self-regulated learning pada mahasiswa tahun … · 1 bab i pendahuluan a. latar belakang mahasiswa...
TRANSCRIPT
SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA TAHUN
PERTAMA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Grasinta Laras Aji
099114093
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
-Anonim-
Walaupun bukan yang terbaik, selalu berikan yang terbaik
-Anonim-
Karakter seperti sebuah pohon, dan reputasi seperti bayangannya.
Kita sering memikirkan bayangannya, padahal yang utama adalah
pohonnya
-Abraham Lincoln-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Tempatku berkeluh kesah dan berserah diri akan semuanya
Keluargaku Bapak, Mamah, Beben dan Awan
Yang selalu mendukung tiada henti dengan caranya masing-
masing
Papah dan Dek Dwi
Yang sudah berbahagia duluan sama Tuhan di atas sana
Saudara-saudaraku dan teman-temanku
Yang senantiasa mewarnai hidupku dan mendukung disetiap
langkahku
Masa laluku
Yang menjadi cermin dan pelajaran yang sungguh berharga
Masa depanku
Yang menanti untuk segera membangun duniaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA
Grasinta Laras Aji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran self-regulated learning pada mahasiswa
tahun pertama. Self-regulated learning dalam penelitian ini dijabarkan dengan tiga fase menurut
Zimmerman yaitu fase sebelum belajar (forethought), saat belajar (performance), setelah belajar
(self-reflection). Partisipan dalam penelitian ini adalah delapan mahasiswa angkatan 2015 yang
berasal dari beberapa jurusan dan bersedia membagikan pengalaman belajarnya. Data penelitian
diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis isi
kualitatif (AIK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fase yang paling menonjol adalah fase saat
belajar (performance), diikuti dengan fase sebelum belajar (forethought). Hal ini ditunjukkan dari
strategi-strategi yang muncul dalam respon partisipan. Sebaliknya, pada fase setelah belajar (self-
reflection) tidak banyak strategi yang dilakukan oleh partisipan. Strategi pada komponen
metakognitif dan perilaku terlihat lebih banyak dilakukan para partisipan dibandingkan dengan
strategi pada komponen motivasi. Selain itu ditemukan pula bahwa mahasiswa yang masuk jurusan
yang diinginkan cenderung menunjukkan variasi strategi self-regulated learning dan memiliki
prestasi akademik yang baik.
Kata kunci : self-regulated learning, mahasiswa tahun pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
SELF-REGULATED LEARNING IN FIRST-YEAR COLLEGE STUDENT
Grasinta Laras Aji
ABSTRACT
This study aimed to describe self-regulated learning in first-year college student. In this
research, self-regulated learning is divided into three phases according to Zimmerman, there are
forethought phase, performance phase, andself-reflection phase. Participants in this study were
eight students from class of 2015 coming from several major and were willing to share their
learning experiences. The data were obtained using interviews. Data was analyzed using qualitative
content analysis. The results of this study indicate that the most prominent phase is the performance
phase, followed by forethought phase. It is shown on the strategies that appeared in participant
responses. By contrast, in the self-reflection phase there were not much strategy in the participant
responses. Strategies on metacognitive and behavior components have been more done by
participants compared with strategies on motivation component. This research also found that
students who enter the desired major tended to show variations in self-regulated learning strategies
and have a good academic record.
Keyword: self-regulated learning, first-year college student.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Self-Regulated
Learning Pada Mahasiswa Tahun Pertama.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa bimbingan, bantuan, serta dukungan yang sangat berharga dari semua pihak
yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus yang merancang seluruh kehidupan, yang Maha Kasih dan Maha
Baik, serta Bunda Maria yang berkenan mendengarkan keluh kesah dan
menghantar permohonan-permohonanku.
2. Kedua orangtua, yang memberikan dukungan kepada penulis.
3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak C. Siswo Widiyatmoko, M. Psi. sebagai dosen pembimbing akademik
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berkenan mendengarkan
kecemasan dan kegalauan akademik saya.
6. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya atas bimbingan serta kesabarannya dalam
proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih sekali, Pak, sungguh merupakan
kehormatan dan pengalaman yang berharga bagi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M. Psi. yang memperkenalkan saya dengan SRL
dan berdiskusi di awal pembuatan skripsi, sekaligus menjadi dosen penguji dan
memberikan masukan pada skripsi saya. Akhirnya saya selesai juga, Bu.
8. Ibu ML. Anantasari, M. Si. selaku dosen penguji yang berkenan berdiskusi dan
memberikan masukan juga untuk skripsi saya. Terima kasih pula atas kebaikan
hati Ibu dan segala pembelajaran selama kuliah di sini. Bu Ari emang oke
banget.
9. Ibu Sylvia CMYM, M. Si. yang baik hati dan berkenan mendengarkan
permasalahan saya, memberi masukan, serta memotivasi saya untuk segera
lulus. Terima kasih, Bu Sylvi.
10. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berkenan
membagikan ilmu dan pengalaman selama proses pendidikan saya di sini.
11. Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Pak Gie, Mas Dony, serta teman-teman
student staff, terima kasih atas semua bantuannya, candaannya, dan senyum
yang selalu muncul walaupun sedang capek.
12. Para partisipan yang berkenan berbagi cerita dan beberapa yang masih kontak
sampai sekarang.
13. Adikku, Beben dan Awan yang selalu memberikan motivasi dengan caranya
sendiri. Yang selalu membuat jengkel tetapi sekaligus membuat rindu akan
semua tingkah laku, petikan gitar atau klotekan stik drum.
14. Budhe Nova, Budhe Lusi, budhe-budhe yang selalu berbagi denganku,
menangis atau tertawa bersama. Trima kasih budheku yang paling aku sayang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Tak lupa terima kasih juga untuk semua keluarga yang nggak capek-capek
mengingatkan, memotivasi, dan mendengarkan keluh kesahku.
15. Teman-teman satu bimbingan dari masa ke masa: Yustia, Chacha, Mbak
Wieana, Engger, Pakdhe, Vania, Pika, Rhintan, Fitria, Maria, Ria, Tama,
Dedew, Rikjan, Mita, Gege, Gaby, dan semuanya. Semangat buat kita semua!
16. Teman-teman 2009 yang „paling setia‟ sama fakultas: Riri, Pakdhe, Ria, Deu,
Rima, Ika, Fandra, Tejo, Rezka, Adi Gandring, Kibo, Bang Yos, Julius, Firsta.
Terima kasih gaes. Tanpa kalian, aku mungkin nggak bisa sesemangat ini
untuk nyelesaiin skripsi. Makasih mau nemeni dan memberi info-info akademis
hehe…
17. Mas Abet Ucil yang selalu memberi masukan dan arahan kalau bingung bener.
Aku galau tenan tanpamu, Mas wkwk.. Bang Timo, Rere, Wita yang mau
ngasih masukan dan selalu menawarkan bantuan untukku.
18. Mitra Perpus yang ngehitz: Nisa, Erni, Fandra, Iwan, Yovi, Flo, Tuti, Wita,
Rere, Agnes, Mbak Her, Vinda, Ruly, Retha, Pebri, semuanya saja. Terima
kasih ya atas canda tawa selama jadi mitra perpus.
19. Teman sepermainan, sepercurhatan, dan sepergosipan (haha..) Kak Evy, Rani,
Ginza, Vera, Rea, Ika. Akhirnya aku menyusul kalian.
20. Kakak-kakakku, Mas David, Mbak Devi, Vero, Aan. Terima kasih atas segala
bantuan, terima kasih atas bimbingan, masukan, pokoknya semuanya. Terima
kasih membuatku menjadi pribadi yang berkembang dan bahagia punya
sahabat dan kakak seperti kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
21. Pingkan, yang mau nemeni ngerjain skripsi, ditanya-tanya pas lagi asyik
nonton drama, selalu ngingetin dan nagih progress skripsi, temen fangirlingan
dan karaokean yang embuh tenan wkwk. Listya yang selalu ngingetin untuk
segera menyelesaikan skripsi supaya bisa segera “bebas seperti burung di
langit”.
22. Keluargaku, kakak-kakak dan adik-adik di Lectio Divina, Mas Guntur, Mbak
Ika, Mbak Oki, Mbak Esti, Mr Pang, Mas Tomy, Jojo, Mas Felix, Mbak Iwid,
Suly, Okta, Edgar, Eska, Mbak Lia, Tunyil, Mbak Gian, Anggi, Alma. Terima
kasih atas kehangatan dalam keluarga ini sehingga aku bisa menjadi diriku
sendiri.
23. Teman-teman SMA, geng G8 (Ikan, Pepi, Apit, Aphe, Ndez, Mama, Hmx)
yang hobi banget makan atau karaokean atau ngepump. Terima kasih atas
dorongan dan pertanyaan kapan lulus tiap kali main bareng. Many thanks!
24. Seluruh pihak, saudara, teman-teman atas bantuan yang diberikan dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis merasa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mohon maaf
atas kesalahan maupun kelalaian yang telah saya perbuat baik sikap, tutur kata
maupun tulisan. Saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya tulisan ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, September 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACK ......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………..xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................... ............................... xix
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II: LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
A. Self-Regulated Learning.............................................................. 7
B. Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Tahun Pertama ........ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Kerangka Konseptual .................................................................. 23
BAB III: METODE PENELITIAN .............................................. ................... 25
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 25
B. Partisipan Penelitian .................................................................. 26
C. Peran Peneliti .............................................................................. 26
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 28
E. Analisis dan Interpretasi Data ..................................................... 30
F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian .......................................... 38
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41
A. Pelaksanaan penelitian ............................................................... 41
B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan ................ 42
C. Hasil Penelitian ........................................................................... 47
1. Fase Sebelum Belajar (Forethought) ................................... 47
2. Fase Saat Belajar (Performance) .......................................... 51
3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)……………… ............. 57
4. Aktivitas Belajar Lain……………………………………... 60
D. Pembahasan ................................................................................. 67
BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 76
A. Kesimpulan ................................................................................ 76
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 78
C. Saran ........................................................................................... 79
1. Bagi Penelitian Selanjutnya .................................................. 79
2. Bagi Mahasiswa .................................................................... 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3. Bagi Institusi Perguruan Tinggi dan Pendidik……………... 80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81
LAMPIRAN ........................................................................................................ 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan1. Fase SRL ..................................................................................... 19
Bagan2. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel1. Komponen dan Fase Self-Regulated Learning………………… ... 20
Tabel2. Protokol Wawancara ................................................................... 29
Tabel3. Matriks Kategorisasi .................................................................... 37
Tabel4. Rangkuman Waktu dan Tempat Wawancara .............................. 41
Tabel5. Rangkuman Hasil Wawancara Latar Belakang Partisipan .......... 63
Tabel6. Rangkuman Hasil Wawancara Self-Regulated Learning ............ 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Data Strategi SRL Partisipan Pertama (AW) ...................................................... 86
Data Strategi SRL Partisipan Kedua (AS) .......................................................... 90
Data Strategi SRL Partisipan Ketiga (BK).......................................................... 92
Data Strategi SRL Partisipan Keempat (BS) ...................................................... 94
Data Strategi SRL Partisipan Kelima (CL) ......................................................... 95
Data Strategi SRL Partisipan Keenam (GD) ....................................................... 97
Data Strategi SRL Partisipan Ketujuh (AG) ....................................................... 100
Data Strategi SRL Partisipan Kedelapan (AY) ................................................... 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah peserta didik di perguruan tinggi. Kebanyakan
mahasiswa memulai studinya di perguruan tinggi tidak lama setelah tamat dari
SMA/K. Pada UU RI nomor 12 tahun 2012 yang mengatur tentang pendidikan
tinggi, di pasal 13 ayat 1 dan 2 mahasiswa diposisikan sebagai insan dewasa yang
memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi untuk menjadi
intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/ atau profesional. Peraturan pemerintah
tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa bertanggungjawab penuh atas proses
belajarnya sendiri.
Hal ini sangat berbeda dengan proses pembelajaran saat di SMA/K,
dimana siswa masih bergantung pada guru saat proses belajar mengajar. Siswa
SMA/K terbiasa memiliki jam belajar yang teratur, berpakaian sesuai dengan
peraturan, dan ketidak hadiran di kelas menjadi sesuatu yang dipertimbangkan.
Perbedaan ini menjadi kian terasa bagi para mahasiswa baru. Mahasiswa memiliki
jam perkuliahan yang tidak menentu, berpakaian bebas namun sopan, dan aturan
kehadiran di kelas tidak seketat masa SMA/K. Waktu kuliah yang tidak tentu
membuat celah bagi mahasiswa untuk belajar secara mandiri atau sebaliknya
malah menghabiskan waktu dengan hal-hal yang kurang mendukung perkuliahan.
Selain masalah pengajar dan waktu belajar, konten dari materi perkuliahan jauh
lebih mendalam dibandingkan dengan pelajaran ketika SMA/K. Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sebenarnya diberi tugas tambahan untuk mencari sumber pengetahuan lain selain
materi dari dosen supaya dapat mendalami materi perkuliahan.
Perbedaan proses pembelajaran ini mengindikasikan bahwa dibutuhkan
suatu perubahan dalam diri mahasiswa. Proses perubahan tersebut mensyaratkan
mahasiswa untuk dengan segera melakukan pengelolaan diri dalam belajar.
Pengelolaan diri supaya dapat mengimbangi ritme perkuliahan di perguruan tinggi
merupakan isu yang lekat dengan mahasiswa baru atau mahasiswa tahun pertama.
Apabila di sekolah yang lalu, siswa masih membutuhkan tuntunan dalam berbagai
hal, maka perguruan tinggi menempatkan mahasiswa sebagai pusat pengelola
belajarnya sendiri. Pengelolaan diri yang dilakukan supaya proses belajar menjadi
optimal dikenal dengan self-regulated learning (SRL).
Self-regulated learning (SRL) merupakan suatu proses dimana
mahasiswa berperan aktif dalam belajarnya untuk mencapai tujuan belajar. Secara
lebih rinci, SRL adalah proses belajar dimana peserta didik berperan secara aktif
pada metakognitif, motivasi, dan perilakunya demi tercapainya tujuan belajar
(Zimmerman, 1990; Zimmerman & Pons, 1986). Mereka mengatur kerja
metakognitif, motivasi, serta perilakunya sendiri sedemikian rupa sehingga
mendukung proses pemahaman atau pemahiran. Pengaturan terhadap
metakognitif, motivasi, dan perilaku terwujud dalam bentuk strategi belajar.
Seseorang yang melakukan SRL berarti menguasai proses belajarnya
sendiri. Mereka akan menentukan tujuan belajar pada awal proses belajar. Setelah
itu, mereka merencanakan proses belajar dengan menentukan strategi-strategi
yang akan dilakukan supaya proses belajar tetap terarah pada tujuan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ditentukan. Mereka memantau dan memegang kendali penuh akan proses
belajarnya hingga tujuan belajar tercapai (Pintrich, 2004; Zimmerman, 1989).
Zimmerman (2002, 2008) menggambarkan proses SRL yang terbagi ke
dalam tiga fase siklis, yaitu forethought, performance, dan self-reflection.
Forethought merupakan proses dan beliefs yang terjadi sebelum belajar dimulai,
performance adalah proses ketika belajar itu terjadi, serta self-reflection adalah
proses yang terjadi setelah belajar. Masing-masing fase tersebut memiliki
subproses. Seseorang akan melakukan strategi-strategi tertentu yang sesuai
dengan dirinya pada tiap subproses tersebut sehingga belajarnya menjadi lebih
optimal (Zimmerman, 1989).
Mahasiswa yang melakukan SRL cenderung terampil menggunakan
strategi-strategi belajar untuk mencapai tujuan akademisnya. Tujuan akademis
seorang pelajar adalah pemahaman materi, nilai, peringkat, atau kesempatan kerja
setelah lulus (Zimmerman, 1989). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
SRL berdampak positif terhadap prestasi akademik (Fasikhah & Fatimah, 2013;
Hidayat, 2013; Narulita, 2005; Zimmerman & Pons, 1986). Maka, penting
mengetahui ketrampilan SRL mahasiswa agar dapat membantu mengoptimalkan
proses belajarnya sehingga memiliki prestasi akademik yang baik. SRL dapat
diamati dan dilatihkan pada seseorang (Zimmerman, 1989). Oleh karena itu,
dengan mengetahui ketrampilan SRL mahasiswa tahun pertama, maka mahasiswa
dapat dibantu untuk meningkatkan ketrampilan tersebut jika terbukti masih
kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai SRL yang dilakukan pada
mahasiswa tahun pertama pernah dilakukan oleh Toms (2013). Toms melakukan
pengukuran SRL pada 8 mahasiswa asal Amerika Serikat menggunakan metode
wawancara semi-terstruktur. Toms menemukan bahwa mahasiswa tahun pertama
masih cenderung menggunakan strategi-strategi yang mereka gunakan ketika
mereka masih tingkat sekolah menengah. Penelitian ini memaparkan pula bahwa
terdapat beberapa peluang mahasiswa untuk melakukan SRL akan tetapi tidak
dimanfaatkan secara optimal.
Ada beberapa penelitian SRL yang secara khusus dilakukan pada
mahasiswa tahun pertama di Indonesia. Darmayanti (2008) melakukan intervensi
SRL terhadap mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama pendidikan
jarak jauh (tidak tatap muka) yang cenderung kurang mampu menyesuaikan diri
untuk mandiri dalam belajar, menjadi lebih mampu untuk belajar secara mandiri
setelah dilakukan intervensi tersebut. Hal ini berarti Darmayanti mengasumsikan
bahwa mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh pun memiliki ketrampilan
SRL yang kurang. Beberapa penelitian terkait SRL juga telah dilakukan dalam
lingkup mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma. Hampir seluruh
penelitian mengambil subjek mahasiswa semester tiga ke atas dengan asumsi
bahwa mereka telah memiliki pola belajar yang tetap (Putriansari, 2009; Fivtiari,
2011; Nugroho, 2012; Pakpahan, 2012). Penelitian terdahulu yang dilakukan
melalui jarak jauh serta asumsi pemilihan subjek penelitian yang sering muncul,
membuat peneliti tertarik untuk menggali kembali bagaimana SRL mahasiswa,
terutama pada mahasiswa tahun pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pada penelitian-penelitian SRL yang telah diketahui peneliti, ditemukan
bahwa terdapat berbagai macam bentuk alat ukur, antara lain dengan metode skala
atau wawancara. Alat ukur SRL yang paling populer dan telah banyak versi
adaptasinya adalah alat ukur berbentuk skala, contohnya LASSI, MSLQ, serta
Assessing Academic Self-Regulated Learning (Pintrich dkk, 1991; Weinstein &
Palmer, 1990; Wolters dkk, 2003).
