sevo flu rant
DESCRIPTION
Sevo FlurantTRANSCRIPT
-
PERBANDINGAN SEVOFLURANE 8% + N2O 50%
DENGAN PROPOFOL 2 MG/KG BB IV
SEBAGAI OBAT INDUKSI ANESTESI
DALAM HAL KECEPATAN DAN
PERUBAHAN HEMODINAMIK
TESIS
OLEH
QADRI FAUZI TANDJUNG
DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2008
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
LEMBAR PENGESAHAN
PERBANDINGAN SEVOFLURANE 8% + N2O 50%
DENGAN PROPOFOL 2 MG/KG BB IV
SEBAGAI OBAT INDUKSI ANESTESI
DALAM HAL KECEPATAN DAN
PERUBAHAN HEMODINAMIK
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Chairul M. Mursin, SpAn Dr. Soejat Harto, SpAn
NIP. 130 605 510 NIP. 140 187 931
Penguji,
Penguji I Penguji II
Dr. Nazaruddin Umar, SpAn KNA Dr. Asmin Lubis, DAF SpAn
NIP. 130 905 364 NIP. 130 701 881
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ketua Departemen
Anestesiologi dan Reanimasi Anestesiologi dan Reanimasi
FK USU/RSUP HAM Medan FK USU/RSUP HAM Medan
Dr. Hasanul Arifin, SpAn Prof. Dr. Achsanuddin Hanafie, SpAn KIC
NIP. 130 702 001 NIP. 130 900 680
-
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Ahamdulillahirobbilalamin, segala puji syukur saya sampaikan hanya kepada Allah
SWT karena atas ridho dan karunia-Nyalah saya dapat mengikuti dan menjalani Pendidikan
Dokter Spesialis I Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara serta menyusun dan menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan. Shalawat dan salam saya sampaikan bagi Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa perubahan sistem kejahiliyahan ke sistem berilmu pengetahuan seperti
saat ini.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan
yang sebesar besarnya kepada :
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I di universitas ini.
Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
I di Fakultas ini.
Bapak Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, Rumah Sakit
Umum Haji Mina Medan, dan Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan bekerja di lingkungan Rumah Sakit
ini, khususnya kepada Bapak Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang telah
memberikan tempat kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini sekaligus belajar dan
bekerja.
Rasa hormat dan terimakasih saya sampaikan kepada dr. Chairul M. Mursin SpAn, dr.
Soejat Harto SpAn, sebagai pembimbing penelitian saya, dimana dengan kesabaran,
ketulusan dan keikhlasan memberikan bimbingan, arahan dan sumbang saran kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Rasa hormat dan terimakasih saya sampaikan kepada dr. Hasanul Arifin SpAn sebagai
Ketua Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi, Prof.dr. Achsanuddin Hanafie SpAn KIC
sebagai Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi, dr. Nazaruddin Umar SpAn KNA
sebagai Sekretaris Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi, dr. Akhyar H. Nasution
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
SpAn sebagai Sekretaris Departemen Anestesiologi dan Reanimasi dan dr. Asmin Lubis
DAF SpAn sebagai Kepala Instalasi Anestesiologi dan Reanimasi, atas nasehat, motivasi,
kesabaran, keikhlasan dan ketulusannya telah mendidik dan memberikan bimbingan selama
saya menjalani program pendidikan ini.
Rasa hormat dan terimakasih saya sampaikan juga kepada guru guru saya : dr. A.
Sani P. Nasution SpAn KIC, dr. Nadi Zaini Bakri SpAn, dr. Veronica H.Y SpAn KIC, dr.
Muhammad A.R. SpAn, dr. Yutu Solihat SpAn, dr. Tjahaya Indra Utama SpAn, dr. Syamsul
Bahri Siregar SpAn, dr. Walman Sitohang SpAn, dr. Tumbur SpAn dan guru guru saya
sewaktu saya menjalani program pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya : Prof. dr. Kariyadi SpAn KIC, Prof. dr. Herlin Megawie SpAn KIC, Prof. dr. Siti
Chasnak Saleh SpAn KNA, Prof. Dr. dr. Eddy rahardjo SpAN KIC, Prof. dr. Koeshartono
SpAn KIC Pall Med (ECU), Prof. Dr. dr. Nancy Margarita Rehatta SpAn KIC KNA , Prof.
dr. Sri Wahyuningsih SpAn KIC, dr. Tommy Sonartomo SpAn KIC, dr. Bambang
Wahyuprayitno SpAn KIC, dr. Herdy Sulistiyo SpAn KIC, dr. Teguh Sylvaranto, SpAn KIC,
dr. Hardiono SpAn KIC, dr. Elizeus Hanindito SpAn KIC, dr. Hari Anggoro D. SpAn KIC,
dr. Puger Rahardjo SpAn KIC dan lain lain baik di Fakultas kedokteran USU Medan
maupun di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang dengan keikhlasan dan ketulusannya telah mendidik dan
memberikan bimbingan kepada saya selama mengikuti program pendidikan ini.
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes yang
telah meluangkan waktu sebagai pembimbing metode penelitian analisa statistik pada
penelitian ini yang banyak memberikan masukan, arahan, kritikan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Kepada seluruh pasien dan keluarganya di RSUP H. Adam Malik Medan, RSU Haji
Mina Medan, RSUD dr. Pirngadi Medan dan RSU dr. Soetomo Surabaya yang besar
perannya sebagai guru kedua saya dalam menempuh pendidikan spesialis. Khususnya yang
berperan serta dalam penelitian ini, rasa sakit mereka telah memotivasi saya untuk dapat
memberikan yang terbaik dari ilmu yang saya dapatkan dan pelajari, saya ucapkan banyak
terimakasih dan mohon maaf bila pelayanan saya kurang berkenan di hati.
Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada kakak kakak kelas saya yang telah
menjadi ahli anestesi : dr. Dadik Wahyu, SpAn, dr. M. Ihsan, SpAn, dr. Adi Rubianto, SpAn,
dr. Mual K Sinaga, SpAn, dr. Guido M Solihin, SpAn, dr. Rr. Shinta Irina, SpAn, dr.
Rahmatsyah, SpAn dan seluruh teman teman Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Anestesiologi dan Reanimasi, karyawan, paramedis Anestesiologi dan Reanimasi FK USU
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
dan FK UNAIR yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan program pendidikan dan
penelitian ini.
Sembah sujud, rasa syukur dan terimakasih yang tak terhingga saya persembahkan
kepada kedua orangtua saya tercinta, ibunda Hj. Yarni dan ayahanda Fauzi Tanjung SH (alm)
beserta Drs. H. Zubir Lelo BBA atas segala jerih payah, pengorbanan, doa dan kasih sayang
beliau dalam mengasuh, membesarkan dan membimbing saya dengan keringat dan air mata.
Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan beliau dan mengekalkan segala amal
jariyah yang telah beliau kerjakan selama ini. Demikian juga halnya kepada kedua mertua
saya Drs. H. Arsil Alamsyah, Apt dan Hj. Meijusna yang senantiasa memberi nasehat,
motivasi dan teladan. Demikian juga kepada adik adikku Abdul Rahman (Alm) dan dr.
Yessi Devita Azraini Dewi yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama
saya mengikuti program pendidikan ini.
Terimakasih yang tak terkira kepada istri tercinta Meisil Hardiyani, ST dan anak
anakku tersayang Diqa Aridani Khoiri dan Alfath Ihza Rivaldi atas doa, pengertian,
dorongan semangat, kesabaran, dan kesetiaan yang tulus dalam suka dan duka mendampingi
saya selama pendidikan yang panjang dan cukup melelahkan ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kita berlindung dan kembali, semoga kita
semua senantiasa diberi limpahan rahmat dan karunia-Nya. Amin ya Robbalalamin
Wassalam,
Medan, Agustus 2008
Dr. Qadri Fauzi Tandjung
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI . iv
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL .viii
DAFTAR GRAFIK .. ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
ABSTRAK xii
ABSTRACT .. xiv
BAB 1
PENDAHULUAN .. 1
1.1. LATAR BELAKANG . .. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH 3
1.3. HIPOTESIS.. 3
1.4. TUJUAN PENELITIAN . 3
1.4.1.Tujuan Umum .. 3
1.4.2.Tujuan Khusus .. 3
1.5. MANFAAT PENELITIAN .... 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA . 5
2.1. ANESTESI INHALASI SEVOFLURANE 5
2.1.1. FARMAKOKINETIK.. 9
2.1.2. FARMAKODINAMIK14
2.1.3. Sevoflurane Untuk Tindakan Khusus .. 15
2.2. ANESTESI INTRAVENA PROPOFOL1 9
2.2.1. STRUKTUR DAN AKTIVITAS.1 9
2.2.2. MEKANISME KERJA.2 0
2.2.3. FARMAKOKINETIK .2 0
2.2.4. FARMAKODINAMIK 2 1
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
2.3. N2O ... 26
2.4. MIDAZOLAM ...2 7
2.5. MEPERIDINE ...2 7
2.6. KERANGKA KONSEPTUAL .2 9
BAB 3
METODE PENELITIAN 3 0
3.1. Desain 30
3.2. Tempat dan Waktu .30
3.2.1. Tempat 30
3.2.2. Waktu ...30
3.3. Populasi Penelitian . 30
3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel . 30
3.5. Estimasi Besar Sampel 31
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .. 31
3.7. Informed Consent .. 32
3.8. Cara Kerja .. 32
3.9.Alur Penelitian 34
3.10. Identifikasi Variabel 35
3.10.1. Variabel Bebas . 35
3.10.2. Variabel Tergantung .35
3.11. Definisi Operasional .35
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data 35
3.13. Masalah Etika .. 35
BAB 4
HASIL PENELITIAN .....37
4.1. Karakteristik Umur, Berat Badan dan Jenis Kelamin . 37
4.2. Karakteristik Hemodinamik Pasien Sebelum Induksi .38
4.3. Hilangnya Reflek Bulu Mata . 39
4.4. Tekanan Darah Setelah Induksi. ..40
4.5. Laju Jantung Setelah Induksi .. . 41
4.6. Laju Nafas Setelah Induksi 41
4.7. Henti Nafas Setelah Induksi ... 42
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
4.8. Saturasi Oksigen Setelah Induksi 43
BAB 5
PEMBAHASAN ...44
5.1. Waktu Induksi ..44
5.2. Perubahan Tekanan Darah 46
5.3. Laju Jantung .47
5.4. Laju Nafas dan Henti Nafas .48
5.5. Saturasi Oksigen 50
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN ....51
6.1. KESIMPULAN .51
6.2. SARAN . 51
BAB 7
DAFTAR PUSTAKA 53
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Tekanan parsial alveoli seimbang dengan tekanan parsial 5
darah arteri seimbang dengan tekanan parsial otak
Gambar 2.2. Kurva hubungan antara peningkatan konsentrasi alveolar vs waktu 7
Gambar 2.3. Rumus Bangun Sevoflurane 10
Gambar 2.4. Sevoflurane Metabolic Pathway 14
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Koefisien Partisi Anestesi Inhalasi pada suhu 37C 11
Tabel 2.2. Equivalen MAC dalam Oksigen dan N2O/O2 12
Tabel 2.3. Sifat Fisikokimia Anestesi Inhalasi 18
Tabel 4.1. Sebaran Umur dan Berat Badan pada kedua kelompok 37
Tabel 4.2. Sebaran Jenis Kelamin pada kedua kelompok 38
Tabel 4.3. Karakteristik Hemodinamik Pasien sebelum induksi pada 38
kedua Kelompok
Tabel 4.4. Perbandingan waktu hilangnya reflek bulu mata pada 39
kedua kelompok
Tabel 4.5. Karakteristik Tekanan Darah setelah induksi pada kedua kelompok 40
Tabel 4.6. Karakteristik Laju Jantung setelah induksi pada kedua kelompok 41
Tabel 4.7. Karakteristik Laju Nafas setelah induksi pada kedua kelompok 41
Tabel 4.8. Perbandingan Henti Nafas setelah induksi pada kedua kelompok 43
Tabel 4.9. Karakteristik Saturasi Oksigen setelah induksi pada kedua kelompok 39
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Hilangnya Reflek Bulu Mata pada kedua kelompok 40
Grafik 4.2. Henti Nafas setelah induksi kelompok sevoflurane dan propofol 42
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti 57
Lampiran 2 Penjelasan Mengenai Penelitian 59
Lampiran 3 Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian 62
Lampiran 4 Lembaran Observasi Pasien 63
Lampiran 5 Persetujuan Komite Etik FK USU 65
Lampiran 6 Sebaran data hasil penelitian 66
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
DAFTAR SINGKATAN
BB = Berat Badan
BBI = Berat Badan Ideal
BUN = Blood Urea Nitrogen
CNS = Central Nervous System
CMRO2 = Cerebral Metabolic Rate Oxygen
CPP = Cerebral Perfusion Pressure
EEG = Electro Encephalography
FDA = Food Drug Act
ICP = Intra Cranial Pressure
IM = Intra Muscular
IV = Intra Vena
LOER = Loss of Eyelash Reflex
LPM = Liter per menit
MAC = Minimum Alveolar Concentration
MAP = Mean Arterial Pressure
PS ASA = Physical Status American Society of Anesthesiologist
RL = Ringer Lactate
RSU(P) = Rumah Sakit Umum (Pusat)
SD = Standard Deviasi
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan : Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan
keselamatan pasien, dan salah satu faktor penentunya adalah kestabilan hemodinamik selama
tindakan induksi anestesi dilakukan. Selama ini obat induksi yang sering digunakan adalah
Propofol, ada pilihan lain yang dapat digunakan sebagai obat induksi yaitu Sevoflurane.
