sap dm

14
LATARBELAKANG Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. 7 juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (health people 2000, 1990). Menurut Survey WHO, 8,6% dari jumlah masyarakat Indonesia telah terdiagnosis Diabetes Melitus, Indonesia menduduki SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Penyakit Diabetes Melitus Sub Pokok Bahasan : Pencegahan terjadinya komplikasi Sasaran : Lansia dan keluarga lansia Target : Lansia dan keluarga lansia Waktu : 30 menit Hari / Tanggal : Jumat, 6 Maret 2009 Tempat : Jalan Tukad Yeh Ayung no 26

Upload: dayu-anjani-gembul-3429

Post on 01-Jul-2015

1.560 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAP DM

LATARBELAKANG

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih

12 juta orang. 7 juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis;

sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus

diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (health people 2000, 1990). Menurut

Survey WHO, 8,6% dari jumlah masyarakat Indonesia telah terdiagnosis Diabetes

Melitus, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar setelah India, China,

Amerika Serikat.

Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada

orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan

populasi umum. Separuh dari keseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih

dari 65 tahun di rawat di rumah sakit setiap tahunnya. Komplikasi yang serius dan

dapat membawa kematian sering turut menyebabkan peningkatan angka rawat

inap bagi para penderita diabetes.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Diabetes Melitus

Sub Pokok Bahasan : Pencegahan terjadinya komplikasi

Sasaran : Lansia dan keluarga lansia

Target : Lansia dan keluarga lansia

Waktu : 30 menit

Hari / Tanggal : Jumat, 6 Maret 2009

Tempat : Jalan Tukad Yeh Ayung no 26

Penyuluh : Mahasiswa PSIK FK-UNUD

Page 2: SAP DM

I. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit diabetes

mellitus peserta penyuluhan dapat mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup

sehat melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga

komplikasi pada DM dapat dicegah.

II. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, masyarakat

diharapkan mampu :

1. Menyebutkan pengertian DM

2. Menjelaskan penyebab DM

3. Menjelaskan cara pencegahan dan komplikasi DM

4. Menjelaskan pengobatan yang bisa dilakukan pada pasien dengan Penyakit DM

5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai peran serta keluarga dalam merawat

lansia yang menderita DM dengan komplikasi terjadi perubahan persepsi sensori

penglihatan.

III. Kegiatan belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Media

1 Pembukaan 5 menit a. Salam

b. Perkenalan

c. Menjelaskan

tujuan dari

pertemuan

d. Kontrak waktu

e. Apersepsi

Menjawab salam

Mendengarkan

Menjawab

2 Isi materi 20 menit a. Menyebutkan

pengertian DM

b. Menyebutkan

penyebab DM

c. Menjelaskan

tentang cara

pencegahan dan

Memperhatikan

penjelasan

perawat

Memperhatikan

leaflet

2

Page 3: SAP DM

komplikasi DM

d. Menjelaskan

tentang

pengobatan yang

dapat dilakukan

oleh masyarakat

apabila ada

masyarakat yang

terkena DM

e. Menjelaskan

kepada keluarga

mengenai peran

serta keluarga

dalam merawat

lansia yang

menderita DM

dengan

komplikasi

terjadi

perubahan

persepsi sensori

penglihatan.

Memperhatikan

Memperhatikan

3 Penutup 5 menit a. Memberikan

pernyataan lisan

kepada

masyarakat

b. Menyimpulkan

kegiatan yang

telah

disampaikan.

c. Memberikan

salam penutup

Menjawab

pertanyaan

Memperhatikan

Menjawab salam

audio

aid

3

Page 4: SAP DM

IV.Metode

1. Diskusi

2. Tanya jawab

V. Media

Leaflet

VI.Evaluasi

1. Jenis evaluasi : pernyataan lisan

2. Waktu : akhir kegiatan

Soal Evaluasi

1. Apa itu penyakit Diabetes Melitus?

Jawab

2. Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus?

Jawab

3. Bagaimana cara pencegahan dan komplikasi terjadinya penyakit Diabetes

melitus ?

Jawab :

4. Bagaimana pengobatan penderita penyakit Diabetes Melitus?

jawab :

5. Bagaimana peran serta keluarga dalam merawat lansia yang menderita DM

dengan komplikasi terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan.?

jawab

4

Page 5: SAP DM

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemi. Kelainan ini akibat gangguan sekresi insulin oleh sel pankreas

atau gangguan produksi, gangguan pengambilan glukosa darah oleh sel otot dan sel

hati, atau produksi glukosa berlebihan dari hati.

B. Etiologi

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia

(Jeffrey) :

1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin.

2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan

perubahan vaskuler.

3. Obesitas, banyak makan.

4. Aktivitas fisik yang kurang

5. Penggunaan obat yang bermacam-macam.

6. Keturunan

7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress

Selain itu, diabetes tipe 2 yang sering di derita oleh lansia disebabkan oleh sekresi

insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan

kegagaln glukoneogenesis hepatic.

Epidemiologi:

Pendapat umum menyatakan bahwa pada usia lanjut kita hanya berhadapan dengan

Diabetes tipe II (DM-2). Memang sebagian besar benar demikian, tetapi kini ada

tendensi lain karena Diabetes tipe I (DM-1) di usia lanjut bertambah, ditambah pula

dengan insulin requring cases, LADA. Meskipun ada impared immunological

response, kerusakan sel beta primer (DM-1) masih mungkin terjadi pada usia lanjut.

