simulasi pemisahan beban berdasarkan tingkat …
TRANSCRIPT
1
SIMULASI PEMISAHAN BEBAN BERDASARKAN TINGKAT FLUKTUASI BEBAN PADA SUBSISTEM TENAGA LISTRIK 150KV
Samia Sofyan, I. Made Ardita Y.
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok Email: [email protected]
Abstrak
Kondisi fluktuasi beban yang sangat cepat harus diantisipasi dengan ketersediaan suplai yang memadai. Apabila beban meningkat tetapi suplai yang diberikan turun maka akan terjadi kelebihan beban. Kelebihan beban ini mengakibatkan suplai akan padam karena neracadaya tidak seimbang. Gangguan ini mengakibatkan tidak kontinuitasnya pelayanan daya. Kondisi tersebut diatasi dengan tahapan pemisahan beban (load shedding) secara terencana. Pemisahan beban dilakukan dengan simulasi analisa aliran daya pada software ETAP 7. Pada skenario pemisahan beban ini penulis menjadikan IBT 1 sebagai suplai cadangan ketika IBT 2 lepas. IBT 1 memberikan 30% suplai cadangannya kepada IBT 2. Hasil dari beban yang dilepas adalah load 1, load 2, lump 5, lump 6, load 3, load 4 dan lump 12 yaitu sebanyak 127,4 MVA atau 28,4% dari total pembebanan IBT 1 dan IBT 2. Kata kunci : Suplai Cadangan; Pemisahan Beban; Fluktuasi Beban
Load Shedding Simulation Based on Load Fluctuation Rate in 150kV Electrical Power Subsystem
Abstract
Conditions of very rapid load fluctuations must be anticipated with the availability of adequate supplies. If the load increases but supply is given off, there will be overloaded. This overload will lead to supply balance of power outages due to unbalanced. This disturbancemakepower service is not continuity. The condition was overcome by stage load separation (load shedding) in a planned. Load shedding executed by simulation of load flow analysis with software ETAP 7. At this load separation scenario writer makes IBT 1 as a backup supply when IBT 2 off. IBT 1 gives 30% supply of reserves to the IBT 2. The result of released load are load 1, load 2, 5 lump, lump 6, load 3, load 4 and lump 12 as many as 127.4 MVA or 28.4% of the total loading from IBT 1 and 2. Keyword: Back Up Supply; Load shedding; Load Fluctuations
I. PENDAHULUAN
Permintaan jumlah beban listrik yang tinggi di Indonesia harus dibarengi dengan
tersedianya jumlah pembangkit yang melayani beban tersebut. Oleh karena itu, kondisi
fluktuasi beban yang sangat cepat ini harus diantisipasi dengan ketersediaan pembangkit yang
memadai.
Pada suatu sistem tenaga listrik dapat terjadi ketidakseimbangan antara kapasitas
pembangkitan dan kebutuhan beban. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan karena
gangguan dari dalam dan dari luar sistem. Dari dalam bisa disebabkan karena umurnya
peralatan yang sudah tua. Gangguan dari luar sistem yaitu terputusnya saluran transmisi
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
2
utama, terlepasnya salah satu atau lebih unit pembangkit atau penambahan beban secara tiba-
tiba. Gangguan ini mengakibatkan kontinuitas pelayanan listrik dapat berkurang atau tidak
andal.
Turunnya tegangan pada sistem atau undervoltage dapat mengakibatkan kegagalan
sistem. Kegagalan ini berakibat fatal bagi kerusakan komponen listrik maupun kerugian
operasional bagi beban yang memiliki fluktuasi yang tinggi, seperti pada sebuah industri.
Sehingga turunnya tegangan menjadi indikator keseimbangan antara daya yang dibangkitkan
dengan total beban sistem.
Ketika ada gangguan, suatu sistem harus memiliki cadangan pembangkitan. Akan tetapi
cadangan suplai tersebut hanya terbatas. Sehingga untuk menjaga kontinuitas pelayanan
dibutuhkan suatu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pemisahan Beban adalah
metode tahapan pemisahan beban secara terencana untuk mengatasi gangguan tersebut agar
pelayanan listrik dapat terus berjalan.
Penyebab pemisahan beban yang dibahas kali ini adalah hilangnya suplai pembangkit.
