secara in vitro skripsi - core.ac.uk · 4.8alat ukur dan pengukuran ... penderita gigi berlubang...

59
DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi OLEH SUCI HARYATI AMIRUDDIN J 111 11 002 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2014

Upload: dinhanh

Post on 20-May-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi

OLEH

SUCI HARYATI AMIRUDDIN

J 111 11 002

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2014

Page 2: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

i

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SUCI HARYATI AMIRUDDIN

J 111 11002

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2014

Page 3: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan

Streptococcus mutans Secara In Vitro

Oleh : Suci Haryati Amiruddin / J 111 11 002

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal 16 November 2014

Oleh :

Pembimbing

drg. Baharuddin M. Ranggang, Sp. Ort

NIP. 19691231200501 1 014

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D

NIP. 19540625 198403 1 001

Page 4: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suci Haryati Amiruddin

Nim : J 111 11 002

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar yang

telah melakukan penelitian dengan judul DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG

PUTIH (Allium sativum) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

SECARA IN VITRO dalam rangka menyelesaikan studi Program Pendidikan Strata

satu.

Dengan ini menyatakan bahwa didalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Makassar, 16 November 2014

Nuraeda,S.Sos

Page 5: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nyalah kita masih dapat menikmati ilmu pengetahuan sehingga skripsi yang

berjudul “Daya Hambat Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus Mutans Secara In Vitro” ini dapat terselesaikan dengan

penuh semangat dan doa, sekaligus menjadi syarat untuk menyelesaikan pendidikan

strata satu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Shalawat dan salam atas junjungan baginda kita, Nabi Muhammad SAW, nabi

yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan telah membawa kita dari alam

kegelapan menuju kea lam terang benderang, beserta orang-orang yang senantiasa

istiqomah dijalannya.

Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. drg. H. Masjur Natsir, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuannya selama penulis

mengikuti pendidikan

2. drg. Baharuddin M. Ranggang, Sp. Ort selaku dosen pembimbing yang telah

mendampingi penulis dalam menyusun skripsi ini untuk

Page 6: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

v

membimbing, mengarahkan, dan memberi nasehat penulis dalam membuat

skripsi ini.

3. drg. Eri Hendra Jubhari, M.Kes selaku Penasehat Akademik atas bimbingan,

perhatian, nasehat dan dukungan bagi penulis selama perkuliahan.

4. Buat kedua orang tua yang tersayang dan tercinta, Ayahanda Amiruddin, S.E

dan Ibu Hj. Sanariatercinta serta saudara-saudara penulis Arya dan Ahmad

serta keluarga penulis yang telah memberikan doa, dukungan, dan pengertian

dalam Pembuatan skripsi ini.

5. Sahabat penulis “Minoritas”, Dedy Ariwansa, Randy Nugraha, Taufik

Azhari, Andi Ika P, Suci Angriani yang selalu menemani dalam senang

maupun susah serta memberikan keceriaan dan motivasi untuk selalu semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini kepada penulis.

6. Kepada Hardiansyah Wirabuana yang mendampingi penulis dari awal hingga

selesainya skripsi ini serta selalu memberikan semangat, doa dan motivasi dalam

suka maupun duka.

7. Teman-teman seperjuangan skripsi bagian “Oral biologi”, Dedy Ariwansa,

M. Arif Budiman, Fitriani Talamma, Fatmawati Dameiria, Nurul Fitri,

Rudin, Wahyu Aji, Anugerah S, dan Rusmini yang selalu memberi dukungan

serta semangat untuk menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman Oklusal 2011 atas dukungan penuh dan semangat yang terus

diberikan kepada penulis.

Page 7: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

vi

9. Teman-teman pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa dan Majelis

Permusyawaratan Mahasiswa FKG Unhas periode 2013-2014, serta

Himpunan mahasiswa Islam Komisariat Kedokteran Gigi.

10. Teman-teman KKN Tematik Yogyakarta Angkatan I yang telah memberikan

dukungan serta semangat selama penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh Dosen, Staf Akademik, Staf Tata Usaha, staf perpustakaan FKG

UNHAS dan staf bagian Oral Biologi yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan

ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Semoga hasil

penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi ke depannya.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 16 November 2014

Penulis

Page 8: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

vii

DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)

TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus mutans

SECARA IN VITRO

Suci Haryati Amiruddin

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Streptococcus mutans adalah salah satu mikroflora normal yang berada pada rongga

mulut dan merupakan bakteri utama yang berperan pada proses terjadinya karies.

Bawang putih mempunyai kandungan senyawa aktif yang diduga mempunyai daya

bakteriostatik yaitu allicin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat

ekstrak Bawang Putih (Alliumsativum) terhadap pertumbuhan Streptococcusmutans.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel penelitian ini adalah S.

mutans dalam sediaan. Pengenceran ekstrak bawang putih antara lain, 4,5%, 5%, 5,5%,

6% dan 6,5%. Daya hambat diperoleh berdasarkan pengukuran zona inhibisi yang

terbentuk di sekitar paper disk dengan menggunakan jangka sorong. Analisis statistik

yang dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa diameter zona inhibisi untuk S. aureus pada konsentrasi ekstrak bawang putih

4,5% (8,13 mm); 5% (8,83 mm); 5,5% (9,46 mm); 6% (9,76 mm); 6,5% (10,03 mm),

sedangkan untuk kontrol postif (9,9) dan kontrol negatif (5,8). Pada hasil analisa statistik

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara berbagai konsentrasi ekstrak

bawang putih dalam menghambat bakteri Streptococcus mutans. Ini berarti, semakin

tinggi konsentrasi ekstrak ekstrak bawang putih maka semakin luas diameter zona

inhibisi.Ekstrak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.mutans.

Namun, masih belum efektif dibandingkan dengan kontrol positif (providone iodine).

Sebab pada hasil uji LSD menujukkan hasil yang tidak signifikan antara ekstrak bawang

putih dan kontrol positif (providone iodine).

Kata kunci: Streptococcus mutans, Ekstrak bawang putih, Bakteriostatik

Page 9: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

viii

Inhibition of Garlic Extract

(Allium Sativum) on The Growing of Streptococcus Mutans

In Vitro

Suci Haryati Amiruddin

Faculty of Dentistry, Hasanuddin University

ABSTRACT

Streptococcus mutans is one of the normal microflora in the mouth residing in the oral

cavity and the main bacteria which play a role for occurrence of caries. Garlic has active

compound content which alleged have bacteriostatic power is allicin. The purpose of this

study was to determine the inhibitory extract Garlic ( Allium sativum ) on the growth of

Streptococcus mutans . This research is an experimental laboratory. Samples were S.

mutans in preparation. Dilution of garlic extract , among others , 4.5 % , 5 % , 5.5 % , 6

% and 6.5 %. Inhibition was obtained by measuring the inhibition zone formed around

the paper disk by using calipers. Statistical analyzes were using Kruskal Wallis test . The

results showed that the diameter of the zone of inhibition for S. aureus at concentrations

of garlic extract is 4.5 % ( 8.13 mm ) ; 5 % ( 8.83 mm ) ; 5.5 % ( 9.46 mm ) ; 6 % ( 9.76

mm ) ; 6.5 % ( 10.03 mm ) , whereas for the positive control ( 9.9 ) and negative control

( 5.8 ). On the results of statistical analysis showed that there were significant

differences between the various concentrations of garlic extract in inhibiting the bacteria

Streptococcus mutans. This means, the higher the concentration of extract of garlic

extract, the more extensive inhibition zone diameter. Garlic extract can inhibit the

growth of S. mutans bacteria. However, it is still not effective in comparison with the

positive control ( providone iodine ). Because the results of LSD test showed its

significant results between garlic extract and positive control ( providone iodine )

Keywords: Staphylococcus aureus, Garlic extract, Bacteriostatic

Page 10: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

1.4 Hipotesis ......................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Putih ................................................................................. 7

