seindah rinai hujan
TRANSCRIPT
![Page 1: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/1.jpg)
SEINDAH RINAI HUJAN
KARYA : HENI HANDAYANI
Hujan itu indah. Hujan itu anugerah. Berjuta bidadari kecil turun dan
melompat-lompat manja, seakan mengisyaratkan apa yang tengah
akurasakan. Seakan ingin turut hadir dalam kebahagiaan yang tengah aku
dapatkan. ku nikmati hujan sore itu. Airnya begitu lembut membelai
rambutku. Tak ku hiraukan nasihat ibuku yang melarangku terkena air
hujan. Beliau berkata bahwa air hujan akan membawa penyakit. Namun, tak
begitu yang aku rasakan kini. Air itu begitu hangat mengalir. Mengalir
begitu lembut hingga aku tak sadar kalau sekujur tubuhku telah
dibasahinya. Banyak orang yang berjalan di sekitarku memandangku
dengan pandangan heran. Tak jarang mereka yang mengerutkan kening.
Mungkin mereka mengira aku telah hilang kesadaran karena berjalan tanpa
pelindung di tengah hujan. Ditambah lagi dengan senyum yang terus
mengembang di bibirku. Tapi, apalah arti pandangan mereka terhadapku.
Hanya aku yang tahu apa yang membuatku seperti itu. Hanya aku dan
orang yang ada di sampingku. Dia berjalan beriringan denganku. Bahkan
begitu dekat. Tak ada lagi jarak yang memisahkan kami, karena tangan
kami saling terpaut. Itulah yang menambah keindahan hujan sore itu.
Pemuda itu memang bukan siapa-siapa bagiku. Tapi, cukup bisa
meneduhkanku di kala hujan seperti ini. Aku merasa begitu nyaman di
sampingnya. Kenyamanan itu tak dapat kuartikan dan aku tak akan
pernah bisa menganrtikannya, karena rasa itu hanya dapat ku rasakan.
Perjalanan kami memang sangat jauh. Tujuan kami adalah ke rumah
salah satu teman kami, Ninda. Awalnya memang dia berencana untuk ke
rumahku. Namun, karena aku takut pada orang tuaku, maka ku ajak dia ke
![Page 2: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/2.jpg)
rumah teman dekatku. Dengan perasaan penuh bahagia, perjalanan panjang
pun tak terasa. Ketika sedang asyiknya bergurau, kami tak sadar bahwa
kami telah sampai di tempat yang kami tuju. Ninda pun hanya senyum
melihat kedatangan kami. Sepertinya dia pun ikut merasakan apa yang
tengah kami rasakan saat itu. Dia pun mempersilakan kami masuk. Kami
segera masuk dan duduk di kursi rotan yang mengisi penuh ruang tamu
rumah Ninda. Sepertinya ninda memang telah menyiapkan momen ini
untuk aku dan Desta. Ya, namanya Desta. Dia anak guru olahragaku.
Bukan karena itu aku dekat dengannya. Tapi, karena dia telah
memenjarakan hatiku. Tape recorder milik Ninda pun kini tengah
bersenandung merdu. Terlantun indah lagu milik Christian Bautista “The
Way You Look At Me”. Suaranya yang sendu menambah keindahan hujan
sore itu. Tak dapat ku pungkiri kalau hatiku begitu bahagia saat itu.
Namun, kebahagiaan itu justru membuatku canggung menghadapi situasi
itu. Aku tak banyak bicara. Bibirku terasa kelu dan tak sanggup berucap.
Hanya senyum yang dapat mengisyaratkan bahagianya diriku kini.
Sedang asyik-asyiknya menikmati alunan lagu itu, tiba-tiba jam
dinding di rumah Ninda pun berdentang menunjukkan pukul tiga sore. Aku
terkejut, aku teringat dengan pesan ibu. Beliau berpesan agar jangan sampai
aku pulang lewat jam tiga karena aku harus berangkat madrasah. Segera
aku bergegas pulang, Desta pun hanya memandangku dengan penuh tanya.
