sintesis dan karakterisasi campuran asam 2-(stearoiloksi

20
1 Sintesis Dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat secara Kromatografi Gas Cair Lydia Trisna Wibowo, Harmita, Hayun Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Senyawa ester asam lemak dibutuhkan pada industri kosmetika sebagai emulsifier. Ester asam lemak disintesis dengan mereaksikan asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat dengan bantuan katalis. Indonesia mempunyai sumber asam lemak yang melimpah dan pemanfaatannya perlu dioptimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dari asam laktat dan asam stearat. Sintesis dilakukan melalui 3 tahap. Tahap 1: sintesis asetil laktat dengan mereaksikan asam laktat dengan anhidrida asetat dengan katalis asam klorida pekat, direfluks pada suhu 100- 110 0 C selama 4 jam. Tahap 2: sintesis metil stearat dengan mereaksikan asam stearat dengan metanol dalam pelarut benzena dan katalis asam sulfat pekat, direfluks pada suhu 80 0 C selama 7 jam. Tahap 3: sintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dengan mereaksikan asetil laktat dengan metil stearat dengan katalis natrium metoksida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas cair dengan kolom VB-wax yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala. Kondisi suhu kolom 170 0 C, suhu injektor 230 0 C, dan suhu detektor 250 0 C. Laju alir gas (He) diatur 1,0 ml/menit. Senyawa ini muncul pada waktu retensi 39,7 menit. Produk yang dihasilkan berupa cairan kental berwarna kekuningan dengan rendemen 76,97%, memiliki bilangan asam sebesar 212,8, dan nilai HLB sebesar 3,1 yang menunjukkan dapat digunakan sebagai emulsifier untuk sediaan air dalam minyak. Kata kunci : asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi) propanoat; ester asam lemak; esterifikasi; HLB; kromatografi gas cair. Synthesis and Characterization of 2-(Stearoyloxy)propanoic Acid and 2- (Palmitoyloxy)propanoic Acid Composite by Gas-Liquid Chromatography Abstract Fatty acid esters are needed in the cosmetic industries as an emulsifier. Fatty acid esters were synthesized by reaction of fatty acids with hydroxy carboxylic acid with the aid of a catalyst. Indonesia has abundant source of fatty acids and its utilization should be optimized, such as to make fatty acid esters. This study aims to synthesize 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid composite from lactic acid and stearic acid. Synthesis was done through 3 steps, i.e (1) synthesis of acetyl lactate by reacting lactic acid with acetic anhydride and hydrochloric acid as catalyst, refluxed at 100-110 0 C for 4 hours, (2) synthesis of methyl stearate by reacting stearic acid with methanol in solvent benzene and concentrated sulfuric acid as catalyst, refluxed at 80 0 C for 7 hours, (3) synthesis of 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2- (palmitoyloxy)propanoic acid composite by reacting acetyl lactate with methyl stearate with sodium methoxide as catalyst. Analysis was performed using gas-liquid chromatography with VB-wax column equipped with a flame ionization detector. The temperature of the column was set at 170 0 C, injector at 230 0 C, and detector at 250 0 with air flow rate (He) 1.0 ml/min. The retention time was 39.7 minutes. The result is yellowish viscous liquid with yield 76.97%, has acid value 212.8, and HLB value 3.1 which shows can be used as an emulsifier for water-in-oil emulsions. Key words : 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid, esterification, esters of fatty acid, gas-liquid chromatography, HLB. Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Sintesis Dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan

Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat secara Kromatografi Gas Cair

Lydia Trisna Wibowo, Harmita, Hayun

Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Senyawa ester asam lemak dibutuhkan pada industri kosmetika sebagai emulsifier. Ester asam lemak

disintesis dengan mereaksikan asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat dengan bantuan katalis. Indonesia

mempunyai sumber asam lemak yang melimpah dan pemanfaatannya perlu dioptimalkan. Penelitian ini

bertujuan untuk mensintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dari

asam laktat dan asam stearat. Sintesis dilakukan melalui 3 tahap. Tahap 1: sintesis asetil laktat dengan

mereaksikan asam laktat dengan anhidrida asetat dengan katalis asam klorida pekat, direfluks pada suhu 100-

1100C selama 4 jam. Tahap 2: sintesis metil stearat dengan mereaksikan asam stearat dengan metanol dalam

pelarut benzena dan katalis asam sulfat pekat, direfluks pada suhu 800C selama 7 jam. Tahap 3: sintesis

campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dengan mereaksikan asetil laktat

dengan metil stearat dengan katalis natrium metoksida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas cair

dengan kolom VB-wax yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala. Kondisi suhu kolom 1700C, suhu

injektor 2300C, dan suhu detektor 2500C. Laju alir gas (He) diatur 1,0 ml/menit. Senyawa ini muncul pada waktu

retensi 39,7 menit. Produk yang dihasilkan berupa cairan kental berwarna kekuningan dengan rendemen 76,97%,

memiliki bilangan asam sebesar 212,8, dan nilai HLB sebesar 3,1 yang menunjukkan dapat digunakan sebagai

emulsifier untuk sediaan air dalam minyak.

Kata kunci : asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi) propanoat; ester asam lemak;

esterifikasi; HLB; kromatografi gas cair.