2.1.1 Sejarah dan Taksonomi ......................................................... 7

2.1.2 Kandungan Kimi ................................................................... 10

2.1.3 Aktivitas Antibakteri ............................................................. 11

Page 11: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

x

2.1.4 Manfaat Bawang Putih ......................................................... 15

2.1.5Kontraindikasi, Efek Samping, dan Interaksi ........................ 17

2.1.6 Dosis Bawang Putih ............................................................. 17

2.2 Streptococcus mutans ..................................................................... 18

2.2.1 Pengertian dan Taksonomi.................................................... 18

2.2.2 Ekologi ................................................................................. 19

2.2.3 Faktor Virulensi .................................................................... 20

2.2.4Penyakit yang Ditimbulkan ................................................... 21

2.2.5Pencegahan Karies ................................................................ 24

BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................... 25

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 26

4.2 Rancangan Penelitian .................................................................. 26

4.3Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 26

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 26

4.5 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 27

4.6Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 27

4.7Prosedur Penelitian .......................................................................... 28

4.8Alat Ukur dan Pengukuran............................................................... 30

4.9 Analisis Data ................................................................................ 30

4.10Alur Penelitian .............................................................................. 31

Page 12: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

xi

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 32

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................. 35

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan .................................................................................. 40

7.2 Saran ............................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41

LAMPIRAN

Page 13: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bawang Putih ............................................................................... 9

Gambar 2.2 Perubahan Kimia pada Bawang Putih ........................................ 14

Gambar 2.3 Bakteri Streptococcus mutans ..................................................... 19

Gambar 2.4 Skema Penguraian Glukosa ........................................................ 23

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Luas Zona Hambat dan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih ............................................ 33

Page 14: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Kimia Bawang Putih ................................................ 11

Tabel 2.2 Spesies Bakteri Sensitif Terhadap Ekstrak Bawang Putih yang

Mengandung Allicin ...................................................................... 13

Tabel 5.1 Hasil Uji Daya Hambat (sumber : data Primer) .......................... 33

Tabel 6.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri ................. 38

Page 15: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat mencegah penumpukan

plak pada permukaan gigi, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

gingivitis dan penyakit rongga mulut lainnya. Penyakit gingivitis yang semakin parah

akan terus berlanjut jika terjadi penumpukan plak, pada rongga mulut yang

kebersihannya tidak terjaga dengan baik. Selain itu, penyakit rongga mulut lainnya

yang sering terjadi utamanya pada gigi yaitu karies.1

Karies merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat meluas dan terutama

mengenai jaringa keras gigi, sehingga terjadi kerusakan jaringan keras pada rongga

mulut pasien. 2 Karies adalah penyakit infeksi lokal dan bersifat progressif yang

terjadi akibat adanya interaksi faktor-faktor yaitu agen, substrat, host, dan waktu.

Penyakit ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada email akibat perubahan

pH dalam rongga mulut. Asam yang dihasilkan oleh bakteri yang bersifat asidogenik

merupakan penyebab berubahnya pH dalam rongga mulut. Apabila kondisi ini

dibiarkan berlanjut akan mempengaruhi intake gizi yang dapat mengakibatkan

gangguan-gangguan pertumbuhan dan akan mempengaruhi status gizi manusia,

sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi biologis tubuh atau malnutrisi.3

Page 16: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

2

Di Indonesia, penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi.

Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan Hasil Survei Kesehatan

Nasional 2002, yang berarti dari setiap 10 orang Indonesia, terdapat enam orang

diantaranya menderita gigi berlubang. Karies merupakan penyakit rongga mulut

yang paling sering terjadi dengan prevalensi tertinggi di bandingkan penyakit-

penyakit mulut lainnya yaitu 90,05 %.3

Prevalensi karies yang cukup tinggi memiliki dampak yang besar terhadap

kesehatan tubuh, sehingga perlu segera dipikirkan usaha-usaha pencegahan karies.

Salah satu cara pencegahan adalah dengan mengenali tipe bakteri dan mengetahui

aktivitas bakteri penyebab karies sedini mungkin.

Faktor yang sangat berperan pada proses terjadinya karies adalah bakteri

terutama bakteri Streptococcus. Golongan Streptococcus mempunyai beberpa strain,

tetapi yang dominan dan banyak ditemukan dalam rongga mulut manusia adalah jenis

Streptococcus mutans, serta Streptococcus sobrinus. Menurut TW Macfarlane dan

Samaranayake dalam Clinical Oral Microbiology menyatakan bahwa S.mutans

merupakan bakteri penyebab karies gigi paling dominan pada manusia.4

Seperti yang telah kita ketahui bahwa salah satu spesies bakteri yang dominan

dalam mulut yaitu Streptococcus mutans. Bakteri ini normalnya ada dalam rongga

mulut, namun bila terjadi perubahan pada habitat flora normal ini, populasinya dapat

meningkat dan menyebabkan proses terjadinya karies gigi berlangsung lebih cepat.5

Page 17: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

3

Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya korelasi positif antara

jumlah bakteri Streptococcus mutansyang mampu mensintesis polisakarida

ekstraseluler glukan ikatan α (1-3) yang tidak larut dari sukrosa, dapat memproduksi

asam laktat melalui proses homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat

pada permukaan gigi, dan lebih bersifat asidogenik dibanding spesies Streptococcus

lainnya. Oleh karena itu bakteri Streptococcus mutans telah menjadi target utama

dalam upaya mencegah terjadinya karies.2

Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan pemanfaatan bahan-bahan alam

sebagai obat alternatif dalam pelayanan kesehatan. Bahan alam seperti tumbuhan

umbi maupun dedaunan sejak lama digunakan di bidang kesehatan sebagai obat

herbal untuk keperluan preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pengobatan atau

perawatan alternatif dengan menggunakan tanaman obat di Indonesia saat ini lebih

digalakkan, baik dibidang kedokteran, maupun kedokteran gigi.

Penggunaan tanaman untuk pengobatan perlu dikaji lebih mendalam,

khususnya sumber daya nabati Indonesia, yang dikenal kaya dengan keanekaragaman

hayati. Upaya itu dilakukan seiring dengan anjuran pemerintah untuk mengelola dan

memberdayakan segala sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Namun,

pengobatan atau perawatan alternatif, harus dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah, baik dari segi manfaat maupun keamanannya.6

Page 18: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

4

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan

sebagai tanaman obat karena hal ini dianggap sangat bermanfaat dimana sejak dahulu

kala masyarakat kita telah percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai

macam penyakit dan jarang menimbulkan efek samping yang merugikan

dibandingkan obat yang terbuat dari bahan sintetis. Misalnya , tanaman sirih yang

daunnya digunakan untuk mengobati sariawan serta tanaman jarak yang memiliki

khasiat untuk mengobati luka. Saat ini, bidang kedokteran gigi telah memanfaatkan

bahan alam seperti tumbuhan sebagai material klinis.

Masyarakat Indonesia pada umumnya telah mengenal tanaman bawang putih.

Bawang putih ini merupakan salah satu tumbuhan umbi yang memiliki khasiat.

Bawang putih (Allium sativum,L) yang semula hanya dikenal sebagai bumbu dapur,

kini telah diketahui memiliki beragam kegunaan dalam menunjang kehidupan

manusia. Selain manfaat utamanya untuk bahan baku keperluan dapur, umbi bawang

putih juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan obat-

obatan. Bawang putih diketahui dapat membantu menjaga kadar kolesterol normal,

mempunyai zat antibakteri yang ampuh dan dapat membunuh beberapa jenis bakteri.

Zat yang diduga berperan memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin

karena alisin mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh dan dalam beberapa saat

terurai menjadi senyawa dialil-disulfida. Di dalam tubuh, alisin dapat merusak protein

bakteri, sehingga bakteri penyebab penyakit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif

yang mempunyai daya antibiotika cukup ampuh.7

Page 19: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

5

Hasil penelitian yang dilakukan oleh MM Fani,J Kohanteb, dan M Dayaghi

menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih dapat menghambat

pertumbuhan Streptococus mutans. Oleh karena itu, adanya indikasi bahwa bawang

putih mempunyai daya hambat pertumbuhan bakteri, maka penulis ingin melakukan

penelitian tentang daya hambat bawang putih terhadap bakteri Streptococcus mutans

penyebab karies.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Streptococcus

mutans secara invitro.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka dapat dirumuskan masalah

yaitu :

Apakah ekstrak bawang putih dapat menghambat pertumbuhan streptococcus

mutans ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak

Bawang Putih (Alliumsativum) terhadap pertumbuhan Streptococcusmutans.

Page 20: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

6

1.4 Hipotesis Penelitian

Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan

Streptococcus mutans.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Memberikan informasi khususnya di bidang Oral Biologi mengenai

daya hambat ekstrak bawang putih terhadap koloni S.mutans sehingga

dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kandungan bawang

putih dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk pencegahan

karies sehingga diharapkan pencegahan karies menjadi lebih efektif

dan terjadinya penurunan prevalensi karies di Indonesia.

Page 21: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BAWANG PUTIH

2.1.1 Sejarah dan Taksonomi

Nama Bawang Putih berasal dari Anglo-Saxon, yaitu gar (tombak) dan

lac (tanaman), berdasarkan pada bentuk daunnya. Bawang putih ini termasuk

dalam famili Liliaceae dan genus Allium, yang memiliki lebih dari enam ratus

(600) spesies. Bawang putih diyakini berasal dari Cina Barat yaitu di sekitar

Tien Shan Mountains ke Kazakhstan dan Kirgistan. Vedensky mengemukakan

bahwa bawang putih berevolusi dari spesies liar Alliumlongicuspus dimana

tanaman bawang putih dapat ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol),

tumbuh tegak, dan bisa mencapai ketinggian 30-60 cm. Bawang putih ini

menjadi salah satu jenis rempah yang kontroversi sebab ada yang senang

keberadaanya maupun sebaliknya. Beberapa perusahaan menyenangi keberadaan

bawang putih sebab dapat bermanfaat sebagai kesehatan potensial dan kurang

disenangi karena aroma baunya. Bawang putih telah lama digunakan oleh

masyarakat sebagai bahan makanan, sehingga sulit untuk menentukan asal

muasalnya. Hal ini diketahui bawang putih tumbuh liar di Siberia bagian

baratdaya dan menyebar melalui Eropa Selatan ke Sisilia.8,9

Page 22: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

8

Bawang putih dapat tumbuh pada berbagai ketinggian bergantung kepada

varietas yang digunakan. Beberapa daerah penyebaran bawang putih di Indonesia

yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok dan

Nusa Tenggara Timur. Menurut Ditjentan ,daerah-daerah tersebut mempunyai

agroklimat yang sesuai untuk bawang putih sehingga daerah-daerah tersebut

sampai saat ini merupakan daerah penghasil utama bawang putih . Penanaman

yang paling luas berada pada ketinggian di atas 700 meter. Produksi per satuan

luas di dataran tinggi lebih besar dari pada di dataran rendah. Beberapa varietas

cocok ditanam di dataran rendah, sedangkan pada dataran medium dapat ditanam

pada ketinggian 600 m di atas pemukaan laut. Perlu diketahui bahwa varietas

bawang putih pada dataran tinggi kurang baik apabila ditanam di dataran rendah

begitu pula sebaliknya. 10

Selain varietas (kultivar), syarat-syarat lain yang penting adalah udara

sejuk dan kering tanaman pada fase pembentukan umbi. Derajat kemasaman

tanah (pH) yang paling baik untuk penanaman bawang putih adalah 6,5-7,5,

sedangkan apabila pH>6,5 maka tanah harus dialakukan pengapuran.10

Tanaman bawang putih dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Pada

tanah yang ringan, gembur (bertekstur pasir atau lempung) dan mudah

meneteskan air (porous) dapat menghasilkan umbi bawang putih yang lebih baik

dari pada tanah yang berat seperti liat atau lempung. Kondisi tanah yang porous

Page 23: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

9

menstimulir perkembangan akar dan bulu-bulu akar sehingga serapan unsur hara

akan berjalan dengan baik.

Bawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur.

Tergantung pada varietas dan daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman

adalah antara 90 sampai dengan 120 hari. Ciri bawang putih yang siap panen

adalah sekitar 50% daun telah menguning atau kering dan tangkai batang keras.

Adakalanya sebelum panen tanah diairi dahulu agar umbi bawang putih mudah

dicabut.10

Klasifikasi bawang putih (Alllium sativum) sebagai berikut:11

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Liliales

Famili : Liliceae

Genus : Allium

Spesies :Alllium sativum

Gambar 2.1 Bawang Putih10

Sumber :Hilman Yusdar,Hidayat

Achmat,Suwandi.1997.Budidaya Bawang Putih di Dataran

Tinggi.Bandung

Page 24: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

10

2.1.2 Kandungan Kimia

Bawang putih mengandung minyak atsiri yang sangat mudah menguap di

udara bebas. Minyak atsiri dari bawang putih diduga mempunyai kemampuan

sebagai antibakteri dan antiseptic. Sementara itu, zat yang diduga berperan

memberi aroma bawang putih yang khas adalah alisin karena alisin mengandung

sulfur dengan struktur tidak jenuh di dalam beberapa detik saja terurai menjadi

senyawa dialil-sulfida. Di dalam tubuh, alisin merusak protein bakteri penyakit,

sehingga bakteri penyakit tersebut mati.

Allisin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotika yang cukup

ampuh. Banyak yang membandingkan zat ini dengan si raja antibiotic yaitu

penissilin. Bahkan, banyak yang menduga kemampuan alisin 15 kali lebih kuat

daripada penisilin.8

Scordinin berperan sebagai enzim pertumbuhan dalam proses germinasi

(pembentukan tunas) dan pemngeluaran akar bawang putih. Scordinin diyakini

dapat memberikan atau meningkatkan stamina tubuh. Hal ini disebabkan

kemampuan bawang putih dalam bergabung dengan protein dan

menguraikannya, sehingga protein tersebut mudah dicerna oleh tubuh.8

Page 25: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

11

Tabel 2.1 Kandungan kimia lain yang ada dalam bawang putih per 100gr,

sebagai berikut8 :

Kandungan Jumlah

Air

Kalori

Protein

Lemak

Karbohidrat

Serat

Tiamin (Vit B1)

Riboflavin (Vit B2)

Asam askorbat (Vit C)

*Kalsium

Kalium

Natrium

Zat besi

66,2-71,0 %

95,0-122 kal

4,5-7 %

0,2-0,3 g

23,1-24,6 g

0,7 %

Sedikit

Sedikit

Sedikit

26,00-42 mg

346-377,00 mg

16,00 mg

1,40-1,50 mg

*Bersifat menenangkan sehingga cocok sebagai pencegah hipertensi.

2.1.3 Aktivitas Antibakteri

Sifat antibakteri dari bawang putih telah cukup lama diketahui. Berbagai

persiapan bawang putih telah terbukti menunjukkan spektrum yang luas dari

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif termasuk

jenis Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus,

Klebsiella,Proteus, Bacillus, dan Clostridium. Bahkan bakteri asam

seperti MycobacteriumTB yang sensitif terhadap bawang putih. Ekstrak bawang

Page 26: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

12

putih juga efektif terhadap Helicobacter pylori penyebab tukak

lambung. Ekstrak bawang putih dapat pula mencegah

pembentukan enterotoksin A,B, dan C1 dari Staphylococcus .

Hasil penelitian Cavalito dan Bailey yang pertama kali dilakukan

menunjukkan bahwa adanya aktivitas antibakteri bawang putih terutama karena

senyawa allicin. Sensitivitas berbagai bakteri dan isolate klinis pada persiapan

allicin murni sangat signifikan. Seperti terlihat pada tabel 2.2,menunjukkan

bahwa efek antibakteri allicin adalah spectrum luas. Pada kebanyakan kasus,

50% mematikan dosis yang konsentrasinya agak lebih tinggi dari yang

dibutuhkan untuk beberapa antibiotik. Menariknya, berbagai strain bakteri

resisten terhadap antibiotic seperti S.aureus yang resisten terhadap methicilin

dan juga strain enterotoxicogenik yang resisten terhadap berbagai jenis obat

seperti sel Escherichia coli, Enterococcus, Shigella dysenteriae, S. flexneri, dan

S. sonnei yang ditemukan sensitif akan allicin. Disisi lain, strain bakteri lain

sperti strain mucoid dari Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus _ hemolyticus

and Enterococcus faecium ditemukan resisten terhadap aktivitas dari allicin.

Alas an dari efek resisten ini tidak jelas. Diasumsikan bahwa kapsul hidropilik

atau lapisan mukosa mencegah penetrasi dari allicin ke bakteri, tapi hal ini perlu

studi lebih lanjut.12

Page 27: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

13

Tabel 2.2 Spesies bakteri yang sensitive terhadap ekstrak bwang putih

yang mengandung allicin12

NO Strain Bakteri

Konsentrasi

Allicin

(LD50μ g/ ml)

Sensitivitas

1. Escherichia coli 15 Sensitive pada antibiotic

2. Escherichia coli 15 Multidrug resisten MDR

3. Staphylococcus aureus 12 Sensitive

4. Staphylococcus aureus 12 Resisten metasiklin

5. Streptococcus pyogenes 3 Sensitive

6. Streptococcus β hemolyticus > 100 Strain klinis MDR

7. Proteus mirabilis 15 Sensitiv

8. Proteus mirabilis >30 Strain klinis MDR

9. Pseudomonas aeruginosa 15 Sensitiv pada cefprozil

10. Pseudomonas aeruginosa >100 Strain mucoid MDR

11. Acinetobecter baumanii 15 Isolat klinis

12. Klebsiella pneumonia 8 Isolate klinis

Baru-baru ini Universitas East London menemukan bahwa ektrak encer

dari allicin ketika diformulasikan menjadi krim simple dapat membunuh sangat

banyak balutan yang dinamakan “superbug” MRSA (methicillin resistant

Staphylococcus aureus). Bakteri jahat ini selalu mengubah strukturnya dan

membentuk resistensi trhdap berbagai antibiotic faramasi. Hal ini dapat

menyebabkan efek signifikan pada orang yang menderita penyakit kulit sperti

Page 28: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

14

eczema dan jerawat karena bakteri ini memiliki kemungkinan 6 – 7x lebih besar

untuk berkolonisasi pada pasien.13

Allicin adalah komponen sulfur teroksigenasi, terbentuk ketika siung

bawang putih dihancurkan. Alliin adalah prekursor stabil dari allicin dan

tersimpan dalam ruangan pada tanaman yang memisahkannya dari enzim

alliinase (juga dinamakan alliin lyase). Ketika dihancurkan, mereka bercampur

dan alliin diubah degan cepat menjadi allicin oelh aktivitas dari enzim ini.

Aktivitas antibakteri dari allicin telah dikemukakan oleh Ankri dan Mirelman

pada 1999.14

Gambar 2.2 Perubahan Kimia pada Bawang Putih

Sumber : Amagase H, Petesch BL, Matsuura H,Kasuga S, Itakura Y. Intake of Garlic and

Its Bioactive Components. J Nutr.2001

Page 29: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

15

Allicin dipandang sebagai agen antibakteri yang ditemukan pada

kandungan senyawa ekstrak bawang putih, namun dapat menjadi tidak stabil ,

rusak dalam 16 jam di suhu 23̊C. Tetapi, penggunaan ekstrak berbasis air dari

allicin menstabilkan molekul allicin. Hal ini dapat terjadi karena 2 faktor : Ikatan

hydrogen dari air ke atom oksigen reaktif di allicin dapat menurunkan

ketidakstabilannya, dan atau terdapat komponen yang dapat larut di bawang putih

yg dihancurkan yg dapat menstabilkan molekul.14

2.1.4 Manfaat Bawang Putih

Selain sebagai penyedap makanan, bawang putih memiliki beberapa

manfaat, seperti :

a. Potensi Antidiabetes

Berdasarkan Laporan dari WHO, bawang putih dapat digunakan

untuk membantu pengobatan hiperglikemia. Menurut sebuah

laporan oleh Ryan et all, sepertiga pasien diabetes mengambil obat

alternatif yang mereka anggap berkhasiat, yaitu bawang putih

yang paling umum digunakan. Bawang putih konstituen yang

disiapkan oleh berbagai cara telah terbukti memiliki aktivitas

antidiabetes. Pada pasien diabetes, dilaporkan bahwa minyak

bawang putih dapat memperbaiki hiperglikemia. Selain itu,

berbagai prekursor konstituen dialil sulfyda bawang putih, S-allyl-

Page 30: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

16

sistein sulfoksida (allin), telah terbukti memiliki efek

hipoglikemik .

b. Potensi Antimikroba

Sifat antibakteri yang dimiliki bawang putih telah dikenal sejak

lama. Berbagai persiapan bawang putih telah ditunjukkan untuk

spektrum luas dari aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram-

negatif dan bakteri Gram positif termasuk spesies Escherichia,

Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus,

Bacillus, dan Clostridium. Bahkan bakteri seperti Mycobacterium

tuberculosis sensitif terhadap bawang putih.

c. Potensi Antijamur

Pengenceran tinggi ekstrak Allium sativum, atau bawang putih,

telah terbukti memiliki fungistatic dan aktivitas fungisida in vitro

dan in vivo. Pada spesies ekstrak A. sativum yang banyak

digunakan untuk mengobati pasien dengan infeksi jamur sistemik.

d. Potensi Imunomodulator

Allium sativum merupakan tanaman obat yang penting memiliki

efek imunomodulator.

e. Potensi Anti inflamasi

Kehadiran berbagai konsentrasi ekstrak bawang putih dan efek

pada produksi sitokin leukosit yang diteliti secara in vitro dengan

Page 31: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

17

menggunakan aliran multiparameter cytometry. Dengan

menghambat Th1 dan sitokin inflamasi sementara produksi IL-10,

pengobatan dengan ekstrak bawang putih dapat membantu untuk

mengatasi peradangan yang terkait dengan IBD.9,15

2.1.5 Kontraindikasi, Efek Samping, dan Interaksi

Efek yang tidak diinginkan bawang putih adalah adanya bau napas dan

bau badan. Konsumsi bawang putih mentah berlebihan, terutama saat perut

kosong dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, flatulensi, dan perubahan

flora usus. Selain itu, dilaporkan juga dermatitis alergi, terbakar dan melepuh

setelah penggunaan topikal bawangputih mentah. Pengguna antikoagulan harus

berhati-hati karena bawang putih mempunyai efek antitrombotik. Pada pasien

yang akan menjalani operasi, dianjurkan tidak memakan bawang putih dosis

tinggi 7 sampai 10 hari sebelum operasi karena dapat menyebabkan

perpanjangan masa perdarahan dan berhubungan dengan hematoma

epidural/spinal.16

2.1.6 Dosis Bawang Putih

Dosis efektif penggunaan bawang putih tidak ditentukan. Secara umum,

dosis yang digunakan pada orang dewasa adalah 4 gram (satu sampai dua siung)

bawang putih mentah per hari, 300 mg bubuk bawang putih kering, 2 sampai 3

kali per hari atau penggunaan ekstrak bawang putih 7,2 gram per hari.17

Page 32: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

18

Berbagai penelitian yang menggunakan bubuk bawang putih dengan dosis

600-900mg per hari, yang mengandung 3,6-5,4mg allicin merupakan komponen

aktif bawang putih.18

Saat ini, terdapat beberapa preparat bawang putih di pasaran, meliputi garlic

powder, garlic oil, garlic raw; aged garlic extract merupakan preparat pilihan untuk

pengobatan hipertensi.19

2.2 STREPTOCOCCUS MUTANS

2.2.1 Pengertian dan Taksonomi

Streptococcus mutans merupakan bakteri anaerob fakultativ, bakteri

Gram-positif berbentuk kokus yang biasa ditemukan dalam rongga mulut

manusia dan merupakan kontributor signifikan untuk kerusakan gigi. Mikroba ini

pertama kali diperkenalkan oleh J Kilian Clarke pada tahun 1924.13

Mikroorganisme fakultatif anaerob ini dapat memetabolisme karbohidrat dan

dianggap sebagai agen etiologi terjadinya karies. Sifat kariogenik bakteri ini

terkait dengan berbagai faktor termasuk dekstran, produksi konsentrasi tinggi

asam dalam pembentukan plak dan transferase glocosyl.14

Page 33: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

19

Taksonomi Streptococcus mutans sebagai berikut15

:

Kingdom : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Lactobacilalles

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Spesies :Streptococcus mutans.

2.2.2 Ekologi

Pada rongga mulut terdapat dua puluh lima spesies Streptococcus yang

hidup. Setiap spesies telah mengembangkan sifat khusus yang spesifik untuk

mengisi bagian yang berbeda dan terus berubah kondisi untuk melawan bakteri

dan bersaing untuk menghadapi tantangan dari luar. Penyakit mulut terjadi

karena adanya ketidakseimbangan biota dalam mulut. Dalam kondisi khusus,

streptokokus komensal dapat beralih ke patogen oportunistik, memulai penyakit

dan merusak host. Streptococcus mutans adalah bakteri yang paling penting

karena menjadi penyebab kerusakan gigi. S. mutans,spesies mikroba yang sangat

berhubungan dengan lesi karies, secara alami ada dalam mikrobiota mulut

manusia. Taksonomi bakteri ini kompleks tetap tentatif. Sebuah penelitian pada

tahun 1970 menemukan bahwa S. mutans lebih prevalen pada pit dan fisura ,

Gambar 2.3 Streptococcus mutans

Sumber :www.wikimedia.org

Page 34: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

20

yang merupakan 39% dari total streptococcus dalam rongga mulut. Bakteri

S. mutans ditemukan sedikitnya pada permukaan bukal (2-9%).20

2.2.3 Faktor virulensi

Streptococcus mutans yang diperoleh dalam bakteri mulut yang lain

umumnya juga berperan pada prevalensi dalam ekologi rongga mulut. Beberapa

spesies, seperti Streptococcus oralis dan Streptococcus mitis yang terdeteksi pada

bayi yang masih berumur beberapa hari. Setiap perubahan dalam perkembangan

ini, kolonisasi dapat menyebabkan peningkatan risiko karies gigi. Misalnya,

penelitian yang dilakukan oleh Li et al yang menemukan bahwa bayi yang

dilahirkan melalui operasi sesar memiliki tingkat terdeteksi S. mutans sekitar

setahun lebih awal daripada yang dilahirkan secara normal, mungkin karena

mereka tidak terkontaminasi oleh bakteri perintis yang ditemukan pada perineum

ibu mereka sedangkan pada bayi yang lahir normal terkontaminasi.

Namun, faktor virulensi terbesar dan penentu terbesar dari kerentanan

karies adalah bakteri: konsumsi karbohidrat yang kaya akan gula. Setiap

masuknya karbohidrat ke dalam mulut maka terjadi penurunan pH yang sangat

pesat,sehingga kondisi ini mendukung terjadinya demineralisasi gigi serta

meningkatnya aktivitas S. mutans. Dalam kondisi di mana manusia secara tidak

langsung terjadi perkembangan bakteri dalam mulutnya tanpa ia sadari .Pada

studi pemeriksaan pH dan kebiasaan makan dari waktu ke waktu, orang-orang

yang makan tiga kali sehari secara teratur mengalami penurunan setelah makan

Page 35: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

21

sama dalam pH seperti mereka yang mengunyah terus-menerus. Sementara

peningkatan prevalensi fluoridasi dari pasokan air telah membuat konsumsi gula

kurang dari faktor risiko, masih salah satu prediktor terbesar karies gigi.20

2.2.4 Penyakit yang ditimbulkan

Penyakit yang disebabkan adalah karies gigi, beberapa hal yang

menyebabkan karies gigi bertambah parah yaitu seperti gula, air liur, dan juga

bakteri pembusuknya. Setelah memakan sesuatu yang mengandung gula,

terutama adalah sukrosa, dan bahkan setelah beberapa menit penyikatan gigi

dilakukan, glikoprotein yang lengket ( kombinasi molekul protein dan

karbohidrat) melekat pada gigi sehingga menjadi awal pembentukan plak pada

gigi. Pada waktu yang bersamaan, berjuta-juta bakteri yang dikenal sebagai

Streptococcus mutans juga melekat pada glycoprotein itu. Walaupun, banyak

bakteri lain yang juga melekat, hanya Streptococcus mutans yang dapat

menyebabkan rongga atau lubang pada gigi.21

Pada langkah selanjutnya, bakteri menggunakan fruktosa dalam suatu

metabolisme glikolosis untuk memperoleh energi. Hasil akhir dari glikolisis di

bawah kondisi-kondisi anaerobic adalah asam laktat. Asam laktat ini

menghasilkan kadar keasaman yang tinggi untuk menurunkan pH yang sejumlah

tertentu dapat menghancurkan zat kapur fosfat di dalam email gigi sehingga

mengakibatkan terbentuknya suatu rongga atau lubang.21

Page 36: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

22

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang berkembang dalam suatu

plak, yang virulensinya tergantung koloni dan produk-produk yang dihasilkan

bakteri. Streptococcus mutans ini yang memiliki suatu enzim yang disebut

glukosil transferase di atas permukaannya, yang dapat menyebabkan

polimerisasi glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga

dapat mensintesa molekul glukosa yang memiliki berat molekul yang tinggi yang

terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3). Pembentukan alfa (1-3) ini

sangat lengket, sehingga tidak larut dalam air. Hal ini dimanfaatkan oleh bakteri

Streptococcus mutans untuk berkembang dan membentuk plak pada gigi.

Enzim yang sama melanjutkan untuk menambahkan banyak molekul

glukosa ke satu sama lain untuk membentuk dextran yang mana memiliki

struktur sangat mirip dengan amylose. Dextran bersama dengan bakteri melekat

dengan erat pada gigi enamel dan menuju ke pembentukan plak pada gigi.Hal ini

merupakan tahap dari pembentukan rongga atau lubang pada gigi.

Page 37: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

23

Berikut skema dari penguraian glukosa tersebut :

Gambar 2.4 Skema penguraian glukosa21

Sumber :Widya Nugraha Ari. “Streptococcus mutans, Plak Dimana-

mana”.Yogyakarta:Fakultas Farmasi USD

Tes mikrobiologi dipakai untuk penilaian karies, yaitu sampel air liur

dapat digunakan untuk mengetahui jumlah koloni Streptococcus mutans dan

Lactobacillus di dalam rongga mulut. Selanjutnya dikuantifikasi dan

diekstrapolasi untuk memperoleh jumlah koloni bakteri tersebut dalam hitungan

permililiter air liur yang disebut dengan CFU (colony forming unit) dan

ditetapkan sebagai berikut22

:

Page 38: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

24

a. Aktifitas karies yang tinggi, jumlah koloni Streptococcus mutans>

106/mL, sedangkan jumlah koloni Lactobacillus > 10

5/mL.

b. Aktifitas karies yang rendah, jumlah koloni Streptococcus

mutans<105 /mL, sedangkan jumlah koloni Lactobacillus

<104/mL.

22

2.2.5 Pencegahan karies gigi

Pencegahan dapat meliputi penyikatan gigi yang sering dan dengan serat

halus seperti sutra. Dilakukan suatu diet yang kaya akan zat kapur dan fluoride

yang di dalam air minum membuat email gigi menjadi lebih kuat dan mencegah

karies.

Diet karbohidrat yang lebih kompleks yaitu diet rendah untuk gula dan

tidak terdapat sukrosa dalam makanan ringan merupakan cara pncegahan yang

efektif juga.21

Page 39: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

25

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan :

Variabel independen Variabel yang diteliti

Variabel dependen Variabel yang tidak diteliti

Variabel kendali

Bawang Putih

Umur Berat Jenis Lokasi/Asal

Ekstrak

Aquades

Etanol

Methanol

Daya Bakteriostatik

Daya Hambat

Streptococcus mutans

Page 40: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

26

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan post test controlleddesign.

4.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Mikrobiologi

FakultasKedokterandan laboratorium Fitokimia Farmasi Universitas Hasanuddin.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Agustus 2014

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Independen : Ekstrak bawang putih

Variabel Dependen : Pertumbuhan Streptococcus mutans

Variabel Kendali : Daya bakteriostatik, bawang putih (umur,

lokasi/asal, jenis, dan berat)

Page 41: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

27

4.5 Definisi Operasional Variabel

Pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans = Jumlah koloni bakteri

Streptococcus Mutans pada media agar yang jumlahnya dihitung dengan bantuan

metode hitungan cawan

Ekstrak bawang putih = Sejumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengektraksi zat aktif dari tanaman bawang putih Honan yang berasal dari Cina

menggunakan pelarut etanol .

Bawang putih Honan = Umbi dari tanaman bawang putih (Allium sativum

L) yang terdiri dari siung-siung bernas, kompak dan masih terbungkus oleh kulit

luardan berasal dari China. Bawang putih ini diperoleh dari salah satu

supermarket yaitu Carefour Makassar, Sulawesi Selatan.

4.6 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :

a. Cawan Petri a. Streptococcus mutans

b. Neraca analitik b. Bawang Putih Honan

c. Autoklaf c. Aquades steril

d. Labu Erlenmeyer d. Muller Hinton Agar

e. Tabung Reaksi e. Spiritus

f. Jangka sorong f. Etanol 96%

g. Incubator g. Masker

h. Bunsen h. Handschoen

Page 42: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

28

i. Pinset i. Paper disk

j. Ose bulat j. Spidol

k. Rotaevaporasi k. Aluminium foil

4.7 Prosedur Penelitian

a. Sterilisasi Alat

Semua alat yang digunakan dalam penelitian disterilkan dalam autoklaf

pada suhu 121oC selama 15 menit dengan cara cawan petri dibungkus

dengan aluminium foil, labu ukur ditutup dengan kertas perkamen lalu

diikat dengan tali, dan labu erlemeyer diisi dengan akuades sebanyak 250

ml lalu ditutup dengan kapas yang sudah dipadatkan.

b. Pembuatan ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) .

Bawang putih sebanyak 500gr,lapisan paling luar di buang, lalu di

blender dengan mencampurkan etanol 96%. Bawang putih yang telah

halus, kemudian disaring dengan menggunakan kain saring. Lalu gunakan

rotaevaporasi untuk mengambil ekstrak dari bawang putih tersebut.

c. Pembuatan medium

Muller Hinton Agar (MHA) sebanyak 38 gram dilarutkan dengan 1 liter

akuades menggunakan tabung Erlenmeyer, kemudian dihomogenkan dan

dituang ke dalam tabung reaksi steril yang ditutup dengan aluminium foil.

Media tersebut disterilkan di dalam autoclave pada suhu 1210C selama 25

Page 43: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

29

menit. Selanjutnya, tuang ke dalam cawan petri, tiap cawan petri berisi

15-20 ml dan dibiarkan sampai memadat, siap untuk digunakan.

d. Pengenceran

Pengenceran bertujuan untuk menghasilkan beberapa konsentrasi yang

akan digunakan dari ekstrak bawang putih yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutan dan zona penghambatnya.

Saripati bawang putih hasil ekstraksi kemudian dibuat larutan sesuai

konsentrasi yang akan dipakai. Timbang ekstrak tersebut, kemudian

encerkan dengan menggunakan pelarut aquades steril.

Untuk larutan ekstrak 0.45 gr/ml : 0.45 gram ekstrak diencerkan sampai

dengan volume 10 ml. Larutan ekstrak 0,5 gr/ml : 0,5 gram ekstrak

diencerkan sampai dengan volume 10 ml. Larutan ekstrak 0,55 gr/ml :

0.55 gram ekstrak diencerkan sampai dengan volume 10 ml.

Untuk konsentrasi 0.65 gr/ml, 0.6 gr/ml dilakukan dengan cara yang

sama. Sedangkan untuk control (+) menggunakan Providone Iodine dan

control (-) menggunakan Aquades.

e. Uji Daya Hambat

Setelah itu siapkan 3 cawan petri yang telah berisi medium . Lalu

tambahkan 3 ose suspensi Streptococcus mutans pada masing-masing

cawan petri. Kemudian pada masing-masing konsentrasi larutan yang

telah dibuat, masukkan paper disk. Setelah itu, paper disk tersebut

Page 44: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

30

dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri yang digunakan.

Sehingga, setiap cawan petri berisi 7 paper disk. Inkubasikan ke dalam

inkubator selama 1x24 jam

f. Zona inhibisi

Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran diameter zona inhibisi

(zona bening atau daerah jernih tanpa pertumbuhan mikroorganisme)

yang terbentuk di sekitar paper disk. Pengukuran tersebut menggunakan

jangka sorong dan dinyatakan dalam milimeter.

4.8 Alat Ukur Dan Pengukuran

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah cara uji daya hambat(zona

inhibisi). Sedangkan pengukuran menggunakan pengamatan kuantitatif.

4.9 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu uji Kruskal Wallis.

Page 45: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

31

4.10 Alur Penelitian

Pembuatan Bahan uji

Page 46: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

32

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai uji daya hambat ekstrak bawang putih

terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jenis penelitian eksperimen

laboratorium ini menggunakan desain penelitian post-test only with controlled group

design. Penelitian dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan

Fitokimia Farmasi Universitas Hasanuddin pada bulan April hingga Agustus 2014.

Subjek penelitian merupakan koloni bakteri Streptococcus mutans sediaan yang

dikembangkan di laboratorium dan telah memenuhi standar kriteria subjek penelitian.

Penelitian ini menggunakan lima kelompok perlakuan, kelompok positif, dan

negatif. Lima kelompok perlakuan terdiri dari lima kosentrasi ekstrak bawang putih

yang berbeda, yaitu 4.5%, 5%, 5.5%, 6%, dan 6.5%. Kelompok positif menggunakan

larutan povidone iodine (betadine) dan kelompok negatif dengan larutan aquades. Uji

daya hambat dihitung sebagai zona daya hambat yang terjadi setelah perlakuan diberikan

pada zona koloni bakteri dan diukur dalam diameter dengan satuan milimeter (mm).

Selanjutnya,seluruh hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dicatat, dilakukan

pengolahan dan analisis data dengan menggunakan program SPSS versi 20.0 (SPSS Inc.,

Chicago, IL, USA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji daya hambat ekstrak Allium sativum

yang dihasilkansangat signifikan,yaitu konsentrasi 4,5% hingga 6,5% dapat menghambat

Page 47: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

33

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Sedangkan pada control positif dapat pula

menghambat bakteri uji, namun untuk control negatif tidak memperlihatkan daya

hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans karena hanya diameter paper disk

yang terbentuk.

Tabel 5.1. Hasil uji daya hambat ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan S.mutans

Jenis Konsentrasi

Daya Hambat

Intervensi (%) Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rata-rata

Ekstrak Bawang

Putih 4.5 6.8 7 10.6 8.13

5 7.9 7.8 10.8 8.83

5.5 8.6 8.9 10.9 9.46

6 9 9.4 10.9 9.76

6.5 9.3 9.6 11.2 10.03

Providone Iodine(+)

9.9 10 9.8 9.9

Aquades(-) 5.8 5.8 5.8 5.8

*Data Primer

0

2

4

6

8

10

12

4.50% 5% 5.50% 6% 6.50%

Lu

as

Zon

a H

am

bat

(mm

)

Konsentrasi Ekstrak Bawang Putih

Gambar 5.1 Grafik hubungan luas zona hambat dan konsentrasi ekstrak Bawang Putih

Sumber :Data primer

Page 48: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

34

Tabel 5.1 menunjukkan deskripsi jenis intervensi dan perbedaan luas daya

hambat secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dijelaskan pada tabel 5.1 menunjukkan

bahwa tiap kelompok perlakuan terdiri dari jumlah subjek yang sama banyak, yaitu tiga

zona tiap kelompok perlakuan ,dengan total subjek penelitian sebanyak 21 zona. Setelah

diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya, terbentuk sebuah zona daya hambat dalam

zona koloni bakteri. Zona daya hambat ini dihitung berdasarkan diameter dengan ukuran

milimeter (mm). Zona minimal daya hambat adalah kontrol negatif yang hanya diberi

perlakuan aquades, yaitu sebesar 5.8 mm. Secara keseluruhan, zona daya hambat terluas

diperoleh dari kelompok ekstrak bawang putih 6.5% dengan rata-rata daya hambat

mencapai 10.03 mm. Luas zona tersebut berhasil melewati zona yang dihasilkan dari

kontrol positif, povidone iodine, yaitu sebesar 9.90 mm. Zona daya hambat paling kecil

dari ekstrak bawang putih, diperoleh pada konsentrasi 4.5%, yaitu sebesar 8.133 mm.

Berdasarkan hasil uji statistik,

Pada gambar 5.1, dapat dilihat bahwa dengan membandingkan daerah hambatan

yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi, diketahui jika daerah hambat yang

dihasilkan akan semakin kecil dengan penurunan konsentrasi dan semakin meluas

seiring meningkatnya konsentrasi uji.

Page 49: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

35

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ekstrak Bawang Putih

(Alliumsativum) dapat menghambat pertumbuhan Streptococcusmutans . Pada penelitian

ini digunakan ekstrak etanol bawang putih. Pada pembuatan ekstrak digunakan etanol

dimaksudkan agar didapatkan suatu senyawa terkandung dalam ekstrak bawang putih

yang diduga dapat berperan sebagai antimikroba. Pelarut etanol dipilih oleh karena sifat

toksiknya lebih rendah dibanding dengan pelarut lain seperti eter ataupun metanol.

Pada kelompok kontrol ekstrak bawang putih diberi providone iodine untuk

control positif dan aquades untuk control negatif. Pada penggunaan control positif ini

bertujuan untuk melihat seberapa besar efektif antara ekstrak bawang putih

dibandingkan providon iodine dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa uji daya hambat ekstrak

bawang putih terhadap Streptococcus mutan yaitu dimana konsentrasi 4,5%, 5%, 5,5%,

6%, dan 6,5% sudah memperlihatkan adanya zona inhibisi tetapi dengan diameter yang

relatif kecil, hal ini diketahui bahwa pada konsentrasi ekstrak bawang putih tersebut,

sudah memiliki daya hambat tetapi tidak cukup signifikan untuk menghambat

pertumbuhan bakteri S. mutans. Namun, pada konsentrasi tersebut mempunyai zona

inhibisi yang semakin meluas sesuai dengan semakin besar konsentrasi ekstrak bawang

Page 50: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

36

putih. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih maka diameter zona hambat

semakin luas, tetapi persen peningkatan relatif kecil.

Antimikroba yang ditunjukkan ekstrak bawang putih pada penelitian ini memiliki

zat aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri berupa tannin, alkaloid, saponin dan

allicin yang mana keempat zat tersebut merupakan komposisi kimia yang terkandung

dalam ekstrak bawang putih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yu-Ying Chen,dkk

menunjukkan bahwa pertumbuhan S. mutans juga dipengaruhi oleh dialil sulfide.

Semakin meningkat konsentrasi dialil sulfida, daya hambat ekstrak bawang putih

terhadap pertumbuhan S. mutans semakin baik.23

Dialil sulfide merupakan turunan

allicin yang memiliki efek antimikroba.24

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sana dan Ifra menunjukkan bahwa rempah-rempah seperti bawang

putih (Allium sativum), kunyit (Curcuma longa) dan kayu

manis (Cinnamomumzeylanicum) digunakan dalam studi penelitian efektif terhadap

strain uji bakteri. Namun aktivitas daya hambat terbaik ditunjukkan oleh bawang putih

yang membentuk zona maksimum 26mm terhadap Bacillus subtilus DSM 3256 dan

22mm terhadap E.coli ATCC 25922.25

Kandungan senyawa aktif pada bawang putih mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri adalah tannin,alkaloid,saponin dan allicin.Semakin

pekat larutan uji, semakin besar diameter hambat yang dibentuk oleh bakteri. Hal ini

berarti kandungan zat fitokimia dalam ekstrak bawang putih sangat tinggi dan mampu

Page 51: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

37

menghambat pertumbuhan bakteri uji. Alkaloid dari ekstrak bawang putih mengandung

racun yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau dapat menyebabkan sel

bakteri menjadi lisis bila terpapar oleh zat tersebut. Menurut Harborne, tannin yang

terkandung dalam ekstrak akan mengganggu sel bakteri dalam penyerapan protein oleh

cairan sel. Hal ini dapat terjadi karena tannin menghambat proteolitik yang berperan

menguraikan protein menjadi asam amino sedangkan saponin mengandung zat yang

mampu menghemolisis darah. Diketahui bahwa membrane sel darah menyerupai

membrane sel pada bakteri sehingga proses yang terjadi pada sel bakteri oleh saponin

sama seperti yang terjadi pada sel darah merah.26

Namun kandungan senyawa aktif yang

paling berperan penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu allicin (diallyl

disulfide thiosulfinate).

Allicin, merupakan komponen fitokimia dari bawang putih, yang dianggap

berperan penting dalam menghambat pertumbuhan bakteri dari bawang putih. Efek

antimikroba dari allicin telah dikaitkan terhadap reaksi dengan kelompok thiol dari

berbagai enzim , misalnya, alkohol dehidrogenase, reduktase thioredoxin, dan RNA

polymerase.7Katzung menjelaskan bahwa mekanisme kerja senyawa antimikroba

dimulai dengan penghambatan sintesis dinding sel, perubahan permeabilitas membran

sel atau transpor aktif melalui membran sel, penghambatan sintesis protein yaitu

penghambatan penerjemahan dan transkripsi material genetik dan penghambatan sintesis

asam nukleat. Kerusakan membran sel menyebabkan tidak berlangsungnya transport

Page 52: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

38

senyawa dan ion ke dalam sel bakteri sehingga bakteri mengalami kekurangan nutrisi

yang diperlukan bagi pertumbuhannya dan akhirnya mati.27

Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak

bawang putih maka daya anti bakterinya semakin tinggi pula. Konsentrasi 6,5% ekstrak

bawang putih mempunyai zona hambat yang paling besar.

Menurut Greenwood dalam Yeni Mulyani dkk.28

respon hambat bakteri dapat di

klasifikasikan sebagaimana dalam Tabel 6.1.

Tabel 6.1 klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri

Diameter Zona Hambat Respon Hambatan Pertumbuhan

> 20 mm Kuat

16 - 19 mm Sedang

10 - 15 mm Lemah

< 10 mm Tidak ada

Berdasarkan Tabel 6.1 tentang klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri,

sampel ekstrak bawang putih yang digunakan dalam penelitian ini memiliki respon

hambatan pertumbuhan antibakteri kurang efektif terhadap Streptococcus mutan. Hal ini

dilihat beberapa konsentrasi ekstrak bawang putih mempunyai diameter zona hambat di

bawah 10 mm. Hal ini dapat dipengaruhi oleh konsentrasi yang diguanakan, karena tidak

mencapai 100 %. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Shobana dkk, membuktikan

adanya senyawa antibakteri yang terkandung di dalam bawang putih yaitu allicin yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti staphylococcus aureus, Escherichia

coli, bacillus cereus, dan salmonella typhi.29

Page 53: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

39

Banyak penelitian tentang ekstrak bawang putih yang sudah dilakukan, namun

masih sedikit ditemukan manfaat dari bawang putih dalam bidang kedokteran gigi. Dari

penelitian ini diharapkan agar bawang putih menjadi salah satu bahan anti bakteri

dibidang medis, khususnya bidang kedokteran gigi. Bawang putih masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan isolasi zat aktif untuk mendapatkan hasil yang lebih

maksimal yang dapat di aplikasikan dibidang kesehatan gigi dan mulut.

Page 54: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

40

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak bawang putih dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri Streptococcus mutan.

2. Ada perbedaan yang signifikan dari masing-masing konsentrasi ekstrak

bawang putih terhadap menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans.

3. Pada penelitian ini diperoleh konsentrasi minumum yang dapat

menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans yaitu 4,4%, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo et al memperoleh kadar hambat

minimum pada konsentrasi 5%.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai daya hambat

ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan Streptococcus mutansecara

in vivo

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai khasiat farmakologis

zat-zat aktif yang terkandung di dalam bawang putih terhadap bakteri

lainnya, serta sifat toksisitas hususnya pada gigi dan mulut.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan yang digunakan

untuk mengekstrak bawang putih serta proses ekstrak yang bervariasi.

Page 55: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Boel TreliaDaya Antibakteri Kombinasi Triklosan Dan Zink Sitrat Dalam

Beberapa Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans.

Jurnal Dentika Dental. Medan:Universitas Sumatera Utara.2000

2. Sabir Ardo. Aktivitas Antibakteri Non-Flavonoid Propolis Trigona SP

Terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans (In Vitro). Jurnal Ilmiah

Kedokteran Gigi. Jakarta:Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Professor

Doktor Mustopo. 2010

3. Chismirina Santi, Et Al.Efek Ekstrak Buah Jamblang Terhadap

Pertumbuhan Streptococcus Mutans Sebagai Penyebab Utama Karies.

Jurnal Dentika Dental. Aceh:FK UNISSULA. 2011

4. Heriandi Yuke,Widya Asmara. Genotype Streptococcus Mutans Dan

Streptococcus Sobrinus Anak Yang Mengkonsumsi Makanan Kariogenik

Dan Non Kariogenik. Jurnal PDGI No.3. Jakarta.2003

5. Amelia Felice. Perbedaan Jumlah Streptococcus Mutans Dalam Saliva

Wanita Menopause Dan Wanita Subur. Jurnal Pdgi No.2. Jakarta. 2006

6. Purnamasari Devi Ayu, Et Al. Konsentrasi Ekstrak Biji Kakao Sebagai

Material Alam Dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans.

Jurnal PDGI No. Surabaya. 2010

Page 56: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

42

7. Houshmand Behzad, Et al.Antibacterial Effect Of Different

Concentrations Of Garlic (Allium Sativum) Extract On Dental Plaque

Bacteria. Indian Journal Of Dental Research Vol 24. 2013

8. Syamsiah,Tajuddin. Khasiat & manfaat bawang putih raja antibiotik

alam. Agromedia Pustaka. 2003

9. Matthew, Titus. Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on

Some Enteric (Pathogenic) Bacteria. New York Science Journal.New

York. 2009

10. Hilman Yusdar, Hidayat Achmat, Suwandi. Budidaya Bawang Putih di

Dataran Tinggi.Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Hortikultura. Bandung. 1997

11. Hutapea J.R.Allium Sativum,Inventaris Tanaman Obat Indonesia.Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. 2000

12. Ankri Serge,Mirelman David. Antimicrobial Properties Of Allicin From

Garlic.Departemen of Biological Chemistry. Israel. 1999

13. Josling Peter. From Fresh Garlic, Nature’s Original Microbial. [Diakses

tanggal 10 September 2014].Available from: http://Allicincentre.com

14. Cutler RR, P Witson. Antibacterial Activity Of A New, Stable, Aqueous

Extract Of Allicin Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. J

Brititish of Biomedical Science. London. 2004

Page 57: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

43

15. Londhe,et al. Role Of Garlic (Allium Sativum) In Various Diseases: An

Overview. J Of Pharmaceutical Research And Opinion. India. 2011

16. Imelda Meilina,Kurniawan Steffi. Peranan Garlic (Bawang Putih) pada

Pengelolaan Hipertensi. Kalimantan Barat. 2013

17. Tattelman E. Health Effects of Garlic. Am. Family Physician. 2005

18. Ried K, Frank, Stocks NP. Aged Garlic Extract Lowers Blood Pressure in

Patients with Treated but Uncontrolled Trial. 2010

19. Amagase H et al. Intake of Garlic and Its Bioactive Components. Journal

Of Nutrition. 2001

20. Simon, Lisa. The Role of Streptococcus mutans and Oral Ecology in the

Formation of Dental Caries.Lethbridge Undergraduate Research Journal,

Volume 2 No. 2. 2007

21. Widya Nugraha Ari. Streptococcus mutans, Plak Dimana-

mana.Yogyakarta:Fakultas Farmasi .

22. Samarayannake L. Streptococcus Mutans,Essential Microbiology for

Dentistry. Philadelphia. 2002

23. Chen Yu-Ying, Chiu Hsien-Chung, Wang Yi-Bing. Effect of Garlic

Extract on Acid Production and Growth of Streptococcus mutans. J Of

Food and Drug Analysis. Taiwan. 2009

24. Andika Danar Dwi. Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Menurunkan

Jumlah Leukosit pada Mencit Model Sepsis Akibat Paparan

Page 58: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

44

Staphylococcus aureus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

Surakarta, Indonesia. 2011

25. Mukhtar Sana, Ghori Ifra.Antibacterial Activity Of Aqueous And

Ethanolic Extracts Of Garlic, Cinnamon And Turmeric Against

Escherichia Coli Atcc 25922 And Bacillus Subtilis Dsm 3256.

International journal of applied biology and pharmaceutical technology.

2012

26. Lingga Martha Elselina, Rustama Mia Miranti. Uji Aktivitas Antibakteri

Dari Ekstrak Air Dan Etanol Bawang Putih (Allium Sativum L.) Terhadap

Bakteri Gram Negatif Dan Gram Positif Yang Diisolasi Dari Udang

Dogol (Metapenaeus Monoceros), Udang Lobster (Panulirus Sp), Dan

Udang Rebon (Mysis Dan Acetes). FMIPA. Universitas Padjadjaran.

Sumedang. 2005

27. Yuliana M, Normalina I, Suhenda. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Putih

untuk Pencegahan dan Pengobatanpada Ikan Patin Pangasino dan

Hypophthalamus yang di Infeksi Aeromonas Hydrophila. Jurnal

Akuakultur Indonesia. Bogor. 2008

28. Mulyani Y, Bachtiar E, A Untung. Peranan Senyawa Metabolit Sekunder

Tumbuhan Mangrove Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuatika. 2013

Page 59: SECARA IN VITRO SKRIPSI - core.ac.uk · 4.8Alat Ukur dan Pengukuran ... penderita gigi berlubang memiliki prevalensi yang tinggi. Prevalensi karies di Indonesia berkisar 60 % berdasarkan

45

29. Chand Badna. Antibacterial Effect of Garlic and Ginger Against

Staphylococcus Aureus,Salminella Typhi, Escherichia Coli and Bacillus

Cereus. Journal of Microbiology,Biotechnology and Food Science. Fiji.

2013