Penelitian SRL yang menggunakan metode wawancara masih jarang
ditemui di Indonesia sejauh pengetahuan peneliti. Hal ini mendorong peneliti
untuk menggunakan metode wawancara pada pengukuran SRL yang hendak
dilakukan karena selain jarang ditemui, pengambilan data dengan menggunakan
wawancara dapat memungkinkan data lebih kaya dan mendalam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun
pertama dengan melihat proses sebelum belajar (forethought), saat belajar
(performance), dan setelah belajar (self-reflection)?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran self-regulated
learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama dengan melihat proses sebelum
belajar (forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-
reflection).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
kepustakaan dalam bidang psikologi pendidikan, terutama mengenai
gambaran self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
bagaimana mereka melakukan self-regulated learning (SRL) sehingga
dapat mengelola dirinya menjadi lebih baik dan mengoptimalkan
belajarnya.
b. Bagi institusi perguruan tinggi, pengajar, maupun orangtua, hasil
penelitian ini dapat menghasilkan suatu gambaran mengenai dinamika
belajar mahasiswa tahun pertama serta dijadikan landasan untuk
memotivasi mahasiswa atau segera mengambil tindakan terkait
dengan pengoptimalan proses belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Self-Regulated Learning
Self-Regulated Learning (SRL) merupakan suatu konsep mengenai belajar
yang dilakukan seseorang secara mandiri. Self-regulated learning berasal dari
self-regulated dan learning. Menurut Kamus Inggris Indonesia (Echols & Shadily,
2000), self-regulated berarti pengaturan diri dan learning berarti belajar. Self-
regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar ini tidak dipandang sebagai
kemampuan mental, akan tetapi lebih kepada proses terarah yang dilakukan oleh
dan untuk dirinya sendiri (self-directive) dimana seseorang mengubah
kemampuan mentalnya menjadi ketrampilan akademik (Zimmerman, 2002).
Beberapa poin penting dan senada yang muncul dalam definisi SRL para
ahli antara lain adanya tujuan belajar serta seseorang yang diposisikan sebagai
pemegang kendali penuh atas proses belajarnya sendiri (Ormrod, 2011; Pintrich,
2004; Zimmerman, 1990; Zimmerman & Pons, 1986). Oleh karena itu, SRL dapat
dipahami sebagai suatu proses belajar dimana seseorang memiliki peran aktif dan
konstruktif untuk mengendalikan dan memantau dirinya sendiri dalam rangka
mencapai tujuan belajarnya. Seseorang yang “self-regulated” cenderung memiliki
inisiatif sendiri, tekun, dan memiliki ketrampilan yang adaptif (Zimmerman,
2002).
Metakognitif, motivasi, dan perilaku merupakan tiga komponen atau area
psikologis yang menjadi fokus pada proses regulasi dalam SRL (Pintrich, 2004;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Zimmerman, 1989; Wolters 2010). Beberapa aktivitas yang merupakan
perwujudan dari pengaktifan komponen-komponen tersebut dinamakan strategi.
Strategi dalam SRL adalah tindakan dan pengkondisian yang dilakukan untuk
mencapai kemahiran atau ketrampilan pada sesuatu (Zimmerman, 1990). Seorang
self-regulated learner menggunakan dan memanfaatkan strategi yang sesuai
dengan dirinya yang bisa mengoptimalkan proses belajar dalam rangka meraih
tujuan belajarnya.
Metakognitif merupakan kesadaran dan pengetahuan terhadap pemikiran
diri sendiri (Zimmerman, 2002). Metakognitif memungkinkan seseorang bisa
paham mengenai cara mereka sendiri berpikir. Strategi-strategi yang termasuk
dalam metakognitif ini merupakan variasi aktivitas dalam penentuan tujuan,
perencanaan, self-monitor, dan self-evaluate. Contoh-contoh strategi tersebut
adalah imagery, menguraikan ke dalam kata-kata sendiri (parafrase), menyusun
target, memonitor pemahaman terhadap suatu materi, membuat perubahan atau
penyesuaian terhadap belajar (Wolters, Pintrich & Karabenick, 2003;
Zimmerman, 1990)..
Motivasi dipahami sebagai pemicu awal yang muncul dari diri sendiri yang
mampu membuat dirinya memulai, melakukan usaha yang luar biasa serta tekun
dalam belajar (Zimmerman, 1990). Strategi-strategi yang termasuk dalam
motivasi adalah self-efficacy yang tinggi, intrinsic task interest, self-consequating,
dan hal-hal lain yang muncul dalam diri seseorang dan mampu memotivasi
dirinya saat belajar (Wolters, Pintrich & Karabenick, 2003; Zimmerman, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Perilaku adalah tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas nampak yang
dilakukan oleh seseorang ketika mengusahakan suatu pemahiran dan lingkungan
yang mendukung proses belajar. Strategi-strategi yang termasuk dalam komponen
perilaku ini adalah memilih aktivitas, menyusun sesuatu, serta membuat
lingkungan yang dapat mengoptimalkan belajar, misalnya mencari informasi
tambahan, menghindari tempat bising saat belajar, self-instruct dalam
mengusahakan pemahiran (Zimmerman, 1990).
Ketiga komponen tersebut dapat dibedakan secara konseptual, akan tetapi
saat proses regulasi terjadi, ketiganya dapat saling melengkapi atau saling
bertautan satu sama lain (Wolters, 2010). Sebagai contoh, seseorang yang
berdiskusi dengan temannya untuk lebih memahami suatu materi dan membuat
suatu skema untuk mempermudah pemahaman materi. Berdiskusi merupakan
perwujudan dari komponen perilaku, sedangkan membuat skema merupakan
perwujudan dari metakognitif.
Seorang pelajar yang melakukan SRL berarti menggunakan strategi belajar
di sepanjang proses belajarnya (Zimmerman, 1989). Dalam proses belajar,
tahapan SRL terbagi menjadi tiga fase siklis (Zimmerman, 2002). Tiga fase siklis
SRL antara lain, proses dan belief yang terjadi sebelum belajar dimulai
(forethought), proses ketika aktivitas belajar terjadi (performance), dan proses
yang terjadi setelah aktivitas belajar (self-reflection). Fase-fase tersebut terus
berulang dalam proses belajar, oleh karena itu satu fase dapat mempengaruhi fase
yang lain.
Ketiga fase tersebut memiliki subproses masing-masing:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1. Fase sebelum belajar (forethought)
Fase forethought memiliki 2 subproses yaitu analisis tugas dan self-
motivation belief.
a. Terdapat 2 hal yang termasuk pada subproses analisis tugas yaitu
penentuan tujuan (setting goals) dan perencanaan strategis.
Seseorang yang merencanakan tujuan yang spesifik diyakini
dapat meningkatkan kesuksesan akademis (Zimmerman, 2002).
i. Setting goals
Setting goals berarti membuat tujuan (goals) secara terperinci
bahkan hierarkis, seperti menyusun tujuan jangka pendek
(proximal goals) yang mengarah pada pencapaian tujuan
jangka panjang (distal goal) sebagai contoh, menentukan
berapa banyak halaman/bacaan/materi yang hendak
diselesaikan untuk menghadapi ujian (Wolters, 2010;
Zimmerman, 1998). Setting goals termasuk pula dalam
aktivitas atau strategi belajar yang berkaitan dengan
komponen metakognisi (Zimmerman, 1990).
ii. Perencanaan strategis
Akan ada banyak aktivitas untuk belajar. Seseorang yang
melakukan SRL akan memilih dan menentukan
aktivitas/strategi belajar yang ia rasa mampu untuk
membantunya mencapai tujuan, misalnya merencanakan
dimana dan kapan akan membaca materi yang ingin dikuasai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(Zimmerman, 2002; Wolters, 2010). Perencanaan strategis
dalam subfase ini memiliki kaitan dengan komponen
metakognitif pula (Zimmerman, 1990).
b. Sedangkan pada self-motivation belief terdiri dari empat hal yaitu
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri untuk
belajar (self efficacy), konsekuensi personal terhadap belajar
(outcome expectation), ketertarikan terhadap tugas (intrinsic
interest), orientasi tujuan belajar (learning goal orientation)
(Zimmerman, 2002). Keempat macam keyakinan tersebut
berkaitan dengan komponen motivasi (Zimmerman, 1990;
Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2003).
i. Self efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan belajarnya sendiri. Semakin yakin akan
kemampuan yang ia miliki, maka seseorang akan semakin
termotivasi dan meregulasi dirinya dalam belajar
dibandingkan dengan seseorang yang ragu terhadap
kemampuan yang ia miliki (Zimmerman, 1998; 2002).
ii. Outcome expectations
Outcome expectationsmerupakan bayangan seseorang akan
hasil dari tindakan yang hendak dilakukan. Dalam rangka
mencapai tujuan, seseorang akan memutuskan akan
mengambil suatu tindakan tertentu berdasarkan perkiraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mereka tentang hasil (outcome) dari tindakan tersebut
(Domene dkk, 2011). Dengan membayangkan hasil yang
akan dicapai melalui tindakan tersebut, ia akan cenderung
termotivasi untuk meregulasi dirinya (Bandura, 1997).
iii. Intrinsic interest
Intrinsic interest adalah ketertarikan seseorang terhadap
tugas. Seseorang yang melakukan SRL cenderung tertarik
dengan tugas tersebut karena keterampilan yang akan ia
dapatkan ketika melaksanakan tugas akan bermanfaat bagi
dirinya. Seseorang yang tidak SRL tidak tertarik dengan
tugasnya dan cenderung menyalahkan faktor lain dari luar
dirinya, misalnya guru yang tidak menarik atau tugas yang
membosankan (Zimmerman, 1998).
iv. Learning goal orientation
Learning goal orientation merupakan tujuan belajar yang
berorientasi pada pemahaman atau penguasaan terhadap
sesuatu (mastery goals). Seseorang yang SRL menganggap
bahwa proses belajar ini merupakan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan mereka sehingga mereka lebih
termotivasi dan menghargai proses belajar. Sebaliknya,
seseorang yang tidak SRL cenderung memandang proses
belajarnya adalah sesuatu darinya yang akan dievaluasi atau
dibandingkan dengan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
perasaan terancam yang dapat membuat mereka menghindari
belajar. (Zimmerman, 1998, 2002)
2. Fase ketika belajar (performance)
Fase performance memiliki 2 subproses yaitu self-control dan self-
observation.
a. Self-control merupakan pengaplikasian dari suatu metode spesifik
atau strategi yang telah ditentukan saat fase forethought. Beberapa
aktivitas yang termasuk dalam self-control antara lain imagery,
self-instruction, attention focusing, dan task strategies.
i. Imagery
Imagery merupakan aktivitas belajar dimana seseorang
membayangkan atau menggambarkan materi/objek belajar di
dalam pikirannya, misalnya, seorang novelis yang
membayangkan suatu kejadian terlebih dahulu sebelum
membahasakannya dalam bentuk tulisan. Imagery tidak
hanya gambaran dalam pikiran yang dibuat sendiri oleh
seseorang. Seseorang yang terlebih dahulu melihat orang
yang ahli (expert) dalam menyelesaikan suatu tugas sebelum
mencobanya sendiri termasuk dalam imagery yang
dinamakan modeling imagery (Zimmerman, 1998). Imagery
melibatkan aktivitas pikiran sehingga berkaitan erat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
komponen metakognitif (Wolters, Pintrich, & Karabenick,
2003).
ii. Self-instruction
Self-instruction disebut juga self-verbalization atau self-
guiding verbalization (Zimmerman, 1998; Zimmerman &
Riseberg, 1997). Seseorang yang melakukan self-instruction
berarti mereka menuntun dirinya sendiri untuk melakukan
sesuatu dalam rangka mencapai tujuan akademis. Oleh karena
itu, self-instruction berkaitan dengan komponen perilaku
(Zimmerman, 1990). Sebagai contoh, seseorang yang
memperbaiki suatu teks dengan mengatakan pada dirinya
apakah bagian ini sudah baik? Contoh lain misalnya adalah
memberikan pujian pada diri sendiri, hal ini dapat
meningkatkan motivasi.
iii. Attention focusing
Seseorang yang SRL dapat memusatkan perhatian mereka
pada aktivitas belajar dan tidak mudah teralihkan. Apabila
lingkungan atau situasi kurang mendukung, maka mereka
akan melakukan sesuatu supaya dirinya menjadi fokus dalam
belajar, misalnya mencari tempat yang tenang untuk belajar
karena tidak dapat belajar di tempat yang ramai (Zimmerman,
1998, 2002). Adanya tindakan untuk melakukan
pengkondisian terhadap lingkungan ini berarti attention
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
focusing berkaitan dengan komponen perilaku (Zimmerman,
1990).
iv. Task strategies
Task strategies yaitu melakukan suatu tindakan terhadap
materi/bahan yang hendak dipelajari supaya lebih mudah
memahami, sebagai contoh membuat catatan di kartu kecil,
memberikan highlight pada kalimat atau kata-kata yang
penting, membaca ulang materi (Wolters, 2010). Oleh sebab
itu, task strategies berkaitan dengan komponen perilaku
(Zimmerman, 1990).
b. Self-observation yang dimaksud di sini adalah pengamatan yang
dilakukan kepada dirinya sendiri untuk mengetahui penyebab
suatu kejadian. Self-observation terdiri dari 2 yaitu self-recording
dan self-experimentation.
i. Self-recording
Self-recording berupa tindakan mencatat atau merekam
aktivitas yang dilakukan saat sedang mempelajari sesuatu,
sebagai contoh seorang siswa diminta untuk mengamati
dirinya, apakah ia dapat belajar lebih baik apabila berdiskusi
dengan temannya atau dengan membaca buku sendiri
(Zimmerman, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ii. Self-experimentation
Self-experimentation adalah melakukan percobaan untuk
mencaritahu penyebab dari suatu hal, biasanya untuk
mengetahui hal-hal yang mendukung atau menghambat
proses belajar. Sebagai contoh, siswa yangmelakukan
percobaan dengan belajar sendiri dan belajar bersama teman-
temannya, tujuannya untuk mencari tahu apakah teman-
temannya bisa menjadi asetnya dalam belajar atau tidak
(Zimmerman, 2002).
Self-observation memiliki bentuk covert yang dinamakan self-
monitoring. Dalam self-monitoring, seseorang mengamati dirinya
dan menjadi tahu kapan mereka belajar dengan baik dan kapan
mereka tidak belajar dengan baik. Oleh karena itu, baik self-
recording maupun self-experiment termasuk dalam komponen
metakognitif (Zimmerman, 1990). Mereka menggunakan
pengetahuan ini untuk langsung mengubah cara belajar mereka
tanpa menunggu bantuan dari orang lain (Zimmerman, 1998,
2002; Wolters, 2010).
3. Fase setelah belajar (self-reflection)
Fase ini memiliki 2 subproses yaitu self-judgement dan self-reaction.
a. Self-judgement terdiri dariself-evaluation dan causal attribution.
i. Self-evaluation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Self-evaluation maksudnya adalah membandingkan proses
diri dengan suatu standar proses. Suatu standar proses bisa
berarti proses diri sebelumnya, proses orang lain, atau standar
proses yang telah ditentukan. Seseorang yang melakukan
SRL cenderung membandingkan dirinya dengan prosesnya
sendiri yang terdahulu yang didasarkan pada goal setting dan
self-monitoring. Sebaliknya, seseorang yang tidak melakukan
SRL cenderung membandingkan prosesnya dengan proses
orang lain (Zimmerman, 1998, 2002). Self-evaluation
termasuk ke dalam area metakognitif karena dalam
membandingkan sesuatu dilakukan dalam pikiran seseorang
(Zimmerman, 1990).
ii. Causal attribution
Causal attribution lebih menggambarkan tentang keyakinan
akan penyebab keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu
proses, misalnya seseorang mendapatkan nilai yang kurang
baik pada suatu materi tertentu. Orang yang meyakini bahwa
penyebabnya adalah keterbatasan kemampuannya sendiri
cenderung akan sulit untuk memotivasi diri pada proses
selanjutnya. Mereka menganggap bahwa usaha yang hendak
dilakukan untuk merubah keadaan tidak akan efektif. Berbeda
dengan orang yang meyakini penyebabnya berasal dari suatu
bagian dari proses yang terkontrol, misalnya metode belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
strategi belajar, atau karena kurang berlatih. Mereka
cenderung mampu untuk mempertahankan motivasinya
karena masih memungkinkan untuk melakukan suatu usaha
perubahan dibandingkan dengan yang merasa bahwa
kemampuannya sudah terbatas (Zimmerman, 1998). Maka
dari itu, keyakinan ini termasuk dalam aktivitas yang
berkaitan dengan area motivasi.
b. Self-reaction pun memiliki 2 bentuk yaitu kepuasan diri(self-
satisfaction) dan reaksi adaptif/defensif.
i. Self-satisfaction
Self-satisfaction atau kepuasan diri merupakan reaksi
terhadap performansi belajarnya sendiri. Apabila seseorang
semakin puas dengan performansinya, maka motivasinya
akan menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,
kepuasan diri ini termasuk dalam area motivasi (Zimmerman,
2002).
ii. Adaptif/Defensif
Setelah seseorang menjalani proses belajar, akan ada reaksi
untuk menanggapinya. Ada 2 macam reaksi yaitu adaptif dan
defensif. Adaptif adalah reaksi yang ditunjukkan berupa
penyesuaian untuk meningkatkan efektivitas belajar,
misalnya dengan tidak menggunakan strategi belajar yang
tidak efektif atau memodifikasi strategi belajar. Defensif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
merupakan reaksi yang ditunjukkan untuk melindungi self-
image-nya, biasanya berupa menarik diri atau menghindari
kesempatan untuk belajar, contohnya, tidak hadir saat tes
berlangsung atau tidak melanjutkan pelajaran ketika masih
berlangsung (Zimmerman, 2002). Kedua macam reaksi
tersebut merupakan perwujudan aktivitas yang berkaitan
dengan area perilaku.
Bagan 1. Fase SRL (Zimmerman, 2002)
SRL bukanlah sesuatu yang bersifat menetap. SRL dapat berubah bahkan
dapat dilatih pada tiap-tiap orang. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi SRL
pada seseorang yaitu faktor personal, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
Bandura (dalam Zimmerman, 1989) mengatakan bahwa ketiganya memiliki
hubungan timbal balik (reciprocal) yang pengaruhnya tergantung dengan konteks.
PERFORMANCE
Self-Control
Self-Observation
SELF-REFLECTION
Self-Judgement
Self-Reaction
FORETHOUGHT
Task Analysis
Self-Motivation Believe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel 1. Komponen dan Fase Self-Regulated Learning
KOMPO-
NEN
FASE
FORETHOUGHT PERFORMANCE SELF-
REFLECTION
META-
KOGNITIF
1. Goal setting
2. Strategic
planning
1. Imagery
2. Self-recording
3. Self-experiment
1. Self-evaluation
2. Causal
attribution
3. Reaksi adaptif
MOTIVASI 1. Self-efficacy
2. Outcome
expectation
3. Intrinsic
interest
4. Learning goal
orientation
1. Self-satisfaction
PERILAKU 1. Self-instruct
2. Attention
focusing
3. Task strategies
B. Self-Regulated Learning pada Mahasiswa Tahun Pertama
Peralihan seorang siswa sekolah menengah atas (SMA) atau
setingkatnya menuju seorang mahasiswa di perguruan tinggi merupakan suatu
pencapaian bagi seseorang. Pencapaian ini tidak hanya menjadi suatu batu
loncatan bagi siswa untuk mempersiapkan karier di dunia profesional. Sayangnya,
peralihan ini juga tak lepas dari isu-isu pendidikan yang menghambat seseorang
mencapai apa yang dicita-citakan.
