revisi_k3_t2_psc
DESCRIPTION
Statutory Regulations assignmentTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper dengan
judul “Port State Control, Based on Tokyo MoU” tepat pada waktunya.
Paper ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyusun paper ini.
Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari sempurna. Karena tidak ada manusia yang diciptakan sempurna sehingga penulis
hanya dapat memberikan yang terbaik dari yang terbaik. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun dari para pembaca yang
sekiranya dapat menyempurnakan makalah ini dan sebagai pedoman penulis dalam
melangkah ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Amin.
Akhir kata, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Surabaya, 23 September 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................5
1.2. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II. PORT STATE CONTROL..........................................................................................6
2.1. Pengertian Port State Control.........................................................................................6
2.2. Landasan Hukum Port State Control..............................................................................6
2.3. Tugas Port State Control................................................................................................6
2.4. Kerjasama Antara Flag State dan Port State..................................................................7
2.5. Peran Organisasi Internasional.......................................................................................7
2.5.1. International Maritime Organization (IMO)...........................................................7
2.6. Struktur Dari PSC MoU.................................................................................................8
2.7. Pihak Yang Berhak Untuk Melaksanakan Port State Control........................................8
2.8. Survei, Verifikasi dan Sertifikat.....................................................................................8
2.8.1. Survei dan Verifikasi...............................................................................................8
2.8.2. IMO Konvensi, Kode dan Instrumen Lainnya........................................................9
2.8.3. Sertifikat dan dokumen...........................................................................................9
2.9. Prosedur Inspeksi, Perbaikan dan Penahanan..............................................................10
2.9.1. Prosedur Pemeriksaan...........................................................................................10
2.9.2. Pemilihan Kapal Untuk Pemeriksaan....................................................................10
2.9.3. Jenis Pemeriksaan.................................................................................................11
2.10.Kekurangan, Penahanan dan Perbaikan.......................................................................11
2.10.1. Detention (Penahanan Kapal)................................................................................12
2.10.2. Kriteria Untuk Penahanan.....................................................................................13
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................14
3.1. Simpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh Detention List Pada Tokyo MoU on Port State Control............................14
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada transportasi laut, keselamatan bagi kapal, awak kapal dan penumpang adalah sebuah hal yang
sangat penting. Disamping itu, kestabilan lingkungan laut dan pelabuhan juga menjadi hal yang kalah
pentingnya. Peraturan-peraturan yang mengatur mengenai hal tersebut sudah ada banyak. Kondisi kapal dan
peralatan yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan konvensi internasional, misalnya IMO, SOLAS,
MARPOL, dan lain sebagainya. Selain itu itu juga, kapal tersebut harus berawak dan dioperasikan sesuai
dengan hokum internasional yang berlaku.
Pada tahun 1978 sejumlah negara di Eropa setuju untuk melakukan audit apakah kondisi tenaga kerja
di atas kapal sudah sesuai dengan aturan ILO. Hal itu dilakukan setelah terjai peristiwa kecelakaan sebuah
kapal tanker Amoco Cadiz yang mengalami kandas di Portsall Rocks di pantai Breton Perancis. Pada tanggal
16 Maret 1978 kapal Amoco Cadiz mengangkut 227.000 ton minyak mentah mengalami kegagalan sistem
kemudi hingga mengakibatkan kandas. Semenjak kapal Amoco Cadiz tenggelam pada tahun itu, diputuskan
juga untuk adanya audit pada keselamatan dan juga polusi. Untuk tujuan ini, pada tahun 1982 pada Paris
Memorandum of Understanding (Paris MoU) disepakati untuk mendirikan Port State Control (PSC).
Port State Control (PSC) dibentuk bertujuan sebagai back up untuk flag state yang kurang baik
dalam mengawasi kapal-kapal mereka. Banyak konvensi IMO yang mengatur bahwa perlunya diadakan
inspeksi bagi kapal-kapal yang mengunjungi pelabuhan asing untuk memastikan bahwa kapal-kapal tersebut
memenuhi kersyaratan IMO. Inspeksi ini awalnya ditujukan sebagai back up untuk flag state. Namun setelah
diperhatikan PSC ini akan efektif jika dijalankan per-regional atau di bagi menjadi beberapa wilayah.
Merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah kapal untuk memnuhi persyaratan IMO agar dapat mengujingi
pelabuhan – pelabuhan di negara – negara tertentu..
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan port state
control, tugas dan prosedur serta tanggung jawab dari port state control officer.
5
BAB II. PORT STATE CONTROL
2.1. Pengertian Port State Control
Port State Control (PSC) adalah pemeriksaan kapal asing di pelabuhan nasional
lainnya oleh petugas PSC (inspektur) yang bertujuan untuk memverifikasi bahwa awak kapal,
kondisi, perlengkapan dan peralatan kapal serta sertifikat yang dibawa oleh kapal tersebut
sesuai dengan persyaratan konvensi internasional (misalnya SOLAS, MARPOL, STCW, dll).
Selain itu juga menunjukkan bahwa kapal tersebut berawak dan dioperasikan sesuai dengan
hukum internasional yang berlaku
2.2. Landasan Hukum Port State Control
Secara teknis konvensi IMO banyak yang berisi ketentuan untuk kapal yang akan
diperiksa ketika mereka mengunjungi pelabuhan asing untuk memastikan bahwa mereka
memenuhi persyaratan IMO. Inspeksi tersebut awalnya ditujukan untuk menjadi back up
pelaksanaan flag state, tetapi berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa mereka dapat
sangat efektif, terutama jika diselenggarakan secara regional. Sebuah kapal akan ke
pelabuhan di suatu negara biasanya akan mengunjungi negara-negara lain di kawasan sebelum
memulai perjalanan pulang dan itu adalah untuk keuntungan semua orang jika inspeksi dapat
erat terkoordinasi.
Hal ini memastikan bahwa sebanyak mungkin kapal diperiksa tetapi pada saat yang
sama mencegah kapal yang tertunda oleh inspeksi yang tidak perlu. Tanggung jawab utama
untuk standar kapal dimiliki oleh flag state, tetapi port state contol menyediakan "jaringan
pengamanan" untuk menangkap kapal-kapal yang dibawah standar.
IMO telah mendorong pembentukan organisasi port state control regional dan
perjanjian pada port state control - Memorandum of Understanding atau MoU - telah
ditandatangani mencakup seluruh lautan di dunia: Eropa dan Atlantik utara (Paris MoU), Asia
dan Pasifik (Tokyo MoU), Amerika Latin (Acuerdo de Viña del Mar), Karibia (Caribbean
MoU), Barat dan Afrika Tengah (Abuja MoU), wilayah Laut Hitam (Black Sea MoU);
Mediterania (Mediterranean MoU), Samudera Hindia (Indian Ocean MoU), dan Riyadh MoU.
2.3. Tugas Port State Control
Tugas PSC adalah untuk memastikan bahwa kapal memenuhi ketentuan dari
instrumen (peraturan) yang relevan didasarkan atas pemilik, master dan flag state. Beberapa
flag state gagal untuk memenuhi tugas mereka yang ada di dalam instrumen hukum
6
internasional yang telah disepakati karena ada beberapa kapal yang berlayar dalam
kondisi yang tidak aman, dapat mengancam kehidupan dan lingkungan laut. Port State
Control adalah serangkaian prosedur pemeriksaan untuk kapal-kapal yang tidak memenuhi
standar peraturan dari IMO.
Secara umum tugas dasar PSC adalah sebagai berikut :
• Tanggung jawab utama untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam konvensi
maritim internasional terletak pada pemilik kapal / operator; tanggung jawab untuk
memastikan kepatuhan dari kapal tersebut tersebut tetap berdasarkan Flag State.
• Negara-negara anggota di masing-masing MOU telah menyetujui untuk memeriksa
perkiraan persentase dari jumlah kapal asing yang mengunjungi pelabuhan di negara
tersebut.
• Konvensi IMO dan ILO memberikan dasar untuk inspeksi berdasarkan Paris MOU.
• Umumnya tidak akan diperiksa dalam waktu enam bulan setelah pemeriksaan sebelumnya
dalam pelabuhan yang ada di MoU, kecuali ada alasan khusus yang jelas untuk
pemeriksaan.
• Segala cara yang memungkinkan akan dicoba untuk menghindari penahanan kapal yang
terlalu lama.
• Pemeriksaan umumnya dilakukan tanpa pemberitahuan.
2.4. Kerjasama Antara Flag State dan Port State
Tanggung jawab utama terletak pada flag state. Namun, dengan berbagai alasan
beberapa flag state tidak mampu memenuhi peraturan yang sesuai dengan konvensi
mengakibatkan adanya kapal-kapal yang di bawah standar. Karena itu, kerjasama antara flag
states dan port states perlu dikembangkan.
2.5. Peran Organisasi Internasional
2.5.1. International Maritime Organization (IMO)
Beberapa konvensi IMO berisi peraturan yang memungkinkan pemerintah untuk
memeriksa kapal-kapal asing yang mengunjungi pelabuhan mereka untuk memastikan bahwa
kapal tersebut memenuhi peraturan internasional (terutama IMO). Hal ini memerlukan suatu
kerjasama dalam hal administrasi serta tim surveyor dan inspektur. Meskipun memang
memerlukan biaya yang cukup mahal. Tapi, dengan menggabungkan dengan negara-negara
lain untuk membentuk Regional Port
7
State Control, biaya yang diperlukan dapat dikurangi dan dapat meningkatkan efektivitas
program ini.
Perjanjian regional pertama diadakan di Eropa Barat pada tahun 1982 melalui Paris
Memorandum of Understanding on Port State Control. Sejak saat itu perjanjian regional
serupa telah diadakan di Amerika Latin, Asia Pasifik, Karibia, Mediterania dan yang paling
baru di Afrika Barat dan Tengah.
2.6. Struktur Dari PSC MoU
Badan eksekutif dari PSC MOU adalah Port State Control Committee. Hal ini terdiri
dari wakil-wakil dari peserta otoritas maritim dan European Commission. Port State Control
Committee mengadakan pertemuan sekali setahun, atau jika diperlukan.
Perwakilan dari Organisasi Maritim Internasional (IMO), Organisasi Buruh
Internasional (ILO) dan European Commission berpartisipasi sebagai pengamat dalam
pertemuan Port State Control Committee, serta perwakilan dari beberapa bekerja sama
otoritas maritim. Yang dibahas biasanya masalah tentang kebijakan, keuangan dan
administrasi dan dibantu oleh badan-badan teknis yang ditetapkan dalam organisasi.
2.7. Pihak Yang Berhak Untuk Melaksanakan Port State Control
Port State Control dilakukan oleh Port State Control Officer (PSCO). PSCO adalah
orang yang berwenang untuk melakukan inspeksi sesuai dengan MOU dan instrumen yang
relevan, oleh otoritas maritim Port State dan bertindak di bawah otoritas tersebut. Semua
PSCO membawa kartu identitas yang dikeluarkan oleh otoritas maritim mereka. Seminar
pelatihan untuk PSCOs diselenggarakan untuk memastikan prosedur pemeriksaan yang efektif
dan harmonis, yang diikuti seluruh daerah MOU ini. Seminar-seminar untuk memastikan
bahwa para PSCO mengetahui perkembangan teknis dan amandemen dari MoU.
2.8. Survei, Verifikasi dan Sertifikat
2.8.1. Survei dan Verifikasi
Semua kapal harus disurvei dan diverifikasi oleh petugas administrasi negara atau
organisasi yang diakui (ROs) / organisasi keamanan yang diakui (RSOS) / surveyor
yang diangkat sehingga sertifikat yang relevan bisa dikeluarkan untuk menetapkan
bahwa kapal dirancang, dibangun, dipelihara dan dikelola sesuai dengan persyaratan
Konvensi IMO, Codes dan instrumen lainnya.
8
2.8.2. Konvensi, Codes dan Instrumen Lainnya
1. Konvensi:
SOLAS, MARPOL, Loadlines, Tonnage 69, colreg 72, Konvensi AFS 2001 dan
sebagainya;
2. Kode (Codes):
ISM, ISPS, HSC 1994/2000, IBC / BHC, IGC / GC, MODU, SPS codes dan
sebagainya;
3. Instrumen lainnya:
Implementasi global dan seragam dari Harmonized System of Survey and Certification
(HSSC) (resolution A.883(21))
Pedoman Survei berdasarkan Harmonized System of Survey and Certification (HSSC)
2011 (resolution A.1053 (27), yang diamandemen dengan A.1076 (28))
Kode Internasional pada program inspeksi survei lanjutan dari kapal curah dan kapal
tanker minyak, 2011 (2011 ESP Kode) (resolution A.1049 (27), yang telah
diamandemen)
Survei dan inspeksi kapal penumpang ro-ro (resolusi A.794 (19))
Revisi Pedoman pelaksanaan Manajemen Keselamatan Internasional (ISM) Code oleh
Administrasi/ pemerintahan (resolusi A.1071 (28))
Petunjuk Praktis pada kontrol dan kesesuaian ukuran-ukuran untuk meningkatkan
keamanan maritim (MSC.159 (78))
Dan sebagainya.
2.8.3. Sertifikat dan dokumen
Sertifikat dan dokumen yang diperlukan untuk dibawa di atas kapal yang terdaftar di
FAL.2 / Circ.127-MEPC.1 / Circ.817-MSC.1 / Circ.1462, yang diterbitkan pada 1 Juli
2013 dan secara rutin diperbarui.
Sertifikat dan dokumen, yang diterbitkan oleh petugas administrasi negara atau ROs /
RSOS / surveyor yang berwenang untuk tujuan tersebut tunduk pada pemeriksaan
yang dilakukan oleh Port State Control Officer (PSCO). Pelaporan pembebasan di
bawah instrumen IMO wajib dilakukan oleh administrasi negara, serta penyediaan
spesimen sertifikat, diatur menggunakan GISIS module on Survey and Certification
yang dapat diakses oleh member (resolution A.1074(28) dalam notification and
circulation via GISIS).
9
2.9. Prosedur Inspeksi, Perbaikan dan Penahanan
Sebagai implementasi dari Memorandum ini, Otoritas akan melakukan inspeksi-
inspeksi yang terdiri dari, mengunjungi kapal untuk mengecek kelengkapan sertifikat-
sertifikat dan dokumen-dokumen. Selanjutnya Authorities akan mengecek secara detail
kondisi kapal sepenuhnya, keadaan awak kapal, perlengkapan-perlengkapan, ruang mesin dan
akomodasi serta higienitas di kapal tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
Jika ada sertifikat-sertifikat penting yang hilang atau jika keadaan kapal, awak kapal,
atau perlengkapan-perlengkapan yang ada di kapal tersebut tidak memenuhi ketentuan yang
ada dan jika kapten kapal atau awak kapal tersebut tidak mempedulikan prosedur yang
berhubungan dengan keselamatan kapal atau pencegahan pencemaran akan ada sanksi khusus
yang dikenakan dan akan dilakukan inspeksi yang lebih detil berdasarkan manual
2.9.1. Prosedur Pemeriksaan
Port State Control di atas kapal biasanya dimulai dengan pemeriksaan dokumen-
dokumen berikut:
Sertifikat Tonase Internasional;
Sertifikat Loadline Internasional;
Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang;
Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal;
Sertifikat Keamanan Perlengkapan Kapal ;
Sertifikat Radio Keselamatan Kapal
Sertifikat Keselamatan Angkutan Kapal
Sertifikat Manajemen Keselamatan
Sertifikat Keamanan Kapal Internasional
Informasi Stabilitas;
Informasi Penanganan Muatan;
Manual/Tata Cara Pengamanan Barang/ Muatan
Dokumen tentang Minimal Awak Kapal;
Sertifikat untuk master, petugas atau penilaian;
Sertifikat Pencegahan Pencemaran Minyak Internasional;
Sertifikat Internasional untuk Pengangkutan Bahan Beracun Cair;
Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran dari Pembuangan Kapal;
Sertifikat Internasional Pencegahan Polusi Udara;
10
International Anti-fouling System Certificate;
Oil Record Book;
Shipboard Oil Pollution Emergency Plan;
Garbage Management Plan;
Garbage Record Book; dan sebagainya
Jika ada sertifikat atau dokumen yang tidak sah atau jika ada 'dasar-dasar yang kuat’
untuk percaya bahwa kondisi kapal, peralatan atau ABK di kapal tersebut tidak memenuhi
persyaratan konvensi yang relevan, inspeksi yang lebih rinci akan dilakukan.
Jika kapal tersebut dinyatakan memenuhi, maka PSCO akan mengeluarkan laporan
inspeksi ke master kapal. Selanjutnya, data dari kapal masing-masing dan hasil
pemeriksaan akan disimpan pada database komputer pusat MOU ini.
Berikut ini adalah contoh "dasar-dasar yang kuat" :
• Sebuah laporan atau pemberitahuan oleh Otoritas lain;
• Laporan atau pengaduan oleh master, anggota kru, atau setiap orang atau organisasi
dengan kepentingan yang jelas dalam pengoperasian kapal, kecuali jika Otoritas
Pelabuhan menganggap complain tersebut tidak berdasar dan tidak perlu ditindaklanjuti.
• Kapal dituduh dugaan pelanggaran ketentuan pembuangan zat-zat atau limbah
berbahaya;
• Kapal mengalami tabrakan atau kerusakan dalam perjalanan ke pelabuhan;
• Pembuangan emisi yang berbahaya tidak diikuti dengan prosedur pembatalan yang
tepat;
• Kapal telah diidentifikasi sebagai prioritas untuk pemeriksaan;
• Kapal ini mengibarkan bendera dari pihak yang tidak relevan.
Selanjutnya, kontrol pada kepatuhan dengan persyaratan operasional kapal dapat
dimasukkan dalam prosedur pengendalian, terutama jika PSCO memiliki alasan yang kuat
bahwa kapal tersebut tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada.
2.9.2. Pemilihan Kapal Untuk Pemeriksaan
Setiap hari sejumlah kapal akan dipilih untuk diinspeksi oleh Port State pada suatu
wilayah. Dalam memilih kapal untuk inspeksi Otoritas akan memberikan prioritas
kepada:
1. Kapal yang telah dilaporkan oleh otoritas lain;
2. Kapal yang telah menjadi subyek dari laporan atau pengaduan oleh kapten,
anggota kru, atau orang lain atau organisasi dengan alasan keselamatan operasi
11
kapal, kapal hidup dan kondisi atau pencegahan polusi kerja, kecuali Otoritas yang
bersangkutan tidak menemukan masalah yang dilaporkan.
3. Kapal yang telah diizinkan untuk meninggalkan pelabuhan suatu negara, yang
sedang dikenai defisiensi dan harus diperbaiki dan disurvei kembali dalam jangka
waktu yang telah ditentukan
4. Kapal yang telah dilaporkan oleh pilot atau otoritas pelabuhan sebagai memiliki
kekurangan yang mungkin merugikan navigasi yang aman mereka;
5. Kapal yang mengangkut barang-barang berbahaya atau polusi, yang tidak
melaporkan semua informasi yang detail mengenai keterangan umum kapal dan
hal-hal mengenai barang yang diangkut dan dampak-dampaknya bagi lingkungan
2.9.3. Jenis Pemeriksaan
a. Secara umum :
Sertifikat & Dokumen (Crew dan kondisi kapal termasuk ruang mesin dan akomodasi
memenuhi standar internasional)
b. Secara detil :
Dalam sertifikat / dokumen yang tidak valid atau dasar-dasar yang kuat bahwa kondisi
kapal tidak memenuhi standar internasional yang diperpanjang sekali setahun. Kapal-
kapal yang diinspeksi adalah:
• Kapal Penumpang
• Kapal Tanker Gas dan Bahan Kimia, yang umurnya lebih dari 10 tahun
• Bulk carriers, yang umurnya lebih dari 12 tahun
• Kapal Tanker Minyak, yang umurnya 5 tahun atau kurang berdasarkan pertama kali
beroperasi sesuai dengan MARPOL 73/78
2.10. Kekurangan, Penahanan dan Perbaikan
Ketika kekurangan yang ditemukan selama pemeriksaan dan tindakan yang sesuai,
diisi pada laporan inspeksi. Beberapa contoh tindakan yang diambil adalah kapal akan ditahan
dan kapten/master diminta untuk memperbaiki kapal sebelum berlayar.
Pada prinsipnya, semua kekurangan harus diperbaiki sebelum keberangkatan kapal.
Berikut ini adalah kriteria utama untuk penahanan kapal:
• Kapal yang tidak diperbolehkan untuk melaut akan ditahan pada pemeriksaan pertama,
tidak peduli berapa lama waktu kapal ini dijadwalkan tinggal di pelabuhan;
• Kekurangan kapal yang sangat serius harus diperbaiki sebelum kapal berlayar.
12
Kekurangan yang ada jelas berbahaya bagi keselamatan, kesehatan atau lingkungan,
Otoritas Maritim akan memastikan bahwa kekurangan tersebut diperbaiki sebelum kapal
diperbolehkan untuk melanjutkan ke laut dan untuk tujuan ini mereka akan menahan kapal
atau mengeluarkan larangan yang sah untuk kapal tersebut dapat melanjutkan operasi. Flag
State akan segera diberitahu jika kekurangan tidak dapat diperbaiki di pelabuhan tempat kapal
tersebut berlabuh, otoritas maritim memungkinkan kapal untuk melanjutkan ke port lain.
Dalam hal ini pemeriksaan tindak lanjut akan biasanya dilakukan di pelabuhan
masing-masing ini. Dalam hal penahanan kapal, yang PSCO akan mencatat informasi tentang
pemilik atau operator kapal pada saat penahanan. Master kapal akan diminta tanda tangan
untuk mengkonfirmasi informasi ini. Ketika kapal telah ditahan semua biaya yang timbul oleh
Port State untuk memeriksa kapal akan dibebankan kepada pemilik atau operator kapal atau
wakilnya.
Penahanan tidak akan dicabut sampai pembayaran penuh telah dibuat atau jaminan
yang memadai telah diberikan untuk penggantian biaya. Pemilik atau operator kapal memiliki
hak banding terhadap keputusan penahanan yang diambil oleh otoritas Port State. Pada
kesimpulan dari pemeriksaan, master kapal akan diberikan dokumen yang menunjukkan hasil
inspeksi dan rincian dari setiap tindakan perlu diambil.
2.10.1. Detention (Penahanan Kapal)
Dari kontrol awal dan pemeriksaan yang rinci meliputi kondisi keseluruhan kapal dan
perlengkapannya, juga keadaan ABK dan lingkungan kerja ABK yaitu kapal itu sendiri tidak
memenuhi standar. Pihak Otoritas berhak menahan kapal sampai pihak yang bertanggung
jawab telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa kapal
sesuai dengan persyaratan/ instrumen yang relevan.
Di bawah Port State Control (PSC), pemeriksaan kapal di pelabuhan akan diambil
oleh Port State Control Officer (PSCO). Annual report Paris MoU melaporkan total 74.713
kekurangan dicatat selama inspeksi PSC pada tahun 2007 kekurangan ini mengakibatkan
1.250 penahanan pada tahun yang sama. Penahanan kapal adalah tindakan terakhir dari PSCO
yang telah menemukan kekurangan pada kapal.
Tahapan penahanan kapal yang memiliki kekurangan oleh PSCO adalah sebagai berikut,
1. Kekurangan dapat diperbaiki dalam waktu 14 hari untuk pelanggaran ringan
2. Dalam kondisi tertentu, kekurangan dapat diperbaiki ketika kapal tiba di pelabuhan
berikutnya
3. Kekurangan harus diperbaiki sebelum kapal dapat berangkat pelabuhan;
13
4. Penahanan kapal
2.10.2. Kriteria
Untuk
Penahanan
Kriteria utama untuk penahanan adalah bahwa kapal tersebut dianggap tidak
aman untuk melanjutkan perjalanan dan kekurangan pada kapal tersebut dianggap
serius oleh inspektur.
Kekurangan ini harus diperbaiki sebelum kapal berlayar lagi. Dalam annual report
Paris MoU menyatakan bahwa kekurangan utama adalah,
1. Certification of crew
2. Safety
3. Maritime Security
4. Marine Pollution and Environment
5. Working and Living Condition
6. Operational
7. Management
Kekurangan-kekurangan ini adalah perhatian yang paling umum dari PSCO. Ketika
kekurangan ini jelas berbahaya bagi keselamatan, kesehatan, atau lingkungan, PSCO
akan memperbaiki bahaya ini sebelum kapal bisa berlayar atau menahan kapal atau
bahkan mengeluarkan larangan resmi kapal untuk beroperasi. Kekurangan ini
disebabkan oleh diri sendiri, dalam hal ini yaitu oleh operator kapal atau pemilik
kapal, penahanan di bawah PSC karena alasan yang tercantum di atas tidak mampu
mencapai frustasi untuk melepaskan kontrak di kapal.
14
Gambar 1 Contoh Detention List Pada Tokyo MoU on Port State Control
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari laporan yang kami sajikan yakni mengenai Port
State Control yaitu Port State Control merupakan sebuah perlindungan terhadap resiko yang
di alami kapal terkait operasional kapal, pemilik kapal, klasifikasi kapal dan flag state.
Dimana perlindungan ini memiliki tujuan yaitu untuk melindungi keselamatan kapal,
lingkungan dan wilayah yang akan dilewati. Setiap kerusakan yang ditemukan wajib
mendapatkan perhatian dari pemilik kapal, operator kapal, flag state dan klasifikasi.
Ketidakbenaran data-data kapal berakibat pada penahanan kapal. Penahanan kapal dilakukan
oleh PSC.
3.2. Saran
Penyusunan paper ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
ilmu yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami
mengenai Port State Control.
15
DAFTAR PUSTAKA
International Maritime Oragnization (IMO).2014.Survey, Verifications and Certifications. (http://www.imo.org/OurWork/Safety/Implementation/Pages/SurveysAndCertification.aspx, diakses pada 21 September 2014)
International Maritime Oragnization (IMO).2014.Port State Control. http://www.imo.org/OurWork/Safety/Implementation/Pages/PortStateControl.aspx, diakses pada 21 September 2014)
Wikipedia.2014.Port State Control.___.(http://en.wikipedia.org/wiki/Port_State_Control, diakses 22 September 2014)
Anonim1.___.Basic of Port State Control (PSC).___.http://www.pomorci.com/Edukacija/80-100/Basics%20of%20Port%20State%20Control%20(PSC).pdf, diakses 23 September 2014)
16