Penelitian ini dibuat untuk mendapatkan alternatif (pilihan) obat dan tehnik induksi pada
tindakan general anestesi.
Metode : Penelitian randomized clinical trial pada 52 pasien laki laki dan perempuan
berumur 16 59 tahun PS ASA I yang akan menjalani pembedahan elektif dengan anestesi
umum di RSU dr. Pirngadi Medan. Setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, pasien
dibagi dalam 2 kelompok. 26 pasien mendapat induksi dengan Sevoflurane 8% + N2O 50%
dan 26 pasien mendapat induksi dengan Propofol 2 mg/kg BB IV. Kedua kelompok
mendapat perlakuan sama, diberi infus RL 2 cc / kg BB / jam sejak puasa dan 1 jam sebelum
induksi dipremedikasi dengan Petidine 1 mg/ kg BB dan Midazolam 0,05 mg / kg BB intra
muscular. Sebelum induksi diberikan pre oksigenasi dengan oksigen 100% selama 5. Sesaat
sebelum induksi, diukur dan dicatat tekanan darah, laju jantung, laju nafas dan saturasi
oksigen. Lama induksi diukur dengan menghitung waktu sejak awal pemberian obat sampai
hilangnya reflek bulu mata. Setelah induksi dinilai tekanan darah, laju jantung, laju nafas dan
saturasi oksigen.
Hasil : Waktu induksi sedikit lebih lama pada kelompok Propofol dibandingkan dengan
kelompok Sevoflurane (35,9 vs 32,2 detik), dengan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna. Didapat penurunan tekanan darah, laju jantung, setelah induksi pada kedua
kelompok dengan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p> 0,05) dan 1 orang
mengalami bradikardi setelah induksi Propofol. Didapat penurunan laju nafas pada kelompok
Sevoflurane (13,8; SD 2,0) dan kelompok Propofol (12,3; SD 2,2). Dengan uji statistik
terdapat perbedaan yang bermakna (p< 0,05) dan 1 orang mengalami batuk ringan sewaktu
induksi Sevoflurane. Kejadian henti nafas setelah induksi lebih besar pada kelompok
Propofol (15 (57,7%)) dibandingkan kelompok Sevoflurane (6 (23,1%)). Dengan uji statistik
terdapat perbedaan yang bermakna (p< 0,05). Saturasi oksigen setelah induksi pada kedua
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
kelompok dipertahankan normal, dengan uji statistik tidak terdapat perbedaan bermakna (p>
0,05)
Kesimpulan : waktu induksi sedikit lebih lama pada kelompok Propofol dibandingkan
kelompok Sevoflurane. Hemodinamik yang relatif stabil pada kedua kelompok setelah
induksi. Didapat penurunan laju nafas setelah induksi pada kedua kelompok dan 1 orang
mengalami batuk ringan sewaktu induksi Sevoflurane. Henti nafas setelah induksi lebih besar
pada kelompok Propofol, dibandingkan kelompok Sevoflurane. Saturasi oksigen setelah
induksi pada kedua kelompok dipertahankan normal.
Kata kunci : waktu induksi, hilangnya reflek bulu mata, tekanan darah, laju jantung, laju
nafas, henti nafas, saturasi oksigen, Sevoflurane, N2O dan Propofol
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
ABSTRACT
Background and objective: The main interest in general anesthesia is safety and the well
being of patient, and one of its main factors is the stability of hemodynamic during induction.
The drug of induction commonly used is Propofol, with Sevoflurane as an alternate drug of
induction. The purpose of the trial is to find an alternate drug and technique for general
anesthesia.
Method: Randomized Clinical Trial Study on 52 patient men and women, 16 59 of age,
physical state ASA I who underwent elective surgery with general anesthesia in General
Hospital Pirngadi Medan. After meeting the inclusion and exclusion criteria, 52 patients that
were selected are divided into two groups. Group 1 received anesthesia induction with
Sevoflurane 8% + N2O 50% and group 2 received anesthesia induction with Propofol
2mg/kgBW iv. All patients received equal treatment with 2 cc/kgBW RL infusion
preinduction and premedication an hour before induction with Petidine 1 mg/kgBW and
Midazolam 0.05 mg/kgBW im. Preoxygenation with 100% oxygen was given for 5 minutes
before induction. Blood pressure, heart rate, respiratory rate and oxygen saturation were
observed as soon as induction took place. The length of induction is measured by counting
from the first injection of induction till loss of eye lash reflects occurred. Blood pressure,
heart rate, respiratory rate and oxygen saturation were assessed after the induction.
Outcome: The induction time in Propofol group is slightly longer than Sevoflurane group
(35.9 s; 32.2 sec), with no significant difference in statistical test. Blood pressure and heart
rate in both groups has no significant difference (p>0.05) after induction and 1 patient have
bradycardia after Propofol induction. Decrease in respiratory rate was found in both
Sevoflurane group (13.8 ; SD 2.0) and Propofol group (12.3 ; SD 2.2) with a significant
difference statistically (p 0.05).
Conclusion: Induction time is slightly longer in Propofol group than Sevoflurane group.
Hemodynamic is relatively stable in both groups after induction. Decrease of respiratory rate
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
after induction was found in both group and 1 patient have light cough when administered
Sevoflurane induction. Apnea after induction is bigger in Propofol group than Sevoflurane
group. Oxygen saturation after induction in both groups remains normal.
Key Word : Induction time, loss of eye lash reflex, blood pressure, heart rate, respiratory
rate, apnea, oxygen saturation, Sevoflurane, N2O and Propofol.
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan kesadaran yang bersifat pulih
kembali (reversible) dan meniadakan nyeri secara sentral. Trias anestesia terdiri dari
analgesia, hipnotik dan arefleksia / relaksasi 1. Tahap awal dari anestesi umum adalah
induksi. Induksi anestesi adalah peralihan dari keadaan sadar dengan reflek
perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran (ditandai dengan
hilangnya reflek bulu mata) akibat pemberian obat obat anestesi 2.
Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan keselamatan
pasien, dan salah satu faktor penentunya adalah kestabilan hemodinamik selama
tindakan induksi dilakukan, hal ini dapat dicapai apabila obat anestesi tersebut dapat
memberikan level anestesi yang adekuat untuk pembedahan tanpa menimbulkan
depresi yang serius terhadap fungsi hemodinamik.3
Banyak obat obat yang dapat digunakan sebagai induksi anestesi baik dari
golongan inhalasi, intravena maupun intramuskuler. Selama ini di Rumah Sakit Haji
Adam Malik, Rumah Sakit Haji Mina dan Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
untuk pasien dewasa sudah lazim digunakan Propofol sebagai obat induksi anestesi.
Hasil observasi selama ini di RSUP Haji Adam Malik, RSU Haji Mina dan
RSU dr. Pirngadi Medan ditemukan pasien merasa nyeri sewaktu disuntikkan
Propofol lewat intravena. Selain itu tekanan darah pasien sering turun setelah
penyuntikan obat Propofol sebanyak 25 30%.
Propofol yang merupakan suatu obat hipnotik dapat digunakan sebagai
obat alternatif untuk induksi maupun pemeliharaan anesthesia. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa obat ini dapat digunakan dengan penyuntikan secara berkala
(intermittent). Sementara itu untuk pemeliharaan anestesi dengan cara continous
infusion dapat menggunakan syringe pump, atau lazimnya disebut sebagai tehnik
TIVA (Total Intra Venous Anesthesia).3
Beberapa keunggulan dari Propofol meliputi waktu pulih sadar lebih cepat
dengan pulih sempurna tanpa ada perasaan yang tidak enak serta rendahnya insiden
mual dan muntah paska operasi.4
Propofol menimbulkan penurunan tekanan darah arterial. Kejadian bradikardi
yang berat dan asistol setelah pemberian Propofol pernah dilaporkan terjadi pada Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
pasien dewasa sehat walaupun telah diberikan propilaksis antikolinergik. Henti nafas
dapat terjadi dengan pemberian Propofol tergantung dari dosisnya14,24. Rasa nyeri
dapat terjadi pada waktu penyuntikan dengan Propofol.5
Di lain pihak ada tehnik induksi anestesi yang lain dengan induksi inhalasi
menggunakan obat obat inhalasi seperti Halothane, Isoflurane dan Sevoflurane.
