s'j7-(js1 /p

134
S'J7-(JS1 /p KEPERCA\'.'AAN DIRI ANAI( 1'U1'1A DAI(SA DALAlVI MENGil(UTI PENDIDII<AcN INKLUSJ_ DI SDN ULU JAMI 03 PETA.NG JAI<ARTA SELA1'AN OLEH: RARMAWATI NIM.10207002606 FAI(ULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISJ_,AM NEGERI SY ARIF fIIDA YATULLA.H JAI<ARTA 2008

Upload: truongnguyet

Post on 31-Dec-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: S'J7-(JS1 /p

S'J7-(JS1 /p

KEPERCA\'.'AAN DIRI ANAI( 1'U1'1A DAI(SA DALAlVI MENGil(UTI PENDIDII<AcN INKLUSJ_

DI SDN ULU JAMI 03 PETA.NG JAI<ARTA SELA 1'AN

OLEH:

RARMAWATI NIM.10207002606

FAI(ULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISJ_,AM NEGERI SY ARIF

fIIDA YATULLA.H JAI<ARTA

2008

Page 2: S'J7-(JS1 /p

KEPERCAY AAN DIRI ANAK TUNA DAKSA DALAM

MENGIKUTI PENDIDIKAN INKLlJISI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat - syarat Mencapai

Gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

~~ ----Ora. Agustiyawati M.Phil Sne

Oleh : Rahmawati

Nim : 102070026016

Di Bawah Bimbingan :

~embimbing II

Ors. Asep Haerul Gani. Psi

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGEFU

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 HI 2008 M

Page 3: S'J7-(JS1 /p

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi Yang Berjudul "Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan lnklusi Di SDN Ulu Jami 03 Petang Jakarta Selatan" Telah Diujikan Dalam Sidang Munaqosah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada Tanggal 11 Februari 2008 telah diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S 1) pada Fakultas Psikologi.

Sidang munaqosah

Ketua merangkap anggota

Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si. NIP. 150.021.5938

Penguji I

Dra. Fadhilah Sural

Pembimbing I

---Dra. Agustiyawati M.Phil Sne

sekretaris merangkap anggota

M.Si.

Penguji II

<'

~---Zk_~\_tg, ho\_/ ---Dra. Agustiyawati M.Phil Sne

embimbing II

Drs. Asep Haerul Gani. Psi

Page 4: S'J7-(JS1 /p

ABSTRAK ---·-----

Rahmawati, Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa dalam Men!Jikuti Pendidikan lnklusi di SON Ulu Jami 03 Petang Jakarta Selatan. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Desember 2007

Mempunyai anak yang terlahir dalam keadaan tidak normal secara fisik ( Tuna Daksa ), tentunya merupakan cobaan bagi orang tua. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak dalam mengarungi kehidupan selanjutnya.

Anak tuna daksa memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang layak dimanapun mereka berada. Dengan rnengikuti pendidikan inklusi ( Pendidikan yang diadakan di sekolah reguler bagi anak tuna daksa ) , diharapkan anak tuna daksa tersebut merasa bahwa dirinya sama seperti anak­anak lainnya. Dengan demikian peneliti akan meneliti tentan!J kepercayaan diri anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan inklusi. Untuk rnencari jawabannya, maka pertanyaan penelitiannya berupa :

1. Bagaimana kepercayaan diri anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan inklusi?

2. Apa kendala Anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan inklusi? 3. Apa kendala sekolah dalam mengadakan pendidikan inklusi? 4. Bagaimana pengaruh pendidikan inklusi terhadap kepercayaan diri anak

tuna daksa?

Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif yang digambarkan melalui penelitian deskriptif

Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan teoritis. Jadi analisis terhadap data sesuai dengan teori yang telah ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi, memiliki kepercayaan diri yang cukup baik. Mereka memiliki pengalaman lebih fariatif dan menantang, hal ini dikarenakan pergaulan mereka yang berbaur dengan anak-anak yang normal secara fisik, sehingga dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kepercayaan diri mereka. Motivasi serta dorongan yang kuat dari lingkungan sekitarnya, yang menjadikan mereka lebih dihargai keberadaannya dan merupakan kekuatan tersendiri dalam mengarungi kehidupan selanjutnya.

Adapun kendala yang dialami anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan inklusi, hanya terletak pada proses adaptasi awal dimana mereka merasa malu dan minder dengan teman-teman lainnya. Namun hal ini tidak berlangsung lama dikarenakan lingkungan sekolah yang nyaman dan dapat menerima serta menghargai keberadaan mereka layaknya anak-anak yang lain.

Page 5: S'J7-(JS1 /p

Sedangkan kendala di SON 03 Ulu Jami yang sedang mengadakan pendidikan inklusi, terletak pada hal materi yaitu belum terpenuhinya sarana prasarana, biaya serta pembimbing yang khusus bagi Anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi.

Adapun pengaruh dari adanya pendidikan inklusi bagi anak tuna daksa, ternyata dapat memberikan dorongan yang positif kepada anak tuna daksa dikarenakan mereka merasa dihargai dengan diberikannya hak serta kesempatan yang sama dalam menerima pendidikan yang layak. Di samping itu memberikan kemudahan pula bagi orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya di SLB, dikarenakan faktor biaya yang cukup mahal.

Page 6: S'J7-(JS1 /p

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, alas selesainya penulisan tugas

skripsi ini. Meskipun banyak rintangan yang harus dilalui, demi terwujudnya cita­

cita penulis.

Penulis juga menyadari bahwa tugas menyusun skripsiini tidak dapat selesai

tanpa bantuan orang-orang yang selalu mendukung dalam menyelesaikan tugas

skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus dari hati ini. Penulis berikan kepada :

Pertama, Dekan fakultas psikologi, lbu Ora. Hj. Netty Hartati. M, Si beserta

seluruh civitas akademika fakultas psikologi. Kedua kepada Pudek 1 Fakultas

Psikologi lbu Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M, Si. Ketiga kepada pembimbing

seminar dan skripsi, Bapak Ors. Asep Haerul Gani, Psi. Alas bimbingan, waktu

yang disediakan dan ilmunya hingga skripsi ini dapat terwujud. Keempat, kepada

lbu Ora Agustiyawati M, Phil, Sne yang telah memberikan bimbingan dan ilmu

serta kesempatannya demi terwujudnya skripsi ini. Untuk lbu Syariah yang selalu

sabar membantu bila ada kesulitan administrasi.

Keenam, kepada ayahanda H. Achyat dan lbunda Hj. Aly tercinta yang selalu

mendoakan dan memberi dorongan kepada ananda, Semoga ini kado terindah

untuk ayah dan bunda yang senantiasa menantikan ananda di wisuda. Dan

Page 7: S'J7-(JS1 /p

untuk suamiku bang Muid tersayang, terimakasih alas kesetiaannya menemani

dan membantu saya menyelesaikan skripsi ini, dan yang paling Saya syukuri

adalah untuk anakku yang masih dalam kandunganku, terimakasih juga ya

sayang, kamu tidak rewel mengikuti bunda yang sedang berjuang demi meraih

cita-cita bunda. Serta kepada saudara-saudaraku tercinta, bang arif, aris,

kosim, boim, iyah, opih, lela dan eha, terima kasih semuanya.

Selanjutnya untuk Sahabat-sahabatku yang selalu membantu, Ara, lyoh, Leli,

lmah, yayan, Rahmat, kalian semua tidak pernah bosan mengingatkanku agar

terus maju dalam menyelesaikan tugas ini. Saya bangga memiliki sahabat

seperti kalian.

Yang terakhir para responden yang bersedia menceritakan pengalaman serta

perasaannya kepada penulis. Semua pihak yang secara langsung atau tak

langsung membantu penyelesaian skripsi ini. Allahlah yang membalas kebaikan

kalian semua.

Jakarta, Desember 2007 M

Penulis

Page 8: S'J7-(JS1 /p

DAFTAR ISi

Abstrak ............................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................. iii

Daftar lsi .......................................................................................... v

Qaftar Tabel. ..................................................................................... vii

BABI PENDAHULUAN .............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. ldentifikasi dan Perumusan Masalah ................................. 6

1. ldentifikasi Masalah .............................................. 6

2. Perumusan Masalah ............................................. 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................ 8

E. Sistematika Penulisan ................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORl.. .............................................................. 10

A. Kepercayaan Diri ........................................................ 10

1. Pengertian ........................................................ 10

2. Ciri - cirri kepercayaan diri. .................................. 13

3. lndeks kepercayaan diri. ...................................... 17

4. Faktor yang mempengaruhi keoerca1yaan diri .......... 18

5. Perkembangan kepercayaan diri .......................... 21

6. Prinsip dalam meraih kepercayaan diri ................... 23

B. Tuna daksa ............................................................... 24

1. Definisi tuna daksa ............................................. 24

2. Jenis - jenis cacat fisik ....................................... 25

3. Karakteristik tuna daksa ..................................... 27

4. Tuna daksa dan penderitaan ................................ 31

5. lntervensi untuk pendidikan ATD ........................... 33

Page 9: S'J7-(JS1 /p

C. Pendidikan in kl us if.. ................................................... 34

1. Pengertian pendidikan inklusif .............................. 34

2. Landasan pendidikan inklusif.. ............................ 36

3. Model pendidikan inklusif .................................... 38

4. Komponen strategis pendidikan inklusif .................. 39

D. Kerangka berfikir. ....................................................... 41

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan kualitatif .................................................. .44

B. Desain Penelitian ....................................................... .45

C. Karakteristik Subjek ..................................................... 46

D. Subjek ..................................................................... .46

E. Jumlah Subjek ............................................................ 47

F. Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data ....................... .47

G. Alat Bantu Pengumpul Data .......................................... 49

H. Teknik Pengolahan Data ............................................. .49

I. Prosedur Penelitian ..................................................... 49

BABIV HASIL DAN ANALISA DATA

A. Gamba ran Um um Subjek ............................................. 51

B. Gambran pendidikan inklusi di SDN Ulu Jami ................... 52

C. Data Subjek dan Analisa Data ....................................... 52

BABV KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................. 104

B. Diskusi .................................................................... 107

C. Saran ...................................................................... 108

DAFT AR PUST AKA

LAMPI RAN

Page 10: S'J7-(JS1 /p

DAFTAR TABEL

1. Tabel gambaran umum subjek ..................................................... 51

2. Tabel gambaran kepercayaan diri(Rian) ........................................ 69

3. Tabel gambaran kepercayaan diri(Eka) ......................................... 85

4. Tabel gambaran kepercayaan diri(Fira) ......................................... 97

5. Ta be I gambaran kepercayaan diri antar subjek ............................... 103

Page 11: S'J7-(JS1 /p

1.1. Latar Belakang

BAB 1

PENDAHULUAN

Malla suci Allah SWT yang telah menciptakan makhluk-makhluk Nya dengan

penuh keindahan dan kesempurnaan, mulai dari makhluk yang terkecil

hingga yang tak tergambarkan besarnya, kalaupun ada kekurangan,

kelemahan dan keterbatasan itu hanyalah dalam pandangal' manusia

semata. Oleh karena keberagaman bentuk, rupa serta kondisi diantara

makhluk-makhluk Nya menunjukkan kekuasaan Allah S\/VT.

Salah satu bentuk keterbatasan dan kekurcingan yang Allah SWT tunjukkan

kepada makhluk Nya adalah tidak sempurnanya anggota tubuh manusia

atau cacat yang biasa disebut dengan tuna daksa. Hallahan mengemukakan

bahwa cacat tubuh stau tuna daksa yaitu seseorang yang mengalami­

kelainan atau kecacatan pada bentuk, fungsi, sistem otot, tulang dan

persendian yang bersifat primer atau sekunder yang mengakibatkan

gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilitasi dan gangguan

perkembangan pribadi (Dalam Dahlan 1999).

Kondisi psikologis anak tuna daksa akan i:Jerbeda dengan anak yang tidak

memiliki hambatan secara fisiko Anal< tuna daksa bisa jadi akan terjerat oleh

perasaan rendah diri akibat ruang gerak mereka yang sempit atau

keterbatasan mereka untuk melakukan sesuatu, sehinm1a mereka kurang

termotivasi untuk rnemaksimalkan potensi yang ada dalam diri mereka.

Sebagaimana Adler yang menyebut perasaan kurang percaya diri dengan

1

Page 12: S'J7-(JS1 /p

2

perasaan rendah diri akibat ruang gerak mereka yang sempit atau keterbatasan

mereka untuk melakukan sesuatu, sehingga mereka kurang termotivasi untuk

memaksimalkan potensi yang ada dalam diri mereka. Sebagaimana Adler yang

menyebut perasaan kurang percaya diri dengan perasaan inferior. Adapun

perasaan inferior akan muncul akibat ketidak mampuan individu untuk

melakukan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor psikologis, sosial dan

fisik (S. Hall. 1995).

Dengan keterbatasan kemampuan akibat kecacatan yang dimilikinya, dapat

membuat orang menjadi rendah diri, bahkan adakalanya penyandang cacat

mengadakan kompensasi dengan tingkah laku yang menyimpang, misalnya

menjadi sangat agresif dan psikopatis. Bila kehawatiran tersebut menjadi

kenyataan, tidak hanya menghambat seseorang untuk hidup secara layak,

melainkan akan menimbulkan masalah sosial (Dahlan 1999).

Berbicara tentang keterbatasan yang dialami sebagian anak, sesungguhnya

mereka juga manusia yang memiliki kebutuhan yang sama seperti anak-anak

lainnya. Meskipun anak tuna daksa dikatakan sebagai anak berkebutuhan

khusus, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan

kebutuhannya. Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalaim deklarasi PBB,

Bahwa:

Page 13: S'J7-(JS1 /p

3

"Oalam azas yang ditulis dengan seksama, deklarasi menegaskan bahwa

anak-anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan khusus,

kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mE1reka berkembang

secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat yang sama

; memiliki Nama dan Kebangasaan yang sama sejak /ahir ; mendapat

jaminan sosial termasuk gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, pelayanan

kesehatan, menerima pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika

mereka cacat ; tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih

dan rasa aman dan sedapat mungkin dibawah asuhan serta tanggung

jawab orang tua mereka sendiri ; mendapat pendidikan dan andai kata

terjadi ma/apetaka, mereka termasuk yang pertama perlindungan serta

pertolongan ; mempero/eh perlindungan baik alas segala bentuk

penyianyian, kekejaman dan penindasan maupun atas perbuatan yang

mengarah kedalam bentuk diskriminasi. Akhirnya dek/arasi ini

menegaskan bahwa anak-anak harus dibesarkan dalam jiwa yang penuh

pengertian, toleransi, persahabatan antar bangsa, perdamaian dan

persaudaraan semesta. (Arif Grosita, 1985: 130).

Perbedaan diantara mereka bukanlah penghalang dalam meraih sebuah

kesuksesan. Hal tersebut akan menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik

baik orang tua maupun guru dalam memberikan kesempatan yang sama bagi

anak yang berkebutuhan khusus (anak tuna daksa) untuk berpartisipasi

Page 14: S'J7-(JS1 /p

4

menjalankan proses pendidikan bersama anak-anak la1nnya yang tidak

berkebutuhan khusus.

Jika selama ini pendidikan untuk anak-anak berkHbutuhan khusus

diselenggarakan secara segregasi di sekolah luar biasa (SLB) dan sekolah

dasar luar biasa (SDLB), temyala semakin berjalannya waktu, konsep seperti

itu mulai ditinggalkan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan unluk

anak berkebuluhan khusus.

Pada umumnya lokasi SLB dan SDLB berada di lbu Kola Kabupalen,

sedangkan lidak semua anak berkebuluhan khusus (anak tuna daksa)

bertempal tinggal di lbu kola Jakarta. Dengan demikian a.nak berkebutuhan

khusus (anak tuna daksa) yang tinggal di desa, akan merasa kesulitan jika

harus sekolah yang jauh dari lempal linggalnya. Selain ilu kendala yang lebih

memberalkan orang tua adalah kelidakmampuan untuk membayar biaya

sekolah di SLB, karena sekolah luar biasa relalif lebih mahal dibandingkan

sekolah reguler, dengan demikian akan memberatkan ba9i orang tua yang

kondisi ekonominya menengah kebawah.

Dengan demikian akan menjadi sebuah keprihalinan bagi anak berkebutuhan

khusus di dalam memperoleh pendidikan. Berdasarkan UUD 45 Pasal 31

tenlang hak setiap warga negara unluk memperoleh pendidikan, yang didukung

Page 15: S'J7-(JS1 /p

5

dengan UU SPN No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan khusus dan pendidikan

pelayanan khusus, menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus harus

mengikuti program wajib belajar, sehingga melalui SK. Mendiknas No.

002/4/1986, di Indonesia telah dirintis pembangunan sekolah reguler yang

melayani penuntasan wajib belajar bagi anak berkebutuhan khusus melalui

pendekatan inklusi.

Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus didiclik bersama anak­

anak lainnya, untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan

inklusi juga sebagai wadah yang ideal demi terpenuhinya hak pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus. Sehingga ada 4 karakteristik makna dari

pendidikan inklusi yaitu : (1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya

menemukan cara-cara merespon keragaman individu anak, (2) Memperdulikan

cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3)

Membawa makna bahwa anak kecil yang hadir (disekolah), berpartisipasi dan

mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya dan (4) Pendidikan

inklusi diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal,

ekslusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pendidikan inklusi bagi anak tuna

daksa di SON Ulu Jami 03 Petang Jakarta karena sekolah tersebut merupakan

satu-satunya SD di Jakarta yang menjalankan pendidikan inklusi.

Page 16: S'J7-(JS1 /p

6

Disamping itu, pendidikan inklusi di SON Ulu Jami 03 diharapkan mampu

mengembangkan kepercayaan diri anak tuna daksa ( berkebutuhan khusus ),

baik secara kognisi, afeksi dan psikomotorik mereka. Hal ini melihat pada

kondisi lingkungan yang diciptakan secara bersama, secara tidak langsung

membiasakan anak-anak tuna daksa untuk bergabung dan bergaul bersama

anak-anak lainnya, agar mereka juga merasakan bahwa keberadaannya

diterima oleh teman-temannya yang lain.

Maka dari paparan di alas, penulis kemudian tertarik untuk meneliti tentang "

Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan inklusi".

1.2 ldentifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana kepercayaan diri anak tuna daksa dalam mengikuti

pendidikan inklusi?

2. Apa kendala anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan

inklusi?

3. Apakah ada kendala bagi sekolah reguler yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari pendidikan inklusi

terhadap kepercayaan diri anak tuna daksa ?

Page 17: S'J7-(JS1 /p

1.3. Batasan dan Rurnusan Masalah

1.3.1. Batasan rnasalah

Pada penelitian ini, masalah yang diteliti harus dibatasi demi terhindar dari

pelebaran masalah yang menyebabkan sasaran yang dituju tidak jelas dan

tidak terarah. Maka peneliti akan membatasi masalah pada skripsi ini sebagai

berikut:

7

1. Kepercayaan diri adalah suatu perasaan dimana seseorang mampu

menghargai dirinya dengan segenap kelebihan dan kekurangannya,

serta dapat bebas mengekspresikan dirinya kapanpun dan dimanapun

mereka berada

2. Anak tuna daksa atau anak yang mengalami cacat 1ubuh adalah anak

yang secara fisik tampak ketidaksempurnaan dan ketidakberfungsian

salah satu organ tubuhnya, baik dibawa sejak lahir atau akibat

kecelakaan atau penyakit.

3. Pendidikan inklusi adalah salah satu model pendidikan bagi anak yang

berkebutuhan khusus dimana mereka ditempatkan bersama-sama anak

normal di sekolah regular, demi mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya. Dalam penelitian ini pendidikan inklusi yang diteliti, terletak di

SON Ulu Jami 03 Petang Jakarta.

Page 18: S'J7-(JS1 /p

1.3.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang penulis uraikan,

maka, perumusan masalah dirumuskan sebagai berikut : " Bagaimana

kepercayaan diri anak tuna daksa dalam mengikuti pendidikan inklusi?"

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Pada penelitian skripsi kali ini,penulis memiliki beberapa tujuan yaitu :

8

1. Untuk mengetahui bagaimana kepercayaan diri anak tuna daksa

dalam mengikuti pendidikan inklusi di sekolah reguler.

2. Untuk mengetahui kendala yang dialami anak tuna daksa dalam

mengikuti pendidikan inklusi di sekolah reguler

3. Untuk mengetahui kendala yang dialami sekolah reguler yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari

pendidikan inklusi terhadap kepercayaan diri anak tuna daksa

1.4.2. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diambil dari penelitian skripsi ini, yaitu :

1. Secara akademik dapat menambah wawasan tentang fenomena

psikologis yang terjadi di masyarakat.

Page 19: S'J7-(JS1 /p

1.5.

9

2. Untuk memberikan semangat pada teman-tHman yang akan

melakukan penelitian mendatang, dan berkaitan dengan judul

penelitian skripsi ini.