Selama proses pendidikan di jenjang pendidikan dasar hingga
pendidikan menengah atas, peserta didik terbiasa mengikuti kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas yang diselenggarakan oleh guru. Bahkan menurut
Permendikbud No. 65 Tahun 2013, guru disebut memiliki peranan penting dan
vital dalam proses pengelolaan kelas. Kurikulum dan semua aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pembelajaran telah disusun oleh instansi pendidikan sehingga siswa „hanya‟
tinggal mengikuti saja.
Sistem pendidikan yang menempatkan guru sebagai pusat ilmu bagi
siswa, tentu dapat membentuk kebiasaan siswa dalam belajar. Siswa menjadi
cenderung kurang mandiri dan kurang memiliki inisiatif dalam belajar. Hal yang
merugikan tentu dapat terjadi ketika guru menyajikan pembelajaran dengan suatu
metode tertentu dan terdapat siswa yang kurang cocok dengan metode tersebut.
Siswa yang terbiasa menjadi „pengikut‟, menjadi tidak berdaya untuk mengatasi
ketidakcocokan metode pembelajaran yang akhirnya berimbas pada prestasi
akademis yang kurang memuaskan. Sebaliknya, siswa yang terbiasa menjadi
pembelajar yang mandiri, memiliki inisiatif untuk mengatasi hal tersebut dengan
mencari cara untuk tetap menguasai materi pelajaran dengan cara lain yang sesuai
dengan dirinya.
Siswa yang mampu mengatasi keadaan yang kurang mendukung proses
belajarnya seperti di atas merupakan salah satu bentuk pengelolaan diri dalam
belajar yang disebut dengan self-regulated learning (SRL) (Zimmerman, 1990).
Walaupun pendidikan di jenjang SMA/K berpusat pada guru bukan berarti
menutup kemungkinan siswa untuk melakukan proses SRL sejak dini. Hal ini
didukung dengan pernyataan Zimmerman (1989) yang mengatakan bahwa SRL
dapat diamati atau nampak dan dapat dilatih. Selain itu, Flavell (dalam Santrock,
2003) menyebutkan bahwa usia siswa SMA/K yaitu 15-18 tahun merupakan
pemikir yang aktif dan konstruktif yang dapat membentuk perkembangan mereka
sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, siswa SMA/K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sebenarnya memiliki kesempatan untuk membangun perilaku SRL akan tetapi
biasanya terkendala karena proses pembelajaran yang membentuk siswa menjadi
kurang memiliki kemandirian dan inisiatif.
Lain halnya dengan di perguruan tinggi, dimana mahasiswa dituntut
untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri. Berdasarkan Permenristekdikti
No. 44 Tahun 2015, proses pembelajaran di perguruan tinggi berpusat pada
mahasiswa dan berlangsung dalam bentuk interaksi antara pengajar, mahasiswa,
dan sumber belajar dalam lingkungan tertentu. Kemandirian terutama dalam hal
akademis menjadi suatu hal yang harus dijalani oleh mahasiswa.
Proses peralihan dari SMA atau setingkatnya menuju perguruan tinggi
merupakan proses yang cukup rawan menurut peneliti. Mahasiswa baru atau
mahasiswa di tahun pertama dituntut untuk segera menyesuaikan diri dengan
sistem pembelajaran di perguruan tinggi. Maka selain tantangan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, mahasiswa tahun pertama juga
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan sistem pembelajarannya. Pada bagian
inilah seseorang yang biasa melakukan SRL akan terlihat berbeda dengan mereka
yang tidak melakukan SRL. Mahasiswa yang melakukan SRL, akan dengan baik
mengelola dirinya dalam “krisis” peralihan tersebut. mereka dapat mengelola
proses belajarnya menjadi lebih optimal sehingga cenderung memiliki prestasi
akademik yang baik pula. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak melakukan SRL
akan mengalami kesulitan dalam proses belajar. Hal ini dapat berakibat pada
prestasi akademis yang kurang baik hingga tidak hadir tanpa keterangan ketika
proses belajar dan mengajar berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Kerangka Konseptual
Self-regulated learning (SRL) merupakan suatu konsep belajar mandiri.
Seseorang dapat dikatakan sebagai self-regulated learner atau seseorang yang
melakukan SRL apabila mereka mampu mengendalikan dan memantau proses
belajarnya hingga mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Seorang yang
melakukan SRL memiliki inisiatif, ketekunan, dan memiliki ketrampilan yang
adaptif (Zimmerman, 2002). Apabila dihadapkan pada situasi dan kondisi yang
kurang mendukung proses belajarnya, mereka akan mencari cara untuk mengatasi
hal tersebut sehingga proses belajar dapat berjalan sesuai dengan harapan. Oleh
karena itu, seseorang yang melakukan SRL cenderung memiliki prestasi akademik
yang baik dibandingkan mereka yang tidak melakukan SRL.
Perpindahan jenjang studi dari SMA/K ke perguruan tinggi tentu
memerlukan adanya penyesuaian diri, terutama dalam hal akademis. Siswa yang
sejak SMA/K sudah melakukan SRL seharusnya tidak banyak memiliki kendala
dalam hal menyesuaikan diri ketika di perguruan tinggi. Sebaliknya, siswa
SMA/K yang tidak melakukan SRL akan lebih berpotensi untuk mengalami
kendala dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi yang dapat berdampak pada
prestasi belajarnya.
Penelitian ini hendak memaparkan gambaran self-regulated learning
(SRL) pada mahasiswa tahun pertama. Subjek diharapkan dapat menggambarkan
bagaimana proses belajarnya ketika di awal perkuliahan. SRL diharapkan dapat
terungkap melalui penggambaran proses belajar yang disampaikan oleh subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tersebut.SRL pada penelitian ini dijabarkan dalam 3 fase siklis yaitu sebelum
belajar (forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-
reflection) (Zimmerman, 1998, 2002). Tiap-tiap fase memiliki subprosesnya
masing-masing. Pada fase forethought terdapat subproses analisis tugas dan self-
motivation belief. Pada fase performance terdapat subproses self-control dan
self-observation. Pada fase self-reflection terdapat subproses self-judgement dan
self-reaction. Melalui ketiga fase siklis tersebut, dapat diperoleh gambaran SRL
mahasiswa tahun pertama secara lebih mendalam sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini.
Bagan 2. Kerangka Konseptual Penelitian
Mahasiswa
Tahun Pertama
Proses belajar
di perguruan
tinggi
Self-
Regulated
Learning
(SRL) ?
Sebelum belajar
(forethough)
Saat belajar
(performance)
Sesudah belajar
(self-reflection)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memahami pengalaman atau makna
yang dikenakan seseorang atau kelompok terhadap suatu isu penelitian. Penelitian ini
hendak melihat gambaran menyeluruh dari suatu isu sehingga memungkinkan
meluasnya proses penelitian. Proses penelitian yang meluas dapat ditunjukkan dengan
adanyaperubahan-perubahan dalam tahapan rencana penelitian yang sebelumnya
telah disusun. Pada penelitian kualitatif, peneliti terjun langsung untuk menggali
pengalaman atau makna dari partisipan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan data melalui berbagai cara misalnya, wawancara, observasi, atau
dokumen-dokumen dan kemudian melakukan interpretasi terhadap data tersebut
(Creswell dalam Supratiknya, 2015).
Penelitian ini menggunakan desain analisis isi kualitatif (AIK). AIK
merupakan suatu metode dalam penelitian dimana isi data yang berupa teks
ditafsirkan secara subjektif melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau
pengodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola (Hsieh & Shannon dalam
Supratiknya, 2015). Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini secara spesifik
menggunakan pendekatan deduktif yang berarti bahwa penelitian ini telah memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
teori serta hasil penelitian terdahulu dan hendak diuji kembali dalam konteks yang
baru, dalam hal ini peralihan jenjang pendidikan, serta menggunakan kelompok
subjek yang baru pula, dalam hal ini mahasiswa tahun pertama.
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara
secara tatap muka. Pertanyaan-pertanyaan yang hendak diajukan kepada partisipan
berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka dan bersifat eksploratorik untuk memancing
partisipan supaya lebih leluasa dalam menjelaskan atau memberikan gambaran
mengenai proses belajar mereka.
B. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 mahasiswa tahun pertama yang terdiri
dari 2 putra dan 6 putri. Mahasiswa tahun pertama paling tidak telah menempuh 1
atau 2 semester sehingga memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK). Mahasiswa tahun
pertama dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 dengan prodi atau
fakultas yang ditentukan secara acak. Partisipan penelitian ini langsung melanjutkan
ke perguruan tinggi setelah tamat SMA/K tanpa ada jeda waktu.
C. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen. Peneliti terjun
langsung untuk mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan menangkap
hasil wawancara tersebut kemudian mengolahnya. Dalam proses wawancara satu-
lawan-satu ini, peneliti diharapkan dapat melakukan rapport yang cukup serta tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mendominasi proses wawancara. Hal ini dilakukan supaya partisipan tidak segan
untuk berbicara dan berbagi ide sehingga data yang dihasilkan dapat memadai
(Creswell, 2014).
Peneliti tidak memiliki hubungan atau kaitan apapun dengan partisipan
maupun lokasi penelitian. Partisipan merupakan mahasiswa yang sudah menjalani
kuliah selama 1 tahun dan selepas SMA/K langsung melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi. Peneliti mendapatkan informasi mengenai calon partisipan melalui
rekomendasi dari teman-teman peneliti. Selanjutnya, peneliti menghubungi calon
partisipan tersebut dan mulai membangun rapport. Sebelum proses wawancara
dilaksanakan, peneliti memberikan informed consent kepada calon partisipan.
Apabila calon partisipan bersedia untuk ambil bagian dalam penelitian ini, maka
selanjutnya waktu dan lokasi wawancara ditentukan melalui kesepakatan antara
partisipan dengan peneliti.
Penelitian ini pun tak luput dari isu-isu sensitif yang mungkin muncul,
misalnya kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian serta kerahasiaan
identitas partisipan. Peneliti melakukan beberapa hal untuk meminimalisir isu-isu
sensitif tersebut. Peneliti menjelaskan secara sekilas mengenai gambaran penelitian
dan memberikan informed consent kepada calon partisipan sebelum wawancara
dilakukan. Selain itu, dalam penelitian ini identitas partisipan akan dirahasiakan dan
pelaporan akan menggunakan inisial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif tentang dinamika self-regulated learning (SRL) ini,
menggunakan metode wawancara sebagai pengumpulan datanya. Wawancara
merupakan percakapan yang berupa tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Poerwandari, 1998).
Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dimana dalam
pengambilan datanya peneliti menggunakan seperangkat pertanyaan baku, namun
tidak menutup kemungkinan untuk menggali informasi kembali dengan mengajukan
pertanyaan tambahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari subjek pada
saat wawancara berlangsung.
Kekuatan dari metode wawancara tatap muka atau satu-lawan-satu adalah
apabila rapport dapat berjalan dengan baik maka partisipan dapat leluasa untuk
berbicara dan menyampaikan ide-idenya. Hal tersebut disebabkan karena partisipan
terhindar dari perasaan tidak nyaman yang disebabkan kemungkinan adanya
bandingan atau dominasi dari partisipan lain yang melakukan wawancara disaat yang
sama. Sebaliknya, apabila rapport tidak dibangun dengan baik atau individu termasuk
seorang yang pemalu maka proses wawancara akan menjadi sulit dan menghasilkan
data yang kurang memadai (Creswell, 2014).
Instrumen perekaman data yang dipersiapkan untuk pelaksanaan wawancara,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 2
Protokol Wawancara
1. Protokol Wawancara
INFORMASI PARTISIPAN
Inisial
Fakultas IPK
Tanggal Waktu
Tempat
DAFTAR PERTANYAAN
Pembuka Salam kenal. Namamu siapa? Dari fakultas mana?
Pendahuluan
1. Dulu dari SMA/K mana?
2. Apakah masuk prodi/fakultas ini adalah
keinginanmu? Kalau bukan, dulu maunya masuk
prodi/fakultas mana?
Transisi 1. Waktu awal masuk kuliah, ada kesulitan nggak
terutama dalam hal belajar? Apa itu?
Kunci
Kuliah 1. Biasanya apa aja yang kamu siapin sebelum
mengikuti kuliah? (forethought)
2. Ketika kuliah sedang berlangsung, biasanya kamu
melakukan apa aja? (performance)
3. Setelah perkuliahan selesai, bagaimana kamu
mengevaluasi perkuliahanmu sejauh ini? (self-
reflection)
Tugas
Individu
1. Sebelum mengerjakan tugas, biasanya kamu
melakukan apa aja? (forethought)
2. Bagaimana kamu mengerjakan tugas itu? Coba
ceritakan (performance)
3. Ketika tugas sudah selesai kamu kerjakan, apa
yang selanjutnya kamu lakukan? (self-reflection)
Tugas
Kelompok
1. Sebelum mulai mengerjakan tugas/proyek
kelompok, apa yang biasa kamu lakukan?
(forethought)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Dalam proses pengerjaan tugas/proyek kelompok,
apa saja yang kamu lakukan? (performance)
3. Ketika tugas/proyek kelompok telah selesai, kamu
melakukan apa lagi? (self-reflection)
Ujian 1. Apa yang biasa kamu persiapkan sebelum
menghadapi ujian/tes? (forethought)
2. Ketika sedang mengerjakan ujian, apakah ada
strategi-strategi tertentu? Coba ceritakan
(performance)
3. Apa yang biasa kamu lakukan kalau ujian sudah
selesai? (self-reflection)
Penutup 1. Apa ada lagi yang mau kamu tambahkan mengenai
belajarmu?
2. Perekaman Data
Peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan perekam audio
dan catatan tulisan tangan peneliti. Data utama dalam penelitian ini berupa
transkripsi dari proses wawancara yang telah direkam. Selain itu, data tambahan
diperoleh dari catatan tulisan tangan peneliti yang merekam reaksi partisipan
selama proses wawancara.
E. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif
(AIK). AIK merupakan suatu metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi
yang bersifat lisan, tertulis, atau visual (Supratiknya, 2015). Penelitian ini
menghasilkan data berupa transkripsi dari hasil wawancara. Data-data hasil penelitian
tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kesamaan makna sehingga diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
suatu deskripsi yang padat terhadap suatu fenomena yang sedang diteliti
(Supratiknya, 2015).
Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deduktif atau analisis isi terarah. Peneliti akan melakukan pengodean terhadap
transkripsi wawancara. Skema awal pengodean didapatkan melalui teori atau hasil
penelitian terdahulu. Kode yang hendak digunakan yaitu fase sebelum belajar
(forethought), fase ketika belajar (performance), dan fase setelah belajar (self-
reflective). Apabila peneliti masih menemukan data-data yang belum dimasukkan ke
dalam suatu kode, maka peneliti akan membaca kembali dan menganalisis apakah
data-data tersebut hanyalah termasuk subkategori atau perlu membuat suatu kode
baru. Kriteria yang hendak digunakan untuk koding yaitu:
1. Definisi forethought: aktivitas/belief pada area metakognitif, motivasi, atau
perilaku individu yang terjadi sebelum belajar dimulai. Fase forethought terdiri
dari analisis tugas (task analysis) dan self-motivation belief:
a. Definisi analisis tugas(task analysis): aktivitas-aktivitas dimana individu
menganalisis tugas belajar yang hendak dilakukan dengan tujuan untuk
membuat suatu perencanaan. Analisis tugas (task analysis) terdiri dari dua hal
yaitu, menentukan tujuan (setting goal) dan perencanaan strategis (strategic
planning):
i. Definisi menentukan tujuan (setting goal): individu menentukan tujuan
atau target belajarnya, sebagai contoh: menargetkan untuk memahami
sekian bab dalam satu hari menjelang ujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
ii. Definisi perencanaan strategis (strategic planning): individu merencanakan
aktivitas atau strategi tertentu yang akan membantunya belajar dengan
optimal. Contohnya, merencanakan kapan dan di mana akan belajar untuk
ujian.
b. Definisi self-motivation belief: belief atau keyakinan yang berkaitan dengan
tugas atau proses belajar itu sendiri, yang dianut individu dan dapat membuat
dirinya termotivasi. Self-motivational belief terdiri dari empat hal yaitu self-
efficacy, outcome expectation, intrinsic interest, dan learning goal
orientation:
i. Definisi self-efficacy: keyakinan akan kemampuan individu sendiri,
misalnya, “Aku yakin aku pasti bisa mengerjakan ujian akhir semester
nanti.”
ii. Definisi outcome expectation: membayangkan hasil yang baik dari
tindakan atau aktivitas yang hendak dilakukan, contohnya, “Kalau aku
belajar setiap hari, aku akan dapat nilai A dimata kuliah ini.”
iii. Definisi intrinsic interest: ketertarikan individu terhadap suatu tugas
tertentu, bukan karena faktor dari luar, contohnya, “Aku suka hitung-
hitungan jadi aku suka matematika.”
iv. Definisi learning goal orientation: orientasi belajar individu yang
mengarah pada pemahaman suatu materi, misalnya, “Aku ingin sekali bisa
melakukan percakapan bahasa Inggris secara fasih.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2. Definisi performance: aktivitas/belief pada area metakognitif, motivasi, atau
perilaku individu yang terjadi ketika individu sedang belajar. Fase performance
terdiri dari dua hal yaitu self-control dan self-observation.
a. Definisi self-control: aktivitas atau strategi belajar yang digunakan individu
dan dirasa sesuai dengan dirinya untuk mengoptimalkan belajar.Self-control
terdiri dari empat hal yaitu imagery, self-instruction, attention focusing, dan
task strategies.
i. Definisi imagery: aktivitas belajar dimana individu menggambarkan atau
membayangkan suatu materi/objek belajar di dalam pikirannya. Sebagai
contoh ketika mengerjakan tugas membuat cerpen, individu akan
membayangkan alur cerita dalam pikirannya terlebih dahulu sebelum
menuliskannya.
ii. Definisi self-instruction: individu menuntun dirinya sendiri atau bahkan
memerintah dirinya sendiri untuk melakukan suatu atau serangkaian
aktivitas belajar. Contohnya, dalam suatu penelitian, individu telah selesai
mengambil data, kemudian ia segera melakukan analisis data, setelah
menganalisis data lalu segera melanjutkan ke proses selanjutnya tanpa
disuruh terlebih dahulu oleh orang lain. Contoh lain misalnya individu
yang memberikan pujian pada dirinya sendiri setelah melakukan tugas
dengan baik supaya dapat mempertahankan motivasi untuk tugas
selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
iii. Definisi attention focusing: usaha individu untuk dapat fokus pada
aktivitas belajar yang sedang dilakukan sehingga tidak mudah teralihkan,
misalnya individu yang tidak dapat belajar dengan baik di tempat ramai
akan berpindah mencari tempat tenang untuk melanjutkan belajarnya.
iv. Definisi task-strategies: usaha individu yang dilakukan pada materi/objek
belajar dengan tujuan supaya lebih mudah memahaminya, sebagai contoh:
menggaris bawah atau memberi highlight pada kata-kata penting dalam
suatu modul materi.
b. Definisi self-observation: pengamatan yang dilakukan individu terhadap
dirinya sendiri dalam rangka mengetahui keefektifan belajar yang dilakukan.
