sastra

21
Kelompok : Dwi Aryo F. Ericko Lazuardi R.Rayda Razaq H. Tities Jendrayu S.

Upload: tities-jendrayu-sarasati

Post on 20-Jun-2015

1.370 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan (arsitektur). Sastra menjadi bagian dari budaya masyarakat.

TRANSCRIPT

Kelompok :

Dwi Aryo F.

Ericko Lazuardi

R.Rayda Razaq H.

Tities Jendrayu S.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya karena kami dapat menyelesaikan

tugas kami membuat makalah Bahasa Indonesia tentang SASTRA .

Makalah ini kami buat sebaik – baiknya karena untuk memenuhi nilai tugas harian kami. Dan tak

lupa kami ucapkan Terima kasih kepada Guru Bahasa Indonesia dan dukungan dari teman – teman kami

yang telah mendukung dan membantu kami untuk menyelesaikannya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan. Sekian

Terima kasih .

Wassalamualaikum wr.wb

Malang, 25 Juli 2010

Penulis

SASTRA

I. A. Definisi Sastra

Sastra adalah perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Tulisan adalah media pemikiran

yang tercurah melalui bahasa, bahasa yang bisa direpresentasikan dalam bentuk tulisan, media

lain bisa saja berbentuk gambar, melody musik, lukisan ataupun karya lingkungan binaan

(arsitektur). Sastra menjadi bagian dari budaya masyarakat. Sastra yang memuat materi yang

tinggi dipelihara secara turun-temurun oleh para pujangga, banyak yang secara lisan karena

media tulisan sangat terbatas, hanya daun lontar.

Menurut KBBI arti sastra adalah:

(1) bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari);

(2) karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan

seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

Secara etimologis kata sastra berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari akar kata sas- yang

berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran –tra yang berarti alat untuk

mengajar, buku petunjuk..

Secara harfiah kata sastra berarti huruf, tulisan atau karangan. Kata sastra ini kemudian diberi

imbuhan su- (dari bahasa Jawa) yang berarti baik atau indah, yakni baik isinya dan indah

bahasanya. Selanjutnya, kata susastra diberi imbuhan gabungan ke-an sehingga menjadi

kesusastraan yang berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah

bahasanya.

Selain pengertian istilah atau kata sastra di atas, dapat juga dikemukakan batasan / defenisi

dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini

mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah yang menyebut fenomena yang

sederhana dan gampang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah

kegiatan yang berbeda-beda. Kita dapat berbicara secara umum, misalnya berdasarkan aktivitas

manusia yang tanpa mempertimbangkan budaya suku maupun bangsa. Sastra dipandang

sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu di masyarakat dapat

menghasilkan sastra. Sedang orang lain dalam jumlah yang besar menikmati sastra itu dengan

cara mendengar atau membacanya.

Batasan sastra menurut PLATO, adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).

Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan

model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

ARISTOTELES murid PLATO memberi batasan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama,

ilmu pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah sebagai gubahan

bahasa yang bermaterikan kata-kata dan bersumber dari imajinasi atau emosi pengarang. Rene

Welleck dan Austin Warren, memberi defenisi bahasa dalam tiga hal :

1. Segala sesuatu yang tertulis

2. Segala sesuatu yang tertulis dan yang menjadi buku terkenal, baik dari segi isi maupun

bentuk kesusastraannya

3. Sebagai karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan dan bermediumkan

bahasa.

B. Fungsi Sastra

Fungsi Sastra Abdul Wachid B.S. secara eksplisit mengemukakan dalam buku kumpulan esai

sastranya berjudul “Sastra Pencerahan” (2005) bahwa sastra berfungsi sebagai media

perlawanan terhadap slogan omong-kosong tentang sosial kemasyarakatan. Sapardi (1979)

mengemukakan tiga hal yang harus diperhatikan yaitu:

a) Sudut pandangan ekstrim kaum Romantik misalnya menganggap bahwa sastra sama

derajatnya dengan karya pendeta atau nabi; dalam anggapan ini tercakup juga pendirian

bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak.

b) Dari sudut lain dikatakan bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka; dalam hal ini,

gagasan “seni untuk seni” tak ada bedanya dengan praktek melariskan dagangan untuk

mencapai best seller.

c) Semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam sebuah slogan klasik: sastra harus

mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

Fungsi sastra, menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan

penulisnya dari tekanan emosi. Mengekspesikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.

Contohnya ketika penonton drama dan pembaca novel yang bisa mengalami perasaan lega

dalam artian bisa melepaskan emosinya. Namun hal ini masih dipertanyakan karena banyak

novel yang ditulis atas dasar curahan emosi penulisnya sehingga pembaca pun bisa merasakan

emosi yang menekan penulisnya.

