simulasi bab i pengetahuan pola makan pada balita
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
1.1.1. Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota
kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari
permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30°-37°C (Kartikawatie, 2012).
Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)
Sumber : Google Maps, 2014
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,613 Km²), terdiri dari luas
daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3
meter.Topografi kecamatan Teluk Naga meliputi :
1. Daerah sawah
2. Daerah pantai
3. Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut
4. Daerah tambak
Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga
dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km²) terdiri
dari luas daratan ± 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas,
yaitu rata-rata antara 30˚C - 37˚C.
1.1.2. Batas Wilayah
Batas – batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah
sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo, dan Pangkalan.
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Sumber : Kartikawatie, 2012
Terdapat enam desa binaan Puskesmcvas :
a. Desa Lemo
b. Desa Tanjung Pasir
c. Desa Tanjung Burung
d. Desa Pangkalan
e. Desa Tegal Angus
f. Desa Muara
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun
Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam
melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara
berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :
1. Dengan kantor kecamatan berjarak :12 km
2. Dengan ibukota kabupaten berjarak :54 km
3. Dengan ibukota provinsi berjarak :72 km
1.2. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI
1.2.1. Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak
9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4.884 jiwa dan perempuan 4.629 jiwa. Secara rinci
klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik
Kabupaten Tangerang, 2012) :
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No. Warga Negara Laki – laki Perempuan
1 Warga Negara Indonesia (WNI) 4.884orang 4.629orang
2 Warga Negara Asing( WNA) - orang - orang
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan UmurNo. Umur Jumlah Penduduk
1. 0 – 4 tahun 920 orang
2. 5 – 14 tahun 1880 orang
3. 15 – 44 tahun 5139 orang
4. 45 – 64 tahun 1273 orang
5. >65 tahun 301 orang
Sumber Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk
di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa
seperti yang tercantum di tabel bawah ini :
Tabel 1.3. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus 2012
Sumber : Kantor BPS Kabupaten Tangerang, 2012
Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian, dan
migrasi penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
cenderung terjadi dengan cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang.
Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan
dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dan program
pembangunan kesehatan sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan karena
NO DESA Luas
wilayah
(km²)
Jumlah
penduduk
Jumlah
rumah
tangga
Rata-rata
jiwa/rumah
tangga
Kepadatan
penduduk
per km²
1 2 3 4 5 6 7
1 Pangkalan 7.54 16,888 4,138 4.08 2239.79
2Tanjung
Burung
5.24 7,669 2,473 3.10 1463.55
3Tegal
Angus
2.83 9,513 2,879 3.30 3361.48
4Tanjung
Pasir
5.64 9,513 1,787 5.32 1686.70
5 Muara 5.14 3,566 496 7.19 693.77
6 Lemo 3.61 6,682 648 10.31 1850.97
Jumlah 30.00 53,831 12,421 4.33 1,794
tersedia SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan pembangunan.
Akan tetapi SDM bidang kesehatan masih sangat kurang di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus meningkatkan kerjasama lintas
sektoral untuk menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan penduduk di wilayah
kerjanya.
Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.4. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Desa/kel Jumlah Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Pangkalan 8.710 8.178 16.888
2 Tanjung Burung 3.937 3.732 7.669
3 Tegal Angus 4.890 4.622 9.512
4 Tanjung Pasir 4.884 4.629 9.513
5 Muara 1.820 1.746 3.566
6 Lemo 3.430 3.252 6.682
JUMLAH 27.671 26.160 53.831
Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012
Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini
tingkat partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada
perempuan baik sebagai sasaran kesehatan seperti bumil, bulin, maupun kader kesehatan.
Program-program seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki
juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan kerja
mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja bandingkan
perempuan.
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas
Tegal Angus dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini :
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2012
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun,2012NO KELOMPOK
UMUR
(TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-
LAKI
PEREMPU
AN
LAKI-LAKI +
PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203
2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307
5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510
JUMLAH 27,671 26,160 53,831
1.2.2. Keadaan Sosial Ekonomi
Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan
dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh
masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.
Tabel 1.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
No. Mata Pencaharian Pokok Jumlah Penduduk
1. Buruh/swasta 65 orang
2. Praktek Dokter/Bidan 6 orang
3. Montir 25 orang
4. Nelayan 2.331 orang
5. Pedagang 1.213 orang
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15 orang
7. Pengemudi Becak 43 orang
8. Pengrajin 5 orang
9. Pengusaha 8 orang
10. Penjahit 24 orang
11. Petani 176 orang
12. Peternak 6 orang
13. Supir 30 orang
14. TNI / POLRI 6 orang
15. Tukang Batu 42 orang
Sumber : Kartikawatie, 2012
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli
Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan
sekitarnya. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1.7. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Tegal Angus
No Agama Jumlah Penduduk
1
2
3
4
5
6
Islam
Budha
Kristen
Khatolik
Khonghucu
Hindu
45481
3059
671
105
27
1
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2012
Seperti terlihat pada tabel di atas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus didominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha. Kehidupan
agama di wilayah ini berjalan dengan harmonis.
1.2.3. Keadaan Sosial Budaya
Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup baik,
rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam menghadapi
permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan
bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta kegiatan sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Tabel 1.8. Sarana Peribadatan yang Tersedia di Desa Tanjung Pasir
No. Tempat Peribadatan Jumlah Penduduk
1. Masjid 6 Unit
2. Musholla 30 Unit
3. Majelis Taklim 4 Unit
4. Gereja - Unit
5. Pura - Unit
Sumber : Kartikawatie, 2012
1.2.4 Sarana dan Prasarana
1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari:
a. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang
b. Ruang TU : 1 Ruang
c. Ruang Dokter : 1 Ruang
d. Ruang Aula : 1 Ruang
e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang
f. Ruang Loket : 1 Ruang
g. Ruang Apotik : 1 Ruang
h. Ruang BP umum : 1 Ruang
i. Ruang BP Anak : 1 Ruang
j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang
k. Ruang KIA dan KB : 1 Ruang
l. Ruang Gizi : 1 Ruang
m.Ruang Gudang Obat : 1 Ruang
n. Ruang TB : 1 Ruang
o. Ruang Lansia : 1 Ruang
p. Ruang Kesling : 1 Ruang
q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
r. Ruang Mushola : 1 Ruang
s. Ruang Bidan : 1 Ruang
t. Dapur : 1 Ruang
u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang
v. WC : 9 Ruang
2. Bidan di Desa : 6 orang
3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :
a. Tegal Angus : 7 Posyandu
b. Pangkalan : 10 Posyandu
c. TanjungBurung : 7 Posyandu
d. TanjungPasir : 9 Posyandu
e. Lemo : 6 Posyandu
f. Muara : 6 Posyandu
4. Pembinaan UKBM ( Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ) :
a. Jumlah Posyandu : 45 buah
b. Jumlah Kader Posyandu dibina : 225 orang
c. Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang
1.2.5. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan
dalam pembangunan kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.9. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
No Nama Desa
JUMLAH SEKOLAH
PA
UDTK RA SD MI SMP MTS SMA SMK
M
A
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2 Tanjung Burung 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
Sumber Data : Puskesmas Tegal Angus, 2012
Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (2010-2012) dan tingkat partisipasi sekolah
menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah siswa.
Tabel 1.10. Lembaga pendidikan
NO Lembaga
pendidikan
TK SDN MI SLTP
negeri
MTS SLTP
swasta
islam
SMU
negeri
SMK
1 Jumlah sekolah 5 17 5 - 3 - - -
2 Jumlah murid 153
orang
1.269
orang
876
orang
- 413
orang
- - -
3 Jumlah guru 5 orang 28
orang
16
orang
- 16
orang
- - -
Sumber Data : Puskesmas Tegal Angus, 2012
Tabel 1.11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
1 Belum Sekolah 1.976 jiwa
2 Usia 7-45 th tidak sekolah 145 jiwa
3 Tidak tamat SD/Sederajat 234 jiwa
4 Tamat SD/Sederajat 3.789 jiwa
5 Tamat SLTP/Sederajat 1.653 jiwa
6 Tamat SLTA/Sederajat 954 jiwa
7 Sarjana/D1-D3 41 jiwa
8 Pasca Sarjana/S2-S3 -
Sumber Data : Puskesmas Tegal Angus, 2012
1.2.6.Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang
ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita,
pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu
Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan
dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Tabulapot, dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam
LANSIA dan POSBINDU.
1.2.7.Data Puskesmas
1. Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten Tanggerang
Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas melaksanakan
pendataan dan penilaian rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang melaksanakan 10
(sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang memiliki bayi atau balita dan rumah
tangga yang melaksanakan 7 (tujuh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak
memiliki bayi atau balita. Sasaran dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274
desa di Kabupaten Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajian, dari 62.371 rumah
tangga yang dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai
rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajian selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 1.12 Capaian PHBS di Kabupaten Tanggerang Tahun 2013
NoNama
Kecamatan
Jumlah
desa/kelurahan
Jumah
rumah
tangga
Jumlah
rumah
tangga
yang
dipantau
Capaian
PHBS
rumah
tangga
%
1.Salembaran
Jaya5 15925 1050 347 33,05
2. Kosambi 5 22321 4398 3604 81,95
3. Sindang Jaya 7 18944 1470 518 35,24
4. Pagedangan 11 21.731 2.310 1.054 45,63
5 Panongan 8 26.791 1.680 689 41,01
6 Cikuya 7 16.095 1.917 1.401 73,08
7 Mauk 12 16.682 2.520 861 34,17
8 Pasir Jaya 10 23.634 840 425 50,60
9 Cikupa 4 31.565 2.100 593 28,24
10 Tegal Angus 7 12.421 1.260 203 16,11
11 Teluk Naga 6 20.322 1.470 1.050 71,43
12 Pakuhaji 8 17.936 1.680 520 30,95
13 Sukawali 6 12.419 1.260 483 38,33
14 Balaraja 5 16.217 1.050 723 68,86
15 Gembong 4 10.397 1.462 951 65,05
16 Kemiri 7 12.253 1.470 166 11,29
17 Curug 6 28.400 1.260 693 55
18 Binong 1 15.856 210 74 35,24
19 Cisoka 10 19.370 2.235 905 40,49
20 Kelapa dua 2 15.310 420 353 84,05
21 Bj. Nangka 2 12.920 420 338 80,48
22 Jl. Kutai 1 2.928 210 194 92,38
23 Jl. Emas 1 12.391 210 181 86,19
24 Sukadiri 8 15.670 1.680 1.077 64,11
25 Cisauk 3 6.421 944 811 85,91
26 Suradita 3 8.835 753 118 15,67
27 Kutabumi 9 67.112 1.890 403 21,32
28 Kedaung barat 8 26.213 1.680 1.218 71,5
29 Jambe 10 9.621 2.100 329 15,67
30 Rajeg 8 19.349 1.680 364 21,67
31 Sukatani 5 14,747 1.050 618 58,86
32 Kresek 9 13.103 1.890 734 38,84
33 Gunung kaler 9 36.700 1.890 634 33,54
34 Sepatan 8 20.934 1.680 979 58,27
35 Sukamulya 8 18.002 1.680 1.174 69,88
36 Mekar baru 10 10.570 1.680 105 6,25
37 Kronjo 8 15.976 2.100 751 35,76
38 Jayanti 7 16.340 1.680 988 58,81
39 Tigaraksa 7 8.754 1.470 767 52,18
40 Pasir nangka 7 20.486 744 280 37,63
41 Legok 5 34.884 1.050 357 34
42 Bojong kamal 3 6.698 1.031 460 44,62
43 Caringin 3 4.585 797 577 72,40
Jumlah 274 778.228 62.371 29.070 46,6
Sumber Data : Puskesmas Tegal Angus, 2013
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah rumah tangga sehat di Kabupaten
Tangerang pada tahun 2013 adalah 46.61%, pencapaian ini tidak sesuai target yang telah
ditetapkan yaittu 65%, hal ini disebabkan karena:
Kurangnya dukungan lintas sektor dan lintas program untuk mencapai PHBS
yang tinggi.
Kurangnya pembinaan PHBS Petugas Promkes, Puskemas kepada rumah tangga
yang ada di wilayahnya karena rata-rata petugas pengelola lebih dari satu
program.
Masih rendahnya kemampuan petugas dalam pengelolaan program Promkes
karena seringnya dilakukannya pergantiannya petuga Promkes.
Masih minimnya dukungan anggaran untuk pengkajian dan pembinaan PHBS di
rumah tangga.
Dalam rangka meningkatkan PHBS di masyarakat, telah dilakukan upaya-upaya
kemitraan dengan berbagai pihak, antara lain dengan:
1) Dua puluh Perguruan Tinggi Kesehatan yang telah membina 29 Desa
binaan di Kabupaten Tangerang.
2) Perusahaan swasta seperti PT. Sinar Sayap Emas, PT. Mayora, PT. Kalbe
Farma, Bank BJB, dll.
3) Forum Kabupaten Tanggerang Sehat.
4) Saka Bakti Husada.
5) Forum Kader.
2. Kesehatan Lingkungan
Empat indikator keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat, yaitu presentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase
rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar, Tempat Umum dan
Pengelolaan Makanan (TUPM) yang sehat.
