senin, 30 januari 2017 metropolitan murid sd bunuh ...gelora45.com/news/sp_20170130_27.pdfmerupakan...

1
27 Suara Pembaruan Senin, 30 Januari 2017 Metropolitan Murid SD Bunuh Diri ke Kali Seorang murid SD ne- kat menenggelamkan diri di kali di depan Kompleks Taman Sunter Indah, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (29/1) pagi. Lisa (39), warga yang melintas di lokasi menjelas- kan, awalnya ia melihat kor- ban berada di sekitar kali pada dini hari. "Dia mence- burkan diri, kemudian sem- pat ditolong anggota keluar- ganya, tapi malah mence- burkan diri kembali sampai tenggelam dan ditemukan mengambang dalam kondisi sudah meninggal," ujar Lisa, Minggu (29/1). Ia menduga ada persoal- an keluarga antara korban dan anggota keluarganya. "Bapak korban sempat ma- rah-marah sama saudara korban yang sempat meno- long, kenapa saat hendak menceburkan diri kedua kali- nya tidak dicegah?" tuturnya kepada warga lain yang me- ngerumuni lokasi kejadian. Kapolsek Tanjung Priok Kompol France Siregar me- nyebutkan, korban ditemu- kan sekitar pukul 07.00 WIB. Korban bernama Piter Indrayansah (13), pelajar kelas VI Sekolah Dasar. Korban diketahui sudah be- berapa hari tidak pulang ke rumah keluarganya di Kompleks Telaga Murni, RT 23 RW 1, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, sejak Jumat (27/1) la- lu. [C-7] Depok Gandeng Osaki Olah Sampah Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Osaki di Jepang menjajaki penggu- naan peralatan canggih un- tuk pengelolaan sampah di Kota Depok, Jawa Barat. Melalui program Sister City, Kota Osaki akan memberi- kan peralatan canggih untuk mengelola sampah di Depok. Pengadaan sistem pengelo- laan sampah, rencananya di- fasilitasi alat-alat canggih yang dimiliki Kota Osaki me- lalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Wali Kota Depok Mohammad Idris dan Wali Kota Osaki Yasuhiro Higashi telah bertemu untuk membicarakan hal itu. "Nanti alat-alatnya kami ti- dak beli. Tapi dipinjamkan. Teknologi nya pasti canggih karena dari Jepang," ujar Idris di Balai Kota Depok, Senin (30/1) seusai perte- muan dengan Yasuhiro Higashi, Jumat (27/1). Wali Kota Osaki Yasuhiro Higashi mengaku optimis, Kota Depok mam- pu menerapkan pengelola- an sampah seperti di Kota Osaki Jepang. Dengan pengalaman yang sudah sembilan tahun mengubah sampah menjadi barang yang bisa dimanfaatkan, menjadikan Kota Osaki mempunyai pengalaman di bidang persampahan. [RIA/Y-4] V ihara Dhanagun di- kenal sebagai vihara tertua di Kota Bogor. Bangunannya masih kokoh berdiri hingga seka- rang. Hadirnya vihara itu merupakan bukti otentik yang menjadi tonggak ke- beragaman serta kerukunan umat beragama yang terus dijaga selama ratusan ta- hun. Beberapa literatur me- nuliskan, Vihara Dhanagun dibangun pada 1672, saat etnis Tionghoa pertama ka- li mendiami Kota Bogor. Namun, ada pula yang me- nyebut vihara itu dibangun awal abad ke-18, saat me- reka bereksodus dari Batavia menuju Bogor aki- bat tindakan represif penja- jah Belanda. Dari catatan Pemerintah Kota Bogor, permukiman et- nis Tionghoa di Kota Bogor kemungkinan baru ada keti- ka pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan represif kepada etnis Tionghoa di Batavia (Jakarta). Tindakan itu mengakibatkan korban seki- tar 10.000 jiwa dari etnis Tionghoa pada 1739-1740- an. Meski pada beberapa li- teratur ada pertentangan, tapi umur vihara dipercaya sudah tiga abad lebih. Vihara Dhanagun dapat dengan jelas terlihat begitu melewati Lawang Suryakancana. Vihara selu- as 635 meter persegi (m2) ini menjadi potret nyata ke- rukunan umat beragama di Kota Bogor. Vihara berada di kawasan Pecinan, Suryakancana, yang ber- dampingan dengan Kampung Arab, Empang, dan kawasan Eropa, Kota Paris. Vihara yang juga dikenal sebagai Vihara Hok Tek Bio juga menjadi pusat kegiatan keagamaan tiga kepercaya- an sekaligus yaitu Taoisme, Konghucu (Konfusianisme), serta Budha. Bangunan itu cukup memukau dari ukiran din- ding yang terdapat di dua sisi luar vihara. Tema di dinding sebelah kiri meng- gambarkan legenda Sun Go Kong, Pat Kai, dan tokoh saudaranya si Wu-Ching sedang berjalan bersama Mahaguru Tong. Di sisi lainnya terpam- pang legenda dari dinasti Tang di Tiongkok yakni le- genda Delapan Dewa. Selain itu, kalau sudah se- lesai mengagumi ukiran dinding, pengunjung bisa mengalihkan pandangan pada dua patung singa yang seperti sedang menjaga pintu vihara. Pengurus Vihara Dhanagun A Yung menga- takan, vihara itu memang penuh keunikan khas dari kebudayaan Tiongkok. Tepat Pemerintah Bogor menjadikan vihara atau ke- lenteng ini sebagai sebuah cagar budaya. “Vihara Dhanagun ada- lah sebuah simbol, simbol pengakuan atas keberadaan dan kesetaraan etnis Tiongkok sebagai warga negara yang sama kedu- dukannya dengan etnis-et- nis lain di Bogor dan nega- ra Indonesia. Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dan diperdebatkan,” katanya. Setiap akhir pekan, lan- jut A Yung, Vihara Dhanagun selalu ramai di- kunjungi orang-orang yang ingin beribadah. Pada hari biasa juga, kadang masya- rakat mampir ke kelenteng untuk berdoa. Sempat Tenggelam Vihara Dhanagun sem- pat menghilang selama ku- rang lebih 32 tahun. Tokoh Tionghoa Guntur Santoso menuturkan, pada masa pe- merintahan Orde Baru, ke- luar sebuah kebijakan, la- gi-lagi bersifat represif dan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa. Akibat pemberontakan, pemerintah Orde Baru me- mutuskan hubungan de- ngan berbagai negara dari Blok Timur yang beraliran komunis. Satu di antara ne- gara tersebut adalah Republik Rakyat Cina. Efek samping dari kebijak- an itu adalah diaspora etnis Tiongkok di Indonesia ter- kena imbasnya. “Penekanan itu di sega- la sisi termasuk di antara- nya adalah pelarangan un- tuk melakukan berbagai kegiatan budaya dan keper- cayaan secara terang-te- rangan. Hal ini mengaki- batkan berbagai kegiatan di Vihara Dhanagun di masa itu juga lebih banyak dila- kukan di balik tembok,” tu- tur Guntur. Vihara Dhanagun pun “tengge- lam” untuk masa yang cu- kup lama. Geliat baru setelah tum- bangnya rezim Orde Baru, situasi membaik bagi kehi- dupan Warga Negara Indonesia dari etnis Tionghoa. Pemerintahan di bawah kendali Abdurahman Wahid yang terkenal sangat moderat mengeluarkan kebijakan yang membatalkan peratur- an diskriminatif Orde Baru. Hal ini menunjukkan sebu- ah pengakuan kesetaraan etnis Tionghoa dengan warga negara Indonesia da- ri berbagai etnis lainnya. Sejak itu Vihara Dhanagun pun menggeliat kembali. Berbagai hal yang selama ini terpendam kem- bali ditampilkan kemuka umum. Di era Presiden Megawati, Hari besar Imlek dijadikan hari libur nasional. Bukan hanya soal peribadatannya tetapi juga hal-hal yang berkaitan de- ngan kebiasaan, kesenian dan kebudayaan. Festival Budaya Sejak ditetapkan seba- gai hari raya fakultatif pada tahun 2000 dan kemudian disahkan menjadi hari Nasional, memberikan sua- sana bersatunya seluruh rakyat Indonesia dan saling menghormati dalam kera- gaman budaya dan etnis. Cap Go Meh adalah sa- lah satu perayaan yang di- pilih warga Bogor dalam merayakan Hari Besar Imlek dalam kemasan pesta rakyat dan festival budaya. Ketua Panitia Festival Budaya Cap Go Meh Arifin Himawan menjelaskan, Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah hari raya Imlek yang pada tahun ini jatuh pada Sabtu (28/1) dan ren- cana festival budaya akan diadakan pada Sabtu (11/2). “Festival Budaya ada- lah salah satu event kebu- dayaan di Bogor yang dise- lenggarakan bertepatan de- ngan puncak acara Cap Go Meh. Event ini dimaksud- kan untuk memperlihatkan keberagaman budaya Bogor sekaligus ingin menggambarkan nilai ke- bersamaan dan sejarah ke- satuan etnis yang masih terpelihara dengan baik di Bogor,” katanya. Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya menilai kegiatan ini bukan ritual keagamaan melain- kan simbol keberagaman dan pluralisme di Kota Bogor yang sudah menga- kar. “Kita mengakui kondisi negara saat ini sedang diuji terkait isu keberagaman. Untuk itu, melalui festival ini ada suguhan atraksi ke- royokan dari lintas agama. Ada marawis dengan padu- an suara gereja, ada ratusan ribu masyarakat,” kata Bima di Balai Kota. Agar pawai budaya le- bih nyaman, Pemkot Bogor mempersiapkan ba- rikade untuk menertibkan lintasan. Selain itu ditar- getkan juga peningkatan pengunjung hotel di Kota Bogor. Sementara penga- turan lalu lintas dan pe- nyediaan parkir masih be- lum diubah, diprediksi se- kitar 100.000 orang terli- bat dalam agenda tahunan ini. [Vento Saudale] Mengenal Vihara Dhanagun, Bukti Sejarah Kerukunan Umat Suasana meriah merayakan Imlek di Vihara Dhanagun. FOTO-FOTO: VENTO SAUDALE Aktivitas warga Tionghoa saat merayakan Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili di Vihara Dhanagun, Jl Suryakancana, Kota Bogor, Sabtu (28/1).

