saraf

28
227 Art Of Therapy Art Of Therapy 9. Ilmu Penyakit Saraf NYERI KEPALA KRITERIA DIAGNOSIS a. Nyeri Kepala Tegang Otot Terasa berat, seperti diikat, pegal, tegangan seperti dibebani biasanya di daerah kuduk (oksipital) kadang-kadang dapat menyeluruh atau bilateral Sering mengenai penderita dengan mental yang labil, umumnya dicetuskan oleh stres Rasa nyeri karena kontraksi berlebihan otot-otot di daerah kepala tersebut dapat berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren) Rasa nyeri berdenyut-denyut, timbul dalam serangan yang berulang dan menghebat kalau mengadakan aktifitas Biasanya unilateral, kadang-kadang menjalar ke sisi lain (bilateral), sering mual, kadang-kadang sampai muntah Kalau nyeri di daerah orbita dapat menyebabkan pengeluaran air mata Pada migren klasik didahului dengan aura, biasanya aura penglihatan : berkunang-kunang, skotoma, dan lain-lain yang berlangsung sebentar Pada migren komplikata dapat disertai kelumpuhan otot bola mata (migren oftalmolplegis) ataupun migren hemiplegis yang sifatnya hanya sementara Nyeri dapat kambuh karena dicetus oleh : stres mental, kelelahan, kepanasan, haid (hormonal), terlambat makan, makanan tertentu dan lain- lain c. Nyeri Kepala Pasca Trauma Nyeri atau pusing (dizzy) sesudah trauma kepala, trauma kalau kepala digerakan d. Neuralgia Trigeminal Nyeri hebat yang timbul mendadak, hilang dalam beberapa menit, terjadi pada daerah muka pada cabang n.trigeminus

Upload: one-nurcahyono

Post on 28-Nov-2015

193 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

syarat buat bisa DL di scribd

TRANSCRIPT

Page 1: Saraf

227

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

9. Ilmu Penyakit Saraf

NYERI KEPALA

KRITERIA DIAGNOSIS

a. Nyeri Kepala Tegang Otot

Terasa berat, seperti diikat, pegal, tegangan seperti dibebani biasanya di

daerah kuduk (oksipital) kadang-kadang dapat menyeluruh atau bilateral

Sering mengenai penderita dengan mental yang labil, umumnya dicetuskan

oleh stres

Rasa nyeri karena kontraksi berlebihan otot-otot di daerah kepala tersebut

dapat berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari

b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren)

Rasa nyeri berdenyut-denyut, timbul dalam serangan yang berulang dan

menghebat kalau mengadakan aktifitas

Biasanya unilateral, kadang-kadang menjalar ke sisi lain (bilateral), sering

mual, kadang-kadang sampai muntah

Kalau nyeri di daerah orbita dapat menyebabkan pengeluaran air mata

Pada migren klasik didahului dengan aura, biasanya aura penglihatan :

berkunang-kunang, skotoma, dan lain-lain yang berlangsung sebentar

Pada migren komplikata dapat disertai kelumpuhan otot bola mata (migren

oftalmolplegis) ataupun migren hemiplegis yang sifatnya hanya sementara

Nyeri dapat kambuh karena dicetus oleh : stres mental, kelelahan,

kepanasan, haid (hormonal), terlambat makan, makanan tertentu dan lain-

lain

c. Nyeri Kepala Pasca Trauma

Nyeri atau pusing (dizzy) sesudah trauma kepala, trauma kalau kepala

digerakan

d. Neuralgia Trigeminal

Nyeri hebat yang timbul mendadak, hilang dalam beberapa menit, terjadi

pada daerah muka pada cabang n.trigeminus

Page 2: Saraf

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

228

Dapat dicetuskan oleh perangsangan ringan daerah tersebut : meraba,

mengupas, berbicara, mengunyah, menyikat gigi,dsb

e. Nyeri Kepala Tumor Otak

Nyeri dapat berupa berat, seperti ditusuk, berdenyut yang frekuensi

serangan dan intensitasnya makin lama makin hebat di otak, gejala

neurologis dapat timbul atau tidak. Gejala neurologis: kejang fokal,

monoparese, gangguan sensibilitas, gangguan penglihatan, gangguan

mental, pelupa, dll

a. Nyeri Kepala Tegang Otot

Analgetik dan pelemas otot (penenang) : diazepam, meprobamat

Analgetik ajuvan : cafein 65 mg

Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein

Antidepresan : amitriptipilin, antianxietas : benzodiazepin, butalbutal

Psikoterapi suportif kalau diperlukan

Fisioterapi : pemanasan, dan massase otot kuduk (kepala) kalau diperlukan

b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren)

Istirahat, analgetik, penenang

Vasokontriksi : kafergot 3 x ½ - 1 tablet (tidak boleh pada wanita hamil dan

penderita penyakit jantung)

Sumatriptan 1 tablet

Flunarizin 1 x 5 – 20 mg

Kalau serangan sering : siproheptadin, propanolol atau pizotifen untuk

pencegahan

Hindari faktor pencetus

c. Nyeri Kepala Pasca Trauma

Analgetik

Minor tranquilizer

Anti vertigo (Proklorperazin, difenhidramin, betahistin) bila ada vertigo

Psikoterapi (kalau perlu)

TERAPI

Neurologi

Page 3: Saraf

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Neurologi

d. Neuralgia Trigeminal

Analgetik dan penenang

Difenildantion 3 x 100 mg

Karbamaszepin 3 x ½ - 1 tablet / @200 mg (obat pilihan)

Penyuntikan lokal alkohol, gliserol, radiofarmaka atau kalau terpaksa

operasi.

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan

sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang

disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai keadaan atau

penyakit.

