saltishaguinaga 132310101046 laporanpreplanning komunitasii
DESCRIPTION
askep lansia dengan resiko jatuhTRANSCRIPT
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN MODIFIKASI LINGKUNGAN PADA KELUARGA DENGAN LANSIAPADA TN. A DI LINGKUNGAN PELIGGIAN BARAT
KELURAHAN ANTIROGOHKABUPATEN JEMBER TAHUN 2015
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II
oleh :
Saltish Aguinaga
NIM 132310101046
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJl. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang
akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia
lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah
siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2009).
Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih
dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun,
tampilan gejala yang tidak khas/menyimpang, dan penurunan status
fungsional (kemampuan kreraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan
pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane,
2008).
Pengertian penyakit degeneratif secara umum dikatakan bahwa penyakit
ini merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi
pada usia tua. Namun ada kalanya juga bisa terjadi pada usia muda, akibat
yang ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya diikuti
dengan penyakit. Akibat yang paling bahaya dari penyakit ini adalah rasa sakit
dan juga sangat menyita biaya terutama saat masa tua, dan bisa juga akan
berakhir dengan kematian (Darmojo, 2009).
Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan
tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali
lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita
temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga,
ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup
dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi
penyebab gangguan keselamatan dan keamanan (Lueckenotte, 2005).
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih
yang terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman dan
tentram. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan
keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan
sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional,
keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah
putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh
dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh
adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008).
Berdasarkan penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang
sudah mencapai angka 11.4% atau tercatat sekitar 28.8 juta orang yang
menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (BPS, 2007). Insiden
jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau
sekitar 43.47% mengalami jatuh. Kejadian jatuh pada lansia dipengaruhi oleh
faktor intrinsik seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizziness, serta faktor ekstrinsik seperti
lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang
karena cahaya kurang terang dan lain-lain (Darmojo, 2009).
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita, seperti
hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan diabetes.
Perubahan-perubahan akibat proses penuaan seperti penurunan pendengaran,
penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan
otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor
lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang, bendabenda dilantai
(tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur atau tempat buang air
yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat bantu jalan yang
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada
lansia (Maryam, 2008).
Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik
antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan
sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan.
Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan, selama
proses menua, lansia mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan
berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh dianggap sebagai konsekuensi
alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan
(Stanley, 2006).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian jatuh
pada lansia. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
jatuh pada lansia, mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk mencari
adanya faktor intrinsik risiko jatuh, keadaan lingkungan rumah yang
berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penilaian
keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah tempat dan
pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk mengurangi faktor
penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau mengatasi fraktur
situasional dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaaan rutin kesehatan
lansia secara periodik (Mariyam, 2008).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan yang akan dilakukan ini adalah modifikasi lingkungan pada keluarga
dengan lansia pada Tn. A di Dusun Palinggian Barat Kelurahan Antirogoh
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum kegiatan modifikasi lingkungan ini bertujuan untuk mengurangi resiko jatuh pada Tn. A dalam aktifitasnya sehari-hari di Dusun Palinggian Barat Kelurahan Antirogoh Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.2.1.2 Tujuan Khusus
a. Tn. A mampu mengidentifikasi resiko jatuh dilingkungannya 85% dengan benar;
b. Tn. A mampu menjelaskan menjelaskan pencegahan jatuh 85% dengan benar;
2.2 Manfaat1. Bagi Intitusi Pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa terkait Asuhan Keperawatan Pada
Klien Gerontik dengan Gangguan Keamanan : Resiko Jatuh bagi
mahasiswa keperawatan.
2. Bagi Klien
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga
dan masyarakat bahwa kejadian jatuh pada lanjut usia berhubungan erat
dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah yang membahayakan
sehingga keluarga dan masyarakat dapat memodifikasi kondisi lingkungan
fisik rumah yang baik dan aman bagi lanjut usia dalam mencegah kejadian
jatuh pada lanjut usia.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB III KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Dasar Pemikiran
Jatuh adalah suatu kejadian yang di laporkan penderita atau saksi
mata ,yang melibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /tempat
yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben).Jatuh
sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut .Banyak faktor berperan di
dalamnya ,kelemahan otot ekstremitas bawah kekakuan sendi ,sinkope dan
dizzines ,serta faktor ekstrinsik sertai lantai yang licin dan tidak rata tersandung
benda-benda ,pengelihatan kurang terang dan sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang mempercepat
patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang {Bone Mineral
Density(BMD)} rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan mengurangi risiko
patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah tulang pinggul dan
berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti terhadap berbagai patah tulang
meliputi punggung, pergelangan tangan, pinggul, lengan bagian atas.Jatuh dapat
disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi pencegahan harus meliputi
berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik meliputi pola gerakan yang
beragam seperti latihan kekuatan atau kelas aerobik dapat meningkatkan massa
tulang sehingga tulang lebih padat dan dapat menurunkan risiko jatuh.
