seputar fakta vaksin dan hukum syara’ atasnya
TRANSCRIPT
27/11/13 Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya | Al-Khilafah.org
www.al-khilafah.org/2013/11/seputar-fakta-vaksin-dan-hukum-syara.html 1/5
Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ AtasnyaPosted by Admin on 11/20/2013 09:44:00 AM in Feature, Headline, soal jaw ab, Tsaqofah, Tsaqofah Islam | 0 komentar
بسم هللا الرحمن الرحیم
.جواب سؤال حول: واقع التطعیم وحكم الشرع فیھ
Sadiq Ali إلى
Tanya Jawab Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya
السؤال
السالم علیكم ورحمة هللا وبركاتھ
أختكم في العقیدة – مدینة یوزییفا – أتوجھ إلى العالم الجلیل عطاء بن خلیل أبو الرشتة أمیر حزب التحریر حفظھ هللا ورعاه بمایلي
أنا شیشانیة أعیش في بلجیكا منذ ١٤ عام حیث تكثر الجالیة الشیشانیة. في اآلونة األخیرة كثر الحدیث والتسائالت عن تطعیم األطفال في اإلسالم أي التطعیم ضد الحصبة، وشلل األطفال،
إلتھاب الكبد الوائي، النكاف، السل وغیر ذلك من أنواع التطعیم، و یرى توجھ عارم ضد التطعیم واللقاحات، ویعلل أصحاب ھذا التوجھ ذلك – بالمضاعفات التي تحدث جراء التطعیم والتي
ھي في اضطراد متزاید وأن ھذا ضرر ال یجوز تعریض أطفالنا االصحاء لھ، وكذلك إن العالج لیس فرضا فما بالكم بالوقایة فھي دون ذلك بال شك، ویواصلون القول: التطعیم یعني نقل
المیكروب إلى جسم الطفل وھو محرم، وكما أن الطعومات تؤخذ من الحیوانات كالقرد مثال. انتھى كالمھم
والسؤال: ما واقع التطعیم، وما ھو الحكم الشرعي فیھ؟ وھل سیوجد في دولة الخالفة التطعیم بأنواعھ؟ مع العلم أن نصف الجالیة المسلمة عندنا ال یطعمون أبنائھم، واعدادھم في تزاید،
واصبح الحكم الشرعي الواضح والقوي ال مفر منھ، طالبین منكم االسھاب والتوضیح ما استطعتم لذلك سبیال، وجزاكم هللا عنا وعن المسلمین خیر الجزاء
والسالم علیكم ورحمة هللا وبركاتھ
Pertanyaan:
Assalaamu’alaykum,wr,wb
Dari saudara kalian seakidah –dari Kota Bosnia- saya tujukan hal-hal berikut ini kepada al-‘Alim al-Jalil ‘Atha bin Khalil Abu
Ar-Rasythah Amir Hizbut Tahrir –semoga Allah senantiasa menjaga dan menaunginya-:
Saya adalah muslimah Chechnya, saya tinggal di Bolsevik sejak 14 tahun lalu semenjak banyaknya komunitas kaum
wanita Chechnya. Pada periode akhir-akhir ini terjadi banyak fenomena dan muncul beragam pertanyaan seputar vaksinasi
anak dalam Islam yakni vaksinasi untuk menangkal penyakit campak, polio, infeksi luka, radang, penyakit TBC, dan
beragam jenis vaksin lainnya, dan muncul penentangan keras terhadap vaksinasi dan jenis pengobatan suntikan-suntikan
lainnya, dan kelompok ini menjustifikasi pandangannya dengan adanya beragam komplikasi yang terjadi yang disebabkan
oleh vaksin. Dan itu menyebabkan gangguan yang kian meningkat.
Maka hal ini merupakan bahaya, tidak boleh menjerumuskan anak-anak kita yang sehat ke dalam bahaya, dan karena
sesungguhnya berobat itu hukumnya bukan fardhu dan apa yang menghalangi kalian untuk melakukan tindakan
pencegahan (preventif) dan pencegahan bukanlah pengobatan tanpa ada keraguan.
