sifat desinfektan
TRANSCRIPT
![Page 1: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/1.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
1
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah sifat-sifat desinfektan. Desinfektan adalah bahan
kimia yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme( Sofiah, 2010).
Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena
tujuannya adalah perusakan agen–agen patogen. Berbagai istilah digunakan
sehubungan dengan agen–agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas
yang terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu
desinfektan ke yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada
membran sel atau oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang
berakibat kematian atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).
Bahan-bahan kimia yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik adalah
bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
atau kapang, sedangkan bakterisidal dan fungisidal adalah bahan-bahan kimia
yang dapat membunuh bakteri atau kapang. Beberapa bahan yang bersifat
spektrum luas seperti hipoklorit dapat mematikan lebih banyak mikroorganisme.
Efektivitas dari setiap bahan antimikroba ini tergantung pada jumlah yang
digunakan, waktu penggunaan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti pH
(Buckle, 1985).
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus –COH, golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus –OH, golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus –X, golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Schlegel, 1994).
Golongan”Aldehid”
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain
formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara
denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5%.
Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya
aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
![Page 2: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/2.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
2
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan
jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l
serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid
dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk
pengawetan mayat.
Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum
aplikasi yang luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme
dalam ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh
virus. Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat
dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan
beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari
mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen,
berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas
menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.
Golongan Alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain
golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan
isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta
berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu
di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90%.
Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang
efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk
permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini
adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang
cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan
protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap
api/ledakan dan sangat cepat menguap.
Golongan Pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam
dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen
peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil
![Page 3: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/3.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
3
peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan
cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02%.
Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 – 2
jam untuk membunuh virus.
Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum
yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair.
Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif,
berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15%, serta perlu
penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.
Golongan “Halogen”
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti
larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah
senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus
klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi
proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.
Golongan Garam Amonium Kuarterner
Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain
benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida. Golongan
ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%.
Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan
lipovirus. terutama untuk desinfeksi peralatannya.
Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah
terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat
sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi
sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila
digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan
tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam
lemak dan senyawa fosfat.
![Page 4: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/4.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
4
Golongan “Biguanida”
Bahan kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara lain
klorheksidin. Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba
terutama jenis bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negatif.
Klorheksidin sangat efektif dalam proses desinfeksi Staphylococcus aureaus,
Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik untuk
membunuh beberapa organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta
sama sekali tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.
Pengujian sifat desinfektan kali ini dilakukan dengan metode uji koefisien
fenol dengan sampel fenol 5% dan kresol/wipol 5% terhadap mikroorganisme
Escherichia coli dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan
tersebut.
Bahan serta alat yang digunakan pada pengujian kali ini antara lain media
NB (Nutrient Broth), biakan murni Escherichia coli, aquades steril, larutan fenol
5% dan kresol 5% ( wipol). Prinsip pengerjaannya larutan fenol dan kresol dibuat
dalam berbagai konsentrasi pengenceran hal ini dapat digunakan untuk menguji
hubungan antara konsentrasi dengan keefektifan desinfektan. Selanjutnya 0,5 ml
biakan murni dimasukkan kedalam larutan fenol dan kresol tersebut setelah waktu
kontak 0 menit ambil 1 ose dari masing-masing tabung larutan tersebut dan
inokulasikan pada tabung reaksi berisi NB proses ini terus diulangi hingga waktu
kontak 5,10 dan 15 menit lalu inkubasi selama 2 hari pada suhu 300C. Setelah
inkubasi tersebut diperoleh hasil sebagaimana ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Pengujian Sifat Desinfektan
Sampel Pengenceran Waktu0 5 10 15
Fenol 5% 1:50 + + + +1:60 + + + +1:70 + + + +1:80 + + + +1:90 + + + +1:100 + + + +
Wipol 5% 1:50 + + - +1:60 + - + +1:70 + + - +1:80 + + + +
![Page 5: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/5.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
5
1:90 + + + +1:100 + - + +
Keterangan: data diperoleh berdasarkan hasil praktikum lab A2, 2012
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada larutan jenis fenol
menunjukan hasil yang positif (+) pada semua tingkat pengenceran dari mulai
waktu kontak 0 sampai dengan 15 menit. Hal ini mungkin saja terjadi karena
pada umumnya daya aksi fenol memang cukup rendah selain itu adanya proses
pengenceran menyebabkan konsentrasi dari fenol itu sendiri yang menurun
sehingga memungkinkan menurunkan tingkat efektifitasnya itu sendiri.
Berdasarkan literature yang ada larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai
desinfektan. Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang
waktu sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan
konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi
tidak baik digunakan untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan
ragi. Umum digunakan sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan
dan lantai, serta dinding atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun keunggulan dari golongan-golongan fenol dan fenol terhalogenasi
adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif.