Di usia lanjut terdapat 5% IGF ringan atau berat (Marble, 1985). Di Barat 1/6

populasi di atas 60 tahun DM dan diatas 85 tahun ¼-nya diabetes (Goldberg, 1987).

5

Page 6: SAP DM

Di USA 10,6% usia di bawah 40 tahun menderita diabetes, sedang di atas 80 tahun

40% diabetes. Pada usia sehat sehingga umur 73 tahun, disimpulkan oleh Coon

(1992) bahwa sensitivitas insulin dan toleransi glukosa dipengaruhi terutama oleh

distribusi lemak regional (WHR), dan bukannya oleh usia, obesitas ataupun VO2

max (Coon,1992). Pada lansia, jumlah diabetes tipe 2 terhitung 90 % kasus

C. Klasifikasi

Diabetes dapat terjadi dalam dua bentuk utama: tipe 1, diabetes mellitus yang

bergantung insulin, dan yang lebih prevalen tipe 2, diabetes mellitus yang tiding

tergantung insulin. Pada lansia, diabetes tipe 2 paling banyak diderita, sekitar 90%

Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistan terhadap insulin, yang

mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu ,

pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil dari

kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi glukosa

yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia

D. TANDA DAN GEJALA

- Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala khas pada

lansia)

- Kehilangan selera makan

- Inkontinesia

- Penurunan penglihatan

- Konfusi atau derajat delirium

- Konstipasi atau kembung pada lambung

- Retinopati atau pembentukan katarak

- Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek dan kebas

- Hipotensi ortostatik.

- Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat

kerusakan sirkulasi perifer; tugor kulit buruk dan membrane mukosa kering akibat

dehidrasi.

6

Page 7: SAP DM

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

Katarak

Glaukoma

Retinopati

Gatal seluruh badan

Pruritus Vulvae

Infeksi bakteri kulit

Infeksi jamur di kulit

Dermatopati

Neuropati perifer

Neuropati viseral

Amiotropi

Ulkus Neurotropik

Penyakit ginjal

Penyakit pembuluh darah perifer

Penyakit koroner

Penyakit pembuluh darah otak

Hipertensi

E. KRITERIA DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik DM menurut PERKENI 2006 atau yang dianjurkan ADA (A

merican Diabetes Association) yaitu bilatredapat salah satu atau lebih hasil

pemeriksaan gula darah dibawah ini:

1.      Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl

2.      Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl

7

Page 8: SAP DM

3.      Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah

beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium :

1. Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi

glukosa yang memberikan diagnosis definitive diabetes. Akan tetapi, pada

lansia, pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi

glukosa oral lebih membentu menegakkan diagnosis karena lansia mungkin

memiliki kadar glukosa puasa hamper normal tetapi mengalami hiperglikemia

berkepanjangan setelah makan.

2. Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A

atau HbA1c ), yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum 3 bulan

sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi antidiabetik.

3. Fruktosamina seru, yang menggambarkan kadar glukosa

serum rata-rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indicator

yang lebih baik pada lansia karena kurang menimbulkan kesalahan.

G. PENATALAKSANAAN

Menurut Steven diperkirakan 25 – 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan

baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 – 45% dapat diobati

dengan oral anti diabetik dan diet saja.

Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan

dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien,

keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta

ada/tidaknya komplikasi DM.

Obesitas, penurunan aktivitas fisik, penyakit yang sudah ada dan kebiasaan makan

yang buruk meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada lansia. Pada geriatric yang

dapat menurunkan resiko menderita diabetes dengan :

1. Mempertahankan berat badan dalam kisaran ideal terhadap tinggi badan, usia

dan jenis kelaminnya.

2. Membatasi lemak 20 % sampai 30 % dalam dietnya

3. Olahraga secara teratur

8

Page 9: SAP DM

4. Menjaga gangguan lain yang mungkin diderita lansia tetap di control.

Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah :

1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada

pasien dan keluarganya.

2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti

rasa haus, sering kencing, lemas, gatal-gatal.

3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi

(200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya

terjadinya hipoglikemia.

Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko

hipoglikemia.

H. Komplikasi

1. Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati perifer (biasanya

terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan

kemungkinan lesi kulit), neuropati otonom (biasanya terjadi mualdan rasa penuh

setelah makan, hal ini disebabkan oleh keterlambatan pengosongan lambung,

diare nocturnal, dan impotensi).

2. Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600

mg/dL)

3. Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L)

4. Hipoglikemia adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes

yang diobati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin

disebabkan oleh pemberian insulin berlebih, asupan kalori yang tidak adekuat,

konsumsi alcohol, atau olahraga yang berlebiha

9

Page 10: SAP DM

Daftar Pustaka

Donna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process

Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Carpenito LJ. 2000. Dokumentasi dan Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

FKUA, 1984. Pedoman Diagnosis dan Ilmu Penyakit Dalam. FKUA, Surabaya

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :

Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Sylviana. 1996. Kapita Selekta Kedokteran Buku 1. EGC. JAkarta

10