27/11/13 Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya | Al-Khilafah.org
www.al-khilafah.org/2013/11/seputar-fakta-vaksin-dan-hukum-syara.html 2/5
Dan telah sampai pernyataan: vaksinasi yakni memindahkan miroba ke dalam tubuh anak dan ini diharamkan, misalnya
vaksin-vaksin yang diambil dari bagian binatang-binatang seperti kera, selesai pendapat mereka.
Dan pertanyaannya: bagaimana fakta vaksin sebenarnya, dan bagaimana hukum syara’ atas vaksinasi? Dan apakah akan
ada vaksinasi dengan beragam jenisnya dalam dawlah khilafah kelak? Seiring dengan adanya pengetahuan bahwa
setengah dari komunitas muslimah di negeri kami tidak memvaksinasi anak-anaknya, dan jumlah mereka kian meningkat,
dan hukum syara’ yang sudah jelas dan dilandasi argumentasi kuat tidak memberikan peluang untuk menghindarinya,
kami meminta perincian dan penjelasan dengan segenap kemampuan anda untuk menjelaskan jawabannya, dan semoga
Allah membalas kebaikan anda pada kami dan kaum muslimin dengan sebaik-baiknya balasan.
Wa’alaykumussalaam,wr,wb.
الجواب:
وعلیكم السالم ورحمة هللا وبركاتھ
التطعیم ھو دواء، والتداوي ھو مندوب ولیس فرضا، ودلیل ذلك:
١-روى البخاري من طریق أبي ھریرة قال: قال رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم «ما أنزل ا� داء إال أنزل لھ شفاء
وروى مسلم عن جابر بن عبد هللا عن النبي صلى هللا علیھ وسلم قال: «لكل داء دواء، فإذا أصیب دواء الداء برأ بإذن هللا عز وجل»، وروى أحمد في مسنده عن عبد هللا بن مسعود «ما
أنزل ا� داء، إال قد أنزل لھ شفاء، علمھ من علمھ، وجھلھ من جھلھ».وھذه األحادیث فیھا إرشاد بأن لكل داء دواء یشفیھ، لیكون ذلك حاثا على السعي لحصول التداوي الذي یؤدي إلى
شفاء الداء بإذن هللا سبحانھ، وھذا إرشاد ولیس إیجابا
JAWABAN:
Wa’alaykumussalaam,wr,wb.
Vaksin merupakan obat, dan berobat hukumnya sunnah bukan fardhu, dan dalilnya adalah:
Pertama, telah meriwayatkannya Imam al-Bukhari dari jalur Abu Hurayrah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah Allah turunkan suatu penyakit, melainkan Allah turunkan pula penawarnya.” (HR. Al-Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdullah dari Nabi SAW bersabda:
“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika ditemukan suatu obat yang tepat atas suatu penyakit maka akan sembuh dengan
idzin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)
Dan diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari ‘Abdullah bin Mas’ud:
“Tidaklah Allah turunkan penyakit, melainkan Allah turunkan pula penawarnya, baik yang diketahui orang yang telah
mengetahuinya, maupun yang tidak diketahui orang yang tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad)
Hadits-hadits ini mengandung petunjuk bahwa setiap penyakit itu ada obat yang menjadi penawarnya, hal ini menjadi
dorongan untuk mengupayakan pengobatan yang mengantarkan pada kesembuhan atas suatu penyakit dengan idzin Allah
SWT, dan ini merupakan suatu petunjuk bukan perintah wajib.
٢- روى أحمد عن أنس قال: إن رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم قال: «إن ا� حیث خلق الداء، خلق الدواء، فتداووا»، وروى أبو داود عن أسامة بن شریك، قال: أتیت النبي صلى هللا علیھ
، أنتداوى؟ فقال: «تداووا فإن ا� عز وجل لم یضع داء إال وضع لھ وسلم وأصحابھ كأنما على رءوسھم الطیر، فسلمت ثم قعدت، فجاء األعراب من ھا ھنا وھا ھنا، فقالوا: یا رسول ا�
دواء، غیر داء واحد الھرم» أي “إال الموت
27/11/13 Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya | Al-Khilafah.org
www.al-khilafah.org/2013/11/seputar-fakta-vaksin-dan-hukum-syara.html 3/5
Kedua, Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas yang berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah ketika menciptakan penyakit, Allah pun menciptakan obatnya, maka berobatlah.” (HR. Ahmad)
Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Usamah bin Syarik, ia berkata: “Saya mengunjungi Nabi SAW dan para sahabatnya,
dan di atas kepala mereka seakan-akan ada burung, maka aku memberi salam lalu duduk, lalu datanglah seorang Arab
Badui dari arah ini dan arah ini, lalu mereka berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kami mesti berobat?” Rasulullah SAW
menjawab: “Berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidaklah menurunkan suatu penyakit melainkan
Allah turunkan pula obatnya, selain satu penyakit ketuaan, yakni kematian.”
ففي الحدیث األول أمر بالتداوي، وفي ھذا الحدیث إجابة لألعراب بالتداوي، ومخاطبة للعباد بأن یتداووا، فإن هللا ما وضع داء إال وضع لھ شفاء. وقد جاءت المخاطبة في الحدیثین بصیغة
األمر، واألمر یفید مطلق الطلب، وال یفید الوجوب إال إذا كان أمرا جازما، والجزم یحتاج إلى قرینة تدل علیھ، وال توجد في الحدیثین أیة قرینة تدل على الوجوب، إضافة إلى أنھ وردت
أحادیث تدل على جواز ترك التداوي، ما ینفي عن ھذین الحدیثین إفادة الوجوب
Maka dalam hadits pertama di atas, terdapat perintah untuk berobat, karena dalam hadits ini terdapat perintah atas Arab
Badui untuk berobat, dan pernyataan bagi hamba-hamba Allah agar mereka berobat, karena tidaklah Allah turunkan suatu
penyakit melainkan Allah turunkan pula penawarnya. Dan sungguh jelas pernyataan dalam dua hadits di atas berupa lafazh
perintah, dan suatu perintah mengandung faidah adanya tuntutan, namun perintah ini tidak berfaidah wajib kecuali jika
merupakan perintah yang tegas, dan jazm(ketegasan) ini membutuhkan indikasi yang menunjukkan pada hal itu (perintah
tegas), dan tidak ditemukan dalam dua hadits ini suatu petunjuk indikasi yang menunjukkan pada perintah wajib, dengan
adanya keterangan dalam hadits-hadits lainnya yang menunjukkan bolehnya tidak berobat, yakni yang menafikan
keterangan wajib dari dua hadits ini.
فقد روى مسلم عن عمران بن حصین أن النبي صلى هللا علیھ وسلم قال: «یدخل الجنة من أمتي سبعون ألفا بغیر حساب» ، قالوا: ومن ھم یا رسول هللا؟ قال: «ھم الذین ال یكتوون وال
یسترقون، وعلى ربھم یتوكلون»، والرقیة والكي من التداوي. وروى البخاري عن ابن عباس: قال: … ھذه المرأة السوداء، أتت النبي صلى هللا علیھ وسلم فقالت: إني أصرع، وإني
أتكشف، فادع ا� لي، قال: «إن شئت صبرت ولك الجنة، وإن شئت دعوت ا� أن یعافیك» فقالت: أصبر، فقالت: إني أتكشف، فادع ا� لي أن ال أتكشف، «فدعا لھا…». فھذان الحدیثان
یدالن على جواز ترك التداوي
Dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Imran bin Hushayn bahwa Nabi SAW bersabda:
“Akan masuk surga dari umatku sebanyak 70 ribu orang tanpa hisab.”
Lalu para sahabat berkata: “Siapa mereka wahai Rasulullah SAW?” Rasulullah SAW bersabda:
“Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan pengobatan kay, tidak melakukan ruqyah, dan mereka bertawakkal
kepada Rabb mereka.” (HR. Muslim)Ruqyah dan kay (pengobatan dengan besi panas) termasuk pengobatan, Imam al-
Bukhari meriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a.: ia berkata:
“Wanita berkulit hitam ini, ia pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata: “Sesungguhnya aku
menderita epilepsi dan auratku sering tersingkap (ketika sedang kambuh), maka berdoalah kepada Allah untukku.” Beliau
SAW bersabda: “Jika kamu berkenan, bersabarlah maka bagimu surga, dan jika kamu berkenan, maka aku akan berdoa
kepada Allah agar Allah menyembuhkanmu.” Ia berkata: “Baiklah aku akan bersabar.” Wanita itu berkata lagi; “Namun
berdoalah kepada Allah agar (auratku) tidak tersingkap.” Maka beliau mendoakan untuknya.”
Maka dua hadits ini menunjukkan bolehnya tidak berobat.
وكل ذلك یدل على أن األمر الوارد “فتداووا”، “تداووا” لیس للوجوب، وإذن فاألمر ھنا إما لإلباحة وإما للندب، ولشدة حث الرسول صلى هللا علیھ وسلم على التداوي، یكون األمر بالتداوي
الوارد في األحادیث للندب. وعلیھ فإن التطعیم حكمھ الندب، ألن التطعیم دواء، والتداوي مندوب، إال أنھ إذا ثبت أن نوعا معینا من التطعیم ضار كأن تكون مواده فاسدة أو ضارة لسبب
27/11/13 Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya | Al-Khilafah.org
www.al-khilafah.org/2013/11/seputar-fakta-vaksin-dan-hukum-syara.html 4/5
ما… فإن التطعیم في ھذه الحالة بھذه المواد یكون حراما وفق قاعدة الضرر من حدیث رسول هللا صلى هللا علیھ وسلم الذي أخرجھ أحمد في مسنده عن ابن عباس، قال: قال رسول ا�
صلى هللا علیھ وسلم: «ال ضرر وال ضرار». غیر أن ھذه حاالت نادرة
Dan semua ini menunjukkan bahwa perintah yang disebutkan dalam ungkapan “maka berobatlah”, “berobatlah” bukan
perintah wajib, dengan demikian perintah di sini bisa jadi mubah atau sunnah, dan dengan adanya dorongan kuat
Rasulullah SAW untuk berobat, maka perintah berobat yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut merupakan perintah
sunnah. Maka dengan demikian vaksinasi hukumnya sunnah, karena vaksinasi termasuk pengobatan, dan berobat
hukumnya sunnah, kecuali jika telah dipastikan bahwa jenis tertentu dari vaksin tersebut memang berbahaya misalnya
terdapat bahan-bahan kandungan yang merusak atau berbahaya karena suatu sebab… Maka vaksin dalam kasus ini
dengan bahan-bahan kandungan seperti ini hukumnya menjadi haram berdasarkan kaidah tentang perkara dharar dari
hadits Rasulullah SAW yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari Ibn ‘Abbas r.a., ia berkata: “Rasulullah
SAW bersabda:
“Tidak boleh membahayakan (orang lain) dan tidak boleh membalas bahaya dengan bahaya.” (HR. Ahmad)Terlepas dari
fakta bahwa kondisi-kondisi (vaksin) ini langka.
Vaksin dalam Daulah Khilafahوأما في دولة الخالفة فسیكون ھناك تطعیم ضد األمراض التي تقتضي ذلك كاألمراض المعدیة ونحوھا، ویكون الدواء نقیا من كل شائبة
وصافیا، وهللا سبحانھ ھو الشافي (وإذا مرضت فھو یشفین). والمعروف شرعا أن الرعایة الصحیة ھي من الواجبات على الخلیفة من باب رعایة الشئون عمال بقول الرسول صلى هللا علیھ
وسلم: «اإلمام راع وھو ومسؤول عن رعیتھ» أخرجھ البخاري عن عبد هللا بن عمر
Dan adapun kebijakan dalam Dawlah Khilafah, maka akan ada vaksinasi untuk mengatasi penyakit-penyakit yang
membutuhkan hal itu, misalnya penyakit-penyakit yang endemik (wabah) dan yang semisalnya, dan akan tersedia obat
untuk mengatasi penyakit kecacatan dan bersifat bersih, dan Allah SWT adalah yang Maha Menyembuhkan:
“Dan jika aku sakit, Dialah Allah yang menyembuhkanku” (TQS. Asy-Syu’araa [26]: 80)Dan telah diketahui secara syar’i
bahwa pemeliharaan urusan kesehatan termasuk kewajiban Khalifah dalam sisi pemeliharaan urusan-urusan rakyatnya
mengamalkan pesan Rasulullah SAW:
“Imam itu adalah penggembala dan ia bertanggungjawab atas gembalaannya (rakyatnya)” (HR. al-Bukhari dari ‘Abdullah
bin ‘Umar)
وھذا نص عام على مسؤولیة الدولة عن الصحة والتطبیب لدخولھما في الرعایة الواجبة على الدولة. وھناك أدلة خاصة على الصحة والتطب
أخرج مسلم من طریق جابر قال: «بعث رسول ا� صلى هللا علیھ وسلم إلى أبي بن كعب طبیبا فقطع منھ عرقا ثم كواه علیھ». وأخرج الحاكم في المستدرك عن زید بن أسلم عن أبیھ قال:
«مرضت في زمان عمر بن الخطاب مرضا شدیدا فدعا لي عمر طبیبا فحماني حتى كنت أمص النواة من شدة الحمیة
فالرسول صلى هللا علیھ وسلم بوصفھ حاكما بعث طبیبا إلى أبي، وعمر رضي هللا عنھ الخلیفة الراشد الثاني دعا بطبیب إلى أسلم لیداویھ، وھما دلیالن على أن الصحة والتطبیب من
الحاجات األساسیة للرعیة التي یجب على الدولة توفیرھا مجانا لمن یحتاجھا من الرعیة
Dan ini adalah nash umum atas tanggungjawab negara terhadap kesehatan dan pengobatan, untuk memasukkan
keduanya bagian dari urusan pemeliharaan yang wajib bagi negara. Dan ada pula dalil-dalil khusus atas kewajiban
pengurusan kesehatan dan pengobatan:
Dikeluarkan oleh Imam Muslim dari jalur Thariq bin Jabir, ia berkata: “Rasulullah SAW telah mengutus seorang dokter
kepada ‘Ubay bin Ka’ab, kemudian dokter ini memotong pembuluh darahnya kemudian membakarnya dengan besi panas
(pengobatan dengan kay).”
Dan dikeluarkan oleh Imam al-Hakim dalam Al-Mustadrak dari Zaid Bin Aslam dari bapaknya, ia berkata: “Saya menderita
sakit dengan rasa sakit yang sangat pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab, lalu ‘Umar mengutus seorang dokter
kepadaku, dan ia merawatku sehingga aku menghisap biji-bijian sebagai bagian dari ketatnya aturan makan (diet).”
27/11/13 Seputar Fakta Vaksin dan Hukum Syara’ Atasnya | Al-Khilafah.org
www.al-khilafah.org/2013/11/seputar-fakta-vaksin-dan-hukum-syara.html 5/5
Maka Rasulullah SAW dengan sifatnya sebagai penguasa, mengutus dokter kepada ‘Ubay bin Ka’ab, dan ‘Umar bin al-
Khaththab r.a. adalah al-khalifah ar-Raasyid yang kedua pun mengutus dokter kepada Aslam untuk mengobatinya, dan
keduanya adalah dalil bahwa kesehatan dan pengobatan termasuk kebutuhan primer bagi rakyat, dimana wajib bagi
negara untuk menjaminnya secara cuma-cuma bagi rakyat yang membutuhkannya.
أخوكم عطاء بن خلیل أبو الرشتة
من محرم 1435 15
الموافق
١٨ نوفمبر ٢٠١٣م
Saudaramu ‘Atha bin Khalil Abu Ar-Rasythah15 Muharram 1435 H/ 18 November 2013
Referensi Tambahan Mengenai Kesehatan dalam Daulah Khilafah: الرعایة الصحیة في دولة الخالفة
Sumber: Tanya Jawab Amir HT, Al-’Alim Asy-Syaikh ‘Atha bin Khalil Abu Ar-Rasythah
Penerjemah: Irfan Abu Naveed
[www.al-khilafah.org]