Tujuan dari pemisahan beban itu sendiri adalah untuk pengelompokan beban. Beban listrik
memiliki karakteristik dengan fluktuasi yang berbeda-beda. Oleh karena itu pengelompokan
beban ini berguna untuk mendapatkan tahapan pemisahan beban yang sesuai dengan tingkat
fluktuasi beban konsumen.
Pemisahan beban terencana ini akan diurutkan dari beban yang berfluktuasi rendah ke
beban yang berfluktuasi tinggi. Sehingga kerugian dari sisi pembangkit dan dari sisi beban
dapat dikurangi.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi beban yang akan
diprioritaskan untuk dipisah serta dapat mensimulasikan tahapan pemisahan beban dari
prioritas beban yang telah diidentifikasi.
II. TEORI
A. Klasifikasi Beban
Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, secara garis besar, jenis beban dapat
diklasifikasikan ke dalam[1] :
1. Beban Rumah Tangga
2. Beban Komersial
3. Beban Industri
4. Beban Fasilitas Umum
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
3
Pengklasifikasian ini sangat penting artinya bila kita melakukan analisa karakteristik
beban untuk suatu sistem yang sangat besar. Perbedaan yang paling prinsip dari empat jenis
beban diatas, selain dari daya yang digunakan dan juga waktu pembebanannya.
B. Sistem Keandalan Tingkat Tinggi
Sistem tenaga listrik yang baik adalah yang tingkat keandalannya tinggi di mana
frekuensi dan durasi terjadinya pemadaman sangat rendah. Sistem dengan keandalan tinggi
sangat dibutuhkan pada instansi pemerintahan, industri, ataupun perusahaan yang
mengutamakan kontinuitas daya listrik ke beban. Menurut Kriteria Desain Jaringan Distribusi
PLN [8], secara ideal tingkat keandalan kontinuitas penyaluran terbagi menjadi 5 tingkat,
antara lain :
• Tingkat-1 : pemadaman dalam orde beberapa jam. Umumnya terjadi pada sistem saluran
udara dengan konfigurasi radial
• Tingkat-2 : Pemadaman dalam orde kurang dari satu jam. Mengisolasi penyebab gangguan
dan pemulihan penyaluran kurang dari satu jam. Umumnya pada sistem dengan pasokan
penyulang cadangan atau sistem loop
• Tingkat-3 : Pemadaman dalam orde beberapa menit. Umumnya pada sistem yang
mempunyai sistem SCADA.
• Tingkat-4 : Pemadaman dalam orde detik. Umumnya pada sistem dengan fasilitas
automatic switching pada sistem fork.
• Tingkat-5 : Sistem tanpa pemadaman. Keadaan di mana selalu ada pasokan tenaga listrik,
misalnya pada sistem spotload, transformator yang bekerja parallel.
C. Sistem Pemisahan Beban
Tujuan utama dari sistem pemisahan beban adalah untuk mengantisipasi dan mencegah
kolapsnya sistem tenaga yang disebabkan oleh transformator IBT yang kelebihan beban.
Proses kelebihan beban ini dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama disebabkan oleh
naiknya nilai beban melebihi kapasitas transformator maupun dalam waktu instan yang terjadi
karena satu transformator trip dan melepas beban ke transformator lain.
Akibat gangguan berupa beban lebih dapat mempengaruhi keseimbangan antara daya
yang dibangkitkan dan permintaan beban sehingga menyebabkan beberapa hal yang dapat
mengganggu kestabilan sistem, penurunan Tegangan Sistem.
Strategi pemisahan beban terdiri dari pengurangan beban, manual load shedding dan
automatic load shedding. Pengurangan beban akan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
4
kekurangan pembangkitan sehingga sistem masih memiliki waktu untuk mengkoordinasikan
pengurangan beban dengan konsumen. Biasanya sekitar 5 jam sebelum kekurangan itu
muncul.
Sebelum dilakukan pemisahan beban yang bertujuan untuk pemulihan sistem, ketiga
kriteria dibawah ini harus terpenuhi, dengan begitu pemisahan beban aman untuk dilakukan,
ketiga kriteria tersebut adalah :
1. Pemisahan beban dilakukan secara bertahap dengan tujuan apabila pada pemisahan tahap
pertama tegangan bus belum juga pulih masih dapat dilakukan pemisahan beban tahap
berikutnya untuk memperbaiki tegangan bus.
2. Jumlah beban yang dipisahkan hendaknya seminimal mungkin sesuai dengan kebutuhan
sistem tenaga listrik dalam memperbaiki tegangan bus.
3. Beban yang dipisahkan adalah beban yang memiliki prioritas paling rendah
dibandingkan beban lain dalam suatu sistem tenaga listrik. Oleh sebab itu seluruh beban
terlebih dahulu diklasifikasikan menurut kriteria tertentu, seperti menurut tingkat fluktuasi
beban listrik.
III. METODE
Metode penelitian pada skripsi ini adalah dengan pengambilan data di PT. PLN
(persero) P3BJB Region Jakata-Banten. Data ini digunakan sebagai acuan pembuatan
subsistem yang akan disimulasikan pada skripsi ini.
A. Perencanaan Pemisahan Beban Dengan ETAP 7.0.0
Model pemisahan beban yang digunakan pada skripsi ini mengacu pada pemisahan
beban secara manual dengan melihat persentase susut tegangan pada bus. Perencanaan
pemisahan beban dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah terjadinya kekurangan daya
pembangkitan akan tepat ditentukan besar kelebihan beban untuk selanjutnya dapat
ditentukan besar beban minimal yang akan dipisah agar sistem dapat bekerja pada kondisi
tegangan yang diizinkan yaitu +5%, -10%[6]. Apabila pada sistem besar, hal ini sulit
dilakukan karena bebannya bervariasi. Oleh karena itu pada perencanaan pemisahan beban
kali ini dilakukan pengelompokan beban menurut tingkat fluktuasinya agar mempermudah
pemisahan beban.
Diagram satu garis sistem kelistrikan subsistem transmisi tenaga listrik 150 kV dibuat
dengan software ETAP 7.0.0. Dari sistem kelistrikan subsistem ini akan dilakukan simulasi
load flow pada software ETAP 7.0.0. Pada simulasi akan dilihat kondisi tegangan bus sebelum
dan setelah dilakukan tahapan pemisahan beban. Akhirnya didapatkan besar perbaikan
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
5
tegangan yang terjadi setelah terjadinya pemisahan beban berdasarkan tingkat fluktuasi beban
subsistem. Berikut diagram satu garis sistem kelistrikan subsistem ini :
Gambar 1. Diagram Satu Garis Sistem Kelistrikan Subsistem Tenaga Listrik 150kV
Jaringan yang akan dianalisis adalah jaringan 150kV dengan berbagai macam tipe
beban. Jaringan ini merupakan salah satu model subsistem dimana subsistem ini memiliki dua
IBT 500/150kV sebagai sumber daya utama bagi jaringan 150kV. Dari diagram satu garis
subsistem di atas dapat dilihat bahwa sistem kelistrikan subsistem ini memiliki Bus 500kV,
Bus 150kV dan Bus 20kV. Standar kelistrikan yang digunakan adalah milik IEC dan
frekuensi sistem 50 Hz.
Pada subsistem ini kedua IBT memiliki daya tampung beban masing-masing. Pada saat
tidak terjadi gangguan, alat pemutus tenaga (CB 13) yang menghubungkan Bus B dan bus C
dalam kondisi terbuka. Apabila terjadi gangguan yaitu suplai salah satu IBT lepas, maka CB
tersebut akan tertutup (closed). Sehingga beban pada salah satu IBT akan dipenuhi oleh IBT
lainnya. Pada sistem ini IBT 2 akan trip sehingga IBT 1 akan memberikan 30% dari persentase
pembebanannya sehingga dilakukan pemisahan beban.
Simulasi yang penulis gunakan pada software ETAP 7.0.0 adalah simulasi aliran daya
(load flow). Pada simulasi, metode aliran daya yang digunakan adalah metode accelerated
Gauss-Seidel[4], dengan iterasi maksimum 2000. Secara garis besar, tahapan-tahapan dalam
melakukan simulasi aliran daya hingga memperoleh data hasil simulasi adalah sebagai
berikut:
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
6
Gambar 2. Diagram Alir Proses Simulasi
B. Prioritas Beban Pada Subsistem
Penggolongan beban ini dilakukan agar dapat melakukan pemisahan beban dari beban
berfluktuasi rendah yaitu perumahan sampai beban berfluktuasi tinggi yaitu industri besar.
Sehingga tingkat fluktuasi pembebanan dalam subsistem dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Fluktuasi Rendah
b. Fluktuasi Sedang
c. Fluktuasi Tinggi
Beban berfluktuasi tinggi dikategorikan sebagai beban pada industri besar. Pada industri
ini penggerak utama yang digunakan adalah motor induksi. Motor dikatakan beban
berfluktuasi tinggi karena sensitif terhadap perubahan tegangan dan frekuensi. Pada beban
yang lebih besar, waktu start motor akan lebih panjang, arus kerja motor lebih tinggi dan
putaran kerja motor lebih rendah. Sementara itu karena besarnya arus motor, temperatur kerja
motor akan lebih tinggi pula.
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
7
Pada industri ketergantungan akan sumber listrik juga sangat tinggi karena industri
bekerja berpatokan pada jam kerja. Berapa banyak barang yang dapat dihasilkan pada waktu
tertentu. Jika suplai terhenti maka produksi industri akan terhambat dan pabrik akan
mengalami kerugian. Oleh karena itu konsumen industri harus memiliki sistem keandalan
tingkat tinggi. Adanya hilang tegangan sekejap sangat menggangu, karena [7] :
• Peralatan atau industri yang menggunakan kontaktor magnetik, kontaktor akan berhenti
(lepas/jatuh) sehingga suplai terhenti
• Kerusakan mutu produk dan terhentinya proses pemintalan pada pabrik pemintalan yang
terdiri dari puluhan ribu mata pintal.
• Kerusakan mutu pertenunan. Hilang tegangan sekejap akan mengubah putaran mesin dengan
mendadak; akibatnya pola pertenunan berubah.
• Kerusakan mutu produksi kertas karena berubahnya putaran mesin yang mendadak.
Pada sofware ETAP 7.0.0 beban yang digunakan untuk simulasi yaitu beban lump yang
merupakan campuran dari statis dan motor serta beban load yang merupakan beban statis saja.
Beban lump memiliki persentase motor dan statis yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
fluktuasinya.
Gambar 3. Penggolongan Beban Subsistem
Pada gambar di atas beban pada subsistem digolongkan menjadi daerah-daerah tertentu.
Daerah A,B,C dan D menjadi tanggung jawab IBT 1 untuk menyalurkan daya. Sedangkan
daerah E, F,G dan H menjadi tanggung jawab IBT 2.
Beban berfluktuasi tinggi memiliki persentase motor lebih besar dari 50%. Beban yang
berfluktuasi menengah mempunyai persentase motor sama dengan 50%. Sedangkan beban
yang berfluktuasi rendah persentase motor nya dibawah 50%. Sesuai dengan tabel dibawah ini
:
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
8
Tabel 1. Prioritas Pemisahan Beban IBT 1
IBT 1
No Daerah Nama Beban Tingkat Fluktuasi Rating Tipe Beban S (Mva) %Pf % Statis % Motor
1. D Load 2 Rendah 20 85 100% 0% 2. D Load 1 Rendah 15 85 100% 0% 3. C Lump 6 Rendah 28 95 80% 20% 4. C Lump 5 Rendah 25 95 60% 40% 5. B Lump 3 Sedang 26 95 50% 50% 6. B Lump 4 Sedang 23 95 50% 50% 7. B Lump 14 Tinggi 27 95 20% 80% 8. A Lump 2 Tinggi 36 95 20% 80% 9. A Lump 1 Tinggi 38 95 0% 100%
Tabel 2. Prioritas Pemisahan Beban IBT 2
IBT 2
No Daerah Nama Beban Tingkat Fluktuasi
Rating Tipe Beban
S (Mva) %Pf % Statis % Motor
1. G Load 3 Rendah 10 85 100% 0% 2. G Load 4 Rendah 15 85 100% 0% 3. H Lump 12 Rendah 26 95 90% 10% 4. F Lump 9 Rendah 24 95 80% 20% 5. G Lump 11 Rendah 29 95 80% 20% 6. F Lump 10 Sedang 28 95 50% 50% 7. E Lump 8 Tinggi 33 95 30% 70% 8. H Lump 13 Tinggi 26 95 20% 80% 9. E Lump 7 Tinggi 31 95 30% 70%
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS
Simulasi dilakukan dengan melihat kondisi sistem saat dalam keaadan normal dan saat
dilakukannya pemisahan beban sesuai dengan gambar dibawah ini.
Gambar 4. Proses Simulasi Pemisahan Beban
Skenario Pemisahan Beban IBT 2 Dilakukan beberapa tahap pemisahan beban hingga mendapatkan tegangan bus dalam kondisi normal
Skenario IBT 2 Lepas CB 13 akan menutup -‐-‐> IBT 1 akan memberikan 30% cadangannya kepada
IBT 2 -‐-‐> Dilakukan pemisahan beban pada IBT 1
Sistem Dalam Keadaan Normal Saat ini CB 13 masih dalam keadaan terbuka, Tegangan Bus
dalam Kondisi Normal
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
9
A. Subsistem Saat Kondisi Normal
Pada saat sistem dalam keadaan normal, pembebanan masing-masing IBT adalah
sebagai berikut:
Tabel 3. Pembebanan IBT Saat Kondisi Normal
Trafo Aliran MVA %Pembebanan
IBT 1 230,89 46,2
IBT 2 217,46 43,5
Jumlah 448,35 89,7
Dari tabel diatas dapat diketahui persentase pembebanan IBT 1 lebih besar dari IBT 2.
Hal ini disebabkan oleh variasi beban yang ditanggung oleh IBT 1 lebih banyak beban
berfluktuasi tinggi (sesuai dengan tabel 1 dan 2) atau pada ETAP direpresentasikan lebih
banyak persentase beban motor dibandingkan persentase statis.
Hasil dari analisa aliran daya sistem dalam kondisi normal didapatkan besar susut
tegangan bus adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase Susut Tegangan Subsistem Saat Normal
Bus ID %Tegangan %Susut Tegangan Keadaan
Bus Power Grid
100 0,00 Normal
Bus A 96,37 3,63 Normal Bus C 93,7 6.30 Normal Bus B 93.43 6.57 Normal Bus G 93.35 6.65 Normal Bus I 93.15 6.85 Normal Bus H 92.88 7.12 Normal Bus D 92.53 7.47 Normal Bus F 92.32 7.68 Normal Bus E 92.26 7.74 Normal Bus 20 91.94 8.06 Normal Bus 14 91.65 8.35 Normal Bus 21 91.51 8.49 Normal Bus 11 91.42 8.58 Normal Bus 16 91.28 8.72 Normal Bus 15 91.27 8.73 Normal Bus 12 91.2 8.80 Normal Bus 17 91.04 8.96 Normal Bus 13 91.02 8.98 Normal Bus 6 90.79 9.21 Normal
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
10
Bus 9 90.73 9.27 Normal Bus 19 90.61 9.39 Normal Bus 5 90.54 9.46 Normal Bus 4 90.41 9.59 Normal Bus 7 90.39 9.61 Normal Bus 8 90.25 9.75 Normal Bus 10 90.2 9.80 Normal Bus 3 90.08 9.92 Normal
Susut tegangan dihitung dengan cara:
%!"#"$ !"#$%#$% = !""%−% !"#$%#$%
Susut tegangan maksimum yang diijinkan oleh PLN adalah 10%. Pada keadaan diatas
susut tegangan masih dibawah 10% sehingga sistem berada pada kondisi normal.
B. Skenario IBT2 Lepas
Pada tahap ini akan dilakukan skenario lepasnya IBT 2 yaitu CB 2 dalam keaadan open.
Simulasi dilakukan dengan memutus CB yang tersambung pada IBT 1. Lepasnya suplai
tersebut akan memberikan dampak pada tegangan bus. Dapat dilihat dari gambar dibawah ini
bahwa semua bus kecuali bus A, dalam kondisi yang critical.
Gambar 5. Kondisi Sistem Saat IBT 2 Lepas
Pada bus yang mengalami kondisi critical, menandakan bahwa susut tegangan yang
terjadi lebih besar dari batas toleransi yang diizinkan.