3. Sebagai rangsangan khusus terhadap para guru di sekolah

reguler dan orang tua dalam mendidik anak yang berkebutuhan

khusus agar kepercayaan diri mereka dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

4. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

intormasi dan semangat bagi lembaga pendidikan agar dapat

memberikan pelayanan pendidikan inklusi bagi anak yang

berkebutuhan khusus.

5. Memberikan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas

tentang pendidikan inklusi di sekolah reguler.

Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 bab

1. Bab pertama atau pendahuluan akan di bahas mengenai latar

belakang masalah, ldentifikasi masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan.

2. Bab kedua berisi kajian teori dengan beberapa sub bab yang

meliputi:

Page 20: S'J7-(JS1 /p

10

a) Kepercayaan diri yang terdiri dari definisi, ciri-ciri,

perkembangan dan faktor yang mempengaruhi kepercayaan

diri.

b) Anak tuna daksa yang terdiri dari definisi, jenis, karakteristik

dan penderitaan yang dialami anak tuna daksa

c) Pendidikan inklusi yang terdiri dari definisi, landasan, model

serta komponen strategis pendidikan inklusi.

3. Bab ketiga adalah metode penelitian yang berisi tentang desain

penelitian, karakteristik subjek, subjek, jumlah subjek, tekhnik dan

instrumen pengumpulan data, tekhnik pen9olahan data dan

prosedur penelitian.

4. Bab keempat merupakan hasil penelitian, pengolahan data dan

prosedur penelitian.

5. Bab kelima berisi tentang kesimpulan, diskusi dan saran.

Page 21: S'J7-(JS1 /p

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1. 1 KEPERCAYAAN DIRI

2.1.1.1 Pengertian

lstilah Self Confidence (kepercayaan diri) merupakan istilah yang seringkali

terkacaukan dengan self concept (konsep diri), self esteem (harga diri), self

worth (nilai diri) dan self efficacy. Oleh karenanya sebelum memberikan definisi

tentang kepercayaan diri, maka disini akan dijelaskan arti tentang Self (diri)

terlebih dahulu, karena semua istilah diatas berkaitan dengan self (diri). Allport

mendefinisikan diri sebagai:

"Diri merupakan sesuatu yang disadari dan merupakan sesuatu yang

penting da/am kehidupan, karena merupakan inti dari keberadaan

seseorang. Oiri memainkan peranan penting dalam kesadaran,

kepribadian bahkan keseluruhan organisme kehidupan". (Allport, dalam

Hurlock, 1974)

Page 22: S'J7-(JS1 /p

11

Secara awam, istilah kepercayaan diri seringkali dikaitkan dengan keberanian

seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, bukan hanya yang

membawa resiko fisik, tetapi juga resiko-resiko sosial. Orang bisa dikatakan tidak

punya kepercayaan diri jika tidak berani mengungkapkan ide dalam suatu rapat,

tidak berani berbicara didepan umum, tidak berani berkenalan dengan lawan

jenis, tidak berani menyebrang jalan sendiri. Disamping itu kepercayaan diri juga

sering dikaitkan dengan anggapan-anggapan bahwa yang .bersangkutan kurang

hebat, atau memiliki "cacat-cacat" tertentu. Misal orang mengatakan tidak

percaya diri karena wajah penuh jerawat, bau badan, bau mulut, rambut penuh

ketombe dan lain sebagainya.

Di lihat dari uraian diatas, goyahnya kepercayaan diri umumnya bersumber pada

anggapan-anggapan tertentu tentang diri yang menyebabkan kurangnya

keberanian untuk bertindak maupun kurangnya penghar9aan terhadap

kehebatan-kehebatan diri.

Shrauger & Schohn (1995) mengatakan bahwa "kepercayaan diri" (self

confident) adalah anggapan orang tentang kompetensi dan keterampilan yang

dimilikinya serta kesanggupannya untuk menangani berbagai macam situasi .

Page 23: S'J7-(JS1 /p

12

Walaupun Shrauger dalam definisinya hanya mencantumkan kesanggupan dan

keterampilan namun dalam alat ukur yang dibuatnya, la juga mempersoalkan

adanya anggapan-anggapan yang lebih berhubungan dengan kondisi yang

bukan kesanggupan atau ketrampilan , misalnya penampilan.

Menurut Rogers (seperti dikutip oleh Koeswara, 1989) mEmgartikan kepercayaan

diri merupakan kemampuan untuk membuat keputusan dan penilaian-penilaian

tanpa harus bergantung pada orang lain. Kepercayaan diri juga merupakan

keyakinan individu untuk melakukan tindakan yang dianggap benar

Secara psikologis, rasa percaya diri memiliki hubungan yang positif dengan

konsep diri, penerimaan diri,dan aktualisasi diri. Maksudnya adalah setiap

individu yang mampu mengenali dirinya dengan baik yakni bisa menerima segala

kelabihan serta kekurangan yang dimilikinya, maka individu tersebut lebih mudah

untuk mencapai keberhasilan dan prestasi

Jalaluddin Rakhmat (2001) menambahkan, kepercayaan diri erat hubungannya

dengan konsep diri. Kepercayaan diri merupakan hal penting dan paling

menentukan dalam berkomunikasi. lndividu yang kurang percaya diri cenderung

untuk menghindari situasi komunikasi, karena takut diejek atau disalahkan.

Page 24: S'J7-(JS1 /p

13

Dengan demikian kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian yang terdiri

dari keyakinan, kekuatan, kemampuan dan keterampilan individu, dimana

individu tersebut dapat beraktivitas secara mantap dan optimis dalam menjalani

kehidupan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya serta

mampu menghadapi segala tantangan dan rintangan demi meraih suatu

keberhasilan.

2.1.1.2. Ciri-Ciri Kepercayaan Diri

Ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri ialah orang tersebut memiliki

motivasi tinggi dalam meraih kesuksesan hidup. Disamping motivasi

tinggi,Waterman dikutip Musa Tanaja ( 1993) menyatakan orang yang percaya

diri juga memiliki kemampuan bekerja yang efektif, bertanggung jawab serta

terencana, matang dalam mengerjakan tugas dan merengkuh masa depan.

Liendenfield (1997), membagi kepercayaan diri menjadi dua bagian yaitu :

a. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberikan kepada kita

perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik.

b. Percaya diri lahir adalah kemampuan untuk tampil dan berprilaku dengan

cara yang menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita.

Page 25: S'J7-(JS1 /p

14

Lauskar dikutip Musa Tanaja ( 1993) Menyebutkan ciri dari orang yang percaya

diri ialah perasaan atau sikap yang tidak mementingkan diri sendiri, cukup

toleran, Tidak memerlukan dukungan orang lain, selalu optimis dan tidak ragu -

ragu dalam mengambil suatu keputusan.

Gilmer dikutip Musa Tanaja ( 1993) menambahkan bahwa orang yang

mempunyai rasa percaya diri biasanya memiliki sikap berani menghadapi setiap

tantangan & terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru berkat

keyakinannya terhadap kemampuan sendiri tersebut.

Corsini dikutip Musa Tanaja ( 1993 ) menerangkan berbagai karakter orang yang

percaya diri menjadi 8 Ciri utama sebagai berikut : toleran, tidak memerlukan

dukungan orang lain, optimis, tidak ragu-ragu, kreatif, yakin terhadap

kemampuan sendiri, berani menghadapi tantangan, dan mempunyai lnisiatif

sendiri.

Menurut Oubein, ciri-ciri individu yang percaya diri bagus adalah individu yang

memiliki gambaran diri positif dan kuat, bersikap mandiri dan mampu

menghadapi berbagai situasi.(Qubein, 1983)

Page 26: S'J7-(JS1 /p

Guilford (seperti dikutip Afiatun & Mulyani, 1998) mengemukakan seorang

individu yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. lndividu merasa adekuat terhadap tindakan yang clilakukan. Hal ini

didasari oleh adanya keyakinan terhadap kekuatan, kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki. Merasa optimis, cukup ambisius, tidak selalu

memerlukan bantuan orang lain, sanggup bekerja keras, mampu

manghadapi tugas dengan baik dan bekerja secara efektif serta

bertanggung jawab alas keputusan dan perbuatannya

b. lndividu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini didasari oleh

keyakinan terhadap kemampuannya dalam hubungan sosial. Merasa

kelompoknya atau orang lain menyukainya, aktif menghadapi keadaan

lingkungan, berani mengemukakan kehendak atau ide-idenya secara

bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri

15

c. lndividu percaya sekali terhadap dirinya serta merniliki ketenangan sikap.

Didasari oleh keyakinan terhadap kekuatan dan ki3mampuannya. Bersikap

tenang,tidak mudah gugup,cukup toleran terhaclap berbagai rnacam

situasi.

Sedangkan Linclenfield ( 1994 ) berpendapat bahwa ciri-ciri individu dengan

kepercayaan diri baik adalah mencintai dan rnemahami diri sendiri, rnemiliki

Page 27: S'J7-(JS1 /p

16

tujuan-tujuan yang jelas, memiliki cara berpikir yang positif, mampu berinteraksi

dan berkomunikasi dengan lingkungan sosial secara baik, memiliki ketegasan

sikap, dan mampu mengendalikan diri dengan baik.

lndividu yang percaya diri selalu yakin akan dirinya, karena yakin bahwa

kemampuannya akan mendukung diri dan pengembangan dirinya. Jadi, individu

tersebut yakin dengan apa yang dikerjakannya akan selalu berhasil. Adapun

sebaliknya, individu yang kurang memiliki keparcayaan diri biasanya akan

menjadi peka terhadap pembicaraan mengenai diri atau prestasinya dan ini

akan mempengaruhi hasil kerjanya.

Maka berdasarkan beberapa pandapat para ahli diatas, peneliti dapat mengambil

kesimpulan untuk dijadikan indikator-indikator yang dapat mengukur

kepercayaan diri, sebagai berikut :

a. Memiliki motivasi berprestasi lebih tinggi.

b. Mandiri ( tidak selalu bergantung pada orang lain ).

c. Memiliki ketenangan sikap dalam berbicara dan bertindak.

d. Optimis dan berpikir positif.

Page 28: S'J7-(JS1 /p

e.

f.

9

h.

2.1.1.3.

17

Berani mencoba dan tidak takut gaga!.

Mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Berani melakukan penilaian dan mengambil keputusan.

Memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri dalam beraktifitas

lndeks Kepercayaan Diri

lndeks kepercayaan diri adalah suatu nilai penting yang clipakai untuk mengenali

kategori orang yang kepercayaan dirinya tinggi clengan rn~ang yang kepercayaan

dirinya rendah. Kepercayaan diri diasumsikan oleh Shau9er Schohn (1995)

memiliki tiga komponen penting :

a. Komponen Kognitif

Meliputi penilaian terhadap keadekuatan kinerja relatif seseorang

terhadap standar yan(l absolut & perbandingan sosia!. Sebagai contoh

orang yang percaya diri melihat dirinya dapat memenuhi standar kinerja,

melakukan hubun9an baik dengan orang lain, dan terus menerus

menunjukan kinerja yang efektif.

Page 29: S'J7-(JS1 /p

18

b. Komponen Afektif

Dalam kompenen ini kepercayaan diri diindikasikan dengan perasaan

nyaman, antusias dan kurang cemas ketika akan melakukan suatu

aktifitas. Orang yang seluruh kepercayaan dirinya tinggi akan melihat diri

mereka kurang cemas dan kurang depresi daripada orang yang rendah

kepercayaan dirinya.

c. Komponen tingkah laku

Kepercayaan diri seharusnya merefleksikan tingkah laku, Khususnya

kesiapan seseorang untuk terlibat dalam suatu ke~1iatan. Kepercayaan diri

cenderung ditampilkan dalam cara bertindak, gaya interaksi, dan

pendekatan terhadap kegiatan.

2.1.1.4. Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Kepercayaan Diri

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kepercayaan diri individu menurut Middel

Brook yakni: pola asuh, jenis kelamin, pendidikan dan penampilan fisik

1. Pola Asuh

Para ahli berkeyakinan, harga diri bukanlah diperoleh secara instant,

melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini, dalam kehidupan

sehari-hari. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri

Page 30: S'J7-(JS1 /p

individu, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan

faktor yang mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.

19

Orang tua yang menentukan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan

kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan

membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut. Anak dicintai dan

dihargai bukan tergantung pad prestasi atau perbuatan baiknya, namun

karena eksistensinya. Kemudian anak tersebut akan tumbuh menjadi

individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang

realistik terhadap diri, seperti orang tua meletakan harapan realistik

terhadap dirinya.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang tidak jarang menjacli acuan clalam menilai

kepribaclian seseorang. lndividu dengan pendidikan tinggi, lebih dipacu

untuk menggali dan menggembangkan potensi dirinya. Masyarakat juga

lebih menghargai individu dengan pendidikan ting9i. Kedua hal tersebut

akan berpengaruh pada harga diri dan kepercayaan diri individu.

3. Jenis kelamin

Adanya perbedaan perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan akan

berpengaruh pada kepribadian individu. Kondisi ini terutama terjadi pada

masyarakat yang masih memegang pandangan tradisional terhadap

Page 31: S'J7-(JS1 /p

20

peran jenis kelamin. Anak laki-laki cenderung didorong untuk lebih

berprestasi, lebih diberi kesempatan untuk menunjukan potensi dan

kemampuan diri, yang kemudian melahirkan kepercayaan diri. Sebaliknya

anak perempuan tidak terlalu didorong untuk berprestasi, kurang diberi

kesempatan untuk menunjukan potensi dan kemampuan diri, akhirnya

anak perempuan menjadi lebih rendah diri (Hurlock, 1978)

4. Penampilan fisik

Penampilan fisik yang menarik mempunyai pengaruh potensial dan kuat

dalam situasi pergaulan sosial. Menu rut Hurlock ("i 978) keadaan fisik

yang tidak sempurna, seperti cacat tubuh dan kegemukan dapat

menyebabkan individu merasa terbelakang dan ticlak percaya diri.

Bagi seorang wanita karir, penampilan fisik tentu clituntut untuk

menunjang pekerjaan.

Faktor-faktor diatas clapat erat kaitanya dengan penilaian dan pengaruh

lingkungan terhadap kepercayaan cliri inclividu. Hurlock (1978) menambahkan

bahwa rasa percaya diri dan rendah diri dipengaruhi pula oleh kegagalan dan

prestasi. Apabila prestasi individu lebih rendah clari prestasi orang lain, maka

individu cenclerung untuk memandang dirinya rendah dan menarik cliri.

Page 32: S'J7-(JS1 /p

Sebaliknya jika prestasi individu lebih tinggi dari orang lain, maka individu

merasa bangga pada kemampuanya dan lebih percaya diri.

2.1.1.5. Perkembangan Kepercayaan Diri

21

Kepercayaan diri merupakan aspek penting dalam kepribadian individu.

Kepercayaan diri lahir dan tumbuh bukan didasarkan oleh faktor keturunan atau

bawaan sejak lahir. Kepercayaan diri berasal dan dipengaruhi oleh interaksi

individu dengan lingkungan sosialnya.

Orang tua dan lingkungan keluarga merupakan tonggak serta dasar dalam

pembentukan kepercayaan diri pada anak-anak. Dalam perkembangan

selanjutnya, kepercayaan diri sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang

lebih luas, seperti teman sebaya dan masyarakat.

Maslow mengemukakan, setiap individu memiliki dua kebutuhan akan

penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan orang la.in. Harga diri mencakup

kebutuhan kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan pribadi. Penghargaan

orang lain meliputi prestise, kedudukan dan nama bail<. lndividu dengan harga

Page 33: S'J7-(JS1 /p

diri yang baik akan lebih percaya diri, lebih mampu, dan produktif. lndividu

dengan harga diri rendah akan mengalami hal sebaliknya. ( Frank, G Goble,

1971 ).

22

Lebih lanjut Maslow mengungkapkan bahwa hambatan dari usaha untuk

mencapai aktualisasi diri yang berasal dari ketidak tahuan dan keraguan individu

pada kemampuan sendiri. Akibatnya kemampuan dan potensi diri tidak

terungkap dan bersifat laten (E. Koswara, 1989)

Shauger dan penelitianya mengemukakan bahwa :

a. Seseorang yang lebih percaya diri dalam suatu biclang digambarkan lebih

tertarik dan menghabiskan banyak waktu pada aktifitas yang berhubungan

dengan bidang itu dan menjadi Jebih kompeten , nyaman dan lebih

melibatkan diri sepenuhnya dari pada orang yang kurang percaya diri.

b. Ada kompentensi yang relatif mempengaruhi kepercayaan diri, dimana

jika orang dihadapkan pada dua pilihan yang berbeda tingkat

kepercayaan dirinya, orang akan memilih satu diantaranya dimana orang

tersebut merasa lebih percaya diri.

Page 34: S'J7-(JS1 /p

c. Orang yang percaya diri menggambarkan situasi akan menghasilkan

sesuatu yang menyenangkan atau selalu optimis akan masa depannya

dari pada orang yang kurang percaya diri.

2.1.1.6. Prinsip Dalam Meraih Kepercayaan Diri

Yusuf al-Uqshari (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa para pakar ilmu

jiwa sepakat ada empat prinsip yang harus dipatuhi demi memperkuat rasa

percaya diri.

1. Dengan menumbuhkan mental positif dalam diri yang dapat

Mengantarkan diri pada kesuksesan .

23

2. Bersikap secara bijaksana dalam merencanakan target - target kehidupan

dan mengupayakan target yang sudah dicanangkan itu tidak terlalu

berlebihan melebihi potensi & kemampuan yang dimiliki dalam diri .

Jika seseorang ingin memiliki kepercayaan diri yang lebih kuat dalam

berinteraksi dengan orang Jain, maka seseorang itu dituntut untuk belajar

bagaimana bergaul yang bail< dengan orang lain.

3. Senantiasa memperhatikan penampilan fisik dan psikis dengan baik. Hal

ini mempunyai pengaruh yang kuat untuk memperdalam kepercayaan diri

Page 35: S'J7-(JS1 /p

24

seseorang. Riset-riset ilmiah membuktikan bahwa penampilan psikis dan

fisik yang baik sangat berperan kuat dalam menumbuhkan kepercayaan

diri . disamping itu juga, rasa percaya diri yang akan diraih orang yang

kurang memperhatikan penampilannya tidak seberapa besar bila

dibandingkan dengan rasa percaya diri yang akan diraih oleh individu

yang penuh vitalitas dan sangat perhatian pada penampilannya.

4. Memilih teman yang siap memberikan kepercayaannya kepada diri

pribadi, karena jika sudah berhasil mendapatkan teman yang dapat

memberikan kepercayaannya, otomatis kepercayaan diri akan tumbuh

dan semakin bertambah kuat.

2.1.2. TUNA DAKSA

2.1.2.1. Definisi Tuna Daksa

Stevents (seperti dikutip oleh Tyasneki, 1982), mendefisinisikan cacat (disability)

Sebagai penyimpangan fungsi tubuh karena dinilai tidak dekat dengan tuntutan

masyarakat.

Page 36: S'J7-(JS1 /p

25

Hallahan mengemukakan bahwa cacat tubuh atau tuna daksa yaitu seseorang

yang mengalami kelainan atau kecacatan pada bentuk, fungsi, sistem otot,

tulang dan persendian yang bersifat primer atau sekunder yang mengakibatkan

gangguan kordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilitasi dan gangguan

perkembangan pribadi ( dalam Dahlan, 1999 )

Cacal fisik (tuna daksa) menurut depertemen kesehatan adalah anak yang

menderita kekurangan yang sifatnya menetap pada ala! !Jerak (tulang, sendi,

otot) sedemikian rupa sehingga untuk keberhasilannya, clalam penclidikan

mereka perlu perlakuan khusus. (Sumiati, 2000)

Sehubungan dengan kelemahannya tersebut maka menurut Isherwood (1986),

seorang penyandang cacat memerlukan usaha yang keras untuk melakukan

kegiatan penting yang kebanyakan orang dapat melakukannya dengan mudah.

Hal ini disebabkan karena tidak bekerjanya salah satu dari bagian tubuhnya yang

cacat.

2.1.2.2. Jenis-jenis Cacat Fisik (Tuna Daksa)

Ciri utama yang menentukan seseorang dikategorikan ke dalam handicapped

adalah adanya kerusakan tubuh ( physical defect ). Sedangkan sejauh mana

Page 37: S'J7-(JS1 /p

akibat penyesuaian individu tergantung kepada kerusakan itu, terlihat atau

tersembunyi, dan statis atau dinamis (Kessler, 1953). Dua kelompok pertama

adalah karena konotasi sosial sedangkan dua kelompok yang terakhir adalah

dari sisi signifikansi dari fungsi.