Induksi dengan obat anestesi inhalasi mempunyai sejarah yang panjang dalam praktek
anestesi. Iritasi jalan nafas adalah salah satu sifat terpenting dari agen anestesi
inhalasi, khususnya bila kita gunakan untuk induksi. 2
Dengan ditemukannya obat inhalasi yang baru yaitu Sevoflurane
menyebabkan anestesiologis memikirkan lagi untuk memberikan anestesi dengan satu
macam obat dari mulai induksi sampai pemeliharaan anestesi yang disebut sebagai
VIMA (Volatile Induction and Maintenance of Anesthesia).6
Sevoflurane dengan kelarutan dalam darah yang rendah, bau yang tidak
menyengat, tidak mengiritasi saluran nafas, dan kardiovaskuler yang stabil
menyebabkan induksi inhalasi berjalan dengan cepat dan mulus. Umumnya, induksi
inhalasi dengan Sevofluran berjalan dengan baik. Kejadian menahan nafas, batuk,
eksitasi, spasme laring sangat rendah. Penambahan N2O saat induksi secara nyata
mengurangi kejadian eksitasi. Waktu induksi akan menjadi lebih cepat bila
Sevoflurane diberikan bersama dengan N2O 66%, dimana waktu induksi hanya 45
detik pada infant dan anak yang lebih tua.6
Pemberian Sevoflurane tidak berhubungan dengan takikardi atau vasodilatasi
koroner pada konsentrasi anestetik, berlawanan dengan Isofluran. Berbeda dengan
Halotane dan Enfluran, Sevoflurane tidak berhubungan dengan sensitasi myocardium
terhadap adrenalin7. Sevoflurane mendepresi kontraktilitas jantung secara ringan.
Sistemik vaskuler resisten dan tekanan darah arterial menurun sangat sedikit
dibandingkan Isofluran atau Desfluran.8
Adapun penggunaan Sevoflurane di ketiga rumah sakit tersebut sangat jarang
dipakai, padahal Sevoflurane sudah tersedia di ketiga rumah sakit tersebut dan
memiliki vaporizer Sevoflurane. Pengunaan Sevoflurane di RSU Haji Mina selama ini
memakai tehnik Sevoflurane 8% + N2O 50% dengan hasil setelah 4x nafas dalam
pasien sudah tertidur dengan hemodinamik stabil.
Maka dari itu dibuatlah penelitian ini yaitu membandingkan Sevoflurane 8% +
N2O 50% dengan Propofol 2 mg / kg BB IV sebagai obat induksi dalam kecepatan
dan perubahan hemodinamik. Dibeberapa rumah sakit dilakukan penelitian dengan Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
jenis obat yang sama antara lain : penelitian Thwaites A dkk (1997) induksi dengan
sevoflurane mempunyai beberapa keuntungan dimana MAP dipertahankan lebih baik
dengan Sevoflurane dibandingkan Propofol.9
Philip K Beverly dkk (1999) mendapatkan waktu induksi dengan Sevoflurane
8% + 75% N2O lebih pendek dibandingkan dengan Propofol10. Penelitian David A
Kirkbride dkk (2001) pada pasien yang dilaporkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam waktu induksi anestesi Propofol dan 8% Sevoflurane dan tetapi
kejadian apnoe lebih sering terjadi Propofol dibandingkan dengan Sevoflurane.11
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian singkat dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan / masalah penelitian sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan kecepatan dan perubahan hemodinamik pada penggunaan
induksi Sevoflurane 8% + N2O 50% dibandingkan dengan Propofol 2 mg / kg BB /
IV?
1.3. HIPOTESIS
Ada perbedaan kecepatan dan perubahan hemodinamik pada penggunaan induksi
antara Sevoflurane 8% + N2O 50% dibandingkan dengan Propofol 2 mg/kg BB IV
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan alternatif (pilihan) obat dan tehnik induksi pada tindakan general
anestesi.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan waktu induksi anestesi dengan Sevoflurane dan Propofol
2. Mengetahui perubahan hemodinamik (laju nafas, laju jantung, tekanan darah
dan saturasi oksigen) setelah induksi anestesi dengan Sevoflurane dan
Propofol.
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Dengan penelitian ini diharapkan keselamatan dan keamanan pasien sewaktu
induksi lebih baik.
2. Mengetahui tehnik dan obat mana yang lebih baik untuk dapat digunakan pada
tindakan general anestesi tertentu.
3. Dengan ditemukannya obat induksi yang cepat dan hemodinamik yang stabil
dapat diaplikasikan pada kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan
intubasi yang cepat untuk mencegah aspirasi.
4. Dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya
membandingkan obat obat anestesi yang lain dengan Sevoflurane.
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANESTESI INHALASI SEVOFLURANE
Kedalaman anestesi ditentukan dari kadar anestetika di dalam sistem saraf
pusat. Kecepatan mencapai kadar di dalam jaringan otak yang efektif (kecepatan
induksi anestesi) tergantung pada berbagai faktor farmakokinetika yang
mempengaruhi ambilan dan distribusi anestetika.17
Ambilan dan Distribusi
Konsentrasi suatu gas tertentu dalam campuran berbagai macam gas sebanding
dengan tekanan parsial.17 Prinsip objetif dari anestesi inhalasi adalah untuk mencapai
tekanan parsial otak yang konstan dan optimal terhadap anestesi inhalasi. Hal ini
menekankan bahwa tekanan parsial alveoli (PA) dari anestesi inhalasi mencerminkan
tekanan parsial otak (Pbr). Inilah alasan dimana PA digunakan sebagai index terhadap
kedalaman anestesi, pemulihan dari anestesi, dan MAC.14 Tercapainya kadar di dalam
jaringan otak yang memadai untuk terjadinya anestesi memerlukan transfer anestetika
tersebut dari udara alveoli ke dalam darah, dan selanjutnya ke otak. Kecepatan suatu
anestetika mencapai otak tergantung pada sifat kelarutan dari anestetika tersebut,
kadarnya dalam udara yang dihirup, kecepatan ventilasi paru, aliran darah ke paru,
dan perbedaan konsentrasi anestetika antara darah arteri dan campuran darah vena
(tekanan parsial).8;17
Gambar 2.1. Tekanan parsial alveoli seimbang dengan tekanan parsial darah arteri
seimbang dengan tekanan parsial otak14
a. Kelarutan
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi transfer suatu anestetika dari
paru paru ke dalam darah arteri adalah kelarutannya. Koefisien partisi darah:gas
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
merupakan indeks kelarutannya yang digunakan untuk menentukan afinitas relatif
suatu anestetika terhadap darah dibandingkan terhadap udara.14;17 Apabila suatu
anestetika dengan kelarutan di dalam darah rendah berdifusi dari paru paru menuju
darah arteri, maka hanya diperlukan relatif beberapa molekul saja untuk
meningkatkan tekanan parsialnya dan kelarutannya di dalam darah arteri akan
meningkat dengan cepat. Sebaliknya, pada anestetika dengan kelarutan sedang hingga
tinggi, maka lebih banyak molekul yang diperlukan larut sebelum terjadi perubahan
tekanan parsial secara berarti, dan tekanannya di dalam arteri akan meningkat dengan
lambat.8;14;17 Contoh: Sevoflurane yang mempunyai kelarutan rendah dalam
darah:gas-dapat mempercepat tekanan arteri yang tinggi dalam waktu singkat.
Akibatnya, obat ini cepat menghasilkan keseimbangan dengan otak dan menyebabkan
induksi anestetika yang lebih cepat.17
b. Konsentrasi Anestetika dalam Udara yang dihirup
Konsentrasi suatu anestetika inhalasi di dalam campuran gas yang dihirup
mempunyai efek langsung pada tekanannya di dalam darah arteri. Menurut hukum
Fick, meningkatkan konsentrasi anestetika yang dihirup akan meningkatkan
kecepatan induksi anestesi dengan jalan meningkatkan kecepatan transfer didalam
darah.17
c. Ventilasi Paru
Kecepatan peningkatan tekanan gas anestetika di dalam darah arteri
bergantung secara langsung pada kecepatan dan kedalaman anestesi, yaitu ventilasi
per menit. Besarnya efek berbeda beda sesuai dengan koefisien partisi darah:gas.
Suatu peningkatan dalam ventilasi paru hanya diikuti sedikit kenaikan tekanan arteri
pada anestetika yang mempunyai kelarutan dalam darah rendah atau koefisien rendah.
Akan tetapi, pada anestetika dengan kelarutan dalam darah atau koefisiennya sedang
sampai tinggi, dapat menyebabkan peningkatan tekanan yang berarti.17
d. Aliran darah paru
Perubahan dalam kecepatan aliran darah dari / dan menuju paru
mempengaruhi proses transfer berbagai gas anestetika. Suatu peningkatan di dalam
aliran darah paru (peningkatan curah jantung) memperlambat kecepatan peningkatan
tekanan arteri. Sebaliknya, menurunnya aliran darah menuju paru menghasilkan efek
yang berlawanan dan meningkatkan kecepatan peningkatan tekanan arteri dari
anestetika inhalasi.14;17
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
e. Perbedaan konsentrasi Arteri dan Vena
Perbedaan konsentrasi anestetika antara darah arteri dan darah vena campuran
terutama bergantung pada ambilan senyawa anestetika oleh jaringan.17 Jaringan dapat
dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan kelarutan dan aliran darah.Kelompok perfusi
yang tinggi dengan vaskularisasi yang banyak (otak, jantung, hati, ginjal dan organ
organ endokrin) adalah yang pertama meng-uptake obat anestesi inhalasi.
Kelarutannya yang sedang dan volume yang kecil membatasi kapasitas kelompok ini,
jadi ia juga yang pertama diisi. Kelompok kulit dan otot tidak begitu baik perfusinya,
sehingga uptakenya juga rendah. Tetapi mempunyai kapasitas yang besar karena
volumenya yang besar sehingga uptake akan terus berlanjut hingga beberapa jam.
