senin, 14 maret 2011 | media indonesia menyelamatkan ... filejemah ke bahasa arab oleh syeikh...

1
MOHAMMAD GHOZI Z AINUL Adzvar membuka lembar demi lembar sebuah kitab di Perpusta- kaan Raden Umro, Pondok Pesantren (Ponpes) Azzubeir, Sumberanyar, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pame- kasan, Jawa Timur, Kamis (10/3). Sesekali kameranya di- arahkan ke halaman kitab yang dibukanya. Sementara, Umi Wasfiah, rekannya, memindahkan ha- sil pengambilan gambar itu ke sebuah komputer jinjing. Keduanya kemudian mem- beri tanda dengan potongan kertas halaman kitab yang gambarnya baru diambil. Di ruang itu, terdapat ra- tusan kitab yang tertata rapi. Zainul dan Umi Wasah mem- beri tanda berupa nomor, judul, dan jenis kitab, meng- gunakan potongan kertas stiker yang ditempel di bagian samping buku. Itulah bagian dari kegiatan digitalisasi dan pengatalogan (pendokumentasian) kitab- kitab kuno koleksi Perpusta- kaan Raden Umro yang sudah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Ada sekitar 120 judul kitab yang sudah didokumen- tasikan dalam kegiatan itu. Sementara itu, puluhan kitab lainnya masih dalam proses pengambilan gambar. Zainul dan Umi Wasfiah melakukan pendokumen- tasian kitab-kitab kuno itu sebagai peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kantor Kemente- rian Agama Semarang, Jawa Tengah. Di antara kitab-kitab yang didokumentasi itu, beberapa dinyatakan langka. Seperti kitab Bahrul Lahut , sebuah kitab tasawuf karya Syeih Ab- dullah Syarif, ulama asal Aceh, yang pernah diklaim sebagai kitab karya ulama Malaysia. Kitab langka lain adalah Tuhfah Almursalah yang berisi lsafat ketuhanan yang di In- donesia dikenal dengan nama Martabah Tujuh, karya Burhan Burri, ulama asal India serta Kamus Almuhith. Kitab itu dalam edisi tulisan tangan, yang sebelumnya hanya ditemukan di Mesir. Se- mentara itu, edisi cetak hanya dipergunakan di beberapa perguruan tinggi. Bila dilihat dari bentuk jilid dan kulitnya, sudah bisa di- pastikan kitab-kitab itu meru- pakan kitab kuno. Hasil pene- litian menyatakan kitab-kitab yang semuanya masih dalam bentuk tulisan tangan dan sebagian menggunakan huruf Arab pegon itu berusia 500 sampai 400 tahun. Kitab-kitab itu mengguna- kan kertas produksi Eropa yang apabila diterawang menggunakan lampu akan ter- lihat kode CHK, atau gambar kepala singa menggunakan mahkota. Kertas jenis tersebut ada pada abad 16 sampai abad 17 Masehi dan digunakan terbatas hanya untuk tulisan atau naskah-naskah khusus dan istimewa. Ada juga kitab yang diper- kirakan berusia 300 tahun dan menggunakan kertas dalu- wang, kertas lokal berbahan pokok bubur serbuk kayu. Kertas jenis tersebut biasa digunakan pada abad ke-17 dan 18 Masehi. Zainul Adzvar mengata- kan, sebagian besar kitab itu merupakan kitab salinan dari naskah aslinya. Indikasinya, di sebagian kitab berbahasa Arab itu sudah terdapat terje- mahan dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa Kawi, dan bahasa Madura asli. ‘’Bentuk tulisan maupun jenis tinta yang digunakan pada isi kitab dengan ter- jemahannya sama. Berarti, sudah ada proses penulisan ulang. Ada sebagian yang masih merupakan naskah asli dan belum terjadi penulisan ulang,’’ kata Zainul. Zainul tidak bisa memas- tikan, kapan waktu proses penulisan ulang tersebut. Sebab dalam kitab itu tidak didapatkan petunjuk pasti. Namun, bila dilihat dari jenis kertas yang digunakan, proses penulisan ulang itu diperkirakan terjadi tahun 1.500 sampai 1.600 Masehi. Menurut dosen di Universi- tas Islam Negeri (UIN) Wali- songo Semarang, yang masih menempuh pendidikan dok- toral di UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta itu, meski hanya hasil penulisan ulang, ke- beradaan kitab-kitab tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi. “Alasannya, kitab bisa menunjukkan bahwa pada abad 16 Masehi di Pamekas- an sudah pernah diajarkan berbagai macam ilmu, mulai dari lsafat hingga tata cara ibadah.” ‘’Bahkan, di sini juga ada kitab Isaghuji , sebuah kitab lsafat logika yang berisi pe- mikiran Isagot Porpiere, se- orang lsuf Yunani yang diter- jemah ke bahasa Arab oleh Syeikh Atsiruddin Al Abhari pada abad 15. Karya Al Abhari itu ada di sini,’’ jelasnya. Kiai Zubeir Menurut Habibullah Bah- wie, pengelola perpustakaan Raden Umro, ratusan kitab kuno itu merupakan kitab peninggalan Kiai Zubeir, se- orang penyiar Islam di Pame- kasan yang hidup pada abad 16 Masehi. Soal Kiai Zubeir sendiri, tidak banyak yang tahu asal- usulnya. Sebagian ahli sejarah di Pamekasan mengatakan tokoh yang diperkirakan me- ninggal pada 1.515 Masehi itu merupakan ulama asli Pamekasan. Namun, ada juga versi lain yang menyatakan Zubeir merupakan murid Su- nan Ampel yang ditugaskan menyebarkan ajaran Islam di Madura. Zubeir diduga merupakan ulama asal Timur Tengah yang datang ke Madura untuk pe- nyebaran agama Islam dan tinggal di Dusun Sumber- anyar, setelah menikah de- ngan wanita Pamekasan. Habibullah Bahwie me- ngutarakan, awalnya kitab dari berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari lsafat, kih (kitab tuntunan ibadah), falakiah (astronomi), manthiqiyah (tata bahasa), dan beberapa ilmu lainnya itu berada di sejumlah pesantren di Pamekasan. Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk mengin- ventarisasi dan mengumpul- kannya untuk disimpan di perpustakaan yang berada di kompleks pesantren Azzubeir tersebut. Di Sumberanyar, kitab-kitab yang awalnya tersimpan di beberapa musala itu dianggap barang yang sudah tidak bisa dipakai lagi. Bahkan, beberapa naskah kuno yang ditulis di daun lontar dan daun siwalan dibakar karena sudah rusak dan dianggap mengotori tem- pat ibadah. ‘’Selain itu, masih ada pu- luhan kitab kuno peninggalan Kiai Zubeir yang sampai saat ini masih dalam proses ne- gosiasi dengan yang meme- gangnya. Begitu pula dengan benda-benda kuno pening- galan beliau lainnya,’’ kata Habibullah. Ke depan, kitab-kitab kuno itu diharapkan bukan lagi menjadi seperti pajangan benda mati. Perpustakaan Al Umro merencanakan me- nyusun sendiri katalog yang berisi gambaran isi kitab, judul kitab, jumlah halaman, nama penulis, kertas yang diguna- kan, ukuran, dan perkiraan tahun penulisan. ‘’Sehingga dari katalog itu, muncul keinginan untuk membacanya, syukur-syukur kalau ada yang mau mencetak dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa lainnya agar lebih berman- faat,’’ jelasnya. (N-1) [email protected] Menyelamatkan Sejarah yang Nyaris Jadi Sampah Ratusan judul kitab di Perpustakaan Raden Umro, Pamekasan, Madura, yang berusia 400 hingga 500 tahun kini dalam proses dokumentasi. 11 N USANTARA SENIN, 14 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA Di sebagian kitab berbahasa Arab itu sudah terdapat terjemahan dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa Kawi, dan bahasa Madura asli.” MI/MOHAMMAD GHOZI KITAB KUNO: Habibullah Bahwie, pengelola Perpustakaan Raden Umro, memperlihatkan satu naskah kuno yang akan didokumentasikan. MENELITI: Tim dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama meneliti dan mendokumentasikan kitab kuno di Pondok Pesantren Azzubeir, Sumberanyar, Tianakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. MI/MOHAMMAD GHOZI

Upload: ngonhan

Post on 27-May-2019

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENIN, 14 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA Menyelamatkan ... filejemah ke bahasa Arab oleh Syeikh Atsiruddin Al Abhari pada abad 15. Karya Al Abhari itu ada di sini,’’ jelasnya. Kiai

MOHAMMAD GHOZI

ZA I N U L A d z v a r membuka lembar demi lembar sebuah kitab di Perpusta-

kaan Raden Umro, Pondok Pesantren (Ponpes) Azzubeir, Sumberanyar, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pame-kasan, Jawa Timur, Kamis (10/3).

Sesekali kameranya di-arahkan ke halaman kitab yang dibukanya.

Sementara, Umi Wasfiah, rekannya, memindahkan ha-sil pengambilan gambar itu ke sebuah komputer jinjing. Keduanya kemudian mem-beri tanda dengan potongan kertas halaman kitab yang gambarnya baru diambil.

Di ruang itu, terdapat ra-tusan kitab yang tertata rapi. Zainul dan Umi Wasfi ah mem-beri tanda berupa nomor, judul, dan jenis kitab, meng-gunakan potongan kertas stiker yang ditempel di bagian samping buku.

Itulah bagian dari kegiatan digitalisasi dan pengatalogan (pendokumentasian) kitab-kitab kuno koleksi Perpusta-kaan Raden Umro yang sudah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Ada sekitar 120 judul kitab yang sudah didokumen-

tasikan dalam kegiatan itu. Sementara itu, puluhan kitab lainnya masih dalam proses pengambilan gambar.

Zainul dan Umi Wasfiah melakukan pendokumen-tasian kitab-kitab kuno itu sebagai peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kantor Kemente-rian Agama Semarang, Jawa Tengah.

Di antara kitab-kitab yang didokumentasi itu, beberapa dinyatakan langka. Seperti kitab Bahrul Lahut, sebuah kitab tasawuf karya Syeih Ab-dullah Syarif, ulama asal Aceh, yang pernah diklaim sebagai kitab karya ulama Malaysia.

Kitab langka lain adalah Tuhfah Almursalah yang berisi fi lsafat ketuhanan yang di In-donesia dikenal dengan nama Martabah Tujuh, karya Burhan Burri, ulama asal India serta Kamus Almuhith.

Kitab itu dalam edisi tulisan tangan, yang sebelumnya hanya ditemukan di Mesir. Se-mentara itu, edisi cetak hanya dipergunakan di beberapa perguruan tinggi.

Bila dilihat dari bentuk jilid dan kulitnya, sudah bisa di-pastikan kitab-kitab itu meru-pakan kitab kuno. Hasil pene-litian menyatakan kitab-kitab yang semuanya masih dalam

bentuk tulisan tangan dan sebagian menggunakan huruf Arab pegon itu berusia 500 sampai 400 tahun.

Kitab-kitab itu mengguna-kan kertas produksi Eropa yang apabila diterawang menggunakan lampu akan ter-lihat kode CHK, atau gambar kepala singa menggunakan mahkota. Kertas jenis tersebut ada pada abad 16 sampai abad 17 Masehi dan digunakan terbatas hanya untuk tulisan atau naskah-naskah khusus dan istimewa.

Ada juga kitab yang diper-kirakan berusia 300 tahun dan menggunakan kertas dalu-wang, kertas lokal berbahan pokok bubur serbuk kayu.

Kertas jenis tersebut biasa digunakan pada abad ke-17 dan 18 Masehi.

Zainul Adzvar mengata-kan, sebagian besar kitab itu merupakan kitab salinan dari naskah aslinya. Indikasinya, di sebagian kitab berbahasa Arab itu sudah terdapat terje-mahan dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa Kawi, dan bahasa Madura asli.

‘’Bentuk tulisan maupun jenis tinta yang digunakan pada isi kitab dengan ter-jemahannya sama. Berarti, sudah ada proses penulisan ulang. Ada sebagian yang masih merupakan naskah asli dan belum terjadi penulisan ulang,’’ kata Zainul.

Zainul tidak bisa memas-tikan, kapan waktu proses

penulisan ulang tersebut. Sebab dalam kitab itu tidak didapatkan petunjuk pasti.

Namun, bila dilihat dari jenis kertas yang digunakan, proses penulisan ulang itu diperkirakan terjadi tahun 1.500 sampai 1.600 Masehi.

Menurut dosen di Universi-tas Islam Negeri (UIN) Wali-songo Semarang, yang masih menempuh pendidikan dok-

toral di UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta itu, meski hanya hasil penulisan ulang, ke-beradaan kitab-kitab tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi. “Alasannya, kitab bisa menunjukkan bahwa pada abad 16 Masehi di Pamekas-an sudah pernah diajarkan berbagai macam ilmu, mulai dari fi lsafat hingga tata cara ibadah.”

‘’Bahkan, di sini juga ada kitab Isaghuji, sebuah kitab fi lsafat logika yang berisi pe-mikiran Isagot Porpiere, se-orang fi lsuf Yunani yang diter-jemah ke bahasa Arab oleh Syeikh Atsiruddin Al Abhari

pada abad 15. Karya Al Abhari itu ada di sini,’’ jelasnya.

Kiai ZubeirMenurut Habibullah Bah-

wie, pengelola perpustakaan Raden Umro, ratusan kitab kuno itu merupakan kitab peninggalan Kiai Zubeir, se-orang penyiar Islam di Pame-kasan yang hidup pada abad 16 Masehi.

Soal Kiai Zubeir sendiri, tidak banyak yang tahu asal-usulnya. Sebagian ahli sejarah di Pamekasan mengatakan tokoh yang diperkirakan me-ninggal pada 1.515 Masehi itu merupakan ulama asli Pamekasan. Namun, ada juga versi lain yang menyatakan Zubeir merupakan murid Su-nan Ampel yang ditugaskan menyebarkan ajaran Islam di Madura.

Zubeir diduga merupakan ulama asal Timur Tengah yang datang ke Madura untuk pe-nyebaran agama Islam dan tinggal di Dusun Sumber-anyar, setelah menikah de-ngan wanita Pamekasan.

Habibullah Bahwie me-ngutarakan, awalnya kitab dari berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari fi lsafat, fi kih (kitab tuntunan ibadah), falakiah (astronomi), manthiqiyah (tata bahasa), dan beberapa ilmu lainnya itu berada di sejumlah pesantren di Pamekasan.

Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk mengin-ventarisasi dan mengumpul-

kannya untuk disimpan di perpustakaan yang berada di kompleks pesantren Azzubeir tersebut.

Di Sumberanyar, kitab-kitab yang awalnya tersimpan di beberapa musala itu dianggap barang yang sudah tidak bisa dipakai lagi. Bahkan, beberapa naskah kuno yang ditulis di daun lontar dan daun siwalan dibakar karena sudah rusak dan dianggap mengotori tem-pat ibadah.

‘’Selain itu, masih ada pu-luhan kitab kuno peninggalan Kiai Zubeir yang sampai saat ini masih dalam proses ne-gosiasi dengan yang meme-gangnya. Begitu pula dengan benda-benda kuno pening-galan beliau lainnya,’’ kata Habibullah.

Ke depan, kitab-kitab kuno itu diharapkan bukan lagi menjadi seperti pajangan benda mati. Perpustakaan Al Umro merencanakan me-nyusun sendiri katalog yang berisi gambaran isi kitab, judul kitab, jumlah halaman, nama penulis, kertas yang diguna-kan, ukuran, dan perkiraan tahun penulisan.

‘’Sehingga dari katalog itu, muncul keinginan untuk membacanya, syukur-syukur kalau ada yang mau mencetak dan menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa lainnya agar lebih berman-faat,’’ jelasnya. (N-1)

[email protected]

Menyelamatkan Sejarah yang Nyaris Jadi Sampah

Ratusan judul kitab di Perpustakaan Raden Umro, Pamekasan, Madura, yang berusia 400 hingga 500 tahun kini dalam proses dokumentasi.

11NUSANTARASENIN, 14 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA

Di sebagian kitab berbahasa

Arab itu sudah terdapat terjemahan dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa Kawi, dan bahasa Madura asli.”

MI/MOHAMMAD GHOZI

KITAB KUNO: Habibullah Bahwie, pengelola Perpustakaan Raden Umro, memperlihatkan satu naskah kuno yang akan didokumentasikan.

MENELITI: Tim dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama meneliti dan mendokumentasikan kitab kuno di Pondok Pesantren Azzubeir, Sumberanyar, Tianakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

MI/MOHAMMAD GHOZI