skenario 2(pcos)

13
Skenario 2 P0 A0 30 tahun menikah 5 tahun, datang memeriksakan diri dengan keluhan ingin punya anak; riwayat haid tidak teratur; sering 2 bulan sekali haid, IMT (Indeks Massa Tubuh) 30, jerawat (+), pertumbuhan bulu didada dan umbilicus (+), pemeriksaan penunjang: ke-2 ovari polikistik,analisa sperma suami:normal. Kata Sulit : (-) Kata Kunci : P0A0 30 tahun Sudah menikah selama 5 tahun Riwayat haid tidak teratur IMT 30, jerawat (+) Pertumbuhan bulu didada dan umbilikus (+) Pemeriksaan Penunjang ke-2 ovari polikistik Analisa sperma suami Normal Masalah Dasar : Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan ingin punya anak. Dan dengan keluhan tambahan riwayat haid tidak teratur,timbul jerawat,dan tumbuh bulu didada dan umbilikus. Pertanyaan : 1. Anamnesis Identitas pasien 1. nama, alamat, usia istri & suami 2. pendidikan & pekerjaan pasien dan suami Anamnesa Obestetri 1. Menanyakan pola haid 2. Riwayat kehamilan sebelumnya (jika ada) 3. Obat-obatan yang dikonsumsi (jika ada) 4. Riwayat seksual (aktivitas seksual & frekuensi melakukan hubungan) 5. Riwayat penggunaan kontrasepsi (jika ada) 6. Kebiasaan merokok 7. Kebiasaan mengonsumsi alkohol 8. Riwayat pola makan pasien 9. Riwayat penyakit sistemik seperti DM dan kardiovaskular

Upload: ratnawulan-afriyanti

Post on 02-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 2(PCOS)

Skenario 2

P0 A0 30 tahun menikah 5 tahun, datang memeriksakan diri dengan keluhan ingin punya anak; riwayat haid tidak teratur; sering 2 bulan sekali haid, IMT (Indeks Massa Tubuh) 30, jerawat (+), pertumbuhan bulu didada dan umbilicus (+), pemeriksaan penunjang: ke-2 ovari polikistik,analisa sperma suami:normal.

Kata Sulit : (-)

Kata Kunci :

P0A0 30 tahun Sudah menikah selama 5 tahun Riwayat haid tidak teratur IMT 30, jerawat (+) Pertumbuhan bulu didada dan umbilikus (+) Pemeriksaan Penunjang ke-2 ovari polikistik Analisa sperma suami Normal

Masalah Dasar :

Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan ingin punya anak. Dan dengan keluhan tambahan riwayat haid tidak teratur,timbul jerawat,dan tumbuh bulu didada dan umbilikus.

Pertanyaan :

1. Anamnesis• Identitas pasien

1. nama, alamat, usia istri & suami2. pendidikan & pekerjaan pasien dan suami

• Anamnesa Obestetri1. Menanyakan pola haid 2. Riwayat kehamilan sebelumnya (jika ada)3. Obat-obatan yang dikonsumsi (jika ada)4. Riwayat seksual (aktivitas seksual & frekuensi melakukan hubungan)5. Riwayat penggunaan kontrasepsi (jika ada) 6. Kebiasaan merokok7. Kebiasaan mengonsumsi alkohol8. Riwayat pola makan pasien9. Riwayat penyakit sistemik seperti DM dan kardiovaskular

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang

PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital : Keadaan umum Kesadaran Suhu

Page 2: Skenario 2(PCOS)

Nadi Tensi Respirasi2. Penentuan indeks massa tubuh dengan pengukuran tinggi badan, penilaian berat

badan, dan pengukuran lingkar ikat pinggang3. Pemeriksaan tiroid, kulit, payudara4. Pemeriksaan rambut untuk melihat pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, bulu

kaki, bulu dada, serta pertumbuhan jerawat yang tidak normal5. Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran ovarium6. Pemeriksaan rongga panggul

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain, seperti:

Kadar serum hCG harus diperiksa untuk menyingkirkan kehamilan pada pasien dengan oligomenorhea atau amenorrhea.

Pasien dengan tumor adrenal atau tumor ovarium yang menghasilkan androgen dapat juga memberikan gambaran klinis hirsutisme dan amenorrhea. Namun, tumor ini biasanya sangat progresif, dan pasien dapat memiliki kadar androgen yang tinggi. Kadar testosteronenya dapat lebih besar dari 150 ng/dL, dan kadar DHEA-S nya mencapai 800 mcg/dL atau lebih.

Hiperplasia adrenal kongenital dengan onset terlambat oleh karena defisiensi 21-hydrolase dapat disingkirkan dengan mengukur kadar 17-hydroxyprogesteron serum setelah tes stimulasi cosyntropin. Kadar 17-hydroxyprogesteron kurang dari 1000 ng/dL, yang diukur 60 menit setelah tes stimulasi cosyntropin, menyingkirkan adanya hiperplasia adrenal kongenital dengan onset terlambat

Sindroma Cushing dapat disingkirkan dengan memeriksa kadar kortisol bebas dan kreatinin pada sample urin 24 jam. Kadar kortisol bebas pada urin 24 jam yang 4 kali lipat dari batas normal adalah kadar diagnostik untuk sindroma cushing.

Hiperprolaktinemia dapat disingkirkan dengan memeriksa konsentrasi serum prolaktin saat puasa.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya SOPK adalah dengan suatu studi pencitraan yaitu dengan sonografi. Secara histologis polikistik ovarium tampak sebagai peningkatan volume, jumlah dari folikel matang, ketebalan stromal korteks. Banyak dari perubahan jaringan ini dapat dilihat melalui sonografi, dan pemeriksaan sonografis pelvik biasanya digunakan untuk mengevaluasi ovarium pada wanita dengan kecurigaan SOPK. Sonografi penting pada wanita dengan SOPK untuk melihat kesuburan dan pada wanita dengan tanda virilisasi.

3. Diagnosis dan Diagnosis Banding, Manifestasi KlinikDiagnosis : “SINDROM POLIKISTIK OVARIUM”Menurut kesepakatan National Institute of Health – National Institute of Child Health and Human Development NIH-NICHD untuk mendiagnosa SOPK ditetapkan :Kriteria mayor :- Anovulasi- Hiperandrogenemia

Page 3: Skenario 2(PCOS)

- Tanda klinis hiperandrogenisme- Penyebab lainnya dapat disingkirkanKriteria minor :- Resistensi insulin- Hirsutisme dan obesitas yang menetap- Meningkatnya perbandingan rasio LH FSH- Anovulasi intermiten yang berhubungan dengan hiperandrogenemia- Bukti secara ultrasonografi terdapat ovarium polikistik

Diagnosis banding : termasuk variasi yang luas dari sejumlah gangguan lain yang berakibat pada abnormalitas pelepasan gonadotropin, anovulasi kronik, dan ovarium yang sklerokistik. Ovarium yang sklerokistik merupakan ekspresi morfologi yang nonspesifik dari anovulasi kronik pada pasien-pasien premenopause, dan dapat disertai : a. Lesi adrenal, misalnya sindroma Cushing, hiperplasia adrenal kongenital, dan tumor-tumor adrenal virilisasi. b. Gangguan hipotalamus-pituitari primer c. Lesi-lesi ovarium yang memproduksi jumlah yang berlebihan dari estrogen atau androgen, termasuk tumor-tumor sex-cord stromal, tumor-tumor sel steroid dan beberapa lesi nonneoplastik seperti hiperplasia sel Leydig dan hipertekosis troma.Manifestasi Klinis :Hirsutisme (tumbuhnya rambut tubuh yang berlebihan), akne, obesitas/kegemukan (sangat tidak spesifik), oligomenore (menstruasi yang jarang), amenore (tidak menstruasi), perdarahan uterus disfungsi, dan infertilitas.

4. Etiologi

Etiologi PCOS tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sangat dipengaruhi oleh genetik. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka 50% wanita dalam keluarga tersebut akan menderita PCOS pula.