Perfusi dari kelompok lemak hampir sama dengan kelompok otot, tetapi kelarutan
obat anestesi dalam lemak dipengaruhi oleh kapasitas total yang dapat menjadi
berhari-hari. Kelompok dengan perfusi minimalis dengan aliran vena yang sedikit
(tulang, ligamentum, gigi, rambut, dan tulang rawan) uptakenya tidak signifikan.8;14
Uptake obat inhalasi dibuat dalam suatu kurva yang menggambarkan
hubungan antara peningkatan konsentrasi alveolar dengan waktu (gambar 2.2)
Gambar 2.2. Kurva hubungan antara peningkatan konsentrasi alveolar vs waktu 8
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi
Recovery dari anestesi tergantung dari penurunan konsentrasi obat anestesi
inhalasi di jaringan otak. Obat anestesi inhalasi dapat dieliminasi melalui
biotranformasi, penguapan melalui kulit ataupun ekspirasi. Biotransformasi biasanya
dihitung untuk peningkatan minimal dari kecepatan penurunan tekanan partial
alveolar. Rute terpenting dari eliminasi obat anestesi inhalasi melalui alveolus.
Banyak faktor-faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat recovery, yaitu :
eliminasi rebreathing, fresh gas flow yang tinggi, volume sirkuit yang rendah,
absorbsi yang rendah dari sirkuit obat anestesi inhalasi, penurunan kelarutan cerebral
blood flow (CBF) yang tinggi, dan peningkatan ventilasi.8
Cara kerja obat-obat anestesi inhalasi
Site of action makroskopik semua obat-obat anestesi inhalasi tidak hanya di
satu tempat. Daerah otak yang spesifik dipengaruhi oleh obat anestesi inhalasi
termasuk reticular activating system, cerebral cortex, cuneate nucleus, olfactory
cortex dan hippocampus. Obat anestesi inhalasi juga mendepresi transmisi rangsang
di spinal cord, terutama pada level dorsal horn interneuron yang bertanggung jawab
terhadap transmisi rasa sakit. Perbedaan aspek dari obat anestesi inhalasi berhubungan
dengan struktur subkortikal seperti spinal cord atau batang otak. Satu studi terhadap
tikus menyatakan bahwa penggangkatan cortex cerebri tidak mempengaruhi potensi
dari obat anestesi inhalasi.8
Pada level mikroskopik, transmisi sinaptik lebih sentitif terhadap obat anestesi
inhalasi daripada konduksi akson, walaupun akson-akson saraf dengan diameter kecil
lebih mudah dipengaruhi. Baik mekanisme presinaptik maupun mekanisme
postsinaptik, keduanya dapat diterima.8
Kerja obat-obat anestesi umum dapat diakibatkan oleh perubahan dalam salah
satu dari banyak sistem selular termasuk ligandated ion channels, fungsi-fungsi
second messenger atau reseptor-reseptor neurotransmitter. Sebagai contoh,banyak
obat-obat anestesi yang meningkatkan inhibisi -aminobutiric acid (GABA) dari CNS.
Lebih lanjut lagi, reseptor GABA agonist meningkatkan anestesi, dimana GABA
antagonist menurunkan efek-efek beberapa obat anestesi inhalasi. Ada hubungan yang
kuat antara potensi obat anestesi inhalasi dengan potensi dari aktifitas GABA
receptor. Maka, kerja obat anestesi inhalasi berhubungan dengan ikatan hydrophobic
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
dengan protein channel (reseptor-reseptor GABA). Modulasi fungsi GABA adalah
mekanisme utama dari kerja banyak obat-obat anestesi.8;17
Sevoflurane telah disintesa tahun 1968 dan diizinkan oleh FDA untuk
digunakan sebagai obat inhalasi anestesi pada Juni 1995.7 Sebagai suatu obat inhalasi
yang baru menyebabkan anestesiologis memikirkan lagi untuk memberikan anestesi
dengan satu macam obat dari mulai induksi sampai pemeliharaan anestesi yang
disebut sebagai VIMA (Volatile Induction and Maintenance of Anaesthesia). Konsep
VIMA sangat berguna terutama pada pediatrik atau dewasa yang tidak mau dipasang
jalur vena. VIMA memerlukan persyaratan obat anestesi inhalasi tertentu yaitu MAC
rendah koefisien partisi (kelarutan) yang rendah serta tidak ada atau minimal iritasi
terhadap jalan nafas, sehingga untuk VIMA paling tepat digunakan Sevoflurane. 6, 9
Seperti diketahui reseptor yang merespon rangsang iritasi kimia terdapat di
lapisan epitel dan subepitel pada laring dan faring. Eferen dari jalur reseptor ini
terdapat di nervus laryngeal superior dan bersinaps di batang otak. Pada orang
dewasa, respon utama terhadap rangsang iritasi adalah menutupnya glottis dan
menahan nafas. Pada rangsangan yang lebih kuat akan timbul reflek batuk dan dapat
terjadi spasme laring. Aktivitas reflek saluran nafas atas ini sangat penting untuk
menjaga dan mencegah komplikasi jalan nafas atas selama anestesi (spasme laring,
batuk) 2.
Pada umumnya pemilihan obat anestesi inhalasi tergantung pada :
- efek terhadap kardiopulmonal
- hasil degradasi dengan soda lime
- metabolit yang dihasilkan
- berapa banyak yang dimetabolisme
2.1.1. FARMAKOKINETIK
Sevoflurane dengan nama dagang Sevorane adalah suatu obat anestesi volatil
yang non-flamable, non-explosive, derivat fluorine dan isopropyl ether.
Secara kimia sebagai fluoro methyl 2.2.2 trifluoro -1- (trifluoromethyl) ethyl ether,
dengan berat molekul 200,05 dan rumus bangun sebagai berikut 6, 12, 13 :
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
F3C
CH OCH2F
F3C
Sevoflurane
(fluoromethyl 2.2.2. trifluoro - 1- (trifluoromethyl) ethyl ether)
Gambar 2.3. Rumus Bangun Sevoflurane 6
Sevoflurane adalah suatu cairan yang jernih, tidak berwarna, tanpa additive
atau stabiliser kimia. Tidak iritasi, stabil disimpan di tempat biasa (tidak perlu tempat
gelap). Tidak terlihat adanya degradasi Sevoflurane dengan asam kuat maupun panas.
Hanya diketahui ada reaksi degradasi bila ada kontak langsung dengan CO2 absorben
(sodalime / baralime) menimbulkan terbentuknya penta fluoro isopropenyl
fluoromethyl ether (PIFE, C4H2F6O) suatu derivat haloalken, yang disebut Compound
A. Juga sejumlah penta fluoromethoxyisopropyl fluoro-methyl ether (PMFE,
C5H6F6O) yang disebut Compound B. 6, 12, 14
Compound A bersifat nefrotoksik pada tikus, sehingga akan menimbulkan
kerusakan pada ginjal 14, tetapi tidak ada bukti bersifat nefrotoksik pada manusia.
Kontras dengan obat anestesi inhalasi lain yang didegradasi oleh sodalime menjadi
karbon monoksida, Sevoflurane sangat sedikit (sehingga bisa diabaikan) dalam
pembentukan karbon monoksida. Sevoflurane tidak korosif terhadap stainless steel,
kuningan, maupun alumunium. 6, 14
Struktur kimia dari Sevoflurane adalah sedemikian rupa sehingga dalam
metabolisme tidak berubah menjadi acylhalide. Metabolisme Sevoflurane tidak akan
menghasilkan trifluoroacetylatid liver protein oleh karena itu tidak menstimulasi
pembentukan antibodi trifluoroacetylated protein. Inilah perbedaan Sevoflurane dari
Halotan, Enfluran, Isofluran dan Desfluran, dimana semuanya ini dimetabolis menjadi
hasil antara acetyl halide yang reaktif yang potensial akan menghasilkan
hepatotoksisitas sebagaimana sensitifitas silang antara obat obat. 14
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Tabel 2.1. : Koefisien partisi anestesi inhalasi pada suhu 37C 6
Agent Blood/Gas Brain/Blood Muscle/Blood Fat/Blood
Nitrous oxide 0.47 1.1 1.2 2.3
Halothane 2.40 2.9 3.5 60
Metoxyflurane 12.00 2.0 1.3 49
Enflurane 1.90 1.5 1.7 36
Isoflurane 1.40 2.6 4.0 45
Desflurane 0.42 1.3 2.0 27
Sevoflurane 0.59 1.7 3.1 48
Kelarutan Sevoflurane yang rendah dalam darah dan koefisien partisi gas
dalam darah 0,09 untuk dewasa dan 0,06 untuk bayi baru lahir menyebabkan
konsentrasi alveolar meningkat dengan cepat selama induksi dan cepat menurun
setelah pemberian Sevoflurane dihentikan. 6, 7, 12, 15
Hal ini dikonfirmasikan dalam penelitian klinis dimana konsentrasi inspirasi
(Fi) dan konsentrasi end-Tidal (FA) diukur
FA/Fi (Wash in) pada 30 menit adalah 0,85.
FA/FAO (Wash out) pada 5 menit adalah 0,15.
Eliminasi paru yang cepat mengurangi jumlah obat anestesi yang dimetabolisme.
Pada manusia < 5% Sevoflurane diabsorbsi dan dimetabolisme menjadi
hexafluoroisopropanol (HFIP) dengan pelepasan fluorida inorganik dan CO2. Sekali
terbentuk HFIP, dengan cepat berkonjugasi dengan asam glukoronik dan dieliminasi.
Tidak dimetabolisme menjadi trifluoroacetic acid. Tidak ada pengaruh yang nyata
pada fungsi ginjal. 6
MAC :
MAC Sevoflurane terlihat pada tabel di bawah ini. Pada pasien dewasa (40
tahun), MAC Sevoflurane adalah 2,05 yang menurun dengan bertambahnya umur,
pemberian N2O, opioid, barbiturat, benzodiazepine, alkohol, temperatur, obat yang
mempengaruhi konsentrasi katekolamin sentral dan perifer (misalnya : reserpin, alpha
methyl dopa). 6
MAC Sevoflurane adalah 2,5% untuk pasien yang berumur 6 bulan sampai 12 tahun
dan 3,2 3,3% untuk bayi dibawah umur 6 bulan. 15
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Tabel 2.2. : Equivalen MAC dalam Oksigen dan N2O/O2 6
Table : MAC Equivalents in Oxygen and N2O/O2
Age In Oxygen (%) In N2O/O2
0 - < 1 month 3.3 -
1 - < 6 month 3.0 -
6 - < 12 month 2.8 -
1 - < 3 years 2.6 1.98**
3 - < 5 years 2.5 -
5 - < 12 years 2.4* -
18 years 2.8 -
20 years 2.7 -
25 years 2.5 1.4
30 years 2.3 1.3
35 years 2.2 1.2
40 years 2.05 1.1
50 years 1.8 0.98
60 years 1.6 0.87
70 years 1.5 0.78
75 years 1.4 0.74
80 years 1.4 0.70
87 years 1.3 -
MAC was determined in 60% N2O for pediatric and 65% N2O for adult patients : * =
The actual age range in this group was 5 10 years; ** = The actual range in this
group was 1 2 years.
