sejarah ilmu tajwid al-qur’an di nusantara (kajian

55
SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian Terhadap Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an di Nusantara) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama Disusun oleh: Inayatul Mustautina (14210577) Dosen Pembimbing: Ali Mursyid, M.Ag PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2018 M / 1439 H

Upload: others

Post on 06-Dec-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA

(Kajian Terhadap Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an

di Nusantara)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama

Disusun oleh:

Inayatul Mustautina (14210577)

Dosen Pembimbing:

Ali Mursyid, M.Ag

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

ABSTRAKSI

Inayatul Mustautina (14210577)

Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di Nusantara (Kajian Terhadap

Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an di Nusantara)

Nusantara adalah sebutan lain untuk negara Indonesia yang

merupakan salah satu negara dengan jumlah muslim terbanyak di

dunia. Berdasarkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara dapat

disimpulkan bahwa dimulainya sejarah Al-Qur’an bersamaan

dengan dimulainya sejarah Islam di bumi Nusantara ini. Dan sejarah

Ilmu Tajwid di Nusantara bersamaan dengan lahirnya Al-Qur’an di

Nusantara. Merupakan sebuah keprihatinan ketika banyaknya para

pecinta, pembaca dan penghafal Al-Qur’an yang mana harus

memulai dasar mempelajarinya dengan Ilmu Tajwid akan tetapi

tidak mengetahui secara jelas sejarah ilmu tersebut. Untuk itu penulis

akan berusaha melakukan penelitian terkait dengan sejarah Ilmu

Tajwid di Nusantara ini dengan baik.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan historis/sejarah. Penelitian yang

bersifat kualitatif. Penulis menggunakan sumber data primer yakni

dari buku-buku Tajwid yang akan dianalisa itu sendiri, seperti;

Hidâyah al-Mustafîd fî ‘Ilm at-Tajwîd, Faturrahmân fî Tajwîd Al-

Qur’an, Hidâyah as-Shibyân fî Tajwîd Al-Qur’an, Tuhfah al-Athfâl,

Matn al-Jazâriyah, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an

Metode Maisura Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan

Komprehensif, Hidâyah al-Mubtadi’în, Pelajaran Tajwid (Buku

Tajwid Hijau), dan Buku Tajwid Praktis. Dan sumber data skunder

yang di dapat dari beberapa karya-karya penulis lain yang membahas

mengenai Ilmu Tajwid, seperti; Sejarah Qira’at Al-Qur’an di

Indonesia, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, dll.

Sejarah Islam di Nusantara = Sejarah Al-Qur’an di Nusantara

= Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di Nusantara. Pada masa awal

datang Islam, Tajwid diajarkan secara lisan. Pada masa awal

pendidikan Islam, Tajwid diajarkan melalui kitab-kitab ulama Timur

Tengah yang dibawa ke Nusantara. Pada masa selanjutnya, Tajwid

diajarkan melalui kitab-kitab karya ulama Nusantara. Terkait isi

kitab-kitab Tajwid yang ada di Nusantara, hampir semuanya sama.

Kendatipun begitu, tetap ada perbedaan pada masing-masing kitab,

seperti bahasa yang digunakan ataupun sistematika penulisan yang

diterapkan pada kitabnya masing-masing.

Page 3: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian
Page 4: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di

Nusantara (Kajian Terhadap Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an di

Nusantara)” yang disusun oleh Inayatul Mustautina dengan Nomor

Induk Mahasiswa 14210577 telah melalui proses bimbingan dengan

baik dan disetujui untuk diujikan pada sidang munaqosyah.

Jakarta, 20 Juli 2018

Pembimbing,

Ali Mursyid, M.Ag

Page 5: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di

Nusantara (Kajian Terhadap Kitab Tajwid Al-Qur’an di Nusantara)”

yang disusun oleh Inayatul Mustautina dengan Nomor Induk

Mahasiswa 14210577 telah diujikan dalam sidang Munaqasyah

Fakultas Ushuluddin Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal

30 Juli 2018. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Agama (S.Ag).

Jakarta, 30 Juli 2018

Dewan Fakulas Ushuluddin

Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Rukoyah Tamami

Penguji I, Penguji II,

Dr. KH. Ahmad Fathoni Hj. Muthmainnah, MA

Pembimbing,

Ali Mursyid, MA

Page 6: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Inayatul Mustautina

NIM : 14210577

Tempat/Tgl. Lahir : Brebes, 27 Juli 1995

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Sejarah Ilmu Tajwid Al-

Qur’an di Nusantara (Kajian Terhadap Kitab-Kitab Tajwid Al-

Qur’an di Nusantara)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali

kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan

di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 20 Juli 2018

Inayatul Mustautina

Page 7: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini, saya persembahkan teruntuk ibu saya, yang telah

bersedia sepenuh hati dengan tulus dan ikhlas menjadi tangan kanan

Allah swt dalam mendidik saya, begitupun almarhum bapak, walaupun

hanya 10 tahun bersama, cinta dan kasihnya tak luput ditelan masa,

semoga bapak bahagia di Surga sana.

Juga teruntuk wanita-wanita spesial yang selalu membersamai saya

dalam setiap suka dan duka, teteh-teteh remphongs dengan segudang

cinta yang cetar membahana.

Dan tak lupa teruntuk guru-guru saya, terkhusus Pak Guru Agama dan

pemilik karya Maisura, dengan wasilah mereka, saya memberanikan diri

mengarungi indahnya samudra cinta Ilmu Tajwid yang kemudian

menjadi motivasi saya untuk melahirkan karya sederhana ini, yang

semoga menjadi luar biasa.

Page 8: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

v

MOTTO

“Hidup hanya sekali. Jangan Menua Tanpa Karya dan Inspirasi”

-Ridwan Kamil-

NB: Semoga dengan lahirnya karya sederhana ini, dapat memicu diri

saya pribadi untuk melahirkan karya-karya selanjutnya. Dan juga semoga

karya ini mampu menjadi inspirasi bagi siapapun yang membacanya.

Bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama serta menumbuhkan samudra

cinta terhadap sebuah ilmu dan karya, bagi siapa saja.

Page 9: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas Inayah Allah swt penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “Sejarah Ilmu Tajwid Al-

Qur’an di Nusantara (Kajian Terhadap Kitab-Kitab Tajwid Al-

Qur’an di Nusantara)”.

Shalawat serta salam tercurah limpah teruntuk idola sejati,

Nabi Muhammad SAW, sumber inspirasi, motivasi dan inovasi

untuk melahirkan karya yang hakiki dan dapat dicintai.

Hamdan lillah, tak henti-hentinya penulis haturkan kepada

Sang Maha Kuasa yang penuh cinta, sehingga atas inayah, kuasa dan

cintanya, skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan

pembuktian atas perjuangan-perjuangan kecil penulis dalam

menempuh empat tahun menimba ilmu di kampus tercinta, Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya sederhana ini

sejatinya bukanlah mutlak hasil dari kerja keras penulis seorang.

Karena, banyak sekali sumbangsih orang lain dalam proses

pengerjaannya. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan terimakasih kepada:

1) Allah swt, yang super Maha Baik dan Maha Asyik atas setiap

kemudahan dan kejutan-Nya selama penulis mengerjakan skripsi

ini.

2) Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, Lc, MA ibunda

kita semua, Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Page 10: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

vii

3) Ibu Dr. Hj. Maria Ulfah, MA Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ

Jakarta, atas kesediannya menyetujui judul penulis dan doa yang

selalu terpanjat.

4) Bapak Dr. H. M. Ulinnuha Husnan, Lc, MA Kepala Jurusan Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta, dan juga

dosen matakuliah metode penelitian yang mengajarkan penulis

dan teman-teman penulis untuk membuat sebuah karya, dalam

benuk skripsi. Dari pertama penulis mengajukan judul hingga

dapat pembimbing, beliau selalu menyetuji dan menyemangati

untuk tidak lari ke lain judul.

5) Bapak Ali Mursyid, M.Ag dosen pembimbing penulis dalam

mengerjakan skripsi ini. Sosok pembimbing yang penuh

perhatian dan berwawasan luas. Jazakallah pak, atas waktu yang

diluangkan, dan binaan yang tak akan penulis lupakan.

6) Bapak Dr. KH. Ahmad Fathani, MA pemilik karya Metode

Maisura. Karena karya beliaulah inspirasi datang kepada penulis

untuk menulis karya sederhana ini. Jazakumullah ahsanal jaza

bapak paling ganteng

7) Ibu Atiqah, Ibu Mahmudah, Ibu Arbiyah, Ibu Istiqamah, Ka

A’yuna dan seluruh Instruktur tahfidz IIQ Jakarta. Instruktur

tahfidz yang selalu jadi inspirator dan motivator penulis, hingga

penulis sampai di titik ini.

8) Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta yang

telah membagikan ilmunya pada penulis, sehingga penulis

mampu memahami banyak hal terkait ilmu-ilmu Al-Qur’an.

Page 11: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

viii

9) Seluruh staf fakultas yang telah membantu setiap tangga proses

yang penulis lalui. Terutama untuk ibu Kokoy dan ibu Suci,

terimakasih atas segala bentuk perhatiannya.

10) Pimpinan dan staf perpustakaan IIQ Jakarta, perpustakaan umum

UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan PSQ dan perpustakaan

Iman Jama’ telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

mencari bahan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

11) Emak Rofi’ah dan bapak Syakur al-Qadir (alm). Bagi penulis

tiada satupun barisan kata yang mampu melukiskan betapa besar

pengorbanannya. Ina sayang emak bapak selalu dan selamanya.

12) Teteh-teteh remphongs and the gengs; teh Uci, teh Uning, teh

Inev, aa, mamas, ogen, ngges, iban, yang sudah jadi sumber

semangat dan bahagia penulis sehingga penulis mampu

menikmati suka dan duka di berbagai keadaan yang ada.

13) Seluruh keluarga dari emak maupun bapak, guru ngaji, guru SD,

guru Madrasah, guru di pesanren Darunnajat, dan guru selama di

IIQ Jakarta atas doa yang selalu terpanjat.

14) Seluruh teman IIQ Jakarta angkatan 2014, teman-teman Fakultas

Ushuluddin dan yang paling spesial teman-teman kelas

Ushuluddin A, atas kebersamaan yang penuh cinta selama masa

perkuliahan hingga sekarang. See you on top teman

15) Mblotoot Squad, atas kebersamaan di empat petak kontrakan

selama setengah tahun terakhir masa kuliah, masa penyelesaian

tugas-tugas akhir. Matursuwun nggeh sudah mau berbagi kasur,

bantal, piring, gelas, canda dan tawa. Semoga selalu terkenang.

16) Bang Akbar dan karyawannya, yang telah membantu penulis

meng-print, fotocopy, jilid dari sebuah proposal hingga menjadi

Page 12: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

ix

skripsi ini. Dan juga terimakasih atas harga murahnya bang,

semoga berkah ;)

17) Pembaca sekalian, semoga karya sederhana ini mampu

menginspirasi dan bermanfaat dunia akhirat.

Tak lupa penulis ucapkan permohonan maaf kepada seluruh

pembaca jika terdapat kesalahan dalam penulisan maupun

penyusunan skripsi ini. Kesempurnaan hanya milik Allah swt dan

kekurangan ada pada diri penulis. Besar harapan penulis, semoga

karya sederhana ini mampu memberikan kontribusi positif daam

dunia akademis, serta mampu menumbuhkam samudra cinta

terhadap sebuah ilmu dan karya dalam hati semua pembaca.

Jakarta, 20 Juli 2018

Inayatul Mustautina

Page 13: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

x

DARTAR ISI

Persetujuan Pembimbing........................................................................i

Lembaran Pengesahan...........................................................................ii

Pernyataan Penulis...............................................................................iii

Persembahan.........................................................................................iv

Motto.....................................................................................................v

Kata Pengantar.....................................................................................vi

Daftar Isi................................................................................................x

Pedoman Transliterasi........................................................................xiii

Abstraksi.............................................................................................xvi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah...........13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................15

D. Tinjauan Pustaka...............................................................16

E. Metodologi Penelitian.......................................................19

F. Teknis dan Sistematika Penulisan....................................21

BAB II: TINJAUAN UMUM SEJARAH ILMU TAJWID

A. Definisi Ilmu Tajwid........................................................24

1. Pengertian Ilmu Tajwid...............................................24

2. Hukum mengamalkan dan mempelajari Ilmu

Tajwid..........................................................................26

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Tajwid.................................31

1. Ulumul Qur’an dan Perkembangannya.......................33

Page 14: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xi

2. Perbedaan serta Korelasi Ilmu Tajwid dan Ilmu

Qira’at..........................................................................36

3. Tajwid di Masa Rasulullah SAW dan Sahabat...........39

4. Tajwid di Masa Tabi’in dan Tabi’Tabi’in...................48

BAB III: SEJARAH ILMU TAJWID DI NUSANTARA

A. Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara......................50

B. Sejarah Perkembangan dan Pembelajaran Ilmu Tajwid di

Nusantara..........................................................................67

C. Ulama Al-Qur’an di Nusantara.........................................76

1. KH. Muhammad Moenawir – Krapyak.....................76

2. KH. Munawwar – Gresik..........................................79

3. KH. Sa’id Isma’il – Madura......................................81

4. KH. Muntaha – Wonosobo........................................83

5. KH. Ahmad Umar Abdul Mannan – Surakarta.........84

6. Abuya KH. Muhammad Dimyathi – Cidahu..............85

7. KH. Yusuf Junaedi – Bogor.......................................87

8. KH. Muhammad Arwani Amin- Kudus.....................89

9. Dr. KH. Ahmad Fathoni, MA.....................................91

10. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad. MA.....................94

BAB IV: KAJIAN KITAB TAJWID KARYA ULAMA

NUSANTARA

A. Kitab Tajwid pada Kurikulum Pendidikan Awal di

Nusantara..........................................................................97

1. Hidayah Al-Mustafidz fi ‘Ilm At-Tajwid....................98

2. Fathurrahman fi Tajwid Al-Qur’an.........................101

3. Hidayah As-Shibyan fi Tajwid Al-Qur’an...............103

4. Tuhfatul Atfal...........................................................104

Page 15: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xii

5. Matn Al-Jazariyah...................................................107

B. Kitab Tajwid Karya Ulama Nusantara...........................108

1. Hidayatul Mubtadi’in (Tajwid Sunda)....................108

2. Pelajaran Tajwid (Buku Tajwid Hijau)....................110

3. Tajwid Al-Qur’anul Karim......................................112

4. Metode Maisura.......................................................116

5. Fathu al-Mannan (Kitab Tajwid Jawa)....................125

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................129

B. Saran...............................................................................130

Daftar Pustaka....................................................................................132

Lampiran-Lampiran...........................................................................136

Page 16: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan pedoman transliterasi

sebagaimana diuraikan di bawah ini. Trasliterasi ini ditulis dengan

menggunakan pedoman transliterasi huruf Arab ke huruf latin yang

telah disusun oleh Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta Tahun 2017

1. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

‘ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق h : ح

k : ك kh : خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

Page 17: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xiv

` : ء sy : ش

ص: sh ي : y

dh : ض

2. Vocal

Vocal Tunggal Vocal Panjang : Vocal Rangkap:

Fathah : a أ: â ... ي : ai

Kasrah : i ي: î و…: au

Dhammah : u و: û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikansesuaidenganbunyinya, Contoh:

ة ر ق ب ل ا : Al-Baqarah ة د ائ م ل ا : Al-Mâidah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di

depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ل ج ر ل ا : ar-rajulu ة د ي لس ا : as-Sayyidah

س م لش ا : asy-Syams يم ار لد ا : ad-Dârimî

c. Syaddah (Tasydîd) dalam system aksara Arab digunakan

lambang ( _), sedangkan untuk alih aksara dilambangkan

dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang

bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik

Page 18: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xv

tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun

yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiyah. Contoh:

لل اء أم ن Âmannâbillâhi :أم ن اب الس ف ه : Âmana

as-Sufahâ’u

Inna al-ladzîna : إ ن ال ذ ي ن waar-rukka’i : و الرك ع

d. Ta Marbûthah(ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti

oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan

menjadi huruf “h”. Contoh:

ا ة د ئ ف ل : al-Af`idah ة ي م ل س ال ة ع م ا ل ا : al-Jâmiah al-

Islâmiyah

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau

disambungkan (di-washal) dengan kata benda (ism), maka

dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ب ة ص Âmilatun Nâshibah : ع ا مل ةن

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf

kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka

berlaku ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa

Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang

berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti

cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan

lainya.

Page 19: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

xvi

ABSTRAKSI

Inayatul Mustautina (14210577)

Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di Nusantara (Kajian Terhadap

Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an di Nusantara)

Nusantara adalah sebutan lain untuk negara Indonesia yang

merupakan salah satu negara dengan jumlah muslim terbanyak di

dunia. Berdasarkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara dapat

disimpulkan bahwa dimulainya sejarah Al-Qur’an bersamaan

dengan dimulainya sejarah Islam di bumi Nusantara ini. Dan sejarah

Ilmu Tajwid di Nusantara bersamaan dengan lahirnya Al-Qur’an di

Nusantara. Merupakan sebuah keprihatinan ketika banyaknya para

pecinta, pembaca dan penghafal Al-Qur’an yang mana harus

memulai dasar mempelajarinya dengan Ilmu Tajwid akan tetapi

tidak mengetahui secara jelas sejarah ilmu tersebut. Untuk itu penulis

akan berusaha melakukan penelitian terkait dengan sejarah Ilmu

Tajwid di Nusantara ini dengan baik.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan historis/sejarah. Penelitian yang

bersifat kualitatif. Penulis menggunakan sumber data primer yakni

dari buku-buku Tajwid yang akan dianalisa itu sendiri, seperti;

Hidâyah al-Mustafîd fî ‘Ilm at-Tajwîd, Faturrahmân fî Tajwîd Al-

Qur’an, Hidâyah as-Shibyân fî Tajwîd Al-Qur’an, Tuhfah al-Athfâl,

Matn al-Jazâriyah, Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Qur’an

Metode Maisura Menuju Muara Ilmu Tajwid Terpadu dan

Komprehensif, Hidâyah al-Mubtadi’în, Pelajaran Tajwid (Buku

Tajwid Hijau), dan Buku Tajwid Praktis. Dan sumber data skunder

yang di dapat dari beberapa karya-karya penulis lain yang membahas

mengenai Ilmu Tajwid, seperti; Sejarah Qira’at Al-Qur’an di

Indonesia, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, dll.

Sejarah Islam di Nusantara = Sejarah Al-Qur’an di Nusantara

= Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di Nusantara. Pada masa awal

datang Islam, Tajwid diajarkan secara lisan. Pada masa awal

pendidikan Islam, Tajwid diajarkan melalui kitab-kitab ulama Timur

Tengah yang dibawa ke Nusantara. Pada masa selanjutnya, Tajwid

diajarkan melalui kitab-kitab karya ulama Nusantara. Terkait isi

kitab-kitab Tajwid yang ada di Nusantara, hampir semuanya sama.

Kendatipun begitu, tetap ada perbedaan pada masing-masing kitab,

seperti bahasa yang digunakan ataupun sistematika penulisan yang

diterapkan pada kitabnya masing-masing.

Page 20: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci yang memiliki

peran penting dalam kehidupan, yakni sebagai petunjuk dan

pedoman hidup bagi setiap umat yang ingin mendapatkan

keselamatan dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupannya, di

dunia maupun di akhirat nanti. Al-Qur’an adalah firman Allah yang

maha agung, yang diturunkan sebagai mukjizat teragung, bagi Nabi

yang paling agung Nabi Muhammad saw, melalui malaikat teragung

yakni malaikat Jibril as. Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi

orang-orang yang agung, yaitu orang-orang yang bertaqwa kepada

Allah swt,1 terdapat dalam QS. Al-Baqarah [02]:1-2:

“Alif, Lam, Mim. Ktab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan

padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah

[02]:1-2)

Dalam tafsir al-Bahru al-Madîd diterangkan, yang dimaksud

orang yang bertakwa yaitu orang yang bisa menjaga diri dari ghadzab

(murka) Allah swt. sedangkan ketakwaan itu sendiri memiliki tiga

1 Muhammad Husain Nawawi, Khazinah Al-Qur’an, (Cirebon: Kamalul

Mutaba’ah Press, 2016), h.1-4

Page 21: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

2

tingkatan; pertama, Ahli maqam2 Islam. Kedua, Ahli maqam Iman.

Ketiga, ahli maqam Ihsan.

Al-Qur’an adalah pemberi peringatan bagi orang-orang yang

agung, yaitu orang-orang yang mempunyai rasa takut kepada Allah

swt, hal ini terdapat dalam surat Qaaf ayat 45:

“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan

kamu sekali- kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka

beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan

ancaman-Ku” (QS. Qaaf [50]: 45)

Sayyidina Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir

mengatakan, “Allah swt menurunkan Al-Qur’an sebagai pemberi

peringatan bagi orang-orang yang mempunyai rasa takut, pemberi

kasih sayang bagi orang mukmin dan pemberi kebahagiaan bagi

orang-orang yang mencintai Allah swt.” Sayyidina Ja’far

mengatakan pula, “Al-Qur’an mengingatkan tentang keagungan

Allah swt sehingga memberikan rasa takut serta menghilangkan

ghaflah kepada-Nya.” Orang yang mempunyai rasa takut kepada

Allah swt dan ancaman-Nya adalah orang yang paling memahami

Allah swt dan berma’rifat kepadaNya.3

Selain kitab yang agung, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang

istimewa yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab

2 Maqam di sini bukanlah bermaksud makam atau kuburan, akan tetapi maknanya

adalah suatu tempat kedudukan sasaran saat seseorang hamba berdzikir atau bertawajuh

terhadap Allah swt. Secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang

hamba terhadap Khalik-Nya. 3 Ibnu Ujaibah Al-Husaini, Tafsir al-Bahrul al-Madid, jilid 1, h.263

Page 22: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

3

suci yang lainnya, yakni ia akan terjaga dari segala macam kesalahan.

Dan yang akan menjaga dan menjaminnya ialah Allah swt sendiri

hingga akhir zaman. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-

Hijr ayat 09:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr

[15]: 09)

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili, demikian pula para ahli tafsir

mutaqaddimin maupun mutaakhirin, menyatakan bahwa ayat ini

merupakan jaminan dari Allah ta’ala bahwa Ia akan menjaga Al-

Qur’an Al-Karim dari perubahan dan penggantian, dari penambahan

maupun pengurangan, sampai hari kiamat.4 Terjaminnya Al-Qur’an

dari perubahan dan penggantian ini merupakan salah satu cara Allah

swt menjaga agama ini. Dan untuk menjamin Al-Qur’an dari

perubahan dan penggantian, salah satunya yaitu dengan cara menjaga

bacaannya dengan baik dan benar.

Allah swt menurunkan Al-Qur’an sebagai bacaan yang sangat

mulia agar dapat menjadi petunjuk manusia dan pembeda antara yang

benar dan yang batil, sangat peduli dan tidak segan-segan memberi

peringatan untuk tidak membacanya dengan asal membaca.

Peringatan tersebut dapat dilihat pada pesan serius Allah swt dalam

4 Muhammad Abduh Al-Banjary, Terjaganya Diin Islam Hingga Akhir Zaman

(Tadabbur Al-Qur’an), http://www.tsaqofah.com/terjaganya-diin-islam-hingga-akhir-

zaman-tadabbur-al-quran/ diakses tanggal 15 Februari 2018

Page 23: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

4

firman-Nya pada surat al-Muzammil ayat empat “ ل ي ت ر ان ت ر ق ال ل ت ر و ... ”

bacalah Al-Qur’an dengan tartil yang optimal. Artinya perintah

membaca Al-Qur’an dengan tartil yang benar-benar berkualitas.5

Menurut Ali bin Abi Thalib, tartil di sini mempunyai arti د ي و ت

ف و ق و ال ة ف ر ع م و ف و ر ال “ membagu skan bacaan huruf-huruf Al-Qur’an

dan mengetahui hal ihwal waqaf”. Dengan demikian yang dimaksud

dengan tartil yang optimal adalah melafazhkan ayat-ayat suci Al-

Qur’an sebagus dan semaksimal mungkin. Untuk bisa bertajwid

haruslah menguasai keilmuannya yaitu ilmu tajwid, baik teori

maupun praktik. Menurut para ulama Al-Qur’an mempelajari ilmu

tajwid hukumnya fardhu kifayah sedangkan hukum

mempraktikannya adalah fardhu ‘ain.6 Hal ini, sebagaimana di

ungkapkan dalam nadzam al-Jazary sebagai berikut:

اث ء أن ر ق ال د و ي ل ن ... م م ز ل م ت ح د ي و ج لت ب ذ خ ال و

“Membaca Al-Qur’an bertajwid adalah wajib dan berdosa

bagi pembaca yang tidak bertajwid.”

Pendapat di atas menegaskan kepada kita sebagai umat Islam

yang berpedoman pada Al-Qur’an untuk serius dalam mempelajari

salah satu disiplin ilmu ini yakni ilmu tajwid, agar mampu

membacanya dengan baik dan benar. Ilmu tajwid merupakan ilmu

5 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, (Jakarta: Fakultas Ushukuddin Institut PTIQ

Jakarta dan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, 2016), hlm.3 6 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, hlm.4

Page 24: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

5

dasar pula untuk mampu memahami Al-Qur’an di antara beberapa

disiplin ilmu Al-Qur’an lainnya.

Hukum membaca Al-Qur’an dengan bertajwid serta tartil

adalah fardhu‘ain bagi setiap muslim dan muslimah. Sementara itu,

hukum mempelajari ilmu tajwid terbagi menjadi dua: pertama,

sunnah (bagi masyarakat umum). Kedua, fardhu ‘ain (bagi

masyarakat khusus tertentu yang belajar mengajar Al-Qur’an). Dan

hendaknya, di setiap kota ada sekelompok orang yang mempelajari

ilmu tajwid dan mengajarkan kepada masyarakatnya. Jika di dalam

suatu daerah tersebut tidak ada sekelompok orang-orang yang

mempelajari atau mengajarkan ilmu tajwid, maka seluruh

penduduknya berdosa. Dalil dari ketentuan tersebut adalah firman

Allah swt dalan surat at-Taubah ayat 122:7

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada

kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka

itu dapat menjaga dirinya.” (QS. at-Taubah [09]: 122)

7 ‘Âtiyah Qâbil Nasr, Ghâyatul Murîd ‘Ilmit-Tajwid, (Jeddah: Idâratul Buhûts Al-

‘Ilmiyah wal Ifta’, 1995), h.36-39

Page 25: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

6

Al-Qur’an mengalami proses sejarah yang cukup unik dalam

upaya penulisan serta pembukuannya, termasuk perhatian tingkat

akurasi pembacaan dan hafalan, serta mata rantai transmisi yang kuat

dan akurat sejak dari Nabi Muhammmad saw sampai generasi-

generasi berikutnya. Umat islam meyakini bahwa proses transmisi

tersebut tanpa deviasi dan merupakan keunggulan yang khas pada

Al-Qur’an yang tidak dimiliki oleh kitab suci lain.8 Mengingat pada

masa Nabi saw, belum mengenal alat-alat tulis seperti kertas, maka

Al-Qur’an ditulis pada kepingan-kepingan tulang, pelepah korma

atau batu-batu tipis, sesuai dengan peradaban masyarakat waktu itu.9

Al-Qur’an tidak diturunkan secara langsung dalam jumlah yang

sempurna, sebagaimana kitab-kitab suci umat terdahulu, seperti

Taurat, Injil maupun Zabur yang diturunkan secara sempurna.

Dapat kita ketahui bahwa peletak pondasi pertama ilmu

tajwid dari segi pemakaiannya adalah Rasulullah saw, karena kepada

beliaulah Al-Qur’an turun dari sisi Allah swt. Secara mujawwad,

dan beliau bertalaqqiy dengan malaikat Jibril as, demikian pula para

sahabat bertalaqqiy dan mendengar dari Nabi saw yang mulia, seperti

halnya para tabi’in juga bertalaqqiy dengan para sahabat, demikian

seterusnya hingga sampai kepada kita melalui guru-guru kita secara

mutawatir. Sedangkan pengarang pertama ilmu tajwid dari segi

kaidah-kaidah dan masalah-masalah ilmiyahnya, terdapat perbedaan

pendapat. Ada yang mengatakan penyusun pertamanya adalah Abul

Aswad Ad-Du’aliy (w.69 H/688 M), ada yang mengatakan Abul

Qasim ‘Ubaid bin As-Salam (w. 224 H/838 M), ada pula yang

8 Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, (Jakarta: Teraju Mizan,

2004), h.127 9 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.336

Page 26: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

7

mengatakan bukan mereka tetapi tokoh lain dari para imam ilmu

qira’at dan ilmu bahasa.10 Ketika Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw bukan dalam bentuk tulisan seperti sekarang,

melainkan dalam bentuk bacaan. Pada masa awal tahap penulisan Al-

Qur’an belum memiliki tanda baca seperti baris di atas, di bawah dan

sebagainya, bahkan tanda baca bentuk titik pun belum ada. Hal itu

karena memang pesan-pesan ayat yang disampaikan oleh malaikat

Jibril as bukan tulisan melainkan bacaan. Dan dari sinilah kemudian

Al-Qur’an didefinisikan sebagai bacaan bukan tulisan. Kemudian

seiring perkembangan zaman, pergerakan umat Islam semakin luas,

di mana akhirnya banyak yang masuk Islam dari kalangan selain

Arab (‘ajami) seperti Persia dan juga Badui. Sementara Al-Qur’an

belum diberi tanda baca sehingga orang-orang ‘ajami banyak

melakukan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an, maka Al-Qur’an

mulai diberi tanda baca berupa titik oleh Abu Al-Aswad Ad-

Du’aly.11 Maka dari sinilah kemudian ilmu tajwid berkembang lebih

meluas dan lebih mendalam sesuai dengan permasalahan-

peremasalahan yang ada.

Salah satu disiplin ilmu Al-Qur’an yang memiliki hubungan

erat dengan ilmu tajwid yakni ilmu qira’at. ilmu qira’at merupakan

ilmu yang mempelajari sistem dokumentasi tertulis dan artikulasi

lafal Al-Qur’an. Antara dua disiplin ilmu ini tidaklah jauh berbeda,

hanya saja ilmu qiraat tidak begitu populer di kalangan kaum muslim.