Berdasarkan tabel 1 pula dapat dilihat hasil pengamatan pada sampel
wipol. Dalam wipol terkandung kresol yang bersifat sebagai desinfektan. Kresol
sendiri merupakan golongan fenol.
Kresol atau kreolin pada dasarnya lebih baik khasiatnya daripada fenol.
Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama
lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap,
sehingga desinfektan menjadi menarik.
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi
juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai
bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic.
Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh
karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen
![Page 6: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/6.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
6
lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi
konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
Pada tabel 1 pengujian kresol/wipol dapat dilihat bahwa pada waktu
kontak 0 menit pada semua tingkat pengenceran menunjukan masih positif artinya
tingkat pertumbuhan mikroorganisme masih terjadi. Pada waktu kontak 5 menit
semua pengenceran juga menunjukan hasil yang positif kecuali pengenceran 1:60
dan 1:100 sementara pada waktu kontak 10 menit hanya pengenceran 1:50 dan
1:70 yang menunjukan hasil yang negatif sementara yang lainnya menunjukan
hasil yang positif dan yang terakhir pada waktu kontak 15 menit semuanya
menunjukan hasi yang positif.
Adanya hasil yang negatif ( pengenceran 1:60 dan 1:100 ) pada waktu
kontak 5 menit menunjukan bahwa daya aksi kresol memang lebih besar dari pada
fenol namun pada pengenceran ini setelah waktu kontak 10 menit kembali
menunjukan hasil yang positif hal ini dapat terjadi karena kemungkinan pada
waktu kontak sebelumnya mikroorganisme tidak sepenuhnya mati sehingga
setelah waktu kontaknya bertambah mikroorganisme yang belum mati tersebut
kembali bertumbuh demikian juga dengan hasil pada pengenceran 1:50 dan 1:70
yang pada waktu kontak 10 menit menunjukan hasil yang negative kemudian
waktu kontak 15 menunt menunjukan hasil yang kembali positif.
Selain dari faktor yang dijelaskan sebelumnya masih terdapat faktor lain
yang turut mempengaruhi tingkat efektifitas desinfektan diantaranya adalah kadar
dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja,
jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi.
Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik
mungkin dalam perangkat suasana yang ada.
Dikarenakan hasil pengujian yang menunjukan semua hasil yang positif
maka penentuan koefisien fenol tidak dapat dilakukan.
![Page 7: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/7.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
7
VII. KESIMPULAN
1. Desinfektan jenis fenol menunjukan hasil yang positif pada waktu kontak
0 sampai dengan 15 menit pada semua tingkat pengenceran hal ini
menunjukan kurang efektifnya desinfektan jenis ini untuk mematikan
mikroorganisme
2. Ketidakefektifan fenol pada praktikum ini dapat disebabkan oleh faktor
pengenceran yang menyebabkan konsentrasi fenol menurun ataupun
waktu kontak yang memang kurang mengingat daya aktif desinfektan jenis
ini antara 10-30 menit
3. Pada pengujian kresol waktu kontak 5 menit semua pengenceran juga
menunjukan hasil yang positif kecuali pengenceran 1:60 dan 1:100
sementara pada waktu kontak 10 menit hanya pengenceran 1:50 dan 1:70
yang menunjukan hasil yang negatif sementara yang lainnya menunjukan
hasil yang positif dan yang terakhir pada waktu kontak 15 menit semuanya
menunjukan hasi yang positif.
4. Hasil yang negatif ( pengenceran 1:60 dan 1:100 ) pada waktu kontak 5
menit menunjukan bahwa daya aksi kresol memang lebih besar dari pada
fenol namun pada pengenceran ini setelah waktu kontak 10 menit kembali
menunjukan hasil yang positif hal ini dapat terjadi karena kemungkinan
pada waktu kontak sebelumnya mikroorganisme tidak sepenuhnya mati
sehingga setelah waktu kontaknya bertambah mikroorganisme yang belum
mati tersebut kembali bertumbuh
5. faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat efektifitas desinfektan
diantaranya adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan
kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang
ada, dan keadaan bahan yang didesinfeksi.
6. Dikarenakan hasil pengujian yang menunjukan semua hasil yang positif
maka penentuan koefisien fenol tidak dapat dilakukan
![Page 8: Sifat Desinfektan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012322/55721379497959fc0b925f5b/html5/thumbnails/8.jpg)
NOVITA WARDANI240210100034
8
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtisar Baru-Van Hoeve, 1984. 7 jilid.
Schlegel, Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sofiah, Betty D., Een Sukarminah.2011.Sanitasi dan Keamanan Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor
Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.