Mengurangi Risiko JatuhBanyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko jatuh dan meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang
dikeluarkan oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan
American Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi
beberapa rekomendasi untuk orang tua (AGS et al.2001)
3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah
Tindakan yang akan direncanakan adalah modifikasi lingkungan pada klien lansia,antara lain:
1. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu
2. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.3. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
4. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.5. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.6. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.7. Gunakan lantai yang tidak licin.8. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.9. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB IV RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN
4.1 Realisasi Penyelesaian MasalahModifikasi lingkungan merupakan upaya untuk meminimalkan resiko
jatuh pada lansia.Dalam realisasi penyelesaian masalah resiko jatuh yang dapat
dilakukan yaitu mendesain pengaturan rumah untuk meminimalkan resiko jatuh.
4.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan ini yaitu Tn. A
bersedia melakukan modifikasi lingkungan pada rumahnya.
4.3 Metode yang Digunakan
1. Jenis model kegiatan : musyawarah dan diskusi2. Landasan teori : diskusi3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baikb. Mengidentifikasi masalah terkait lingkunganc. Mengidentifikasi pilihan tindakand. Memberi komentar dan sarane. Impementasi perencanaanf. Umpan balik
=Sasaran
= Pemateri
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB V. HASIL KEGIATAN
5.1 ANALISIS EVALUASI DAN HASIL-HASILNYA5.1.1 Evaluasi Struktur
1. Materi yang akan disajikan terkait Slow Stroke Back Massage (SSBM) pada klien dengan Hipertensi telah siap disajikan
2. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan Slow Stroke Back Massage (SSBM) telah siap digunakan
3. Persiapan mahasiswa telah dilakukan4. Persiapan klien dan keluarga telah dilakukan
5.1.2 Evaluasi Proses1. Proses Pendidikan Kesehatan dan Demonstrasi Slow Stroke Back Massage
(SSBM) pada klien dengan Hipertensi berjalan dengan lancar mulai dari awal hingga akhir asuhan sesuai dengan yang diharapkan
2. Klien dan keluarga kooperatif selama dilakukan penyuluhan dan demonstrasi Slow Stroke Back Massage (SSBM)
3. Tujuan umum dan tujuan khusus akan tercapai setelah asuhan keperawatan dilaksanakan
5.1.3 Evaluasi HasilSetelah mendapatkan asuhan keperawatan pasien dan keluarga mampu:
a. Mengetahui pengertian dari Hipertensib. Mengetahui cara mendeteksi Hipertensi pada anakc. Mampu mempraktikkan langkah-langkah untuk melakukan Slow Stroke
Back Massage (SSBM) d. Melakukan konseling untuk membantu klien dan keluarga dalam
mengemukakan masalah yang dihadapi
5.1.4 FAKTOR PENDORONG1. Klien dan keluarga sangat kooperatif selama proses pemberian asuhan
keperawatan Slow Stroke Back Massage (SSBM)2. Baik klien maupun keluarga sangat senang mendapatkan pengetahuan baru
terkait Hipertensi, cara mendeteksi serta Senam Stroke Back Massage untuk mencegah hipertensi
3. Keluarga sangat mendukung kesembuhan bagi klien
5.1.5 FAKTOR PENGHAMBAT1. Slow Stroke Back Massage tidak bisa dilakukan sendiri, harus
membutuhkan bantuan keluarga atau orang lain karena prosedur tindakannya menyangkut pemijatan didaerah punggung atas dan bawah.
