sifat kologatif larutan
DESCRIPTION
Laporan LengkapTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila ke dalam air mendidih dimasukkan sejumlah garam dapur, maka air
akan segera berhenti mendidih dan beberapa saat kemudian akan mulai
mendidih kembali. Dari contoh tersebut, dapat kita ketahui bahwa terdapat
perubahan fisis dari suatu zat bila ke dalamnya dilarutkan sejumlah zat lain.
Tentu jumlah zat terlarut mempengaruhi sifat fisis larutan. Sifat fisis larutan
yang berkaitan dengan jumlah zat terlarut suatu poelarut disebut sifat koligatif
larutan.
Di alam hampir sudah tidak ditemukan zat air murni. Hampir semua
cairan yang ada berbentuk campuran atau larutan. Larutan merupakan
campuran homogen antara dua atau lebih zat. Adanya interaksi antara zat
terlarut dan pelarut dapat berakibat terjadinya perubahan fisis dari
komponen-komponen penyusun larutan tersebut. Hal ini juga tentu
berpengaruh terhadap sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat
larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat pelarut di dalam
larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut.
Jumlah partikel zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan konsentrasi
larutan.
Konsentrasi menyatakan komposisi secara kuintatif perbandingan zat
terlarut dengan pelarut dan larutan. Ada beberapa cara untuk menyatakan
secara kuintatif komposisi tersebut, antara lain adalah molaritas, molalitas,
dan fraksi mol. Ketiganya akan menjadi dasar untuk mempelajari sifat
koligatif larutan. Dan sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis yaitu sifat
koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif non elektrolit.
Sifat koligatif larutan penting untuk dipahami karena sangat berhubungan
dengan dunia farmasi dalam proses pembuatan cairan infus, di mana
tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena
mempertimbangkan tekanan osmosis.
Konsep ini penting untuk penggantian cairan tubuh yang tidak bisa
dimasukkan melalui pembuluh darah cairan infus. Cairan infus harus isotonis
dengan cairan darah karena jika tidak, maka akan terjadi kerusakan pada sel
darah. Oleh karena itu konsentrasinya perlu disesuaikan. (Sudarmo, 2006)
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami sifat-sifat koligatif larutan.
2. Tujuan Percobaan
a. Menunjukkan penurunan titik beku dan memperoleh konstanta
penurunan titk beku.
b. Menunjukkan pengaruh tonisitas pada sel.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan penurunan titik beku dan konstanta titik beku asam stearat
dengan menggunakan asam benzoat sebagai zat terlarut yang diamati titik
lelehnya ditandai dengan terbentuknya gelembung pada pipa kapilar.
Penentuan pengaruh tonisitas pada sel daun bawang, wortel, seledri, dan sel
darah dengan menggunakan pelarut aquades. Nacl 0,89%, Nacl 3%, glukosa 1
M dan glukosa 0,5 M yang diamati di bawah mikroskop dan dengan mata
telanjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya bergantung
pada banyaknya partikel zat terlarut bukan pada jenis zat atau komponen yang
ada dalam larutan. (Tim Dosen Kimia, 2000:28 )
Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing penyusunnya tidak dapat dibedakan secara
fisik.
Sebab-sebab kelarutan sering kali dikatakan bahwa kelarutan itu
disebabkan oleh gaya-gaya molekular. Dilihat dari kenyataan bahwa dua gas
bercampur dalam semua perbandingan dan memiliki kelarutan yang saling
tidak terbatas, pencampuran bukan disebabkan oleh aksi timbal-balik, tetapi
oleh gerak molekul dan kenyataan bahwa keadaan bercampur sangat mungkin
dari keadaan tidak bercampur. Kelarutan timbal balik gas karenanya adalah
aspek dari awal statistik hukum kedua.
Pada larutan elektrolit mengalami peruraian (disosiasi), misalnya larutan
NaCl mengalami ionisasi menjadi ion Na dan Cl. Dalam pembahasan sifat-
sifat koligatif larutan elektrolit Van Hoff memodifikasi persamaan sifat
koligatif larutan non-elektrolit dengan menambahkan suatu ketetapan yang
sering disebut dengan faktor Van Hoff (i) di mana adalah perbandingan
antara harga sifat-sifat koligatif yang diukur dan harga sifat koligatif yang
terhitung.