Masyarakat muslim lebih akrab dengan ilmu tajwid sebagai ilmu

yang berkaitan dengan hukum bacaan lafal Al-Qur’an ketimbang

10 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.229-230 11 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.338

Page 27: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

8

ilmu qira’at. Jadi tidaklah heran apabila individu muslim terutama

muslim Nusantara banyak yang tidak mengetahui qira’at Al-Qur’an

yang pada sesungguhnya dibaca sehari-hari ketika membaca Al-

Qur’an.12

Ilmu qira’at dan ilmu tajwid memang dua realitas yang

berbeda. Abu Hamid Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)

mengatakan perbedaan dua ilmu ini dapat diketahui dari objek kajian

masing-masing. Menurutnya, objek kajian ilmu qira’at adalah variasi

i’rab lafal-lafal Al-Qur’an, sedangkan objek kajian ilmu tajwid

adalah cara artikulasi teknis melafalkan makharijul huruf (tempat

keluarnya huruf yang terdapat di organ vokal mansia) pada redaksi

ayat Al-Qur’an.13

Menurut Al-Ghazali pula, perbedaan antara ilmu tajwid dan

ilmu qira’at adalah dapat dilihat dari seberapa dekat posisi masing-

masing dengan mutiara Al-Qur’an. Terdapat 10 hirarki rentetan

Intisari ilmu Al-Qur’an versi Al-Ghazali, yaitu: 1. Ma’rifah billah 2.

ilmu thariq suluk 3. ilmu hudud al-maudhu’ah 4. ilmu kalam 5. ilmu

qhishash Al-Qur’an 6. ilmu tafsir 7. ilmu qira’at 8. Ilmu‘irab Al-

Qur’an 9. ilmu lughah Al-Qur’an 10. ilmu tajwid. Ilmu tajwid

diposisikan paling rendah, dengan kata lain orang yang baru

menguasai ilmu tajwid merupakan orang yang menguasai ilmu

yang paling dasar.14

Ilmu tajwid masuk ke bumi Nusantara, yakni seiring dengan

masuknya Islam dan Al-Qur’an yang dibawa oleh orang-orang Arab,

12 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, (Jakarta: Pustaka

STAINU, 2008), h.5 13 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h.36 14 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h. 36-38

Page 28: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

9

Persia dan India ke bumi Nusantara ini. Walaupun pada dasarnya

tidak ada kesepakatan di antara para sejarawan tentang kapan

sebenarnya Islam mulai masuk dan menyebar di dunia Melayu,

termasuk Nusantara. Ada dua teori dalam hal ini yang terbagi

menjadi dua kategori. Ada yang mengatakan bahwa kedatangan

Islam adalah pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Teori

kategori pertama ini dikedepankan oleh W.P. Groeneveldt, T.W.

Arnold, Syed Naguib Al-Attas, George Fadlo Hourani, J.C. Van

Leur, Hamka, Uka Tjandrasasmita dan lainnya. Sedangkan teori

kategori kedua mengatakan bahwa kedatangan Islam dimulai pada

abad ke 13 M. Teori kategori kedua ini dikedepankan oleh C. Snouck,

Hurgronje, J.P. Moquette, R.A. Kern, Haji Agus Salim dan lainnya.15

Pada teori pertama abad ke-7 dan ke-8 dinyatakan bahwa masih

ada perbedaan terkait lokasi Ta-shih16, yang bukan tidak mungkin

orang Muslim, baik itu orang Arab, Persia atau India, mulai datang

ditempat-tempat tertentu di dunia Melayu, khususnya sekitar selat

Malaka. Mereka berkomunikasi dengan orang-orang di wilayah

tersebut dan dengan itu ajaran Islam menyebar secara bertahap

kepada masyarakat non-Muslim. Kedatangan Islam sejak abad ke-7

dan ke-8 dipicu oleh perkembangan hubungan dagang laut antara

bagian Timur dan Barat Asia, terutama setelah kemunculan dan

perkembangan tiga dinasti kuat, yaitu Kekhalifahan Umayah (660-

749 M) di Asia Barat, dinasti T’ang (618-907 M) di Asia Timur dan

Kerajaan Sriwijaya (7-14 M) di Asia Tenggara. Sedangkan kategori

15 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Indonesia, (Jakarta: KPG (Kepustakaan

Populer Gramedia), 2009), h.11-12 16 Ta-shih di definisikan oleh Groeneveldt sebagai “orang-orang Arab” yang

menentap di pantai barat Sumatera.

Page 29: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

10

kedua dari teori tentang kedatangan Islam, menyebutkan bahwa

Islam pertama kali datang ke Nusantara pada awal abad ke-13 M.

Yang kemudian disimpulkan berdasarkan data-data yang ada bahwa

Islam datang pertama kali di Samudera adalah pada tahun 1270-1275

M. Teori tersebut telah banyak mempengaruhi para sejarawan dan

juga buku-buku sejarah untuk siswa-siswa di berbagai jenjang

sekolah.17 Dari data-data sejarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kemungkinan besar Al-Qur’an maupun ilmu tajwid itu sendiri datang

ke bumi Nusantara sekitar abad ke-7 atau ke-8 atau mungkin pada

abad ke-13. Akan tetapi penulis, belum mendapatkan data pasti

terkait Al-Qur’an dan ilmu tajwid, kapan lahir dan berkembang di

Nusantara.

Berbicara tentang sejarah awal Islam masuk ke Nusantara,

berbicara pula terkait ilmu-ilmu keislaman yang lahir dan

berkembang di dalamnya. Mungkin yang sering muncul

kepermukaan adalah studi tentang ajaran tasawuf yang kemudian

banyak terwadahi dalam ordo-ordo tarekat. Cukup banyak kajian

historis tentang ajaran tasawuf maupun ordo tarekat di Nusantara

yang diangkat oleh para sejarawan muslim.18 Namun demikian, ada

studi sejarah peradaban dengan fokus permasalahan ilmu-ilmu

keislaman yang sebenarnya tidak kalah penting dan menarik apabila

dijadikan tema kajian, yakni terkait ilmu tajwid Al-Qur’an ini.

Karena pada dasarnya, ilmu inilah yang menjadi dasar dari semua

kajian keislaman. ilmu dasar mempelajari Al-Qur’an Al-Karim yang

17 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Indonesia, h.12-13 18 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h.5

Page 30: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

11

merupakan kitab suci pedoman umat Islam, yang merupakan rujukan

utama mereka dalam menghadapi segala permasalahan yang ada.

Ketika berbicara terkait Al-Qur’an beserta ilmu -ilmu yang

bersangkutan dengannya, terdapat tiga tokoh ulama Al-Qur’an

Nusantara, yang dapat disebut sebagai pembawa ajaran Al-Qur’an

pertama yang sudah tidak asing di telinga para cendekiawan Al-

Qur’an, yakni KH. Muhammad Moenawir, KH. Munawwar dan KH.

Badawi. Ketiga ulama ini merupakan ulama besar yang pernah

menjadi pelajar Nusantara yang belajar ilmu qira’at kepada Syaikh

‘Abd Al-Karim bin Umar Al-Badri Al-Dimyati di tanah suci,

Mekkah.19 Sepulangnya para ulama Al-Qur’an tersebut dari tanah

suci, mereka langsung mengamalkan dan menyebar luaskan ilmu-

ilmu Al-Qur’an yang telah didapat di bumi Nusantara.

Perlu disadari bahwa bangsa Nusantara sebagai bangsa ‘ajami

(non Arab) yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa dan

menempati lokal geografi yang berlainan, tentunya mempunyai

lahjah (dialek) yang berbeda. Namun apabila lahjah kedaerahan

dibawa oleh seseorang ke ranah bacaan Al-Qur’an belum tentu sesuai

benar dengan lisan Arabiy dimana Al-Qur’an diturunkan, utamanya

ketika mengucapkan huruf-huruf Al-Qur’an yang tidak sesuai

dengan lahjah pembaca.20 Ini merupakan salah satu faktor negatif

yang dimiliki masyarakat Nusantara dalam mengkaji Al-Qur’an.

Maka dari itu, inilah pentingnya ilmu tajwid untuk dipelajari secara

serius terutama bagi masyarakat Nusantara, agar mampu

menghasilkan bacaan yang baik dan benar. Dan tidak kalah

19 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h.194 20 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, h.31

Page 31: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

12

pentingnya untuk mengetahui sejarah awal lahir dan berkembangnya

ilmu tajwid ini, agar ada kecintaan yang lebih dalam mempelajari dan

mengamalkannya.

Adapun untuk penyusun pertama kitab-kitab tajwid di

Nusantara atau ulama-ulama ilmu tajwidnya dapat dilacak melalui

kurikulum awal pendidikan Islam di Nusantara. Beberapa kitab

tajwid yang digunakan diawal kurikulum pendidikan Islam di

Nusantara, diantaranya adalah Hidâyah Al-Mustafîd fî ‘Ilm al-

Tajwîd, Faturrahmân fî Tajwîd Al-Qur’an, Hidâyah al-Shibyân fî Al-

Qur’an, Tuhfah al-Athfâl, Matn al-Jazâriyah, Metode Maisûrâ,

Hidâyat Al-Mubtadi’in, Pelajaran Tajwid (Buku Tajwid Hijau),

Tajwid Al-Quranul Karim dan Fathu al-Mannân.21 Dan adapun

kitab-kitab Tajwid yang lahir selanjutnya hingga era sekarang,

penulis belum menemukan karya tulis yang membahasnya. Untuk

itu, penulis akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal

tersebut. Dan menurut hemat penulis, setelah diamati lebih dalam

penulis belum menemukan karya tulis yang membahas sejarah ilmu

tajwid di Nusantara secara khusus. Oleh karena itu, penulis akan

melakukan penelitian pula terkait sejarah awal datangnya ilmu

tajwid di Nusantara, perkembangannya, serta kitab-kitab tajwid Al-

Qur’an karya ulama Nusantara.

Karena merupakan sebuah keprihatinan ketika banyaknya para

pecinta, pembaca dan penghafal Al-Qur’an yang mana harus

memulai dasar mempelajarinya dengan ilmu tajwid akan tetapi tidak

mengetahui secara jelas sejarah ilmu tersebut. Untuk itu penulis akan

berusaha melakukan penelitian ini dengan baik. Semoga penelitian

21 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h.158

Page 32: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

13

yang akan dilakukan, mampu mengisi kekosongan tersebut.

Sekaligus untuk menggugah para praktisi Al-Qur’an agar lebih

memperhatikan disiplin ilmu tajwid ini dengan lebih serius.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang yang diuraikan di atas, dan juga

kegelisahan yang dialami oleh para praktisi Al-Qur’an, maka

munculah beberapa persoalan yang perlu diidentifikasi, dibatasi dan

dirumuskan secara detail dan mendalam.

1. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh

penulis, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana cara menjaga Al-Qur’an supaya tetap terjaga

kemulian dan kebenarannya?

b. Bagaimana pengertian ilmu tajwid dan hukum mempelajari

serta mengamalkannya?

c. Bagaimana sejarah ilmu tajwid dari masa Rasulullah saw

sampai setelah sahabat?

d. Bagaimana proses berkembang ilmu tajwid serta sistem

pengajarannya?

e. Apa korelasi ilmu tajwid dengan ilmu qira’at Al-Qur’an?

f. Bagaimana awal sejarah Islam di Nusantara?

g. Bagaimana awal sejarah Al-Qur’an di Nusantara?

h. Bagaimana sejarah tajwid di Nusantara?

i. Siapakah tokoh-tokoh yang membawa ajaran Al-Qur’an

serta ilmu tajwid ke Nusantara?

j. Apa sajakah kitab tajwid yang dipelajari di Nusantara?

Page 33: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

14

2. Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas, untuk memperjelas

permasalahan dan persoalan yang akan dibahas dalam skripsi ini,

maka perlu disampaikan pembatasan masalah. Hal ini diperlukan

agar permasalahan tidak melebar pada materi-materi yang tidak

berkaitan dengan judul skripsi. Dalam melakukan penelitian ini

penulis membatasi permasalahnnya sebagai berikut:

a. Pengertian ilmu tajwid dan hukum mempelajari serta

mengamalkannya

b. Korelasi ilmu tajwid dan ilmu qira’at

c. Sejarah ilmu tajwid pada masa Nabi saw, sahabat dan

setelahnya

d. Sejarah ilmu tajwid di Nusantara

e. Tokoh-tokoh Al-Qur’an dan ilmu tajwid di Nusantara

f. Analisis kitab-kitab Tajwid di Nusantara

3. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari identifikasi dan pembatasan di atas, maka

penulis akan menarik suatu rumusan pokok masalah agar

permasalahan dalam skripsi ini lebih terarah dan sistematis.

Pokok permasalahannya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana sejarah ilmu tajwid dan isi kitab-kitab Tajwid

Al-Qur’an di Nusantara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Page 34: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

15

1. Tujuan Masalah

Dalam suatu penelitian atau kajian tertentu, tentunya

mempunyai tujuan yang mendasari penulisan tersebut. Sejalan

dengan hal ini, berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut

merupakan tujuan dari ditulisnya penelitian ini:

a. Menganalisis tentang ilmu tajwid dari berbagai segi

b. Menganalisis tentang sejarah ilmu tajwid Al-Qur’an di

Nusantara

c. Menganalisis Kitab-Kitab Tajwid Al-Qur’an di Nusantara

2. Manfaat Masalah

Adapun manfaat dari penlitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis penelitian ini dapat di gunakan untuk

melengkapi khazanah keilmuan islam di bidang ‘Ulûm Al-

Qur’an terutama dalam bidang ilmu tajwid. Penelitian ini

pula mampu memperkaya pengetahuan para praktisi Al-

Qur’an terhadap sejarah ilmu tajwid Al-Qur’an di

Nusantara.

b. Secara praktis hasil penelitian ini mampu di gunakan oleh

para pengajar Al-Quran terutama pengajar dalam bidang

ilmu tajwid untuk di jadikan referensi dalam memahami

makna ilmu tajwid, memahami sejarah ilmu tajwid Al-

Qur’an yang ada di Nusantara, perkembangannya serta

kitab-kitab Tajwid yang ada di Nusantara.

Page 35: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

16

D. Tinjauan Pustaka

Menurut pengamatan penulis, karya-karya tulis mengenai ilmu

tajwid tidaklah sedikit, akan tetapi yang mengenai sejarah ilmu

tajwid di Nusantara sejauh pengamatan penulis, masih belum ada.

Berdasarkan penelusuran penulis pula, terdapat beberapa

pembahasan yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan yang

akan penulis bahas, yakni sebagai berikut;

Skripsi yang di tulis oleh Saddam Husein Lubis, mahasiswa

Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, prodi

pendidikan agama Islam fakultas Tarbiyah pada tahun 2017 dengan

judul Pengaruh Metode Maisura terhadap Kualitas Tartil Pembaca

Al-Qur’an. Kesimpulan dari skripsi ini yaitu peneliti membahas

profil Maisura dan pemilik karyanya, serta ia meneliti sebuah majlis

dengan nama “Majlis Sanad Maisura” yang di pimpin lansung oleh

pemilik karya metode Maisura yakni Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc.

MA. Pengajian ini di selenggarakaan sekali dalam sepekan, yakni

pada hari senin (senin malam/malam selasa). Kemudian peneliti

menganalisis bacaan Al-Qur’an para jama’ah majlis ini, sebelum

mereka mengikuti pengajian Sanad Maisura dan sesudah mereka

mengikuti pengajian tersebut.22

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan di

lakukan penulis yaitu adalah sama-sama membahas metode Maisura

yang merupakan salah satu kitab Tajwid yang ada di Nusantara.

Adapun perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait pengaruh

metode Maisura terhadap kualitas bacaan pembaca Al-Qur’an

22 Saddam Husein Lubis, Pengaruh Metode Maisura terhadap Kualitas Tartil

Pembaca Al-Qur’an, Skripsi, Jakarta: PTIQ, 2017

Page 36: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

17

sedangkan penulis akan menganalisa tentang ilmu tajwid yang ada di

dalam metode tersebut. Karya peneliti ini sangat membantu penulis

untuk meneliti metode Maisura dengan labih rinci.

Wawan Djunaedi, dalam bukunya yang berjudul “Sejarah

qira’at Al-Qur’an di Nusantara”, membahas mengenai sejarah awal

ilmu qira’at masuk ke Nusantara, riwayat imam yang dipakai di

Nusantara dan para ulama yang bersangkutan serta bagaimana

berkembangnya di Nusantara. Menurut hasil penelitiannya dapat

diketahui bahwa, “Madzhab qira’at ‘Ashim riwayat Hafsh

merupakan salah satu produk evolusi ilmu qira’at mulai dari masa

Rasulullah saw sampai akhir abad ke-3 Hijriyah. Madzhab qira’at

‘Ashim riwayat Hafs ini secara definitif baru dimulai menjadi

madzhab qira’at penduduk Nusantara semenjak abad ke-20. Hal ini

ditandai dengan keberadaan sanad qira’at milik ulama Nusantara,

seperti KH. Muhammad Moenawir dan KH. Munawwar yang

merupakan pelopor ulama pembawa sanad qira’at ke bumi

Nusantara. Secara realitas historis, ilmu tajwid yang dipelajari di

Nusantara pun berafiliasi pada madzhab qira’at ‘Ashim riwayat

Hafsh. Oleh karena itu ilmu tajwid memiliki hubungan sangat erat

dengan disiplin ilmu qira’at.”23

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan

dilakukan penulis yaitu adalah sama-sama membahas tentang sejarah

salah satu disiplin ilmu dari ‘Ulûmul Qur’an di Nusantara, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait sejarah ilmu qira’at di

Nusantara, sedangkan penulis akan membahas tentang sejarah ilmu

tajwid di Nusantara. Karya peneliti ini sangat membantu penulis

23 Wawan Djunaedi, Sejarah qira’at Al-Qur’an di Indonesia, h.241-243

Page 37: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

18

untuk meneliti lebih dalam terkait sejarah ilmu tajwid di Nusantara.

Pembahasan di dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam

upaya rekonstruksi sejarah serta mampu menjadi batu pijakan untuk

penelitian yang akan dilakukan penulis.

Nasrudin Baidan, dalam bukunya “Perkembangan Tafsir Al-

Qur’an di Nusantara”, membahas mengenai cikal bakal lahirnya ilmu

tafsir Al-Qur’an di Nusantara, rnespon bangsa Indonesia terhadap

ilmu tafsir tersebut, serta mebahas perkembangannya dari sejak

periode klasik hingga periode pramodern. Menurut hasil

penelitiannya, dapat diketahui bahwa, “Al-Qur’an adalah sebagai

pedoman pertama dan utama bagi umat Islam diturunkan Allah swt

dalam bahasa Arab. Untuk dapat memfungsikannya dalam menjalani

kehidupan, umat memerlukan penafsiran, apalagi bagi umat yang non

Arab. Upaya penafsiran tersebut telah dimulai sejak Islam

diturunkan, dan Nabi Muhammad saw lah sebagai penafsir utama dan

utama. Kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, dan para ulama yang

datang sesudah mereka sampai hari ini. Islam masuk ke bumi

Nusantara sekitar abad ke tujuh atau delapan, dengan datangnya

agama Islam itu sendiri datang pula tafsir ayat-ayat Al-Qur’an

bersama orang-orang yang datang dari Arab. Dari semenjak inilah

tafsiran ayat-ayat suci Al-Qur’an terlahir di bumi Nusantara.”24

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan

dilakukan penulis yaitu adalah sama-sama membahas tentang sejarah

perkembangan salah satu disiplin ilmu Al-Qur’an Al-Karim di

Nusantara, sedangkan perbedaannya adalah peneliti membahas

24 Nasrudin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, (Solo:PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), h.1-2

Page 38: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

19

terkait sejarah perkembangan ilmu tafsir Al-Qur’an di Nusantara dan

penulis akan membahas terkait sejarah ilmu tajwid Al-Qur’an di

Nusantara. Korelasi antara kedua disiplin ilmu ini yaitu sama-sama

lahir ketika Al-Qur’an dan Islam masuk ke Nusantara. Untuk itu,

karya peneliti ini sangatlah berkontribusi terhadap karya yang akan

penulis bahas. Dengan karya ini, penulis akan mampu melihat titik

awal masuknya disiplin ilmu tersebut, berkembangnya serta respon

para pengkajinya, dari situ penulis akan menemukan gambaran

bagaimana disiplin ilmu yang akan penulis bahas.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan historis/sejarah. Yakni dengan

menelaah berbagai sumber data yang berbicara mengenai ilmu

tajwid, terutama ilmu tajwid yang ada di Nusantara. Penelitian

yang bersifat kualitatif ini merupakan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang merupakan kata-kata tertulis

maupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.

2. Sumber Data

Untuk menghasilkan kajian ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan sumber data

primer yakni dari buku-buku tajwid yang akan dianalisa itu

sendiri, seperti; Hidâyah Al-Mustafîd fî ‘Ilm al-Tajwîd,

Faturrahmân fî Tajwîd Al-Qur’an, Hidâyah al-Shibyân fî Al-

Qur’an, Tuhfah al-Athfâl, Matn al-Jazâriyah, Metode Maisûrâ,

Page 39: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

20

Hidâyat Al-Mubtadi’in, Pelajaran Tajwid (Buku Tajwid Hijau),

Tajwid Al-Quranul Karim dan Fathu al-Mannân.

Dan untuk menyempurnakan penenlitian ini, penulis juga

menggunakan sumber data skunder yang di dapat dari beberapa

karya-karya penulis lain yang membahas mengenai ilmu

tajwid, seperti; Sejarah qira’at Al-Qur’an di Nusantara,

Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Nusantara, dll.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam menyusun penelitian skripsi ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik

dokumentatif, yakni dengan mengumpulkan berbagai sumber

data yang dianggap bersinggungan dengan tema penelitian ini.

Data yang ada akan dianalisa dengan beberapa teknik, yaitu:

a. Teknik observasi, adalah metode pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena

atau kejadian-kejadian yang di selidiki.

b. Teknik interview, adalah metode pengumpulan data dengan

jalan tanyajawab sepihak yang di kerjakan dengan

sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan

wawancara sebagai proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara si penanya dan si penjawab dengan

menggunakan alat panduan wawancara.25

c. Teknik dokumentasi, adalah metode mencari data mengenai

hal-hal atau variable yang berupa benda-benda tertulis

25 M. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 170

Page 40: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

21

seperti buku-buku, majalah, artikel, dokumen dan yang

lainnya.

4. Metode Analisis Data

Selanjutnya penulis akan menganalisis data atau informasi

yang telah diperoleh dengan beberapa metode, di antara metode

yang akan digunakan adalah metode:

a. Analisis Kausalis, yakni melakuakan pengkajian data

yang berkenaan dengan sebab atau muasal yang

menimbulkan terjadinya suatu hal. Analisis ini akan

digunakan penulis saaat meneliti hal-hal yang berkaitan

dengan ilmu tajwid yang terdapat pada bab II.

b. Analisis Historis, melakukan interpretasi ulang

terhadap informasi yang terdapat dalam literatur tafsir

yang lebih valid dan kredibel dengan objek kajian.

Analisis ini akan banyak digunakan penulis dalam

meneliti perihal pada bab III.

c. Analisis Teks, penulis akan melakukan penelitian

terhadap tokoh dan teks objek yang diteliti. Analisiss ini

akan digunakan penulis dalam meneliti bab VI.

F. Teknis dan Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi terbitan IIQ

Jakarta Press tahun 2017 yang di keluarkan oleh Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta.

Page 41: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

22

Untuk mengarahkan alur pembahasan secara sistematis dan

mempermudah pembahasan, maka penelitian ini akan dibagi menjadi

beberapa bab dengan rasionalisasi sebagai berikut:

Bab Pertama, Pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, yaitu untuk memberikan penjelasan secara akademik

mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan hal apa yang melatar

belakangi penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, agar pembahasan

dalam penelitian ini lebih terfokus dan memiliki batasan yang jelas.

Poin selanjutnya ialah Tujuan dan Manfaat Penelitian, yang

merupakan tujuan yang ingin dicapai penulis berdasarkan rumusan

masalah yang telah dibuat serta memaparkan kegunaan apa saja yang

diharapkan oleh penulis ketika karya ini selesai dituliskan, baik

secara teoritis maupun praktis. Adapun Tinjauan Pustaka

dimaksudkan untuk menjelaskan dimana posisi topik ini dalam

khazanah keilmu an Islam serta dimana letak perbedaan penelitian

ini dengan penelitian karya lainnya. Sedangkan Metodologi

Penelitian dan Teknis serta Sistematika Penulisan dimaksudkan

untuk menjelaskan bagaimana cara yang aka di tempuh penulis dalam

melakukan penelitian ini.

Bab kedua, penulis akan mengemukakan beberapa point

penting yang akan menunjang dalam menyelesaikan bab ketiga yakni

mengenai Pengertian ilmu tajwid, hukum mempelajari dan

mengamalkannya.

Bab ketiga, penulis akan memparkan Sejarah Tajwid di

Nusantara, yang menyangkut tentang sejarah Islam di Nusantara,

Page 42: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

23

sejarah perkembangan Al-Qur’an di Nusantara dan Ulama Al-Qur’an

di Nusantara.

Bab keempat, penulis akan memaparkan hasil analisis dari

kitab-kitab tajwid Al-Qur’an karya ulama Nusantara yang meliputi

biografi sang pemilik karya, deskripsi kandungan kitab dan analisis

kandungan kitab.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang akan menyampaikan

kesimpulan berdasarkan rumusan penelitian beserta sarannya.

Page 43: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

129

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sebuah kajian sederhana yang berjudul “Sejarah Ilmu

Tajwid Al-Qur’an di Nusantara (Kajian Kitab Tajwid Al-Qur’an

di Nusantara)” ini, penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan

adalah:

Berdasarkan sejarah masuknya Islam ke Nusantara tersebut

dapat disimpulkan bahwa dimulainya sejarah Al-Qur’an

bersamaan dengan dimulainya sejarah Islam di bumi Nusantara

ini. Dan sejarah Ilmu Tajwid di Nusantara bersamaan dengan

lahirnya Al-Qur’an di Nusantara. Kemudian dapat diketahui pula

bahwa pada awalnya Ilmu Tajwid hanya diajarkan secara lisan,

tidak sistematis, dan tanpa adanya kitab Ilmu Tajwid yang di

ajarkan. Hanya sekedar pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang

baik dan benar oleh para ulama Al-Qur’an. Kemudian pada abad-

abad selanjutnya, dengan berdirinya pesantren-pesantren ataupun

suru-surau, Ilmu Tajwid diajarkan dengan lebih sistematis dengan

menggunakan kitab-kitab Tajwid. Namun kitab Tajwid yang

dipelajari adalah kitab yang dibawa dari Timur Tengah yang

kemudian diterjemah oleh para ulama Nusantara, supaya pribumi

mampu mempelajari dan memahaminya dengan baik. Setelah itu

lahirlah kitab-kitab Tajwid karya ulama Nusantara, dengan tetap

merujuk pada kitab Tajwid sebelumnya.

Page 44: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

130

Terkait isi kitab-kitab Tajwid yang ada di Nusantara,

hampir semuanya sama. Kendatipun begitu, tetap ada perbedaan

pada masing-masing kitab, seperti bahasa yang digunakan

ataupun sistematika penulisan yang diterapkan pada kitabnya

masing-masing. Dari hasil kajian kitab yang telah dilakukan

penulis, semua kitab Tajwid di Nusantara mengikuti kaidah

bacaan Imam ‘Ashim riwayat Hafs. Ada yang menyajikan

bahasan di dalamnya secara ringkas, karena disajikan untuk

pemula. Adapula yang menyajikaan pembahasan didalamnya

secara rinci, untuk dikaji oleh penerus atau orang yang sudah

mampu dan akan lebih mendalami.

Beberapa kitab yang menjadi bahan kajian penulis, adalah

sebagai berikut: Hidâyah Al-Mustafîd fî ‘Ilm al-Tajwîd,

Faturrahmân fî Tajwîd Al-Qur’an, Hidâyah al-Shibyân fî Al-

Qur’an, Tuhfah al-Athfâl, Matn al-Jazâriyah, Metode Maisûrâ,

Hidâyat Al-Mubtadi’in, Pelajaran Tajwid (Buku Tajwid Hijau),

Tajwid Al-Quranul Karim dan Fathu al-Mannân.

B. Saran

Sebagai akhir pembahasan ini, penulis memberikan saran-

saran, semoga melalui saran sederhana ini bisa menjadikan

manfaat dan masukan untuk kita semua.

Meskipun Ilmu Tajwid merupakan ilmu dasar atau mungkin

ilmu yang tidak terlalu mendapatkan kedudukan tinggi dalam

barisan Ulum Al-Qur’an, janganlah menganggap ilmu ini tidak

penting ataupun tidak perlu unuk mendapatkan banyak perhatian.

Karena, pada dasarnya dengan ilmu ini, kita mampu untuk

Page 45: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

131

membaca dan memahami mukjizat terbesar Nabi Muhammad

SAW. Dan dengan ilmu ini pula, kita dapat melaksankan perintah

Allah SWT yang salah satunya adalah dalam surat Al-Muzammil

ayat 4, yaitu membaca kalam-Nya dengan bacaan yang tartil.

Menurut hemat penulis, untuk mampu mencintai seseorang

secara dalam, maka ketahuilah asal-usul dan keseluruhannya.

Begitupun dengan ilmu, untuk mampu mencintai sebuah ilmu

dengan dalam, hendaknya ketahuilah sejarah muncul,

berkembang dan keseluruhannya. Berdasarkan pengamatan

penulis, sampai detik ini penulis belum menemukan sebuah karya

yang membahas tentang “Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di

Nusantara”, oleh karena itu penulis melakukan penelitian terkait

hal tersebut. Semoga dengan penelitian sederhana ini, mampu

menghadirkan samudra cinta untuk sebuah ilmu dan karya,

terutama untuk Ilmu Tajwid Al-Qur’an di Nusantara.

Penelitian mengenai ”Sejarah Ilmu Tajwid Al-Qur’an di

Nusantara” ini, masih memiliki ruang yang luas untuk diteliti.

Kedalaman makna Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang terkait

tentangnya merupakan samudra ilmu yang tidak terukur dasarnya,

dan karena keterbatasan penulis hanya mampu menyentuh bagian

permukaannya saja. Untuk itu, penelitian ini bukanlah hasil final

dan masih terbuka ruang-ruang yang harus diteliti lebih dalam

oleh akademisi lain, khususnya para pengkaji Al-Qur’an.

Page 46: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

136

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 47: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

137

Page 48: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

138

Page 49: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

139

Page 50: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

140

Page 51: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

141

Page 52: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

142

Page 53: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

143

Page 54: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

144

Page 55: SEJARAH ILMU TAJWID AL-QUR’AN DI NUSANTARA (Kajian

145