2. Pasien yang di implem Lansia yang berjenis kelamin perempuan, sehingga dalam melakukan pemijatan dipunggung pasien langsung sedikit canggung.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KesimpulanHipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darahdiatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Secara umum seseorang dikatakanmenderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut).Diastolic adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong). Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
Berdasarkan hasil evaluasi diatas, menunjukkan bahwa terdapat perubahan pemahaman pada keluarga klien pada saat sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Hipertensi serta terapi Slow Stroke Back Massage untuk menurunkan Hipertensi. Hal tersebut ditunjukkan dengan keluarga klien yang sudah lebih mengerti tentang masalah yang dialami oleh klien dan kemampuan keluarga dalam mendemonstrasikan terapi Slow Stroke Back Massage (SSBM) pada klien
. 6.2 Saran6.2.1 Bagi Sasaran
Diharapkan dengan telah dilakukannya pendidikan kesehatan dan demostrasi Slow Stroke Back Massage (SSBM), keluarga klien dapat melakukannya dengan rutin sehinhha Hipertensi pasien dapat teratasi
6.2.2 Bagi MasyarakatPendidikan kesehatan dan demonstrasi Slow Stroke Back Massage (SSBM) dilakukan untuk lebih meningkatkan pengetahuan masayarakat mengenai gangguan Hipertensi serta cara mendeteksi dan mengatasinya sehingga perlu bagi masyarakat untuk membagikan informasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk ikut membantu meningkatkan kualitas kesehatan dalam lingkungan masyarakat.
6.2.3 Bagi Tenaga KesehatanPerawat sebagai salah satu tenaga kesehatan diharapkan memiliki
keterampilan, kemampuan dan pengetahuan untuk mengimbangi masalah kesehatan yang ada dimasyarakat, salah satunya masalah Hipertensi pada Lansia sehingga kualiats kesehatan dimasyarakat lebih meningkat.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management.Fundamentals
of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Kozier & Erb. (2004). Pain Management.Fundamentals of nursing:
Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.
Taylor, Lillis, & Le Mone. (1997). Comfort.Fundamentals of nursing: The
art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Wilkinson,J.M. (2000). Nursing diagnosis handbook with NIC
interventions and NOC outcomes (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall
Health
Jember, 10 November 2015
Pemateri,
Saltish Aguinaga NIM 132310101046
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Daftar LampiranLampiran 1: Berita acaraLampiran 2: Daftar hadirLampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur (SOP)Lampiran 5: MateriLampiran 6: Media Leaflet
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 1: Berita Acara
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2015/2016
BERITA ACARA
Pada hari ini, Jumat tanggal 13 Bulan November tahun 2015 jam 16.00 s/d 16.30 WIB bertempat di rumah Tn.A Dusun Pelinggian Barat Kelurahan Antirogoh Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan Modifikasi lingkungan untuk lansia oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini diikuti oleh 3 orang (daftar hadir terlampir)
Jember, 13 November 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Keperawatan Komunitas II PSIK Universitas Jember
Hanny Rasni, M. Kep
NIP. 197612192002122003
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 2: Daftar Hadir
KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2015/2016
DAFTAR HADIRKegiatan Pendidikan Kesehatan Tentang resiko jatuh dan aktivitas fisik pada lansia oleh Mahasiswa Program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Pada hari ini,Jumat tanggal 13 Bulan November tahun 2015 jam16.00s/d16.30WIB bertempat di rumah Tn.A Dusun. Pelinggian Timur Kelurahan Antirogoh Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur.
NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN
1. Saltish Aguinaga 1.2. Larasmiati Rasman 2.3. Ahmad 3.4. 4.5. 5.6. 6.7. 7.8. 8.9. 9.10. 10.
Jember, 13 November 2015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Keperawatan Komunitas II PSIK Universitas Jember
Hanny Rasni, M. Kep
NIP. 197612192002122003
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 3: SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/Materi : Modifikasi LingkunganSasaran : Tn. AWaktu : .30 MenitHari/Tanggal : Jumat ,13 November 2015Tempat :Dusun Palinggian Barat
1. Standar KompetensiSetelah dilakukan pendidikan kesehatan, sasaran akan dapat mengerti dan memahami tentang Meminimalkan resiko jatuh
2. Kompetensi DasarSetelah dilakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi selama 30 menit sasaran akan mampu:a. Mengetahui Faktor penyebab jatuh
b. Mengetahui cara mengurangi resiko jatuh
c. Mampu mendemontrasikan kondisi lingkungan rumah yang baik untuk
meminimalkan resiko jatuh.