Self-observation terdiri dari dua hal yaitu self-recording dan self-
experimentation.
i. Definisi self-recording: individu mencatat atau merekam aktivitas
belajarnya sendiri untuk mengetahui atau membandingkan keefektifan
aktivitas tersebut. Sebagai contoh, individu ingin memahami materi baru
dengan membaca sendiri kemudian mencatat lama waktu belajarnya dan
membandingkan lama waktu ketika ia belajar bersama dengan teman-
teman untuk mengetahui mana yang lebih efektif.
ii. Definisi self-experimentation: individu melakukan percobaan pada
aktivitas belajar untuk mengetahui hal yang mendukung atau menghambat
proses belajarnya. Contohnya, individu ingin mengetahui apakah teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
temannya merupakan aset yang mendukungnya dalam proses belajar,
maka ia mencoba belajar sendiri dan juga belajar dengan teman-teman.
3. Definisi self-reflection: aktivitas/belief pada area kognisi, motivasi, atau
perilaku individu yang terjadi setelah belajar selesai. Fase self-reflection
terdiri dari dua hal yaitu self-judgement dan self-reaction.
a. Definisi self-judgement: individu melakukan evaluasi atau penilaian
terhadap proses belajarnya sendiri. Self-judgement terdiri dari dua hal
yaitu self-evaluation dan causal attribution:
i. Definisi self-evaluation: individu membandingkan proses belajar
yang telah dilakukan dengan proses belajar sebelumnya, misalnya,
“aku dapat belajar lebih baik untuk mempersiapkan ujian akhir
semester kali ini dibandingkan ujian akhir semester lalu.”
ii. Definisi causal attribution: keyakinan individu bahwa penyebab
kegagalan atau kesuksesan merupakan bagian dalam suatu proses
belajar bukan karena kemampuan personal seperti kecerdasan,
sebagai contoh seorang individu yang meyakini bahwa ia gagal dalam
ujian akhir karena tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik.
b. Definisi self-reaction: individu bereaksi atau menanggapi proses belajar
yang telah dilakukannya. Self-reaction terdiri dari dua hal yaitu self-
satisfaction dan reaksi adaptif:
i. Definisi self-satisfaction: kepuasan yang didapatkan individu dari
proses belajarnya sendiri dan dapat mempertahankan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
meningkatkan motivasi untuk proses selanjutnya, contohnya ketika
individu dapat belajar dengan baik dan mendapat nilai yang
diharapkan di ujian akhir semester, maka ia merasa puas, sehingga ia
bersemangat untuk menjalani perkuliahan di semester berikutnya.
ii. Definisi reaksi adaptif: reaksi dari proses belajar yang ditunjukkan
dengan menyesuaikan keefektifan proses belajar, yaitu dengan
memodifikasi strategi belajar yang kurang efektif atau
mempertahankan strategi untuk proses belajar selanjutnya. Sebagai
contoh, selama kuliah satu semester individu menggunakan satu buku
acuan yang ia pelajari sendiri dan merasa kurang cukup, maka di
semester selanjutnya ia menambah acuan dari perpustakaan atau
bertanya pada kakak tingkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tabel 3
Matriks Kategorisasi
FASE SELF-REGULATED LEARNING (SRL)
Fase sebelum belajar
(Forethought)
Fase saat belajar
(Performance)
Fase setelah belajar
(Self-Reflection)
Task-Analysis
Menganalisis tugas
belajar yang hendak
dilakukan dengan tujuan
untuk membuat suatu
perencanaan
contoh: membuat target
untuk membaca dan
memahami 3 bab materi
dalam 1 minggu
sebelum ujian, membuat
jadwal belajar dan
bermain.
Self-Control
Aktivitas atau strategi
belajar yang digunakan
individu dan dirasa sesuai
dengan dirinya untuk
mengoptimalkan belajar
contoh: membuat
gambaran suatu kejadian
dalam pikiran sebelum
menuliskan ke dalam
bentuk cerita, mencari
tempat yang hening untuk
belajar supaya lebih fokus,
menggaris bawah atau
memberi highlight pada
kata-kata penting dalam
suatu modul materi.
Self-Judgement
Individu melakukan
evaluasi atau penilaian
terhadap proses
belajarnya sendiri
contoh: “aku dapat belajar
lebih baik untuk
mempersiapkan ujian
akhir semester kali ini
dibandingkan ujian akhir
semester lalu”, “aku
mendapatkan nilai jelek di
proyek individu ini karena
aku kurang
merencanakannya dengan
baik”
Self-Motivation Belief
Keyakinan yang
berkaitan dengan tugas
atau proses belajar itu
sendiri, yang dianut
Self-Observation
Pengamatan yang
dilakukan individu
terhadap dirinya sendiri
dalam rangka mengetahui
Self-Reaction
Individu bereaksi atau
menanggapi proses
belajar yang telah
dilakukannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
individu dan dapat
membuat dirinya
termotivasi
contoh: “aku yakin aku
bisa mengerjakan tugas
akhir ini dengan baik”,
“kalau aku belajar setiap
hari, aku akan dapat
nilai A dimata kuliah
ini”, “aku suka hitung-
hitungan, maka aku suka
kuliah matematika”,
“Aku ingin sekali bisa
melakukan percakapan
bahasa Inggris secara
fasih”
keefektifan belajar yang
dilakukan
contoh: mengamati
pemahamannya terhadap
materi saat melakukan
kerja kelompok dan kerja
mandiri, melakukan
diskusi kelompok dan
mengamati apakah teman-
teman diskusi dapat
membantu meningkatkan
pemahaman atau tidak.
contoh: “ketika aku dapat
belajar dengan baik dan
mendapat nilai yang
diharapkan di ujian akhir
semester, maka aku
merasa puas, sehingga
bersemangat untuk
menjalani perkuliahan di
semester berikutnya”,
“selama kuliah satu
semester aku
menggunakan satu buku
acuan saja yang aku
pelajari sendiri dan
merasa kurang cukup,
maka di semester
selanjutnya aku akan
menambah acuan dari
perpustakaan atau
bertanya pada kakak
tingkat
F. Validitas dan Relibilitas Penelitian
Penelitian kualitatif memerlukan pengujian validitas maupun reabilitas hasil
penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reabilitas hasil penelitian
akan ditempuh dengan menggunakan beberapa cara berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1. Validitas
Suatu penelitian dapat dikatakan valid apabila hasil penelitiannya akurat
dari sudut pandang peneliti, partisipan, maupun pembaca laporan penelitian
(Supratiknya, 2015). Peneliti biasanya melakukan beberapa strategi untuk menguji
validitas penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 2 strategi,
yaitu member checking dan peer debriefing. Pada member checking, setelah data-
data dirumuskan ke dalam tema-tema, peneliti akan membawa kembali kepada
partisipan untuk mengetahui apakah tema-tema yang telah dirumuskan tersebut
sudah akurat atau sesuai dengan diri partisipan.
Selain itu, pada peer debriefing, peneliti meminta seorang sejawat untuk
melakukan review dan mengajukan pertanyaan kritis mengenai penelitian ini.
Rekan sejawat peneliti merupakan seorang sarjana psikologi yang sedang
menjalani pendidikan pasca sarjana. Setelah laporan penelitian selesai dibuat,
peneliti memberikan print-out pada rekan tersebut untuk melakukan tinjau ulang.
Rekan tersebut kemudian memberikan beberapa pertanyaan dan masukan terkait
hasil penelitian serta sekaligus menilai apakah tujuan penelitian ini sesuai dengan
hasil yang telah dicapai atau didapatkan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas dijelaskan sebagai sejauh mana penelitian atau pendekatan
yang dilakukan peneliti konsisten dengan yang diterapkan oleh peneliti lain dan
proyek penelitian yang lain (Supratiknya, 2015). Penelitian ini menggunakan dua
strategi untuk menguji reliabilitas penelitian. Strategi yang pertama adalah peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
memeriksa berulangkali transkrip-transkrip rekaman wawancara untuk
memastikan tidak ada kesalahan yang serius saat proses transkripsi. Selain itu,
peneliti juga membandingkan data dengan kode-kode yang telah dirumuskan. Hal
ini bertujuan untuk menghindari pergeseran makna kode-kode yang mungkin
terjadi selama proses transkripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini diadakan pada awal bulan September 2016. Proses
pengambilan data menggunakan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti
sendiri kepada delapan mahasiswa. Wawancara dilakukan di beberapa tempat
sesuai kesepakatan partisipan dan peneliti. Durasi wawancara partisipan rata-rata
adalah 20-30 menit. Berikut ini rangkuman waktu dan tempat diadakannya
wawancara:
Tabel 4
Rangkuman Waktu dan Tempat Wawancara
PARTISIPAN WAKTU TEMPAT
AW Kamis, 1 September 2016 Area basecamp radio Masdha
AS Kamis, 1 September 2016 Kantin Kampus III USD
BK Jumat, 2 September 2016 Kedai minuman di sekitar
Mrican
BS Jumat, 2 September 2016 Kedai minuman di sekitar
Mrican
CL Jumat, 2 September 2016 Kedai minuman di sekitar
Mrican
GD Minggu, 4 September 2016 Halaman gereja
AG Minggu, 4 September 2016 Rumah partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
AY Senin, 5 September 2016 Taman dekat sekretariat MIPA
B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan
Wawancara dilakukan oleh peneliti secara tatap muka personal tiap
partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menjelaskan secara garis besar
mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh partisipan.
Tiap partisipan juga telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
yang dibuktikan dengan surat pernyataan persetujuan berpartisipasi yang telah
ditandatangani oleh partisipan.
Partisipan yang diwawancara pertama kali oleh peneliti adalah AW. AW
merupakan mahasiswa fakultas psikologi dan memiliki IPK 3,85. Ia mengaku
masuk ke jurusan yang memang ia ingini sejak awal. Ketika awal masuk kuliah,
AW berpikir bahwa kuliah itu lebih berat daripada SMA. Ia juga merasakan
perbedaan cara belajar dan beberapa sistem di perkuliahan. Ia merasa kaget dan
membutuhkan penyesuaian. Saat proses wawancara, AW mengaku bahwa ia grogi
dan takut kalau jawabannya tidak sesuai yang diharapkan. Akan tetapi, setelah
beberapa pertanyaan AW nampak cukup santai kembali, hal ini nampak dari cara
penyampaian AW yang cukup banyak bercerita tentang dirinya. AW cenderung
berbicara agak cepat, nyaring, dan sesekali tertawa mendengar respon atau
ceritanya sendiri. Selama wawancara AW dapat bekerjasama dengan baik
sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan lancar.
Partisipan selanjutnya adalah AS. Sama dengan partisipan sebelumnya, AS
juga merupakan mahasiswa psikologi dan berniat masuk ke psikologi walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sebenarnya ingin ke perguruan tinggi yang lain. AS memiliki IPK 3,1. Ketika
awal masuk kuliah, AS merasakan perbedaan pembelajaran yang dialaminya
ketika masih SMA. Akan tetapi ia tidak merasa kesulitan dan mengaku lebih
santai. AS terlihat cukup bersemangat dan nyaman selama wawancara. Hal ini
nampak sejak awal wawancara hingga akhir, AS menjawab pertanyaan dengan
cukup antusias dan dengan penyampaian yang agak cepat. AS juga dapat
bekerjasama dengan baik dan tidak ada halangan berarti selama proses
wawancara.
Setelah AS, partisipan BK, BS, dan CL adalah partisipan yang
diwawancarai selanjutnya. BK dan CL datang bersamaan di tempat yang telah
disepakati.CL merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Ia
memiliki IPK 2,9. Jurusan ini sebenarnya bukan merupakan jurusan pertama yang
ia inginkan. Ia mencoba tes untuk universitas lain, tetapi tidak diterima dan tetap
melanjutkan di PBI seperti sekarang ini. Pada awal perkuliahan, CL mengaku
sangat kaget karena perbedaan cara belajar di SMA dan di perguruan tinggi.
Ketika wawancara, CL terlihat tenang dan mendengarkan penjelasan penelitian
dengan baik. Nada bicara CLcenderung tidak menggebu-gebu. Iatidak tampak
grogi atau ragu-ragu untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti.
Selanjutnya adalah BK. BK merupakan mahasiswa dari Pendidikan
Bahasa Inggris (PBI). Ia memiliki IPK 2,88. Masuk ke PBI bukanlah
keinginannya tetapi adalah keinginan orangtua. Ia sebenarnya berminat dan sudah
mempersiapkan diri untuk melanjutkan belajar di bidang kepariwisataan. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
awal perkuliahan, BK merasa kaget dengan individualitas di kalangan teman-
temannya. Hampir sama dengan CL, BK juga tidak nampak grogi atau merasa
kurang nyaman. BK juga mendengarkan penjelasan penelitian dan menjawab
pertanyaan penelitian dengan baik. Selama proses wawancara, BK cenderung
tenang dan nada bicaranya tidak terburu-buru.
Setelah BK, BS datang di tempat yang disepakati, yaitu tempat yang sama
dengan CL dan BK. BS merupakan mahasiswa Teknik Studio. Ia memiliki IPK
3,3. Jurusan ini merupakan jurusan yang disarankan oleh orang tuanya. BS
sebenarnya ingin mendalami musik akan tetapi tidak mendapatkan dukungan dari
orangtuanya. BS sempat kesulitan mengikuti perkuliahan awal karena ketika SMA
kurang mendalami materi-materi yang kini didapatkan di perkuliahan. BS juga
tidak terlihat grogi selama proses wawancara. Ia cenderung terlihat percaya diri
dalam setiap respon terhadap pertanyaan penelitian. Ia dapat bekerjasama dengan
baik selama proses wawancara. Nada bicara BS juga hampir sama dengan CL dan
BK, ia cenderung tenang dan tidak terburu-buru.
Peneliti kemudian mewawancarai partisipan selanjutnya yaitu GD. GD
merupakan mahasiswa Pendidikan Matematika. Ia memiliki IPK 3,8. GD
mengaku bahwa ia memiliki minat di bidang matematika. Ketika awal
perkuliahan, GD merasa masih malu dan takut karena menurutnya ketika kuliah
lebih banyak dituntut untuk menjadi aktif. GD berulang kali mengatakan bahwa ia
grogi dan menanyakan kesulitan pertanyaan yang hendak ditanyakan kepadanya.
Ia merasa takut tidak dapat menjawab dengan baik. Maka dari itu, peneliti
berusaha untuk membangun suasana santai dan senyaman mungkin supaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
perasaan grogi partisipan dapat berkurang. GD mengikuti proses wawancara
dengan baik. Walaupun cenderung menjawab dengan singkat di awal-awal,
selanjutnya GD sudah nampak lebih santai dan dapat menjawab pertanyaan
penelitian dengan baik. Ia cukup tenang dan aktif untuk menanyakan hal-hal yang
ia rasa belum jelas. Pada akhir wawancara, GD kembali mengungkapkan
ketakutan tentang identitasnya yang mungkin terungkap walaupun pada awal
wawancara peneliti sudah menjelaskan dan menekankan bahwa kerahasiaan
identitas para partisipan terjamin.
Peneliti kemudian mewawancarai AG. AG merupakan mahasiswa
Akuntansi. Ia memiliki IPK 3,7. Awalnya AG ingin masuk Sosiologi, tapi
kemudian mengganti pilihannya menjadi Akuntansi. AG mengaku pula bahwa ia
menyukai hitung-hitungan. Hal ini mungkin yang menyebabkan ia kini bisa
merasa enjoy dengan pilihannya tersebut. Ketika awal perkuliahan, AG merasa
tantangannya berasal dari dirinya sendiri. Bagi AG, kuliah lebih mandiri
dibandingkan SMA, dan hal tersebut membuatnya agak kesulitan. Selama proses
wawancara AG juga terlihat santai dan tenang dalam menjawab pertanyaan
penelitian. AG juga tetap tenang ketika menceritakan pengalaman yang kurang
mengenakkan. Proses wawancara AG cukup lancar dan tidak ada kendala yang
cukup berarti.
Partisipan selanjutnya yang diwawancarai peneliti adalah AY. AY adalah
mahasiswa Pendidikan Fisika. Ia memiliki IPK 3,27. Ia sebenarnya ingin masuk
ke Akuntansi akan tetapi tidak diterima dan akhirnya masuk Pendidikan Fisika
atas usulan orang tuanya. Ketika awal masuk kuliah, AY merasa kesulitan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menyesuaikan diri terutama mengenai sistem pembelajaran ketika kuliah. Pada
awal sebelum wawancara, AY terus mengatakan ketakutannya apabila ia tidak
bisa menjawab pertanyaan penelitian dengan baik. Setelah peneliti menjelaskan
beberapa hal mengenai penelitian, akhirnya AY menjadi lebih tenang dan proses
wawancara bisa dilakukan dengan cukup baik. AY cenderung menjawab
pertanyaan penelitian dengan singkat.
Secara umum, proses wawancara tidak menemukan beberapa kendala yang
berarti. Tempat yang ramai dan aktivitas partisipan yang cenderung sibuk,
awalnya ditakutkan akan memberikan pengaruh pada proses wawancara. Akan
tetapi, tempat ramai yang digunakan pada wawancara dengan subjek CL, BK, dan
BS awalnya merupakan pilihan dari partisipan sendiri. Jadi dengan
mempertimbangkan kenyamanan partisipan dan beberapa hal yang lain, peneliti
menyetujui untuk melaksanakan proses wawancara di tempat tersebut dan proses
wawancara sendiri dapat berjalan dengan lancar. Untuk mengantisipasi partisipan
yang sibuk, peneliti mengikuti jadwal kosong yang dimiliki partisipan. Antisipasi
ini dilakukan supaya partisipan tetap pada kondisi yang baik ketika menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
C. Hasil Penelitian
1. Fase Sebelum Belajar (Forethought)
Fase sebelum belajar atau forethought merupakan aktivitas-aktivitas serta
keyakinan-keyakinan (belief) yang dilakukan dan dianut seseorang sebelum mulai
belajar. Aktivitas-aktivitas serta keyakinan-keyakinan (belief) dalam fase ini
dikategorikan ke dalam dua hal yaitu analisis tugas (task analysis) dan self-
motivation belief.
a. Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas merupakan aktivitas menganalisis tugas belajar yang
hendak dilakukan dengan tujuan untuk membuat suatu perencanaan. Dari hasil
wawancara, banyak respon yang diberikan para partisipan mengenai analisis
tugas. Analisis tugas sendiri dapat diidentifikasi dengan dua macam aktivitas
yaitu menentukan target atau tujuan (setting goals) dan membuat perencanaan
yang strategis (strategic planning). Zimmerman (1990) mengatakan bahwa
penentuan target atau tujuan (setting goals) serta perencanaan strategis
(strategic planning) termasuk dalam strategi dalam komponen metakognitif.