II. SEJARAH SASTRA

a. Sastra lama

Bentuk sastra lama bermacam-macam. Secara umum karya sastra lama tediri atas

prosa dan puisi. Istilah prosa diambil dari bahasa Latin yaitu oratio provorsa artinya ucapan

langsung. Dalam kesusastraan, prosa merupakan sejenis karya sastra yang bersifat paparan.

Prosa sering pula disebut karangan bebas karena tidak diikat oleh aturan-aturan khusus

(misalnya rima, ritme seperti halnya dalam puisi).

Menurut zamannya (masanya) prosa dibedakan menjadi dua periode yaitu prosa lama

dan prosa baru. Prosa lama sebagai gambaran kehidupan masyarakat pada zaman dahulu,

yaitu kehidupan masyarakat sebelum memiliki rasa kesadaran nasional. Jika dibatasi dengan

tahun, prosa lama ini berkembang sebelum tahun 1900. Prosa lama dibedakan beberapa jenis

di antaranya dongeng, cerita rakyat (fokslore), cerita pelipur lara, hikayat, tambo, epos

(wiracarita), cerita berbingkai, dan kitab-kitab.

Sastra lama yang berbentuk prosa,umumnya mempunyaiciri-ciri:

1.Ceritanya seputar kehidupari istana. Karena itu bersifat istana sentris.

2.Menggambarkan tradisi masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan daripada

keindividualan. Sebagai akibat logisnya, sastra lama dianggap milik bersama (kolektif).

3.Konsekuensi dari ciri kedua, sastra lama bersifat anonim, pengarangnya tidak dikenal.

4.Sastra lama bersifat lisan, disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan, dari mulut

ke mulut (leluri).

Mengidentifikasi Ciri Hikayat sebagai Bentuk Karya Sastra Lama

Hikayat artinya cerita atau riwayat, Secara lengkap, pengertian1 hikayat adalah sejenis

prosa sastra melayu lama yang ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh

istana. Sebagai karya sastra lama, hikayat memiliki ciri-ciri:

a. Ceritanya berkisar pada sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana (istana sentris).

b. Kisahnya bercampur dengan dunia khayal yang dalam banyak hal dilebih-lebihkan.

c. Pada umumnya dihubungkan dengan peristiwa sejarah tertentu.

Karya sastra lama berbentuk hikayat misalnya Hikayat Si Miskin, Hikayat Hang Tuah,

Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman,

dan lain-lain.

b. Sastra Baru

Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga

sudah tidak asli lagi.

c. Perbedaan Antara Sastra Baru Dengan Sastra Lama

Sastra Lama

Sastra lama adalah sastra yang berbentu lisan atau sastra melayu yang tercipta dari

suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama

islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan

seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :

- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya

- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)

- Tema karangan bersifat fantastis

- Karangan berbentuk tradisional

- Proses perkembangannya statis

- bahasa klise

Contoh sastra lama : fabel, sage, mantra, gurindam, pantun, syair, dan lain-lain.

Sastra Baru

Sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga

sudah tidak asli lagi.

Ciri dari sastra baru yakni :

- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas

- Bahasanya tidak klise

- Proses perkembangan dinamis

- tema karangan bersifat rasional

- bersifat modern / tidak tradisional

- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.

III. PERIODISASI SASTRA

Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang

ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu

yang berbeda dengan periode yang lain.

1. Zaman Sastra Melayu Lama

Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan

bentuk yang lain.

2. Zaman Peralihan

Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak

baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia

dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura

Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak

hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang

kearab-araban.

3. Zaman Sastra Indonesia

a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)

Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua

dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari

Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik

sentimental.

Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan

Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka

(roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat),

Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim

(kumpulan cerpen Teman Duduk)

b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)

Cirinya adalah 1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, 2) temanya

tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks,

seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya

adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru

yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat

terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik

idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.

Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung

Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur), Armin

Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia Baru), M. Yamin (drama Ken Arok dan

Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari), Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu

Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapa nVan Der Wijck).

c. Angkatan ’45

Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya bercorak

realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang menonjol adalah

revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan

roman seperti angkatan sebelumnya.

Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi bersama

Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat Kartamiharja (novel Atheis), Idrus

(novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira), Pramduya

Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya), Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)

d. Angkatan ’66

Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik,

menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.

Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi

Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan puisi

Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal), A.A. Navis (novel Kemarau), Toha Mohtar

(novel Pulang), Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar), Iwan Simatupang (novel

Ziarah), Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau), Mariannge Katoppo (novel Raumannen).

IV. UNSUR PEMBANGUNAN KARYA SASTRA

Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur

ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan

mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.

a. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan

pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik

(persoalan sejarah), ekonomi, dsb.

b. unsur intrinsik terdiri atas:

Tema

Pokok persoalan dalam cerita.

Karakter

Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda.

Karekter dapat dibagi menjadi:

Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam

cerita

Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama

Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema

Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan

dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)

Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan

kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.

Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami perubahan

kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan

manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.

Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan

secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak pernah

terlihat secara jelas.

Karakterisasi

Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali

penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara

naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung oleh

penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain:

penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan

karakter lain, pendapat karakter lain, dsb.

Konflik

Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini

merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat

macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:

Konflik internal

Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak

yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan

terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut

Konflik eksternal

Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain

Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan

perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam.

Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau

lingkungan hidupnya.

Setting

Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita

Plot

Jalan cerita dari awal sampai selesai

Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai

memunculkan konflik/ permasalahan)

Klimaks : puncak konflik/ ketegangan

Falling action: penyelesaian

Simbol

Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak

(kematian)

Sudut pandang

Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.

Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan

penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak

mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari

teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.

Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini

jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.

Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka

dan dia.

Teknik penggunaan bahasa

Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya

sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik

penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah

dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.

V. JENIS – JENIS KARYA SASTRA

A. PROSA

Karya Sastra Bentuk Prosa

Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai

mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk

prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat

bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan

karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.

PROSA

PROSA NON FIKSI

Artikel

Esai

Biografi

Otobiografi

Surat

Buku harian

Cerpen

Novelet

Novel / Roman

Dongeng

Fabel

Hikayat

Legenda

Mite

PROSA BARU

PROSA LAMA

PROSA FIKSI

Macam Karya Sastra Bentuk Prosa

Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut

temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya

sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.

Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:

Prosa lama:

1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami

perubahan secara lambat.

2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat

feodal).

3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca

dibawa ke dalam khayal dan fantasi.

4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.

5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)

6. Milik bersama

Prosa Baru:

1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan

masyarakat)

2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-

hari)

3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata,

berdasarkan kebenaran dan kenyataan

4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat

5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas

6. Tertulis

1. Prosa lama

Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau

kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek

pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat.

Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya

sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena

belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan

Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan

mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah

sastra Indonesia mulai ada.

Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:

a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh

dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul

b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.

Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang

c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil

d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja

dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.

e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.

f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang

dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

2. Prosa Baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau

budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar

permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H.

Moekti.

Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:

1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,

mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara

mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman

terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita

tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota

Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam

2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup

pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil

hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa

atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara.

3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.

4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh

Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi

5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian

kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh:

Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.

6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan

manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu

Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.

7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu

kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan

YB. Mangunwijaya.

8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya

dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu

yangs ifatnya objektif dan menghakimi.

9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama,

dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari

ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai

dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau

dinikmati.

10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan

pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,

renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,

pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat

subjektif atau sangat pribadi.

B. Puisi

Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta

ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah

a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara

b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca

c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi

d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur

e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh

persamaan jumlah kata/suku tiap baris

f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun

maksimalisasi ekspresi

g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-

api, dll.)

h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan

i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

a. puisi lama

Ciri puisi lama:

1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya

2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan

3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata

maupun rima

Yang termausk puisi lama adalah

1. mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib

2. pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris

terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai

isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,

agama/nasihat, teka-teki, jenaka

3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek

4. seloka adlah pantun berkait

5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi

nasihat

6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-

a-a-a, berisi nasihat atau cerita

7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris

b. puisi baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku

kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas

1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita

2. himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan

3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa

4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup

5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih

6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan

7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Membaca Puisi

Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:

1. jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.,

2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan,

pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan,

kemanusiaan, dll.,

3. pemahaman puisi yang utuh,

4. pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan

teaterikal

5. tempat acara: indoor atau outdoor,

6. audien,

7. kualitas komunikasi,

8. totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik)

9. kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan

tempo)

10. kesesuaian gerak,

11. jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan:

a) pemilihan kostum yang tepat,

b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,

c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,

d) musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi

C. Drama/Film

Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan.

Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur

instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi,

konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor,

sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan

gerak para pemain).

VI. NILAI SASTRA

1. Nilai Moral Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan

oleh pengarang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh- tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.

2. NIlai Estetika atau Nilai Keindahan Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada

karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen dapat diamati pilihan gaya bahasanya.

3. Nilai Sosial Budaya Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah

tertentu. Hal ini berkaitan dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya dengan yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya: a. Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan. b. Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sastra-indonesia.com/2010/06/carut-marut-sejarah-sastra-indonesia/

http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/karya-sastra-dan-periodenya/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia

http://ensiklopedia.com/Sastra%20Indonesia%20-

%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm

http://google.com/Bahasa%20dan%20Sastra%20Indonesia%20%20Periodisasi%20Sastra%20Indonesia.h

tm