Reaksi dengan Soda Lime
Penelitian Frink dan kawan kawan menunjukkan jumlah produk yang terurai
dari Sevoflurane dalam sodalime dan baralime dalam penelitiannya hanya Compound
A yang dapat ditemukan dimana konsentrasi rata rata < 20 ppm. 12
Sevoflurane didegradasi dengan CO2 absorben (baralime > soda lime) untuk
membentuk Compound A. Metabolit produk ini potensial toksik pada ginjal tikus
pada konsentrasi > 100 ppm. Nefrotoksik compound A memerlukan enzim intrarenal
beta liase yang tidak dijumpai pada ginjal manusia. Jadi tidak mengherankan bahwa
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
tidak ada kerusakan ginjal akibat compound A pada manusia setelah dianestesi
dengan Sevoflurane pada pasien yang pra bedah terdapat kelainan ginjal yang nyata.
Tetapi karena produksi compound A lebih besar pada low flow tehnik maka FDA
mengatakan Sevofluran jangan digunakan pada sistem setengah tertutup dengan aliran
gas < 2 l/mnt, tetapi setelah dilakukan penelitian lebih jauh lagi, sekarang Sevoflurane
telah dipakai untuk sistem tertutup, dimana jumlah aliran gas hanya 250 ml/m, tanpa
ditemukan kelainan, walaupun demikian FDA tetap menganjurkan aliran gas jangan
kurang dari 2 l/mnt bila menggunakan Sevoflurane.6
Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan compound A pada sirkuit
anestesi adalah konsentrasi Sevoflurane, tipe CO2 absorben (soda lime atau baralime),
kecepatan aliran dari gas anestesi, produksi CO2 (temperatur), waktu (lama anestesi)
dan kekeringan CO2 absorben (water content).
METABOLISME
Sevoflurane dimetabolisme oleh hepatik cytochrome P450 2EL sebanyak 2
5% dengan metabolik produk utama fluorida inorganik dan hexafluoroisopropanol
(HFIP). Kontras dengan TFA, HFIP tidak diikat oleh protein hepar dan tidak
menunjukkan bukti adanya toksisitas pada hati (Green, 1994). HFIP dengan cepat
dikonjugasi oleh asam glukoronide dan kemudian diekskresi. Konjugasi ini demikian
cepat, sehingga konsentrasi HFIP tidak dapat diukur (karena sangat rendah) pada
manusia. 6, 14
Konjugasi HFIP dikeluarkan melalui urin dan dikeluarkan secara lengkap dalam 24
jam.
Metabolit Sevoflurane yang paling penting adalah fluorida inorganik. Pada 0,8
1,1 MAC hour anestesi dengan Sevoflurane pada anak menunjukkan peningkatan
serum ion fluorida rata rata 10 13 mMol/liter. Nilai paling tinggi mencapai 45
mMol/liter tanpa adanya efek nefrotoksik.14
Ada beberapa alasan mengapa konsentrasi ion fluorida yang tinggi setelah
anestesi dengan sevoflurane tidak nefrotoksik pada manusia sedangkan konsentrasi
ion fluorida yang sama setelah anestesi dengan metoksifluran bersifat nefrotoksik.
Pertama, konsentrasi puncak ion fluorida terjadi dalam 1 2 jam dan menurun kenilai
normal dalam waktu 24 48 jam setelah anestesi dengan Sevoflurane, sedangkan
setelah anestesi dengan metoksifluran, konsentrasi puncak terjadi dalam 1 3 hari dan
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
kembali kenilai normal dalam waktu 1 3 minggu. Kedua, defluorinisasi Sevofluran
tidak terlihat pada ginjal manusia.
Puncak konsentrasi fluorida inorganik pada serum setelah pemberian
Sevoflurane adalah 2 jam setelah akhir anestesi, sedangkan metoksiflurane sampai 1
3 hari. Konsentrasi fluorida ini kembali ke asal dalam waktu 48 jam, sedangkan
melalui paru mengurangi jumlah obat yang dimetabolisme. Tidak nefrotoksiknya
Sevoflurane dapat diterangkan sebagi berikut :
1. Koefisien partisi blood/gas dan oil/gas sevoflurane lebih rendah daripada
metoksiflurane.
2. Metabolisme sevoflurane < 5% sedangkan metabolisme metoksiflurane 50%.
3. Jumlah defluorinisasi pada ginjal lebih sedikit daripada metoksiflurane.
4. Peningkatan konsentrasi fluorida inorganik lebih rendah.
CF3 OH CF3 CF3
CH2F O C CF3 CHF O C CF3 F + CO2 + HO C CF3
(HFIP)
H H H
Sevoflurane Sevoflurane Intermediate
HFIP-
glucuronide
Gambar 2.4. Sevoflurane Metabolic Pathway 6
2.1.2. FARMAKODINAMIK
Sevoflurane bekerja cepat, tidak iritasi, induksi lancar dan cepat serta
pemulihan yang cepat setelah obat dihentikan. 6, 12
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Sevoflurane dapat juga menimbulkan depresi ventilasi tergantung dari dosis
yang diberikan. Efek iritasi jalan nafas dan kejadian batuk waktu induksi dapat
diabaikan, jika dibandingkan dengan Isofluran, Halotan atau Enfluran.7, 13
Pada penelitian anjing dan manusia, ambang aritmogenik karena adanya
epinefrin sama seperti Isofluran dan lebih tinggi daripada Halotan. Penelitian pada
anjing menunjukkan bahwa Sevoflurane tidak menunjukkan adanya penurunan
perfusi kolateral miokardium (tidak ada Coronary steal). Pada penelitian klinis,
kejadian miokardial iskemia dan miokardial infark pada pasien dengan resiko untuk
miokardial iskemia sebanding antara Sevoflurane dan Isoflurane 6. Percobaan pada
anjing, Sevoflurane menurunkan konsumsi oksigen miokardial tanpa menurunkan
aliran darah miokardial. Sevoflurane menyebabkan pelebaran pembuluh arteri
koroner. Rasio ekstraksi oksigen miokardial dan ekstraksi laktat miokardial yang
menurun dengan sevoflurane 13. Pada binatang percobaan, regional blood flow (misal
: sirkulasi hepar, ginjal dan serebral) dipertahankan dengan baik dengan Sevoflurane.
Pada penelitian kelinci dan anjing pada penelitian klinis, perubahan perubahan pada
neurohemodinamik (CBF, CMRO2 dan CPP) sebanding antara Sevoflurane dan
Isoflurane. Sevoflurane mempunyai efek minimal pada ICP dan reaksi terhadap CO2
tetap dipertahankan 6. Auto regulasi aliran darah otak tampak terjaga dengan
Sevoflurane, hal ini bertentangan dengan obat obat anestesi yang lain 7. Sama
seperti Isofluran dan Desfluran, Sevoflurane menyebabkan sedikit peninggian pada
CBF dan ICP. Pada normokarbia walaupun beberapa penelitian menunjukkan suatu
penurunan dalam tekanan darah, konsentrasi yang tinggi dari Sevoflurane dapat
menyebabkan kerusakan autoregulasi CBF 8.
2.1.3. Sevoflurane untuk Tindakan Khusus
a. Sevoflurane untuk bedah kardiovaskuler / pasien dengan resiko iskemik
jantung
Penelitian Ebert dkk pada 12 sukarelawan sehat yang berumur antara 20 29
tahun, dengan Sevoflurane denyut jantung tidak berubah walaupun dinaikkan 0,5
MAC secara bertahap untuk mencapai konsentrasi yang stabil (0,5; 01,0; 1,5 MAC).
Sebaliknya Isofluran meningkatkan denyut jantung, hal itu menunjukkan
adanya tendensi inhibisi aktivitas saraf simpatis oleh Sevoflurane.
Adanya kestabilan kardiovaskuler dengan Sevoflurane membuat Sevoflurane
sebagai obat yang baik untuk pasien dengan penyakit jantung koroner atau yang Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
mempunyai resiko iskemik jantung miokard. Kejadian episode hipertensi atau
hipotensi dengan Sevoflurane sebanding dengan Isofluran.6
b. Sevoflurane untuk Sectio Caesarea
Anestesi dengan Sevoflurane untuk Sectio Caesarea (SC) menunjukkan hasil
yang baik untuk ibu dan neonatus.
Asada dkk menunjukkan bahwa induksi dan pemulihan akan lancar dan cepat
dengan Sevoflurane pada 16 pasien yang dilakukan SC. Kontraksi uterus spontan
dipertahankan dengan baik dan kehilangan darah minimal. Tidak ada efek yang buruk
pada neonatus dan ibu.
Sharma, Gambling dkk menunjukkan bahwa Sevoflurane merupakan suatu
alternatif yang aman dari Isofluran untuk SC. Efek terhadap neonatus, perubahan
hemodinamik ibu, kejadian efek samping pasca bedah, adalah sebanding antara
Sevoflurane, Isofluran dan anestesi spinal. 6
c. Sevoflurane pada Bedah Saraf
Efek sevoflurane pada sistem saraf menyebabkan Sevoflurane merupakan obat
yang baik untuk neuroanestesi karena :
- Mempertahankan autoregulasi serebral
- Sevoflurane menurunkan CMRO2, analog dengan obat anestesi inhalasi
dan intravena.
- Pengaruh terhadap ICP dan respons pada hipokapnia serupa dengan
Isofluran.
- Kelarutan gas darah yang rendah menyebabkan Sevoflurane lebih baik
daripada Isofluran bila pasien perlu dibangunkan ketika operasi sedang
berlangsung.
- Pemulihan yang cepat menyebabkan mudahnya menaksir fungsi
neurologist paska bedah.
- Pengaruh pada EEG sama seperti Isofluran.
- Tidak ada bukti bahwa Sevoflurane menyebabkan aktivitas epileptiform
selama periode normokapnia atau hipokapni, berbeda dengan Enfluran
yang bisa menyebabkan kejang hipokapni.
d. Sevolurane dan liver Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Penelitian dengan melakukan pemeriksaan laboratorium fungsi hepar
(SGPT,SGOT, alkaliphospatase, bilirubin total) menunjukkan bahwa Sevoflurane
tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada fungsi hepar.
Penelitian pada 16 pasien dengan penyakit hati (Child Class A dan B)
menunjukkan bahwa Sevoflurane dan Isofluran sama efektif dan ditoleransi dengan
baik bila digunakan sebagai obat tunggal untuk pemeliharaan anestesi pada pasien
dengan gangguan fungsi pada hati.
Apabila dibandingkan penurunan Hepatic Blood Flow (HBF) antara Halotan,
Enfluran dan Sevoflurane, maka yang paling kecil menurunkan HBF adalah
Sevofluran, sedangkan yang paling banyak menurunkan HBF adalah Halotane. 6, 12, 13
e. Sevoflurane dan Ginjal
Telah dilakukan penelitian pada pasien dengan populasi yang bervariasi (anak
anak, dewasa, geriatrik, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, obesitas,
pasien yang dilakukan operasi bedah jantung terbuka, operasi lebih dari 6 jam)
menunjukkan bahwa dari hasil penelitian laboratorium, Sevoflurane tidak mempunyai
pengaruh yang nyata pada fungsi ginjal. 12, 13
Juga telah dilakukan penelitian pada pasien dengan gangguan ginjal dengan
serum kreatinin > 1,5 mg%. ternyata tidak ada perubahan yang nyata secara klinis
pada serum kreatinin, asam urat, osmolaritas, serum elektrolit, BUN, hal ini
menunjukkan bahwa Sevoflurane aman untuk pasien dengan kelainan fungsi ginjal.
Pada penelitan perbandingan antara Sevoflurane dan Isofluran, menunjukkan
bahwa konsentrasi puncak rata rata ion fluorida inorganik dan nilai tertingginya
setelah 1 8 jam anestesi dengan sevoflurane pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal sekitar 33,4 Mol dan 51,2 Mol. 6, 13
f. Sevoflurane untuk Geriatrik
Sevoflurane telah dibuktikan sebagai obat anestesi yang efektif untuk semua
golongan umur termasuk geriatrik.
MAC menurun dengan meningkatnya umur.
DeSouza dkk menunjukkan bahwa pemulihan lebih cepat dengan Sevoflurane
daripada dengan Isofluran. Frekuensi denyut jantung lebih rendah dengan Sevoflurane
daripada dengan Isofluran.
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Tidak ada perbedaan antara Sevoflurane dengan Isofluran pada pemeriksaan
laboratorium atau tekanan darah sistolik.
Konsentrasi ion fluorida-inorganik paska anestesi lebih tinggi dengan
Sevoflurane dibandingkan dengan Isofluran. Tetapi lebih tingginya konsentrasi ion
fluorida-inorganik ini hanya selintas dan menurun secara kontinu pada periode paska
anestesi. Para peneliti tersebut tidak melaporkan adanya bukti disfungsi ginjal atau
hati. 6
Gambaran fisikokimia, farmakodinamika, pemulihan dan komplikasi terlihat pada
tabel dibawah ini.
Table 2.3. : Sifat Fisikokimia Anestesi Inhalasi 27
Physicochemical Properties of Most Widely Used Volatile Anesthetics
Physicochemical
Properties
Halothane Enflurane Isoflurane Desflurane Sevoflurane
Odor Pleasant Unpleasant Unpleasant Unpleasant Pleasant
Iritating to
Respiratory
System
No Yes Yes Yes No
Blood / Gas
Partition
Coefficient
2.35 1.91 1.4 0.42 0.63
Oil / Gas
Partition
Coefficient
224 96 91 18.7 47
Brain / Blood
Partition
Coefficient
1.9 1.3 1.6 1.3 1.7
Minimum
Alveolar
Concentration
(MAC.%) (=40
years of age)
0.76 1.68 1.15 6.0 2.05
Reacts with Yes No No No No
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
metals
UV Light
Stability
No Stable Stable NA Stable
Soda Lime
Stability
No No No No No
Antioxidant
Needed
Thymol No No No No
Metabolism (%) 17 20 2.4
-
Obat ini tampaknya tidak menimbulkan efek kumulatif ataupun keterlambatan
bangun setelah pemberian infus jangka lama. Karakteristik yang menguntungkan ini
menyebabkan penggunaan Propofol secara luas sebagai komponen pada anestesi
berimbang dan popularitasnya sebagai anestetika yang digunakan dalam pembedahan
siang hari (day surgery). Obat ini juga efektif untuk memperpanjang sedasi pada
pasien pasien dalam kondisi kegawatdaruratan. 17
2.2.1. STRUKTUR DAN AKTIVITAS
Propofol mengandung satu cincin phenol dengan dua ikatan gugus isoprophyl
dengan Berat Molekul 178 Dalton. Panjang ikatan alkilphenol ini akan mempengaruhi
potensi, induksi dan karakteristik pemulihan. Karena Propofol sukar larut, maka
bentuk sediaan yang biasa diberikan adalah emulsi minyak dalam air yaitu larutan 1%
yang mengandung 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol dan 1,2% lechitin telur.
Karena sediaan ini mengandung 1,2% lechitin telur maka perlu perhatian terhadap
riwayat alergi telur, karena lechitin telur diekstraksi dari kuning telur. 8
Formula ini menyebabkan nyeri pada saat penyuntikan (lebih jarang pada
pasien tua) yang dapat dikurangi dengan penyuntikan pada vena besar dan dengan
pemberian injeksi Lidocain 0,1 mg/kgBB sebelum penyuntikan Propofol untuk
induksi atau dengan mencampurkan 2 ml Lidocain 1% dengan 18 ml Propofol
(larutan 1 : 10) dapat menurunkan pH dari 8 menjadi 6,3. 16
2.2.2. MEKANISME KERJA
Efek sedatif hipnotik dari Propofol melalui interaksi dengan asam Gamma
Amino Butirat (GABA), terutama sekali menghambat neurotransmitter di system
saraf pusat. Ketika reseptor GABA diaktifkan, hantaran klorida transmembran
meningkat, menyebabkan hiperpolarisasi dari membran sel post sinaptik dan
penghambatan secara fungsional dari neuron postsinaptik. 14
Interaksi Propofol dengan komponen spesifik dari kompleks reseptor GABA
menunjukkan penurunan laju disosiasi GABA dari reseptornya, oleh karena itu akan
meningkatkan lama kerja aktivasi GABA dalam pembukaan channel klorida yang
menyebabkan hiperpolarisasi membran sel. 14
2.2.3. FARMAKOKINETIK
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Propofol hanya tersedia dalam bentuk sediaan intravena baik untuk induksi
anestesi umum ataupun untuk sedasi sedang sampai sedasi dalam. Penyuntikan harus
cepat < 15 detik. Sifat kelarutannya yang tinggi di dalam lemak menyebabkan mulai
masa kerjanya sama cepatnya dengan Thiopental (satu siklus sirkulasi dari lengan ke
otak) konsentrasi puncak di otak diperoleh dalam 30 detik dan efek maksimum
diperoleh dalam 1 menit. Pulih sadar dari dosis single bolus juga cepat disebabkan
waktu paruh distribusinya (2 8 menit). 8
Klirens Propofol dari plasma sebagian besar melalui aliran darah hepar.
Metabolisme hepar sangat cepat dan besar menghasilkan dalam bentuk tidak aktif
sulfat yang larut di dalam air dan sisa metabolisme asam glucoronida yang
diekskresikan melalui ginjal. Kurang dari 0,3% dari dosis diekskresikan dalam bentuk
yang tidak berubah melalui urin. Kecepatan klirens Propofol sangat cepat (10 kali
lebih cepat dibanding Thiopental) yang mungkin merupakan salah satu penyebab
relatif cepatnya masa pemulihan setelah mendapat infus Propofol. 8
Kecepatan eliminasi Propofol melewati aliran darah hati kurang lebih 1,500
ml/menit. Lange et al menggunakan kateterisasi vena untuk memperkirakan klirens
hati kira kira hanya 1,060 ml/menit, jumlah itu kira kira hampir separuh dari total
klirens hati. Studi juga memperkirakan hampir separuh metabolisme Propofol adalah
melalui ekstra hepatik 20. Paru paru memegang peranan yang utama dalam
metabolisme ekstrahepatik dan mempunyai peranan untuk eliminasi sampai 30%
dari satu bolus dosis Propofol. 18
Waktu paruh eliminasi adalah 0,5 1,5 jam, tetapi yang lebih penting waktu
paruh dari infus Propofol yang diberikan selama 8 jam adalah < 40 menit. Waktu
paruh dari Propofol sangat sedikit sekali dipengaruhi oleh lamanya pemberian infus
karena klirens metabolik yang cepat pada saat infus dihentikan sama seperti obat yang
kembali dari jaringan sirkulasi, tidak serta merta menurunkan konsentrasi obat di
dalam plasma. Pemanjangan pemakaian infus Propofol pada pasien di Intensive Care
Unit dan adanya pemanjangan kadar dalam plasma pada pasien yang diberikan infus
durante operasi menunjukkan adanya peningkatan volume distribusi dan waktu
paruh.hal ini menunjukkan bahwa proses distribusi di jaringan otot dan lemak lebih
luas dari yang selama ini dibayangkan. Walaupun demikian, penemuan ini masih
belum mencerminkan konsekwensi klinis untuk intra operatif anestesi. 20
Selain kecepatan klirens metabolik dari Propofol, tidak ada bukti gangguan
eliminasi pada pasien dengan cirrhosis hepatik. Gangguan fungsi ginjal juga tidak Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
mempengaruhi klirens Propofol, karena dari observasi didapat bahwa 75% dari sisa
metabolisme Propofol dieliminasi melalui urin pada 24 jam pertama. Pasien diatas 60
tahun mengalami penurunan klirens plasma Propofol dibanding dengan usia muda.
Kecepatan klirens Propofol ini juga memastikan bahwa obat ini dapat diberikan dalam
bentuk infus kontinu tanpa adanya akumulasi yang besar. Propofol dapat menembus
sawar plasenta tetapi dapat dengan cepat pula menghilang dari sirkulasi neonatus.14,20
2.2.4. FARMAKODINAMIK
Dosis yang diperlukan untuk induksi anestesi tergantung dari umur umumnya
kira kira 2 mg / kg BB / IV untuk orang yang berumur dibawah 60 tahun dan untuk
umur diatas 60 tahun 1,6 mg / kg BB / IV 19 atau kira kira 25 50% lebih rendah
dari dosis induksi biasa . 14
Efek pada Sistem Sistem Organ
Sistem Kardiovaskuler
Propofol menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang lebih besar
dibandingkan dengan thiopental yaitu sebesar kurang lebih 25 40% 20. Penurunan
tekanan darah ini disertai dengan perubahan cardiac output dan sistemik vaskuler
resisten. Relaksasi otot otot polos jantung dihasilkan oleh propofol terutama sekali
karena adanya daya inhibisi aktivitas saraf simpatis. Efek inotropik negatif mungkin
merupakan hasil penurunan pengambilan kalsium intrasel yang selanjutnya
menginhibisi influx kalsium pada trans sarcolema 14. Stimulus yang dihasilkan oleh
laryngoskopi direk dan intubasi trakea menaikan kembali tekanan darah. Walaupun
obat ini lebih efektif dari Thiopental dalam hal menghilangkan gejolak dari efek
presor tersebut . 14
Hipotensi lebih banyak terjadi dibandingkan dengan Thiopental. Faktor
ekstraserbasi hipotensi antara lain meliputi dosis yang besar kecepatan induksi dan
umur yang sudah tua .8
Propofol juga efektif mencegah respon hipertensi pada saat pemasangan
laryngeal mask airway. Walaupun bisa mencegah kenaikan konsentrasi epinephrine
yang diikuti oleh kenaikan yang tiba tiba dari konsentrasi desflurane. Tekanan darah
ditimbulkan dari efek propofol mungkin tidak terjadi pada pasien yang mengalami
hipovolemik, pasien tua, dan pasien dengan penyakit gangguan fungsi dari ventrikel
kiri yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Hidrasi adekuat sebelum Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
pemberian cepat dari Propofol dianjurkan untuk mengurangi efek penurunan tekanan
darah ini. Penambahan gas nitrus oksida tidak mempengaruhi efek kardiovaskuler dari
Propofol. 14
Disamping penurunan dari tekanan darah sistemik, frekuensi denyut jantung
biasanya tetap tidak berubah, berbeda dengan kenaikan denyut jantung yang muncul
pada saat pemberian Thiopental intravena secara cepat. Propofol dapat menurunkan
aktivitas saraf simpatis lebih besar dibanding aktivitas parasimpatis. Sehingga
menyebabkan predominannya aktivitas saraf parasimpatis.