Gejala dan keluhan PCOS disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Satu hormon merupakan pemicu bagi hormon lainnya. Hal ini akan menimbulkan lingkaran setan dari suatu gangguan keseimbangan hormonal dalam sistem endokrin. Gangguan tersebut antara lain adalah :

Hormon ovarium . Bila kadar hormon pemicu ovulasi tidak normal maka ovarium tidak akan melepaskan sel telur setiap bulan. Pada beberapa penderita, dalam ovarium terbentuk kista-kista kecil yang menghasilkan androgen.

Kadar androgen yang tinggi. Kadar androgen yang tinggi pada wanita menyebabkan timbulnya jerawat dan pola pertumbuhan rambut seperti pria serta terhentinya ovulasi.

Kadar insulin dan gula darah yang meningkat. Sekitar 50% tubuh penderita PCOS bermasalah dalam penggunaan insulin yaitu mengalami resistensi insulin. Bila tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik maka kadar gula darah akan meningkat. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, maka dapat terjadi diabetes kelak dikemudian hari.

5. Faktor resikoFaktor Resiko PCOS yaitu :

Page 4: Skenario 2(PCOS)

a. Riwayat PCOS dalam keluarga. Diperkirakan terdapat kombinasi genetik dalam kejadian PCOS. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka kemungkinan terjadinya PCOS adalah 50%. PCOS dapat diturunkan dari pihak bapak atau ibu kepada anaknya.

b. Riwayat keluarga dengan Diabetes diperkirakan juga akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS oleh karena ada hubungan yang sangat kuat antara kejadian diabetes dan PCOS.

c. Resistensi Insulin.Resistensi insulin menyebabkan kenaikan kadar gula darah dan diabetes. Lebih dari 40% penderita SOPK menunjukkan adanya resistensi insulin, dan lebih dari 10% diantaranya akan menderita diabetes melitus tipe 2 saat berusia sekitar 40 tahun.. Kadar insulin yang tinggi seperti ini dapat meningkatkan kadar hormon pria sehingga keluhan SOPK menjadi semakin parah.Gangguan akibat dari resistensi insulin mengacu pada metabolisme glukosa. Kompensasi akibat adanya hiperinsulinemia adalah peningkatan kerja insulin dan menyebabkan efek-efek yang berlebihan pada organ lain termasuk stimulasi sekresi androgen ovarium oleh sel-sel adrenal. Insulin juga dapat menurunkan produksi sex hormone-binding globulin (SHBG) di liver.

d. ObesitasPada wanita pascamenopause, kebanyakan estrogen berasal dari perubahan androstenedion menjadi estron pada jaringan lemak. Kecepatan perubahan ini 15-20 kali lebih besar pada wanita gemuk. Oleh karena itu, estrogen dalam darah wanita gemuk diketahui lebih tinggi. Kadar estrogen yang tinggi diyakini dapat meningkatkan resiko polikistik ovarium

e. Menstruasi terlalu dini (Menarke dini)Wanita yang mulai menstruasi pada usia di bawah usia 12 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi karena adanya peningkatan waktu paparan dinding rahim terhadap estrogen.

f. Tingkat kesuburan.g. hipotoroid atau hormon yang tidak seimbangh. Terapi tamosifen pada kanker mammai. Penggunaan jangka panjang kombinasi kontrasepsi oral dosis tinggi

Penggunaan terapi pengganti estrogen konjugasi untuk jangka waktu lama meningkatkan resiko kanker antara 2-15 kali, tetapi menurun dengan pemberhentian penggunaan terapi pengganti estrogen. Kontrasepsi oral sekuensial juga memberikan efek estrogenik netto, yang turut meningkatkan resiko polikistik ovarium

j. Selain faktor-faktor di atas, hal-hal berikut juga diketahui meningkatkan resiko polikisti ovarium yakni merokok, penggunaan jangka panjang estrogen dosis tinggi, riwayat Infertilitas, menstruasi yang tidak teratur, dan dosis kumulatif tamoxifen yang tinggi.

6. EpidemiologiPenelitian tentang prevalensi SOPK masih terbatas. Di Amerika Serikat prevalensinya berkisar 4-6%, kepustakaan lain melaporkan bahwa prevalensinya berkisar 5-10%. Menurut Leventhal sindroma ini terjadi 1% - 3 % dari semua wanita steril serta 3%-7% wanita yang mempunyai pengalaman ovarium polikistik. Menurut Suparman 15-25% wanita usia reproduksi akan mengalami siklus yang tidak berovulasi. Sebanyak 75% dari siklus yang tidak

Page 5: Skenario 2(PCOS)

berovulasi itu berkembang menjadi anovulasi kronis dalam bentuk Ovarium polikistik (OPK). Telah ditemukan bahwa 80% dari kelainan ovarium polikistik ini secara klinis tampil sebagai Penyakit Ovarium polikistik (POPK). Pada 5-10% wanita usia reproduksi, Penyakit Ovarium polikistik ini akan bergejala lengkap sebagai Sindroma Ovarium polikistik (SOPK). (7)Gejala hiperandrogen dengan oligo atau amenore muncul pada 1-4% wanita usia reproduktif. Meskipun USG rutin yang menskrining 257 wanita muda tidak mengeluhkan adanya gejala hiperandrogen namun didapatkan 22%-nya mempunyai polikistik ovarium. 1 dari wanita dengan ovarium normal mempunyai siklus menstruasi yang reguler, dan 75% wanita dengan ovarium polikistik mempunyai siklus ireguler (kebanyakan dari wanita ini tidak menunjukkan kelainan klinis dan bukti biokimia hiperandrogenisme).(2)Prevalensi SOPK didapatkan dengan gejala klinis yang berbeda-beda. Dari 1079 kasus wanita dengan OPK (tinjauan literatur), Goldzieher dan Axelrod mendapatkan 47% wanita dengan gangguan menstruasi berupa amenorea dan sebanyak 16 % wanita siklus menstruasinya teratur. Conway dkk serta Franks mendapatkan 20% - 25% wanita dengan gambaran ovarium polikistik (USG) mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Sedangkan peneliti lain mendapatkan sebanyak 30% (1741 kasus). Pada penelitian yang dilakukan oleh Balen mendapatkan 70% wanita dengan SOPK mengalami hirsutisme. Sedangkan obesitas didapatkan pada 35% - 50% wanita dengan SOPK. Hirsutisme didapatkan lebih banyak pada wanita obese dengan SOPK (70% - 73%) dibandingkan dengan wanita dengan berat badan normal (56% - 58%). Sementara gangguan menstruasi lebih banyak dialami wanita obese dengan SOPK (28% - 32%) dibandingkan wanita non-obese (12% - 22%).(7)

7. PatofisiologiSindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang menyebabkan infertilitas

dan bersifat hiperandrogenik, di mana terjadi gangguan hubungan umpan balik antara pusat

(hipotalamushipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi yang

mengakibatkan tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat. Fisiologi

ovulasi harus dimengerti lebih dahulu untuk dapat mengetahui mengapa sindrom ovarium

polikistik ini dapat menyebabkan infertilitas. Secara normal, kadar estrogen mencapai titik

terendah pada saat seorang wanita dalam keadaan menstruasi. Pada waktu yang bersamaan,

kadar LH dan FSH mulai meningkat dan merangsang pembentukan folikel ovarium yang

mengandung ovum. Folikel yang matang memproduksi hormone androgen seperti testosteron

dan androstenedion yang akan dilepaskan ke sirkulasi darah. Beberapa dari hormon androgen

tersebut akan berikatan dengan sex hormone binding globulin (SHBG) di dalam darah.

Androgen yang berikatan ini tidak aktif dan tidak memberikan efek pada tubuh. Sedangkan

androgen bebas menjadi aktif dan berubah menjadi hormon estrogen di jaringan lunak tubuh.