Synthesis and Characterization of 2-(Stearoyloxy)propanoic Acid and 2-

(Palmitoyloxy)propanoic Acid Composite by Gas-Liquid Chromatography

Abstract

Fatty acid esters are needed in the cosmetic industries as an emulsifier. Fatty acid esters were

synthesized by reaction of fatty acids with hydroxy carboxylic acid with the aid of a catalyst. Indonesia has

abundant source of fatty acids and its utilization should be optimized, such as to make fatty acid esters. This

study aims to synthesize 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid composite from

lactic acid and stearic acid. Synthesis was done through 3 steps, i.e (1) synthesis of acetyl lactate by reacting

lactic acid with acetic anhydride and hydrochloric acid as catalyst, refluxed at 100-1100C for 4 hours, (2)

synthesis of methyl stearate by reacting stearic acid with methanol in solvent benzene and concentrated sulfuric

acid as catalyst, refluxed at 800C for 7 hours, (3) synthesis of 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-

(palmitoyloxy)propanoic acid composite by reacting acetyl lactate with methyl stearate with sodium methoxide

as catalyst. Analysis was performed using gas-liquid chromatography with VB-wax column equipped with a

flame ionization detector. The temperature of the column was set at 1700C, injector at 2300C, and detector at

2500 with air flow rate (He) 1.0 ml/min. The retention time was 39.7 minutes. The result is yellowish viscous

liquid with yield 76.97%, has acid value 212.8, and HLB value 3.1 which shows can be used as an emulsifier for

water-in-oil emulsions.

Key words : 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid, esterification, esters of

fatty acid, gas-liquid chromatography, HLB.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

2

Pendahuluan

Asam lemak merupakan zat kimia yang banyak dikembangkan saat ini karena sifatnya

yang berdaya guna dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Asam lemak dan turunannya,

seperti ester asam lemak, digunakan di beberapa industri sebagai salah satu komponen dari

berbagai macam produk. Asam lemak ini dapat dihasilkan dari pengolahan minyak, terutama

minyak nabati yang merupakan alternatif yang baik karena sifatnya yang lebih mudah

diuraikan oleh alam, tidak beracun, dan sumbernya yang melimpah di Indonesia (Rakhma dan

Ningtyas, 2010). Salah satu tanaman penghasil minyak nabati adalah kelapa sawit yang sangat

melimpah di tanah air. Minyak kelapa sawit mengandung banyak asam lemak, seperti asam

laurat, miristat, palmitat, stearat, dan oleat yang dapat menjadi senyawa ester asam lemak

melalui proses esterifikasi.

Proses esterifikasi sangat banyak digunakan dalam bidang industri. Banyak bahan

kimia yang penting dalam industri farmasi diproduksi dengan cara tersebut. Salah satunya

adalah ester asam lemak yang umumnya merupakan reaksi esterifikasi antara asam

karboksilat rantai panjang dengan alkohol dengan bantuan katalis. Seiring dengan

bertambahnya permintaan konsumen akan produk dari ester asam lemak, penelitian-penelitian

mengenai cara mensintesisnya pun berkembang.

Pada perkembangannya, ester asam lemak dapat juga dihasilkan dari proses

esterifikasi antara asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat. Salah satu ester asam lemak

yang telah disintesis dari asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat adalah stearoyl-2-

lactylic acid yang berfungsi sebagai agen pengemulsi. Senyawa ini disintesis dari asam laktat

yang merupakan asam hidroksi karboksilat dan asam stearat sebagai asam lemaknya.

Senyawa ester asam lemak dibutuhkan pada industri kosmetika dan pangan (Hilyati,

Wuryaningsih, dan Irawan, 2003). Penggunaannya adalah sebagai emulsifier dan

penggunaannya terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini (Hasenhuettl, 2008).

Kekayaan Indonesia akan asam palmitat dan asam stearat memungkinkan pembuatan

ester palmitat dan stearat lainnya, sehingga perlu dilakukan penelitian pembuatan campuran

asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat. Senyawa ini berasal dari

reaksi esterifikasi antara asam laktat dengan campuran asam stearat serta asam palmitat

dengan bantuan katalis natrium metoksida. Produk akan dikarakterisasi dengan penentuan

bilangan asam serta perhitungan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance) dan dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif menggunakan kromatografi gas cair.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

3

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah memperoleh senyawa serta metode

optimum sintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat dari asam laktat dan campuran asam stearat dan asam palmitat

kemudian memperoleh kondisi dalam analisis senyawa ester yang terbentuk secara

kromatografi gas cair dan mengkarakterisasi hasil produk dengan penentuan bilangan asam

dan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).

Tinjauan Teoritis

Asam Laktat

Rumus struktur:

H 3 C

O H

O

O H

Gambar 1. Rumus struktur asam laktat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)

Asam laktat dikenal sebagai asam alfa hidroksi atau alpha hydroxy acid (AHA)

(Vijayakumar, Aravindan, dan Viruthagiri, 2008). Asam laktat merupakan senyawa

bifungsional dimana memiliki bagian hidroksil dan bagian karboksilat (Hasenhuettl, 2008).

Asam laktat dapat teresterifikasi dengan 2 cara, yaitu melalui gugus –COOH dapat

membentuk alkil laktat dan dari gugus –OH dapat membentuk laktil alkanoat. Kedua jenis

ester ini digunakan secara komersial. Ketika gugus –OH dari asam laktat bereaksi dengan

asam lemak, senyawa ester asam lemak akan terbentuk. Contohnya adalah stearoyl lactylic

acid yang dapat berfungsi sebagai surfaktan non-ionik dan jika bereaksi dengan natrium

hidroksida atau kalsium hidroksida dapat membentuk sodium atau calcium stearoyl lactylate

yang berfungsi sebagai surfaktan anionik (Hasenhuettl, 2008).

Asam Stearat, C18H36O2

Rumus struktur:

H 3C O H

O

Gambar 2. Rumus struktur asam stearat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

4

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,

sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat/asam stearat dan asam heksadekanoat/asam

palmitat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Asam stearat digunakan luas

dalam formulasi farmasi secara oral dan topikal. Dalam formulasi topikal, asam stearat

digunakan sebagai emulsier dan agen penstabil (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).

Asam Palmitat, C16H32O2

Rumus struktur:

OH

O

Gambar 3. Rumus struktur asam palmitat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)

Sintesis asam palmitat diperoleh dari reaksi pemanasan setil alkohol dengan air soda

limau pada suhu 2700C atau menggabungkan asam oleat dan kalium hidrat (Rowe, Sheskey,

dan Owen, 2006).

Esterifikasi

Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR, R dapat berupa alkil

maupun aril (Fessenden dan Fessenden, 1997). Metode yang paling umum dalam membuat

ester adalah dengan memanaskan asam karboksilat, R-CO-OH dengan alkohol R’-OH. Pada

umumnya, satu mol asam akan bereaksi dengan satu mol alkohol untuk membentuk satu mol

ester dan pada saat yang bersamaan satu mol air dilepaskan. Esterifikasi dapat berjalan

dengan atau tanpa katalis. Namun, pada kondisi atmosfer, esterifikasi tanpa katalis berjalan

sangat lambat. Maka, esterifikasi umumnya menggunakan katalis tambahan, seperti katalis

kimiawi atau biologi.

Laju pembentukan ester tergantung dari struktur dan faktor sterik asam karboksilat

dan alkohol yang bereaksi. Kecepatan alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.

Laju reaksi berkurang dengan bertambahnya massa molekul. Asam karboksilat dengan rantai

lurus lebih cepat bereaksi daripada rantai bercabang; khususnya, bercabang di posisi alfa

menurunkan laju esterifikasi. Peningkatan substituen yang besar (bulky) pada posisi α dan β

dari asam dapat mengurangi kecepatan reaksi.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

5

Reaksi esterifikasi digunakan secara luas dalam oleokimia untuk menghasilkan

berbagai turunan ester asam lemak yang banyak digunakan sebagai surfaktan, pelumas dan

sebagainya (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Emulsifier

Emulsifier atau emulgator merupakan komponen yang berfungsi menstabilkan proses

penguraian fase internal yang terjadi pada fase eksternal. Emulsifier terdiri dari bagian larut

air (hidrofilik) dan larut minyak (lipofilik). Ketika emulsifier ditambahkan ke campuran yang

tidak dapat saling bercampur (contohnya air dan minyak), emulsifier tersebut diatur pada

antarmuka, ada bagian yang mengarah ke air (bagian hidrofilik) dimana bagian lainnya

mengarah ke minyak (lipofilik) dan membentuk struktur sferis yang disebut misel.

Hydrophilic-Lipophilic Balance (HLB)

Metode yang banyak digunakan untuk memilih emulsifier adalah HLB. Aturan dalam

teknologi emulsi adalah jika emulsifier yang terlarut dalam air cenderung memberikan emulsi

o/w dan emulsifier yang terlarut dalam minyak memberikan emulsi w/o. Konsep ini dikenal

sebagai rumus Bancroft. Konsep angka HLB Griffin kemudian diperluas oleh Davies, yang

memperkenalkan perhitungan HLB dari gugus fungsional surfaktan.

Tabel 1. Penentuan angka HLB berdasarkan Davies

1. Angka Grup Hidrofilik

-SO4Na 35.7

-CO2K 21.1

-CO2Na 19.1

-N (amin tersier) 9.4

Ester (cincin sorbitan) 6.3

Ester (bebas) 2.4

-CO2H 2.1

-OH (bebas) 1.9

-O- 1.3

-OH (cincin sorbitan) 0.5

2. Angka Grup Lipofilik

-CF3 atau -CF2- -0.870

-CH3 -0.475

-CH -0.475

HLB = 7 + �(angka grup hidrofilik) + �(angka grup lipofilik)

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

6

Bilangan Asam

Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah mg kalium hidroksida yang

diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat dalam 1 gram zat (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Penetapan bilangan asam ini dilakukan sebelum dan

sesudah reaksi. Pada proses esterifikasi, senyawa awalnya memiliki gugus karboksilat dan

memiliki bilangan asam yang tinggi karena dibutuhkan banyak kalium hidroksida untuk

menetralkan asam bebas (COOH), namun setelah bereaksi bilangan asam ini akan turun

secara signifikan.

Kromatografi Gas

Kromatografi adalah metode pemisahan dan deteksi suatu campuran yang mudah

menguap menjadi komponen-komponennya yang didasarkan pada distribusi komponen

tersebut di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak yang berada pada sistem

keseimbangan yang dinamis. Kromatografi gas adalah jenis kromatografi yang menggunakan

gas sebagai fase gerak dan fase diamnya berupa cairan atau padatan. Dalam kromatografi gas,

zat terlarut terpisah sebagai uap. (Gandjar dan Rohman, 2007). Kromatografi gas digunakan

dalam bidang industri, lingkungan, farmasi, minyak, dan kimia.

Keuntungan dari kromatografi gas adalah proses analisis cepat, efisien, resolusi tinggi,

sensitif, akurasi tinggi, umumnya memerlukan sampel dalam jumlah kecil, handal, dan relatif

sederhana. Kerugiannya adalah terbatas pada sampel-sampel yang mudah menguap, tidak

sesuai untuk sampel yang termolabil, dibutuhkan derivatisasi untuk mengubahnya menjadi

bentuk yang dapat dianalisis, dan cukup sulit untuk preparasi sampel dalam jumlah besar.

Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Terdapat

tiga pendekatan untuk analisis kualitatif, yaitu perbandingan antara data waktu retensi

senyawa yang tidak diketahui dengan baku pada kondisi yang sama, dengan cara spiking, dan

menggabungkan alat KG dengan spektrofotometer massa. Analisis kuantitatif dilakukan

dengan perhitungan relatif dari tinggi atau luas puncak kromatogram sampel zat terhadap

baku pembanding (standar). Metode yang biasa dipakai adalah dengan metode baku luar

(external standard) atau baku dalam (internal standard) (Gandjar dan Rohman, 2007). Cara

lain dalam analisis kuantitatif menggunakan kromatografi gas adalah dengan penormalan luas

(metode 100%). Maksud dari penormalan adalah menghitung susunan dalam % dengan

mengukur luas setiap puncak dan membagi masing-masing luas puncak dengan luas

keseluruhan. Jika kita menganalisis komponen campuran yang terdiri atas deret homolog yang

titik didihnya tidak berbeda jauh, cara ini dapat dipakai untuk menghitung % bobot. Dalam

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

7

hal ini kita menganggap semua puncak terelusi dan masing-masing senyawa mempunyai

tanggapan detektor yang sama (McNair dan Bonelli, 1988).

Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi

senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan

kromatografi gas. Alasan dilakukannya derivatisasi adalah senyawa-senyawa tersebut tidak

memungkinkan dilakukan analisis terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya serta untuk

meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Derivatisasi dapat dilakukan dengan

esterifikasi, asilasi, alkilasi, kondensasi, siklisasi, dan sililasi.

Metode Sintesis Ester Asam Lemak

Sejumlah ester asam lemak telah disintesis oleh peneliti-peneliti sebelumnya, antara

lain:

1. Ester asam lemak dengan alkohol sekunder, melalui esterifikasi antara asam lemak dan

isopropil alkohol dengan perbandingan (1:2) b/b dengan katalis asam sulfat pekat 4% b/b

asam lemak pada suhu 800C dengan kecepatan pengadukkan 250 rpm selama 4 jam.

2. Ester polietilen glikol, melalui esterifikasi antara PEG dan asam oleat dengan

perbandingan molar 1:1,8 dengan katalis asam sulfat pekat sebanyak 3% pada suhu

1300C selama 6 jam.

3. Ester stearoyl-2-lactylic acid, melalui 4 tahapan reaksi, yaitu pembuatan laktida dengan

memanaskan asam laktat, pembuatan benzyl lactylate dengan mereaksikan laktida dan

benzil alkohol dan PTSA serta dioksan kering, pembuatan benzyl stearoyl-2-lactylate

dengan mereaksikan piridin, benzyl lactylate, dan stearoil klorida pada suhu 950C, dan

pembuatan stearoyl 2-lactylic acid dengan mereaksikan benzyl stearoyl 2-lactylate

dengan etanol dan agen pereduksi Pd/C 5%.

4. Ester 2-stearoil trimetil sitrat, melalui 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan 1,2,3-trimetil

sitrat dengan mereaksikan asam sitrat dan benzena kering dengan katalis asam sulfat

pekat lalu ditambahkan metanol pada suhu 800C selama 20 jam, pembuatan stearoil

klorida dengan mereaksikan asam stearat dan kloroform dan PCl3 pada suhu 650C selama

2 jam, dan pembuatan 2-stearoil-1,2,3-trimetil sitrat dengan mereaksikan stearoil klorida

dan dietil eter dan trietil amin kemudian trimetil stirat pada suhu 350C selama 2 jam.

5. Ester selulosa kaproat, melalui 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan selulosa asetat dengan

mereaksikan selulosa dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat pada suhu 500C

selama 2 jam, pembuatan metil kaproat dengna mereaksikan asam kaproat, metanol, dan

benzena dengan katalis asam sulfat pekat direfluks selama 5 jam, dan pembuatan selulosa

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

8

kaproat dengan mereaksikan selulosa asetat dan metanol kering serta natrium metoksida

dan ditambahkan metil kaproat.

6. Ester 2-kapriosoil propana, dengan 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan asetil sitrat dengan

mereaksikan asam sitrat dan asam asetat dengan perbandingan mol 1:2 pada suhu 1100C

selama 5 jam, pembuatan metil kaprat dengan mereaksikan asam kaprat, metanol, dan

benzena dengan katalis asam sulfat pekat, dan pembuatan 2-kapriosoil propana 1,2,3-

trioat dengan mereaksikan asetil sitrat dan metil kaprat dengan perbandingan mol 1:1

dengan katalis natrium metoksida sebanyak 0,1% selama 3 jam.

Metode Penelitian

Bahan

Asam laktat 88% (Saffire Blue); asam stearat (Edenor); asam sulfat pekat (Merck);

anhidrida asetat (Ajax Chemicals); indikator fenolftalein (Ajax Chemicals); natrium sulfat

(Merck); kalium hidroksida (Merck); kalsium klorida (Wakopure Chemical); dan pereaksi-

pereaksi proanalisis yang berasal dari Mallinckrodt, antara lain: metanol p.a; benzena; n-

heksana; asam klorida pekat; etanol 95% P; eter P; dan natrium hidroksida.

Alat

Kromatografi gas Shimadzu model GC-17A yang dilengkapi detektor ionisasi nyala,

kolom kapiler dengan panjang 60 m, diameter dalam 0,32 mm, dengan fase diam VB-wax,

gas helium, nitrogen, dan hidrogen; pemroses data Class GC Solution; integrator CBM-102;

microsyringe 5 µl (Hamilton Co.Nevada); rotary evaporator; pipet mikro 10-100 µl

(Thermoscientific); neraca analitik; alat refluks; lemari asam; dan alat-alat gelas yang

umum digunakan dalam sintesis dan analisa kuantitatif.

Cara Kerja

1. Sintesis dan Karakterisasi Asetil Laktat

a. Sintesis Asetil Laktat

Ditimbang secara seksama lebih kurang 10,2 gram asam laktat 88% (0,1 mol) dan

dimasukkan ke dalam labu leher dua dan ditambahkan anhidrida asetat sebanyak 19,0 ml (0,2

mol) diikuti dengan penambahan katalis HCl(p) sebanyak 0,2 ml. Kemudian ditambahkan

molecular sieves berupa silika gel dan direfluks pada suhu 100-110°C menggunakan

penangas minyak selama 4 jam, kemudian disaring dan diuapkan sisa senyawa yang tidak

bereaksi menggunakan alat rotary evaporator vakum.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

9

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Asetil Laktat

Sebanyak 1,0 µl larutan asetil laktat dan standar asetil laktat dengan konsentrasi 1000

ppm disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas. Analisis dilakukan pada suhu kolom 170oC,

suhu injektor 2300C, dan suhu detektor 250oC. Laju alir gas helium diatur 1,0 ml/menit.