1. Vestibulogenik

a. Primer : motion sickness, benign paroxixmal positional vertigo, meniere

disease, neuronitis vestibuler, drug induced

b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisisensi vertebrobasiler, neuroma

akustik

2. NonVestibuler : gangguan serebelar, hiperventilasi, psikogenik, dll

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektif (symptoms) dan

objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh

1. Gejala subyektif

a. pusing, rasa kepala ringan

Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

. Jakarta : PerdossiPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Harsono (editor). .

2005. Yogyakarta : Gadjah Mada Universuty Press

Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis danStandar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

Buku Ajar Neurologi Klinis

VERTIGO

DEFINISI

Klasifikasi

KRITERIA DIAGNOSIS

229

Page 4: Saraf

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

b. rasa terapung, terayun

c. mual

2. Gejala obyektif

a. keringat dingin

b. pucat

c. muntah

d. sempoyongan waktu berdiri atau berjalan

e. nistagmus

3. Dapat disertai gejala berikut

a. kelainan THT (gangguan pendengaran)

b. kelainan mata

c. kelainan saraf (kelemahan anggota gerak, nyeri kepala)

d. kelainan hipertensi, sakit jantung)

e. kelainan (penyakit paru, anemia)

f. kelainan psikis

g. konsumsi obat-obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, salisilat)

Terapi kausal : sesuai dengan penyebab

Terapi simptomatik

1. pengobatan simptomatik vertigo

Ca-entry blocker : Flunarizin (Sibelium) 3X5-10 mg/hr

Antihistamin : Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine

3x50 mg/hr

Histaminik : Betahistine (Merislon) 3x8 mg

Fenotiazine : Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr

Benzodiazepine (Diazepam) 3x25 mg/hr

Antiepileptik : (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG) :

Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg

Campuran obat-obat di atas

2. pengobatan simptomatik otonom

Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr

terapi rehabilitasi : latihan visual-vestibular

TATA LAKSANA

-

-

-

-

-

-

-

-

230

Neurologi

Page 5: Saraf

Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan

Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)

DEFINISI

KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS

Cedera kepala adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara

langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder). Cedera

otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan,

karena kecelakaan lalulintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi konservatif

dan sisanya membutuhkan tindakan operatif

Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :

1. Minimal = simple head injury

Nilai GCS 15 (normal)

Kesadaran baik

Tidak ada amnesia

2. Cedera kepala ringan

Vital sign dalam batas normal

Nilai GCS 14 atau

Nilai GCS 15 dengan :

Amnesia paska cedera < 24 jam, atau

Hilang kesadaran < 10 menit

Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepala

atau vertigo

3. Cedera Kepala Sedang

Nilai GCS 9-13

Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam

Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis

Amnesia paska cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negatif)

4. Cedera Kepala Berat

Nilai GCS 5-8

o

o

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

231

Neurologi

Page 6: Saraf

Hilang kesadaran > 6 jam

Ditemukan defisit neurologis

Amnesia paska cedera > 7 haris

5. Kondisi Kritis

Nilai GCS 3-4

Hilang kesadaran > 6 jam

Ditemukan deficit neurologis

Tanda-tanda

Tanda-tanda

Tanda-tanda

Tanda-tanda gangguan kognitif pasca cedera kepala

Tergantung derajat beratnya cedera

1. Minimal

tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat

istirahat di rumah

diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada atanda-tanda

perdarahan epidural, seperti mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai

turun-gejala lucid interval)

2. Cedera Kepala Ringan

tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat

observasi di RS 2 hari

keluhan hilang, mobilisasi

simtomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika

antibiotik (atas indikasi)

3. Cedera Kepala Sedang dan Berat

a. terapi umum

untuk kesadaran menurun

lakukan resusitasi

bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing),

circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau

Evaluasi :

Tatalaksana :

-

-

-

-

post concassion syndrome

post traumatic syndrome

post traumatic amnesia

-

-

-

-

-

-

-

-

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

232

Neurologi

Page 7: Saraf

lebih dari 90 mmHg) nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia)

keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori

50% dari lebih dari normal

jaga keseimbangan gas darah

jaga kebersihan kandung kemih, jika perlu pasang kateter

jaga kebersohan dan kelancaran jalur intravena

rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus

posisi kepala ditinggukan 30 derajat

pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur

basis kranii

infus cairan isotonis

berikan oksigen sesuai indikasi

b. terapi khusus

medikamentosa

mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial : manitol 20%

simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik

antiepilepsi diberikan jika terjadi bangkitan epilepsi paska cedera

antibiotika atas indikasi

anti stres ulcer jika ada perdarahan lambung

operasi jika ada indikasi

c. rehabilitasi

mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil

neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai kebutuhan

Mansjoer,A., dkk. 2007. . Jakarta : MediaAesculapius.

Saanin, S. Ilmu Bedah Saraf : Cedera Kepala. [serial on line] [cited 2007 Nov 24]Available from URL :

Soertidewi, L., dkk. 2006.Jakarta : PERDOSSI.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.. Jakarta : Perdossi

DAFTAR PUSTAKAKapitas Selekta Kedokteran jilid 2 edisi 3

Konsensus Nasional : Penanganan Trauma Kapitis danTrauma Spinal.

Buku Pedoman Standar PelayananMedis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kelola.html

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

233

Neurologi

Page 8: Saraf

PARKINSON'S DISEASE

PENGERTIAN

DIAGNOSIS

Parkinsonism adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan tremor,

hipokinesia, rigiditas, dan abnormal gait and posture. Parkinsonism dengan

etiologi idiopatik disebut Parkinson's Disease (PD) atau paralysis agitans. PD

adalah tipe parkinsonism yang paling banyak. Kira-kira 80% parkinsonism akibat

PD. Parkinsonism jenis lain: postencephalitic parkinsonism, arteriosklerotik

parkinsonism, drug-induced parkinsonism, toxic parkinsonism, post-traumatic

parkinsonism, dll.

