saya tertarik membaca tulisan di kompas health

8
Saya tertarik membaca tulisan di Kompas Health “Orang Indonesia Ingin Sehat, Tapi Tak Mau Berusaha” yang dituliskan 22 Oktober 2014. Tulisan ini menyoroti bahwa pada intinya orang Indonesia mengetahui bagaimana pola dan perilaku sehat namun tidak mau menjalaninya. Terlihat bahwa dalam survei dikatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia sangat banyak walaupun orang Indonesia tahu bahaya merokok. Saya jadi mengingat kembali kuliah saya “Perilaku Sehat” yang saya berikan kepada mahasiswa fakultas kedokteran semester pertama. Kuliah “Perilaku Sehat” ditujukan bagi mereka karena sering kali kita dalam kehidupan sehari-hari mempunyai masalah dalam mengubah perilaku ke arah yang lebih sehat. Bukan karena kita tidak tahu teori hidup sehat tetapi kita sering kali kesulitan mengubah perilaku menjadi lebih sehat. Sarafino tahun 2004 telah mengemukakan teori tentang perilaku sehat. Definisi perilaku sehat menurut Sarafino adalah “Segala aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan, atau meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal tersebut”. Sehingga menurut Sarafino apa yang dimaksud dengan perilaku sehat bukan hanya bertujuan mencegah penyakit datang tetapi juga tindakan yang kita lakukan saat menyadari kita akan sakit atau sedang sakit. Hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam perubahan perilaku adalah proses pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku itu berubah karena ada konsekuensinya. Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari konsekuensi yang ingin didapatkan adalah penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan suatu perubahan karena ada “imbalan” atau penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh. Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga berlangsung lewat

Upload: balqist-accyzz-allyya

Post on 21-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kompas

TRANSCRIPT

Saya tertarik membaca tulisan di Kompas Health Orang Indonesia Ingin Sehat, Tapi Tak Mau Berusaha yang dituliskan 22 Oktober 2014. Tulisan ini menyoroti bahwa pada intinya orang Indonesia mengetahui bagaimana pola dan perilaku sehat namun tidak mau menjalaninya.

Terlihat bahwa dalam survei dikatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia sangat banyak walaupun orang Indonesia tahu bahaya merokok.

Saya jadi mengingat kembali kuliah saya Perilaku Sehat yang saya berikan kepada mahasiswa fakultas kedokteran semester pertama. Kuliah Perilaku Sehat ditujukan bagi mereka karena sering kali kita dalam kehidupan sehari-hari mempunyai masalah dalam mengubah perilaku ke arah yang lebih sehat. Bukan karena kita tidak tahu teori hidup sehat tetapi kita sering kali kesulitan mengubah perilaku menjadi lebih sehat.

Sarafino tahun 2004 telah mengemukakan teori tentang perilaku sehat. Definisi perilaku sehat menurut Sarafino adalah Segala aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan, atau meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal tersebut. Sehingga menurut Sarafino apa yang dimaksud dengan perilaku sehat bukan hanya bertujuan mencegah penyakit datang tetapi juga tindakan yang kita lakukan saat menyadari kita akan sakit atau sedang sakit.

Hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat

Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam perubahan perilaku adalah proses pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku itu berubah karena ada konsekuensinya.

Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari konsekuensi yang ingin didapatkan adalah penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan suatu perubahan karena ada imbalan atau penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh.

Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga berlangsung lewat observasi. Kita sering melihat banyak orang mendapatkan keberhasilan dalam menjalankan diet sehat dan olahraga. Kita menjadi termotivasi melakukan hal tersebut dan ingin mencari tahu bagaimana hal-hal tersebut dilakukan.

Individu akan lebih cenderung meniru perilaku orang yang setara dengan dirinya baik secara umur, usia dan ras. Selain itu juga orang yang dianggap lebih tinggi status sosial atau derajatnya dari individu cenderung lebih mudah diikuti.

Artis dan selebriti sering menjadi ikon suatu gaya hidup, perilaku atau menjadi bintang iklan. Hal ini dikarenakan artis mempunyai banyak fans yang sekiranya akan mengikuti gaya hidup dan perilaku dari idolanya tersebut.