3. Pokok BahasanDemonstrasi modifikasi lingkungan
4. Subpokok Bahasana. Resiko Jatuh
b. Manajemen resiko jatuh
c. Demonstrasi modifikasi lingkungan
5. Waktu1 x 30 menit
6. Bahan/Alat yang digunakanLeaflet................
7. Model Pembelajarana. Jenis model pembelajaran : Pertemuan kelompokb. Landasan teori : Konstruktivismec. Landasan pokok :
1. Menciptakan suasana ruangan yang baik2. Mengajukan masalah3. Membuat keputusan nilai personal
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
4. Mengidentifikasi pilihan tindakan5. Melakukan tindakan6. Memberikan komentar7.
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
8. PersiapanMahasiswa mempersiapkan alat dan juga bahan yang akan digunakan dalam melakukan demonstrasi dan juga mempersiapkan klien yang bersangkutan.
9. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
ProsesTindakan
WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Salam pembukab. Memperkenalkan diric. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan khusus
Memperhatikan 3 menit
Penyajian 1. Menjelaskan tentang Resiko Jatuha. Memberi
kesempatan pada Tn. A untuk bertanya tentang materi yang baru dijelaskan.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan
2. Menjelaskan tentang manajemen resiko jatuha. Memberi
kesempatan pada Tn. A untuk bertanya tentang materi yang baru dijelaskan.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan
3. Mendemonstrasikan modifikasi lingkungan
Memperhatikan
Memberikan pertanyaan.
Memperhatikan
Memperhatikan.
Memberikan pertanyaan.
Memperhatikan.
Ikut melakukan
15 menit
Penutup 1. Memberi pertanyaan pada keluarga tentang materi yang telah dijelaskan
2. Memberikan komentar terhadap jawabankeluarga
Menjawab
pertanyaan
Memperhatikan dan memberi sumbang saran
2 menit
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
3. Menyimpulkan materi keseluruhan bersama keluarga.
4. Membagikan brosur (leaflet)
Menutup pertemuan dan memberi salam.
Memperhatikan
Menerima dengan baik.
Memperhatikan dan menjawab salam.
10. EvaluasiJawablah pertanyaan ini dengan tepata. Apa saja faktor resiko jatuh ?b. Bagaimana mencegah agar timbulnya jatuh ?c. Apa saja yang bisa dilakukan pada rumah agar mengurangi resiko jatuh ?
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 4. SOPASESMEN RISIKO JATUH MORSE
faktor risiko skala poin skor pasien
riwayat jatuh ya 25
tidak 0 v
diagnosis sekunder (≥ 2 diagnosis medis)
ya 15
tidak 0 v
alat bantu Berpegangan pada perabot 30
tongkat/alat penopang 15
tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring 0 v
terpasang infus ya 20
tidak 0 V
gaya berjalan terganggu 20
lemah 10 v
normal/tirah baring/imobilisasi 0
status mental sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15
sadar akan kemampuan diri sendiri 0 v
Total
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 45Risiko sedang = 25 – 44Risiko rendah = 0 - 24
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
Lampiran 5. Materi
PENCEGAHAN DAN MANAJEMEN JATUH
1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2. Sediakan pencahayaan yang adekuat
3. Alas kaki anti-licin
4. Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun
dari tempat tidur
5. Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
6. Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
7. Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
8. Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan
gangguan kognitif
9. Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat
dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu)
10. Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
11. Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
12. Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk
kondisi pasien
13. Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
14. Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan,
tulisan/tanda di depan kamar pasien)
15. Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
16. Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan
memastikan pasien hangat dan nyaman
17. Konsultasikan dengan tim ‘manajemen jatuh’ dan farmasi (tinjau ulang
medikasi)
18. Alarm tempat tidur
19. Alarm di kursi roda
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015
20. Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat (nurse station)
21. Karpet di samping tempat tidur
22. Tempat tidur rendah
23. Evaluasi oleh tim interdisiplin
24. Untuk pasien yang berisiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi
antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala),
pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
25. Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
26. Musik relaksasi
27. Program olahraga / aktivitas
28. Transfer ke sisi yang lebih stabil
29. Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan
jatuh
30. Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
31. Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
32. Menimalisir gangguan /distraksi
33. Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
34. Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan