sel suryaa
DESCRIPTION
sel ssajTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kondisi bumi kita kian lama kian mengenaskan karena tercemarnya lingkungan
dari efek rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan
asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-
rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium,
batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari
fosil tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil.
Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi sudah
merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya dengan hemat bahan bakar dan
menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin,
tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Duniapun sudah mulai
merubah tren produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih
ke bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas. .
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) akan lebih diminati karena
dapat digunakan untuk keperluan apa saja dan di mana saja : bangunan besar, pabrik,
perumahan, dan lainnya. Selain persediaannya tanpa batas, tenaga surya nyaris tanpa
dampak buruk terhadap lingkungan dibandingkan bahan bakar lainnya.Di negara-negara
industri maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa dengan
bantuan subsidi dari pemerintah telah diluncurkan program-program untuk
memasyarakatkan listrik tenaga surya ini. Tidak itu saja di negara-negara sedang
berkembang seperti India, Mongol promosi pemakaian sumber energi yang dapat
diperbaharui ini terus dilakukan. Untuk lebih mengetahui apa itu pembangkit listrik
tenaga surya atau kami singkat dengan PLTS maka dalam tulisan ini akan dijelaskan
secara singkat komponen-komponen yang membentuk PLTS, sistim kelistrikan tenaga
surya dan trend teknologi yang ada.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah ide pembuatan dari solar sel itu ?
2. Bagaimana cara kerja dari solar sel ?
3. Apa saja penerapan solar sel di kehidupan?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui pengertian singkat tentang solar sel
2. Dapat mengetahui prinsip kerja solar sel
3. Dapat memahami aplikasi dari penggunaan solar sel
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk
energi dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan
untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan.
Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri dari panel sel surya,
rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki (batere) 12 volt yang
maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang terdiri beberapa sel surya
yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang
diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul
sel surya itu menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan
panel yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan
rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat
mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila
tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya
sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung
pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari,
maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu
berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila tegangan aki itu
mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses pengisian aki itu.
Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi,
biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran. Memang
harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem
sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap pakai. Jadi, sistem sel
surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan dengan bila
merakit sendiri.
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sejarah Soral Cell
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell. Percobaannya dilakukan dengan menyinari
2 elektrode dengan berbagai macam cahaya. Elektrode tersebut di balut (coated) dengan
bahan yang sensitif terhadapcahaya, yaitu AgCl dan AgBr dan dilakukan pada kotak
hitam yang dikelilingi dengan campuran asam. Dalam percobaanya ternyata tenaga
listrik meningkat manakala intensitascahaya meningkat. Selanjutnya penelitian dari
Bacquerel dilanjutkan oleh peneliti-peneliti lain. Tahun 1873 seorang insinyur Inggris
Willoughby Smith menemukan Selenium sebagai suatu elemen photo conductivity.
Kemudian tahun 1876, William Grylls dan Richard Evans Day membuktikan bahwa
Selenium menghasilkan arus listrik apabila disinari dengan cahaya matahari. Hasil
penemuan mereka menyatakan bahwa Selenium dapat mengubah tenaga matahari
secara langsung menjadi listrik tanpa ada bagian bergerak atau panas. Sehingga
disimpulkan bahwa solar cell sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan untuk
menggerakkan peralatan listrik.
Tahun 1894 Charles Fritts membuat Solar Cell pertama yang sesungguhnya yaitu
suatu bahan semi conductor (selenium) dibalut dengan lapisan tipis emas. Tingkat
efisiensi yang dicapai baru 1% sehingga belum juga dapat dipakai sebagai sumber
energi, namun kemudian dipakai sebagai sensor cahaya. Tahun 1905 Albert Einstein
mempublikasikan tulisannya mengenai photoelectric effect. Tulisannya ini
mengungkapkan bahwa cahaya terdiri dari paket-paket atau “quanta of energi” yang
sekarang ini lazim disebut “photon.” Teorinya ini sangat sederhana tetapi revolusioner.
Kemudian tahun 1916 pendapat Einstein mengenai photoelectric effect dibuktikan oleh
percobaan Robert Andrew Millikan seorang ahli fisika berkebangsaan Amerika dan ia
4
mendapatkan Nobel Prize untuk karya photoelectric effect. Tahun 1923 Albert Einstein
akhirnya juga mendapatkan Nobel Prize untuk teorinya yang menerangkan photoelectric
effect yang dipublikasikan 18tahun sebelumnya.
Hingga tahun 1980 an efisiensi dari hasil penelitian terhadap solar cell masih sangat
rendah sehingga belum dapat digunakan sebagai sumber daya listrik.
3.2. Cara Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Dapat Menghasilkan Energi
Listrik
3.2.1 Pembangkit Listrik Surya Termal ( Solar Thermal Power Plants ) – Dalam
pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk memanaskan suatu fluida
yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan air. Air yang panas akan
menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar turbin sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara. Pembangkit ini
juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya terkonsentrasi (concentrated solar
power plants). Tipe yang paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung.
Cermin parabola dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu
titik fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk membakar
kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang panjangnya sepanjang cermin
tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang
sangat tinggi, seringkali diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida
panas tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi listrik untuk
memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi listrik.
5
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Diagram Alir Pembangkit Listrik Termal Surya
Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik
(power tower). Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke
arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu titik fokus,
yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima cahaya untuk mendidihkan
air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin yang digunakan biasanya dikoneksikan ke
sebuah sistem penjejakan (tracking system) cahaya dimana sistem tersebut mengatur
6
cermin agar selalu menghadap matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa
keuntungan, seperti waktu pembangunan yang relatif cepat.
Power Tower
3.2.2 Pembangkit Surya Fotovoltaik ( Solar Photovoltaic Plants ) – Pembangkit jenis ini
memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi
listrik secara langsung.
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya dipasang
sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan energi cahaya
dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi listrik. Energi listrik ini dapat
dialirkan ke jaringan listrik. Saat ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang
ditemukan. Hal ini dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien
untuk memproduksi energi listrik dalam skala besar.
7
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
3.3. Prinsip Kerja PLTS
3.3.1 Prinsip Kerja PLTS
Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubahmenjadi
listrik melalui proses fotovoltaik. Listrik yang dihasilkan oleh modul dapatlangsung
disalurkan ke beban ataupun disimpan dalam baterai sebelum digunakan kebeban:
lampu, radio, dll. Pada malam hari, dimana modul surya tidak menghasilkan listrik,
beban sepenuhnya dicatu oleh battery. Demikian pula apabila hari mendung,dimana
modul surya menghasilkan listrik lebih rendah dibandingkan pada saat
mataharibenderang. Modul surya dengan kapasitas tertentu dapat menghasilkan jumlah
listrik yang berbeda-beda apabila ditempatkan pada daerah yang berlainan. Sumber :
Informasi umum PLTS – PT. Azet Surya Lestari.
3.3.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTS
Keunggulan-keunggulan PLTS :
•Tidak memerlukan bahan bakar, karena menggunakan sumber energi matahari
yangdapat diperoleh dimana saja secara cuma-cuma sepanjang tahun, sehingga
hampir tidak memerlukan biaya operasi.
•Tidak memerlukan konstruksi yang berat dan menetap, sehingga dapat dipasang
dimana saja dan dapat dipindahkan bilamana dibutuhkan.
8
•Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditempatkan di suatu area dan listrik yang
dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ke tempat-tempat yang
membutuhkan) maupun desentralisasi (sistem PLTS dipasang pada setiap rumah,
dengan demikian tidak diperlukan jaringan distribusi).
•Pada pola desentralisasi, gangguan pada satu sistem tidak akan mempengaruhi sistem
yang lain dan tidak banyak energi yang terbuang pada jaringan distribusi.
•Bersifat moduler; kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dengan cara merangkai modul secara seri dan paralel.
•Dapat dioperasikan secara otomatis (unattendable) maupun menggunakan operator
(attendable).
•Ramah lingkungan. Tidak menimbulkan polusi suara maupun polusi asap.
•Tidak ada bagian yang bergerak, sehingga hampir tidak memerlukan biaya
pemeliharaan, yang diperlukan hanya membersihkan modul apabila kotor dan
menambah air accu (aquades).
•Umur pakai (life time) lebih dari 25 tahun
Kelemahan – kelemahan PLTS :
•Modul surya memiliki efisiensi konversi yang rendah dibandingkan jenis pembangkit
lainnya.
•Untuk bekerja dengan baik, modul surya harus cukup mendapatkan penyinaran
matahari (tergantung pada musim).
9
•Memerlukan area yang luas untuk pemasangan modul surya untuk mendapatkan daya
keluaran yang tinggi.
•Harga modul surya (skala kecil) masih mahal sehingga biaya pembangkitan yang
dihasilkan juga mahal.
3.4. Dampak PLTS Terhadap Lingkungan
3.4.1 Gas Rumah Kaca
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya saat ini berada di
kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15 g/kWh di masa yang akan datang.
Sebagai perbandingan, PLTGU batubara menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit
listrik berbahan bakar minyak menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara
menghasilkan 915-994 g/kWh atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon
sekitar 200 g/kWh, dan pembangkit listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan
91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi temperatur
rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1 g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup beberapa emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang dibutuhkan untuk menambang
uranium dan energi pembangunan pembangkit listrik serta dekomisioning, adalah di
bawah 40 g/kWh, namun beberapa pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih
tinggi.
3.4.2 Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan kadmium dalam
sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk logam adalah zat beracun
yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi dalam rantai makanan ekologi.
Jumlah kadmium yang digunakan pada film tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil,
yaitu 5-10 g/m². Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi
modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi kadmium
sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian besar emisi tersebut
muncul melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara dalam pembuatan
modul. Pembakaran batubara dan lignit menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi.
10
Kadmium dari batubara adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan
gas alam 0,2 mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk pembuatan
modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara, emisi kadmium dari
penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat dihilangkan seluruhnya.
3.5. CARA KERJA PLTS dan KONSEP KERJA SISTEM PLTS
A = P
1000W /m x ME x PF
P=V.I Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi
dari sumber daya alam. Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk
memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat
menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga
sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Badingkan dengan
sebuah generator listrik, ada bagian yang berputar dan memerlukan bahan bakar untuk
dapat menghasilkan listrik. Suaranya bising. Selain itu gas buang yang dihasilkan dapat
menimbulkan efek gas rumah kaca (green house gas) yang pengaruhnya dapat merusak
ekosistem planet bumi kita. Sistem sel surya yang digunakan di permukaan bumi terdiri
dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller),
11
dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang
terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel tergantung
ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel
surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari. Rangkaian
kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan rangkaian elektronik
yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat mengatur tegangan aki
dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila tegangan turun sampai 10,8
volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel surya sebagai sumber dayanya.
Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila berlangsung pada saat ada cahaya
matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada malam hari, maka kontroler akan
memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses pengisian itu berlangsung selama
beberapa jam, tegangan aki itu akan naik.
Bila tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan
menghentikan proses pengisian aki itu. Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya
mudah untuk dirakit sendiri. Tapi, biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia
dalam keadaan jadi di pasaran. Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli
sebagai unit tersendiri. Kebanyakan sistem sel surya itu hanya dijual dalam bentuk
paket lengkap yang siap pakai.
Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah dibandingkan
dengan bila merakit sendiri. Biasanya panel surya itu letakkan dengan posisi statis
menghadap matahari. Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang
ditempuh bumi berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya.
Karena matahari bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel
surya itu yang statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat
terserap secara maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak
lurus pada permukaan panel surya. Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal,
sistem sel surya itu masih harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional
untuk mengatur arah permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari
sedemikian rupa sehingga sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya.
Kontroler seperti ini dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler
8031. Kontroler ini tidak sederhana, karena terdiri dari bagian perangkat keras dan
12
bagian perangkat lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk
kontroler untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh
tegak lurus.
3.6. PLTS untuk Perkotaan di beberapa Negara
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan energi yang terbarukan dan tidak pernah
habis selama matahari bersinar. Di masa mendatang dengan ditemukannya teknologi
dan bahan yang semakin murah, diharapkan kota kota di dunia dapat memanfaatkan
energi listrik bersih ini secara optimal. Dimulai adanya aturan keharusan setiap
Mal,Industri dan bangunan pemerintah menggunakan PLTS mandiri.
1.PLTS di Kota Sakai-Jepang
Pemerintah Jepang melakukan kerjasama dengan perusahaan elektronik Jepang,
SHARP, pemerintah kota Sakai dan Kansai Electric Power akan membuat pembangkit
listrik tenaga surya (solar powered generation plan) di kota Sakai di bagian pinggir
pantai/ laut. Proyek telah selesai sekitar tahun 2010 yang dilakukan dengan 2 tahap
yaitu tahap pertama dibangun pembangkit listrik dengan kapasitas 10 Megawatts dan
tahap kedua dengan kapasitas 28 Megawatts. Manfaatnya?? rencananya semua pabrik
yang ada di daerah tersebut (termasuk SHARP) akan menggunakan pembangkit listrik
ini dan sudah pasti akan mengurangi pencemaran lingkungan serta hemat BBM (bahan
bakar minyak).sumber :http://www.metrogaya.com
13
2. PLTS di Australia
Di tahun 2008, Pemerintah Federal Australia meluncurkan Program ‘Australia’s Solar
City’. Program ini merupakan program terbaru yang melibatkan secara aktif masyarakat
dan pemerintah lokal di tujuh kota. Pemerintah Federal Australia mengucurkan dana
AUSD 94 juta. Kota-kota yang terpilih untuk mengikuti program tersebut yaitu 7
kota: Alice Spring, Townsville, Perth, Blacktown, Coburg, Adelaide and Central
Victoria. Dari ketujuh kota tersebut, diharapkan sebanyak 76.000 ton CO2 per tahun
dapat diturunkan melalui pemasangan 3.200 panel fotovoltaik.
Pendekatan Pemerintah Federal Australia di dalam mengembangkan energi surya patut
ditiru. Pemerintah Federal tidak segan untuk mengucurkan dana subsidi kepada kota-
kota tersebut, asalkan masyarakat dan pemerintah setempat mampu menyediakan dana
tambahan. Seperti Kota Townsville yang menerima kucuran dana sebesar AUSD 15 juta
dari Pemerintah Federal. Konsorsium Townsville yang terdiri dari Pemerintah
Queensland, Perusahaan Energi Ergon,
sumber :http://www.alpensteel.com
3. PLTS di Amerika
Siapakah pemilik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di Amerika?
Jawabannya adalah Angkatan Udara (AU). Cukup mengherankan, karena institusi ini
sebelumnya tidak dikenal sebagai penyokong pengembangan energi terbatukan (ET)
yang aktif.
14
Angkatan Udara Amerika (the US Air Force) adalah lembaga milik pemerintah yang
paling besar kebutuhan energinya. Baru-baru ini mereka membuka PLTSdengan
kapasitas 14 MW, sekaligus menjadi system terbesar di Amerika. Sistem ini akan
menyediakan seperempat suplai energi bagi fasilitas militer di markas AU Nellis di
gurun Nevada. Markas tersebut memiliki populasi 12 ribu orang tentara dan keluarga.
Gurun Nevada mendapatkan cahaya matahari kontinyu sepanjang tahun. Keuntungan
alamiah ini menjadi alasan pemilihan system energi surya untuk penyediaan energi di
kawasan tersebut.
Sebelum ini, Amerika telah memiliki Sistem energi surya termal raksasa. Di Nevada
terdapat system energi surya termal berkapasitas 64 MW dan 553 MW di gurun Mojave.
Tapi yang satu ini adalah system photovoltaic (PV) untuk pembangkitan listrik. Untuk
mengerjakan proyek ini, AU Amerika mempercayakan kepada perusahaan SunPower.
Salah satu kelebihan system ini adalah karena dilengkapi dengan SunPower T20 Solar
Tracking System yang dapat mengikuti arah gerakan matahari sepanjang hari. Sistem ini
diperkirakan mengurangi emisi karbon hingga 24 ribu ton setiap tahun.
sumber dari worldofrenewables
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Tenaga listrik dari cahaya matahari pertama kali ditemukan oleh Alexandre –
Edmund Becquerel seorang ahli fisika Perancis pada tahun 1839. Temuannya ini
merupakan cikal bakal teknologi solar cell.
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis
energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian
yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Cahaya atau sinar matahari dapat
dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau photovoltaic.
Cara kerja dari PLTS yaitu : Energi matahari akan ditangkap oleh modul surya
dimana modul surya tersebut terdiri dari photovoltaic berupa sel surya yang tersusun
secara seri-paralel yang berfungsi sebagai penghasil energi listrik, energi listrik akan
mengalir melalui charge controller yang berfungsi sebagai pengisi ke baterai, baterai
akan menghasilkan tegangan DC untuk itu diperlukanlah sebuah inverter untuk
mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat
dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya.
4.2 SARAN
16
Setelah kami menyusun makalah Sel Surya, berikut adalah saran yang dapat kami
kemukakan :
a. Setiap rumah maupun industri diharapkan untuk memanfaatan sumber energi
terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di dalam menggantikan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel karena hal ini dapat mengurangi emisi gas karbon.
b. Sebaiknya pembuatan bahan-bahan PLTS dibuat didalam negeri tanpa harus
mengimport dari negara lain
c. Sebisa mungkin pembuatan modul surya dilakukan didalam negeri sebab jika modul
sel surya itu bisa diproduksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biaya
pembangunan PLTS.
17
TUGAS
MEDAN ELEKTROMAGNETIK
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
1. Annisa Prita Sekarwangi 21060114130097
2. Aaa
3. Aaa
4. Aaa
5. Aaa
6. Aaa
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2016
18