C. Skenario Pemisahan Beban Pada IBT 1
Persentase pembebanan IBT 1 saat IBT 2 lepas adalah 89,3 %. Pada IBT 1 akan dilepas
beban Load 1, Load 2, Lump 5 dan Lump 6 sesuai dengan tabel prioritas beban. Beban yang
dilepas ini merupakan 30% dari persentase pembebanan IBT 1. Persentase pembebanan IBT
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
11
1 setelah pemisahan beban adalah 74,3%. Dapat dilihat pada gambar diagaram satu garis
bahwa bus 150 kV sudah kembali normal.
Gambar 6. Kondisi Diagram Satu Garis Sistem Setelah Pemisahan Beban Sebanyak 30%
Pemisahan beban dilakukan agar sistem berada pada kondisi tegangan yang normal
tetapi masih ada bus 20 kV yang kondisinya belum normal. Setelah pemisahan beban pada
IBT, dapat dilihat besar susut tegangan di masing-masing bus adalah :
Tabel 5. Keaadaan Tegangan Saat Pemisahan Beban Pada IBT 1
Bus ID Nominal kV %Tegangan %Susut
tegangan Bus 3 20 88.82 11.18 Bus 4 20 89.18 10.82 Bus 5 20 89.83 10.17 Bus 6 20 90.08 9.92 Bus 11 20 89.99 10.01 Bus 12 20 89.71 10.29 Bus 13 20 89.53 10.47 Bus 14 20 90.2 9.80 Bus 15 20 89.81 10.19 Bus 16 20 89.84 10.16 Bus 17 20 89.55 10.45 Bus 19 20 89.89 10.11 Bus 20 20 90.51 9.49 Bus 21 20 90.07 9.93 Bus A 500 96.95 3.05 BusB 150 92.24 7.76 Bus C 150 92.24 7.76 BusD 150 91.82 8.18 BusE 150 91.83 8.17 BusF 150 91.83 8.17
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
12
BusG 150 91.89 8.11 BusH 150 91.42 8.58 BusI 150 91.69 8.31
Bus Power Grid 20 100 0.00
: Critical
: Normal
Diperlukan pemisahan beban selanjutnya di IBT 2 agar sistem kembali normal.
D. Skenario Pemisahan Beban Pada IBT 2
Pada skenario pemisahan beban ini dilakukan dari sisi pembebanan IBT 2. Pada IBT 2
akan dilakukan beberapa tahapan pemisahan beban sesuai dengan prioritas beban yang telah
disebutkan sebelumnya,. Tahap pertama, kedua dan seterusnya dilakukan hingga
mendapatkan keadaan sistem kembali normal.
1) Pemisahan Beban Tahap 1
Pada tahap ini dilakukan pemisahan load 3 yaitu dengan membuka CB 18 pada
rangkaian. Selanjutnya setelah dilakukan analisa aliran daya didapatkan diagram satu garis
sistem dan tabel susut tegangan sebagai berikut.
Gambar 7. Keaadan Sistem Saat Pemisahan Beban Tahap 1
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
13
Tabel 6. Persentase Susut Tegangan Saat Load 3 Dipisah
Bus ID %Tegangan %Susut Tegangan
Bus 3 89.36 10.64 Bus 4 89.71 10.29 Bus 5 90.34 9.66 Bus 6 90.59 9.41 Bus 12 90.23 9.77 Bus 13 90.05 9.95 Bus 14 90.71 9.29 Bus 15 90.32 9.68 Bus 16 90.34 9.66 Bus 17 90.08 9.92 Bus 19 90.41 9.59 Bus 20 91.12 8.88 Bus 21 90.68 9.32 Bus A 97.16 2.84 BusB 92.75 7.25 Bus C 92.75 7.25 BusD 92.34 7.66 BusE 92.34 7.66 BusF 92.34 7.66 BusG 92.51 7.49 BusH 91.93 8.07 BusI 92.2 7.80
Bus Power Grid 100 0.00
: Critical
: Normal
Dari gambar 7 didapatkan besar tegangan bus 150kV telah berubah normal. Namun
pada tabel 6 masih ada batas kurang tegangan (undervoltage) sebesar 10% yang belum
terpenuhi, sehingga masih terdapat tegangan bus yang critical yaitu pada bus 3 dan bus 4.
Sehingga harus dilakukan pemisahan beban tahap kedua.
