dan ramus mandibulae. Vestibulum oris, yaitu ruangan antara gigi (dentes) dan bucca. Vestibulum oris dibatasi oleh labium dan bucca. Labium yang melekat pada gingiva (gusi) disebut frenulum labii superioris (gusi atas), dan frenulum labii inferioris (gusi bawah). Di dalamnya, tepatnya di gingiva dekat molar III atas, terdapat muara dari kelenjar liur yang bernama glandulla parotis (ductus excretorius glandulla parotis). Cavitas oris proprius, ruangan di dalam dentes, dibatasi oleh arcus dentalis. Di bagian dorsal terdapat oropharynx. Bagian atas (bagian cranial) dari cavitas oris proprius ada palatum, di mana yang dua pertiga anterior adalah palatum durum (keras), dan sepertiga posterior adalah palatum molle (lunak). Bagian bawah (caudal) dari cavitas oris proprius terdapat lingua (lidah). Terdapat muara-muara kelenjar ludah (glandulla salivatorius) pada cavitas oris ini, di antaranya glandulla parotis, sublingualis, dan submandibularis

Page 16: skn1

Tonsil

Tonsil adalah satu struktur yang sangat penting dalam sistem pertahanan tubuh terutama pada protein asing yang dimakan atau dihirup. Sifat mekanisme pertahanan pada tonsil adalah secara spesifik atau non spesifik. Sel-sel fagositik mononuklear akan mengenal dan mengeliminasi antigen apabila patogen menembus lapisan epitel. Tonsil berbentuk oval dan berada di ruang berbentuk segitiga yang dibentuk oleh palatum dan lidah (palatoglossus) yang juga dikenal sebagai plika anterior dan ruang antara palatum dan faring (palatofaringeus) yang juga dikenali sebagai plika posterior. Pada masa anak, ukuran tonsil adalah paling besar dan ukuran ini akan mengecil secara bertahap pada saat pubertas

Anatomi dan histologi tonsil

Philtrum

Philtrum adalah alur garis tengah di bibir atas yang membentang dari bagian atas bibir ke hidung. Cara philtrum muncul secara genetik ditentukan.

Oral Mukosa

Membran mukosa : lapisan basah pada jalur pencernaan, rongga hidung, dan lubang dalam tubuh yang berhubungan dengan bagian luar.

Anatomi dan histologi oral mukosa

Page 17: skn1

Fungsi :

Protection : memisahkan dan melindungi organ dalam rongga mulut Sensation : menyediakan informasi stimuli yang diterima oleh bibir dan lidah dari luar mulut Secretion : bekerjasama dengan kelenjar air liur untuk memelihara permukaan yang lembab

Tersusun dari epitel pipih berlapis-lapis yang berada diatas lamina propria (jaringan ikat besar). Basement membrane berada diantara epitel dan lamina propria pada oral mucosa.

1. Lapisan-lapisan oral mukosa

o Oral epithelium- Membentuk permukaan oral mukosa- Tersusun dari sel-sel yang selalu mengalami pembaharuan (mitosis)- Sel-sel pada oral epitelium memiliki fungsi :

i. progenitor population : membagi dan menyediakan sel baru

ii. maturing population : proses diferensiasi/ pendewasaan untuk membentuk lapisan pelindung

b. Lamina Propria

Terletak di bawah basement membrane Terdapat 2 lapisan :

i. Superficial papillary layer : terdapat epithelium serat kolagen tipis dan renggang, terdapat loop pembuluh darah

ii. Dense layer : bagian yang lebih dalam pada lamina propria, tersusun dari bundle serat kolagen yang tebal dan terbentang luas

Mengandung beberapa jenis sel : fibroblast, makrofag, mast cell, dan inflammate cells Terdapat pembuluh darah, saraf, dan serat-serat yang tersusun secara teratur

2. Macam-macam oral mukosa

Page 18: skn1

Types Regions General Clinical Appearance

General Microscopic Appearance

Lining Mucosa Buccal mucosa, labial mucosa, alveolar mucosa, dasar pada mulut, permukaan ventral lidah, palatum mole

Permukaan tekstur lebih halus, moist surface dan memiliki kemampuan untuk stretch&compressed, lunak

Non-keratinized epithelium with smooth interface, terdapat sedikit vaskular dan saraf, jaringan ikat papilla dengan serat elastis pada lamina propria dan submukosa

Masticatory Mucosa

Attached gingiva, palatum durum, dan bagian dorsal lidah

Permukaan seperti karet dan memiliki daya pegas, dan sebagai base yang kokoh

Keratinized epithelium, terdapat banyak vaskular dan saraf dan jaringan ikat papilla (CT Papilla) dengan lapisan tipis submukosa

Specialized Mucosa

Permukaan dorsal lidah Associated with lingual papilla

Struktur tersendiri pada epitel dan lamina propria

3. Perbedaan regional pada oral mukosa

Histologi spesifik terletak pada masing-masing regio oral mukosa. Hal ini merupakan basis untuk membedakan dan mengobservasi aspek klinis maupun histologi dari oral mukosa itu sendiri. Untuk itu berdasarkan tipe (klasifikasi), epitel, lamina propria, dan submukosanya regional dari oral mukosa dibedakan. Berikut penjelasannya.