PD terjadi akibat degenerasi sel saraf di substansia nigra. Sel tersebut normalnya

menghasilkan dopamin yang bertanggung jawab terhadap fungsi koordinasi

otot-otot tubuh dan gerakan halus. Gejala PD tampak jika kerusakan sel sudah

mencapai sekitar 80%.

Insidensi biasanya pada usia 40-70 tahun dengan puncak usia 60-an.

Laki-laki : wanita = 3 : 2

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala:

a. Tremor --> resting tremor (getaran terus-menerus saat ekstremitas

relaksasi). Tremor pada satu lengan saja (asimetris) yang dijumpai pada

awal perjalanan penyakit merupakan gejala khas dari Parkinson's Disease

sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan Parkinsonism jenis

lainnya. Pada perjalanan setelahnya dapat dijumpai tremor pada kedua

lengan, atau bahkan melibatkan organ selain lengan seperti rahang, lidah,

kelopak mata dan tungkai.

b. Pill-rolling tremor (tremor pada jempol dan telunjuk tangan) merupakan

karakteristik yang banyak dijumpai pada pasien dengan Parkinson's

Disease.

c. Rigiditas --> cogwheel rigidity (tahanan lengan terhadap gerakan pasif saat

ekstremitas relaksasi)

d. Akinesia --> bradikinesia (gerakan yang melambat dan hilangnya gerakan

otomatis dan spontan)

e. Postural instability --> stooped posture (miring ke depan atau ke belakang,

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

234

Neurologi

Page 9: Saraf

kepala menunduk dan bahu turun)

f. Parkinson's gait --> jalan diseret (shuffling gait) dengan lambaian tangan

minimal

g. Masklike facies --> ekspresi wajah seperti topeng (hypomimia)

h. Stellwag sign --> fissura palpebra yang sedikit melebar

i. Perubahan suara --> bicara pelan, volume rendah, suara monoton

j. Kesulitan menulis, tulisan menjadi kecil dan sulit dibaca

k. Myerson sign (+)

l. RF tidak meningkat, RP (-)

Tanda kardinal: resting tremor, rigiditas, bradikinesia, gangguan refleks postural

a. possible PD: salah satu dari empat tanda kardinal

b. probable PD: kombinasi dua dari empat tanda kardinal termasuk gangguan

refleks postural

c. definite PD: kombinasi tiga dari empat tanda kardinal

0: tidak nampak adanya gejala PD

1: gejala hanya satu sisi tubuh

2: gejala pada kedua sisi tubuh; tidak ada kesulitan berjalan

3: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan ringan

4: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan sedang

5: gejala pada kedua sisi tubuh dan tidak dapat berjalan

: CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain,

Progresif Supranuclear palsy

Multiple System Atrophy

Corticobasal degeneration

Huntington Disease

Primary Palidal Atrophy

Diffuse Lewy Body isease

Kriteria Diagnosis Klinis

Penilaian klinis (The Hoehn and Yahr Stages)

Radiologis

Diagnosis Banding :

-

-

-

-

-

-

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

235

Neurologi

Page 10: Saraf

- Parkinson Sekunder : Toksik, infeksi susunan saraf pusat,

Secara umum terapi dimulai jika sudah mengganggu pekerjaan atau aktivitas.

adalah terapi baku pada PD. Kegagalan respon

terhadap L-dopa mengarahkan bahwa gangguan bukan PD, tetapi PD-like.

Dosis awal L-dopa: 200-300 mg/hari. Dosis naik pelan-pelan untuk menemukan

dosis efektif minimal. Dosis harian maksimal: 800 mg L-dopa.

Ada dua enzim yang terlibat dalam pemecahan L-dopa yang bisa dihambat, yaitu

dopa-dekarboksilase (DDC) dan katekol-O-metiltransferase (COMT). Contoh

DDC inhibitor: carbidopa, benserazide. Contoh : entecapone.

Contoh produk: Sinemet (L-dopa + carbidopa), Madopar (L-dopa + benserazide),

Stalevo (L-dopa + carbidopa + entecapone). Dosis awal Sinemet 10/100

(carbidopa 10 mg + L-dopa 100mg) atau 25/100 tiga kali sehari.

dapat dipakai sebagai monoterapi maupun dikombinasikan

dengan L-dopa. Contoh: bromocriptine, pergolide, piribedil, pramipexole.

Bromocriptine: dosis minggu pertama 4x 1,25mg/hari ditingkatkan 1,25

mg/minggu sampai dosis 7,7-45 mg/hari.

Pergolide: dosis minggu pertama 4x 0,25mg/hari ditingkatkan 0,125 mg/minggu

sampai dosis 0,75-4,5 mg/hari.

Piribedil: dosis minggu pertama 1x 50mg/hari ditingkatkan 50 mg/minggu sampai

4 tablet kemudian 50 mg/2minggu sampai dosis 150-250 mg/hari.

Pramipexole: dosis minggu pertama 3x 0,125mg/hari, dosis minggu kedua 3x

0,25mg/hari, dosis minggu ketiga 0,5mg/hari, kemudian ditingkatkan 0,5

mg/minggu sampai dosis 1,5-4,5 mg/hari.

juga dapat dipakai sebagai monoterapi maupun

dikombinasikan dengan L-dopa. Contoh: selegiline 5 mg dua kali sehari.

: antikolinergik (THP/trihexiphenidyl 6-20 mg/hari,

benztropine mesylate 1-6 mg/hari), amantadine 2x 100 mg/hari. Antikolinergik

dapat diberikan pada pasien dengan tremor predominan.

Sebagian besar pasien yang diobati dengan L-dopa + carbidopa akhirnya akan

berkembang gejala fluktuasi. Dopamin agonis menurunkan gejala fluktuasi,

drug induced,

vascular

TERAPI

1. Farmakoterapi

Levodopa dan carbidopa

COMT inhibitor

Dopamin agonis

MAO-B-inhibitor

Treatment non-dopaminergik

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

236

Neurologi

Page 11: Saraf

tetapi dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri.

L-dopa tidak dianjurkan sebagai awal terapi pada pasien usia muda (<60 tahun).

Untuk itu dapat dipertimbangkan penggunaan pramipexole (dopamin agonis).

Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam ascorbat, betacaroten

Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan

stimlasi otak

Rehabilitasi gerak, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, meminimalkan

penurunan berat badan dan evaluasi gejala psikiatri untuk memperbaiki kualitas

hidup

Pskoterapi

Fluktuasi obat (fenomena off on)

Hipotensi postural

Perubahan Tingkah laku : demensa, depresi, sleep disorder, psikosis

Meningitis adalah suatu reaksi atau sindroma inflamasi yang melibatkan sebagian

atau semua bagian dari piameter dan arachnoid serta cairan serebrospinal yang

mengelilingi otak dan medula spinalis

2. Non-farmakoterapi

Penyulit :

DEFINISI

-

-

-

Daftar PustakaAminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. . 1996. Connecticut: Appleton

and Lange.Gilroy J. . 2000. New York: McGraw-Hill.

Ropper AH, Brown RH. . 2005. New York:McGraw-Hill

Subagya. . 2006. Yogyakarta: FakultasKedokteran UGM.

Was'an M. . 2006. Yogyakarta: FakultasKedokteran UGM.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.. Jakarta : Perdossi

Clinical Neurology, 3rd ed

Basic Neurology, 3rd edAdams and Victor's Principles of Neurology, 8th ed

Parkinson's Disease: Kuliah Ilmu Penyakit Saraf

Movement Disorder: Kuliah Ilmu Penyakit Saraf

Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis danStandar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

MENINGITIS

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

237

Neurologi

Page 12: Saraf

Kausa

KRITERIA DIAGNOSIS :

Anamnesis

Pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan neurologis :

Pemeriksaan penunjang :

Laboratorium :

Radiologis :

DIAGNOSIS BANDING

PENGOBATAN

Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit

: gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara

1 – 7 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit keala, fotofobia, mialgia,

mual, muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran

Tanda-tanda rangsang meningeal

Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset

Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis

Gejala-gejala lainnya : infeksi ekstrakranial misal : sinusitis, otitis media,

mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, artritis (N. Meningitidis)

Lumbal pungsi

Pemeriksaan cairan serebrospinal

Pemeriksaan kultur cairan serebrospinal dan darah

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia darah

Foto polos paru

CT-scan kepala

Subarachnoid hemorrhagi

Tumor fossa posterior

Sindroma maligna neuroleptik

Choloquine peroral 600mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya, kemudian 150mg

tiap 12 jam selam 1 hari, akhirnya 150mg/hai selama 2 hari

Kebanyakan pasien meningitis bakteri diobati selama 10-14 hari, kecuali ada fokal

infeksi yang tetap, dapat lebih lama.

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

o

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

238

Neurologi

Page 13: Saraf

Kortikosteroid masih banyak digunakan terutama jika jumlah bakteri di cairan s.s

tinggi dengan minimal pleositosis dan infusiensi adrenal akut (Adams, et al 1997)

Antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang: Diazepam,

dosis 0,25-0,4 mg/kg, rata-rata 1-2 mg/menit

Pada anak-anak dicegah terjadinya hiponatremi dan intoksikasi air.

Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat diberikan : Mannitol i.v dengan

bolus 1 gr/kg tiap 2-3 jam

Meninggikan kepala di tempat tidur dengan sudut 30°

No Antibiotik Dosis Total/Hari Interval dosis dalam jam

1 Amikasin 15-30 mg/kg 8

2 Ampisilin 12 gram 4

3 Cefotaxim 8-12 gram 4-6

4 Ceftazidim 6 gram 8

5 Ceftriaxon 4 gram 12-24

6 Kloramfenikol 4-6 gram 6

7 Gentamisin 3-5 gram 8

8 Nafsilin 9-12 gram 4

9 Oxasilin 9-12 gram 4

10 Penisilin G 24 mil unit 4

11 Rifampin 600 mgr 24

12 Tobramysin 3-5 mg/kg 8

13 Trimetoprim/sulfametoxaze 20 mg/kg 6-12

14 Vancomisin 2-3 gram 8-12

Virus

Cryptococcosis

Acyclovir diberikan i.v, dengan dosis 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Jika membaik dalam 1

minggu dilanjutkan hingga 14 hari

Untuk kasus rekuren, diberikan acyclovir 15 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 21 hari

dan vidaribine 15 mg/kgBB perhari

Fase akut bisa diberikan dexamehasone 0,15 mg/kgBB 6 jam dilanjutkan 0,25

mg/kgBB tiap 6 jam

Untuk herpes zooster dosis per oral 5x800 mg acylovir

Amphotericin B mulai 0,4-0,6 mg/kg sekali sehari, bisa dinaikan 1 mg/kg sekali

sehari, dapat dinaikan pada hari kedua, total 2-3 gr

Ditambah flucytosine: 150 mg/kg sekali sehari, obat diteruskan sampai 6 minggu

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

239

Neurologi

Tabel 44. Dosis dan sediaan antibiotik u/ Meningitis

Page 14: Saraf

Toxoplasma

Tuberculosis

Spirochaeta (Sifilis)

Sulfadiazine tab : hari pertama 4 g, diikuti 2-6 g/kg ditambah pirimetamine tab

pada hari pertama 100-200 mg, diikuti 25 mg/hr/kgBB, selama 4-6 minggu

Fansidar Tab : hari pertama 4 tab, berikutnya 1 tab, selama 4-6 minggu

Spiramisin Tab untuk :

a. Wanita hamil : 3 g/hari sampai 3 minggu (6 x 500 mg/hari sampai 3 mg)

b. Dewasa : 100 g/kg sampai 30 hari, berhenti 2 minggu, untuk dilanjutkan

sampai 45 hari

Isoniazide 300 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah dengan Rifampin 600 mg

tiap hari selama 6 bulan ditambah Pyrazinamide 15-30 mg/ kg tiap-tiap hari

selama 2 bulan, atau:

Isoniazide 300 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah

Rifampin 600 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah

Etambutol 25 mg/kg tiap hari selama 2 bulan

Etambutol bisa diganti dengan streptomisin 1 g tiap hari selama 2 bulan,

atau

Isoniazide 300 mg tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan Isoniazide 900 mg

yang diberikan 2 x/minggu selama 8 bulan, ditambah Rifampin 600 mgr tiap hari

selama 1 bulan. Diteruskan dengan 600 mg 2x/ minggu selama 8 bulan.

Awal sifilis : Penicillin G, benzatine injeksi 2,4 mil unit i,m, single dose

Sesudah terjadinya Neurosyfilis:

a. Penicillin G (dalam aqua) 24 mil unit i.v selama 3 minggu atau

b. Penicillin G (dalam aqua) 2 mil unit perhari dengan 2 g probenecid per oral

tiap hari, bagi yang alergi penisillin bisa dengan :

c. Doxycyllin 300 mg peroral dosis terbagi selama 30 hari

d. Tetracyclin 500 mg 4 kali sehari, selama 14 hari

o

o

o

Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan

Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

240

Neurologi

Page 15: Saraf

ENSEFALITIS

DEFINISI

Kausa

KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis Banding

Pemeriksaan Penunjang

Penyakit peradangan jaringan otak

Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit

Adanya gejala klinis

Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya

Gejala dan Tanda Klinis

Fotofobia

Panas

Perubahan tingkah laku

Diplopia

Disfasia

Disorientasi

Amnesia

Hemiplegi (defisit neurologis fokal)

Kesadaran menurun

Kejang

Pasien alkoholik

Pasien intosikasi

Hepatik ensefalopati

Psikosis

Karsinomatosis

Analisis cairan serebrospinalis, kultur, dan sensitivitas tes

Analisis darah, kultur, dan sensitivitas tes

Head CT-scan

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

241

Neurologi

Page 16: Saraf

Pengobatan

DEFINISI

DIAGNOSIS

a. Bakteri, Virus, Cryptococcosis, Toxoplasma, Tuberculosis, Spirochaeta (Sifilis)

pengobatan sama dengan pada meningitis

b. Malaria

Chloroquine

a. Chloroquine per oral 600 mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya,

kemudian 150 mg tiap 12 jam selama 1 hari, akhirnya 150mg/hr selama 2

hari

b. Chloroquine injeksi i.v : 10 mg/kg sampai 8 jam, diikuti 15 mg/kg sampai

24 jam berikutnya

Quine/Quinidine

a. Peroral : 15 mg/kg dan dosis maintenance 7,5 mg/kg tiap 8 jam selama 7

hari

b. Injeksi i.v 20 mg/kg sampai 4 jam diikuti maintenance terapi 10 mg/kg

selama 2 jam tiap jam selama 9 hari

Keadaan dengan ciri-ciri munculnya bangkitan berulang. Istilah epilepsi digunakan

untuk mengkarakteristikan serangan berulang bersifat relatif stereotipik dari suatu

pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter)

Penegakan diagnosis untuk epilepsi terutama berdasarkan riwayat adanya

serangan berulang sedikitnya 2 kali dalam setahun. Bersifat stereotipik dari

suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter) yang dilaporkan oleh

saksi mata.

Pendekatan diagnostik lain yang banyak dimanfaatkan adalah dengan

elektroensefalografi (EEG). Pencairan etiologi sesuai dengan tipe bangkitan

yang ditemukan, misalnya anamnesis untuk tipe fokalitas bangkitan, dan ada

Daftar pustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan

Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

EPILEPSI

o

o

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

242

Neurologi

Page 17: Saraf

tidaknya gangguan kesadaran yang menyertai (partial atau umum), anamnesis

riwayat keluarga, anamnesis riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kelahiran,

pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologik.

Beberapa penyebab epilepsi pada orang dewasa:

Lesi struktural (tumor, AVM), penyakit serebrovaskuler (infark, hipertensi,

perdarahan). Epilepsi umum primer/idiopatik, trauma infeksi SSP (ensefalitis,

meningitis, abses), penyakit sistemik (kelainan ginjal, hati, hematologis),

penyakit degeneratif otak, keracunan/iatrogenik (drug abuse, psikotropik,

alkohol).

Beberapa penyebab epilepsi pada anak-anak:

Kejang demam, serebral palsy, sindrom epilepsi spesifik (spasma infantil,

epilepsi rolandik, epilepsi umum primer), infeksi SSP, lesi struktural (AVM,

hidrosefalus), penyakit metabolik, keracunan, penyakit sistemik, penyakit

keturunan (Sturge Weber, sklerosis tuberosa).

Epilepsi umum

a. Epilepsi Tonik Klonik (Grand Mal)

Dimulai dengan fase tonik selama ½ menit, diikuti fase klonik ½ menit,

kemudian terjadi fase koma selama 5 menit, selanjutnya penderita tertidur

½ s/d 6 jam.

b. Epilepsi Absen (Petit Mal)

Kehilangan kesadaran beberapa detik. Pada waktu serangan, anak berhenti

bergerak, kedua mata menatap ke depan, benda yang sedang dipegang

terjatuh.

c. Epilepsi Mioklonik

Bangkitan berupa kehilangan kesadaran sejenak dan disertai mioklonus

pada otot proksimal.

d. Epilepsi Atonik

e. Penderita secara mendadak kehilangan tonus otot dan pada umumnya

kesadaran tidak terganggu.

Kausa

Gejala dan Tanda Klinis

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

243

Neurologi

Page 18: Saraf

Epilepsi Partial Sederhana

a. Dengan gejala motorik

b. Dengan gejala somato-sensorik

c. Dengan gejala autonom

d. Dengan gejala gangguan fungsi luhur, psikis

Epilepsi Partial Kompleks

Gejala kompleks adalah gejala motorik, sensoris atau autonom yang

memperlihatkan dari yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi. Gejala

kompleks tersebut ialah halusinasi.

Serangan anoksia, sinkope, breath holding spell, hyperventilasi syndrome, histeri,

migren, vertigo berkala, abdominal pain, narkolepsi, kataplexy, tic doloreux

Pemeriksaan EEG

Pemeriksaan neuroradiologik

a. Tanpa kontras : foto thorax, foto tengkorak, CT-scan

b. Dengan kontras : arteriografi, pneumoensefalografi, ventikulografis, CT-

scan

Pemeriksaan Laborat misalnya elektrolit, gula darah dll

Pemilihan obat antiepilepsi menurut Wibowo & Gofir (2006) didasarkan pada dua hal,

tipe serangan dan karakteristik pasien:

Diagnosis Banding

Pemeriksaan Penunjang

Memilih obat yang paling sesuai

Tipe serangan

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

244

Neurologi

Page 19: Saraf

Tipe serangan First-line Second-line/add on Third line/add on

Parsial simpel

dan kompleks dengan atau tanpageneral sekunder

Karbamazepine

FenitoinFenobarbital

Okskarbazepin

LamotriginTopiramat

Gabapentin

Asam valproat

LevetiracetamZonisamid

Pregabalin

Tiagabin

VigabatrinFelbamat

Pirimidon

Tonik klonik Asam valproatKarbamazepine

Fenitoin

Fenobarbital

LamotriginOkskarbazepin

TopiramatLevetiracetam

Zonisamid

Pirimidon

Mioklonik Asam valproat TopiramatLevetiracetam

Zonisamid

LamotriginClobazam

Clonazepam

Fenobarbital

Absence (tipikal dan atipikal) Asam valproat

Lamotrigin

Etosuksimid Levetiracetam

Zonisamid

Atonik Asam valproat Lamotrigin

Topiramat

Felbamat

Tonik Asam valproat

Fenitoin

Fenobarbital

Clonazepam

Clobazam

Epilepsy absence juvenil Asam valproat

Etosuksimid

Clonazepam

Epilepsy mioklonik juvenile Asam valproat

Fenobarbital

Clonazepam

Etosuksimid

2. karakteristik pasien

DEFINISI

Dalam pengobatan dengan obat antiepilepsi karakteristik pasien harus

dipertimbangkan secara individu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :

efek buruk obat, dosis yang tepat, harga, pola hidup dan usia pasien. Suatu obat

antiepilepsi mungkin efektif pada pasien tertentu namun jika ada kontra indikasi

atau terjadi reaksi yang tidak bisa ditoleransi maka sebaiknya penggantian obat

dilakukan. Sebagai contoh asam valproat pada wanita, khususnya wanita yang

masih dalam usia subur.

Tetanus adalah gangguan neurologiss yang ditandai dengan meningkatnya tonus

otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin (toksin dari ).

Tetanospasmin memblokade pelepasan neuroteransmiter inhibitori (GABA dan

glisin) sehingga dapat terjadi spasme yang tak terkontrol pada otot serta

peningkatan reflek-reflek. Spora banyak terdapat pada tanah serta kotoran

DAFTAR PUSTAKA :Wibowo, S & Gofir, A. 2006. Obat Antiepilepsi. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta.

TETANUS

C Tetani

C. Tetani

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

245

Neurologi

Tabel 45. DOC u/ Masing2 serangan

Page 20: Saraf

hewan.

Hipertoni dan spasme otot

Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding

perut tegang, anggota gerak spastik

Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di

sekitar luka

Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu

Umumnya ada luka/riwayat luka

Retensi urine dan hiperpireksia

Tetanus lokal

Kejang karena hipokalsemia

Reaksi distonia

Rabies

Meningitis

Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula

Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri

Epilepsi/kejang tonik klonik umum

IVFD dekstrose 5% : RL = 1:1/6 jam

Kausal :

Serum anti tetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama

3-5 hari. Skin test sebelumnya. Atau

Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M,

tergantung berat penyakit. Single dose.

Antibiotik:

Metronidazol 500 mg tiap 6 jam atau 1 gram i.v tiap 12 jam; dosis anak

15-30 mg/kgBB/hari i.v terbagi tiap 8-12 jam. Metronidazol lebih aman

dibandingkan penisilin karena tidak mengantagonis GABA. TM 1

kehamilan, hipersensitivitas.

KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis banding

TERAPI

KI :

-

-

-

-

-

-

-

o

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

246

Neurologi

Page 21: Saraf

o

o

Penisillin (10-12 juta unit i.v terbagi dalam 4 dosis selama 10 hari)

Alternatif : Eritromisin (4 x 500 mg), Tetrasiklin (4 x 500 mg)

Penanganan luka : dilakukan dan irigasi menggunakan H O

Anti spasme

Diazepam : Spasme ringan: 5-10 mg p.o tiap 4-6 jam; spasme sedang: 5-10

mg i.v; spasme berat: 50-100 dalam 500 D5, diinfuskan 40 mg tiap jam. Dosis

anak 0.1-0.8 mg/kgBB/hari 3-4 kali sehari, pada spasme sedang hingga berat

0.1-0.3 mg/kgBB/hari tiap 4-8 jam. Glaukom sudut sempit

Fenobarbital : 1 mg/kg i.m tiap 4-6 jam, pada anak: 5 mg/kgBB i.m dosis

terbagi 3 atau 4 kali/hari

Tempatkan pasien pada tempat yang tenang

Pasang NGT serta kateter bila diperlukaan

Oksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernafasan,

sianosis. Bila terdapat spasme glotis dapat dilakukan trakeostomi, ventilator

mekanik digunakan bila terdapat kelumpuhan otot-otot pernapasan

Nutrisi yang diberikan TKTP, bentuk lunak, saring, atau cair

Menghindari tindakan yang bersifat merangsang, termasuk suara atau cahaya

yang intensitasnya bersifat intermiten

1. Pada anak anak dapat diberi vaksin DPT

2. Pada orang dewasa sebaiknya menerima booster terutama pada individu yang

memiliki faktor resiko (bekerja di daerah persawahan maupun perkebunan).

Pada individu yang memiliki luka jika:

Telah menerima booster tetanus dalam 5 tahun terakhir, tidak perlu

menjalani vaksinasi lebih lanjut.

Belum pernah menerima booster dalam jangka waktu 5 tahun terakhir,

segera berikan vaksinasi.

Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasi tidak lengkap, diberikan

suntikan immunoglobulin tetanus (TIG) dan suntikan pertama dari vaksinasi

tiga bulanan.

PAPDI. 2006. . JakartaCMDT 2006. Attygalle D et al: . Expert Rev

-

-

-

-

-

-

-

cross incision

Buku ajar Ilmu Penyakit DalamNew trends in the management of tetanus

2 2

KI:

Pencegahan

Daftar Pustaka

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

247

Neurologi

Page 22: Saraf

Anti Infect Ther 2004;2:73Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

. Jakarta : Perdossi

DEFINISI

Adalah nyeri pada region Lumbal dan Sakral yang banyak dijumpai pada usia lanjut

sebagai bentuk dari gangguan neuromuskulosketal, penyebabnya tidak dapat

dipisahkan dari proses degenerasi dari diskus intervetebralis.

Penyebab dari LBP

Proses patologi pada organ region renal atau visceral dan tumor retroperitoneal

(viscerogenic low back pain)

Aneurysm

Kondisi patologi neuron

Kekejangan otot, spasme otot, dan hipersensitivitas otot

Infeksi, trauma, kanker, penyakit-penyakit congenital dan gangguan

metabolisme pada osteogeni LBP

Spondiolisis, Hernia Nukleosus pulposus dan ankylosing spondylisis

DIAGNOSIS

Gejala-gejala

Nyeri di pinggang setempat atau difus ( sifat hilang timbul atau terus menerus

dan meningkat jika disertai dengan perubahan sikap)

di pinggang ( biasanya berasal dari proses patologi di daerah

abdominal, pelvis)

Nyeri radikuler ; nyeri yang menjalar sesuai daerah dermatomnya, batuk dan

nafas dapat menimbukan rasa nyari)

Nyeri spasme otot : pegal-pegal akibat sikap duduk terus menerus, berdiri yang

salah dan hilang jika dipijat

Nyeri yang terus-menerus di waktu malam hari ( sering berhubungan dengan

tumor maligna di tulang belakang)

Buku Pedoman Standar PelayananMedis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006

Referred pain

Low Back Pain

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

248

Neurologi

Page 23: Saraf

Selain data anamnesis seperti tersebut diatas, masih diperlukan data yang diperoleh

dari pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan penunjang:

1. Pemeriksaan Klinis

a) Inspeksi : gaya berjalan, sikap duduk, bentuk tulang belakang :lordosis,

skoliosis)

b) Pada posisi telentang :

1. Tes untuk merenggangkan saraf iskhiadikus

a. Tes LASEGUE ( Straight Leg Raising : SLR)

Cara : Dengan dijaga agar tungkai yang sakit tetap lurus, dilakukan

fleksi pada sendi panggul

Hasil : Normal, tungkai dapat di fleksikan hingga 80°-90°

b. Tes LASEGUE MENYILANG

Cara : Sama dengan tes Lasegue seperti di atas, hanya saja yang

diangkat adalah tungkai yang SEHAT.

Hasil : Tes dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang saraf

iskhiadikus tungkai yang SAKIT.

c. Tes PATRICK

Cara : Tumit atau maleolus tungkai yang SAKIT kita tempatkan

pada lutut tungkai kakinya, tekan lutut yang fleksi/ SAKIT

ke bawah

Hasil :Positif bila ada rasa nyeri di sendi panggul (mis :koksitis)

d. Tes KONTRA PATRICK

Cara : Lipat/fleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar dan

endorotasikan serta adduksikan kemudian adakan

penekanan sejenak pada lutut tersebut

Hasil : positif jika ada rasa nyeri di sendi sakroiliaka

2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal

a. Tes NAFFZIGER

Cara: kedua vena jugularis di tekan selama 2 menit

Hasil : dengan penekanan kedua vena tersebut, tekanan

intrakranial akan meningkat, yang akan diteruskan ke ruang

intratekal dengan akibat akan memperhebat nyeri

b. Tes VALSALVA

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

249

Neurologi

Page 24: Saraf

Cara : Pasien disuruh mengejan

Hasil : Tes Valsava dikatakan positif bila timbul rasa nyeri di tempat

lesi yang menekan radiks.

2. Pemeriksaan Neurologis

a. Pemeriksaan Motorik

Pada pemeriksaaan motorik dicari apakah ada tanda-tanda kelemahan otot

atau mungkin ada atropi dan fasikulasi, sehingga akan diketahui myotom

mana yang terganggu.