Dicatat waktu retensinya dan dibandingkan area antara larutan asam laktat dan standar asam

laktat.

c. Karakterisasi Senyawa Asetil Laktat dengan Penentuan Bilangan Asam

Ditimbang seksama masing-masing sebanyak 50 mg zat uji dalam erlenmeyer 50 ml,

ditambahkan 0,25 ml campuran etanol (95%) P dan 0,25 ml eter P yang telah dinetralkan

dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan indikator 1 ml larutan fenolftalein P (larutan

akan berubah warna menjadi merah muda tipis). Kemudian dititrasi dengan kalium hidroksida

0,1 N (yang sebelumnya telah dibakukan terlebih dahulu menurut metode pada Farmakope

Indonesia edisi III), sambil terus-menerus dikocok hingga terjadi warna merah jambu yang

mantap selama 15 detik. Titrasi dilakukan terhadap senyawa asam laktat, anhidrida asetat,

asetil laktat, dan asam asetat.

2. Sintesis dan Karakterisasi Metil Stearat dan Metil Palmitat

a. Sintesis Metil Stearat dan Metil Palmitat

Ditimbang secara seksama lebih kurang 11,2 gram (0,04 mol) asam stearat yang masih

mengandung asam palmitat dan dimasukkan ke dalam labu leher dua kemudian ditambahkan

40,0 ml benzena dan 20,0 ml metanol. Labu dihubungkan dengan kondensor yang ujungnya

dihubungkan dengan tabung CaCl2. Disekeliling labu ditambahkan es. Dalam keadaan dingin

dan sambil diaduk dimasukkan asam sulfat pekat sebanyak 0,8 ml. Campuran direfluks

selama 7 jam pada suhu 80°C. Kemudian sisa pelarut diuapkan menggunakan alat rotary

evaporator vakum dan residu dilarutkan dengan 20 ml n-heksana serta dicuci tiga kali dengan

air masing-masing sebanyak 10 ml. Air yang tertinggal dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat

lalu disaring. Filtrat didiamkan selama 24 jam.

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat

Sebanyak 1,0 µl larutan metil stearat dan metil palmitat dengan konsentrasi 2700 ppm

disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas. Analisis dilakukan dengan kondisi yang sama

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

10

seperti poin 1b. Dicatat waktu retensinya dan dihitung kandungan metil stearat dan metil

palmitat dalam senyawa.

c. Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat dengan Penentuan Bilangan

Asam

Dilakukan metode yang sama seperti poin 1c. Titrasi dilakukan terhadap senyawa

asam stearat yang mengandung asam palmitat serta metil stearat dan metil palmitat.

3. Sintesis dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam

2-(palmitoiloksi)propanoat

a. Sintesis Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat

Dalam labu leher dua dimasukkan asetil laktat sebanyak 1,4 gram dan campuran metil

stearat serta metil palmitat sebanyak 3,0 gram dengan perbandingan 1:1 (mol:mol). Kemudian

dimasukkan natrium metoksida sebanyak 50 µl dan dilakukan pengadukkan dengan kecepatan

3000 rpm dengan variasi suhu dan waktu reaksi, yaitu suhu kamar (250C), 300C, 400C, dan

500C serta variasi waktu pengadukkan yaitu selama 3, 4, 5, dan 6 jam. Senyawa yang tidak

bereaksi atau sisa diuapkan sampai produk menjadi pekat menggunakan alat rotary

evaporator vakum.

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)

propanoat dan Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat

Sebanyak 1,0 µl larutan campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat dengan konsentrasi 4660 ppm disuntikkan ke dalam alat

kromatografi gas. Analisis dilakukan dengan kondisi yang sama dengan poin 1b. Dicatat

waktu retensinya dan dibandingkan areanya dengan senyawa mula, yaitu asetil laktat.

c. Karakterisasi Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat dengan Penentuan Bilangan Asam

Dilakukan metode yang sama seperti poin 1c.

4. Perhitungan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)

Dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Davies: HLB = 7 + Σ (angka

gugus hidrofilik) + Σ (angka gugus lipofilik).

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

11

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Sintesis dan Karakterisasi Asetil Laktat

a. Sintesis Asetil Laktat

Hasil reaksi asetilasi antara 10,2 g (0,1 mol) asam laktat 88% dengan 19,0 ml (0,2

mol) anhidrida asetat dalam suasana asam dengan bantuan katalis asam klorida pekat

menghasilkan cairan kental berwarna putih kekuningan. Skema reaksi:

HO

OH

O

CH3

H3C O CH3

O O

HCl

100-1100CH3C O

O CH3

OH

O

Asam laktat Anhidrida asetat Asetil laktat Asam asetat

CH3COOH

Gambar 4. Skema reaksi asetilasi asam laktat

Asam laktat merupakan senyawa bifungsional yang memiliki bagian hidroksil dan

bagian karboksilat (Hasenhuettl, 2008). Sebagai suatu alkohol, gugus hidroksil pada asam

laktat sulit mengalami esterifikasi secara langsung dengan asam karboksilat karena posisi

hidroksilnya yaitu pada posisi α. Esterifikasi tetap dapat dilakukan dengan jalan mengubah

asam laktat menjadi derivatnya, yaitu dengan penambahan anhidrida (Fessenden dan

Fessenden, 1997).

