sistem antrian ikan beku

192
 ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN PADA INDUSTRI PENGOLAHAN FILLET IKAN BEKU (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood, Jawa Barat) Oleh ARVIANO HARYANTO SAHAR F34103128 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANI AN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 

Upload: raden-sanjhi-muliyana

Post on 08-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asaaa

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN

    PADA INDUSTRI PENGOLAHAN FILLET IKAN BEKU

    (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood, Jawa Barat)

    Oleh

    ARVIANO HARYANTO SAHAR

    F34103128

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • ARVIANO HARYANTO SAHAR. F34103128. Analisis Kinerja SistemAntrian Pada Industri Pengolahan Fillet Ikan Beku (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood, Jawa Barat). Di bawah bimbingan : MACHFUD.2007

    RINGKASAN

    Industri perikanan merupakan salah satu sektor industri yang menjadiprimadona di dalam penyumbang devisa Indonesia. Sebagai negara kepulauandengan potensi perikanan laut sebesar 6,7 juta ton per tahun Indonesia merupakansalah satu negara pengekspor terbesar komoditas perikanan dunia. Dalam rangkamendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor perikanan danpemenuhan tuntutan pasar ekspor, kajian ilmiah yang berorientasi padapeningkatan kinerja industri perikanan perlu dilakukan dengan berdasarkan ilmupengetahuan dan teknologi modern. PT. Global Tropical Seafood merupakansalah satu perusahaan yang bergerak di industri perikanan yang berorientasiekspor dengan salah satu produk unggulannya fillet ikan beku. Dalam kegiatanproduksinya perusahaan dihadapkan pada kondisi kedatangan bahan baku yangbersifat probalistik, tuntutan kualitas produk yang prima, serta kebutuhan akanefektivitas dan efisiensi sistem produksi.

    Kinerja sistem antrian dalam sebuah lini produksi dapat menjadi sebuahpenilaian tentang efektivitas dan efisiensi sistem produksi lini tersebut. Kinerjasistem antrian yang rendah akan memberikan kerugian bagi perusahaan dalam halefisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya serta naiknya resiko kerusakanbahan. Inefisiensi dan inefektivitas dalam sebuah sistem antrian dapat ditandaidengan terjadinya antrian, rendahnya tingkat utilitas unit pelayanan, serta adanyapenolakan bahan (balking) dalam sistem tersebut. Ruang lingkup dalam penelitianini dibatasi pada analisa kinerja sistem antrian pada lini produksi fillet ikan beku.

    Teknik analisa sistem antrian yang digunakan dalam penelitian ini ialahteknik simulasi monte carlo dan model keseimbangan aliran bahan. Simulasiantrian dengan teknik simulasi monte carlo menggunakan bantuan paket programWinQSB yang bernama QSS 1.0 (Queueing System Simulation 1.0) sedangkansimulasi model keseimbangan aliran bahan dilakukan secara manual. Ujidistribusi data waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan dalam sistem antrianyang digunakan sebagai input dalam melakukan simulasi menggunakan bantuanperangkat lunak Easyfit 3.2. Uji distribusi data tersebut menggunakan metodegrafis dan Kolmogorov-Smirnov goodness of fit test dengan sebaran peluangnormal, weibull, triangular, poisson, gamma, uniform, laplace, logistik,eksponensial dan lognormal.

    Hasil uji distribusi data menghasilkan sebaran peluang antara lain weibull,triangular, gamma dan lognormal untuk waktu antar kedatangan dan waktupelayanan dalam sistem antrian dengan selang kepercayaan sebesar 90 %. Sistemantrian dalam lini produksi fillet ikan beku ini terdiri dari 13 stasiun kerja yang 4diantaranya merupakan stasiun kerja bersama (menangani bahan dari seluruh liniproduksi). Simulasi sistem antrian tersebut yang disebut SAPFIB (Sistem AntrianProduksi Fillet Ikan Beku) terdiri dari tiga buah model dan empat buah sub model.Model tersebut ialah model antrian yang mensimulasikan antrian sejak daristasiun penerimaan hingga stasiun panning dan stasiun after curing (Model A),

  • model keseimbangan aliran bahan pada stasiun freezing (Model B), model antrianyang mensimulasikan sistem antrian pada stasiun packing (Model C). Sub modelpenerimaan merupakan model simulasi antrian parsial pada stasiun penerimaan,Sub model penyisikan merupakan model simulasi antrian parsial pada stasiunpenyisikan, Sub model Filleting merupakan model simulasi antrian parsial padastasiun Filleting dan Sub model After Curing merupakan model simulasi antrianparsial pada stasiun After Curing. Pola antrian yang ada dalam SAPFIB ini ialahpola antrian kombinasi jalur tunggal dan jalur ganda dengan pelayanan pararel.Satuan yang digunakan dalam simulasi ini ialah detik untuk satuan unit waktu dankg bahan baku (raw material) untuk satuan unit bahan yang dilayani (customer).

    Model antrian SAPFIB terdiri dari rangkaian komponen distribusikedatangan bahan dan distribusi kecepatan pelayanan operator dengan attributpendukung berupa disiplin antrian, kapasitas antrian, dan waktu transfer. Seluruhkomponen beserta attributnya disusun dengan mengikuti kondisi yang terjadi padasistem antrian dalam kondisi nyata. Asumsi yang digunakan dalam melakukansimulasi model utama ialah waktu transfer bahan dibawah dua detik diabaikan,kecepatan kedatangan dan kecepatan pelayanan sesuai dengan kondisi historisselama penelitian. Asumsi pada simulasi sub model antrian ialah kedatanganbahan pada sub model adalah kontinyu dengan kondisi kedatangan pada saatpuncaknya dalam sistem produksi.

    Berdasarkan hasil simulasi model utama pada sistem nyata selama 25200detik (7 jam kerja) untuk Model A, 24 jam kerja untuk Model B dan 75600 detik(21 jam kerja) untuk Model C, ditemukan sejumlah bahan baku yang mengalamipenolakan bahan (balking) pada lini produksi fillet ikan beku di PT. GlobalTropical Seafood, balking tersebut terjadi pada stasiun kerja After Curing. Padastasiun Freezing antrian terjadi pada saat tertentu saja. Pada stasiun Packingdalam Model C tidak terjadi antrian. Permasalahan pada Model A ialah terletakpada ketidakseimbangan aliran bahan antar stasiun kerja dan inefisiensipenggunaan sumber daya manusia, pada Model B permasalahan yang terjadi ialahterdapat antrian pada saat tertentu saja, dan pada Model C permasalahan utamaterletak pada rendahnya tingkat utilitas operator.

    Pengembangan model antrian pada penelitian ini dilakukan dengan duapendekatan, yakni pengembangan model dengan merubah tingkat kedatanganbahan, serta pengembangan model dengan merubah komposisi unit pelayanan(operator). Asumsi yang digunakan dalam mengembangkan model ialah sistemantrian bersifat steady state, kecepatan kedatangan serta pola kedatangan dankecepatan kedatangan serta pola pelayanan sesuai dengan kondisi historis selamapenelitian.

    Model alternatif terbaik hasil pengembangan dengan skenario perubahantingkat kedatangan dengan komposisi unit pelayanan tetap adalah tingkatkedatangan pada stasiun penerimaan dinaikkan sebesar 3 kali lipat darikedatangan historis selama penelitian (6482,47 kg/jam) dan pada stasiun aftercuring diturunkan sebesar 0,75 kali lipat dari kedatangan historis selama penelitan(129,44 kg/jam), pada stasiun freezing tingkat kedatangan bahan diturunkanmenjadi 18000 kg per hari dan pada stasiun Packing tingkat kedatangan diubahsebesar 6 kali lipat dari kedatangan historis selama penelitian (15308,29 kg/jam).

    Model alternatif terbaik hasil pengembangan dengan skenario perubahankomposisi unit pelayanan pada tingkat kedatangan tetap sesuai kondisi selama

  • penelitian ialah jumlah operator pada stasiun penerimaan dikurangi dari 5 orangmenjadi 4 orang, stasiun arahan produksi dari 3 orang menjadi 1 orang, stasiunfilleting dari 5 orang menjadi 3 orang, stasiun Penyisikan 7 orang menjadi 2orang, stasiun trimming dari 16 orang menjadi 10 orang, stasiun Washing dari 2orang menjadi 1 orang, stasiun after curing dari 5 orang menjadi 7 orang, stasiunfreezing dari 3 unit menjadi 5 unit serta stasiun packing dari 24 orang menjadi 12orang, jumlah operator pada stasiun lainnya tetap.

    Berdasarkan analisa hasil simulasi, pengembangan model alternatifmenghasilkan kinerja yang lebih baik pada sistem antrian lini produksi fillet ikanbeku. Pengembangan model antrian dengan skenario perubahan tingkatkedatangan pada model A dapat menghilangkan bahan yang tidak terproses dari26,33 kg menjadi 0 kg, jumlah bahan yang terproses dari 1856,67 kg menjadi3099 kg, serta meningkatkan tingkat utilitas operator dari 27,50 % menjadi 75,36%. Pada model C jumlah bahan yang terproses meningkat dari 1673,67 kgmenjadi 10118,67 kg dan tingkat utilitas operator meningkat dari 13,49 %menjadi 80,79 %. Pengembangan model dengan skenario perubahan komposisioperator pada model A dapat menghilangkan bahan yang tidak terproses dari26,33 kg menjadi 0 kg, jumlah bahan yang terproses dari 1856,67 kg menjadi1991,67 kg, mempercepat rata-rata waktu bahan mengalir secara keseluruhan dari979,11 detik (16,3 menit) menjadi 275,33 detik (4,59 menit), meminimasi rata-rata waktu antrian bahan secara keseluruhan dari 141,75 detik menjadi 4,42 detikserta meningkatkan tingkat utilitas operator dari 27,50 % menjadi 42,75 %, selainitu ketika dihitung biaya tambahan penggunaan es akibat antrian maka terjadipenghematan biaya tambahan dari Rp.296.020,03 /bulan menjadi Rp.40.651,86/bulan. Pada model C hasil analisis simulasi memperlihatkan tingkat utilitasoperator meningkat dari 13,49 % menjadi 26,48 %. Pada model B pengembanganmodel dengan skenario perubahan tingkat kedatangan dan komposisi unitpelayanan memberikan hasil berupa tidak adanya antrian dalam stasiun Freezing.