Labial Mukosa dan Bukal M ukosa

ASPEK KLINIS

Kedua mukosa ini berada di bibir bagian dalam dan pipi Berwarna merah muda (opaque pink), mengkilap, lembab, dan merupakan jaringan yang lentur Area pigmentasi melanin Terdapat Fordyce’s spots Merupakan tipe Lining Mukosa

Histologi

Merupakan epitelium non-keratin Epiteliumnya tebal dan berada di atas lamina propria Pembuluh darah yang ekstensif Lamina propria tidak beraturan dan terhubung ke papila melalui jaringan konektif

Page 19: skn1

Mengandung beberapa serat elastis dan kolagen Submukosa mengandung jaringan lemak dan kelenjar saliva kecil Submukosa berdekatan dengan otot pada labial dan bukal Untuk mastikasi dan berbicara

Palatum

Palatum merupakan atap dari cavitas oris, juga sebagai lantai dari cavitas nasi. Dua pertiga anteriornya adalah palatum durum, yang tersusun atas processus palatinus maxillae dan pars horizontalis ossi palatini. Batas lateral palatum durum adalah processus alveolaris. Sepertiga posterior palatum adalah palatum molle, yang dibentuk oleh aponeurose palatini (tendo musculi tensor veli palatini), kelenjar limfoid, mukosa, dan pada tepi posteriornya terdapat reseptor gustatoris (pengecapan). Di belakang palatum terdapat arcus palatoglossus (dibentuk oleh m. palatoglossus) dan arcus palatopharyngeus (dibentuk oleh m.palatopharyngeus), di antara kedua arcus ini terdapat struktur yang disebut tonsilla palatina. Di linea mediana pada tepio posteriornya terdapat uvula. Vaskularisasi palatum durum oleh arteri palatina major, arteri sphenopalatina, dan arteri palatina minor. Innervasi secretomotoris kelenjar palatum oleh ganglion sphenopalatinum. Innervasi sensibel palatum oleh rete palatinus majus, rete palatinus minus, rete nasopalatinus, dan rete tonsilaris, yang merupakan cabang dari nervus maxillaris, dan nervus glossopharyngeus.

Anatomi dan Histologi palatum

GingivaGingiva adalah bagian mukosa ronga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge)

alveolar. Merupakan bagian dari aparatus pendukung gigi, periodonsium dan dengan membentuk hubungan dengan gigi, gingiva berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.

Ada tiga daerah mukosa pada rongga mulut yaitu:

1. gingiva dan mukosa yang membalut palatum durum (mukosa mastikatori)2. mukosa yang membalut bagian dorsal lidah (specialized mucosa)3. mukosa ooral yang membalut daerah rongga mulut lainnya.

Seperti semua jaringan vital lainnya, gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dapat dianggap sebagai lingkungan yang relatif ramah.

Anattach gingiva

Page 20: skn1

Gingiva bebas merupakan bagian gingiva paling koronal dan tidak melekat ke permukaan gigi dan lebar gingiva sekitar 1,0 mm. Gingiva berbatasan dengan gingiva cekat oleh alur gusi bebas (free gingival groove). Gingiva bebas merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti kerah pada baju. Pada 50% kasus, batas gingiva bebas dengan gingiva cekat ditandai dengan adanya cerukan dangkal yang disebut free gingiva groove.

Attach gingivaGingiva cekat merupakan lanjutan dari gingiva bebas ke arah apikal. Jaringan padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari gingiva cekat terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut mucogingival junction.

Lebar gingiva cekat yaitu jarak antara batas mukogingival dengan proyeksi dasar sulkus gingiva atau saku ke arah luar. Merupakan suatu parameter klinis yang penting . Lebarnya bervariasi pada setiap  tipe gigi dan berkisar antara 1.0-9,0 mm.

Gingiva interdental

Gingiva interdental adalah bagian gingiva yang mengisi embrasur gingiva (gingival embrassure), yaitu ruang interproksimal di bawah area kontak gigi. Bentuknya seperti bberbentuk lembah . Bila gigi geligi berkontak, col akan menyesuaikan terhadap bentuk gigi geligi di apikal daerah kontak. Bila gigi-gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada col dn gingiva interdental kelihatan berbentuk datar atau konveks.

Lingua

Lingua atau lidah dibagi menjadi dua, yaitu dua pertiga bagian anterior (corpus linguae) dan sepertiga bagian posterior (radix linguae). Fungsiny antara lain gustatorius (pengecapan), mastikasi (pengunyahan), deglutitio (menelan), dan bicara. Otot-otot lingua ada otot instrinsik dan otot ekstrinsik. Otot-otot instrinsik antara lain m. longitudinalis superior (seluruh facies dosrsum linguae), m. longitudinalis inferior (sisi linguae), m. transversus linguae (septum linguae ke tepi linguae), m. verticalis linguae. Otot ekstrinsik dari lingua antara lain, m. genioglossus (dari spina mentalis mandibulae ke sisi lingua), m. hyoglossus (dari cornu majus ossis hyoidei dan corpus ossis hyoidei ke bagian posterior sisi lingua dan cornu minus ossis hyoidei), m. styloglossus (dari apex processus styloideus dan ligamentum stylohyoideus ke sisi linguae), dan m. palatoglossus (dari palatum molle ke sisi linguae). Vaskularisasi lingua berasal dari arteri lingualis, rete suprahyoideus, arteri dorsalis linguae, arteri sublingualis, dan arteri profunda linguae. Innervasinya olehnervus lingualis (sensibel) dan chorda tympani (sensoris) pada dua pertiga bagian anterior lingua, dan nervus glossopharyngeus (sensibel dan sensoris), nervus hypoglossus (motoris) pada sepertiga bagian posterior lingua.

Page 21: skn1

Uvula

Uvula adalah sepotong kecil jaringan lunak yang dapat dilihat menjuntai turun dari langit-langit lunak di bagian belakang lidah. Uvula berasal dari kata Latin “uva” yang berartik “anggur”.

Page 22: skn1

Uvula memiliki otot kecil sendiri, yang disebut musculus uvuae, untuk membantu kontraksi dan perubahan bentuk, sehingga dapat mengisi ruang di bagian belakang tenggorokan. Hal ini membantu menjaga makanan agar tidak menuju jalan yang salah di bagian pernapasan ketika kita menelan.

LI. Adenoid

Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap dan dinding posterior nasofaring (Ballinger, 1999).  Nasofaring berada di belakang bawah dari soft palate dan hard palate. Bagian atas dari hard palate merupakan atap dari nasofaring. Anterior nasofaring merupakan perluasan rongga hidung posterior. Menggantung dari aspek posterior soft palate adalah uvula. Pada atap dan dinding posterior nasofaring, diantara lubang tuba auditory, mukosa berisi masa jaringan limfoid yang disebut pharyngeal tonsil (adenoid). (Ballinger, 1999). Nasofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle. Berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing-masing melalui choanae dan tuba eustachius Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak Adenoid bersama tonsil dan lingual tonsil membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai cincin Waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba Eustachius. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi pada masa kanak-kanak dan menjadi atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatu kesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan (Parcy, 1989). Ukuran adenoid kecil pada waktu lahir. Selama masa kanak-kanak akan mengalami hipertrofi fisiologis, terjadi pada umur 3 tahun. karena adenoid membesar, terbentuk pernafasan melalui mulut. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan lebih terbuka kesempatan untuk mendapatkan infeksi dari anak yang lain. Hal ini menyebabkan pembesaran adenoid dan akan menciut setelah usia 5 tahun. Adenoid akan mengalami atrofi dan menghilang keseluruhannya pada usia pubertas

Page 23: skn1
Page 24: skn1

Daftar Pustaka

Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991

Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968.

Regina dan Nahak M Maria, Dasar-Dasar Imlu Pencabutan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi Denpasar.

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.

http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/pregastric/salivary.html

http://www.fpnotebook.com/ENT59.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Saliva#Role_in_emesis

Anatomi Kelenjar SalivaBerdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).

Page 25: skn1

Gambar Kelenjar Saliva Mayor (DeNardin, 2006)

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk., 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).

Cavity oral

Nasal and oral cavities: opening or hollow parts of the nose and mouth.Superior nasal concha: bony layer folded onto itself in the upper part of the nasopharynx.Sphenoidal sinus: cavity in the area of the sphenoid.Nasopharynx: part of the pharynx in the area of the nose.Maxillary process: outgrowth of the upper jaw that is part of the nasopharynx.Hard palate: arch of the palate.Tongue: organ of taste.Oropharynx: part of the pharynx in the area of the mouth.Epiglottis: a fold of cartilage that closes the glottis during swallowing.

Page 26: skn1

Vertebral column: the spine.Laryngopharynx: part of the pharynx in the area of the larynx.Esophagus: part of the digestive tract between the larynx and the cardia of the stomach.Trachea: tube connecting the larynx and the bronchi.Lateral incisive: tooth used for biting and cutting. It has a single root and is situated at the side of the jaw.Entrance of nose: cavity of the nostril.Inferior nasal concha: bony layer folded onto itself situated in the lower part of the nasopharynx.Middle nasal concha: bony layer folded onto itself situated in the middle part of the nasopharynx.Frontal sinus: cavity in the area of the forehead