Perubahan ini menyebabkan kadar estrogen meningkat, yang mengakibatkan kadar LH dan

FSH menurun. Selain itu kadar estrogen yang terus meningkat akhirnya menyebabkan

lonjakan LH yang merangsang ovum lepas dari folikel sehingga terjadi ovulasi. Setelah

ovulasi terjadi luteinisasi sempurna dan peningkatan tajam kadar progesteron yang diikuti

Page 6: Skenario 2(PCOS)

penurunan kadar estrogen, LH dan FSH. Progesteron akan mencapai puncak pada hari ke

tujuh sesudah ovulasi dan perlahan turun sampai terjadi menstruasi berikutnya.

Pada sindrom ovarium polikistik siklus ini terganggu. Karena adanya peningkatan

aktivitas sitokrom p-450c17 (enzim yang diperlukan untuk pembentukan androgen ovarium)

dan terjadi juga peningkatan kadar LH yang tinggi akibat sekresi gonadotropine releasing

hormone(GnRH) yang meningkat. Hal ini sehingga menyebabkan sekresi androgen dari

ovarium bertambah karena ovarium pada penderita sindrom ini lebih sensitif terhadap

stimulasi gonadotropin. Peningkatan produksi androgen menyebabkan terganggunya

perkembangan folikel sehingga tidak dapat memproduksi folikel yang matang. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya estrogen yang dihasilkan oleh ovarium dan tidak adanya

lonjakan LH yang memicu terjadinya ovulasi. Selain itu adanya resistensi insulin

menyebabkan keadaan hiperinsulinemia yang mengarah pada keadaan hiperandrogen, karena

insulin merangsang sekresi androgen dan menghambat sekresi SHBG hati sehingga androgen

bebas meningkat. Pada sebagian kasus diikuti dengan tanda klinis akantosis nigrikans dan

obesitas tipe android.

8. PenatalaksanaanPenatalaksanaan FarmakologiPenatalaksanaan Infertilitas dengan tujuan untuk:

1. Meningkatkan ovulasi dengan Clompine citrat selama 6 siclus haid2. Menekan hiperinsulinemia pada pasien dengan IMT 303. Menurunkan kadar androgen

Meningkatkan Ovulasi dengan gold standar “klomofen sitrat”Klomifen bekerja dengan jalan menghambat kerja estrogen pada hipotalamus. Klomifen (terutama zuklomifen, isomer yang lebih aktif) berikatan dengan reseptor estrogen di hipotalamus dalam waktu cukup lama sehingga menghambat daur ulang reseptor dan menyebabkan makin sedikitnya reseptor yang tersedia untuk berikatan dengan estrogen, sehingga efek estrogen pada hipotalamus terhambat. Akibatnya sekresi GnRH menjadi meningkat dan menyebabkan peningkatan sekresi hormon-hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis (FSH, LH). Peningkatan kadar gonadotropin akan memacu pertumbuhan folikel ovarium, dan proses-proses selanjutnya yang dikenal sebagai proses ovulasi.

Metformin untuk menurunkan kadar insulinMetformin merupakan zat antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme kerja Metformin menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan sekresi insulin. Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah kecil dalam tinja.

Spironolakton untuk hiperandrogenismeSpironolakton berkompetisi dengan aldosteron pada reseptor di tubulus ginjal distal, meningkatkan natrium klorida dan ekskresi air selama konversi ion kalium dan hidrogen, juga dapat memblok efek aldosteron pada otot polos arteriolar.

TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI SPOK

Page 7: Skenario 2(PCOS)

Penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup- Jika penderita SOPK memiliki IMT yang lebih dari pada 25 kg/m2 maka pilihan terapi

utama untuk mengatasi gangguan kesuburan adalah menurunkan berat badan. Penurunan berat badan dapat memperbaiki resistensi insulin dan juga sekaligus dapat mengatasi masalah ovulasi pada SOPK dengan masalah kelebihan berat badan.

- Prinsip tatalaksana ini adalah memperbaiki gaya hidup. Olah raga teratur, mengurangi asupan kalori yang berlebih, sehingga tercapai berat badan tertentu .

