revitalisasi kawasan kampung peneleh
TRANSCRIPT
Revitalisasi Kawasan Kampung Peneleh Sebagai Tujuan Wisata HeritageSebagai Tujuan Wisata Heritage
Risma Andarini
3210203005
PROGRAMMAGISTERPROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN PERANCANGAN KOTA
JURUSAN ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA2013
Latar Belakang Rumusan MasalahLatar Belakang• Kawasan Kampung Peneleh memiliki beberapa
obyek peninggalan bersejarah.• kawasan Kampung Peneleh mengalami
k li li k
Rumusan MasalahBagaimana upaya‐upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan vitalitas kawasan Kampung Peneleh sebagai tujuan wisata Heritage?
penurunan kualitas lingkungan.• Kawasan kuno merupakan salah satu bagian
penting bagi pertumbuhan suatu kota yang mempunyai nilai sejarah dan ekonomi yang dapat disebut pula dengan the golden area
TujuanMerevitalisasi kawasan Kampung Peneleh sebagai tujuan wisata heritage berdasarkan seberapa jauh penyalahgunaan yang terjadi dari kondisi eksisting.dapat disebut pula dengan the golden area
atau kawasan tambang emas. Dan untuk mempertahankan nilai emasnya, maka perlu dilakukan konservasi dan revitalisasi (Budihardjo, 1997).
p y g y g j g
Sasaran• Mengidentifikasi obyek‐obyek peninggalan yang masih ada.( j , )
• Revitalisasi dilakukan dengan memasukkan fungsi‐fungsi baru yang menguntungkan, salah satunya dari segi ekonomi. Karena sarat dengan nilai sejarah, potensi ekonomi tersebut
• Mengidentifikasi indikator‐indikator yang mengalami penurunan vitalitas kawasan.
• Menentukan kriteria penanganan terhadap indikator yang mengalami penurunan vitalitas kawasan.
dapat diarahkan ke wisata heritage (Budihardjo, 1997).
• Mengembangkan suatu bentuk rancangan kota dalam wujud revitalisasi kawasan kampung Peneleh untuk tujuan wisata heritage.
Wilayah Studi
Batas Utara : Jl. Makam PenelehBatas Selatan : Jl. Achmad JaizPAKAL
KREMBANGAN
BULAK
KENJERAN
SEMAMPIR
PABEANCANTIKAN
SELAT MADURA
PELABUHAN TANJUNGPERAK
Keterangan :
PETA
XXXXXXXXXXX
Gambar 1.1
KOTA SURABAYA
XXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXX
Batas Timur : Jl. RMH. SoedjonoBatas Barat : Jl. Peneleh
BENOWO
TANDES
ASEMROWO
SUKOMANUNGGAL
BUBUTAN
SIMOKERTO
MULYOREJO
GENTENGTAMBAKSARI
GUBENG
SAWAHANTEGALSARI
WONOKROMO
SUKOLILO
WONOCOLO
RUNGKUT
TENGGILIS MEJOYO
GUNUNGANYAR
GAYUNGAN
JAMBANGAN
KARANGPILANGWIYUNG
LAKARSANTRI
KABUPATEN GRESIK
Batas Pantai
Kecamatan
Jalan Kereta Api
Batas Kabupaten/Kota
KABUPATEN SIDOARJOPETA JAWA TIMUR:Sumber
X -
Kajian PustakaPemahaman Konservasi KawasanI Ch f h C i f C l l
RevitalisasiSidh t (1989) b h it li i d l h• Icomos Charter for the Concervation of Cultural
Significance (Piagam Burra, 1981) :konservasi, preservasi, restorasi, rehabilitasi, renovasi, rekonstruksi, revitalisasi addisi, gentrifikasi demosili
• Sidharta (1989), bahwa revitalisasi adalah merubah suatu tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai. Yang dimaksud dengan fungsi yang lebih sesuai adalah kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau
gentrifikasi, demosili• Sasaran Konservasi• Motivasi Konservasi• Kriteria Pemilihan Obyek Yang Dilestarikan :
yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal.• Danisworo (2002), revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran Skala
estetika, kejamakan, kelangkaan, keistimewaan, peranan sejarah, memperkuat kawasan
• UU No. 5 Tahun 1992 :nilai sejarah, nilai arsitektur, nilai ilmu
tetapi kemudian mengalami kemunduran. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu
li d f tk t ipengetahuan, nilai sosial budaya, umur kawasan.Revitalisasi• Endif (2008), kawasan yang perlu direvitalisasi :matinya aktivitas ekonomi, menurunnya kualitas
mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).
• UU No. 5 Tahun 1992 ttg Cagar Budaya :kawasan mati kawasan hidup tetapi kacauy , y
fisik kawasan, buruknya citra kawasan, tidak memadai infrastruktur kawasan,
kawasan mati, kawasan hidup tetapi kacau, kawasan hidup tetapi kurang terkendali.
Perancangan Kota Indikator untuk mengidentifikasi keberadaan bangunan tua/ b k b k i l j h d i i• Roger Trancik (1986)
linkage visual, linkage struktural, linkage kolektif• Shirvani (1985), elemen urban design :penggunaan lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir ruang terbuka pedestrian ways
obyek‐obyek peninggalan sejarah, dari segi :
a. Estetika
b. Sejarah
c. Arsitektur
d. Ilmu Pengetahuansirkulasi dan parkir, ruang terbuka, pedestrian ways, pendukung kegiatan, penandaan, preservasi.
• Shirvani (1985), kriteria perancangan kota :kriteria terukur dan tak terukur
g
e. Sosial Budaya
f. Ekonomi
Indikator untuk mengidentifikasi kondisi kawasan yang mengalami penurunan vitalitas kawasan Kampung Peneleh
Arsitektur Kolonial • Handinoto (1996)
Arsitektur Jawa
mengalami penurunan vitalitas kawasan Kampung Peneleh.
• Berdasarkan kondisi fisik kawasan :‐Penggunaan lahan (land use)
‐Bentuk dan massa bangunan
‐Sirkulasi dan parkirArsitektur Jawa• Dakung (1982), Ismunandar (1986), bentuk rumah Jawa : panggangpe, kampung, limasan, joglo, tajug.
Konservasi Taman Bersejarah
‐Ruang terbuka kawasan
‐Jalur pedestrian
‐Pendukung kegiatan (activity support)
‐Penandaan (signage)
B d k k di i fi ik li tij
• Sifat Alami Taman• Pengelolaan• Rencana Konservasi
• Berdasarkan kondisi non fisik, yang meliputi :
a.Kondisi Sosial Budaya
b.Kondisi Ekonomi
Metode PenelitianPermasalahan Penelitian
Terjadinya penurunan vitalitas kawasan Kampung Peneleh
Metode Penelitian
Pendekatan penelitianTi l i hi t i d t fi
Tujuan Penelitian Merevitalisasi kawasan kampung Peneleh sebagai tujuan wisata heritage berdasarkan seberapa jauh penyalahgunaan yang terjadi dari kondisi eksisting.
Tipologi, historis, dan topografi
Jenis PenelitianPenelitian kualitatif dengan metode
Pengumpulan DataData PrimerData Sekunder
deskriptif
Tahapan Penelitiana.Pengumpulan data
Penyajian Data
Analisa Data
g pb.Penetapan obyek dan nilai bangunanc.Penentuan respondend.Penyajian datae Tahap analisa data
Analisa keberadaan bangunan-bangunan tua, obyek-obyek peninggalan sejarah/ potensi yang ada dan yang masih bisa berfungsi sebagaimana awalnya.Analisa identifikasi komponen yang mengalami penurunan vitalitas pada kawasan Kampung Peneleh
e.Tahap analisa dataKriteria Desain
Revitalisasi Kawasan Kampung Peneleh
Desain Revitalisasi Kawasan Kampung
Peneleh
Analisa Identifikasi Obyek Peninggalan
1866 1905 2012
Kampung PenelehHunianBekas RT HOS Tjokroaminoto Jl. Achmad Jaiz
S i K lij
Toko mbuku kuno PenbelehMasjid Jami’ Peneleh
Kampung PlampitanHunian
Sungai Kalimas
Jl. Undaan KulonGed. Kursus Bahasa TionghoaPanti Werdha UsiaHunian
Rumah masa kecil Roeslan Abdulgani
Jl. Makam PenelehMakam kuno Belanda
Panti Asuhan UndaanRS. Mata Undaan
Analisa Identifikasi Komponen Yg Mengalami P Vit litPenurunan Vitalitas
No Indikator (kondisi fisik) PenangananNo. Indikator (kondisi fisik) Penanganan
1. Penggunaan Lahan Tingkat Tinggi No. Indikator (kondisi non fisik)
Penanganan
1. Kondisi Ekonomi Tingkat Tinggi2. Bentuk dan Massa
BangunanTingkat Tinggi
3. Sirkulasi dan parkir Tingkat Tinggi
1. Kondisi Ekonomi Tingkat Tinggi
2. Kondisi Sosial Budaya Tingkat Sedang
4. Ruang Terbuka kawasan Tingkat Tinggi
5. Jalur Pedestrian Tingkat Tinggi
6. Pendukung Kegiatan Tingkat Tinggi
7 Penandaan Tingkat Tinggi7. Penandaan Tingkat Tinggi
Perancangan Kawasan
1.Area kawasan kampung Peneleh
Diperlukan elemen‐elemen linkage (penghubung) dari satu kawasansatu ke kawasan lain yang membantu orang untuk mengerti fragmen‐fragmen kota sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar.fragmen kota sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar. (Zahnd, 1999)Kriteria : Keterhubungan antara obyek wisata harus jelas dan mengarah ke semua potensi yang ada.Konsep : Menggunakan elemen fisik seperti jalur pedestrian dan pohon sebagai sarana penghubung antar obyek.Membuat jalur baru sebagai penghubung antar obyek wisata, dengan syarat tidak mengganggu obyek peninggalan yang dilestarikan.
Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki pada kawasan wisata Kampung Peneleh
Gerbang Keluar/ Masuk
Penggunaan elemen pohon dan pedestrian ways sebagai sarana penghubung di dalam kawasan.
Keterangan :
Obyek Peninggalan Utama
Obyek Peninggalan Penunjang
Gerbang Masuk
e u ja g
Untuk kendaraan :Gerbang masuk untuk kendaraan direncanakan pada Jl. RMHSoejono arah dari Jl. Undaan Kulon karena menyesuaikan
U t k j l k ki
Gerbang Keluar
jalur lalu lintas yang sudah ada sebelumnya. Sedangkangerbang keluar untuk kendaraan direncanakan pada JembatanPeneleh yang menuju ke arah Jl. Gemblongan/ Jl. AchmadJaiz ke arah Jl. Undaan Kulon (khusus bus wisata/ kendaraanberukuran besar harus memutar kembali melewati Jl. AchmadJaiz). Masing-masing sirkulasi jalan menggunakan satu jalursaja untuk mengurangi masalah sirkulasi yang terjadi
Model 1:1-2-3-4-5-6-7-8-9-10
Model 2 :6-7-8-9-10-1-2-3-4-5
Untuk pejalan kaki :Sirkulasi pejalan kaki berupa pedestrianways di sepanjang sirkulasi kendaraandimana bisa juga masuk ke area dalamkampung (ditunjukkan pada garis merahukuran lebih kecil).
saja untuk mengurangi masalah sirkulasi yang terjadi(ditunjukkan pada garis merah tebal putus-putus).
Jalur Pedestrian
Teori/ Kebijakan terkait :Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum No. 032/T/BM/1999 Lampiran No. 10 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 p p g / / /Tanggal 20 Desember 1999.
Kriteria :Jalur pedestrian harus mengutamakan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan termasuk untuk para penyandang cacat.
KKonsep :‐ Jalur p[edestrian dirancang dengan dengan lebar min 1.8 m agar penyandang cacat/ pengguna kursi roda dapat bergerak dengan nyaman.‐ Penggunaan elemen perabot jalan (vegetasi, tempat sampah, lampu jalan dll) untuk kenyamanan para pengguna jalan.
Area bangunan Sirkulasi
Pejalan kaki(min 1.8 m)
Sirkulasi kendaraan
Perabot jalan/ taman
Area depan bangunan
Dimensi kebutuhan ruang untuk penyandang cacat
Pemanfaatan bagian atas saluran drainase untuk jalur pedestrian.
Ubin pemandu untuk penyandang tuna netra dan contoh aplikasinya.Tekstur garis untuk pengarah, tekstur bulat (dot) sebagai peringatan.
2. Area Permukiman Kampung Peneleh
Teori terkait :‐ Sasaran konservasi (Budihardjo, 1989)‐ Elemen‐elemen Urban Design (Shirvani 1985)
Kriteria :Untuk obyek peninggalan : menampilkan wajah dari obyek peninggalanUntuk bangunan baru : Pembangunan bangunan baru harus selaras bentuk dan
tampilannya dengan obyek peninggalan yang dilestarikantampilannya dengan obyek peninggalan yang dilestarikan.
Konsep :‐ Mengekspose tampak bangunan peninggalan dengan menghilangkan elemen‐
elemen yang menutupi façade (seperti : pepohonan, papan reklame dll).‐ Pada bangunan baru, penggunaan bentuk atap sesuai tipologi yang ada (atap
l / i i) b k d i d j d l d d d i /pelana/ atap perisai), bukaan daun pintu dan jendela dengan dua daun pintu/ jendelaj dan jenis rangkap
Penggunaan daun jendela dan pintu utama jenis rangkap. Daun pintu/ jendela pada lapis luar menggunakan bahan panil kayu masif. Sedangkan daun pintu/ jendela lapis dalam dapat menggunakan bahan kayu masif yang dipadukan dengan bahan kaca transparan. Untuk menambah estetika bisa y y g p g pdigunakan daun pintu/ jendela berkisi/ krepyak.Untuk kesan praktis, dapat digunakan daun pintu/ jendela tanpa rangkap asalkan masih terdiri dari dua daun di setiap bukaannya, karena ini masih mengadopsi tipologi dari bentuk pintu/ jendela pada arsitektur Jawa.
Pemakaian bahan atap (dari seng) yang tidak
l d li kPemakaian bentuk atap rumah
id k l d
Pemakaian elemen bukaan modern yang kurang memperhatikan tipologi bukaan
Pemakaian bentuk atap rumah (atap datar) yang tidak
selaras dengan lingkungan sekitar.
yang tidak selaras dengan lingkungan.
p glingkungan sekitar.
rumah (atap datar) yang tidak selaras dengan lingkungan sekitar.
Pemakaian elemen dekoratif pagar yang kurang memperhatikan keselarasanmemperhatikan keselarasan sekitar.
Eksisting Permukiman Kampung Peneleh
Bentuk atap diganti dengan bentuk atap kampung agar
Pemakaian bahan atap dari seng diganti dengan bahan genteng agar mencerminkan kelokalan dan keselarasan dengan lingkungan.
Bentuk atap diganti dengan bentuk atap limasan agar selaras dengan lingkungan.
p p g gselaras dengan lingkungan.
Pemakaian elemen dekoratif pagar diganti dengan unsurpagar diganti dengan unsur vertikal agar selaras dengan lingkungan sekitar.
Arahan Street Picture Permukiman Kampung Peneleh
Ruang Terbuka Kawasan dan Sirkulasi Pada Permukiman Kampung Peneleh
Teori/ kebijakan terkait :Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka HijauTerbuka Hijau.
Kriteria :Ruang terbuka kawasan kampung Peneleh yaitu koridor gang yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan ruang terbuka publik harus dapat dimanfaatkan semaksimal dan senyaman mungkin.
Konsep 1 :‐Menempatkan elemen ruang terbuka seperti vegetasi yang berfungsi sebagai :peneduh (kiara payung), penyerap polusi udara (snake plant, palem kuning, sri rejeki), penambah nilai estetika (puring, mawar, kembang sepatu, bougenville).‐ Karena terbatasnya lahan, tanaman ditempatkan di dalam pot sebagai media tumbuhnya dengan peletakkan pot di atas tanah atau pot gantung di permukaan dinding yang kosong.‐ Khusus untuk vegetasi peneduh dipilih bentuk tanaman yang ramping dan tidak terlalu rimbun dengan peletakan di batas dinding antar bangunan agar tidak menutupi tampak bangunan. Lokasi Koridor Gang
Bangunan Rumah Koridor Gang
Tanaman Pot Lampu Jalan
Konsep Koridor Gang Kampung PenelehVisualisasi Koridor Gang Kampung Peneleh
Konsep 2 :
Menggunakan penutup tanah (hardscape) dari bahan yang ramah lingkungan yang dapat menyerap air hujan dan tidak memantulkan panas, misal : paving stone, grass block.
Keterangan :
Sk tik A h Si M t h i
Paving Stone
Skematik Arah Sinar Matahari
Skematik Air Hujan
Konsep Perkerasan dan ContohH d P d P t T hKoridor gang Hardscape Pada Penutup TanahArea Bangunan Area BangunanKoridor gang
sekaligus sbg ruang terbuka pada kampung
Penandaan Pada Kawasan Permukiman Kampung Peneleh
Teori terkait :
Penandaan dengan berbagai bentuknya perlu diatur dan ditata agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kompetisi antar reklame, dan juga mencegah polusi tampilan visual kota (Shirvani, 1985)
Kriteria :
Penandaan yang ada harus jelas, informatif dan estetis dengan desain yang sesuai agar dapat meningkatkan karakter kawasan.
Konsep :
Bentuk gapura kampung menggunakan gaya arsitektur Jawa, bentuk atap “kampung” dengan material kayu.
Kondisi Eksisting Penandaan Pada Kampung Peneleh
Konsep Bentuk dan Visualisasi Gapura Gang Kampung Peneleh
3. Area Makam Kuno Belanda
Bentuk dan Massa Bangunan/ Obyek Peninggalan
Hasil analisa :Tabel 5.6 Hasil Evaluasi Kondisi Fisik Obyek Peninggalan (obyek makam kuno Belanda).
Kriteria :l b k l d k h l b h kTampilan obyek peninggalan pada makam harus lebih tereskpose
di dalam kawasan.
Konsep : Mengembalikan tampilan obyek makam sesuai/ mendekati wujud aslinya seperti :aslinya, seperti :‐ Penutupan pada makam‐makam yang berlubang.‐ Penggantian/ pembuatan kembali bagian obyek makam (patung‐patung atau elemen lainnya) yang telah hilang sesuai bentuk dan tampilan aslinya (paling tidak mendekati kondisi aslinya).‐Memperbaiki obyek makam yang telah rusak.
Kondisi Eksisting Obyek Makam Kuno BelandaMemperbaiki obyek makam yang telah rusak.
‐ Penggantian pagar sekeliling makam yang sekarang dengan desain pagar yang menyerupai aslinya.‐ Pengecatan kembali seluruh obyek makam dengan warna dan tampilan sesuai aslinya.
Contoh Bentuk Obyek Makam
Ruang Terbuka kawasan
Teori/ kebijakan terkait :Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka HijauPeraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Kriteria :Ruang Terbuka Kawasan harus berdasar pada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Konsep 1 : Sebagai ruang terbuka hijau maupun kawasan publik, maka vegetasi yang digunakan pada area makam adalah vegetasi yang berfungsi sebagai : peneduh (pohon Flamboyan, bintaro), penyerap polusi udara (kembang sepatu), penambah nilai estetika (puring, mawar, kembang sepatu, bougenville), penutup tanah (rumput gajah mini, rumput peking).
Area Makam Antara obyek makam dan area sirkulasi dapat ditanam tanaman perdu sebagai penyerap polusi dan penambah nilai estetika.
Area Makam
Sirkulasipenambah nilai estetika.
Area Makam
Karena letak makam yang tidak terlaluKeterangan :
Area tanaman perdu/ semakKarena letak makam yang tidak terlalu rapat, maka dapat ditanam vegetasi peneduh di sela-sela makam yang ada.
Area tanaman perdu/ semak
Area tanaman peneduh (pepohonan)
Konsep 2 :
‐ Untuk sirkulasi jalan setapak menggunakan penutup tanah (hardscape) dari bahan yang
Keterangan :
Skematik Arah Sinar Matahari( p ) y gramah lingkungan, seperti : dapat menyerap air hujan dan tidak memantulkan panas, misal : paving stone, grass block.
‐ Jalur pedestrian pada makam
Paving Stone
Skematik Air Hujan
dipilih warna kemerahan agar senada dengan vegetasi peneduh (pohon flamboyan) dan bisa menonjolkan obyek makam yang didominasi warna putih/ pucat. S l i it j bi l bih h
contoh paving stone dengan tanaman rumput dan lumut
Selain itu juga bisa lebih ramah terhadap pengunjung karena dapat mengurangi kesan seram suasana makam.
Konsep 3 :
‐ Adanya elemen tempat duduk sebagai fasilitas beristirahat pengunjungberistirahat pengunjung.
‐ Adanya lampu taman sebagai penerang dan estetika.
‐ Elemen taman menggunakan material
Makam
Jalan Setapak
Bentuk lampu mengadopsi bentuk topi khas Belanda jaman dulu dengan kombinasi ornamen lengkungan dengan material besi tempa seperti menggunakan material
dan desain yang selaras obyek makam yang ada.
Street Furniture (bangku, lampu taman, tempat sampah)
ornamen yang terdapat pada pagar makam. Sedangkan kursi taman menggunakan material kombinasi bahan kayu dan besi tempa.
Penandaan Pada Area Makam kuno Belanda
Teori/ Kebijakan terkait :
Penandaan dengan berbagai bentuknya perlu diatur dan ditata agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif, mengurangi kompetisi antar reklame, dan juga mencegah polusi tampilan visual kota (Shirvani, 1985).
Kriteria :
Penandaan yang ada harus jelas, informatif dan estetis dengan desain yang sesuai agar dapat meningkatkan karakter kawasan. Kondisi Eksisting
Bentuk Gapura
Konsep :
Bentuk gapura makam mengacu pada bentuk pintu gerbang masa lalu.
Bentuk Gapura Makam Peneleh
Konsep Desain Bentuk Gapura Makam PenelehBentuk Gapura Makam Peneleh Masa Kolonial
4. Area Sekitar Sungai Kalimas
Teori/ kebijakan terkait :Perda Kota Surabaya No. 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Kawasan hijau rekreasi kota
Kriteria :Penggunaan lahan sempadan sungai Kalimas diperuntukkan sebagai kawasan hijau rekreasi kota.
Konsep : ‐Adanya transportasi wisata berupa perahu dengan rute Jembatan Peneleh ‐ JembatanAdanya transportasi wisata berupa perahu dengan rute Jembatan Peneleh Jembatan Petekan.‐ Adanya fasilitas bangku taman untuk istirahat/ rekreasi.‐ Vegetasi yang ditanam memenuhi fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi udara dan suara, dan penambah nilai estetika.‐ Pengalokasian PKL sebagai fasilitas pendukung rekreasi.‐ Penerapan Jl. Achmad Jaiz dengan sistem jalan semi pedestrian dengan sistem parkir mobil
Sungai Kalimas
p g j p g ppararel.
Area PKLArea Parkir Sepeda
Pos Perahu WisataPedestrian Sungai
Pedestrian Jalan
Bangunan
Visualisasi Area Sekitar Sungai Kalimas – Jl. Peneleh
Penutup
Kesimpulan :1. Kawasan Kampung Peneleh memiliki banyak potensi yang sebagian besar
merupakan pusaka kota, seperti rumah tinggal/ bangunan peninggalan 4. Pemanfaatan potensi obyek peninggalan dengan
tindakan revitalisasi kawasan yang mengarah ke j i h i dih k d j di
p p , p gg / g p ggdengan arsitektur kolonial & Jawa dan area makam kuno Belanda.
2. Dengan menggunakan gabungan metode tipologi‐morfologi dan sinkronik‐diakronik reading, diperoleh beberapa indikator yang secara garis besar bisa diidentifikasi bahwa kawasan Kampung Peneleh ini memerlukan upaya penanganan dengan tingkat penurunan vitalitas yang tinggi dan sedang.
3. Adapun kriteria penanganan pada setiap indikator adalah sebagai berikut :
tujuan wisata heritage, diharapkan dapat menjadi salah satu aset pariwisata di kawasan Kota Surabaya.
5. Tindakan revitalisasi tersebut adalah adanya linkage antar obyek peninggalan, revitalisasi makam kuno Belanda, dan area sekitar Sungai Kalimas sebagai kawasan hijau rekreasi kotaKalimas sebagai kawasan hijau rekreasi kota.
Saran :1. Mengingat pelaksanaan revitalisasi nantinya
melibatkan semua pihak, terutama masyarakat yang bertempat tinggal dan yang beraktivitas diyang bertempat tinggal dan yang beraktivitas di kawasan Kampung Peneleh, maka sangat perlu adanya pertimbangan dan partisipasi masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan untuk rancangan skematik yang telah dijabarkan di atas, merupakan awal dari pelaksanaan revitalisasi yang tentu saja perlu pertimbangan dan pengkajian lebih lanjut.
2. Revitalisasi sebagai tujuan wisata heritage ini diharapkan bisa menjadi sarana kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya, pihak swasta, dan masyarakat lokal dalam penciptaan lapangan k j d t b h h i d tkerja, mendorong tumbuhnya home industry, peningkatan pendapatan daerah dan kalangan investor.
Terima kasih…Terima kasih…