Untuk larutan non-elektrolit, nilai i = 1 sedangkan untuk larutan elektrolit
nilai i ≠ 1.
i = sifat koligatif terukur
sifat koligatif terhitung
(Sumardjo, 2006:43)
Sifat koligatif larutan adalah sifat yang nilainya bervariasi, sebanding
dengan jumlah partikel-pertikel solut yang ada dalam larutan dengan volume
tertentu.
Terdapat empat sifat fisika yang penting dan berubah secara
perbandingan lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yaitu :
1. Penurunan Tekanan Uap
Jika suatu solut (yang tidak dapat menguap) dilarutkan dalam solven
(yang dapat menguap) tekanan uap larutan akan lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murni. Hal ini disebabkan
karena pada permukaan larutan terdapat interaksi antara zat terlarut dan
pelarut sehingga laju penguapan tersebut berkurang akibatnya tekanan
uap larutan menjadi turun. Selisih antara tekanan uap pelarut murni
dengan tekanan uap larutan disebut penurunan tekanan uap (ΔP).
: Diagram untuk pelarut
: Diagram untuk larutan
Pada suhu tertentu, tekanan uap pelarut murni Po atmosfer dan
tekanan uap larutan P atmosfer. Penurunan tekanan uap dirumuskan
sebagai :
ΔP = Po – P
Tekanan uap larutan ideal berlaku hukum Raoult :
P = X1 Po
Tek
anan
(at
m)
Po
P
Δp
cair
padat
gas
to C
Diagram Penurunan Tekanan Uap Larutan
karena X1 = (1- X2),
maka :
P = (1- X2) Po
= Po – X2 Po
ΔP = X2 Po
atau
X2 = ∆ PP °
Di mana X1 dan X2 masing-masing adalah fraksi mol pelarut dan zat
terlarut. Dari persamaan terlihat, harga ΔP berbanding lurus dengan
fraksi mol zat terlarut. Makin banyak partikel zat terlarut, berarti makin
besar pula penurunan tekanan uapnya. ΔP dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul zat terlarut yang sukar menguap dengan
mengukur tekanan uap larutan dan menghitung fraksi molnya. (Ahmad,
1996:76)
2. Kenaikan Titik Didih Larutan
Titik didih suatu larutan dapat lebih tinggi maupun lebih rendah
daripada titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu
menguap, dibandingkan dengan pelarutnya. Jika zat terlarut itu tak atsiri
(tidak menguap) misalnya gula, larutan air itu mendidih pada suatu
temperatur yang lebih tinggi daripada titik didih air.
Dalam hal larutan etil alkohol-air, etil alkohol (titik didih 78,3℃)
mempunyai kecendrungan yang lebih besar untuk menjadi uap air
daripada air. Tekanan uap larutan (jumlah tekanan uap etil alkohol dan
tekanan uap air) sama dengan tekanan atmosfer pada temperatur di
bawah 100℃. Artinya, titik didih larutan terletak di bawah titik didih air
murni. Hukum sifat koligatif tidak berlaku untuk larutan dengan zat-zat
terlarut atsiri, seperti larutan etil alkohol-air. (Keenan, dkk, 1984:436)
A = Titik didih air pada 100℃ dan tekanan uap 1 atm.
B = Titik pada 100℃ dan tekanan uap kurang dari 1 atm, di mana
larutan belum mendidih.
C = Titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih besar dari 100℃
di mana larutan mendidih.
Jika titik didih pelarut (Tb°) dan titik didih larutan (Tb), maka
kenaikan titik didih dapat dirumuskan ;
∆Tb = Tb - Tb°
Pada penentuan ∆Tb, satuan konsentrasi yang digunakan adalah
molalitas (m) karena tidak dipengaruhi oleh suhu. Satuan molaritas tidak
sesuai, karena suhu mempengaruhi volume larutan.
Besarnya kenaikan titik didih dirumuskan Raoult, sebagai ;
∆Tb = Kb m
atau
∆Tb = Kb x WM
x1000
P
di mana :
W = massa zat terlarut (g)
M = berat molekul zat terlarut (g/mol)
1 atm
Pcair
padat
gas
Tek
anan
(at
m)
ΔTb
Suhu 100 C
A
B
C
Diagram Tekanan Uap dan Kenaikan Titik Didih Larutan
P = massa zat pelarut (g)
Kb = tetapan kenaikan titik didih (℃/mol) (Chang, 2003:12)
3. Penurunan Titik Beku
Akibat lain dari turunnya tekanan uap larutan adalah turunnya titik
beku. Suhu pada saat larutan mulai membeku pada tekanan luar 1 atm
disebut titik beku. Titik beku normal air adalah 0℃.
Jika air murni didinginkan pada 0℃, maka air tersebut akan
membeku dan tekanan uap permukaannya sebesar 1 atm. Tetapi bila
dalam ke dalamnya dilarutkan zat terlarut yang sukar menguap seperti
gula, maka pada suhu 0℃ ternyata larutan belum membeku. Tekanan
uap permukaannya harus mencapai 1 atm. Hal ini dapat tercapai bila
suhu larutan diturunkan.
Setelah tekanan uap mencapai 1 atm, larutan akan membeku.
Besarnya titik beku larutan ini lebih rendah dari 0℃ atau lebih rendah
dari titik beku pelarutnya. Turunya titik beku larutan dari titik beku
pelarutnya disebut penurunan titik beku (∆Tf).
Jika titik beku pelarut Tf° dan titik beku larutan Tf maka penurunan
titik beku dapat dirumuskan :
∆Tf = Tf° - Tf
1 atm
P
cair
padat
gas
Tek
anan
(at
m)
ΔTf 0 C
A
B
C
Suhu C
Diagram Tekanan Uap dan Penurunan Titik Beku Larutan
A = Titik beku air pada 0℃ dan tekanan uap 1 atm.
B = Titik pada 0℃ dan tekanan uap kurang dari 1 atm, di mana larutan
belum membeku.
C = Titik pada tekanan uap 1 atm dan suhu lebih kecil dari 0℃
di mana larutan membeku.
Besarnya ∆Tf larutan juga dapat bergantung pada jumlah partikel zat
terlarut.
Menurut Raoult, untuk larutan yang sangat encer berlaku :
∆Tf = Kf m
atau
∆Tf = Kf x WM
x1000
P
di mana ;
W = massa zat terlarut (g)
M = berat molekul zat terlarut (g/mol)
P = massa zat pelarut (g)
Kf = tetapan kenaikan titik beku (℃/mol)
(Ketut, 2004:79-84)
4. Tekanan Osmotik (Osmosis)
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-molekul pelarut dari
encer ke larutan yang lebih pekat melalui selaput membran/penyekat
semipermeable.
Peristiwa osmosis kelihatanya berlawanan dengan pengalaman di
mana penyebaran partikel (difusi) umumnya terjadi dari larutan yang
konsentrasinya tinggi ke rendah. Pada osmosis larutan dipisahkan oleh
selaput semipermeable sehingga difusi terjadi dari arah sebaliknya.
Difusi ini hanya terjadi pada molekul-molekul pelarut atau zat-zat
yang berukuran kecil, sedangkan molekul berukuran besar tertahan oleh
membran.
Tekanan osmotik tergolong sifat koligatif, karena hanya bergantung
pada konsentrasi zat terlarut dan bukan pada jenisnya. Berrdasarkan
percobaan Van’t Hoff (1885) mendapatkan bahwa untuk larutan encer
rumusan tekanan osmotik mempunyai kesamaan dengan tekanan suatu
gas.
Pada suhu (T) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan
konsentrasi. Secara matematis ditulis :
π∝C (T tetap)
Pada konsentrasi (C) tetap, tekanan osmotik berbanding lurus dengan
suhu mutlaknya.