- Penurunan berat badan sebesar 5%-10% dapat : o memperbaiki resistensi insulin o meningkatkan kejadian ovulasi sebesar 50% o memperbaiki siklus menstruasi sebesar 80%o melindungi penderita SOPK dengan resistensi insulin terhadap tipe 2 diabetes

melitus dan dislipidemia .- Pengurangan kalori antara 300-500 kalori per hari dapat menurunkan berat badan

sebanyak 10% dalam 6 bulan. - Penderita SOPK dengan IMT >35 kg/m2, pengurangan kalori sebanyak 500-1000 kalori

per hari dapat menurunkan berat badan 500-1000 gram per minggu .- Diet rendah lemak dan gula serta banyak makan sayuran sangat dianjurkan bagi pasien

dengan berat badan berlebih atau obesitas .- Olahraga aerobik teratur seperti berjalan kali selama 30 menit per hari dapat

bermanfaat untuk menurunkan berat badan. - Kegiatan lain seperti yoga, relaksasi, meditasi dan sebagainya dapat dimanfaatkan untuk

menurunkan kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol.Panatalaksanaan operatif

a. Reseksi baji ovarium (ovarian wedge resection)

Dapat dilakukan secara laparatomi atau laparoskopi.

direkomendasikan oleh Kismer dan Patton terhadap pasien SPOKyang mengalami ovilasi

pada pemberian clomifen sitrat namun tidak terjadi kehamilan. keduanya menganjurkan

tindakan reseksi baji dilakukan pada pasien yang tidak mengalami kehamilan setelah 7

atau 8 kali siklus pengobatan dengan clomiphene citrat.

pada reseksi baji ovariumdilakukan insisi 2-3 cm pada korteks ovarium yang menebal.

Insisi dibuat sesuai dengan alur ovarium, dan dihindari daerah hilus ovarium untuk

mengjindari terjadinya perdarahan yang banyak. Melalui lubang insisi bagian medulla

diangkat dan sebanyak mungkin korteks ovarium dipertahankan.

b. Pengeboran ovarium dengan Laser secara Laparaskopi (Laparascopy Laser Ovarian Drilling)

Tindakanpengeboran ovarium dengan laser diperkenalkan dan digunaka untuk terapi

SPOK sejak 15 tahun terakhir

dasar tindakan ini adalah bahwa laser memiliki densitas power yang terkontrol sehingga

di dapat kedalaman penetrasi pada jaringan sesuai yang diharapkam serta kerusakan

jaringan akibat pengaruh panas yang dapat diprediksi. Pemakaiam laser juga akan

mengurangi resiko perlengketan

beberapa jenis laser yang sering digunaka adalah: karbon dioksida, argon dan YAG.

Tindakan pengeboran ovarium dengan laser dilakukan dengan laparoskop dengan

diameter 10mm yang dihubungkan dengan laser CO2.

Page 8: Skenario 2(PCOS)

-dari beberapa penelitian penggunaan laser untuk pengeboran ovarium di dapati hasil ovulasi

spontan antara 70-80% dengan tingkat keberhasilan kehamilan antara 56-80%.

9. Komplikasi dan PrognosisKomplikasi PCOSObesitasObesitas pada sindrom ovarium polikistik dideskripsikan sebagai obesitas sentripetal, di mana distribusi lemak ada di bagian sentral tubuh terutama di punggung dan paha. Wanita dengan sindrom ini sangat mudah bertambah berat tubuhnya. Obesitas tipe ini berkaitan dengan peningkatan risiko menderita hipertensi dan diabetes.