Mekanisme asetilasi diawali dengan protonasi pada atom oksigen pada gugus

karbonil. Terjadinya protonasi oksigen pada gugus karbonil menyebabkan atom tersebut

bersifat sebagai elektrofil karena memiliki muatan parsial positif. Gugus –OH dari asam laktat

yang bersifat sebagai nukleofil menyerang karbon positif dan menghasilkan ester (Misdawati,

2005). Pada tahap pertama reaksi, dilakukan modifikasi dengan mengganti pereaksi dari asam

asetat menjadi anhidrida asetat. Alasannya adalah karena reaksi asetilasi menggunakan asam

asetat akan menghasilkan air sebagai produk samping. Dalam reaksi esterifikasi, air dapat

menghambat reaksi karena air dapat menghidrolisis ester yang terbentuk (Dharsono dan

Oktari, 2013). Selain itu, air juga dapat berperilaku sebagai nukleofil dan bersaing dengan

gugus –OH dari asam laktat. Untuk menghindari reaksi dari air, ditambahkanlah molecular

sieves berupa silika gel untuk menyerap air yang mungkin terbentuk dan juga alat sintesis

dilengkapi dengan tabung CaCl2 untuk menyerap air dari luar agar tidak masuk ke dalam labu

reaksi. Jumlah mol anhidrida asetat yang dipakai dua kali jumlah mol senyawa asam laktat.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

12

Hal ini dimaksudkan agar asam laktat dijadikan pereaksi pembatas sehingga rendemen produk

sintesis dapat maksimal. Selain itu, jumlah mol senyawa anhidrida asetat dilebihkan karena

dalam suasana mengandung air, anhidrida asetat akan terhidrolisis menghasilkan asam asetat.

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Asetil Laktat

Dari hasil analisis ini tampak bahwa asetil laktat muncul pada waktu retensi 9,0 menit.

Rendemen asetil laktat 96,82% dihitung dari perbandingan dengan larutan standar asetil laktat

1000 ppm.

c. Karakterisasi Senyawa Asetil Laktat dengan Penentuan Bilangan Asam

Dilakukan titrasi dengan menggunakan titran kalium hidroksida 0,0837 N yang

sebelumnya telah dibakukan terlebih dahulu. Bilangan asam sebelum reaksi (asam laktat dan

anhidrida asetat) adalah 731,4 dan bilangan asam setelah reaksi (asetil laktat dan asam asetat)

turun menjadi 633,6. Bilangan asam yang turun tidak terlalu signifikan karena senyawa asetil

laktat masih memiliki gugus –COOH yang bersifat asam. Namun bilangan asam tetap turun

karena senyawa asetil laktat memiliki atom karbon yang lebih banyak, dimana kekuatan asam

berkurang dengan semakin bertambahnya atom karbon. Selain itu kekuatan asam karboksilat

juga dipengaruhi oleh efek induktif dari resonansi kestabilan ion COOH-. Semakin stabil ion

COOH-, maka kekuatan asam karboksilat semakin tinggi. Gugus –OH dapat meningkatkan

kestabilan anion ion karboksilat, sehingga kekuatan asam dari asam laktat lebih tinggi

dibandingkan dengan asetil laktat karena gugus –OH pada asetil laktat sudah berikatan

(Fessenden dan Fessenden, 1997).

2. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat

a. Sintesis Metil Stearat dan Metil Palmitat

Bahan baku asam lemak yang digunakan dalam tahap ini adalah asam stearat yang

tidak murni, dimana terkandung asam palmitat di dalamnya dalam jumlah yang cukup besar.

Sesuai dengan definisi asam stearat menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu asam stearat

adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari

asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat. Menurut sertifikat analisis dari asam stearat

merk Edenor, dituliskan bahwa asam stearat mengandung asam palmitat (C16) sebesar 62,3%

dan asam stearat (C18) sebesar 36,3%. Oleh karena itu, reaksi metilasi pun akan menghasilkan

campuran kedua metil asam lemak, yaitu metil stearat dan metil palmitat.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

13

Hasil reaksi metilasi antara 11,2 g (0,04 mol) campuran asam stearat dan asam

palmitat dengan 20,0 ml metanol dan 40,0 ml benzena dalam suasana asam dengan bantuan

katalis asam sulfat pekat menghasilkan padatan kristal berwarna putih. Skema reaksi:

H3C CH214

OH

O

H3C OH

BenzenaH3C CH2

14

O

OCH3

H2 O

Asam palmitat Metanol Metil palmitat Air

H2 SO4

H3C CH2 16

O

OH

H3C OH

Asam stearat Metanol

BenzenaH3C CH2 16

O

OCH3

H2O

Metil stearat Air

H2SO4

Gambar 5. Skema reaksi metilasi campuran asam stearat dan asam palmitat

Mekanisme reaksi metilasi dari asam stearat dan asam palmitat bermula dengan

penyerangan gugus nukleofil (OH) yang terdapat dalam metanol pada gugus karbonil dari

asam stearat dan asam palmitat menghasilkan intermediet berupa metil stearat dan metil

palmitat terprotonasi dan ion metiloksonium. Pada pembentukan metil stearat dan metil

palmitat, terbentuk molekul air sebagai hasil samping dari keberadaan katalis asam sulfat

pekat (H+) yang mengikat gugus hidroksi (OH-) dari gugus karboksilat pada asam stearat dan

asam palmitat. Air disini dapat menimbulkan hidrolisis ester.

Pada tahap kedua reaksi, mula-mula campuran asam stearat dan asam palmitat

direaksikan dahulu dalam benzena sampai larut. Setelah itu barulah ditambahkan metanol dan

asam sulfat pekat. Pada penambahan asam sulfat pekat, reaksi dilakukan pada keadaan dingin

dengan menambahkan es pada sekeliling labu. Hal ini dikarenakan reaksi bersifat eksotermis,

sehingga dikhawatirkan akan merusak asam lemak. Perangkat sintesis tahap ini perlu

dilengkapi tabung yang berisi CaCl2 untuk menyerap air dari luar karena semakin banyaknya

air, reaksi kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah senyawa awal sehingga produk yang

dihasilkan berkurang dan juga dapat menghidrolisis ester yang terbentuk (Dharsono dan

Oktari, 2013).