π∝T (C tetap)
Gabungan dari dua persamaan di atas, diperoleh :
π∝CT
atau
πCT
∝K (tetap)
karena konsentrasi berbanding terbalik dengan volume, maka untuk
n mol zat terlarut berlaku :
πVnT
∝K (tetap)
di mana K adalah suatu tetapan yang sama besarnya dengan tetapan gas
R. Persamaan menjadi :
π v = n R T
Rumus ini mirip dengan persmaan gas ideal pv = nRT. Persamaan
selanjutnya juga dapat ditulis :
π = πv
R T
untuk n/v = M
maka :
π = M R T
di mana :
π = Tekanan osmotik (atm)
M = Molaritas larutan (mol/L)
R = Tetapan gas (0,0821 L atm mol-1K-1)
T = Suhu mutlak (K) (Syukri,2005:86-89)
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Rumus Bangun : H-O-H
Pemerian : cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : larut dalam semua zat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sampel tonisitas
2. Glukosa (Dirjen POM, 1979 : 268)
Nama resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : glukosa
Rumus Molekul : C6H12O6
Berat Molekul : 198,17
Pemerian : hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sampel tonisitas
3. NaCl (Dirjen POM,1979 : 403)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Rumus Bangun : Na-Cl
Pemerian : hablur heksahidrat atau serbuk hablur putih, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air sukar larut dalam
etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sampel tonisitas
4. Asam Benzoat (Dirjen POM,1979 : 49)
Nama Resmi : ACIDUM BENZOICUM
Nama Lain : asam benzoat
Rumus Molekul : C7H6O2
Berat Molekul : 132,12
Pemerian : hablur heksahidrat, tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau
Kelarutan : larut dalam 350 bagian air, larut dalam 3 bagian
etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P, dan
dalam 3 bagian eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sampel penurunan titik beku
5. Asam Stearat (Dirjen POM, 1979 : 157-158)
Nama Resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama Lain : asam stearat
Rumus Molekul : C18H36O2
Berat Molekul : 284,36
Pemerian : zat padat keras mengkilap, menunjukkan susunan
hablur putih atau kuning pucat mirip lemak lilin
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air,larut dalam 20 bagian
etanol(95%)P ,dalam 2 bagian kloroform P, dan
dalam 3 bagian eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : sampel penurunan titik beku
C. Prosedur Kerja (Tim Asisten Fisika Dasar, 2011 : 12-13)
1. Pengaruh Tonisitas Larutan terhadap Sel
a. Amati tabung reaksi yang bersih, berikan label a, b, c, d, dan e;
b. Masukkan 2 ml larutan berikut ini sesuai dengan label masing-
masing :
1) Aquadest
2) NaCL 0,89%
3) NaCL 3%
4) Glukosa 0,1 M
5) Glukosa 0,5 M
c. Untuk setiap tabung reaksi tambahkan irisan wortel tipis sekitar
0,5 mm yang segar daun bawang dan seledri;
d. Masukkan tabung reaksi di rak tabung dan tunggu sampai anda
menyelesaikan semua percobaan yang lain;
e. Perhatikan tampilan dengan mata telanjang dan juga di bawah
mikroskop;
f. Ulangi langkah no.1dan langkah no.2 menggunakan set baru lima
tabung reaksi yang bersih;
g. Dengan menggunakan pipet tambahkan 5 tetes darah ayam segar
secara keseluruhan untuk setiap tabung uji miringkan bagian bawah
tabung reaksi untuk menjamin pencampuran yang tepat;
h. Amati warna dan penampilan dari larutan setelah 20 menit baik oleh
mata telanjang dan juga di bawah mikroskop.
2. Pengukuran Penurunan Titik Beku
a. Rakit alat pengukuran titik beku (titik lebur) sederhana beker gelas
akan berfungsi sebagai water bath.sebuah plat panas dari pembakar
Bunsen akan berfungsi sebagai sumber panas sebuah tabung reaksi
akan berfungsi sebagai sumber panas.Sebuah tabung reaksi akan
berfungsi sebagai water bath sekunder di mana termometer
dicelupkan;
b. Campuran asam benzoat-asam stearat disiapkan sebagai berikut (atau
sebagai alternatef instruktur dapat mempersiapkan terlebih dahulu)
timbang 8 g asam stearat dan masukkan dalam sebuah gelas kimia 25
ml. Timbang 0,6 g asam benzoat. Panaskan asam stearat perlahan-
lahan di atas hot plat sampai meleleh (50 oC), tambahkan asam
benzoat ke dalam gelas aduk secara menyeluruh hingga diperoleh
larutan homogen. Dinginkan gelas kimia dalam air dingin untuk
mendapatkan sampel yang padat. Gerus sampai menjadi serbuk halus
dalam mortal;
c. Setiap praktikan menyiapkan 4 tabung leleh kapiler untuk sampel (a)
asam stearat (b) 3 tabung asam benzoat 17 %;
d. Susun tabung leleh sebagai berikut :
1) Ambil sejumlah kecil sampel dalam tabung leleh kapiler dengan
menekankan ujung tabung yang terbuka secara vertikal ke dalam
sampel.