Hipertensi dan penyakit jantung koronerDiketahui bahwa obesitas sering diderita oleh pasien sindrom ovarium polikistik. Lemak tubuh yang berlebihan ini memberi konsekuensi terjadinya resistensi insulin. Obesitas dan resistensi insulin mengarah pada perubahan respons sel-sel lemak terhadap insulin, di mana terjadi gangguan supresi pengeluaran lemak bebas dari jaringan lemak. Peningkatan lemak bebas yang masuk ke dalam sirkulasi portal meningkatkan produksi trigliserida, selain itu juga terdapat peningkatan aktivitas enzim lipase yang bertugas mengubah partikel lipoprotein yang besar menjadi lebih kecil. Akibatnya ditemukan penurunan konsentrasi kolesterol high density lipoprotein (HDL) dan peningkatan kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) yang bersifat aterogenik sehingga mempercepat proses aterosklerosis pembuluh darah dengan akibat berkurangnya kelenturan yang berhubungan denganterjadinya hipertensi. Kombinasi trigliserida yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskuler, yang pada pasien sindrom ovarium polikistik muncul di usia yang relatif lebih muda.

Diabetes melitusSindrom ovarium polikistik berkaitan erat dengan masalah insulin. Adanya resistensi sel-seltubuh terhadap insulin menyebabkan organ tubuh tidak dapat menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen sehingga kadarnya meningkat di dalamdarah.

Masalah kulit dan hirsutismeKeadaan ini berkaitan dengan hiperandrogenisme. Kadar androgen yang tinggimenyebabkan pengeluaran sebum yang berlebihan sehingga menyebabkan masalah pada kulit dan rambut. Pasien mengeluhkan seringnya terjadi peradangan pada kulit akibat penyumbatan pori serta pertumbuhan rambut pada tubuh yang berlebihan. Kelainan yang biasanya timbul adalah dermatitis seboroik, hidradenitis supuratif, akantosis nigrikans dan kebotakan. Akantosis nigrikans selain berhubungan dengan keadaan hiperandrogen jugaterkait dengan adanya hiperinsulinemia

Kanker endometriumRisiko lain yang dihadapi wanita dengan sindrom ini adalah meningkatnya insiden kejadiankanker endometrium. Hal ini berhubungan dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga endometrium selalu terpapar oleh estrogen ditambah adanya defisiensi progesteron. Kanker ini biasanya berdiferensiasi baik, angka kesembuhan lesi tingkat I

Page 9: Skenario 2(PCOS)

mencapai angka >90%. Kadar estrogen yang tinggi kemungkinan juga meningkatkan terjadinya kanker payudara.

Prognosis PCOSDengan diagnosa yang tepat dan pengobatan termasuk penurunan berat badan dan diet, gejala dapat dikontrol atau dihilangkan.

10. Pencegahan1. Menjaga berat badan agar tetap berada pada berat badan ideal karena jika

mengalami obesitas, kemungkinan untukmengalami sindrom ini lebih besar.2. Jika tidak mengalami menstruasi, minimal selama dua kali siklus padahal tidak aktif

berhubungan seksual atau siklus tidak normal setiap bulan sekali, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah terjadinya kemungkinan mengalami sindrom ini.

3. Memerhatikan siklus menstruasi.4. Menerapkan pola hidup sehat dan rutin melakukan aktivitas fisik.

11. Hubungan Obesitas dengan diagnosis Obesitas pada sindrom ovarium polikistik dideskripsikan sebagai obesitas sentripetal, di

mana distribusi lemak ada di bagian sentral tubuh terutama di punggung dan paha. Wanita dengan sindrom ini sangat mudah bertambah berat tubuhnya. Obesitas tipe ini berkaitan dengan peningkatan risiko menderita hipertensi dan diabetes.

Menurut penelitian lain oleh Pedro dkk, terdapat hubungan yang baik antara insulin dan BMI yang ditemukan pada wanita normal dan obes tanpa disfungsi hormonal dan pada pasien dengan atau tanpa SOPK. Hubungan yang baik ini, meskipun nilainya rendah, antara insulin dan testostron, dan BMI,insulin, dan testosteron dengan trigliserida juga ditemukan pada pasien SOPK.kebanyakan pada wanita-wanita obes dengan SOPK adalah resistensi insulin, danlebih banyak menderita hiperandrogenemia dan hipertrigliseridemia. Padapenelitian ini dipakai kriteria obes untuk wanita dengan BMI > 30 kg/m2.