    Verifikasi dan validasi model dilakukan untuk mengetahui apakah modeldapat mewakili sistem yang ada, validasi tersebut dengan menggunakan bantuansoftware MINITAB 11. Validasi model dilakukan dengan cara menggunakan ujikesamaan nilai tengah antara dua populasi (Uji-t). Dalam penelitian ini validasidilakukan dengan cara menguji kesamaan nilai tengah antara waktu pelayanan(proses) data historis dengan waktu pelayanan (proses) data hasil simulasi. Hasiluji kesamaan menunjukkan bahwa data tersebut seragam pada selangkerpercayaan 95%. Hal tersebut menunjukkan model simulasi valid untukdigunakan.

  • ARVIANO HARYANTO SAHAR. F34103128. Queueing SystemProductivity Analysis In Frozen Fish Fillet Process Industry (Case Study atPT. Global Tropical Seafood, West Java). Supervised by MACHFUD.2007

    SUMMARY

    Fishing industrys is one of Indonesia huge source for Indonesia capitalincome. Based on its archipelago, Indonesia have 6.7 billion tons/years of marinenatural resources. Indonesia is one of the biggest exporter of fisheries comodity inthe global market. In order to support the economic growth in the fishing industryand the expansion of global market, a mordern science study for increasing theproductivity of the industry is important to be held. PT. Global Tropical Seafoodis one of the company in Indonesia that run on the fishing industry with the bestproduct of frozen fish fillet. In the daily activities the company face the conditionof uncertainty of raw material arrival, pressure to maintain the quality of theirproduct, and the need of effectivity and efficiency in the production system.

    Productivity of queueing system in a production line can be the indicator forit effectivity and efficiency. The low productivity of queueing system candecerease the efficiency and effectivity of resource management and increase therisk of material damage. Inefficiency and ineffectivity in a queueing system canbe mark with the happening of queueuing, low server utilization, and balking inthe system. The boundary in this research is bounded in the queueing system offrozen fish fillet production line.

    Analysis technique that used in this research are monte carlo simulationtechnique and line balancing model. Queueing simulation is done with the help ofWinQSB Software with program package called Queueing SystemSimulation 1.0 (QSS 1.0) and for the line balancing model is done with manualcalculation. Distribution test for interarrival time and service time that used forinput in the simulation system are using a software that called Easyfit 3.2. Thedistribution test is based on graphical comparing method and Kolmogorov-Smirnov goodness of fit test with used of normal, weibull, triangular, poisson,gamma, uniform, laplace, logistik, eksponensial dan lognormal distribution.

    The result of the distribution test shows that the data of interarrival time andservice time have weibull, triangular, gamma and lognormal distribution with 90% level of confidence. Queueing system in the frozen fish fillet production line iscomposed by 13 work station and 4 of the station is a join work station (handlematerial from all of production line). This queueing system simulation is namedSAPFIB ?Sistem Antrian Produksi Fillet Ikan Beku?, it is formed by three modelsand four sub models. Those models are models that simulate queueing start fromreceiving station to panning and after curing station (Model A), line balancingmodel at freezing station (Model B), and queueing model that simulate queueingsystem at packing station (Model C). Sub Model Penerimaan simulate queueingsystem for receiving station partially, Sub Model Penyisikan simulate queueingsystem for scaling station partially, Sub Model Filleting simulate queueing systemfor filleting station partially and Sub Model After Curing simulate queueingsystem for after curing station partially. The queueing pattern in SAPFIB are thecombination of single channel and multiple channel with pararel server. The unitthat is used in the system simulation are seconds and kilograms of raw material.

  • SAPFIB queueing model are arranged from interarrival distributioncomponent and service time component with supporting attribut such as queuedisciple, queue capacity and material transfer time. All of the componet is used toimitate the real condition of queueing system simulation. The assumtion that usedin simulating the models is material time that is below two second is ignored, andthe interarrival and service time distribution is the same as in the real system.Beside assumtion for the main model, there is assumtion that was used for analizethe sub model that are the assumion is it simulate queueing system with theinterarrival that is continue at the peak condition.

    The result for the main model simulation in the real state of Model A thatwas run for 25200 seconds (7 work hour), 24 hours for Model B and 75600 (21work hour) for model C are balking in after curing station, queue in the freezingstation and there is no queue in packing station. The main problem of Model A isthe inbalance of material flow between the work station and inefficient of humanresource utilization. In Model B the main problem is the queue only exist at atime. Model C problem is the inefficient of human resource utilization.

    The development of queueing models in this research is done by twoapproach, that is by changing its rate of incoming material and changing theserver compotition in each work station. The assumtion that used in developingThe models are the queueing system is in the steady state, speed and pattern ofincoming material with the speed and pattern of service time is same as thehistorical data that collected at the research period.

    The best alternate model for scenario of changing the rate of incomingmaterial with the server compotition at the real state are the rate of incomingmaterial in the receiving station increased 3 times from the historical data thatcollected at the research period (6482.47 kg/hours) and decrease the incomingmaterial at after curing station 0.75 times from the historical data that collected atthe research period (129.44 kg/hours), at the freezing station the rate of incomingmaterial are decreased into 18000 kg/days and at the packing station the rate oficoming material is increased into 6 times from the historical data that collected atthe research period (15308.28 kg/hours).

    The best alternate model for scenario of changing the server compotition ineach work station at the rate of incoming material same as the historical data thatcollected at the research period are the operators in the receiving station arereduced from 5 operators into 4 operators, 3 operators into 1 operators atproduction direction station, 5 operators into 3 operators at the filleting station, 7operators into 2 operators at the scaling station, 16 operators into 10 operators attrimming station, 2 operators into 1 operators at washing station, 5 operators into7 operators at after curing station, 3 units into 5 units at freezing station, 24operators into 12 operators at packing station, as for the other station the operatorsremain the same compotition

    Based on the simulation analysis, the alternate models give an increasedproductivity from the simulation in the real system. The alternate models with thescenario of changing the rate of incoming materials at Model A can remove thebalking from 26.33 kg into 0 kg, the processed material increased from 1856.67kg into 3099 kg, the server utilization increased from 27.50 % into 75.36%. InModel C the processed material increased from 1673.67 kg into 10118.67 kg andthe server utilization increased from 13.49 % into 80.79 %. The alternate model

  • with scenario of changing operator server compotition in each work station inModel A can remove balking from 26.33 kg into 0 kg, number of processedmaterial increased from 1856.67 kg menjadi 1991.67 kg, speed up the averageflow time from 979.11 seconds (16.3 minutes) into 275,33 seconds (4.59minutes), minimize overall average waiting time from 141.75 seconds into 4.42seconds and increased the server utilization from 27.50 % into 42.75% and canreduced the cost of ice usage because of queueing from Rp. 296.020,03 /monthinto Rp. 40.651,86 /month. In Model C the simulation analisys show that serverutilization increased from 13.49 % into 26.48 %. As for Model B both scenariocould remove the queueing from the freezing station.

    Verification and validation is done for knowing if the model that was buildcan represent the real system, t-test is used for validate the model with the help ofMINITAB 11 software. By comparing the mean value of two population that isservice time from simulation output and service time from the historical data themodel, will be valid to use when the value of the test said there is no significantdifference between the two population. The t-test result the mean value from thetwo population does not different significantly at the confidence level of 95 %.Those result show the simulation model is valid to be used.

  • SURAT PERNYATAAN

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

    ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN PADA INDUSTRI

    PENGOLAHAN FILLET IKAN BEKU (Studi Kasus di PT.Global Tropical

    Seafood, Jawa Barat) adalah asli karya saya sendiri dengan arahan dosen

    pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukkannya. Skripsi ini belum

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan

    tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

    secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

    Bogor, 26 Agustus 2007

    Yang membuat pernyataan,

    ARVIANO HARYANTO SAHARF34103128

  • ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN

    PADA INDUSTRI PENGOLAHAN FILLET IKAN BEKU

    (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood, Jawa Barat)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    ARVIANO HARYANTO SAHAR

    F34103128

    2007

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    ANALISIS KINERJA SISTEM ANTRIAN

    PADA INDUSTRI PENGOLAHAN FILLET IKAN BEKU

    (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood, Jawa Barat)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    ARVIANO HARYANTO SAHAR

    F34103128

    Dilahirkan pada tanggal 11 Januari 1986

    Di Jakarta

    Tanggal lulus: 24 Agustus 2007

    Menyetujui,

    Bogor, 26 Agustus 2007

    Dr. Ir. Machfud, MS.

    Dosen Pembimbing

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Januari 1986 di

    Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

    dari pasangan bapak Ir.Haryanto Sahar M.Sc dan Ibu Sylvia

    Hasan.

    Pendidikan formal penulis diawali dari Taman Kanak-

    kanak TKI Dian Didaktika pada tahun 1990-1991 dan dilanjutkan dengan tingkat

    pendidikan dasar di SDI Dian Didaktika (1991-1997). Penulis menyelesaikan

    tingkat pendidikan lanjutan pada SLTPI Dian Didaktika (1997-2000) dan SMUN

    34 Pondok Labu Jakarta Selatan (2000-2003). Sejak tahun 2003, penulis

    memasuki program Strata-1, Departemen Teknologi Industri Pertanian pada

    Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

    Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

    Selama kuliah, penulis aktif menjadi asisten praktikum mk. penerapan

    komputer pada tahun ajaran 2005/2006 dan mk. sistem inforrnasi manajemen pada

    tahun ajaran 2006/2007. Penulis dipercaya sebagai ketua kelas TIN 40 selama

    tahun 2005-2007 dan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri

    (HIMALOGIN) periode 2005/2006. Pada tahun 2006 penulis melakukan kegiatan

    praktek lapang dengan topik ?Mempelajari Human Relationship dan Produktivitas

    Tenaga Kerja di PT. ISM Bogasari Flour Mills Tj. Priok - Jakarta?. Pada tahun

    2007 penulis melakukan penelitian di PT. Global Tropical Seafood, Cikampek

    dan berhasil menyelesaikan tugas akhir dengan topik masalah khusus ?Analisis

    Kinerja Sistem Antrian Pada Industri Pengolahan Fillet Ikan Beku?.

  • iKATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian di PT.

    Global Tropical Seafood, Jawa Barat sesuai jadwal dan dapat menyusun serta

    menyelesaikan skripsi dengan judul ?Analisis Kinerja Sistem Antrian Pada

    Industri Pengolahan Fillet Ikan Beku (Studi Kasus di PT.Global Tropical Seafood,

    Jawa Barat)? dengan baik.

    Merupakan sebuah anugrah dari Allah SWT karena selama waktu penelitian

    dan penyusunan skripsi, penulis dapat memperoleh pengalaman-pengalaman

    berharga yakni berupa pembelajaran mengenai teori antrian dan penerapan ilmu-

    ilmu akademis dan non akademis yang didapatkan oleh penulis selama menimba

    ilmu di kampus IPB ini.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat banyak pihak yang terkait,

    dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

    kepada :

    v Dr. Ir. Machfud, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

    membimbing dan mengarahkan penulis dalam mempersiapkan

    ,melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan

    skripsi ini.

    v Ir. Lien Herlina, Msc dan Ir. Sugiarto, Msi selaku dosen penguji yang telah

    memberikan saran dan kritiknya untuk penyempurnaan skripsi ini serta

    masukannya kepada penulis untuk pengembangan diri penulis.

    v Bapak Ir. Haryanto Sahar, MSc dan Ibu Sylvia Hasan sebagai kedua orang

    tua penulis yang memberikan segala kasih sayang dan dukungan yang tak

    ternilai kepada penulis serta kedua adik penulis yang senantiasa

    mendoakan dan memberikan dukungan moril kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    v Bapak Sidiq selaku Pimpinan Pabrik dan Bapak Sumardi selaku Manajer

    Personalia PT. Global Tropical Seafood, Jawa Barat yang telah membantu

    penulis dalam mewujudkan kegiatan penelitian pada perusahaan tersebut.

    v Bapak Citra Asmara Putra, bapak Ahmad Rifani, dan bapak Tegas selaku

    manager di PT. Global Tropical Seafood yang telah membantu penulis

  • ii

    dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan bagi penulis beserta

    saran dan kritiknya dalam penyusunan skripsi ini.

    v Mba Rina, Mba Nina, Mba Rum, Pak Sunari, Pak Iwan berserta Seluruh

    staff dan karyawan PT. Global Tropical Seafood yang telah membantu

    penulis dalam kegiatan pengumpulan data dan informasi sehari-harinya

    v Bapak Mardianto, Bapak Achmad atas motivasi yang diberikan kepada

    penulis selama penulis melaksanakan penelitian di PT. Global Tropical

    Seafood.

    v Yasmin dan Henny selaku rekan penulis yang bersama-sama

    melaksanakan penelitian di PT. Global Tropical Seafood.

    v Kukuh dan Puji selaku rekan sebimbingan yang bersama-sama saling

    mendukung dalam suka dan duka penyelesaian skripsi ini.

    v Sahabat-sahabatku Indah, Farah, Derry, Riri, Fardian, Helmi, Adit, Ratih,

    Ayip, Indra, Amin, Adriel, Jerry, Lutfi atas kebersamaannya dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    v Bang riki, Mas ade, Uda Paul, Uda Edwin, Uda Ansor, Dion, Sigit, Wita,

    Dani, Dung-dung, Aldo, Jejeng dan seluruh penghuni wisma galih yang

    selalu mengisi hari-hari penulis dengan keceriaan selama penulis

    menyelesaikan skripsi ini.

    v Seluruh Civitas TIN?40 dan HIMALOGIN yang telah memberi

    pengalaman-pengalaman berharga bagi pengembangan diri penulis.

    v Semua pihak yang terkait dan turut membantu hingga selesainya skripsi ini

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada lembar ini.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

    membutuhkannya.

    Bogor, Agustus 2006

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Ruang Lingkup ............................................................................................ 3

    C. Tujuan ......................................................................................................... 3

    D. Manfaat ....................................................................................................... 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Fillet Ikan Beku ........................................................................................... 5

    B. Teori Antrian ............................................................................................... 6

    C. Uji Distribusi ............................................................................................... 18

    D. Model .......................................................................................................... 22

    E. Teknik Heuristik .......................................................................................... 24

    F. Simulasi ....................................................................................................... 24

    G. Verifikasi dan Validasi ................................................................................ 27

    H. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 28

    III. METODE PENELITIAN

    A. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 30

    B. Pendekatan Berencana ................................................................................. 31

    C. Tata Laksana ............................................................................................... 32

    IV. KONDISI SISTEM ANTRIAN DI PT. GLOBAL TROPICAL SEAFOOD

    A. Sistem Produksi Fillet Ikan Beku ................................................................. 35

    1. Stasiun Penerimaan ................................................................................. 39

    2. Stasiun Arahan Produksi.......................................................................... 39

    3. Stasiun Penyisikan ................................................................................... 40

  • iv

    Halaman

    4. Stasiun Filleting ...................................................................................... 40

    5. Stasiun Trimming .................................................................................... 41

    6. Stasiun Washing ...................................................................................... 41

    7. Stasiun Sizing .......................................................................................... 41

    8. Stasiun Panning ...................................................................................... 42

    9. Stasiun Bagging ...................................................................................... 42

    10. Stasiun Curing ......................................................................................... 42

    11. Stasiun After Curing ................................................................................ 42

    12. Stasiun Freezing ...................................................................................... 43

    13. Stasiun Packing ....................................................................................... 43

    B. Konfigurasi Sistem Antrian Produk Fillet Ikan Beku ................................... 46

    V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Distribusi Data ............................................................................................ 51

    B. Model Antrian............................................................................................. 53

    1. Kinerja Model Antrian dari Stasiun Penerimaan Hingga StasiunPanning Dan Stasiun After Curing (Model A) ........................................ 55

    2. Kinerja Model Antrian Pada Stasiun Freezing (Model B) ....................... 58

    3. Kinerja Model Antrian Pada Stasiun Packing (Model C) ........................ 60

    C. Sub Model Antrian ..................................................................................... 62

    1. Sub Model Penerimaan ........................................................................... 62

    2. Sub Model Penyisikan ............................................................................ 64

    3. Sub Model Filleting ................................................................................ 66

    4. Sub Model After Curing.......................................................................... 67

    D. Pengembangan Model ................................................................................. 68

    1. Pengembangan Model Dengan Skenario Perubahan Tingkat Kedatangan 69

    2. Pengembangan Model Dengan Skenario Perubahan Komposisi UnitPelayanan ............................................................................................... 76

    E. Kinerja Sistem Antrian................................................................................. 83

    1. Analisa Kinerja Pengembangan Model Dengan Skenario PerubahanTingkat Kedatangan ................................................................................ 83

  • vHalaman

    2. Analisa Kinerja Pengembangan Model Dengan Skenario PerubahanKomposisi Unit Pelayanan ...................................................................... 96

    F. Verifikasi dan Validasi Model ...................................................................... 107

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................................. 110

    B. Saran ........................................................................................................... 112

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 114

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Data ekspor produk fillet ikan beku Indonesia ke beberapa negara ....... 1

    Tabel 2. Sebaran frekwensi data waktu antar kedatangan .................................. 15

    Tabel 3. Ketentuan mutu bahan baku fillet ikan beku ........................................ 36

    Tabel 4. Bobot standar fillet .............................................................................. 41

    Tabel 5. Waktu perpindahan bahan antar stasiun ............................................... 46

    Tabel 6. Jumlah operator, kapasitas dan disiplin antrian kondisi nyata ............... 48

    Tabel 7. Hasil Uji distribusi waktu kedatangan bahan........................................ 52

    Tabel 8. Hasil Uji distribusi waktu pelayanan operator ...................................... 52

    Tabel 9. Definisi nama komponen dalam model dan sub model SAPFIB........... 54

    Tabel 10. Uji coba berbagai tingkat kedatangan pada stasiun penerimaan dalammodel A .............................................................................................. 71

    Tabel 11. Uji coba berbagai tingkat kedatangan pada stasiun after curing dalammodel A .............................................................................................. 72

    Tabel 12. Uji coba berbagai tingkat kedatangan pada stasiun packing dalammodel C .............................................................................................. 75

    Tabel 13. Perubahan komposisi operator pada setiap stasiun kerja padapengembangan model antrian SAPFIB ................................................ 78

    Tabel 14. Hasil uji kesamaan nilai tengah waktu pelayanan data historis denganwaktu pelayanan hasil simulasi antrian model utama kondisi nyata ..... 108

    Tabel 15. Hasil uji kesamaan nilai tengah waktu pelayanan data historis denganwaktu pelayanan hasil simulasi antrian sub model kondisi nyata ......... 108

    Tabel 16. Hasil uji kesamaan nilai tengah waktu pelayanan data historis denganwaktu pelayanan hasil simulasi antrian model utama sistem alternatifdengan skenario perubahan tingkat kedatangan ................................... 109

    Tabel 17. Hasil uji kesamaan nilai tengah waktu pelayanan data historis denganwaktu pelayanan hasil simulasi antrian model utama sistem alternatifdengan skenario perubahan komposisi unit pelayanan ......................... 109

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Model Antrian Jalur Tunggal dengan Fasilitas Pelayanan Tunggal ... 8

    Gambar 2. Model Antrian Jalur Tunggal dengan Fasilitas Pelayanan Ganda

    Serial ............................................................................................... 8

    Gambar 3. Model Antrian Jalur Ganda dengan Fasilitas Pelayanan Ganda

    Pararel ............................................................................................. 8

    Gambar 4. Model Antrian Jalur Ganda dengan Fasilitas Pelayanan Ganda ........ 8

    Gambar 5. Skema Simulasi Stokastik ................................................................ 26

    Gambar 6. Skema Tahapan Pendekatan Berencana............................................ 32

    Gambar 7. Diagram Tahapan Penelitian ............................................................34

    Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Fillet Ikan Beku tanpa CO ............. 37

    Gambar 9. Diagram Alir Proses Pembuatan Fillet Ikan Beku dengan CO .......... 38

    Gambar 10. Sistem Produksi Fillet Ikan Beku ..................................................... 45

    Gambar 11. Pola Sistem Antrian Lini Produksi Fillet Ikan Beku PT. GlobalTropical Seafood .............................................................................. 50

    Gambar 12. Penulisan model simulasi A pada program QSS 1.0 dalam bentukmatriks ............................................................................................. 56

    Gambar 13. Grafik antrian maksimum pada stasiun Freezing .............................. 60

    Gambar 14. Penulisan model simulasi C pada program QSS 1.0 dalam bentukmatriks ............................................................................................. 61

    Gambar 15. Penulisan model simulasi sub model penerimaan pada program QSS1.0 dalam bentuk grafis ................................................................... 63

    Gambar 16. Penulisan model simulasi sub model penyisikan pada program QSS 1.0dalam bentuk matriks ....................................................................... 65

    Gambar 17. Penulisan model simulasi sub model filleting pada program QSS 1.0dalam bentuk matriks ...................................................................... 66

    Gambar 18. Penulisan model simulasi sub model after curing pada program QSS1.0 dalam bentuk matriks ................................................................. 67

    Gambar 19. Penulisan model simulasi A alternatif skenario perubahan tingkatkedatangan pada program QSS 1.0 dalam bentuk matriks ............... 73

    Gambar 20. Penulisan model simulasi C alternatif skenario perubahan tingkatKedatangan pada program QSS 1.0 dalam bentuk matriks ............... 76

    Gambar 21. Penulisan model simulasi A alternatif skenario perubahan komposisiunit pelayanan pada program QSS 1.0 dalam bentuk matriks .......... 79

  • viii

    Halaman

    Gambar 22. Penulisan model simulasi C alternatif skenario perubahan komposisiunit pelayanan pada program QSS 1.0 dalam bentuk matriks ........... 82

    Gambar 23. Diagram perbandingan jumlah bahan yang tidak terproses padapengembangan model A secara skenario perubahan tingkatkedatangan ...................................................................................... 84

    Gambar 24. Diagram perbandingan jumlah bahan yang terproses padapengembangan model A dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 85

    Gambar 25. Diagram perbandingan rata-rata waktu aliran bahan padapengembangan model A dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 86

    Gambar 26. Diagram perbandingan tingkat utilitas operator secara overall padapengembangan model A dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 87

    Gambar 27. Diagram perbandingan rata-rata jumlah bahan yang menunggu padapengembangan model A dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 88

    Gambar 28. Diagram perbandingan rata-rata waktu bahan menunggu padapengembangan model A dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 89

    Gambar 29. Diagram perbandingan biaya penggunaan es pada pengembanganmodel A dengan skenario perubahan tingkat kedatangan .................. 90

    Gambar 30. Grafik perbandingan jumlah bahan yang mengantri pada stasiunfreezing dengan skenario perubahan tingkat kedatangan ................... 91

    Gambar 31. Diagram perbandingan jumlah bahan yang terproses padapengembangan model C dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 92

    Gambar 32. Diagram perbandingan rata-rata waktu aliran bahan padapengembangan model C dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 93

    Gambar 33. Diagram perbandingan tingkat utilitas operator secara overall padapengembangan model C dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 94

    Gambar 34. Diagram perbandingan rata-rata jumlah bahan yang menunggu padapengembangan model C dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 95

    Gambar 35. Diagram perbandingan rata-rata waktu bahan menunggu padapengembangan model C dengan skenario perubahan tingkatkedatangan ....................................................................................... 96

  • ix

    Halaman

    Gambar 36. Diagram perbandingan jumlah bahan yang tidak terproses padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ........................................................................................ 97

    Gambar 37. Diagram perbandingan jumlah bahan yang terproses padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ......................................................................................... 98

    Gambar 38. Diagram perbandingan rata-rata waktu aliran bahan padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ......................................................................................... 98

    Gambar 39. Diagram perbandingan tingkat utilitas operator secara overall padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ......................................................................................... 99

    Gambar 40. Diagram perbandingan rata-rata jumlah bahan yang menunggu padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ......................................................................................... 100

    Gambar 41. Diagram perbandingan rata-rata waktu bahan menunggu padapengembangan model A dengan skenario perubahan komposisi unitpelayanan ......................................................................................... 101

    Gambar 42. Diagram perbandingan biaya penggunaan es pada pengembanganmodel A dengan skenario perubahan komposisi unit pelayanan ........ 102

    Gambar 43. Grafik perbandingan jumlah bahan yang mengantri pada stasiunfreezing dengan skenario perubahan jumlah unit pelayanan .............. 102

    Gambar 44. Diagram perbandingan jumlah bahan yang terproses padapengembangan model C dengan skenario perubahan komposisioperator............................................................................................ 103

    Gambar 45. Diagram perbandingan rata-rata waktu aliran bahan padapengembangan model C dengan skenario perubahan komposisioperator............................................................................................ 104

    Gambar 46. Diagram perbandingan tingkat utilitas operator secara overall padapengembangan model C dengan skenario perubahan komposisioperator............................................................................................ 105

    Gambar 47. Diagram perbandingan rata-rata jumlah bahan yang menunggu padapengembangan model C dengan skenario perubahan komposisioperator............................................................................................ 106

    Gambar 48. Diagram perbandingan rata-rata waktu bahan menunggu padapengembangan model C dengan skenario perubahan komposisioperator............................................................................................ 107

  • xDAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Hasil Pengamatan Kecepatan Kedatangan Bahan........................... 116

    Lampiran 2. Hasil Pengamatan Kecepatan Pelayanan Operator ......................... 123

    Lampiran 3. Rendemen Setiap Stasiun Proses dengan Bahan Baku ................... 139

    Lampiran 4. Contoh Output Uji Distribusi Peluang Software EasyFit 3.2 .......... 141

    Lampiran 5. Output Simulasi SAPFIB Model A Kondisi Nyata ........................ 142

    Lampiran 6. Simulasi Keseimbangan Aliran Bahan SAPFIB Model B .............. 145

    Lampiran 7. Output Simulasi SAPFIB Model C Kondisi Nyata......................... 152

    Lampiran 8. Output Simulasi SAPFIB Sub Model Penerimaan Kondisi Nyata .. 154

    Lampiran 9. Output Simulasi SAPFIB Sub Model Penyisikan Kondisi Nyata ... 155

    Lampiran 10. Output Simulasi SAPFIB Sub Model Filleting Kondisi Nyata ....... 156

    Lampiran 11. Output Simulasi SAPFIB Sub Model After Curing Kondisi Nyata . 157

    Lampiran 12. Output Simulasi SAPFIB Model A Sistem Alternatif SkenarioPerubahan Tingkat Kedatangan ..................................................... 158

    Lampiran 13. Output Simulasi SAPFIB Model C Sistem Alternatif SkenarioPerubahan Tingkat Kedatangan ..................................................... 161

    Lampiran 14. Output Simulasi SAPFIB Model A Sistem Alternatif SkenarioPerubahan Komposisi Operator ..................................................... 164

    Lampiran 15. Output Simulasi SAPFIB Model C Sistem Alternatif SkenarioPerubahan Komposisi Operator ..................................................... 165

    Lampiran 16. Tata Letak Ruang Produksi PT. Global Tropical Seafood .............. 166

    Lampiran 17. Perhitungan Estimasi Biaya Tambahan Penggunaan Es Pada ModelAlternatif Skenario Perubahan Tingkat Kedatangan ..................... 167

    Lampiran 18. Perhitungan Estimasi Biaya Tambahan Penggunaan Es Pada ModelAlternatif Skenario Perubahan Komposisi Operator ..................... 169

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Industri perikanan merupakan salah satu sektor industri yang menjadi

    primadona di dalam penyumbang sumber devisa Indonesia. Ketika Indonesia

    mengalami krisis moneter pada tahun 1997 sektor tersebut menjadi salah satu

    sektor yang mampu tumbuh berkembang di tengah keterpurukan sektor

    ekonomi lainnya. Perkembangan sektor perikanan ini terutama disebabkan oleh

    karena pasarnya yang bererorientasi ekspor. Pasar ekspor memberikan

    pemasukan berupa mata uang dollar yang pada saat itu nilainya melambung

    tinggi di Indonesia akibat dari turunnya nilai mata uang rupiah.

    Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan laut sebesar 6,7 juta

    ton per tahun Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor terbesar

    komoditas perikanan dunia. Selama periode 1999-2002 produk domestik bruto

    (PDB) subsektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 21,72 %.

    (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002).

    Peningkatan permintaan ikan di pasaran dunia antara lain dipengaruhi

    oleh meningkatnya jumlah penduduk dunia, bergesernya selera konsumen dari

    ?red meat? ke ?white meat?, dan kebutuhan manusia akan makanan sehat.

    Selain itu kondisi yang mengancam kesehatan manusia akibat mengonsumsi

    daging ternak yang mempunyai resiko penyakit seperti mad cow disease, serta

    penyakit mulut dan kuku yang melanda kawasan Eropa, Asia dan Amerika

    membuat keinginan manusia untuk mendiversifikasi sumber pangan berprotein

    tinggi semakin tinggi.

    Jika melihat perkembangan jumlah ekspor produk fillet ikan beku

    Indonesia ke mancanegara terlihat bahwa dari tahun ketahun penerimaan

    produk fillet ikan beku di setiap negara berbeda-beda, mayoritas memiliki

    kecenderungan naik namun tidak semuanya bersifat konsisten. Salah satu hal

    yang dapat menyebabkan kondisi tersebut ialah karena tingginya persaingan

    antar negara-negara pengekspor produk perikanan beku.

  • 2Tabel 1. Data ekspor produk fillet ikan beku Indonesia ke beberapa negara

    Negara Tujuan2003 2004 2005 (Jan-Nop) 2006 (Jan-Nop)

    Berat(Kg)

    Nilai(US$)

    Berat(Kg)

    Nilai(US$)

    Berat(Kg)

    Nilai(US$)

    Berat(Kg)

    Nilai(US$)

    JEPANG 15.410 1.420.463 98.535 3.237.528 97.579 3.211.469 33.420 1.447.167AMERIKASERIKAT 2.842 9.344 36.800 505.035 36.800 505.035 - -

    POLANDIA - - 47.000 265.400 - - 69.000 531.700

    HONGKONG 476 1.736 7.095 58.277 4.858 40.484 10.762 32.344

    MALAYSIA 1.053 6.562 9.386 38.741 9.386 38.741 458 6.380REP.RAKYATCINA - - 9.023 29.514 9.023 29.514 8.500 310.524

    AUSTRALIA 1.687 9.376 2.277 12.943 2.277 12.943 10.405 52.047 *) dalam ribuan, sumber : Deprin 2007

    Dalam rangka mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor

    perikanan dan pemenuhan tuntutan pasar ekspor, kajian ilmiah yang

    berorientasi pada peningkatan kinerja industri perikanan perlu dilakukan

    dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

    Menurut Machfud (1999) produktivitas perusahaan merupakan hal

    penting yang harus diperhatikan dalam rangka mengembangkan perusahaan

    yang berdaya saing tinggi. Perencanaan dan pengendalian produksi yang baik

    akan menghasilkan proses produksi dengan tingkat efisiensi dan efektivitas

    tinggi melalui penghematan sumber daya yang ada dan waktu produksi yang

    optimal.

    PT. Global Tropical Seafood merupakan salah satu perusahaan yang

    bergerak di industri perikanan yang berorientasi ekspor dengan salah satu

    produk unggulannya fillet ikan beku. Dalam kegiatan produksinya perusahaan

    dihadapkan pada kondisi kedatangan bahan baku yang bersifat probalistik,

    adanya tuntutan kualitas produk yang prima, serta perlunya efektivitas dan

    efisiensi dalam sistem produksi.

    Ketidakseimbangan aliran bahan dan antrian dalam lini produksi

    pengolahan fillet ikan beku akan menyebabkan timbulnya inefisiensi dan

    inefektifitas sistem produksi akibat terjadinya kemacetan (bottleneck) bahan

    maupun rendahnya utilitas stasiun pelayanan. Nilai produktivitas lini produksi

    suatu perusahaan dapat menjadi sebuah indikator tingkat keefesienan dan

    keefektifan perusahaan tersebut dalam mengelola sumber daya yang ada. Nilai

  • 3produktivitas yang setinggi-tingginya merupakan suatu pencapaian yang

    diinginkan oleh perusahaan pada umumnya.

    Pendekatan analitis yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

    sistem aliran bahan yang bersifat acak secara efektif adalah dengan

    menggunakan analisis garis antrian atau teori antrian (Machfud, 1999).

    Model antrian dalam lini produksi suatu perusahaan dapat dikembangkan

    dengan teori antrian untuk meningkatkan produktivitas kerja dari pendekatan

    tingkat utilitas unit pelayanan dan waktu tunggu bahan dengan memaksimalkan

    efisiensi dan efektifitas proses. Perbaikan kinerja sistem produksi dapat

    mengurangi tambahan biaya yang disebabkan oleh adanya antrian dan

    inefisiensi penggunaan sumber daya.

    B. Ruang Lingkup

    Penelitian ini dibatasi pada analisis sistem antrian dan pengembangan

    modelnya pada lini produksi fillet ikan beku.

    C. Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

    1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya antrian pada

    lini produksi industri pengolahan fillet ikan beku.

    2. Menganalisis kinerja sistem antrian yang ada di dalam lini produksi industri

    pengolahan fillet ikan beku.

    3. Mengembangkan model antrian untuk meningkatkan kinerja lini produksi

    pengolahan fillet ikan beku melalui perubahan tingkat kedatangan bahan

    baku dan pengubahan komposisi operator pada stasiun-stasiun kerja dalam

    sistem antrian.

    D. Manfaat

    Penelitian yang dilakukan dapat memberikan pemahaman yang lebih

    mendalam mengenai aplikasi teori antrian dalam memecahkan permasalahan

    sistem produksi dalam suatu industri.

  • 4Hasil penelitian ini dapat memberikan model alternatif antrian proses

    produksi fillet ikan beku. Model alternatif tersebut dapat digunakan sebagai

    pembanding dari model antrian yang saat ini berjalan di perusahaan.

    Perbandingan tersebut bermanfaat untuk menilai kinerja sistem produksi yang

    berjalan di perusahaan saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai referensi

    dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan kinerja lini produksi fillet ikan

    beku.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Fillet Ikan Beku

    Fillet ikan merupakan daging ikan yang diperoleh dengan penyayatan

    ikan utuh sepanjang tulang belakang dimulai dari belakang kepala hingga

    mendekati bagian ekor. Tulang belakang dan tulang rusuk yang membatasi

    badan dengan rongga perut tidak dipotong pada waktu penyayatan, hal ini

    bertujuan agar tulang atau duri yang terikut dalam daging menjadi sedikit.

    Proses pengawetan dengan cara pembekuan yang berlaku untuk daging ikan

    tanpa tulang disebut fillet ikan beku (Suparno, 1992).

    Menurut DSN (1992), tahapan pengolahan fillet ikan beku adalah :

    (1) Pencucian

    Ikan dicuci kemudian ditampung di dalam bak fiberglass yang

    dilengkapi drainage (lubang pembuangan air bagian bawah).

    Penyusunan ikan dibuat berlapis-lapis dengan es. Diusahakan agar

    ikan tidak terendam air karena dapat memudarkan warna kulit hingga

    menjadi pucat, suram dan tidak mengkilap.

    (2) Pengambilan daging (filleting)

    Sebelum ikan diambil dagingnya (difillet) maka terlebih dahulu

    dilakukan pemotongan kepala dengan pisau tajam sekaligus

    penarikan atau pengeluaran isi perut temasuk pembuangan sisik,

    selanjutnya dilakukan pengambilan daging dengan cara penyayatan

    yang dimulai dari punggung yang mengarah ke perut dan ekor

    sehingga diperoleh kepingan dua sisi tanpa tulang.

    (3) Perapihan (trimming)

    Hasil potongan daging kemudian dirapihkan bentuknya dengan cara

    menyisir permukaan hasil potongan dan bagian sisi samping dengan

    menggunakan pisau tajam.

    (4) Pengelompokan ukuran (sizing)

    Pada tahap ini dilakukan penimbangan terhadap tiap-tiap keping

    daging dan dikelompokkan menurut ukuran yang ditentukan.

    (5) Penyusunan dalam pan pembeku

  • 6Pan pembeku diisi dengan fillet dengan permukaan kulit menghadap

    ke atas dan tiap keping fillet tidak saling menumpuk serta diusahakan

    penyusunan fillet hanya satu lapis saja. Hal ini dimaksudkan agar

    daging fillet beku yang dihasilkan mempunyai penampilan rapi,

    halus, lurus dan rata. Sebelum fillet disusun terlebih dahulu pan

    pembeku dilapisi dengan selembar plastik dan pada bagian atas

    daging ditutup dengan selapis plastik.

    (6) Pembekuan

    Ikan yang telah tersusun dalam pan dimasukkan ke dalam contact

    plate freezer (CPF) atau air blast freezer (ABF) dengan suhu operasi

    -40oC. Bila menggunakan CPF waktu pembekuan yang diperlukan

    adalah 4-5 jam sedangkan ABF memerlukan waktu 8-9 jam.

    (7) Pelapisan (glazing)

    Fillet beku yang dihasilkan kemudian dilepas dari pan pembeku

    selanjutnya dilakukan pengelasan dengan cara tiap keping fillet

    dicelup ke dalam campuran air dan es yang bersuhu 0-5oC.

    (8) Pengemasan (packaging)

    Tiap-tiap keping fillet dimasukkan ke dalam plastik dan kemudian

    bagian ujungnya dilipat untuk selanjutnya disusun ke dalam

    mastercarton dan diikat dengan mesin pengikat (Strapping band

    machines), pada tiap kemasan dicantumkan keterangan atau label

    yang jelas.

    (9) Penyimpanan beku

    Master carton yang berisi produk disimpan dalam gudang beku (cold

    storage) dengan suhu -25oC, penyusunan dalam cold storage diatur

    sedemikian rupa sehingga memiliki sirkulasi udara.

    B. Teori Antrian

    Teori Antrian merupakan studi yang berkaitan dengan suatu keadaan-

    keadaan yang berhubungan dengan segala aspek dalam situasi seseorang atau

    lebih harus menunggu untuk dilayani. Dengan menggunakan teori antrian kita

    dapat menganalisa kinerja antrian dengan menggunakan model-model

  • 7matematik pada keadaan yang berbeda-beda, dan dengan teori antrian ini pula

    dapat dibuat keputusan tentang berapa jumlah fasilitas pelayanan yang harus

    digunakan, luasan tempat antrian yang dibutuhkan, saat pemberian pelayanan

    dan sebagainya (Heizer dan Render ,2004).

    Pendekatan analitis yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah

    sistem aliran bahan yang bersifat acak secara efektif adalah dengan

    menggunakan analisis garis antrian atau teori antrian (Machfud, 1999).

    Menurut Machfud (1999) Teori antrian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Adanya pemasukan objek ke dalam suatu sistem

    2. Objek yang bergerak melalui sistem bersifat diskret

    3. Objek yang masuk ke dalam sistem untuk mendapatkan pelayanan atau

    proses diurut berdasarkan suatu aturan tertentu

    4. Adanya suatu mekanisme tertentu yang menentukan waktu pelayanan

    5. Mekanisme yang tidak dapat ditentukan secara pasti dapat

    dipertimbangkan sebagai suatu sistem yang bersifat probalistik

    Menurut Aminudin (2005), ada beberapa tipe sistem antrian yang

    semuanya dapat diklasifikasikan menurut karateristik di bawah ini.

    1. Masukan atau kejadian kedatangan, yaitu meliputi sebaran jumlah

    kedatangan tiap satuan waktu, jumlah antrian yang diizinkan

    terbentuk, panjang maksimum antrian dan jumlah maksimum

    langganan yang harus dilayani.

    2. Proses pelayanan, yang meliputi sebaran waktu pelayanan untuk satu

    satuan unit pelanggan, jumlah fasilitas pelayanan serta bentuk fasilitas

    pelayanan (pararel, seri dan lain-lain).

    3. Disiplin antrian, merupakan cara penentuan antrian atau baris

    antrian (FIFO, LIFO, dan Lain-Lain).

    Menurut Pangestu dkk (1993), terdapat empat struktur dasar dari sistem

    antrian yang melukiskan kondisi umum dari fasilitas pelayanan, yaitu (1) jalur

    tunggal satu fasilitas pelayanan, (2) jalur tunggal fasilitas pelayanan ganda, (3)

    jalur ganda fasilitas pelayanan tunggal, (4) jalur ganda fasilitas pelayanan

    ganda.

  • 8Selain empat struktur dasar antrian tersebut, masih terdapat struktur

    model antrian lain yang pada dasarnya merupakan gabungan dari dua atau

    lebih struktur antrian diatas.

    1. Pola Kedatangan.

    Pola kedatangan adalah menggambarkan cara individu-individu dari

    suatu populasi memasuki sistem. Individu-individu mungkin datang

  • 9dengan laju kedatangan yang konstan atau juga secara acak. Untuk laju

    kedatangan yang acak dan mempunyai sebaran tertentu.

    Sebaran peluang poisson adalah salah satu dari sebaran pola

    kedatangan yang paling umum bila beberapa faktor mempengaruhi waktu

    kedatangan. Hal tersebut disebabkan sebaran poisson sesuai dengan suatu

    pola kedatangan yang bersifat acak sempurna, berarti bahwa masing-

    masing kedatangan saling bebas satu dengan lainnya (Gordon, 1980).

    Apabila laju kedatangan mempunyai sebaran poisson, waktu antar

    kedatangan akan mempunyai sebaran eksponensial (Pangestu 1993 dan

    Taha 2003).

    2. Pola Pelayanan.

    Jumlah unit yang dapat dilayani persatuan waktu disebut sebagai

    laju pelayanan dari fasilitas pelayanan. Laju pelayanan dapat berpola

    konstan, dan dapat pula berpola acak. Untuk laju pelayanan yang

    berpola acak, akan mempunyai sebaran peluang seperti halnya pola

    kedatangan acak, yaitu sebaran poisson. Bila laju pelayanan

    mempunyai sebaran poisson, maka waktu pelayanan mempunyai

    sebaran peluang eksponensial (Pangestu 1993 dan Taha 2003).