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instasi terkait, swasta, NGO, dll seperti pembangunan sarana
sanitasi dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan, pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung dengan
masalah kesehatan meliputi pembangunan sarana air bersih, jamban sehat, perumahan
sehat yang ditangani secara lintas sector, sedangkan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang meliputi pemberdayaan masyarakat tentang
sanitasi melalui pemicuan STBM, stimulant sarana sanitasi dasar, pemantauan kualitas air
minum dan air bersih, rehabilitasi sarana air bersih, pemantauan sanitasi rumah sakit,
pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan,
tempat pengelolaan pestisida dsb. Indikator program kesehatan lingkungan sebagai
berikut :
Tabel 1.13 Hasil Pencapaian Sasaran Program Penyehatan Lingkungan di
Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2013
No Sasaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Target Real Target Real Target Real
1. Prosentasi
Rumah Sehat79% 73,6% 80% 62,71% 85% 71,63%
2. Prosentasi
SAB
memenuhi
syarat
kesehata
90% 88,5% 87% 91,5% 95% 92,3%
3. Prosentasi
Jamban
keluarga
memenuhi
syarat
kesehatan
85% 76,9% 85% 71,13% 85% 74,97%
4. Prosentasi
TTU
memenuhi
syarat
kesehatan
70% 66,2% 75% 64,69% 80% 74%
5. Angka Bebas
Jentik (ABJ)87% 60,9% 90% 76,16% 95% 78,80%
6. Prosentase
Instusi yang
dibina
70% 71,2% 75% 69,84% 80% 67%
memenuhi
syarat
kesehatan
lingkungan
Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang, 2013
Beberapa indikator meningkat dari tahun sebelumnya diantaranya presentase rumah
sehat meningkat dari 62,7% menjadi 71,63%, presentase jamban keluarga yang
memenuhi syarat meningkat dari 71,13% menjadi 74,97% dan presentase TTU yang
memenuhi syarat kesehatan dari 64,69% menjadi 74,72%. Namun demikian peningkatan
tersebut belum mencapai target pada indikator rumah sehat, presentase sarana air bersih
yang memenuhi syarat, presentase TTU memenuhi syarat kesehatan, ABJ, dan presentase
Institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Kondisi ini terjadi
kemungkinan karena adanya peningkatan jumlah keluarga yang diperiksa sedangkan
sarana yang memenuhi syarat walaupun ada peningkatan tetapi jumlahnya kecil.
Permasalahan bidang sanitasi tidak hanya masalah sanitasi yang tidak memenuhi syarat
tetapi juga perilaku. Perilaku sangat menentukan apakah individu mau menggunakan
sarana yang ada atau tidak (akses terhadap sarana sanitasi) dan juga pemeliharaan sarana
yang ada serta kebutuhan akan saran sanitasi.
Upaya pemberdayaan masyarakat serta perubahan perilaku bidang sanitasi harus
lebih intensif dilakukan. Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses maupun
kepemilikan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan meliputi sarana air
bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah sehat. Sedangkan
untuk peningkatan kualitas sarana sanitasi perlu dilakukan bersama sektor terkait. Sesuai
strategi sanitasi yangs sudah disusun untuk mengatasi masalah di tingkat individu
maupun kawasan dan komitmen terhadap memorandum program sanitasi.
3. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki sarana sanitasi dasar meliputi jamban/wc,
sarana air bersih, tempat sampah dan sarana pembuangan air limbah, cukup ventilasi dan
pencahayaan, bebas dari serangga dan binatang penular penyakit serta ada pemanfaatan
pekarangan sebagai ruang terbuka hijau.
Hasil inspeksi sanitasi (IS) rumah pada tahun 2013 di 43 puskesmas di Kabupaten
Tangerang didapatkan hasil sebagai berikut : rumah yang diperiksa sebanyak 161.220
rumah, rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan sebanyak 115.482 rumah
(71,63%). Jumlah rumah sehat meningkat 8,93% bila dibandingkan dengan hasil inspeksi
sanitasi tahun 2012, demikian juga dengan jumlah rumah yang diperiksa. Hasil inspeksi
sanitasi rumah tahun 2012 dari 143.217 rumah yang diperiksa, rumah yang sudah
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89.811 (62,7%). Dari hasil inspeksi sanitasi
permasalahan yang menyebabkan rumah tidak sehat adalah kualitas sarana sanitasi di
rumah tersebut yang tidak memenuhi syarat.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatan untuk kualitas rumah menjadi
rumah sehat, diantaranya melalui penyuluhan, pemicuan STBM, pemberian stimulan
untuk pembuatan sarana sanitasi, pembuatan percontohan rumah sehat bekerja sama
dengan SKPD terkait.
Melihat pencapaian tahun 2013 maka upaya penyuluhan terhadap masyarakat tentang
rumah sehat sehingga masyarakat dapat meningkatkan kualitas lingkungan rumahnya dan
memiliki rumah yang sehat masih perlu ditingkatkan.
4. Penggunaan dan akses air bersih
Hasil inspeksi sanitasi oleh petugas Puskemas Tahun 2013 tentang penggunaan air
bersih pada setiap keluarga, dari 166.601 KK yang diperiksa, sebagian keluarga (92,3%)
memiliki akses air bersih dengan perincian sumur gali 18,5%, sumur pompa tahan 16%,
ledeng 8,8%, PAH (Penampungan Air Hujan) 0,1%, dan sumur bor/jetpam 49%.
Dibandingkan hasil 2012, presentasi keluarga yang memiliki akses air bersih turun dari
97,5% menjadi 92,3%, karena jumlah yang diperiksa meningkat sedangkan jumlah
pengakses air bersih peningkatan sangat kecil.
Selain digunakan untuk mandi dan mencuci baju, berdasarkan hasil inspeksi sanitasi
yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas, air bersih juga digunakan oleh masyarakat
untuk minum. Adapun perincian penggunaan air minum di masyarakat adalah: 9,8% air
kemasan, 20,1% air isi ulang, ledeng 8,8% (ledeng meteran 5,9%, ledeng eceran 2,9%),
pompa 43,9%, SGL (Sumur Gali) terlindung 13,3%, SGL tidak terlindung 3,5%.
Inspeksi sanitasi air bersih adalah pemeriksaan sumber air yang digunakan untuk
keperluan mandi dan cuci. Dari data diatas terlihat bahwa sumber air yang digunakan
sudah memenuhi syarat yang masih ditingkatkan adalah pemantauan kualitas air dari
sumber air tersebut. Upaya yang sudah digunakan pemberian stimulant untuk membuat
percontohan sarana air bersih, menyediakan desinfektan air di daerah rawan diare dan
daerah yang beresiko sanitasi.
5. Keluarga dengan kepemilikan sanitasi dasar
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi kepemilikan jamban
keluarga tempat sampah, dan pengelolaan air limbah keluarga. Keseluruhan hal tersebut
sangat diperlukan di dalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Tabel 1.14 Persentase Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011-
2013
Tahun Jaga (%)Tempat
sampah (%)SPAL (%) SAB (%)
2011 76,9 81 82,5 88,5
2012 71,13 74,77 74,2 97,5
2013 87,4 77,6 83,5 92,3
Sumber : Bid. P2P-PL Dinas Kesehatan Kab. Tanggerang, 2013
Dari hasil inspeksi sanitasi pada tahun 2013 terhadap 166.601 keluarga didapatkan,
keluarga yang memiliki sanitasi dasar dengan rincian berikut : yang sudah memiliki
jamban sebanyak 140.605 KK (87,4%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah keluarga
yang memiliki jamban sehat adalah (75,89%). Disebut jamban sehat adalah apabila
terdapat tempat buang air besar di suatu tempat yang telah ditentukan atau tidak di
sembarang tempat dan memiliki pembuangan air akhir ke tempat septic tank. Di
kabupaten Tangerang berdasarkan hasil inspeksi tahun 2013 masih ditemukan
masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat sebanyak 25% dan pembuangan
akhirnya tidak di septic tank sebanyak 12,6%.
Keluarga yang memiliki tempat sampah dari hasil inspeksi pada tahun 2013 sebesar
120.901 KK, sedangkan rumah yang memiliki tempat sampah sehat sebanyak 93.830 KK
(77,6%) meningkat 2,86% dibanding tahun 2012 dimana jumlah rumah yang memiliki
tempat sampah sehat sebanyak 87.481 KK (74,77%). Indikator untuk menilai tempat
sampah sehat adalah tempat sampah organik dan anorganik dipisah dalam tempat yang
kedap air dan tertutup.
Pengelolaan air limbah dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2013, jumlah rumah yang
memiliki pengelolaan air limbah sehat sebanyak 99.796 KK (83,5%). Kondisi ini
meningkat 9,3% bila dibandingkan tahun 2012 jumlah rumah yang memiliki pengelolaan
air limbah sehat sebanyak 87.867 KK (74,2%).
Berbagai upaya yang dilakukan pada tahun 2013 untuk meningkatkan kepemilikan
maupun pemanfaatan sarana sanitasi sehat adalah melalui penyuluhan, pemberdayaan
masyarakat dibidang sanitasi melalui pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 30
desa dan pemberian stimulant untuk pembuatan percontohan sarana sanitasi di wilayah
binaan dan desa resiko tinggi sanitasi. Stimulan percontohan sarana sanitasi dasar
diberikan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga di institusi pendidikan (sekolah)
sebanyak 7 sekolah berupa sarsandas sekolah (pembuatan wc sekolah 2 pintu) dan
percontohan sarana CTPS (cuci tangan pakai sabun).
6. Keluarga Berencana
a. Peserta KB Baru
Jumlah PUS di wilayah kerja puskesmas tegal angus tahun 2012 adalah 13.940 dengan
peserta KB baru sebanyak 3374 pasangan (24,2%). Jumlah ini masih rendah, hambatan
yang dihadapi antara lain tingkat pendidikan penduduk yang masih rendah, larangan
suami atau orang tua untuk ber-KB. Oleh karena itu edukasi melalui penyuluhan harus
terus dilakukan.
b. Peserta KB Aktif
Jumlah peserta KB aktif sebanyak 9.808 pasangan (70,4%). Jumlah ini juga masih sangat
rendah. Salah satu hambatannya adalah tingkat ekonomi yang rendah karena alat
kontrasepsi yang tidak lagi disubsidi. Akan tetapi untuk masyarakat miskin biaya ini
ditanggung oleh jaminan kesehatan masyarakat miskin sehingga jumlah peserta KB aktif
diharapkan dapat meningkat pada tahun mendatang.
7. Tempat-Tempat Umum
Tempat pengelolaan makanan tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan
pengolahan makanan yang meliputi tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyediaan makanan dan pendistribusian makanan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan
yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-
kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Upaya penyehatan makanan
ditujukan untuk melindungi masyarakat dan konsumen terhadap penyakit penyakit yang
ditularkan melalui makanan dan mencegah keracunan makanan. Upaya tersebut pada
dasarnya menyangkut orang yang menangani makanan, tempat pengolahan makanan dan
proses pengolahannya, kendala dan permasalahan yang belum dapat ditangani adalah
masih rendah hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan.
Hasil pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat umum dan pengolahan
makanan tahun 2011-2013 menunjukan hasil sebagai beikut :
1. Jasa Boga
Pemeriksaan hygiene sanitasi jasa boga dilakukan dalam rangka pemberian
sertifikasi jasa boga dan uji petik terhadap jasa boga yang telah memiliki sertifikat
laik sehat. Hasil pemeriksaan sarana jasa boga tahun 2013 dari 45 sarana yang telah
dari 45 sarana yang telah diperiksa sebanyak 28 (62,22%) memenuhi syarat. Sampai
tahun 2013 perusahaan jasa boga yang telah memiliki sertifikat laik sehat sebanyak
34 (23,44%) perusahaan dari 145 perusahaan jasa boga yang terdaftar di dinas
kesehatan. Upaya yang telah dilakukan untuk menigkatkan presentase jasa boga yang
memiliki sertifikat laik sehat adalah mengadakan kursus hygiene sanitasi yang
dilakukan secara periodik dan membuat surat edaran bahwa semua jasa boga
penyedia makanan karyawan untuk perusahaan yang menyediakan karyawan wajib
memiliki sertifikat laik sehat. Uji petik pemeriksaan bakteriologi dilakukan terhadap
sampel makanan, usap dubur penjamah dan usap alat yang digunakan dalam
mengolah makanan.
2. Rumah Makan/Restoran
Hasil Pemeriksaan sarana tangga/restoran dari 100 sarana rumah tangga/restoran
yang diperiksa pada tahun 2013 didapatkan 85 orang yang memenuhi syarat (85%).
Selain itu dari 256 sarana rumah makan restoran diperoleh 17 sarana yang memiliki
sertifikat baik sehat rumah makan restoran (6,64%).
3. Industri Rumah Tangga Pangan
Hasil Pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan yang dilakukan pada tahun
2013 sebanyak 120 sarana, 97 sarana (80,83%) memenuhi syarat dan telah
tersertifikasi/memiliki izin edar untuk produk pangan yang diproduksi. Uji petik
pemeriksaan sarana industri rumah tangga pangan dilakukan terhadap sarana industri
rumah tangga pangan yang telah memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT) dan industri rumah tangga pangan yang ingin
mendapatkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Pangan (SPP-IRT).
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan industri rumah tangga pangan yang
memiliki SPP-IRT dengan mengadakan Penyuluhan Keamanan Pangan bagi
pengusaha dan penanggung jawab produksi. Uji petik pemeriksaan kualitas makanan
hasil industri rumah tangga pangan dilakukan pada berbahaya (formalin, boraks,
rhodamin b, methanyl yellow).
4. Depot Air Minum
Hasil pemeriksaan sarana Depot Air Minum (DAM) pada tahun 2013 dilakukan di
100 sarana, 28 sarana (28%) diantaranya Memenuhi Syarat (MS). Masih rendahnya
sarana Depot Air Minum yang memenuhi syarat karena masih rendahnya hiegene
sanitasi sarana dan hiegene sanitasi perorangan. Uji petik pemeriksaan depot air
minum meliputi pemeriksaan kualitas air minum baik secara kimia, fisika, dan
bakteriologi.
Sampai tahun 2013 dari 414 sarana Depot Air Minum hanya 6 sarana yang memiliki
sertifikat sehat. Kendala masih rendahnya sarana depot air minum yang memiliki
sertifikat sehat adalah pengusaha sudah bisa melakukan kegiatan operasional tanpa
rekomendasi dari Dinas Kesehatan.
5. Angka Bebas Jentik
Nyamuk aedes aegypti merupakan binatang yang menularkan penyakit demam
berdarah dengue (DBD). Tempat perindukan/sarang nyamuk harus diperiksa dan
dibersihkan secara rutin minimal satu minggu sekali untuk menghambat
perkembangbiakan nyamuk. Gerakan desa bebas jentik dan penyuluhan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus dilakukan untuk memotivasi masyarakat
agar melakukan PSN terus menerus. Karena cara inilah yang paling efektif untuk
memutus rantai penularan penyakit DBD. Pencapaian Angka Bebas Jentik (ABJ)
pada tahun 2013 berdasarkan hasil pemeriksaan pada 143.971 rumah/bangunan,
sebanyak 113.476 rumah/bangunan (78,82%) tidak ditemukan jentik nyamuk.