2) Pemisahan Beban Tahap 2
Pada pemisahan beban tahap kedua dilakukan dengan cara membuka CB 20, yaitu
dengan beban Load 4 pada transformator T 18 sebesar 18 MVA. Setelah itu dilakukan analisa
aliran daya pada ETAP sehingga didapatkan besar persentase tegangan bus saat load 4
dipisah. Gambar dan tabel dari sistem setelah dilakukannya pemisahan beban tahap kedua ini
adalah sebagai berikut.
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
14
Gambar 8. Keadaan Sistem Saat Pemisahan Beban Tahap 2
Tabel 7. Persentase Susut Tegangan Saat Load 4 Dipisah
Bus ID %Tegangan %Susut Tegangan
Bus 3 89.8 10.20 Bus 4 90.14 9.86 Bus 5 90.77 9.23 Bus 6 91.01 8.99 Bus 12 90.66 9.34 Bus 13 90.48 9.52 Bus 14 91.13 8.87 Bus 15 90.75 9.25 Bus 16 90.76 9.24 Bus 17 90.51 9.49 Bus 19 90.84 9.16 Bus 21 91.19 8.81 Bus A 97.34 2.66 BusB 93.17 6.83 Bus C 93.17 6.83 BusD 92.76 7.24 BusE 92.76 7.24 BusF 92.76 7.24 BusG 93.03 6.97 BusH 92.35 7.65 BusI 92.63 7.37
Bus Power Grid 100 0.00
: Critical : Normal
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
15
Pada tabel 7 diatas masih terdapat kondisi tegangan dimana batas kurang tegangan
(undervoltage) sebesar 10% belum terpenuhi, sehingga masih terdapat tegangan bus yang
critical yaitu pada bus 3. Sehingga harus dilakukan pemisahan beban tahap ketiga.
3) Pemisahan Beban Tahap 3
Pemisahan beban tahap ketiga dilakukan dengan cara membuka CB 21, yaitu dengan
beban Lump 12 pada transformator T 12 sebesar 26 MVA. Setelah itu dilakukan analisa aliran
daya pada ETAP sehingga didapatkan besar persentase tegangan bus saat lump 12dipisah.
Gambar dan tabel dari sistem setelah dilakukannya pemisahan beban tahap ketiga ini adalah
sebagai berikut
Gambar 9. Keadaan Sistem Saat Pemisahan Beban Tahap 3
Tabel 8. Persentase Susut Tegangan Saat Lump 12 Dipisah
Bus ID Nominal kV %Tegangan % Susut
Tegangan Bus 3 20 90.41 9.59 Bus 4 20 90.73 9.27 Bus 5 20 91.35 8.65 Bus 6 20 91.59 8.41 Bus 12 20 91.25 8.75 Bus 13 20 91.07 8.93 Bus 14 20 91.82 8.18 Bus 15 20 91.45 8.55 Bus 17 20 91.35 8.65 Bus 19 20 91.43 8.57 Bus 21 20 91.76 8.24 Bus A 500 97.59 2.41 BusB 150 93.75 6.25 Bus C 150 93.75 6.25 BusD 150 93.34 6.66 BusE 150 93.34 6.66 BusF 150 93.34 6.66
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
16
BusG 150 93.6 6.40 BusH 150 93.19 6.81 BusI 150 93.33 6.67 Bus
Power Grid
20 100 0.00
: Normal
Setelah dilakukan pemisahan beban lump 12, persentase susut tegangan kembali pada
kondisi normal. Sehingga pada pemisahan beban tahap ketiga ini kondisi tegangan sistem
telah kembali normal. Hal itu dilihat dari nilai persentase tegangan yang berada pada batas
kurang tegangan (undervoltage) yang diijinkan yaitu 10%.
Pada pemisahan beban tahap ketiga ini didapatkan besar tegangan di semua bus kembali
normal. Besar pembebanan IBT 1 menjadi 64,2%. Beban yang dipisah pada tahap ketiga ini
merupakan beban dengan prioritas yang telah ditentukan sebelumnya. Karena pada tahap
ketiga ini tegangan sistem telah kembali normal maka pemisahan beban tahap selanjutnya
tidak perlu dilakukan.
