septirinoplasti dan rinoplasti

15
REFERAT RINOPLASTI Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Ukrida Pembimbing : Dr. YUSWANDI AFANDI ,SpTHT Disusun oleh : RAMIZAH BINTI YUSOF 11-2012-300 NURFAAZA BINTI SENIN 11-2012-299 MUHAMMAD SYAFIQ BIN ZAMASRY 11-2011-265 NURUS SAKINAH NADIAH BINTI SHAMSUDIN 11-2012-303 FATEHAH BINTI MALIK 11-2012-282 MUHAMMAD ATHAULAH 11-2012-062 PRISCILLA SAMUEL 11-2011-189

Upload: yukira

Post on 30-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

I don't think this will help ya. Just upload this because I wanna download something. ENT

TRANSCRIPT

Page 1: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

REFERAT RINOPLASTI

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan

Tenggorok

Fakultas Kedokteran Ukrida

Pembimbing : Dr. YUSWANDI AFANDI ,SpTHT

Disusun oleh :

RAMIZAH BINTI YUSOF 11-2012-300

NURFAAZA BINTI SENIN 11-2012-299

MUHAMMAD SYAFIQ BIN ZAMASRY 11-2011-265

NURUS SAKINAH NADIAH BINTI SHAMSUDIN 11-2012-303

FATEHAH BINTI MALIK 11-2012-282

MUHAMMAD ATHAULAH 11-2012-062

PRISCILLA SAMUEL 11-2011-189

Rumah Sakit Bayukarta

Karawang- Jawa Barat

Page 2: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

BAB 1

PENDAHULUAN

Definisi Septorinoplasti dan Rinoplasti

Septorinoplasti adalah prosedur bedah yang dilakukan pada hidung dan septum nasi, dinding

yang memisahkan hidung kanan dan kiri. Prosedur pada hidung yang dipanggil Rinoplasti

biasanya dilakukan untuk meningkatkan penampilan hidung. Sewaktu melakukan operasi

rinoplasti, kartilago dari hidung dan tulang akan dimodifikasi atau ditambah jaringan pada

hidung. Rinoplasti biasanya dilakukan untuk memperbaiki fraktur os nasal. Tujuan utamanya

adalah untuk mengembalikan penampilan hidung sebelum cedera/fraktur.2

Septorinoplasti berhubungan dengan rinoplasti dan dilakukan pada pasien yang mengalami

obstruksi hidung. Septorinoplasti tidak hanya memperbaiki penampilan hidung, tetapi ia juga

memperbaiki saluran pernapasan pada pasien mempunyai sumbatan pada hidung.

Trauma sering menyebabkan deformitas hidung, menimbulkan gangguan fungsional dan

estetika dapat berupa crooked nose,saddle nose, atau septum deviasi; gangguan fungsional

tersering adalah hidung tersumbat, rinalgia, dan rinorea berkepanjangan . Rinoplasti

rekonstruksi terutama dikerjakan bila rentang waktu antara kejadian trauma dan operasi untuk

koreksi tidak melebihi 7 hari. Trauma lama membutuhkan refrakturisasi.3

Page 3: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

ISI-ISI PENTING

Anatomi Hidung

Mengenal Hidung

Hidung merupakan bagian yang paling menonjol pada wajah. Fungsinya sebagai jalan napas,

alat pengatur kondisi udara (air condition), penyaring & pembersih udara, indera pembau,

resonansi suara, membantu proses berbicara, dan refleksi nasal. Hidung juga merupakan

tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata.1

Proses Mencium

Pada saat bernapas, zat kimia berupa gas akan dihirup masuk ke dalam rongga hidung

Sumber bau pada zat kimia tersebut akan dilarutkan oleh selaput lendir kemudian akan

merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau Sel pembau akan meneruskan

rangsangan ini ke otak dan mengolahnya sehingga kita dapat membedakan jenis bau dari

zat kimia tersebut.1

Struktur hidung luar terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Kubah tulang. Letaknya paling atas dan bagian hidung yang tidak bisa digerakkan.

2. Kubah kartilago (tulang rawan). Letaknya dibawah kubah tulang dan bagian hidung yang

bisa sedikit digerakkan.

3. Lobulus hidung. Letaknya paling bawah dan bagian hidung yang paling mudah

digerakkan.

Struktur penting dari anatomi hidung :

1. Dorsum nasi (batang hidung)

2. Septum nasi

3. Kavum nasi (lubang hidung)

Page 4: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Dorsum Nasi (Batang Hidung)

Struktur yang membangun dorsum nasi (batang hidung) :

a. Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung)

b. Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung)

Bagian kaudal dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian lunak dari dorsum nasi (batang

hidung). Tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras

menghubungkan antara kulit dan perikondrium pada kartilago alaris.