Aku tak menghiraukan pertanyaannya. Yang aku lakukan hanya
mengambil jaketku yang sedari tadi tersandar di punggung kursi dan
mengenakannya. Dengan setengah berlari, aku menuju madrasah. Namun,
tujuan pertamaku bukan madrasahku melainkan rumah Sandra. Dia teman
madrasahku. Aku berharap dapat meminjam busana muslim untukku
kenakan ke madrasah nanti. Sesampainya aku di halaman rumah Sandra,
dia begitu terkejut dengan kedatanganku. Mungkin lebih tepatnya dengan
![Page 3: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/3.jpg)
keadaanku yang basah kuyup. Dengan sigap dia mengambil payung dan
melindungiku dari derasnya air hujan dengan payung tersebut.
Sesampainya di dalam rumah, dia memandangku dengan penuh
pertanyaan terpendam di benaknya.
“Kenapa San, kok ngelihatnya gitu ?” tanyaku heran
“Aku yang harusnya tanya Di. Kenapa kamu hajan-hujanan gini. Masih
pake jeans lagi. Emangnya kamu darimana ?” tanyanya sambil
mengerutkan kening.
“Besok-besok aja deh jelasinnya. Sekarang udah mau masuk kan. Sekarang
aku pinjam baju muslimmu dong.” Kataku menyingkat pembicaraan
“Ya deh. Tapi lain kali kamu kasih tahu aku lho,kenapa kamu kayak gini.
Ya udah sana, keringkan badanmu dan ambil bajunya di lemariku. Terserah
kamu mau pake yang mana.” Balas Sandra
“Oke deh.” Sambungku sambil berlalu menuju kamarnya.
Setelah aku mengeringkan tubuhku, aku pun segera mengganti
pakaianku yang basah kuyup oleh guyuran air hujan dengan baju muslim
milik Sandra.
Kenangan sore itu begitu indah. Pertama kalinya jemariku bergelayut
manja di sela-sela jemari seorang lelaki. aku tak menyangka kejadian sore
itu. Aku tak menyangka kalau dia akan datang ke rumahku. Sempat
terbesit rasa malu dalam benakku. Aku tak yakin dia akan mau datang lagi
ke rumahku. Atau mungkin dia bahkan akan menjauhiku setelah tahu
keadaan rumahku. Aku bukan berasal dari keluarga yang berada. Rumahku
begitu sederhana. Berlantai tanah dan masih berdinding batu-bata yang
masih merah. Sedangkan dia adalah putra seorang guru. Hidupnya
![Page 4: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/4.jpg)
berkecukupan. Namun, semua prasangka burukku akan hal itu seakan
lenyap saat dia meraih dan menggenggam tanganku begitu erat di
sepanjang perlanan ke rumah Ninda. Sepertinya dia tak peduli dengan
keadaan ekonomiku. Dia begitu melindungiku di tengah guyuran air hujan
yang begitu deras mengguyur sekujur tubuhku.
Dua hari setelah kejadian sore itu, aku masih tak dapat
melupakannya. Bahkan aku semakin yakin bahwa aku menyayanginya.
Aku tahu bahwa orang tuaku tak kan mengizinkanku untuk menjalin
hubungan dengan seorang lelaki. Namun, aku tak tega jika harus
menggantungnya seperti ini. Lagi pula aku tak kuasa untuk membohongi
perasaanku. Akhirnya ku putuskan untuk menerima cintanya. Sebagai
sahabat dekatku, aku meminta pertimbangan Ninda mengenai keputusan
yang akan aku ambil itu. Namun, sungguh betapa kecewanya hatiku ketika
mendengar tanggapan darinya. Dia mengatakan bahwa Desta sering
dimarahi ayahnya semeunjak mendekatiku. Bahkan sepulang dari kejadian
manis sore itu, dia tidah diberi uang jajan selama sebulan. Dan sekarang dia
tengah bekerja di salah satu pabrik aksesoris untuk dapat menghasilkan
uang. Betapa teririsnya batinku mendengar semuanya. Ternyata sikap
ayahnya tak ubahnya dengan sikap orang tuaku. Mereka belum
mengizinkan kami untuk menjalin hubungan. Jadi…. Haruskah aku
menolaknya ? Ya, akan menolaknya untuk sekarang, tapi, tidak untuk
beberapa tahun kemudian. Aku yakin aku sayang padanya. Dan aku juga
yakin dia mampu menjagaku. Aku harap dia mengerti makksudku
mengambil keputusan ini.
Sungguh hancur hatiku ketika melihat deraian air mata membasahi
pipinya. Aku tak pernah melihat seorang lelaki menangis untukku. Aku
tahu dia begitu kecewa. Atau mungkin dia begitu membenciku. Aku siap
dengan apa pun tanggapan yang akan dia ambil padaku. Aku tak ingin dia
![Page 5: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/5.jpg)
tahu bahwa aku juga mencintainya. Karena ini akan membuatnya semain
mendekatiku, dan inilah yang membuat ayahnya semakin geram. Dan
mungkin akan menyiksanya lebih dari itu. Maka ku coba untuk ku
kuatkan seluruh perasaanku untuk tetap tegar melihatnya menangis. Aku
tak mau ikut menangis. Tapi, akhirnya aku tak tahan juga. Lalu, ku
putuskan untuk meninggalkannya sendiri di kelas. Aku bergegas ke
taman. Disanalah aku meluapkan seluruh perasaanku. Aku menangis sejadi-
jadinya. Aku tak kuat memendam perasaan ini. Rasanya begitu
menyesakkan hati. Aku sungguh tak kuasa. Aku tak mau dia menjauhiku
apalagi membenciku. Namun, inilah yang dapat membuatnya lepas dari
hukuman ayahnya.
Kini waktu telah berjalan tiga tahun. Dan aku telah menjadi sosok
gadis remaja. Aku sekarang duduk di kelas XII IPA 2. Kebanyakan teman
seusiaku telah memiliki pasangan. Bahkan teman sebangkuku yang
dikenal alim pun kini telah berani berkencan dengan seorang laki-laki.
Sempata aku merasa iri dengan mereka. Tapi, apa yang harus aku perbuat.
Bukankah ini semua salahku ? Sudah tiga orang laki-laki mengungkapkan
perasaannya padaku, tetapi aku menolaknya. Aku melakukannya dengan
alasan belum berani pacaran. Tapi, sekarang aku malah iri dengan teman-
temanku yang memiliki pacar ? Tak sepantasnya aku mempunyai perasaan
itu. Tapi, aku tak dapat membohongi diriku sendiri. Aku ingin seperti
mereka. Aku ingin ada seorang lelaki yang menjagaku. Tapi, ku ingin dia.
Dia…..cinta pertamaku. Dia lelaki yang tak akan pernah ku lupakan, dan
dia lelaki yang telah ku hancurkan hatinya. Begitu pilu hatiku mengenang
semuanya. Kadang sempat aku menitikkan air mata ketika mengenang
kejadian itu.
Untuk melupakan semuanya, akhirnya ku putuskan untuk
menerima cinta teman sekelasku, Putra. Aku tak punya alasan yang kuat
![Page 6: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/6.jpg)
untuk menerimanya. Jangankan cinta, kagumpun tidak. Banyak temanku
yang kecewa dengan keputusanku itu. Mereka terkesan menyesali semua
yang telah aku ambil. Memang wajar mereka bersikap demikian. Sosok
Putra yang tergolong urakan, ditambah lagi dengan prestasi belajarnya
yang dapat dikatakan di bawah rata-rata sungguh bertolak belakang
denganku. Sebenarnya aku pun sependapat dengan mereka. Tapi, semua ini
aku lakukan untuk dapat menghapus semuas perasaan dan semua
kenanganku bersama desta. Karena aku tak mungkin memilikinya lagi.
Kini dia telah memiliki seorang kekasih.
Hubunganku dengan Putra baru berjalan selama sebulan. Aku
mencoba untuk mencintainya. Aku belajar untuk bersikap manis padanya.
Namun, semua yang aku lakukan tak seindah yang aku harapkan. Dia
begitu cuek padaku. Bahkan tak jarang dia merangkul teman wanita di
depanku. Semapat terbesit niat untuk mengakhiri hubungan ini. Tapi, aku
merasa takut kehilangannya. Aku merasa telah jatuh hatinya padanya. Jadi
sebisa mungkin aku bertahan dengan keadaan yang begitu mengiris relung
hatiku.
Hingga sampailah pada suatu peringatan hari Kartini, emosiku tak
tak terbendung lagi. Aku merasa diinjak-injak dan tak punya harga diri
lagi. Awalnya aku tak tahu kejadian itu. Namun, sungguh di luar dugaan,
Desta masih peduli padaku. Dia mengantarku ke kelas XI IPS 3. Di sanalah
semua pertanyaanku mengenai sikap Putra terjawab. Kulihat sebuah ciuman
mendarat mesra di kening Lia. Dia pacar teman Desta. Dan mereka terlihat
begitu menikmati suasana itu. Ku rasakan kakiku begitu rapuh untuk
berdiri. Aku semakin tak kuat jika aku harus terus berada di situ. Jadi,
kuputuskan untuk meninggalkan mereka. Namun untuk memperjelas
status hubunganku dengan putra, maka ku hampiri mereka untuk sekedar
![Page 7: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/7.jpg)
mengatakan “ Kita Putus”. Tak sempat ku perhatikan respon dari Putra
maupun Lia. Aku tak ingin terlihat rapuh di hadapan mereka.
Semenjak kejadian memilukan sekaligus memalukan itu, aku
enggan dekat dengan seorang lelaki. Waktuku lebih banyak ku habiskan di
rumah untuk menyiapkan segala keperluan menjelang kuliah. Namun,
sungguh tak pernah ku sangka. Malam itu dia datang. Desta kembali
datang ke rumahku. Ini adalah kedatangannya yang kedua setelah tiga
tahun yang lalu. Ketika aku membuka pintu, aku tertegun. Namun, tak
berapa lama, aku dapat menguasai diriku. Aku tak tahu apa maksud
kedatangannya. Setelah dia bicara panjang lebar, akhirnya dia mengatakan
kata-kata yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya.
“ Di, aku masih menyayangimu. Dan aku masih menunggumu.” Katanya
lirih.
“menunggu apa. Bukannya kamu sudah punya pacar ?”Kataku tertunduk.
“Kata siapa dia pacarku. Memang aku sempat ingin menjadikannya pacarku
untuk melupakanmu. Tapi, aku nggak bisa ngelakuin itu Di.” Sambungnya
sambil menggenggam erat jemariku.
“Jadi kamu nggak pacaran sama dia ? Sebenarnya aku juga pacaran sama
Putra karena aku ingin melupakannya. Karena aku lihat kamu sudah
punya pacar…..jadi, selama kita kita salah paham ?” Tanyaku
“Iya Di. Sekarang kamu nggak punya alasan lain untuk menolakku. Dulu
kamu bilang kalau kamu takut ayah melarangku kan. Tapi, sekarang
beliau telah mengizinkanku. Jadi, bisa dong kita jadian ?” Tanyanya
dengan penuh harap.
![Page 8: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/8.jpg)
“Siapa bilang bisa. Terus oorang tuaku gimana ? belum tentu mereka ngasig
izin.” Balasku
“Kami mengizinkan sayang. Lagian kalian sudah dewasa. Pastinya mampu
untuk saling menjaga. Kami yakin desta mampu menjagamu.” Sahut
ayahku.
Sungguh bahagianya hatiku mendengar kata-kata ayah.
Penantianku selama tiga tahun akhirnya berbuah manis. Sekarang aku dan
desta resmi pacaran. Namun, kami harus bersabar dulu untuk dapat
meresmikan hubungan ini ke jenjang pernikahan. Karena aku masih harus
menyelesaikan pendidikanku di bangku kuliah selama 4 tahun ke depan.
Sedangkan Desta harus bekerja di Kupang untuk mencari penghasilan yang
cukup. Dia memang tidak kuliah karena dia merasa ingin mengembangkan
bakatnya dalam berbisnis.
Sore itu adalah keberangkatan Desta ke Kupang. Dia tak mau seluruh
anggota keluarga mengantarnya. Dia hanya ingin aku yang melepas
kepergiannya. Dengan diiringi rintik hujan akhirnya aku kami tiba di
bandara. Tak lama menunggu, akhirnya pesawat yang akan dinaiki Desta
akan Take off.
“ Di, aku berangkat dulu ya. Jaga dirimu baik-baik.” Katanya sambil
membelai rambutku.
“Ya, sayang.” Balasku sembari meneteskan air mata.
“Aku sayang kamu.” Lanjutnya sambil mengecup keningku.
“Aku juga” Balasku.
![Page 9: Seindah rinai hujan](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020218/559203c91a28ab40328b45b3/html5/thumbnails/9.jpg)
Desta mulai melangkah meninggalkanku. Namun, aku melepasnya
dengan kebahagiaan, karena kini diau milikku. Dia kekasihku. Dan rinai
hujan sore itu kembali menjadi saksi manisnya kenangan aku dan desta.