    3. Model-Model Antrian.

    Untuk mempelajari model antrian diperlukan beberapa notasi

    yang digunakan untuk menggambarkan model antrian yang dimaksud.

    Menurut Aalto (2005) Notasi Kendall dapat digunakan untuk

    menggambarkan karakteristik dari antrian dengan sistem paralel

    secara umum yang dibakukan dengan format sebagai berikut :

    (xb / yb / z) : (u / v / w)

    Keterangan :

    x : sebaran kedatangan.

    y : sebaran waktu pelayanan.

    z : jumlah fasilitas pelayanan paralel.

    u : disiplin pelayanan atau disiplin antrian.

  • 10

    v : jumlah maksimum pelanggan dengan sistem.

    w : ukuran dari popolasi asal pelanggan.

    b : kedatangan bulk, pelayanan bulk.

    Notasi baku yang menggunakan x dan y dapat diisi dengan notasi

    sebagai berikut :

    M : Sebaran kedatangan atau laju pelayanan Poisson

    (ekivalen dengan sebaran waktu antar kedatangan atau

    waktu pelayanan eksponensial).

    D : Waktu pelayanan atau waktu antar kedatangan konstan

    atau deterministik.

    G : Sebaran waktu pelayanan umum (normal, binomial).

    GI : Sebaran kedatangan atau tingkat pelayanan mempunyai

    sebaran khusus.

    K : Sebaran erlang untuk waktu antar kedatangan atau waktu

    pelayanan.

    Notasi untuk mengganti V dan W adalah :

    I : Jumlah maksimum pelanggan di dalam sistem dan

    ukuran populasi asal pelanggan tak terhingga.

    F : Jumlah maksimum pelanggan di dalam sistem an ukuran

    populasi asal pelanggan terhingga.

    Disiplin antrian yang digunakan untuk mengisi u adalah :

    FCFS : First Come, First Serve.

    LCFS : Last Come, First Serve.

    SIRO : Service in Random Order.

    SPT : Shortest Processing (Service) Time.

    GD : General (Service) Discipline.

    Dengan format baku tersebut dapat diketahui berbagai model

    antrian yang terbentuk. Masing-masing model antrian dapat

    diselesaikan secara analitis dengan rumus-rumus pada model baku.

  • 11

    Menurut Gillet (1979), penyelesaian masalah antrian secara analitis

    dengan rumus-rumus pada model baku dapat dilakukan apabila kondisi-kondisi

    dibawah ini bisa dipenuhi :

    a. Kedatangan pelanggan kedalam sistem terjadi secara acak sempurna

    dan mengikuti sebaran poisson.

    b. Proses pelayanan terjadi secara acak sempurna, dan waktu pelayanan

    megikuti sebaran exponensial.

    c. Disiplin antrian adalah FIFO.

    d. Peluang terjadinya suatu kedatangan pada selang waktu t sampai t

    + D t, untuk untuk D t cukup kecil adalah Dnl t.

    e. Peluang adanya pelanggan meninggalkan sistem pada selang waktu t

    sampai t + D t, untuk D t cukup kecil adalah Dnm t.

    f. Laju kedatangan lebih kecil dari laju pelayanan.

    B. Sebaran Peluang

    Untuk mendapatkan model yang lebih mendekati keadaan sebenarnya,

    diperlukan pemilihan fungsi sebaran peluang yang sesuai dengan keadaan

    nyata. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam memilih fungsi sebaran

    peluang untuk kecepatan kedatangan dan kecepatan pelayanan adalah sebagai

    berikut :

    1. Mengelompokkan data menurut bentuknya, yaitu jumlah

    kedatangan dan jumlah unit yang dilayani per unit waktu.

    2. Mencari frekwensi, frekwensi relatif dan frekwensi komulatif dari

    data.

    3. Menghitung rata-rata, keragaman dan simpangan baku.

    4. Mencari bentuk baku dari data.

    5. Menguji apakah sebaran yang dipilih sesuai (langkah 6) atau tidak

    (langkah 7)

    6. Menetapkan bentuk parameter penduga dari sebaran baku yang

    dipilih.

    7. Sebaran yang tidak dapat diterapkan pada model-model sebaran

    baku ditetapkan sebagai sebaran khusus (sebaran empiris).

  • 12

    Metode pengambilan data ialah dapat dilakukan dengan dua cara

    yakni yang pertama ialah sensus, dan yang kedua ialah sampel. Sensus

    mengambil data dari keseluruhan jumlah populasi. Sampel merupakan

    bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu yang juga

    memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang bisa dianggap

    mewakili populasi. Populasi yang tak terbatas membuat pengambilan

    data dengan cara sensus tidak dapat dilaksanakan sehingga dipilih

    pengambilan data dengan cara sampling. Pengambilan sampel

    memerlukan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yakni :

    1. Penentuan daerah generalisasinya agar sampel dapat berlaku terhadap

    populasinya.

    2. Pembatasan yang tegas dalam populasi.

    3. Penentuan sumber informasi populasi.

    4. Pemilihan Teknik Sampling.

    5. Perumasan masalah.

    6. Pendefinisian unit-unit yang dipakai.

    7. Penentuan unit sampel.

    8. Pencarian keterangan masalah yang akan dibahas.

    9. Penentuan ukuran sampel.

    10. Penentuan teknik pengumpulan data.

    11. Penentuan Metode Analisis.

    12. Penyediaan sarana prasaranan untuk penelitian.

    (Hasan, 2001)

    Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan denan dua cara yaitu :

    (1) Sampling random : merupakan sampel yang diambil secara acak

    dengan cara undian, ordilnal atau dengan komputer.Pengambilannya

    dapat dilakukan dengan cara sederhana, bertingkat, kluster, sistematis

    dan proporsional.

    (2) Sampling non random : Merupakan pengambilan sampel dengan

    tidak acak yang dapat dilakukan dengan tiga cara yakni Kebetulan,

    Bertujuan dan Quota.

    (Usman, 2003).

  • 13

    .,...,2,1,0,!

    )( nKk

    ekXPk

    ===- aa

    Sebenarnya tidak ada aturan yang tegas mengenai besarnya anggota

    sampel yang diisyaratkan dalam suatu penelitian. Demikian pula batasan apa

    batasan bahwa sampel itu besar atau kecil yang jelas ialah jika sampelnya

    besar, maka biaya, tenaga dan waktu yang akan disediakan besar pula,

    demikian sebaliknya. Sehingga mutu penelitian tidaklah ditentukan oleh

    besarnya anggota sampel yang digunakan, melainkan oleh kuatnya dasar-dasar

    teori pengambilan sampel tersebut. Sesungguhnya tidak ada anggota sampel

    yang 100% representatif, kecuali anggota sampelnya yang sama dengan

    anggota populasinya (total sampling) (Usman, 2003).

    Sistem antrian umumnya ditentukan oleh dua buah kelengkapan statistik,

    yaitu sebaran peluang antar kedatangan dan sebaran peluang waktu pelayanan.

    Dalam sistem antrian nyata, waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan

    mengikuti berbagai macam bentuk sebaran. Bentuk sebaran yang mendasari

    model-model antrian adalah sebaran poisson dan exponensial.

    1. Sebaran Poisson

    Menurut Meyer (1974), definisi dari sebaran poisson adalah

    sebagai berikut. Misal X adalah peubah acak yang diskret dan

    dianggap mempunyai nilai-nilai 0,1,2,?, n Jika :

    Maka X dikatakan mempunyai sebaran poisson dengan parameter

    0>a

    Selanjutnya dikatakan bahwa apabila X mempunyai sebaran

    poisson dengan parameter a , maka nilai harapannya (E(X)) adalah

    a .Hal ini merupakan sifat khusus yang menarik dari sebaran poisson

    yaitu bahwa nilai harapannya sama dengan nilai keragamannya.

    2. Uji Kesesuaian Sebaran Poisson

    Uji ini dilakukan apabila kita mempunyai dugaan bahwa data yang

    diperoleh (misalkan data tingkat kedatangan atau tingkat pelayanan)

    mempunyai sebaran poisson. Tahap pertama dalam uji kesesuaian

  • 14

    sebaran poisson adalah menghitung peluang adanya n kejadian dalam

    selang waktu tertentu (Pn) dengan rumus :

    ,!

    )(n

    enPnnn -

    = n adalah rata-rata data.

    Setelah nilai Pn ditemukan, kemudian dilakukan perhitungan nilai

    frekwensi harapan (expected frequency) yang dilambangkan en,

    nilainya ditentukan sebagai berikut.

    n

    n

    nnn pfe

    =

    =0

    Untuk n yang mempunyai frekwensi terlalu kecil (

  • 15

    Fungsi kepadatan peluang komulatifnya adalah :

    F(T) = P(T t) = -t

    t dte0

    aa

    = 1- ,te a- untuk t 0

    = 0, untuk t

  • 16

    Nilai rata-ratanya dihitung sebagai berikut :

    ( ) ( ) ( )fnff

    fnttfttftt nn+++

    -++-+-=

    -

    K

    K

    21212

    211

    21

    1 13221

    m

    Besarnya kemungkinan eksponensial Gi (t) untuk setiap kelas

    interval dihitung sebagai berikut :

    Gi (t) = --- -=b

    a

    ba

    t

    t

    ttt eedte mmmm

    Frekwensi teoritis (ei) pada setiap kelas interval dihitung sebagai

    berikut :

    ei=Gi (t) N , N adalah jumlah data pengamatan

    setelah itu, menghitung nilai Chi-kuadrat dengan rumus :

    X2 hitung =( )

    =

    -n

    n n

    nh

    eef

    0

    2

    Apabila nilai X2 hitung X2(a ) tabel maka diterima hipotesis

    bahwa data mengikuti sebaran eksponensial. Apabila hasilnya

    sebaliknya maka hipotesis bahwa data mengikuti sebaran Eksonensial

    ditolak.

    5. Sebaran Normal

    Dalam dunia nyata terdapat beberapa tipe kejadian acak yang

    dibentuk oleh sebaran normal. Sebaran ini mempunyai karakteristik

    kepadatan peluangnya berbentuk lonceng yang simetris terhadap garis

    x = m dengan fungsi densitas pada X = x dengan persamaan :

    f(x) =( )22

    21

    21 ms

    ps

    -

    x

    e

    dengan : p : nilai konstant (3,1416)

    e : nilai konstan (2,7183)

    m : rata-rata

    s : simpangan baku

    dan nilai x mempunyai batas -~

  • 17

    Sebaran normal dapat dibedakan dari sebaran norml lainnya atas

    dasar perbedaan nilai rata-rata dan simpangan bakunya atau kedua-

    duanya (Sudjana, 1982 di dalam Henryardinanto, 2003).

    6. Uji Kenormalan Data

    Uji kenormalan data didasarkan pada fakta bahwa nilai tengah

    contoh dan keragaman contoh tidak saling tergantung satu sama

    lainnya, jika dan hanya jika contoh berasal dari sebaran normal.

    Misalkan kita mempunyai sampelacak dengan hasil pengamatan x1, x2,

    ....., xn. Berdasarkan sampel ini akan dilakukan uji hipotesis bahwa data

    yang diambil berasal dari populasi yang memiliki sebaran normal atau

    data tersebut berasal dari populasi yang memiliki sebaran tidak

    normal.

    Menurut Sudjana (1982) di dalam Henryardinanto (2003) prosedur

    pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Pengamatan x1, x2, ?, xn dijadikan angka baku z1, z2, ?, zn

    dengan menggunakan rumus zi =s

    xx

    -

    -

    1

    (-

    x dan s masing-

    masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari data).

    b. Untuk tiap angka baku ini dan dengan menggunakan daftar

    sebaran normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z

    zi).

    c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ?, zn yang lebih kecil atau

    sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

    S(zi), maka: S(zi) = (banyaknya z1, z2, ?, zn yang zi)/ n.

    d. Hitung selisih F(zi??S(zi) kemudian tentukan harga mutlak.

    e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak

    selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0.

    Untuk menerima atau menolak hipotesis, L0 harus dibandingkan

    dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji

    Lilliefors untuk taraf a yang dipilih. Kriterianya adalah tolak

    hipotesis bahwa populasi bersebaran normal jika L0 yang diperoleh

  • 18

    dari data pengamatan melebihi nilai L dari daftar. Apabila hasilnya

    sebaliknya maka hipotesis bahwa data mengikuti sebaran normal

    diterima.

    7. Sebaran Empiris

    Sebaran empiris adalah sebaran yang diperoleh dari hasil

    pengamatan lapang yang mempunyai bentuk khusus dan hanya

    berlaku pada kejadian tersebut. Untuk memperoleh peubah acak yang

    dibangkitkan dari suatu sebaran empiris dapat digunakan metode

    transformasi kebalikan

    Peubah acak dari suatu sebaran empiris dipergunakan persamaan

    sebagai berikut :

    X = XLj + ( )XLjXUjYYYU

    jj

    j --

    -

    -

    -

    1

    1

    XLj adalah batas bawah selang sebaran komulatif dan U adalah

    angka acak, Yj adalah peluang komulatifnya.

    C. Uji Distribusi

    Perlakuan terhadap input data yang bersifat acak untuk program simulasi

    dapat dilakukan sebagai berikut (Conover, 1971) :

    1. Nilai-nilai data tersebut digunakan secara langsung dalam simulasi.

    Sebagai contoh, jika data menggambarkan waktu pelayanan, maka

    salah satu data digunkan jika sebuah waktu pelayanan diperlukan

    dalam sebuah simulasi. Hal ini disebut trace-driven simulation.

    2. Nilai data-data tersebut digunakan untuk mendefinisikan sebuah

    fungsi distribusi empiris dengan cara tertentu. Jika diperlukan dalam

    sebah simulasi, sampel diambil dari distribusi ini.

    3. Data dicocokan terhadap bentuk teoritis distribusi tertentu, misal

    exponensial atau poisson, dengan menampilkan hipotesis tes untuk

    menentukan kecocokan tersebut (the goodness of fit). Pencocokan ini

  • 19

    menghasilakan sejumlah parameter statistika. Saat dilakukan simulasi,

    sampel diambil dari jenis distribusi teoritis dan nilai-nilai parameter

    yang cocok ini.

    Menurut Conover (1971) lebih lanjut, kelemahan dari pendekatan

    pertama di atas adalah:

    1. Simulasi hanya dapat menghasilkan apa yang telah terjadi sebelumnya

    (historically).

    2. Jarang diperoleh data yang cukup untuk membuat semua simulasi

    yang diinginkan untuk dijalankan.

    Jika ditemukan sebuah distribusi teoritis yang sesuai dengan data

    pengamatan baik (pendekatan tiga) maka hal ini umumnya lebih dipilih

    daripada menggunakan sebuah distribusi empirik (pendekatan dua). Hal ini

    disebabkan sebuah fungsi distribusi empirik dapat memiliki sejumlah

    ketidakteraturan, terutama jika data yang tersedia hanya sedikit. Keuntungan

    lain dari pendekatan tiga adalah distribusi teoritis dapat ?memuluskan?

    (smooth out) data dan dapat menghasilkan informasi. Ada sejumlah situasi

    dimana tidak ada distribusi teoritis yang tidak cukup cocok dengan data-data

    pengamatan. Pada kasus ini, penggunaan distribusi empiris sangat dianjurkan

    (Conover, 1971).

    Ditambahkan oleh Law dan Kelton (2000), tahapan dalam menentukan

    jenis distribusi dari data yang ada adalah :

    1. Membuat hipotesis pendugaan awal

    2. Menduga parameter-parameter didalam data

    3. Menentukan tingkat kesesuaian distribusi data dengan distribusi

    teoritis

    Menurut Law dan Kelton (2000), prosedur untuk menentukan kualitas

    distribusi yang sudah dicocokan (fitted distributions) ada dua yaitu:

    1. Prosedur heuristik atau grafis

    Ada sejumlah prosedur heuristik atau grafis yang dapat digunakan

    untuk membandingkan distribusi yang telah dicocokan (fitted

    distributions) dengan distribusi sesungguhnya, diantaranya adalah

    density / histogram overplots dan perbandingan frekuensi, distribusi

  • 20

    fungsi perbedaan plots dan plot peluang (Probability Plots). Sebuah

    plot peluang dapat digambarkan sebagai grafik perbandingan sebuah

    estimasi distribusi data sesungguhnya X1, X2, X3?Xn dengan fungsi

    distribusi yang sudah dicocokan (fitted distributions).

    Plot peluang dapat dibagi menjadi dua yaitu Q-Q plots dan P-P

    plots. P-P (probability-probability) plot adalah sebuah grafik model

    peluang yang dibandingkan dengan sample peluang

    , untuk i=1,2,?n dan valid untuk kedua jenis kelompok

    data (kontinu atau diskret). Jika dan berdekatan, maka P-P

    plot akan mendekatisebuah lintasan miring antara 0 dan 1 secara

    linier. Asumsi yang digunakan adalah Xi adalah jelas (tidak ada

    pembatas). Plot P-P cenderung lebih linier pada nilai q?i yang cukup

    besar dibandingkan dengan Q-Q plot karena plot Q-Q akan

    memperkuat perbedaaan yang kecil antara dan ketika

    keduanya mendekati nilai satu. Kelinieran plot menunjukkan

    kesesuaian antara distribusi teoritis dengan sesungguhnya.

    2. Prosedur goodness-of-fit hypotesis test

    Pada sebagian besar situasi, sifat dasar pada satu atau beberapa

    distribusi populasi merupakan hal yang paling penting. Kesahihan

    prosedur-prosedur inferensi statistika prametrik bergantung pada

    bentuk populasi-populasi asal sampel-sampel yang dianalasis. Apabila

    bentuk-bentuk fungsi dari populasi-populasi yang dianalisis tidak

    diketahui maka populasi tersebut harus diuji kecenderungannya apakah

    terdistribusi sesuai dengan asumsi-asumsi yang mendasari prosedur

    parametrik yang diuji. Metode-metode keselarasan (goodness of fit

    test) digunakan untuk menentukan sampai seberapa jauh data sampel

    yang teramati ?selaras?, ?cocok? atau fit dengan model tertentu yang

    diujikan. Uji-uji keselarasan merupakan alat yang bermanfaat untuk

    mengevaluasi sampai seberapa jauh suatu model mampu mendekati

    situasi nyata yang digambarkannya.

  • 21

    Daniel (1989) di dalam Anggraini (2005) menambahkan bahwa ada

    sejumlah uji keselarasan yang diperkenalkan yaitu :

    1. Uji khi-kuadrat

    2. Uji Kolmogorov-Smirnov

    3. Uji Cramer-von Mises, yang diperkenalkan oleh Cramer pada tahun

    1928 dan von Mises pada tahun 1931.

    4. Uji Binbaum-Hall, yaitu sebuah uji yang analog dengan uji dua

    sampel dua sisi Kolmogorov-Smirnov yang sesuai untuk beberapa

    sampel bebas. Sayangnya, tabel distribusi statistik uji untuk prosedur

    ini baru tersedia untuk kasus tiga sampel yang berukuran sama.

    5. Gibbons telah mengusulkan sebuah uji keselarasan distribusi dua

    sampel bebas dengan uji hipotesis-hipotesis tandingan yang umum.

    Uji ini merupakan suatu uji pengacakan kelompok (group

    randomization test) yang statistik ujinya adalah fungsi dari jumlah

    deviasi kuadrat antara frekuensi-frekuensi relatif kelompok dalam

    sampel-sampel.

    Uji keselarasan yang paling umum digunakan ialah uji khi-kuardrat (Chi-

    square goodness of fitness test) dan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji

    sampel tunggal K-S pada dasarnya dirancang untuk penggunaan data kontinu

    dengan skala minimal ordinal. Pada penerapan uji keselarasan sampel tunggal

    K-S, terdapat dua buah fungsi distribusi kumulatif yang dianalisis yaitu

    distribusi kumulatif yang dihipotesiskan dan distribusi kumulatif yang teramati.

    (Law dan Kelton, 2000).

    Keunggulan dari penggunaan Kolmogorov-Smirnov sebagai penguji

    keselarasan goodness of fitness test adalah uji ini tidak membutuhkan

    pengelompokan data seperti khi-kuadrat sehingga tidak ada informasi yang

    hilang dari data. Hal tersebut dapat menghilangkan masalah spesifikasi interval

    yang berarti akan memberi kesempatan data diuji dengan semua distribusi yang

    lebih luas di banding dengan khi-kuardrat. Keuntungan lain dari penggunaan

    Kolmogorov-Smirnov ialah tes ini tepat untuk semua ukuran n (untuk kasus

    semua parameter yang telah diketahui) sehingga lebih kuat (powerfull) dalam

  • 22

    pembandingan dengan banyak fungsi distribusi, dibandingkan dengan tes khi-

    kuadrat (Law dan Kelton, 2000).

    Kelemahan dari tes Kolmogorov-Smirnov ialah rentang kemampuan

    aplikasinya lebih terbatas dibandingkan dengan tes khi-kuadrat oleh karena

    untuk data diskret nilai kritis yang dibutuhkan tidak tersedia, melainkan harus

    dihitung dengan menggunakan komputer menggunakan sejumlah formula yang

    rumit. Selain itu oleh karena bentuk asli Kolmogorov-Smirnov valid jika

    distribusi tersebut kontinu dan semua parameter distribusi hipotesis telah

    diketahui, dengan kata lain parameter tidak dapat dianalisis dari data. Namun

    saat ini penggunaan Kolmogorov-Simrnov telah diperluas sehingga mampu

    mengestimasi beberapa parameter untuk distribusi normal, log normal,

    eksponensial, weibull dan log-logistik (Law dan Kelton, 2000).

    Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk menguji tingkat kesesuaian

    antara distribusi hasil pengamatan dengan distribusi teoritis tertentu. Tes ini

    memusatkan perhatian pada penyimpangan terbesar yang dinotasikan dengan

    D. Nilai ini dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    D = Max |fo(x) ? Sn(x) | , dengan :

    Fo (x) = Suatu fungsi distribusi frekuensi kumulatif teoritis

    Sn (x) = Suatu fungsi distribusi frekuensi kumulatif pengamatan dari

    suatu sampel acak.

    Pada uji Kolmogorov-Smirnov sebagai hipotesa nol adalah Fo(x) =

    Sn(x), sedangan hipotesa tandingannya adalah Fo(x) tidak sama dengan Sn(x).

    Keputusan dihasilkan dengan membandingkan nilai D yang dihasilkan dengan

    nilai kritiknya pada tingkat kepercayaan 90% apabila nilai D lebih kecil dari

    nilai kritiknya maka hipotesa nol dapat diterima (Steel dan Torrie, 1991).

    D. Model

    Model adalah pendekatan atau abstraksi dari suatu sistem yang

    dikembangkan untuk tujuan studi. Model berisikan hal-hal (variabel) yang

    relevan dengan sistem nyata yang ada. Observasi dalam sebuah sistem dapat

    menjadi dasar dalam pembentukan sebuah model (Law dan Kelton, 2000).

  • 23

    Ada lima tipe model yang sering diaplikasikan dalam dunia nyata yaitu :

    model fisik, model, matematik, model deskriptif, model prosedural dan model

    simulasi (Maarif, 2003)

    1. Model fisik

    Dasar dari model fisik ialah analogi.

    2. Model Deskriptif

    Model deskriptif bersifat kualitatif.

    3. Model Matematik

    Model matematik terdiri dari simbol-simbol matematik atau

    persamaan untuk menjelaskan suatu sistem. Atribut model adalah

    variabel dan aktivitas model adalah fungsi.

    Model matematika dapat dikelompokkan dalam tiga dimensi

    yaitu pengaruh waktu, tingkat keyakinan, dan kemampuan

    mencapai tingkat optimasi

    a. Model statis atau dinamis

    Model statis tidak menyatakan waktu sebagai variabel. Model

    ini berkaitan pada suatu titik waktu tertentu. Model yang

    menyertakan waktu sebagai variabel ialah model dinamis.

    Model ini menggambarkan perilaku entitas dari waktu ke waktu.

    b. Model probalistik atau deterministik

    Probilita adalah peluang terjadinya sesuatu yang berkisar antara

    0,00 (Sama sekali tidak) hingga 1,00 (Sama sekali pasti). Model

    yang mencakup probabilita adalah model probalistik sebaliknya

    adalah model deterministik.

    c. Model optimasi atau suboptimasi

    Model optimasi adalah model yang memilih solusi terbaik dari

    berbagai alternatif. Agar dapat mencapai hal ini, masalah harus

    terstruktur dengan baik. Model suboptimasi sering disebut

    satisfiying model, oleh karena solusi terbaik diserahkan pada

    pengguna.

  • 24

    4. Model prosedural

    Model prosedural terdiri dari flowchart yang menjelasan

    langkah-langkah yang terjadi dalam sistem.

    5. Model Simulasi

    Model simulasi adalah gabungan dari model prosedural dan

    model matematik.

    E. Teknik Heuristik

    Program heuristik merupakan pengembangan operasi aritmatika dan

    matematika logika. Ciri-ciri program heuristik secara umum : 1) adanya

    operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan dan perkalian; 2) adanya

    perhitungan bertahap; 3) mempunyai tahapan terbatas sehingga dapat dibuat

    algoritma komputernya (Gautney, 1995)

    Teknik heuristik tidak menjamin diperolehnya pemecahan optimal tetapi

    menjamin pemecahan yang memuaskan pengambil keputusan (Bedworth dan

    Bailey, 1982). Pengembilan keputusan menggunakan aturan situasi/aksi. Jika

    (s1..sn), maka (a1..an). (s1..sn) merupakan situasi yang dinyatakan dengan

    operasi dan; (a1..an) adalah aksi atau keputusan yang diambil (Gautney, 1995).

    F. Simulasi

    Simulasi adalah suatu aktifitas dimana pengkaji dapat menarik

    kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku model yang selaras, dimana hubungan

    sebab akibat terjadi seperti pada sistem yang sebenarnya. Dengan demikian,

    simulasi berkepentingan dalam pembentukan serta pemanfaaatan model-model

    yang secara realistis memplotkan perkembangan sistem sesuai jalur waktu.

    Simulasi lebih menunjukkan suatu estimasi statistik, dibandingkan hasil eksak

    yang lebih cenderung hanya merupakan suatu perbandingan dari berbagai

    alternatif untuk mencapai titik optimum (Eriyatno, 1999 di dalam Sipahelut

    (2002)).

    Menurut subagyo et. al (1989) simulasi merupakan duplikasi atau

    abstraksi persoalan dalam kehidupan nyata yang bersifat luwes sesuai dengan

    keperluan sistem yuang sebenarnya. Selain itu keuntungan menggunakan

  • 25

    Sistem

    Model

    X, sP(x) n = N

    n = n +1

    Bilangan AcakVariabel Acak

    Ya

    Tidak

    Gambar 5. Skema Simulasi Stokastik (Gottfried, 1984)

    simulasi antara lain dapat memberikan jawaban bila model analitik yang

    digunakan tidak memberikan solusi yang optimal.

    Model simulasi yang diklasifikasikan berdasarkan dimensinya terdiri dari

    model statis dan dinamis. Model simulasi statis, biasanya direkayasa guna

    mewakili suatu sistem yang pada keadaaan tertentu tidak berperan aktif,

    sebaliknya model simulasi dinamis mewakili suatu sistem yang berubah-ubah

    sesuai perubahan dimensi waktu atau yang lainnya. Salah satu contoh model

    statis ialah model-model simulasi monte carlo (Eriyatno, 1999 di dalam

    Sipahelut ,2002).

    Simulasi probalisatik atau simulasi monte-carlo, mempunyai kelebihan

    karena simulasi ini dapat diatur jumlah ulangan simulasinya sesuai yang

    dikehendaki dalam rangka memperoleh peubah acak dengan simpangan baku

    kecil.

    Untuk menguji kecukupan simulasi digunakan perhitungan dengan rumus

    sebagai berikut (Gottfried, 1984) :

  • 26

    Dimana :

    N = Panjang hari simulasi

    n = Jumlah data pengamatan

    ? = Standar deviasi pengamatan

    ?* = Standar deviasi pada tingkat kepercayaan tertentu

    Dalam simulasi monte carlo terdapat dua bagian yaitu bilangan acak dan

    variabel acak, yaitu pembangkitan bilangan acak yang digunakan untuk input

    simulasi dan pembangkitan variabel acak yang berfungsi untuk menjadi model

    distribusi data yang dibangkitkan.

    Untuk sampel acak yang berdistribusi normal, pembangkitan variabel

    acak (X) menggunakan rumus sebagai berikut :

    , dengan :

    X = Variabel acak

    = Rata-rata sampel pengamatan

    ? = Standar deviasi pengamatan

    Z = Jumlah bilangan acak yang digunakan

    Untuk menghitung nilai Z, rumus yang digunakan adalah

    , dengan :

    N = Jumlah hari simulasi

    Ui = bilangan acak

    Sedangkan variabel acak dengan distribusi empirik dibangkitkan dengan

    rumus berikut :

    , dengan :

    Xi = Variabel acak ke-i

    U = Bilangan acak

    Xki = Distribusi peluang frekuensi kumulatif

    Xui = Batas atas kelas data pengamatan ke-i

    Xli = Batas bawah kelas data pengamatan ke-i

  • 27

    G. Verifikasi dan Validasi

    Verifikasi merupakan proses penentuan apakah model simulasi yang

    dibuat telah sesuai dengan yang diinginkan. Hal tersebut dapat dilakukan

    dengan beberapa cara, yakni :

    1. Tes data : Mengevaluasi setiap kejadian yang mungkin,

    mempersiapkan data masukan secara khusus dan kemampuan

    program pada kondisi ekstrim.

    2. Tulis dan debug prodram dalam modul-modul atau subprogram-

    subprogram

    3. Di uji oleh banyak orang.

    4. Run pada asumsi penyerdehanaan dimana model simulasi dapat

    dihitung dengan mudah.

    5. Lihat Hasil Simulasi.

    (Maarif,2006)

    Validasi model dilakukan untuk mengetahui apakah model yang telah

    dibuat sesuai dengan kondisi nyata. Uji yang dapat dilakukan salah satunya

    ialah dengan menggunakan uji-t (distribusi student). Uji t menguji kesamaan

    nilai tengah () antara dua populasi dengan hipotesis sebagai berikut :

    H0 :

    H1 :

    Hipotesis tersebut diterima ataupun ditolak dengan menggunakan nilai t,

    apabila nilai thitung masuk ke dalam wilayah kritis yakni < t?/2 dan > -t?/2 maka

    H0 akan di tolak dan H1 akan diterima, sebaiknya jika t diluar wilayah kritis

    maka H0 diterima dan H1 akan ditolak. Perhitungan nilai t dihitung dengan

    rumus :

    dengan : X1 = Rata-rata data pengamatan

    X2 = Rata-rata data hasil simulasi

  • 28

    ?1 = Standar deviasi pengamatan

    ?2 = Standar deviasi hasil simulasi

    n1 = Jumlah Data pengamatan

    n2 = Jumlah Data hasil simulasi

    (Hasan, 2001)

    H. PENELITIAN TERDAHULU

    Djamaris (1984), telah melakukan simulasi model antrian siste