skema ponzi

3
Investasi Skema Ponzi (artikel oleh A Prasetyantoko, Dosen Unika Atmajaya, Terbit di Harian Kompas Selasa, 5 Maret 2013) Investasi adalah komitmen penempatan uang/dana saat ini selama jangka waktu tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Setiap Investasi memiliki Risiko dan Return (Tingkat Pengembalian). Risiko diartikan kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probablity). Definisi lain, Harga Risiko adalah tambahan ekstra dari return harapan yang investor inginkan untuk bersedia membeli dan memiliki suatu aset finansial yang risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan aset bebas risiko. Return adalah Tingkat Pengembalian investasi yang disebut Rate of Return (r) . Untuk mengetahui r diperlukan : a) nilai awal investasi modal dan b) proceeds, atau pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi, yang juga dapat terjadi kerugian (loss). Persamaan Dasar Return (r): Tingkat Pengembalian=r= PenerimaanTunai +Keuntungan ( Kerugian) Modal Investasi Awal Prinsip praktik penipuan investasi emas denagn skema ponzi model Bernard Madoff adalah sama, yang berawal dari sikap aji mumpung yang bertemu mental ingin cepat kaya atau greedy (tamak). Kasus penipuan investasi emas yang melibatkan Raihan Jewellery dan Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) menyita perhatian publik karena menyeret nama-nama besar. Kasus investasi di tahun-tahun sebelumnya tak dapat dilupakan adalah kasus Antaboga, disusul bail out Bank Century, juga termasuk kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (PT QSAR), G Cosmos, dan Voucher Key. Penipuan merkea ini tergolong primitif karena sama memenfaatkan kekosongan regulasi dan pemahaman investor. Penting dipelajari adalah tingakatan lanjut dari praktik penipuan ini yang mungkin menggunakan teknik dan metoda kuantitatif tingkat lanjut. Madoff sendiri dihukum oleh 1

Upload: noelmanroe

Post on 11-Feb-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Menjelaskan Perilaku Primitif Investasi di Indonesia Tanpa Moral dan Pengawasan

TRANSCRIPT

Page 1: Skema Ponzi

Investasi Skema Ponzi (artikel oleh A Prasetyantoko, Dosen Unika Atmajaya, Terbit di Harian Kompas Selasa, 5 Maret 2013)

Investasi adalah komitmen penempatan uang/dana saat ini selama jangka waktu tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.Setiap Investasi memiliki Risiko dan Return (Tingkat Pengembalian). Risiko diartikan kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probablity). Definisi lain, Harga Risiko adalah tambahan ekstra dari return harapan yang investor inginkan untuk bersedia membeli dan memiliki suatu aset finansial yang risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan aset bebas risiko.Return adalah Tingkat Pengembalian investasi yang disebut Rate of Return (r) . Untuk mengetahui r diperlukan : a) nilai awal investasi modal dan b) proceeds, atau pendapatan dari investasi bersih dari nilai awal investasi, yang juga dapat terjadi kerugian (loss). Persamaan Dasar Return (r):

Tingkat Pengembalian=r=Penerimaan Tunai+ Keuntungan(Kerugian)ModalInvestasi Awal

Prinsip praktik penipuan investasi emas denagn skema ponzi model Bernard Madoff adalah sama, yang berawal dari sikap aji mumpung yang bertemu mental ingin cepat kaya atau greedy (tamak). Kasus penipuan investasi emas yang melibatkan Raihan Jewellery dan Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) menyita perhatian publik karena menyeret nama-nama besar. Kasus investasi di tahun-tahun sebelumnya tak dapat dilupakan adalah kasus Antaboga, disusul bail out Bank Century, juga termasuk kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (PT QSAR), G Cosmos, dan Voucher Key. Penipuan merkea ini tergolong primitif karena sama memenfaatkan kekosongan regulasi dan pemahaman investor. Penting dipelajari adalah tingakatan lanjut dari praktik penipuan ini yang mungkin menggunakan teknik dan metoda kuantitatif tingkat lanjut. Madoff sendiri dihukum oleh pengadilan Amerika Serikat karena terbukti melakukan skema ponzi menyebabkan kerugian 50 milliar Dollar AS, dengan korban bank-bank terkemuka seperti, HSBC, BNP Paribas, dan Santander.

Perilaku EkonomiAda 3 karakteristik perilaku agen ekonomi menurut Hyman Minsky : 1) hedge, mengelola portofolio kekayaan nya dengan menghindari risiko berlebihan, 2) speculative, jika cenderung berani dalam mengambil keputusan, sehingga kadang berada pada sistuasi berisiko, 3) ponzi, apabila dengan sengaja membiarkan dirinya tidak mampu melunasi kewajibannya, bahkan jika seluruh asetnya dijual, utang-utangnya tidak akan tertutup.Skema ponzi sekalipun bersifat kriminal bermain di wilayah elite masyarakat, yang dimulai dengan menjual nama-nama besar sebagai endorser (pendukung dan penarik masyarakat lain). Sistem pengelolaannya dibungkus mewah dan rapi seperti kantor megah, pelayanan luar biasa, kemudahn administrasi, dan iming-iming keuntungan fantastis. Kemudian disusul oleh perilaku masyarakat umum yang biasanya mengekor di investasi karena kekurangpahaman. Alasan utama teradinya perilaku

1

Page 2: Skema Ponzi

2

ekonomi bersifat kriminal ini adalah mengeruk untung sebesar-besarnya dalam waktu secepat-cepatnya, tanpa memperhitungkan lagi risiko.

Risiko SistemikModel-model kejahatan ini dapat menimbulkan risiko sistematis berkepanjangan apabila tidak segera diregulasi dan dicegah pemerintah seperti yang terjadi pada kasus Antabooga Sekuritas yang berlanjut sampai ke kasuss Bank Century, karena hal-hal semacam ini sangat mungkin terjadi dalam skala lebih besar dan lebih rumit. Ada 2 alasan yang dapat menyebabkan ekskalasi dan kompleksitas tersebut yaitu: 1) sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diatas 6 % meningkatkan jumlah orang kaya dan kelas menengah (Asia Pasific Wealth Report 2012) yang dengan kemampuan dana untuk investasi dan dorongan memperbesar kekayannnya, dan kekurangpuasan hanya berinvesatsi di tabungan dan deposito, maka investasi rekasadana dan wealth management akan berkembang,2) di sisi penawaran, kecenderungan terjadi konglomerasi sektor keuangan, ekspansi sektor perbankan ke berbagai sektor keuangan lainnya seperti pembiayaan, asuransi, dan sekuritas, Perbankan di Indonesia termasuk yang paling menguntungkan di seluruh dunia, dengan data bank-bank BUMN tahun 2012 mengantongi laba Rp 45 triliun, maka terjadilah ekspansi ke lembaga keuangan lainnya.

KesimpulanPerkembangn sisi permintaan dan penawaran ini terjadi dalam situasi regulasi masih relatif lemah, sementara tingkat kesadaran dan pemahaman investasi masyarakat cenderung lemah, terbukti pada kasus Citibank, dimana banyak nasabah ternama menyerahkan begitu saja pengelolaan investasinya ke satu orang.Ketika terjadi manipulasi, dampaknya kemana-mana, kian berbahaya jika perilaku aji mumpung terjadi dalam sektor keuangan yang terkoneksi dalam konglomerasi sektor keuangan, gejolak satu sektor akan menyebar ke sektor lain, jika smapi ke perbankan maka akan terjadi instabilitas perekonomian secara makro.

SaranOtoiritas Jasa Keuangan harus sistematis mengantisipasi berbagai perilaku penyimpangan moral lewat berbagai kedok investasi, dari yang sederhan dampai rumit dalam sistem investasi berskema ponzi. OJK harus secara proaktif mengusut dan mengantisipasi perilaku-perilaku pada kasus-kasus tersebut sebelum berevolusi menjadi semakin rumit dan sulit dideteksi.