Bagian kranial dorsum nasi (batang hidung) merupakan bagian keras dari dorsum nasi (batang

hidung). Tersusun oleh os nasalis dan ossis maksila prosesus frontalis.1

Gambar 1. Struktur Luar Hidung

Septum Nasi

Fungsi utama septum nasi adalah menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua

kavum nasi (lubang hidung).

Struktur yang membangun septum nasi adalah dua tulang dan dua kartilago, yaitu :

a. Bagian anterior septum nasi

Page 5: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

b. Bagian posterior septum nasi

Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan, yaitu kartilago quadrangularis,

cartilago alaris mayor crus medial, dan cartilago septi nasi. Bagian anterior septum nasi

terdapat plexus Kiesselbach. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh os vomer dan os

ethmoidalis lamina perpendikularis. Kelainan septum nasi yang paling sering ditemukan

adalah deviasi septi.

Gambar 2. Bagian yang membentuk septum nasi

Kavum Nasi (Lubang Hidung)

Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berbentuk terowongan dari depan ke

belakang. Rongga hidung dilapisi 2 jenis mukosa, yaitu mukosa olfaktori dan mukosa

respiratori.

Page 6: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Rongga hidung tersusun oleh :

1. Nares anterior (nostril). Nares anterior merupakan lubang depan rongga hidung

(cavum nasi).

2. Vestibulum nasi. Letaknya dibelakang nares anterior. Vestibulum nasi dilapisi oleh

rambut dan kelenjar sebasea.

3. Nares posterior (Konka). Nares posterior (Konka) merupakan lubang belakang

rongga hidung (cavitas nasi). Penghubung antara rongga hidung (cavitas nasi) dengan

nasofaring.

Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) merupakan suatu ruangan yang

memiliki dinding dan batas, yaitu :

Dinding medial kavum nasi (lubang hidung) yaitu septum nasi.

Dinding lateral kavum nasi (lubang hidung) yaitu konka nasi dan meatus nasi.

Keduanya terbagi atas konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi medius, meatus

nasi medius, konka nasi inferior, meatus nasi inferior, dan konka nasi suprema. Duktus

nasolakrimalis bermuara pada meatus nasi inferior. Sinus paranasalis golongan anterior

bermuara pada meatus nasi medius. Sinus paranasalis golongan posterior bermuara pada

meatus nasi superior.1

Batas anterior kavum nasi (lubang hidung) yaitu nares (introitus kavum nasi).

Batas posterior kavum nasi (lubang hidung) yaitu konka.

Dinding superior kavum nasi (lubang hidung) yaitu lamina kribrosa (lamina

kribriformis).

Lamina kribriformis memisahkan rongga tengkorak dan rongga hidung. Selain itu, bagian

atap ini dibentuk oleh os frontonasal, os ethmoidalis dan os sphenoidalis.

Dinding inferior kavum nasi (lubang hidung) yaitu palatum durum (processus palatina os

maxilla dan lamina horisontal os palatina).

Rongga / lubang hidung (cavum nasi / cavitas nasi) berdasarkan epitel pelapisnya

terbagi atas :

1. Vestibulum nasi. Vestibulum nasi dilapisi epitel squamous complex. Terdapat vibrissae

(rambut)

2. Regio respiratoria. Regio respiratoria dilapisi epitel pseudocolumnar.

Page 7: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

3. Regio olfaktoria. Regio olfaktoria dilapisi neuroepitelium yang berasal dari nervus

olfaktorius menembus lamina et foramina cribrosa. Vestibulum nasi dan regio respiratoria

dibatasi oleh limen nasi.

Gambar 3. Rongga hidung (Cavum nasi)

Page 8: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Gambar 4. Rongga hidung

Vaskularisasi Rongga Hidung

Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior

sebagai cabang dari arteri oftalmika. Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari

arteri maxilaris interna. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri

fasialis. Vena hidung memiliki nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya.

Plexus Kiesselbach merupakan anyaman pembuluh darah pada septum nasi bagian anterior.

Pembuluh darah yang membentuknya adalah arteri nasalis septum anterior & posterior, arteri

palatina mayor, dan arteri labialis superior. Pecahnya plexux Kiesselbach biasanya akan

menyebabkan epistaksis anterior.1

Innervasi Rongga Hidung

Rongga hidung bagian depan dan atas mendapat persarafan sensoris dari nervus nasalis

anterior cabang dari nervus ethmoidalis anterior. Rongga hidung bagian lainnya mendapat

persarafan sensoris dari nervus maxilla. Persarafan parasimpatis rongga hidung berasal dari

nervus nasalis posterior inferior & superior cabang dari ganglion sphenopalatina. Persarafan

simpatis berasal dari ganglion cervical superior. Efek persarafan parasimpatis pada cavum

nasi yaitu sekresi mukus dan vasodilatasi. Dalam rongga hidung, terdapat serabut saraf

pembau yang dilengkapi sel-sel pembau. Setiap sel pembau memiliki rambut-rambut halus

(silia olfaktoria) di ujungnya dan selaput lendir meliputinya untuk melembabkan rongga

hidung.1

Page 9: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Gambar 5. Innervasi hidung

Rinoplasti

Rinoplasti era modern dimulai tahun 1887 menggunakan pendekatan insisi intranasal. Pada

abad 20 para ahli bedah memperkenalkan pendekatan insisi columella atau yang dikenal

sebagai rinoplasti eksterna.

Rinoplasti eksterna merupakan suatu pendekatan serbaguna untuk evaluasi anatomi hidung

dan untuk mengatasi banyak problem kelainan hidung. Beberapa kelainan hidung di antaranya

crooked nose, deviasi septum, celah bibir-hidung, atresia koana, atau kelainan sinus

sphenoidalis dapat diperbaiki menggunakan pendekatan rinoplasti eksterna.3

Indikasi

Pendekatan eksterna menyediakan area pembedahan yang maksimal dan memperhatikan

kesimetrisan tulang atau kartilago. Indikasi primer rinoplasti eksterna mencakup kasus-kasus

yang membutuhkan area pembedahan yang luas untuk alasan teknik atau diagnosis. Pasien

yang memiliki nasal tip asimetris atau kubah hidung bagian tengah, atau defisiensi struktur

hidung menjadi kandidat kuat rinoplasti eksterna. Area pembedahan yang luas penting untuk

akurasi diagnosis dan presisi penempatan graft kartilago. Deformitas hidung spesifik yang

dapat dikoreksi menggunakan rinoplasti eksterna termasuk hidung bengkok, rinoplasti

sekunder atau revisi, celah hidung bibir, saddle nose, dan tumor jinak. Penggunaan

pembedahan melalui pendekatan endonasal bila kasus membutuhkan perubahan minimal

Page 10: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

struktur kartilago. Rinoplasti eksterna diperlukan untuk kasus yang membutuhkan diseksi

luas.3

Teknik Pembedahan

Prinsip rinoplasti eksterna adalah :

1. Diseksi subperikondrial dan subperiosteal kartilago atau tulang yang akan

dimodifikasi atau dieksisi.

2. Eksisi punggung osteokartilago.

3. Pemotongan septum jika perlu.

4. Osteotomi bilateral processus nasalis os maksila.

5. Out fracture tulang dinding lateral sebelum pembentukan akhir.

6. Eksisi kartilago untuk membentuk atau mendukung nasal tip.

Selama prosedur, 1% lidokain dengan 1:100.000 adrenalin disuntikkan ke nasal tip,

columella, dan sepanjang batas crura lateralis.2

Ada dua teknik rinoplasti tertutup dan terbuka. Pada teknik tertutup insisi hanya di mukosa

intranasal, tetapi teknik terbuka insisi kombinasi insisi mukosa intranasal dan insisi transkutan

(transkolumela). Teknik tertutup ini lebih umum digunakan karena waktu mengerjakan lebih

sedikit, dan jaringan yang di undermining juga sedikit. Tetapi pendekatan tertutup ini

cenderung merusak mekanisme penunjang mayor dari tip. Penggunaan gips sebagai fiksasi

luar dan tampon yang telah diolesi dengan antibiotik sebagai fiksasi dalam biasanya

digunakan setelah operasi. Fiksasi ini bertujuan untuk mempertahankan posisi reposisi. Gips

dipertahankan selama 7-14 hari. Sementara tampon dipertahankan selama 4-7 hari. Selama

masa itu pasien diberi antibiotik.3

Komplikasi

Masalah akibat rinoplasti eksterna secara primer terkait kurang sesuainya diseksi kulit dan

jaringan lunak atau penutupan ireguler bekas insisi. Diseksi yang tidak mengenai lapisan

submuskuler dan masuk ke dalam lapisan otot menyebabkan perdarahan saat operasi, edema

pasca-operasi, jaringan parut, dan bentuk kulit ireguler. Deformitas insisi transcolumellar

disebabkan peregangan columellar flap atas, peningkatan lebar horisontal columellar flap.

Kerusakan batas kaudal-medial crura dan kubah selama diseksi dapat terjadi akibat batas

kaudal kartilago inferior dan kubahtidak diperhatikan, menimbulkan kerusakan kubah.2

Page 11: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Komplikasi rinoplasti dapat berupa komplikasi intraoperatif, setelah operasi dan komplikasi

lambat. Komplikasi intraoperatif adalah pendarahan hebat, robeknya mukoperikondrium,

kolapsnya piramid tulang, disartikulasi kartilago upper lateral, perinasal trauma. Komplikasi

setelah operasi pendarahan, hematom septum, edema persisten, nyeri, gangguan penghidu dan

rinore CSF. Sedangkan komplikasi lambat hipertrofi jaringan parut, sinekia, perforasi septum,

kolaps nasal valve, dan stenosis hidung.

Pemilihan jenis rinoplasti tergantung terutama dari kelainan atau deformitas hidung.

Rinoplasti tertutup dapat secara adekuat mengatasi deformitas hidung bagian depan, seperti

kubah hidung tinggi, punggung hidung lebar, dan ujung hidung yang besar. Deformitas

hidung yang kompleks memerlukan area pembedahan yang luas melalui rinoplasti eksterna

agar evaluasi lebih tepat dan perbaikan hasil operasi lebih terkontrol.3

Pendekatan eksterna dapat dipakai untuk mengoreksi pemendekan crura medialis atau

lateralis yang menimbulkan kelainan vestibulum nasi. Koltai dkk juga menggunakan

rinoplasti eksterna untuk mengevaluasi deformitas hidung pada anak. Kasus yang terkoreksi

antara lain deviasi septum, celah hidung-bibir, atresia koana unilateral, nasal dermoid, dan

kelainan pada sinus sphenoidalis. Pada tinjauan terhadap 500 kasus rekonstruksi hidung

menggunakan rinoplasti eksterna, didapatkan bahwa pendekatan tersebut nyata

menguntungkan pada koreksi deformitas ujung hidung, hidung bengkok, saddle nose, dan

penyambungan graft hidung. Rinoplasti eksterna juga digunakan untuk revisi rinoplasti (24%

kasus). Rinoplasti revisi memerlukan waktu lebih lama dan lebih sulit dibandingkan rinoplasti

pada kasus baru karena adanya fibrosis dan perlekatan. Tingkat kepuasan terlapor sebesar

96,4% terhadap hasil rinoplasti, komplikasi intraoperasi (robekan mukosa, cedera cartilago

alaris) 4,6%, komplikasi tiga minggu pertama (epistaksis, infeksi) 5,4%, dan setelah tiga

minggu (perforasi septum, obstruksi hidung, dan edema berkepanjangan) 17,8%. Komplikasi

tersering berupa edema berkepanjangan, yakni pada 17% kasus.2

Septorinoplasti

Septorinoplasti merupakan tindakan bedah yang melibatkan septum dan bagian dorsum nasi.

Untuk memobilisasi piramid tulang dilakukan osteotomi. Lateral osteotomi dilakukan untuk

mengoreksi bentuk dan lebar dorsum nasi. Osteotomi lateral dimulai pada apertura piriformis

di atas perlengketan konka inferior. Disini dilakukan insisi vestibular dan osteotom

dimasukan. Osteotom langsung secara lateral menuju titik pertengahan antara pupil dan lateral

Page 12: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

kantus, sepanjang sulkus antara prosesus frontal dan maksila. Osteotom secara hati-hati

diputar ke medial sebagai pendekatan pada rim infraorbita dan dilanjutkan ke superior

setinggi level interkantus.4

Gambar 6. Osteotomi lateral

Page 13: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

BAB 3

PENUTUP

Septum hidung adalah pembagi hidung kanan dan kiri. Dibentuk oleh tulang dan tulang

rawan. Kelainan septum hjidung yang paling sering ditemukan ialah deviasi septum,

hematoma septum dan abses septum. Bentuk septum normal adalah lurus di tengah rongga

hidung. Apabila terjadi kelainan pada septum hidung, akan menyebabkan penyumbatan jalan

nafas. Contohnya apabila terjadi fraktur os nasalis atau deformitas tulang hidung pada septum

hidung.

Ahli bedah THT akan melakukan rekonstruksi hidung apabila hal tersebut terjadi yaitu

operasi rinoplasti atau septoriniplasti. Rinoplasti adalah prosedur pembedahan pada hidung

dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki penampilan hidung seseorang di

samping juga untuk memperbaiki obstruksi jalan napas.

Page 14: Septirinoplasti Dan Rinoplasti

Daftar Pustaka

1. Damayanti S, Anatomi hidung di Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi Ke-enam, Jakarta 2007; hlmn.118-122

2. Bailey B. Nasal Fracture. In: B. Bailey, Head and Neck Surgery- Otolaryngology, Philadelpia: JB Lipincott;2000. p. 991-1007.

3. Riechelmann H, Rettinger G. Three-step reconstruction of complex saddle nose deformities. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2004; 130:334-8.

4. Conrad K, Gillmann G. Refining Osteotomy Techniques in Rhinoplasty. The Journal of Otolaryngology. 1998(27): 1-9