Oleh karena itu, partisipan yang melakukan strategi pada subfase ini berarti
telah mengaktifkan komponen metakognitifnya.
Beberapa partisipan melakukan analisis tugas dengan membuat target
atau tujuan belajarnya. Beberapa respon partisipan antara lain, “Paling jangan
sampai D,” kata AW. “Target IP..mm yang penting 3 koma deh,” kata AS. CL
dan AG juga memberikan respon yang hampir serupa, “targetnya harus, harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ngerti paling nggak 75% dari apa yang udah diajarin,” “bikin target tugas itu
harus selesai kapan.”
Selain analisis tugas, para partisipan juga banyak memberikan respon
mengenai perencanaan strategis (strategic planning). Sebelum kuliah,
beberapa partisipan menceritakan bahwa mereka mempersiapkan sesuatu atau
merencanakan aktivitas saat kuliah. BS dan AG melakukan persiapan sebelum
kuliah. “Sebelum kuliah atau malemnya atau setelah kuliah biasanya sama
temen-temen pergi kemana hunting-hunting (ide) gitu,” kata BS. AG pun
menjelaskan, “baca materi sebelum..yang udah diajarin minggu lalu sama baca
materi sekilas buat yang ketemuan besoknya.” GD merencanakan aktivitas
yang hendak dia lakukan saat kuliah keesokan harinya, “besok pas kuliah aku
kudu ndengerin bener-bener biar paham aja.” GD juga menyampaikan
bagaimana ia hendak belajar, “tapi pertama tu ngitung jumlah halamannya
kalau misalnya bacaan. Kalau misalnya halamannya banyak tu belajarnya
kayak dikebut gitu, tapi kalau dikit ya..hari ini sedikit.. sedikit.. sedikit.. kayak
gitu. Pokoknya yang penting halamannya dulu. Kalau nggak tahu halamannya,
nggak tahu target belajar perharinya. Terus habis itu kalau udah H-1 tu dari
awal sampai akhir dipelajari lagi.”
AS juga biasa membuat rencana mengenai waktu, tempat, persiapan
bahan, dan lainnya bersama teman-teman satu kelompoknya, “Janjian dulu
sama temen kelompok, mau ngerjain kapan, di mana, terus bagi tugas, kamu
garap dulu bagian ini, kamu bagian ini..gitu. Terus nantinya disatuin. Biasanya
gitu. Nah untuk mempermudah komunikasi biasanya kami bikin grup chat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hal ini serupa dengan jawaban BK, GD, AG, dan AY ketika merespon
tentang hal-hal yang dilakukan sebelum mengerjakan tugas kelompok.
Para partisipan juga melakukan perencanaan sebelum mengerjakan
tugas pribadi seperti menyiapkan bahan maupun menata tempat pengerjaan
supaya lebih nyaman, seperti respon AW, “sebelum ngerjain ya nyiapin bahan,
terus aku juga biasanya ngerjain di kamar.” GD dan AG juga memberikan
respon yang mirip, “aku nyiapin materi-materi yang diperlukan sebelum
ngerjain,” “kalau aku udah ngerjain tugas sekarang itu harus beresin kamar
dulu karena biasanya ngerjain di kamarkan.”
Ketika hendak ujian, partisipan juga melakukan beberapa persiapan.
BK mengatakan, ”aku ngutamain tugas itu soalnya aku ngerti kalo aku tu pasti
jeblok-jeblok jadi ya ngutamain tugas.” Berbeda dengan BK yang
merencanakan untuk fokus dengan tugas akhir, CL dan AG melakukan
persiapan yang cukup lama sebelum ujian dilaksanakan. “Jadi tu udah bener-
bener aku prepare berbulan-bulan sebelumnya aku udah harus baca,” kata CL.
“Jadi ya ntar soal-soal review itu diinget-inget terus yang pasti ya belajar terus
biasanya belajarnya sama temen-temen,” kata AG.
b. Self-Motivational Belief
Self-motivational belief merupakan keyakinan yang dianut seseorang
yang berkaitan dengan tugas atau proses belajarnya sendiri dan dapat
memotivasi dirinya. Self-motivational belief sendiri terbagi dalam beberapa
kategori yaitu self-efficacy, outcome expectation, intrinsic interest, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
learning goal orientation. Pada subfase ini, semua keyakinan yang tercantum
di atas merupakan hal-hal yang membuat seseorang terpacu atau dengan kata
lain termotivasi untuk belajar. Maka dari itu, partisipan yang memiliki
keyakinan tersebut mengaktifkan komponen motivasi dalam dirinya.
Melalui wawancara yang dilakukan, hanya satu partisipan yang merasa
yakin terhadap kemampuan dirinya. Hal ini nampak dalam respon partisipan
AW,
“Itu (statistika) masih bisa kayak di-handle tu lho, nggak sulit-sulit
banget.”
“Oo.. (mata kuliah yang hafalan) nggak masalah saya.”
Keyakinan yang muncul dalam respon-respon partisipan adalah
bayangan mereka terhadap hasil dari suatu aktivitas yang hendak dilakukan.
Partisipan AS merespon hal ini sebanyak dua kali.
“Kalau aku gak belajar, IPK ku jelek, kalau IPK ku jelek aku gak bisa
cari kerja kan gitu.”
“Biar segera kelar aja gitu, mbak. ya itu tadi, karena tugas bakal terus
berdatangan jadi semakin cepet kelar semakin baik. Biar bisa segera ngerjain
lainnya juga.”
Keyakinan-keyakinan lain yang muncul dari respon partisipan adalah
minat partisipan terhadap tugas atau materi itu sendiri. AW dan AS masuk ke
prodi/fakultas yang memang mereka pilih sendiri.
“Itu tu pilihanku sendiri soalnya tu kayak aku tu termotivasi gitu
lho.”(AW)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
“Kan aku masuk psikologi nih eeee karena pilihanku sendiri.” (AS)
Sedangkan AS, GD, dan AG sama-sama memiliki minat terhadap suatu materi
tertentu.
“Kalau pas materi-materinya menarik, yang aku suka gitu biasanya aku
betah belajarnya.” (AS)
“Ya aku emang seneng matematika sih sejak dulu jadi ya gitu deh..”
(GD)
“(Senengnya) Akuntansilah..itung-itungan gitu.” (AG)
Keyakinan yang lain yang nampak dalam respon-respon partisipan
adalah seseorang berniat untuk belajar karena ingin memahami sesuatu. AW,
AS, dan CL merespon keinginannya untuk memahami atau menguasai suatu
materi.
“Ya aku pingin belajar dan pingin lebih baik gitu.” (AW)
“Sebenernya berusaha untuk mahami sih. Kalau kuliah kan emang
kudu dituntut paham ya, nggak sekedar apal aja.” (AS)
“Aku habis lulus dari PBI itu aku bisa menguasai grammar bahasa
inggrisnya dengan baik.” (CL)
2. Fase Saat Belajar (Performance)
Fase saat belajar atau performance merupakan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan seseorang saat belajar. Aktivitas-aktivitas dalam fase ini dikategorikan
ke dalam 2 hal yaitu self-control dan self-observation.
a. Self-Control
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Self-control merupakan aktivitas atau strategi belajar pilihan yang
dilakukan seseorang untuk mengoptimalkan belajarnya. Self-control dapat
teridentifikasi dengan beberapa hal sebagai berikut imagery, self-instruction,
attention focusing, dan task strategies.
Hasil dari wawancara dengan partisipan, terdapat respon-respon yang
menggambarkan self-control, salah satunya adalah ketika partisipan menuntun
atau memerintah dirinya sendiri untuk melakukan suatu atau serangkaian
proses belajar (self-instruction). Self-instruction merupakan strategi yang
masuk dalam komponen perilaku pada SRL, maka partisipan yang melakukan
strategi tersebut telah mengaktifkan komponen perilaku. Hal-hal tersebut
nampak dari beberapa respon partisipan, misalnya AW, BK, dan CL. Berikut
respon-respon mereka,
“Mau dosennya nggak ngebosenin, mau dosennya nyenengin, itu saya
pasti mendengarkan. Karena kalau nggak itu, pasti terlewatkan.” (AW)
“Tapi yang ayolah BK jangan males jangan males. Ya cuma
semangatin diri sendiri aja sih.” (BK)
“Aku tu lagi pengen nyemangatin diriku sendiri buat belajar tu.”(CL)
Selain itu, partisipan juga banyak bercerita mengenai usahanya supaya
bisa lebih fokus dan berkonsentrasi ketika belajar atau mengerjakan sesuatu.
Hal ini juga termasuk dalam strategi SRL pada komponen perilaku, maka
partisipan yang melakukan strategi tersebut telah mengaktifkan komponen
perilaku dalam SRL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“Lha waktu kuliah ini tu nggak, nggak mikirin lagi, pokoknya cari
tempat ya di depan, gitu lho. Soalnya, apa ya, ee, lebih bisa konsentrasi kalau
di depan, gitu.” (AW)
“Kalau bisa ngerjain sore apa siang di rumah gitu ya aku tetep ngerjain
di kamar. Soalnya ya itu tadi aku nggak bisa nggarap di tempat rame.” (AW)
“Ya kalau misalnya sama temen ni belajar trus dia ribut gitu, ya pasti
aku, ya negur, kalau sama temen lho.” (AW)
“Soalnya kan ya harus konsen dan masuk gitu jadi ya aku pindah
tempat kalau tempatnya rame.”(AS)
“Biasanya sih ngerjainnya di kamar yang sepi, nggak terganggu sama
suara TV.” (GD)
“Biasanya HP takmatiin soalnya kalau nggak dimatiin. Kalau misalnya
geter, pasti aku dah langsung (fokus sama) HP..terus nggak bisa lepas.” (AG)
“Terus kalau (aku mulai ngantuk) biasanya ke kamar mandi, cuci muka
ntar dengerin lagi.” (AG)
Respon lainnya yang muncul dari partisipan yang berkaitan dengan
self-control ialah mereka cenderung melakukan sesuatu pada tugas atau materi
yang sedang mereka kerjakan (task strategies). Task strategies termasuk
dalam strategi SRL pada komponen perilaku sehingga partisipan yang
melakukan strategi ini berarti mengaktifkan komponen perilakunya.
Sebagai contoh, mereka membuat tulisan atau ringkasan materi,
“Sering kayak buat ringkesan kecil gitu lho jadi kayak kertas-kertas taklipet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
terus aku tulis..maksudnya ini tu teorinya ini. Jadi kayak lebih gampang untuk
menghafalkan tu lho,” kata AW.
Selain membuat ringkasan, mereka juga membuat catatan, baik selama
kuliah atau saat belajar di rumah.
“Catet yang harus dicatet.” (CL)
“Selain ndengerin ya nyatet,” “(Catatanku) susah dibaca lagi tapi ya
dibenerin sih biar lebih efektif (buat belajar).” (AG)
“Di rumah belajarnya aku lebih kalau misalnya belajar tu nyatet aku,
kalau nggak baca buku tapi tak stabilo.” (AY)
Respon yang lain yang dikatakan oleh BK adalah mencari kata-kata
sukar di kamus serta latihan soal,
“Kalo enggak ya nanti cari di kamus.”
“Ya aku latian ya walopun nggak terlalu dong banget yang penting aku
dah usaha.”
Partisipan AG juga menceritakan kebiasaannya untuk mengoreksi
tugas kelompok, “Tapi ya pasti aku minta di-print terus tiap-tiap temen
kelompok itu harus baca terus entar di apa ya.. menurut kalian udah oke belum
tugasnya? Kalau misalnya menurut pendapat pribadi ada yang masih kurang
ya diskusi lagilah ini mau ditambahin apa enggak,” kata AG.
Ketika mengerjakan soal hitungan, AW dan AY biasa untuk mencatat
rumus yang mereka ingat terlebih dahulu untuk menghindari lupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
“Nah aku biasanya nulis dulu rumusnya, nanti ndak keburu lupa. Atau
yang bagan-bagan gitu sih juga sering aku tulis dulu, walaupun pake pensil
taktulis kecil gitu.” (AW)
“Pas soalnya hitungan atau rumus kayak gitu, paling nanti kan dibagi
coret-coretan, aku nulis dulu apa rumus yang aku inget dicorat-coretan, baru
aku baca soalnya.” (AY)
b. Self-Observation
Self-observation ialah pengamatan terhadap dirinya sendiri untuk
melihat keefektivitasan suatu aktivitas atau cara belajar yang sedang
dilakukan. Self-observation sendiri ada dua hal, yaitu self-recording dan self-
experiment. Strategi dalam subfase ini termasuk dalam komponen
metakognitif pada SRL. Hal ini berarti bahwa seseorang yang melakukan
strategi tersebut berarti ia telah mengaktifkan komponen metakognitif pada
belajarnya.
Dalam wawancara, partisipan banyak memberikan respon mengenai
pengamatan yang dilakukannya yang terkadang tidak mereka sadari, AW dan
CL merasa bahwa mereka dapat belajar lebih baik jika mencatat.
“Karena memoriku pendek, jadi nggak takhafalin, jadi dengan cara
ditulis. Nah aku tu..ditulis tu lebih memudahkanku untuk mengingat.” (AW)
“Kalau, apa ya, nyatetnya tu,’oh, aku ngerti,’ pokoknya aku ngerti jadi
kalau ada temen tanya aku bisa jawab dan itu bener itu menurutku udah bagus
buat aku.” (CL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Selain belajar sambil mencatat, beberapa partisipan juga merasa
mereka lebih efektif belajar dengan berdiskusi bersama teman.
“Jadi kalau sekarang tu gak usah banyak ngapalin, ngobrol sama temen
aja udah cukup ngerti.”(AS)
“Kalau udah paham bener sama materinya sih enak ngerjain sendiri.
Bisa lebih fokus, lebih cepet selesainya juga. Tapi kalau masih ragu-ragu tu
mending ngerjain bareng temen, biar bisa sekalian diskusi terus tanya-tanya
kalau ada yang nggak mudeng..mm.. nggak paham maksudnya.” (GD)
“Terus belajarnya suka menyendiri sih, kalau aku. Tapi kalau misalnya
bareng-bareng itu kalau hafalan. Kalau misalnya nggak hafalan nggak suka
bareng-bareng.” (GD)
“Terus aku lebih ngerti itu aku sambil ngajarin temen, jadi tu materi itu
rasanya kayak lebih nempel.” (AG)
“Aku tu lebih suka kalau belajar itu tu sama orang, tapi nggak
banyak.” (AY)
Respon yang muncul dari partisipan lainnya adalah BS yang merasa
lebih efektif belajar dengan mendengarkan rekaman dosen yang sedang
mengajar, “Gak tau kenapa kalau dengerin suara yang direkam saya bisa
menjawab dengan lancar.” Ada juga CL yang membutuhkan waktu istirahat
ketika belajar dalam waktu yang lama, “Oh, aku tu belajar nggak bisa lama
banget. Misalkan aku satu jam tu udah bosen, nanti aku liat youtube dulu, aku
minum dulu kek, aku jalan-jalan, aku udah konsen baru aku lanjut belajar
lagi,” kata CL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)
Fase setelah belajar atau self-reflectionmerupakan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan seseorang setelah belajar. Aktivitas-aktivitas dalam fase ini
dikategorikan ke dalam dua hal yaitu self-judgement dan self-reaction.
a. Self-Judgement
Self-judgement merupakan evaluasi atau penilaian terhadap proses
belajarnya sendiri. Self-judgement dapat dilihat melalui dua hal yaitu self-
evaluation serta causal attribution. Kedua strategi dalam subfase self-
judgement ini termasuk dalam komponen metakognitif pada SRL. Hal ini
berarti bahwa partisipan yang melakukan strategi tersebut berarti
mengaktifkan komponen metakognitif dalam belajarnya.
Secara keseluruhan tidak banyak respon yang muncul pada bagian self-
judgement. Sebagai contoh, kebanyakan partisipan menilai bahwa mereka
masih kurang belajar dan menganggap sepele perkuliahan.
“Kalau dapet nilai jelek..mm.. ya sedih bentar. (tertawa). Ya berarti
aku kurang paham sama materinya, kurang belajar gitu.”(AS)
“Kalo jelek kayak yang duh gimana nih yaudahlah nggak papa lah, ya
mau gimana lagi tu lho. Ya cuma ohh brati aku belajarnya kurang.”(BK)
“Jadikan aku ada yang salah, aku nunda-nunda, males, sering maen.
Mereka udah siap buat belajar besuknya aku belum masih garap tugas.” (BS)
“Untuk akunya sendiri akunya kurang konsentrasi gara-gara lihat
temenku marah-marah sama temenku pas lagi praktek.” (BS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
“Pokoknya intinya tu aku tu rada nyesel karena ternyata aku masih
kurang semangatnya waktu di semester satu karena masih nganggep sepele,
ternyata nilainya jelek kayak gitu kan.” (CL)
Selain merasa kurang dalam belajar, partisipan AG juga masih asal-asalan
dalam membuat jadwal kuliah. “Masih ada beberapalah yang harus
ditingkatkan lagi. Ya contohnya sih cara aku belajar. Terus habis itu cara bikin
jadwal perkuliahanlah soalnya selama ini tu ngawur-ngawur aja,” kata AG.
Penilaian lain yang dilakukan partisipan adalah mereka
membandingkan belajarnya saat ini dengan proses belajar mereka sebelumnya.
Hal ini nampak dalam respon tiga orang partisipan yaitu AG, AY dan CL yang
membandingkan belajar mereka di semester ini dengan semester lalu.
“Terus habis itu juga ngelihat dulu semester satu dapet IP lumayan
sih. Kalau misalnya semester dua terus aku tiba-tiba jeblok kan malu juga.
Jadi itu kayak harus pertahanin prestasi.” (AG)
“Nah, tapi kalau semester dua ini aku ngerasain nyaman belajar karena
kelompok tapi kelompoknya nggak banyak, paling, paling aku diajarin kakak
tingkat, kakak tingkatnya satu aku satu doang yang diajarin aku doang, kayak
gitu, kayak privat gitu lho.” (AY)
“..terus jadi aku udah bisa nilai tu lho,’oh jadi cara belajarku tu kayak
gini ya, aku tu nggak bisa ndadak.’ Jadinya untuk tugas-tugas berat yang
kayak gitu aku harus bener-bener prepare itu dari jauh-jauh hari.” (CL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
b. Self-Reaction
Self-reaction ialah reaksi atau tanggapan individu terhadap proses
belajarnya. Self-reaction dapat teramati melalui dua hal juga yaitu self-
satisfaction dan reaksi adaptif.
