saraf
DESCRIPTION
syarat buat bisa DL di scribdTRANSCRIPT
227
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
9. Ilmu Penyakit Saraf
NYERI KEPALA
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Nyeri Kepala Tegang Otot
Terasa berat, seperti diikat, pegal, tegangan seperti dibebani biasanya di
daerah kuduk (oksipital) kadang-kadang dapat menyeluruh atau bilateral
Sering mengenai penderita dengan mental yang labil, umumnya dicetuskan
oleh stres
Rasa nyeri karena kontraksi berlebihan otot-otot di daerah kepala tersebut
dapat berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari
b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren)
Rasa nyeri berdenyut-denyut, timbul dalam serangan yang berulang dan
menghebat kalau mengadakan aktifitas
Biasanya unilateral, kadang-kadang menjalar ke sisi lain (bilateral), sering
mual, kadang-kadang sampai muntah
Kalau nyeri di daerah orbita dapat menyebabkan pengeluaran air mata
Pada migren klasik didahului dengan aura, biasanya aura penglihatan :
berkunang-kunang, skotoma, dan lain-lain yang berlangsung sebentar
Pada migren komplikata dapat disertai kelumpuhan otot bola mata (migren
oftalmolplegis) ataupun migren hemiplegis yang sifatnya hanya sementara
Nyeri dapat kambuh karena dicetus oleh : stres mental, kelelahan,
kepanasan, haid (hormonal), terlambat makan, makanan tertentu dan lain-
lain
c. Nyeri Kepala Pasca Trauma
Nyeri atau pusing (dizzy) sesudah trauma kepala, trauma kalau kepala
digerakan
d. Neuralgia Trigeminal
Nyeri hebat yang timbul mendadak, hilang dalam beberapa menit, terjadi
pada daerah muka pada cabang n.trigeminus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
228
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Dapat dicetuskan oleh perangsangan ringan daerah tersebut : meraba,
mengupas, berbicara, mengunyah, menyikat gigi,dsb
e. Nyeri Kepala Tumor Otak
Nyeri dapat berupa berat, seperti ditusuk, berdenyut yang frekuensi
serangan dan intensitasnya makin lama makin hebat di otak, gejala
neurologis dapat timbul atau tidak. Gejala neurologis: kejang fokal,
monoparese, gangguan sensibilitas, gangguan penglihatan, gangguan
mental, pelupa, dll
a. Nyeri Kepala Tegang Otot
Analgetik dan pelemas otot (penenang) : diazepam, meprobamat
Analgetik ajuvan : cafein 65 mg
Kombinasi : 325 mg aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
Antidepresan : amitriptipilin, antianxietas : benzodiazepin, butalbutal
Psikoterapi suportif kalau diperlukan
Fisioterapi : pemanasan, dan massase otot kuduk (kepala) kalau diperlukan
b. Nyeri Kepala Vaskuler (Migren)
Istirahat, analgetik, penenang
Vasokontriksi : kafergot 3 x ½ - 1 tablet (tidak boleh pada wanita hamil dan
penderita penyakit jantung)
Sumatriptan 1 tablet
Flunarizin 1 x 5 – 20 mg
Kalau serangan sering : siproheptadin, propanolol atau pizotifen untuk
pencegahan
Hindari faktor pencetus
c. Nyeri Kepala Pasca Trauma
Analgetik
Minor tranquilizer
Anti vertigo (Proklorperazin, difenhidramin, betahistin) bila ada vertigo
Psikoterapi (kalau perlu)
TERAPI
Neurologi
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Neurologi
d. Neuralgia Trigeminal
Analgetik dan penenang
Difenildantion 3 x 100 mg
Karbamaszepin 3 x ½ - 1 tablet / @200 mg (obat pilihan)
Penyuntikan lokal alkohol, gliserol, radiofarmaka atau kalau terpaksa
operasi.
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh dari berbagai keadaan atau
penyakit.
1. Vestibulogenik
a. Primer : motion sickness, benign paroxixmal positional vertigo, meniere
disease, neuronitis vestibuler, drug induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisisensi vertebrobasiler, neuroma
akustik
2. NonVestibuler : gangguan serebelar, hiperventilasi, psikogenik, dll
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subyektif (symptoms) dan
objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh
1. Gejala subyektif
a. pusing, rasa kepala ringan
•
•
•
•
Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
. Jakarta : PerdossiPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Harsono (editor). .
2005. Yogyakarta : Gadjah Mada Universuty Press
Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis danStandar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
Buku Ajar Neurologi Klinis
VERTIGO
DEFINISI
Klasifikasi
KRITERIA DIAGNOSIS
229
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
b. rasa terapung, terayun
c. mual
2. Gejala obyektif
a. keringat dingin
b. pucat
c. muntah
d. sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
e. nistagmus
3. Dapat disertai gejala berikut
a. kelainan THT (gangguan pendengaran)
b. kelainan mata
c. kelainan saraf (kelemahan anggota gerak, nyeri kepala)
d. kelainan hipertensi, sakit jantung)
e. kelainan (penyakit paru, anemia)
f. kelainan psikis
g. konsumsi obat-obat ototoksik (streptomisin, kanamisin, salisilat)
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik
1. pengobatan simptomatik vertigo
Ca-entry blocker : Flunarizin (Sibelium) 3X5-10 mg/hr
Antihistamin : Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine
3x50 mg/hr
Histaminik : Betahistine (Merislon) 3x8 mg
Fenotiazine : Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr
Benzodiazepine (Diazepam) 3x25 mg/hr
Antiepileptik : (bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG) :
Carbamazepine (Tegretol) 3x200 mg/hr, Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg
Campuran obat-obat di atas
2. pengobatan simptomatik otonom
Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3x10 mg/hr
terapi rehabilitasi : latihan visual-vestibular
TATA LAKSANA
•
•
•
-
-
-
-
-
-
-
-
230
Neurologi
Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)
DEFINISI
KRITERIA DIAGNOSIS KLINIS
Cedera kepala adalah cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara
langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder). Cedera
otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan,
karena kecelakaan lalulintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi konservatif
dan sisanya membutuhkan tindakan operatif
Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
1. Minimal = simple head injury
Nilai GCS 15 (normal)
Kesadaran baik
Tidak ada amnesia
2. Cedera kepala ringan
Vital sign dalam batas normal
Nilai GCS 14 atau
Nilai GCS 15 dengan :
Amnesia paska cedera < 24 jam, atau
Hilang kesadaran < 10 menit
Dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah, sakit kepala
atau vertigo
3. Cedera Kepala Sedang
Nilai GCS 9-13
Hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
Dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
Amnesia paska cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif atau negatif)
4. Cedera Kepala Berat
Nilai GCS 5-8
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
o
o
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
231
Neurologi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Hilang kesadaran > 6 jam
Ditemukan defisit neurologis
Amnesia paska cedera > 7 haris
5. Kondisi Kritis
Nilai GCS 3-4
Hilang kesadaran > 6 jam
Ditemukan deficit neurologis
Tanda-tanda
Tanda-tanda
Tanda-tanda
Tanda-tanda gangguan kognitif pasca cedera kepala
Tergantung derajat beratnya cedera
1. Minimal
tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
istirahat di rumah
diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada atanda-tanda
perdarahan epidural, seperti mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai
turun-gejala lucid interval)
2. Cedera Kepala Ringan
tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
observasi di RS 2 hari
keluhan hilang, mobilisasi
simtomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
antibiotik (atas indikasi)
3. Cedera Kepala Sedang dan Berat
a. terapi umum
untuk kesadaran menurun
lakukan resusitasi
bebaskan jalan nafas (airway), jaga fungsi pernafasan (breathing),
circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau
Evaluasi :
Tatalaksana :
-
-
-
-
post concassion syndrome
post traumatic syndrome
post traumatic amnesia
-
-
-
-
-
-
-
-
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
232
Neurologi
lebih dari 90 mmHg) nadi, suhu (tidak boleh terjadi pireksia)
keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi cukup, dengan kalori
50% dari lebih dari normal
jaga keseimbangan gas darah
jaga kebersihan kandung kemih, jika perlu pasang kateter
jaga kebersohan dan kelancaran jalur intravena
rubah-rubah posisi untuk mencegah decubitus
posisi kepala ditinggukan 30 derajat
pasang NGT pada hari kedua, kecuali kontraindikasi yaitu pada fraktur
basis kranii
infus cairan isotonis
berikan oksigen sesuai indikasi
b. terapi khusus
medikamentosa
mengatasi tekanan darah tinggi intrakranial : manitol 20%
simtomatis : analgetik, antiemetik, antiepileptik
antiepilepsi diberikan jika terjadi bangkitan epilepsi paska cedera
antibiotika atas indikasi
anti stres ulcer jika ada perdarahan lambung
operasi jika ada indikasi
c. rehabilitasi
mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil
neurorestorasi dan neurorehabilitasi diberikan sesuai kebutuhan
Mansjoer,A., dkk. 2007. . Jakarta : MediaAesculapius.
Saanin, S. Ilmu Bedah Saraf : Cedera Kepala. [serial on line] [cited 2007 Nov 24]Available from URL :
Soertidewi, L., dkk. 2006.Jakarta : PERDOSSI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.. Jakarta : Perdossi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
DAFTAR PUSTAKAKapitas Selekta Kedokteran jilid 2 edisi 3
Konsensus Nasional : Penanganan Trauma Kapitis danTrauma Spinal.
Buku Pedoman Standar PelayananMedis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/kelola.html
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
233
Neurologi
PARKINSON'S DISEASE
PENGERTIAN
DIAGNOSIS
•
•
•
•
•
Parkinsonism adalah gangguan neurodegeneratif yang ditandai dengan tremor,
hipokinesia, rigiditas, dan abnormal gait and posture. Parkinsonism dengan
etiologi idiopatik disebut Parkinson's Disease (PD) atau paralysis agitans. PD
adalah tipe parkinsonism yang paling banyak. Kira-kira 80% parkinsonism akibat
PD. Parkinsonism jenis lain: postencephalitic parkinsonism, arteriosklerotik
parkinsonism, drug-induced parkinsonism, toxic parkinsonism, post-traumatic
parkinsonism, dll.
PD terjadi akibat degenerasi sel saraf di substansia nigra. Sel tersebut normalnya
menghasilkan dopamin yang bertanggung jawab terhadap fungsi koordinasi
otot-otot tubuh dan gerakan halus. Gejala PD tampak jika kerusakan sel sudah
mencapai sekitar 80%.
Insidensi biasanya pada usia 40-70 tahun dengan puncak usia 60-an.
Laki-laki : wanita = 3 : 2
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Tanda dan Gejala:
a. Tremor --> resting tremor (getaran terus-menerus saat ekstremitas
relaksasi). Tremor pada satu lengan saja (asimetris) yang dijumpai pada
awal perjalanan penyakit merupakan gejala khas dari Parkinson's Disease
sehingga dapat digunakan untuk menyingkirkan Parkinsonism jenis
lainnya. Pada perjalanan setelahnya dapat dijumpai tremor pada kedua
lengan, atau bahkan melibatkan organ selain lengan seperti rahang, lidah,
kelopak mata dan tungkai.
b. Pill-rolling tremor (tremor pada jempol dan telunjuk tangan) merupakan
karakteristik yang banyak dijumpai pada pasien dengan Parkinson's
Disease.
c. Rigiditas --> cogwheel rigidity (tahanan lengan terhadap gerakan pasif saat
ekstremitas relaksasi)
d. Akinesia --> bradikinesia (gerakan yang melambat dan hilangnya gerakan
otomatis dan spontan)
e. Postural instability --> stooped posture (miring ke depan atau ke belakang,
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
234
Neurologi
kepala menunduk dan bahu turun)
f. Parkinson's gait --> jalan diseret (shuffling gait) dengan lambaian tangan
minimal
g. Masklike facies --> ekspresi wajah seperti topeng (hypomimia)
h. Stellwag sign --> fissura palpebra yang sedikit melebar
i. Perubahan suara --> bicara pelan, volume rendah, suara monoton
j. Kesulitan menulis, tulisan menjadi kecil dan sulit dibaca
k. Myerson sign (+)
l. RF tidak meningkat, RP (-)
Tanda kardinal: resting tremor, rigiditas, bradikinesia, gangguan refleks postural
a. possible PD: salah satu dari empat tanda kardinal
b. probable PD: kombinasi dua dari empat tanda kardinal termasuk gangguan
refleks postural
c. definite PD: kombinasi tiga dari empat tanda kardinal
0: tidak nampak adanya gejala PD
1: gejala hanya satu sisi tubuh
2: gejala pada kedua sisi tubuh; tidak ada kesulitan berjalan
3: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan ringan
4: gejala pada kedua sisi tubuh dan kesulitan berjalan sedang
5: gejala pada kedua sisi tubuh dan tidak dapat berjalan
: CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain,
Progresif Supranuclear palsy
Multiple System Atrophy
Corticobasal degeneration
Huntington Disease
Primary Palidal Atrophy
Diffuse Lewy Body isease
•
•
•
•
Kriteria Diagnosis Klinis
Penilaian klinis (The Hoehn and Yahr Stages)
Radiologis
Diagnosis Banding :
-
-
-
-
-
-
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
235
Neurologi
- Parkinson Sekunder : Toksik, infeksi susunan saraf pusat,
Secara umum terapi dimulai jika sudah mengganggu pekerjaan atau aktivitas.
adalah terapi baku pada PD. Kegagalan respon
terhadap L-dopa mengarahkan bahwa gangguan bukan PD, tetapi PD-like.
Dosis awal L-dopa: 200-300 mg/hari. Dosis naik pelan-pelan untuk menemukan
dosis efektif minimal. Dosis harian maksimal: 800 mg L-dopa.
Ada dua enzim yang terlibat dalam pemecahan L-dopa yang bisa dihambat, yaitu
dopa-dekarboksilase (DDC) dan katekol-O-metiltransferase (COMT). Contoh
DDC inhibitor: carbidopa, benserazide. Contoh : entecapone.
Contoh produk: Sinemet (L-dopa + carbidopa), Madopar (L-dopa + benserazide),
Stalevo (L-dopa + carbidopa + entecapone). Dosis awal Sinemet 10/100
(carbidopa 10 mg + L-dopa 100mg) atau 25/100 tiga kali sehari.
dapat dipakai sebagai monoterapi maupun dikombinasikan
dengan L-dopa. Contoh: bromocriptine, pergolide, piribedil, pramipexole.
Bromocriptine: dosis minggu pertama 4x 1,25mg/hari ditingkatkan 1,25
mg/minggu sampai dosis 7,7-45 mg/hari.
Pergolide: dosis minggu pertama 4x 0,25mg/hari ditingkatkan 0,125 mg/minggu
sampai dosis 0,75-4,5 mg/hari.
Piribedil: dosis minggu pertama 1x 50mg/hari ditingkatkan 50 mg/minggu sampai
4 tablet kemudian 50 mg/2minggu sampai dosis 150-250 mg/hari.
Pramipexole: dosis minggu pertama 3x 0,125mg/hari, dosis minggu kedua 3x
0,25mg/hari, dosis minggu ketiga 0,5mg/hari, kemudian ditingkatkan 0,5
mg/minggu sampai dosis 1,5-4,5 mg/hari.
juga dapat dipakai sebagai monoterapi maupun
dikombinasikan dengan L-dopa. Contoh: selegiline 5 mg dua kali sehari.
: antikolinergik (THP/trihexiphenidyl 6-20 mg/hari,
benztropine mesylate 1-6 mg/hari), amantadine 2x 100 mg/hari. Antikolinergik
dapat diberikan pada pasien dengan tremor predominan.
Sebagian besar pasien yang diobati dengan L-dopa + carbidopa akhirnya akan
berkembang gejala fluktuasi. Dopamin agonis menurunkan gejala fluktuasi,
drug induced,
vascular
TERAPI
1. Farmakoterapi
Levodopa dan carbidopa
COMT inhibitor
Dopamin agonis
MAO-B-inhibitor
Treatment non-dopaminergik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
236
Neurologi
tetapi dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri.
L-dopa tidak dianjurkan sebagai awal terapi pada pasien usia muda (<60 tahun).
Untuk itu dapat dipertimbangkan penggunaan pramipexole (dopamin agonis).
Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam ascorbat, betacaroten
Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi dan
stimlasi otak
Rehabilitasi gerak, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, meminimalkan
penurunan berat badan dan evaluasi gejala psikiatri untuk memperbaiki kualitas
hidup
Pskoterapi
Fluktuasi obat (fenomena off on)
Hipotensi postural
Perubahan Tingkah laku : demensa, depresi, sleep disorder, psikosis
Meningitis adalah suatu reaksi atau sindroma inflamasi yang melibatkan sebagian
atau semua bagian dari piameter dan arachnoid serta cairan serebrospinal yang
mengelilingi otak dan medula spinalis
•
•
•
•
•
2. Non-farmakoterapi
Penyulit :
DEFINISI
-
-
-
Daftar PustakaAminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. . 1996. Connecticut: Appleton
and Lange.Gilroy J. . 2000. New York: McGraw-Hill.
Ropper AH, Brown RH. . 2005. New York:McGraw-Hill
Subagya. . 2006. Yogyakarta: FakultasKedokteran UGM.
Was'an M. . 2006. Yogyakarta: FakultasKedokteran UGM.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.. Jakarta : Perdossi
Clinical Neurology, 3rd ed
Basic Neurology, 3rd edAdams and Victor's Principles of Neurology, 8th ed
Parkinson's Disease: Kuliah Ilmu Penyakit Saraf
Movement Disorder: Kuliah Ilmu Penyakit Saraf
Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis danStandar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
MENINGITIS
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
237
Neurologi
Kausa
KRITERIA DIAGNOSIS :
Anamnesis
Pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan neurologis :
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium :
Radiologis :
DIAGNOSIS BANDING
PENGOBATAN
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit
: gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara
1 – 7 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit keala, fotofobia, mialgia,
mual, muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala-gejala lainnya : infeksi ekstrakranial misal : sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, artritis (N. Meningitidis)
Lumbal pungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan kultur cairan serebrospinal dan darah
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah
Foto polos paru
CT-scan kepala
Subarachnoid hemorrhagi
Tumor fossa posterior
Sindroma maligna neuroleptik
Choloquine peroral 600mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya, kemudian 150mg
tiap 12 jam selam 1 hari, akhirnya 150mg/hai selama 2 hari
Kebanyakan pasien meningitis bakteri diobati selama 10-14 hari, kecuali ada fokal
infeksi yang tetap, dapat lebih lama.
•
•
•
•
•
•
•
•
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
238
Neurologi
•
•
•
•
•
Kortikosteroid masih banyak digunakan terutama jika jumlah bakteri di cairan s.s
tinggi dengan minimal pleositosis dan infusiensi adrenal akut (Adams, et al 1997)
Antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang: Diazepam,
dosis 0,25-0,4 mg/kg, rata-rata 1-2 mg/menit
Pada anak-anak dicegah terjadinya hiponatremi dan intoksikasi air.
Untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat diberikan : Mannitol i.v dengan
bolus 1 gr/kg tiap 2-3 jam
Meninggikan kepala di tempat tidur dengan sudut 30°
No Antibiotik Dosis Total/Hari Interval dosis dalam jam
1 Amikasin 15-30 mg/kg 8
2 Ampisilin 12 gram 4
3 Cefotaxim 8-12 gram 4-6
4 Ceftazidim 6 gram 8
5 Ceftriaxon 4 gram 12-24
6 Kloramfenikol 4-6 gram 6
7 Gentamisin 3-5 gram 8
8 Nafsilin 9-12 gram 4
9 Oxasilin 9-12 gram 4
10 Penisilin G 24 mil unit 4
11 Rifampin 600 mgr 24
12 Tobramysin 3-5 mg/kg 8
13 Trimetoprim/sulfametoxaze 20 mg/kg 6-12
14 Vancomisin 2-3 gram 8-12
Virus
Cryptococcosis
•
•
•
•
•
•
Acyclovir diberikan i.v, dengan dosis 10 mg/kgBB tiap 8 jam. Jika membaik dalam 1
minggu dilanjutkan hingga 14 hari
Untuk kasus rekuren, diberikan acyclovir 15 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 21 hari
dan vidaribine 15 mg/kgBB perhari
Fase akut bisa diberikan dexamehasone 0,15 mg/kgBB 6 jam dilanjutkan 0,25
mg/kgBB tiap 6 jam
Untuk herpes zooster dosis per oral 5x800 mg acylovir
Amphotericin B mulai 0,4-0,6 mg/kg sekali sehari, bisa dinaikan 1 mg/kg sekali
sehari, dapat dinaikan pada hari kedua, total 2-3 gr
Ditambah flucytosine: 150 mg/kg sekali sehari, obat diteruskan sampai 6 minggu
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
239
Neurologi
Tabel 44. Dosis dan sediaan antibiotik u/ Meningitis
Toxoplasma
Tuberculosis
Spirochaeta (Sifilis)
•
•
•
•
•
•
•
•
Sulfadiazine tab : hari pertama 4 g, diikuti 2-6 g/kg ditambah pirimetamine tab
pada hari pertama 100-200 mg, diikuti 25 mg/hr/kgBB, selama 4-6 minggu
Fansidar Tab : hari pertama 4 tab, berikutnya 1 tab, selama 4-6 minggu
Spiramisin Tab untuk :
a. Wanita hamil : 3 g/hari sampai 3 minggu (6 x 500 mg/hari sampai 3 mg)
b. Dewasa : 100 g/kg sampai 30 hari, berhenti 2 minggu, untuk dilanjutkan
sampai 45 hari
Isoniazide 300 mg tiap hari selama 6 bulan ditambah dengan Rifampin 600 mg
tiap hari selama 6 bulan ditambah Pyrazinamide 15-30 mg/ kg tiap-tiap hari
selama 2 bulan, atau:
Isoniazide 300 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
Rifampin 600 mg tiap hari selama 9 bulan ditambah
Etambutol 25 mg/kg tiap hari selama 2 bulan
Etambutol bisa diganti dengan streptomisin 1 g tiap hari selama 2 bulan,
atau
Isoniazide 300 mg tiap hari selama 1 bulan, diteruskan dengan Isoniazide 900 mg
yang diberikan 2 x/minggu selama 8 bulan, ditambah Rifampin 600 mgr tiap hari
selama 1 bulan. Diteruskan dengan 600 mg 2x/ minggu selama 8 bulan.
Awal sifilis : Penicillin G, benzatine injeksi 2,4 mil unit i,m, single dose
Sesudah terjadinya Neurosyfilis:
a. Penicillin G (dalam aqua) 24 mil unit i.v selama 3 minggu atau
b. Penicillin G (dalam aqua) 2 mil unit perhari dengan 2 g probenecid per oral
tiap hari, bagi yang alergi penisillin bisa dengan :
c. Doxycyllin 300 mg peroral dosis terbagi selama 30 hari
d. Tetracyclin 500 mg 4 kali sehari, selama 14 hari
o
o
o
Daftar PustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
240
Neurologi
ENSEFALITIS
DEFINISI
Kausa
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Penyakit peradangan jaringan otak
Bakteri, virus, spirochaeta, fungi, dan parasit
Adanya gejala klinis
Adanya pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebabnya
Gejala dan Tanda Klinis
Fotofobia
Panas
Perubahan tingkah laku
Diplopia
Disfasia
Disorientasi
Amnesia
Hemiplegi (defisit neurologis fokal)
Kesadaran menurun
Kejang
Pasien alkoholik
Pasien intosikasi
Hepatik ensefalopati
Psikosis
Karsinomatosis
Analisis cairan serebrospinalis, kultur, dan sensitivitas tes
Analisis darah, kultur, dan sensitivitas tes
Head CT-scan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
241
Neurologi
Pengobatan
DEFINISI
DIAGNOSIS
a. Bakteri, Virus, Cryptococcosis, Toxoplasma, Tuberculosis, Spirochaeta (Sifilis)
pengobatan sama dengan pada meningitis
b. Malaria
Chloroquine
a. Chloroquine per oral 600 mg, diikuti 300 mg 6 jam sesudahnya,
kemudian 150 mg tiap 12 jam selama 1 hari, akhirnya 150mg/hr selama 2
hari
b. Chloroquine injeksi i.v : 10 mg/kg sampai 8 jam, diikuti 15 mg/kg sampai
24 jam berikutnya
Quine/Quinidine
a. Peroral : 15 mg/kg dan dosis maintenance 7,5 mg/kg tiap 8 jam selama 7
hari
b. Injeksi i.v 20 mg/kg sampai 4 jam diikuti maintenance terapi 10 mg/kg
selama 2 jam tiap jam selama 9 hari
Keadaan dengan ciri-ciri munculnya bangkitan berulang. Istilah epilepsi digunakan
untuk mengkarakteristikan serangan berulang bersifat relatif stereotipik dari suatu
pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter)
Penegakan diagnosis untuk epilepsi terutama berdasarkan riwayat adanya
serangan berulang sedikitnya 2 kali dalam setahun. Bersifat stereotipik dari
suatu pengalaman atau perilaku bawah sadar (involunter) yang dilaporkan oleh
saksi mata.
Pendekatan diagnostik lain yang banyak dimanfaatkan adalah dengan
elektroensefalografi (EEG). Pencairan etiologi sesuai dengan tipe bangkitan
yang ditemukan, misalnya anamnesis untuk tipe fokalitas bangkitan, dan ada
•
•
Daftar pustakaPerhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
. Jakarta : PerdossiBuku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan
Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
EPILEPSI
o
o
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
242
Neurologi
tidaknya gangguan kesadaran yang menyertai (partial atau umum), anamnesis
riwayat keluarga, anamnesis riwayat penyakit sebelumnya, riwayat kelahiran,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologik.
Beberapa penyebab epilepsi pada orang dewasa:
Lesi struktural (tumor, AVM), penyakit serebrovaskuler (infark, hipertensi,
perdarahan). Epilepsi umum primer/idiopatik, trauma infeksi SSP (ensefalitis,
meningitis, abses), penyakit sistemik (kelainan ginjal, hati, hematologis),
penyakit degeneratif otak, keracunan/iatrogenik (drug abuse, psikotropik,
alkohol).
Beberapa penyebab epilepsi pada anak-anak:
Kejang demam, serebral palsy, sindrom epilepsi spesifik (spasma infantil,
epilepsi rolandik, epilepsi umum primer), infeksi SSP, lesi struktural (AVM,
hidrosefalus), penyakit metabolik, keracunan, penyakit sistemik, penyakit
keturunan (Sturge Weber, sklerosis tuberosa).
Epilepsi umum
a. Epilepsi Tonik Klonik (Grand Mal)
Dimulai dengan fase tonik selama ½ menit, diikuti fase klonik ½ menit,
kemudian terjadi fase koma selama 5 menit, selanjutnya penderita tertidur
½ s/d 6 jam.
b. Epilepsi Absen (Petit Mal)
Kehilangan kesadaran beberapa detik. Pada waktu serangan, anak berhenti
bergerak, kedua mata menatap ke depan, benda yang sedang dipegang
terjatuh.
c. Epilepsi Mioklonik
Bangkitan berupa kehilangan kesadaran sejenak dan disertai mioklonus
pada otot proksimal.
d. Epilepsi Atonik
e. Penderita secara mendadak kehilangan tonus otot dan pada umumnya
kesadaran tidak terganggu.
Kausa
Gejala dan Tanda Klinis
•
•
•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
243
Neurologi
•
•
•
•
•
Epilepsi Partial Sederhana
a. Dengan gejala motorik
b. Dengan gejala somato-sensorik
c. Dengan gejala autonom
d. Dengan gejala gangguan fungsi luhur, psikis
Epilepsi Partial Kompleks
Gejala kompleks adalah gejala motorik, sensoris atau autonom yang
memperlihatkan dari yang tampaknya bertujuan dan terintegrasi. Gejala
kompleks tersebut ialah halusinasi.
Serangan anoksia, sinkope, breath holding spell, hyperventilasi syndrome, histeri,
migren, vertigo berkala, abdominal pain, narkolepsi, kataplexy, tic doloreux
Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan neuroradiologik
a. Tanpa kontras : foto thorax, foto tengkorak, CT-scan
b. Dengan kontras : arteriografi, pneumoensefalografi, ventikulografis, CT-
scan
Pemeriksaan Laborat misalnya elektrolit, gula darah dll
Pemilihan obat antiepilepsi menurut Wibowo & Gofir (2006) didasarkan pada dua hal,
tipe serangan dan karakteristik pasien:
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Memilih obat yang paling sesuai
Tipe serangan
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
244
Neurologi
Tipe serangan First-line Second-line/add on Third line/add on
Parsial simpel
dan kompleks dengan atau tanpageneral sekunder
Karbamazepine
FenitoinFenobarbital
Okskarbazepin
LamotriginTopiramat
Gabapentin
Asam valproat
LevetiracetamZonisamid
Pregabalin
Tiagabin
VigabatrinFelbamat
Pirimidon
Tonik klonik Asam valproatKarbamazepine
Fenitoin
Fenobarbital
LamotriginOkskarbazepin
TopiramatLevetiracetam
Zonisamid
Pirimidon
Mioklonik Asam valproat TopiramatLevetiracetam
Zonisamid
LamotriginClobazam
Clonazepam
Fenobarbital
Absence (tipikal dan atipikal) Asam valproat
Lamotrigin
Etosuksimid Levetiracetam
Zonisamid
Atonik Asam valproat Lamotrigin
Topiramat
Felbamat
Tonik Asam valproat
Fenitoin
Fenobarbital
Clonazepam
Clobazam
Epilepsy absence juvenil Asam valproat
Etosuksimid
Clonazepam
Epilepsy mioklonik juvenile Asam valproat
Fenobarbital
Clonazepam
Etosuksimid
2. karakteristik pasien
DEFINISI
Dalam pengobatan dengan obat antiepilepsi karakteristik pasien harus
dipertimbangkan secara individu. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
efek buruk obat, dosis yang tepat, harga, pola hidup dan usia pasien. Suatu obat
antiepilepsi mungkin efektif pada pasien tertentu namun jika ada kontra indikasi
atau terjadi reaksi yang tidak bisa ditoleransi maka sebaiknya penggantian obat
dilakukan. Sebagai contoh asam valproat pada wanita, khususnya wanita yang
masih dalam usia subur.
Tetanus adalah gangguan neurologiss yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin (toksin dari ).
Tetanospasmin memblokade pelepasan neuroteransmiter inhibitori (GABA dan
glisin) sehingga dapat terjadi spasme yang tak terkontrol pada otot serta
peningkatan reflek-reflek. Spora banyak terdapat pada tanah serta kotoran
DAFTAR PUSTAKA :Wibowo, S & Gofir, A. 2006. Obat Antiepilepsi. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta.
TETANUS
C Tetani
C. Tetani
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
245
Neurologi
Tabel 45. DOC u/ Masing2 serangan
hewan.
Hipertoni dan spasme otot
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik
Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umum
IVFD dekstrose 5% : RL = 1:1/6 jam
Kausal :
Serum anti tetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama
3-5 hari. Skin test sebelumnya. Atau
Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M,
tergantung berat penyakit. Single dose.
Antibiotik:
Metronidazol 500 mg tiap 6 jam atau 1 gram i.v tiap 12 jam; dosis anak
15-30 mg/kgBB/hari i.v terbagi tiap 8-12 jam. Metronidazol lebih aman
dibandingkan penisilin karena tidak mengantagonis GABA. TM 1
kehamilan, hipersensitivitas.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis banding
TERAPI
KI :
-
-
-
-
-
-
-
•
•
•
•
•
�
�
�
�
�
�
�
o
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
246
Neurologi
o
o
Penisillin (10-12 juta unit i.v terbagi dalam 4 dosis selama 10 hari)
Alternatif : Eritromisin (4 x 500 mg), Tetrasiklin (4 x 500 mg)
Penanganan luka : dilakukan dan irigasi menggunakan H O
Anti spasme
Diazepam : Spasme ringan: 5-10 mg p.o tiap 4-6 jam; spasme sedang: 5-10
mg i.v; spasme berat: 50-100 dalam 500 D5, diinfuskan 40 mg tiap jam. Dosis
anak 0.1-0.8 mg/kgBB/hari 3-4 kali sehari, pada spasme sedang hingga berat
0.1-0.3 mg/kgBB/hari tiap 4-8 jam. Glaukom sudut sempit
Fenobarbital : 1 mg/kg i.m tiap 4-6 jam, pada anak: 5 mg/kgBB i.m dosis
terbagi 3 atau 4 kali/hari
Tempatkan pasien pada tempat yang tenang
Pasang NGT serta kateter bila diperlukaan
Oksigen diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernafasan,
sianosis. Bila terdapat spasme glotis dapat dilakukan trakeostomi, ventilator
mekanik digunakan bila terdapat kelumpuhan otot-otot pernapasan
Nutrisi yang diberikan TKTP, bentuk lunak, saring, atau cair
Menghindari tindakan yang bersifat merangsang, termasuk suara atau cahaya
yang intensitasnya bersifat intermiten
1. Pada anak anak dapat diberi vaksin DPT
2. Pada orang dewasa sebaiknya menerima booster terutama pada individu yang
memiliki faktor resiko (bekerja di daerah persawahan maupun perkebunan).
Pada individu yang memiliki luka jika:
Telah menerima booster tetanus dalam 5 tahun terakhir, tidak perlu
menjalani vaksinasi lebih lanjut.
Belum pernah menerima booster dalam jangka waktu 5 tahun terakhir,
segera berikan vaksinasi.
Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasi tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus (TIG) dan suntikan pertama dari vaksinasi
tiga bulanan.
PAPDI. 2006. . JakartaCMDT 2006. Attygalle D et al: . Expert Rev
-
-
-
-
-
-
-
cross incision
Buku ajar Ilmu Penyakit DalamNew trends in the management of tetanus
2 2
•
•
KI:
Pencegahan
Daftar Pustaka
�
�
�
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
247
Neurologi
Anti Infect Ther 2004;2:73Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
. Jakarta : Perdossi
DEFINISI
Adalah nyeri pada region Lumbal dan Sakral yang banyak dijumpai pada usia lanjut
sebagai bentuk dari gangguan neuromuskulosketal, penyebabnya tidak dapat
dipisahkan dari proses degenerasi dari diskus intervetebralis.
Penyebab dari LBP
Proses patologi pada organ region renal atau visceral dan tumor retroperitoneal
(viscerogenic low back pain)
Aneurysm
Kondisi patologi neuron
Kekejangan otot, spasme otot, dan hipersensitivitas otot
Infeksi, trauma, kanker, penyakit-penyakit congenital dan gangguan
metabolisme pada osteogeni LBP
Spondiolisis, Hernia Nukleosus pulposus dan ankylosing spondylisis
DIAGNOSIS
Gejala-gejala
Nyeri di pinggang setempat atau difus ( sifat hilang timbul atau terus menerus
dan meningkat jika disertai dengan perubahan sikap)
di pinggang ( biasanya berasal dari proses patologi di daerah
abdominal, pelvis)
Nyeri radikuler ; nyeri yang menjalar sesuai daerah dermatomnya, batuk dan
nafas dapat menimbukan rasa nyari)
Nyeri spasme otot : pegal-pegal akibat sikap duduk terus menerus, berdiri yang
salah dan hilang jika dipijat
Nyeri yang terus-menerus di waktu malam hari ( sering berhubungan dengan
tumor maligna di tulang belakang)
Buku Pedoman Standar PelayananMedis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006
Referred pain
Low Back Pain
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
248
Neurologi
Selain data anamnesis seperti tersebut diatas, masih diperlukan data yang diperoleh
dari pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan Klinis
a) Inspeksi : gaya berjalan, sikap duduk, bentuk tulang belakang :lordosis,
skoliosis)
b) Pada posisi telentang :
1. Tes untuk merenggangkan saraf iskhiadikus
a. Tes LASEGUE ( Straight Leg Raising : SLR)
Cara : Dengan dijaga agar tungkai yang sakit tetap lurus, dilakukan
fleksi pada sendi panggul
Hasil : Normal, tungkai dapat di fleksikan hingga 80°-90°
b. Tes LASEGUE MENYILANG
Cara : Sama dengan tes Lasegue seperti di atas, hanya saja yang
diangkat adalah tungkai yang SEHAT.
Hasil : Tes dikatakan positif bila timbul rasa nyeri sepanjang saraf
iskhiadikus tungkai yang SAKIT.
c. Tes PATRICK
Cara : Tumit atau maleolus tungkai yang SAKIT kita tempatkan
pada lutut tungkai kakinya, tekan lutut yang fleksi/ SAKIT
ke bawah
Hasil :Positif bila ada rasa nyeri di sendi panggul (mis :koksitis)
d. Tes KONTRA PATRICK
Cara : Lipat/fleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar dan
endorotasikan serta adduksikan kemudian adakan
penekanan sejenak pada lutut tersebut
Hasil : positif jika ada rasa nyeri di sendi sakroiliaka
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal
a. Tes NAFFZIGER
Cara: kedua vena jugularis di tekan selama 2 menit
Hasil : dengan penekanan kedua vena tersebut, tekanan
intrakranial akan meningkat, yang akan diteruskan ke ruang
intratekal dengan akibat akan memperhebat nyeri
b. Tes VALSALVA
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
249
Neurologi
Cara : Pasien disuruh mengejan
Hasil : Tes Valsava dikatakan positif bila timbul rasa nyeri di tempat
lesi yang menekan radiks.
2. Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
Pada pemeriksaaan motorik dicari apakah ada tanda-tanda kelemahan otot
atau mungkin ada atropi dan fasikulasi, sehingga akan diketahui myotom
mana yang terganggu.
Contoh : atropi otot gastroknimus dan gluteus maksimus menunjukkan
bahwa radiks S1 terganggu.
b. Pemeriksaan sensorik
Untuk mengetahui dermatom mana yang terkena
3. Pemeriksaan refleks
Bila ada kelainan pada suatu refleks tendon, ini berarti ada gangguan pada
lengkung refleksnya
Contoh : Bila refleks tumit menurun atau menghilang, menunjukkan bahwa saraf
spinal S1 terganggu
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen lumbosakral AP, lateral, oblik kanan dan kiri
b. Foto Rontgen poos pelvis
c. Pemeriksaan EMG :
Atas indikasi, terutama pada kasus LBP dengan sindrom radikuler dan
mungkin LBP dengan tanda bahaya(red flags)
d. pemeriksaan Mielogram
e. Pemeriksaan laboratorium (atas indikasi) :
laju enap darah
darah tepi lengkap
C-reaktif protein (CRP)
Factor rematoid
Fosfatase alkali/asam
Kalsium, fosfor serum
Urinalisa
-
-
-
-
-
-
-
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
250
Neurologi
- Cairan serebrospinal
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya
TERAPI
1. Tindakan noninvasive
a. Tirah baring
Pasien tidur selama 2-3 minggu di tempat alas yang datar dan tempat tidur
dibuat setengah duduk dengan sedikit fleksi pada sendi utut
dan panggul
Cara : tidur setengah duduk dengan diganjal bantal pada lipat lututnya
Tujuan : untuk memulihkan kemampuan menahan berat badan kembali
seperti semula
b. Latihan fisik untuk mengurangi spasme
Tujuan untuk mencegah terjadinya kontraktur dan atropi otot-otot, serta
mempelancar aliran darah
c. Posisi yang nyaman
d. Fisioterapi
2. Terapi Farmakologi
a. Anagetik non-opiod :
Derivat aniline : parasetamol (asetaminofen)
Obat anti infamasi non-steroid
, aspirin, diklofenak
b. Analgetik opiod : Morfin, Diamorfin, Buprenorfin, Kodein.
c. Antidepresan : Tricycic antidpresant, MOA, Drivat Benzodiazepin
d. Psikotropika
Mayor Tranquiizer : prometazine, trimoperazine, methotrimoperazin
Minor tranquilizer : benzodiazepin,
e. Vitamin
3. Operasi
Terutama pada LBP dengan tanda bahaya dan LBP dengan
sindrom radikuler
Gold Standard : -
Patologi Anatomi
Meloxicam, tramadol
diazepam
Penyulit :
Semi Flower :
•
•
�
�
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
251
Neurologi
Konsultasi :
Daftar Pustaka
Bagian Saraf, Bagian Bedah Saraf, Bagian Orthopedi, Unit Rehabilitasi
Medis, Psikologi
Priguna Sidharta. 2004. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian
Rakyat. Jakarta
`Sukman, dkk. 2000. Kapita Selekta. Media Aesculapis. Jakarta
Perdossi, 2006. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis & Standar
Prosedur Operasional Neurologi. Jakarta
DEFINISI
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang
menjalar, spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna
vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada
ligamentum flavum, “facet joints”.
Penyebab antara lain : myelopati, neck strain, herniasi diskus, osteomyelitis,
meningitis , pancoast tumor, reumathoid arthritis, fibromyalgia, multiple myeloma.
KRITERIA DIGANOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang berlangsung
sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh rotasi
lateral leher secara bersamaan ( )
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal sepeerti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava
Diagnosis banding : HNP, Meningitis TBC Cervikal
TATALAKSANA
Konservatif 3-6 minggu, berupa :
istirahat servikal : bila perlu
Cervical Syndrome
-
-
-
-
spurling manuver
collar neck•
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
252
Neurologi
•
•
•
NSAID
Suntikan lokal
fisioterapis
Operatif bila ada penyulit (nyeri neuropatik, kelumpuhan anggota gerak).
DEFINISI
Bell's palsy didefinisikan sebagai kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-
supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer namun mungkin sekali akibat
edema jinak dan iskemia pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau
sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Mungkin sekali edema tersebut merupakan gejala reaksi
yang disebut 'masuk angin' oleh karena pada kebanyakan penderita dapat diperoleh
data bahwa paresis fasialis timbul setelah duduk di mobil dengan jendela terbuka,
tidur di lantai, atau setelah 'begadang'. Studi terbaru menyebutkan ada hubungan
Bell's palsy dengan infeksi Herpes Simplex Virus (HSV).
DIAGNOSIS
TANDA DAN GEJALA:
Bell's Palsy hampir selalu unilateral.
Kelumpuhan otot-otot fasial atas dan bawah sesisi.
Lagoftalmos ipsilateral
Bell's sign (patognomonis untuk Bell's palsy), fenomena dimana bila penderita
disuruh memejamkan kedua matanya, maka pada mata yang tidak dapat
menutup (lagoftalmos) dapat disaksikan bola mata berputar ke atas.
Pengeluaran air mata berlebihan karena mata yang terpapar debu, angin,
cahaya, dan lain-lain.
Kadang-kadang ada gangguan pengecapan, jika chorda tympani ikut terlibat.
MANAJEMEN
Dalam 5 hari sampai 2 bulan 95 % kasus Bell's palsy bisa sembuh tanpa
pengobatan.
Pada tahap akut kortikosteroid dapat digunakan. Yang direkoomendasikan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
BELL'S PALSY
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
251
Neurologi
adalah Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama 6 hari diikuti dosis taper
selama total 10 hari.
Vitamin B1, B6 dan B12 dalam dosis tinggi dan vasodilatansia per os dengan ACTH
i.m. 40 sampai 60 satuan/hari selama 2 minggu dapat mempercepat
penyembuhan.
Acyclovir 400 mg 5 kali sehari.
Perawatan mata. Pakai kacamata dan artifial tear saat siang hari. Lubricant mata
saat tidur malam hari.
-
-
-
Referensi
Monnell, Kim. 2006. . Emedicine.
Sidharta, Priguna. 2004. . Jakarta: Dian Rakyat.
Bell's Palsy
Neurologi Klinis dalam Praktek Umum
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
254
Neurologi