26

Menurut Kessler ( 1953) yang dimasukan ke dalam kelompok cacat statis adalah

amputasi, pincang dan kerusakan wajah, sedangkan yang dapat dikelompokan

ke dalam cacat atau kerusakan tersembunyi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

yang dapat diganti dengan organ atau alat lain, misalnya amputasi, dan yang

betul-betul tersembunyi seperti tumor otak, epilepsi, osteoporosis,TBC dan

hipertensi. Pada kelompok berdasarkan fungsinya maka yang termasuk

kerusakan statis adalah, misal kehilangan kedua kaki, sedangkan yang termasuk

kerusakan dinamis mencakup antara lain penyakit jantung,diabetes dan

tubercolosis.

Secara umum klasifikasi atau kategori kecacatan dapat clibagi alas :

(Sumiati,2000)

a. Anak tuna daksa yang tergolong di bagian D (SLB D) lalah anak yang

menderita cacat polio atau lainnya. Sehingga mengalami ketidaknormalan

dalam fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama funGJSi otot-otot, tetapi

mereka berkemampuan normal

Page 38: S'J7-(JS1 /p

27

b. Anak tuna daksa yang tergolong Di (SLB Di) lalah anak yang cacat

semenjak lahir atau cerebral palcy. Sehingga men9alami cacat jasmani

karena tidak berfungsinya tulang otot sendi dan saraf-saraf. Kemampuan

intelegensinya di bawah rata-rata atau terbelakang.

2.1.2.3. Karakteristik Tuna Daksa

Pembahasan cacat fisik juga di lihat dari kelainan neoro rnaskular, kelainan ini

terdapat pada system saraf pusat di otak yang dapat rnenimbulkan berbagai

kelainan pada fungsi motorik dari otot-otot tubuh. Kerusakan otot disebabkan

karena kerusakan susunan saraf pusat dan sumsum tulang belakang. Sehingga

keadaan ini menimbulkan gangguan yang kompleks dari fungsi tubuh antara lain;

(Mangunsong,2003)

a. Cerebral Paley adalah kerusakan yang ditandai dengan kelumpuha11,

kelemahan, tidak adanya koordinasi dan fungsi-fungsi sistem pergerakan

tubuh akibat dari gangguan sistem syaraf yang berpusat pada kerusakan

otak.

Tingkat kerusakan cerebral palcy ;

i. Tingkat ringan, gejalanya; anak dapat berjalan clan berbicara, dapat

menjalankan fungsi-fungsi tubuh dalam beraktivitas sehari-hari,

sehingga anak sedikit saja mengalami gangguan

Page 39: S'J7-(JS1 /p

PERPUST;~KAAN UTAMA UIN SYAHIO JAKAFi

-------- --- -----~~----

2. Tingkat sedang, gejalanya; anak memerlukan pengobatan untuk

gangguan bicara, memerlukan latihan gerak motorik, latihan

perawatan diri sendiri, memakai alat bantu gerak seperti tongkat.

3. Tingkat berat, gejalanya; memerlukan pengobatan dan perawatan

28

dalam gerak motorik, kurang mampu menjalankan aktivitas sehari-hari,

tidak mampu berjalan dan berbicara.

Klasifikasi menurut daerah kerusakan, yaitu :

1. Hemiplegia : terserang bagian kaki dan bagian tangan dalam satu

posisi (35-45%)

2. Diplegia: terserang kaki lebih besar daripada tangan (10-20%)

3. Paraplegia: yang terserang tubuh bagian bawah (10-20%)

4. Quadriplegia: keempat anggota tubuh terserang semua (15-20%)

Klasifikasi menurut fisiologi gerak motorik ;

1. Spasiticity : kontraksi otot-otot kaku dan tiba-tiba susah melakukan

gerakan

2. Arthetosis: gerakan anggota tubuh tidak menentu, gerakan tubuh

menegang, berjalan terhuyung-huyung.

3. Ataxia: berjalan terhuyung-huyung, tidak ada koordinasi gerakan,

tremor.

Page 40: S'J7-(JS1 /p

29

4. Mixed: gejala spatis dan atheosis, terdapat pada quadriplegia.

l<lasifikasi berdasarkan letak kerusakannya, yaitu:

1. l<erusakan kulit otak (cortex otak ), memperlihatkan kelumpuhan atau

kelemahan otot yang sering di sertai gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. l<elumpuhan dapat mengenai separuh tubuh atau

keempat anggota tubuh.

2. l<erusakan pada ganglia basalis yang terletak di tengah otak.

Menyebabkan gerakan kaku dan terputus, sering terdapat gerakan di

luar kemauan tubuh

3. l<erusakan pada otak kecil (cereblum), menyebabkan keadaan ataxia.

b. Spina Bifida merupakan kelainan bawaan dimana saluran susunan tulang

belakang tidak tertutup, sehingga menyebabkan sumsum dapat keluar

melalui tulang belakang yang tidak tertutup.

Jenis dari Spina Bifida

1. Spina bifida oculta : kelainan yang paling ringan. Satu atau dua

columna vetebralis tidak menutup dengan baik, tetapi jaringan syaraf

tidak keluar dari tulang. Kelainan dapat dilihat pada rontgen.

Page 41: S'J7-(JS1 /p

2. Spina bifida meningocele : kelainan yang sedang. Adanya benjolan

seperti tumor berupa cairan (bukan jaringan syaraf) pada punggung

anak.

30

3. Spina bifida myelomeningocele : kelainan paling berat. Terdapat

benjolan seperti tumor dan berisi jaringan syaraf. dapat menimbulkan

kelumpuhan.

c. Conculsive ( kejang-kejang ) I Epilepsi adalah suatu kondisi terjadinya

perubahan fungsi otak yang terjadi tiba-tiba dan spontan, berulang-ulang,

disertai kehilangan kesadaran.

d. Poliomyelitis. Penyakit yang diakibatkan virus ini dapat menyerang otak

dan dapat menyebabkan perubahan bentuk kaki dan kelumpuhan,

sehingga anak mengalami cacat fisik timpang. Penyakit ini dapat dicegah

melalui imunisasi.

e. Mascular dystrophy adalah melemahanya otot-otot secara progresif yang di

tandai dengan pergantian sel-sel otot dengan jarin9an lemak dan fibrousa.

Penyakit ini baru dapat didiagnosa setelah usia tiga tahun . Anak dapat

berjalan 10-12 tahun tetapi tidak dapat bertahan hidup lama. Hal ini

disebabkan kegagalan jantung dan infeksi paru-paru.

f. Cacat anggota tubuh. Cacal ang9ota tubuh terjadi karena bawaan sejak

lahir. Cacal dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti obat thalidomide

Page 42: S'J7-(JS1 /p

yang diminum sebelum ibu hami. Cacal tubuh akibat kecelakaan yang

menyebabkan kaki harus di amputasi.

g. Skoliosis adalah gangguan dari posisi lekukan susunan tulang belakang

yang membongkok ke arah lateral, sehingga bentuk badan nampak

bengkok ke samping.

2.1.2.4. Tuna Daksa dan Penderitaan

31

Semua penyandang cacat akan menemui masalah-masalah di dalam usaha

penyesuaian terhadap keterbatasan fisiknya sebagai usaha memenuhi

kebutuhan hidup pribadi dan lingkunganya. Salah satu masalah yang dirasakan

sulit untuk dihadapi orang cacat ( disabled person ) adalah adanya prasangka

psikososial ( psyhosocial prejudice ) yaitu reaksi individual atau kelompok berupa

sikap "bermusuhan" terhadap orang cacat dengan anggapan bahwa mereka

adalah beban yang tidak produktif dan tidak berguna ( Kessler, 1953 ).

Masih menurut Kessler, penyandang cacat dihaclapkan pada dua beban yaitu

ketidak mampuan fisik dan adanya pembatasan sosial ka.rena keadaanya

tersebut. Lebih lanjut lagi bahwa para penyandang cacat tubuh juga akan

mempunyai berbagai keterbatasan dan perasaan kehilangan atau penyangkalan

terhadap sesuatu yang berharga (Wright, 1960 ).

Page 43: S'J7-(JS1 /p

Tyasneki ( 1982) menyatakan beberapa efek psikologis dari cacat tubuh yaitu :

a. Goncangan emosional (Emotional Shock)

b. Sikap murung I depresi setelah kejutan emosional menghilang, maka

seorang penderita cacat akan mengalami rasa kehilangan yang

mendalam yang menyebabkan dirinya sangat bercluka.

32

c. Ketidakpastian. Ketidakpastian dialami oleh penderita cacat tubuh bukan

bawaan karena ia tak lagi yakin akan jalan menuju tujuan yang

cliingginkanya. Ideal self yang lama hilang, tetapi ideal self yang baru

belum terbentuk, sehinga muncul rasa cemas dan tidak aman.

d. Rasa malu dan rendah diri. Rasa malu dan rendah diri sebenarnya lebih

ditentukan oleh adanya konsep diri negatif berhubungan dengan

keadaanya yang cacat.

e. Frustasi. Frustasi lebih ditentukan oleh tipe kepribadian individu dan tidak

berhubungan langsung dengan keadaan cacatnya. Hal ini aclalah karena

penderita cacat lebih sering dihaclapkan kepacla situasi yang membuatnya

frustasi.

Dari beberapa uraian diatas clapat disimpulkan bahwa penderitaan yang

berat dapat dialami penyandang cacat clalam berbagai aspek

kehiclupanya, baik dalam aspek fisik ( keterbatasan fungsi tubuh ), aspek

psikologis ( konsep diri emosional, self image ), aspek ekonomi ( tuntutan

Page 44: S'J7-(JS1 /p

33

kebutuhan hidup ), aspek psikososial ( prasangka sosial, labeling ) serta

aspek spiritual ( arah dan tujuan hidup ).

2.1.2.5. lntervensi untuk Pendidikan Anak Tuna Daksa

Ada beberapa intervensi bagi anak cacat fisik, yaitu : (Sumiati, 2000)

a. Pendekatan multi disiplin dalam program rehabilitasi anak cacat di

rehabilitasi center (RC).

b. Tujuan rehabilitasi anak cacat adalah agar anak tersebut dapat

melakukan aktivitas hidup sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Selain itu,

diharapkan agar anak tersebut dapat kembali ke masyarakat dan ke

sekolah melakukan pekerjaan sesuai dengan kete1·belakangan mentalnya.

c. Program pendidikan sekolah

d. Anak cacat yang tidak mengalami keterbelakangan mental dapat kembali

ke sekolah biasa (SD, SMP, SMU), sedang anal< yang mengalami cacat

mental dapat mengikuti kelas khusus sesuai dengan keterbelakangan

mentalnya.

e. Bimbingan dan penyuluhan. Bimbingan dan penyuluhan anak diberikan di

pusat rehabilitas melalui program-program yang direncanakan. Tujuan

Page 45: S'J7-(JS1 /p

awal agar anak mau menerima keadaanya dan bertekad akan sembuh

dari cacat seminimal mungkin.

34

2.i.3. PENDIDIKAN INKLUSIF

2. i .3.1 Pengertian Pendidikan lnklusi

Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi

anak berkelainan yang telah ditegaskan pada bulan juni ·1994 di Salamanca,

dengan prinsip dasar yaitu : selama memungkinkan, semua anak seyogyanya

belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang

mungkin ada pada mereka.

Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang

menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan

program pendidikan yang layak, menantang, tapi sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat

diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu sekolah inklusi

juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas

tersebut dan saling membantu dengan guru, teman sebayanya serta anggota

masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.

Page 46: S'J7-(JS1 /p

Selanjutnya, Staup dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan inklusi

adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang dan berat secara

penuh di kelas regular. Hal ini menunjukkan bahwa kelas regular merupakan

tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan. Apapun jenis kelainannya

dan bagaimanapun gradasinya.

35

Sementara itu, Sapon-Shevin (O'Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan

inklusi sebagai sistem pelayanan pendidikan yang mensyaratkan agar semua

anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama­

sama dengan teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya

restrukturisasi sekolah, sehingga menjadi komunitas yan9 mendukung

pemenuhan kebutuhan khusus setiap anal<. Artinya kaya dalam sumber belajar

dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua,

dan masyarakat sekitamya

Sedangkan menurut Freinberg ( 1995 ) pendidikan inklusi yaitu anak berkelainan

dididik bersama-sama anak lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa didalam masyarakat terdapat anak

normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai komunitas.

Page 47: S'J7-(JS1 /p

36

2.1.3.2. Landasan Pendidikan lnklusif

Pendidikan inklusi memiliki 4 landasan yang sangat kuat yaitu, landasan filosofis,

yuridis, pedagogis, dan empiris.

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia

adalah pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang

didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka

Tunggal lka ( Mulyono Abdulrahman, 2003)

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis internasional dalam penerapan pendidikan inklusi

adalah sesuai dengan deklarasi Salamanca (UNESCO, 1994) oleh para

mentri pendidikan se-dunia yang merupakan penegasan atas deklarasi

PSS tentang HAM tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang

berujung pada peraturan standar PSS tahun 1993 tentang kesempatan

yang sama bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan sebagai

bagian integral dari sistem pendidikan yang ada.

Di Indonesia, pendidikan inklusi dijamin oleh undang-undang 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dalam penjelasannya

menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik

berkelainan atau memiliki kecerdasan luar biasa diselenggarakan secara

Page 48: S'J7-(JS1 /p

inklusi atau berupa sekolah khusus.Tekhnis penyelenggaraan tentunya

akan di atur dalam peraturan internasional

c. Landasan Pedagogis.

37

Pada pasal 3 undang Undang 20 tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Maka melalui

pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu individu yang mampu

menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat.

d. Landasan Empiris.

Dari hasil penelitian the National Academy Of Sciences (Amerika Serikat)

menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di

sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan

ini merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya

diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat (Heller,

Hohman & Messick, 1982). Beberapa pakar bahkan mengemukakan

bahwa sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak

berkelainan secara tepat, karena karakteristik mereka yang sangat

heterogen (Baker, Wang dan Walberg, 1994)

Page 49: S'J7-(JS1 /p

38

2.3.1.3. Model Pendidikan lnklusi di Indonesia

Sekolah inklusi yang mulai diterapkan di Indonesia bagi anak yang berkebutuhan

khusus memiliki beberapa model :

a. Kelas Reguler (lnklusif Penuh). Anak berkelainan belajar bersama anak

lain sepanjang hari di kelas reguler dengan menmiunakan kurikulum yang

sama

b. Kelas reguler dengan cluster. Anak berkelainan bHlajar bersama anak lain

di kelas reguler dalam kelompok khusus.

c. Kelas regular dengan pull out Anak berkelainan belajar bersama anak

lain di kelas reguler namun dalam waktu-waktu te1tentu di tarik dari kelas

regular ke ruang sumber untuk belajar dengan pembimbing khusus.

d. Kelas reguler dengan cluster dan pull out Anak berkelainan belajar

bersama anak lain di kelas regular dalam kelompok khusus, dan dalam

waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk

belajar dengan guru pembimbing khusus.

e. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian. Anak berkelainan belajar

di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang

tertentu dapat belajar bersama anak lain di kelas reguler.

I. Kelas khusus penuh. Anak berkelainan belajar di dalam kelas khusus

pada sekolah reguler.

Page 50: S'J7-(JS1 /p

Dengan demikian setiap sekolah inklusi dapat memilih model mana yang akan

diterapkan, terutama bergantung kepada :

1. Jumlah anak berkelainan yang akan dilayani

2. Jenis kelamin masing-masing anak

3. Gradasi ( tingkat ) kelainan anak

4. Ketersediaan dan kesiapan tenaga kependidikan

5. Sarana prasarana yang tersedia.

2.3.1.4. Komponen Strategis Pendidikan lnklusi

Sehubungan dengan hal di atas dalam rangka penyelenggaraan pendidikan

inklusi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

a. Input siswa : Kemampuan awal dan karaktristik siswa menjadi acuan

utama dalam mengembangkan kurikulum dan bahan ajar serta

penyelenggaraan proses belajar-mengajar.

b. Kurikulum : Kurikulum (bahan ajar) yang dikembangkan hendaknya

mengacu kepada kemampuan awal dan karakteristik siswa.

c. Tenaga kependidikan : Tenaga kependidikan

(guru/instruktur/pelatih/therapis dan sebagainya) yang mengajar,

39

Page 51: S'J7-(JS1 /p

hendaknya memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan, yaitu memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang materi yang akan

diajarkan/dilatihkan dan memahami karakteristik siswa.

d. Sarana prasarana : Sarana prasarana hendaknya disesuaikan dengan

tuntutan kurikulum ( bahan ajar) yang telah dikembangkan.

40

e. Dana penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah reguler memerlukan

dukungan dana yang memadai. Untuk itu dapat ditanggung bersarma

antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua siswa serta sumbangan

suka rela dari berbagai pihak

f. Manajemen Penyelenggaraan pendidikan inklusi memerlukan manajemen

yang berbeda dengan sekolah reguler

g. Lingkungan. Agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan maka

lingkungan belajar dibuat sedemikian rupa sehing9a proses belajar­

mengajar dapat berlangsung secara aman dan nyaman.

h. Proses belajar mengajar : Proses belajar mengajar lebih banyak

memberikan kesempatan belajar kepada siswa melalui pengalaman

nyata.

Page 52: S'J7-(JS1 /p

41

4.1. KERANGKA BERFIKIR

Dalam rangka mensukseskan program wajib belajar Pendidikan dasar sembilan

tahun dan perwujudan hak asasi manusia, pelayanan pendidikan anak

berkebutuhan khusus perlu lebih ditingkatkan. Jika selama ini pendidikan anak

berkebutuhan khusus diselenggarakan secara segregasi di sekolah luar biasa (

SLB) dan sekolah dasar luar biasa (SDLB), maka saat ini sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan masyarakat secara luas, pemerintah mulai

mengembangkan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu bagi

anak -anak yang berkebutuhan khusus dapat menjalankan proses belajar,

bersama-sama dengan anak-anak normal di sekolah regular

Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna yaitu : (1) Pendidikan

inklusi adalah proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara­

cara merespon keragaman individu anak, (2) pendidikan inklusi Berarti

memperdulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam

belajar (3) pendidikan inklusi membawa makna bahwa anak kecil yang hadir di

sekolah, berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam

hidupnya dan (4) Pendidikan inklusi diperuntukkan utamanya bagi anak-anak

yang tergolong marginal, ekslusif dan membutuhkan layanan pendidikan khusus

dalam belajar. (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004)

Page 53: S'J7-(JS1 /p

Anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak tuna daksa, mereka memiliki

sedikit atau banyak kendala secara fisik dalam menjalanl<an aktifitas

kehidupannya. Anak tuna daksa menurut ilmu kedokteran dinyatakan

mempunyai kelainan anggota gerak yang meliputi ; tulan9,otot dan persendian

baik dalam struktur atau fungsinya, sehingga dapat merupakan rintangan atau

hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara layaknya. (Mangunsong,

2003)

Menurut Dahlan (1999) menyatakan bahwa hambatan fisik yang dialami anak

tuna daksa untuk menjalani kehidupan yang layak, biasanya disertai dengan

masalah-masalah yang bersifat psikis, bahkan dapat bersifat patologis.

Kecacatan dapat membuat orang menjadi rendah diri, tidak mempunyai

kepercayaan diri dan merasa selalu gagal dalam setiap usaha. Bahkan

adakalanya penyandang cacat mengadakan kompensasi dengan tingkah laku

menyimpang misalnya, menjadi sangat agresif dan psikopatis.

Menumbuh kembangkan kepercayaan diri anak khususnya anak tuna daksa

merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua, guru dan lingkungan sekitar.

42

Melihat kondisi mereka yang memiliki kekurangan secara fisik dibanding teman -

temannya yang lain, tentu akan membuat mereka semakin terpuruk. Maka dalam

Page 54: S'J7-(JS1 /p

penelitian ini, penulis ingin melihat bagaimana lingkungan sekolah yang

mengadakan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan l<husus dapat

mengembangkan kepercayaan diri .

43

Dalam kamus istilah psikologi, pengertian kepercayaan diri adalah kepercayaan

akan kemampuan diri sendiri, adekuat dan menyadari kemampuan-kemampuan

yang dapat memanfaatkannya secara tepat. (Hasan dkk)

Dengan demikian bagi anak berkebutuhan khusus (tuna daksa) yang mengikuti

pendidikan inklusi diharapkan memiliki kepercayaan diri bagus. Hal ini

disebabkan karena sejak kecil mereka sudah dibiasakan untuk bersama-sama

dengan anak-anak , belajar dan bersosialisasi di dalam sebuah lingkungan yang

satu serta adanya penerimaan dan pemerataan bagi anak-anak berkebutuhan

khusus (tuna daksa) untuk menjadi bagian dalam satu komunitas di lingkungan

sekolahnya.

