siaran pers - 4 feb 2015 - revisi uu md3, lanjutkan reformasi parlemen

Upload: gaek-elleq

Post on 20-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Siaran Pers - 4 Feb 2015 - Revisi UU MD3, Lanjutkan Reformasi Parlemen

    1/2

    Siaran Pers

    Koalisi Masyarakat Sipil untuk UU MD3

    Revisi UU MD3, Lanjutkan Reformasi Parlemen

    Dewan Perwakilan Rakyat mengecewakan rakyat di awal periode. Satu masa sidang tersia akibat

    perseteruan KIH dengan KMP. Persetujuan DPR atas Budi Gunawan bertentangan dengan aspirasi

    rakyat. Reformasi parlemen terancam mandek jika DPR generasi keempat paskareformasi tak lagi

    memasukkan UU MD3 sebagai prioritas dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

    Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat DPR tak henti-hentinya berseteru sepanjang masa

    sidang pertama. Perseteruan tersebut dimulai pada saat Pemilihan Presiden 2014. Paska DPR dilantik

    mereka memperebutkan kursi pimpinan Alat Kelengkapan DPR. Hingga pelaksanaan fungsi legislasi,

    pengawasan dan penganggaran terabaikan karenanya.

    Memasuki masa sidang kedua, rakyat kembali terkejut ketika DPR menyetujui calon Kapolri Budi

    Gunawan (BG) yang diajukan Presiden meski dua hari sebelumnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

    mengumumkan BG sebagai tersangka kasus korupsi. Bagaimana mungkin DPR menyetujui calon Kapolri

    yang sudah jelas statusnya secara hukum dan dipertanyakan oleh rakyat?

    Kedua kasus tersebut terjadi akibat pengaturan pemilihan pimpinan alat kelengkapan dan seleksi calon

    pejabat publik yang tidak standar dalam Undang-Undang 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan

    DPRD (UU MD3). Kasus tersebut berpotensi berulang dan bertambah karena pengaturan dalam undang-

    undang tersebut selalu disahkan menjelang pemilihan umum sehingga sarat dengan kepentingan politik.

    Dalam catatan koalisi, setidaknya ada lima point penting yang berpotensi menimbulkan kasus:

    1.

    Pengaturan rapat tertutup secara tidak ketat berpotensi menimbulkan mafia anggaran julid II. (Pasal

    229 dan munculnya klausa rahasia pada pasal 189, pasal 186, pasal 132 dan klausa tertutup

    pada pasal 132)

    2.

    Kewenangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam memberikan persetujuan tertulis bagianggota yang dipanggil dan dimintai keterangan oleh pengadilan melebihi kewenangan etik dan

    berpotensi melindungi pelaku tindak pidana korupsi di parlemen. (pasal 224 dan pasal 245)

    3.

    Penghapusan alat kelengkapan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara tanpa pengalihan fungsi dan

    sistem pendukung di Komisi berpotensi memperlemah pengawasan anggaran dan memberi ruang

    yang lebih leluasa untuk bemain.

  • 7/24/2019 Siaran Pers - 4 Feb 2015 - Revisi UU MD3, Lanjutkan Reformasi Parlemen

    2/2

    4.

    Desain kewenangan dan jumlah Komisi tanpa mempertimbangkan efektifitas kerja berpotensi

    memperlemah kinerja DPR dalam mencapai target legislasi, pengawasan dan penganggaran. Jumlah

    komisi seharusnya menjadi hal yang tetap dan bisa diprediksikan sesuai dengan bidang kerja yang

    diusulkan oleh pemerintah. Sehinga dengan adanya jumlah komisi yang seimbang dengan bidang

    kerja pemerintah akan menciptakan keseimbangan dan efektifitas dalam bekerja oleh para anggota

    Komisi.

    5.

    Penambahan hak anggota untuk mengusulkan program daerah pemilihan tanpa diikuti mekanisme

    akuntabilitas berpotensi menimbulkan penyimpangan anggaran.

    Agenda utama reformasi parlemen adalah untuk menciptakan parlemen yang bersih, akuntabel,transparan, representatif dan partisipatif. Kedua kasus di atas dan sejumlah potensi kasus seharusnya

    diantisipasi dan tak perlu terjadi. Berdasarkan argument di atas, Koalisi Masyarakat Sipil untuk UU MD3

    mendesak DPR dan pemerintah untuk:

    1.

    Memasukkan revisi UU MD3 dalam Program Legislasi Nasional 2015-2019 dan Prioritas Prolegnas

    2015.

    2.

    Membahas dan merampungkan revisi UU MD3 maksimal selesai selambat-lambatnya pada 2016.

    Karena untuk menghindari kepentingan politik.

    Contact Person(s):Ahmad Hanafi (IPC) : 08119952737

    Ronald Rofiandri (PSHK) : 0818747776

    Roy Salam (IBC) : 081341670121

    Koalisi Masyarakat Sipil untuk UU MD3

    PSHK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan),

    IPC (Indonesian Parliamentary Center),YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia),

    PATTIRO (Pusat Telaah Informasi Regional),

    KID (Komunitas Indonesia untuk Demokrasi),

    TII (Transparansi International Indonesia),

    ICW (Indonesia Corruption Watch),

    IBC (Indonesia Budget Center)