sebagai penghambat pembelahan dan pertumbuhan …

45
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA POTENSI EKSTRAK BUAH LEGUNDI (Vitex trifolia) SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN SEL TUMOR KULIT PADA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI BENZOALPHAPYRENE Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun TIM PENGUSUL Ketua : dr. Humairah Medina Liza Lubis, M.Ked. (PA), Sp.PA NIDN : 0115077401 Anggota : dr. Ilham Hariaji, M.Biomed NIDN : 0131107901 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA November 2016 i

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

POTENSI EKSTRAK BUAH LEGUNDI (Vitex trifolia)SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN

SEL TUMOR KULIT PADA TIKUS PUTIHYANG DIINDUKSI BENZOALPHAPYRENE

Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

TIM PENGUSUL

Ketua : dr. Humairah Medina Liza Lubis, M.Ked. (PA), Sp.PA NIDN : 0115077401

Anggota : dr. Ilham Hariaji, M.Biomed NIDN : 0131107901

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

November 2016

i

Page 2: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …
Page 3: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

RINGKASAN

Penyakit kulit terutama tumor semakin banyak ditemukan di masyarakat. Timbulnyatumor kulit memiliki faktor resiko yang potensial, antara lain adalah akibat terpapar olehradiasi sinar ultraviolet, agen fisika dan kimia secara berlebihan, luka yang lama tidaksembuh khususnya luka bakar, diantaranya adalah Marjolin’s ulcer, dan infeksi virus, yangapabila dibiarkan dan tidak diobati bisa berkembang menjadi kanker. Sampai saat inipengobatan untuk tumor lebih banyak menggunakan obat-obatan sintetik yang juga dapatmenimbulkan komplikasi dan kebanyakan belum menunjukkan hasil yang memuaskan,sehingga banyak penelitian ditujukan pada tanaman tradisional yang banyak tumbuh diIndonesia. Banyak sekali penelitian yang telah menggunakan tanaman obat untuk pengobatanberbagai penyakit termasuk tumor, tetapi dari studi literatur sampai saat ini belum ditemukanpenelitian tentang potensi buah legundi sebagai alternatif pengobatan tumor kulit.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) potensi penghambatpembelahan sel dari ekstrak buah legundi (Vitex trifolia) pada tikus putih yang diinduksibenzoalphapyrene, (2) jenis tumor kulit setelah induksi benzoalphapyrene denganpemeriksaan histopatologi jaringan.

Penelitian ini adalah studi eksperimental dengan menggunakan tikus Wistar yangdibagi dalam 5 kelompok. Benzoalphapyrene digunakan untuk menginduksi kanker kulitpada tikus. Ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia) dibagi dalam 2 dosis yaitu 0,5 g dan1g/kgBB/hari/oral selama 3 minggu setelah paparan benzoalphapyrene. Insidensi tumordiamati dengan palpasi setelah pemberian benzoalphapyrene untuk menentukan ukuran dankonsistensi tumor kulit, dan diobservasi dibawah mikroskop untuk menentukan tipehistopatologi dari tumor kulit tersebut.

Dari penelitian didapatkan hasil berupa 3 slide (60%) dari kelompok kontrol yangdiinduksi benzoalphyrene adalah tumor ganas (non keratinizing squamous cell carcinoma),1 slide (20%) adalah lesi atipik, dan 1 slide (20%) adalah lesi jinak. Setelah pemberian terapimenggunakan buah legundi, kelompok 2, 3, dan 4 yang memiliki lesi tumor mengalamipenurunan ukuran (mengecil).

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah legundi memiliki kemampuan untukmeginhibisi aktivitas proliferasi dan pertumbuhan dengan dosis pemberian 0,5 g dan1 gr/hari.

Kata Kunci : tumor kulit, benzoalphapyrene, buah legundi (Vitex trifolia), aktivitasproliferasi dan pertumbuhan

iii

Page 4: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN……..................…………………………………………...

RINGKASAN....................................................................................................................

DAFTAR ISI…….............……………………………………………………………

BAB 1. PENDAHULUAN…………........…………………………………………...

1.1 Latar Belakang……...............………..........……………………………………………….

1.2 Perumusan Masalah………..........................………………………….…………………..

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................

1.4 Target Luaran..............................................................................................................

1.5 Luaran........................................................................................................................

1.6 Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan.....................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.……………….……………………….……..................

2.1 Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia)...................................................................................

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia).......................................................

2.1.2 Morfologi.........................................................................................................

2.2 Tumor Kulit................................................................................................................

2.2.1 Jenis-jenis Tumor Kulit.....................................................................................

2.2.2 Patogenesis Keganasan pada Tumor Kulit..........................................................

2.3 Potensi Benzoalphapyrene Sebagai Karsinogen..............................................................

2.4 Metode Ekstraksi........................................................................................................

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………………………

3.1 Tujuan Penelitian………………………………………………………………………….

3.2 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………..

BAB 4. METODE PENELITIAN...............................................…………………………….

3.1 Tahapan Penelitian.....................................................................................................

3.2 Lokasi Penelitian.........................................................................................................

3.3 Metode Penelitian................................................................................................................

3.4 Persiapan Hewan Uji..................................................................................................

3.5 Pemeliharaan Tikus Wistar...........................................................................................

3.6 Persiapan Bahan Uji.......................................................................................................

3.7 Tahap Pelaksanaan.....................................................................................................

i

ii

iii

iv

1

1

2

2

3

3

3

4

5

6

6

6

7

7

8

9

11

11

11

12

12

12

12

13

13

14

14

iv

Page 5: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

3.8 Prosedur Pembuatan Preparat Histopatologi.............................................................

3.9 Teknik Analisis Data................................................................................................

3.10 Cara Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan...............................................................

BAB 5. HASIL YANG DICAPAI………………………………………………………

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYANYA…………………………………..

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN………....………………………………………

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

LAMPIRAN.............................................................................................................................

14

15

15

16

17

18

19

21

Page 6: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kulit terutama tumor semakin banyak ditemukan di masyarakat. Secara

umum, timbulnya tumor kulit memiliki faktor resiko yang potensial, antara lain adalah akibat

terpapar oleh radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan, dan luka yang lama tidak sembuh

khususnya luka bakar, diantaranya adalah Marjolin’s ulcer yang bisa berkembang menjadi

karsinoma sel skuamosa (Buljan M, 2008). Sedangkan faktor predisposisi genetik termasuk

tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm, infeksi Human Papilloma Virus (HPV), toksin

arsenik dan kekurangan beberapa vitamin dan mineral tertentu serta pada perokok beresiko

tinggi berkembang menjadi tumor. Secara mikroskopik, sel-sel penyusun kulit mengalami

pembelahan dan pertumbuhan (proliferasi) yang berlebihan. Apabila proliferasi ini

berlangsung secara terus menerus maka dapat menimbulkan kanker (Kumar V, 2005).

Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dan timbulnya pemikiran untuk

memanfaatkan obat yang berasal dari tumbuhan tradisional. Di Indonesia dikenal lebih dari

20.000 jenis tumbuhan obat. Namun baru 1.000 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk

pengobatan tradisional. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat ini adalah tumbuhan legundi

(Vitex trifolia). Daun tumbuhan legundi dapat bermanfaat untuk obat influenza, demam,

migren, sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, diare, mata merah, rematik, beri-beri, batuk, luka

terpukul, luka berdarah, muntah darah, analgesik, peluruh kencing, sedangkan akar legundi

mempunyai efek untuk mencegah kehamilan dan perawatan setelah bersalin. Biji legundi

untuk obat pereda, penyegar badan dan perawatan rambut. Buah legundi digunakan untuk

obat cacing. Penggunaannya untuk obat-obatan dilakukan dengan meminum air rebusan daun

atau batang atau buah legundi (Dalimartha S, 2006).

Sejauh ini, telah banyak penelitian yang mengungkapkan manfaat dan khasiat dari

tanaman legundi ini baik yang berasal dari daun, batang, buah dan bijinya terutama efeknya

sebagai antibakteri, antifungi, insektisida, antikanker, analgesik, trakeospasmolitik, antialergi

maupun antipiretik. Mustanir dan Rosnani, 2008 telah berhasil melakukan penelitian dengan

mengisolasi senyawa bioaktif penolak nyamuk dari ekstrak aseton batang tumbuhan legundi

dan adanya senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun tumbuhan legundi. Sedangkan

Ramasamy Anandan, 2009 meneliti efek ekstrak etanol dari bunga legundi pada CCl4

yang

disuntikkan ke dalam mencit putih untuk melihat aktivitas hepatrotopik di dalam obat

1

Page 7: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

pencegah penyakit hati. Hernández et al, 1999 yang telah meneliti aktivitas sitotoksik ekstrak

heksan, diklorometan dan metanol terhadap empat sel tumor manusia yaitu sel karsinoma

leher, sel kanker ovarium, sel karsinoma kolom dan sel nasofaringeal manusia. Li et al. 2005

mengisolasi enam flavonoid yang diisolasi dari V. trifolia yaitu persikogenin, artemetin,

luteolin, penduletin, viteksikarpin dan krisosplenol-D, yang selanjutnya di uji terhadap

proliferasi sel kanker tsFT210 tikus. Keenam flavonoid tersebut mampu menghambat

proliferasi sel kanker, dengan mekanisme penghambatan siklus sel dan menginduksi

apoptosis.

Timbul asumsi bahwa buah legundi juga dapat dipakai sebagai antiproliferasi sel-sel

tumor baik karena mengandung flavonoid yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari

bahaya penyakit kanker. Dari pencarian literatur tidak satupun penelitian yang meneliti

tentang potensi buah legundi sebagai antiproliferasi untuk menghambat pembelahan dan

pertumbuhan sel pada tumor khususnya tumor kulit. Penelitian-penelitian hanya ditujukan

untuk melihat efektifitas ekstrak daun legundi pada sel karsinoma leher, sel kanker ovarium,

sel karsinoma kolom dan sel nasofaringeal manusia.

Penelitian ini menggunakan tikus putih jenis Wistar yang selalu digunakan sebagai

hewan coba berbagai penelitian-penelitian in vivo karena memiliki struktur jaringan yang

mirip dengan jaringan tubuh manusia. Setelah penelitian ini selesai dan terbukti bahwa buah

legundi memiliki efek antiproliferasi maka akan dilanjutkan ke tingkat biologi molekuler

dengan pemeriksaan imunohistokimia, Polymerase Chain Reaction (PCR) atau Enzyme-

Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat di tingkat

sel dan buah legundi ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk tumor kulit

pengganti obat-obat sintetik konvensional (kemoterapi) yang memiliki efek dan komplikasi

yang merugikan pada manusia.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah buah legundi (V. trifolia) dapat

digunakan sebagai penghambat proliferasi sel tumor kulit yang membelah dan tumbuh secara

berlebihan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui potensi penghambat pembelahan sel

dari ekstrak buah legundi (V. trifolia) pada tikus putih yang diinduksi benzoalphapyrene, (2)

mengetahui jenis tumor kulit setelah induksi benzoalphapyrene dengan pemeriksaan

histopatologi jaringan.

2

Page 8: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

1.4 Target Luaran

Target luaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memperoleh data yang

valid dan akurat tentang potensi ekstrak buah legundi (V. trifolia) sebagai penghambat

pembelahan dan pertumbuhan sel tumor kulit pada tikus putih yang diinduksi

benzoalphapyrene dan bahaya paparan benzoalphapyrene pada jaringan tubuh terutama kulit.

1.5 Luaran

Luaran penelitian ini adalah deskripsi dan analisis hasil penelitian yang

menggambarkan potensi ekstrak buah legundi (V. trifolia) sebagai penghambat pembelahan

dan pertumbuhan sel tumor kulit pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil penelitian

ini akan disusun dalam bentuk artikel ilmiah yang akan dimasukkan ke dalam Majalah

Patologi Indonesia dan dilaporkan ke Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebagai

sumbangsih untuk menambah inventaris tanaman obat. Selain itu juga dapat digunakan

sebagai referensi bahan ajar patogenesis tumor kulit akibat paparan benzoalphapyrene di

Departemen Patologi Anatomi dan tanaman herbal di Departemen Farmakologi dan Terapi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

1.6 Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dilakukan secara in vivo pada tikus putih yang diinduksi benzoalphyrene

pada lapisan kulit dengan harapan akan timbul lesi tumor yang akan diidentifikasi secara

makroskopik (kasat mata berupa ukuran, konsistensi dan mobilitas tumor) dan mikroskopik.

Jika hasil penelitian dengan pemberian ekstrak buah legundi efektif mengecilkan lesi tumor,

maka ekstrak buah legundi dapat dimanfaatkan sebagai tanaman tradisional penghambat

pembelahan dan pertumbuhan sel serta menyembuhkan penyakit tumor kulit secara alami

tanpa disertai pemakain obat sintetik yang selain harganya sangat mahal juga dapat

menimbulkan komplikasi yang merugikan. Penelitian ini juga dapat dipakai sebagai bahan

rujukan bagi peneliti berikutnya dalam pengobatan tumor-tumor di organ lain seperti

payudara, serviks, kelenjar gondok, dan lain sebagainya. Keunggulan penelitian ini adalah

karena penelitian-penelitian sebelumnya tidak ada yang meneliti tentang manfaat ekstrak

tanaman legundi ini baik dari daun, batang, buah maupun biji sebagai penghambat

pembelahan dan pertumbuhan sel tumor kulit.

3

Page 9: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari

lingkungan hidup sekitar. Seperti organ tubuh lain pada umumnya, kulit juga tersusun dari

jutaan sel. Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan membelah lebih cepat pada masa

pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih banyak membelah untuk

menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan (Kumar V et al,

2005).

Meskipun kulit merupakan organ pelindung yang sangat kuat karena mengandung 3

lapisan utama yaitu lapisan epidermis, dermis dan subkutis, tetapi sel-sel kulit pun dapat

mengalami perubahan-perubahan akibat paparan zat-zat dan bahan-bahan berbahaya secara

terus menerus seperti sinar ultraviolet, infeksi virus dan lain sebagainya. Kelainan kulit yang

sering ditemukan selain proses peradangan akibat infeksi adalah timbulnya lesi tumor. Tumor

secara garis besar dibagi atas tumor jinak dan ganas. Tumor jinak merupakan manifestasi

kekacauan pertumbuhan kulit yang bersifat kongenital atau didapat, tanpa tendensi invasif

dan metastasis. Sedangkan tumor ganas (kanker) terjadi akibat kerusakan dari DNA. Sel

kanker akan terus tumbuh dan membelah (proliferasi) menjadi sel yang abnormal dan juga

dapat meluas ke jaringan yang normal (metastasis) (Kumar V et al, 2005).

Banyak sekali penelitian yang membuktikan potensi tanaman tradisional untuk

pengobatan berbagai penyakit. Salah satunya adalah tanaman legundi (V. trifolia) yang

mempunyai efek farmakologi antara lain sebagai antibakteri, antifungi, insektisida,

antikanker, analgesik, trakeospasmolitik, antialergi maupun antipiretik. Beberapa penelitian

melaporkan kandungan kimia dari buah maupun daun legundi yaitu senyawa golongan

flavonoid (kastisin; 3,6,7-trimetil kuersetagetin; vitexin; artemetin; 5-metil artemetin; 7-

desmetil artemetin; luteolin; luteolin-7-O-β-D-glukuronida; luteolin-3-O-β-D-glukuronida

dan isoorientin), terpenoid, maupun sterol (β-sitosterol and β-sitosterol-β-D-glukosida (Nair

et al., 1975; Vedantham dan Subramanian, 1976; Ramesh et al., 1986; Zeng et al., 1996).

Penelitian lain juga membuktikan aktivitas antikanker tanaman legundi (V. trifolia),

salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Hernández et al, 1999 yang telah meneliti

aktivitas sitotoksik ekstrak heksan, diklorometan dan metanol terhadap empat sel tumor

manusia yaitu sel karsinoma leher, sel kanker ovarium, sel karsinoma kolom dan sel

nasofaringeal manusia. Secara umum, ekstrak heksan dan diklorometan mempunyai aktivitas

sitotoksik yang memadai, sedangkan efek dari ekstrak metanol adalah rendah. Ekstrak

4

Page 10: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

diklorometan daun V. trifolia mempunyai aktivitas paling tinggi, terutama terhadap sel

karsinoma kolom dengan harga ED50 kurang dari 1 μg/mL . Di lain pihak, Li et al, 2005

berhasil menemukan lima senyawa aktif antikanker diterpen tipe labdan in vitro dengan

metode bioassay-guided separation yaitu (1) viteksilakton, (2) (rel 5S,6R,8R,9R,10S)-6-

asetoksi-9-hidroksi-13(14)-labden-16,15-olida, (3) rotundifuran, (4) vitetrifolin D, dan (5)

vitetrifolin E. Kelima senyawa tersebut dapat menginduksi apoptosis dan menghambat siklus

sel baru pada sel line tsFT210 dan K562. Lebih lanjut, Li et al. 2005 mengisolasi enam

flavonoid yang diisolasi dari V. trifolia yaitu persikogenin, artemetin, luteolin, penduletin,

viteksikarpin dan krisosplenol-D, yang selanjutnya di uji terhadap proliferasi sel kanker

tsFT210 tikus. Keenam flavonoid tersebut mampu menghambat proliferasi sel kanker, dengan

mekanisme penghambatan siklus sel dan menginduksi apoptosis.

Sementara itu, Wang et al. 2005 menguji salah satu senyawa aktif V. trifolia yaitu

viteksikarpin terhadap berbagai sel kanker manusia yaitu A2780, HCT-15, HT-1080 dan

K562. Viteksikarpin paling efektif menghambat proliferasi sel kanker K562, dan diduga

mempunyai mekanisme aksi menginduksi apoptosis pada sel kanker tersebut melalui jalur

apoptosis yang diatur oleh mitokondria. Penemuan tersebut diperkuat oleh Li et al. 2005,

enam flavonoid yang diisolasi dari V. trifolia yaitu persikogenin, artemetin, luteolin,

penduletin, viteksikarpin dan krisosplenol-D.

Timbul ketertarikan dari peneliti untuk membuktikan potensi dari buah legundi yang

kemungkinan juga mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi untuk melindungi tubuh

dari bahaya timbulnya tumor.

2.1 Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia)

Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia) merupakan pohon semak, tinggi berkisar 5 meter

dan batangnya ditutupi oleh rambut-rambut lembut. Daunnya tersusun beraturan sepanjang

batang dan biasanya majemuk, terdiri dari tiga selebaran linier yang berkisar antara 1-12 cm.

Permukaan atas daun berwarna hijau dan permukaan bawahnya berwarna hijau keabu-abuan.

Bunganya tumbuh berkelompok hingga 18 cm panjangnya. Bunga individu berwarna ungu

violet memiliki dua bibir mahkota selebar 5 mm. Buahnya berdaging sekitar 6 mm dan

mengandung 4 biji hitam kecil memiliki rasa pahit, pedas dan bersifat sejuk (Dalimartha S,

2006).

5

Page 11: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

2.1.1 Sistematika Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia)

Dari sistem sistematika (taksonomi), tumbuhan Legundi (V. trifolia) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Dicotylendonae

Ordo : Lamiales

Famili : Verbenaceae

Genus : Vitex

Species : Vitex trifolia (Dalimartha S, 2006).

2.1.2 Morfologi

Tumbuhan legundi memiliki batang, kulit batang berwarna coklat muda hingga tua,

batang muda berbentuk segi empat, banyak dan bercabang. Daun majemuk berbentuk seperti

jari dan letak daun berhadapan. Bunga majemuk tersusun berkelompok, rapat dan berjejal.

Waktu berbunga Januari hingga Desember. Buah tipe drupa, berair atau kering dan

berdinding keras. Perbanyakan dapat dilakukan dengan biji atau stek batang, jika

menggunakan stek batang sebaiknya diambil dari batang yang tidak terlalu muda. Stek batang

tersebut mudah sekali tumbuh dan akan mulai bertunas setelah 4-5 hari terhitung dari sejak

penanaman (Dalimartha S, 2006).

Pada umumnya tumbuh liar pada daerah hutan jati, hutan sekunder, tepi jalan, dan

pematang sawah. Tumbuhan ini mudah tumbuh di segala jenis tanah, namun lebih menyukai

tempat yang agak kering dan pada daerah yang terbuka. Tumbuh dengan baik pada media

tumbuh yang terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang dan lempung (Dalimartha S, 2006).

2.2 Tumor Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh manusia dari

lingkungan hidup sekitar. Seperti organ tubuh lain pada umumnya, kulit juga tersusun dari

jutaan sel. Normalnya, sel-sel di dalam tubuh akan membelah lebih cepat pada masa

pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa sel akan lebih banyak membelah untuk

menggantikan sel-sel yang mati atau untuk memperbaiki kerusakan jaringan (Kumar V et al,

2005).

Meskipun kulit merupakan organ pelindung yang sangat kuat karena mengandung 3

lapisan utama yaitu lapisan epidermis, dermis dan subkutis, tetapi sel-sel kulit pun dapat

mengalami perubahan-perubahan akibat paparan zat-zat dan bahan-bahan berbahaya secara

terus menerus seperti sinar ultraviolet, infeksi virus dan lain sebagainya. Kelainan kulit yang

6

Page 12: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

sering ditemukan selain proses peradangan akibat infeksi adalah timbulnya lesi tumor. Tumor

secara garis besar dibagi atas tumor jinak dan ganas. Tumor jinak merupakan manifestasi

kekacauan pertumbuhan kulit yang bersifat kongenital atau didapat, tanpa tendensi invasif

dan metastasis. Sedangkan tumor ganas (kanker) terjadi akibat kerusakan dari DNA. Sel

kanker akan terus tumbuh dan membelah (proliferasi) menjadi sel yang abnormal dan juga

dapat meluas ke jaringan yang normal (metastasis) (Kumar V et al, 2005).

2.2.1 Jenis-jenis Tumor Kulit

Tumor jinak yang paling sering ditemukan ialah nevus pigmentosus (tahi lalat). Selain

itu bisa juga ditemukan xantelasma, siringoma, adenoma sebaseum, trikoepitelioma, keratosis

seboroik, skintag, kista, limfangioma, keratoakantoma, dermatofibroma, keloid, granuloma

piogenikum dan hemangioma. Sedangkan jenis kanker kulit yang banyak ditemukan di dunia

ialah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna.

2.2.2 Patogenesis Keganasan pada Tumor Kulit

Meskipun secara klinis tumor jinak menunjukkan perilaku yang tidak agresif tetapi

akibat paparan sinar ultraviolet, agen fisika dan kimia, virus, merokok, serta genetika

(riwayat keluarga) dapat merubah susunan dan struktur sel-selnya. Seperti keratoakantoma,

ini merupakan lesi pre kanker dari KSS dan juga nevus pigmentosus atipik yang bisa

bertransformasi keganasan menjadi melanoma malignan.

Pembagian UV dari spektrum cahaya matahari dibagi menjadi tiga rentang panjang

gelombang (wavelength range) yaitu UVA (320 hingga 400 nm), UVB (280 hingga 320 nm),

dan UVC (200 hingga 280 nm). Dari ketiga UV ini, UVB bertanggungjawab untuk

menginduksi terjadinya kanker kulit pada manusia (Kumar et al, 2005).

Sinar UV termasuk UVB mempunyai sejumlah efek pada sel-sel, yakni menginhibisi

pembelahan sel, menginaktivasi enzim-enzim, menginduksi mutasi dan pada dosis adekuat

dapat menyebabkan kematian sel. Karsinogenisitas sinar UVB dianggap disebabkan karena

pembentukan pyrimidine dimer pada DNA. Tipe dari kerusakan DNA ini diperbaiki oleh

jalur nucleotide excision repair (NER). Terdapat lima langkah pada NER yaitu: (1)

pengenalan lesi DNA, (2) insisi dari strand yang rusak pada kedua sisi lesi, (3) pengeluaran

nukleotida yang rusak, (4) sintesis nukleotida baru dengan cara menempel kembali pada sisi

yang kosong, dan (5) ligasi. Pada sel mamalia, proses ini dapat melibatkan 30 protein-protein

atau lebih (Kumar et al, 2005).

Paparan terhadap radiasi UV dari matahari membentuk pyrimidine dimer, sehingga

mengubah bentuk DNA tersebut. Protein yang mengkode produk-produk gen mengikat DNA

yang rusak. Dengan paparan matahari berlebihan, beberapa kerusakan DNA tidak dapat

7

Page 13: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

diperbaiki. Hal ini mengakibatkan kekeliruan transkripsional dan akhirnya akan terjadi

proliferasi sel mutan berlebihan yang akan menjurus pembentukan kanker. Pada karsinoma

sel skuamosa dan karsinoma sel basal terjadi delesi kromosom yang biasanya melibatkan

kromosom 3, 9, 11 dan 17 yang merupakan regio yang teridentifikasi, termasuk lengan

panjang kromosom 9 dimana berlokasi gen supresor tumor PTCH dan p53, dimana hal ini

juga akibat pengaruh daripada UVB (Wolff K et al, 2008).

Mutasi pada gen patch (PTCH) ditemukan pada KSB sedangkan mutasi pada gen p53

ditemukan pada KSS. Gen PTCH mengkode reseptor untuk produk protein dari gen sonic

hedgehog (SHH). Protein PTCH membentuk kompleks reseptor dengan protein

transmembran lain yang dikenal dengan SMO (smoothened). Dengan ketiadaan dari ligand

yaitu SHH, PTCH menginaktifasi SMO sehingga menghalangi SMO untuk mengaktifkan

signal transduksi. Sedangkan apabila PTCH berikatan dengan SHH akan menyebabkan

pelepasan SMO mengarahkan aktifasi gen target hedgehog melalui kaskade signal

intrasitoplasmik dan generasi faktor transkripsi, salah satunya adalah GLI1, yang akhirnya

akan terjadi proliferasi sel mutan yang berlebihan, nantinya akan menyebabkan erubahan

ekspresi gen yang akan menjurus pada KSB (Kumar et al , 2005)

Sedangkan pada KSS, terjadi mutasi pada gen p53, dimana fungsi gen p53 ini dalam

keadaan normal adalah untuk mencegah perbanyakan sel yang secara genetik sudah rusak.

Bila DNA sel dirusak oleh sinar ultraviolet, transkripsi p53 yang normal akan diperbanyak,

dan selanjutnya menghasilkan transkripsi beberapa gen abnormal yang menyebabkan

penghentian siklus sel dari fase G1 menuju S serta perbaikan DNA. Jika selama penghentian

siklus sel dapat dilakukan perbaikan DNA, sel tersebut diperbolehkan untuk melanjutkan

perkembangannya ke fase S. Tetapi jika kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki akan

menimbulkan apoptosis. Dengan terjadinya kehilangan p53, kerusakan DNA terus menerus

tidak dapat diperbaiki, sehingga sel yang membawa gen mutan akan terus membelah, makin

lama kerusakan sel menjadi makin parah dan akhirnya mengakibatkan kanker (Kumar et al,

2005; Wolff K et al, 2008).

8

Page 14: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

2.3 Potensi Benzoalphapyrene Sebagai Karsinogen

Benzoalphapyrene dapat di jumpai di lingkungan sebagai hasil pirolisis lemak atau

sebagai hasil proses pembakaran yang tidak sempurna, seperti pada daging panggang, sate,

makanan di asap, asap rokok dan asap kendaraan bermotor. Sebagai senyawa karsinogen,

benzoalphapyrene dapat menyebabkan mutasi gen yang di manifestasikan sebagai kerusakan

kromosom, yaitu terjadi abrasi atau terbentuk patahan-patahan kromosom (Mahardini T).

Secara in vivo, benzoalphapyrene telah terbukti dapat menyebabkan tumor pada

setiap percobaan, baik melalui jalur makanan, pernafasan, maupun kontak pada permukaan

kulit. Inisiasi proses karsinogenik dari benzoalphapyrene bahkan dapat terjadi pada bagian

jaringan yang jauh dari titik asal paparannya (Mahardini T; Agency for Toxic Subtances and

Disease Registry, 1995).

2.4 Metode Ekstraksi

a. Destilasi air/water distillation/hydrodistillation

Destilasi air merupakan proses paling sederhana dan tertua untuk memperoleh minyak

esensial dari tanaman. Destilasi air berbeda dengan destilasi uap terutama pada bahan

tanaman yang hampir seluruhnya terendam air dalam penyuling. Salah satu factor penting

dalam destilasi air adalah air dalam tangki harus selalu dalam jumlah yang cukup selama

proses destilasi untuk mencegah overheat dan rusaknya bahan tanaman. Dalam metode ini,

air dididihkan dan minyak atsiri dilewatkan pada kondensor dengan uap yang terbentuk.

Minyak hasil destilasi air berwarna lebih gelap dan memiliki still notes yang jauh lebih kuat

daripada minyak yang dihasilkan dengan metode lain. Metode ini tergolong sederhana dalam

desain dan digunakan secara ekstensif oleh produsen minyak esensial skala kecil.Pada

destilasi serbuk tanaman, perlu diperhatikan secara khusus karena serbuk bertendensi

mengendap di bawah penyuling dan dapat terdegradasi oleh suhu. Juga, untuk bahan tanaman

yang bertendensi membentuk mucilage dan meningkatkan viskositas air. Untuk bahan

tanaman yang bertendensi mengendap menjadi massa yang teraglomerasi atau teraglutinasi

menjadi massa yang tidak dapat dipenetrasi saat uap dilewatkan (seperti kelopak mawar),

destilasi air merupakan metode terpilih untuk isolasi minyak esensial dari bahan tanaman

tersebut (Handa, et al, 2008).

b. Destilasi air dan uap (water and steam distillation)

Untuk mengeliminasi kelemahan destilasi air, dibuatlah beberapa modifikasi pada unit

destilasi.Sebuah logam berlubang diletakkan dalam distillation still, untuk meletakkan bahan

tanaman dan untuk menghindari kontak langsung dengan alas yang panas. Saat tinggi air

dijaga dibawah logam berlubang, minyak esensial akan terdestilasi oleh uap yang berasal dari

9

8

Page 15: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

air mendidih. Metode inilah yang disebut sebagai destilasi air dan uap.Field distillation unit

(FDU), juga dikenal sebagai unit destilasi tipe api langsung, didesain berdasarkan prinsip

destilasi air dan uap. Unit ini mudah dibuat dan dapat dipasang di lahan pertanian.Oleh

karena konstruksi yang sederhana, biaya rendah dan mudah digunakan, FDU sangat populer

digunakan oleh produsen minyak esensial di negara berkembang (Handa, et al, 2008).

c. Destilasi uap (direct steam distillation)

Pada direct steam distillation, bahan tanaman didestilasi dengan uap yang dihasilkan

dari luar tangki dalam generator uap atau boiler. Seperti pada destilasi air dan uap, bahan

tanaman diletakkan di logam berlubang (perforated grid) diatas steam inlet. Penggunaan uap

bertekanan tinggi dalam unit destilasi uap modern menjadikan destilasi minyak esensial jauh

lebih cepat dan lengkap.Destilasi uap merupakan metode yang lebih efisien dalam

memperoleh minyak yang memiliki titik didih yang tinggi dan bahan yang keras seperti akar

dan kayu, misalnya cendana, cedarwood, dan nagarmotha.Destilasi uap juga mengurangi

waktu yang diperlukan untuk esktraksi minyak esensial.Selain itu biaya bahan bakar juga

lebih rendah karena efisiensi suhu yang lebih tinggi.

Minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara destilasi uap dari bagian tanaman yang

mengandung minyak atsiri, dimana metode yang digunakan tergantung pada apakah bagian

tanaman yang akan diambil minyak atsirinya tersebut masih segar atau kering. Jika bagian

tanaman yang digunakan adalah yang sudah dikeringkan (contohnya kayu manis, cengkeh)

diperlukan air untuk membasahi dan kemudian uap dilewatkan pada campuran yang dibasahi.

Karena minyak atsiri dapat rusak dengan pemanasan langsung, uap dilewatkan ke dalam

container yang memuat obat.Lapisan minyak dari destilat yang terkondensasi dipisahkan dari

lapisan akuosa, dan kemudian minyak ini dapat langsung dipasarkan dengan atau tanpa

pemrosesan lebih lanjut.

Untuk bagian tanaman yang masih segar (contohnya: peppermint, spearmint), bahan

dipanen dan dimasukkan langsung ke dalam distilling chamber. Karena bahan masih segar

dan memiliki kelembaban/kadar air, sehingga tidak diperlukan pembasahan. Uap yang

dilewatkan pada bahan segar membawa tetesan minyak ke dalam condensing chamber

(Handa, et al, 2008).

10

8

Page 16: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

3.1.1 Tujuan Umum

Mengetahui potensi ekstrak buah legundi (V. trifolia) sebagai penghambat pembelahan

sel tumor pada tikus putih yang diinduksi benzoalphapyrene.

3.1.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui jenis tumor kulit setelah induksi benzoalphapyrene dengan pemeriksaan

histopatologi jaringan.

b. Mengetahui ukuran tumor kulit yang timbul setelah induksi benzoalphapyrene.

c. Mengetahui konsistensi tumor kulit yang timbul setelah induksi benzoalphapyrene.

3.2 Manfaat Penelitian

a. Menambah khazanah ilmu pengetahuan tanaman herbal berupa ekstrak buah legundi

apabila efektif mengecilkan lesi tumor maka dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

tradisional penghambat pembelahan dan pertumbuhan sel serta menyembuhkan

penyakit tumor kulit secara alami tanpa disertai pemakain obat sintetik yang selain

harganya sangat mahal juga dapat menimbulkan komplikasi yang merugikan.

b. Penelitian ini juga dapat dipakai sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya dalam

pengobatan tumor-tumor di organ lain seperti payudara, serviks, kelenjar gondok, dan

lain sebagainya.

11

8

Page 17: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 4

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan

penyusunan laporan hasil penelitian. Pada tahap persiapan, aktivitas-aktivitas yang akan

dilakukan adalah studi literatur teori pendukung dari jurnal-jurnal penelitian, mencari lokasi

tumbuhan legundi dan pengurusan dan permohonan izin melakukan penelitian dari Komite

Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Luaran dari kegiatan

persiapan adalah draf rencana kerja penelitian,

Pada tahap pelaksanaan, aktivitas yang dilakukan adalah menjalankan penelitian

sesuai dengan draf rencana kerja yang telah disusun oleh tim peneliti dalam kegiatan

persiapan. Pelaksanaan penelitian diawali dengan (1) pemesanan zat karsinogen

benzoalphapyrene, (2) identifikasi tanaman legundi, (3) membuat ekstrak bahan uji yaitu

buah legundi, (4) mempersiapkan hewan uji, dilakukan penyesuaian lingkungan agar hewan

uji tidak stress saat penelitian, (5) perlakuan pada hewan uji, serta (6) pemeriksaan

histopatologi. Luaran dari kegiatan ini adalah data-data dan laporan hasil pelaksanaan

penelitian yang disusun oleh ketua dan anggota tim penelitian.

Pada tahap penyusunan laporan hasil penelitian, kegiatan yang dilakukan adalah

menganalisis temuan-temuan (data-data) hasil penelitian yang telah dikumpulkan oleh ketua

dan anggota tim penelitian. Selain itu, juga dilakukan laporan penggunaan dana penelitian.

Luaran dari kegiatan ini adalah laporan hasil penelitian yang di dalamnya berisi deskripsi

pelaksanaan penelitian, hasil analisis data, dan laporan keuangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, pembuatan ekstrak buah legundi

(Vitex trifolia) sesuai prosedur standar laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, dan pemeriksaan histopatologi jaringan massa tumor di Departemen Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah sampel

25 ekor tikus putih jantan jenis Wistar dengan berat 200gr – 300gr, yang dibagi dalam 5

kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor dengan nama kelompok K1, K2, P1,

P2, dan P3. Perlakuan akan diberikan selama 35 hari (5 minggu), dengan perincian timbul

12

Page 18: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

massa tumor setelah induksi benzoalphapyrene selama 3 minggu dan pemberian ekstrak buah

legundi selama 2 minggu.

1. K1 = kelompok normal (hanya diberi diet standar tanpa induksi benzoalphapyrene).

2. K2 = kelompok kontrol positif (diberi diet standar, diinduksi benzoalphapyrene pada

lapisan subkutan, setelah timbul massa tumor tidak diberi ekstrak buah legundi, dan

diterminasi pada minggu ke-3 untuk melihat jenis tumor kulit secara mikroskopik).

3. P1 = Perlakuan 1 (diberi diet standar, diinduksi benzoalphapyrene pada lapisan subkutan

bersamaan dengan pemberian ekstrak buah legundi 0,5g/kgBB/hari selama 2 minggu

secara oral).

4. P2 = Perlakuan 2 (diberi diet standar, diinduksi benzoalphapyrene pada lapisan subkutan,

setelah timbul massa tumor diberi ekstrak buah legundi 0,5g/kgBB/hari selama 2 minggu

secara oral).

5. P3 = Perlakuan 3 (diberi diet standar, diinduksi benzoalphapyrene pada lapisan subkutan,

setelah timbul massa tumor diberi ekstrak buah legundi 1g/kgBB/hari selama 2 minggu

secara oral).

3.4 Persiapan Hewan Uji

Masing-masing kelompok hewan percobaan dipersiapkan dalam kandang yang

terpisah. Tikus Wistar dipilih dan dipisahkan secara random dalam keadaan baik, disiapkan

untuk beradaptasi selama 1 minggu sebelum dilakukan penelitian. Sebelum perlakuan,

terhadap setiap tikus ditimbang berat badannya dan diamati kesehatannya secara fisik

(gerakannya, berat badan, makan dan minum). Jika ada tikus yang sakit pada saat adaptasi

ini, maka diganti dengan tikus yang baru dengan kriteria yang sama dan diambil secara acak.

3.5 Pemeliharaan Tikus Wistar

Tikus dipelihara dalam kandang berukuran 30 x 20 x 10cm, yang dilapisi sekam padi

1-2 cm serta ditutup dengan kawat ayam. Kandang dibersihkan dan sekam padi ditukar 2 hari

sekali untuk mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat kotoran tikus tersebut. Kandang

ditempatkan dalam suhu kamar dan cahaya menggunakan sinar matahari tidak langsung.

Makanan tikus Wistar diberikan berupa pellet. Makanan dan minuman diberikan secukupnya

dalam wadah terpisah dan diganti setiap hari. Setiap minggu dilakukan pengukuran berat

badan tikus.

13

8

Page 19: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

3.6 Persiapan Bahan Uji

Sebanyak 4 kg buah legundi di cuci dan dibersihkan, kemudian dilakukan ekstraksi

dengan menggunakan metode destilasi uap. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut etanol

70% dengan perbandingan buah legundi : pelarut etanol 70% (1:50) b/v selama 30 menit

pada temperatur 700C.

3.7 Tahap Pelaksanaan

Tikus dikelompokkan berdasarkan rancangan penelitian yang disusun, perlakuan

dilakukan selama 35 hari. Diberikan injeksi benzoalphapyrene di lapisan subkutan dengan

dosis 0,3mg/20gBB dalam oleum olivarium dengan volume pemberian 0,1ml/20grBB selama

10 hari (Juliyarsi I, 2007). Pada hari ke 21 akan dinilai pertumbuhan massa tumor berupa

ukuran, konsistensi dan mobilitas tumor. Setelah itu kelompok K2 akan diterminasi untuk

melihat jenis tumor secara mikroskopik sedangkan kelompok P2 dan P3 diberikan ekstrak

buah legundi selama 2 minggu kemudian dinilai setiap hari apakah tumor sudah mengecil,

menetap atau semakin membesar.

3.8 Prosedur Pembuatan Preparat Histopatologi

a. Fiksasi

Potongan lesi tumor dimasukkan dalam larutan formalin buffer (larutan formalin 10%

dalam buffer Natrium asetat) sampai mencapai pH 7. Waktu fiksasi jaringan 18-24 jam.

Setelah fiksasi selesai, jaringan dimasukkan dalam larutan aquadest selama 1 jam untuk

proses penghilangan larutan fiksasi.

b. Dehidrasi

Potongan lesi tumor dimasukkan dalam alkohol konsentrasi bertingkat. Jaringan menjadi

lebih jernih dan transparan. Jaringan kemudian dimasukkan dalam alkohol-xylol selama 1

jam dan kemudian larutan xylol murni selama 2x2 jam.

c. Impregnasi

Jaringan dimasukkan dalam paraffin cair selama 2x2 jam.

d. Embedding

Jaringan ditanam dalam paraffin padat yang mempunyai titik lebur 56-58oC, ditunggu

sampai parafin dipotong setebal 4 mikron dengan mikrotom. Potongan jaringan

ditempelkan pada kaca objek yang sebelumnya telah diolesi polilisin sebagai perekat.

Jaringan pada kaca objek dipanaskan dalam inkubator suhu 56-58oC sampai parafin

mencair.

14

Page 20: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

e. Pewarnaan jaringan dengan Hematoksilin-Eosin

Secara berurutan jaringan pada kaca objek dimasukkan dalam :

1 Xylol 1 menit 9 Air 1 menit

2 Xylol 2 menit 10 Eosin 0,5%-alkohol 1 menit

asam asetat

3 Xylol 2 menit 11 Air 15 detik

4 Alkohol 100% 2 menit 12 Alkohol 80% 15 detik

5 Alkohol 96% 2 menit 13 Alkohol 96% 30 detik

6 Alkohol 80% 2 menit 14 Alkohol 100% 45 detik

7 Air 1 menit 15 Xylol 1 menit

8 Haematoksilin 7,5 menit 16 Xylol 1 menit

3.9 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan pada data hasil pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Data

yang diperoleh dari semua kelompok sampel diolah dengan program komputer SPSS

dilakukan uji statistik frekuensi untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan tumor

(Santoso, 2001; Saiman , 2003).

3.10 Cara Penafsiran dan Penarikan Kesimpulan

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dan ditafsirkan dengan secara statistik dan

deskriptif tentang efektifitas buah legundi sebagai antiproliferasi alami.

15

8

Page 21: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pembuatan Ekstrak

4 kg buah legundi kering yang diperoleh dari kebun Tiga Binanga Kabupaten Karo

diekstraksi menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol 70% 25 L selama 4-5 hari

pada suhu ruang dan wadah penyimpanan yang tertutup rapat dengan sesekali diaduk atau

digoyangkan. Kemudian ekstrak biji legundi yang masih tercampur dengan pelarut

dipisahkan dari pelarut dengan rotary evaporator dengan titik didih etanol 780C sampai

seluruh pelarut habis teruapkan sehingga dihasilkan ekstrak etanol buah legundi sebanyak

250 ml.

5.2 Karakteristik tumor kulit pada tikus Wistar yang diinduksi Benzoalphapyrene

Hasil induksi benzoalphapyrene dosis 20 mg/kg BB sebanyak 10 kali pemberian

dengan pengamatan selama 3 minggu setelah pemberian benzoalphapyrene terakhir secara

makroskopis terlihat nodul palpable pada kulit tikus dengan konsistensi elastis hingga keras

padat. Secara mikroskopis berdasarkan analisis histopatologi 3 tikus terdiagnosis sebagai

tumor ganas dengan tipe non keratinizing squamous cell carcinoma, 1 slide dengan

diagnosis lesi atipik, dan 1 slide dengan tumor jinak. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

kepekaan yang dimiliki tiap tikus berbeda terutama pada tikus yang diinjeksi

benzoalphapyrene. Tikus kelompok benzoalphapyrene mengalami penurunan nafsu makan

yang diikuti penurunan berat badan dan tikus tidak mampu bergerak. Sampai pengamatan

selesai tikus masih dalam keadaan hidup.

5.3 Pengaruh ekstrak etanol buah legundi terhadap kanker kulit yang diinduksi

Benzoalphapyrene

Munculnya nodul yang teramati secara makroskopis pertama kali terjadi pada tikus

perlakuan pada minggu ke-2 setelah pemberian benzoalphapyrene yang terakhir. Jumlah

nodul hanya satu yang timbul di tempat penyuntikan daerah punggung dengan diameter 52

mm.

Berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan pada nodul tersebut terlihat jaringan

epidermis mengalami hyperkeratosis dan proliferasi sel pelapis kulit (skuamosa) yang

menembus sampai ke lapisan dermis. Sel-sel mengalami proses keganasan yang dapat dilihat

dari inti sel yang membesar.

Pemberian ekstrak etanol buah legundi pada kelompok perlakuan 2, 3, dan 4

menunjukkan pengecilan ukuran dari nodul sebesar 20-30mm bahkan pada 2 slide perlakuan

3 nodul bahkan menghilang.

16

8

Page 22: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol buah legundi (Vitex trifolia) dengan dosis 0,5 g dan 1 gr/kg BB yang

diberikan bersamaan dengan induksi benzoalphapyrene maupun setelah timbul massa tumor

mampu menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel tumor.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan berbagai dosis untuk mendapatkan dosis

efektif buah legundi yang berkhasiat sebagai penghambat pertumbuhan dan pembelahan

sel tumor kulit.

2. Perlu dilakukan penelitian pada tingkat yang lebih tinggi untuk melihat peran biomarker

molekuler sebagai salah satu factor resiko terjadinya kanker kulit.

17

8

Page 23: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

DAFTAR PUSTAKA

Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR), 1995, Toxicological Profile for

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs). Atlanta, GA: U.S.Departement of Health

and Human Services, Public Health Services.

Anandan, R,. et al. Effect of Ethanol Extract of Flowers of Vitex trifolia Linn. n CCL4

Induced Hepatic Injury in Rats 2009. Pak. J. Pharm. Sci., Vol.22, No.4, October :

391-394.

Buljan, M., Bulana, V, Stanic, S. 2008. Variation in Clinical Presentation of Basal Cell

Carcinoma. University Department of Dermatology and Venereology Zagreb Croatia

: 25-30.

Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Perpustakaan Nasional . Jilid 2.

Cetakan VII,. Jakarta.

Handa, S.S., Khanuja., Longo G., Rakhesh, D.D., 2008. Extraction technologies for

Medicinal and Aromatic Plants, International Centre for Science and High

Technology, Italy.

Herna´ndez, M.M., Heraso, C., Villarreal, M.L., Vargas-Arispuro, Aranda, E., 1999,

Biological activities of crude plant extracts from Vitex trifolia L. (Verbenaceae), J. of

Ethnopharmacol., 67 : 37–44.

Juliyarsi I., Melia S., 2007, Dadih susu sapi mutan lactococcus lactis sebagai food healthy

dalam menghambat kanker, Artikel Penelitian, Fakultas Peternakan Universitas

Andalas, Padang :1-25.

Kumar ,V., Cotran S. R., Robbins L. St. 2007. Robbins Basic Pathology. 8th Edition. W.B

Saunders Company. Philadelphia. Pennsylvania : 307; 1244-46.

Li, W.X., Cui, C.B., Cai, B., Yao, X.S., 2005a, Labdane-type diterpenes as new cell cycle

inhibitors and apoptosis inducers from V. trifolia, J Asian Nat Prod Res., 7(2) : 95-

105.

Mahardini, T., Renawati., Yulistia, A, Parameter Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs)

dalam Standarisasi Produk Pangan. Balai Besar Industri Agro Deprin, Bogor.

Mustanir dan Rosnani. 2008. Isolasi Senyawa Bioaktif Penolak (Repellent) Nyamuk Dari

Ekstrak Aseton Batang Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia). Bul. Littro. Vol. XIX No.

2 : 174-180.

Nair, A.G.R., Ramesh, P. and Subramanian, S., 1975., Two unusual flavones (artemetin and

7- desmethyl artemetin) from the leaves of V. trifolia., Curr. Sci., 44 (7) : 214–216.

18

Page 24: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Ramesh, P., Nair, A.G.R. and Subramanian, S.S., 1986. Flavone glycosides of V. trifolia.,

Fitoterapia, LVII 4, pp. 282–283.

Santoso, S., 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Penerbit PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.: 127-135.

Sulaiman, W., 2003, Statistik Non Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan

SPSS. Edisi Pertama. Penerbit ANDI, Yogyakarta.: 29.

Vedantham, T.N.C. and Subramanian, S.S., 1976. Non-flavonoid components of V. trifolia.,

Indian J. Pharmacol., 38 (1) : 13.

Wolff, K., Goldsmith, A. L., Katz, I. S., Gilchrest, A. B., Paller, S. A., Leffel, J. D,. 2008,

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. The McGraw-Hill

Companies,Inc. : 1315.

Zeng, X., Fang, Z., Wu, Y., Zhang, H., 1996, Chemical constituents of the fruits of V. trifolia,

Zhongguo Zhong Yao Za Zhi., 21(3):167-168, 191.

19

Page 25: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

LAMPIRAN

20

Page 26: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

21

Page 27: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

22

Page 28: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

23

Page 29: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

24

Page 30: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

25

Page 31: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

26

Page 32: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

27

Page 33: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

28

Page 34: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

29

Page 35: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

302

Page 36: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Dokumentasi Penelitian

Biji legundi yang dihaluskan

Hasil setelah pengeringan Menimbang hasil preparasi untukekstraksi

Gambar 1. Preparasi Biji Legundi

31

Page 37: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Ekstraksi dengan pelarut etanol 70% Perendaman

Proses penyaringan hasil ekstraksi maserasi

Gambar 2. Proses Ekstraksi dengan Metode Maserasi

32

Page 38: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Hasil ekstraksi maserasi Mengevaporasi campuran biji legundi denganpelarut etanol

Menimbang hasil ekstrak Hasil ekstrak

Gambar 3. Proses Evaporasi

33

Page 39: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Gambar 4. Pertumbuhan massa tumor setelah 3 minggu pemberian benzoalphapyrene

Gambar 5 dan 6. Penurunan ukuran tumor setelah diinduksi ekstrak buah legundi(Vitex trifolia) . 0,5 – 1 gr/hari

34

Page 40: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Gambar 7. Slide Histopatologi

Gambar 8. Gambaran sitology salah satu perlakuan dari kelompok K2 teridentifikasisebagai malignansi.

35

Page 41: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Gambar 9. Gambaran histopatologi salah satu sampel dari kelompok K2 teridentifikasisebagai karsinoma sel skuamosa non keratin

36

Page 42: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi

NoNama /NIDN

Instansi Asal Bidang IlmuAlokasiWaktu

(jam/minggu)Uraian Tugas

1

dr. HumairahMedina LizaLubis,M.Ked.(PA),Sp.PA /0115070401

FakultasKedokteranUniversitas

MuhammadiyahSumatera Utara

PatologiAnatomi

6

Membuatproposalpenelitian,memimpinkegiatanpenelitian,melaksanakankegiatanpenelitian danmenyusun hasillaporanpenelitian.

2

dr. IlhamHariaji,M.Biomed /0131107901

FakultasKedokteranUniversitas

MuhammadiyahSumatera Utara

Farmakologidan Terapi

5

Membantukegiatanpenelitian,melaksanakankegiatanpenelitian, danmenyusun hasillaporanpenelitian.

37

Page 43: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

38

Page 44: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

39

Page 45: SEBAGAI PENGHAMBAT PEMBELAHAN DAN PERTUMBUHAN …

40