2) Balikkan tabung kapiler usap kapiler dengan satu lembaran yang
memungkinkan padatan masuk di bagian bawah kapiler anda
hanya memerlukan satu sampai 5 mm sampai dalam tabung
kapiler.
e. Ikat tabung kapiler dengan termometer menggunakan karet gelang
kecil dekat dengan ujung atas tabung pastikan untuk menyesuaikan
ujung kapiler dengan ujung termometer
f. Ukur titik leleh setiap sampel sebagai berikut :
1) Jepit termometer dengan tabung kapiler yang melekat dan
rendam dalam thermostat sekunder diisi dengan air.
2) Turunkan thermostat sekunder ke dalam gelas berisi air dan
memulai proses pemanasan perhatikan titik leleh setiap sampel
dan catat pelelehan terjadi ketika anda mengamati pentusutan
pertama dalam sampel atau munculnya gelembung kecil (jangan
menunggu sampai seluruh sampel di kapiler menjadi bening).
3) Setelah mengambil titik lebur sampel pertama biarkan
thermostat mendingin hingga suhu ruang dengan menambahkan
air dingin. Anda harus memulai proses pemanasan untuk
mengamati titik leleh sampel kedua hanya setelah air di
thermostat primer dan sekunder setelah mencapai suhu kamar.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan adalah cawan petri, deg gelas, gelas kimia, kaca
preparat, karet gelang, mikroskop, pipa kapiler, penjepit (klem), rak
tabung reaksi, statif, silet, tabung reaksi, dan termometer.
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah asam benzoat, asam stearat, darah
ayam, daun bawang, larutan glukosa 0,1 M dan 0,5 M, larutan NaCl
0,89 % dan 0,3 %, seledri, dan wortel.
B. Cara Kerja
1. Pengaruh Tonisitas terhadap Sel
a. Disiapkan alat dan bahan;
b. Diiris sampel setipis mungkin;
c. Disiakan 20 tabung reaksi dimasukkan larutan glukosa 0,1 M dan 0,5
M, larutan NaCl 0,89 % dan 0,3 % ke tabung reaksi masing-masing
2 ml;
d. Diamati setiap sampel di mikroskop dan difoto;
e. Dimasukkan sampel ke setiap larutan yang berbeda, rendam selama
20 menit;
f. Diamati kembali di mikroskop dan kembali difoto;
g. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap setiap sampel untuk
menguji larutan.
2. Penurunan Titik Beku (∆ T f )
a. Disiapkan alat dan bahan;
b. Dilebur 3 gram asam stearat + asam benzoat 0,6 gram sampai
menjadi campuran homogen;
c. Ditunggu hingga kering atau berbentuk padatan;
d. Digerus padatan yang dihasilkan dengan mortal dan alu;
e. Ditotolkan pipa kapiller pada stearat dan 3 pipa kapiler pada
campuran asam stearat dan benzoat;
f. Diikat termometer ke lengan pipa kapiler menggunakan karet
gelang;
g. Dimasukkan pipa kapiler ke gelas kimia berisi air;
h. Dipanaskan gelas kimia kemudian diamati hingga muncul
gelembung;
i. Dicatat hasilnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Pengaruh Tonisitas Larutan terhadap Sel
Sampel LarutanPengamatan Sel
Sebelum direndam Setelah direndam
Batang
Seledri
1) Aquadest
Ket: Normal Ket : Hipertonis
2) NaCl 0,89 %
Ket: Normal Ket : Hipotonis
3) NaCl 3 %
Ket: Normal Ket : Hipotonis
4)Glukosa
0,1M
Ket: NormalKet : Hipertonis
5)Glukosa
0,5M
Ket: Normal
Ket : Hipotonis
Daun
Bawang
1) Aquadest