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

14

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat

Dari hasil analisis ini terdapat dua buah puncak yang muncul pada waktu retensi 8,2

dan 13,0 menit. Kedua puncak ini adalah metil stearat dan metil palmitat, dimana metil

palmitat memiliki waktu retensi yang lebih awal dibandingkan metil stearat. Kedua asam

lemak, yaitu asam stearat dan asam palmitat akan termetilasi sehingga terbentuklah dua buah

puncak pada kromatogram. Kandungan metil stearat sebesar 32,00% dan metil palmitat

sebesar 68,00% dihitung dari perbandingan area masing-masing metil asam lemak dengan

area total (metode 100%).

c. Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat dengan Penentuan Bilangan

Asam

Bilangan asam sebelum reaksi (asam lemak) adalah 194,4 dan bilangan asam setelah

reaksi (metil asam lemak) turun menjadi 1,95. Hal ini membuktikan bahwa metil stearat dan

metil palmitat telah terbentuk karena gugus –COOH pada asam lemak telah tergantikan

menjadi bentuk ester –COOCH3 sehingga bilangan asam setelah reaksi menurun secara

signifikan.

3. Sintesis dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat

a. Sintesis Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat

Sesuai dengan yang tercantum pada sub bab 4.2., dikarenakan bahan baku asam

stearat yang tidak murni maka dihasilkanlah senyawa campuran metil stearat dan metil

palmitat. Maka dari itu, tahap terakhir dari sintesis ini pun bukanlah sebuah senyawa tunggal,

melainkan senyawa campuran dari reaksi asetil laktat dengan metil stearat dan asetil laktat

dengan metil palmitat. Senyawa hasil reaksi antara asetil laktat dan metil stearat memiliki

nama IUPAC asam 2-(stearoiloksi)propanoat, sedangkan senyawa hasil reaksi antara asetil

laktat dan metil palmitat memiliki nama IUPAC asam 2-(palmitoiloksi)propanoat.

Hasil reaksi interesterifikasi antara 1,4 gram (0,01 mol) asetil laktat dengan 3,0 gram

(0,01 mol) campuran metil stearat dan metil palmitat dengan bantuan katalis natrium

metoksida menghasilkan cairan kental kekuningan.

Dalam reaksi interesterifikasi ini, adanya katalis NaOCH3 akan mengakibatkan gugus

asetil (-CO-CH3) dari asetil laktat segera bereaksi dengan gugus metoksi (-OCH3) dari metil

asam lemak membentuk metil asetat. Selanjutnya gugus alkoksi dari asetil laktat akan

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

15

bereaksi dengan gugus stearosil dan palmitoil membentuk senyawa campuran asam 2-

(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat. Skema reaksi:

H3C CH216

O

OCH3

Metil stearat

H3C O

O

OH

O

CH3

Asetil laktat

H3C CH2 16

O

O

H3C

HO

O

1-karboksietil stearat

H3C OCH3

O

Metil asetat

CH3 ONa

H3C O

O CH3

OH

O

H3C CH214

O

OCH3

H3C CH214

O

O

H3C

HO

O

H3C OCH3

O

Asetil laktat Metil palmitat Metil asetat

Asam 2-(Palmitoiloksi) Propanoat

CH3ONa

Gambar 6. Skema reaksi interesterifikasi asetil laktat dan campuran metil stearat dan metil palmitat

Pada tahap terakhir ini dilakukan pengadukan dengan variasi suhu dan waktu, antara

lain pada suhu kamar, 300C, 400C, dan 500C selama 3 jam. Dari hasil ini didapat suhu mana

yang terbaik lalu dilanjutkan dengan memvariasikan waktu pengadukkan sampai terbentuk

kurva yang menurun yang menunjukkan produk semakin sedikit dihasilkan.

Sesuai dengan teori yang berlaku, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

reaksi esterifikasi. Salah satunya adalah suhu reaksi. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwa semakin tinggi suhu reaksi, konversi yang dihasilkan menurun. Hal ini disebabkan

reaksi interesterifikasi menggunakan katalis natrium metoksida merupakan reaksi eksotermis,

sehingga penambahan suhu mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga produk

semakin sedikit dihasilkan (Hikmah dan Zuliyana, 2010). Suhu optimum didapat pada

pengadukkan di suhu kamar.

Asam 2-(stearoiloksi)propanoat

Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

16

Gambar 7. Grafik hubungan antara suhu dan area dengan waktu pengadukkan selama 3 jam

Faktor lain yang dapat mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi. Semakin

lama waktu reaksi maka kontak antar zat akan semakin besar sehingga menghasilkan konversi

produk yang besar. Namun, jika kesetimbangan sudah tercapai, maka penambahan waktu

reaksi tidak lagi memperbesar hasil, malah dapat menurunkan hasil. Hal ini disebabkan

karena reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak-balik atau reversible. Apabila sudah terjadi

kesetimbangan, reaksi akan bergeser ke kiri dan akan memperkecil produk yang diperoleh

(Hikmah dan Zuliyana, 2010). Dari percobaan yang dilakukan, produk optimum dihasilkan

dengan pengadukkan pada suhu kamar selama 5 jam.

Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu reaksi dan area pada suhu kamar (250C)

27979822

22477999

17783438

14984103

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

0 10 20 30 40 50 60

Res

po

n D

etek

tor

(µv

/s)

Suhu Reaksi (0C)

Grafik Hubungan Antara Suhu

Reaksi dengan Area

27979822

30783526

36359920

26425500

0

10000000

20000000

30000000

40000000

0 1 2 3 4 5 6 7

Res

po

n D

etek

tor (

µv

/s)

Waktu Reaksi (jam)

Grafik Hubungan Antara

Waktu Reaksi dengan Area

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

17

b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Campuran Asam 2-

(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat

Dari hasil analisis ini tampak bahwa senyawa campuran asam 2-

(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat muncul pada waktu retensi 39,7

menit (lihat gambar). Rendemen senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam

2-(palmitoiloksi)propanoat sebesar 76,97% dihitung dari perbandingan area sisa asetil laktat

dengan area asetil laktat mula-mula.

Gambar 9. Kromatogram senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat (D) 4660 ppm

Keterangan: A = sisa asetil laktat; B = sisa metil palmitat; D = campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan

asam 2-(palmitoiloksi)propanoat.

c. Karakterisasi Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat dengan Penentuan Bilangan Asam

Bilangan asam campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat adalah 212,8. Bilangan asam ini dibandingkan dengan bilangan

asam senyawa pemula, yaitu asetil laktat dan metil stearat serta metil palmitat. Asetil laktat

memiliki bilangan asam sebesar 383,7 sedangkan metil stearat dan metil palmitat sebesar

1,95. Senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat

memiliki bilangan asam yang lebih tinggi dari metil stearat dan metil palmitat, namun lebih

rendah dibandingkan senyawa asetil laktat.

4. Perhitungan Hydrophilic-Lipophilic Balance

Nilai HLB senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat adalah 3,1 dihitung berdasarkan metode Davies dan berdasarkan

A

B

D

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

18

persentase kandungan metil stearat dan metil palmitat di dalamnya. Aplikasi terbaik dari

senyawa dengan nilai HLB demikian adalah untuk emulsi air dalam minyak.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, yaitu :

1. Diperoleh senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat berbentuk cairan kental berwarna kekuningan dengan rendemen

76,97%. Senyawa diperoleh melalui tiga tahap antara lain : (1) sintesis asetil laktat, (2)

sintesis metil stearat dan metil palmitat, (3) sintesis campuran asam 2-

(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dengan mereaksikan asetil

laktat dan campuran metil stearat dan metil palmitat dengan perbandingan 1:1 mol dengan

bantuan katalis natrium metoksida sebanyak 10% dengan kecepatan pengadukkan 3000

rpm pada suhu kamar selama 5 jam.

2. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kondisi suhu kolom 1700C,

suhu injektor 2300C, dan suhu detektor 2500C dengan laju alir 1,0 ml/menit. Senyawa

muncul pada waktu retensi 39,7 menit.

3. Karakterisasi senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-

(palmitoiloksi)propanoat meliputi penentuan bilangan asam, yakni 212,8 dan perhitungan

angka HLB yaitu 3,1.

Saran

Perlu digunakan bahan baku asam stearat yang murni dan dilakukan studi lanjutan untuk

membandingkan kemampuan mengemulsi antara senyawa campuran yang terbentuk dengan

senyawa tunggalnya, yaitu asam 2-(stearoiloksi)propanoat. Jika tidak ditemukan asam stearat

murni, maka perlu dicari kondisi analisis untuk memisahkan kedua senyawa yang terbentuk.

Selanjutnya, dicari prosedur pemurnian, yaitu dapat dicoba dengan pencucian atau ekstraksi

kemudian dilakukan elusidasi struktur menggunakan FT-IR atau H-NMR. Juga perlu dicari

perbandingan mol yang optimum agar produk yang dihasilkan lebih maksimal. Tahap

selanjutnya, hasil sintesis perlu diuji kemampuan mengemulsinya dengan memasukkannya ke

dalam formula sediaan.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

19

KEPUSTAKAAN

Brahmana, H. R. (2005). Sintesis 2-Kaprilosoil Propane Yang Diturunkan dari Asam Sitrat

dan Asam Kaprilat. Artikel Jurnal Departemen Kimia FMIPA USU 9(3), 1-2.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dharsono, W., dan Oktari, Y.S. (2013). Proses Pembuatan Biodiesel dari Dedak dan Metanol

dengan Esterifikasi in Situ. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(2), 33-39.

Elliger, C.A. (1979). A Convenient Preparation of Pure Stearoyl-2-lactylic Acid. J. Agric.

Food Chem, 27(3), 527-528.

Fessenden,R. J dan Fessenden, J. (1997). Kimia Organik (Jilid 1 Edisi 3). Terjemahan

Aloysius Handyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Gunawan, Ginting, Surbakti. (2005). Sintesis 2-Stearoil Trimetil Sitrat Yang Diturunkan dari

Asam Sitrat dan Asam Stearat. Jurnal Komunikasi Penelitian Universitas Sumatera

Utara Fakultas MIPA. 1975, 17(2), 37-45.

Hasenhuettl, G.L. (2008). Synthesis and Commercial Preparation of Food Emulsifiers. Food

Emulsifiers and Their Application 2, 11-37.

Hikmah, M.N dan Zuliyana. (2010). Pembuatan Metil Ester dari Minyak Dedak dan Metanol

dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. (Skripsi Sarjana, Universitas

Diponegoro Semarang, 2010).

Hilyati, Wuryaningsih, dan Irawan, Y. (2003). Sintesa Ester Asam Lemak dengan Alkohol

Sekunder sebagai Emollient. Bandung: Pusat Penelitian Kimia-LIPI.

McNair, H. M. dan Miller, J. M. (1998). Basic Gas Chromatography. New York: John Willey

& Sons.

Misdawati. (2005). Sintesis selulosa kaproat melalui reaksi interesterifikasi antara selulosa

asetat dengan metil kaproat. (Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2008).

Rakhma, L.M., dan Ningtyas, Y.A. (2010). Pabrik Asam Lemak dari Biji Bunga Matahari

dengan Proses Hidrolisis Continuous Countercurrent. Surabaya: Institut Teknologi

Sepuluh November.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. (2006). Handbook of Pharmaceutical Excipients

(Fifth Edition). USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013

20

Thu, T.T.M., Tan, P.M., dan Khanh, N.V. (2009). Synthesis of Non-Ionic, Polyethylene

Glycol Ester Based Surfactant as Emulsifier for Water-in-Oil Systems. AUN/SEED-Net

2nd Regional Conference on Global Environment.

Vijayakumar, J., Aravindan, R., dan Viruthagiri, T. (2008). Recent Trends in the Production,

Purification, and Application of Lactic Acid. Chem. Biochem. Eng. Q, 22(2), 245-264.

Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013