Contoh : atropi otot gastroknimus dan gluteus maksimus menunjukkan

bahwa radiks S1 terganggu.

b. Pemeriksaan sensorik

Untuk mengetahui dermatom mana yang terkena

3. Pemeriksaan refleks

Bila ada kelainan pada suatu refleks tendon, ini berarti ada gangguan pada

lengkung refleksnya

Contoh : Bila refleks tumit menurun atau menghilang, menunjukkan bahwa saraf

spinal S1 terganggu

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto rontgen lumbosakral AP, lateral, oblik kanan dan kiri

b. Foto Rontgen poos pelvis

c. Pemeriksaan EMG :

Atas indikasi, terutama pada kasus LBP dengan sindrom radikuler dan

mungkin LBP dengan tanda bahaya(red flags)

d. pemeriksaan Mielogram

e. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi) :

laju enap darah

darah tepi lengkap

C-reaktif protein (CRP)

Factor rematoid

Fosfatase alkali/asam

Kalsium, fosfor serum

Urinalisa

-

-

-

-

-

-

-

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

250

Neurologi

Page 25: Saraf

- Cairan serebrospinal

Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya

TERAPI

1. Tindakan noninvasive

a. Tirah baring

Pasien tidur selama 2-3 minggu di tempat alas yang datar dan tempat tidur

dibuat setengah duduk dengan sedikit fleksi pada sendi utut

dan panggul

Cara : tidur setengah duduk dengan diganjal bantal pada lipat lututnya

Tujuan : untuk memulihkan kemampuan menahan berat badan kembali

seperti semula

b. Latihan fisik untuk mengurangi spasme

Tujuan untuk mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot-otot, serta

mempelancar aliran darah

c. Posisi yang nyaman

d. Fisioterapi

2. Terapi Farmakologi

a. Anagetik non-opiod :

Derivat aniline : parasetamol (asetaminofen)

Obat anti infamasi non-steroid

, aspirin, diklofenak

b. Analgetik opiod : Morfin, Diamorfin, Buprenorfin, Kodein.

c. Antidepresan : Tricycic antidpresant, MOA, Drivat Benzodiazepin

d. Psikotropika

Mayor Tranquiizer : prometazine, trimoperazine, methotrimoperazin

Minor tranquilizer : benzodiazepin,

e. Vitamin

3. Operasi

Terutama pada LBP dengan tanda bahaya dan LBP dengan

sindrom radikuler

Gold Standard : -

Patologi Anatomi

Meloxicam, tramadol

diazepam

Penyulit :

Semi Flower :

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

251

Neurologi

Page 26: Saraf

Konsultasi :

Daftar Pustaka

Bagian Saraf, Bagian Bedah Saraf, Bagian Orthopedi, Unit Rehabilitasi

Medis, Psikologi

Priguna Sidharta. 2004. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian

Rakyat. Jakarta

`Sukman, dkk. 2000. Kapita Selekta. Media Aesculapis. Jakarta

Perdossi, 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis & Standar

Prosedur Operasional Neurologi. Jakarta

DEFINISI

Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang

menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna

vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada

ligamentum flavum, “facet joints”.

Penyebab antara lain : myelopati, neck strain, herniasi diskus, osteomyelitis,

meningitis , pancoast tumor, reumathoid arthritis, fibromyalgia, multiple myeloma.

KRITERIA DIGANOSIS

Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan

Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung

sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi

lateral leher secara bersamaan ( )

Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan

intradiskal sepeerti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava

Diagnosis banding : HNP, Meningitis TBC Cervikal

TATALAKSANA

Konservatif 3-6 minggu, berupa :

istirahat servikal : bila perlu

Cervical Syndrome

-

-

-

-

spurling manuver

collar neck•

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

252

Neurologi

Page 27: Saraf

NSAID

Suntikan lokal

fisioterapis

Operatif bila ada penyulit (nyeri neuropatik, kelumpuhan anggota gerak).

DEFINISI

Bell's palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-

supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer namun mungkin sekali akibat

edema jinak dan iskemia pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau

sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh

sendiri tanpa pengobatan. Mungkin sekali edema tersebut merupakan gejala reaksi

yang disebut 'masuk angin' oleh karena pada kebanyakan penderita dapat diperoleh

data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka,

tidur di lantai, atau setelah 'begadang'. Studi terbaru menyebutkan ada hubungan

Bell's palsy dengan infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).

DIAGNOSIS

TANDA DAN GEJALA:

Bell's Palsy hampir selalu unilateral.

Kelumpuhan otot-otot fasial atas dan bawah sesisi.

Lagoftalmos ipsilateral

Bell's sign (patognomonis untuk Bell's palsy), fenomena dimana bila penderita

disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada mata yang tidak dapat

menutup (lagoftalmos) dapat disaksikan bola mata berputar ke atas.

Pengeluaran air mata berlebihan karena mata yang terpapar debu, angin,

cahaya, dan lain-lain.

Kadang-kadang ada gangguan pengecapan, jika chorda tympani ikut terlibat.

MANAJEMEN

Dalam 5 hari sampai 2 bulan 95 % kasus Bell's palsy bisa sembuh tanpa

pengobatan.

Pada tahap akut kortikosteroid dapat digunakan. Yang direkoomendasikan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

BELL'S PALSY

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

251

Neurologi

Page 28: Saraf

adalah Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama 6 hari diikuti dosis taper

selama total 10 hari.

Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatansia per os dengan ACTH

i.m. 40 sampai 60 satuan/hari selama 2 minggu dapat mempercepat

penyembuhan.

Acyclovir 400 mg 5 kali sehari.

Perawatan mata. Pakai kacamata dan artifial tear saat siang hari. Lubricant mata

saat tidur malam hari.

-

-

-

Referensi

Monnell, Kim. 2006. . Emedicine.

Sidharta, Priguna. 2004. . Jakarta: Dian Rakyat.

Bell's Palsy

Neurologi Klinis dalam Praktek Umum

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

254

Neurologi