Page 55: S'J7-(JS1 /p

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif sesungguhnya telah lama dikenal dalam penelitian untuk

ilmu sosial, termasuk dalam disiplin psikologi. Walaupun demikian, menurut

Poerwandari (1998), sejak berkembangnya psikologi hingga saat ini, perspektif

positivistic - kuantitatiflah yang dominan. Sampai saat ini pendekatan kualitatif

tidak mendapat perhatian atau bahkan masih diabaikan dalam disiplin psikologi.

Oleh karenanya dalam upaya memperkenalkan pendekatan kualitatif,

pembandingan tak dapat dihindarkan dan memang harus dilakukan.

Guba (1978) dalam Patton (1990), mendefinisikan studi dalam situasi alamiah

sebagai studi yang berorientasi pada penemuan. Penelitian demikian secara

sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang

sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan. Hal ini

menjadikan fokus perhatian pendekatan kualitatif bukanlah untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat seperti halnya pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kualitatif lebih memfokuskan perhatiannya pada upaya untuk

menemukan fenomena alamiah seperti yang dialami seseorang. Dengan

Page 56: S'J7-(JS1 /p

perkataan lain pendekatan kualitatif berusaha memahami gejala tingkah laku

manusia melalui sudut pandang subjek penelitian (Minichielo dkk, 1995)

45

Pendekatan kualitatif sebagai suatu studi yang berorientasi pada penemuan,

mamandang suatu masalah penelitian sebagai suatu realitas yang dinamis dan

tahu secara baku ditetapkan sebelumnya. Jadi tergantung dari fakta yang

ditemukan di lapangan (Mason, 1996; minichielo, 1995)

Penelitian kualitatif juga melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang dinamis dan

berkembang, bukan sebagai sesuatu hal yang statis dan tak berubah dalam

perkembangan kondisi dan waktu ( Poerwandari, 1998; Minichielo, 1995).

Menurut Poerwandari (1998), minat peneliti kualitatif adalah mendeskripsikan

dalam memahami proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan gejala yang

diteliti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif lebih

memberi penekanan pada dinamika dan proses dari pada hasil.

3.2. Desain Penelitian

Sebuah penelitian yang akan menghasilkan suatu data yang ilmiah dan dapat

dipertanggungjawabkan memerlukan suatu metode serta desain penelitian yang

Page 57: S'J7-(JS1 /p

46

sesuai dengan pertanyaan penelitian. Maka pada bab ini akan diuraikan

bagaimana desain dan metode penelitian yang akan peneliti gunakan.

Berdasarkan pada tujuan penelitian kali ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana

kepercayaan diri anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi di sekolah

reguler serta bagaimana pendidikan inklusi yang diterapkan di sekolah reguler

tersebut? Maka peneliti memilih menggunakan metode kualitatif study kasus

demi terjawabnya permasalahan tersebut.

3.3. Karakteristik Subjek

Agar memperoleh hasil data yang sesuai dengan maksud serta tujuan penelitian,

maka individu yang akan menjadi objek penelitian harus memiliki karakteristik

yang diinginkan. Adapun karakteristik subjek tersebut adalah

1. Subjek adalah anak tuna daksa

2. Subjek bersekolah di sekolah reguler

3.4. Subjek

Subjek yang akan di wawancarai oleh peneliti, bersifat purposif dimana hanya

subjek yang memenuhi kriteria-kriteria diatas yang dapat menjadi responden

penelitian ini.

Page 58: S'J7-(JS1 /p

47

3.5. Jumlah Subjek

Minichiello (1995) mengatakan ada kecenderungan bagi peneliti kualitatif untuk

menggunakan pengambilan sampel teoritis dimana prosedur pengambilan

sampel ini cenderung menggunakan jumlah subjek yang sedikit, terutama jika

penelitian sudah mencapai titik saturasi, yaitu saat dimana penambahan data

dianggap tak lagi memberikan penambahan informasi baru dalam analisis. Lebih

lanjut Poerwandari (1998) mengatakan dengan fokus penelitian kualitaif pada

kedalaman dan proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah

kasus sedikit. Hal yang sama dikatakan oleh Bertaux & Bertaux-Wiame dalam

Mason (1996 ) bahwa jumlah subjek hendaknya ditentukan untuk membantu

peneliti untuk memahami proses, dari pada untuk mewakili populasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah ada

batasan minimal dalam jumlah subjek dalam penelitian kualitatif. Sementara itu

jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang yang terdiri

dari tiga subjek anak tuna daksa yang belajar di sekolah reguler.( di SDN Ulu

Jami 03 Petang Jakarta Selatan )

Page 59: S'J7-(JS1 /p

48

3.6. Tekhnik dan lnstrumen Pengumpulan Data

3.6.1. Wawancara

Dalam sebuah penelitian yang menggunakan strategi studi kasus, maka

wawancara merupakan instrument yang esensial untuk terkumpulnya data yang

diinginkan, karena studi kasus umumnya berkenaan dengan urusan

kemanusiaan yang harus dilaporkan dan diinterpretasikan melalui penglihatan

pihak yang diwawancarai, dan para responden yang mempunyai informasi dapat

memberikan keterangan-keterangan penting berkaitan dengan situasi yang di

maksud (Yin,2002).

Dengan demikian, peneliti akan mengumpulkan data tentang kepercayaan diri

anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi di SDN Ulu Jami 03 Petang

Jakarta Selatan, melalui metode wawancara mendalam. Ketika peneliti

menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan datanya, maka untuk

mewawancarai subjek, peneliti memerlukan alat bantu berupa pedoman

wawancara. Pedoman wawancara inilah yang disebut dengan instrument

pengumpulan data (Arikunto, 1998)

Page 60: S'J7-(JS1 /p

3.6.2. Metode Observasi sebagai Metode Penu1njang

lstilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti "melihat dan

memperhatikan". lstilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut ( Banister dkk, 1994 dan

poerwandari, 1998)

49

Dalam penelitian ini observasi dilakukan sebagai metode penunjang untuk

memperkaya data penelitian yang diperoleh dari wawancara. Observasi yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi di sekolah yaitu lingkungan

sekolah serta sikap dan prilaku anak di sekolah. Sedangkan observasi di rumah

terdiri dari lingkungan fisik , tempat tinggal subjek, interaksi ibu dan anak serta

sikap dan prilaku subjek saat wawancara berlangsung.

3.7. Alat Bantu Pengumpul Data

Ala! Bantu untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat perekam.

Page 61: S'J7-(JS1 /p

3.8. Tekhnik Pengolahan Data

Setelah memperoleh data dari tekhnik pengumpulan data, maka peneliti

menjalankan proses selanjutnya yaitu mengolah data. Menurut Paton (1980 ),

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data

mengorganisasikannya ke dalam sebuah pola, kategori dan uraian dasar.

3.9. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti, diantaranya yaitu :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Penyusunan ala! pengumpul data yang berupa pedoman

wawancara

Uji coba pedoman wawancara kepada bebeirapa responden

Mencari subjek yang bersedia untuk diwawancarai yang sesuai

dengan karakteristik

Mempersiapkan alat-alat untuk wawancara, seperti pedoman

wawancara, tape recorder serta kaset kosong

Membuat janji pertemuan dan meminta kesediaan subjek untuk

diwawancara

Melaksanakan wawancara dengan responden

Menganalisis dan menginterpretsi data yan9 dilakukan secara

diskriptif sesuai dengan teori.

50

Page 62: S'J7-(JS1 /p

BAB4

HASIL DAN ANALISA D.tl\T A

4.1. Gambaran Umum Subjek

Subjek penelitian ini berjumlah 3 orang anak yang berusia sekitar 8-10 tahun.

Mereka adalah anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi di SON

Ulu Jami 03 petang Jakarta Selatan.

Dalam penelitian ini nama subjek, tempat tertentu dan orang lain yang terlibat

dalam kasus ini akan disamarkan dengan menggunakan nama-nama lain

sesuai dengan jenis kelamin untuk menjaga kerahasiaan subjek dan pihak­

pihak terkait serta sesuai dengan kode etik penelitian

Tabel 4.1

Garnbaran Urnurn Subjek

No Nam a Usia JK Suku

Bangsa

01 Rian 8 Tahun Laki-laki Sunda

02 Eka 9 Tahun Perempuan Jaw a

03 Fira 8 Tahun Perempuan Jawa

Page 63: S'J7-(JS1 /p

4.2. Gambaran Pendidikan lnklusi di SON Ulu Jami 03

Petang Jakarta - Selatan

52

Pendidikan inklusi yang diselenggarakan di SON Ulu Jami 03 Petang, sudah

berkembang sejak tiga tahun Jalu. Alasan sekolah mengadakan pendidikan

inklusi adalah untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi Anak

- anak yang berkebutuhan khusus dalam memperoleh pendidikan yang layak

seperti anak-anak Jainnya. Selain itu untuk membantu orang tua yang taraf

ekonominya di bawah rata-rata, dimana mereka tidak mampu untuk

menyekolahkan Anak mereka di sekolah Juar biasa ( SLB ) dikarenakan

biayanya yang cukup mahal.

Di sekolah ini sudah ada tiga siswa yang mengikuti pendidikan inklusi. Anak -

anak yang berkebutuhan khusus mengikuti pelajaran bersama anak-anak

Jainnya dalam kelas yang sama. Secara kurikulum (mata pelajaran) yang

diberikan juga tidak dibedakan. Hanya saja, karena keterbatasan fisik

mereka, membuat mereka tidak dapat mengikuti praktek secara maksimal

pada mata pelajaran olah raga. Kendati demikian, guru olah raga,

memberikan tugas lain kepada siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan

kemampuan mereka.

Page 64: S'J7-(JS1 /p

Lingkungan sekolah yaitu hubungan antara Anak berkebutuhan khusus

dengan guru-guru atau teman-temanpun, cukup baik . rvleski pada awalnya

mereka membutuhkan adaptasi terlebih dahulu. Penerirnaan serta

penghargaan yang baik dari orang - orang di lingkungan sekolah ini,

membuat mereka nyaman dan senang mengikuti pelajaran di sekolah.

Dengan demikian tidak ada hambatan yang sangat berarti yang dapat

mematahkan semangat belajar mereka.

53

Selain itu para guru juga sering memberikan wejangan ataupun nasihat

kepada seluruh murid-muridnya tentang kebersamaan dan kesetaraan antara

anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan anak-anak yang tidak

berkebutuhan khusus. Maka tidak ada perbedaan diantara siswa. Mereka

semua memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam hal apapun.

Bagi anak yang berkebutuhan khusus yang hendak mengikuti pendidikan

inklusi di sekolah ini, sebelumnya pihak sekolah melakul<an penyeleksian

yaitu dengan melihat kondisi fisik anak dan tingkat kece1·dasannya. Hal ini

dimal<sudkan demi kebaikan sekolah dan sang anak. Jika ketunaan yang

diderita anak sangat parah atau intelektualitas anak juga sangat rendah,

maka pihak sekolah belum dapat menerima anak tersebut karena dapat

Page 65: S'J7-(JS1 /p

54

mengganggu proses belajar mengajar , oleh karena di sekolah ini belum ada

sarana prasarana dan pembimbing khusus bagi anak-anak yang

berkebutuhan khusus. Namun kendati demikian, pihak sekolah akan

berusaha untuk mencarikan cara agar anak tersebut dapat masuk ke SLB

tanpa biaya mahal.

Adapun untuk mengadakan pendidikan inklusi yang sesungguhnya, seperti

adanya guru pendamping, kurikulum ataupun sarana dan prasarana yang

memadai, teryata di SON 03 Ulu Jami ini belum memiliki kesanggupan,

karena belum ada tempat ataupun lahan serta biaya. Akan tetapi ada usaha

dan harapan agar pendidikan inklusi yang diadakan di sekolah ini, bisa lebih

baik.

Jika melihat perkembangan kepercayaan diri Anak Tuna Daksa (ATD)

selama ini, tampaknya cukup bagus. Hal ini terbukti bahwa mereka dapat

bergaul dan membaur dengan anak-anak yang tidak berkebutuhan khusus

serta mampu mengikuti kegiatan seperti anak-anak yan!J lain. Secara

psikologis atau perasaan, anak berkebutuhan khusus yang mengikuti

pendidikan inklusi, tidak mengalami kendala yang signifikan. Teman­

temannya dapat menerima dan mengerti kondisi mereka yang demikian

misalnya tidak mengejek ataupun mencemooh mereka.

Page 66: S'J7-(JS1 /p

55

Respon orang tua terhadap pendidikan inklusi yang diselenggarakan di

sekolah inipun, cukup bagus. Tidak pernah ada keluhan, melainkan mereka

sangat respek dengan pendidikan inklusi ini, sehingga mereka

memperjuangkan apa saja untuk anaknya. Selain itu ba~1i siswa yang

ekonominya lemah, sekolah juga memberikan beasiswa berupa pemberian

alat-alat tulis.

4.3 Analisa Data

1. Kasus Rian

A. Data Pribadi Rian

Wawancara dilakukan pada tanggal 30 januari 2006. Ria.n merupakan anak

tunggal yang sangat disayang oleh orang tuanya. Rian memiliki wajah yang

tampan dengan warna kulit putih bersih. Saal ini Rian duduk di kelas 2 SDN

03 Ulu Jami. Alasan orang tua menyekolahkan Rian di sekolah tersebut

adalah karena lokasi sekolah yang sangat dekat dengan rumah dan untuk

membiasakan Rian agar belajar dan bergaul bersama anak-anak yang tidak

berkebutuhan khusus.

Page 67: S'J7-(JS1 /p

56

Berdasarkan penuturan sang ayah saat diwawancarai, kondisi kecacatan

yang diderita Rian terletak pada kadua kakinya yang sejak lahir terlihat

bengkok. Dalam hal ini, Rian tidak dapat berjalan tanpa ada penyangga atau

bantuan dari orang lain. Sehingga seluruh aktifitas keseharian Rian, masih

dibantu oleh ayah, ibu dan bibinya. Hanya saja, akhir - akhir ini Rian tidak lagi

diantar oleh ibunya, lantaran lbu sedang menjalani perawatan pasca operasi.

Dengan demikian, tugas sang ibu diambil alih oleh sang bibi yang senantiasa

mengantar dan menemani Rian di sekolah.

Sejarah kelahiran Rian terbilang cukup unik. Rian lahir secara premature,

beratnya 1.5 kg dan panjangnya 45 cm. Jika dilihat ukurannya, besar bayi

Rian menyerupai botol minuman. Pada saat mengandung Rian, kondisi ibu

sangat lemah. Lemahnya kandungan yang dialami ibunda Rian,

mengharuskan ibu mengkonsumsi obat penguat kandungan. Sampai pada

akhirnya usia kandungan ibu menginjak bulan ketujuh, ketika orang tuanya

melakukan Selamatan di rumah nenek di Subang, ternyata pada saat itu juga,

ibu mengalami mulas yang tak tertahankan. Oleh karena usia kandungan

yang masih tujuh bulan, tak terfikir olehnya akan hal melahirkan. Sehingga

ayah membawa ibu ke dokter dan ternyata menurut penuturan dokter bahwa

ibu mangalami kontraksi yaitu sebuah proses awal akan melahirkan. Dengan

Page 68: S'J7-(JS1 /p

57

demikian seluruh keluarga merasa terkejut melihat kejadian ini, dan tak lama

kemudian, ibu dapat melahirkan Rian secara normal.

Setelah Rian lahir, ia dan orang tuanya masih tinggal di Subang selama 4

bulan. Hal ini dikarenakan orang tua Rian yang belum dapat mengurus bayi

seorang diri. Kemudian mereka memutuskan kembali ke jakarta, setelah

orang tua Rian merasa sudah mampu untuk mengurus anaknya tanpa

bantuan nenek lagi. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan Rian,

ternyata Rian tidak seperti anak -anak seusianya. Rian tidak banyak bergerak

dan belum dapat berjalan di saat usianya menginjak 2 tahun.

Melihat kejanggalan seperti ini, maka orang tua, memeriksakan Rian ke

Dokter ahli syaraf, adapun hasilnya, ternyata Rian men9alami kelemahan

pada motoriknya. Terutama pada ba9ian kaki kanan dan kirinya. Dan

akhirnya orangtua diberi surat rujukan ke YPAC ( Yayasan Penyandang Anak

Cacal ) dimana Rian disana dilatih saraf motoriknya. Adapun untuk

menguatkan gerakan kaki Rian, maka Rian dibuatkan sepatu khusus dari

YPAC, namun sepatu itupun belum dapat membantu secara maksimal.

Selang beberapa lama di YPAC, Rian dipindahkan ke rumah sakit pertamina,

disana Rian mulai ada sedikit perubahan yaitu mulai dari merangkak sampai

Page 69: S'J7-(JS1 /p

bisa jongkok, kemudian sampai dapat berjalan dengan cara merambat di

dinding.

B. Hubungan dengan Keluarga

58

Sejak orang tua Rian menikah, keberadaan Rian sangat diharapkan dan

diimpi-impikan oleh orang tuanya. la adalah anak yang sangat di andalkan

oleh orang tuannya, meskipun kondisi Rian tidal< sempuma secara fisik, Rian

juga memiliki kemampuan seperti teman-temannya yan£J sempurna secara

fisik. Sebagai anak tunggal, Rian sangat diperhatikan oleh orang tua dan

bibinya yang sejak kecil mengurus Rian. Segala keinginan dan kebutuhan

Rian, selalu dipenuhi oleh orang tuannya, karena jika tidak dipenuhi, sesekali

Rian suka marah-marah dan berkata kasar. (cerita bibi Flian)

Dalam kesehariannya, Rian cukup manja kepada orang tuanya. Hubungan

mereka cukup akrab. Terlebih lagi Rian sangat senang bergurau, sehingga

tak lepas hari-hari Rian diisi oleh canda tawa. Namun demikian, keusilan

Rian kadangkala rnembuat orangtua atau bibinya, kesal dan marah. Adapun

Rian menanggapinya dengan tertawa karena senang m(:ilihat orang tua atau

bibinya kesal. (cerita ayah)

Page 70: S'J7-(JS1 /p

59

C. Hubungan Sosial

Posisi tempat tinggal Rian yang terletak di pinggir jalan raya, menunjukkan

sedikit sekali tetangga di samping kanan kiri rumahnya. l<ondisi lingkungan

rumahnya sangat sepi dari perkumpulan anak-anak. Sehingga Rian tidak

memiliki teman main di sekitar rumahnya. Dengan demikian, kegiatan Rian

selain di sekolah lebih banyak di rumah. Namun kadangl<ala teman

sekolahnya yang cukup del<at dengan Rian, merel<a sul<a bermain ke rumah

Rian untuk bermain game atau sekedar bercanda tawa. Jadi hubungan sosial

Rian kepada teman sebayanya hanya teman-teman di sekolah. Adapun

hubungan Rian dengan teman-temannya tersebut cukup baik, karena mereka

dapat menerima Rian serta mengerti kondisi Rian yang demikian. Jika ada

kesalah pahaman di antara mereka, tidak menjadikan hubungan mereka

putus. Bahkan tidak selang beberapa lama, mereka dapat akrab kembali dan

dapat tertawa bersama lagi.

D. Gambaran Kepercayan Diri Subjek

Dalam menjelaskan kepercayaan diri subjek penulis membaginya

berdasarkan pada indikator kepercayaan diri menurut beberapa tokoh yang

telah dirangkum kedalam beberapa hal

Page 71: S'J7-(JS1 /p

60

a. Persepsi tentang diri subjek (Body Image)

Rian yang menderita kelainan pada kakinya,yaitu bentuknya yang kecil

serta bengkok,membuat Rian merasa kesulitan untuk berjalan. Melihat

kondisinya yang seperti ini, Rian memang merasa berbeda dengan

kondisi kaki teman - temannya yang sempurna. Dengan demikian

Rian merasa malu dengan teman - temannya yang lain karena untuk

berjalan Rian masih membutuhkan bantuan oran9 lain seperti mama,

bibi atau ayah yang selalu mendampingi Rian secara bergantian.

Namun seiring waktu Rian yang sudah mulai bisa menerima keadaan

dirinya, membuat dirinya selalu semangat dan optimis untuk tetap

menjalani hidup dengan banyak belajar, bahkan Flian saat ini sudah

mulai mencoba untuk dapat melakukan aktivitasnya tanpa dibantu

orang lain seperti berjalan ke depan dengan cara merambat atau pergi

ke toilet. (tutur sang ayah)

Ayah yang sangat telaten dalam mendampingi Rian, selalu

memberikan dorongan serta kekuatan dengan mengajak diskusi atau

saling tukar pikiran tentang kekurangan & kelebihan yang dimiliki

setiap orang. Dengan demikian, persepsi yang positif terhadap diri

sendiri, dapat menjadikan Rian tumbuh percaya, diri untuk terus

sekolah, meskipun dengan kondisi kaki yang tidak sempurna.

Page 72: S'J7-(JS1 /p

61

b. Motivasi Berprestasi

Di kelas, Rian termasuk anak yang dapat mengikuti pelajaran secara

baik, Hal ini terbukti pada ranking Rian yang masuk dalam 1 O besar.

Rian tampak aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Selain itu

Rian juga pernah memenangkanlomba cerdas cermat tingkat nasional

( cerita guru)

Kecenderungan yang ada dalam diri Rian adalah kegemarannya

mengutak - atik barang - barang elektronika seperti hand phone,

televisi, komputer, dsb. Rian akan terus bertanya sesuatu yang ingin

diketahuinya sampai Rian benar - benar mengerti dan paham tentang

barang baru yang ada di hadapannya.(kata ayah)

Meskipun Rian memiliki kaki yang yang kurang sempuma, temyata

Rian miliki cita-cita cukup tinggi. Rian ingin menjadi pembalap, hampir

setiap hari Rian menonton balapan baik di TV atau VCD sampai -

sampai Rian sangat terobsesi untuk menjadi pembalap.(cerita Rian)

c. Mampu berinteraksi & berkomunikasi dengan orang lain.

Sekilas Rian tampak seperti anak yang pemalu. Penulis cukup lama

melakukan pendekatan agar Rian mau berbicara. Sekitar 20 menit,

penulis merayunya. Ternyata tanpa disadari, Rian mulai mau berbicara

& berkomentar bahkan sempat bercanda melepas tawa.

Page 73: S'J7-(JS1 /p

62

Pada dasarnya Rian adalah anak yang ceria dan terbuka. Jika Rian

sudah kenal dekat dengan orang yang ada dihadapannya, maka Rian

sangat lincah dan banyak bicara. Oleh karenanya Rian harus

melakukan adaptasi terlebih dahulu, apabila oran9 baru tersebut

kurang berkenan di hati Rian, maka Rian tidak akan pernah mau untuk

berbicara atau berdekat-dekatan dengannya.

Sedangkan di kelas, Rian memiliki teman yang banyak. Rian mudah

bergaul dengan temannya. Oleh karena Rian merasa bahwa teman­

temannya bisa menerima dan mengerti dirinya, sehingga Rian tidak

merasa asing dan berbeda dengan teman-temannya yang lain.

d. Mandiri

Dalam hal melakukan aktifitas sehari-hari, Rian lebih banyak dibantu

orang tua atau bibinya. Selain memang kondisi kaki Rian yang sangat

sulit untuk bergerak leluasa, Rian merupakan anak tunggal yang

sangat di manja, sehingga segala kebutuhannya selalu dibantu dan

dipenuhi. Seperti halnya mandi, berpakaian, pergi sekolah, Rian jarang

sekali melakukannya sendiri. Namun, kadang kala Rian suka menolak

bantuan orang tua atau bibinya, lantaran Rian ingin mencoba untuk

Page 74: S'J7-(JS1 /p

mengerjakan sendiri, meski belum dapat melakukannya secara

maksimal serta membutuhkan waktu yang sangat lama ..

63

Kemandirian Rian lebih terlihat saat di kelas bersama teman­

temannya. dibandingkan di rumah yang ada oran!~ tua atau bibi yang

selalu memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya pergi ke toilet,

mengerjakan tugas guru, dan bermain bersama temannya, ternyata

Rian dapat melakukannya sendiri tanpa dibantu oleh siapapun.

Kadangkala hal ini membuat guru dan teman-temannya merasa

khawatir, namun mereka tetap membiarkan Rian agar mandiri, hanya

saja terus di awasi dan di dampingi oleh guru I teman - temannya.

e. Optimis dan tidak minder

Rian sangat senang dan semangat dalam menjalankan pendidikan

inklusi. Hal ini dikarenakan sang ayah yang selalu mendampingi dan

menasehati Rian agar tetap optimis dan semangat dalam belajar demi

mencapai cita -citanya. Selain itu kebahagiaan Rian saat belajar di

sekolah adalah guru dan teman-temannya sangat menghargai dan

mendukung keberadaannya. Rian tidak pernah diejek atau diolok oleh

teman-temannya, sehingga Rian selalu menganggap teman-temannya

baik dan tidak pernah menganggunya. Bahkan Rian seringkali dibantu

mengerjakan sesuatu.

Page 75: S'J7-(JS1 /p

64

Namun demikian Rian masih merasa malu jika harus tampil didepan

umum atau berkumpul dengan orang - orang di lingkungan yang baru.

Rian akan dapat lebih akrab bila orang - orang yang di lingkungan

tersebut sudah mulai menyatu dengan dirinya, meski butuh adaptasi

yang cukup.

f. Berani mencoba dan tidak takut gaga!

Untuk kegiatan - kegiatan yang dilakukan secara fisik, Rian sudah

mencoba melakukan sendiri seperti ke toilet, berjalan ke teras atau

mengambil barang di tempat yang cukup jauh. Rian akan melakukan

aktivitas tersebut dengan jalan merambat dan mulai meminta bantuan,

ketika Rian sudah merasa kelelahan. Rian tidak dapat bergerak terlalu

banyak, karena Rian akan mengalami kecelakaan misal jatuh atau

terpeleset, jika dipaksakan.(cerita ayah)

Selain itu Rian sudah dapat bermain bola dihalaman rumahnya,

membantu ayahnya mencuci kendaraan, menyapu dan aktivitas -

aktivitas yang kadangkala Rian ingin dan mampu melakukannya.

Begitupun Rian yang gemar dengan barang-barang elektronik, sangat

suka sekali mengutak-atik hand phone atau komputer, meski Rian

tidak dapat menyelesaikannya dengan benar. Sampai-sampai hand

phone sang mama rusak dibuatnya.(cerita ayah)

Page 76: S'J7-(JS1 /p

65

g. Ketenangan Sikap

lbu yang biasa menjaga dan mendampingi Rian, sudah 1 tahun ini

menderita sakit yang cukup serius. Beliau belum diperbolehkan untuk

melakukan pekerjaan berat. Beliau harus beristirahat total pasca

operasi yang dijalani. Maka melihat kondisi seperti ini, tidak

menjadikan Rian mengeluh atau merengek. Melainkan Rian dapat

memahami kondisi sang ibu dengan tidak merepotkan atau

menyusahkannya. Semakin hari Rian mulai belajar untuk dapat

melakukan kegiatannya tanpa bantuan banyak dari orang -orang

sekitarnya.

Sang ayah selalu memberi pengertian dan pandangan agar Rian mulai

berpikir dan tumbuh dewasa layaknya anak seusianya. Kendati

demikian, kadang kala Rian masih suka marah dan membantah orang

tua, manakala keinginannya tidak dituruti, seperti contoh, Rian akan

marah bila barang miliknya di rusak atau di ambil orang lain. ( tutur

ayah)

h. Mampu mengambil keputusan

Rian merupakan anak tunggal yang sangat dimanja orangtuanya

terutama sang ayah, beliau sangat memperhatikan perkembangan

Page 77: S'J7-(JS1 /p

66

Rian. Oleh karenanya sedikit banyak Rian selalu mendapat masukan

dari orang tuanya sesuai dengan hobi yang mulai tampak pada diri

Rian. Seperti halnya keinginan Rian menjadi pembalap, membuat Rian

semakin termotivasi untuk terus belajar dan berusaha agar mampu

mengendarai mobil. Akan tetapi karena kemanjaannya, Rian selalu

mengandalkan orangtuanya, Seringkali keputusan yang diambil

didasari oleh nasihat ayahnya.

Adapun masalah-masalah kecil yang biasa dihadapi oleh anak-anak

saat bermain, ternyata Rian dapat menyelesaikannya dengan baik.

Seperti halnya kesalahpahaman yang sering kali terjadi bersama

teman-temannya, maka Rian dapat mendamaikan atau menjadikan

mereka tidak bertengkar kembali.

2. Analisa Data Subjek No 1 ( Rian )

Rian adalah anak yang terlahir secara premature, di karnnakan kondisi

kandungan sang lbu yang sangat lemah. lbu sudah melahirkan pada usia

kandungan 7 bulan. Kehadiran Rian, merupakan keban\rnaan orang tuannya,

namun orang tua merasa khawatir dengan keaclaan Rian yang bertubuh

sangat mungil. Seiring waktu, perkembangan fisik Rian kurang optimal.

Page 78: S'J7-(JS1 /p

67

Akhirnya Rian dirawat di rumah sakit untuk di terapi karena menurut dokter

Rian mengalami hambatan saraf motorik.

Dalam menjalani perawatan, Rian tidak mengalami banyak perubahan, Maka

orang tua bertekad untuk mengurus sendiri di rumah. Orang tua sangat

menerima kondisi anaknya yang menderita tuna daksa. Dengan demikian

mereka tetap menjadikan Rian sebagai harapan satu-satunya karena Rian

merupakan anak tunggal. Mereka juga selalu memberikan dorongan serta

motivasi agar Rian tetap bisa tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak

normal. Meskipun di satu sisi orang tuanya sangat memanjakan Rian

sehingga Rian menjadi anak yang manja, kurang mandiri, temperamental dan

egois.

Melihat Rian yang cukup semangat dalam belajar dan ingin bersekolah, maka

orang tua Rian memasukkan Rian ke sekolah dasar negeri yang dekat

dengan rumah, untuk mengikuti pendidikan inklusi. Hal ini dimaksudkan

orang tua agar Rian dapat membaur bersama teman-ternannya yang

sempurna secara fisik dan untuk melatih serta mengembangkan kepercayaan

dirinya.

Page 79: S'J7-(JS1 /p

68

Di sekolah Rian termasuk anak yang berprestasi, meski saat sekolah masih

ditemani oleh bibinya, hal ini di karenakan kondisi Rian yang kadangkala

masih membutuhkan pertolongan. Sampai saat ini Rian masih berjalan

dengan dituntun, namun di rumah, sedil<it demi sedikit man juga belajar

untuk melakukan aktivitasnya tanpa bantuan siapapun yaitu dengan cara

jalan merambat.

Adapun suasana lingkungan di sel<olah yang sangat nyaman, yakni dengan

penerimaan serta penghargaan yang baik dari guru dan teman-temannya,

membuat Rian senang dan semangat dalam mengikuti pendidikan inl<lusi,

bahkan Rian merasa bahwa dirinya mampu seperti teman-temannya yang

lain dan tidal< menganggap bahwa keterbatasan yang ada pada dirinya

sebagai penghambat untuk meraih cita-citanya.

Page 80: S'J7-(JS1 /p

69

Tabel 4.2

No lndikator Rian

A. Gambaran Anak Tuna Daksa

1. Sebab ketuna daksaan

a. Intern ( sejak lahir) x b. Ekstern

2. Bentuk ketunadaksaan

a. Ketidaksempurnaan bentuk tangan

b. ketidaksempurnaan bentuk kaki x 3. Kondisi Anak Tunak Daksa

a. Fisik kuat

b. Psikis sehat x c. lntelektual bagus x d. Moral baik x

4. Sikap anak tuna daksa terhadap dirinya

a.Benci

b. Kesal x c. Sensitif x d.Bangga

e. Masa bodoh x 5. Karakteristik anak tuna daksa

a. Patuh

b. Pemberontak x c. Temperamental x

Page 81: S'J7-(JS1 /p

70

d. Penyabar

e. Introvert

f. Ekstrovert x

g. Egois x

h. Ramah

6. lntervensi Orang tua

a. Bebas

b. Over protektif x c. Antara bebas dan protektif

7. Kondisi lingkungan tempat tinggal

a. Mendukung

b. Kurang mendukung x

8. Kondisi lingkungan sekolah

a. Mendukung x b. Kurang mendukung

B Gambaran Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa

a. Body Image x

b. Motivasi berprestasi x

c. Mampu berinteraksi & berkomunikasi x

d. Mandiri

e. Optimis & tidak minder x f. Berani mencoba & tidak takut gagal x g. Ketenangan sikap

h. Mampu mengambil keputusan

Page 82: S'J7-(JS1 /p

71

2. Kasus Eka

A. Data Pribadi Eka

Wawancara dilakukan di rumah subjek pada tanggal 31 Januari 2006. Rumah

yang terdiri dari 3 kamar ini, sangat penuh dengan barang-barang yang

hampir menganggu sirkulasi udara. Hal ini dikarenakan l<urangnya pentilasi

atau jendela di setiap kamar-kamarnya. Di ruang tamu yang sangat sempit,

hanya ada sebuah lemari dan televisi, tidak terdapat kursi ataupun tempat

duduk, sehingga kami harus berbincang-bincang sambil lesehan tanpa alas

sehelaipun.

Gadis mungil kelas 3 SD ini memiliki wajah yang manis. Dengan rambut lurus

terurai sebahu, tampak berwarna kemerahan karena sering terkena sinar

matahari. Bentuk wajahnya yang agak bulat dihiasi dengan hidung yang tidak

begitu mancung serta mata yang sedang, selalu tersenyum malu-malu. la

tidak banyak bicara jika tidak diajak bicara, khususnya d13ngan orang yang

baru di kenalnya.

Diantara teman-temannya, la memang berbeda. Kecacat.an yang dideritanya

terlihat pada kedua tangannya yang tidak sempurna. Tangan kanannya

Page 83: S'J7-(JS1 /p

72

hanya sampai siku, sedang tangan sebelah kirinya utuh sampai pergelangan

tangan, hanya saja kelima jarinya tidak seperti ukuran jari normal (bentuknya

kecil-kecil seperti terpotong )

Dari cerita ayah dab ibu, Eka merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara.

Menurut orang tuanya, sebenarnya mereka sudah tidak ingin memiliki anak,

tetapi di usianya yang cukup senja, mereka masih di percaya oleh Tuhan

untuk mendapatkan anak, meskipun dalam ilmu kedoktHran, wanita di usia 40

tahun ke atas tidak dianjurkan untuk mengandung, karena resikonya cukup

tinggi dan anehnya, tanda-tanda kehamilan yang dirasal<an, tidak sama

seperti saat mengandung anal<-anak sebelumnya .

Sebenarnya pada kehamilan Eka, ibunya tidak merasa kalau sedang hamil. la

hanya merasa ada sesuatu yang kurang enak di bagian perutnya. Maka atas

saran kakaknya, ibu pergi ke beberapa dokter guna mengetahui penyakit

yang dideritanya. Dari penuturan dokter, menurutnya ibu kelelahan, dan di

dalam perutnya ada benjolan seperti telor yang diprediksikan sebagai tumor

kecil. Maka mendengar keterangan dokter seperti itu, ibu langsung shock dan

hampir pingsan kemudian dokter memberikan resep oba.t untuk diminum ibu,

agar tumornya cepat luntur dan tidak jadi tumbuh membesar.

Page 84: S'J7-(JS1 /p

73

Merasa bimbang dan ragu, kemudian ibu mencoba untuk urut di salah satu

tukang urut. Berbeda dengan prediksi dokter, menurut tukang urut tersebut,

katanya di dalam perut ibu ada bayi. Namun lbu masih rnenolak dalam diri (

Denial ), karena ibu tidak menginginkan untuk rnemiliki anak kembali.

Dengan demikian ibu masih tetap yakin dengan yang dikatakan dokter,

sesungguhnya yang ada di perut ibu adalah benjolan atau tumor. Maka lbu

meneruskan min um obat yang diberikan dokter tadi. lbu hanya berharap,

moga penyakit yang dideritanya dapat sembuh total, seperti saran dokter.

Sedangkan ayahnya dengan rambut putih serta kulit yang mulai keriput,

sangat percaya kepada hal-hal yang berbau mistik atau kepercayaan dari

orang-orang terdahulu. Seperti halnya cerita yang ditutu1·kan ayah, dahulu

saat ibu sedang hamil Eka, ayah diperintah oleh majikannya untuk menebang

pohon yang sangat besar . Oleh karena pekerjaan ayah sebagai tukang

angkut sampah, maka ayah memenuhi perintah tersebut. Menurut orang tua

dulu, katanya pamali jika melakukan hal-hal yang diang~1apnya kurang wajar,

bila istrinya sedang hami!. Hal itulah salah satu sebab yang membuat Eka

cacat, menurutnya. Kemungkinan penunggu pohon tersebut tidak terima jika

ditebang.

Page 85: S'J7-(JS1 /p

74

Setelah sembilan bulan di dalam kandungan, akhimya Eka lahir, di rumah

sakit tempat ibu periksa kandungan pertama kali. Dan cukup mengagetkan

pihak keluarga, terutama ayah, ketika melihat tubuh mungil bayi yang ada di

samping ibu, tidak memiliki tangan utuh atau sempurna.

Melihat hal demikian, ayah sangat marah dengan dokter. Sambil menggebrak

meja, ayah keluar ruangan. Ayah tidak menerima kecacatan yang diderita

oleh anaknya yang baru saja lahir. Ayah menuntut pada rumah sakit, namun

hal itu percuma. Rumah sakit tidak bertanggung jawab mengenai hal itu.

Awalnya sang ayah tidak mau mengambil bayi itu. la tidak terima dengan

kondisi bayi yang cacat. Namun dengan menangis ibu memohon kepada

ayah untuk tetap mengasuhnya sampai besar. lbu sangat yakin bahwa

semua adalah takdir Allah yang harus diterima dengan lapang dada. Mungkin

dengan kehadiran Eka, Allah akan membuka jalan rizki. Memang kebesaran

Allah pula, sejak Eka lahir, kakaknya sudah mulai bekerja semua. Jadi tidak

terlalu repot, karena saudara-saudaranya selalu membantu ibu dan ayah

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Page 86: S'J7-(JS1 /p

75

B. Hubungan dengan Keluarga

Di rumah, Eka merupakan anak bungsu yang memiliki banyak kakak.

Keberadaan Eka yang mengalami ketunaan, membuat keluarga shock.

Terutama sang ayah yang tidak mau mengasuhnya. Namun berkat lbu, Eka

tetap di asuh sampai tumbuh sikap belas kasih dari keluarga kepada Eka

yang menderita tuna daksa.

Melihat kondisi demikian dan menginggat Eka sebagai anak perempuan yang

bertambah dewasa nantinya, maka orang tua selalu menasihati kakaknya

untuk selalu sayang dan kasih terhadap Eka, tentunya yang seperti itu

mampu meningkatkan keyakinan pada dirinya untuk tetap semangat dan

optimis dalam menjalani hidup.

Adapun hubungan Eka dengan keluarga cukup baik. Hal ini dikarenakan Eka

tidak pernah membuat ulah dan macam-macam, sehingga kakaknya semua

sayang. Hanya saja karena orang tua Eka bukan orang berpendidikan,maka

nasihat yang disampaikan hanyalah berasal dari pengalaman hidupnya.

C. Hubungan Sosial

Page 87: S'J7-(JS1 /p

76

Meski Eka seorang yang pendiam, la memiiki beberapa sahabat. Lingkungan

tempat tinggal yang berdempetan tembok, menjadikan Eka mempunyai

banyak teman karena banyak anak yang seusianya. Ketunaan yang

dideritanya tidak menganggu aktifitasnya bersama teman-teman. Sehingga

mereka memiliki hubungan yang baik dengan teman rurnahnya.

Adapun di sekolah Eka lebih banyak diam. Oleh karena Eka tidak rnarnpu

rnembalas temannya yang suka menghina. Jadi Eka hanya mampu mengadu

pada gurunya dan kemudian berkat nasihat guru tersebut, ternan-temannya

tidak lagi mengejek atau rnenghina. Sehingga Eka sudah rnulai merasa

nyarnan dan tidak takut lagi dengan teman-temannya yang suka usil.

D. Gambaran Kepercayaan Diri Subjek

Dalarn rnenjelaskan kepercayaan diri subjek, penulis rn1:imbaginya

berdasarkan pada indikator kepercayaan diri rnenurut beberapa tokoh yang

telah dirangkurn ke dalarn beberapa hal :

a. Persepsi tentang diri subjek (Body Image)

Page 88: S'J7-(JS1 /p

77

Subjek yang mengalami kecacatan pada salah satu tangannya, tidak

merasakan bahwa dirinya lemah. Kekurangan yang terdapat pada

tangan sebelah kanannya, masih dapat tertutupi dengan tangan

kirinya. Dengan begitu Eka masih dapat beraktifitas dengan tangan

kirinya tersebut.(tutur Eka)

Diantara teman-temannya yang berkebutuhan khusus, memang Eka

yang diketegorikan ringan. Sehingga Eka tidak memerlukan banyak

bantuan dari orang lain. Hanya saja orang tuanya. yang kadang kala

khawatir, membuat Eka merasa manja sehingga tidak boleh

melakukan pekerjaan rumah tangga.(cerita ibu)

Jika ada beberapa temannya yang suka mengejek dengan kata-kata

"tangan buntung" , Eka sangat terpukul dengan kata-kata temannya

tersebut. Namun Eka tidak pernah membalas. Hanya kadang-kadang,

Eka suka bertanya pada orang tuannya, mengenai tangannya yang

tidak sempurna. ltu. Mengapa Eka diberi kondisi yang demikian?

b. Motivasi berprestasi

Disaat usia Eka sudah mengharuskan untuk sekolah maka ibunya

menginginkan anaknya untuk sekolah seperti kakaknya dahulu. Oleh

karena tidak ada biaya untuk memasukkan Eka di sekolah khusus (

SLB), maka ibunya hendak mendaftarkan Eka di sekolah reguler.

Page 89: S'J7-(JS1 /p

keinginan orang tua ini pun, didukung dengan keinginan Eka yang

ingin sekolah juga.

78

Di sekolah Eka termasuk anak yang sangat pendiam. Di kelas Eka

tidak banyak bicara seperti teman-temannya yan~J lain. Saat belajar

Eka cukup konsentrasi dengan pelajaran yang disampaikan guru. Eka

juga selalu belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Katanya kalau

tidak mengerjakan PR, ia takut dihukum. Namun memang la terkadang

merasa kesulitan dalam memahami pelajaran. Sehinga nilai Eka

berada di urutan bawah.(kata guru)

Di rumah, Eka juga mengaji dengan salah satu guru ngaji yang berada

disekitar rumahnya bersama teman-teman yang lain. Dia semangat

sekali. Jadi sekarang dia sudah dapat mengaji walau belum lancar.

Sampai guru ngajinya berkata kalau Eka tidak perlu memikirkan

tentang spp bulanannya. Jika Eka mau mengaji, Eka hanya perlu

datang setiap hari saja.

c. Mampu berinteraksi dan berkomunikasi clengan orang lain.

Dilingkungan rumahnya, la memiliki banyak teman, la pun turut

bermain seperti teman-temannya yang lain. Karena tangan kirinya

masih dapat difungsikan seperti kedua kakinya yang dapat berjalan

normal, maka tidak begitu menghambat bagi aktivitas Eka. la pun tidak

Page 90: S'J7-(JS1 /p

79

merasa malu karena teman-temannya juga tidak ada yang

memusuhinya. Hal ini terbukti ketika penulis bertandang ke

rumahnya,ternyata Eka sedang bermain di kebun bersama teman­

temannya. Sampai beberapa menit kemudian Eka baru datang karena

tidak ada yang tahu Eka dan teman-temannya itu bermain dimana.

Ketika mengikuti pendidikan inklusi, Eka tidak terlalu berbeda jauh

dengan teman-temannya dalam bertingkah laku. Sikapnya kepada

teman atau guru-gurunya sama seperti layaknya anak-anak lain.

Bermain, bercanda, belajar, berolah raga bersama tanpa ada kendala.

Bersama teman-temannya, Eka juga bergaul dan bergabung dengan

mereka.Saling berbagi suka dan duka dengan bertukar cerita. Namun

Eka lebih banyak menjadi pendengar karena Eka tidak suka banyak

bicara. Dia juga memiliki teman dekat yang selalu bermain bersama.

Teman-temannya juga tidak ada yang jahil berlebih, hanya satu orang

yang suka usil namun sudah dapat diatasi dengan nasehat guru.

Sehingga teman-temannya juga terlihat bisa menerima Eka untuk

bergabung bersama mereka tanpa melihat kecacatan yang dialami

Eka.

Kalaupun Eka seperti itu, teman-teman atau guru juga tidak

memberikan perlakuan yang berbeda. Sehingga apapun yang di

Page 91: S'J7-(JS1 /p

80

kerjakan teman-teman juga dapat dikerjakan oleh Eka. Hal ini terbukti

bahwa Eka juga mampu mengikuti lomba olah ra\Ja, karena ia tidak

ingin dikasihani.

Eka pun merasa kalau teman dan guru-guru di sekolah baik dan

perhatian. Mereka selalu menghargai dan menghormati keberadaan

Eka. Eka cukup senang apalagi dengan kondisi seperti itu, dia tidak

sendirian melainkan ada dua temannya lagi.

d. Mandiri

Kondisi Eka yang demikian, tidak pernah merepotkan orang tua dan

orang-orang di sekitarnya., dalam melakukan tugasnya serta untuk

memenuhi kebutuhannya, Eka sudah dapat melakukannya sendiri

seperti mandi, memakai baju, toilet trainining dst.

Sejak awal masuk, Eka diantar oleh ibunya. Namun setelah nyaman

dengan keadaan lingkungan teman sekolahnya, Eka sudah mulai

mandiri untuk tidak diantar ibu.pergi ke sekolah

Saal mengikuti pelajaran, tidak terlintas di wajah l:'.ka perasaan minder

atau malu dengan teman-teman lainnya. Eka yang duduk di bangku

belakang, cukup serius dan konsentrasi saat mengikuti pelajaran.

Kalaupun nilai akademiknya diurutan bawah.( kata guru)

Page 92: S'J7-(JS1 /p

81

e. Optimis dan tidak minder

Sikapnya di sekolah juga sangat sopan. Menurut cerita gurunya, la

selalu memulai berjabat tangan kepada semua guru. Kalaupun tangan

kanannya hanya sampai siku, la tetap menggunakan tangan kanannya

tersebut untuk bersalaman, bukan tangan kirinya. Tangannya yang

sebelah kiri juga sangat lancar untuk menulis.

I. Berani mencoba dan tidak takut gagal

Eka memiliki keyakinan yang tinggi terhadap dirinya. la merasa bahwa

dirinya bisa, karena ibu pernah melihatnya bagaimana ia berusaha

untuk mencuci piring, yaitu dengan tangan kirinya.

Menurut ibunya yang sudah masuk usia senja, sHbenarnya kalo

dirumah Eka juga pengen sekali bantu-bantu ibu. Seperti cuci piring,

ngelap-ngelap dan pekerjaan rumah lainnya, tetapi sang ibu merasa

takut dan khawatir kalau-kalau akan mencelakakan dirinya nanti.

g. Ketenangan sikap

Terkadang ada salah satu temannya yang usil, Eka suka ditendang

atau diejek. Namun Eka tidak berani mambalas, dia diam saja. Hanya

Page 93: S'J7-(JS1 /p

ketika sampai di rumah dia langsung mengadu pada mamanya Dan

meminta mamanya untuk membalas perlakuan buruk kepadanya.

Dalam hari-harinya, Eka termasuk orang yang tidak rewel dan tidak

banyak bicara Tidak seperti anak-anak kecil lainnya. la sangat

mengerti dengan kondisi orang tuanya yang tidak memiliki banyak

uang. Jadi jika Eka ingin jajan, jarang sekali ia minta sampai

merengek-rengek. Oleh karenanya sang kakak selalu memberinya

uang jajan walaupun memang tidak banyak.

h. Mampu mengambil keputusan

82

Jika teman-temannya selalu ramai dengan berteriak-teriak, lari-larian

dan bercanda saat berkumpul dengan teman sekolah, ternyata Eka

lebih banyak diam di tempat dan duduk dengan tenang. Sehingga

kadangkala ada salah satu temannya yang suka jahil, yang kemudian

Eka mengadukan ini pada ibu gurunya. Guru tersebut langsung

memberi nasihat kepada anak yang jahil itu, akhirnya sampai saat ini

tidak pernah ada keluhan lagi.

Eka yang duduk di bangku paling belakang, memang tidak terlalu

menonjol diantara teman-temannya. la jarang sekali bertanya pada

guru ataupun menjawab soal-soal guru. Namun jika pelajaran olah

raga, Eka merasa dirinya mampu melakukan sesuatu seperti teman-

Page 94: S'J7-(JS1 /p

teman lainnya. Maka la memaksakan dirinya untuk ikut serta dalam

berolah raga ..

2. Analisa Data Subjek No 2 ( Eka )

83

Orang tua Eka yang sudah sepuh, sangat tidak percaya jika dikatakan lbu

sedang mengandung. Sehingga kelahiran Eka kurang diharapkan oleh orang

tuannya. Kondisi kehamilannya yang berbeda, membuat lbu semakin kurang

percaya bahwa di dalam perutnya ada seorang bayi. Dengan demikian, saat

Eka lahir dengan kondisi cacat, sang ayah sangat tidak terima dan tidak mau

mengurus Eka sebagai anaknya. Namun karena bujukan lbu, akhirnya Eka

diasuh dengan perasaan belas kasihan melihat kondisinya yang sangat

berbeda dengan keenam kaka-kakaknya.

Di rumah, Eka memang di manja oleh lbunya, namun orang tua Eka yang

sudah tua tidak terlalu konsen dengan hal pendidikan. f\/lereka memasukkan

Eka di sekolah dasar negeri, selain dekat dengan rumah, kondisi Eka yang

tidak terlalu parah, juga karena kondisi ekonomi yang pas-pasan. Dan Eka

juga yang ingin sekolah bersama teman-teman sebayanya.

Page 95: S'J7-(JS1 /p

84

Di sekolah Eka kurang berprestasi dan pendiam sekali. Hal ini di karenakan

Eka pemah di ejek dan diolok-olok oleh salah satu teman sekolahnya yang

nakal. Sehingga Eka suka bertanya kepada ibunya perihal kecacatan yang

diderita, dan merasa sedikit kurang nyaman. Namun hal ini tidak membuat

Eka merasa minder dengan teman-teman lainnya, la tetap bermain dan

bercanda tawa bersama teman-temannya.

Dilihat dari kepercayaan dirinya, Eka lebih tertutup dibandingkan kedua

subjek yang lain. Hal ini juga tampak dari sikapnya yang malu-malu

khususnya pada orang yang baru dikenal. Namun jika dilihat saat bersama

teman-temannya, Eka termasuk anak yang ceria dan banyak tawa. Hal ini

disebabkan perasaan yang nyaman dan tidak ada beban jika bersama

teman-temannya.

Eka yang merupakan anak bungsu dan tidak pernah diberi tugas dan

tanggung jawab di rumah, membuat Eka kurang memiliki sikap mandiri dan

dewasa. Saal di tanya keinginannyapun, Eka ticlak tahu dan tidak ingin apa­

apa. Jacli belum ada bayangan untuk bagaimana dirinya nanti, karena cita­

citapun tidak memiliki.

Page 96: S'J7-(JS1 /p

85

Tabel 4.3

No lndikator Eka

A. Gambaran Anak Tuna Daksa

1. Sebab ketuna daksaan

a. Intern ( sejak lahir) x

b. Ekstern

2. Bentuk ketunadaksaan

a. Ketidaksempurnaan bentuk tangan x

b. ketidaksempurnaan bentuk kaki

3. Kondisi Anak Tunak Daksa

a. Fisik kuat x

b. Psikis sehat x

c. lntelektual bagus

d. Moral baik x

4. Sikap anak tuna daksa terhadap dirinya

a.Benci x

b. Kesa! x

c. Sensitif x

d.Bangga

e. Masa Bodoh x

5. Karakteristik anak tuna daksa

a. Patuh x

b. Pemberontak

c. Temperamental

Page 97: S'J7-(JS1 /p

86

d. Penyabar x e. Introvert x f. Ekstrovert

g. Egois

h. Ramah x 6. lntervensi Orang tua

a. Bebas

b. Over protektif

c. Antara bebas dan protektif x 7. Kondisi lingkungan tempat tinggal

a. Mendukung x b. Kurang mendukung

8. Kondisi lingkungan sekolah

a. Mendukung x b. Kurang mendukung

B Gambaran Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa

a. Body Image x b. Motivasi berprestasi

c. Mampu berinteraksi & berkomunikasi

d. Mandiri

e. Optimis & tidak minder x f. Berani mencoba & tidak takut gagal x g. Ketenangan sikap x h. Mampu mengambil keputusan

Page 98: S'J7-(JS1 /p

87

3. Kasus Fira

A. Data Pribadi Fira

Wawancara dilakukan di rumah subjek pada tanggal 31 Januari 2006. Di

rumah subjek yang cukup sederhana, terdiri dari dua tin9kat, yaitu ruang

bawah terdiri dari ruang tamu, satu kamar anak-anak , ruang makan dan

dapur. Dan ruang atas yang digunakan untuk kamar aya.h dan tempat kumpul

keluarga. Rumah yang tidak terlalu besar ini sangat nyaman dan tentram jika

berada di dalamnya.

Fira merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Ketiga adiknya masih

sangat kecil-kecil. Oleh karenanya Fira terlihat cukup dewasa karena

memang orang tuannya selalu memberinya tanggung jawab sejak kecil.

Fira memiliki wajah mungil dengan warna kulit hitam manis. Perawakannya

yang mungil, membuat Fira terlihat lincah dan aktif dalarn beraktiitas.

Ketunaan yang diderita fira terletak pada bagian kaki kanannya yang hanya

sampai lutut. Alat Bantu yang digunakan Fira adalah dua tongkat sebagai

pengganti kakinya.

Page 99: S'J7-(JS1 /p

88

Sejak dalam kandungan, sang lbu tidak mengalami hal yang aneh-aneh.

Kedua orang tuanya yang tampak sangat agamis kuran[J percaya dengan

hal-hal yang mistik, Karena mereka hanya yakin kepada Allah SWT.

Kematangan yang tampak pada diri mereka menunjukkan bahwa mereka

pasrah dengan segala ketentuan yang telah Allah berikan kepada mereka.

Dengan demikian mereka tidal< terlalu terpukul dengan kondisi anak mereka

yang mengalami hambatan secara fisik.

Dalam memberikan pengasuhan kepada anak keduannya, mereka tidak

meperlakukannya seeara khusus. Mereka menyamakan antara anak­

anaknya yang tidak mengalami hambatan fisik dengan Fira yang mengalami

hambatan fisik. Dalam hal pendidikan, orang tua sangat konsen terutama

pada masalah agama.(cerita ayah dan ibu)

Sang lbu yang menjadi guru ngaji di lingungannya, selalu mengajak Fira

untuk mengaji, dan Fira cukup berprestasi, karena di usianya yang baru tiga

tahun, Fira sudah dapat membaca huruf hijaiyah.

Page 100: S'J7-(JS1 /p

89

Namun Fira sangat sensitif sekali. Jika Fira di tanya soal kaki atau di tegur

sesuatu hal, maka Fira langsung menyendiri bahkan sarnpai menangis. la

sangat tidak ingin jika ada orang yang mengasihaninya. Menurutnya la tidak

menderita dengan keadannya tersebut. Bahkan Fira merasa nyaman dengan

tongkat yang digunakannya yang dianggap sebagai kakinya.(cerita guru)

B. Hubungan dengan lingkungan rumah

Di daerah rumah Fira banyak sekali tetangga yang memiliki anak seusia Fira.

Mereka cukup akrab dan bermain bersama. Terkadang mereka bermaian di

teras rumah Fira. Fira sebagai sosok yang bersahabat memiliki banyak

kawan. Mereka tidak ada yang menganggu atau menghina. Kalaupun ada

anak yang nakal, Fira tidak pemah menghiraukannya. Namun saat ini sudah

tidak lagi karena Fira juga tidak nakal dengan mereka sehingga mereka

kasihan melihat Fira

Di antara teman-temannya, Fira tampak lebih dewasa, sehingga seringkali

Fira rnengalah dengan teman-temannya. Fira tidak suka jika ada temannya

yang bertengkar atau bermusuhan. Sedangkan orang -orang yang ada di

lingkungannya sangat mendukung Fira. Mereka tidak pernah mengganggap

Fira berbeda dengan teman-temannya yang lain, terutarna Fira sangat

Page 101: S'J7-(JS1 /p

percaya dengan tongkatnya tersebut seolah kekuatannya sama seperti

tenman-temannya yang lain yang memiliki kaki sempurna. (Cerita ibu)

C. Hubungan dengan lingkungan sosial

90

Di sekolah, Fira termasuk anak yang menyenangkan. Guru dan teman­

temannya sangat suka dengannya. Fira yang lincah dan aktif sangat ramah

dengan teman-temannya. Sehingga Fira memiiki banyal< teman bahkan ada

beberapa sahabatnya yang selalu bersama.

Melihat kondisi kakinya yang menggunakan tongkat, Guru dan teman­

temannya terkadang merasa kasihan dengan keadaannya itu, namun Fira

tidak merasa kesulitan dengan kondisinya tersebut. Bahkan Fira dapat berlari

bersama teman-temannya yang lain dengan menggunakan tong kat.

Dengan guru Fira juga sangat sopan. Setiap kali bertemu guru-gurunya, Fira

langsung berjabat tangan dan berjalan dengan sopan. Dan tidal< pemah

menolak jika diperintah oleh guru-gurunya.(tutur sang guru)

Page 102: S'J7-(JS1 /p

D. Gambaran Kepercayaan Diri Subjek

Dalam menjelaskan kepercayaan diri subjek penulis membaginnya

berdasarkan pada indikator kepercayaan diri menurut beberapa tokoh yang

telah di rangkum ke dalam beberapa hal .

a. Persepsi tentang diri subjek (Body Image)

91

Fira merupakan anak tuna daksa yang memiliki kelainan pada kaki

kanan yang tidak sempuma . Bentuknya kecil dan panjanngnya hanya

sampai lutut . Sejak mulai sekolah Fira menggunakan tongkat sebagai

alat bantu untuk berjalan .

Fira tidak merasa berbeda kalaupun ia harus menggunakan tongkat,

bahkan lira merasa yakin dengan tongkat tersebut karena fira sudah

menganggap tongkat tersebut sebagai kakinya . seperti teman-teman

nya yang lain, Fira juga bermain dan berlarian dengan tongkat , jika

orang lain melihat sangat mengerikan namun ba9innya tidak apa-apa.

b. Motivasi Berprestasi

Sejak kecil Fira suka ikut ibunya yang menjadi guru ngaji .dan lira juga

sudah belajar mengaji sejak kecil sehingga sejak usia 3 tahun , ia

sudah dapat mengaji. Kegemarannya dengan materi-materi agama,

Page 103: S'J7-(JS1 /p

membuat Fira terus belajar dan ingin menjadi guru agama nantinya

jika sudah besar.(tutur Fira)

Adapun di sekolah, Fira juga aktif mengikuti pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Rangking nya termasuk 10 besar. la pun

sebagi anak penurut yang selalu patuh dengan perintah gurunya

dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah.

c. Mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

92

Saal awal bertemu dengan penulis, Fira menunjukkan sikap membuka

diri (ekstrovert) dan siap menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis.

Fira langsung terbuka dan selalu merespon pertanyaan dengan baik.

Sehingga wawancara yang dilakukan berjalan sangat lancar.

Di rumah, Fira juga memiliki banyak teman. Mereka main saling

bergantian, terkadang mereka juga berkumpul dirumah Fira. Dan

teman-temannya sangat menerima Fira. Sedangkan di sekolah,

kalaupun Fira tampak kalem, ia merupakan anak yang aktif. Murah

senyum dan cukup disukai oleh teman-temannya. Tidak butuh waktu

lama bagi Fira dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.

Page 104: S'J7-(JS1 /p

d. Mandiri.

Di rumah, Fira sangat rajin, segala tugas dan kebutuhannya dapat

dilakukannya sendiri. Bahkan ia kerap kali membantu ibunya seperti

menyapu, mencuci piring dan lain sebagainya. Fim sudah mampu

belajar sendiri dan mengerti waktu - waktunya sehingga Fira selalu

disiplin menjalankan tugas harianya.(cerita ibu)

e. Optimis dan tidak minder

Cita-cita Fira untuk menjadi guru seperti ibunya membuat Fira

termotivasi dan selalu rajin belajar untuk dapat meraih cita-citanya

tersebut. Dan ia selalu yakin kalau Fira bisa seperti teman-temanya

yang lain walaupun Fira merupakan anak tuna daksa. Meskipun

sesekali Fira juga masih merasa malu untuk tampil didepan umum

f. Berani mencoba dan tidak takut gagal.

93

Sebagai anak yang memiliki hambatan secara fisik, Fira terus belajar

dan berusaha agar dapat beraktifitas tanpa bantuan dan rasa kasihan

dari orang lain. Seperti halnya dengan tongkat yang dimiliki, Fira

sangat yakin bahwa tongkatnya memiliki kekuatan yang sama

layaknya kaki teman-temannya yang sempuma. Fira tidak takut untuk

melakukan apapun dan kelincahan yang dimiikinya, menjadikan Fira

lebih aktif dalam melakukan kegiatannya.

Page 105: S'J7-(JS1 /p

94

g. Ketenangan Sikap

Sikapnya yang tenang sangat terlihat dari cara Fira diwawancara oleh

penulis. Jawaban-jawabannya sangat mantap dan tanpa malu-malu

atau ditutup-tutupi Fira selalu menceritakan satu demi satu keadaanya

yang selama ini dirasakan.

Meski dengan kondisi demikian, sesungguhnya Fira tidak pernah

bertanya-tanya tentang ketunaan yang dideritanya, baik kepada orang

tua, guru ataupun teman - temannya. Fira selalu mengalihkan kepada

hal-hal yang positif, terutama pada pekerjaan-pekerjaan yang benar­

benar disukainya.

f. Mampu mengambil keputusan.

Sikap Fira yang dewasa, membuat Fira matang dalam melakukan

tugas-tugas di usianya. Di rumah Fira cukup tanggap dan sigap

melihat kesibukan ibunya. Jika ibunya merasa kesulitan, Fira langsung

membantu, minimal Fira akan menjaga adiknya yang masih kecil, agar

ibunya dapat bekerja dengan baik. Fira juga sudah mengerti

kewajibannya yaitu harus belajar dan selalu men9erti apa yang

diinginkan orang tuanya.

Menurut orang tuanya Fira adalah anak yang menyenangkan dan bisa

mengerti kondisi orang tuannya. Terutama Fira juga memiliki prestasi

Page 106: S'J7-(JS1 /p

yang cukup bagus. Segala tugas sekolah atau rumahnya dapat

dikerjakan dengan baik.

2. Analisa Data Subjek No 3 ( Fira )

95

Fira adalah anak yang tinggal bersama kedua orang tua yang sangat agamis

dan berpendidikan di dalam keluarga besar. Sikap oran9 tua yang selalu

bebas dan terarah menjadikan Fira tumbuh dan berkembang sebagai anak

yang cukup mandiri, tenang dan dewasa. Orang tua sangat menerima dan

memahami kondisi Fira yang mengalami tuna daksa, namun mereka tidak

menjadikan keadaan yang demikian ini adalah kekuran[Jan dan hambatan

dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga mereka memperlakukan Fira sama

dengan saudara-saudaranya yang lain dan menganggap Fira sama dengan

yang lainnya.

Waiau secara fisik, Fira mengalami keterbatasan, namun Fira mampu

membantu orang tuannya dan tanggap manakala orang tuannya sangat

membutuhkan bantuan. Kedewasaan Fira sudah tampak sejak kecil, sampai

di sekolahpun Fira tampak lebih dewasa di antara teman-temannya yang lain.

Page 107: S'J7-(JS1 /p

96

Meski tubuhnya mungil dan imut, Fira yang menggunakan tongkat dalam

berjalan, sangat aktif dan lincah saat melakukan aktivitasnya. Fira tidak ingin

ada orang yang mengasihaninya, la merasa tersinggun!J manakala orang

selalu bertanya tentang keadaan kakinya.

Fira yang memiliki cita-cita seperti lbunya, sangat konsen dalam mengikuti

pendidikan inklusi di sekolahnya. Fira termasuk anak yang pintar dan

mendapat rangking di kelasnya. Hal ini dikarenakan Fira merasa nyaman dan

senang belajar bersama teman-teman di lingkungannya. Selain itu Fira yang

merasa mampu dan bisa mengikuti pelajaran sebagaimana teman-temannya

yang lain, membuat Fira tidak merasa berbeda dengan yang lainnya.

Sehingga kecacatan yang dialaminya, tidak menjadi penghalang untuk

menuntut ilmu.

Page 108: S'J7-(JS1 /p

97

r--·------1

Tabel 4.4

No lndikator Fira

A. Gambaran Anak Tuna Daksa

1. Sebab ketuna daksaan

a. Intern ( sejak lahir ) x b. Ekstern

2. Bentuk ketunadaksaan

a. Ketidaksempurnaan bentuk tangan x b. ketidaksempurnaan bentuk kaki

3. Kondisi Anak Tunak Daksa

a. Fisik kuat

b. Psikis sehat x c. lntelektual bagus x d. Moral baik x

4. Sikap anak tuna daksa terhadap dirinya

a. Benci

b. Kesa!

c. Sensitif x d.Bangga

e. Masa Bodoh x 5. Karakteristik anak tuna daksa

a. Patuh x b. Pemberontak

c. Temperamental

Page 109: S'J7-(JS1 /p

98

d. Penyabar x e. Introvert

f. Ekstrovert x g. Egois

h. Ramah x 6. lntervensi Orang tua

a. Bebas

b. Over protektif

c. Antara bebas dan protektif x 7. Kondisi lingkungan tempat tinggal

a. Mendukung x b. Kurang mendukung

8. Kondisi lingkungan sekolah

a. Mendukung x b. Kurang mendukung

B Gambaran Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa

a. Body Image x b. Motivasi berprestasi x c. Mampu berinteraksi & berkomunikasi x d. Mandiri x e. Optimis & tidak minder x f. Berani mencoba & tidak takut gagal x g. Ketenangan sikap x h. Mampu mengambil keputusan x

Page 110: S'J7-(JS1 /p

99

4.4. Analisa Antar Kasus

Tabel 4.5

Jen is No Nam a Usia Suku Bangsa Pendidikan

Kelamin

01 Rian 8 Tahun Laki-laki 8unda 280

02 Eka 9 Tahun Perempuan Jawa 380

03 Fira 8 Tahun Perempuan Jawa 280

Dari data masing-masing subjek diatas,maka dapat ditemukan persamaan

umum dari ketiga subjek tersebut yaitu mereka mengalami tuna daksa sejak

lahir (intern) dan mereka sama-sama merasakan bahwa kecacatan yang

mereka alami bukanlah sebuah kendala atau hambatan dalam memperoleh

pendidikan yang Jayak. Buktinya mereka bisa dan mampu untuk belajar dan

bergaul bersama anak-anak yang sempurna secara fisilc. Hanya saja karena

keterbatasan mereka secara fisik, membuat mereka terbatas bahkan tidak

mampu untuk mengikuti praktek pada mata pelajaran olah raga.

Page 111: S'J7-(JS1 /p

100

Adapun dilihat dari latar belakang keluarga mereka yan9 berbeda,

menjadikan ada beberapa sikap masing-masing subjek yang tampak juga

memiliki sedikit perbedaan. Pada subjek no 1, dimana subjek adalah anak

tunggal dan sangat diharap - harapkan, maka orang tua sangat memanjakan

dan menuruti segala keinginannya. Adapun hal ini membuat subjek menjadi

anak yang suka memberontak dan kurang mandiri. Akan tetapi, melihat orang

tua subjek yang berpendidikan, memberi dampak yang positif terhadap

subjek dikarenakan mereka dapat menerima dan memperlakukan subjek

sesuai dengan kondisinya. Dorongan serta motivasi yang senantiasa

ditanamkan pada subjek, membuat subjek terpacu untuk terus belajar. Hal ini

terbukti dari cita-citanya yang tinggi, keingintahuannya yang besar terutama

dalam bidang elektronik dan prestasi di sekolahnya yang sangat baik, bahkan

subjek pernah memenangkan lomba cerdas cermat tingkat nasional.

Begitupun subjek no 3 yang merupakan anak ke 2 dari !5 bersaudara,

memiliki karakter yang lebih dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. Di

samping orang tuanya yang sangat agamis dan berpendidikan, menjadikan

subjek tidak dimanjakan bahkan mereka memperlakukan semua anak­

anaknya sama. Hal ini juga yang membuat subjek memiliki figure yang baik

pada orang tuanya sehingga subjek juga memiliki cita-cita untuk menjadi guru

seperti ibundanya.

Page 112: S'J7-(JS1 /p

101

Lain halnya pada subjek no 2, dimana subjek merupakan anak bungsu dari 7

bersaudara, dan memang keberadaannya kurang diharapkan oleh orang

tuannya terutama sang ayah, Namun seiring waktu, mereka sangat kasihan

dan khawatir dengan kondisi subjek yang demikian. Sehingga sang lbu selalu

memanjakannya dan menitipkan pada kakak-kakaknya, takut kalau mereka

telah tiada kakak-kakaknya tidak akan memperdulikan subjek.

Subjek yang ke 2 ini sangat sensitif sekali. Meski kecac:atan pada fisiknya

lebih ringan dibandingkan subjek no 1 dan 3, namun la lebih terlihat pendiam

dan pemalu. Hal ini terlihat dari sikap tertutupnya saat penulis bertandang ke

rumahnya. Namun kepada teman-teman terdekatnya, subjek merupakan

anak yang cukup ceria. Selain itu prestasi di sekolahnya juga kurang baik,

rangkingnya berada pada urutan bawah, Hal ini bisa saja terjadi karena orang

tua yang tidak berpendidikan dan tidak mampu memperlakukan dan

mengajari subjek sebagaimana mestinya. Bahkan untuk cita-citanya pun,

subjek tidal< tahu dan tidak ingin menjadi apa-apa.

Melihat perbedaan sikap ketiga subjek yang berbeda-beda, tidak lain adalah

karena pengaruh dari perlakuan orang tua dan orang-orang yang ada di

lingkungan rumahnya. Akan tetapi meski ketiga subjek tersebut memiliki

Page 113: S'J7-(JS1 /p

102

sikap yang berbeda, namun jika dilihat dari kepercayaan diri meraka yang

muncul saat mengikuti pendidikan inklusi, tidaklah berbeda dengan teman­

teman subjek yang lain. Hal ini dikarenakan kondisi di lingkungan sekolah

yang cukup nyaman dan semua orang-orang yang ada di lingkungan sekolah

tersebut sangat menerima dan menghargai keberadaan subjek. Walaupun

pada subjek no 2 yang pernah diejek dan di olok oleh salah satu temannya

yang memang nakal, hal ini membuat subjek kesal dan subjek tidak berani

membalas. Namun keadaan demikian tidak berlangsung lama, karena guru­

guru selalu memberi nasihat dan menghukum siswa yang melakukan hal

seperti itu lagi.

Selain faktor ekstern yaitu intervensi dari lingkungan rumah dan lingkungan

sekolah subjek, ternyata ada juga faktor intern yang dapat mengembangkan

kepercayaan diri subjek, yakni persepsi ( cara pandang ) subjek terhadap

penampilan dirinya. Dalam hal ini ketiga subjek sudah mampu menerima

kondisi mereka yang memang berbeda dengan teman-temannya, walau pada

awal sekolah subjek merasakan sedikit rasa malu dan minder, namun tidak

membuat subjek lidak mau meneruskan sekolah. Bahkan subjek berusaha

agar dapat berbaur dengan teman-temannya yang lain dan bisa mengikuti

pelajaran sebagaimana mestinya. Di samping itu, melihat pada usia subjek

yang masih kanak-kanak awal, membuat subjek merasa belum merasa

Page 114: S'J7-(JS1 /p

terbebani dangan kondisinya karena subjek belum berfikir jauh tentang

ketunadaksaannya tersebut disaaat dewasa nanti.

103

Maka pendidikan inklusi yang di terapkan di sekolah ini yaitu dengan cara

menyamaratakan perlakuan terhadap anak yang berkebutuhan khusus

dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus, diharapkan agar seluruh

siswa dapat bersatu dan membaur menjadi satu komunitas yang tidak saling

membeda-bedakan, mampu mengembangkan kemampuan siswa dan juga

dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak berkebutuhan khusus

dalam bergaul dan bergabung bersama anak-anak yan9 tidal< berkebutuhan

khusus.

Dan hal ini sudah tampak jelas dari hasil penelitian kali ini bahwa

kepercayaan diri anak -anak yang berkebutuhan khusus yang mengikuti

pendidikan inklusi semakin hari semakin berkembang. Dimana mereka

merasa bebas dan leluasa dalam mengekspresikan diri mereka apa adanya.

Dan tidal< tampak beban dalam menjalankan pendidikan inklusi ini.

Page 115: S'J7-(JS1 /p

BAB5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah hasil wawancara di analisis persubjek dan anta1· subjek, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa kepercayaan diri anak tuna claksa yang mengikuti

pendidikan inklusi, Cukup baik. Kepercayaan diri mereka clapat tumbuh dan

berkembang secara optimal, seperti yang dialami oleh a.nak-anak normal (

yang sempuma secara fisik ). Dimana hal ini didasari oleh bagaimana

persepsi anak tuna daksa tersebut terhadap penampilan dirinya ( melihat

pada ketunaan yang diderita ), inteivensi orang tua dan orang-orang yang

ada di lingkungan rumahnya, peran guru dan teman-teman di lingkungan

sekolah serta sikap anak tuna dalam mengikuti pendidikan inklusL

Melihat dari latar belakang masing-masing subjek, anak tuna daksa yang

mengikuti pendidikan inklusi di SON Ulu Jami 03 petang, memiliki sedikit

perbedaan sikap dan perasaan clalam mengekspresikan diri mereka. Hal ini

tampak pada subjek Eka, dimana ia lebih pendiam dan pemalu dibandingkan

subjek Rian dan Fira. Ternyata pendidikan orang tua sangat mempengaruhi

Page 116: S'J7-(JS1 /p

kepribadian anak, adapun orang tua Eka merupakan orang yang kurang

pendidikan dan sudah tua.

105

Bagi anak tuna daksa yang mengkuti pendidikan inklusi, kendalanya adalah

proses adaptasi yang cukup lama pada awal masuk sekolah. Akan tetapi, hal

itu tidak berlangsung lama disebabkan lingkungan sosial di sekolah yang

mendukung dan menerima keberadaan mereka tanpa ada perbedaan

diantara siswa. Hal ini ditunjukkan dari sikap mereka yang terbuka, mandiri,

bertanggung jawab, tenang dan berprestasi di sekolah.

Faktor yang melatar belakangi orang tua anak tuna daksa dalam mengikuti

pendidikan inklusi dikarenakan mereka merasa bahwa anak-anak mereka

mampu untuk mengikuti proses belajar di sekolah regular, karena tingkat

ketunaan yang mereka derita tidak terlalu parah. Di samping itu, mereka

dapat mengontrol anak mereka secara langsung, karena jarak antara rumah

mereka dengan sekolah sangat dekat dan dengan biaya yang tidak mahal,

mereka dapat memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada anak

mereka yang mengalami tuna daksa untuk mendapatkan pendidikan

layaknya anak-anak normal.

Begitupun pihak sekolah mengadakan pendidikan inklusi adalah agar anak -

anak yang berkebutuhan khusus dapat mengikuti pelajaran layaknya anak-

Page 117: S'J7-(JS1 /p

106

anak yang tidak berkebutuhan khusus. Namun bagi anak tuna daksa yang

menderita ketunaan yang sangat parah, maka sekolah tidak dapat menerima

anak tersebut dikarenakan akan mengganggu proses belajar. Akan tetapi

pihak sekolah akan membantu untuk merujuknya ke Sekolah Luar Biasa (

SLB ), dimana disana akan mendapat terapi yang lebih khusus. lnipun

diusahakan agar mereka dapat sekolah di SLB dengan biaya yang tidak

terlampau mahal.

Adapun kendala bagi sekolah reguler di SDN Ulu Jami o3 yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah belum adanya bantuan dana

dari pihak luar, belum didirikannya sarana prasarana untuk memberikan

pelajaran secara khusus kepada anak tuna daksa dan pembimbing khusus

bagi mereka.

Dengan demikian, melalui pendidikan inklusi yang sudah berjalan sejak 3

tahun lalu, ternyata sangat membantu sekali bagi perkembangan anak tuna

daksa dan juga untuk orang tua yang secara ekonomi tidak mampu untuk

menyekolahkan anaknya di SLB. Adapun pengaruhnya terhadap

kepercayaan diri Anak tuna daksa tersebut, cukup baik, karena anak sudah

mampu mengikuti pelajaran seperti anak -anak lainnya dan sikap mereka

Page 118: S'J7-(JS1 /p

yang munculpun tidak menunjukkan bahwa mereka merasa rendah diri

dengan teman-temannya yang lain.

5.1 DISKUSI

107

Dari hasil penelitian kali ini dibuktikan bahwa kepercayaan diri anak tuna

daksa cukup baik dan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

layaknya anak yang normal secara fisik. Tentunya yang menjadi dasar utama

adalah pandangan anak tuna daksa tersebut terhadap penampilan dirinya (

Body Image ). Selama masih batas kenyamanan maka hal ini tidak

mengganggu aktifitas sehari-harinya. Sebagaimana dalam teori percaya diri

menurut Elly Risman Yaitu seseorang dikatakan percaya diri apabila la

merasa nyaman tentang dirinya sendiri dan penilaian orang lain terhadap

dirinya sendiri. Konsekuensinya saat seseorang menyebut istilah "tidak

pede" adalah bila la tidak nyaman tentang diri sendiri.

Menurut Middle Brook, Faktor - faktor yang berpengaruh pada kepercayaan

diri individu adalah pola asuh, jenis kelamin, pendidikan dan penampilan fisik.

Hal ini terbukti dalam penelitian bahwa anak tuna daksa yang memiliki orang

tua yang berpendidikan, dapat memberikan pengasuhan yang sesuai dengan

kebutuhan anak tuna daksa tersebut, sehingga anak-anak itu dapat

Page 119: S'J7-(JS1 /p

109

5.2 SARAN

5.3.1 Saran Metodologis

Penelitian ini mengambil subjek anak yang menderita tuna daksa ringan,

disarankan bagi yang ingin meneliti hal ini kembali untuk memilih karakteristik

yang berbeda yaitu dengan kondisi anak tuna daksa berat ( Parah ).

Sehingga dapat dilihat bagaimana kepercayaan diri yang muncul pada diri

mereka,jika mereka mengikuti pendidikan inklusi bersarna anak-anak yang

normal secara fisik.

5.3.2 Saran Praktis

Orang tua yang memiliki anak tuna daksa memanglah sebuah tugas yang

amat berat, dikarenakan mereka harus mendidik dan mengasuhnya sesuai

dengan kondisi yang dialami oleh anak-anak mereka. Adapun orang tua

merupakan orang pertama yang dapat menjadikan anak tersebut menjadi

lebih baik atau bahkan lebih buruk dalam menerima dan menghargai dirinya

sendiri. Selain itu hal ini juga dapat berpengaruh pada kepercayaan diri anak

dalam menjalani kehidupan selanjutnya.

Page 120: S'J7-(JS1 /p

110

Saran peneliti bagi orang tua yang memiliki anak tuna daksa, hendaknya

mampu berlapang dada dalam menerima kondisi anak yang mengalami tuna

daksa dan berusaha untuk memberikan motivasi yang sangat besar agar

mereka senantiasa merasa bahwa mereka juga manusia yang memiliki hak

dan kesempatan yang sama seperti yang lain serta merniliki kemampuan

untuk mengekspresikan cita-cita yang mereka miliki.

Di samping itu pihak sekolah yang sedang mendidik anak-anak tuna daksa

bersamaan dengan anak-anak yang bukan tuna daksa, hendaknya selalu

memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya dalam

memperlakukan anak tuna daksa tersebut dan senantiasa memberikan

masukan agar selalu bersikap empati terhadap anak anak yang menderita

tuna daksa. Oleh karena lingkungan yang demikian dapat menumbuhkan

kepercayaan diri mereka hingga dewasanya kelak.

Diharapkan juga bagi sekolah-sekolah yang belum mengadakan pendidikan

inklusi, segerakan dibuka pendaftaran untuk anak anak berkebutuhan khusus

yang ingin bersekolah di sekolah reguler. Oleh karena, hal ini dapat

memudahkan mereka yang tidak sanggup untuk sekolah di SLB karena biaya

yang terlampau mahal atau karena letak rumah yang jauh misalnya bagi anak

tuna daksa yang tinggal di desa.

Page 121: S'J7-(JS1 /p

DAFT AR PUST AKA

Arikounto Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prnktek. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta

Calvin S. Hall, et. Al. (1985). Introduction To Theories Of Personality. New York: Jhon

Willey and Sors

Direktorat Pendidikan Luar Biasa. (2004 ). Pendidikan Ink/us if Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Sosial RI. (1992). Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Rchabilitasi Sosial dan

Cacal Tubuh. Jakarta: Departemen Sosial RI.

E. Koeswara.(1989). Motivasi Teori dan Penelitiannya. Bandung: Angkasa

Gael Lindenfield.(l 994). Confident Children. English : Thorsons

Hanafi Dahlan. ( 1999). Ejektifitas Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Tuna Daksa di PRSBD

Prof DR. Soeharso Surakarta. Yogyakarta : Balai Besar Pnelitian dan Pengembangan

Pelayanan Kesejahteraan Sosial.

Hasan dkk. ( 1990). Kamus Istilah Psikologi. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa

Departemen Pen di di kan Dan Kebudayaan

Jalaluddin Rakhmat. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Kessler, H.H. (1953). Rehabilitation Of'The Physically Handicapped Revised. New York:

Columbia University Press

Linden field, Geal. (1997). Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jakarta: Penerbit Arcan.

Page 122: S'J7-(JS1 /p

Moleong, J.Lexy. (2000). Metodo/ogi Pene/itian K11a/itatif Bandung : Penerbit PT Remaja

Rosda Kary a

Mangunsong, Frieda. Dkk. (2003). Psikologi don Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta:

LPSP3 UL

M. Leberty, a.s. (2003) Pancarian Makna Hidup Pada Anggota Brinwb yang /\1enga/ami

Cacat Tubuh A kibat Bertugas. Skripsi. Depok. Fakultas Psikologi Ul

Nido R. Qubein. (1983). Get The Best F'rom Your Self. New York : Prentice Hall

Sunatan Fitriah. (2005). Skripsi: Kepercayaan Diri Tuna Daksa Da/am Berinteraksi Sosia/

Dengan Ling/amgannya. Jakarta. UIN SyarifHidayatullah.

Tanaja, M. (1993). Pengaruh Program Pelalihan Hubungan AnlarManusia, Kepercayaan

Diri dan Pe111a111auan Diri Terhadap Keterampi/an Hubungan An tar Manusia. Tesis.

Depok Fakultas Psiko/ogi UI.

Wnght, B.A (1960). Physical Disability. A Psychological APPROACH.(New york Harper

& brothers Publishers)

Yin, K. Robert. (2002). Studi Karns Desain dan Metode. Jaka11a: PT Raja Grafindo

Persada

Page 123: S'J7-(JS1 /p

PERNY ATAAN KESEDIAAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua semoga Allah SWT selalu melimpahkan

rahmat-Nya dan kita selalu dalam lindungan-Nya. Teriring pula shalawat yang

kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW agar syafaat beliau selalu

menyertai kita umatnya.

Memiliki Anak atau murid yang menderita Tuna Daksa, merupakan tugas yang

sedikit lebih berat. Terutama dalam mendidik dan menanamkan kepercayaan

dirinya. Saal ini sudah mulai digerakkan di sekolah sekolah reguler untuk

mengadakan pendidikan bagi anak tuna daksa yang disebut dengan pendidikan

inklusi. Dimana manfaat dari pendidikan seperti ini, diharapkan mampu

memberikan kontribusi yang positif dan lebih membantu ba9i orang tua, guru dan

terutama bagi anak tuna daksa tersebut .

Untuk itu perkenankanlah, Saya mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah meminta kesediaan Bapak/ lbu /Nanda untuk di wawancarai dan

memberikan keterangan yang berhubungan dengan judul penelitian, yaitu : "

Kepercayaan Diri Anak Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan lnklusi "

Demikian permohonan Saya ini, Saya ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT

membalas kebaikan anda.

Jakarta, Januari2006

Peneliti

Rahmawati

Page 124: S'J7-(JS1 /p

Dengan ini Saya menyatakan bahwa Saya :

Na ma

TTL

Alamat

Suku

Pekerjaan

Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan 8ebenar-benarnya

untuk keperluan pembuatan skripsi yang berjudul : " Kepercayaan Diri Anak

Tuna Daksa Dalam Mengikuti Pendidikan lnklusi di SON 03 Petang Ulu Jami

Jakarta Selatan". Skripsi ini disusun oleh Rahmawati ( Mahasiswi Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ).

Adapun data pribadi Saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata­

mata untuk keperluan skripsi, apabila ditemukan data yang masih kurang

lengkap, Saya bersedia untuk diwawancarai kembali.

Wassalam.

Jakarta, Januari 2006

Interviewee Interviewer

( Nama Lengkap ) ( Rahmawati )

Page 125: S'J7-(JS1 /p

Item ) lndikator

Orang Tua Guru Anak

Anak Tuna - Bagaimana perasaan memiliki ATD - Bagaimana perasaan guru - Bagaimana pandangan ATD

Daksa - Bagaimana Sikap Keluarga terhadap ATD terhadap kondisi tubuhnya

Terhadap ATD - Bagaimana sikap guru dan Apa bentuk ketuna daksaan yang

- Bagaimana lntervensi Orang Tua murid di lingkungan sekolah diderita

terhadap anak tuna daksa terhadap ATD - Apa penderitaan yang dirasakan

ATD

Pendidikan - Apa alas an orang tua memasukan - Apa alasan sekolah - Bagaimana kepercayaan diri A TD

lnklusi ATD di sekolah reguler mengadakan pendidikan inklusi Bagaimana perasaan ATD dalam

- Bagaimana pandangan orang tua ~11rl-::lh hQr!ln~ l!lm::l n.onrHrlik~n .................................... !"' ................... !""'""' ............. ~ ....... mengikuti pendidlkan ink!usi

terhadap pendidikan inklusi inklusi berjalan dan bgm Apa yang menjadi kendala ATD

- Bagaimana perkembangan mental perkembangannya dalam mengikuti pendidikan

anak di rumah Apa kendala sekolah dalam inklusi

mengadakan pendidikan inklusi Apa cita-cita A TD

Page 126: S'J7-(JS1 /p

Bagaimana perkembangan

kognitif dan psikologos ATD

Kepercayaan - Bagaiman cara orang tua Bagaiman cara Guru Bagaimana sikap kepercayaan

diri anak menumbuhkan kepercayaan diri menumbuhkan kepercayaan diri diri anak tuna daksa dilingkungan

tuna daksa anak tuna daksa anak tuna daksa Sekolah dan dirumah.

- Bagaimana sikap kepercayaan Bagaimana sikap kepercayaan Bagaiman hubungan anak tuna

diri anak tuna daksa dilingkungan diri anak tuna daksa daksa terhadap orang tua,guru

rumahnya. dilingkungan Sekolah. dan teman-temannya.

'

-~-

Page 127: S'J7-(JS1 /p

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

A. Orang Tua

1. Berapa usia anda saat mengandung anak tuna daksa? 2. Berapa usia kandungan anda ketika melahirkan anak tuna daksa? 3. Apakah anda pernah mengalami kejadian aneh saat mengandung anak

tuna daksa? 4. Kapan anak anda lahir (TTL) dan berapa usia anak anda saat ini? 5. Berapa ukuran BB dan PB anak anda ketika lahir? 6. Anak anda yang tuna daksa merupakan anak ke berapa?berapa

saudaranya dan bagaiman kondisi fisik mereka? 7. Bagaimana perasaan anda saat melihat kondisi anak anda yang tidak

normal fisiknya? 8. Bentuk kelainan seperti apa yang diderita anak anda? 9. Perlakuan apa yang anda berikan pertama kali pada anak anda? 10. Bagaimana cara anda mendidik anak tuna daksa anda di rumah? 11. Apakah ada perbedaan perlakuan antara anak anda yang normal dengan

yang mengalami hambatan fisik? 12. Siapal<ah diantara anak-anak anda yang anda beri perhatian lebih? 13. Bagaiman pertumbuhan dan perkembangan anak tuna daksa anda secara

lahiriah maupun bathiniah? 14. Apa yang menjadi hambatan terbesar saat anda mendidik anal< anda di

rumah? 15. Sejak kapan anda dapat menerima dan memehami benar-benar kondisi

anak anda? 16. Bagaiman kondisi lingkungan disekitar anda menghadapi anak anda? 17. Pada usia berapa anak anda mulai sekolah? 18. Apakah anak anda benar-benar ingin sekolah? 19. Apakah ada kendala atau keluhan dari anak anda ketika mulai sekolah? 20. Bagaimana kondisi anak anda saat masuk sekolah di minggu pertama? 21. Pernahkah anak anda bertanya tentang kekurangan yang dideritanya? 22. Bagaimana respon anak anda saat belajar di kelas? 23. Apakah anal< anda sudah mampu mengerjakan tuga~; sekolahnya di

rumah? 24. Apakah anak anda tampak senang dan gembira dapat sekolah bersama

teman-teman lainnya? 25. Apa alasan anda memasukkan anak anda yang tuna daksa di sekolah

reguler? 26. Apa tujuan anda memasukkan anak anda di sekolah reguler? 27. Selama ini apa anda merasa puas dengan pendidikan yang ada di sekolah

terhadap kondisi anak anda? 28. Bagaiman sikap anak anda di rumah? 29. Seberapa besar kemandirian anak anda di rumah? 30. Apakah anda memberikan tugas harian di rumah? 31. Bagaiman adaptasi anak ketika bermain dengan teman rumahnya?

Page 128: S'J7-(JS1 /p

32. Jelaskan secara umum karakteristik anak anda saat di rurnah? 33. Bagaimana sikap saudara kandungnya terhadap anak anda? 34. Bagaiman sikap anak anda jika ada salah satu temannya yang suka

mengejek? 35. Apa yang anda lakukan jika anda sedang marah kepada anak anda?

Page 129: S'J7-(JS1 /p

SIKAP KEPERCAYAAN DIRI ANAK Petunjuk : lsilah kolom pernyataan di bawha ini dengan memberi tanda cheklis

( v') pada pernyataan yang anda anggap paling sesuai atau lebih mendekati sikap yang muncul pada anak anda.

A. LINGKUNGAN KELUARGA/RUMAH

NO I ITEM A1 I ' YA TDK '

01 i Anak sudah mampu bangun tidur di pagi hari -

02 1 Anak sudah tahu waktu pergi ke sekolah 03 I Anak masih ingin diantar dan di jemput ke sekolah

-·-04 I Anak sudah mampu belajar sendiri

\ Anak dapat mengerti keadaan orang tua -

05 06 bertandanag ke Anak selalu menyapa tamu yang

I rumahnya ·----·

07 I Anak selalu rajin beranqkat ke sekolah 08 I Anak selalu merespon siapapun yang mengajaknya

I berbicara 09 ; Anak sering kali menangis bila keinginannya tidak dituruti

--r------10 I Anak merasa senang manakala ada famili yang

I bertandang ke rumah 111 Anak selalu menuruti perintah orangtuanya 12 I Anak merasa bangga jika mendapat prestasi atau pujian

i dari lingkungannJla 13 I Anak merasa malu jika diajak pergi ke luar kota oleh orang

I lain 14 I Anak sudah dapat mandi dan mengganti bajunya sendiri

i setiap hari 15 I Anak merasa kurang yakin dengan kemampuannya -·--16 / Anak sering meminta bantuan kepada orang lain walaupun . -r sebenarnya __ cji§_r11ampu maj_akukan sendiri __

-·~~···-........... ,_ .. "_

'

17 , Anak sudah mengerti apa yang tidak boleh dilakukan orang

i- I tuanva 18 I Anak sulit beradaptasi di lingkungan baru

I Anak suka membuat oranq tua marah ---

19 20 I Anak suka membantu kawannya yanq sedang kesusahan 21 i Anak selalu menceritakan masalahnya kepada orang tua 22 I Anak malu untuk tampil di depan umum ---··--

i 23 I Anak selalu bersalaman bila bertemu dengan orang yang

124 I lebih besar ! Anak selalu marah jika mainannya diusik oleh temannya

' 25 J Anak sering mengadu pada orang tuanya bila sedang diganggu temannya

26 I Anak mudah tertawa jika melihat ta~angan televisi yang

Page 130: S'J7-(JS1 /p

27 ! Anak tidak pernah berbagi dengan teman 28 I Anak selalu berkomunikasi dengan te-m--an---te-m-an_!_ly-a--·-+----t----t

29 I Anak jarang keluar rumah untuk bermain dengan teman-1 temannya

32 I Anak akan pesimis bila gagal melakukan sesuatu 331 Anak rajin untuk melakukan pekerjaan rumah 34 I Anak seringkali puas denagn pekerjaan yang dilakukannya 35 I Anak sudah taahu jadwal hariannya 36 \ Anak merasa takut jika orang tuannya marah 37 I Anak selalu bertanggung jawab dengan perbuatannya

_3_8__.i_A_n_a_k_s_e_n_·n=g_ka_l_i _m_e_n=g_al_a_h_d_e_n=g~a_n_s_e_u_d_ar_a_n~y_a ____ ··--·--·-39 \ Anak suka sekali berbicara 40 Anak tidak terlalu aktif bergerak 41 Anak selalu manja dengan orang tuanya 42 I Anak suka mengeluh kepada orang tuanya 43 Anak tahu kekurangan dirinya

144 . Anak selalu egois dihadapan teman-temannya 45 I Anak jarang merengek atau minta dibantu orang tuanya 46 I Anak sulit berkomunikasi denaan orana lain

_:±7.J_ll_nak suka der1(Ellllantang§.Q__ __ . __ ........ ·---·· ________ ................ _.i 48 I Anak memiliki cita-cita 49 I Anak seringkali memiliki masalah dengan saudara

1-----"i,k._a_n_d __ u_n_g~~n,_ya __ ·cc--cc--c--c-c---------------r--j--·-·--

50 I Anak suka mengikuti kegiatan-kegiatan di rumah_n~y~a--·-+----1----1 51 ' Anak senang berada di lingkungan baru 52 . Anak suka murung dan gelisah 53 l Anak suka gugup berbicara dengan orang lain 54 i.· Anak iarana tersenvum denaan orang lain 1--~1---~~~--~,,.----;:c~--~~-:---- ------+--·+----!

55 I Anak akan berontak jika dikekana orana tuanva 56 i Anak ceoat menaambil keputusan

57 Anak tidak banyak bicara

58 I Anak tidak dapat mengatasi masalahny9_~<3_n(jiri ------··-····--~---·. 59 TA.nakseiaTumen.uruti perintah orang tua

L6::..0=--c.:· A.:.n:.::a:::.:k.:...::.cu:::.:k.::uocP:_a:::.:k.::u:::.r...::d:..::e..:..:n-"'g-=an:_...::s.=ac::.ud:::..a:::.:r-=a..:..:n,_ya=-------·-·-·---~--+---~

Page 131: S'J7-(JS1 /p

GURU

Sejak kapan sekolah mengadakan pendidikan inklusi? Apa alasan sekolah mengadakan pendidikan inklusi? Sejauh mana pendidikan inklusi dapat berjalan di sekolah? Apakah ada hambatan atau rintangan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi? Apa ada persyaratan tertentu orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya berkebutuhan khusus di sekolah ini? Apakah ada kriteria khusus untuk anak berkebutuhan khusus yang dapat mengikuti pendidikan inklusi? Sudah ada berapa anak berkebutuhan khusus yang sekolah di sekolah ini? Bagaimana kurikulum yang diterapkan untuk pendidikan inklusi? Apakah mereka dapat mengikuti pendidikan inklusi sesuai dengan kurikulum yang ada? Sejauh mana perkembangan siswa yang berkebutuhan khusus (mengalami hambatan fisik) sesuai dengan kurikulum yang diberikan? Apakah ada perbedaan perlakuan antara siswa yang normal dengan siswa yang berkebutuhan khusus (mengalami hambatan fisik)? Apakah guru pembimbing untuk anak berkebutuhan khusus dalam hal ini anak tuna daksa diperlukan di sekolah ini?alasannya? Bagaiman respon guru yang mengajar anak tuna daksa? Apakah guru yang ada di sekolah sudah mencukupi bagi perekmbangan anak tuna daksa? Apakah sekolah menyediakan sarana dan prasarana khusus demi kemudahan anak tuna daksa? Apakah penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah ini membutuhkan biaya lebih?untuk apa? Apa sudah ada anggaran khusus, agar tercapainya sasaran yang tepat dalam pendidikan inklusi? Apakah sekolah sudah mensosialisasikan ke masyarakaUlingkungan sekitar tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah ini? Bagaimana lingkungan sekitar merespon tentang pendidikan inklusi yang ada di sekolah ini? Bagaimana proses belajar mengajar di kelas inklusi? Apakah ada pengaruh yang besar dalam kegiatan belajar di dalam kelas inklusi? Bagaiman sikap siswa lain terhadap anak tuna daksa yang ikut belajar di kelas? Apakah teman-teman kelasnya dapat menerima dan mendukung anak tuna daksa tersebut? Bagaimana hubungan anak tuna daksa dengan teman-temannya di sekolah? Bagaimana sikap anak tuna daksa terhadap guru-guru sekolahnya? Apakah anak tuna daksa dapat mengikuti pelajaran yang diberikan guru di kelas?

Page 132: S'J7-(JS1 /p

Bagaimana prestasi anak tuna daksa tersebut? Kendala apa yang paling menyulitkan guru ketika mengajar di kelas inklusi? Kelebihan dan kekurangan apa yang paling menonjol dari anak tuna daksa terse but? Apakah pandidikan inklusi ini dapat memberikan pengaruh bagi sikap anak tuna daksa? Sejauh ini apakah sudah tampak perkembangan secara psikis bagi anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi? Bagaimana sikap kepercayaan diri anak tuna daksa yang mengikuti pendidikan inklusi? Menurut ibu,apakah pendidikan inklusi yang ibu terapkan di sekolah ini mampu memberikan kontribusi di dalam dunia pendidikan khususnya bagi anak yang berkebutuhan khusus? Kekurangan apa yang masih menjadi penghalang, demi lancarnya penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah ini? Apa yang ibu harapkan dari pendidikan inklusi yang ibu terapkan di sekolah ini?

Page 133: S'J7-(JS1 /p

I Anak sudah dapat mengerti identitas dirinya ··------·-

_I Anak kurang bisa mengikuti i:ielajaran I Anak selalu rapi dalam berpakaian

-

! Anak seringkali absent ke sekolah . I Anak tidak pernah berbagi dengan teman-temannya

-

! Anak merasa diterima oleh linakunaannva i Anak selalu menonjolkan ~emampua'lQ)'.a I Anak tidak suka menyapa teman-temannya i Anak berani oerai dan oulana seko/ah sendiri I Anak memiliki prestasi bagus -------: Anak suka ter/ambat datang ke sekolah - --I Anak suka membuat quru marah I Anak /ebih suka bergaul dengan lawan jenis I Anak kurang bersemangat da/am mengikuti i:ielajaran ---1 Anak tertarik pada hal-hal baru I Anak tidak tertib di kelas -

-·-i Anak sulit bergaul dengan teman-temannya

-I----·---·--·----------- -·--~·--- .. ---- -···-----.-·-~""·~--- ------ ----I Anak selalu ma/u untuk melakukan sesuatu hal I Anak sangat aktif mengikuti i:ielajaran \ Anak sering mengadu kepada guru I Anak suka memuku/ teman Jiang menganggunjia I Anak suka mengganggu temannya I Anak mami:iu menyelesaikan masalahnJia I Anak merasa nJiaman dengan dirinya '

I Anak be/um paham tentang dirinya ---- . _.._ _ _J

Page 134: S'J7-(JS1 /p

SIKAP KEPERCAYAAN DIRI ANAK unjuk : lsilah kolom pernyataan di bawha ini dengan memberi tanda cheklis

( v') pada pernyataan yang anda anggap paling sesuai atau lebih mendekati sikap yang muncul pada anak anda.

LINGKUNGAN SEKOLAH

---------------------------.----=-c--1 , ' ITEM A1

YA TDK Anak tarnpak antusias rnengikuti pelajaran

~-------+-Anak raiin datang ke sekolah Anak mudah beradaptasi denqan kawan-kawannva

i Anak sering berkelauh kesah dengan pelajaran di kelas I Anak suka duduk di barisan depan · I Anak suka menyendiri di dalam ke/as

_J Ana~SIJkat:J§.fi_anya Jl.?l~hal_y_ang_b5JilJfl1 dirriengertL --- ___ ·- __ _ I Anak tidak suka banyak bicara i Anak selalu riang bersama teman-temannya I Anak senantiasa patuh denganperintah guru

_,1-'A-"n""acck'-t""i d=-=a:.:.k:.Jp:..:e:.or:..:.na=h-'-"m"'e""n""g'-"e""rj-=a"'ka=n"-L.pe""k""e""r"'ja"'a""n-'r-=u:..:.m"'a""hc.cn,_ya-'-----·-___ ----+---1 I Anak sering di hukum oleh guru I Anak berani tamp ii di de pan kelas ·-------- ·-----+---1

-r-_ccc::.:_:_=-=-:-=:;..:~c:.:.:i:-c:.:_c::.:._:c::c.c_.=.cc..=,=c __________ -+ ___ +-_,_ i Anak kurang konsentrasi saat belal§_r -----·--·----+---+-----1 ! Anak belum bisa memahami perintah quru -+---------,---~--~--------!-·---+------·-! Anak selau sopan terhadap guru

_l~A~n~a=k'-mcc.=e~m~il~ik-=-i~te""m:..:.a=n-'-'-y=an"'g"-='b-=a:..:.nyLacck"------------r--__,----i Anak sering dipuji oleh guru I Anak mampu berkomunikasi denqan Quru

-+-i A-'n~a=k'--=su=k-"'a'-b:o.e=rt~e""n"'g"'k""a'-r -=d-=-en"'g"'-'a=n'-tc..:;e_m_a_n'--t-'e_m-'-a""n""n""y""a _____ -+-·--l---

1 Anak mampu mengerjakan kewajiban sekolahnya sendiri i Anak tidak pernah putus asa ketika gagal mengerjakan I sesuatu I Anak sering terlihat murung di kelas I Anak tidak pernah menghiraukan ejekan teman l Anak memiliki cita-cita tinggi l Anak suka bercerita oada teman-temannva ! Anak seringkali menggambar I Anak suka menangis bi/a diejek teman-temannya _____ ------i---·--

1 Anak selalu ingin menang sendiri I Anak punya bakat teroendam i Anak memiliki pengaruh yang besar bagi teman-temannya I Anak suka menQandalkan teman-temannya I Anak berani melanggar peraturan sekolah I Anak tidak pernah kikir dengan teman-temannya