Upload: truongngoc

Post on 06-May-2019

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

27Sua ra Pem ba ru an Senin, 30 Januari 2017 Metropolitan

Murid SD Bunuh Diri ke Kali

Seorang murid SD ne-kat menenggelamkan diri di kali di depan Kompleks Taman Sunter Indah, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (29/1) pagi.

Lisa (39), warga yang melintas di lokasi menjelas-kan, awalnya ia melihat kor-ban berada di sekitar kali pada dini hari. "Dia mence-burkan diri, kemudian sem-pat ditolong anggota keluar-ganya, tapi malah mence-burkan diri kembali sampai tenggelam dan ditemukan mengambang dalam kondisi sudah meninggal," ujar Lisa, Minggu (29/1).

Ia menduga ada persoal-an keluarga antara korban dan anggota keluarganya. "Bapak korban sempat ma-rah-marah sama saudara korban yang sempat meno-long, kenapa saat hendak menceburkan diri kedua kali-nya tidak dicegah?" tuturnya kepada warga lain yang me-ngerumuni lokasi kejadian.

Kapolsek Tanjung Priok Kompol France Siregar me-nyebutkan, korban ditemu-kan sekitar pukul 07.00 WIB. Korban bernama Piter Indrayansah (13), pelajar kelas VI Sekolah Dasar. Korban diketahui sudah be-berapa hari tidak pulang ke rumah keluarganya di Kompleks Telaga Murni, RT 23 RW 1, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, sejak Jumat (27/1) la-lu. [C-7]

Depok Gandeng Osaki Olah Sampah

Pemerintah Kota Depok dan Pemerintah Kota Osaki di Jepang menjajaki penggu-naan peralatan canggih un-tuk pengelolaan sampah di Kota Depok, Jawa Barat. Melalui program Sister City, Kota Osaki akan memberi-kan peralatan canggih untuk mengelola sampah di Depok. Pengadaan sistem pengelo-laan sampah, rencananya di-fasilitasi alat-alat canggih yang dimiliki Kota Osaki me-lalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Wali Kota Depok Mohammad Idris dan Wali Kota Osaki Yasuhiro Higashi telah bertemu untuk membicarakan hal itu. "Nanti alat-alatnya kami ti-dak beli. Tapi dipinjamkan. Teknologi nya pasti canggih karena dari Jepang," ujar Idris di Balai Kota Depok, Senin (30/1) seusai perte-muan dengan Yasuhiro Higashi, Jumat (27/1).

Wali Kota Osaki Yasuhiro Higashi mengaku optimis, Kota Depok mam-pu menerapkan pengelola-an sampah seperti di Kota Osaki Jepang. Dengan pengalaman yang sudah sembilan tahun mengubah sampah menjadi barang yang bisa dimanfaatkan, menjadikan Kota Osaki mempunyai pengalaman di bidang persampahan. [RIA/Y-4]

Vihara Dhanagun di-kenal sebagai vihara tertua di Kota

Bogor. Bangunannya masih kokoh berdiri hingga seka-rang. Hadirnya vihara itu merupakan bukti otentik yang menjadi tonggak ke-beragaman serta kerukunan umat beragama yang terus dijaga selama ratusan ta-hun.

Beberapa literatur me-nuliskan, Vihara Dhanagun dibangun pada 1672, saat etnis Tionghoa pertama ka-li mendiami Kota Bogor. Namun, ada pula yang me-nyebut vihara itu dibangun awal abad ke-18, saat me-reka bereksodus dari Batavia menuju Bogor aki-bat tindakan represif penja-jah Belanda.

Dari catatan Pemerintah Kota Bogor, permukiman et-nis Tionghoa di Kota Bogor kemungkinan baru ada keti-ka pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan represif kepada etnis Tionghoa di Batavia (Jakarta). Tindakan itu mengakibatkan korban seki-tar 10.000 jiwa dari etnis Tionghoa pada 1739-1740-an. Meski pada beberapa li-teratur ada pertentangan, tapi umur vihara dipercaya sudah tiga abad lebih.

Vihara Dhanagun dapat dengan jelas terlihat begitu melewati Lawang Suryakancana. Vihara selu-as 635 meter persegi (m2) ini menjadi potret nyata ke-rukunan umat beragama di Kota Bogor. Vihara berada di kawasan Pecinan, Suryakancana, yang ber-dampingan dengan Kampung Arab, Empang, dan kawasan Eropa, Kota Paris.

Vihara yang juga dikenal sebagai Vihara Hok Tek Bio juga menjadi pusat kegiatan keagamaan tiga kepercaya-an sekaligus yaitu Taoisme, Konghucu (Konfusianisme), serta Budha.

Bangunan itu cukup memukau dari ukiran din-ding yang terdapat di dua sisi luar vihara. Tema di dinding sebelah kiri meng-gambarkan legenda Sun Go Kong, Pat Kai, dan tokoh saudaranya si Wu-Ching sedang berjalan bersama Mahaguru Tong.

Di sisi lainnya terpam-pang legenda dari dinasti Tang di Tiongkok yakni le-genda Delapan Dewa. Selain itu, kalau sudah se-lesai mengagumi ukiran dinding, pengunjung bisa mengalihkan pandangan pada dua patung singa yang

seperti sedang menjaga pintu vihara.

Pengurus Vihara Dhanagun A Yung menga-takan, vihara itu memang penuh keunikan khas dari kebudayaan Tiongkok. Tepat Pemerintah Bogor menjadikan vihara atau ke-lenteng ini sebagai sebuah cagar budaya.

“Vihara Dhanagun ada-lah sebuah simbol, simbol pengakuan atas keberadaan dan kesetaraan etnis Tiongkok sebagai warga negara yang sama kedu-dukannya dengan etnis-et-nis lain di Bogor dan nega-ra Indonesia. Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dan diperdebatkan,” katanya.

Setiap akhir pekan, lan-jut A Yung, Vihara Dhanagun selalu ramai di-kunjungi orang-orang yang ingin beribadah. Pada hari biasa juga, kadang masya-rakat mampir ke kelenteng untuk berdoa.

Sempat Tenggelam

Vihara Dhanagun sem-pat menghilang selama ku-rang lebih 32 tahun. Tokoh Tionghoa Guntur Santoso menuturkan, pada masa pe-merintahan Orde Baru, ke-luar sebuah kebijakan, la-gi-lagi bersifat represif dan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa.

Akibat pemberontakan, pemerintah Orde Baru me-mutuskan hubungan de-ngan berbagai negara dari Blok Timur yang beraliran komunis. Satu di antara ne-gara tersebut adalah Republik Rakyat Cina. Efek samping dari kebijak-an itu adalah diaspora etnis Tiongkok di Indonesia ter-kena imbasnya.

“Penekanan itu di sega-la sisi termasuk di antara-nya adalah pelarangan un-

tuk melakukan berbagai kegiatan budaya dan keper-cayaan secara terang-te-rangan. Hal ini mengaki-batkan berbagai kegiatan di Vihara Dhanagun di masa itu juga lebih banyak dila-kukan di balik tembok,” tu-tur Guntur. Vihara Dhanagun pun “tengge-lam” untuk masa yang cu-kup lama.

Geliat baru setelah tum-bangnya rezim Orde Baru, situasi membaik bagi kehi-dupan Warga Negara Indonesia dari etnis Tionghoa. Pemerintahan di bawah kendali Abdurahman Wahid yang terkenal sangat moderat mengeluarkan kebijakan yang membatalkan peratur-an diskriminatif Orde Baru. Hal ini menunjukkan sebu-ah pengakuan kesetaraan etnis Tionghoa dengan warga negara Indonesia da-ri berbagai etnis lainnya.

Sejak itu Vihara

Dhanagun pun menggeliat kembali. Berbagai hal yang selama ini terpendam kem-bali ditampilkan kemuka umum. Di era Presiden Megawati, Hari besar Imlek dijadikan hari libur nasional. Bukan hanya soal peribadatannya tetapi juga hal-hal yang berkaitan de-ngan kebiasaan, kesenian dan kebudayaan.

Festival Budaya

Sejak ditetapkan seba-gai hari raya fakultatif pada tahun 2000 dan kemudian disahkan menjadi hari Nasional, memberikan sua-sana bersatunya seluruh rakyat Indonesia dan saling menghormati dalam kera-gaman budaya dan etnis.

Cap Go Meh adalah sa-lah satu perayaan yang di-pilih warga Bogor dalam merayakan Hari Besar Imlek dalam kemasan pesta rakyat dan festival budaya.

Ketua Panitia Festival

Budaya Cap Go Meh Arifin Himawan menjelaskan, Cap Go Meh dirayakan 15 hari setelah hari raya Imlek yang pada tahun ini jatuh pada Sabtu (28/1) dan ren-cana festival budaya akan diadakan pada Sabtu (11/2).

“Festival Budaya ada-lah salah satu event kebu-dayaan di Bogor yang dise-lenggarakan bertepatan de-ngan puncak acara Cap Go Meh. Event ini dimaksud-kan untuk memperlihatkan keberagaman budaya Bogor sekaligus ingin menggambarkan nilai ke-bersamaan dan sejarah ke-satuan etnis yang masih terpelihara dengan baik di Bogor,” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya menilai kegiatan ini bukan ritual keagamaan melain-kan simbol keberagaman dan pluralisme di Kota Bogor yang sudah menga-kar.

“Kita mengakui kondisi negara saat ini sedang diuji terkait isu keberagaman. Untuk itu, melalui festival ini ada suguhan atraksi ke-royokan dari lintas agama. Ada marawis dengan padu-an suara gereja, ada ratusan ribu masyarakat,” kata Bima di Balai Kota.

Agar pawai budaya le-bih nyaman, Pemkot Bogor mempersiapkan ba-rikade untuk menertibkan lintasan. Selain itu ditar-getkan juga peningkatan pengunjung hotel di Kota Bogor. Sementara penga-turan lalu lintas dan pe-nyediaan parkir masih be-lum diubah, diprediksi se-kitar 100.000 orang terli-bat dalam agenda tahunan ini. [Vento Saudale]

Mengenal Vihara Dhanagun, Bukti Sejarah Kerukunan Umat

Suasana meriah merayakan Imlek di Vihara Dhanagun.

FOTO-FOTO: VENTO SAUDALE

Aktivitas warga Tionghoa saat merayakan Tahun Baru Imlek 2568 Kongzili di Vihara Dhanagun, Jl Suryakancana, Kota Bogor, Sabtu (28/1).