Bradikardi yang berhubungan dengan kematian
Bradikardi yang berat dan asistol dapat terjadi pada pasien muda yang sehat
meskipun sebelumnya telah diberikan antikolinergik. 14
Resiko bradikardi sampai kematian diperkirakan 1,4 dalam 100.000 pasien. 14
Bradikardi yang berat berulang dan fatal pada anak anak di ICU pernah
dilaporkan dengan pemakaian sedasi Propofol yang lama.
Propofol dapat menyebabkan reflek okulokardiak pada anak anak yang
menderita strabismus walaupun sebelumnya dicegah dengan antikolinergik. 14
Paru paru
Propofol dapat menyebabkan depresi ventilasi tergantung dosis dengan
kejadian henti nafas sekitar 25 35% pasien 14. Rumatan infusi Propofol dapat
menurunkan volume tidal dan frekwensi pernafasan.
Propofol dapat menyebabkan terbebasnya histamine, induksi dengan Propofol
dapat menghasilkan bronkodilatasi dan penurunan kejadian wheezing durante operasi
pada pasien dengan riwayat asma. Sehingga Propofol tidak di kontra indikasikan pada
pasien dengan riwayat asma. 8
Fungsi Hati dan Ginjal
Propofol tidak menyebabkan efek samping pada hati dan ginjal yang diketahui
dari pengukuran enzim transaminase hati atau konsentrasi kreatinin.
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Pemberian infus yang lama dapat menyebabkan urin berwarna hijau
menggambarkan adanya phenol di urin. Perubahan ini tidak mempengaruhi fungsi
ginjal.
Ekskresi asam urat di dalam urin meningkat setelah pemberian Propofol dan
dapat timbul muncul seperti urin yang berawan (Cloudy urine) jika asam urat itu
mengkristal di dalam urin di dalam kondisi pH dan temperatur yang rendah. Cloudy
urine ini bukan sebagai indikasi dari efek samping Propofol. 14
Tekanan Intra okuli
Propofol dapat menyebabkan penurunan tekanan intra okuli dan menetap
ketika intubasi trakea. 14
Koagulasi
Propofol tidak mempengaruhi perubahan fungsi koagulasi dan platelet. Hal ini
dikarenakan emulsi Propofol dimana Propofol terdispersi sama seperti intralipid. 14
Penggunaan Klinis
Induksi Anestesi
Dosis induksi anestesi pada orang dewasa sehat adalah 1,5 2,5 mg / kg BB
IV, dengan kadar dalam darah 2 6 g/ml menghasilkan ketidaksadaran tergantung
pada obat lainnya yang diberikan kepada pasien dan usia pasien.
Pada pasien lebih tua membutuhkan dosis induksi yang lebih rendah (25
50% lebih rendah) disebabkan volume distribusi dan kecepatan klirens yang rendah.
Pemulihan / sadar dapat muncul pada konsentrasi Propofol dalam plasma 1,0 1,5
g/ml. pulih sempurna tanpa ada gejala susunan saraf pusat yang tersisa adalah sifat
Propofol yang utama yang menjadi alasan untuk menggantikan Thiopental untuk
induksi anestesi pada berbagai situasi klinis. Walaupun Propofol lebih mahal dari
Thiopental biaya yang dikeluarkan masih dapat mengurangi kemungkinan biaya dari
pulih sadar yang cepat. 14
Sedasi Intravena
Waktu paruh yang pendek dari Propofol walaupun dengan pemberian infus
yang lama / panjang, dikombinasi dengan waktu efek samping yang pendek
membuatnya lebih gampang dititrasi untuk menghasilkan sedasi intravena. Masa pulih Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
yang cepat tanpa ada gejala sisa ngantuk dan rendahnya angka mual dan muntah
membuat Propofol lebih disukai untuk pasien rawat jalan. Dosis 25 100 g/kg/m
intravena menghasilkan analgesik yang minimal dan efek amnesia. Pada pasien
pasien tertentu Midazolam atau opioid dapat ditambahkan terhadap Propofol untuk
sedasi intravena yang kontinu. Suatu pasien kontrol analgesik konvensional
memberikan dosis 0,7 mg / kg dengan periode waktu tiga menit merupakan salah satu
tehnik sedasi intravena yang kontinu. 14
Efek Samping
Reaksi Alergi
Komponen allergen dari Propofol meliputi inti fenil dan rantai samping
diisopropil. Pasien yang terbukti mengalami anaphylaksis pada pemberian Propofol
pertama kali mungkin telah mengalami sensitisasi terhadap radikal diisopropyl yang
banyak terdapat pada sediaan obat kulit. Inti dari phenol ini banyak terdapat pada
berbagai macam obat. Begitu juga anapylaksis yang disebabkan oleh Propofol selama
pertama kali terpapar telah terus diobservasi terutama pada pasien dengan riwayat
alergi terhadap obat terutama terhadap obat obat pelumpuh otot. 14
Aktivitas Kejang
Sebagian pelaporan kejadian kejang selama diinduksi dengan Propofol
menggambarkan pergerakan cetusan spontan yang berasal dari subkortikal. Respon ini
tidak seperti aktivitas epileptik kortikol, walaupun demikian kehati hatian perlu
diperhatikan selama pemberian Propofol untuk pasien pasien dengan riwayat
epilepsi yang kurang dikontrol. Mioklonus yang lama yang berhubungan dengan
meningismus pernah dilaporkan. 14
Pertumbuhan Bakteri
Propofol mendukung pertumbuhan bakteri Escherichia Coli dan pseudomonas
aeruginosa, dimana pelarutnya (intralipid) bersifat bakterisidal untuk organisme yang
sama dan bakteriostatik untuk Candida albicans. Satu kelompok klaster infeksi paska
operatif menunjukkan bahwa kenaikan temperatur menyebabkan kontaminasi
ekstrinsik dari Propofol. Oleh karena itu direkomendasikan :
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Tehnik aseptik dengan desinfeksi permukaan leher ampul yaitu dengan pemberian 70% isoprofil alkohol.
Isi Propofol ampul ditarik ke dalam syringe yang steril segera setelah dibuka dan diberikan segera.
Isi ampul yang terbuka harus dibuang bila 6 jam tidak digunakan. Walaupun ada kekhawatiran tentang hal diatas ada bukti yang menyatakan jika
Propofol diambil secara aseptik ke dalam spuit yang tertutup, obat itu akan bertahan
tetap steril pada suhu temperatur ruangan untuk beberapa hari. 14
Rasa Sakit pada Penyuntikan
Rasa sakit pada waktu penyuntikan, paling sering dilaporkan pada waktu
pemberian Propofol sehingga dapat membangunkan pasien. Rasa tidak enak ini terjadi
dibawah 10% apabila obat ini disuntikkan pada vena besar daripada vena di punggung
tangan. 14
Pemberian opioid kerja pendek atau lidokain 1% ditempat suntikan yang sama
dengan Propofol menurunkan kejadian yang tidak menyenangkan ini.14
Formulasi Propofol dalam konsentrasi 10 mg/mL dalam emulsi lemak
(Intralipid; Zeneca, Planckstadt, Germany) terdiri dari 10% minyak soybean yang
mengandung rantai panjang trigliserida (Diprivan; Zeneca) yang dapat menimbulkan
rasa nyeri sedang sampai berat. Rasa sakit pada waktu penyuntikan ini disebabkan
oleh karena tingginya Propofol bebas dalam fase air dari emulsinya.21
Penelitian lebih lanjut dari dua formulasi baru yaitu Propofol Lipuro 1% dan
2% (B. Braun, Melsungen, Germany) dalam 10% emulsi lemak yang terdiri dari
trigliserida rantai panjang dan trigliserida rantai sedang 21, dimana pada waktu
penyuntikan rasa nyeri yang ditimbulkannya berkurang dibandingkan dengan
Propofol lainnya (Propofol dalam emulsi LCT). 22
2.3. N2O
Nitrous oksida (N2O = Gas Gelak). Nitrous oksida merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada udara. Biasanya N2O
disimpan dalam bentuk cairan bertekanan tinggi dalam silinder baja; tekanan
penguapan pada suhu kamar 50 atmosfir. Anestesi ini selalu digunakan dalam
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
campuran dengan oksigen. Nitrous oksida sukar larut dalam darah, diekskresikan
dalam bentuk utuh melalui paru paru dan sebagian kecil melalui kulit. Gas ini tidak
mudah terbakar, tetapi bila dikombinasikan dengan zat anestetik yang mudah terbakar
akan memudahkan terjadinya ledakan misalnya campuran eter dan N2O. 19
N2O menyebabkan hilangnya sensasi tubuh. Efek anestesi ini yang
membuatnya berfungsi sebagai salah satu anestesi lemah. Karena N2O sifat
anestesinya lemah dia biasanya diberikan dengan agen anestesi lain yang lebih kuat.
Karena N2O sangat mudah berdiffusi sehingga dia sangat cepat terambil dari alveoli
untuk masuk ke dalam sirkulasi paru, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kevakuman gas di dalam alveoli sehingga gas yang segar akan ditarik masuk ke dalam
paru paru, oleh karena itu ventilasi alveolar meningkat. Efek fisiologi daripada N2O
ini memungkinkan disebut sebagai Second Gas Effect. Ini akan terjadi jika anestesi
gas yang lebih kuat diberikan bersama sama dengan N2O. 23
2.4. MIDAZOLAM
Midazolam merupakan obat anestesi golongan benzodiazepin yang bekerja
terutama di korteks serebri. Midazolam juga bekerja di hipotalamus dan mempunyai
efek sedasi8,14, dengan sifat kerja yang pendek dibandingkan derivat benzodiazepin
yang lainnya. Dibandingkan dengan Diazepam, Midazolam mempunyai potensi 2-3
kali, sehingga sering menggantikan diazepam untuk premedikasi dan sedasi.
Midazolam dapat diberikan bersama larutan ringer lactat dan dapat dicampurkan
dengan obat-obat asam seperti opioid dan antikolinergik. Waktu paruh Midazolam
sekitar 1-3 jam, dimana lebih pendek dari Diazepam.14
Efek pada sistem organ lain:
a. Sistem Pernafasan
Menghasilkan penurunan ventilasi tergantung dosis dengan 0,15mg/kgBB iv sama
dengan dosis Diazepam 0,3mg/kgBB iv. Henti nafas sementara dapat terjadi pada
suntikan dengan dosis besar (>0,15mg/kgBB iv).14
b. Sistem Kardiovaskuler
Dosis 0,2 mg/kgBB iv untuk induksi anestesi menurunkan tekanan darah sistemik
dan meningkatkan denyut jantung lebih dari Diazepam 0,5mg/kgBB iv.14
c. Sistem Syaraf Pusat(SSP)
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Seperti benzodiazepin lainnya, menurunkan kebutuhan oksigen metabolit serebral
dan aliran darah serebral analog dengan barbiturat dan Propofol. Respon
vasomotor serebral terhadap carbondioksida, dipertahankan selama anestesi
Midazolam.14
Penggunaan klinis
Untuk medikasi pre operasi Midazolam dapat diberikan 0,05 -0,1 mg/kgBB
IM.Efek sinergis antara benzodiazepin dengan obat lain, misalnya opioid atau
Propofol dapat digunakan untuk keuntungan sedasi dengan ventilasi dan oksigenasi
yang tidak terganggu.14
2.5 MEPERIDINE
Merupakan sintetik opioid yang bekerja pada receptor mu dan kappa dan
diturunkan dari phenylpiperidine. Secara struktur mirip atropine, secara farmakologi
mirip morphine. Meperidine 1/10 kali potensi Morphine dengan 80-100mg IM mirip
dengan 10 mg Morphine. Duration of action 2-4 jam, lebih pendek daripada
Morphine. Menghasilkan efek farmakokinetik yang sama dengan Morphine. Waktu
paruh meperidine 3-5 jam karena bersihan Meperidine tergantung metabolisme
hepatik, adalah mungkin dosis besar akan membuat kejenuhan sistem enzim dan
memperpanjang waktu paruh. Waktu paruh tidak berubah sampai dosis 5mg/kg IV.8,14
Efek terhadap sistem organ lain
a.Sistem Respirasi
Semua opioid agonis menghasilkan depresi nafas melalui efek agonis pada 2 receptor
menyebabkan efek depresi langsung pada pusat pernafasan batang otak. Efek ini
ditandai menurunnya respon pernafasan oleh carbondioksida. Dosis besar opioid
dapat menyebabkan apnoe, tetapi pasien masih sadar dan bisa bernafas jika kita
perintah.14
b.Sistem Kardiovaskuler
Pemberian dosis terapi Meperidine pada pasien yang berbaring tidak mempengaruhi
sistem kardiovaskuler, tidak menghambat kontraksi miokard dan tidak mengubah
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
gambaran EKG. Vasodilatasi perifer dapat terjadi pada penyuntikan cepat secara IV.
Petidine bersifat atropine menyebabkan kekeringan mulut dan Tackikardi.19
c.Sistem Saraf Pusat
Terhadap Sistem Saraf Pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi.
Digolongkan depresi yaitu analgesi, sedasi, perubahan emosi. Stimulasi termasuk
stimulasi parasimpatis, mual-muntah.14
2.6. KERANGKA KONSEPTUAL
INDUKSI
Waktu tercapainya
Stadium Propofo
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
Perubahan Hemodinamik :
Tekanan Darah
-
Faktor Pengganggu :
- Alat Ukur Vapori er
INDUKSI Stadiu
m Sevoflura
Waktu tercapainya
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini menggunakan metode randomized clinical trial secara tersamar tunggal
(single blind)
Single Blind dilaksanakan dengan cara subyek penelitian tidak mengetahui metode
induksi yang digunakan. Subyek penelitian dibagi 2 kelompok secara random.
Randomisasi dilakukan dengan cara melakukan undian dengan melempar koin 26,27.
Koin yang digunakan adalah uang logam Lima Ratus Rupiah. Pelemparan koin
dilakukan oleh relawan yang sudah dilatih sebelumnya. Apabila yang muncul gambar
maka subyek dimasukkan ke dalam kelompok Sevoflurane, apabila yang muncul
angka subyek dimasukkan ke dalam kelompok Propofol. Setelah subyek ditentukan
masuk ke salah satu kelompok, subyek dipersiapkan untuk dilakukan induksi. Setelah
pasien tertidur lalu dinilai waktu hilangnya reflek bulu mata dan kondisi
hemodinamik pasien. Setelah semua sampel terkumpul relawan memberikan semua
hasil pengamatan kepada peneliti.
3.2. Tempat dan Waktu Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
3.2.1. Tempat
Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
3.2.2. Waktu
Februari 2008 s/d April 2008
3.3. Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh pasien yang menjalani pembedahan elektif di Rumah Sakit
Umum dr. Pirngadi Medan
3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel
Diambil dari pasien yang akan dioperasi dengan menggunakan general anestesi.
Status fisik ASA 1.
Setelah dihitung secara statistik, seluruh sampel dibagi secara random menjadi 2
kelompok. Kelompok I memakai Sevofluran 8% + N2O 50% sebagai induksi
inhalasi. Kelompok II memakai Propofol 2 mg/kg BB IV.
Cara pemilihan sampel dengan consecutive sampling. Pada consecutive sampling,
semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi
3.5. Estimasi Besar Sampel
Data independent (tidak berpasangan)
(n1 1)S 1 2+ (n2 -1) S2 2
2/Sp2 = ------------------------------- (n 1 + n 2) -2
22 (Z1-/2 + Z1- ) 2 n1=n2 = -------------------------
(0- a) 2
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
Keterangan:
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (5%, 95% 1,96) Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (10%, 90% 1,28) 2 = harga varians di populasi (SD 18,9) 0-a = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di Populasi 20
N1=N2 = 19 20
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
1. Bersedia menjadi peserta penelitian dan menandatangani informed consent.
2. Umur 16 59 tahun
3. BBI menurut kriteria Brocca
4. Dilakukan anestesi umum
5. Pasien status fisik ASA I
Kriteria Eksklusi :
1. Riwayat alergi dengan obat yang diteliti
2. Riwayat alergi dengan kacang kedelai
3. Operasi kraniotomi, thorakotomi
3.7. Informed Consent
Setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, penderita mendapatkan penjelasan
tentang prosedur yang akan dijalani serta menyatakan secara tertulis kesediaannya
dalam lembar informed consent.
3.8. Cara Kerja
1. Proposal penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian bidang
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Setelah diterangkan ke subyek penelitian, dibuatkan informed consent.
3. Pasien PS ASA I dibagi secara random menjadi 2 kelompok.
4. Semua pasien mendapat perlakuan yang sama diberi infus RL 2 cc / kg BB /
jam sejak puasa
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
5. Sukarelawan yang melakukan penilaian terhadap hilangnya reflek bulu mata
ditetapkan 3 orang. Dilakukan penilaian beberapa contoh subyek yang
menghasilkan nilai kappa test 1 yang berarti tidak ada perbedaan terhadap
penilaian hilangnya reflek bulu mata 25.
6. Kelompok Sevoflurane mendapat Petidin 1 mg / kg BB / IM dan Midazolam
0,05 mg / kg BB / IM 1 jam sebelum induksi anestesi dimulai, setelah jam
premedikasi pasien dimasukkan ke kamar operasi, lalu dipersiapkan untuk
menjalani anestesi umum dipasang monitor non invasive, dicatat tekanan
darah, laju jantung, laju nafas dan saturasi oksigen (SpO2). Setelah semua
persiapan selesai pasien di pre oksigenasi dengan oksigen 100% selama 5
menit. Kemudian sirkuit anestesi dipenuhi terlebih dahulu dengan gas
Sevoflurane, lalu di induksi dengan Sevoflurane 8% dan 50% N2O, flow
disesuaikan dengan volume semenit pasien (10 cc x BB x frekuensi nafas).
Pasien diperintahkan untuk bernafas dalam. Setelah itu dinilai reflek bulu mata
sejak pertama menarik nafas dan dicatat waktu menggunakan stop watch oleh
sukarelawan sampai reflek bulu mata hilang dan dinilai kondisi
hemodinamiknya. Setelah reflek bulu mata hilang pasien diberi ataupun tidak
pelumpuh otot sesuai dengan kebutuhan.
7. Kelompok Propofol mendapatkan Petidin 1 mg / kg BB / IM dan Midazolam
0,05 mg / kg BB / IM 1 jam sebelum induksi anestesi dimulai, setelah jam
premedikasi pasien dimasukkan ke kamar operasi, lalu dipersiapkan untuk
menjalani anestesi umum. Dipasang monitor non invasive, dicatat tekanan
darah, laju jantung, laju nafas, saturasi oksigen (SpO2). Setelah semua
persiapan selesai pasien di pre oksigenasi dengan oksigen 100% selama 5
menit. Lalu di injeksikan Propofol 2 mg / kg BB / IV selama 15 detik oleh
sukarelawan. Dinilai reflek bulu mata sejak awal penyuntikan dan dicatat
waktu oleh sukarelawan menggunakan stop watch sampai reflek bulu mata
hilang dan dinilai kondisi hemodinamiknya. Setelah reflek bulu mata hilang
pasien diberi ataupun tidak pelumpuh otot sesuai dengan kebutuhan.
8. Kedua kelompok di maintenance dengan Halotan atau Isofluran + N2O dan
O2, bila memungkinkan di maintenance dengan Sevoflurane + N2O dan O2.
9. Kedua hasil waktu dan hemodinamik dibandingkan secara statistik.
10. Penelitian dihentikan bila terjadi kegawat daruratan jalan nafas, jantung, paru
dan otak yang mengancam jiwa. Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU e-Repository 2008
-
3.9. Alur penelitian
POPULASI
Inklusi Eksklusi
Qadri Fauzi Tandjung : Perbandingan Sevoflurane 8% + N2O 50% Dengan Propofol 2 Mg/Kg BB IV Sebagai Obat, 2008 USU