Melalui wawancara, hanya satu partisipan yang mengaku bangga
dengan proses belajarnya. “Kalau nilainya bagus ya seneng, terus merasa
banggalah bisa mendapat nilai bagus, terus bisa ngasih tahu orang tua kalau
nilaiku tu bener-bener bagus tapi dengan usahaku sendiri,” kata GD.
Partisipan tersebut menunjukkan kepuasan terhadap usaha dirinya (self-
satisfaction). Self-satisfaction termasuk strategi dalam komponen motivasi,
sehingga partisipan itu berarti telah mengaktifkan komponen motivasinya.
Reaksi lain terhadap proses belajar yang muncul dalam wawancara
adalah evaluasi terhadap proses belajar ketika di SMA dan di semester yang
lalu serta perubahan cara atau metode yang dilakukan diproses belajar saat ini.
Adanya reaksi yang adaptif tersebut merupakan perwujudan dari strategi pada
komponen metakognitif. Oleh karena itu, partisipan yang bereaksi adaptif
terhadap hasil belajarnya maka ia telah mengaktifkan komponen metakognitif.
“Soalnya kalau aku sistem SKS kayak SMA, itu tu nggak bakal cukup
untuk waktu ngringkes dan menghafalkan dan mempelajari dan mengerti tu
nggak bakal cukup. Jadi yang jelas kalau kuliah ini tu, kalau mau ujian itu
yang jelas mempersiapkannya lebih dari jauh-jauh hari.”(AW)
“Kalau kuliah tu beda dengan SMA, mempengaruhi dapet kerja nggak,
aku mulai memperbaiki diri untuk mulai belajar.” (BS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
“Tapi kayak gitu tu malah jadi kayak jadi batu loncatan tu buat aku
lebih banyak belajarnya lagi.”(CL)
4. Aktivitas Belajar Lain
Selain respon-respon di atas, ada respon lain yang muncul yang tidak
masuk dalam kategori yang telah ditentukan berdasarkan fase SRL, namun
peneliti merasa bahwa respon ini penting dan masuk ke dalam strategi belajar
SRL menurut Zimmerman (1990).
Respon yang pertama adalah mencari bantuan atau bertanya kepada orang
lain yang dianggap mampu dengan tujuan menambah pemahaman. Respon ini
muncul pada seluruh partisipan. Sebagian besar meminta bantuan pada teman-
teman, namun ada pula yang meminta bantuan pada kakak tingkat atau
berkonsultasi pada dosen. Selain kepada orang di sekitar, partisipan juga mencari
bantuan dengan cara menambah sumber materi dari internet atau buku di
perpustakaan. Aktivitas dalam mencari bantuan sebenarny termasuk dalam
strategi SRL yang dinamakan help-seeking (Zimmerman, 1990). Help-seeking
termasuk dalam strategi belajar pada komponen perilaku.
“Sejauh ini sih yang aku lakuin ya tanya ke temen kalau masih nggak
dong.”(AW)
“Kalau bingung kudu kepiye, aku nanya temen sih, ini maksudnya
gimana.” (AS)
“Sebelum numpuk aku teliti dulu, kadang aku cocokin juga sama temen,
atau aku nanya, bener nggak sih yang aku kerjain.”(AS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
“Kalo dosennya ngomong sesuatu yang aku nggak ngerti ya aku tanya ke
temen. Kalo temenku juga nggak ngerti, aku tanya temen lain yang ngerti terus tak
catet biar aku ngerti.”(BK)
“Tanya temen sih,” “Minta tolong temen gitu kan,’eh, tolong bantuin aku
dong bikinin ini.” (CL)
“Nah aku kudu cari temen yang bener-bener dia ngerti banget, kalo enggak
ya aku nyari kakak tingkat yang dia udah ngerti tentang itu terus aku tanya-tanya
aja.” (BK)
“..paling sekarang jadi lebih sering ke lab nemuin kakak tingkat.”(BK)
“Ya ini, nanya, nanya ke temen udah ada yang ngerjain ini apa belum, atau
nggak nanya ke kakak tingkat, kayak gitu,” dan “Nanya ke kakak tingkat, tapi
kalau pas kakak tingkatnya nggak bisa, nanya ke temen.” (AY)
“Kadang juga nanya ke temen lain kalau ada yang nggak bisa. Atau ke
kakak tingkat.” (GD)
“Misal di power point gak jelas aku tanya ke temen, kalau temen gak tau
kemungkinan besar saya tanya ke dosen.” (BS)
“Terus tanya-tanya kakak tingkat, bener gini enggak sih? Terus kadang
kalau dosennya ada waktu sih konsultasi sih. Bu, bener nggak sih kayak gini?
Kalau misalnya salah ya segera diperbaiki.” (AG)
“Pasti nyari sumber dulu, biasanya sih dari internet yang gampang tu lho
mbak.” (AW)
“Kalau sempet cari buku dulu di perpus” (AW)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan respon partisipan, strategi help-seeking ini biasa dilakukan saat
belajar atau dalam fase forethought. Apabila memperhatikan subfase dalam fase
forethought, maka strategi help-seeking ini lebih cocok masuk pada subfase self-
control karena aktivitas mencari tambahan materi atau informasi melalui orang
lain atau sumber lain termasuk dalam aktivitas atau strategi yang dilakukan saat
belajar yang sesuai dengan dirinya.
Respon selanjutnya adalah memberi hadiah untuk dirinya sendiri apabila
telah mencapai suatu target atau tujuan dengan baik. Partisipan AS mengatakan,
“Mungkin lebih menghadiahi diri sendiri ya. Emmmmm… Apa ya…. Kayak eeee
sebenernya beli apa-apa jarang sih mb. Biasanya kayak abis ujian terus aku
merasa bisa abis itu aku nonton film, terus aku jalan-jalan karena aku merasa
bahagia mb.” Pada respon partisipan di atas, strategi itu biasa disebut self-
consequating dan merupakan aplikasi dari komponen motivasi dalam SRL
(Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2003). Strategi tersebut dilakukan setelah
proses belajar selesai. Artinya bahwa strategi ini termasuk dalam fase self-
reflection dan masuk dalam subfase self-reaction karena partisipan bereaksi
menanggapi proses belajar yang dilakukannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 5
Rangkuman Hasil Wawancara Latar Belakang Partisipan
PARTISIPAN JURUSAN ALASAN MASUK JURUSAN IPK
AW Psikologi Keinginan pribadi 3,85
AS Psikologi Keinginan pribadi 3,1
BK Pend. Bahasa Inggris Sebelumnya telah mendaftar dan diterima di Pend. Bahasa
Inggris kemudian gagal dalam tes masuk universitas lain
2,88
BS Teknik Studio Keinginan orangtua 3,3
CL Pend. Bahasa Inggris Keinginan orangtua 2,9
GD Pend. Matematika Keinginan pribadi 3,8
AG Akuntansi Keinginan pribadi 3,7
AY Pend. Fisika Keinginan orangtua 3,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 6
Rangkuman Hasil Wawancara Self-Regulated Learning
Forethought Performance Self-Reflection
Analisis Tugas [SG, SP]:
a. Membuat target batas waktu
penyelesaian tugas (SG)
b. membuat target nilai (SG)
c. membaca materi yang lalu (SP)
d. membaca materi yang hendak
diajarkan (SP)
e. mempersiapkan tempat
pengerjaan tugas (SP)
f. merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
g. mempersiapkan bahan/materi
(SP)
h. merancang cara pengerjaan tugas
(SP)
i. melakukan langkah antisipasi jika
tidak yakin dengan hasil ujian
(SP)
j. merancang cara belajar (SP)
k. merencanakan aktivitas belajar
esok hari (SP)
Self-Control [I, SI, AF, TS, HS]:
a. tetap mendengarkan dosen
walaupun membosankan atau
tidak (SI)
b. menyemangati diri supaya
jangan malas (SI)
c. mematikan HP saat kuliah
(AF)
d. mengusahakan untuk tetap
fokus saat kuliah ketika mulai
mengantuk (AF)
e. memilih tempat duduk supaya
lebih bisa konsentrasi (AF)
f. mengerjakan tugas di suatu
tempat yang tidak ramai (AF)
g. menegur orang lain yang ramai
ketika membutuhkan waktu
untuk belajar (AF)
h. mencatat (TS)
i. meneliti hasil pekerjaan
kelompok bersama-sama (TS)
j. meringkas (TS)
Self-Judgement [SE, CA]:
a. Membandingkan cara
belajar ketika semester
satu dan semester dua
(SE)
b. cara belajar harus
ditingkatkan lagi (CA)
c. merasa kurang karena
asal membuat jadwal
kuliah (CA)
d. mendapat nilai jelek
karena menganggap
sepele (CA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
k. latihan soal (TS)
l. mencari sumber di internet
(HS)
m. mencari buku materi di perpus
(HS)
n. saat mengerjakan soal
menuliskan rumus atau bagan
di kertas yang lain supaya tidak
lupa (TS)
o. memberikan tanda pada kata-
kata penting (TS)
p. mencari kata-kata yang tak
diketahui di kamus (TS)
q. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
(HS)
Self-Motivation Belief [SE, OE, II,
LGO]:
a. Merasa bisa menguasai suatu
materi (SE)
b. Merasa tidak memiliki masalah di
suatu materi (SE)
c. Tidak belajar maka IPK jelek,
IPK jelek maka susah cari kerja
(OE)
Self-Observation [SR, SE]:
a. Dengan mengajari teman menjadi
tahu dirinya paham atau tidak (SR)
b. Merasa tidak belajar dengan benar
pada materi hafalan (SR)
c. Merasa lebih efektif jika belajar
bersama teman (SR)
d. Menulis ulang materi akan
memudahkan untuk mengingat
Self-Reaction [SS, A, SC]:
a. bangga bisa mendapat
nilai bagus (SS)
b. melihat semester satu
mendapat IP lumayan,
semester dua tidak
boleh jeblok dan harus
dipertahankan (A)
c. Cara belajar di SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
d. Segera menyelesaikan suatu
tugas supaya bisa mengerjakan
yang lain (OE)
e. Materinya menarik (II)
f. Menyukai bidang/ilmu tertentu
(II)
g. Berusaha untuk memahami
materi (LGO)
(SR)
e. Merasa lebih efektif jika belajar
menggunakan rekaman dosen
(SR)
f. Merasa tidak bisa belajar dalam
waktu yang lama dan
membutuhkan waktu istirahat (SR)
dirasa kurang cukup,
maka saat kuliah
diperbaiki lebih baik
lagi (A)
d. Nilai jelek sebagai batu
loncatan (A)
e. Menghadiahi diri sendiri
karena telah mencapai
target dengan baik (SC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
D. Pembahasan
Pada bagian pembahasan ini akan dimulai dengan membahas temuan
terkait aktivitas maupun keyakinan-keyakinan yang menggambarkan self-
regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama yang terjabarkan dalam
tiga fase yaitu sebelum belajar (forethought), saat belajar (performance), dan
setelah belajar (self-reflection).
Self-Regulated Learning pada Mahasiswa Tahun Pertama
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, para partisipan menunjukkan
berbagai strategi-strategi SRL selama proses belajarnya. Strategi yang lebih
variatif muncul pada partisipan yang masuk pada jurusan yang diinginkan yaitu
partisipan AW, AS, GD, dan AG. Hal ini dapat dilihat dari daftar strategi tiap
partisipan pada halaman lampiran. Dibandingkan dengan keempat partisipan
lainnya, mereka melakukan strategi SRL mulai dari fase sebelum belajar
(forethought), fase saat belajar (performance), hingga fase setelah belajar (self-
reflection).
Secara keseluruhan, fase saat belajar (performance), terlihat paling
menonjol dalam hal variasi strategi yang dilakukan partisipan. Para partisipan
melakukan kontrol diri berkaitan dengan pengolahan materi, pemusatan fokus
atau konsentrasi. Sebagian partisipan juga mengamati keefektivitasan belajarnya.
Selain itu, pada fase sebelum belajar (forethought) subfase analisis tugas, seluruh
partisipan membuat rencana aktivitas belajar yang hendak dilakukan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sebagian besar partisipan (lima partisipan termasuk empat partisipan yang masuk
pada jurusan yang diinginkan), yang menyusun tujuan atau target belajarnya.
Apabila kedua fase tersebut di atas cukup banyak direspon oleh
partisipan, maka berbeda dengan fase terakhir yaitu fase setelah belajar (self-
reflection). Para partisipan tidak banyak merespon mengenai strategi yang
dilakukan pada fase setelah belajar (self-reflection). Lima partisipan nampak
menilai hasil akhir yang kurang baik merupakan dampak dari cara belajarnya yang
kurang baik pula. Hanya tiga orang partisipan nampak membandingkan proses
belajarnya saat ini dengan semester lalu atau jenjang pendidikan yang lalu. Pada
tiga partisipan muncul respon reaksi adaptasi terhadap proses belajar yang telah
dilakukannya. Hanya satu orang partisipan yang merasa puas dengan proses
belajar yang ia lakukan sendiri. Selain pada fase setelah belajar (self-reflection),
para partisipan juga kurang merespon atau muncul respon mengenai fase sebelum
belajar (forethought) subfase self-motivational belief, hanya partisipan AW dan
AS yang nampak memiliki motivasi yang cukup kuat dalam belajar. Sedangkan
partisipan BK, BS, dan AY bahkan tidak memunculkan respon mengenai subfase
ini.
Kecenderungan respon yang mirip didapati pada partisipan yang berminat
pada jurusan yang ia pilih. Kecenderungan respon yang muncul antara lain pada
fase sebelum belajar (forethought), mereka menyusun target atau tujuan
belajarnya serta membuat rencana akan aktivitas belajar yang hendak dilakukan.
Selain itu juga ketertarikan terhadap materi. Pada fase saat belajar (performance),
mereka mengkondisikan situasi dan lingkungan untuk lebih fokus dan konsentrasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
selain itu mereka juga melakukan sesuatu pada materi/objek belajar dalam rangka
meningkatkan pemahaman serta melakukan pengamatan terhadap strategi belajar
yang dilakukan. Selain memiliki minat serta lebih variatif dalam mengaplikasikan
strategi SRL, partisipan tersebut juga didapati memiliki IPK yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan berbagai penelitian yang telah membuktikan bahwa SRL
berdampak positif terhadap prestasi akademik (Zimmerman & Pons, 1986;
Narulita, 2005; Deasyanti & Armeini R., 2007; Putriansari, 2009). Selain itu
Krapp, Schiefele & Winteler (1992) juga mengatakan bahwa minat merupakan
salah satu yang diperhitungkan sebagai prediktor kesuksesan akademis disamping
kognisi dan motivasi.
Ketiga fase tersebut akan dibahas secara lebih detail berikut ini:
1. Fase Sebelum Belajar (Forethought)
Secara umum, aktivitas-aktivitas dan keyakinan (belief) yang
muncul dari respon para partisipan pada fase sebelum belajar cukup
seragam. Dari kedelapan partisipan, sejumlah respon dikumpulkan dan
masuk ke dalam seluruh subfase dari forethought.
Pada subfase analisis tugas, sebagian besar partisipan nampak
mendahului proses belajarnya dengan menentukan tujuan atau target
belajar yang hendak dicapai, seperti nilai minimal yang harus terpenuhi
atau batas waktu penyelesaian tugas. Selain menentukan tujuan belajar,
seluruh partisipan juga merencanakan aktivitas belajar yang hendak
dilakukan. Partisipan-partisipan cenderung mempersiapkan perkuliahan
mereka dengan mengulang materi lama dan membaca materi baru. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
hendak mengerjakan tugas individu atau kelompok biasanya menyiapkan
bahan, atau merencanakan waktu, tempat, serta cara pengerjaan. Partisipan
juga mempersiapkan ujian dengan belajar materi, bahkan ada yang
merencanakan pembagian waktu belajar agar seluruh materi dapat
dipelajari. Nampak bahwa seluruh partisipan membuat perencanaan
strategis untuk mempermudah belajarnya.
Pada subfase self-motivation belief, terdapat beberapa
partisipan yang menunjukkan banyak respon dan bahkan ada partisipan
yang sama sekali tidak muncul responnya. Beberapa partisipan (AW, AS,
GD, AG) mengaku tertarik dengan ilmu atau materi yang dipelajari di
fakultas/prodinya, sedangkan beberapa yang lain (AW, AS, CL) merasa
ingin menguasai atau memahami materi perkuliahan yang sedang
dipelajari. Respon lain juga muncul pada partisipan (AS, CL) yaitu
keyakinannya tentang dampak terhadap aktivitas yang dilakukannya saat
ini, misalnya kalau tidak belajar maka IPK jelek, kalau IPK jelek maka
akan susah mencari pekerjaan. Hanya ada satu partisipan yang memiliki
keyakinan terhadap kemampuannya yaitu AW. Beberapa hal tersebut
memotivasi atau menggerakkan partisipan untuk melakukan aktivitas
belajarnya. Hal yang disayangkan adalah beberapa partisipan, seperti BK,
BS, dan AY tidak nampak memiliki suatu keyakinan yang dapat
memotivasi proses belajarnya. Hal ini dimungkinkan karena ketiga
partisipan tidak memilih jurusan yang sesuai dengan minat mereka yang
sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Temuan yang menarik dalam fase ini adalah pada aktivitas
menentukan tujuan (setting goal) dan ketertarikan terhadap materi
(intrinsic interest). Respon tersebut muncul pada partisipan dengan IPK
yang terbilang baik yaitu di atas 3. Selain itu, ke-empat partisipan yang
memunculkan kedua respon tersebut merupakan mahasiswa yang benar-
benar minat dengan jurusan yang sedang diambil, dengan kata lain mereka
masuk bukanlah paksaan atau usulan dari orang tua atau orang lain.
Keempat partisipan itu adalah AW, AS, GD, dan AG. Hal ini sejalan
dengan McWhaw & Abrami (2001) yang mengatakan bahwa seseorang
yang memiliki minat yang tinggi cenderung banyak menggunakan strategi
metakognisi. Di mana metakognisi merupakan salah satu area regulasi atau
komponen dalam SRL. Zimmerman (2012) mengatakan bahwa
menentukan tujuan atau target akan semakin membuat seseorang lebih
SRL, terutama jika tujuan atau target tersebut semakin spesifik. Pada
penelitian ini, partisipan membuat target, akan tetapi target-target yang
mereka susun sederhana dan cenderung kurang spesifik.
2. Fase Saat Belajar (Performance)
Pada fase ini banyak jenis respon dari partisipan terutama pada
subproses self-control. Pada Zimmerman (2002), self-control dapat
diidentifikasi dari beberapa kategori aktivitas yaitu imagery, self-
instruction, attention focusing, dan task strategies. Berdasarkan hasil
penelitian, sebagian partisipan merespon bahwa mereka melakukan self-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
talk atau menuntun dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, misalnya
menyemangati diri sendiri. Selain itu, sebagian partisipan juga mengaku
bahwa mereka tidak dapat belajar di tempat ramai dan akan mencari atau
mengkondisikan suasana atau tempat supaya dapat lebih fokus. Hal ini
menarik karena respon tersebut muncul kembali pada partisipan-partisipan
yang memiliki minat terhadap jurusannya, yaitu AW, AS, GD, dan AG.