Diperlukan dukungan dari semua pihak untuk mendorong kebiasaan pemberantasan
nyamuk secara teratur.
6. Institusi Yang Dibina
Institusi meliputi sarana pelayanan kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan
perkantoran. Persyaratan institusi sehat diantaranya persyaratan bangunan,
ketersediaan sarana sanitasi yang memenuhi kualitas dan kuantitas serta persyaratan
kebersihan suatu institusi. Tahun 2013 dari 4.047 institusi yang ada sebanyak 2.711
(67%) institusi yang dibina memenuhi syarat kesehatan.
1.2.8. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat TB
Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus, didapatkan
kasus baru pada:
Laki-laki : 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 21 orang dari 26.160 orang
Total : 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki : 94.0
Perempuan : 80.0
Total : 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki : 13 orang
Perempuan : 14 orang
Total : 27 orang
c) CDR
Laki-laki : 48.15
Perempuan : 50.0
Total : 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus, 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki : 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang
Total : 2.277 orang dari 53.831 orang
b) Jumlah kasus yang ditangani
Laki laki : 394 orang (33.7%)
Perempuan : 553 orang (50%)
Total : 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus, 2012
3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
yaitu:
a) Jumlah ibu yang bersalin : 928 orang dari 1.025 persalinan
b) Jumlah ibu yang nifas : 1.025 orang
c) Yankes : 1.022 orang
Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus, 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban : 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa : 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan
puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah : 3.106
3. Keluarga yng diperiksa : 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
6. Air Minum
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa : 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan : (-)
2. Ledeng : 25 keluarga
3. Air isi ulang : 89 keluarga
4. Sumur terlindung : 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut
kecamatan dan puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa : 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut
kecamatandan puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Keluarga yang diperiksa :1.260
3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus, 2013
Tabel 1.16.Sarana Pelayanan Kesehatan
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Poskesdes 1 Unit
2 Pos KB Keluarga -
3 Posyandu 6 Unit
4 Pos Mandiri -
5 Klinik Bersalin/ BKIA -
6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit
7 Praktek Bidan 4 Unit
8 Paraji 4 Orang
9 Keluarga Berencana
a. Jumlah Pos/ Klinik KB : -
b. Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) : 334 Pasang
c. Jumlah Akseptor KB :
1) Pil : 127 orang
2) IUD : 14 orang
3) Kondom : - orang
4) Suntik : 190 orang
5) Implan : 13 orang
1.2.9 Gambaran Keluarga Binaan
1. Keluarga Tn. Indra
a. Data Dasar Keluarga Tn. Indra
Keluarga binaan Tn. Indra terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu keluarga Tn. Indra
sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Tukinem, dan seorang anak perempuan
bernama Nn. Tina.
Tabel. 1.17. Data dasar Keluarga Tn. Indra
No Nama Status Keluarga Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. Indra Kepala
Keluarga
L 27 SD Nelayan
2. Ny. Tukinem Istri P 24 Tidak
bersekolah
Ibu rumah
tangga
3. Nn. Tina Anak pertama P 4 Belum
sekolah
-
Keluarga Tn. Indra bertempat tinggal di kampung Garapan RT 05/RW06. Desa Tanjung
Pasir, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Indra sebagai kepala keluarga
dengan seorang istri yang bernama Ny. Tukinem dan seorang anak perempuan bernama Nn.
Tina.
Tn. Indra, berusia 27 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan dengan penghasilan berkisar
Rp 50.000,00 per hari. Pendapatan Tn. Indra digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti membeli air, makanan, pengobatan, dan lain-lain.
Tn. Indra mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan hingga
lulus Sekolah Dasar (SD). Istrinya, Ny. Tukinem, yang berusia 24 tahun, bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Ny. Tukinem tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Pasangan ini
menikah saat Tn. Indra berumur 22 tahun dan Ny.Tukinem berusia 19 tahun. Saat hamil,
Ny.Tukinem rutin memeriksakan kandungannya di posyandu dan saat melahirkan dibantu
oleh dukun beranak.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Indra tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan luas
tanah sekitar 60 m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 4 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat, berlantaikan keramik, beratap genteng dengan plafon rotan, dan dindingnya
terbuat dari batu bata. Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dan jendela yang jarang
dibuka sehingga rumah tersebut jarang dimasuki cahaya matahari dan sirkulasi udara tidak
berjalan dengan baik. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, ruang dapur
dan kamar mandi yang tidak terdapat jamban. Keluarga ini menggunakan kamar mandi yang
terdiri dari bak mandi, untuk mandi, mencuci piring dan mencuci pakaian. Jika buang air
besar, mereka selalu pergi ke jamban yang berada di ± 300 meter. Selain digunakan oleh
anggota keluarga Tn. Indra, jamban ini juga sering digunakan oleh warga lain yang berada di
sekitar rumah.
Keluarga Tn. Indra sering menggunakan air dirigen sebagai sumber air untuk keperluan
sehari-hari yang dibelinya seharga Rp 1000 per derigen. Dalam sehari kelurga Tn. Indra
memerlukan 8 dirigen untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Indra memiliki pekarangan di samping rumah. Dalam membuang limbah
rumah tangga (sampah), Tn. Indra dan keluarga sering membuang dan mengumpulkan
sampah di dapur dan jika dirasa sudah cukup banyak, sampah dibakar di belakang rumah.
Gambar 1.3. Denah Ruman Tn. Indra
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Indra terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan terdapat
jalan setapak, bagian belakang terdapat empang, tempat pembuangan dan pembakaran
sampah dan di bagian kanan dan kiri terdapat rumah tetangga. Limbah cair dialirkan ke
jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Indra memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Tukinem memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu,
tempe, dan terkadang makan ikan atau ayam. Menurut penuturannya Ny. Tukinem semua
makanan dimasak sampai matang. Ny. Tukinem terkadang membeli makanan di luar jika
sedang malas memasak.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Anak pertama pasangan Tn. Indra dan Ny. Tukinem adalah seorang anak perempuan,
bernama Nn. Tina yang sekarang berusia 4 tahun. Proses kelahiran ditolong oleh dukun bayi.
Sejak lahir Nn. Tina sering dibawa ke posyandu dan mendapatkan imunisasi yang lengkap,
akan tetapi Ny. Tukinem tidak mengerti imunisasi apa yang diberikan kepada anaknya, ia
hanya menuruti anjuran dari Posyandu. Nn. Tina diberikan ASI eksklusif sampai dengan
usia 6 bulan, setelah 6 bulan Ny. Tukinem mulai memberikan makanan tambahan ASI
seperti bubur nasi. Saat ini Ny. Tukinem menjalani program Keluarga Berencana (KB).
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn.Indra untuk mengobati
anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn. Indra lebih
memilih untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Indra jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya jarang
ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering diderita anggota
keluarga Tn. Indra adalah sakit demam, batuk, dan pilek.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Di keluarga Tn. Indra tidak ada yang merokok selain Tn. Indra. Keluarga Tn. Indra
mengaku mencuci tangan sebelum makan dan jika tangan tampak kotor tetapi tidak
menggunakan sabun. Kebiasaan berolahraga tidak ada.
Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Indra
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Indra semasa muda sampai sekarang memiliki
kebiasaan merokok. Tn. Indra dalam sehari dapat
merokok kurang lebih 3 bungkus rokok/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Tukinem memasak sendiri dengan mengkonsumsi
nasi, tahu, tempe, jarang mengkonsumsi buah-buahan,
dan daging.
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, mereka pergi ke puskesmas terdekat dan
terkadang datang ke bidan keliling.
5 Menabung Tn. Indra dan istrinya rajin menyisihkan pendapatannya
untuk ditabung, namun mereka belum menabung pada
bank.
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai nelayan, bekerja setiap hari dari
jam 11 pagi sampai jam 6 sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama masih balita.
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Indra, ada yang menggunakan alat
Kontrasepsi yaitu Ny. Tukinem menggunakan
kontrasepsi jenis pil 3 bulan
Tabel 1.19 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Indra
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 4 m2
2. Ruangan dalam rumah Didalam Rumah terdapat Ruang Tamu yang
berukuran 3 x 2 m2. Dua kamar tidur masing-masing
berukuran 3 x 3 m2. Di dalam kamarnya terdapat
kasur dan lemari pakaian. Dapur Tn. Indra berukuran
3 x 2m2 dan tidak disertai dengan ventilasi udara.
Kamar mandi berukuran 5 x 1m2dan tidak disertai
dengan jamban.
3. Jamban Keluarga Tn. Indra tidak memiliki jamban di
rumahnya
4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara hanya pada ruang tamu.
hanya terdapat ventilasi 4 buah pada ruang tamu.
5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di
kamar tidur.
b. Terdapat 2 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur dan kamar mandi.
5. MCK a. Hanya Memiliki kamar mandi yang juga
digunakan sebagai tempat mencuci pakaian dan
menjemur pakaian
b. Tidak terdapat jamban di kamar mandi
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Indra menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli dirigen untuk kebutuhan air
minum sehari-hari.
7. Saluran pembuangan
limbah
Tidak terdapat saluran pembuangan limbah, air
limbah dialirkan ke jalan.
8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga dibuang disebelah rumah, bila
sampah telah banyak, lalu dibakar.
9. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah
tetangga yang hanya berjarak satu meter. 3 meter
dari tempat tersebut banyak tumpukan sampah serta
kandang ayam yang tampak tidak bersih. Sedangkan
disamping kiri berjarak 10 meter dari banyak rumah
tetangga yang padat.
Keluarga Binaan Tn. Samun
Tabel 2.1 Data Dasar Keluarga Tn. Samun
No Nama Status Keluarga Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan
1. Tn.Samun Kepala keluarga Laki-laki 35 tahun Tidak
bersekolah
Wiraswasta
2. Ny.Rohamah Istri Perempuan 26 tahun Tidak
bersekolah
Wiraswasta
3. An. Guntur Anak Laki-laki 7 tahun SD Pelajar
4. An. Elfi Anak Perempuan 3 tahun Belum
sekolah
-
Keluarga Tn. Samun bertempat tinggal di RT 01/RW 03 Kampung Gaga,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga
tersebut terdiri dari Tn. Samun sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang
bernama Ny. Rohamah dan empat orang anak, anak bernama Guntur dan anak
bernama Elfi.
Tn. Samun berusia 35 tahun dan bekerja sebagai wiraswasta berupa pedagang
warung dan alat-alat pancing dengan penghasilan berkisar Rp.50.000,00-
Rp.100.000,00 perhari. Pendapatan Tn. Samun ini tidak menentu setiap harinya
namun dalam sebulan biasanya sekitar Rp.1.500.000,00 – Rp.3.000.000,00 per
bulan. Pendapatan ini menurut Ny. Rohamah cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Tn. Samun tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Istrinya, Ny. Rohamah
berusia 26 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga dan ikut membantu usaha
suaminya. Ny. Rohamah juga tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah. Anak
pertama pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah seorang laki-laki berusia 7 tahun
dan bersekolah di sekolah dasar kelas 2 dan anak kedua Tn. Samun dan
Ny.Rohamah seorang perempuan berusia 3 tahun. Karena letak sekolah cukup
dekat dari rumah maka anak pertama berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.
Tn. Samun memberikan uang saku untuk anak pertamanya sebesar Rp.2.000,00
per hari. Tempat tinggal yang sekarang mereka huni merupakan milik pribadi dan
bukan warisan, mereka tinggal berempat di dalam rumah tersebut.
Keluarga Tn. Samun tinggal di rumah dengan luas bangunan berukuran 66
m2 dan tidak bertingkat. Rumah ini terdiri dari ruang tamu berukuran 4 m x 3 m,
satu kamar tidur yang berukuran 3 m x 3 m, satu ruang keluarga yang juga
berfungsi sebagai kamar tidur berukuran 5 m x 3 m, kamar mandi berukuran 2 m x
2 m, dua dapur yang berukuran masing-masing 2 m x 3 m dan 2 m x 2 m, dan satu
gudang berukuran 3 m x 2 m.
Rumah Tn. Samun ini terletak di pinggir jalan raya. Rumah ini berlantaikan
keramik. Atap rumah terbuat dari genteng, beberapa bagian plafon sudah ada yang
bolong namun Ny. Rohamah mengatakan rumahnya tidak bocor saat datang hujan.
Sedangkan seluruh dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah
ini memiliki empat buah jendela di ruang tamu yang masing-masing berukuran 1
m x 60 cm dan dua buah jendela di kamar paling depan yang berukuran 1 m x 60
cm sedangkan ruang keluarga mempunyai dua buah jendela yang berukuran 1 m x
60 cm. Jendela tersebut berfungsi sebagai ventilasi untuk aliran keluar masuk
udara atau masuknya cahaya sinar matahari kedalam rumah. Jumlah total ventilasi
dibandingkan dengan total luas lantai yaitu 5,4% sehingga tidak memenuhi kriteria
ventilasi rumah sehat yaitu 10%. Rumah ini tidak berlangganan listrik secara
resmi, dengan fasilitas empat buah lampu dan satu buah televisi. Di samping
rumah Tn. Samun terdapat selokan. Limbah rumah tangga Tn.A mengalir melalui
selokan. Keadaan selokan, air mengalir cukup lancar tetapi ada beberapa sampah
yang menggenang.
Keluarga ini memiliki kamar mandi dengan jamban. Untuk mandi dan
kebutuhan air sehari-hari keluarga ini menggunakan air PAM. Air PAM yang
didapat diperoleh dengan cara membeli air PAM yang dijual oleh warga sekitar.
Dalam sehari keluarga tersebut membutuhkan lima sampai enam jerigen air PAM
(satu jerigen = 20 liter). Satu jerigen air PAM seharga Rp.5.000,00.
Keluarga Tn. Samun biasa membuang sampah di tempat sampah samping
rumah mereka. Sampah akan dibakar jika sudah menumpuk.
Keluarga Tn. Samun memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Rohamah
jarang memasak makanan karena lebih sering membantu usaha suaminya dan
apabila memasak dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari
ialah tahu, tempe dan sayur terkadang juga memasak ikan. Ny. Rohamah memasak
tanpa membatasi jumlah garam untuk makanan Tn. Samun. Semua makanan
dimasak sampai matang dengan menggunakan kompor gas 3 kg. Peralatan makan
yang digunakan terbuat dari plastik. Karena tidak memiliki ruang makan, keluarga
ini biasanya makan di ruang keluarga atau ruang tamu. Ny. Rohamah juga sering
membiarkan kedua anaknya jajan di warung maupun makan makanan ringan
dikarenakan ia jarang memasak. Sehingga terkadang anak-anaknya lebih suka
makan jajanan di luar daripada makan di rumah.
Anak pertama pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah yaitu Guntur,
bersekolah kelas 2 sekolah dasar. Guntur sehari-harinya pergi ke sekolah dan
membantu ayahnya. Anak kedua pasangan Tn. Samun dan Ny.Rohamah yaitu Elfi
yang berumur 3 tahun. Ny. Rohamah mengatakan jika keluar rumah anak-anaknya
selalu memakai sendal.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli obat
warung terlebih dahulu. Namun, jika dengan obat warung keadaannya tidak juga
membaik barulah dibawa ke praktik dokter terdekat. Dalam keluarga Tn. Samun,
hanya beliau yang merokok. Tn. Samun merupakan perokok aktif. Sehari biasa
menghabiskan setengah bungkus rokok. Tn. Samun merokok sejak remaja. Tn.
Samun merokok dimana saja sesukanya. Penyakit darah tinggi diakui diketahui
sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu, namun Tn. Samun malas berobat.
Dari keterangan Ny. Rohamah kedua anaknya lahir di paraji. Dia tidak pernah
memberikan imunisasi kepada kedua anaknya karena menurut Tn. Samun
imunisasi tidak terlalu penting. Tetapi, sewaktu kecil keempat anak Ny. Rohamah
selalu diberikan ASI selama dua tahun. Ny. Rohamah sudah mulai memberikan
makanan pendamping ASI kepada anak keduanya saat berumur 4 bulan. Ny.
Rohamah memberikan makanan pendamping kepada anak keduanya saat berusia 4
bulan dikarenakan menurutnya anaknya sudah bisa makan dengan baik. Makanan
yang diberikan lunak seperti buah pisang. Ny. Rohamah juga mengatakan bahwa
dirinya juga memakai KB suntik per tiga bulan dan sudah memakai selama 6 tahun
karena menurut Ny. Rohamah ia merasa cukup dengan dua orang anak.
Gambar 2.1 Denah Rumah Keluarga Tn. Samun
Tabel 1.21 Faktor Internal Keluarga Tn. Samun
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Samun
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 66 m2
2.22 Ruangan dalam rumah Rumah ini terdiri dari ruang tamu berukuran 4 m x 3
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Samun merokok sekitar satu sampai dua bungkus
dalam satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini
dilakukan di dalam dan di luar rumah. Semakin banyak
pekerjaan, biasanya Tn.Samun juga semakin banyak
menghabiskan rokoknya, yakni bisa lebih dari dua
bungkus rokok dalam sehari
2 Olah raga Keluarga Tn. Samun terkadang berolahraga dengan
jalan pagi disekitar rumahnya.
3 Pola Makan Ny. Rohamah memasak sendiri dengan komposisi
makanan seperti nasi, tahu, tempe, ikan, dan jarang
memakan sayur, buah-buahan, apalagi susu. Ny.
Rohamah juga jarang memasak sendiri. Ny Rohamah
juga menggunakan penyedap rasa untuk memasak.
Anak-anaknya lebih suka jajan di luar daripada makan
di rumah
4 Pola Pencarian
Pengobatan
Apabila sakit, Tn. Samun membeli obat warung atau ke
pratek dokter dekat rumahnya.
5 Aktivitas sehari-hari Tn. Samun bekerja menjual alat-alat pancing
6 Penggunaan Alat
Kontrasepsi
Istri Tn.A menggunakan alat kontrasepsi berupa KB
suntik per 3 bulan
7 Penyakit Tn. Samun mempunyai riwayat penyakit darah tinggi
2 m, satu kamar tidur yang berukuran 3 m x 3 m, satu
ruang keluarga yang juga berfungsi sebagai kamar
tidur berukuran 5 m x 3 m, kamar mandi berukuran
2 m x 2 m, dua dapur yang berukuran masing-
masing 2 m x 3 m dan 2 m x 2 m, dan satu gudang
berukuran 3 m x 2 m.
3. 3. Ventilasi Rumah Tn. Samun memiliki empat buah jendela di
ruang tamu yang masing-masing berukuran 1 m x 60
cm dan dua buah jendela di kamar paling depan
yang berukuran 1 m x 60 cm sedangkan ruang
keluarga mempunyai dua buah jendela yang
berukuran 1 m x 60 cm
4. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di
kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur dan kamar mandi.
5. MCK c. Memiliki kamar mandi
d. Memiliki jamban
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Samun menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Serta membeli air galon isi ulang untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.
7. Saluran pembuangan
limbah
Terdapat saluran pembuangan limbah (Selokan) di
samping rumah Tn.A. pada selokan di temukan
beberapa sampah yang menggenang.
8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga dibuang di sebelah rumah,
bila sampah telah banyak, lalu dibakar.
9. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah
tetangga yang hanya berjarak setengah meter.
10 Jamban Pada keluarga Tn. Samun terdapat jamban
Keluarga Tn. Ahmad
a. Data Dasar Keluarga Tn. Ahmad
Keluarga binaan Tn. Ahmad terdiri dari 5 anggota keluarga, yaitu Tn. Ahmad
sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Ratih berusia 32 tahun. Anak ke 1
bernama An. Arya berusia 9 tahun. Anak ke 2 bernama An. Putri berusia 6 tahun, anak
ke 3 bernama An. Doni berusia 3 tahun.
Tabel. 1.23 Data dasar Keluarga Tn. Ahmad
Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. Ahmad Kepala
Keluarga
L 32 SMP Nelayan
2. Ny. Ratih Istri P 32 - Ibu Rumah
Tangga
3. An. Arya Anak L 9 SD Pelajar
4. An. Putri Anak P 6 SD Pelajar
5. An. Doni Anak L 3 - -
Keluarga Tn. Ahmad bertempat tinggal di kampung Garapan RT 05/RW06. Desa Tanjung
Pasir, Kabupaten Tangerang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. Ahmad sebagai kepala
keluarga, istrinya bernama Ny. Ratih, dengan tiga orang anak bernama An. Arya, An. Putri,
dan An. Doni. Tn. Ahmad, berusia 36 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan dengan
penghasilan berkisar Rp 50.000,00 per hari. Pendapatan Tn. Ahmad digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air, makanan, pengobatan, dan lain-
lain.
Tn. Indra mampu membaca dan menulis karena dia sempat mengenyam pendidikan
hingga lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Istrinya, Ny. Ratih, yang berusia 32 tahun,
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ny. Ratih tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah.
Pasangan ini menikah saat Tn. Ahmad berumur 26 tahun dan Ny.Ratih berusia 22 tahun. Saat
hamil, Ny.Ratih rutin memeriksakan kandungannya di posyandu dan saat melahirkan ketiga
anaknya dibantu oleh dukun beranak.
b. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Ahmad tinggal di perumahan yang padat. Rumah ini milik sendiri, dengan
luas tanah sekitar 90 m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantaikan semen, beratap asbes dengan plafon rotan, dan dindingnya
terbuat dari rotan. Rumah dari keluarga Tn. Ahmad memiliki ventilasi yang cukup baik dan
sirkulasi udara yang baik. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, ruang
dapur, dan memiliki kamar mandi serta terdapat jamban. Keluarga Tn. Ahmad sering
menggunkan air dirigen sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari yang dibelinya
seharga Rp 1000 per derigen. Dalam sehari kelurga Tn. Ahmad memerlukan 5 dirigen
untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.
Keluarga Tn. Ahmad dalam membuang limbah rumah tangga (sampah) dengan cara
membuang dan mengumpulkan sampah di dapur dan jika dirasa sudah cukup banyak,
sampah dibakar di belakang rumah.
Gambar 2.2 Denah Ruman Tn. Ahmad
c. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Ahmad terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di bagian depan
terdapat jalan setapak dan tidak memiliki halaman, bagian belakang terdapat tumpukan
sampah yang belum dibakar, tempat pembuangan, dan jarak yang berdempetan antar
rumah. Limbah cair dialirkan ke jalan.
d. Pola Makan
Keluarga Tn. Ahmad memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Ratih memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu
atau tempe, dan sering makan ikan asin. Menurut penuturannya Ny. Isni semua makanan
dimasak sampai matang. Ny. Isni tidak pernah membeli makanan di luar.
e. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Pasangan Tn. Ahmad dan Ny. Ratih dikaruniai sebanyak 3 anak, Ny. Ratih memberikan
ASI pada ketiga anaknya dari sejak lahir sampai usia 6 bulan dan diganti dengan makanan
pengganti ASI berupa bubur bayi tanpa campuran sayur atau buah. Saat ini Tn. Ahmad dan
Ny. Ratih menjalani program Keluarga Berencana (KB) berupa suntik setiap 3 bulan.
f. Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
Biasanya ada juga bidan keliling yang mendatangi pemukiman Tn. Ahmad untuk
mengobati anggota warga yang sakit. Namun jika ada anggota kelurga yang sakit, Tn.
Ahmad lebih memilih untuk datang langsung ke Puskesmas.
g. Riwayat Penyakit
Keluarga Tn. Ahmad jarang berobat ke Puskesmas karena menurutnya keluarganya
jarang ada yang sakit dan lebih memilih membeli obat warung. Penyakit yang sering
diderita anggota keluarga Tn. Ahmad adalah batuk dan pilek.
h. Perilaku Dan Aktivitas Sehari-Hari
Tn. Ahmad adalah seorang perokok. Keluarga Tn. Ahmad mengaku mencuci tangan
sebelum makan dan jika tangan tampak kotor tetapi tidak menggunakan sabun. Kebiasaan
berolahraga tidak ada.
Tabel 1.24 Faktor Internal Keluarga Tn. Ahmad
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan merokok Tn. Ahmad memiliki kebiasaan merokok
2 Olahraga Semua anggota keluarga tidak memiliki
kebiasaan berolahraga
3 Pola makan a. Keluarga Tn. Ahmad memiliki kebiasaan
makan dua kali sehari. Ny. Ratih memasak
makanan dengan menu seadanya, contoh menu
yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu atau
tempe dan sering makan ikan asin.
b. Ketiga anaknya mendapatkan ASI eksklusif
sejak lahir sampai usia 6 bulan dan setelah itu
diberi makanan pengganti berupa bubur bayi
tanpa campuran sayur atau buah.
4 Pola pencarian pengobatan Ketika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga ini biasanya berobat ke puskesmas.
5 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Ahmad bekerja sebagai nelayan dengan
penghasilan Rp 50.000/hari
b. Ny. Ratih bekerja sebagai ibu rumah tangga
c. An. Arya dan An. Putri berusia 9 tahun dan 6
tahun, keduanya saat ini masih duduk di bangku
SD
d. An. Doni merupakan balita berusia 3 tahun
6 Kontrasepsi Pada keluarga Tn. Ahmad tmenggunakan alat
kontrasepsi berupa suntik
Tabel 1.25 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ahmad
No Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luas rumah ± 8 x 6 m
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran
2,5x3m yang juga menjadi ruang keluarga, dan dua
kamar tidur berukuran 2,5x2m, dapur berukuran
3x3 cm, kamar mandi berukuran 2x2 m
3. Jamban Pada keluarga Tn. Ahmad memiliki jamban di
rumah
4. Ventilasi Terdapat ventilasi yang baik
5. Pencahayaan Terdapat pencahayaan yang cukup pada rumah
keluarga Tn. Ahmad
6. MCK Memiliki kamar mandi dan terdapat jamban.
7. Sumber air Terdapat sumur untuk kebutuhan mencuci dan
mandi dan air untuk minum didapat dengan
membeli air PAM keliling.
8. Saluran pembuangan limbah
Limbah rumah tangga cair dialirkan ke jalan
9. Tempat pembuangan sampah
Sampah dibuang di belakang rumah, lalu kemudian
ditumpuk jika penuh lalu di bakar
10. Lingkungan sekitar rumah
Di samping kanan dan kiri terdapat rumah tetangga
yang berdempetan, di depan rumah terdapat jalan
setapak dan tidak memiliki halaman, serta belakang
rumah terdapat tumpukan sampah yang belum
dibakar.
1.3 Penentuan Area Masalah
I.3.1 Rumusan Area Masalah
Berdasarkan wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan yang
bertempat tinggal di RT 05/RW 06, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka
dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Balita” Dalam pengambilan sebuah masalah
kelompok kami menggunakan Metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik
membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, Proses penetapan Metode Delphi
dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
Gambar 1.6 Proses Metode Delphi
Setelah mendapatkan data sekunder dari puskesmas selanjutnya diidentifikasi langsung pada
3 keluarga binaan dan setelah melakukan identifikasi ke beberapa rumah keluarga binaan di
Kampung Garapan, Tanjung Pasir. Kami mengangkat masalah ini dengan berbagai
pertimbangan dan alasan :
1. Berdasarkan hasil presurvey didapatkan perilaku keluarga binaan tentang pengetahuan
pola makan pada balita termasuk dalam kategori kurang dengan presentase 50,8 %.
2. Berdasarkan observasi ke keluarga binaan didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan
tentang pola makan yang baik pada balita.
3. Berdasarkan hasil presurvey didapatkan bahwa kesadaran tentang pemberian makanan
yang baik dan sehat pada balita masih kurang.
4. Berdasarkan hasil presurvey didapatkan bahwa setiap keluarga binaan belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang pola makan pada balita.
1.3.2. Area Masalah Diagnosis Komunitas
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, memutuskan untuk mengangkat
permasalahan “Pengetahuan Tentang Pola Makan pada Balita Di Keluarga Binaan Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 07
September 2015 – 12 Oktober 2015”.