Mengapa sulit berubah?

Walaupun secara teoritis kita telah mengetahui teori-teori tentang kesehatan dan bagaimana menjaga kesehatan, sering kali kita kesulitan untuk berubah. Tidak heran walaupun kita tahu tentang bahaya merokok, individu tetap banyak saja yang merokok bahkan tenaga kesehatan sendiri sekalipun.

Tahapan perubahan perilaku

Fase awal yang biasa disebut fase pre-kontemplasi disebutkan merupakan tahap individu belum mau mengubah perilakunya. Individu masih dalam tahapan tidak peduli dengan segala macam teori yang ada tentang perilaku sehat. Saat fase ini walaupun individu diberikan berbagai macam informasi kesehatan dan perubahan perilaku sehat, tidak akan banyak mengubah persepsinya tentang kesehatan.

Fase kedua adalah fase kontemplasi. Individu pada fase ini mulai menyadari adanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan belum berubahnya perilaku dirinya. Sayangnya individu belum ada komitmen untuk berubah. Fase kedua ini biasanya individu mulai menyadari bahwa informasi kesehatan yang dia terima selama ini ada benarnya juga. Saat fase ini biasanya individu sudah mulai terbuka pikirannya.

Fase ketiga adalah fase persiapan. Individu dalam fase ini biasanya sudah mencoba melakukan perubahan perilaku tetapi masih sering gagal. Contoh individu mulai mencoba berolahraga teratur namun masih suka bolong-bolong jadwalnya. Individu mulai berhenti rokok tapi masih suka merokok jika bertemu dengan teman-teman yang merokok. Pada fase ini individu sudah mulai mempunyai tujuan untuk mencapai perubahan perilakunya. Fase ini memungkinkan tindakan yang lebih lanjut dan individu bisa bertahan melakukan perilaku sehatnya.

Fase keempat adalah fase tindakan. Individu saat fase ini sudah mampu melaksanakan perubahan perilaku dan sudah menjalaninya dengan baik sekurangnya 6 bulan sejak usaha perubahan itu dilakukan. Individu mulai bisa melakukan hal tersebut dengan konsisten sehingga masuk ke fase selanjutnya yaitu fase pemeliharaan.

Kelima fase perubahan perilaku tersebut dalam prakteknya tidaklah kaku. Kadang saat individu sudah berada di fase persiapan dia kembali ke fase kontemplasi. Ada kalanya ketika sudah lama melakukan perubahan perilaku sehat, individu kemudian merasa tidak bermotivasi kembali melakukannya dan akhirnya turun fase. Itulah mengapa seperti di depan telah dikatakan bahwa perubahan perilaku perlu mendapatkan reward atau penghargaan agar tetap bisa dilakukan.

Semoga tulisan ini bisa membantu kita memahami bagaimana perubahan perilaku sehat itu bisa berjalan. Bagi yang masih dalam tahapan mikir-mikir untuk melakukan perilaku sehat, ayo segera lakukan!

Salam Sehat Jiwa

JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah ebola yang telah merengut ribuan nyawa manusia membuat banyak orang takut dan panik. Organisasi kemanusiaan medis internasional yang independen, Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas memaparkan, per tanggal 7 November 2014 dilaporkan hampir 14.000 kasus Ebola di Afrika Barat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5000 orang meninggal dunia.

Ketakutan terhadap wabah ebola meningkat setelah penyebarannya meluas ke Amerika Serikat dan Spanyol. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, melakukan kewaspadaan tinggi terhadap penularan ebola. MSF Regional Humanitarian Representative untuk ASEAN Maria Guevara mengatakan, seharusnya masyarakat tidak perlu panik. "Perlu mendidik publik agar tidak panik. Ketikdaktahuan masyarakat membuat panik berlebihan," kata Maria di Jakarta, Rabu (12/11/2014).

Menurut Maria, kurangnya pengetahuan masyarakat merupakan kendala utama penanganan ebola. Masyarakat merasa takut tanpa tahu langkah pencegahannya. Padahal, lanjut Maria, ebola tidak mudah menular dibanding penyakit flu dan malaria. Ebola pun bisa disembuhkan jika ditangani dengan cepat.

"Penaganan ebola bisa dibilang sederhana. Segera diisolasi dan selama masih bisa ditangani, masih bisa dikontrol dan diberi cairan," terang dia.

Maria menambahkan, masyarakat juga perlu tahu bagaimana cara aman menguburkan seseorang yang meninggal karena ebola. Penanganan yang baik akan mencegah penularan virus ebola. Sebagai contoh, sejauh ini MSF sudah mengirim 700 tenaga kesehatan untuk menangani ebola dan hanya 24 orang yang terinfeksi virus tersebut.

Tenaga kesehatan selama ini memang paling rentan terpapar ebola. Lebih dari 230 tenaga kesehatan di Afrika Barat telah meninggal karena ebola. Padahal, tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam penanganan ebola. Diperlukan pula vaksin hingga fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai untuk mencegah penularan ebola.

Gunakan Pendapatan Cukai Rokok untuk Pencegahan PenyakitJAKARTA, KOMPAS.com - Penyakit tidak menular dan penyakit kronik seperti jantung, stroke, diabetes melitus, dan kanker, saat ini menjadi pembunuh utama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit tersebut bisa dicegah jika masyarakat mendapat edukasi yang cukup sehingga bisa mengubah pola hidupnya. Sayangnya, selama ini anggaran kesehatan pemerintah lebih banyak dihabiskan untuk pengobatan. Anggaran untuk program promotif preventif masih rendah."Sebenarnya jika pemerintah mau, tinggal alokasikan 2 triliun rupiah untuk sosialisasi dan memberi pendidikan bagi masyarakat tentang pencegahan penyakit tidak menular. Biaya tersebut tak sampai dua persen dari pendapatan cukai rokok pertahun," kata Prof.Hasbullah Thabrany, ahli kesehatan masyarakat, dalam acara Diabetes Leadership Forum di Jakarta (13/11/14).Ia menambahkan, jika upaya pencegahan tidak segera dilakukan maka pemerintah bisa menghabiskan biaya puluhan triliun rupiah untuk biaya pengobatan. "Upaya promotif preventif kita masih lemah, padahal sarananya sudah ada. Gunakan saja acara-acara televisi untuk edukasi penyakit," katanya.Prof.Achmad Rudijanto, Sp.PD-KEMD, menambahkan, setiap tahun ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita diabetes melitus. "Ini menjadi warning bagi kita karena secara ekonomi menjadi mahal," ujarnya dalam acara yang sama.Rudijanto mengatakan, tahun 2007 diketahui terdapat 10 juta penyandang diabetes dan WHO memperkirakan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat sampai lebih dari 31 juta orang."Kalau setiap pasien itu menghabiskan biaya 1000 rupiah perhari, tanpa komplikasi penyakit, maka biayanya bisa sampai 3,5 triliun. Kalau 10 persennya mengalami komplikasi, biayanya akan naik sampai 10 triliun. Itu jumlah yang besar sekali," katanya.Oleh karena itu diperlukan usaha lebih serius dari berbagai pihak untuk pencegahan dan penanganan diabetes di Indonesia. Bagaimana pun, mencegah lebih murah dari mengobati.

Mayoritas Masalah Kulit Orang Indonesia Disebabkan Sinar Matahari

vKOMPAS.com - Berada di garis khatulistiwa, Indonesia adalah negara yang hampir setiap waktu dilimpahi sinar matahari. Jika kulit tidak dilindungi, paparan sinar ultraviolet dari matahari itu bisa membuat kulit lebih cepat mengalami kerusakan.

Sinar ultraviolet (UV) di Indonesia rata-rata tertinggi di Asia. "Level paparan yang paling tinggi itu berkisar 9-11 dan Indonesia berada di level 11+, hampir sama dengan di Thailand, " kata Divya Agrawal, dari Research & Inovation L'Oreal dalam acara peluncuran Kampanye Edukasi Masyarakat L'Oreal Unveils di Jakarta (11/11/14).

Sinar UV terdiri dari beberapa jenis, namun yang berkontribusi pada penuaan dini adalah UV A dan UV B. Sinar UV A mampu menembus kaca dan lapisan kulit lebih dalam. Sementara UV B biasanya membuat kulit terasa terbakar.

Salah satu efek langsung dari paparan sinar ultraviolet adalah kulit terbakar atau merah. Setelah 20 hari, kulit akan mulai kecokelatan (tan). "Sebenarnya kulit bisa kembali ke warna aslinya, tapi kalau terus terpapar maka warna gelap ini akan menetap," katanya.

Setelah beberapa waktu paparan sinar matahari akan membuat kulit kehilangan kekenyalannya, kering, pigmentasi, dan keriput dini.

Diungkapkan oleh Dr.Sri Ellyani, Sp.KK, sebagian besar masalah kulit yang dikeluhkan orang Indonesia adalah jerawat, kulit berminyak, kulit kusam, warna kulit tidak merata, serta wajah tampak lebih tua."Semua masalah tersebut dipicu oleh sinar matahari," kata wakil ketua bidang kerja sama Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) ini dalam acara yang sama.

Divya menambahkan, sinar ultraviolet A bisa menyebabkan stres oksidatif pada bagian dermis dan epidermis kulit, sehingga kulit kehilangan elastisitasnya.

Salah satu cara untuk melindungi kulit adalah dengan menggunakan pakaian yang tertutup atau topi. Namun bahaya sinar matahari ternyata juga bisa tetap kita dapatkan di cuaca mendung atau hujan. Karena itu memakai tabir surya adalah hal yang wajib dilakukan setiap hari.

Ellyani menjelaskan, untuk orang Indonesia sebaiknya menggunakan produk tabir surya dengan kadar SPF antara 15-30. "Makin besar angkanya, makin kuat efek perlindungannya. Jika berada di luar ruangan dalam waktu lama, pakai ulang tabir surya beberapa jam sekali," katanya.

Di pasaran tersedia berbagai jenis tabir surya. Sebaiknya pilih yang mengandung SPF (untuk perlindungan terhadap sinar UV B) dan PA (perlindungan terhadap sinar UV A). Pilih juga produk yang sudah terdaftar di BPOM RI.

KOMPAS.com - Kanker merupakan penyakit yang bisa diderita siapa saja, tua atau muda. Pada anak, salah satu jenis kanker yang paling sering diderita adalah neuroblastoma atau kanker saraf.

Balita Ashira Shalva yang menderita kanker neuroblastoma meninggal dunia di rumah sakit di Guangzho, Tiongkok, setelah menjalani perawatan. Pada awalnya Ashira diberitakan mengeluhkan sakit pada perutnya dan terasa keras saat diraba. Belakangan, dokter mendiagnosa gadis mungil ini dengan neuroblastoma.

Neuroblastoma merupakan tumor yang paling sering muncul pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Tumor ini kebanyakan ditemukan berada di sekitar kelenjar adrenal. Pada kasus yang langka, tumor ini bisa dideteksi lewat USG saat bayi masih berada di kandungan.

Tumor ini bisa muncul di beberapa bagian tubuh, jika di perut maka akan dalam bentuk massa di perut. Tumor ini juga bisa menyebabkan nyeri pada tulang jika tumornya sudah menyebar.

Bila terdapat di tulang belakang dapat menekan saraf tulang belakang dan mengakibatkan kelumpuhan yang cepat. Tumor di daerah perut akan teraba bisa sudah besar. Penyebaran pada tulang dapat menyebabkan patah tulang tanpa sebab, tanpa nyeri sehingga penderitanya pincang mendadak.

Kanker pada anak memang tidak dapat dicegah karena faktor risiko dan penyebabnya pun belum diketahui. Oleh karena itu orangtua dan tenaga kesehatan perlu mewaspadai gejala kanker pada anak, terlebih anak berusia kurang dari setahun belum bisa mengeluh sakit yang dirasakannya.

Jika ditemukan sejak dini, peluang kesembuhan kanker pada anak cukup besar. Di Amerika Serikat, untuk neuroblastoma angka kelangsungan hidup sampai 5 tahun mencapai 87 persen pada berusia kurang dari setahun.