Seluruh partisipan juga memberikan respon mengenai aktivitas yang
dilakukan terhadap materi belajar dengan tujuan supaya bisa lebih
memahami, misalnya saja mencatat, membuat ringkasan, latihan soal,
memberikan highlight pada kata-kata penting.
Setelah menganalisis data penelitian, telah ditemukan respon
yang tidak termasuk ke dalam kategori lainnya yaitu bertanya kepada
teman, kakak tingkat, atau dosen serta mencari tambahan informasi di
internet atau buku di perpustakaan apabila masih belum paham. Respon
partisipan untuk bertanya kepada orang lain yang ia anggap paham,
muncul pada seluruh partisipan. Respon partisipan menunjukkan bahwa
meminta bantuan teman, kakak tingkat, dan dosen serta mencari tambahan
informasi di internet atau buku di perpustakaan tersebut dilakukan dalam
rangka menambah pemahaman terhadap sesuatu, hal ini berarti masih
dalam fase belajar. Selain itu, hal ini termasuk aktivitas atau strategi yang
sesuai dengan dirinya dan digunakan individu untuk mencapai suatu
pemahaman. Oleh karena itu, meminta bantuan orang lain serta
menambah sumber informasi sejalan dengan fase saat belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(performance) dengan subfase self-control, akan tetapi tidak sejalan
dengan definisi dari kategori-kategori aktivitas self-control menurut
Zimmerman (2002).
Subfase lain dalam fase performance adalah self-observation.
Hampir seluruh partisipan (kecuali BS) mengamati dirinya ketika belajar,
misalnya merasa lebih efektif jika belajar dengan teman atau belajar
dengan cara menulis ulang. Akan tetapi kategori lain dalam self-
observation yaitu melakukan percobaan untuk mencari tahu hal-hal yang
mendukung proses belajar tidak nampak pada respon seluruh partisipan
penelitian ini.
3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)
Pada fase setelah belajar (self-reflection) ini, lima partisipan
memiliki keyakinan bahwa ketika mereka mendapatkan nilai yang kurang
baik berarti karena mereka juga kurang dalam belajar. Respon lain
ditunjukkan oleh beberapa partisipan mengenai evaluasi belajar mereka.
CL, AG, dan AY membandingkan belajar mereka di semester ini dengan
di semester yang lalu atau ketika mereka masih SMA.
Beberapa partisipan juga memberikan respon mengenai reaksi
yang mereka lakukan setelah proses belajar selesai. Hanya satu partisipan
yang merasa puas terhadap hasil belajar yang dilakukannya sendiri,
sementara yang lain tidak muncul respon. Partisipan yang menunjukkan
rasa puasnya tersebut termasuk partisipan yang memiliki IPK tertinggi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
antara partisipan yang lain, yaitu GD. Reaksi adaptif juga muncul pada
tiga partisipan (AW, BS, CL). Salah satu partisipan melihat ketika mereka
SMA dan cenderung belajar sks, kini ketika kuliah ia akan mempersiapkan
jauh-jauh hari terutama ketika hendak ujian. Respon lain misalnya ketika
semester satu dapat IPK yang lumayan, maka semester selanjutnya harus
mempertahankan. Respon reaksi adaptif yang muncul pada partisipan BS
dan CL ini dapat berpotensi mengoptimalkan belajar mereka di proses
selanjutnya.
Pada fase ini respon partisipan tidak terlalu banyak dan cukup
menyebar. Hanya respon mengenai keyakinan akan penyebab kegagalan
yang ditemui pada hampir seluruh partisipan. Hal menarik lainnya adalah
respon mengenai kepuasan terhadap proses belajar sendiri hanya di temui
pada salah satu partisipan dengan IPK tertinggi (GD).
Selain itu, telah ditemukan respon yang tidak termasuk ke
dalam kategori lainnya yaitu memberikan reward pada diri yang telah
menyelesaikan proses belajar dengan baik. Respon ini muncul pada
partisipan AS. Respon ini merupakan aktivitas yang terjadi setelah proses
belajar selesai dan self-reward sendiri dapat mempertahankan motivasi
belajar. Self-reward oleh Wolters, Pintrinch, Karabenick kemudian
disebut sebagai self-consequating. Oleh karena itu, self-consequating yang
ditemukan dalam penelitian ini sejalan dengan fase setelah belajar (self-
reflection) dan subfase self-reaction.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan analisis dan pembahasan SRL berdasarkan fase-nya, maka strategi-
strategi komponen metakognitif dan perilaku cukup banyak dilakukan oleh
hamper seluruh partisipan penelitian (data dapat dlihat di data strategi SRL tiap
partisipan pada halaman lampiran). Berbeda dengan metakognitif dan perilaku,
strategi pada komponen motivasi tidak cukup banyak muncul dalam respon
partisipan. Komponen motivasi dalam penelitian ini terdiri dari keyakinan-
keyakinan pada subfase self-motivational belief dalam fase forethought dan
strategi self-satisfaction serta self-consequating pada subfase self-reaction dalam
fase self-reflection. Terdapat lima partisipan yang merespon terkait strategi dalam
komponen motivasi ini, yaitu AW, AS, GD, AG, dan CL. Bahkan tiga partisipan
lainnya (BS, BK, dan AY) sama sekali tidak melakukan strategi pada komponen
motivasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-regulated
learning pada mahasiswa tahun pertama dengan melihat proses sebelum belajar
(forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-reflection).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
seluruh partisipan dalam penelitian ini melakukan aktivitas dan keyakinan belajar
atau yang disebut sebagai strategi belajar self-regulated learning (SRL). Strategi
yang paling sering muncul pada partisipan adalah perencanaan aktivitas belajar
(fase sebelum belajar/ forethought) dan melakukan sesuatu pada materi/objek
belajar demi mencapai pemahaman serta bertanya pada orang lain supaya lebih
paham (fase saat belajar/ performance).
Pada fase sebelum belajar (forethought), sebagian besar partisipan (lima
orang) menentukan tujuan dan seluruh partisipan merencanakan aktivitas atau
strategi belajar yang hendak dilakukan. Partisipan juga meyakini beberapa
keyakinan (belief) yang dapat memotivasi belajar mereka, seperti minat terhadap
belajar, keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy), keyakinan akan hasil
baik yang akan didapat jika melakukan aktivitas belajar tertentu, serta belajar
yang berorientasi pada pemahaman atau penguasaan materi.
Pada fase saat belajar (performance), seluruh partisipan melakukan sesuatu
pada materi/objek belajar yang dapat mengoptimalkan performansi belajar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
misalnya meringkas, memberi tanda pada kalimat yang penting. Respon partisipan
dalam melakukan sesuatu terhadap materi/ objek belajar serta mencari bantuan
orang lain untuk memahami materi ini ditemukan pada seluruh partisipan.
Sebagian partisipan (empat orang) juga mengusahakan tempat belajar yang tidak
ramai supaya lebih fokus. Beberapa partisipan juga menyemangati dirinya sendiri
serta membayangkan suatu ide untuk tugas yang hendak dilaksanakan. Hampir
seluruh partisipan (tujuh orang) mengamati keefektivitasan aktivitas belajarnya.
Pada fase setelah belajar (self-reflection), lima orang partisipan melakukan
evaluasi terhadap proses belajarnya, mereka merasa bahwa prestasi atau nilai jelek
yang didapatkan disebabkan karena cara atau usaha belajar mereka yang kurang.
Namun hanya tiga partisipan saja yang bereaksi untuk memperbaiki proses
belajarnya.
Berdasarkan strategi-strategi yang muncul pada partisipan, fase
performance merupakan fase yang paling banyak ditemukan respon partisipan.
Fase ini disusul dengan fase forethought. Fase self-reflection menjadi fase yang
paling sedikit direspon partisipan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa para
partisipan hanya berfokus pada saat belajar saja (fase performance) dan kurang
memperhatikan fase sebelum belajar (fase forethought) terlebih fase setelah
belajar (fase self-reflection). Padahal dengan memperhatikan fase SRL yang
bersifat siklis ini, fase self-reflection tidak kalah pentingnya dengan fase yang lain
karena dapat menjadi penguat untuk fase forethought di siklus belajar berikutnya.
Strategi-strategi ini juga dilihat berdasarkan komponen SRL-nya.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pada komponen metakognitif dan perilaku cukup banyak dilakukan oleh tiap
partisipan. Strategi pada komponen motivasi justru ditemukan pada beberapa
partisipan saja, bahkan tiga partisipan tidak menunjukkan strategi pada komponen
ini. Maka dari itu, hal ini menunjukkan bahwa strategi pada komponen motivasi
tidak menonjol dibandingkan strategi pada komponen lain, yaitu metakognitif dan
perilaku.
Kecenderungan melakukan strategi yang sama didapati pada partisipan
(empat orang) yang memiliki minat pada jurusan yang ia pilih, yaitu pada fase
sebelum belajar (forethought) berupa penentuan target atau tujuan, perencanaan
aktivitas belajar, serta ketertarikan terhadap materi dan pada fase saat belajar
(performance) berupa pengkondisian situasi dan lingkungan supaya lebih fokus,
melakukan sesuatu pada materi/objek belajar, mengamati keefektivitasan strategi
yang digunakan, serta meminta bantuan atau bertanya pada orang lain supaya
paham. Secara keseluruhan, mereka cenderung menunjukkan variasi aktivitas
SRL yang lebih banyak. Selain memiliki minat pada jurusan yang dipilih dan
aktivitas belajar yang mirip, mereka juga cenderung memiliki IPK yang tinggi
dibandingkan partisipan yang lain.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama ini
memiliki keterbatasan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
1. Penelitian SRL ini tidak berfokus pada satu matakuliah. Hal ini dapat
memperlemah validitas dan reliabilitas hasil penelitian (Wolters, Pintrich, &
Karabenick, 2003)
2. Pertanyaan kunci yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat terbuka,
akan tetapi pada probing terkadang peneliti menggunakan pertanyaan tertutup.
Probing yang baik dan menggunakan pertanyaan terbuka mungkin lebih
membantu untuk menemukan variasi jawaban partisipan.
3. Pengambilan data pada penelitian ini hanya menggunakan metode wawancara.
Hal ini membuat data penelitian menjadi kurang kaya.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, serta keterbatasan
dari penelitian mengenai self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun
pertama yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran:
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Peneliti kurang banyak melakukan probing fase self-reflection pada
penelitian ini. Maka, pada penelitian dengan topik belajar atau self-regulated
learning (SRL) selanjutnya dapat meninjau lebih jauh tentang aktivitas-
aktivitas pada fase setelah belajar (self-reflection). Mengingat fase SRL ini
bersifat siklis, peneliti menduga bahwa aktivitas-aktivitas pada fase setelah
belajar (self-reflection) dapat menjadi faktor penentu yang menguatkan fase
belajar selanjutnya serta menjadi kajian yang menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Bagi Mahasiswa
Dengan mengetahui SRL mahasiswa, dan kurangnya strategi pada fase
sebelum (forethought) dan setelah belajar (self-reflection) maka mahasiswa
tahun pertama disarankan untuk mengevaluasi proses belajarnya, misalnya
dengan membuat tulisan atau catatan tentang tujuan atau target belajar dan
pencapaian yang berhasil dilakukan supaya mahasiswa lebih termotivasi
selama proses belajar saat ini dan proses belajar selanjutnya.
Mahasiswa juga dapat mengikuti pelatihan kemandirian dalam belajar
supaya lebih terlatih dalam menggunakan strategi yang sesuai dengan dirinya
dan dapat mengoptimalkan belajarnya.
Selain itu, calon mahasiswa hendaknya dapat memilih jurusan kuliah
sesuai dengan minatnya dan dapat dikomunikasikan dengan baik pada
orangtua.
3. Bagi Institusi Perguruan Tinggi dan Pendidik
Berdasarkan penelitian SRL yang dilakukan, maka institusi pendidikan
dan pendidik dapat meninjau minat mahasiswa secara lebih mendalam supaya
mahasiswa dapat mengeksplorasi minat serta belajarnya dengan optimal.
Selain itu, hendaknya dapat melakukan evaluasi belajar yang dilakukan sendiri
oleh mahasiswa. Setelah dilakukan evaluasi, institusi atau pendidik kemudian
dapat memberikan intervensi atau tambahan informasi terkait SRL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W. (2014). Penelitian kualitatif & desain riset: Memilih di antara
lima pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmayanti, T. (2008). Efektivitas intervensi keterampilan self-regulated learning
dan keteladanan dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi
belajar mahasiswa pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh, 2(9), 68-82.
Deasyanti, & Armeini R., A. (2007). Self-regulated learning pada mahasiswa
fakultas ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 16, 13-21.
Domene, J. F., Socholotiuk, K. D., & Woitowicz, L. A. (2011). Academic
motivation in post-secondary students: Effects of career outcome expectation
and type of aspiration. Canadian Journal of Education, 34(1), 99-127.
Echols, J.M. & Shadily, H. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Fasikhah, S. S., & Fatimah, S. (2013). Self-regulated learning (SRL) dalam
meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan (JIPT), 1(1).
Fivtiari, M. D. (2011). Hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dan self
regulated learning pada mahasiswa. Skripsi yang tidak diterbitkan. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Gunawan, J. (2015). Perbedaan self-regulated learning pada mahasiswa tingkat
akhir yang bekerja dan tidak bekerja. Skripsi yang tidak diterbitkan.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hidayat, A. F. (2013). Hubungan regulasi diri dengan prestasi belajar kalkulus II
ditinjau dari aspek metakognisi, motivasi dan perilaku. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, 1(1).
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Schiefele, U., Krapp, A., & Winteler, A. (1992). Interest as a predictor of
academic achievement: A meta-analysis of research.
Kurniawati, F.Y. (2010). Hubungan antara self regulated learning dengan
prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Skripsi yang
tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
McWhaw, K., & Abrami, P. C. (2001). Student goal orientation and interest:
Effects on students' use of self-regulated learning strategies. Contemporary
educational psychology, 26(3), 311-329.
Mukhid, A. (2008). Strategi self-regulated learning (perspektif teoritik). Tadris,
3, 222-239.
Narulita, M. F. (2005). Hubungan antara self-regulated learning dan persepsi
dukungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa. Tesis yang tidak
diterbitkan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nugroho, A. Y. F. (2012). Hubungan antara keterlibatan orangtua dalam
pendidikan mahasiswa dan self regulated learning. Skripsi yang tidak
diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pakpahan, G. L. (2012). Perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang
diterima melalui jalur tes dan jalur non tes. Skripsi yang tidak diterbitkan.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ormrod, J. E. (2011). Educational psychology: Developing learners 7th
edition.
USA: Pearson.
Pintrich, P.R., Smith, D.A.F., Garcia, T., & McKeachie, W. J. (1991). A manual
for the use of the motivated strategies for learning questionnaire (MSLQ). Ann
Arbor, MI: National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching
and Learning. (Layanan Reproduksi Dokumen ERIC No. ED338112)
Pintrich, P. R. (2004). A conceptual framework for assessing motivation and self-
regulated learning in college students. Educational Psychology Review, 16,
385-407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.
Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Putriansari, E. Y. (2009). Hubungan antara self-regulated learning dan prestasi
akademik mahasiswa. Skripsi yang tidak diterbitkan. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence 6th
edition (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Sinto, C. R. W. (2013). Perbedaan self regulated learning strategies pada
mahasiswa yang mengikuti UKM dan tidak mengikuti UKM. Skripsi yang tidak
diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya
ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif &kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Toms, M. L. (2013). A qualitative inquiry into the self-regulated learning of first-
semester college students. Dissertation. North Carolina State University, USA.
Weinstein, C. E., & Palmer, D. R. (1990). LASSI-HS user's manual. H & H Pub..
Dipungut 3 Maret, 2013, dari
http://www.hhpublishing.com/_assessments/LASSI-HS/LASSI-
HS_Manual.pdf
Wolters, C. A., Pintrich, P. R., & Karabenick, S. A. (2003, Maret). Assessing
academic self-regulated learning. Makalah disajikan dalam konferensi pada
Indicators of Positive Development: Definitions, Measures, and Prospective
Validity. Michigan, USA.
Wolters, C. A. (2010). Self-regulated learning and the 21th century competencies.
Departement of Educational Psychology, University of Houston.
Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic
learning. Journal of Educational Psychology, 81(3), 329-339.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Zimmerman, B. J. (1990). Self-regulated learning and academic achievement: An
overview. Educational Psychology. 25(1), 3-17.
Zimmerman, B. J. (1998). Self-regulated learning from teaching to self-reflective
practice. New York, USA: The Guilford Press.
Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-regulated learner: An overview.
Theory into practice. 41(2), 64-70
Zimmerman, B. J. (2008). Investigating self-regulated and motivation: Historical
background, methodological developments, and future prospects. American
Education Research Journal, 45(1), 166-183.
Zimmerman, B.J., & Pons, M.M. (1986). Development of a structured interview
for assessing student use of self-regulated learning strategis. American
Educational Research Journal, 23, 614-628.
Zimmerman, B.J., & Risemberg, R.(1997). Becoming a self-regulated writer: A
social cognitive perspective. Contemporary Educational Psychology, 22, 73-
101.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DATA STRATEGI SRL TIAP PARTISIPAN
AW
IPK: 3,85 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Membuat target nilai (SG)
“Paling jangan sampai D”
2. Mempersiapkan tempat
pengerjaan tugas (SP)
3. Merancang cara pengerjaan tugas
(SP)
“Sebelum ngerjain ya nyiapin bahan,
terus aku juga biasanya ngerjain di
kamar.”
1. Menulis ulang materi akan
memudahkan untuk mengingat
(SR)
“Karena memoriku pendek, jadi
nggak takhafalin, jadi dengan cara
ditulis. Nah aku tu..ditulis tu lebih
memudahkanku untuk mengingat.”
Motivasi 1. Merasa bisa menguasai suatu
materi (SE)
“Itu (statistika) masih bisa kayak di-
handle tu lho, nggak sulit-sulit
banget.”
2. Merasa tidak memiliki masalah di
suatu materi (SE)
“Oo.. (mata kuliah yang hafalan)
nggak masalah saya.”
3. Menyukai bidang/ilmu tertentu (II)
“Itu tu pilihanku sendiri soalnya tu
kayak aku tu termotivasi gitu lho.”
4. Jurusan kuliah merupakan
pilihannya sendiri sehingga ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
belajar dan ingin lebih baik (LGO)
“aku pingin belajar, pingin lebih
baik.”
Perilaku 1. Tetap mendengarkan dosen
walaupun membosankan atau
tidak (SI)
“Mau dosennya nggak
ngebosenin, mau dosennya
nyenengin, itu saya pasti
mendengarkan. Karena kalau
nggak itu, pasti terlewatkan.”