Ket: Normal
Ket : Hipertonis
2) NaCl 0,89 %
Ket: Normal Ket : Hipertonis
3) NaCl 3 %
Ket: Normal Ket : Hipotonis
4)Glukosa
0,1M
Ket: Normal
Ket : Hipertonis
5)Glukosa
0,5M
Ket: Normal Ket : Hipotonis
Wortel
1) Aquadest
Ket: Normal
Ket : Hipertonis
2) NaCl 0,89 %
Ket: Normal Ket : Hipotonis
3) NaCl 3 %
Ket: Normal Ket : Hipotonis
4)Glukosa
0,1MKet: Normal Ket : Hipertonis
5)Glukosa
0,5M
Ket: NormalKet : Hipotonis
Darah 1) Aquadest
Ket : Hipertonis
Ket : Normal
2) NaCl 0,89 %
Ket : Normal
Ket : Isotonis
3) NaCl 3 %
Ket : Normal Ket : Hipotonis
4)Glukosa
0,1M
Ket : Normal
Ket : Hipertonis
5)Glukosa
0,5M
Ket : Normal Ket : Hipotonis
2. Pengukuran Penurunan Titik Beku
Sampel Suhu (°C)
1. Asam Stearat 60
2. Asam Stearat + Asam Benzoat 56
B. Perhitungan
1. Pembuatan NaCl 0,3% untuk 100 ml air
0,3 %= x g100 ml
× 100 %
x g=0,3 g
2. Pembuatan NaCl 0,89% untuk 100 ml air
0,89 %= x g100 ml
× 100 %
x g=0,89 g
3. Pembuatan Glukosa 0,1 M untuk 100 ml air
0,1 M=
x g
180g
mol0,1 L
x g=18 g
4. Pembuatan Glukosa 0,5 M untuk 100 ml air
0,5 M=
x g
180g
mol0,1L
x g=9 g
5. ∆ T f =K f ×g
Mr×
1000P
(T 0−T 1 )=K f ×g
Mr×
1000P
(60−56 ) °C=K f ×3 g
288g
mol
×10000,6 g
4o C=K f ×3000 g
172,8g2
mol
691,2g2 °Cmol
=3000 g × K f
K f =691,2
g2 °Cmol
3000 g=0,2304℃/m
BAB V
PEMBAHASAN
Sifat koligatif larutan merupakan sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan
oleh jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Sifat
koligatif larutan ini dibedakan menjadi dua yaitu, sifat koligatif larutan elektrolit
dan sifat koligatif nonelektrolit yang dibedakan pada kemampuan suatu larutan
untuk mengion. (Tim Dosen Kimia UNHAS, 2008:81)
Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Difusi melalui membran dapat
berlangsung melalui tiga mekanisme yaitu, difusi sederhana (simple diffusion),
difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein trans membran (simple
diffusion by chanel fromed), dan difusi difasilitasi (fasiliated diffusion).
Osmosis adalah proses pemindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari
larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat
pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif permeabel atau semi
permeabel.
Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika
larutan yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada
di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. (Tim Dosen Kimia UNHAS,
2009:70-71)
Apabila suatu sampel dicampur dengan suatu larutan dan terjadi perubahan
sel, maka akan ada dua hasilnya, hipertonis atau hipotonis. Jika ruang sel pada
sampel itu semakin besar, maka larutan itu bersifat. Sedangkan jika ruang sel pada
sampel menciut, maka larutan itu bersifat hipertonis.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia, gelas
ukur, kaki tiga, karet gelang, mikroskop, pembakar spiritus, pipa kapiler,
termometer, dan tabung reaksi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades,
asam benzoat, asam stearat, darah ayam, daun bawang, glukosa, NaCl, kloral
hidrat, seledri, dan wortel.
Cara kerja percobaan ini adalah, untuk pengaruh tonisitas mula-mula sampel
(wortel, daun bawang, seledri, dan darah ayam) diiris setipis mungkin lalu diamati
ruang sel masing-masing sampel pada mikroskop, setelah itu barulah dimasukkan
setiap sampel masing-masing ke dalam lima tabung reaksi dengan pelarut
(aquades, NaCl 0,89%, Nacl 3%, glukosa 0,1 M, dan glukosa 0,5 M). Kemudian
didiamkan selama ± 20 menit, setelah itu diamati kembali ruang sel sampel pada
mikroskop. Dari kedua pengamatan melalui mikroskop, dibandingkan keduanya
lalu dicatat hasilnya. Untuk percobaan penurunan titik beku, pertama-tama
dipanaskan asam stearat 3 gram lalu dicampur dengan 0,6 gram asam benzoat dan
diaduk. Setelah itu, didinginkan dalam air dingin agar menjadi padat lalu digerus
menjadi serbuk-serbuk halus. Pada serbuk tadi, ditotolkan satu pipa kapiler pada
asam stearat dan tiga pipa kapiler untuk asam benzoat, lalu diikatkan pada
termometer dengan karet gelang. Diturunkan termometer pada gelas berisi air lalu
dipanaskan, diperhatikan titik leburnya dan dicatat hasilnya.
Dalam percobaan ini didapatkan hasil antara lain, terjadi perubahan bentuk
sel, ada yang mengembang dan ada yang menciut dikarenakan pengaruh dari
larutan. Juga didapatkan titik beku pada percobaan kedua, yaitu 60o-56o C.
penurunan titik beku didapatkan 0,2304oC/mol.
Dalam percobaan ini, terdapat kesalahan atau perbedaan misalnya pada saat
pengambilan gambar bentuk sel melalui mikroskop terdapat beberapa perbedaan
bentuk mungkin dikarenakan penggunaan mikroskop yang kurang benar.
Sifat koligatif Larutan ketat hubungannya dengan dunia farmasi Contohnya
pada infus,Tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi infus karena
mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep ini penting dalam penggunaan
cairan tubuh atau bahan makanan yang tidak bisa dimasukkan melalui pembuluh
darah. Cairan infus harus isotonis dengan cairan darah, Jika tidak maka akan
terjadi pemisahan pada sel darah.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tonisitas Sel
a. Aquadest
Hasil dari pencampuran sampel dengan aquadest, semuanya
hipertonis.
b. NaCl 0,89%
Hasil dari pencampuran sampel dengan NaCl 0,89%, semuanya
hipotonis keculai darah ayam.
c. NaCl 3%
Hasil dari pencampuran sampel dengan NaCl 3%, semuanya
hipotonis.
d. Glukosa 0,1 M
Hasil dari pencampuran sampel dengan glukosa 0,1 M,
semuanya hipertonis.
e. Glukosa 0,5 M
Hasil dari pencampuran sampel dengan glukosa 0,5 M,
semuanya hipotonis.
2. Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku yang didapatkan dalam percobaan yaitu sebesar
4℃ dan Kf yang didapatkan adalah sebesar 0,2304 ℃ /mol.
B. Saran
1. Laboratorium
Kebersihan dan kelengkapan alat-alatnya agar diperhatikan.
2. Asisten
Terima kasih untuk bimbingan dan dampingannya semoga tidak bosan-
bosan memberikan penjelasan dan pemahaman kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Pom. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 1979
Respati. Ilmu Kimia. Jakarta : Renika Cipta. 2009
Oxtoby. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga. 2001
Petrucci, H. Ralph Suminar. Kimia Dasar 1. Jakarta ; Erlangga. 1985.
Quintus, Fernando. Kimia Analitik. Yogyakarta : Andi. 2009
Chang, Raymond. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. 1994
Tim Dosen Kimia Dasar. Kimia Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin.
2004
Tim Dosen Kimia Dasar. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar : UIN
Alauddin. 2011
Sudarmono. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. 2006
Aquadest NaCl 0,89% NaCl 3% Glukosa 0,1 M Glukosa 0,5 M
Diamati pada mikroskop
Didiamkan 20 menit
Seledri, daun bawang, wortel, dan darah ayamDiamati pada mikroskop sebelumnya
Catat hasil
SKEMA KERJA
1. Pengaruh Tonisitas
Dilebur
3 pipaCera alba + asam benzoat
1 pipaCera alba
Diikat dengan termometer
Dicelupkan ke dalam aquadest
Dipanaskan pada spiritus
Catat hasil
Cera alba3 gram
Cera alba3 gram
Digerus
Ditotolkan pipa kapiler
2. Penurunan Titik Beku