Perbandingan besar tegangan bus sebelum dan setelah dilakukannya pemisahan beban
adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Perbandingan Susut Tegangan
Bus ID %Susut Tegangan Normal Sebelum Sesudah
Bus 3 9.92 13.58 9.59 Bus 4 9.59 13.17 9.27 Bus 5 9.46 12.95 8.65 Bus 6 9.21 12.7 8.41 Bus 12 8.8 12.61 8.75 Bus 13 8.98 12.8 8.93 Bus 14 8.35 12.07 8.18 Bus 15 8.73 12.48 8.55 Bus 17 8.96 12.77 8.65 Bus 19 9.39 12.93 8.57 Bus 21 8.49 12.19 8.24 Bus A 3.63 4.04 2.41 Bus B 6.57 10.05 6.25 Bus C 6.3 10.05 6.25 Bus D 7.47 10.94 6.66 Bus E 7.74 11.21 6.66 Bus F 7.68 11.15 6.66 Bus G 6.65 10.38 6.4 Bus H 7.12 10.87 6.81 Bus I 6.85 10.59 6.67
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
17
Bus Power Grid 100 0 0
: Kondisi Normal : Kondisi IBT 2 Lepas
: Kondisi Setelah Pemisahan Beban
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa terjadi perbaikan susut tegangan setelah
dilakukannya pemisahan beban. Pemisahan beban berhasil dilakukan tanpa adanya pemisahan
beban berfluktuasi tinggi. Kontinuitas pelayanan listrik dapat terjaga sehingga tujuan
pengelompokan beban tersebut tercapai. Besar beban yang dipisahkan oleh sistem didapatkan
dari analisa aliran daya adalah :
Tabel 11. Perbandingan Persentase Pembebanan Sistem
Trafo Sebelum Pemisahan Beban Setelah Pemisahan Beban
Aliran MVA %Pembebanan Aliran MVA %Pembebanan
IBT 1 230,89 46,2 320,95 64,2 IBT 2 217,46 43,5 Lepas
Pada kondisi normal, persentase pembebanan IBT 1 46,2%. Setelah dilakukannya
pemisahan beban akibat dari IBT 2 lepas, maka didapatkan persentase pembebanan IBT 1
menjadi 64,2 %. Faktor yang menyebabkan persentase pembebanan IBT 1 ini meningkat
adalah karena saluran transmisi yang menghubungkan IBT dengan beban sebagian telah
dipisahkan menurut pemisahan beban.Beban yang dipisah adalah Load 1, Load 2, Lump 5,
Lump 6, load 3, load 4 dan lump 12. Sehingga rugi-rugi transmisi dapat berkurang akibat dari
lepasnya beban-beban tersebut.
V. KESIMPULAN
1. Persentase pembebanan IBT 1 yang tadinya sebesar 46,2% menjadi 64,2%
2. Beban yang dipisah adalah load 1, load 2, lump 5, lump 6, load 3, load 4 dan lump 12 yaitu
sebanyak 127,4 MVA atau 28,4% dari total pembebanan IBT 1 dan IBT 2
3. Pada pemisahan beban tahap ketiga telah terjadi perbaikan susut tegangan yaitu pada
bus 3 dari 10,2 % menjadi 9,59 % sehingga pada setiap bus persentase susut tegangan
kembali normal.
4. Dengan adanya tahapan pemisahan beban ini maka kontinuitas pelayanan listrik masih
terjaga pada beban yang berfluktuasi tinggi
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013
18
5. Penulis merekomendasikan pengelompokan beban pada suatu sistem agar mudah
dalam melakukan pemisahan beban apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik
VI. REFERENSI
[1] Kadir, Abdul. (2000). Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta: UI Press.
[2] Marsudi, Djiteng. (2005). Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga.
[3] Bidang Operasi Sistem PT. PLN (Persero) P3BJB (2012). Operasi Sistem Jawa-Bali.
Gandul: Operasi-SJB.
[4] Williams D., Stevenson Jr. (1996). Analisis Sistem Tenaga Listrik. Erlangga :Jakarta
[5] Chapman, Stephen J. (2002). Electrical Machinery Fundamental. New York: McGraw-
Hill.
[6] Peraturan Menteri ESDM No 07 2010 tentang Tarif Dasar Listrik PT PLN (2010).
[7] SPLN. 1986. Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listrik, Bagian Dua : Sistem Distribusi.
PT.PLN (Persero): Jakarta.
[8] Tim Penulis. 2010. Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga
Listrik. PT.PLN (Persero) : Jakarta.
Simulasi pemisahan..., Samia Sofyan, FT UI, 2013