2. Memilih tempat duduk supaya
lebih bisa konsentrasi (AF)
“Lha waktu kuliah ini tu nggak,
nggak mikirin lagi, pokoknya cari
tempat ya di depan, gitu lho.
Soalnya, apa ya, ee, lebih bisa
konsentrasi kalau di depan, gitu.”
3. Mengerjakan tugas di suatu
tempat yang tidak ramai (AF)
“Kalau bisa ngerjain sore apa
siang di rumah gitu ya aku tetep
ngerjain di kamar. Soalnya ya itu
tadi aku nggak bisa nggarap di
tempat rame.”
4. Menegur orang lain yang ramai
ketika membutuhkan waktu
1. Cara belajar di SMA dirasa
kurang cukup, maka saat kuliah
diperbaiki lebih baik lagi (A)
“Soalnya kalau aku sistem SKS
kayak SMA, itu tu nggak bakal
cukup untuk waktu ngringkes dan
menghafalkan dan mempelajari dan
mengerti tu nggak bakal cukup. Jadi
yang jelas kalau kuliah ini tu, kalau
mau ujian itu yang jelas
mempersiapkannya lebih dari jauh-
jauh hari.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
untuk belajar (AF) “Ya kalau misalnya sama temen ni
belajar trus dia ribut gitu, ya pasti
aku, ya negur, kalau sama temen
lho.”
5. Meringkas (TS)
“Sering kayak buat ringkesan kecil
gitu lho jadi kayak kertas-kertas
taklipet terus aku tulis..maksudnya
ini tu teorinya ini. Jadi kayak lebih
gampang untuk menghafalkan tu
lho,”
6. Saat mengerjakan soal
menuliskan rumus atau bagan
di kertas yang lain supaya tidak
lupa (TS)
“Nah aku biasanya nulis dulu
rumusnya, nanti ndak keburu lupa.
Atau yang bagan-bagan gitu sih
juga sering aku tulis dulu,
walaupun pake pensil taktulis
kecil gitu.”
7. Mencari sumber di internet
(HS)
“pasti nyari sumber dulu, biasanya
sih dari internet yang gampang tu
lho mbak.”
8. Mencari buku materi di perpus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
(HS)
“kalau sempet cari buku dulu di
perpus”
9. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
(HS)
“Sejauh ini sih yang aku lakuin ya
tanya ke temen kalau masih nggak
dong.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
AS
IPK: 3,1 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Membuat target nilai (SG)
“Target IP..mm yang penting 3 koma
deh,”
1. Merasa lebih efektif jika belajar
bersama teman (SR)
“Jadi kalau sekarang tu gak usah
banyak ngapalin, ngobrol sama
temen aja udah cukup ngerti.”
1. Cara belajar harus ditingkatkan
lagi (CA)
“Kalau dapet nilai jelek..mm.. ya
sedih bentar. (tertawa). Ya berarti
aku kurang paham sama
materinya, kurang belajar gitu.”
Motivasi 1. Tidak belajar maka IPK jelek, IPK
jelek maka susah cari kerja (OE)
“Kalau aku gak belajar, IPK ku jelek,
kalau IPK ku jelek aku gak bisa cari
kerja kan gitu.”
2. Segera menyelesaikan suatu tugas
supaya bisa mengerjakan yang lain
(OE)
“Biar segera kelar aja gitu, mbak. ya
itu tadi, karena tugas bakal terus
berdatangan jadi semakin cepet kelar
semakin baik. Biar bisa segera
ngerjain lainnya juga.”
3. Menyukai bidang/ilmu tertentu (II)
“Kan aku masuk psikologi nih eeee
karena pilihanku sendiri.”
4. Materinya menarik (II)
1. Menghadiahi diri sendiri karena
telah mencapai target dengan
baik (SC)
“Mungkin lebih menghadiahi diri
sendiri ya. Emmmmm… Apa
ya…. Kayak eeee sebenernya beli
apa-apa jarang sih mb. Biasanya
kayak abis ujian terus aku merasa
bisa abis itu aku nonton film, terus
aku jalan-jalan karena aku merasa
bahagia mb.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
“Kalau pas materi-materinya menarik,
yang aku suka gitu biasanya aku betah
belajarnya.”
5. Berusaha untuk memahami materi
(LGO)
“Sebenernya berusaha untuk mahami
sih. Kalau kuliah kan emang kudu
dituntut paham ya, nggak sekedar apal
aja.”
Perilaku 1. Mempersiapkan tempat pengerjaan
tugas (SP)
2. Merancang waktu pengerjaan tugas
(SP)
3. Merancang cara pengerjaan tugas
(SP) “Janjian dulu sama temen kelompok,
mau ngerjain kapan, di mana, terus
bagi tugas, kamu garap dulu bagian
ini, kamu bagian ini..gitu. Terus
nantinya disatuin. Biasanya gitu. Nah
untuk mempermudah komunikasi
biasanya kami bikin grup chat.”
1. Mengerjakan tugas di suatu
tempat yang tidak ramai (AF)
“Soalnya kan ya harus konsen dan
masuk gitu jadi ya aku pindah
tempat kalau tempatnya rame.”
2. Bertanya kepada orang lain yang
dirasa lebih memahami
“Kalau bingung kudu kepiye, aku
nanya temen sih, ini maksudnya
gimana.”
“Sebelum numpuk aku teliti dulu,
kadang aku cocokin juga sama
temen, atau aku nanya, bener
nggak sih yang aku kerjain.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BK
IPK: 2,88 Alasan masuk jurusan: Sebelumnya telah mendaftar dan
diterima di Pend. Bahasa Inggris kemudian gagal dalam tes
masuk universitas lain
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Mempersiapkan tempat pengerjaan
tugas (SP)
2. Merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
3. Merancang cara pengerjaan tugas
(SP)
“Kita mau ngerjain kapan, kita mau
pake asesoris apa, terus mau nentuin
jadwal. Kamu kelas jam brapa sampe
jam brapa, ada yang beda ada yang
apa, terus kita bener-bener nyariin
yang semuanya tu sama-sama selo tu
lho, jadi biar kita latian.”
4. Melakukan langkah antisipasi jika
tidak yakin dengan hasil ujian (SP)
”Aku ngutamain tugas itu soalnya aku
ngerti kalo aku tu pasti jeblok-jeblok
jadi ya ngutamain tugas.”
1. Cara belajar harus ditingkatkan
lagi (CA)
“Kalo jelek kayak yang duh
gimana nih yaudahlah nggak papa
lah, ya mau gimana lagi tu lho. Ya
cuma ohh brati aku belajarnya
kurang.”
Motivasi
Perilaku 1. Menyemangati diri supaya
jangan malas (SI)
“Tapi yang ayolah BK jangan
males jangan males. Ya cuma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
semangatin diri sendiri aja sih.”
2. Latihan soal (TS)
“Ya aku latian ya walopun nggak
terlalu dong banget yang penting
aku dah usaha.”
3. Mencari kata-kata yang tak
diketahui di kamus (TS)
“Kalo enggak ya nanti cari di
kamus.”
4. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Kalo dosennya ngomong sesuatu
yang aku nggak ngerti ya aku
tanya ke temen. Kalo temenku
juga nggak ngerti, aku tanya temen
lain yang ngerti terus tak catet biar
aku ngerti.”
“Nah aku kudu cari temen yang
bener-bener dia ngerti banget, kalo
enggak ya aku nyari kakak tingkat
yang dia udah ngerti tentang itu
terus aku tanya-tanya aja.”
“..paling sekarang jadi lebih sering
ke lab nemuin kakak tingkat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BS
IPK: 3,3 Alasan masuk jurusan: Keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Mempersiapkan bahan/materi
(SP)
“Sebelum kuliah atau malemnya
atau setelah kuliah biasanya sama
temen-temen pergi kemana hunting-
hunting (ide) gitu,”
1. Merasa lebih efektif jika
belajar menggunakan rekaman
dosen (SR)
“Gak tau kenapa kalau dengerin
suara yang direkam saya bisa
menjawab dengan lancar.”
1. Cara belajar harus
ditingkatkan lagi (CA)
“Jadikan aku ada yang salah, aku
nunda-nunda, males, sering maen.
Mereka udah siap buat belajar
besuknya aku belum masih garap
tugas.”
“Untuk akunya sendiri akunya
kurang konsentrasi gara-gara lihat
temenku marah-marah sama
temenku pas lagi praktek.”
Motivasi
Perilaku 1. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Misal di power point gak jelas
aku tanya ke temen, kalau temen
gak tau kemungkinan besar saya
tanya ke dosen.”
1. Cara belajar di SMA dirasa
kurang cukup, maka saat
kuliah diperbaiki lebih baik lagi
(A)
“Kalau kuliah tu beda dengan
SMA, mempengaruhi dapet kerja
nggak, aku mulai memperbaiki
diri untuk mulai belajar.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
CL
IPK: 2,9 Alasan masuk jurusan: keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Membuat target nilai (SG)
“targetnya harus, harus ngerti paling
nggak 75% dari apa yang udah
diajarin,”
1. Dengan mengajari teman
menjadi tahu dirinya paham
atau tidak (SR)
“Kalau, apa ya, nyatetnya tu,’oh,
aku ngerti,’ pokoknya aku ngerti
jadi kalau ada temen tanya aku
bisa jawab dan itu bener itu
menurutku udah bagus buat aku.”
2. Merasa tidak bisa belajar dalam
waktu yang lama dan
membutuhkan waktu istirahat
(SR)
“Oh, aku tu belajar nggak bisa
lama banget. Misalkan aku satu
jam tu udah bosen, nanti aku liat
youtube dulu, aku minum dulu
kek, aku jalan-jalan, aku udah
konsen baru aku lanjut belajar
lagi,”
1. Mendapat nilai jelek karena
menganggap sepele (CA)
“Pokoknya intinya tu aku tu rada
nyesel karena ternyata aku masih
kurang semangatnya waktu di
semester satu karena masih
nganggep sepele, ternyata nilainya
jelek kayak gitu kan.”
2. Cara belajar harus ditingkatkan
lagi (CA)
“..terus jadi aku udah bisa nilai tu
lho,’oh jadi cara belajarku tu
kayak gini ya, aku tu nggak bisa
ndadak.’ Jadinya untuk tugas-tugas
berat yang kayak gitu aku harus
bener-bener prepare itu dari jauh-
jauh hari.”
Motivasi 1. Berusaha untuk memahami materi
(LGO)
“Aku habis lulus dari PBI itu aku bisa
menguasai grammar bahasa
inggrisnya dengan baik.”
Perilaku 1. Membaca materi yang lalu (SP) 3. Menyemangati diri supaya 1. Nilai jelek sebagai batu loncatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
“Jadi tu udah bener-bener aku
prepare berbulan-bulan sebelumnya
aku udah harus baca,”
jangan malas (SI)
“Aku tu lagi pengen nyemangatin
diriku sendiri buat belajar tu.”
4. Mencatat (TS)
“Catet yang harus dicatet.”
5. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Tanya temen sih,” “Minta tolong
temen gitu kan,’eh, tolong bantuin
aku dong bikinin ini.”
(A)
“Tapi kayak gitu tu malah jadi
kayak jadi batu loncatan tu buat
aku lebih banyak belajarnya lagi.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
GD
IPK: 3,8 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif
1. Merasa lebih efektif jika belajar
bersama teman (SR)
“Kalau udah paham bener sama
materinya sih enak ngerjain
sendiri. Bisa lebih fokus, lebih
cepet selesainya juga. Tapi kalau
masih ragu-ragu tu mending
ngerjain bareng temen, biar bisa
sekalian diskusi terus tanya-tanya
kalau ada yang nggak
mudeng..mm.. nggak paham
maksudnya.”
2. Merasa tidak belajar dengan
benar pada materi hafalan (SR)
“Terus belajarnya suka menyendiri
sih, kalau aku. Tapi kalau
misalnya bareng-bareng itu kalau
hafalan. Kalau misalnya nggak
hafalan nggak suka bareng-
bareng.”
Motivasi 1. Menyukai bidang/ilmu tertentu
(II)
“Ya aku emang seneng matematika
1. Bangga bisa mendapat nilai
bagus (SS)
“Kalau nilainya bagus ya seneng,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
sih sejak dulu jadi ya gitu deh..” terus merasa banggalah bisa
mendapat nilai bagus, terus bisa
ngasih tahu orang tua kalau
nilaiku tu bener-bener bagus tapi
dengan usahaku sendiri,”
Perilaku 1. Merancang cara belajar (SP)
“tapi pertama tu ngitung jumlah
halamannya kalau misalnya bacaan.
Kalau misalnya halamannya banyak
tu belajarnya kayak dikebut gitu, tapi
kalau dikit ya..hariini sedikit..
sedikit.. sedikit.. kayak gitu.
Pokoknya yang penting halamannya
dulu. Kalau nggak tahu halamannya,
nggak tahu target belajar perharinya.
Terus habis itu kalau udah H-1 tu
dari awal sampai akhir dipelajari
lagi.”
2. Merencanakan aktivitas belajar
esok hari (SP)
“besok pas kuliah aku kudu
ndengerin bener-bener biar paham
aja.”
3. Mempersiapkan tempat
pengerjaan tugas (SP)
4. Merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
“Ngerencanain mau nggarap dimana
1. Mengerjakan tugas di suatu
tempat yang tidak ramai (AF)
“Biasanya sih ngerjainnya di
kamar yang sepi, nggak terganggu
sama suara TV.”
2. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Kadang juga nanya ke temen lain
kalau ada yang nggak bisa. Atau
ke kakak tingkat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
sama kapan.”
5. Mempersiapkan bahan/materi
(SP)
“aku nyiapin materi-materi yang
diperlukan sebelum ngerjain,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
AG
IPK: 3,7 Alasan masuk jurusan: keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif 1. Membuat target batas waktu
penyelesaian tugas (SG)
“bikin target tugas itu harus selesai
kapan.”
1. Dengan mengajari teman
menjadi tahu dirinya paham
atau tidak (SR)
“Terus aku lebih ngerti itu aku
sambil ngajarin temen, jadi tu
materi itu rasanya kayak lebih
nempel.”
1. Cara belajar harus
ditingkatkan lagi (CA)
2. Merasa kurang karena asal
membuat jadwal kuliah (CA)
“Masih ada beberapalah yang
harus ditingkatkan lagi. Ya
contohnya sih cara aku belajar.
Terus habis itu cara bikin jadwal
perkuliahanlah soalnya selama ini
tu ngawur-ngawur aja,”
3. Membandingkan cara belajar
ketika semester satu dan
semester dua (SE)
“Terus habis itu juga ngelihat
dulu semester satu dapet IP
lumayan sih. Kalau misalnya
semester dua terus aku tiba-tiba
jeblok kan malu juga. Jadi itu
kayak harus pertahanin prestasi.”
(AG)
Motivasi 1. Menyukai bidang/ilmu tertentu
(II)
“(Senengnya) Akuntansilah..itung-
itungan gitu.”
Perilaku 1. Membaca materi yang lalu (SP) 1. Mematikan HP saat kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2. Membaca materi yang hendak
diajarkan (SP)
“baca materi sebelum..yang udah
diajarin minggu lalu sama baca
materi sekilas buat yang ketemuan
besoknya.”
3. Merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
“Jadi, ya paling enggak bikin waktu
kapan.”
4. Mempersiapkan tempat
pengerjaan tugas (SP)
“kalau aku udah ngerjain tugas
sekarang itu harus beresin kamar
dulu karena biasanya ngerjain di
kamarkan.”
5. Merancang cara belajar (SP)
“Jadi ya ntar soal-soal review itu
diinget-inget terus yang pasti ya
belajar terus biasanya belajarnya
sama temen-temen,”
(AF)
“Biasanya HP takmatiin soalnya
kalau nggak dimatiin. Kalau
misalnya geter, pasti aku dah
langsung (fokus sama) HP..terus
nggak bisa lepas.”
2. Mengusahakan untuk tetap
fokus saat kuliah ketika mulai
mengantuk (AF)
“Terus kalau (aku mulai
ngantuk) biasanya ke kamar
mandi, cuci muka ntar dengerin
lagi.”
3. Mencatat (TS)
“Selain ndengerin ya nyatet,”
“(Catatanku) susah dibaca lagi
tapi ya dibenerin sih biar lebih
efektif (buat belajar).”
4. Meneliti hasil pekerjaan
kelompok bersama-sama (TS)
“Tapi ya pasti aku minta di-print
terus tiap-tiap temen kelompok
itu harus baca terus entar di apa
ya.. menurut kalian udah oke
belum tugasnya? Kalau misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menurut pendapat pribadi ada
yang masih kurang ya diskusi
lagilah ini mau ditambahin apa
enggak,”
5. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Terus tanya-tanya kakak tingkat,
bener gini enggak sih? Terus
kadang kalau dosennya ada waktu
sih konsultasi sih. Bu, bener
nggak sih kayak gini? Kalau
misalnya salah ya segera
diperbaiki.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
AY
IPK: 3,27 Alasan masuk jurusan: Keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog
nitif
1. Merasa lebih efektif jika belajar
bersama teman (SR)
“Aku tu lebih suka kalau belajar
itu tu sama orang, tapi nggak
banyak.”
1. Membandingkan cara belajar
ketika semester satu dan
semester dua (SE)
“Nah, tapi kalau semester dua ini
aku ngerasain nyaman belajar
karena kelompok tapi
kelompoknya nggak banyak,
paling, paling aku diajarin kakak
tingkat, kakak tingkatnya satu aku
satu doang yang diajarin aku
doang, kayak gitu, kayak privat
gitu lho.”
Motivasi
Perilaku 1. Merancang cara pengerjaan tugas
(SP)
2. Mempersiapkan tempat pengerjaan
tugas (SP)
3. Merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
“Kita dapet tugas apa gitu, kita mau
ngapain kalau dapet tugasnya kayak
gini, terus pembagian nganunya,
materinya kayak gimana, terus kalau
misalnya tugasnya itu pengamatan, ya
mau ngamatinnya dimana, kapan,
1. Mencatat (TS)
2. Memberikan tanda pada kata-
kata penting (TS)
“Di rumah belajarnya aku lebih
kalau misalnya belajar tu nyatet
aku, kalau nggak baca buku tapi
tak stabilo.”
3. Saat mengerjakan soal
menuliskan rumus atau bagan di
kertas yang lain supaya tidak
lupa (TS)
“Pas soalnya hitungan atau rumus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
kayak gitu gitu.” kayak gitu, paling nanti kan dibagi
coret-coretan, aku nulis dulu apa
rumus yang aku inget dicorat-
coretan, baru aku baca soalnya.”
4. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Ya ini, nanya, nanya ke temen
udah ada yang ngerjain ini apa
belum, atau nggak nanya ke kakak
tingkat, kayak gitu,”
“Nanya ke kakak tingkat, tapi
kalau pas kakak tingkatnya nggak
bisa, nanya ke temen.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI